Upload
niyata-hananta
View
1
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
nn
Citation preview
71
menanggulangi kecelakaan yang terjadi di tempat kerja. P3K yang dimaksud
harus dikelola oleh tenaga kesehatan yang professional.
Yang menjadi dasar pengadaan P3K di tempat kerja adalah Undang-
Undang No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan kerja; kewajiban manajemen
dalam pemberian P3K, Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang
ketenagakerjaan, Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi
No.03/Men/1982 tentang Pelayanan Kesehatan Kerja; tugas pokok meliputi
P3K dan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No.05/Men/1995 tentang Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
Penyelenggaraan kesehatan dan keselamatan kerja di rumah sakit
sangatlah perlu mendapat perhatian yang serius oleh karena pelayanan
kesehatan ini bersifat continuum. Perhatian pelayanan kesehatan dan
keselamatan kerja di rumah sakit tidak hanya untuk pengguna rumah sakit yang
meliputi pasien, pengunjung rumah sakit, dan tenaga pemberi pelayanan
kesehatan tetapi juga bagi pelaksana dan pengelola rumah sakit.
Organisasi K3 di Rumah Sakit ini sudah memiliki program-program yang
baik tetapi selama ini mengalami hambatan-hambatan dalam pelaksanaanya.
Dalam hal ini seluruh panitia K3 masih merangkap jabatan pada setiap unit
kerjanya masing-masing sehingga keaktifan seluruh unit dalam melaksankan
program kerja K3 kurang begitu maksimal. Koordinasi antar unit untuk
pelaksanaannya belum maksimal. Selain panitia setiap tenaga kerja kurang
memiliki kesadaran diri untuk mengikuti sosialisasi tentang K3 yang diadakan
oleh panitia. Dan dalam pelaksanaan tugas kesehariannya tenaga kerja belum
72
memiliki kesadaran menggunakan alat pelindung diri yang wajib digunakan
dalam melakukan pekerjaan sesuai bidang mereka masing-masing.
Alat-alat pemadam kebakaran (APAR) di Rumah sakit ini jarang di cek
kondisi alatnya, dikarenakan tidak ada unit khusus yang berfungsi mengecek
alat-alat tersebut, sehingga dikhawatirkan sewaktu-waktu terjadi kebakaran alat
itu tidak berfungsi yang dapat membahayakan seluruh tenaga kerja, pasien dan
pengunjung yang ada di Rumah Sakit ini.
Untuk pelaporan tenaga kerja yang mengalami kecelakaan kerja juga
terdapat beberapa hambatan. Diantaranya untuk tenaga kerja yang tidak tetap
belum mendapat jamsostek, sedangkan untuk tenaga kerja yang sudah tetap
harus melalui beberapa proses yang panjang untuk mendapatkan klain dari
jamsostek. Selain itu masih banyak tenaga kerja yang tidak melaporkan
kecelakaan kerja yang dialaminya pada waktu bertugas di Rumah Sakit.
Belum adanya Peraturan yang berhubungan dengan K3 bagi Rumah Sakit
yang membahas secara khusus membuat panitia K3 kadang merasa kesulitan
dalam menerapkan program-program K3 yang akan dilaksanakan di Rumah
Sakit. Saat ini untuk pengaturan K3 di Indonesia biasanya mengacu kepada
Undang-Undang No. 1 Tahun 1970 tentang keselamatan Kerja dan Undang-
Undang No. 13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan. Untuk Rumah Sakit
Islam Surakarta ini selain mengacu kepada kedua Undang-Undang di atas,
mereka juga berpedoman kepada Keputusan Menteri Kesehatan No. 1087
tentang Standar Kesehatan dan Keselamatan Kerja di Rumah Sakit. Panitia K3
di Rumah Sakit Islam Surakarta merasa Keputusan Menteri kesehatan tersebut
73
belum memadai untuk mengatur Implentasi Perlindungan Hukum Keselamatan
dan Kesehatan Kerja di Rumah Sakit Islam Surakarta sehingga perlu adanya
Undang-Undang yang khusus mengatur tentang K3 bagi Rumah Sakit.
Program kerja K3 yang ada di Rumah Sakit ini perlu dilaksanakan sebaik-
baiknya agar tingkat kecelekaan kerja dapat diminimalkan. Terdapat sejumlah
hambatan dalam melaksanakan program-program tersebut sehingga untuk
dapat melindungi tenaga kerja dari kecelakaan kerja diperlukan upaya dalam
mengatasi hambatan diatas.
Upaya-upaya dalam mengatasi hambatan ini, terutama dimulai dari panitia
K3 yang ada di Rumah Sakit ini. Setiap anggota panitia K3RS harus benar-
benar memahami tugasnya masing-masing. Di dalam kepanitian K3 setiap unit
kerja diharapkan ada tenaga kerja yang memiliki kompotensi di bidang K3
yang tidak merangkap jabatan di bidang lain sehingga bisa bekerja secara
maksimal.
Kurangnya sosialisasi tentang K3 juga menjadi hambatan di Rumah Sakit
ini, kadang-kadang sosialisasi hanya sampai pada manager masing-masing unit
sehingga upaya yang harus di lakukan panitia K3 antara lain melakukan
sosialisasi secara langsung kepada semua tenaga kerja pada unit masing-
masing dengan peran serta manager masing-masing unit, karena selama ini
masih keaktifannya masih kurang.
Alat-alat pelindung diri kadang kurang begitu diperhatikan tenaga kerja,
sehingga bisa membahayakan tenaga kerja. Oleh karena itu panitia K3 juga
seharusnya membentuk tim khusus yang mempunyai tugas dalam melakukan
74
pengecekan secara berkala sehingga keselamatan kerja tenaga kerja terjamin.
Selain itu untuk menumbuhkan kesadaran tenaga kerja di Rumah Sakit ini
mengadakan simulasi pelatihan bencana seperti latihan simulasi kebakaran,
banjir, dan gempa bumi selama 2 kali dalam satu tahun.
75
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Rumah Sakit dituntut harus melaksanakan dan mengembangkan program K3
di Rumah Sakit (K3RS) seperti yang tercantum dalam buku Standar Pelayanan
Rumah Sakit dan terdapat dalam instrumen akreditasi Rumah Sakit. Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan maka dapat di simpulkan bahwa :
1. Implementasi Perlindungan Hukum Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Bagi Pekerja Pada Rumah Sakit Islam Surakarta di Surakarta belum
dilakukan secara maksimal walaupun di Rumah Sakit ini sudah ada Panitia
K3RS yang bertugas untuk melakukan penerapan program-program K3
bagi pekerja.
2. Panitia K3RS di Rumah Sakit Islam Surakarta mempunyai beberapa
hambatan dalam menjalankan program-program K3 yang mereka
rencanakan. Hambatan tersebut antara lain kurangnya kesadaran dari
pekerja untuk memakai alat pelindung diri (APD), Masih adanya panitia
K3RS yang merangkap jabatan sehingga kurang maksimal dalam
tugasnya, belum adanya peraturan Rumah Sakit Islam Surakarta yang
mengatur secara khusus tentang K3 dan kurang aktifnya manager masing-
masing unit dalam sosialisasi program-program K3. Upaya dalam
mengatasi hambatan tersebut antara lain Manajemen Rumah Sakit Islam
Surakarta berusaha melakukan pelatihan untuk panitia dalam
melaksanakan program-program K3, dan lebih aktif melakukan sosialisasi
76
program-program K3 kepada seluruh pekerja di Rumah Sakit Islam
Surakarta
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka kepada Manajemen
Rumah Sakit Islam Surakarta disarankan untuk :
1. Menumbuhkan kesadaran pekerja di Rumah Sakit Islam Surakarta terhadap
Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan melakukan sosialisasi secara
berkala yang melibatkan peran serta manager pada masing-masing unit.
2. Memberikan reward dan punishment kepada pekerja sebagai salah satu cara
untuk meningkatkan kesadaran pekerja di Rumah Sakit Islam Surakarta
akan pentingnya keselamatan saat bekerja.
3. Meningkatkan pengawasan dan pembinaan melalui Panitia Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (PK3RS) Rumah Sakit Islam Surakarta yang ditujukan
kepada pekerja dalam pemakaian alat-alat perlengkapan dan perlindungan
pada saat bekerja. Pengawasan tersebut dilakukan dengan tujuan agar para
pekerja dengan kesadaran dan kedisipliannya dalam memakai alat-alat
perlengkapan dan perlindungan kerja supaya tidak terjadi kecelakaan pada
saat bekerja.