Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PERAN MAJELIS DZIKIR AL KHIDMAH
DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN SPIRITUAL
(STUDI PADA JAMAAH MAJELIS DZIKIR MAHASISWA AL
KHIDMAH KOTA SALATIGA 2016)
S K R I P S I
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)
Disusun oleh
LAILATUL JANAH
NIM 11113022
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2017
ii
iii
DEKLARASI
بسم الله الرحمن الرحيم
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa
skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah
diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang
lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan
rujukan.
Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran
orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup
mempertanggungjawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang
munaqosah skripsi.
Demikian deklarasi ini dibuat oleh penulis untuk dapat dimaklumi.
Salatiga, 13 Juni 2017
Penulis,
LAILATUL JANAH
NIM I1113022
iv
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda-tangan, di bawah ini:
Nama : LAILATUL JANAH
NIM : 11113022
Fakultas : TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
Jurusan : PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil
karya saya sendiri bukan jiplakan karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan
orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode
etik ilmiah.
Salatiga, 13 Juni 2017
Yang Menyatakan,
LAILATUL JANAH
NIM 11113022
v
Dra. Djami’atul Islamiyah, M.Ag.
Dosen IAIN Salatiga
Nota Pembimbing
Lamp : 4 eksemplar
Hal : Naskah skripsi
Saudara LAILATUL JANAH
Kepada
Yth. Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan IAIN Salatiga
di Salatiga
Assalamu'alaikum. Wr. Wb.
Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka
bersama ini, kami kirimkan naskah skripsi saudara :
Nama : LAILATUL JANAH
NIM : 11113022
Fakultas / Progdi : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan / Pendidikan
Agama Islam (PAI)
Judul : PERAN MAJELIS DZIKIR AL KHIDMAH
DALAM MENGEMBANGKAN KECERDASAN
SPIRITUAL (STUDI PADA JAMAAH
MAJELIS DZIKIR MAHASISWA AL
KHIDMAH KOTA SALATIGA 2016)
Dengan ini kami mohon skripsi Saudara tersebut di atas supaya segera
dimunaqosyahkan. Demikian agar menjadi perhatian.
Wassalamu'alaikum. Wr. Wb.
Salatiga, 13 Juni 2017
Pembimbing
Dra. Djami’atul Islamiyah, M.Ag. NIP. 19570812 198802 2001
vi
SKRIPSI
PERAN MAJELIS DZIKIR AL KHIDMAH DALAM
MENGEMBANGKAN KECERDASAN SPIRITUAL (STUDI PADA
JAMAAH MAJELIS DZIKIR MAHASISWA AL KHIDMAH KOTA
SALATIGA 2016)
DISUSUN OLEH:
LAILATUL JANAH
NIM: 11113022
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan
Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga, pada tanggal 21 Agustus dan telah dinyatakan memenuhi syarat
guna memperoleh gelar sarjana S1 Kependidikan Islam.
Ketua Penguji : Dr. Fatchurohman, M. Pd.
Sekretaris Penguji : Dra. Djami’atul Islamiyah, M. Pd.
Penguji I : Sutrisna, M. Pd.
Penguji II : Mufiq, S. Ag, M. Phil.
Salatiga, 21 Agustus 2017
Dekan Fakultas Tarbiyah dan
Ilmu Keguruan (FTIK)
Suwardi, M.Pd.
NIP. 19670121 199903 1 002
KEMENTERIAN AGAMA
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN (FTIK)
Jl. Lingkar Salatiga Km. 2 Tel. (0298) 6031364 Salatiga 50716 Website : tarbiyah.iainsalatiga.ac.id E-mail : [email protected]
vii
MOTTO
“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka
masuklah ke dalam jama'ah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku”. (Q.S. Al Fajr: 28-30)
…
“Ya Tuhanku, Engkaulah pelindungku di dunia dan di akhirat, wafatkanlah aku dalam keadaan Islam dan gabungkanlah aku
dengan orang-orang yang saleh. (QS. Yūsuf:101)
“Mengingat kematian adalah pemberi
nasihat yang paling mengingatkan.”
-Hasan Al-Bashri-
viii
PERSEMBAHAN
Syukur Alhamdulillah terurai dari sanubari atas karunia dan
rahmat Allah SWT. Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis persembahkan skripsi ini untuk orang-orang yang selalu memberikan kasih sayang, motivasi, dan dorongan dalam mengarungi lika-liku kehidupan ini. Yaitu teruntuk:
1. Ibu Nyai H.Latifah Zoemri dan keluarga, terimakasih atas semua ilmu yang telah diberikan, semoga bermanfaat dan berkah dalam kehidupan ku mendatang.
2. Seluruh Asatidz PPTI Al-Falah, terimakasih atas semua ilmu yang telah diberikan, semoga bermanfaat dan berkah dalam kehidupan ku mendatang.
3. Bapak dan Ibunda ku tercinta, Bapak Marsudi dan Ibu Siti Saidah yang tiada henti selalu memberikan kasih sayang, doa, dukungan, bimbingan dan nasehat dalam kehidupan ini.
4. Ibu Dra. Djami’atul Islamiyah, M.Ag yang membimbing dan mendidik ku dengan penuh keikhlasan dan kesabaran.
5. Semua dosen dan guru-guru ku yang telah membimbing dan memberikan ilmu kepada ku.
6. Kakak ku tersayang, mbak koni’ah dan mas Andi Yudananto yang selalu memberikan arahan dan motivasi, ponakanku terkasihTalita Syafiyya Rahma, serta nenekku tercinta mbah Marsiyam beserta keluarga yang selalu mendo’akanku dan sebagai sumber inspirasi dalam hidup ku dan semoga kebahagiaan selalu menyertai kalian.
7. Teman-Teman PPTI Al-Falah Salatiga, terimakasih atas kasih sayang yang kalian berikan pada ku. Kalian adalah keluarga baru yang Allah anugrahkan dalam hidup ku.
8. Keluarga besar Al ASMA’( Al Falah Anak Santri Magelang), semoga menjadi generasi yang lebih baik dan bisa istiqomah dalam menuntut ilmu di pesantren.
9. Keluarga besar FK-WAMA (Forum Komunikasi Mahasiswa Magelang), semoga bisa menjadi tauladan yang baik, khususnya bagi masyarakat Magelang dan sekitarnya. Walaupun kita sudah tidak bersama-sama lagi semoga silaturrahmi tetap terjalin.
10. Keluarga besar Biro Konsultasi dan Psikologi Tazkia IAIN Salatiga, yang telah memberikan tempat untuk aku menemukan banyak teman dan pengalaman.
ix
11. TIM Majelis Do’a Mawar Allah (MDMA) dan Pusat Informasi dan Konseling (PIK) SAHAJASA IAIN Salatiga yang memberikanku banyak inspirasi dan pengalaman. Semoga lebih jaya di tahun-tahun beikutnya.
12. TPQ Al- Muhajirin Grogol Salatiga yang telah memberikanku pengalaman dalam mengajar.
13. Keluarga besar RA/ KB Syaamila Kids Argomulyo Salatiga yang telah memberikanku pengalaman dalam mendidik anak-anak.
14. Sahabat-Sahabat ku C22 family, mbak umi, mbak chusna,mbak indah, dek eki, dek mila, dek uul,dek malik, dek ummah, dek muna, dek marlina, terimakasih sudah menemani perjalanan hidup ku dan memberikan keceriaan dalam hari-hari ku.
15. Teman-temanku “vero Amico” Sahabat sejati Alumnus MAN 1 Kota Magelang ( Oliv, Aida, Zuni, Yanti, Arsyad, Fitry, Rury, Aris, Siska, Jaelani, Yusuf) Semoga persahaban kita langgeng sampai ajal memisahkan kita.
16. Teman-teman PPL di SMA N 1 Bringin ( Olip, Alifah, Restu, Ema,
Ratna, Wahyu, Hani,kholid, Rizal, Alif)
17. Teman-teman KKN Posko 59 Dsn Pereng, Desa Pakel, Kab. Boyolali (Mba Istri, Olip, Mb Sopy, Mb Puji, Bening, Arsyad, Arif, Hadi) yang sudah mensupport demi terselesainya skripsi ini.
18. Mas Qin yang selalu memberikan semangat dan motivasi. 19. Calon imamku dimanapun berada semoga kita dipertemukan
dipertemuan terindah yang di ridlai Allah SWT. 20. Teman –teman seperjuanganku angkatan 2013, khususnya teman-teman
jurusan PAI.
x
KATA PENGANTAR
بسم الله الرحمن الرحيمPuji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah dan taufiqnya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi ini. Sholawat serta salam kami haturkan kepada
junjungan kita Nabi Agung Muhammad SAW yang telah menuntun umatnya ke
jalan kebenaran dan keadilan.
Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi syarata
guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan. Adapun jugul skripsi ini adalah
“PERAN MAJELIS DZIKIR AL KHIDMAH DALAM
MENGEMBANGKAN KECERDASAN SPIRITUAL (STUDI PADA
JAMAAH MAJELIS DZIKIR MAHASISWA AL KHIDMAH KOTA
SALATIGA 2016)”
Penulisan skripsi ini tidak lepas dari berbagai pihak yang telah
memberikan dukungan moril maupun meteriil. Dengan penuh kerendahan hati,
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Ag, selaku ketua IAIN Salatiga.
2. Ibu Siti Rukhayati M. Ag, selaku ketua jurusan PAI IAIN Salatiga.
3. Bapak Suwardi, M. Pd. Selaku dekan fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
(FTIK) IAIN Salatiga.
4. Ibu Dra. Djami’atul Islamiyah M.Ag selaku dosen pembimbing skripsi
yang senantiasa memberikan bimbingan dan arahan sehingga skripsi ini
dapat terselesaikan dengan baik.
5. Bapak Prof. Budiharjo M.Ag selaku dosen pembimbing akademik yang
selalu memberikan bimbingan dan motivasi untuk menjadi yang terbaik.
6. Seluruh anggota tim penguji skripsi yang telah meluangkan waktunya
untuk menilai kelayakan dan menguji skripsi dalam rangka menyelesaikan
xi
studi Pendidikan Agama Islam di Institut Agama Islam Negeri (IAIN)
Salatiga.
7. Seluruh Dosen Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan PAI IAIN
Salatiga yang telah berkenan memberikan ilmu pengetahuan ketarbiyahan
kepada penulis dan pelayanan hingga studi ini dapat selesai.
8. K.H. Muhammad Zoemri RWS (Alm) beserta ibu Nyai Hj.Latifah selaku
Pengasuh pondok pesantren Tarbiyatul Islam Al- Falah yang telah
membina, mendidik dan mencurahkan ilmunya kepada penulis selama studi
di ponpes.
9. Keluarga besar Majelis Dzikir Mahasiswa Al- Khidmah Kota Salatiga
yang memberikan ijin penelitian kepada penulis.
10. Kepada orangtua yang selalu berkorban apapun demi keberhasilan penulis,
Bapak Marsudi beserta Ibu Siti Saidah tercinta.
11. Semua pihak yang ikut serta memberikan motivasi serta dukungan dalam
penulisan skripsi ini.
Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah SWT serta
mendapatkan balasan myang berlipat ganda amien. Penulis sadar bahwa dalam
penulisan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnan. Oleh karena
itu, dengan kerendahan hati penulis mohon saran dan kritik yang sifatnya
membangun demi kesempurnaan penulisan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi penulis pada khususnya maupun pembaca pada umumnya dan
memberikan sumbangan bagi pengetahuan dunia pendidikan. Amien ya robbal
‘alamin.
Salatiga, 13 Juni 2017
Penulis,
LAILATUL JANAH
11113022
xii
ABSTRAK
Janah, Lailatul. 2017. Peran Majelis Dzikir Al Khidmah Dalam Mengembangkan
Kecerdasan Spiritual (Studi Pada Jamaah Majelis Dzikir Mahasiswa
Al Khidmah Kota Salatiga 2016). Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
Keguruan. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Salatiga. Pembimbing: Ibu Dra. Djami’atul Islamiyah,
M. Ag.
Kata Kunci: Majelis Dzikir, Kecerdasan Spiritual.
Majelis dzikir adalah sebagai sarana mengkaitkan hati seorang hamba dengan
Allah SWT. Banyak manfaat yang didapat para ahli dzikir baik batiniyah maupun
lahiriyah. Bagi jamaah yang sudah aktif mengikuti majelis dzikir selalu berusaha
untuk mengembangkan kecerdasan spiritual dengan cara mengikuti majelis dzikir
tersebut dan berharap keinginannya untuk menciptakan kecerdasan spiritual
tersebut. Bertitik tolak dari situ, penulis bermaksud meneliti tentang Peran
Majelis Dzikir Al-Khidmah Dalam Mengembangkan Kecerdasan Spiritual (Studi
Pada Jamaah Majelis Dzikir Mahasiswa Al-Khidmah Kota Salatiga 2016). Fokus
penelitian yang ingin dikaji yaitu: (1) Apa kegiatan yang ada dalam majelis dzikir
Mahasiswa Al Khidmah Kota Salatiga? (2) Apa peran majelis dzikir Al Khidmah
dalam mengembangkan kecerdasan spiritual? (3) Faktor-faktor apa saja yang
menjadi penunjang dan penghambat dalam kegiatan majelis dzikir Mahasiswa Al
Khidmah Kota Salatiga?
Untuk menjawab pertanyaan di atas, penulis menggunakan jenis penelitian
lapangan (field research) dan bersifat deskriptif kualitatif maka data dari
penelitian ini diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi dengan
menggunakan trianggulasi sumber sebagai instrumen untuk mengecek validitas
data. Sumber data dalam penelitian ini meliputi sumber primer yakni hasil
wawancara dewan penasehat, pembina, pengurus serta jamaah, dan sumber
sekunder yang dapat berupa foto-foto kegiatan terkait majelis dzikir Al Khidmah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) kegiatan yang dilaksanakan dalam
majelis dzikir Mahasiswa Al Khidmah Kota Salatiga diantaranya Majelis Rutin
Kampus, Majelis Safari Iklil, Majelis Menjelang Ujian, dan Majelis Dies Natalis.
(2) Peran majelis dzikir Mahasiswa Al Khidmah Kota Salatiga dalam
mengembangkan kecerdasan spiritual diantaranya majelis dzikir Al Khidmah
dapat menenangkan jiwa dan menentramkan hati, meningkatkan silaturrahim,
menimbulkan kesadaran beragama yang semakin kuat, memfungsikan hati untuk
lebih taat kepada Allah SWT, serta mengembalikan segala persoalan hidup hanya
kepada Allah SWT. (3) Faktor penunjang dalam kegiatan majelis dzikir
Mahasiswa Al Khidmah Kota Salatiga antara lain ketersediaan tempat majelis
yang memadai, jamaah majelis dzikir Al Khidmah mayoritas mahasiswa,
ketersediaan ustadz secara sukarela, dan kegiatan yang sudah terjadwal.
Sedangkan faktor penghambatnya adalah jarak majelis yang lumayan jauh,
terbatasnya dana pembiayaan kegiatan, waktu kegiatan terkadang bertabrakan
dengan waktu kuliah, serta belum seragamnya pemahaman tentang majelis dzikir
Al Khidmah.
xiii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................. i
HALAMAN BERLOGO .......................................................................... ii
HALAMAN DEKLARASI ....................................................................... iii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ................................................ iv
HALAMAN NOTA PEMBIMBING ........................................................ v
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................... vi
MOTTO .................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ..................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .............................................................................. x
ABSTRAK ................................................................................................ xii
DAFTAR ISI ............................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................ 1
B. Fokus Penelitian ............................................................ 5
C. Tujuan Penelitian .......................................................... 5
D. Kegunaan Penelitian ..................................................... 6
E. Kajian Penelitian Terdahulu .......................................... 7
F. Sistematika Penulisan ................................................... 11
BAB II LANDASAN TEORI
A. Majelis Dzikir ............................................................... 14
B. Kecerdasan Spiritual ..................................................... 24
xiv
C. Peran Majelis Dzikir Al Khidmah Dalam
Mengembangkan Kecerdasan Spiritual ........................ 35
BAB III METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian ................................... 38
B. Lokasi Penelitian .......................................................... 39
C. Sumber Data ................................................................. 39
D. Prosedur Pengumpulan Data ......................................... 40
E. Analisis Data ................................................................. 44
F. Pengecekan Keabsahan Data ........................................ 45
G. Tahap-tahap Penelitian ................................................. 46
BAB IV PAPARAN DATA DAN ANALISIS
A. Paparan Data ................................................................. 48
B. Temuan Penelitian ........................................................ 64
C. Analisis Data ................................................................. 76
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................... 101
B. Saran ............................................................................. 102
DAFTAR PUSTAKA
xv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Pedoman Wawancara
Lampiran 2 Verbatim Wawancara
Lampiran 3 Surat Pembimbing dan Asisten Pembimbing Skripsi
Lampiran 4 Surat Keterangan Bukti Penelitian
Lampiran 5 Lembar Konsultasi Skripsi
Lampiran 6 Pernyataan Publikasi Skripsi
Lampiran 7 Surat Keterangan Kegiatan
Lampiran 8 Daftar Riwayat Hidup
Lampiran 9 Dokumentasi
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam kesehariannya manusia tidak lepas dari dua kebutuhan yaitu
kebutuhan jasmani dan rohani. Kebutuhan jasmani atau yang biasa disebut
dengan kebutuhan duniawiyah adalah kebutuhan manusia yang bersifat
fisik seperti makan, minum, kesehatan, dan kebutuhan yang bersifat
material lainnya. Sedangkan kebutuhan rohani atau kebutuhan ukhrawiyah
adalah kebutuhan manusia yang berhubungan dengan jiwa atau hati,
seperti ketentraman jiwa, kedamaian hati, dan kesejahteraan hidup.
Urgensi dari terpenuhinya dua kebutuhan tersebut adalah tercapainya
kebahagiaan dunia dan akhirat. Untuk mewujudkan kentenangan jiwa dan
hati salah satunya adalah dengan berdzikir. Seperti yang dijelaskan dalam
firman Allah dalam al-Qur’an surat ar-Ra’du ayat 28 yaitu:
Artinya : “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan
mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram” (Al Qur’an dan
Terjemahnya, 2008: 252).
2
Majelis dzikir adalah sebagai sarana mengkaitkan hati seorang
hamba dengan Allah SWT. Majelis dzikir juga dapat melunakkan hati dan
menjernihkan pikiran dari sifat keduniawiyan. Di dalam majelis dzikir
tidak sedikit seseorang yang menetaskan air matanya karena terhanyut
oleh dorongan rohani dan sanubarinya yang mengharapkan kelak di
akhirat bisa bertemu dengan Dzatnya Allah SWT.
Banyak manfaat yang didapat para ahli dzikir ini baik batiniyah
maupun lahiriyah. Manfaat batiniyah diantaranya adalah sebagai ikhtiar
bertaubat kepada Allah SWT baik yang masih hidup dan bermanfaat bagi
yang telah meninggal dunia. Kedua, merekatkan tali persaudaraan antara
sesama penyambung silaturrahmi. Ketiga, untuk selalu meningkatkan diri
sendiri dan seluruh jamaah bahwa akhir kehidupan adalah kematian yang
tidak akan terlewatkan satu jiwapun didunia ini. Keempat, ditengah hiruk-
pikuk dunia ini, manusia yang selalu bergelut dengan materi dan duniawi
tentu memerlukan kesejukan ruhani (Muhyidin, 1981: 18).
Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan penelitian di
bidang psikologi, selanjutnya ditemukan kecerdasan yang di nilai sebagai
kecerdasan yang paling utama dalam diri manusia, yakni kecerdasan
spiritual (SQ). Kecerdasan intelektual memang penting agar seseorang
mempunyai kemampuan dalam menganalisis dan berhitung, terutama
terkait dengan ilmu pasti. Demikian pula dengan kecerdasan emosional.
Keberadaannya harus di kembangkan dengan baik agar seseorang dapat
lebih mudah dalam meraih kesuksesan dalam hidupnya. Namun untuk
3
menemukan makna hidup dan kebahagiaan, seseorang memerlukan
kecerdasan spiritual.
Pada dasarnya manusia adalah makhluk spiritual, karena selalu
terdorong oleh kebutuhan untuk pertanyaan “mendasar” atau “pokok”.
Mengapa saya dilahirkan? Apakah makna hidup? Buat apa saya
melanjutkan hidup saat saya lelah, depresi atau merasakan terkalahkan?
Apakah yang dapat membuat semua berharga? Kita arahkan, bahwa
ditentukan oleh suatu kerinduan yang sangat manusiawi untuk menentukan
makna nilai dari upaya atau yang membawa kita melampaui diri kita dan
keadaan saat ini, sesuatu yang membuat kita dan perilaku kita bermakna
(Danah Zohar dan Ian Marshal, 2001:4)
Kecerdasan spiritual membantu seseorang untuk menemukan
makna hidup dan kebahagiaan. Inilah sebabnya, kecerdasan spiritual
dinilai sebagai kecerdasan yang paling penting dalam seseorang karena
menemukan makna dari kehidupan dan kebahagiaan adalah tujuan dari
setiap orang dalam hidupnya. Untuk apa mempunyai kecerdasan
intelektual yang tinggi bila hidupnya tidak bahagia? Untuk apa dapat
meraih kesuksesan, baik itu dalam karier, kekayaan maupun dalam
kehidupan sosial, bila tidak merasakan sebuah kebahagiaan? Itulah
sebabnya, kecerdasan spiritual dikatakan sebagai kecerdasan yang paling
penting dan tinggi (Azzet, 2014: 10).
Bila diamati kondisi riil jama’ah, ada pengaruh jamaah majelis
dzikir yang aktif mengikuti majelis dzikir terhadap perkembangan
4
kecerdasan spiritual. Meskipun tidak semua jama’ah mengalami
perkembangan kecerdasan spiritual, akan tetapi majelis dzikir pada
umumnya berperan dalam mengembangkan kecerdasan spiritual jama’ah.
Dzikir dalam Islam adalah bagian dari ibadah. Dzikir secara
harfiah berarti “ingat”, atau dalam kata yang lebih lengkap biasa di sebut
dengan dzikrullah yang berarti “ingat kepada Allah”. Akan tetapi dewasa
ini, dzikir yang dibalut dalam sebuah majelis ternyata menjadi bagian yang
sangat penting dalam mengembangkan kecerdasan spiritual.
Jamaah Dzikir Mahasiswa Al-Khidmah Kota Salatiga merupakan
majelis dzikir yang dalam menyelanggarakan kegiatan lebih kompleks
karena mempunyai ritual-ritual yang jarang sekali ditemukan di majelis
dzikir lainnya. Dengan berkumpul dan berkhidmah di majelis yang mulia
ini dengan harapan mendapatkan berkah dari majelis-majelis yang mulia
yaitu majelis kirim do’a, majelis istighosah, majelis khotmil qur’an,
majelis maulidurrasul SAW. Yangmana Jama’ah Al-Khidmah itu sendiri
dirintis oleh Hadrotus Syekh Romo KH Ahmad Asrori Al Ishaqi RA.
Yang telah mengajak kita semua untuk selalu mengingat kepada Allah
SWT, menambah mahabbah kita kepada para Nabi, Habaib, Auliya,
dengan berharap semoga mendapat barokah, syafa’at di hari kiamat dan
diakui umatnya Rasulillah SAW sebagai umat yang senantiasa senang
berdzikir dan bertaqwa kepada Allah SWT sehingga kelak kita
dikumpulkan kedalam surganya Allah dengan orang-orang yang sholih.
5
Bagi jamaah yang sudah aktif mengikuti majelis dzikir selalu
berusaha untuk mengembangkan kecerdasan spiritual dengan cara
mengikuti majelis dzikir tersebut dan berharap keinginannya untuk
menciptakan kecerdasan spiritual tersebut. Berdasarkan pada latar
belakang di atas penulis ingin melakukan penelitian dan menyusun sebuah
skripsi yang berjudul “ Peran Majelis Dzikir Al-Khidmah Dalam
Mengembangkan Kecerdasan Spiritual (Studi Pada Jamaah Majelis Dzikir
Mahasiswa Al-Khidmah Kota Salatiga 2016).
B. Fokus Penelitian
Ada beberapa fokus penelitian yang peneliti bahas yaitu :
1. Apa kegiatan majelis dzikir Mahasiwa Al-Khidmah Kota Salatiga?
2. Apa peran majelis dzikir Mahasiwa Al-Khidmah Kota Salatiga dalam
mengembangkan kecerdasan spiritual?
3. Faktor apa saja yang menjadi pendukung dan penghambat dalam
kegiatan majelis dzikir Mahasiwa Al Khidmah Kota Salatiga?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan fokus penelitian di atas, maka dapat diketahui bahwa
tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan mendeskripsikan kegiatan majelis dzikir
Mahasiswa Al-Khidmah Kota Salatiga.
2. Untuk mengetahui peran majelis dzikir Mahasiwa Al-Khidmah Kota
Salatiga dalam mengembangkan kecerdasan spiritual.
6
3. Untuk mengetahui faktor-faktor yang menjadi pendukung dan
penghambat dalam kegiatan majelis dzikir Mahasiswa Al-Khidmah
Kota Salatiga.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun manfaat dari hasil penelitian ini sebagai berikut:
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan sumbangsih dan kontribusi pada Fakultas Tarbiyah
dan Ilmu Keguruan (FTIK) khususnya jurusan Pendidikan Agama
Islam (PAI) di bidang psikologi pendidikan.
b. Hasil penelitian ini dapat memberikan masukan dalam menerapkan
konsep-konsep dan mengembangkan pemikiran tentang kecerdasan
spiritual.
c. Menambah wawasan khasanah keilmuan sekaligus bisa dijadikan
bahan acuan dalam penulisan lebih lanjut yang kritis dan
representatif.
d. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber bahan referensi bagi
para peneliti di bidang psikologi pendidikan, dan pendidikan
keagamaan.
2. Manfaat Praktis
a. Mengetahui konsep kecerdasan spiritual melalui Majelis Dzikir
Mahasiswa Al-Khidmah.
b. Penelitian ini memberikan kontribusi kajian dan pengetahuan
tentang pengembangan kecerdasan spiritual.
7
c. Mengetahui peran dzikir dalam pengembangan kecerdasan
spiritual melalui Majelis dzikir Mahasiswa Al Khidmah.
d. Bagi para anggota majelis dzikir Mahasiswa Al-Khidmah, hasil
penelitian ini dapat membantu dan menciptakan kecerdasan
spiritual.
e. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai pertimbangan untuk
memberikan pendidikan psikologi bagi lembaga dan mahasiswa
IAIN Salatiga.
f. Bagi peneliti, untuk memotivasi diri dan menjadikan bekal hidup
dalam bermasyarakat, beribadah kepada Allah SWT dan berharap
menjadi hamba yang beruntung di dunia dan di akhirat.
E. Kajian Penelitian Terdahulu
Dasar atau acuan berupa teori-teori atau temuan-temuan dari berbagai hasil
penelitian sebelumnya merupakan hal yang kiranya perlu untuk dijadikan
sebagai data acuan atau pendukung bagi penelitian ini. Hasil penelitian terdahulu
yang hampir memiliki kesamaan topik dengan penelitian yang dilakukan peneliti
di antaranya yaitu:
1. Penelitian yang di lakukan oleh Khoirul Anam yang berjudul Keluarga
Sakinah dan Dzikir (Studi Atas Peran Majelis Dzikir Al Khidmah dalam
Pembentukan Keluarga Sakinah di Kabupaten Semarang). Hasil penelitian
ini menunjukkan bahwa kegiatan dan amaliyah Majelis Dzikir Al Khidmah
berpengaruh dalam pembentukan keluarga sakinah yitu timbulnya kasih
sayang antara orang tua kepada anak, anak kepada orang tua ataupun semua
8
anggota keluarga. Pengalaman jama’ah Majelis Dzikir Al Khidmah
memberikan dorongan lebih baik dan meningkatnya kualitas beribadah.
Peran Majelis Dzikir Al Khidmah Kabupaten Semarang mampu
memberikan ketenangan, kenyamanan, kesabaran serta membentuk keluarga
sakinah, mawaddah dan rahmah serta sejahtera secara lahir dan batin
kepada para jama’ah.
2. Penelitian yang di lakukan oleh Lilik Maftukhatul Mukhoyyaroh yang
berjudul Hubungan tingkat kecerdasan spiritual dengan kesadaran siswa
menjauhi perilaku menyimpang pada siswa kelas VIII MTs Al-Uswah
Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang Tahun 2011.Tujuan penelitian ini
adalah untuk mengetahui tingkat kecerdasan spiritual terhadap kesadaran
siswa menjauhi perilaku menyimpang pada siswa MTs Al-Uswah
Kecamatan Bergas Kabupaten Semarang tahun 2011. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa tingkat kecerdasan spiritual siswa yang mendapat nilai
A berjumlah 24 siswa dengan prosentase 61,5%, yang mendapat nilai B
berjumlah 15 dengan prosentase 38,5%, yang mendapat nilai C berjumalah
0% dengan prosentase 0%. Dari penelitian yang dilakukan diperoleh
kesimpulan bahwa tidak ada pengaruh positif antara hubungan kecerdasan
spiritual dengan kesadaran siswa menjauhi perilaku menyimpang pada
siswa kelas VIII MTs Al Uswah Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang
Tahun 2011.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Nafiatun Isnaini yang berjudul Hubungan
Kecerdasan Emosional Spiritual dengan perilaku keberagamaan Siswa
9
kelas XI MAN 1 Magelang Tahun Pelajaran 2014/2015. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa kecerdasan emosional spiritual siswa kelas XI MAN 1
Magelang Tahun 2014/2015 yang berada pada kategori tinggi sebanyak 34
responden atau sebesar 34% yang berada pada kategori sedang sebanyak 59
responden atau 59%, dan yang berada pada kategori rendah sebanyak 7
responden atau sebesar 7%. Perilaku keberagamaan siswa kelas XI MAN 1
Magelang Tahun Pelajaran 2014/2015 yang berada pada kategori tinggi
sebanyak 40 responden atau sebesar 40%, yang berada pada kategori sedang
sebanyak 55 responden atau 55%, yang berada pada kategori rendah
sebanyak 5 responden atau sebesar 5%. Dari hasil tersebut menunjukkan
bahwa Kecerdan Emosional Spiritual dan Perilaku Keberagamaan siswa
kelas XI MAN 1 Magelang Tahun 2014/2015 berada pada kategori sedang.
Setelah di hitung dengan rumus product moment hasilnya r hitung = 0,199.
Kemudian di konsultasikan dengan r tabel pada taraf signifikansi 5%
dengan N sebesar 100 = 0,195. Jadi, 0, 199>0,195. Apabila r hitung lebih
besar dari r tabel maka hasilnya signifikan. Artinya ada hubungan positif
antara kecerdasan emosional spiritual dengan perilaku keberagamaan siswa
kelas XI MAN 1 Magelang Tahun Pelajaran 2014/2015.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Faizatun yang berjudul Efektifitas Metode
Berdzikir dalam Penanganan Problem Psikologis Santri di Pondok
Pesantren Suryabuana Desa BalakKecamatan Pakis Kabupaten Magelang.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Metode berdzikir yang diterapkan
di Pondok Pesantren Suryabuana adalah dzikir ala Thareqot Qodariyah wa
10
Naqsabandiyah dengan mengamalkan dzikir Jahr (suara keras) dan dzikir
Khoffi (dalam hati). Dengan dzikir tersebut dimaksudkan untuk melunakkan
hati santri supaya menjadi lembut dan selalu ingat kepada Allah. Metode
berdzikir dalam penanganan problem psikologis santri di Pondok Pesantren
Suryabuana Desa Balak, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang dapat
dikatakan efektif karena banyaknya perubahan yang terjadi pada santri
setelah melewati masa-masa penanganan ditempat tersebut bahkan santri
yang pernah ditangani oleh pihak pondok pesantren tersebut dapat sembuh
total namun, ada sebagian dari mereka yang tidak dapat sembuh total karena
penyakitnya yang sudah parah. Dalam prakteknya ditemui sejumlah
hambatan yaitu sarana prasarana tempat khusus santri yang mengalami
problem psikologis belum ada, terbatasnya dukungan dari orang tua,
lemahnya motivasi untuk sembuh dari sebagian santri itu sendiri, dan belum
maratanya kemampuan devisi Inabah dalam menangani santri. Sedangkan
daya dukungnya adalah letak geografis yang relatif sejuk, adanya devisi
Inabah yang menangani santri tersebut, sarana prasarana berupa masjid,
pendopo, dan kolam untuk mandi taubat, dukungan masyarakat pada
umumnya.
5. Penelitian yang dilakukan oleh Ana Syarifah yang berjudul Pengaruh
Intensitas mengikuti Majlis Dzikir terhadap Kecerdasan Emosional di
Lembaga Pendidikan Al Hikmah Desa Pedut Kelurahan Wonodoyo Kecamatan
Cepogo KabupatenBoyolali Tahun 2012.Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa Intensitas mengikuti majlis dzikir jama’ah dzikir Al Hikmah adalah
11
kategori tinggi 6,6%, kategori sedang sebesar68%, kategori rendah sebesar
25,33%. (2) Tingkat Kecerdasan emosional jamaah dzikir Al Hikmah adalah
kategori baik 10%, kategori cukup 56,66%, dan kategori kurang 33,33%. (3)
Ada pengaruh positive antara intensitas mengikuti majlis dzikir terhadap
kecerdasan emosional jama’ah dzikir Al Hikmah. Koefisien antara variabel
intensitas mengikuti majlis dzikir dan variabel kecerdasan emosional jamaah
adalah sebesar = 0,428. pada taraf signifikasi 1% = 0,210, 0,428>0,210. Jadi
semakin sering jama’ah mengikuti majlis dzikir, semakin tinggi juga tingkat
kecerdasan emosional jama’ah majlis dzikir di desa Pedut.
F. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan menyusun serta
mempermudah pemahaman terhadap penulisan skripsi ini, penulisan skripsi ini
dikelompokkan menjadi 5 bab. Dimana antara bab satu dengan bab yang lainya
saling berhubungan.
BAB I : PENDAHULUAN
Bagian ini merupakan pendahuluan, yang dikemukakan dalam
bagian pertama ini akan dibahas beberapa sub bahasan, yaitu:
latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian,
kegunaan penelitian, kajian penulisan terdahulu,, dan sistematika
penulisan.
12
BAB II : LANDASAN TEORI
Kajian pustaka yang berisi tentang tinjauan umum tentang peran
majlis dzikir dalam mengembangkan kecerdasan spiritual, terdiri
dari beberapa sub bab, diantaranya yaitu pembahasan pengertian
peran, pengertian dzikir, keutamaan dzikir, manfaat dan macam-
macam dzikir. Sedangkan tentang kecerdasan spiritual meliputi
pengertian, ciri-ciri, fungsi, dan cara mengembangkankecerdasan
spiritual.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bagian ini berisi tentang prndekatan dan jenis penelitian, lokasi
penelitian, sumber data, prosedur pengumpulan data, analisis
data, pengecekan dan keabsahan data, serta tahap-tahap
penelitian..
BAB IV : PAPARAN DATA DAN ANALISIS
Bagian ini berisikan uraian data-data yang didapat dari lapangan
yaitu gambaran umum Majelis Dzikir Al Khidmah meliputi
Sejarah Majelis Dzikir Al Khidmah, visi dan misi Al Khidmah,
dasar pemikiran lahirnya Al Khidmah, Al Khidmah sebagai
wadah, lambang, makna dan arti simbolik Al Khidmah,
perkembangan Al Khidmah susunan pengurus Al Khidmah Kota
Salatiga dan kegiatan serta bentuk amaliah-amaliah Al Khidmah,
analisis data deskriptif penelitian peran Majlis Dzikir Al-
Khidmah dalam mengembangkan kecerdasan spiritual.
13
BAB V : PENUTUP
Merupakan kajian paling akhir dari skripsi ini, yang mana pada
bagian ini berisi kesimpulan penulis dari seluruh pembahasan
yang telah dikemukakan dalam skripsi dan saran peneliti.
14
BAB II
LANDASAN TEORI
A. MAJELIS DZIKIR
1. Pengertian Peran Majelis Dzikir
Peran adalah seperangkat tingkat yang dimiliki oleh orang yang
berkedudukan dalam masyarakat (Kamus Besar Bahasa Indonesia,
1988: 667). Adapun makna dari kata peran yaitu suatu penjelasan yang
menunjuk pada suatu konotasi ilmu sosial, yang mengartikan peran
sebagai suatu fungsi yang dibawakan seseorang ketika menduduki suatu
karakteristik (posisi) dalam struktur sosial dalam masyarakat.
Majelis secara bahasa berarti tempat untuk duduk, maksudnya
majelis dalam hal ini adalah tempat berkumpulnya orang – orang yang
sedang melakukan sebuah rutinitas kegiatan secara bersama-sama.
Istilah majelis juga sering dipakai oleh beberapa jama’ah atau
kelompok dalam melakukan kegiatan- kegiatan secara bersama (
Ikhsan, 2013: 13).
Secara etimologi, dzikir berakar pada kata ذكر , يذكر , ذكرا, artinya
mengingat, memperhatikan, mengenang, mengambil pelajaran,
mengenal atau mengerti. Di dalam Ensiklopedi Islam menjelaskan
bahwa istilah dzikir memiliki multi interpretasi, diantara pengertian-
pengertian dzikir adalah menyebut, menuturkan, mengingat, menjaga
atau mengerti perbuatan baik (Masyhudi dan Wahyu, 2006:7).Adapun
menurut istilah fiqh dzikrullah sering dimaknai sebagai amal qauliyah
15
(ucapan) melalui bacaan-bacaan tertentu. Dzikir memiliki cakupan
makna yang sangat luas, karena setiap amalan baik yang dilakukan
karena Allah merupakan bagian dari berdzikir kepada-Nya. (Amin dan
Al-Fandi, 2013:1). Dzikir juga dapat dimaknai sebagai doa dan wirid,
atau melafalkan suatu bacaan-bacaan yang baik dan mengucapkannya
itu bernilai ibadah sebagaimana yang telah diajarkan Rasulullah SAW.
Dapat disimpulkan bahwa makna majelis dzikir adalah tempat
untuk mengingat Allah SWT dengan asma-asma-Nya yang agung,
beribadah, memuji, berdo’a atau memohon kepada Allah SWT dan
bersholawat kepada Rasulullah SAW secara bersama-sama dan secara
terbuka yang dipimpin oleh imam majelis yang telah ditunjuk oleh
pengurus. Majelis dzikir ini juga dilaksanakan ibadah sholat sunnah
hajat yang dilaksanakan sebelum melakukan ibadah dzikir, do’a dan
sholawat bersama.
2. Manfaat Majelis dzikir
Menurut Abu Yusuf (2009: 27) menyatakan bahwa diantara sebab
terbesar mendapatkan kelapangan dada dan ketenangan jiwa adalah
memperbanyak dzikir kepada Allah SWT. Sebab dzikir memiliki
pengaruh yang menakjubkan dalam melapangkan dan memperbaiki
ketentraman dalam dada, serta menghilangkan kesedihan dan
kegundahan.
16
Allah SWT berfirman dalam QS. Ar-Ra’ad ayat 28:
Artinya : “(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi
tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan
mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram” (Al Qur’an dan
Tejemahahnya, 2008: 252).
Maka berdzikir (mengingat) Allah mempunyai pengaruh besar
dalam mendapatkan hal-hal yang dicari, hal ini karena
keistimewaannya, dan karena pahala yang diharapkan seorang hamba.
Unsur utama dalam berdzikir adalah Allah SWT. Allah adalah
awal dan akhir segala dzikir manusia. Orang yang berdzikir
menggunakan lisannya, kemudian diyakini dalam hatinya, serta
pikirannya pun mengukuhkannya, maka dzikir yang demikian itulah
yang mampu mendekatkan diri pada Allah SWT.
Dzikir sendiri mengingat Allah SWT seraya membaca kalimat-
kalimat atau asma-asma Allah SWT. Kegiatan majelis dzikir diantara
kalimat-kalimat yang dibaca adalah sebagai berikut:
a. Istighfar
Kalimat istighfar astagfirullaahal adzim adalah kalimat
dzikir yang digunakan untuk memohon ampun kepada Allah SWT.
Ucapan istighfar dalam dzikir harus dilandasi bahwa dirinya dalam
keadaan salah dan banyak dosa. Hanya Allah yang Maha benar dan
Maha mengampuni dosa. Dengan kesadaran ini, maka dalam diri
17
akan tumbuh niat untuk bertaubat kepada Allah SWT. Allah SWT
berfirman dalam QS. An-Nashr ayat 3:
Artinya : “Maka bertasbihlah dengan memuji Allahmu dan
mohonlah ampun kepada-Nya. Sesungguhnya dia adalah
Maha Penerima taubat”(Al Qur’an dan Tejemahahnya,
2008: 603)
b. Membaca asma-asma Allah
Banyak sekali asma-asma Allah yang agung dan sudah
masyhur dengan sebutan asmaul husna. Dan dalam asmaul husna ada
99 asma-asma Allah yang menunjukkan keagungan, kemuliaan dan
kebesaran Allah SWT. Asma-asma Allah yang di baca pada majelis
dzikir adalah:
٧،رم ي ص ان ،ي ظم ي ف اح ،ي قم ال اخ ،ي ئم د ب امم ،ي رم ي ص اب ،ي عم ي اس ،ي يم د اق ي فم ي ط ال ،ي يم ب امم ،ي رم ي ب اخ ،ي مم ي ل اع ،ي ي اد اه ،ي مم و ي اق ،ي ي اح ،ي لم ي ك او ي
Asma-asma tersebut dibaca dengan tujuan memuji Allah
dengan asma-asma-Nya yang agung dan dengan harapan semoga apa
yang mohon bisa terkabulkan. Selain sebagai media untuk beribadah
kepada Allah SWT dalam membaca asma-asma tersebut harus
dengan hati dan fikiran yang tenang seraya menenangkan hati dari
segala masalah dengan keyakinan bahwa Allah akan selalu
mengabulkan apa yang inginkan.
18
c. Tahlil
Kalimat tahlil berbunyi laa illaaha illallah artinya tiada
Tuhan selain Allah. Inilah kalimat dzikir yang paling utama.
Mentauhidkan Allah SWT yang memang Dia yang Maha Tunggal
dan tidak ada satupun yang menyamai-Nya apalagi menandingi-
Nya. Tidak ada Tuhan selain Allah SWT.
Dengan demikian menjadi kewajiban hamba menyembah,
mengesakan, menaati segala perintah dan menjauhi segala
larangan-Nya. Allah SWT berfirman dalam QS. Al - Mu’minun
ayat 52:
Artinya: “Sesungguhnya (agama Tauhid) ini, adalah agama kamu
semua, agama yang satu, dan Aku adalah Allahmu, Maka
bertakwalah kepada-Ku” (Al Qur’an dan Tejemahahnya,
2008: 345)
Tahlil selain membaca laaillahaa illallah juga membaca
kalimat-kalimat thoyyibah, seperti membaca surat Al Fatihah, ayat
kursi, tasbih, tahmid, takbir, istighfar dan lain-lain dan pembacaan
tahlil tersebut dipimpin oleh imam majelis yang sudah ditunjuk
oleh pengurus. Dan dalam pembacaan tahlil sudah ada pedoman
yang mengatur bacaan-bacaan yang dibaca dalam tahlil.
19
d. Sholawat
Aboebakar Atjah (1993: 287) menyatakan dalam bukunya
bahwa sholawat adalah membaca sholawat dan salam kepada
baginda Rasulullah SAW, yang tersimpan dalam lafadz-lafadz
tertentu, karena bersholawat kepada Nabi itu termasuk amal ibadah
yang diberi pahala oleh Allah kepada orang yang mengerjakannya.
Sebagaiman dalam firman Allah SWT, dalam QS. Al-Ahzab ayat 56:
Artinya: “Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya
bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang beriman,
bershalawatlah kamu untuk Nabi dan ucapkanlah salam
penghormatan kepadanya” (Al Qur’an dan
Tejemahahnya, 2008: 426)
Dalam majelis dzikir biasanya pembacaan sholawat adalah
dengan membaca maulidurrosul (membaca biografi Nabi
Muhammad), membaca syair-syair yang memujinya dengan sifat-
sifatnya, kemuliaannnya dan kemu’jizatan-Nya. Sholawat kepada
Nabi biasanya diiringi dengan taslim, misalnya Allahumma Sholli
wa Sallim ala Sayyidina Muhammad artinya ya Allahku
turunkanlah rahmat dan kesejahteraan kepada Nabi Muhammad
SAW (Aboebakar, 1993:290). Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa bersholawat kepada Nabi ialah mengakui kerasulannya serta
memohon kepada Allah, semoga Allah memberikan keutamaan
kemuliaan-Nya. Bersholawat kepada Nabi adalah ibadah yang
20
istimewa, karena Allah selalu menurunkan rahmat-Nya dan
malaikat selalu berdo’a untuknya, serta memerintahkan orang-
orang yang beriman bersholawat kepada-Nya. Dan dengan
membaca sholawat ini dengan harapan kelak mendapatkan
pertolongan atau syafa’at Nabi Muhammad SAW.
3. Macam-macam dzikir
Adapun cara dan bentuk berdzikir mempunyai tiga macam cara:
a. Dzikir dengan hati.
Yaitu dengan cara bertafakur, memikirkan ciptaan Allah
SWT. Sehingga timbul dalam fikiran bahwa Allah adalah dzat yang
Maha kuasa, semua yang ada dalam semesta ini pastilah yang
menciptakan adalah Allah SWT, maka dengan berdzikir keimanan
seseorang akan semakin bertambah.
b. Dzikir dengan lisan (ucapan).
Yaitu dengan mengucapkan lafadz-lafadz yang dalamnya
mengandung asma-asma Allah SWT yang telah diajarkan
Rasulullah kepada umatnya misalnya mengucapkan lafadz takbir,
tahmid, tasbih, tahlil, sholawat, membaca Al Qur’an dan lain
sebagainya.
c. Dzikir dengan perbuatan
Yaitu dengan cara melakukan apa yang diperintahkan Allah
SWT dan menjauhi segala apa yang dilarang oleh Allah SWT. Dan
21
yang harus dilakukan adalah semua amalan harus dilandasi dengan
niat, untuk mendapatkan ridho Allah SWT (Quasem, 1988: 236).
4. Manfaat Majelis Dzikir
Yazid (2008: 61-87) dalam bukunya bahwa manfaat
berdzikir (mengingat Allah SWT) sangat banyak diantaranya sebagai
berikut :
a. Mendatangkan keridhoan Allah SWT.
b. Menghilangkan kesedihan dan kemurahan hati.
c. Mendatangkan kegembiraan dan ketentraman .
d. Melapangkan rizki.
e. Menumbuhkan perasaan bahwa dirinya diawasi Allah, sehingga
mendorong untuknya selalu berbuat bijak.
f. Malaikat akan selalu memintakan ampun kepada Allah bagi orang-
orang yang berdzikir.
g. Orang-orang yang berdzikir (mengingat Allah) senantiasa merasa
dekat dengan-Nya dan Allah bersamanya dan lain –lain.
M. Quraish Shihab mengutip pendapat, bahwa Imam Ghozali
menyebutkan ada empat puluh manfaat, dua puluh di dunia dan dua
puluh lainnya di akhirat. Diantara manfaat yang diraih oleh pedzikir di
dunia antara lain:
1) Dia akan disebut-sebut atau diingat, dipuji dan di cintai Allah
SWT.
2) Allah SWT menjadi wakil dalam menangani segala urusannya.
22
3) Allah akan menjadi teman yang menghibur.
4) Memiliki harga diri sehingga tidak merasa butuh kepada siapapun
selain Allah SWT.
5) Memiliki semangat yang kuat, kaya hati, dan lapang dada.
6) Memiliki cahaya kalbu yang menerangi guna meraih pengetahuan
dan hikmah.
7) Memiliki wibawa yang mengesankan.
8) Meraih mawaddah atau kecintaan pihak lain.
9) Keberkahan dalam jiwa, ucapan perbuatan, pakaian, bahkan tempat
melangkah dan duduk.
10) Pengabul doa (Shihab, 2008: 131-132).
11) Memperoleh rahmat dan inayah Allah SWT.
12) Memberikan sinar kepada hati serta menghilangkan kekacauan
jiwa dan kegelisahan pikiran.
13) Menghasilkan ampunan dari Allah SWT.
14) Menjadi ukuran derajat yang diperoleh di sisi Allah SWT.
15) Di jaga dan dikawal oleh malaikat.
16) Memelihara diri dari setan dan perbuatan maksiat.
17) Memperoleh kebahagiaan dunia dan akhirat.
18) Mendapat sebutan dari Allah SWT dihadapan hamba-hamba yang
pilihan.
19) Menegakkan dan menguatkan iman.
23
20) Menjadikan berderajat tinggi di sisi Allah SWT (Soejtipto,
1986:78).
5. Keutamaan Majelis Dzikir
Seandainya tidak ayat al-Qur’an atau hadits Nabi yang
menerangkan tentang dzikrullah, maka dzikir yang hakiki kepada Yang
Maha Pemberi nikmat ini tetaplah sangat penting. Sebab, kita adalah
hamba-Nya, maka kita harus selalu mengingat-Nya jangan sampai
melalaikan-Nya. Dialah Yang Maha Pemberi yang telah memberi
nikmat dan kebaikan yang tidak terhitung banyaknya tanpa batas waktu.
Karena itu, berdzikir kepada Allah dan mensyukuri karunia-Nya
merupakan sesuatu yang fitrah bagi seorang hamba (al-Kandalawi,
2003: 357).
Majelis dzikir juga menumbuh-suburkan rahmat Allah, dan
menghapus dosa-dosa kecil. Keterangan tersebut termaktub dalam al-
Qur’an Surat al-Ahzab ayat 43 yang artinya: ‘’Dialah yang memberi
rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu),
supaya dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang
terang). Dan adalah dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang
beriman’’ (Departemen Agama RI, 2006: 599).
Dalam ayat tersebut, Allah menegaskan akan melimpahkan
rahmatnya kepada orang-orang yang berdzikir, dan malaikat juga
memohon kepada-Nya, supaya dosa-dosa orang yang berdzikir
diampuni dan dikeluarkan dari kehidupan gelap (tanpa cahaya), kepada
kehidupan yang penuh cahaya (nur)-Nya. Rasulullah SAW bersabda:
24
ما من قوم اجتمعوا يذكرون الله تعلى, لايريدون بذلك إلا نادهم مناد من
لت لكم سيئاتكم حسنات )رواه أحمد وابو ماء , قوموا مغفورا لكم قد بد الس
يعلى والطبرانى(.
Artinya: “Setiap kali ada sekelompok kaum yang berkumpul untuk berdzikir
kepada Allah, dan dengan majelis dzikir ini mereka hanya bertujuan
untuk Allah semata, niscaya mereka akan dipanggil oleh Dzat yang
memanggil dari langit, “berdzikirlah kalian sementara dosa-dosa
kalian sudah diampuni, Aku telah mengganti kejelekan kalian
dengan kebaikan” (HR. Ahmad, Abu Ya’la dan ath-Thabrani), (Al-
Ghazali, 1998:11).
Penegasan Allah SWT tersebut menunjukkan, adanya perlakuan khusus
Allah SWT dan para malaikat kepada orang-orang yang banyak berdzikir.
Perlakuan khusus tersebut, diberikan oleh Allah dan para malaikat, sebagai
suatu petunjuk bahwa kegiatan dzikrullah, merupakan suatu ibadah wajib
yang memiliki kekhususan tersendiri, dibandingkan dengan ibadah-ibadah
yang lain, dan karenanya kepada pelaksanaan ibadah tersebut, akan diberikan
berbagai keutamaan (Majid dan Aziz, 2004: 19).
B. KECERDASAN SPIRITUAL
1. Pengertian Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan berasal dari kata “cerdas” yang mendapat imbauan ke-
an. Cerdas berarti akal budi, pandai, tajam pikiran (Poerwadarminta,
1997: 363). Dengan demikian kecerdasan adalah perkembangan akal
budi seperti kepandaian, ketajaman pikiran, (Jhon M. Echols, 2000: 546).
Kata Spiritual berasal dari kata spirit dalam bahasa inggris, yang
berarti roh atau jiwa. Sedangkan spiritual adalah keagamaan (Jhon M.
25
Echols, 2000: 764). Pendapat lain mengatakan spiritual berkaitan dengan
roh, semangat, atau jiwa. Dapat juga diartikan dengan religious yang
berhubungan dengan agama, keimanan, kesalehan, menyangkut nilai-
nilai transendental (Chaplin terjemahan Karini Kartono, 1989: 480).
Kecerdasan adalah kecakapan untuk menangani dan kemampuan
mempelajari sesuatu, termasuk pencapaian hubungan dengan yang lain.
Kemampuan berurusan dengan kerumitan, kerumitan atau abstrak-
abstrak, kemampuan dan kecakapan berfikir (Walidah, 2013: 43).
Spiritual menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah (segala
sesuatu) yang berhubungan dengan atau bersifat kejiwaan, rohani atau
batin. Sedangkan batin adalah sesuatu yang terdapat dalam hati; sesuatu
yang menyangkut jiwa (perasaan hati dan sebagainya); ia menceritakan
apa yang terasa dalam batinnya, atau sesuatu yang tersembunyi (gaib);
tidak kelihatan.
Dari definisi Spiritual, dan batin tersebut dapat kita serap makna
bahwa spiritual menyangkut hal-hal yang ada “dalam” diri manusia,
bahkan “diluar” diri manusia. Para pakar “kecerdasan ketiga” (SQ)
meyakini bahwa nilai-nilai spiritualitas inilah yang dapat memberikan
makna kehidupan karena sesungguhnya pemaknaan terhadap hidup ini
bukan datang dari luar, tapi ia datang dari dalam (Nasution, 2009: 10).
Kehidupan yang seimbang di atas kita dapat capai dengan
melakukan empat prinsip spiritual di bawah ini: Pertama, ketahuilah
bahwa Allah senantiasa memerhatikan diri manusia. Allah memiliki sifat
26
al- Bashiir (Maha Melihat). Dia menciptakan miliaran binatang dan
tumbuhan, tidak sulit baginya untuk melihat apa yang dikerjakan
manusia. Bahkan, Dia mengetahui segala sesuatu yang tersembunyi di
dalam hati. Ke mana pun kita pergi, disanalah Allah senantisa melihat.
Kemanapun kita bersembunyi Allah senantiasa mengetahui. Kedua,
percayalah bahwa semua kehidupan berhubungan dan bertujuan. Tidak
dapat dipungkiri bahwa keberlangsungan kehidupan manusia adalah
karena manusia saling terhubung dan saling tergantung. Misalnya,
manusia membutuhkan oksigen yang dikeluarkan oleh tumbuhan dan
tumbuhan mendapatkan karbondioksida dari manusia. Bayangkan jika
pasokan oksigen tidak disiapkan oleh Allah melalui berjuta-juta
tumbuhan yang ada di bumi, keberlangsungan hidup manusia tidak akan
lestari. Ketiga, Dengarkan suara hati. Suara hati merupakan sistem yang
sudah ada dalam diri manusia, yang disebut juga intuisi. Intuisi akan
selalu ada sepanjang manusia masih hidup dan ketajamannya bisa diasah.
Intuisi berkaitan dengan kemampuan mengindra pesan-pesan dari
“gudang” penyimpanan memori yang disebut suara hati. Keempat,
jadikan setiap hari suatu amal baru. Ketika kita bangun tidur sampai
tidur kembali isilah dengan aktivitas-aktivitas positif. Jangan menyisakan
waktu untuk hal-hal yang sia-sia dan tidak berarti. Berdiam diri tanpa
aktivitas adalah tempat subur bagi setan untuk bersemayam. Orang yang
merasa kesunyian adalah mangsa empuk setan (Nasution, 2009: 13).
27
Kecerdasan spiritual, menurut Marsha Sinetar, adalah pikiran yang
mendapat inspirasi, dorongan, dan efektifitas yang terinspirasi, the is-
ness atau pengkhayatan ketuhanan yang di dalamnya kita semua menjadi
bagian (Sudirman Tebba, 2003: 20).
Dengan kata lain kecerdasan spiritual adalah pemikiran yang
terilhami oleh dorongan dan efektifitas. Keberadaan atau hidup ilahi yang
mempersatukan manusia sebagai makhluk ciptaan Allah SWT.
Kecerdasan spiritual ini melibatkan kemampuan untuk menghidupkan
kemampuan yang paling dalam yang berarti mewujudkan hal terbaik,
utuh dan paling manusia dalam batin (Triantoro Safari, 2007: 15).
Kecerdasan Spiritual adalah kecerdasan jiwa, yakni tingkat baru
kesadaran yang bertumpu pada bagian dalam diri yang berhubungan
dengan kearifan di luar ego atau jiwa sadar, yang membantu
menyembuhkan dan membangun diri manusia secara utuh, yang
dengannya manusia tidak hanya mengakui nilai-nilai yang ada, tapi lebih
kreatif menemukan nilai-nilai baru, juga dapat menyeimbangkan makna
dan nilai serta menempatkan kehidupan dalam konteks yang lebih luas
(Mahdi, 2006: 39).
Danah Zohar dan Ian Marshall dalam buku mereka, SQ: Spiritual
Quetiont mendefinisikan bahwa: “Kecerdasan spiritual adalah kecerdasan
untuk menghadapi makna atau value, yaitu kecerdasan untuk
menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih
luasa dan kaya , dibandingkan dengan yang lain. SQ adalah landasan
28
yang diperlukan untuk memfungsikan 1Q dan EQ secara efektif. Bahkan,
SQ merupakan kecerdasan tertinggi (Nasution, 2009: 13).”
2. Ciri-Ciri Kecerdasan Spiritual
Menurut Jalaluddin Rakhmat, (2004: 27) ciri atau karakteristik
kecerdasan spiritul ialah:
a. Mengenal motif kita yang paling dalam
b. Memiliki tingkat kesadaran yang tinggi
c. Bersikap responsif pada diri yang dalam
d. Dapat memanfaatkan dan mentransendenkan kesulitan atau
penderitaan
e. Sanggup berdiri menentang dan berbeda dengan orang banyak
f. Enggan menganggu atau menyakiti
g. Memperlakukan agama secara cerdas
Seseorang yang tinggi SQnya juga cenderung menjadi seorang
pemimipin yang penuh pengabdian, yaitu seorang yang bertanggung
untuk membawa visi dan nilai lebih tinggi kepada orang lain dan
memberi inspirasi kepada orang lain. Danah Zohar dan Ian Marshall
mengindikasikan tanda dari SQ yang telah berkembang dengan baik
mencakup hal-hal berikut:
1) Kemampuan bersikap fleksibel (adaptif secara spontan dan aktif)
Orang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi ditandai
dengan sikap hidupnya yang fleksibel atau bisa luwes dalam
menghadapi persoalan. Fleksibel disini bukan berarti munafik atau
29
bermuka dua. Fleksibel disini juga bukan berarti tidak mempunyai
pendirian. Akan tetapi, fleksibel karena pengetahuannya yang luas
dan dalam serta sikap dari hati yang tidak kaku. Orang yang fleksibel
seperti ini lebih mudah menyesuaikan diri dalam berbagai macam
situasai dan kondisi. Orang yang fleksibel juga tidak mau
memaksakan kehendak dan tidak jarang tampak mudah mengalah
dengan orang lain. Meskipun demikian, dengan bersifat fleksibel
mudah menerima kenyataan dengan hati yang lapang.
2) Tingkat kesadaran yang tinggi
Orang yang mempunyai tingkat kecerdasan yang tinggi berarti
mengenal dengan baik siapa dirinya. Orang yang demikian lebih
mudah mengendalikan diri dalam berbagai situasai dan keadaan,
termasuk dalam mengendalikan emosi. Dengan mengenal diri sendiri
secara baik, seseorang lebih mudah pula dalam memahami orang
lain. Dalam tahap spiritual selanjutnya, lebih mudah baginya untuk
mengenal Tuhannya.
Dalam menghadapi persoalan hidup yang semakin kompleks,
tingkat kesadaran yang tinggi ini sangat penting sekali. Tidak mudah
baginya untuk putus asa. Jauh dari kemarahan, sebaliknya sangat
dekat dengan keramahan. Orang yang semacam ini tidak mungkin
mendapatkan julukan sebagai orang yang tidak tau diri dari orang
lain.
30
3) Kemampuan untuk menghadapi dan memanfaatkan penderitaan
Kemampuan menghadapi penderitaan di dapatkan karena
seseorang mempunyai kesadaran bahwa penderitaan ini terjadi
sesungguhnya untuk membangun dirinya agar menjadi manusia yang
lebih kuat.
4) Kemampuan untuk menghadapi dan melampui rasa sakit
Orang yang mempunyai tingkat kesadaran yang paling tinggi bisa
menghadapi dan mengelola rasa sakit atau takut dengan baik.
Dengan sabar akan menghadapi segala sesuatu. Kesabaran dengan
banyak hal memang bisa bermakna sebagai keberanian seseorang
dalam menghadapi kehidupan.
5) Kualitas hidup yang diilhami oleh visi dan nilai
Visi dan nilai dari seseorang bisa jadi disandarkan kepada
keyakinan kepada Tuhan, atau bisa juga berangkat dari visi dan nilai
yang diyakininya berasal dari pengalaman hidup. Visi dan nilai yang
dimiliki oleh seseorang bisa membuat hidupnya terarah, tidak goyah
ketika menghadapi cobaan dan lebih mudah dalam meraih
kebahagiaan.
6) Keengganan untuk menyebabkan kerugian yang tidak perlu
Orang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang baik akan
enggan bila keputusan atau langkah-langkah yang diambilnya bisa
31
menyebabkan kerugian yang tidak perlu. Hal ini bisa terjadi karena
bisa berfikir lebih selektif dalam mempertimbangkan berbagai hal.
Inilah yang sering disebut dalam ilmu managemen sebagai langkah
yang selektif.
7) Kecenderungan untuk melihat ketertarikan antara berbagai hal
(holisticview)
Agar keputusan dan langkah yang diambil oleh sesorang dapat
mendekati keberhasilan, diperlukan kemampuan dalam melihat
keterkaitan antara berbagai hal. Agar hal yang sedang
dipertimbangkan itu menghasilkan kebaikan, sangat perlu melihat
keterkaitan antara berbagai hal dalam sebuah masalah.
8) Kecenderungan untuk bertanya untuk mencari jawaban yang
mendasar
Dengan pertanyaan “mengapa” atau “bagaimana” seseorang dapat
memahami masalah dengan baik, tidak secara parsial dan dapat
mengambil keputusan dengan baik.
9) Bertanggung jawab untuk membawakan visi dan nilai yang lebih
tinggi pada orang lain
Orang yang mempunyai kecerdasan spiritual yang tinggi akan bisa
menjadi pemimpin yang penuh pengabdian dan tanggung jawab
(Zohar & Marshall, 2007: 14).
32
3. Fungsi Kecerdasan Spiritual
Zohar dan Marshall menyebutkan dalam bukunya bahwa
menggunakan SQ untuk:
a. Menjadikan manusia apa adanya sekarang dan memberi potensi
lagi untuk terus berkembang.
b. Menjadi lebih kreatif, menghadirkannya ketika diinginkan agar
menjadi luwes, berwawasan luas, dan spontan dengan cara yang
kreatif.
c. Menghadapi masalah ekstensial yaitu pada waktu pribadi terpuruk
terjabak oleh kebiasaan dan kekhawatiran, dan masa lalu akibat
kesedihan. Karena dengan SQ akan didasari bahwa mempunyai
masalah ekstensial dan membuat manusia mengatasinya atau paling
tidak bisa berdamai dengan masalah tersebut.
d. SQ dapat digunakan pada masalah krisis yang sangat membuat
kehilangan keteraturan diri. Dengan SQ suara hati akan menuntun
kejalan yang lebih benar.
e. Mempunyai kemampuan beragama yang benar, tanpa harus fanatik
dan tertutup terhadap kehidupan yang sebenarnya sangat beragam.
f. SQ memungkinkan menjembatani atau menyatukan hal yang
bersifat personal dan interpersonal, antara diri dan orang lain,
karenanya akan sadar akan ingritas orang lain dan integritas.
g. SQ juga digunakan untuk mencapai kematangan pribadi yang lebih
utuh karena mempunyai potensi untuk itu. Juga karena SQ akan
33
membuat sadar mengenai makna dan prinsip sehingga ego akan
dinomer duakan, dan hidup berdasarkan prinsip yang abadi.
h. Menggunakan SQ dalam menghadapi pilihan dan realitas yang
pasti akan datang dan harus dihadapi apapun bentuknya. Baik atau
buruk jahat atau dalam segala penderitaan yang tiba-tiba datang
tanpa diduga, (Zohar & Marshall, 2007: 12-13).
4. Faktor Yang Menghambat Kecerdasan Spiritual
Ada enam faktor yang membuat seseorang dapat terhambat
spiritualnya yaitu:
a. Adanya ketidakseimbangan yang dinamis antara id, ego, dan super
ego, ketidak seimbangan antara ego sadar yang rasional dan
tuntutan dari alam tidak sadar secara umum.
b. Adanya orang tua yang tidak menyayangi anaknya.
c. Mengharap terlalu banyak.
d. Adanya ajaran yang menekan insting.
e. Adanya aturan moral yang menekan insting ilmiah.
f. Adanya luka jiwa, yaitu jiwa yang menggambarkan pengalaman.
g. Perasaan terasing dan tidak berharga (Trihandini, 2005: 28).
5. Mengembangkan Kecerdasan Spiritual
Ada beberapa cara untuk mengembangkan kecerdasan spiritual,
menurut Mahpur yaitu:
34
a. Mengadakan ziarah, istigotsah dan i’tikaf
Sebagai media taqarrabun ila Allah, muhasabah dan motivasi,
kesabaran, pengharapan, meningkatkan kohesifitas dan kebersamaan.
b. Jam’iyyah, halaqah
Sebagai pengembangan diri interaktif problem solver, ketahanan
mental, penajaman kognitif dan memori.
c. Humor Santri
Sebagai media pengelola stress, sebuah keakraban untuk
memediasi konflik, kejenuhan, kreativitas dan dinamika.
d. Sowan dan Musofahah
Sebagai internalisasi modelling, perimbangan dimensi kepribadian.
e. Riyadhah
Sebagai penempa diri, pembentukan harga diri, dan mentalitas
sportifitas (Mahpur, 2008, hal 139).
Menurut Danah Zohar, ada istilah mendapatkan kecerdasan
spiritual, dalam istilah yang dipakai al-Ghazali adalah menjadikan hati
bersinar. Ada 10 macam cara agar hati bersinar menurut al-Ghazali,
yang diistilahkan oleh Danah Zohar dengan kecerdasan spiritual yaitu:
a. Tobat
b. Sabar dan syukur
c. Harapan dan rasa takut
d. Kemiskinan dan zuhud
e. Tauhid dan tawakkal
35
f. Kecintaan, kerinduan, sayang dan kerelaan
g. Niat, keikhlasan dan jujur
h. Pengawasan diri dan pemeriksaannya
i. Berfikir mendalam
j. Mengingat kematian serta kehidupan setelah mati.
C. Peran Majelis Dzikir Al Khidmah Dalam Mengembangkan
Kecerdasan Spiritual
Majelis dzikir adalah tempat berkumpul untuk beribadah, memuji,
berdo’a atau memohon kepada Allah SWT dan bersholawat kepada
Rasulullah SAW secara bersaama-sama dan secara terbuka yang dipimpin
oleh imam majelis yang telah ditunjuk oleh pengurus. Dalam majelis
dzikir ini juga dilaksanakan ibadah sholat sunah hajat yang dilaksanakan
sebelum melakukan ibadah dzikir, do’a dan sholawat bersama. Diadakan
di tempat yang berbeda-beda. Majelis ini diikuti oleh mahasiswa dari
beberapa sekolah tinggi dan berbagai fakultas di Kota Salatiga. Mereka
merasakan manfaat banyak dan bersifat positif dalam menjalani
kehidupan.
Dengan berkumpul dan berkhidmah di majelis yang mulia ini
dengan harapan mendapatkan berkah dari majelis-majelis yang mulia
seperti majelis kirim do’a, majelis istighosah, majelis khotmil qur’an,
majelis maulidurrasul SAW, manaqib, tahlil dan kegiatan lain di Al
Khidmah. Yang mana Jama’ah Al-Khidmah itu sendiri dirintis oleh
36
Hadrotus Syeh Romo KH Ahmad Asrori Al Ishaqi RA. Yang telah
mengajak kita semua untuk selalu mengingat kepada Allah SWT,
menambah mahabbah kita kepada para Nabi, Habaib, Auliya, dengan
berharap semoga mendapat barokah, syafa’at di hari kiamat dan diakui
umatnya Rasulillah SAW sebagai umat yang senantiasa senang berdzikir
dan bertaqwa kepada Allah SWT sehingga kelak kita dikumpulkan
kedalam surganya Allah dengan orang-orang yang sholih.
Jika mengacu pada salah satu pengertian kecerdasan spiritual
menurut Danah Zohar dan Marshall bahwa kecerdasan spiritual adalah
kecerdasan untuk menghadapi makna/ value yaitu kecerdasan untuk
menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih
luas dan kaya dibandingkan dengan yang lain. Maka timbul pertanyaan
apa kaitan antara majelis dzikir dengan kecerdasan spiritual? Dengan
mengikuti kegiatan-kegiatan majelis dzikir, jama’ah lebih sabar dan tabah
dalam menghadapi berbagai macam masalah, memiliki tingkat kesadaran
yang tinggi, memperlakukan agama secara cerdas, selalu ingat akan
kematian sehingga jamaah semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Dari kegiatan-kegiatan yang diselenggarakan di majelis dzikir Al
Khidmah, akan terbentuk kecerdasan spiritual bagi para jamaah. Bagi
jama’ah yang sudah aktif mengikuti majelis dzikir Al Khidmah selalu
berusaha untuk mengembangkan kecerdasan spiritual dengan cara
istiqomah dalam mengikuti majelis dzikir tersebut dan berharap
keinginannya untuk menciptakan kecerdasan spiritual tersebut. Dari uraian
37
di atas dapat diambil kesimpulan bahwa majelis dzikir Al Khidmah
berperan dalam mengembangkan kecerdasan spiritual.
38
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Setiap penelitian memerlukan pendekatan dan jenis penelitian yang
sesuai dengan masalah yang dihadapi. Jenis penelitian yang
dipergunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan dengan
pendekatan kualitatif.
Penelitian kualitatif mengkaji perspektif partisipan dengan multi
strategi. Strategi-strategi yang bersifat interaktif, seperti observasi
langsung, observasi partisipan, wawancara mendalam, dokumen-
dokumen, teknik-teknik perlengkapan seperti foto, rekaman, dan lain-
lain (Izzati, 2015: 11).
Dalam penelitian ini, penulis menggunakan jenis penelitian
deskriptif. Menurut (Sukardi, 2004: 157), penelitian deskriptif yaitu
metode penelitian yang menggambarkan dan menginterprestasi objek
sesuai dengan apa adanya. Penelitian ini juga sering disebut non-
eksperimen, karena pada penelitian ini peneliti tidak melakukan
kontrol dan memanipulasi variabel penelitian. Oleh karena itu, dalam
penelitian ini peneliti mendeskripsikan dan menginterprestasi peran
Majelis dzikir Mahasiswa Al-Khidmah dalam mengembangkan
kecerdasan spiritual. Penelitian ini dimaksudkan untuk
mengumpulkan informasi mengenai status gejala yang ada yaitu
39
keadaan gejala perubahan sikap jama’ah ke arah yang lebih baik
setelah mengikuti kegiatan majelis dzikir Mahasiswa Al-Khidmah.
Kehadiran peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai pengumpul
data mengenai peran Majelis dzikir Mahasiswa Al-Khidmah dalam
mengembangkan kecerdasan spiritual. Peneliti harus berusaha untuk
mengamati, mendampingi, dan terlibat dalam aktivitas-aktivitas
terlaksananya majelis dzikir Mahasiswa Al-Khidmah dalam
mengembangkan kecerdasan spiritual.
B. Lokasi penelitian
Penelitian ini akan dilakukan secara umun di Majelis dzikir Al-
Khidmah Mahasiswa IAIN Salatiga, khususnya kantor sekretariat
Majelis Dzikir Al Khidmah Kota Salatiga, masjid Darul Amal
Salatiga, masjid Jami’ At Thoyyar IAIN Salatiga dimana kegiatan
Majelis dzikir Mahasiswa Al-Khidmah dilaksanakan setiap bulan di
tempat tersebut secara bergiliran. Alasan peneliti memilih lokasi
tersebut adalah karena peneliti tertarik dengan kegiatan-kegiatan yang
ada dalam majelis tersebut.
C. Sumber data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:
1. Data Primer
Sumber data primer adalah sumber data yang diperoleh
secara langsung (Arikunto, 2006:145). Digunakan untuk
mendapatkan data tentang peran Majelis dzikir Al-Khidmah dalam
40
mengembangkan kecerdasan spiritual. Adapun untuk memperoleh
data dengan melakukan wawancara dengan para informan yang
telah ditentukan meliputi berbagai hal yang berkaitan dengan peran
Majelis dzikir Al-Khidmah dalam mengembangkan
kecerdasan spiritual. Adapun sumber data dalam penelitian ini
yaitu: Pembina Majelis Dzikir Mahasiswa Al-Khidmah, Pengurus
Majelis Dzikir Mahasiswa Al-Khidmah, dan jamaah Majelis Dzikir
Mahasiswa Al-Khidmah.
Dari informasi-informan kunci tersebut akan dilakukan
penelusuran lebih lanjut kepada pihak-pihak terkait.
2. Data Sekunder
Sumber data sekunder adalah sumber data pendukung atau
penunjang penelitian ini ( Arikunto, 2006: 145). Data sekunder
dalam penelitian ini adalah foto terkait dengan kegiatan majelis
dzikir Mahasiswa Al Khidmah Kota Salatiga serta foto wawancara
peneliti dengan beberapa responden.
D. Prosedur Pengumpulan Data
1. Metode Interview atau Wawancara
Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang digunakan
peneliti untuk mendapatkan keterangan-keterangan lisan melalui
dialog dan tatap muka langsung dengan orang yang dapat
memberikan informasi kepada peneliti (Moleong, 2008: 153).
Wawancara adalah salah satu alat yang paling banyak digunakan
41
untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif. Wawancara
memungkinkan peneliti untuk mengumpulkan data yang beragam
dari para responden dalam berbagai situasi dan konteks (Sarosa,
2012: 45).
Secara garis besar ada dua macam pedoman wawancara :
(Arikunto, 2010: 270).
1. Pedoman wawancara tidak terstruktur, yaitu pedoman
wawancara yang hanya membuat garis besar yang akan
ditanyakan. Tentu saja kreatifitas pewawancara sangat
diperlukan, bahkan hasil wawancara dengan hasil pedoman ini
lebih banyak tergantung dari pewawancara. Pewawancara
sebagai pengemudi jawaban responden.
2. Pedoman wawancara terstruktur, yaitu pedoman wawancara
yang disusun secara terperinci sehingga menyerupai check-list.
Pewawancara tinggal membubuhkan tanda v (check) pada
nomer yang sesuai.
Metode wawancara ini digunakan untuk menggali data dari
informan untuk menggali data tentang peran majelis dzikir
Mahasiswa Al-Khidmah dalam mengembangkan kecerdasan
Spiritual.
Dalam proses penelitian diperlukan adanya persiapan
wawancara. Persiapan wawancara tersebut diperlukan adanya
persiapan wawancara. Persiapan wawancara tak terstruktur
42
menurut Moeleong (2012: 190) dapat diselenggarakan menurut
tahapan-tahapan tertentu yakni sebagai berikut.
Tahap pertama, ialah menemukan siapa yang akan di
wawancarai. Barangkali pada suatu saat pilihan hanya berkisar
diantara beberapa orang memenehi persyaratan. Tahap kedua, ialah
mencari tahu bagaimana cara yang sebaiknya untuk mengadakan
kontak dengan responden. Karena responden adalah orang-orang
pilihan, dianjurkan agar jangan membiarkan orang ketiga
menghubungi, tetapi peneliti sendirilah yang melakukannya. Tahap
ketiga, mengadakan persiapan yang matang untuk melakukan
wawancara.
Adapun tujuan dari wawancara ini, menurut Nasution (2003:
73), yaitu “ untuk mengetahui apa yang terkandung dalam alam
pikiran dan hati orang lain, bagaimana pandangannya tentang
dunia, yaitu hal-hal yang tidak dapat kita ketahui melalui
observasi”.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti menyimpulkan bahwa
dengan menggunakan wawancara dapat memperoleh gambaran
yang lebih mendalam dan objektif tentang fokus masalah yang
sedang diteliti.
a. Metode Observasi
Observasi atau pengamatan merupakan salah satu
teknik atau cara menampilkan data dengan jalan mengadakan
43
pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung (J.R.
Raco, 2010: 115). Pengamatan dilakukan oleh peneliti pada
objek penelitian ini untuk mendapatkan data yang dirasa
kurang diperoleh dari pengumpulan data melalui teknik
wawancara. Dalam observasi ini peneliti melakukan
pengamatan langsung kepada jama’ah Majelis Dzikir Al-
Khidmah yang berada di lokasi penelitian kegiatan tersebut
berlangsung serta mencari data-data yang mendukung dalam
penelitian.
b. Metode Dokumentasi
Dokumentasi adalah teknik pengumpulan data yang
tidak langsung ditunjukan pada subjek penelitian namun
melalui dokumentasi-dokumentasi (Hasan, 2002:87). Dalam
metode dokumentasi peneliti mencari dokumen-dokumen
penting yang mendukung data berkaitan dengan penelitian, dan
untuk memperkuat data-data yang didapat.
Suharsimi (2002: 206) memaparkan teknik dokumentasi
adalah pencarian data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, struktur organisasi, transkip, buku, surat kabar,
majalah, prasasti, notulen rapat, agenda, dan lain sebagainya.
Metode dokumentasi ini penulis gunakan untuk memperoleh
data-data yang ada pada majelis dzikir Al Khidmah yakni visi
44
dan misi, dokumen-dokumen kegiatan, foto kegiatan dan lain
sebagainya yang ada kaitannya dengan penelitian ini.
Pada penelitian ini metode dokumentasi digunakan
untuk memperoleh data yang berupa dokumen atau catatan-
catatan yang ada di Majelis Dzikir Al- Khidmah Kota Salatiga.
E. Analisis Data
Analisis data kualitatif (Bogdan & Taylor, 1992) adalah
upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-memilahnya menjadi satuan
yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan
pola, menemukan apa yang penting dipelajari dan memutuskan apa
yang dapat diceritakan kepada orang lain dengan menggunakan
langkah-langkah sebagai berikut:
1. Display data, peneliti menyajikan semua data yang
diperolehnya dalam bentuk uraian atau laporan teperinci.
2. Reduksi data, peneliti memotong data-data yang tidak perlu
untuk dibuang, laporan-laporan yang diambil hanya yang
pokok saja, difokuskan pada hal-hal yang penting.
3. Verifikasi data, sejak mulanya peneliti berusaha untuk mencari
makna data yang dikumpulkannya, kemudian disimpulkan
untuk menjawab tujuan penelitian.
45
Dalam hal ini penulis mencoba menganalisis seluruh data
yang terkumpul dalam peran Majelis dzikir Mahasiswa Al-
Khidmah dalam mengembangkan kecerdasan spiritual.
F. Pengecekan Keabsahan Data
Dalam ini peneliti berusaha memperoleh keabsahan data
temuan. Teknik yang dipakai untuk menguji keabsahan temuan
tersebut yaitu teknik triangulasi.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu sebagai
pembanding terhadap data data itu (Moleong, 2011: 332). Ada
empat macam triangulasi sebagai teknik pemeriksaan, yaitu
sumber, metode, penyidik, dan teori.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan triangulasi sumber.
Triangulasi sumber dapat ditempuh dengan jalan sebagai berikut:
a. Membandingkan data hasil pengamatan dengan hasil
wawancara
b. Membandingkan apa yang dikatakan orang di depan umum
dengan apa yang dikatakan secara pribadi.
c. Membandingkan keadaan dan pandangan seseorang dengan
berbagai pendapat orang lain.
d. Membandingkan wawancara dengan isi suatu dokumen yang
berkaitan (Moloeng, 2008: 331).
46
G. Tahap-tahap Penelitian
Adapun tahapan penelitian bertajuk peran Majelis dzikir Al-
Khidmah dalam mengembangkan kecerdasan spiritual sebagai
berikut:
a. Tahap sebelum ke lapangan
Penulis menentukan fokus penelitian yang akan menjadi
pokok pembahasan, selain itu penulis melakukan konsultasi
kepada pembimbing dalam penyusunan proposal penelitian,
dilanjutkan penyelesaian perijinan lokasi penelitian.
b. Tahap pekerjaan lapangan yang meliputi:
1) Survei awal untuk mengetahui gambaran umum tentang
Majelis Dzikir Al-Khidmah dan menemui pihak
penanggung jawab kegiatan tersebut yang akan dijadikan
subyek penelitian serta meminta ijin untuk melakukan
penelitian.
2) Memasukkan sejumlah orang sebagai responden penelitian.
3) Melakukan penelitian secara langsung ke rumah tempat
tinggal jama’ah, kantor sekretariat Majelis Dzikir Al
Khidmah Kota Salatiga, masjid Darul Amal Salatiga,
masjid jami’ At Thoyyar IAIN Salatiga, untuk
memperoleh data dengan cara melakukan interview atau
47
wawancara kepada responden sebagai langkah awal
pengumpulan data.
c. Tahap analisis data
Meliputi analisis data yang diperoleh melalui observasi,
dokumentasi dan wawancara dengan mendalam dengan
pembina, pengurus, dan jamaah.
d. Tahap penulisan Laporan.
Meliputi kegiatan penyusunan hasil penelitian dari semua
rangkaian kegiatan pengumpulan data sampai pada pemberian
makna. Selain itu peneliti melakukan konsultasi kepada
pembimbing guna penyusunan laporan selengkapnya.
48
BAB IV
PAPARAN DATA DAN ANALISIS
A. PAPARAN DATA
1. Sejarah Berdirinya Majelis Dzikir Al Khidmah
Sejarah Al Khidmah tidak lepas dari seorang tokoh ulama sufi
kharismatik di wilayah Surabaya Jawa Timur. Pendiri Al Khidmah dan
sekaligus seoarang Pengasuh Pondok Pesantren Al Fitrah Surabaya yakni
KH.Ahmad Asrori al-Ishaqi. Beliau adalah salah satu pasangan putra dari
KH. Utsman al-Ishaqy dan Nyai Qomariyah binti kyai Munaji. Kata al-
Ishaqi dinisbatkan kepada maulana Ishaq, ayah dari Sunan Giri. Kyai
Asrori merupakan putra ke lima dari Sembilan bersaudara. Kyai Utsman
merupakan seorang murid Thariqah Qadiriyyah wa Naqsyabandiyyah
penerus dari mursyid sebelumnya yakni KH. Romli Tamim Jombang Jawa
Timur (Yusuf, 2014:20-21). Dalam dunia Islam, tarekat Naqsyabandiyah
dikenal sebagai tarekat yang penting dan memiliki penyebaran paling luas;
cabang-cabangnya bisa ditemukan di banyak negeri antara Yugoslavia dan
Mesir di belahan barat serta Indonesia dan Cina di belahan timur.
Sepeninggal Kiai Utsman tahun 1984, atas penunjukan langsung Kiai
Utsman, Kiai Ahmad Asrori meneruskan kedudukan mursyid ayahnya.
Tugas sebagai mursyid dalam usia yang masih muda ternyata
bukan perkara mudah. Banyak pengikut Kyai Utsman yang menolak
mengakui Kyai Asrori sebagai pengganti yang sah. Sebuah riwayat
menceritakan bahwa para penolak itu, pada tanggal 16 Maret 1988
49
berangkat meninggalkan Surabaya menuju Kebumen untuk melakukan
baiat kepada Kyai Sonhaji. Tidak diketahui dengan pasti bagaimana sikap
Kyai Asrori terhadap aksi tersebut namun sejarah mencatat bahwa Kyai
Asrori tak surut. Ia mendirikan pesantren Al-Fithrah di Kedinding Lor,
sebuah pesantren dengan sistem klasikal, yang kurikulum pendidikannya
menggabungkan pengetahuan umum dan pengajian kitab kuning. Ia juga
seorang penggagas Al Khidmah, sebuah jama’ah yang sebagian
anggotanya adalah pengamal Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah.
Jamaah ini menarik karena sifatnya yang inklusif, ia tidak memihak salah
satu organisasi sosial manapun. Meski dihadiri tokoh-tokoh ormas politik
dan pejabat negara, majelis-majelis yang diselenggarakan Al Khidmah
berlangsung dalam suasana murni keagamaan tanpa muatan-muatan politis
yang membebani. Kyai Asrori seolah menyediakan Al Khidmah sebagai
ruang yang terbuka bagi siapa saja yang ingin menempuh perjalanan
mendekat kepada Allah SWT tanpa membedakan baju dan kulit luarnya.
Pelan tapi pasti organisasi ini mendapatkan banyak pengikut. Saat ini
diperkirakan jumlah mereka jutaan orang, tersebar luas di banyak provinsi
di Indonesia, hingga Singapura, Malaysia, Thailand, Saudi Arabia dan
Filipina. Dengan kesabaran dan perjuangannya yang luar biasa, kyai
Asrori terbukti mampu meneruskan kemursyidan yang ia dapat dari
ayahnya. Bahkan lebih dari itu, ia berhasil mengembangkan Tarekat
Qadiriyah wa Naqsyabandiyah ke suatu posisi yang mungkin tidak pernah
ia bayangkan.
50
Kyai Asrori adalah pribadi yang istimewa. Pengetahuan agamanya
dalam dan kharisma memancar dari sosoknya yang sederhana. Tutur
katanya lembut namun seperti menerobos relung-relung di kedalaman hati
pendengarnya. Menurut keluarga dekatnya, sewaktu muda Kyai Asrori
telah menunjukkan keistimewaan-keistimewaan. Mondoknya tidak teratur,
Ia belajar di Rejoso satu tahun, di Pare satu tahun, dan di Bendo satu
tahun. Di Rejoso ia malah tidak aktif mengikuti kegiatan ngaji. Ketika hal
itu dilaporkan kepada pimpinan pondok, Kyai Mustain Romli, ia seperti
memaklumi, “biarkan saja, anak macan akhirnya jadi macan juga”.
Meskipun belajarnya tidak tertib, yang sangat mengherankan, kyai Asrori
mampu membaca dan mengajarkan kitab Ihya’ Ulum al-Din karya Imam
al-Ghazali dengan baik. Di kalangan pesantren, kepandaian luar biasa yang
diperoleh seseorang tanpa melalui proses belajar yang wajar semacam itu
sering disebut ilmu Laduni (ilmu yang diperoleh langsung dari Allah
SWT).
Konon jauh sebelum nama Al Khidmah muncul sekitar tahun 1980-
an KH. Ahmad Asrori waktu masih muda sering bergaul untuk mendekati
para pemuda di Gresik. Pemuda yang pertama di dekati oleh KH. Achmad
Asrori waktu itu adalah bernama Syamsul Hadi atau panggilannya
“Puyuh”. Ia adalah salah satu anak jalanan “anak embongan” juga seorang
seniman yang sering mangkal di Terminal Bundar Kota Gresik. Puyuh
setiap malam suka maksiat, sering minum-minuman keras dan
sebagainya.KH. Ahmad Asrori akhirnya mulai mendekati Puyuh nama
51
panggilan anak jalanan tadi, sambil membimbing dan mengerahkan
dengan penuh kesabaran, keuletan, pelan tapi pasti dan akhirnya Puyuh
lambat laun bertaubat dan akhirnya menjadi pengikut jama’ah KH. Ahmad
Asrori dan bersedia untuk dibimbing menuju jalan yang benar. Dari sinilah
kemudian Puyuh mengajak temannya yang lain untuk diajak gabung
mengikuti arahan dari KH. Ahmad Asrori seperti halnya dirinya. Akhirnya
Puyuh berhasil mengumpulkan sekitar 15 orang temannya untuk
mengadakan suatu perkumpulan anak-anak muda yang kegiatannya
berdzikir mendekatkan diri kepada Allah SWT. Kemudian lambat laun
dari 15 orang pemuda tersebut merasa antusias dalam mengikuti
perkumpulan majelis dzikirnya KH. Ahmad Asrori. Sampai kemudian dari
15 pemuda tadi berhasil mengajak pemuda lainnya yakni sekitar 500 orang
pemuda untuk mengadakan Majelis Dzikir dalam skala yang lebih besar
dan sempat menyewa sebuah wisma di daerah Kota Gresik. Akhirnya KH.
Ahmad Asrori memberi nama perkumpulan pemuda yang suka berdzikir
tersebut dengan sebuah nama Orong-orong. Orong-orong (hewan sejenis
jangkrik) atau hewan kecil yang muncul di waktu gelap yang mencari
cahaya dimalam hari dan mengelilinginya. Dengan nama itulah kyai
Asrori mengkiaskan hal itu, yakni mengajak para pemuda yang awalnya
kehidupannya gelap penuh dengan perbuatan maksiat dan dosa dibimbing
menuju kehidupan cahaya kebenaran dengan Ahklak al-Karimah. Sekitar
tahun 1984-an kyai Ahmad Asrori yang ketika itu masih belum menikah
berinisiatif untuk mendirikan Mushalla (tempat untuk shalat) yang berada
52
tepat disamping rumahnya di daerah kedinding Surabaya. Disana kyai
Ahmad Asrori mulai mengajak santri-santri lama untuk mengikuti kegiatan
majelisan dan pengajian setiap hari malam jum’at. Kegiatan tersebut
meneruskan dari amaliah ayahnya yaitu kyai Utsman yang sebelumnya
pernah juga menghadiri mejelis-majelis yang sama di berbagai tempat.
Kemudian dari tempat tinggal ini, selanjutnya menjadi awal cikal bakal
tempat ia mendirikan Pondok Pesantren yang diberi nama Al-Fitrah
(Yusuf, 2014:22-24).
Awalnya nama Al Khidmah muncul, ketika para santri Pondok
Pesantren Al-Fitrah setiap kali menulis undangan majelisan untuk
disebarkan kepada jama’ah, mereka tidak lupa menulis di bagian pojok
kanan bawah kertas undangan tersebut, ditulis dengan kata “Al Khidmah”
yang berarti pelayan atau melayani. Konon dari kebiasaan santri dalam
menulis undangan mereka senantiasa mencantumkan kata Al Khidmah,
akhirnya warga atau orang-orang dilingkungan pondok yang mendapat
undangan dari santri Pondok Pesantren Al-Fitrah menyebut acara majelis
dzikir itu dengan nama Majelis Al Khidmah. Sehingga nama itu sampai
sekarang terkenal dengan sebutan nama Al Khidmah yakni majelis dzikir
yang dipimpin oleh Kyai Ahmad Asrori (Yusuf, 2014: 24-25).
2. Visi dan Misi Al Khidmah
a. Visi Al Khidmah
Mewujudkan generasi yang shalih shalihah sejahtera lahir dan batin,
yang pandai bersyukur, dapat menyenangkan hati keluarganya, orang
53
tuanya, guru-gurunya hingga Nabi Besar Muhammad SAW sesuai
dengan petunjuk al-Qur’an dan hadis serta tuntunan ahklak para
Salafuna as-Shalih.
b. Misi Al Khidmah
1) Mewujudkan keluarga yang shalih shalihah sejahtera lahir dan
batin, yang senang berkumpul dalam majelis dzikir, maulid dan
manaqib serta kirim doa kepada orang tua.
2) Mewujudkan masyarakat yang shalih shalihah sejahtera lahir dan
batin, yang senang berkumpul dalam majelis dzikir, maulid dan
manaqib serta kirim doa kepada orang tua.
3) Mewujudkan pejabat yang shalih shalihah sejahtera lahir dan batin,
yang senang berkumpul dalam majelis dzikir, maulid dan manaqib
serta kirim doa kepada orang tua.
4) Mewujudkan pengurus jama’ah Al Khidmah yang mampu
memfasilitasi terselenggaranya majlis dzikir, maulid dan manaqib
serta kirim doa kepada orang tua.
5) Mewujudkan pengurus Al Khidmah di seluruh tanah air dan
dibeberapa Negara tetangga.
6) Mewujudkan usaha-usaha yang dapat meningkatkan kesejahteraan
masyarakat, sehingga lebih istiqamah beribadah (Pengurus Pusat
Al Khidmah. 2014:4).
54
3. Dasar Pemikiran Lahirnya Al Khidmah
Dasar pemikiran lahirnya Al Khidmah ini dibentuk karena untuk
membentengi generasi muda Indonesia dari maraknya ajaran-ajaran yang
menyimpang dari ajaran Ahlus Sunnah wal Jama’ah. Diantara munculnya
dasar pemikiran lahirnya Al Khidmah yaitu:
a. Makin susah dan beratnya memegang teguh aqidah, keyakinan, dan
perjalanan agama yang benar, tegak dan lurus, seperti menggenggam
bara api dalam telapak tangan.
b. Makin berkurangnya sikap menyayangi dan menghargai sesama, akibat
berkurang atau tiada rasa malu.
c. Makin banyaknya orang sering mencampuri urusan-urusan dan hak-hak
orang lain, sehingga sering timbul dan bangkit kesalahpahaman dan
salah pengertian, sampai ke perpecahan dan permusuhan.
d. Ahlul amanah dikhianati, sebaliknya Ahlul khiyanah dipercaya,
menjadikan yang dekat menjadi yang jauh, sebaliknya yang jauh
menjadi dekat.
e. Makin terselubung dan kaburnya persoalan, sehingga sulit
membedakan antara yang haq dengan yang bathil, akibat karena
beraninya selalu membawa-bawa nama: “Demi Allah, demi Rasulullah
SAW, demi agama dan demi kebenaran yang mutlak serta demi bangsa
dan negara”.
55
f. Makin terbaliknya pemikiran dan sudut pandang, yang baik dikatakan
mungkar sebaliknya yang mungkar dikatakan baik.
g. Persoalan Ijtihadiyah, Khilafiah dan Furu’iyyah yang seharusnya untuk
saling mengerti, menyayangi, menghargai, memulyakan dan menaungi
serta melindungi sesama umat, lebih-lebih umat Islam, disejajarkan
dengan persoalan mungkar dan dituduh sebagai perkara bid’ah yang
sesat dan menyesatkan, yang menimbulkan makin jauhnya persatuan
dan kesatuan umat, lebih-lebih ukhuwah islamiyah.
h. Makin terjeratnya hanya oleh daya pikiran dan wawasan, dan tersekap
hanya oleh kemampuan ilmu pengetahuan, tanpa disadari hampa dan
kosongnya rahasia dan cahaya dari Allah SWT, yang mengiringi,
menuntun dan memimbing kearah satu titik “Sidqu at-Tawajjuh”
(kebenaran, ketepatan, kemantapan, dan kesungguhan) dalam mengabdi
dan berkhidmah kepada Allah SWT.
i. Makin berani dalam menangani persoalan, menduduki kedudukan dan
dalam menguasai segala kekuasaan, lebih-lebih yang berkaitan dengan
persoalan agama, di luar ilmu, keahlian dan kemampuannya.
j. Makin banyak yang membanggakan dan mengagungkan pikiran,
wawasan dan pendapatnya sendiri, seakan-akan yang paling benar
secara mutlak.
k. Makin banyak yang men-Tuhankan dan mengedepankan hawa nafsu
dan kepentingan pribadi dan kelompok-kelompok, golongan-golongan.
56
l. Makin sedikit dan berkurangnya para tokoh agama, tokoh masyarakat
dan para pemimpin yang shalih, yang menjadi suri tauladan dan
panutan yang baik, secara lahir dan batin.
m. Makin banyak kelompok-kelompok, golongan-golongan yang sesat dan
menyesatkan, dengan terang-terangan menampakkan dirinya dengan
segala aneka warna yang mengaburkan dan mensilaukan, dan dengan
segala macam raut muka yang berbeda-beda (PP Al Khidmah Pelajar
dan Mahasiswa, 2013:15-16).
4. Al Khidmah Sebagai Wadah
Sadar bahwa manusia tidak akan hidup di dunia selamanya, kyai
Asrori telah berfikir jauh ke depan untuk keberlangsungan pembinaan
jama’ah yang sudah jutaan jumlahnya. Perkembangan jumlah murid cukup
menggembirakan ini sekaligus mengundang kekawatiran. Banyaknya
murid yang berbaiat di Thariqah Qadiriyah wan Naqsabandiyah Al-
Utsmaniyah menunjukkan bahwa ajaran ini memiliki daya tarik tersendiri.
Apalagi murid-murid yang telah berbaiat terus dibina melalui berbagai
majelis, sehingga amalan-amalan dari sang guru tetap terpelihara.
Di sisi lain banyaknya murid juga mengundang kekhawatiran sang
guru. Karena mereka tidak terurus dan terorganisir dengan baik, sehingga
pembinaannya pun kurang termonitor. Kondisi inilah yang mendorong
beberapa murid senior memiliki gagasan untuk perlunya membentuk
wadah di samping dorongan yang cukup kuat dari kyai Asrori sendiri,
57
Sehingga diharapkan dengan terbentuknya wadah bagi para murid-
muridnya dapat lebih mudah melaksanakan amalan amalan dari gurunya.
Maka dibentuklah wadah bernama “Jama’ah Al Khidmah”.
Organisasi ini resmi dideklarasikan tanggal 25 Desember 2005 di
Semarang Jawa Tengah, dengan kegiatan utamanya ialah
menyelenggarakan Majelis Dzikir, Majelis Khotmil al-Qur’an, Maulid dan
Manaqib serta kirim do’a kepada orang tua dan guru-gurunya. Kemudian
menyelenggarakan Majelis Sholat Malam, Majelis Ta’lim, Majelis
Lamaran, Majelis Akad nikah, Majelis Tingkepan, Majelis Memberi nama
anak dan lain lain
5. Lambang, Makna dan Arti Simbolik Al Khidmah
a. Lambang Al Khidmah
Gambar 1.1. Lambang/simbul jama’ah Majelis Dzikir Al Khidmah
Lambang Al Khidmah terdiri dari gambar, yaitu:
1) Pena sebagai alat untuk menulis
2) Arah pena yang menunjuk ke arah bawah
3) Kitab, 4 buah
4) Bintang, 3 buah
5) Tasbih
58
6) Pentolan tasbih yang mengarah ke dalam lingkaran Pentolan tasbih
yang panjang yang berada di bawah, mengarah ke atas.
b. Lambang Al Khidmah mengandung arti dan makna :
1) Menjunjung tinggi kefitrahan
2) Mengabdi keharibaan Allah SWT
3) Meneladani Rasulullah SAW
4) Menegakkan dan meneruskan jejak Salafuna as-Shalih
5) Berbakti demi Nusa dan Bangsa
6) Dalam naungan dan lindungan Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
c. Arti Simbolik dari lambang Al Khidmah :
1) Pena sebagai lambang mencari ilmu.
2) Arah pena ke bawah, melambangkan menuntut ilmu semenjak lahir
hingga masuk liang lahat (sampai wafat).
3) Empat buah kitab, merujuk dan mengembalikan semua itu atas
dasar al-Qur’an, al-Hadis, al-Ijma’ dan al-Qiyas.
4) Tiga buah bintang melambangkan: menegakkan dan
membesarkan al-Islam, al-Iman dan al-Ihsan.
5) Tasbih melambangkan mengikuti ketetapan dan amaliah para
ulama’ Salafuna as-Shalih.
6) Pentolan tasbih yang mengarah ke dalam menunjukkan
kesungguhan dan keikhlasan dalam mengabdi kepada Allah SWT.
7) Pentolan tasbih yang panjang yang berada di bawah, mengarah ke
atas, melambangkan bersikap rendah hati agar mawas diri dan
59
toleransi serta arif , bijaksana demi meraih rahmat dan ridha serta
keutamaan dan kemuliaan di sisi Allah SWT.
6. Perkembangan Al Khidmah
Perkembangan Al Khidmah dari waktu ke waktu telah mengalami
kemajuan yang sangat pesat dan menyebar ke luar negeri (Malaysia,
Thailand, Singapura, Arab Saudi, Brunai Darussalam, dan lain-
lain).Kemajuan tersebut telah menjadikan Al Khidmah menembus dan
menyentuh ke berbagai golongan dan kelompok masyarakat, bahkan
institusi pemerintahan dan negara. Al Khidmah Kota Salatiga
mengadakan kegiatan selapanan, maupun majelis yang lain berupa
tasyakuran haji/umroh, Walimatul Aqiqah, Walimatunnikah, dan kegiatan
peringatan hari besar Islam. Dalam perkembangannya Al khidmah juga
masuk di perguruan tinggi dengan nama Al Khidmah kampus yang
sekarang ini berubah nama menjadi Mahasiswa Al Khidmah. Mahasiswa
Al Khidmah tidak jauh berbeda dengan Al Khidmah yang dimaksud,
hanya saja para mahasiswa sebagai panitia pelaksana. Mahasiswa Al
Khidmah sendiri sudah tersebar di ± 93 Peguruan Tinggi di Indonesia
seperti UI, UII, IAIN, UDINUS, STAIN, UIN, UNDIP, UNNES,
POLINES, ITB dan lain-lain) dan Universitas luar negeri seperti Malaysia,
Singapura, Thailand. Organisasi ini adalah cikal bakal bagi civitas
akademika kampus untuk mewujudkan kehidupan kampus yang
berpedoman pada ajaran Ahlus Sunnah wal Jama’ah.
60
7. Sejarah Singkat Berdirinya Mahasiswa Al Khidmah Kota Salatiga
Mahasiswa Al-Khidmah Kota Salatiga (MAKS) terbentuk dari
semangat atau tindak lanjut setelah dilaksanakannya Jambore Nasional ke-
I di Yogyakarta pada tahun 2012 yang dihadiri 79 PT se-Indonesia, hingga
akhirnya pada tanggal 6 Juni 2012 terbentuklah Al Khidmah Kampus Kota
Salatiga, bertempat di Masjid Darul Amal Kota Salatiga tepatnya di M-1
yang diprakarsai oleh :
1. Abdul Ghoni
2. Ikhsan Tri Wibowo
3. Muhammad Irsyad
4. Syamsul Hadi
5. Muhammad Hamim Nasirudin
6. Dwi Rohman
Yang mana pada saat itu Mas Ghoni didaulat menjadi ketua yang
pertama, pada periode kepengurusan ini tugas berat menanti yaitu
mengenalkan Al Khidmah di lingkup mahasiswa dan Akademik. Maka
alhamdulilah pada bulan berikutnya MAS bekerjasama dengan dengan
DEMA yang pada saat itu ketua DEMA mas Mirza Faishol mengadakan
majlis akbar yang pertama bertempat di Masjid Darul Amal ( lingkup
kampus Masjid IAIN Salatiga) inilah awal perkenalan dari MAKS
bersama Mas Mirza yang juga sebagai Pembina MAS.
Pada tahun 2013-2014 KONFERDA I digelar dan diputuskan mas
Ikhsan Ari Wibowo sebagai ketua MAKS menggantikan ketua yang lama.
61
Pada kepengurusan ini juga digelar PAD I di Susukan Kabupaten
Semarang sekaligus melaksanakan program yang telah dibuat, salah
satunya majlis rutinan di kampus.
Pada tahun 2014 dilaksanakan KONFERDA ke-2, dan pada
KONFERDA tersebut menghasilkan ketua mas Khoirul Anam didaulat
menjadi ketua MAKS periode tahun 2014-2015. Pada kepengurusan ini
telah dilaksanakan juga PAD yang ke-2 bertempat di Tingkir. PAD ke-3 di
Suruh bertempat di pondok pesantren Annajah.
Pada tahun 2015 telah dilaksanakan KONFERDA ke-3
memutuskan saudara Muhammad Qoribuddin Ihsan menjadi ketua MAKS
masa khidmah 2015-2016. Pada masa periode ini, untuk pertama kalinya
MAKS mengadakan MAJLIS AKBAR yang bertempat di Auditorium
kampus 1 IAIN Salatiga, yang dihadiri kurang lebih 1000 jamaah yang
dihadiri para dosen dan para kyai dari Salatiga serta bapak Walikota
Salatiga (Bapak Yulianto S. E).
Pada tahun 2016 tepatnya pada tanggal 4 September 2016 telah
dilaksanakan KONFERDA yang ke-4. Pada Konverda ini memutuskan
saudara Muhammad Sholikhuddin menjadi ketua MAKS masa khidmah
2016/1017 (Pengurus Mahasiswa Al Khidmah, 2016: 30).
8. Susunan Pengurus Al Khidmah Kota Salatiga
Jama’ah majelis dzikir Al Khidmah Kota Salatiga derdiri dari
Dewan Pelindung, Dewan Penasehat, Dewan Pembina , Dewan Pengurus
dan Bidang-bidang diantaranya yaitu:
62
a. Dewan Pelindung:
1. Yulianto, SE. MM
2. K. H. Nasyir Asy’ari
b. Dewan Penasehat:
1.M. Ghufron, M. Ag.
2. Dendi Ubaidillah, S. H
3. Roji, S.E
c. Dewan Pembina:
1. Mirza Faishol, S. Pd.I
2. Muhammad Irsyad, S. Pd.I
3. Abdul Ghoni, S. Pd.I
4. Nur Ikhsan Ari Wibowo, S. Pd.I
d. Dewan Pengurus
Ketua : M. Sholihuddin
Wakil Ketua : Dian Apriani
Sekretaris : 1. Ratna Sari
2. Nurul Hidayatun Awaliyanti
Bendahara : 1. Sayidatut Tasliya
2. Kunti Badriatul Muna
63
S.P.M KADERISASI JARKOM INFO
1. M.
Zainuddin
1. Fu'adi
1. Rifqi silviana
2. Puji Tri
Utami
2. Ahmad maimun 2. Iklima ninin naela
3. Arifatul
fitriyah
3. Ngatini
3. Hesti setianingrum
4. Uswatun khasanah 4. Alfi ridho 4. Nur lela
5. Miftahul khoir 5. Eri kurniawati 5. Arin
6. A. Ngalaika ni'am 6. Laela yeni 6. Danang
7. Durotun nasikah 7. Ana 7. Topik
8. Faiqotur rohmah 8. Agus rahman 8. Eni nur fuadah
9. Ari 9. Siti miladil 9. Amelia
10. Asri nariswarih 10. Ali muntaha 10. Isti wulan
9. Gambaran Informan
Untuk mengetahui peran majelis dzikir Al Khidmah dalam
megembangkan kecerdasan spiritual pada mahasiswa kota Salatiga, dapat
di dasarkan pada informasi yang berhasil dihimpun melalui beberapa
sumber yang penulis rasa dapat mewakili informasi keseluruhan tentang
Mahasiswa Al Khidmah Kota Salatiga.
Daftar Nama Informan
No Nama Informan Kode
Informan
Usi
a
Keterangan
1. Dendi Ubaidillah S. H. DU 45 Dewan penasehat Mahasiswa
Al Khidmah
64
2. Muhammad Irsyadi S. Pd.I MI 30 Dewan Pembina Al Khidmah
3 Khoirul Anam S.H. KA 26 Dewan Pembina Al Khidmah
4. Muhammad Sholikhuddin MS 27 Ketua Mahasiswa Al Khidmah
5. Eri Kurniawati EK 21 Pengurus Mahasiswa Al
Khidmah
6. Ahmad Syarief Hidayatullah AS 20 Jamaah Al Khidmah
7. Ahmad Maimun Syarif AM 20 Jamaah Al Khidmah
8. Taufiq Setiawan TS 22 Jamaah Al Khidmah
9. M. Cahyo Riswanto S. Pd.I MC 25 Jamaah Al Khidmah
10. Nur Istiqomah NI 22 Jamaah Al Khidmah
11. Nur Rokhim NR 25 Jamaah Al Khidmah
12. Muhammad Arifin MA 21 Jamaah Al Khidmah
13. Ali Muntaha AM 20 Jamaah Al Khidmah
14. Siti Niadhatul Khasanah SN 19 Jamaah Al Khidmah
B. TEMUAN PENELITIAN
1. Kegiatan majelis Dzikir Mahasiswa Al Khidmah Kota Salatiga
Pada bagian ini peneliti ingin mengetahui tentang kegiatan yang ada di
majelis dzikir Al Khidmah. Berdasarkan data yang ada maka diantara
kegiatan majelis dzikir Mahasiswa Al Khidmah sebagai berikut:
“Kegaitan yang biasa diadakan di dalam majelis dzikir Al
Khidmah diantaranya: majelis rutinan kampus, majelis Safari
Iklil, majelis menjelang ujian, majelis Dies Natalis dan juga ada
beberapa kegiatan di luar kampus..”(DU/ 08-05-2017/ 16.00
WIB).
Senada dengan yang dipaparkan oleh KA tentang kegiatan majelis dzikir
Mahasiswa Al Khidmah:
“Kegiatan-kegiatan yang ada di Majelis dzikir cukup banyak,
diantaranya majelis rutinan kampus, majelis Dies Natalis.
65
Majelis tersebut sebagai upaya untuk taqorruban ilallah”( KA/
09-05-2017/ 19.30 WIB).
Berbeda dengan yang dipaparkan oleh salah satu pengurus majelis dzikir Al
Khidmah tentang kegiatan Al Khidmah sebagai berikut:
“Kegiatan Majelis Dzikir Al Khidmah yang dilakukan di Kota
Salatiga yaitu majelis rutinan atau disebut dengan Selapanan.
Majelis Dzikir Selapanan tersebut dilakukan setiap hari Kamis di
Masjid Kampus IAIN Salatiga. Kegiatan tersebut dilakukan
secara bergiliran di kampus 1, 2, dan 3 IAIN Salatiga. Majelis
Selapanan di Kota Salatiga dengan acara intinya pembacaan
Manakib Syeh Abdul Qadir al-Jailani r.a. dan
MaulidurrasulSAW. Majelis tersebut dihadiri oleh segenap
jama’ah Mahasiswa Al Khidmah Kota Salatiga. Acara
Selapanan dimulai dari pukul 15.00 WIB dengan melakukan
sholat ashar berjama’ah sampai pukul 17.30 WIB”(MI/ 10-05-
2017/ 15.30 WIB).
MS menambahkan tentang kegiatan-kegiatan yang ada dalam majelis dzikir
Mahasiswa Al Khidmah Kota Salatiga sebagai berikut:
“Kegiatannya banyak, kegiatan yang ada di Mahasiswa Al
Khidmah Kota Salatiga yaitu Majelis Rutin kampus, Majelis
Safari Iklil, majelis menjelang ujian, majelis Dies Natalis.
Kegiatan di luar kampus seperti haul akbar, maulid Nabi.
Kegiatan itu sangat penting untuk memperkokoh tradisi karena
itu sangat penting untuk kehidupan umat. Yang harus menjaga
antara hablum minallah wa hablumminannas, disitulah Al
Khidmah melayani ummat untuk lebih dekat manusia dan lebih
dekat pula dengan Allah, dan sesuai dengan apa yang diharapkan
oleh hadhrotussyaikh KH. Asrori, yaitu Al Khidmah sebagai oase
dunia”( MS/ 09-05-2017/ 16.00 WIB).
Senada dengan paparan EK sebagai berikut:
“Kegiatan yang ada di MAKS Salatiga antara lain: Majelis
rutinan kampus, Majelis Safari Iklil, Majelis Menjelang Ujian,
Majelis Dies Natalis dan masih banyak majelis lain yang diluar
kampus (EK/ 09-05-2017/ 13.00 WIB).
66
2. Peran Majelis Dzikir Mahasiswa Al Khidmah Kota Salatiga dalam
Mengembangkan Kecerdasan Spiritual
Berdasarkan data yang ada maka diantara peran majelis dzikir
Mahasiswa Al Khidmah Kota Salatiga dalam mengembangkan kecerdasan
spiritual sebagai berikut:
NR merupakan jamaah majelis dzikir Al Khidmah yang sudah sejak 3,5
tahun yang lalu bergabung di majelis dzikir Al Khidmah. Kegiatan yang
sering diikutinya adalah majelis dzikir dan maulidurrasul. Menurutnya
Majlis dzikir Al Khidmah bisa membersihkan hati serta fikiran, jika
kejernihan dua komponen itu sudah dicapai maka kecerdasan dalam
berpikir akan mudah. Hal yang memotivasi untuk mengikuti majelis
dzikir Al Khidmah adalah faktor keinginan yang kuat dan keikhlasan
karena dalam majelis Al Khidmah amaliyahnya lama dan meninggalkan
kesibukan-kesibukan dengan harus meluangkan waktu. Pengalamannya
setelah mengikuti majelis dzikir Al Khidmah adalah NR lebih tenang
dalam menghadapi berbagai macam masalah sebagaimana
penjelasannya sebagai berikut:
“Majelis dzikir Al Khidmah sumber ketenangan jiwa, semua
orang pasti punya masalah masing-masing, nah kalau ikut
majelis Al Khidmah , permasalahan-permasalahan hidup yang
timbul insyaAllah pasti ada solusinya, hati kita lebih tenang
dalam menghadapinya , tidak kemrungsung, nyantai karena kita
bermain dihati, bukan akal, sehingga hati menjadi tentram, itu
sedikit pengalaman saya setelah mengikuti kegiatan Al
Khidmah”(NR/07-05-2017/ 10.00 WIB)
AS adalah seorang mahasiswa fakultas Syariah yang sudah 2 tahun
yang lalu mengikuti majelis dzikir Al Khidmah. Kegiatan yang sering
67
diikuti yaitu majelis dzikir dan manaqib di kampus. Salah satu
motivasinya untuk mengikuti majelis dzikir Al Khidmah adalah
mencari keberkahan para masyayikh, dan mencari sahabat iman juga
sarana rehat sejenak dari penatnya urusan dunia untuk kembali
bermunajat kepada rabbal ‘alamin. Pengalaman AS setelah mengikuti
majelis dzkir Al Khidmah yaitu AS lebih dekat Illah, sebagaimana
penjelasannya sebagai berikut:
“Setelah mengikuti majelis dzikir Al Khidmah saya merasa lebih
khusyuk dalam berdo’a dan berdzikir. Membuat saya bisa lebih
dekat dengan Sang Illah, membuat rasa solidaritas kita menjadi
tinggi, membuat kita mudah untuk bergaul dan mendapatkan
banyak teman serta pengalaman. Dapat mengerti siapa diri kita
ini, bahwa kita hanyalah seorang hamba yang sangat lemah dan
mengingatkan kita bahwa Allah adalah Sang Maha Segalanya”
(AS/ 07-05-2017/ 13.00 WIB).
Ada perubahan penting setelah mengikuti majelis dzikir Al Khidmah
seperti yang dijelaskan AS sebagai berikut:
“Ada banyak sekali perubahan yang terjadi pada diri saya. Dulu
ketika saya memiliki masalah, saya selalu merasa bahwa Allah
tidak sayang kepada saya.Tetapi setelah saya mengikuti majelis ini,
saya merasa lebih baik dan merasa harus banyak yang saya
perbaiki agar saya bisa lebih dekat dengan Allah. Sekarang saya
selalu berfikir bagaimana saya bersyukur atas segala nikmat dari
Allah bukan menuntut apa yang sudah diberikan Allah kepada
saya” (AS/ 07-05-2017/ 13.00)
MC adalah mahasiswa pasca sarjana yang mengikuti majelis Al
Khidmah sejak tahun 2014, Kegiatan yang sering beliau ikuti adalah
Sholawatan, dzikiran, ngaji pengaosan dan silaturrakhim dengan tim
Al-Khidmah atau sesepuh. Motivasi beliau dalam mengikuti majelis
dzikir Al Khidmah adalah sebagai persiapan amal untuk akhirat.
68
Setelah mengikuti kegiatan Al Khidmah beliau merasakan ada
perubahan dalam hidupnya. Salah satunya ialah MC enggan menyakiti
hati orang lain sebagaimana penjelasannya sebagai berikut:
“Perubahan sikap berupa amal sholeh dan semakin meningkatkan
keimanan dan ketaqwaan. Contohnya semakin meningkat dalam
melakukan dzikir dan sholawat. Semakin berhati-hati dalam
berbuat dan takut menyakiti hati orang lain dan ketika melakukan
aktivitas apapun selalu dikembalikan kepada Allah (innalillahi
wainna ilaihoi raji’un), selalu merasa ihsan (ibadah seakan-akan
dilihat Allah)” (MC/ 08-05-2017/ 08.30 WIB)
AMA adalah seorang mahasiswa IAIN Salatiga yang mengikuti majelis
Al Khidmah sejak SMA kelas 10. Kegiatan yang sering diikuti yaitu
majlisan rutinan kamis sore dan beberapa kegiatan Al Khidmah yang
diselenggarakan di daerah Salatiga. Salah satu motivasinya dalam
mengikuti majelis Al Khidmah adalah karena ia ingin menjadi anak
sholikh yang selalu mendo’akan orang tuanya. Pengalaman setelah
mengikuti majelis dzikir Al Khidmah ialah AMA menjadi pribadi yang
lebih baik dari sebelum dia mengikuti majelis Al Khidmah seperti yang
dijelaskan AMA sebagai berikut:
“Yang saya peroleh ketika saya mengikuti kegiatan tersebut saya
merasa seperti suci kembali, saya merasa sebagai manusia banyak
dosanya, dan mungkin salah satu untuk menghapus dosa-dosa
tersebut adalah dengan dzikir, Al Khidmah ini sebagai wadah
dzikir. Kalau tidak ada Al Khidmah mungkin saya sulit berdzikir.
Kalau ditanya tentang peubahan setelah mengikuti Al Khidmah,
alhamdulillah sekarang saya jadi sregep menghadiri majelis dzikir,
suka silaturrahmi dan saya merasa menjadi pribadi yang sopan
terhadap semua kalangan”(AMA/ 08-05-2017/ 13.00 WIB)
AM adalah seorang mahasiswa yang mulai mengikuti majelis dzikir Al
Khidmah pada tahun 2015. Dia tertarik mengikuti majelis Al Khidmah
69
karena menurutnya majelis Al Khidmah berbeda dengan dengan
majelis-majelis lain. Kegiatan Al Khidmah yang sering dia ikuti adalah
majelis maulidurrasul dan majelis kirim do’a. Pengalamannya setelah
mengikuti majelis dzikir Al Khidmah adalah AM lebih bisa
menyayangi dan peduli terhadap sesama sebagaimana penjelasanya
sebagai berikut:
“Di dalam majelis itu bikin perasaan dan hati menjadi ayem
tentrem. Karena disitu kita duduk bersama para masyayikh ,
habaib, kyai, para aimmatul khususiyah serta bisa ramah tamah
dengan beliau. Dan sesudah majelis, kita bisa bertemu dengan
teman-teman dari berbagai daerah. Sebelum mengikuti kegiatan
Al Khidmah saya itu kurang dalam sikap menyayangi dan
menghargai sesama, kemudian setelah mengikuti Al Khidmah
saya merasakan perbedaannya, baik menurut keluarga saya,
maupun teman-teman karena di dalam Al Khidmah itu kita di
ajarkan untuk mempunyai kepedulian yang tinggi, mudah
bergerak dan tersentuh hatinya pada sesama, lebih-lebih kegiatan
yang baik yang diridlai Allah serta lapang dada dan besar hati
dalam menerima pemikiran-pemikiran, saran-saran, kritikan-
kritikan serta teguran yang baik dan membangun” (AM/ / 09-05-
2017/ 09.00 WIB).
NI adalah seorang mahasiswa semester akhir IAIN Salatiga yang
mengikuti majelis dzikir Al Khidmah semenjak dia menjadi mahasiswa
di IAIN. Hal yang menjadi motivasi untuk mengikuti majelis dzikir Al
Khidmah adalah karena dia suka mendengarkan mauidhoh hasanah oleh
para sesepuh Al Khidmah sehingga dia mendapatkan pencerahan hati
dari majelis tersebut. Perubahan yang dirasakan oleh NI setelah
mengikuti majelis dzikir Al Khidmah adalah NI bisa lebih
memfungsikan hatinya sebagaimana penjelasannya sebagai berikut:
70
“Kalau ditanya tentang perubahan penting setelah mengikuti
majelis dzikir Al Khidmah adalah saya merasa lebih bisa
memfungsikan hati saya, misal ketika saya hampir terjerumus ke
dalam dosa/ maksiat, seketika hati saya mengatakan untuk tidak
melakukan hal itu. Intinya setelah saya mengikuti majelis dzikir
Al Khidmah hatinya saya semakin sensitif untuk melakukan hal-
hal yang bertentangan dengan syari’at agama Islam” (NI/ 09-05-
2017/ 14.00 WIB)
MA adalah seorang mahasiswa IAIN Salatiga yang mengikuti majelis
dzikir Al Khidmah kira-kira satu tahun yang lalu ketika PAD
Mahasiswa Al Khidmah yang keempat. Motivasi MA dalam mengikuti
majelis dzikir Al Khidmah adalah karena MA ingin dekat orang baik,
santun dan sholikh-sholikhah. Kegiatan yang sering diikutinya adalah
tahlil, manaqib, berjanjen dan khotmil qur’an. Pengalaman MA setelah
mengikuti majelis dzikir Al Khidmah adalah bisa menikmati segala
permasalahannya sebagaimana penjelasannya sebagai berikut:
“Pengalaman saya setelah mengikuti majelis dzikir Al Khidmah
saya merasa hati saya lebih tenang, damai. Di saat saya punya
masalah yang saya kelihatanya sangat berat sekali, alhamdulilah
saya menikmati masalah itu. Artinya saya tidak alarut dalam
masalah itu, karena saya punya Allah dan Dialah yang akan
memberikan solusi atas segala permasalahan saya. Saya percaya
sebagaimana firmannya “Layukallifullahu nafsan illa wus’aha”
bahwa Alla tidak akan memberikan/ membebani masalah kepada
hamba-Nya melebihi kemampuannya” (MA/ 10-05-2017/ 10.00
WIB)
TS adalah mahasiswa IAIN Salatiga yang mengikuti majelis dzikir Al
Khidmah satu tahun yang lalu bertepatan dengan PAD Al Khidmah
yang keempat. Motivasi TS dalam mengikuti majelis dzikir Al
Khidmah adalah Sebagai salah satu upaya saya untuk menambah
hubungan baik dengan Allah, berlatih organisasi, serta menambah
71
pengalaman, teman dan untuk menyeimbangkan hubungan dunia dan
akhirat. Kegiatan yang sering diikuti adalah majelis rutinan di kampus.
Perubahan yang dialami TS setelah mengikuti majlelis dzikir Al
Khidmah yaitu semangat kuliah dan mendapatkan hidayah dari Allah
untuk nyantri yang pertama kali disalah satu pondok pesantren di
Salatiga sebagaimana yang dipaparkan TS sebagai berikut:
“Perubahan yang saya alami setelah mengikuti majelis dzkir Al
Khidmah salah satunya yaitu ketika dulu awal masuk kuliah saya
tidak punya tujuan yang jelas karena saya hanya ikut-ikutan
teman saja. Tapi setelah saya bergabung di majelis ini, tiba-tiba
dalam hati saya muncul greget untuk kuliah mencari ilmu
semata-mata karena Allah. Dan alhamdulillah saya juga nyantri
untuk yang pertama kali di salah satu pesantren di Salatiga, dan
itu adalah hidayah dari Allah karena sebelum mengikuti majelis
Al Khidmah tidak pernah terfikir dalam hati saya untuk nyantri.
Dan baru pertama kali ini saya nyantri sambil kuliah” (TS/ 10-
05-2017/ 14.30 WIB)
SN adalah mahasiswi IAIN Salatiga yang sudah sejak Madrasah Aliyah
sampai sekarang mengikuti majelis dzikir Al Khidmah. SN termotivasi
oleh jamaah yang antusias mengikuti majelis dzikir. Kegiatan yang
sering diikuti yaitu Majlisan dan khoul karena begitu sudah bercampur
dengan para jamaah yang begitu merindukan Rasulullah SAW
membuat nyaman, tentram, dan untuk lebih ngechas hati. Perubahan
yang dirasakan oleh SN setelah mengikuti majelis dzikir Al Khidmah
yaitu menjadi pribadi yang qona’ah, lebih tekun beribadah dan
istiqomah.
“Setelah mengikuti majelis dzikir Al Khidmah saya merasa lebih
istiqomah dalam beribadah, yang dulunya tidak suka
mujadahan sekarang alhamdulilah mujadahan setiap malam.
72
Saya lebih qona’ah apapun yang saya miliki sekarang, dulu
kadang suka mengeluh ketika ada masalah, tapi alhamdulilah
sekarang saya lebih bersyukur, karena dengan adanya masalah
saya lebih dekat dengan Allah. Begitu juga ketika menghadapi
krisis keuangan, tidak sedikitpun saya mengeluh, karena dengan
adanya masalah keuangan itu menjadikan saya lebih dekat
dengan Allah, menumbuhkan semangat dalam diri saya untuk
tetap sabar dan berusaha untuk menutupi keuangan tersebut.
Saya belajar mandiri nyambi jualan snack dikampus agar bisa
menutupi keuangan saya. Dan alhamdulilah membuahkan hasil
sehingga saya tidak pernah minjam uang keteman, dan memang
saya tipe orang yang tidak suka meminjam uang, sampai saat
ini alhamdulilah saya tidak pernah minjam uang” (SN/ 11-05-
2017/ 09.30 WIB).
Berdasarkan paparan data dari beberapa responden diatas dapat
diambil kesimpulan bahwa peran majelis dzikir Al Khidmah dalam
mengembangkan kecerdasan spiritual diantaranya adalah menenangkan
jiwa, meningkatkan rasa solidaritas, menambah rasa syukur, semakin
berhati-hati dalam berbuat dan enggan menyakiti hati orang lain,
menjadikan pribadi yang lebih baik, memfungsikan hati untuk lebih taat
kepada Allah SWT, dapat memanfaatkan kesulitan atau penderitaan.
3. Faktor-faktor Penghambat dan Pendukung Dalam Kegiatan Majelis
Dzikir Mahasiswa Al Khidmah Kota Salatiga
Peneliti menanyakan kepada pengurus dan jamaah majelis dzikir
Mahasiswa Al Khidmah berkaitan dengan pendukung dan penghambat
dalam kegiatan majelis dzikir Mahasiswa Al Khidmah Kota Salatiga.
Responden MS memberikan pernyataannya mengenai faktor pendukung
dan penghambat dalam kegiatan majelis dzikir Al Khidmah.
“Hambatannya yaitu di masalah pendanaan, Salah satu cara
untuk menangani hambatan tersebut adalah dengan kembali
73
kepada ajaran Kyai Asrori untuk tetap berkhidmah/ melayani
jamaah,”(MS/ 09-05-2017/ 16.00 WIB).
Hal ini senada dengan yang di utarakan oleh EK,
“Kalau menurut saya hambatan yang biasa dialami oleh
mahasiswa Al Khidmah sendiri adalah masalah dana. Kadang
saat kami ingin menyelenggarakan acara terhambat oleh dana,
biasanya kita sempat kebingungan nanti kita mau menyediakan
hidangan apa untuk para jamaah, tapi alhamdulilah kita
mempunyai solusi untuk mengatasi hambatan tersebut, salah
satunya yaitu kita melobby kepada para sesepuh jika kita ingin
mengadakan sebuah kegiatan. Dan biasanya para sesepuh itu
memberikan dana kepada pengurus untuk mengadakan kegiatan”
(EK/ 09-05-2017/ 13.00 WIB)
Selain masalah pendanaan, hambatan majelis dzikir Al Khidmah
yaitu belum seragamnya pemahaman tentang organisasi Al Khidmah.
Seperti yang di tuturkan oleh MI,
“Hambatannya bisa internal maupun eksternal.Untuk faktor
internal seperti malas berkumpul bermajlis dengan alasan
apapun. Sedangkan untuk faktor eksternal seperti banyak
lembaga maupun pejabat berwenang masih belum paham
tentang tujuan dan amaliyah kita. Sehingga terkadang kita harus
banyak mensosialisasikan kepada lembaga khususnya tentang
Organisasi Al Khidmah itu sendiri” (MI/ 10-05-2017/ 15.30
WIB).
Dari hasil wawancara yang saya lakukan dengan para jamaah,
hambatan pada umumnya yaitu masalah waktu. Seperti yang di paparkan
oleh seorang informansebagai berikut:
” Untuk saat ini, karna saya sibuk kerja dan kuliah jadi banyak
sekali jam yang harusnya ikut majlisan tapi belum selesai
dikerjaan, yang harusnya berkumpul musyawarah tapi masih
kuliah atau kerja,” tutur TS. “Cuman kadang kendala waktu
bertabrakan dengan agenda pribadi, Jadi kalau ikut waktu luang
saja” (MC/ 08-05-2017/ 08.30 WIB)
74
Selain masalah waktu, ada beberapa jamaah yang menjadikan jarak
sebagai halangannya, seperti yang dikatakan oleh AM sebagai berikut:
“Halangannya yaitu biasanya adalah jarak, ketika jaraknya
cukup jauh, katakanlah dari Banyuputih ke Semarang itu
mungkin transpotnya, lalu ketika hujan juga itu juga menjadi
halangan. Lalu ketika yang berangkat hanya beberapa saja,
mungkin juga halangan, dan semangatnya menjadi kendor”(AM/
09-05-2017/ 09.00 WIB).
Kemudian NI menambahkan:
“Tempat majlisan jauh dari pondok saya, dan biasanya tidak ada
barengannya. Jadi solusinya saya harus cari tempat tinggal yang
dekat dengan tempat majlisan”(NI/ 09-05-2017/ 14.00 WIB).
Selain faktor penghambat dalam kegiatan, pastinya ada faktor-
faktor yang mendukung dalam kegiatan Majelis Dzikir Al Khidmah,
diantaranya adalah seperti yang di tuturkan oleh salah satu sesepuh Al
Khidmah sebagai berikut:
“Kalau faktor yang mendukung yang berbentuk materil seperti
sekertariat MAK di Banyuputih yang dipinjamkan secara cuma-
cuma oleh pengusaha kertas Salatiga. Pendanaan majelis oleh
jamaah Salatiga dan bapak walikota salatiga secara pribadi,
Khidmah tenaga dan pikiran oleh pengurus MAK, untuk finansial
itu dari jamaah sendiri, kalau yang dari pemerintah itu hanya
untuk untuk even-even yang berkepentingan dari pemerintahan
itu, seperti ulang tahun salatiga, dari pemkot juga memberikan
dana beberapa persen, tapi sebagian dana dari jama’ah, ada
kegiatan apa saja itu yang mengolah dari jama’ah” (DU/08-05-
2017/ 16.00 WIB).
MS memberikan pernyataan berkaitan dengan faktor yang
mendukung dalam kegiatan majelis dzikir Mahasiswa Al Khidmah Kota
Salatiga:
“Faktor yang mendukung dalam kegiatan tersebut adalah dari
kegiatannya sendiri, karena semua kegiatan dalam majelis dzikir
75
Al Khidmah semuanya sudah terjadwal (sudah fix), sehingga
jamaah tidak akan salah jadwal, kecuali undangan untuk
menghadiri majlisan ditempat lain, itu nanti akan segera kita
sosialisasikan kepada jamaah” (MS/ 09-05-2017/ 16.00 WIB).
Berbeda dengan yang di tuturkan oleh salah EK :
“Faktor pendukungnya adalah adanya ustadz dalam mengisi
kegiatan secara sukarela (tanpa gajian). Karena para ustadz
selalu kembali kepada ajaran Kyai Asrori bahwa Al Khidmah
adalah melayani. Melayani jamaah tanpa mengharapkan imbalan
apapun, karena yang akan membalas hanyalah Allah SWT”
(EK/09-05-2017/ 13.00).
.
Kemudian MI menambahkan tentang faktor pendukung kegiatan
majelis dzikir Al Khidmah sebagai berikut:
“Faktor pendukungnya adalah tempat untuk majlisan, karena
tidak ada keharusan tertentu dalam setiap acara majelis, jadi
tidak bisa dibatasi hanya dimasjid saja. Misalkan semua bisa kita
jangkau, masjid, lapangan, pusat kota, rumah , kampus dan
seterusnya. Semua sangat memungkinkan untuk dilaksanakan
majelis Al Khidmah, itu secara umum ya.. tapi kalau mahasiswa
Al khidmah, fokus kita adalah kemakmuran kampus, fakultas,
jurusan dan seterusnya bisa ada majelis-majelis seperti ini”(MI/
10-05-2017/ 15.30 WIB).
Lain halnya dengan yang dikatakan oleh KA berkaitan dengan
faktor pendukung sebagai berikut:
“Yang menjadi faktor pendukung dalam kegiatan adalah
kekompakan dalam mengadakan suatu majelis,karena sebagian
besar jamaahnya adalah mahasiswa. Seorang mahasiswa
tentunya sudah berpendidikan dan lebih terdidik akhlaqnya.
Pendukungnya terdiri dari luar dan dalam. Kalau dari luar yaitu
melalui sesepuh, pemerintahan seperti walikota Dari dalamnya
adalah kekompakan pengurusnya secara profesional ketika
mengadakan suatu kegiatan.Semua pengurus insyaAllah
profesional karena mereka sarjana dan ada juga yang masih
mahasiswa”(KA/ 11-05-2017/ 13.00 WIB).
76
B. ANALISIS DATA
Pada bagian ini penulis akan memaparkan hasil analisis peneliti
berdasarkan temuan peneliti sebagaimana telah diuraikan pada bagian
sebelumnya. Analisis ini mencakup model kegiatan, peran yang dimainkan
majelis dzikir Al Khidmah dalam mengembangkan kecerdasan spiritual dan
juga tentang hambatan dan faktor pendukung sebagaimana uraian tersebut di
bawah ini:
1. Model Kegiatan
Hasil wawancara dengan beberapa responden menyimpulkan bahwa
bentuk-bentuk majelis dzikir Mahasiswa Al Khidmah Kota Salatiga adalah
sebagai berikut:
a. Majelis Rutinan kampus
“Kegiatan majelis dzikir Mahasiswa Al Khidmah Kota Salatiga yaitu
majelis rutinan atau disebut dengan Selapanan. Majelis Dzikir
Selapanan tersebut dilakukan setiap hari Kamis di Masjid Kampus
IAIN Salatiga. Kegiatan tersebut dilakukan secara bergiliran di kampus
1, 2, dan 3 IAIN Salatiga. Majelis Selapanan di Kota Salatiga dengan
acara intinya pembacaan Manakib Syeh Abdul Qadir al-Jailani r.a.
dan Maulidurrasul SAW. Majelis tersebut dihadiri oleh segenap
jama’ah Mahasiswa Al Khidmah Kota Salatiga. Acara Selapanan
dimulai dari pukul 15.00 WIB dengan melakukan sholat ashar
berjama’ah sampai pukul 17.30 WIB. Yang mana bentuk kegiatan dan
tatacaranya sudah tercantum dalam buku pedoman Mahasiswa Al
Khidmah Kota Salatiga” (MS/ 09-05-2017/ 14.00 WIB).
Majelis rutinan kampus yaitu majelis yang diselenggarakan
oleh internal masing-masing mahasiswa diberbagai kampus. Misalnya,
di UIN setiap hari Jum’at, di UII setiap hari Senin, di UGM setiap hari
Sabtu (dwimingguan) dan seterusnya. Sedangkan di Mahasiswa Al
Khidmah Kota Salatiga majelis rutinan setiap hari Kamis. Tujuan
77
kegiatan rutinan tersebut adalah untuk mempererat tali silaturrakhim
jamaah di internal kampus masing-masing (Pengurus Pusat Al Khidmah
Kota Salatiga, 2016: 20).
b. Majelis Safari Iklil
“Kegiatan yang biasa diadakan di dalam majelis dzikir Al Khidmah
diantaranya: majelis rutinan kampus, majelis Safari Iklil, majelis
menjelang ujian, majelis Dies Natalis dan juga ada beberapa kegiatan
di luar kampus..”(DU/ 08-05-2017/ 16.00 WIB).
Pertama kali dirintis oleh Mahasiswa Al Khidmah semarang.
Majelis ini dilaksanakan dua minggu atau satu bulan sekali dan
diselenggarakan secara bergilir dari kampus satu ke kampus yang lain.
Tujuan kegiatan tersebut adalah untuk mempererat tali silaturrakhim
antar kampus.
c. Majelis Menjelang Ujian
“Majelis rutinan kampus, Majelis Safari Iklil, Majelis Menjelang Ujian,
Majelis Dies Natalis dan masih banyak majelis lain yang diluar kampus
(EK/ 09-05-2017/ 13.00 WIB).
Majelis ini diselenggarakan ketika menjelang ujian tengah
semester dan ujian akhir semester. Tujuannya untuk mendo’akan
mahasiswa dan orang-orang yang terlibat di dalam proses ujian (dosen
dan karyawan) agar diberi kelancaran dan kesuksesan serta diberikan
ilmu yang bermanfaat.
d. Majelis Dies Natalis
“Kegiatannya banyak, kegiatan yang ada di Mahasiswa Al Khidmah
Kota Salatiga yaitu Majelis Rutin kampus, Majelis Safari Iklil, majelis
menjelang ujian, majelis Dies Natalis. Kegiatan di luar kampus seperti
78
haul akbar, maulid Nabi. Kegiatan itu sangat penting untuk
memperkokoh tradisi karena itu sangat penting untuk kehidupan umat.
Yang harus menjaga antara hablum minallah wa hablumminannas,
disitulah Al Khidmah melayani ummat untuk lebih dekat manusia dan
lebih dekat pula dengan Allah, dan sesuai dengan apa yang diharapkan
oleh hadhrotussyaikh KH. Asrori, yaitu Al Khidmah sebagai oase
dunia”( MS/ 09-05-2017/ 16.00 WIB).
Majelis ini diselenggarakan untuk memperingati Milad Kampus.
Majelis ini boleh dikatakan majelis yang paling besar dari majelis-
majelis sebelumnya. Oleh karena itu jamaah biasa menyebut majelis
Dies Natalis sebagai Majelis Puncak.
Adapun tata cara dan urutan kegiatan Majelis Dzikir Mahasiswa Al
Khidmah Kota Salatiga adalah sebagai berikut:
1) Pembacaan Wasilah (lantaran)
Pembacaan wasilah yaitu upaya sebagai tawasul yang ditujukan
kepada Nabi Muhammad SAW, keluarganya Nabi, para sahabat,
Tabi’in,Tabi’ut Tabi’in, para guru-guru, masyayikh, orang tua yang
telah mendahului kita dan muslimin muslimat. Tawasulan di baca oleh
seorang imam majelis yang duduk di depan berhadapan denga para
jama’ah. Ketika pembacaan tawasulan para jama’ah membaca surat
al-Fatihah setelah imam majelis membaca sampai syai’ul lillaahi
lanaa walahum al-Faatihah. Dengan membaca wasilah dan surat al-
Fatihah tersebut para jama’ah berharap mendapat syafaat dari
Rasulullah SAW di dunia maupun di akhirat dan berharap mendapat
barokahnya majelis tersebut.
79
Adapun bacaan wasilah yang dilakukan oleh jama’ah Al Khidmah
adalah sebagai berikut:
بسم الله الرحمن الرحيم
ة أعيننا ومولنا محمد صلى إلى حضرة لنبي المصطفى سيدنا وحبيبنا وشفيعنا وقر
…الله عليه وسلم واله وصحبه أجمعين . شيء لله لنا . ولهم الفاتحة
بين ثم إلى أرواح أبائه وإخوانه من النبياء والمرسلين . وإلى الملئكة الم قر
الحين . وإلى أرواح ال هدآء والص د يقين والش وحانيين . والص والكروبيين والر
اء وما تناسل نا سيدتنا حو بينهما كل وأصحاب كل منهم . وإلى أبينا سيدنا أدم وام
ين . شيء لله لنا . ولهم الفاتحة …إلى يوم الد
تنا , إلخ ... الفاتحة …ثم إلى أرواح سادتنا وموالينا وأئم
اشدين , ة المجتهدين . والعلماء الر …إلخ ... الفاتحة ثم إلى أرواح الءم
…ثم إلى أرواح مشايخ القادرية والنقشبندية , إلخ ... الفاتحة
2) Pembacaan Istighotsah
Pembacaan Istighotsah yaitu membaca bacaan-bacaan dzikir yang
isinya memohon ampunan kepada Allah SWT, berisi pujian-pujian,
dan pengagungan nama-nama Allah SWT. Majelis Dzikir Al Khidmah
dalam membaca Istighotsah masing-masing dibaca sebanyak 7/11/100
kali. Bacaan Istighotsah tersebut yaitu:
بسم الله الرحمن الرحيم
أستغفرالله العظيم
ة إلا باالله العلي العظيم لاحول ولا قو
80
على ال سيدنا محمد اللهم صل على سيدنا محمد و
ياالله يا قديم
ياسميع يا بصير
يامبدء يا خالق
لمين لااله إلا انت سبحانك إني كنت من الظا
ياحفيظ يا نصير يا وكيل يا الله
ياحي يا قيوم برحمتك أستغيث
يا هادي يا عليم يا خبير يا مبين
يا لطيف
.(Al-Ishaqy, 2012:12) يا رحمن يا رحيم
3) Pembacaan surat Yasin
Pembacaan surat Yasin dilakukan oleh orang yang sudah ditunjuk
sebagai pembaca. Pembaca tersebut bisa disebut juga sebagai team
(anggota) pembaca. Tim pembaca terdiri dari pembacaan surat Yasin,
pembacaan maulid ad-Diba’i, manakib dan sholawat.
4) Doa surat Yasin
Doa yasin dibaca oleh salah satu dari imam majelis dzikir atau kyai,
sesepuh yang berkenan untuk membacanya. Ketika doa surat yasin
sedang dibaca maka para jama’ah mengikuti dan mengamini bacaan
doa surat yasin tersebut. Adapun doa surat yasin yang dibaca yaitu:
81
بسم الله الرحمن الرحيم
على اله وصحبه وسلم . الحمد لله رب العالمين . اللهم صل على سيدنا محمد و
موات من قطرات . ولا فى الرض من حبات . ولا فى اللهم يا من ليس فى الس
يح من ولحات . ولا فى قلوب الخلق من خطرات . ولا فى أعضآئهم هب وب الر
من حركات . ولا فى أعيونهم من لحضات . إلا وهي لك شاهدات . وعليك
…إلخ ... الفاتحة قدرتك مجيرات , والات . وبربوبيتك معترفات . وفى
5) Pembacaan Manakib Syeh Abdul Qadir Al-Jailani r.a.
Membaca manakib Syeh Abdul Qadir al-Jailani r.a. berati membaca
sejarah biografi kehidupan, karamah, dan kemulyaannya sebagai
Sulthanul Auliya’ (pemimpinnya para wali). Dalam manakib selain
berisi tentang sejarah tetapi juga berisi doa-doa yang dipanjatkan.
Majelis Dzikir Al Khidmah dalam membaca manakibnya Syeh Abdul
Qadir al-Jailani r.a. dengan dilagukan yang unik dan khas ala Al
Khidmah. Manakibnya Syeh Abdul Qadir al-Jailani r.a. terdiri dari
tujuh bab. Ada doa yang dipanjatkan para jama’ah yang dibaca secara
serentak oleh majelis dzikir yaitu ketika berpindah dari bab satu ke
bab berikutnya. Selain itu juga di dalam manakib ketika disebut nama
Syeh Abdul Qadir al-Jailani r.a. Para jama’ah membaca surat al-
Fatihah secara bersama. Bacaan doa yang ada di dalam manakibnya
Syeh Abdul Qadir al-Jailani r.a. yaitu:
نا بالسرار التى او دعت ضوان عليه وامد ها لديه .اللهم انشر نفحات الر
82
6) Pembacaan Doa Manakib
Setelah selesai pembacaan manakib maka dilanjutkan dengan
membaca doa manakib dan membaca nadham atau puji-pujian kepada
Allah SWT. Nadhaman tersebut dibaca oleh team (anggota) yang
bertugas dan bacaannya juga mempunyai lagu yang khas. Bacaan
Nadhaman tersebut yaitu:
ج على المسلمين احمين, فر احمين * يا أرحم الر احمين, يا أرحم الر يا أرحم الر
اد الحليم وأ نت نعم المعين يا ربنا يا كريم يا ربنا يا رحيم*أنت الجو
يعم دنيا ودين ... وليس نرجو سواك فادرك إلهى دراك *قبل الفنا والهلك
Al-Ishaqy, 2012: 123-124). )…إلخ
Setelah pembacaan nadham di atas, dilanjutkan dengan membaca
Nadham al-Istiqbaalaat wat Tawajjuhaat wal Munaajaat dengan
dilagukan khas Majelis Dzikir Al Khidmah. Dalam pembacaan
nadham tersebut dibaca oleh tim pembaca manakib dan untuk para
jama’ah membaca tahlil La Ilaha Illallah sampai selesai pembacaan
nadham. Adapun nadham al-Istiqbalat wa Tawajuhat wal Munajat
tersebut yaitu:
يخ عبد القادر ولي الله لا اله إلا الله لا اله سول الله الش إلا الله * محمد ر
يا مولنا يارحمان بالعطا جد يا ديان * باالنبى خير الورى لاتحرقنا بالنيران
عا كل وقت والحيان ... اعطنا ك حسان * وأجب لنا الد ل المنى واغرقنا فى ال
(al-Ishaqy, 2012: 161-12).إلخ ...
83
7) Pembacaan Doa Tahlil
Pembacaan doa tahlil bisa dimintakan atau dibaca oleh kyai dan
masyayikh ataupun seseorang yang dianggap mampu. Doa tahlil bisa
menggunakan doa dengan kalimat yang panjang atau bisa juga
semampu dan sekehendak yang berdoa. Ketika Kyai atau sesepuh
membaca doa para jama’ah mengamini doa tahlil tersebut dengan
khusyuk dan penuh ta’dzim.
8) Pembacaan Maulidurrasul SAW
Majelis dzikir Al Khidmah dalam pembacaan Maulidurrasul SAW bisa
dilakukan dengan membaca shalawat Fihubby Sayyidina Muhammad
atau membaca Maulidad-Diba’iy karangan al-Imam al-Hafidz
Abdurrahman ad-Diba’i. Ditengah-tengah pembacaan maulid semua
jama’ah berdiri ketika pembacaan Mahal al-Qiyam atau disebut juga
Asroqalan dengan diiringi rebana. Para jama’ah mengikuti dengan
khusyuk dan bahkan sampai ada yang meneteskan air mata, karena para
jama’ah meyakini bahwa Nabi Muhammad SAW hadir dalam majelis
tersebut. Adapun Asyraqalan yang biasa dibaca oleh jama’ah Majelis
Dzikir Al Khidmah adalah sebagai berikut:
محل القيام
)للحبيب على بن محمد بن حسين الحبشي(
بوجود المصطفى احمد اشرق الكون ابتهجا
وسرور قد تجدد ولهل الكون انس
84
د فاطربوا يااهل المثانى فهزار اليمن غر
د جمال واستضيؤا ب فاق فى الحسن تفر
مستمر ليس ينفد ولنا البشرى بسعد
جمع الفخر المؤبد ... إلخ ... حيث او تينا عطاء
9) Pembacaan Doa Maulidurasul SAW
Doa Maulidurrasul SAW dibaca oleh salah seorang kyai, masyayikh
atau ustadz setelah pembacaan Mahal al-Qiyam.
10) Sambutan-Sambutan
Sambutan yang pertama dimintakan kepada Ketua Al Khidmah
sebagai ungkapan rasa syukur atas terselenggaranya kegiatan Majelis
Dzikir Al Khidmah tersebut. Sambutan yang kedua dimintakan oleh
ketua panitia, ketua ta’amir masjid atau pejabat pemerintah.
11) Mauidhah Hasanah
Untuk mengisi acara sebagai penceramah atau bisa disebut mauidhah
hasanah itu biasanya disampaikan oleh seorang kyai, atau ustadz yang
diundang dari luar daerah. Terkadang juga Mauidhah hasanah
dimintakan langsung kepada ketua toriqoh pusat. Tetapi jika
momentnya dalam rangka Haul Akbar di Kedinding Surabaya,
Tausiyyah atau Mauidhah hasanah diisi secara langsung oleh cucu
Syeh Abdul Qadir Al-Jailani r.a. yang ke 17 yakni al-Habib Umar al-
Hadi al-Jailani r.a. dari Kota Suci Makah al-Mukarromah.
85
Dalam penyampaian mauidhah hasanah mengenai pembahasan atau
tausiyah yang disampaikan bervariasi, diantaranya yaitu yang
berkaitan dengan ilmu fikih, tauhid, muamalah, Qishat al-Ulama’,
akhlak dan lain-lain.Tetapi biasanya lebih ditekankan pada kajian ilmu
tasawuf dan akhlak.
12) Doa Penutup
Doa penutup berarti akhir dari serangkaian acara Majelis Dzikir,
biasanya di baca oleh seoarang kyai atau masyayikh. Setelah
pembacaan doa penutup dilanjutkan dengan acara ramah tamah bagi
para habaib, para kyai, para masyayikh dan para tamu undangan
termasuk dari pejabat pemerintah.
2. Peran Majelis Dzikir Al Khidmah Dalam Mengembangkan Kecerdasan
Spiritual
Pada bagian ini peneliti akan menguraikan hasil wawancara dan observasi
pada jamaah majelis dzikir Mahasiswa Al Khidmah Kota Salatiga terkait
dengan peran majelis dzikir Al Khidmah dalam mengembangkan kecerdasan
spiritual sebagai berikut:
a. Kegiatan dalam majelis dzikir Al Khidmah dapat menenangkan jiwa dan
menentramkan hati.
“Majelis dzikir Al Khidmah sumber ketenangan jiwa, semua
orang pasti punya masalah masing-masing, nah kalau ikut
majelis Al Khidmah , permasalahan-permasalahan hidup yang
timbul insyaAllah pasti ada solusinya, hati kita lebih tenang
dalam menghadapinya , tidak kemrungsung, nyantai karena kita
bermain dihati, bukan akal, sehingga hati menjadi tentram, itu
sedikit pengalaman saya setelah mengikuti kegiatan Al
Khidmah”(NR/07-05-2017/ 10.00 WIB).
86
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat ar-Ra’du ayat 28 sebagai
berikut:
Artinya: “(Yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi
tentram dengan mengingat Allah. Ingatlah, dengan mengingat Allah lah
hati menjadi tentram.” (Departemen Agama RI, 2006:341).
Ayat tersebut menjelaskan tentang orang-orang yang selalu
kembali kepada Allah dan menyambut kebenaran itu adalah orang-orang
yang beriman. Mereka adalah orang-orang yang ketika berdzikir
mengingat Allah dengan membaca Al Qur’an dan sebagainya, hati
mereka menjadi tenang. Hati memang tidak akan tenang tanpa mengingat
dan merenungkan kebesaran dan kemahakuasaan Allah, dengan selalu
mengharap keridaan-Nya.
Selain sesuai dengan ayat Al Qur’an dalam surat Ar Ra’du ayat 28,
peran majelis dzikir Al Khidmah senada dengan teori yang dikemukakan
oleh Yazid dalam bukunya bahwa manfaat berdzikir (mengingat Allah
SWT) salah satunya yaitu “mendatangkan kegembiraan dan
ketentraman”(Yazid, 2008: 61-87).
AM juga menjelaskan tentang peran majelis dzikir Al Khidmah sebagai
berikut:
87
“Di dalam majelis itu bikin perasaan dan hati menjadi ayem
tentrem. Karena disitu kita duduk bersama para masyayikh ,
habaib, kyai, para aimmatul khususiyah serta bisa ramah tamah
dengan beliau. Dan sesudah majelis, kita bisa bertemu dengan
teman-teman dari berbagai daerah. Sebelum mengikuti kegiatan
Al Khidmah saya itu kurang dalam sikap menyayangi dan
menghargai sesama, kemudian setelah mengikuti Al Khidmah
saya merasakan perbedaannya, baik menurut keluarga saya,
maupun teman-teman karena di dalam Al Khidmah itu kita di
ajarkan untuk mempunyai kepedulian yang tinggi, mudah
bergerak dan tersentuh hatinya pada sesama, lebih-lebih kegiatan
yang baik yang diridlai Allah serta lapang dada dan besar hati
dalam menerima pemikiran-pemikiran, saran-saran, kritikan-
kritikan serta teguran yang baik dan membangun” (AM/ / 09-05-
2017/ 09.00 WIB).
Dzikir mempunyai Peran dan manfaat yang sangat besar dalam
mensucikan jiwa (Tazkiyatun nufus), menjernihkan akal pikiran dan
menjadikan hati tenang. Ketika hati selalu di ajak untuk berdzikir maka
hati akan menjadi sehat, bukan hati saja tetapi seluruh anggota tubuh juga
akan merasakan efek positif dari dalam hati. Di dalam majelis dzikir Al
Khidmah jamaah merasa tenang hatinya, karena disitu mereka berkumpul
dengan orang-orang sholih, sehingga hati mereka akan tergerak untuk
mengerjakan amalan sebagaimana amalan yang dikerjakan oleh orang-
orang sholih, serta bisa menteladani sifat-sifat bijak yang dimilikinya.
b. Meningkatkan silaturrahim
“Setelah mengikuti majelis dzikir Al Khidmah saya merasa lebih
khusyuk dalam berdo’a dan berdzikir. Membuat saya bisa lebih
dekat dengan Sang Illah, membuat rasa solidaritas kita menjadi
tinggi, membuat kita mudah untuk bergaul dan mendapatkan
banyak teman serta pengalaman. Dapat mengerti siapa diri kita
ini, bahwa kita hanyalah seorang hamba yang sangat lemah dan
mengingatkan kita bahwa Allah adalah Sang Maha Segalanya”
(AS/ 07-05-2017/ 13.00 WIB).
88
Dengan adanya silaturrahmi, jamaah majelis dzikir Al Khidmah
mampu bergaul dengan semua orang, menghargai antar sesama, serta
memiliki kepedulian yang tinggi untuk membantu orang-orang disekitar
yang membutuhkan bantuan. Karena di dalam majelis dzikir Al
Khidmah, jamaah dilatih untuk memiliki sifat toleransi yang tinggi salah
satunya yaitu dengan kegiatan silaturrahmi. Ketika ada salah satu jamaah
yang sakit, jamaah Al Khidmah bergegas bersama-sama untuk
menjenguk. Ketika liburan kuliah, majelis dzikir Al Khidmah
mengadakan kegiatan anjangsana antar jamaah Al Khidmah, sehingga
mereka saling mengenal satu sama lain dan menambah keakraban.
Peran majelis dzikir Al Khidmah dalam mengembangkan
kecerdasan spiritual senada dengan penjelasan AMA sebagai berikut:
“Yang saya peroleh ketika saya mengikuti kegiatan tersebut saya
merasa seperti suci kembali, saya merasa sebagai manusia
banyak dosanya, dan mungkin salah satu untuk menghapus dosa-
dosa tersebut adalah dengan dzikir, Al Khidmah ini sebagai
wadah dzikir. Kalau tidak ada Al Khidmah mungkin saya sulit
berdzikir. Kalau ditanya tentang peubahan setelah mengikuti Al
Khidmah, alhamdulillah sekarang saya jadi sregep menghadiri
majelis dzikir, suka silaturrahmi dan saya merasa menjadi
pribadi yang sopan terhadap semua kalangan”(AMA/ 08-05-
2017/ 13.00 WIB).
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat An Nisa ayat 1:
89
“Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah
menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya[263]
Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah
memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak.
dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan)
nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain[264], dan
(peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu
menjaga dan mengawasi kamu” ( QS An Nisa’: 1).
Ayat tersebut menjelaskan tentang takwa kepada Allah SWT yang
muncul karena kesadaran kesadaran atas Allah sebagai Tuhan pencipta
manusia sejak zaman Nabi Adam. Salah satu bentuk ketakwaan manusia
adalah dengan memelihara hubungan silaturrahmi. Menyambung
silaturrahmi merupakan tanda-tanda seseorang yang beriman kepada
Allah SWT.
c. Menimbulkan kesadaran beragama yang semakin kuat.
“Perubahan sikap berupa amal sholeh dan semakin
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan. Contohnya semakin
meningkat dalam melakukan dzikir dan sholawat. Semakin
berhati-hati dalam berbuat dan takut menyakiti hati orang lain
dan ketika melakukan aktivitas apapun selalu dikembalikan
kepada Allah (innalillahi wainna ilaihoi raji’un), selalu merasa
ihsan (ibadah seakan-akan dilihat Allah)” (MC/ 08-05-2017/
08.30 WIB).
Dengan mengikuti kegiatan majelis dzikir Al Khidmah, jamaah
akan semakin berhati-hati dalam berbuat karena setiap perbuatan yang
dilakukan selalu diawasi oleh Allah SWT. Dengan membaca dzikir dan
sholawat, jamaah akan selalu mengingat Allah. Selain itu, jamaah juga
enggan untuk menyakiti hati orang lain, karena menurut mereka
menyakiti hati orang lain sama dengan menyakiti hati sendiri. Mereka
sadar bahwa menyakiti hati orang lain sama saja dengan berbuat zalim
90
dengan Allah. Sehingga kapan dan dimanapun berada jamaah selalu
mengingat Allah SWT.
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al Hujurat ayat 11:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki
merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu
lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan
merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih
baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri[1409] dan jangan
memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. seburuk-buruk
panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman[1410] dan
Barangsiapa yang tidak bertobat, Maka mereka Itulah orang-orang yang
zalim” (QS. Al Hujurat: 11).
Dalam surat tersebut, Allah memperingatkan kaum mukminin agar
jangan ada satu kaum mengolok-olok kaum lain karena bisa jadi mereka
yang diolok-olok itu pada sisi Allah jauh lebih mulia dan terhormat dari
yang mengolok-olok. Jangan mencela dirimu sendiri disitu maksudnya
ialah mencela/ menyakiti antara sesama mukmin karana orang-orang
mukmin seperti satu tubuh.
“Perubahan yang saya alami setelah mengikuti majelis dzkir Al
Khidmah salah satunya yaitu ketika dulu awal masuk kuliah saya
tidak punya tujuan yang jelas karena saya hanya ikut-ikutan
teman saja. Tapi setelah saya bergabung di majelis ini, tiba-tiba
91
dalam hati saya muncul greget untuk kuliah mencari ilmu
semata-mata karena Allah. Dan alhamdulillah saya juga nyantri
untuk yang pertama kali di salah satu pesantren di Salatiga, dan
itu adalah hzidayah dari Allah karena sebelum mengikuti majelis
Al Khidmah tidak pernah terfikir dalam hati saya untuk nyantri.
Dan baru pertama kali ini saya nyantri sambil kuliah” (TS/ 10-
05-2017/ 14.30 WIB)
Menjadi orang yang lebih baik dari hari kemaren adalah ciri orang
yang beruntung. Dengan mengikuti kegiatan majelis dzikir Al Khidmah,
jamaah merasakan sesuatu yang lebih baik dari sebelum ia mengikuti
majelis dzikir Al Khidmah. Jamaah yang semula tidak pernah berdzikir,
kini merubah kebiasaannya untuk berdzikir, suka bersilaturrahmi dan
selalu bersikap baik terhadap sesama.
d. Memfungsikan hati untuk lebih taat kepada Allah SWT.
“Setelah mengikuti majelis dzikir Al Khidmah saya merasa lebih
istiqomah dalam beribadah, yang dulunya tidak suka mujadahan
sekarang alhamdulilah mujadahan setiap malam. Saya lebih
qona’ah apapun yang saya miliki sekarang, dulu kadang suka
mengeluh ketika ada masalah, tapi alhamdulilah sekarang saya
lebih bersyukur, karena dengan adanya masalah saya lebih dekat
dengan Allah. Begitu juga ketika menghadapi krisis keuangan,
tidak sedikitpun saya mengeluh, karena dengan adanya masalah
keuangan itu menjadikan saya lebih dekat dengan Allah,
menumbuhkan semangat dalam diri saya untuk tetap sabar dan
berusaha untuk menutupi keuangan tersebut. Saya belajar
mandiri nyambi jualan snack dikampus agar bisa menutupi
keuangan saya. Dan alhamdulilah membuahkan hasil sehingga
saya tidak pernah minjam uang keteman, dan memang saya tipe
orang yang tidak suka meminjam uang, sampai saat ini
alhamdulilah saya tidak pernah minjam uang” (SN/ 11-05-2017/
09.30 WIB).
Selain menimbulkan kesadaran yang semakin kuat, peran majelis
dzikir Al Khidmah dalam mengembangkan kecerdasan spiritual adalah
memfungsikan hati untuk lebih taat kepada Allah SWT. Salah satu dari
fungsi berdzikir adalah bertujuan untuk membersihkan hati. Karena hati
92
merupakan anggota tubuh yang sangat penting. Hati berfungsi untuk
mengontrol anggota tubuh manusia. Hati manusia itu diumpamakan
seperti selembar kertas putih yang bersih. Ketika seseorang berbuat dosa
maka muncullah sebuah titik hitam pada kertas tersebut. Tetapi ketika ia
beristighfar dan mengerjakan amal sholih bintik hitam itupun menjadi
hilang. Demikian seterusnya hati akan tetap bersih selama ia tetap
beristighfar dan mengerjakan amal-amal sholih. Jika ia tidak pernah
beristighfar ataupun berdzikir maka hati itu akan dipenuhi bintik hitam
yang pada akhirnya akan menutupi seluruh hatinya menjadi hitam penuh
kegelapan.
Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 155:
“Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar” (Al
Baqarah: 155).
Ayat di atas mengandung makna bahwa Allah akan memberikan
cobaan dan ujian kepada setiap hamba-Nya dengan berbagai macam
bentuk diantaranya dengan rasa takut gelisah hatinya, kelaparan yang
merajalela, kekurangan bahan-bahan pokok, dan kematian akibat
serangan wabah penyakit dan kekurangan buah-buahan akibat kekeringan
93
Dalam menghadapi ujian dan cobaan seperti itu manusia
dianjurkan untuk bersabar.
“Kalau ditanya tentang perubahan penting setelah mengikuti
majelis dzikir Al Khidmah adalah saya merasa lebih bisa
memfungsikan hati saya, misal ketika saya hampir terjerumus ke
dalam dosa/ maksiat, seketika hati saya mengatakan untuk tidak
melakukan hal itu. Intinya setelah saya mengikuti majelis dzikir
Al Khidmah hatinya saya semakin sensitif untuk melakukan hal-
hal yang bertentangan dengan syari’at agama Islam” (NI/ 09-05-
2017/ 14.00 WIB).
Dengan memfungsikan hati dengan benar, akan tertanam dalam
hati jamaah majelis dzikir Al Khidmah rasa takut kepada Allah SWT jika
melakukan perbuatan dosa atau kemaksiatan. Jika jamaah hampir
terjerumus kedalam kemaksiatan, hatinya akan berfungsi otomatis untuk
menghindar dari perbuatan tercela tersebut.
Paparan data diatas merujuk pada teori kecerdasan spiritual yang
dikemukakan oleh Danah Zohar dan Ian Marshall dalam buku mereka,
SQ: Spiritual Quetiont mendefinisikan bahwa: “Kecerdasan spiritual
adalah kecerdasan untuk menghadapi makna atau value, yaitu kecerdasan
untuk menempatkan perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang
lebih luasa dan kaya , dibandingkan dengan yang lain.
e. Mengembalikan segala persoalan hidup hanya kepada Allah SWT.
“Pengalaman saya setelah mengikuti majelis dzikir Al Khidmah
saya merasa hati saya lebih tenang, damai. Di saat saya punya
masalah yang kelihatannya sangat berat sekali, alhamdulilah
saya menikmati masalah itu. Artinya saya tidak alarut dalam
masalah itu, karena saya punya Allah dan Dialah yang akan
memberikan solusi atas segala permasalahan saya. Saya percaya
sebagaimana firmannya “Layukallifullahu nafsan illa wus’aha”
bahwa Allah tidak akan memberikan/ membebani masalah
94
kepada hamba-Nya melebihi kemampuannya” (MA/ 10-05-2017/
10.00 WIB).
Kemampuan mengembalikan segala persolan hidup hanya kepada
Allah jika ditilik dari tulisan Jalaluudin Rahmat pada teori kecerdasan
tentang ciri atau karakteristik dari kecerdasan spiritual, meskipun dengan
redaksi yang berbeda “Dapat memanfaatkan dan mentransendenkan
kesulitan atau penderitaan” ( Triantoro Safari, 2007: 15).
Hal ini senada dengan firman Allah dalam surat Al Baqarah ayat 156:
“(yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka
mengucapkan: "Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji'uun (sesungguhnya
Kami adalah milik Allah dan kepada-Nya-lah Kami kembali)” ( QS. Al
Baqarah: 156).
Ayat di atas menjelaskan bahwa ketika seseorang ditimpa sebuah
musibah, hendaknya mengembalikan kepada Allah SWT. Kita bisa hadir
dan hidup didunia ini adalah karena ijin Allah, karena kehendak Allah,
dan akan kembali lagi kehadapan Allah SWT.
Penjelasan di atas menunjukkan bahwa adanya suatu keterkaitan
dan suatu efek (pengaruh) antara amaliyah Majelis Dzikir Al Khidmah
dengan pembentukan kecerdasan spiritual. Walaupun sebelumya para
jama’ah Majelis Dzikir Al Khidmah masih banyak kekurangan dan
keterbatasan, mulai dari ekonomi yang pas-pasan, anak nakal dan
permasalahan lain yang dihadapi. Tetapi setelah melakukan amaliyah-
amaliyah dan mengikuti menjelis dzikir perubahan yang dirasakan sangat
besar sekali.
95
Maka hal tersebut menunjukkan bahwa kegiatan dan amaliyah
Majelis Dzikir Al Khidmah mampu dijadikan sebagai media ketenangan
jiwa dan hati. Ketika jiwa dan hati menjadi tenang maka kehidupannya
menjadi sejahtera. Sejahtera bukan berati banyaknya harta yang
melimpah ruah, tetapi sejahtera yang dimaksud adalah karena tenangnya
hati dan pikiran yang menjadikannya bersikap sabar dan tawadhu’.
Dengan demikian secara otomatis akan memberikan dampak kepada
jamaah pada khususnya untuk mengembangkan kecerdasan spiritual.
3. Faktor Penghambat dan Pendukung Dalam Kegiatan Majelis Dzikir
Mahasiswa Al Khidmah Kota Salatiga.
Hasil wawancara dengan beberapa responden menyimpulkan bahwa ada
beberapa faktor pendukung dan penghambat sebagaimana uraian tersebut di
bawah ini:
a. Faktor Pendukung
1) Ketersediaan tempat majelis yang memadai.
“Kalau faktor yang mendukung yang berbentuk materil seperti
sekertariat MAK di Banyuputih yang dipinjamkan secara cuma-
cuma oleh pengusaha kertas Salatiga. Pendanaan majelis oleh
jamaah Salatiga dan bapak walikota salatiga secara pribadi,
Khidmah tenaga dan pikiran oleh pengurus MAK, untuk finansial
itu dari jamaah sendiri, kalau yang dari pemerintah itu hanya untuk
untuk even-even yang berkepentingan dari pemerintahan itu, seperti
ulang tahun salatiga, dari pemkot juga memberikan dana beberapa
persen, tapi sebagian dana dari jama’ah, ada kegiatan apa saja itu
yang mengolah dari jama’ah” (DU/ 11-05-2017/ 09.00 WIB).
Kantor sekretariat sangat berguna bagi para pengurus Al
Khidmah pada khususnya dan para jamaah kaitannya dengan
96
terselenggaranya kegiatan-kegiatan dalam majelis dzikir Al
Khidmah.
“Faktor pendukungnya adalah tempat untuk majlisan, karena tidak
ada keharusan tertentu dalam setiap acara majelis, jadi tidak bisa
dibatasi hanya dimasjid saja. Misalkan semua bisa kita jangkau,
masjid, lapangan, pusat kota, rumah , kampus dan seterusnya.
Semua sangat memungkinkan untuk dilaksanakan majelis Al
Khidmah, itu secara umum ya.. tapi kalau mahasiswa Al khidmah,
fokus kita adalah kemakmuran kampus, fakultas, jurusan dan
seterusnya bisa ada majelis-majelis seperti ini”(MI/10-05-2017/
09.00 WIB ).
Tempat untuk mengadakan majlisan tidak hanya terbatas di
kampus saja, melainkan beberapa tempat lain seperti masjid,
lapangan, pusat kota, dan rumah juga bisa dijadikan tempat untuk
mengadakan majelis dzikir Al Khidmah.
2) Jamaah majelis dzikir Al Khidmah mayoritas mahasiswa
“Yang menjadi faktor pendukung dalam kegiatan adalah
kekompakan dalam mengadakan suatu majelis,karena sebagian
besar jamaahnya adalah mahasiswa. Seorang mahasiswa tentunya
sudah berpendidikan dan lebih terdidik akhlaqnya.Pendukungnya
terdiri dari luar dan dalam. Kalau dari luar yaitu melalui sesepuh,
pemerintahan seperti walikota Dari dalamnya adalah kekompakan
pengurusnya secara profesional ketika mengadakan suatu
kegiatan.Semua pengurus insyaAllah profesional karena mereka
sarjana dan ada juga yang masih mahasiswa”(KA/ 11-05-2017/
13.00 WIB).
Jamaah majelis dzikir Al Khidmah mayoritas mahasiswa.
Mereka bisa berfikir kedepan dan belum mempunyai aktifitas yang
padat sehingga mudah untuk dikoordinasi. Selain itu, banyak
mahasiswa yang tinggal di pondok pesantren dan sudah mengenal
majelis dzikir Al Khidmah sejak mereka duduk di bangku SMA.
Dengan demikian, mereka sudah tidak asing lagi dengan majelis
97
tersebut dan sudah paham dengan kegiatan-kegiatan yang ada di
dalam majelis dzikir Al Khidmah.
3) Ketersediaan ustadz secara sukarela
“Faktor pendukungnya adalah adanya ustadz dalam mengisi
kegiatan secara sukarela (tanpa gajian). Karena para ustadz selalu
kembali kepada ajaran Kyai Asrori bahwa Al Khidmah adalah
melayani. Melayani jamaah tanpa mengharapkan imbalan apapun,
karena yang akan membalas hanyalah Allah SWT” (EK/09-05-2017/
13.00).
Selain jamaah yang mayoritas mahasiswa, faktor pendukung
dalam kegiatan majelis dzikir Al Khidmah adalah ketersediaan
ustadz secara sukarela. Ustadz yang mengisi kegiatan majelis dzikir
juga bukan sembarang ustadz, tapi beliau yang mampu dalam segi
ilmu dan tentunya bisa bahasa arab dengan baik. Ustadz dalam
kegiatan majelis dzikir Al Khidmah berfungsi sebagai pemimpin
dalam majelis tersebut. Selain itu, beliau juga memberikan mauidhoh
hasanah di akhir acara.
4) Kegiatan sudah terjadwal
“Faktor yang mendukung dalam kegiatan tersebut adalah dari
kegiatannya sendiri, karena semua kegiatan dalam majelis dzikir Al
Khidmah semuanya sudah terjadwal (sudah fix), sehingga jamaah
tidak akan salah jadwal, kecuali undangan untuk menghadiri
majlisan ditempat lain, itu nanti akan segera kita sosialisasikan
kepada jamaah” (MS/ 09-05-2017/ 16.00 WIB).
Dengan adanya kegiatan yang sudah terjadwal diharapkan
jamaah bisa istiqomah dalam mengikuti majelis dzikir Al Khidmah.
Di dalam majelis tersebut ada majlis rutinan yang jadwalnya tidak
pernah berubah-ubah. Sehingga pengurus Al Khidmah tidak perlu
98
mensosialisasikan setiap bulannya, karena jamaah otomatis akan
datang ke tempat majlisan. Karena bukan majlis dzikir Al Khidmah
yang membutuhkan jamaah, melainkan jamaah lah yang
membutuhkan majelis dzikir Al Khidmah.
b. Faktor Penghambat
1) Jarak majelis yang lumayan jauh
“Halangannya yaitu biasanya adalah jarak, ketika jaraknya cukup
jauh, katakanlah dari Banyuputih ke Semarang itu mungkin
transpotnya, lalu ketika hujan juga itu juga menjadi halangan. Lalu
ketika yang berangkat hanya beberapa saja, mungkin juga
halangan, dan semangatnya menjadi kendor”(AM/ 14-05-2017/
11.00 WIB).
“Tempat majlisan jauh dari pondok saya, dan biasanya tidak ada
barengannya. Jadi kalau mau kesana sendirian kadang takut dan
males juga” (NI/ 09-05-2017/ 14.00 WIB).
Jarak dan waktu menjadi salah satu hambatan dalam kegiatan
majelis dzikir Al Khidmah. Jalan keluar untuk mengatasi hambatan
tersebut adalah jamaah tinggal di pesantren yang dekat dengan
tempat majlisan.
2) Terbatasnya dana pembiayaan kegiatan
“Kalau menurut saya hambatan yang biasa dialami oleh mahasiswa
Al Khidmah sendiri adalah masalah dana. Kadang saat kami ingin
menyelenggarakan acara terhambat oleh dana, biasanya kita sempat
kebingungan nanti kita mau menyediakan hidangan apa untuk para
jamaah, tapi alhamdulilah kita mempunyai solusi untuk mengatasi
hambatan tersebut, salah satunya yaitu kita melobbby kepada para
sesepuh jika kita ingin mengadakan sebuah kegiatan. Dan biasanya
para sesepuh itu memberikan dana kepada pengurus untuk
mengadakan kegiatan” (EK/ 11-05-2017/ 11.00 WIB).
99
Keterbatasan dana menjadi faktor penghambat dalam kegiatan
majelis dzikir Al Khidmah. Karena dana merupakan menjadi peran
utama dalam mengadakan sebuah kegiatan. Dalam masalah ini para
pengurus Al Khidmah berusaha menutup kekurangan dana dengan
mengajukan proposal kepada atasan dan mengadakan bazar.
3) Waktu kegiatan terkadang bertabrakan dengan waktu kuliah
“Halangannya yaitu masalah waktu sehingga bertabrakan dengan
agenda pribadi, seperti kerja atau kuliah. Jadi kalau ikut waktu
luang saja” ( MC/ 08-05-2017/ 08.30 WIB).
“Rata-rata waktu majlisan berbenturan dengan jadwal pondok.
Terkadang harus mengalah salah satu agenda. Tetapi saya biasanya
lebih memilih untuk berangkat majlisan daripada mengikuti acara
di pondok, karena ikut majlisan Al Khidmah ini bagi saya adalah
sudah merupakan kewajiban ”( MA/ 10-05-2017/ 10.00 WIB).
“Halangannya adalah waktu karna saat ini saya sibuk kerja dan
kuliah jadi banyak sekali jam yang harusnya ikut majlisan tapi
belum selesai dikerjaan, yang harusnya berkumpul musyawarah tapi
masih kuliah atau kerja. Tapi sebisa mungkin saya akan tetap
berusaha untuk berangkat majlisan” (TS/ 10-05-2017/ 14.30 WIB).
Sebagian besar mahasiswa mengatakan bahwa waktu
merupakan faktor penghambat dalam kegiatan majelis dzikir Al
Khidmah. Tetapi hal tersebut tidak menyurutkan semangat jamaah
majelis dzikir Al Khidmah untuk tetap mengikuti kegiatan yang ada
dalam majelis dzikir Al Khidmah. Salah satu cara untuk mengatasi
hambatan ini adalah dengan memfokuskan niat, jadi sesibuk apapun
jamaah, tetap bisa meluangkan waktu untuk mengikuti kegiatan
majelis dzikir Al Khidmah.
100
4) Belum seragamnya pemahaman tentang majelis dzikir Al Khidmah
“Hambatannya bisa internal maupun eksternal.Untuk faktor internal
seperti malas berkumpul bermajlis dengan alasan apapun.
Sedangkan untuk faktor eksternal seperti banyak lembaga maupun
pejabat berwenang masih belum paham tentang tujuan dan
amaliyah kita. Sehingga terkadang kita harus banyak
mensosialisasikan kepada lembaga khususnya tentang Organisasi Al
Khidmah itu sendiri”(MI/ 10-05-2017/ 15.30 WIB).
Selain waktu yang menjadi hambatan dalam kegiatan majelis
dzikir Al Khidmah, belum seragamnya pemahaman dari berbagai
lembaga tentang majelis dzikir Al Khidmah juga menjadi
penghalang dalam kegiatan tersebut. Untuk mengatasi hambatan
tersebut adalah dengan kembali kepada ajaran Romo KH. Asrory Al
Ishaqi untuk tetap berkhidmah atau melayani. Selain itu, pengurus
majelis dzikir Al Khidmah akan mensosialisasikan tentang majelis
dzikir Al Khidmah kepada lembaga yang belum paham tentang
tujuan atau isi dari kegiatan yang ada dalam majelis dzikir Al
Khidmah.
Hambatan-hambatan di atas tidak menyurutkan semangat
jamaah majelis Al Khidmah dalam mengikuti kegiatan majelis dzikir
Al Khidmah, khususnya pengurus Al Khidmah untuk terus
berkhidmah melayani jamaah untuk tetap menyelenggarakan
kegiatan Majelis Dzikir Al Khidmah.
101
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan pembahasan dan analisis, mulai dari bab I sampai bab
IV, guna menjawab pokok permasalahan dalam penelitian yang dilakukan,
maka ada beberapa hal yang menjadi titik tekan sebagai kesimpulan dalam
skripsi ini, yakni:
1. Kegiatan yang dilakukan oleh Majelis Dzikir Mahasiswa Al Khidmah
Kota Salatiga antara lain:
a. Majelis Rutinan Kampus
b. Majelis Safari Iklil
c. Majelis Menjelang Ujian
d. Majelis Dies Natalis
2. Majelis Dzikir Al Khidmah mempunyai peran dalam mengembangkan
kecerdasan spiritual di antaranya sebagai berikut:
a. Majelis dzikir Al Khidmah dapat menenangkan jiwa dan
menentramkan hati
b. Meningkatkan silaturrahmi
c. Menimbulkan kesadaran beragama yang semakin kuat
d. Memfungsikan hati untuk lebih taat kepada Allah SWT
e. Mengembalikan segala persoalan hidup hanya kepada Allah SWT
102
3. Faktor pendukung dalam kegiatan majelis dzikir Al Khidmah
diantaranya:
a. Ketersediaan tempat majelis yang memadai
b. Jamaah majelis dzikir Al Khidmah mayoritas mahasiswa
c. Ketersediaan ustadz secara sukarela
d. Kegiatan sudah terjadwal
Sedangkan faktor penghambat dalam kegiatan majelis dzikir Al
Khidmah adalah sebagai berikut:
a. Jarak majelis yang lumayan jauh
b. Terbatasnya dana pembiayaan kegiatan
c. Waktu kegiatan terkadang bertabrakan dengan waktu kuliah
d. Belum seragamnya pemahaman tentang majelis dzikir Al Khidmah
B. Saran
Setelah penulis mengetahui dan melakukan observasi, yang kaitannya
dengan kegiatan Majelis Dzikir Mahasiswa Al Khidmah Kota Salatiga
menurut penulis masih ada hambatan dan kendala yang sekiranya perlu
dibenahi atau diperbaiki. Karena dengan adanya saran dari penulis ini,
bertujuan demi mewujudkan suatu majelis dzikir yang kuat dan solid
(kompak). Oleh karenanya penulis memberikan saran sebagai berikut:
1. Kepada Pengurus
a. Lebih menggiatkan dalam sosialisasi dan menginformasi apapun
bentuk kegiatannya kepada para jama’ah baik melalui Undangan,
SMS, Facebook ataupun dengan media-media yang lain.
103
b. Perlu adanya kaderisasi tim pembaca manakib, penabuh terbang dan
MC supaya ketika tim inti berhalangan maka sudah ada
penggantinya.
c. Menjalin keharmonisan pengurus dengan pengurus, pengurus dengan
jama’ah, jama’ah dengan jama’ah ataupun dengan pemerintahan dan
sering-sering melakukan silaturrahim dengan para kyai dan sesepuh.
d. Harus mempunyai komitmen dan bisa mengajak jama’ah untuk tidak
terpengaruh dan ikut dengan partai politik.
2. Kepada Jama’ah
a. Untuk bisa lebih istiqomah dan ikhlas dalam mengikuti Majelis
Dzikir Al Khidmah.
b. Untuk bisa mengajak keluarga, saudara, teman dan tetangga di setiap
ada kegiatan Majelis Dzikir Al Khidmah, dengan harapan cita-cita Al
Khidmah sebagai oase dunia bisa terealisasikan.
c. Diniatkan dalam mengikuti Majelis Dzikir Al Khidmah semata-mata
untuk mencari ridha para guru, orang tua dan Allah SWT.
3. Kepada Pemerintah
a. Hendaknya dapat memberikan ijin dan dukungan penuh di setiap
terselenggaranya Majelis Dzikir Al Khidmah dimanapun berada
lebih-lebih memberikan bantuan moril demi ikut mensukseskan
penyelenggaraan majelis dzikir.
b. Untuk bisa menjaga keharmonisan masyarakat dan mewujudkan
kabupaten Semarang menjadi damai, aman, sejahtera dan mapan.
104
c. Jangan memanfaatkan Majelis Dzikir Al Khidmah untuk kepentingan
pribadi dan semisal kampaye demi maksud politik tertentu.
4. Kepada Masyarakat
a. Senantiasa memberikan kenyamanan di lingkungan masyarakat yang
diadakannya suatu Majelis Dzikir Al Khidmah.
b. Senantiasa mengikuti kegiatan Majelis Dzikir Al Khidmah walaupun
tidak sebagai jama’ahnya.
c. Ikut serta mensosialisasikan program dan kegiatan jama’ah Al
Khidmah dimanapun tempat.
DAFTAR PUSTAKA
Abdusshamad, Muhyidin. 1981. Tahlil Dalam Perspektif Al-Qur’an dan As-
Sunnah.Surabaya: Nurul Islam.
Al- Ghazali, Munajat. 998. Dzikir dan Do’a Wacana Amaliah Keseharian (judul
asli “ Al-Adzkar wad-Da’awaat, Ad-Da’awaat al-Mustajabah wa Mafatih
al-Faraj”). Surabaya: Risalah Gusti.
Al- Kandahlawi, Maulana Moh. Zakariyya. 2003. Fadhilah Amal. Yogyakarta:
Ash-Shaff.
Al-Ishaqy, Ahmad Asrori. 2011. Al Anwar Al Khushushy Al-Khotmiyyah. Cet. Ke-
9. Surabaya: Al Wafa.
Al-Ishaqy, Ahmad Asrori. 2011. Al-Mudznib, Az-Zalil Ibnu Al-Yaum. Surabaya:
Al Wafa.
Al-Ishaqy, Ahmad Asrori. 2014. Pedoman Kepemimpinan dan Kepengurusan
Dalam Kegiatan dan Amaliyah Ath Thariqoh dan Al Khidmah, cet. Ke-VIII.
Surabaya: Pengurus Pusat Al Khidmah.
Amin, Samsul Munir dan Al Fandi, Haryanto. 2013. Etika Berdzikir, Cet. Ke-2.
Jakarta: Amzah.
Anam, Khoirul. 2015. Keluarga Sakinah dan Dzikir (Studi Atas Peran Majelis
Dzikir Al Khidmah dalam Pembentukan Keluarga Sakinah di Kabupaten
Semarang). Skripsi. Fakultas Syari’ah Jurusan Ahwal Al-Syakhshiyyah
IAIN Salatiga.
Atjah, Aboebakar. 1993. Pengantar Ilmu Tarekat (Uraian Tentang Mistik) Cet ke
XII. Solo: Ramadhani.
Azzet, Muhammad Muhaimin. 2014. Mengembangkan Kecerdasan Spiritual Bagi
Anak. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
C.P, Chaplin. 1989. Kamus lengkap Psikologi. Jakarta : CV Rajawali.
Departemen Agama RI. 2006. Al-Qur’an dan Terjemahnya Juz 1-30 Edisi Baru.
Surabaya: CV. Pustaka Agung Harapan.
Depdikbud. 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Jhon M. Echols dan Hasan Shadily. 2000. Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: PT.
Gramedia.
Majid, M. Amin, dan Aziz, Tirmidzi Abdul. 2004. Analisa Dzikir dan Do’a.
Jakarta: Pinbuk Press.
Masyudi, In’ammuzahiddin dan Wahyu, A. Nurul. 2006. Berdzikir dan Sehat Ala
Ustad Haryono. Semarang: Syifa Press.
Moeleong, Lexy J. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosda Karya, Cet.XIV.
Nasution, Ahmad Taufik. 2009. Melejitkan SQ Dengan Prinsip 99 Asmaul Husna.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Pengurus Pusat Al Khidmah Kota Salatiga. 2016. Pendidikan Anggota Dasar
Mahasiswa Al Khidmah Kota Salatiga. Salatiga: Pengurus Mahasiswa Al
Khidmah Kota Salatiga.
Poerwadarminta, WJS. 1997. Kamus Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai
Pustaka.
Rahmad, Jalaluddin. 2004. Psikologi Agama Sebuah Pengantar. Bandung:
Mizan.
Shihab, M. Quraish. 2008. Wawasan Al-Qur’an Tentang Dzikir dan Do’a.
Jakarta: Lentera Hati.
Soetjipto, Ahmad. 1986. Dzikrullah. Yogyakarta: LPPM IAIN Sunan Kalijaga.
Suharsimi, Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktikan.
Jakarta: Rineka Cipta.
Sulistami, Ratna & Erlinda Manaf Mahdi. 2006. Universal Intelligence. Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama.
Tebba, Sudirman. 2003. Tasawuf Positif. Jakarta: Prenada Media.
Walidah, Farikhatul.2013. Telaah Komparatif Atas Pemikir Donah Zohar, Ian
Marshall Dan Ary Ginanjar Tentang Kecerdasan Spiritual. Jurusan
Pendidikan Agama Islam IAIN Salatiga.
Yusuf, Muhammad Amir. 2014. Pengaruh Majelis Dzikir Terhadap
Keharmonisan Keluarga (Studi Kasus Majelis Dzikir Al-Khidmah di pondok
pesantren Hidayatul Falah Bantul Yogyakarta). Yogyakarta: UIN Sunan
Kalijaga.
Zohar, Danah dan Ian Marshal. 2001. SQ (Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual
dalam Berfikir Interalistik dan Holistik untuk Memaknai Kehidupan).
Bandung: Mizan.
Zohar, Danah, dan Ian, Marshall. 2007. SQ, Kecerdasan Spiritual. Bandung:
Mizan
PEDOMAN WAWANCARA
Untuk pembina Majelis Dzikir Al Khidmah
I. Identitas Informan :
1. Nama :
2. Usia :
3. Pekerjaan :
4. Hari/tanggal wawancara :
5. Waktu :
II. Sasaran Wawancara :
1. Kegiatan Majelis Dzikir Mahasiswa Al Khidmah Kota Salatiga.
2. Peran Majelis Dzikir Mahasiswa Al Khidmah Kota Salatiga dalam
mengembangkan kecerdasan spiritual.
3. Faktor penghambat dan penunjang kegiatan Majelis Dzikir Mahasiswa Al
Khidmah dan cara penanganannya.
III. Butir-butir pertanyaan :
1. Kapan Majelis Dzikir Mahasiswa Al-Khidmah didirikan?Mengapa
didirikan Majelis tersebut? Siapa yang mendirikan majelis tersebut?
2. Apa jenis-jenis kegiatannya? Untuk apa kegiatan tersebut?
3. Siapakah yang menjadi jamaah tersebut?
4. Bagaimana keterkaitan Majelis Dzikir Al Khidmah dengan pembentukan
kecerdsan spiritual?
5. Kegiatan apa yang dapat diambil dalam rangka mencerdaskan spiritual?
Dan bagaimana caranya?
6. Apa saja hambatan dalam kegiatan tersebut? Bagaimana cara
mengatasinya?
7. Faktor apa saja yang mendukung dalam kegiatan tersebut? Mengapa?
PEDOMAN WAWANCARA
Untuk pengurus Majelis Dzikir Al Khidmah
IV. Identitas Informan :
1. Nama :
2. Usia :
3. Pekerjaan :
4. Hari/tanggal wawancara :
5. Waktu :
V. Sasaran Wawancara :
1. Kegiatan Majelis Dzikir Mahasiswa Al Khidmah Kota Salatiga.
2. Peran Majelis Dzikir Mahasiswa Al Khidmah Kota Salatiga dalam
mengembangkan kecerdasan spiritual.
3. Faktor penghambat dan penunjang kegiatan Majelis Dzikir Mahasiswa Al
Khidmah dan cara penanganannya.
VI. Butir-butir pertanyaan :
1. Kapan Majelis Dzikir Mahasiwa Al-Khidmah didirikan?Mengapa
didirikan Majelis tersebut?
Siapa yang mendirikan majelis tersebut?
2. Apa jenis-jenis kegiatannya? Untuk apa kegiatan tersebut?
3. Siapa sajakah yang menjadi jamaah dalam majelis tersebut?
4. Kegiatan apa yang dapat diambil dalam rangka mencerdaskan kecerdasan
spiritual? Dan bagaimana caranya?
5. Apa saja hambatan dalam kegiatan tersebut? Bagaimana cara
mengatasinya?
6. Faktor apa saja yang mendukung dalam kegiatan tersebut? Mengapa?
PEDOMAN WAWANCARA
Untuk jamaah Majelis Dzikir Al Khidmah
VII. Identitas Informan :
1. Nama :
2. Usia :
3. Pekerjaan :
4. Hari/tanggal wawancara :
5. Waktu :
VIII. Sasaran Wawancara :
1. Kegiatan Majelis Dzikir Mahasiwa Al Khidmah Kota Salatiga.
2. Peran Majelis Dzikir Mahasiswa Al Khidmah Kota Salatiga dalam
mengembangkan kecerdasan spiritual.
3. Faktor penghambat dan penunjang kegiatan Majelis Dzikir Mahasiswa Al
Khidmah dan cara penanganannya.
XI. Butir-butir pertanyaan :
1. Sejak kapan dan sudah berapa lama anda mengikuti kegiatan Majelis Dzikir
Mahasiswa Al Khidmah?
2. Kegiatan apa yang sering anda ikuti? Mengapa?
3. Apa saja yang bisa anda peroleh setelah mengikuti kegiatan ini?
4. Hal-hal apa saja yang memotivasi anda untuk mengikuti kegiatan tersebut?
5. Perubahan penting apakah yang bisa anda rasakan setelah mengikuti
kegiatan majelis dzikir Al Khidmah? Sebutkan contohnya!
6. Apa saja halangan dalam mengikuti kegiatan ini?
7. Apa harapan kedepan anda dalam kegiatan majelis ini?
8. Apakah majelis dzikir ini berkontribusi dalam kegiatan sosial?
VERBATIM WAWANCARA
Identitas Informan :
1 Nama : Dendi Ubaidillah S.H.
2. Usia : 45 tahun
3. Pekerjaan : Wiraswasta
4. Hari/Tanggal Wawancara : Senin, 08 Mei 2017
5. Waktu : 16.00 WIB
No Pertanyaan Hasil wawancara
1. Kapan Majelis Dzikir
Mahasiswa Al-Khidmah
didirikan?Mengapa didirikan
Majelis tersebut?Siapa yang
mendirikan majelis tersebut?
Al Khidmah di deklarasikan pada tanggal
25 Desember 2005 oleh Hadrotusy Syeikh
Romo KH. Achmad Asrori Al Ishaqi r.a,
Dasar pemikiran lahirnya Al Khidmah salah
satunya yaitu makin susah dan beratnya
memegang teguh aqidah, keyakinan, dan
perjalanan agama yang benar, tegak dan
lurus. Makin berkurangnya sikap
menyayangi dan menghargai sesama, akibat
berkurang atau tiada rasa malu.
2. Apa jenis-jenis kegiatannya?
Untuk apa kegiatan tersebut?
Kegaitan yang biasa diadakan di dalam
majelisndzikir Al Khidmah diantaranya:
Majelis rutinan kampus, Majelis Safari Iklil,
Majelis Menjelang Ujian, Majelis Dies
Natalis dan juga ada beberapa kegiatan di
luar kampus.
3. Bagaimanakah keterkaitan
Majelis Dzikir Al Khidmah
dengan pembentukan
kecerdasan spiritual?
Keterkaitan Al Khidmah dengan
pembentukan kecerdasan spiritual dengan
melalui majelis dzikir, sholawat, manaqib,
maulidurrasul SAW dengan sendirinya akan
mengasah hati/qulb, membuka fikiran disitu
akhlaq, perilaku akan terjaga dan timbul
rasa mahabbah kepada Allah Rasulullah
SAW itu semua melalui proses dzikir yang
mempunyai sanad seperti Al Khidmah.
4. Siapakah yang menjadi jamaah
tersebut?
Yang menjadi jamaah Al Khidmah dari
berbagai lapisan masyarakat dari petani,
rektor beberapa perguruan tinggi, pejabat,
beberapa pengusaha.
5. Kegiatan apa yang dapat
diambil dalam rangka
mencerdaskan spiritual? Dan
bagaimana caranya?
Majelis kirim do’a,
Caranya yaitu dengan mendekatkan diri
kepada Allah SWT sebagai perwujudan rasa
syukur atas segala nikmat yang telah kita
peroleh, Memperkokoh tradisi, silaturrahmi,
menuju hidup lebih santun kepada
Rasulullah SAW dan para salafunas sholih
serta para penerusnya. Karena garis
besarnya majelis Al Khidmah adalah wadah
atau kumpulan orang-orang yang suka
berdzikir, sholawat, mendo’akan kedua
orang tiua, guru-guru kita, tetangga-
tetangga kita, pemimpin kita ulama’ wal
umara’ mengikuti jejak salafunas sholeh.
6. Apa saja hambatan dalam
kegiatan tersebut? Bagaimana
cara mengatasinya?
Kendalanya dalam pengembangan kader
mahasiswa yang meneruskan majelis dzikir
dalam kampus itu sangat minim. Dan
banyak yang tidak peduli dengan majelis
dzikir dan jalan keluar yang kami tempuh
dengan mengistiqomahkan majelis dzikir di
masjid yang berlokasi di kampus dan
mengadakan PAD bagi mahasiswa. Kalau
hambatan banyak, biasa hambatan yang dari
ulama’-ulama’nya, kalau pemerintah
insyaAllah tidak mempermasalahkan,
karena yang namanya kiai kadang punya
jama’ah sendiri dan kita datang kesitu takut
merasa disaingi dan akhirnya menghindar.
Kita mengatasi hambatan itu dengan
mengasihi dan mengalah sebagaimana
ajaran yang di ajarkan oleh Kyai Asrori,
kita mengikuti apa kemauan mereka
memasukkan amaliah Al Khidmah itu
secara perlahan.
7. Faktor apa saja yang
mendukung dalam kegiatan
tersebut? Mengapa?
Kalau faktor yang mendukung yang
berbentuk materil seperti sekertariat MAK
di Banyuputih yang dipinjamkan secara
Cuma-Cuma oleh pengusaha kertas
Salatiga. Pendanaan majelis oleh jamaah
Salatiga dan bapak walikota salatiga secara
pribadi, Khidmah tenaga dan pikiran oleh
pengurus MAK, untuk finansial itu dari
jamaah sendiri, kalau yang dari pemerintah
itu hanya untuk untuk even-even yang
berkepentingan dari pemerintahan itu,
seperti ulang tahun salatiga, dari pemkot
juga memberikan dana beberapa persen,
tapi sebagian dana dari jama’ah, ada
kegiatan apa saja itu yang mengolah dari
jama’ah.
VERBATIM WAWANCARA
Identitas Informan :
1 Nama : Muhammad Irsyadi S.Pd. I.
2. Usia : 30 tahun
3. Pekerjaan : Guru
4. Hari/Tanggal Wawancara : Rabu, 10 Mei 2017
5. Waktu : 15.30 WIB
No Pertanyaan Hasil wawancara
1. Kapan Majelis Dzikir
Mahasiswa Al-Khidmah
didirikan?Mengapa didirikan
Majelis tersebut?Siapa yang
mendirikan majelis tersebut?
Al Khidmah di deklarasikan pada tanggal
25 Desember 2005 oleh Hadrotusy Syeikh
Romo KH. Achmad Asrori Al Ishaqi r.a,
Dasar pemikiran lahirnya Al Khidmah salah
satunya yaitu makin susah dan beratnya
memegang teguh aqidah, keyakinan, dan
perjalanan agama yang benar, tegak dan
lurus. Makin berkurangnya sikap
menyayangi dan menghargai sesama, akibat
berkurang atau tiada rasa malu.
2. Apa jenis-jenis kegiatannya?
Untuk apa kegiatan tersebut?
Kegiatan Majelis Dzikir Al Khidmah yang
dilakukan di Kota Salatiga yaitu majelis
rutinan atau disebut dengan Selapanan.
Majelis Dzikir Selapanan tersebut
dilakukan setiap hari Kamis di Masjid
Kampus IAIN Salatiga. Kegiatan tersebut
dilakukan secara bergiliran di kampus 1, 2,
dan 3 IAIN Salatiga. Majelis Selapanan di
Kota Salatiga dengan acara intinya
pembacaan Manakib Syeh Abdul Qadir al-
Jailani r.a. dan MaulidurrasulSAW. Majelis
tersebut dihadiri oleh segenap jama’ah
Mahasiswa Al Khidmah Kota Salatiga.
Acara Selapanan dimulai dari pukul 15.00
WIB dengan melakukan sholat ashar
berjama’ah sampai pukul 17.30 WIB.
4. Kegiatan apa yang dapat
diambil dalam rangka
mencerdaskan spiritual? Dan
bagaimana caranya?
Menurut saya pribadi, semua kegiatan Al
Khidmah yang dilaksanakan itu berkait
dengan spiritual, semua tergantung pada
diri kita, bagaimana mendudukkan dengan
apa yang kita lakukan dalam kehidupan
sehari-hari (kalau soal amaliyah
jelas)...Maksud mendudukkan adalah
apakah apa yang kita lakukan hanya untuk
mencari Ridla Allah atau yang lain
tergantung kitanya dan untuk menuju itu.
Semua harus berproses, yaitu selalu ikut,
kumpul bermajlis bersama-sama. Kalau
majlis-majlis seperti ini (majelis amaliyah
Al Khidmah) sering kita lakukan,
insyaAllah hati ini akan dengan sendirinya
menghadap kepada Allah, otomatis.
5. Apa saja hambatan dalam
kegiatan tersebut? Bagaimana
cara mengatasinya?
Hambatannya bisa internal maupun
eksternal.Untuk faktor internal seperti
malas berkumpul bermajlis dengan alasan
apapun. Sedangkan untuk faktor eksternal
seperti banyak lembaga maupun pejabat
berwenang masih belum paham tentang
tujuan dan amaliyah kita. Sehingga
terkadang kita harus banyak
mensosialisasikan kepada lembaga
khususnya tentang Organisasi Al Khidmah
itu sendiri.
6. Faktor apa saja yang
mendukung dalam kegiatan
tersebut? Mengapa?
Faktor pendukungnya adalah tempat untuk
majlisan, karena tidak ada keharusan
tertentu dalam setiap acara majelis, jadi
tidak bisa dibatasi hanya dimasjid saja.
Misalkan semua bisa kita jangkau, masjid,
lapangan, pusta kota, rumah , kampus dan
seterusnya. Semua sangat memungkinkan
untuk dilaksanakan majelis Al Khidmah,
itu secara umum ya.. tapi kalau mahasiswa
Al khidmah, fokus kita adalah kemakmuran
kampus, fakultas, jurusan dan seterusnya
bisa ada majelis-majelis seperti ini
VERBATIM WAWANCARA
Identitas Informan :
1 Nama : Khairul Anam S.H.
2. Usia : 26 tahun
3. Pekerjaan : Wiraswasta
4. Hari/Tanggal Wawancara : Selasa, 09 Mei 2017
5. Waktu : 19.30 WIB
No Pertanyaan Hasil wawancara
1. Kapan Majelis Dzikir
Mahasiswa Al-Khidmah
didirikan?Mengapa didirikan
Majelis tersebut?Siapa yang
mendirikan majelis tersebut?
Al Khidmah di deklarasikan pada tanggal
25 Desember 2005 oleh Hadrotusy Syeikh
Romo KH. Achmad Asrori Al Ishaqi r.a,
Dasar pemikiran lahirnya Al Khidmah salah
satunya yaitu makin susah dan beratnya
memegang teguh aqidah, keyakinan, dan
perjalanan agama yang benar, tegak dan
lurus. Makin berkurangnya sikap
menyayangi dan menghargai sesama, akibat
berkurang atau tiada rasa malu.
2. Apa jenis-jenis kegiatannya?
Untuk apa kegiatan tersebut?
Kegiatan-kegiatan yang ada di Majelis
dzikir Mahasiswa Al Khidmah Kota
Salatiga antara lain: majelis rutinan
kampus, majelis Dies Natalis. Majelis
tersebut sebagai upaya untuk taqorruban
ilallah.
3. Siapa sajakah yang menjadi
jamaah dalam majelis tersebut?
Yang menjadi jamaah majelis dzikir Al
Khidmah adalah orang umum, dalam arti
siapa aja boleh ikut, tapi dalam konteks
dikampus adalah mahasiswa dari fakultas
apa saja kampus apa aja jurusan apa saja
ketika ada majelis dzikir Al Khidmah maka
boleh mengikutinya.Maka dengan begitu
mereka bisa dikatakan majelis dzikir Al
Khidmah walaupun hanya mengikuti
beberapa kali dalam acara.
4. Kegiatan apa yang dapat
diambil dalam rangka
mencerdaskan spiritual? Dan
bagaimana caranya?
Menurut saya pribadi, semua kegiatan Al
Khidmah yang dilaksanakan itu berkait
dengan spiritual, semua tergantung pada
diri kita, bagaimana mendudukkan dengan
apa yang kita lakukan dalam kehidupan
sehari-hari (kalau soal amaliyah
jelas)...Maksud mendudukkan adalah
apakah apa yang kita lakukan hanya untuk
mencari Ridla Allah atau yang lain
tergantung kitanya dan untuk menuju itu.
Semua harus berproses, yaitu selalu ikut,
kumpul bermajlis bersama-sama. Kalau
majlis-majlis seperti ini (majelis amaliyah
Al Khidmah) sering kita lakukan,
insyaAllah hati ini akan dengan sendirinya
menghadap kepada Allah, otomatis.
5. Apa saja hambatan yang
dialami oleh pengurus dalam
kegiatan tersebut? Bagaimana
cara mengatasinya?
Hambatan yang dialami oleh pengurus
adalah karena kurangnya komunikasi antar
pembina, kurangnya sowan-sowan sama
sesepuh. Jalan keluarnya dimusyawarahkan
sesama pembina, pengurus, dan para
sesepuh yang lain bagaimana solusinya
supaya lebih baik, misalnya mengadakan
acara secara rutin dan konsisten, sering
komunikasi walaupun lewat sms,
menanyakan kabar untuk kelanjutan majelis
dzikirnya.
6. Faktor apa saja yang
mendukung dalam kegiatan
tersebut? Mengapa?
Yang menjadi faktor pendukung dalam
kegiatan adalah kekompakan dalam
mengadakan suatu majelis, pendukungnya
terdiri dari luar dan dalam. Kalau dari luar
yaitu melalui sesepuh, pemerintahan seperti
walikota Dari dalamnya adalah
kekompakan pengurusnya secara
profesional ketika mengadakan suatu
kegiatan.
VERBATIM WAWANCARA
Identitas Informan :
1 Nama : Muhammad Sholikhuddin
2. Usia : 25
3. Pekerjaan : Mahasiswa
4. Hari/Tanggal Wawancara : Selasa, 09 Mei 2017
5. Waktu : 16.00 WIB
No Pertanyaan Hasil wawancara
1. Kapan Majelis Dzikir
Mahasiswa Al-Khidmah
didirikan?Mengapa didirikan
Majelis tersebut?Siapa yang
mendirikan majelis tersebut?
Mahasiswa Al Khidmah Kota Salatiga 6
Juni 2012 yang di prakarsai oleh beberapa
tokoh, salah satunya yaitu Mas Abdul
Ghoni yang mana pada saat itu, mas Abdul
Ghoni di daulat menjadi ketua yang
pertama. Mahasiswa Al Khidmah sangat
perlu karena untuk membentengi
mahasiswa/ membentengi gerakan
Fundamentalisme, Wahabisme,
Ekstremisme, Gerakan anti ASWAJA.
Selain itu Mahasiswa Al Khidmah sangat
berperan dalam mempertautkan hati dan
keseharian mahasiswa dengan Akhlak
Salafunas Shalih, apapun profesinya kelak,
Al Khidmah adalah solusi bagi #Unit
Gawat Spiritualitas Mahasiswa.
2. Apa jenis-jenis kegiatannya?
Untuk apa kegiatan tersebut?
Kegiatannya banyak, kegiatan yang ada di
Mahasiswa Al Khidmah Kota Salatiga yaitu
Majelis Rutin kampus, Majelis Safari Iklil,
majelis menjelang ujian, majelis Dies
Natalis. Kegiatan di luar kampus seperti
haul akbar, maulid Nabi. Kegiatan itu
sangat penting untuk memperkokoh tradisi
karena itu sangat penting untuk kehidupan
umat. Yang harus menjaga antara hablum
minallah wa hablumminannas, disitulah Al
Khidmah melayani ummat untuk lebih
dekat manusia dan lebih dekat pula dengan
Allah, dan sesuai dengan apa yang
diharapkan oleh hadhrotussyaikh KH.
Asrori, yaitu Al Khidmah sebagai oase
dunia.
3. Kegiatan apa yang dapat
diambil dalam rangka
mencerdaskan spiritual? Dan
Manaqib,..Caranya yaitu dengan mengikuti
acara, atau mendengarkan manaqib dan
mauidhoh hasanah oleh Yai atau habaib.
bagaimana caranya?
Kemudian berusaha memahami dan
mengambil ibroh, khikmah, dan
tauladannya.Seperti yang dikatakan oleh
Hadrotus Syaikh KH. Ahmad Asrori bahwa
Al Khidmah menuntun para jamaah agar
memiliki sifat welas asih/ kasih sayang,
kearifan, kebijakan, kesabaran dan
ketekunan yang mendalam. Nilai-nilai
pokok yang di perjuangkan yaitu agar para
akademisi dan mahasiswa pada khususnya
mau bersama-sama dzikir kepada Allah
SWT, mau bersama-sama berkumpul untuk
mendo’akan kedua orangtua, para
pemimpin, para dosen pendidik, para
pahlawan, para guru hingga Rasulullah
SAW, Serta mau berjuang untuk
meneruskan cita-cita para salafunasholeh.
4. Apa saja hambatan dalam
kegiatan tersebut? Bagaimana
cara mengatasinya?
Hambatannya yaitu di masalah pendanaan,
Salah satu cara untuk menangani hambatan
tersebut adalah dengan kembali kepada
ajaran Kyai Asrori untuk tetap berkhidmah/
melayani jamaah.
5. Faktor apa saja yang
mendukung dalam kegiatan
tersebut? Mengapa?
Faktor yang mendukung dalam kegiatan
tersebut adalah dari kegiatannya sendiri,
karena semua kegiatan dalam majelis dzikir
Al Khidmah semuanya sudah terjadwal
(sudah fix), sehingga jamaah tidak akan
salah jadwal, kecuali undangan untuk
menghadiri majlisan ditempat lain, itu nanti
akan segera kita sosialisasikan kepada
jamaah.
VERBATIM WAWANCARA
Identitas Informan :
1 Nama : Eri Kurniawati
2. Usia : 21 tahun
3. Pekerjaan : Mahasiswa
4. Hari/Tanggal Wawancara : Selasa, 09 Mei 2017
5. Waktu : 13.00 WIB
No Pertanyaan Hasil wawancara
1. Kapan Majelis Dzikir
Mahasiswa Al-Khidmah
didirikan?Mengapa didirikan
Majelis tersebut?Siapa yang
mendirikan majelis tersebut?
Al Khidmah di deklarasikan pada tanggal
25 Desember 2005 oleh Hadrotusy Syeikh
Romo KH. Achmad Asrori Al Ishaqi r.a,
Dasar pemikiran lahirnya Al Khidmah salah
satunya yaitu makin susah dan beratnya
memegang teguh aqidah, keyakinan, dan
perjalanan agama yang benar, tegak dan
lurus. Makin berkurangnya sikap
menyayangi dan menghargai sesama, akibat
berkurang atau tiada rasa malu.
2. Apa jenis-jenis kegiatannya?
Untuk apa kegiatan tersebut?
Majelis rutinan kampus, Majelis Safari
Iklil, Majelis Menjelang Ujian, Majelis
Dies Natalis dan masih banyak majelis lain
yang diluar kampus.
3. Apa saja kegiatan yang
dijadwalkan dan apa saja
kegiatan yang tidak terjadwal?
Kegitan dalam organisasi Al Khidmah
semuanya sudah terjadwal dari kegiatan
tingkat provinsi, daerah, kecamatan, desa,
semuanya sudah terjadwal .Bahkan yang
permintaan pribadi 3 minggu sebelumnya
sudah harus mengajukan ke pengurus
masing-masing daerah dan langsung di
jadwalkan. Seperti bulan Romadlon,
perdaerah mengadakan mengadakan majlis
qiyamul lail.
4. Kegiatan apa yang dapat
diambil dalam rangka
mencerdaskan spiritual? Dan
bagaimana caranya?
Menurut saya kegiatan yang dapat
mengembangkan kecerdasan spiritual
adalah kegiatan-kegiatan seperti manaqib,
tahlilan, maulidan. Hal yang paling
menyentuh hati yaitu ketika acara
maulidan/dhibaan pas ‘mahallul qiyam’,
disitu saya merasakan ketenangan batin,
hati saya sempat gemetar, karena pada saat
itu seolah-olah kita mengundang Nabi
Muhammad, dan beliau memang benar-
benar hadir di depan kita pada saat momen
itu. Kemudian setelah itu di isi dengan
pengajian yang di sampaikan oleh para
Kyai/ Masyayikh yang isinya itu sangat
menyentuh hati. Setiap kali saya mengikuti
kegiatan Al Khidmah saya merasakan hati
saya semakin tenang. Untuk
mengembangkan kecerdasan spiritual
berdasarkan pengalaman saya adalah
dengan mengamalkan suatu amalan atau
dalam dunia pesantren disebut ijazah. Lha
ijazah itu di dapatkan dari masyasikh/
sesepuh Al Khidmah, karena sebagian besar
jamaah yang ikut Al Khidmah adalah
mereka yang sudah mengikuti tarekat.
.
5. Apa saja hambatan dalam
kegiatan tersebut? Bagaimana
cara mengatasinya?
Kalau menurut saya hambatan yang biasa
dialami oleh mahasiswa Al Khidmah
sendiri adalah masalah dana. Kadang saat
kami ingin menyelenggarakan acara
terhambat oleh dana, biasanya kita sempat
kebingungan nanti kita mau menyediakan
hidangan apa untuk para jamaah, tapi
alhamdulilah kita mempunyai solusi untuk
mengatasi hambatan tersebut, salah satunya
yaitu kita melobbby kepada para sesepuh
jika kita ingin mengadakan sebuah
kegiatan. Dan biasanya para sesepuh itu
memberikan dana kepada pengurus untuk
mengadakan kegiatan.”
6. Faktor apa saja yang
mendukung dalam kegiatan
tersebut? Mengapa?
faktor pendukungnya adalah adanya ustadz
dalam mengisi kegiatan secara sukarela
(tanpa gajian). Karena para ustadz selalu
kembali kepada ajaran Kyai Asrori bahwa
Al Khidmah adalah melayani. Melayani
jamaah tanpa mengharapkan imbalan
apapun, karena yang akan membalas
hanyalah Allah SWT.
VERBATIM WAWANCARA
Identitas Informan :
1 Nama : Nur Rokhim
2. Usia : 25 tahun
3. Pekerjaan : Mahasiswa
4. Hari/Tanggal Wawancara : Minggu, 07 Mei 2017
5. Waktu : 10.00 WIB
No Pertanyaan Hasil wawancara
1. Sejak kapan dan sudah berapa lama
anda mengikuti kegiatan Majelis
Dzikir Mahasiswa Al Khidmah?
Sejak Romadhon 2013, sampai sekarang berarti
3,5 tahun.
2. Kegiatan apa yang sering anda ikuti?
Mengapa?
Majlis dzikir dan maulidur Rasul.
Untuk mendekatkan diri kepada Allah dan
sebagai oase dunia untuk para hamba.
3. Apa saja yang bisa anda peroleh
setelah mengikuti kegiatan ini?
Majlis semacam ini bisa membersihkan hati
serta fikiran, jika kejernihan dua komponen itu
sudah dicapai maka kecerdasan dalam berpikir
akan mudah.
4. Hal-hal apa saja yang memotivasi
anda untuk mengikuti kegiatan
tersebut?
Faktor keinginan yang kuat dan keikhlasan
karena dalam majelis itu amaliyahnya lama dan
meninggalkan kesibukan-kesibukan dengan
harus meluangkan waktu.
5. Perubahan penting apakah yang bisa
anda rasakan setelah mengikuti
kegiatan majelis dzikir Al Khidmah?
Sebutkan contohnya!
Majelis dzikir Al Khidmah sumber ketenangan
jiwa, semua orang pasti punya masalah masing-
masing, nah kalau ikut majelis Al Khidmah ,
permasalahan-permasalahan hidup yang timbul
insyaAllah pasti ada solusinya, hati kita lebih
tenang dalam menghadapinya , tidak
kemrungsung, nyantai karena kita bermain
dihati, bukan akal, itu sedikit pengalaman saya
setelah mengikuti kegiatan Al Khidmah.
6. Apa saja halangan dalam mengikuti
kegiatan ini?
Hambatannya karena tidak fokus dengan niat
yang salah dalam bermajlis, Cara mengatasinya
yaitu dengan perbaiki niat lalu istiqomah dan
tuma’ninah.
7. Apa harapan kedepan anda dalam Seperti yang disampaikan diawal yaitu bisa
kegiatan majelis ini? menjadi oase dunia. Sebagai pencerah umat
manusia di seluruh dunia, apalagi kian hari
Islam semakin terpecah dan banyak polemik di
intern Islam itu sendiri, adanya radikalisme dan
intoleren adalah wujud terpecahnya Islam yang
nyata, maka di bangkitkanlah lagi kader-kader
yang bisa menyatukan hal tersebut dengan cara
lembut dan santun.
8. Apakah majelis dzikir ini
berkontribusi dalam kegiatan sosial?
Iya sangat berkontribusi.
VERBATIM WAWANCARA
Identitas Informan :
1 Nama : Ahmad Syarief Hidayatullah
2. Usia : 20
3. Pekerjaan : Mahasiswa
4. Hari/Tanggal Wawancara : Jum’at, 07 Mei 2017
5. Waktu : 13.00 WIB
No Pertanyaan Hasil wawancara
1. Sejak kapan dan sudah berapa lama
anda mengikuti kegiatan Majelis
Dzikir Mahasiswa Al Khidmah?
Sejak saya menjadi mahasiswa IAIN Salatiga,
sekitar 2 tahun yang lalu.
2. Kegiatan apa yang sering anda
ikuti? Mengapa?
Majelis dzikir dan manaqib setiap kamis di salatiga
dan ketika ada acara ke pusat, Meteseh, dan
terakhir ke Surabaya kemarin.Karena saya senang
ketika melihat orang –orang yang sedang
mengingat Allah. Dan berusaha mencari kawan
akhirat sebanyak-banyaknya. Amiin..
3. Apa saja yang bisa anda peroleh
setelah mengikuti kegiatan ini?
Ketenangan batin, ketentraman hati serta
kekhusyukan ketika mengahadap Allah. Selain itu,
juga bisa mendapat kawan-kawan yang InsyaAllah
sholikh dan sholikhah.
4. Perubahan penting apakah yang
bisa anda rasakan setelah
mengikuti kegiatan majelis dzikir
Al Khidmah? Sebutkan contohnya.
Saya merasa lebih khusyuk dalam berdo’a dan
berdzikir, Membuat kita bisa lebih dekat dengan
Sang Illah, membuat rasa sholidaritas kita menjadi
tinggi, membuat rasa solidaritas kita menjadi
tinggi, membuat kita mudah untuk bergaul dan
mendapatkan banyak teman serta pengalaman.
Dapat mengerti siapa diri kita ini, bahwa kita
hanyalah seorang hamba yang sangat lemah dan
mengingatkan kita bahwa Allah adalah Sang Maha
Segalanya.
5. Hal-hal apa saja yang memotivasi
anda untuk mengikuti kegiatan
tersebut?
Yang pertama pasti mencari keberkahan para
masyayikh, dan mencari sahabat iman juga sarana
rehat sejenak dari penatnya urusan dunia untuk
kembali bermunajat kepada rabbal ‘alamin.
6. Apa saja halangan dalam
mengikuti kegiatan ini?
Halangannya kendaraan dan terkadang kesibukan.
7. Apa harapan kedepan anda dalam
kegiatan majelis ini?
Semoga majelis ini semakin baik dan semakin
banyak kegiatan.
8. Apakah majelis dzikir ini
berkontribusi dalam kegiatan
sosial?
Sangat berkontribusi..Tahun pertama saya ikut Al-
Khidmah, waktu itu ada teman saya yang aktif
mengikuti majlisan ayahnya meninggal, kemudian
saya bersama rombongan jamaah Al Khidmah
takziah kerumah duka.
VERBATIM WAWANCARA
Identitas Informan :
1 Nama : Muhammad Cahyo Riswanto
2. Usia : 25
3. Pekerjaan : Mahasiswa
4. Hari/Tanggal Wawancara : Sabtu, 08 Mei 2017
5. Waktu : 08.30 WIB
No Pertanyaan Hasil wawancara
1. Sejak kapan dan sudah berapa lama
anda mengikuti kegiatan Majelis
Dzikir Mahasiswa Al Khidmah?
Tahun 2014
2. Kegiatan apa yang sering anda ikuti?
Mengapa?
Sholawatan, dzikiran, ngaji pengaosan dan
silaturrakhim dengan tim Al-Khidmah atau
sesepuh.
3. Apa saja yang bisa anda peroleh
setelah mengikuti kegiatan ini?
Ilmu, pengalaman dan ketenangan hati,.
4. Hal-hal apa saja yang memotivasi
anda untuk mengikuti kegiatan
tersebut?
Persiapan amal untuk akhirat.
5. Perubahan penting apakah yang bisa
anda rasakan setelah mengikuti
kegiatan majelis dzikir Al Khidmah?
Sebutkan contohnya
Perubahan sikap berupa amal sholeh dan semakin
meningkatkan keimanan dan ketaqwaan.
Contohnya semakin meningkat dalam melakukan
dzikir dan sholawat. Semakin berhati-hati dalam
berbuat dan takut menyakiti hati orang lain dan
ketika melakukan aktivitas apapun selalu
dikembalikan kepada Allah (innalillahi wainna
ilaihoi raji’un), selalu merasa ihsan (ibadah
seakan-akan dilihat Allah).
6. Apa saja halangan dalam mengikuti
kegiatan ini?
Halangannya yaitu masalah waktu sehingga
bertabrakan dengan agenda pribadi, seperti kerja
atau kuliah. Jadi kalau ikut waktu luang saja.
7. Apa harapan kedepan anda dalam
kegiatan majelis ini?
Mencari ridla Allah dan semua hajat di permudah
oleh Allah.
8. Apakah majelis dzikir ini
berkontribusi dalam kegiatan sosial?
Iya..karena membantu masyarakat dalam
mendekatkan kepada Allah, misal ada bencana
ada galang dana dan juga misal ada undangan
masyarakat butuh mujahadah, hajatan, kami dari
Al-Khidmahsiap membantu.
VERBATIM WAWANCARA
Identitas Informan :
1 Nama : Ahmad Maimun Arifin
2. Usia : 20 Tahun
3. Pekerjaan : Mahasiswa
4. Hari/Tanggal Wawancara : Minggu, 08 Mei 2017
5. Waktu : 13.00 WIB
No Pertanyaan Hasil wawancara
1. Sejak kapan dan sudah berapa lama
anda mengikuti kegiatan Majelis
Dzikir Mahasiswa Al Khidmah?
Sejak dari SMA kelas 2, jadi kira-kira sudah
sekitar 4 tahunan atau 3 tahunan saya ikut Al-
Khidmah, dan saat SMA itu saya ikut Al
Khidmah Kampus.
2. Kegiatan apa yang sering anda ikuti?
Mengapa?
Majlisan rutinan kamis sore, itu dilaksanakn di
kampus, dan kegiatan Al Khidmah yang ada di
daerah seperti di Suruh, Bancak, Bringin, terus
ada sholat tasbih yang dilakukan setiap malam
Ramadhan, lalu puncaknya ada di haul Akbar
Kedinding dan itu dilaksanakan setiap sebulan
puasa. Saya sering mengikuti kegiatan majelis
dzikir Al Khidmah itu karena memang saya
ingin Al Khidmah itu benar-benar tersebar luas
di tengah-tengah masyarakat karena ini
merupakan salah satu amaliyah-amaliyah yang
sholekh.
3. Apa saja yang bisa anda peroleh
setelah mengikuti kegiatan ini?
Yang saya peroleh ketika saya mengikuti
kegiatan tersebut saya merasa seperti suci
kembali, saya merasa sebagai manusia banyak
dosanya, dan mungkin salah satu untuk
menghapus dosa-dosa tersebut adalah dengan
dzikir, Al Khidmah ini sebagai wadah dzikir.
Kalau tidak ada Al Khidmah mungkin saya sulit
berdzikir.
4. Hal-hal apa saja yang memotivasi
anda untuk mengikuti kegiatan
tersebut?
Yang memotivasi untuk ikut kegiatan ini
adalah yang pertama memang ini kemaun dari
hati, hati itu terasa bergerak sendiri, alasan yang
kedua, yaitu karena didalamnya Al Khidmah
merupakan majelis majelis untuk kirim do’a
kepada orang tua, dan saya ingin menjadi anak
yang sholikh yang selalu mendo’akan orangtua
mungkin lewat majelis Al Khidmah ini selalu
memotivasi saya untuk mendo’akan orang tua
saya, dan untuk mendo’akan para sesepuh yang
telah mendahului saya, dan mereka yang telah
berjasa untuk memberikan arah-arahkan dari
majelis Al Khidmah.
5. Perubahan penting apakah yang bisa
anda rasakan setelah mengikuti
kegiatan majelis dzikir Al Khidmah?
Sebutkan contohnya
Kalau ditanya tentang peubahan setelah
mengikuti Al Khidmah, alhamdulillah sekarang
saya jadi sregep menghadiri majelis dzikir, suka
silaturrahmi dan saya merasa menjadi pribadi
yang sopan terhadap semua kalangan.
6. Apa saja halangan dalam mengikuti
kegiatan ini?
Halangannya yaitu biasanya adalah jarak, ketika
jaraknya cukup jauh, katakanlah dari
Banyuputih ke Semarang itu mungkin
transpotnya, lalu ketika hujan juga itu juga
menjadi halangan. Lalu ketika yang berangkat
hanya beberapa saja, mungkin juga halangan,
dan semangatnya menjadi kendor.
7. Apa harapan kedepan anda dalam
kegiatan majelis ini?
Harapan saya Majelis ini harus tetap istiqomah
kalau ada rutinan harus dilakukan terus dan
sayu apa itu ingin setiap desa atau kota, meraka
tau apa itu Al Khidmah dan ketika di kampus
juga seperti itu, Al Khidmah harus selalu eksis
di kalangan kampus, kota, desa dan segala
elemen masyarakat.
8. Apakah majelis dzikir ini
berkontribusi dalam kegiatan sosial?
Majelis ini berkontribusi dalam kalangan sosial,
contohnya setelah qiyamul Lail pada bulan
Romadhon itu kita bagi-bagi nasi ke jalan-jalan.
Ketika ada kegiata-kegiatan yang dilakukan
oleh Disdikpora kita berkontribusi dalam
didalamnya, baik dari segi materi, tenaga,
pikiran, atau konsumsi.
VERBATIM WAWANCARA
Identitas Informan :
1 Nama : Ali Muntaha
2. Usia : 20
3. Pekerjaan : Mahasiswa
4. Hari/Tanggal Wawancara : Selasa, 09 Mei 2017
5. Waktu : 09.00 WIB
No Pertanyaan Hasil wawancara
1. Sejak kapan dan sudah berapa
lama anda mengikuti kegiatan
Majelis Dzikir Mahasiswa Al
Khidmah?
Saya mulai mengikuti majelis Al Khidmah
pada tahun 2015 dalam rangka haul akbar
Jateng dan DIY di Ponpes Assalafi Al
Fithrah Meteseh Kota Semarang. Dan
semoga kita semua tetap tuma’ninah serta
istiqomah dalam Al Khidmah dan semoga
tetap senantiasa taqarrub illallah ila yaumil
qiyamah.
2. Kegiatan apa yang sering anda
ikuti? Mengapa?
Kegiatannya saya senang berkumpul untuk
berdzikir kepada Allah. Bersama-sama
duduk bershalawat kepada Rasulullah SAW.
Dan berkumpul bersama-sama untuk
mendo’akan kedua orang tua kita, para
pemimpin, para dosen pendidik, para
pahlawan, para guru hingga Rasulullah
SAW. Dan bersama-sama saling
mendo’akan agar terwujud kesejahteraan
lahir dan batin, diberi keselamatan baik di
dunia maupun di akhirat.
3. Apa saja yang bisa anda
peroleh setelah mengikuti
kegiatan ini?
Mendapatkan banyak kemanfaatan di
antaranya dapat berkumpul dengan para
habaib, masyasyikh, para kiai serta jamaah
dari berbagai penjuru nusantara. Dan banyak
mendapatkan mauidhoh hasanah untuk
kehidupan serta banyak mendapatkan
pengalaman dalam pengisian majlis Al
Khidmah dan penyelenggaraan Al
Khidmah, karena adanya majelis Al
Khidmah menjadikan kebahagiaan manusia
di dunia dan terselamtkannya diakhirat
kelak. Amiin..
4. Hal-hal apa saja yang
memotivasi anda untuk
Ada daya ketertarikan sendiri dalam majelis
Al Khidmah itu sendiri. Intinya Majelis
mengikuti kegiatan tersebut? dzikir Al Khidmah berbeda dengan majelis-
majelis lain.
5. Perubahan penting apakah
yang bisa anda rasakan setelah
mengikuti majelis Al
Khidmah?
Di dalam majelis itu bikin perasaan dan hati
menjadi ayem tentrem. Karena disitu kita
duduk bersama para masyayikh , habaib,
kyai, para aimmatul khususiyah serta bisa
ramah tamah dengan beliau. Dan sesudah
majelis, kita bisa bertemu dengan teman-
teman dari berbagai daerah. Seebelum
mengikuti kegiatan Al Khidmah saya itu
kurang dalam sikap menyayangi dan
menghargai sesama, kemudian setelah
mengikuti Al Khidmah saya merasakan
perbedaannya, baik menurut keluarga saya,
maupun teman-teman karena di dalam Al
Khidmah itu kita di ajarkan untuk
mempunyai kepedulian yang tinggi, mudah
bergerak dan tersentuh hatinya pada sesama,
lebih-lebih kegiatan yang baik yang diridlai
Allah serta lapang dada dan besar hati dalam
menerima pemikiran-pemikiran, saran-saran,
kritikan-kritikan serta teguran yang baik dan
membangun.
6. Apa saja halangan dalam
mengikuti kegiatan ini?
Hambatannya hanya males, dan harus ada
paksaan dari diri sendiri.
7. Apa harapan kedepan anda
dalam kegiatan majelis ini?
Semoga para jamaah semakin istiqomah.
8. Apakah majelis dzikir ini
berkontribusi dalam kegiatan
sosial?
Iya..Seperti kemaren ketika ada bencana
alam di Magelang jamaah Al Khidmah
bersama para pengurus melakukan baksos ke
lokasi bencana.
VERBATIM WAWANCARA
Identitas Informan :
1 Nama : Nur Istiqomah
2. Usia : 22 tahun
3. Pekerjaan : Mahasiswa
4. Hari/Tanggal Wawancara : Senin, 09 Mei 2017
5. Waktu : 14.00 WIB
N
o
Pertanyaan Hasil wawancara
1. Sejak kapan dan sudah berapa lama
anda mengikuti kegiatan Majelis
Dzikir Mahasiswa Al Khidmah?
Sejak semester 1 kira-kira akhir tahun 2013,
berarti sudah kurang lebih 3,5 tahun.
2. Kegiatan apa yang sering anda ikuti?
Mengapa?
Khaul, majelis khotmil qur’an, agar pikiran
menjadi tenang.
3. Apa saja yang bisa anda peroleh
setelah mengikuti kegiatan ini?
Setelah mengikuti kegiatan, hati menjadi lebih
tenang, selalu ingat Allah dimanapun berada
dan dalam keadaan apapun insyaAllah selalu
ingat Allah.
4. Hal-hal apa saja yang memotivasi
anda untuk mengikuti kegiatan
tersebut?
Dapat pencerahan pikiran karena di akhir
majlisan biasanya ada pengajian yang oleh para
sesepuh Al Khidmah.
5. Perubahan penting apakah yang bisa
anda rasakan setelah mengikuti
majelis Al Khidmah?
Kalau ditanya tentang perubahan penting
setelah mengikuti majelis dzikir Al Khidmah
adalah saya merasa lebih bisa memfungsikan
hati saya, misal ketika saya hampir terjerumus
ke dalam dosa/ maksiat, seketika hati saya
mengatakan untuk tidak melakukan hal itu.
Intinya setelah saya mengikuti majelis dzikir Al
Khidmah hatinya saya semakin sensitif untuk
melakukan hal-hal yang bertentangan dengan
syari’at Islam.
6. Apa saja halangan dalam mengikuti
kegiatan ini?
Tempat majlisan jauh dari pondok saya, dan
biasanya tidak ada barengannya.Jadi kalau mau
kesana sendirian kadang takut dan males juga.
7. Apa harapan kedepan anda dalam
kegiatan majelis ini?
Semoga para jamaah bisa istiqomah dan
khususnya saya sendiri bisa mengikuti kegiatan
secara rutin.
8. Apakah majelis dzikir ini
berkontribusi dalam kegiatan sosial?
Iya...majlis ini berkontribusi dalam kegiatan
sosial, seperti silaturrahmi/anjangsana antar
jamaah, dan biasanya setiap ada bencana di
suatu daerah majlis ini langsung beraksi untuk
ikut penggalangan dana.
VERBATIM WAWANCARA
Identitas Informan :
1 Nama : Muhammad Arifin
2. Usia : 21
3. Pekerjaan : Mahasiswa
4. Hari/Tanggal Wawancara : Sabtu, 10 Mei 2017
5. Waktu : 10.00 WIB
No Pertanyaan Hasil wawancara
1. Sejak kapan dan sudah berapa lama
anda mengikuti kegiatan Majelis
Dzikir Mahasiswa Al Khidmah?
Sejak PAD Mahasiswa Al Khidmah yang ke-4,
kira-kira satu tahun yang lalu.
2. Kegiatan apa yang sering anda
ikuti? Mengapa?
Tahlil, manaqib, berjanjen, khotmil qur’an. Itu
termasuk dalam kegiatan rutinan, kalau kegiatan
yang lain saya jarang mengikuti karena
bertabrakan dengan jam kuliah.
3. Apa saja yang bisa anda peroleh
setelah mengikuti kegiatan ini?
Hatinya lebih tenang, rileks, ketenangan batiniah.
4. Hal-hal apa saja yang memotivasi
anda untuk mengikuti kegiatan
tersebut?
Dekat dengan orang baik, santun sholikh
shalikhah.
5. Apa saja halangan dalam
mengikuti kegiatan ini?
Rata-rata waktu majlisan berbenturan dengan
jadwal pondok. Terkadang harus mengalah salah
satu agenda. Tetapi saya biasanya lebih memilih
untuk berangkat majlisan daripada acara di
pondok. Karena ikut majlisan Al Khidmah ini bagi
saya adalah sudah merupakan kewajiban.
6 Perubahan penting apakah yang
bisa anda rasakan setelah
mengikuti majelis Al Khidmah?
Pengalaman saya setelah mengikuti majelis dzikir
Al Khidmah saya merasa hati saya lebih tenang,
damai. Di saat saya punya masalah yang saya
kelihatanya sangat berat sekali, alhamdulilah saya
menikmati masalah itu. Artinya saya tidak alarut
dalam masalah itu, karena saya punya Allah dan
Dialah yang akan memberikan solusi atas segala
permasalahan saya. Saya percaya sebagaimana
firmannya “Layukallifullahu nafsan illa wus’aha”
bahwa Alla tidak akan memberikan/ membebani
masalah kepada hamba-Nya melebihi
kemampuannya.
7. Apa harapan kedepan anda dalam
kegiatan majelis ini?
Semoga saya bisa memberikan kontribusi yang
lebih yang sesuai kapasitas saya.
8. Apakah majelis dzikir ini
berkontribusi dalam kegiatan
sosial?
Iya...Kemarin tepatnya PAD sebelum saya, ada
bagi sembako, pakaian murah.
VERBATIM WAWANCARA
Identitas Informan :
1 Nama : Taufik Setiawan
2. Usia : 22 tahun
3. Pekerjaan : Mahasiswa
4. Hari/Tanggal Wawancara : Jum’at, 10 Mei 2017
5. Waktu : 14.30 WIB
No Pertanyaan Hasil wawancara
1. Sejak kapan dan sudah berapa
lama anda mengikuti kegiatan
Majelis Dzikir Mahasiswa Al
Khidmah?
Sekitar satu tahun yang lalu (PAD
Mahasiswa Al Khidmah yang keempat)
2. Kegiatan apa yang sering anda
ikuti? Mengapa?
Selama ini baru rutinan majelis dan dulu
sempat mengikuti PAD, untuk acara besar
seperti haul belum pernah.
3. Apa saja yang bisa anda
peroleh setelah mengikuti
kegiatan ini?
Namanya juga majelis dzikir pastinya
menambah ilmu untuk lebih dekat kepada
Allah dan memperbanyak teman.
4. Hal-hal apa saja yang
memotivasi anda untuk
mengikuti kegiatan tersebut?
Sebagai salah satu upaya saya untuk
menambah hubungan baik dengan Allah,
berlatih organisasi, serta menambah
pengalaman, teman dan untuk
menyeimbangkan hubungan dunia dan
akhirat.
5. Apa saja halangan dalam
mengikuti kegiatan ini?
Halangannya adalah waktu karna saat ini
saya sibuk kerja dan kuliah jadi banyak
sekali jam yang harusnya ikut majlisan tapi
belum selesai dikerjaan, yang harusnya
berkumpul musyawarah tapi masih kuliah
atau kerja. Tapi sebisa mungkin saya akan
tetap berusaha untuk berangkat majlisan.
6. Perubahan penting apakah
yang bisa anda rasakan setelah
mengikuti majelis Al
Khidmah?
Perubahan yang saya alami setelah
mengikuti majelis dzkir Al Khidmah salah
satunya yaitu ketika dulu awal masuk
kuliah saya tidak punya tujuan yang jelas
karena saya hanya ikut-ikutan teman saja.
Tapi setelah saya bergabung di majelis ini,
tiba-tiba dalam hati saya muncul greget
untuk kuliah mencari ilmu semata-mata
karena Allah. Dan alhamdulillah saya juga
nyantri untuk yang pertama kali di salah
satu pesantren di Salatiga, dan itu adalah
hidayah dari Allah karena sebelum
mengikuti majelis Al Khidmah tidak pernah
terfikir dalam hati saya untuk nyantri. Dan
baru pertama kali ini saya nyantri sambil
kuliah.
7. Apa harapan kedepan anda
dalam kegiatan majelis ini?
Harapan saya yang pertama sebagai sarana
untuk lebih belajar dalam urusan agama,
dan untuk al khidmah sendiri harapannya
dapat menjadi majelis yang berpengaruh
terhadap lingkungan, tidak hanya
berkepentingan untuk organisasi tapi
harapannya bisa tambah lebih bermanfaat
bagi khalayak umum, dan semoga menjadi
pemersatu Islam, karena Al-Khidmah tidak
memandang suatu golongan, akan tetapi
lebih mengutamakan kebersamaan. Itu poin
baik di Al Khidmah.
8. Apakah majelis dzikir ini
berkontribusi dalam kegiatan
sosial?
Menurut saya belum terlalu, karna yang
saya tau kegiatannya hanya fokus pada
majlisan (dzikiran), walaupun itu terkadang
dilaksanakan di umum dan melibatkan
masyarakat sekitar, Menurut saya perlu
program lain yang lebih dekat dengan
masyarakat dan bermanfaat.
VERBATIM WAWANCARA
Identitas Informan :
1 Nama : Siti Niadhatul Khasanah
2. Usia : 19 tahun
3. Pekerjaan : Mahasiswa
4. Hari/Tanggal Wawancara : Selasa, 11 Mei 2017
5. Waktu : 09.30 WIB
No Pertanyaan Hasil wawancara
1. Sejak kapan dan sudah berapa
lama anda mengikuti kegiatan
Majelis Dzikir Mahasiswa Al
Khidmah?
Sejak MA dan alhamdulillah bisa istiqomah
sampai sekarang.
2. Kegiatan apa yang sering anda
ikuti? Mengapa?
Majlisan dan khoul, karena begitu sudah
bercampur dengan para jamaah yang begitu
merindukan Rasulullah membuat nyaman,
tentram, dan untuk lebih ngechas hati.
3. Apa saja yang bisa anda
peroleh setelah mengikuti
kegiatan ini?
Keistiqomahan, membaca sholawat dan
lebih mengamalkan amalan di dalam majelis
tersebut, ketentraman hati,
4. Hal-hal apa saja yang
memotivasi anda untuk
mengikuti kegiatan tersebut?
Dari para jamaah yang antusias dan karena
beliau Rasulullah.
5. Perubahan penting apakah
yang bisa anda rasakan setelah
mengikuti majelis Al
Khidmah?
Setelah mengikuti majelis dzikir Al
Khidmah saya merasa lebih istiqomah
dalam beribadah, yang dulunya tidak suka
mujadahan sekarang alhamdulilah
mujadahan setiap malam. Saya lebih
qona’ah apapun yang saya miliki sekarang,
dulu kadang suka mengeluh ketika ada
masalah, tapi alhamdulilah sekarang saya
lebih bersyukur, karena dengan adanya
masalah saya lebih dekat dengan Allah.
Begitu juga ketika menghadapi krisis
keuangan, tidak sedikitpun saya mengeluh,
karena dengan adanya masalah keuangan itu
menjadikan saya lebih dekat dengan Allah,
menumbuhkan semangat dalam diri saya
untuk tetap sabar dan berusaha untuk
menutupi keuangan tersebut. Saya belajar
mandiri nyambi jualan snack dikampus agar
bisa menutupi keuangan saya. Dan
alhamdulilah membuahkan hasil sehingga
saya tidak pernah minjam uang keteman,
dan memang saya tipe orang yang tidak
suka meminjam uang, sampai saat ini
alhamdulilah saya tidak pernah minjam
uang.
6. Apa saja halangan dalam
mengikuti kegiatan ini?
Waktu, kebanyakan malam hari.
7. Apa harapan kedepan anda
dalam kegiatan majelis ini?
Semoga bisa lebih dikenal oleh kalangan
kampus terutama mahasiswa-mahasiswa ,
karena Al Khidmah adalah wadah bagi kita
untuk berkhidmah dan kita kita yang rindu
Rasulullah.
8. Apakah majelis dzikir ini
berkontribusi dalam kegiatan
sosial?
Iya berkontribusi, kemaren saya ikut
penggalangan dana ketika ada bencana alam
di Magelang.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Lailatul Janah
Tempat, Tanggal Lahir : Magelang, 27 Desember 1994
Jenis Kelamin : Perempuan
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Caban Jurang RT 02 RW 04, Kartoharjo, Grabag,
Magelang
Email : [email protected]
No. Hp : 085600203627
Riwayat Pendidikan :
1. SDN Kartoharjo, lulus tahun 2007
2. MTs N Grabag, lulus tahun 2010
3. MAN 1 Kota Magelang, lulus 2013
4. IAIN Salatiga
Riwayat Organisasi:
- Majelis Do’a Mawar Allah (MDMA) Biro Konsultasi dan Psikologi Tazkia IAIN
Salatiga.
- Pusat Informasi dan Konseling Sahabat Remaja Salatiga (PIK SAHAJASA) IAIN
Salatiga.
- AL ASMA’ (Al Falah Anak Santri Magelang).
- KOPPONTREN (Koperasi Pondok Pesantren) AL FALAH Salatiga.
- MAKS (Mahasiswa Al Khidmah Kota Salatiga)
Demikian riwayat hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya.
Salatiga, 13 Juni 2017
Penulis,
Lailatul Janah
NIM 1111302
DAFTAR GAMBAR
Pengurus Mahasiswa Al Khidmah Kota Salatiga
Kegiatan Rutinan Al Khidmah
Kegiatan Rutinan Al Khidmah
`
Makan bersama setelah kegiatan rutinan
Wawancara dengan Penasehat Al Khidmah
Wawancara dengan pengurus Al Khidmah
Wawancara dengan Pengurus Al Khidmah
Wawancara dengan jamaah Al Khidmah
Wawancara dengan jamaah Al Khidmah
Wawancara dengan jamaah Al Khidmah
Wawancara dengan jamaah Al Khidmah
Wawancara dengan jamaah Al Khidmah