Upload
suryohardjo
View
249
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
7/27/2019 Rubella Suryo
1/25
1
BAB I
PENDAHULUAN
Rubella menjadi terkenal karena sifat teratogeniknya. Rubella merupakan suatu penyakit
virus yang umum pada anak dan dewasa muda, yang ditandai oleh suatu masa prodomal yang
pendek, pembesaran kelenjar getah bening servikal, suboksipital dan postaurikular, disertai
erupsi yang berlangsung 2-3 hari.
Pada anak yang lebih besar dan orang dewasa dapat terjadi infeksi berat disertai
keluhan sendi dan purpura. Kelainan prenatal akibat Rubella pada kehamilan muda
dilaporkan pertama kali oleh Gredd di Amerika pada tahun 1941. Rubella pada kehamilan
muda dapat mengakibatkan abortus, bayi lahir mati, dan menimbulkan kelainan kongenital
yang berat pada janin. SindromRubella kongenital merupakan penyakit yang sangat menular
mengenai banyak organ dalam tubuh dengan gejala klinis yang sangat luas. Hingga saat ini
penyakitRubella masih merupakan masalah dan terus diusahakan eliminasinya.
Rubella disebabkan oleh suatu RNA virus, genusRubivirus, famili Togaviridae. Virus
dapat diisolasi dari biakan jaringan penderita. Secara fisikokimiawi virus ini sama dengan
anggota viruus lain dari famili tersebut, tetapi virus Rubella secara serologik berbeda. Pada
waktu terdapat gejala klinis virus ditemukan pada sekret nasofaring, darah, feses dan urin.VirusRubella hanya menjangkiti manusia saja. 1
Anak laki laki dan wanita sama-sama terkena. Pada populasi yang rapat seperti
institusi dan Asrama tentara, hampir 100% dari individu yang rentan dapat terinfeksi. Pada
kelompok keluarga penyebaran virus kurang: 50-60% anggota keluarga yang rentan
mendapat penyakit. Banyak infeksi yang subklinis, dengan rasio 2:1 antara penyakit yang
tidak tampak dengan penyakit yang tarnpak.Rubella biasanya terjadi selama musim semi.2
7/27/2019 Rubella Suryo
2/25
2
BAB II
LAPORAN KASUS
STATUS PASIEN KEPANITERAAN FK TRISAKTI
BAGIAN ILMU KESEHATAN ANAK RSUD BUDHI ASIH
Nama Mahasiswa : Suryo Nugroho S Pembimbing : Dr. Daniel Effendi, Sp.A
NIM : 030.08.235 Tanda tangan :
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. R Jenis Kelamin : Perempuan
Umur : 7 tahun 3 bulan Suku Bangsa : Betawi
Tempat / tanggal lahir : Jakarta, 29 Mei 2006 Agama : Islam
Alamat : Gg, Anwar II no.11 Kp Melayu, Jakarta Timur
Pendidikan : 1 SD
Orang tua / Wali
Ayah : Ibu :
Nama : Tn. M Nama : Ny. L
Umur : 35 tahun Umur : 31 tahun
Alamat : Gg, Anwar II no.11 Alamat : Gg, Anwar II no.11
Kp Melayu, Jakarta Timur Kp Melayu, Jakarta Timur
Pekerjaan : Swasta Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Penghasilan : 1.200.000 Penghasilan : Tidak berpenghasilan
Pendidikan : D3 Pendidikan : SLTA
Suku bangsa : Betawi Suku bangsa : Betawi
Agama : Islam Agama : Islam
Hubungan dengan orang tua: pasien merupakan anak kandung
7/27/2019 Rubella Suryo
3/25
3
I. RIWAYAT PENYAKIT
A. ANAMNESIS
Dilakukan secara alloanamnesis dengan Ny. L (ibu kandung pasien)
Lokasi : Bangsal lantai V Timur, kamar 513
Tanggal / waktu : 31 Agustus 2013 pk. 12.30 WIB
Tanggal masuk : 30 Agustus 2013
Keluhan utama : Demam sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit
Keluhan tambahan : Batuk, pilek, ruam kulit, mata merah, nafsu makan menurun
A. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG:Pasien seorang anak perempuan usia 7 tahun, datang ke IGD dibawa keluarganya dengan
keluhan demam sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit. Demam mendadak tinggi, terus
menerus sepanjang hari, dengan suhu ketiak 38,3C diukur dengan termometer digital. Orang
tua Pasien membawa Pasien ke klinik 24 jam di dekat rumah, diberi obat penurun panas lalu
panas turun, tetapi kemudian naik lagi.
Pasien juga mengeluh adanya batuk-pilek sejak 2 hari sebelum masuk rumah sakit.
Batuk berdahak dimana dahak sulit keluar, berwarna putih kekuningan, kental. Batuk tidak
disertai adanya nyeri dada maupun sesak napas. Pasien juga mengalami pilek. Hidungnya
terkadang tampak ada ingus namun tidak didahului dengan bersin-bersin. Batuk-pilek tidak
dicetuskan oleh aktifitas, ppasienisi, cuaca, maupun debu. Sejak 1 hari sebelum masuk rumah
sakit, Pasien menjadi sulit makan dan minum. Hal tersebut dikatakan karena tenggorokannya
terasa nyeri saat menelan dan terasa mual. Karena itu semenjak sakit, badan Pasien terlihat
lebih kurus dibanding biasanya.
Pada pagi hari sebelum masuk rumah sakit, demam Pasien menjadi meningkat.
Setelah itu kedua mata Pasien tampak merah dan berair. Pada saat itu juga timbul bercak
kemerahan pada pipi dan dahi Pasien. Bercak tersebut kemudian menyebar ke belakang leher,
dada, tangan dan perut. Bercak tersebut disertai rasa gatal sehingga Pasien menjadi sering
menggaruk-garuk kulitnya. Ibu Pasien menyangkal adanya kejang, diare, sulit BAB, sesak,
gusi berdarah, mimisan, kencing berwarna kemerahan, maupun BAB berwarna hitam. Ibu
Pasien mengaku sekitar 1 minggu yang lalu ada teman sekelas Pasien yang sedang sakit
Campak sehingga tidak masuk sekolah untuk beberapa hari.
7/27/2019 Rubella Suryo
4/25
4
B. RIWAYAT PENYAKIT YANG PERNAH DIDERITAPenyakit Umur Penyakit Umur Penyakit Umur
Alergi (-) Difteria (-) Penyakit jantung (-)
Cacingan (-) Diare (-) Penyakit ginjal (-)DBD (-) Kejang (-) Radang paru (-)
Otitis (-) Morbili (-) TBC (-)
Parotitis (-) Operasi (-) Lain-lain (ISPA) 3 th
Kesimpulan Riwayat Penyakit yang pernah diderita: Pasien pernah dirawat selama 3 hari
saat usia 3 tahun dan didiagnosis oleh dokter menderita ISPA. Pasien dipulangkan dengan
keadaan sembuh total. Pasien belum pernah menderita keluhan seperti sekarang.
C. RIWAYAT KEHAMILAN/KELAHIRANKEHAMILAN
Morbiditas kehamilan Tidak ada
Perawatan antenatal Rutin kontrol ke Bidan 1 bulan sekali
KELAHIRAN
Tempat persalinan Rumah Bersalin
Penolong persalinan Bidan
Cara persalinanSpontan
Penyulit: -
Masa gestasi 38 minggu
Keadaan bayi
Berat lahir: 3200 gr
Panjang lahir: 47 cm
Lingkar kepala: (tidak tahu)
Langsung menangis (+)
Kemerahan (+)
Nilai APGAR: (tidak tahu)
Kelainan bawaan: tidak ada
Kesimpulan riwayat kehamilan/kelahiran: Tidak ada masalah dalam kehamilan dan
persalinan.
7/27/2019 Rubella Suryo
5/25
5
D. RIWAYAT PERKEMBANGAN
Pertumbuhan gigi I : Ibu lupa (Normal: 5-9 bulan)
Gangguan perkembangan mental : Tidak ada
Psikomotor
Tengkurap : Umur 4 bulan (Normal: 3-4 bulan)
Duduk : Umur 9 bulan (Normal: 6-9 bulan)
Berdiri : Umur 16 bulan (Normal: 9-12 bulan)
Berjalan : Umur 19 bulan (Normal: 13 bulan)
Bicara : Umur 12 bulan (Normal: 9-12 bulan)
Membaca : Umur 5 tahun (Normal: 3-6 tahun)
Perkembangan pubertas
Rambut pubis : belum
Payudara : -
Menarche : -
Kesimpulan riwayat pertumbuhan dan perkembangan: keterlambatan dalam berdiri dan
berjalan.
E. RIWAYAT MAKANAN
Umur
(bulan)ASI/PASI Buah/Biskuit Bubur Susu Nasi Tim
02 ASI - - -
24 ASI - - -
46 ASI + PASI + + -
68 ASI + PASI + (Biskuit) + -
810 ASI + PASI + + +
10 -12 ASI + PASI + + +
Umur Diatas 1 Tahun
Jenis Makanan Frekuensi dan Jumlah
Nasi/Pengganti 3 x/hari, 1 porsi
Sayur 1x/hari, 1 porsi
Daging 1x/minggu, 1 potong
7/27/2019 Rubella Suryo
6/25
6
Telur 1 butir, 3 x/minggu
Ikan 2 x/minggu
Tahu -
Tempe 2 potong, setiap hariSusu (merk/takaran) Susu Dancow
Lain-lain -
Kesan: Riwayat makanan cukup baik
Kesulitan makan : Menurut pengakuan ibu tidak sulit makan
Kesimpulan riwayat makanan: tidak ada kesulitan, asupan cukup baik
F. RIWAYAT IMUNISASI
Vaksin Dasar ( umur ) Ulangan ( umur )
BCG 1 bulan - -
DPT / PT 2 bulan 4 bulan 6 bulan -
Polio 0 bulan 2 bulan 4 bulan
Campak - - 9 bulan
Hepatitis B 0 bulan 1 bulan 6 bulan
Kesimpulan riwayat imunisasi: imunisasi dasar sesuai jadwal dan lengkap.
Imunisasi ulangan belum dilakukan.
G. RIWAYAT KELUARGA
a. Corak Reproduksi
NoTanggal lahir
(umur)
Jenis
kelaminHidup
Lahir
matiAbortus
Mati
(sebab)
Keterangan
kesehatan
1. 29 Mei 2006 Perempuan + - - - Pasien
2. 10 Juli 2009 Laki-laki + - - - Sehat
b. Riwayat Pernikahan
Ayah / Wali Ibu / Wali
Nama Tn. M Ny. L
Perkawinan ke- 1 1
7/27/2019 Rubella Suryo
7/25
7
Umur saat menikah 25 tahun 21 tahun
Pendidikan terakhir D3 SLTA
Agama Islam Islam
Suku bangsa Betawi BetawiKeadaan kesehatan Sehat Sehat
Kosanguinitas - -
Penyakit, bila ada - -
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami seperti ini sebelumnya. Ibu dan ayah
tidak menderita penyakit hipertensi, jantung dan kencing manis.
Kesimpulan Riwayat Keluarga:pasien anak pertama dari 2 bersaudara. Tidak ada anggota
keluarga yang mengalami keluhan sama dengan Pasien.
H. RIWAYAT LINGKUNGAN PERUMAHAN
Pasien tinggal bersama ayah, ibu, dan kakaknya di perkampungan, rumah dengan dua kamar
tidur, satu kamar mandi, dan 1 dapur, beratap genteng, berlantai keramik, berdinding tembok.
Keadaan rumah cukup luas, pencahayaan baik, ventilasi baik. Sumber air bersih dari air
PAM. Air limbah rumah tangga disalurkan dengan baik dan pembuangan sampah setiap
harinya diangkut oleh petugas kebersihan. Tidak terdapat orang yang mengeluh hal serupa
dengan pasien.
Kesimpulan Keadaan Lingkungan: Cukup baik.
I. RIWAYAT SOSIAL DAN EKONOMI
Ayah pasien bekerja sebagai pedagang dengan penghasilan Rp.1.200.000,- /bulan. Sedangkan
ibu pasien merupakan ibu rumah tangga. Menurut ibu pasien penghasilan tersebut tidak
cukup untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Sehari-hari pasien diasuh oleh ibunya.
Kesimpulan sosial ekonomi: Kurang baik.
II. PEMERIKSAAN FISIK (Tanggal 31 Agustus 2013 jam 13.30 WIB)
Keadaan Umum
Kesan Sakit : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
7/27/2019 Rubella Suryo
8/25
8
Kesan Gizi : Cukup
Keadaan lain : Anemis (-), ikterik (-), sianpasienis (-), dyspnoe (-)
Data Antropometri
Berat Badan sekarang : 34 kg Lingkar Kepala : 50 cm
Berat Badan sebelum sakit : 35 kg Lingkar Lengan Atas : 17 cm
Tinggi Badan : 135 cm
Status Gizi
- BB/U = 34/23 x 100 % = 147 % (Gizi lebih)- TB/U = 135/122 x 100 % = 110 % (Tinggi normal)- BB/TB = 34/32 x 100 % = 106% (Gizi lebih)Tanda Vital
Nadi : 104 x/menit, kuat, isi cukup, ekual kanan dan kiri, regular
Tekanan Darah : 90/60 mmHg
Napas : 24 x/menit, tipe torako-abdominal, inspirasi : ekspirasi = 1 : 2
Suhu : 37,1C, axilla (diukur dengan termometer air raksa)
KEPALA :Normocephali
RAMBUT : Rambut hitam ikal, distribusi merata dan tidak mudah dicabut, cukup tebal
WAJAH : Wajah simetris, tidak ada pembengkakan, terdapat makulopapular rash
MATA :
Visus bedside : kesan baik Ptpasienis : -/-
Sklera ikterik : -/- Lagofthalmus : -/-
Konjunctiva anemis : -/- Cekung : -/-
Exophthalmus : -/- Kornea jernih : +/+
Strabismus : -/- Lensa jernih : +/+
Nistagmus : -/- Pupil : bulat, isokor
Injeksi konjunctiva : +/+
Refleks cahaya : langsung +/+ , tidak langsung +/+
TELINGA :
Bentuk : normotia Tuli : -/-
Nyeri tarik aurikula : -/- Nyeri tekan tragus : -/-
Liang telinga : lapang Membran timpani : sulit dinilai
Serumen : -/- Refleks cahaya : sulit dinilai
7/27/2019 Rubella Suryo
9/25
9
Cairan : -/-
HIDUNG :
Bentuk : simetris Napas cuping hidung : -/-
Sekret : +/+ Deviasi septum : -
Mukosa hiperemis : -/-
BIBIR : Simetris saat diam, mukosa berwarna merah muda, kering (-), sianosis (-)
MULUT : Oral higiene baik, gigi karies (-), trismus (-), mukosa gusi dan pipi: merah
muda, hiperemis (-), ulkus (-), halitosis (-), bercak koplik (-), lidah: normoglosia, ulkus (-),
hiperemis (-) massa (-)
TENGGOROKAN: Tonsil T1-T1 tidak hiperemis, kripta tidak melebar, detritus (-), arcus
faring hiperemis, dinding posterior faring hiperemis, licin, tidak bergranul, ulkus (-)
massa (-)
LEHER : Bentuk tidak tampak kelainan, tidak tampak pembesaran tiroid maupun KGB,
tidak tampak deviasi trakea, tidak teraba pembesaran tiroid maupun KGB, trakea teraba di
tengah.
THORAKS :
Inspeksi: bentuk toraks simetris pada saat statis dan dinamis, tidak ada pernapasanyang tertinggal, pernapasan torako-abdominal, pembesaran KGB aksila -/- tidak
tampak retraksi suprasternal dan sela iga, terdapat makulopapular rash pada
dinding dada, ictus cordis terlihat pada ICS V linea midclavicularis kiri, pulsasi
abnormal (-)
Palpasi: tidak terdapat nyeri tekan dan benjolan, gerak napas simetris kanan dan kiri,vocal fremitus sama kuat kanan dan kiri, teraba ictus cordis pada ICS V linea
midclavicularis kiri, denyut kuat.
Perkusi : sonor di kedua lapang paru, batas atas jantung setinggi interkpasiental II dilinea parasternalis kiri, batas kiri jantung setinggi interkpasientalis IV medial dari
linea midklavikularis kiri, batas kanan jantung setinggi interkpasientalis IV di linea
parasternalis kanan.
Auskultasi: suara napas vesikuler, reguler, ronki basah halus (-), wheezing -/-, bunyijantung I-II reguler, punctum maksimum pada ICS V 1 cm linea midclavicularis kiri,
murmur (-), gallop (-)
ABDOMEN :
7/27/2019 Rubella Suryo
10/25
10
Inspeksi: perut rata, terdapat makulopapular rash pada dinding perut, tidakdijumpai adanya benjolan, kulit keriput (-) gerakan peristaltik (-)
Palpasi: lemas dan tidak teraba adanya massa maupun pembesaran organ, nyeri tekan(-), turgor kulit baik.
Perkusi: timpani pada seluruh lapang perut, nyeri ketok abdomen (-) Auskultasi: bising usus (+), frekuensi 4 x/menit
ANOGENITALIA:jenis kelamin perempuan, tanda radang (-), ulkus (-), sekret (-), fissura
ani (-)
KGB :
Preaurikuler : tidak teraba membesar
Postaurikuler : tidak teraba membesar
Submandibula : tidak teraba membesar
Supraclavicula : tidak teraba membesar
Axilla : tidak teraba membesar
Inguinal : tidak teraba membesar
ANGGOTA GERAK :
Ekstremitas : akral hangat ++/++
Tangan Kanan Kiri
Tonus otot normotonus normotonus
Sendi aktif aktif
Refleks fisiologis (+) (+)
Refleks patologis (-) (-)
Lain-lain oedem (-) oedem (-)
Kaki Kanan Kiri
Tonus otot normotonus normotonus
Sendi aktif aktif
Refleks fisiologis (+) (+)
Refleks patologis (-) (-)
Lain-lain oedem (-) oedem (-)
KULIT : warna sawo matang merata, pucat (-), tidak ikterik, tidak sianosis, turgor kulit baik,
lembab, pengisian kapiler < 2 detik, pada regio colli, toraks, abdomen tampak makula
eritematosa berkonfluens yang tersebar generalisata.
TULANG BELAKANG: bentuk normal, tidak terdapat deviasi, benjolan (-)
7/27/2019 Rubella Suryo
11/25
7/27/2019 Rubella Suryo
12/25
12
IV. RESUME
Seorang perempuan usia 7 tahun, datang ke IGD dengan keluhan demam sejak 4 hari
sebelum masuk rumah sakit. Demam mendadak tinggi, terus menerus, dengan suhu ketiak
38,3 C diukur dengan termometer digital. Pasien juga mengeluh batuk-pilek sejak 2 hari
sebelum masuk rumah sakit. Sejak 1 hari sebelum masuk rumah sakit, pasien menjadi sulit
makan dan minum karena tenggorokannya terasa nyeri saat menelan dan terasa mual. Selain
itu kedua mata pasien tampak merah dan berair. Pada saat itu juga timbul bercak kemerahan
pada pipi dan dahi pasien. Bercak tersebut kemudian menyebar ke belakang leher, dada, dan
perut pasien. Bercak tersebut disertai rasa gatal.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital: Tekanan darah 90/60 mmHg, nadi 104
x/menit, napas 24 x/menit, dan suhu 37,1 C. Kesan sakit sedang, kesadaran compos mentis.
Pada mata terdapat adanya injeksi konjungtiva, hidung terdapat sekret, arkus faring dan
dinding posterior faring hiperemis. Tampak makula eritematpasiena multipel berkonfluens
pada regio colli, toraks, dan abdomen yang tersebar generalisata.
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan adanya leukopenia (4,5 ribu/L),
trombpasienitopenia (150 ribu/ L), peningkatan hitung jenis dari basofil yaitu 2%, monosit
9%.
V. DIAGNOSIS BANDING
DEMAM & ERUPSI KULIT BATUK BERDAHAK
Rubella Pneumonia
Morbilli Bronkitis
Eksantema subitum Bronkiolitis
MATA MERAH
Konjungtivitis et causaRubella virus
Konjungtivitis bakterial
VI. DIAGNOSIS KERJA
Rubella stadium erupsi
VII. PEMERIKSAAN ANJURAN
7/27/2019 Rubella Suryo
13/25
13
- Hematologi rutin ulang- Rontgen toraks AP
VII. PENATALAKSANAAN
Non Medikamentosa
1. Komunikasi - Informasi - Edukasi kepada orang tua pasien mengenai keadaanpasien
2. Tirah baring3. Observasi tanda-tanda vital
Medikamentosa
1. IVFD Asering 4 cc/kgBB/jam2. Policylan 3 x 1 C
VIII. PROGNOSIS
Ad Vitam : ad bonam
Ad Sanationam : ad bonam
Ad Fungtionam : ad bonam
FOLLOW UP
Tgl S O A P
31/8/13
Perawatan
hari 1
Demam
H-5BB =
34kg
Batuk (+)
Sesak (-)
Demam (-)
Mual (+)
Lemas (+)Bercak
kemerahan
di muka,
dada dan
perut (+)
KU: Tampak sakit sedang
KS: comppasien mentis
TV: TD: 90/60 mmHg,
N:104 x/m, R: 24 x/m,
S: 37,4 CKepala: normocephali
Mata: CA -/-, SI -/-,
Injeksi konjungtiva
(+/+)
Telinga: sekret (-)
Hidung: sekret (+)
Tenggorokan: arkus
Rubella stadium
erupsi
IVFD Asering 4
cc/KgBB/Jam
Polycilan 3 x 1 C
7/27/2019 Rubella Suryo
14/25
14
faring hiperemis(+),
dinding posterior faring
hiperemis (+)
Leher : KGB ttm
Thorax : retraksi
suprasternal (-), retraksi
sela iga (-), SN vesikuler,
ronki -/-, wh -/-, BJ I-II
reguler, m (-), g (-)
makulopapular rash (+)
Abd : Supel, BU (+),4
x/menit, turgor kulit baik,
makulopapular rash (+)
Ext: akral hangat ++/++
Kulit: ptekie (-),makula
eritematosa multipel
berkonfluens
generalisata
1/9/2013
Perawatan
hari 2
BB =
34kg
Batuk (-)
Sesak (-)
Demam (-)
Mual (-)
Lemas (+)
Bercak
kemerahan
di muka,
dada, perut,
kedua
tangan dan
kaki (+)
KU: Tampak sakit sedang
KS: comppasien mentis
TV: TD: 90/60 mmHg,
N:108 x/m, R: 22 x/m,
S: 37,0 C
Kepala: normocephali
Mata: CA -/-, SI -/-,
Injeksi konjungtiva
(+/+)
Telinga: sekret (-)
Hidung: sekret (+)
Tenggorokan: arcus
faring hiperemis(+),
dinding posterior faring
Rubella stadium
erupsi
IVFD Asering 4
cc/KgBB/Jam
Polycilan 3 x 1 C
7/27/2019 Rubella Suryo
15/25
15
hiperemis (+)
Leher : KGB ttm
Thorax : retraksi
suprasternal (-), retraksi
sela iga (-), SN vesikuler,
ronki -/-, wh -/-, BJ I-II
reguler, m (-), g (-)
makulopapular rash (+)
Abd : Supel, BU 3
x/menit, turgor kulit baik,
makulopapular rash (+)
Ext : akral hangat ++/++
makulopapular rash (+)
pada regio ekstremitas
superior dan inferior
Kulit: ptekie (-),makula
eritematosa multipel
generalisata
2/9/2013
Perawatan
hari 3
BB =
34,5kg
Batuk (-)
Sesak (-)
Demam (-)
Mual (-)
Lemas (+)
Bercak
kemerahan
di muka,
dada, perut,
kedua
tangan dan
kaki (+)
KU: Tampak sakit sedang
KS: comppasien mentis
TV: TD: 90/60 mmHg,
N:100 x/m, R: 22 x/m,
S: 37,0 C
Kepala: normocephali
Mata: CA -/-, SI -/-,
Injeksi konjungtiva (-/-)
Telinga: sekret (-)
Hidung:sekret (-)
Tenggorokan:arcus
faring hiperemis (-),
dinding posterior faring
hiperemis (-)
Rubella stadium
erupsi
IVFD Asering 4
cc/KgBB/Jam
Polycilan 3 x 1 C
(Boleh pulang)
7/27/2019 Rubella Suryo
16/25
16
Leher : KGB ttm
Thorax : retraksi
suprasternal (-), retraksi
sela iga (-), SN vesikuler,
ronki -/-, wh -/-, BJ I-II
reguler, m (-), g (-)
makulopapular rash (+)
Abd : Supel, BU
(+),3x/menit, turgor kulit
baik, makulopapular
rash (+)
Ext : akral hangat ++/++
makulopapular rash (+)
pada regio ekstremitas
superior dan inferior
Kulit: ptekie (-),makula
eritematosa multipel
berkonfluens
generalisata
31 Agustus 2013 2 Agustus 2013
Jenis Pemeriksaan Hasil Hasil Nilai Normal
HEMATOLOGI RUTIN
Leukpasienit
Hemoglobin
Hematokrit
Trombpasienit
5,5 ribu/L
13,6 g/dL
41 %
98 ribu/L*
6,2 ribu/L
11,6 g/dL
35 %
146 ribu/L*
4,5-13,5 ribu/L
10,7-14,7 g/dL
33-45 %
184-488 ribu/L
7/27/2019 Rubella Suryo
17/25
17
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Definisi
Rubella atau Campak Jerman merupakan penyakit anak menular yang lazim biasanya
ditandai dengan gejala-gejala utama ringan, ruam serupa dengan Campak ringan atau demam
skarlet, dan pembesaran serta nyeri limfonodi pascaoksipital, retroaurikuler, dan servikalis
ppasienterior. Campak Jerman atauRubella ini biasanya hanya menyerang anak-anak sampai
usia belasan tahun.2
EtiologiPenyebab Rubella atau Campak Jerman adalah virus Rubella. Meski virus penyebabnya
berbeda, namunRubella dan Campak (rubeola) mempunyai beberapa persamaan.Rubella dan
Campak merupakan infeksi yang menyebabkan kemerahan pada kulit penderitanya.
Perbedaannya, Rubella tidak terlalu menular dibandingkan Campak yang cepat sekali
penularannya. Penularan Rubella dari penderitanya ke orang lain terjadi melalui percikan
ludah ketika batuk, bersin dan udara yang terkontaminasi. Virus ini cepat menular, penularan
dapat terjadi sepekan (1 minggu) sebelum timbul bintik-bintik merah pada kulit si penderita,
sampai lebih kurang sepekan setelah bintik tersebut menghilang. Namun bila seseorang
tertular, gejala penyakit tidak langsung tampak. Gejala baru timbul kira-kira 14-21 hari
kemudian. Selain itu, Campak lebih lama proses penyembuhannya sementara Rubella hanya
3 hari, karena itu pulaRubella sering disebut Campak 3 hari.2,3
Bentuk Virus
Rubella disebabkan oleh virus yang mengandung-RNA pleomorfik, yang sekarang didaftar
pada famili Togaviridae, genus Rubivirus. Virus ini sferis, berdiameter 50-60 nm, dan berisi
asam ribonukleat helai-tunggal. Virus biasanya diisolasi pada biakan jaringan, dan
keberadaannya diperagakan oleh kemampuan sel ginjal kera hijau Afrika (African green
monkey kidney, AGMK) terinfeksi Rubella menahan tantangan dengan enterovirus. Selama
penyakit klinis virus berada dalam sekresi nasofaring, darah, tinja, dan urin. Virus telah
ditemukan dari nasofaring 7 hari sebelum eksantem, dan 7-8 hari sesudah menghilangnya.
Penderita dengan penyakit subklinis juga infeksius.3
7/27/2019 Rubella Suryo
18/25
18
Gambar 1. VirusRubella.2
Epidemiologi
Manusia adalah satu-satunya hpasienpes alamiah Rubella, yang disebarkan oleh droplet oral
atau secara transplasenta melalui infeksi kongenital. Rubella terdistribusi secara luas di
seluruh dunia. Sebelum pembentukan program vaksin Rubella pada tahun 1969, puncak
insiden penyakit adalah pada anak umur 5-14 tahun. Sekarang kebanyakan kasus terjadi pada
remaja dan dewasa muda yang rentan.
Epidemi Rumah sakit di antara pegawai, dengan penularan pada penderita yang rentan,
telah membantu Rumah sakit mensyaratkan bahwa pegawai yang mempunyai kontak dengan
penderita harus imun terhadap Rubella. Anak laki-laki dan wanita sama-sama terkena. Pada
populasi yang padat seperti institusi dan Asrama tentara, hampir 100% dari individu yang
rentan dapat terinfeksi. Pada kelompok keluarga penyebaran virus kurang: 50-60% anggota
keluarga yang rentan mendapat penyakit.Rubella biasanya terjadi selama musim semi.Pada tahun 1989 - 1990 sejumlah kasus Rubella menyerang lebih banyak pada anak
remaja di atas umur 15 tahun dan dewasa diperkirakan karena kegagalan vaksinasi pada
setiap individu. Risiko terserangRubella kembali menurun untuk semua umur dan dilaporkan
kasus di Amerika Serikat pada tahun 1999 sebanyak 267. Penyakit ini dapat sukar
diDiagnosis secara klinis karena ruam enterovirus dan ruam yang lain dapat menampilkan
penampakan yang serupa. Satu serangan biasanya memberikan imunitas permanen. Epidemi
terjadi setiap 6-9 tahun sebelum vaksin tersedia.2
7/27/2019 Rubella Suryo
19/25
19
Patofisiologi
Penularan terjadi melalui droplet, dari nasofaring atau rute pernapasan. Selanjutnya virus
Rubella memasuki aliran darah. Namun terjadinya erupsi di kulit belum diketahui
patogenesisnya. Viremia mencapai puncaknya tepat sebelum timbul erupsi di kulit. Di
nasofaring virus tetap ada sampai 6 hari setelah timbulnya erupsi dan kadang-kadang lebih
lama. Selain dari darah dan sekret nasofaring, virusRubella telah diisolasi dari kelenjar getah
bening, urin, cairan serebrpasienpinal, ASI, cairan sinovial dan paru.
Penularan dapat terjadi biasanya dari 7 hari sebelum hingga 5 hari sesudah timbulnya
erupsi. Daya tular tertinggi terjadi pada akhir masa inkubasi, kemudian menurun dengan
cepat, dan berlangsung hingga menghilangnya erupsi.1
PatogenesisSaat tubuh terpapar virus Rubella, virus akan melekat dan menginvasi sel-sel epitel saluran
pernapasan atas melalui prpasienes endpasienitpasienis kemudian menyebar ke sistem
limfatik regional secara hematogen dan bereplikasi di jaringan limfoid nasofaring dan saluran
pernapasan atas, kemuadian masuk ke dalam pembuluh darah (viremia) dan menyebar ke
organ-organ lain, termasuk persendian hingga kapiler kulit.2,4
Manifestasi Klinis
Masa inkubasiMasa inkubasi berkisar 14-21 hari. Dalam beberapa laporan lain waktu inkubasi minimum 12
hari dan maksimum 17 sampai 21 hari.1
Masa prodromal
Pada anak biasanya erupsi timbul tanpa keluhan sebelumnya; jarang disertai gejala dan tanda
masa prodromal. Namun pada remaja dan dewasa muda masa prodromal berlangsung 1-5
hari dan terdiri dari demam ringan, sakit kepala, nyeri tenggorok, kemerahan pada
konjungtiva, rinitis, batuk dan limfadenopati. Gejala ini segera menghilang pada waktu erupsi
timbul. Gejala dan tanda prodromal biasanya mendahului 1-5 hari erupsi di kulit. Pada
beberapa penderita dewasa gejala dan tanda tersebut dapat menetap lebih lama dan bersifat
lebih berat. Pada 20% penderita selama masa prodromal atau hari pertama erupsi timbul suatu
enantema, tanda Forschheimer, yaitu makula atau petekie pada palatum molle. Pembesaran
kelenjar limfe bisa timbul 5-7 hari sebelum timbul eksantema, khas mengenai kelenjar
suboksipital, ppasientaurikular dan servikal dan disertai nyeri tekan.1
Masa eksantema
7/27/2019 Rubella Suryo
20/25
20
Seperti pada Rubeola, eksantema mulai retro-aurikular atau pada muka dan dengan cepat
meluas secara kraniokaudal ke bagian lain dari tubuh. Mula-mula berupa makula yang
berbatas tegas dan kadang-kadang dengan cepat meluas dan menyatu, memberikan bentuk
morbiliform. Pada hari kedua eksantem di muka menghilang, diikuti hari ke-3 di tubuh dan
hari ke-4 di anggota gerak. Pada 40% kasus infeksi Rubella terjadi tanpa eksantema.
Meskipun sangat jarang, dapat terjadi deskuamasi post eksantematik.1
Limfadenopati merupakan suatu gejala klinis yang penting pada Rubella. Biasanya
pembengkakan kelenjar getah bening itu berlangsung selama 5-8 hari. Pada penyakitRubella
yang tidak mengalami penyulit sebagian besar penderita sudah dapat bekerja seperti biasa
pada hari ke-3. sebagian kecil penderita masih terganggu dengan nyeri kepala, sakit mata,
rasa gatal selama 7-10 hari.1
Diagnosis
Diagnosis klinis sering kali sukar dibuat untuk seorang penderita oleh karena tidak ada tanda
atau gejala yang patognomik untukRubella. Seperti dengan penyakit eksantema lainnya,
Diagnosis dapat dibuat dengan anamnesis yang cermat. Rubella merupakan penyakit yang
epidemik sehingga bila diselidiki dengan cermat, dapat ditemukan kasus kontak atau kasus
lain dalam lingkungan penderita. Sifat demam dapat membantu dalam menegakkan
Diagnosis, oleh karena demam padaRubella jarang sekali di atas 38,5 C.1
Pada infeksi tipikal, makula merah muda yang menyatu menjadi eritema difus pada muka
dan badan serta artralgia pada tangan penderita dewasa merupakan petunjuk Diagnosis
Rubella.
Perubahan hematologik hanya sedikit membantu penegakan Diagnosis. Peningkatan sel
plasma 5-20% merupakan tanda yang khas. Kadang-kadang terdapat leukopenia pada awal
penyakit yang dengan segera segera diikuti limfpasienitpasienis relatif. Sering terjadi
penurunan jumlah trombosit.
Diagnosis pasti ditegakkan dengan pemeriksaan serologik yaitu adanya peningkatan titer
antibodi 4 kali pada hemaglutination inhibition test (HAIR) atau ditemukannya antibodi IgM
yang spesifik untukRubella. Titer antibodi mulai meningkat 24-48 jam setelah permulaan
erupsi dan mencapai puncaknya pada hari ke 6-12. selain pada infeksi primer, antibodi IgM
spesifikRubella dapat ditemukan pula pada reinfeksi. Dalam hal ini adanya antibodi IgM
spesifikRubella harus di interpretasi dengan hati-hati. Suatu penelitian telah menunjukkan
7/27/2019 Rubella Suryo
21/25
21
bahwa telah tejadi reaktifitas spesifik terhadapp Rubella dari sera yang dikoleksi, setelah
kena infeksi virus lain.1,2
Diagnosis Banding
Penyakit yang memberikan gejala klinis dan eksantema yang menyerupaiRubella adalah:
a. Penyakit virus: Campak, roseola infantum, eritema mononukleosis infeksiosa danPityriasis rosea
b. Penyakit bakteri:scarletfever(Skarlatina).c. Erupsi obat: ampisilin, penisilin, asam salisilat, barbiturat, INH, fenotiazin dan
diuretik tiazid.
d. Bercak erupsi Rubella yang berkonfluensi sulit dibedakan dari Morbili, kecuali biladitemukan bercak koplik yang karakteristik untuk morbili. Erupsi Rubella cepat
menghilang sedangkan erupsi morbili menetap lebih lama.
e. Bila terjadi kemerahan difus dan tampak bercak-bercak berwarna lebih gelap diatasnya, perlu dibedakan dari scarletfever. Tidak seperti scarletfever, pada Rubella
daerah perioral terkena.
Erupsi obat menyerupai Rubella yang dapat disertai pembesaran kelenjar getah bening
disebabkan terutama oleh senyawa hidantoin. Pada kasus yang meragukan dapat dilakukan
pemeriksaan hemogram dan serologik.1
Komplikasi
Komplikasi relatif tidak lazim pada anak. Neuritis dan artritis kadang-kadang terjadi.
Resistensi terhadap infeksi bakteri sekunder tidak berubah. Ensefalitis serupa dengan
ensefalitis yang ditemukan pada Rubeola yang terjadi pada sekitar 1/6000 kasus.
Kebanyakan anak-anak mengalami penyembuhan total. Anak laki-laki atau pria dewasa
kadang mengalami nyeri pada testis (buah zakar) yang bersifat sementara. Sepertiga wanita
mengalami nyeri sendi atau artritis. Pada wanita hamil, Campak Jerman bisa menyebabkan
keguguran, kematian bayi dalan kandungan ataupun keguguran. Kadang terjadi infeksi
telinga (otitis media).5,6
Rubella kongenital
Infeksi rubella pada ibu hamil dapat menimbulkan infeksi pada janin dengan kelainan
teratogenis yang bergantung umur kehamilan. Pada waktu mengalami infeksi rubella
sebagian ibu hamil (50%) tidak menunjukkan gejala atau tanda klinis. Meskipun demikian
7/27/2019 Rubella Suryo
22/25
22
virus dapat menimbulkan infeksi pada plasenta dan diteruskan ke janin, yang mana virus itu
menyerang banyak organ dan jaringan. Rubella pada ibu dapat menimbulkan berbagai
kemungkinan di janinnya, yaitu: (1) non-infeksi, (2) infeksi tanpa kelainan apapun, (3)
infeksi dengan kelainan kongenital, (4) resorpsi embrio, (5) abortus atau (6) kelahiran mati.1
Bayi yang lahir dari ibu hamil yang menderita rubella pada trisemester pertama bisa
terkena sindrom rubella kongenital, yaitu trias anomali kongenital pada mata (katarak,
mikroftalmia, glaukoma, retinopati), telinga (ketulian) dan defek jantung (stenosis arteri
pulmonalis, patent ductus arteriosus, ventricle septal defect). Kerusakan jantung dan mata
terjadi karena infeksi embrio yang berumur kurang dari 6 minggu, sedangkan ketulian dan
defek mental terjadi pada semua embrio yang berumur sampai kira-kira 16 minggu. Selain itu
dapat terjadi kelainan susunan saraf dan gigi. Manifestasi lainnya adalah glaukoma,
mikrosefali dan berbagai kelainan viseral. 1
Manifestasi umum rubella kongenital pada waktu lahir adalah retardasi pertumbuhan
dan psikomotorik. Antara 50-85% dari semua bayi beratnya kurang dari 2.500 gram, setelah
lahir pertumbuhannya pun akan terhambat (growth retardation). Angka kematian bayi
dengan rubella kongenital pada tahun pertama tinggi. Kematian dapat disebabkan karena
gagal pertumbuhan, kelainan jantung dan miokarditis, pneumonia, hepatitis, trombositopenia,
blueberry muffin ras, limfopenia, classic ensefalitis, atau defisiensi sistem imun. 1
Kira-kira sepertiga bayi rubella kongenial akan mengalami katarak. Katarak ini dapat
bilateral atau unilateral dan seringkali sudah ada pada waktu lahir. Biasanya juga terdapat
retinopati dan mikroftalmia yang biasanya unilateral. Pada 5% bayi rubella kongenital
terdapat glaukoma. Diagnosis dini sangat penting untuk mencegah kebutaan. 1
Tanda yang paling umum rubella kongenital adalah tuli sensorineural, paling sering
bilateral tetapi kadang-kadang unilateral. Kadang-kadang satu-satunya manifestasi infeksi
kongenital adalah ketulian. 1
Kelainan neurologik pada bayi dengan rubella berupa meningoensefalitis yang aktif
pada waktu lahir. manifestasinya antara lain berupa fontanel anterior yang cembung, gelisah,
hipotonia, kejang-kejang, retraksi kepala dan opistotonus. 1
Pada rubella yang berat terjadi miokarditis yang sering menyebabkan kematian janin.
Kelainan struktur jantung yang paling sering adalah paten duktus arteriosus, yang disusul
stenosis arteria pulmonalis dan stenosis katup pulmonal. 1
7/27/2019 Rubella Suryo
23/25
23
Kelainan lain yang mungkin terjadi di antaranya adalah osteomielitis, malabsorbsi dan
diabetes. Anomali kongenital lain dapat pula terjdi tetapi jarang dilaporkan, sehingga tidak
dapat dipastikan apakah memang terjadi karena rubella atau karena sebab lain. 1
Penatalaksanaan
Jika tidak terjadi komplikasi bakteri, pengobatan adalah simptomatis. Adamantanamin
hidrokhlorida (amantadin) telah dilaporkan efektif in vitro dalam menghambat stadium awal
infeksi Rubella pada sel yang dibiakkan. Upaya untuk mengobati anak yang sedang
menderita Rubella kongenital dengan obat ini tidak berhasil. Karena amantadin tidak
dianjurkan pada wanita hamil, penggunaannya amat terbatas. Interferon dan isoprinpasienin
telah digunakan dengan hasil yang terbatas.5,6,7
Imunitas & Pencegahan
Imunitas
Setelah serangan Rubella, biasanya timbul imunitas jangka panjang. Reinfeksi dapat terjadi
namun biasanya tidak disertai dengan gejala dan tanda klinis. Pada reinfeksi subklinis dapat
terjadi peningkatan kadar antibodi IgM. Bila seorang ibu yang mengalami reinfeksi Rubella
pada waktu hamil, sangat kecil kemungkinan bahwa bayinya menderitaRubella kongenital. 1
Belum ada standar pengukuran antibodi Rubella dan kepastian mengenai kadar minimal
antibodi yang dapat memberikan proteksi klinis. Uji HAI merupakan teknik standar yang
pertama kali digunakan secara luas untuk pemeriksaan antibodi Rubella. Bila dengan
pemeriksaan HAI titernya >1/16 sampai 1/512 makan ada imunitas terhadap infeksiRubella. 1
Suatu penelitian jangka panjang dengan pemeriksaan ELISA di Hawaii dengan
menggunakan 3 jenis vaksin Rubella menunjukkan bahwa imunitas pasca vaksinasi Rubella
menetap setelah 16 tahun dengan angka seroppasienitif 98% untuk vaksin HPV & DK 12 dan
88,8% untuk vaksin Cendehill. Sedangkan hasil penelitian di Eropa memperlihatkan
menetapnya antibodi pada 87-89% individu selama 8-18 tahun pasca vaksinasi.1
Pencegahan
Pada orang yang rentan, proteksi pasif dari atau pelemahan penyakit dapat diberikan secara
bervariasi dengan injeksi intramuskuler globulin imun serum (GIS) yang diberikan dengan
dpasienis besar (0,25-0,50 mL/kg atau 0,12-0,20 mL/lb) dalam 7-8 hari pasca pemajanan.
Efektifitas globulin imun tidak dapat diramalkan. Tampaknya tergantung pada kadar antibodi
produk yang digunakan dan pada faktor yang belum diketahui. Manfaat GIS telah
7/27/2019 Rubella Suryo
24/25
24
dipertanyakan karena pada beberapa keadaan ruam dicegah dan manifestasi klinis tidak ada
atau minimal walaupun virus hidup dapat diperagakan dalam darah. Bentuk pencegahan ini
tidak terindikasi, kecuali pada wanita hamil nonimun.8
Program vaksinasi atau imunisasi merupakan salah satu upaya pencegahan terhadap
Rubella. Di Amerika Serikat mengharuskan untuk imunisasi semua laki-laki dan wanita umur
12 dan 15 bulan serta pubertas dan wanita pasca pubertas tidak hamil. Imunisasi adalah
efektif pada umur 12 bulan tetapi mungkin tertunda sampai 15 bulan dan diberikan sebagai
vaksin Campak-Parotitis-Rubella (measles-mumps-Rubella, MMR).8
Prognosis
Prognosis pasien Rubella anak adalah baik; sedang prognosis pasien Rubella kongenital
bervariasi menurut keparahan infeksi. Hanya sekitar 30% bayi dengan ensefalitis tampak
terbebas dari defisit neuromotor, termasuk sindrom autistik. 3,5
7/27/2019 Rubella Suryo
25/25
25
DAFTAR PUSTAKA
1. Soedarmo SP, Garna H, Handinegoro SR. Buku Ajar Infeksi & Pediatri Tropis. 2nd.Jakarta: IDAI. 2008; hal 125-7.
2. Berhrman RE., Kliegman RM., Arvin AM. Nelson Ilmu Kesehatan Anak; InfeksiVirus-Rubella Ed .15. terjemahan oleh: Maldonado, Y. Jakarta: EGC. 2000; hal 1072.
3. James, C. Manual Pemberantasan penyakit Menular; Rubella. Jakarta: BalaiPenerbitan FKUI. 2000.
4. Price SA, Wilson LM. Konsep klinik proses-proses penyakit patofisiologi. 6th ed.Jakarta: EGC. 2003; 705-8
5. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. BukuAjar Ilmu Kesehatan Anak. Volume 2. Jakarta: Bagian Ilmu Kesehatan Anak Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. 2007; 224-6
6. William W. Current Pediatric Diagnosis & Treatment. 21st edition. USA: MacGraw-Hill Education. 2012; 1178-82
7. SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair. Pedoman Diagnosis & Terapi. Surabaya:Bag/SMF Ilmu Kesehatan Anak FK Unair/RSU Dr. Soetomo. 2006; 157-9
8. Soegijanto S. Buku Imunisasi di Indonesia. 1st ed. Jakarta: Pengurus Pusat IkatanDokter Anak Indonesia. 2001; 105-25