7
I. DEFINISI Rubella (German measles) merupakan suatu penyakit virus yang umum pada anak dan dewasa muda, yang ditandai oleh suatu masa prodromal yang pendek, pembesaran kelenjar getah bening servikal, suboksipital dan postaurikular, disertai erupsi yang berlangsung 2 - 3 hari 1 . Rubella disebabkan oleh suatu RNA virus, genus Rubivirus, famili Togaviridae. Virus dapat diisolasi dari biakan jaringan penderita. Secara fisikokimiawi virus ini sama dengan anggota virus lain dari famili tersebut, tetapi virus rubella secara serologik berbeda. Pada waktu terdapat gejala klinis virus ditemukan pada sekret nasofaring, darah, feses dan urin. Virus rubella hanya menjangkiti manusia saja 1 . II. INSIDENSI Penyakit ini terdistribusi secara luas di dunia. Epidemi ter jadi dengan interval 5-7 tahun (6-9 tahun), paling sering timbul pada musim semi dan terutama mengenai anak serta dewasa muda. Pada manusia virus ditularkan secara oral droplet dan melalui plasenta pada infeksi kongenital. Sebelum ada vaksinasi, angka kejadian

Rubella

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Rubella

Citation preview

I. DEFINISIRubella (German measles) merupakan suatu penyakit virus yang umum pada anak dan dewasa muda, yang ditandai oleh suatu masa prodromal yang pendek, pembesaran kelenjar getah bening servikal, suboksipital dan postaurikular, disertai erupsi yang berlangsung 2 - 3 hari1.Rubella disebabkan oleh suatu RNA virus, genus Rubivirus, famili Togaviridae. Virus dapat diisolasi dari biakan jaringan penderita. Secara fisikokimiawi virus ini sama dengan anggota virus lain dari famili tersebut, tetapi virus rubella secara serologik berbeda. Pada waktu terdapat gejala klinis virus ditemukan pada sekret nasofaring, darah, feses dan urin. Virus rubella hanya menjangkiti manusia saja1.II. INSIDENSIPenyakit ini terdistribusi secara luas di dunia. Epidemi ter jadi dengan interval 5-7 tahun (6-9 tahun), paling sering timbul pada musim semi dan terutama mengenai anak serta dewasa muda. Pada manusia virus ditularkan secara oral droplet dan melalui plasenta pada infeksi kongenital. Sebelum ada vaksinasi, angka kejadian tertinggi terdapat pada anak usia 5-14 tahun. Dewasa ini kebanyakan kasus terjadi pada remaja dan dewasa muda1. Kelainan pada fetus mencapai 30% akibat infeksi rubella pada ibu hamil selama rninggu pertama kehamilan. Risiko kelainan pada fetus tertinggi (50-60%) terjadi pada bulan pertama dan menurun menjadi 4-5% pada bulan keempat kehamilan ibu. Survei & Inggris (1970-1974) menunjukan insidens infeksi fetus sebesar 53% dengan rubella klinis dan hanya 19% yang subklinis. Sekitar 85% bayi yang terinfeksi rubella kongenital mengalami defek1.Tidak didapatkan perbedaan pada ras dan jenis kelamin. tetapi pada orang dewasa, lebih banyak kasus dilaporkan pada wanita dibandingkan pada pria. Rubella arthralgia dan arthritis lebih sering pada wanita dibandingkan pada pria2.III. PATOFISIOLOGIMasa InkubasiMasa inkubasi berkisar antara 14 - 21 hari. Dalam beberapa laporan lain waktu inkubasi minimum 12 hari dan maksimum 17 sampai 21 hari1. Masa ProdromalPada anak biasanya erupsi timbul tanpa keluhan sebelumnya, jarang disertai gejala dan tanda pada masa prodromal. Namun pada remaja dan dewasa muda masa prodromal berlangsung 1-5 hari dan terdiri dari demam ringan, sakit kepala, nyeri tenggorok, kemerahan pada konjunghva, rinitis, batuk dan lirnfadenopati. Gejala ini segera menghilang pada waktu erupsi timbul. Gejala dan tanda prodromal biasanya mendahului erupsi di kulit 1-5 hari sebelumnya. Pada beberapa penderita dewasa gejala dan tanda tersebut dapat menetap lebih lama dan bersifat lebih berat. Pada 20% penderita selama masa prodromal atau hari pertama erupsi, timbul suatu eksantema, Forschheimer spot, yaitu makula atau petekia pada palatum molle, bisa saling merengkuh sampai seluruh permukaan faucia. Pembesaran kelenjar limfe bisa timbul 5-7 hari sebelum timbul eksantema, khas mengenai kelenjar suboksipital, postaurikular dan servikal, dan disertai nyeri tekan1. Masa EksantemaSeperti pada rubeola, eksantema mulai retroaurikular atau pada muka dan dengan cepat meluas secara kraniokaudal ke bagian lain dari tubuh. Mula-mula berupa makula yang berbatas tegas dan kadang-kadang dengan cepat meluas dan menyatu, memberikan bentuk morbillifom. Pada hari kedua eksantema di muka menghilang, diikuti hari ke-3 di tubuh dan hari ke-4 di anggota gerak. Pada 40% kasus infeksi rubella terjadi tanpa eksantema. Meskipun sangat jarang, dapat ter jadi deskuamasi posteksantematik. Limfadenopati merupakan suatu gejala klinis yang penting pada rubella. Biasanya pembengkakan kelenjar getah bening itu berlangsung selama 5-8 hari1. Pada penyakit rubella yang tidak mengalami penyulit sebagian besar penderita sudah dapat bekeja seperti biasa pada hari ke-3. Sebagian kecil penderita masih terganggu dengan nyeri kepala, sakit mata, rasa gatal selama 7-10 hari1.IV. CARA MENDIAGNOSIS

V. TATALAKSANARubella PostnatalPengobatan suportif. Tidak ada agen antivirus khusus untuk rubella saat ini tersedia. Mandi air tajin dan antihistamin mungkin berguna untuk pasien dewasa dengan rubella rumit dan gatal merepotkan2.Untuk kasus dengan komplikasi, pengobatan adalah sebagai berikut2: Untuk arthritis parah yang mempengaruhi sendi menahan beban, mendorong sisa. Obat anti-inflammatory drugs (NSAID) dapat membantu, tetapi kortikosteroid tidak diindikasikan. Untuk pasien dengan ensefalitis, memberikan perawatan suportif dengan cairan yang cukup dan pemeliharaan elektrolit. Trombositopenia biasanya diri terbatas tetapi, jika berat, pertimbangkan imunoglobulin intravena (IVIG). Kortikosteroid belum menunjukkan manfaat yang spesifik. Splenektomi tidak diindikasikan.Sindrom rubella kongenitalPengobatan suportif. Menyediakan skrining visi dan skrining pendengaran untuk bayi yang baru lahir tanpa gejala2.Pengobatan bayi baru lahir dengan gejala adalah sebagai berikut2: Memberikan evaluasi yang cermat dari mata dan oftalmologi rujukan untuk bayi dengan kornea berkabut, katarak, dan retinopati. Kornea berkabut mungkin menunjukkan glaukoma infantil. Bayi dengan sindrom rubella bawaan yang mengembangkan gangguan pernapasan mungkin memerlukan terapi suportif di ICU. Hepatosplenomegali dipantau secara klinis. Intervensi tidak diperlukan. Pasien dengan hiperbilirubinemia mungkin memerlukan fototerapi atau pertukaran transfusi jika penyakit kuning parah untuk mencegah kernikterus. Kesulitan hemoragik tidak menjadi masalah besar; Namun, IVIG dapat dipertimbangkan pada bayi yang berkembang menjadi trombositopenia berat. Kortikosteroid tidak diindikasikan. Bayi yang memiliki-rubella terkait kelainan jantung harus hati-hati mengamati tanda-tanda gagal jantung kongestif. Ekokardiografi mungkin penting untuk diagnosis kelainan jantung.Kontak isolasi diperlukan untuk pasien dengan rubella bawaan selama rawat inap karena bayi terinfeksi pada saat lahir dan biasanya menular sampai tua dari 1 tahun kecuali kultur virus telah menghasilkan hasil negatif2.

DAFTAR PUSTAKA1. Soedarmo, Sumarmo, dkk. 2008. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis Edisi 2. Jakarta : Badan Penerbit IDAI2. http://emedicine.medscape.com/article/968523-overview#a6 diakses tanggal 21 Juni 2015