Upload
others
View
6
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................................................... 1
1.2 Tujuan .................................................................................................................................. 2
1.3 Ruang Lingkup ..................................................................................................................... 2
BAB II GAMBARAN KEGIATAN .................................................................................. 3
2.1 Gambaran Umum Kota Bukittinggi...................................................................................... 3
2.2 Permasalahan Kekumuhan Kota Bukittinggi ....................................................................... 6
2.3 Profil Kawasan Prioritas Aur Tajungkang Tengah Sawah dan Pakan Kurai ......................... 9
2.4 Konsep Penanganan Kumuh Kawasan Prioritas Aur Tajungkang Tengah Sawah dan
Pakan Kurai ........................................................................................................................ 11
BAB III KEBIJAKAN PENYEDIAAN TANAH ................................................................. 15
3.1 Komponen Kegiatan yang Membutuhkan Tanah .............................................................. 15
3.2 Identifikasi WTP dan Aset Terdampak............................................................................... 16
3.3 Aturan Acuan dan Kebijakan Penyediaan Tanah ( ESMF, Juklak, UU, PP, Permen ) ........ 18
3.4 Sosialisasi dan Rembug Penyepakatan dengan WTP ........................................................ 27
3.5 Skema Penanganan WTP ................................................................................................... 28
BAB IV PELAKSANAAN PENYEDIAAN TANAH .......................................................... 29
4.1 Rencana Kerja (time line kerja) ......................................................................................... 29
4.2 Pelaksanaan Rencana Kerja ............................................................................................... 29
4.3 Pelaksanaan Penyediaan Tanah ....................................................................................... 30
BAB V PEMANTAUAN PENGELOLAAN INFORMASI MASYARAKAT ............................ 32
5.1 Pemantauan Selama Proses Kegiatan ............................................................................... 32
5.2 Pelaporan ........................................................................................................................... 32
5.3 Pengelolaan Informasi Masyasrakat ................................................................................. 33
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Sebaran Permukiman Kumuh di Kota .................................................................... 6
Tabel 2.2 Kondisi Kekumuhan Kota Bukittinggi berdasar 7 Indikator Kumuh ....................... 7
Tabel 2.3 Rencana dan penganggaran Penanganan Prioritas tahun 2019 dan 2020 .......... 13
Tabel 3.1 Kondisi Legalitas Tanah Kawasan Aur Tajungkang Tengah Sawah dan Pakan Kurai15
Tabel 3.2 Kondisi Status Kepemilikan Warga Terdampak Proyek (WTP)............................. 27
Tabel 4.1 Rencana Kerja ( Time Line) ................................................................................... 29
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Peta Administrasi Kota Bukittinggi .................................................................... 4
Gambar 2.2 Peta Sebaran Kawasan Permukiman Kumuh Kota Bukittinggi .......................... 8
Gambar 2.3 Peta Sebaran Kekumuhan Kota Bukittinggi ..................................................... 10
Gambar 2.4 Peta Kolaborasi Penanganan Kumuh Kawasan Prioritas Kota Bukittingi ........ 12
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 2.1 Berita Acara Kesepakatan Kolaborasi ....................................................................
Lampiran 2.2 Matrik Rencana Aksi ..............................................................................................
Lampiran 3.1 Daftar Uji Identifikasi Dampak Sosial dan Lingkungan ..........................................
Lampiran 3.2 Identifikasi Warga dan Asset Terdampak ..............................................................
Lampiran 3.3 Identifikasi WTP yang Disahkan Pokja ...................................................................
Lampiran 3.4 Laporan Penyaringan Lingkungan .........................................................................
Lampiran 4.1 Sosialisasi ...............................................................................................................
Lampiran 4.2 Surat Izin Pakai Asset ............................................................................................
Lampiran 4.3 Rembuk Dan Konsultasi WTP .................................................................................
Lampiran 4.4 Pembongkaran Bangunan dan Pembersihan Lahan (Land Clearing) .....................
Lampiran 4.5 Berita Acara Komitmen Masyarakat ......................................................................
SINGKATAN DAN AKRONIM
APBD : Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah
APBK : Anggaran Pendapatan dan Belanja Kota
APBN : Anggaran Pendapatan dan Belanja Nasional
Bappeda : Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Bappenas : Badan Perencanaan Pembangunan Nasional
BGS : Bangun Guna Serah
BKM : Badan Keswadayaan Masyarakat
BMN : Barang Milik Negara
BPN : Badan Pertanahan Nasional
BSG : Bangun Serah Guna
BWSS : Balai Wilayah Sungai Sumatera
BDI : Bantuan Dana Investasi
DAK : Dana Alokasi Khusus
DED : Detail Engineering Design
DJCK : Direktorat Jenderal Cipta Karya
Dit. PKP : Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman
ESMF : Environmental and Social Management Framework
HGB : Hak Guna Bangunan
IDB : Islamic Development Bank/Bank Pembangunan Islam
IMB : Izin Memiliki Bangunan
Gampong : Kelurahan
IPAL : Instalasi Pengolahan Air Limbah
KJPP : Konsultan Jasa Penilaian Publik
KK : Kepala Keluarga
KMW : Konsultan Manajemen Wilayah
KOTAKU : Kota Tanpa Kumuh
KRT : Kepala Rumah Tangga
KSP : Kerja Sama Pemanfaatan
KSPI : Kerja Sama Penyediaan Infrastruktur
LARAP : Land Acquisition and Resettlement Action Plan/Rencana Tindakan Pengadaan
Tanah dan Permukiman
MBR : Masyarakat Berpenghasilan Rendah
NOL : No Objection Letter – Surat Persetujuan Bank Dunia
NSUP : National Slum Upgrading Project
PDAM : Perusahaan Daerah Air Minum
PIM : Pengelolaan Informasi dan Masalah
PKP : Pengembangan Kawasan Pemukiman
PS : Performance Standard
PUPR : Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat
RAB : Rencana Anggaran Biaya
RPJMD : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah
RPJMN : Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional
RPKPKP : Rencana Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh Perkotaan
RP2KPKP : Rencana Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Permukiman Kumuh
Perkotaan
RTPTPK (LARAP) : Rencana Tindak Penyediaan Tanah dan Permukiman Kembali
RTRW : Rencana Tata Ruang Wilayah
RDTR : Rencana Detail Tata Ruang
SANIMAS : Sanitasi Berbasis Masyarakat. Program peningkatan kualitas lingkungan di
bidang sanitasi, khususnya pengelolaan air limbah yang diperuntukkan bagi
kawasan padat kumuh miskin (PAKUMIS) perkotaan dengan menerapkan
pendekatan pemberdayaan masyarakat.
SHM : Surat Hak Milik
Site Plan : Rencana Tapak. Gambar dua dimensi yan menunjukan detail dari rencana
yang akan dilakukan terhadap sebuah kaveling tanah, baik menyangkut
rencana kegiatan infrastruktur, fasilitas umum, dan fasilitas sosial
SK : Surat Keputusan
UKM : Unit Kegiatan Masyarakat
WCP : Waste Collecting Point –
WTP : Warga Terdampak Proyek
DOKUMEN RENCANA PENYIAPAN LAHAN KOTA BUKITTINGGI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
1. Berdasarkan RPJMN Tahun 2015-2019, arah kebijakan pembangunan wilayah perkotaan difokuskan untuk membangun kota berkelanjutan dan berdaya saing menuju masyarakat kota yang sejahtera. Sasaran pembangunan kawasan permukiman secara nasional adalah pencapaian target akses universal untuk memenuhi kebutuhan 100% akses sanitasi layak, 0% hektar kawasan permukiman kumuh, dan 100% akses universal air minum. Kementerian PUPR melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya menyelenggarakan berbagai program untuk mendukung pencapaian target nasional tersebut.
2. Program KOTAKU (Kota Tanpa Kumuh) merupakan salah satu program yang diarahkan untuk menangani permasalahan permukiman kumuh, melalui peningkatan akses terhadap infrastruktur dan pelayanan dasar di permukiman perkotaan. Program ini memiliki target penanganan seluas 23.656 hektar dari 38.431 hektar yang menjadi target nasional. Peningkatan kualitas infrastruktur permukiman dilakukan melalui pendekatan skala lingkungan dan skala kawasan dengan sumber pembiayaan dari LOAN IDB. Pelaksanaan kegiatan skala kawasan akan dilakukan pada 94 kota prioritas, salah satunya adalah Kota Bukittinggi
3. Berdasarkan Peraturan Menteri (Permen) PUPR Nomor 2/PRT/M/2016 tentang Peningkatan Kualitas terhadap Permukiman Kumuh dan Perumahan Kumuh yang kemudian diperbaharui dengan Permen PUPR Nomor 14/PRT/M/2018 tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh, Direktorat Jenderal Cipta Karya (DJCK) menginisiasi kolaborasi melalui program KOTAKU dengan pemerintah daerah sebagai pelaku utama penanganan permukiman kumuh untuk mewujudkan permukiman layak huni;
4. Berdasarkan Peraturan Menteri (Permen) PUPR Nomor 2/PRT/M/2016 tentang Peningkatan Kualitas terhadap Permukiman Kumuh dan Perumahan Kumuh yang kemudian diperbaharui dengan Permen PUPR Nomor 14/PRT/M/2018 tentang Pencegahan dan Peningkatan Kualitas Terhadap Perumahan Kumuh dan Permukiman Kumuh, Direktorat Jenderal Cipta Karya (DJCK) menginisiasi kolaborasi melalui program KOTAKU dengan pemerintah daerah sebagai pelaku utama penanganan permukiman kumuh untuk mewujudkan permukiman layak huni.
5. Berdasar Surat Keputusan (SK) Walikota Bukittinggui Nomor 188.45.300-2014, Kota Bukittinggi mempunyai permukiman kumuh dengan luas 30.60 Ha. Permukiman kumuh tersebut berada di dua kelurahan yaitu Aur Tajungkang Tengah Sawah dengan luas 8.48 Ha dan Pakan Kurai dengan luas 22.12 Ha.
DOKUMEN RENCANA PENYIAPAN LAHAN KOTA BUKITTINGGI
2
6. Berdasarkan hasil observasi dan disusun dalam dokumen RP2KPKP, luas daerah deliniasi permukiman kumuh Kota Bukittinggi adalah 36.13 Ha berada di dua kelurahan yaitu kelurahan Aur Tajungkang Tengah Sawah luas 10.03 Ha dan Kelurahan Pakan Kurai luas 26,10 Ha. Pemerintah Kota Bukittinggi mempunyai target pengurangan kumuh sebagai KPI (Key Performance Indicators) yaitu pada tahun 2017 dengan 7.23 Ha , tahun 2018 dengan 10.84 Ha, dan tahun 2019 dengan luas 18.07 Ha;
7. Untuk mendukung upaya pengurangan kumuh, pelaksanaan program KOTAKU di Kota Bukittinggi akan melakukan penataan permukiman kumuh. Untuk melaksanaan penataan tersebut Pemerintah Kota perlu melakukan penyediaan tanah sesuai Pasal 105 ayat (1) UU nomor 1 tahun 2011. Dokumen Rencana Penyiapan Lahan (RPL) disusun untuk mendokumentasikan proses penyediaan tanah untuk pelaksanaan rencana program KOTAKU skala Kawasan Kota Bukittinggi yang didanai dengan APBN dengan sumber dana dari loan IDB;
1.2. Tujuan
8. Tujuan penyusunan RPL adalah mendokumentasikan proses dan legalisasi penyediaan tanah untuk pelaksanaan kegiatan yang dilakukan oleh Pokja PKP Kota Bukittinggi sesuai dengan peraturan perundangan dan petunjuk pelaksanaan program Kotaku.
1.3. Ruang Lingkup
9. Ruang lingkup penyusunan RPL meliputi :
1) Sosialisasi rencana kegiatan;
2) Identifikasi warga, asset dan utilitas terdampak;
3) Rebug kesepakatan dengan WTP;
4) Penyusunan kebijakan kompensasi dan relokasi WTP;
5) Mendokumentasikan proses dan legalisasi penyediaan tanah.
DOKUMEN RENCANA PENYIAPAN LAHAN KOTA BUKITTINGGI
3
BAB II
GAMBARAN KEGIATAN
2.1. Gambaran Umum Kota Bukittinggi
10. Secara geografis, Kota Bukittinggi membentang antara 100°20' - 100°25' BT dan antara 00°16' - 00° 20' LS. Kota Bukittinggi strategis dalam lintasan regional, seperti lintasan dari Padang ke Medan, dan lintasan dari Padang ke Pekanbaru. Kota Bukittinggi telah menjadi kota titik perlintasan dari Jalur Lintas Tengah Sumatera serta jalur penghubung antara Jalur Lintas Tengah dengan Jalur Lintas Timur Sumatera. Kota Bukittinggi berbatasan dengan Kota/kabupaten sebagai berikut:
1) Sebelah Utara : Berbatas dengan Tilatang Kamang Kab. Agam
2) Sebelah Selatan : Berbatas dengan Banuhampu Kab. Agam
3) Sebelah Barat : Berbatas dengan IV Koto Kab. Agam
4) Sebelah Timur : Berbatas dengan IV Angkek Canduang Kab. Agam;
Peta administrasi Kota Bukittinggi adalah sebagaimana dalam Gambar 2.1. berikut:
DOKUMEN RENCANA PENYIAPAN LAHAN KOTA BUKITTINGGI
5
11. Luas Kota Bukittinggi adalah± 25,239 Km2 (2.523,90 ha) atau sekitar 0,06 % dari luas Propinsi Sumatera Barat. Wilayah administrasi Kota Bukittinggi terbagi menjadi tiga kecamatan dan meliputi 24 kelurahan, yaitu:(1) Kecamatan Guguk Panjang dengan luas areal 6,831 km2 (683,10 ha) atau 27,06 % dari total luas Kota Bukittinggi yang meliputi 7 kelurahan; (2) Kecamatan Mandiangin Koto Selayan dengan luas areal 12,156 km2 (1.215,60 ha) atau 48 % dari total luas Kota Bukittinggi yang meliputi 9 kelurahan; dan (3) Kecamatan Aur Birugo Tigo Baleh dengan luas areal 6,252 km2 (625,20 ha) atau 24,77% dari total luas Kota Bukittinggi yang meliputi 8 kelurahan.
12. Sesuai dengan RPJMD Kota Bukittinggi 2014-2019, Visi Kota Bukittinggi sebagai berikut :“Terwujudnya Bukittinggi Kota Tujuan Pariwisata, Pendidikan, Kesehatan, Perdagangan Dan Jasa, Berlandaskan Nilai Agama Dan Budaya”. Sedangkan Misi Kota Bukittinggi adalah:
(1) Mengembangkan dan memberdayakan partisipasi berbagai potensi pemangku kepentingan (Pemerintah, Dunia Usaha, dan Mayarakat).
(2) Meningkatkan kinerja pemerintah daerah secara professional, transparan, akuntabel dan mempunyai jiwa kewirausahaan.
(3) Meningkatkan pembangunan, penataan, dan pengelolaan sarana dan prasarana kota secara terpadu berwawasan lingkungan.
(4) Mengambangkan system ekonomi perkotaan secara lebih berdaya guna.
(5) Meningkatkan kualitas pelayanan pariwisata, pendidikan, kesehatan, perdagangan dan jasa serta kesejahteraan sosial masyarakat.
13. Sesuai dengan RPJMD tahun 2014 -2019, Prioritas utama Pembangunan Daerah Kota Bukittinggi tahun 2016 – 2021 adalah sebagai berikut:
(1) Pembangunan mental, penerapan ajaran agama, adat dan budaya
(2) Peningkatan Tata Kelola Pemerintahan Yang Lebih Baik
(3) Peningkatan mutu dan pemerataan pendidikan
(4) Peningkatan derajat kesehatan masyarakat
(5) Pengembangan Pariwisata
(6) Pengembangan ekonomi kerakyatan (Koperasi, Usaha Mikro, Kecil dan Menengah)
(7) Penanggulangan Kemiskinan
(8) Peningkatan kuantitas dan kualitas Infrastruktur
(9) Pelestarian lingkungan hidup
DOKUMEN RENCANA PENYIAPAN LAHAN KOTA BUKITTINGGI
6
14. Sesuai dengan perencanaan daerah di atas, peningkatan kualitas permukiman kumuh melalui Program KOTAKU selaras dengan program prioritas daerah, yaitu:
(1) Penataan dan peningkatan pembangunan Kawasan perumahan permukiman
perkotaan.
(2) Peningkatan Jaringan Drainase Lingkungan
(3) Bantuan Stimulan Perumahan Swadaya
2.2. Permasalahan Kekumuhan Kota Bukittinggi
15. Berdasarkan hasil elevaluasi Kelurahan Kumuh Kota Bukittinggi Tahun 2014 dengan mengacu pada KeputusanWalikota Bukittinggi No.188.45-300-2014 Tahun 2014 tentang Penetapan Lokasi Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh di Kota Bukittinggi, sebaran permukiman kumuhberada pada dua kelurahan dengan luasan 30.60 hektar.Sebaran lokasi kumuh adalah sebagaimana pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1. Sebaran Permukiman Kumuh di Kota
No Nama Kelurahan Kumuh Kecamatan Luas Wilayah Administrasi
(Ha)
Luas Wilayah
Kumuh (Ha)
Proporsi Wilayah
Kumuh (%)
1 Aur Tajungkang Tengah Sawah
Guguk Panjang
69.59 8.48 12.18
2 Pakan Kurai Guguk Panjang
47.65 22.12 46.42
Total 117.24 30.6 26.1
16. Berdasarkan pemutakhiran databaseline Tahun 2017 di wilayah permukiman yang dilakukan oleh masyarakat melalui Program KOTAKU, kondisi kekumuhan kota Bukittinggitermasuk dalam kategori “Kumuh Ringan” (33.04%). Permasalahan kekumuhan Kota Bukittinggi adalah sebagaimana padaTabel 2.2. dengan sebaran sebagaimana dalam Gambar 2.2. berikut:
DOKUMEN RENCANA PENYIAPAN LAHAN KOTA BUKITTINGGI
7
Tabel 2.2. Kondisi Kekumuhan Kota Bukittinggi berdasar 7 Indikator Kumuh
Sumber : Pemutakhiran Data Baseline 100-0-100, 2017
Aspek Kriteria Persentasi
1. Keteraturan Bangunan
a. Ketidakteraturan Bangunan 46.56%
b. Kepadatan Bangunan 0%
c. Ketidaksesuaian dengan Persy Teknis Bangunan 6.91%
2. Jalan Lingkung a. Cakupan Pelayanan Jalan Lingkungan 5.43%
b. Kualitas Permukaan Jalan lingkungan 24.26%
3. Penyediaan Air Minum a. Ketersediaan Akses Aman Air Minum 14.23%
b. Tidak terpenuhinya Kebutuhan Air Minum 14.83%
4. Drainase lingkungan
a. Ketidakmampuan Mengalirkan Limpasan Air 1.18%
b. Ketidaktersediaan Drainase 29.46%
c. Ketidakterhubungan dgn Sistem Drainase Kota 4.26%
d. Tidak terpeliharanya Drainase 41.49%
e. Kualitas Konstruksi Drainase 20.47%
5. Pengelolaan Air Limbah
a. Sistem Pengelolaan Air Limbah Tidak Sesuai Standar Teknis 3.49%
b. Prasarana dan Sarana Pengelolaan Air Limbah Tidak Sesuai dengan Persyaratan Teknis 14.08%
6. Pengelolaan Persampahan
a. Prasarana dan Sarana Persampahan Tidak Sesuai dengan persyaratan Teknis 63.07%
b. Sistem Pengelolaan Persampahan yang tidak sesuai Standar Teknis 19.59%.
c. Tidak terpeliharanya Sarana dan Prasarana Pengelolaan Persampahan 70.21%
7. Proteksi Kebakaran
a. Ketidaktersediaan Prasarana Proteksi Kebakaran 57.95%
b. Ketidaktersediaan Sarana Proteksi Kebakaran 94.42%
DOKUMEN RENCANA PENYIAPAN LAHAN KOTA BUKITTINGGI
8
Gambar 2.2. Peta Sebaran Kawasan Permukiman Kumuh Kota Bukittinggi
DOKUMEN RENCANA PENYIAPAN LAHAN KOTA BUKITTINGGI
9
2.3. Profil Kawasan Prioritas Penanganan Kumuh (Aur Tajungkang Tengah Sawah dan Pakan Kurai)
17. Berdasarkan Keputusan Walikota Bukittinggi No.188.45-300-2014 Tahun 2014 tentang Penetapan Lokasi Lingkungan Perumahan dan Permukiman Kumuh di Kota Bukittinggi, kawasan prioritas penanganan kumuh Kota Bukittinggi berada pada dua kelurahan dengan luas total 30.60 Hayang berada pada dua kelurahan yaitu Aur Tajungkang Tangah Sawah (ATTS) dengan luas 8.48 Ha dan Pakan Kurai dengan luas 22.12 Ha. Berdasarkan hasil observasi lapangan yang kemudian dimuat dalam dokumen RP2KPKP, daerah deliniasi permukiman kumuh Kota Bukittinggi seluas 36.13 Ha berada pada kelurahan Aur Tajungkang Tangah Sawah dengan luas 10.03 Ha dan Pakan Kurai luas 26,10 Ha .
18. Kawasan ATTS dan Pakan Kurai terletak pada Kecamatan Guguk Panjang. Secara georafis dua kelurahan bersebelahan dengan tipologi yang sama yaitu daerah permukiman dan perdagangan yang berada pada dataran tinggi di pusat kota.Peta Kawasan Prioritas Penanganan Kumuh Kota Bukittinggi adalah sebagaimana dalam Gambar 2.3.
DOKUMEN RENCANA PENYIAPAN LAHAN KOTA BUKITTINGGI
10
Gambar 2.3. Peta Sebaran Kekumuhan Kota Bukittinggi
1
3
4
5
2
6
Kelurahan Aur Tajungkang Tengah Sawah : 1.Ketidak teraturan bangunan 39.59% 2. Cakupan Pelayanan Jalan Lingkungan 1.77% 3. Kualitas Konstruksi draianase 59.58% 4. Sapras persampahan tidak sesuai teknis 53.59% 5. Sapras pengelolaan air limbah 38.24% 6. Ketersediaan Akses Minum 18.24%
Kelurahan Pakan Kurai : 1.Ketidak teraturan bangunan 35.99% 2. Cakupan Pelayanan Jalan Lingkungan 0.00% 3. Kualitas Konstruksi draianase 16.90% 4. Sapras persampahan tidak sesuai teknis 75.81% 5. Sapras pengelolaan air limbah 24.19% 6. Ketersediaan Akses Minum 6.99%
1
2
4
3
5 6 5 6
DOKUMEN RENCANA PENYIAPAN LAHAN KOTA BUKITTINGGI
11
2.4. Konsep Penanganan Kawasan Prioritas
19. Konsep penanganan kawasan kumuh prioritas yang akan dilaksanakan dengan tema “Penataan Kawasan Permukiman Yang Layak Huni, Ramah Lingkungan dan Bernuansa Edukasi Sejarah”. Penerapan konsep tersebut akan dilakukan dengan strategi:
(1) Konsep penanganan permukiman yang layak huni dilakukan dengan:
a. Peningkatan kondisi visual kawasan permukiman; b. Peningkatan kondisi sanitasi permukiman; c. Penyediaan sarana air bersih; d. Pemilahan dan pengolahan sampah skala kawasan; e. Sarana dan prasarana serta system proteksi kebakaran skala lingkungan
maupun kawasan; f. Penyediaan ruang-ruang interaksi masyarakat
(2) Konsep wisata bernuansa edukasi sejarah diantaranya :
a. Menciptakan ruang-ruang informasi terkait sejarah Kota Bukittinggi baik skala kota maupun skala kawasan;
b. Menciptakan jalur koneksi wisata antara kawasan permukiman dan kawasan wisata disekitarnya;
(3) Rencana penataan yang akan dilakukan di kelurahan Aur Tajungkang Tengah Sawah adalah sebagai berikut :
a. Penataan saluran primer menjadi ruang interaksi public; b. Pembangunan Pergola dan Green Wall pada kawasan permukiman
padat; c. Peningkatan jalur pedestrian di sepanjang jalan Syech Jamil Jambek; d. Revitalisasi Rumah Indis dan jalan lingkungan; e. Peningkatan Fungsi Pedestrian yang menghubungkan janjang gantuang
dan janjang Syech Bantam sebagai jalur wisata; f. Peningkatan fungsi pangkalan angkot pada malam hari; g. Pembangunan septictank komunal; h. Pembangunan ground reservoir; i. Peningkatan jaringan drainase lingkungan; j. Revitalisasi jaringan air bersih; k. Pembangunan pedestrian green corridor di atas saluran primer kota; l. Pembangunan tempat pengolahan sampah terpadu (TPST);
20. Penanganan kawasan kumuh dilakukan melalui pendekatan berbasis kawasan yang
komprehensif dan terpadu melalui integrasi kegiatan skala kawasan (kontraktual)
DOKUMEN RENCANA PENYIAPAN LAHAN KOTA BUKITTINGGI
12
dengan skala lingkungan (swakelola), perencanaan dan penanggaran kota dan kelurahan. Peta kolaborasi penanganan kawasan prioritas adalah sebagaimana Gambar 2.4.Rencana dan Penganggaran kolaborasi penanganan kawasan prioritas adalah sebagaimana dalam Tabel 2.3 dengan berita acara pada Lampiran 2.1
Gambar 2.4. Peta Kolaborasi Penanganan Kumuh Kawasan Prioritas Kota Bukittingi
DOKUMEN RENCANA PENYIAPAN LAHAN KOTA BUKITTINGGI
13
Tabel 2.3. Rencana dan penganggaran Penanganan Prioritas tahun 2019 dan 2021
Rencana dan penganggaran penanganan permukiman kumuh kawasan Aur Tajungkang Tengah
Sawah dan Pakan Kurai dapat dilihat pada matrik rencana aksi Lampiran 2.2
21. Khusus untuk penataan melalui program KOTAKU skala kawasan dengan dana dari APBN sumber loan IDB akan dilaksanakan dengan sub proyek:
a. Penataan saluran primer menjadi Ruang Publik (ruang interaksi);
b. Peningkatan Jaringan Drainase Lingkungan
c. Pembangunan sistem sirkulasi (green koridor) di atas saluran primer kota (di sepanjang jalan Syech Arrausuli sebagai ruang interaksi;
No Nama Kegiatan Volume Satuan Biaya ( Skala
Kawasan Kota) Biaya Kolaborasi Sumber Biaya
1 Penataan Saluran Primer Menjadi Ruang Publik (Ruang Interaksi)
276.995 Meter
10.935.388.110 409.657.000
Kotaku dan Dinas Lingkungan Hidup
2 Pembangunan Sistem Sirkulasi (Green Koridor) di atas Saluran Primer Kota sepanjang Jalan Syekh Arrausuli Sebagai Ruang Interaksi
384.616 Meter Kotaku dan Dinas
Lingkungan Hidup
3 Peningkatan Jaringan Drainase Lingkungan 1.717.204 Meter KOTAKU
4 Peningkatan Fungsi Sirkulasi pada Kawasan Permukiman dengan Konsep Green Wal
1 Paket
600.000.000 Dinas Perumahan dan Permukiman
5 Peningkatan fungsi jalur sirkulasi sebagai ruang interaksi/green Koridor disepanjang Jalan Syech Jamil Jambek
520 Meter
1.600.000.000 Dinas Pekerjaan
Umum
6 Pembangunan jalur sirkulasi penghubung janjang Gantuang dan Janjang Syekh Bantam sebagai Jalur wisata
127 Meter
500.000.000
Dinas Pekerjaan Umum
7 Pembangunan Kanopi Pada Kawasan Pangkalan Angkot untuk menunjang Pasar Kuliner Malam
134.270 Meter
595.061.000 CSR
8 Pengadaan sarana penunjang Pasar Kuliner ( Gerobak Dagang dan Kelengkapannya )
1 Paket
1.000.000.000 CSR
9 Pembangunan Septictank Komunal dan Instalasi 7 Unit
200.000.000 BPM
10 Pembangunan Ground Reservoir Proteksi Kebakaran 5 Unit
1.000.000.000 DAMKAR
11 Revitalisasi Jaringan Air Bersih 7.642 Meter
7.872.073.249 APBN
12 Pembangunan Tempat Pengelolaan Sampah 3R 1 Unit
700.000.000 Dinas Perumahan dan Permukiman
TOTAL 10.935.388.110 14.476.791.249
DOKUMEN RENCANA PENYIAPAN LAHAN KOTA BUKITTINGGI
14
22. Output dan dampak yang diharapkan dengan rencana penataan tersebut adalah:
(1) Luasan kekumuhan akan berkurang menjadi 0%; (2) Masalah sampah dapat diatasi dan diolah secara mandiri sehingga mengasilkan
nilai ekonomi; (3) RTP yang berfungsi sebagai ruang bagi masyaratkat untuk bersilahturrahmi dan
berkreasi, menjadi “paru-paru” kota yang dapat menyerap karbondioksida (C02), menambah oksigen, menurunkan suhu, menambah keteduhan dan kesejukan,menjadi area resapan air, dan meredam kebisingan.
DOKUMEN RENCANA PENYIAPAN LAHAN KOTA BUKITTINGGI
15
BAB III
KEBIJAKAN PENYEDIAAN TANAH dan PENANGANAN WARGA TERDAMPAK PROYEK (WTP)
3.1 Komponen Kegiatan yang Membutuhkan Penyediaan Tanah
23. Kondisi Legalitas Tanah. Kelurahan Aur Tajungkang Tengah Sawah terdiri dari 19 RT dengan 5 RW. Terdapat 1.085 unit bangunan, 553unit bangunan memiliki IMB, sedangkan yang tidak memiliki IMB sebanyak 532 unit. Kelurahan Pakan Kurai terdiri dari 17 RT dengan6 RW, terdapat 857 unit bangunan, 627unit bangunan memiliki IMB, sedangkan yang tidak memiliki IMB sebanyak 230 unit. Rincian untuk masing-masing RT adalah sebagaiamana dalam Tabel 3.1. sebagai berikut:
Tabel 3.1.
Kondisi Legalitas Tanah Kawasan Aur Tajungkang Tengah Sawah dan Pakan Kurai
No Kelurahan Nama RT/RW Jumlah Total
Bangunan (Unit)
Legalitas Pendirian Bangunan
Bangunan hunian memiliki
IMB
(Unit)
Lahan bangunan
hunian memiliki SHM/ HGB/ Surat yang
diakui pemerintah
(unit)
1 Aur Tajungkang Tengah Sawah RT001RW001 98 25 26
2 Aur Tajungkang Tengah Sawah RT001RW002 70 36 22
3 Aur Tajungkang Tengah Sawah RT001RW003 69 33 40
4 Aur Tajungkang Tengah Sawah RT001RW004 34 10 24
5 Aur Tajungkang Tengah Sawah RT001RW005 63 38 41
6 Aur Tajungkang Tengah Sawah RT002RW001 39 14 21
7 Aur Tajungkang Tengah Sawah RT002RW002 36 21 13
8 Aur Tajungkang Tengah Sawah RT002RW003 92 36 51
9 Aur Tajungkang Tengah Sawah RT002RW004 29 20 13
10 Aur Tajungkang Tengah Sawah RT002RW005 18 17 14
11 Aur Tajungkang Tengah Sawah RT003RW001 64 30 30
12 Aur Tajungkang Tengah Sawah RT003RW002 45 35 35
13 Aur Tajungkang Tengah Sawah RT003RW003 68 22 20
DOKUMEN RENCANA PENYIAPAN LAHAN KOTA BUKITTINGGI
16
14 Aur Tajungkang Tengah Sawah RT003RW004 65 14 10
15 Aur Tajungkang Tengah Sawah RT003RW005 53 28 30
16 Aur Tajungkang Tengah Sawah RT004RW001 46 28 27
17 Aur Tajungkang Tengah Sawah RT004RW002 59 30 55
18 Aur Tajungkang Tengah Sawah RT004RW003 74 53 58
19 Aur Tajungkang Tengah Sawah RT004RW005 63 63 43
20 Pakan Kurai RT001RW001 12 12 12
21 Pakan Kurai RT001RW002 56 36 35
22 Pakan Kurai RT001RW003 67 32 53
23 Pakan Kurai RT001RW004 45 16 15
24 Pakan Kurai RT001RW005 50 50 50
25 Pakan Kurai RT001RW006 70 65 69
26 Pakan Kurai RT002RW001 38 30 31
27 Pakan Kurai RT002RW002 28 28 24
28 Pakan Kurai RT002RW003 44 39 31
29 Pakan Kurai RT002RW004 42 40 27
30 Pakan Kurai RT002RW005 49 14 29
31 Pakan Kurai RT002RW006 62 33 31
32 Pakan Kurai RT003RW001 32 29 19
33 Pakan Kurai RT003RW002 41 41 36
34 Pakan Kurai RT003RW006 55 55 55
35 Pakan Kurai RT004RW006 107 76 51
36 Pakan Kurai RT005RW006 59 31 59
Sumber: Baseline 100-0-100 (7 Aspek Kekumuhan) Kota Bukittinggi, 2017
3.2 Identifikasi WTP dan Aset Terdampak
d. Identifikasi WTP dilakukan untuk mendata Warga dan aset terdampak. Pendataan meliputi data kepemilikan tanah dan/atau bangunan serta utulitas lain yang terdampak rencana kegiatan.Identifikasi warga dan aset terdampak dilakukan melalui survey langsung ke kelurahan Aur Tajungkang Tengah Sawah lokasi proyek oleh Pokja PKP dengan didukung pihak kecamatan dan kelurahan, tokoh masyarakat/tokoh agama, dan difasilitasi Tim Korkot Kotaku. Identifikasi untuk kegiatan Penataan saluran primer menjadi Ruang Publik (ruang interaksi) dan kegiatan Pembangunan sistem sirkulasi (green koridor) di atas saluran primer kota (di sepanjang jalan Syech Arrausuli sebagai ruang
DOKUMEN RENCANA PENYIAPAN LAHAN KOTA BUKITTINGGI
17
interaksi dilakukan pada tanggal 5 s.d. 15 Januari tahun 2019 sedangkan untuk kegiatan Peningkatan Jaringan Drainase Lingkungan dilakukan pada tanggal 25 Juli s.d. 9 Agustus 2019 .
24. Hasil identifikasi
(1) Identifikasi Warga Terdampak Proyek (WTP) dan asset terdampak dapat dilihat pada Lampiran 3.2
(2) Foto Identifikasi Warga Terdampak Proyek (WTP) Jl.Syech Arasuli dapat dilihat pada Lampiran 3.2
(3) Foto Identifikasi Warga Terdampak Proyek (WTP) KampungKB dapat dilihat pada Lampiran 3.2
(4) Identifikasi WTP disahkan oleh POKJA PKP sebagai mana pada Lampiran 3.3
DOKUMEN RENCANA PENYIAPAN LAHAN KOTA BUKITTINGGI 18
3.3 Aturan Acuan dan Kebijakan Penyediaan Tanah (ESMF, Juklak, UU, PP, Permen)
26. Peraturan-peraturan sebagai acuan dalam penyediaan tanah untuk kegiatan ini adalah sebagaimana berikut:
a. UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara:
Pasal 1:
Dalam Undang-undang ini yang dimaksud dengan:
1. Perbendaharaan Negara adalah pengelolaan dan pertanggungjawaban keuangan negara, termasuk investasi dan kekayaan yang dipisahkan, yang ditetapkan dalam APBN dan APBD;
2. Barang Milik Negara adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBN atau berasal dari perolehan lainnya yang sah;
3. Barang Milik Daerah adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban APBD atau berasal dari perolehan lainnya yang sah.
Pasal 42:
(1) Menteri Keuangan mengatur pengelolaan barang milik negara.
(2) Menteri/pimpinan 18 lembaga adalah Pengguna Barang bagi kementerian negara/18 lembaga yang dipimpinnya.
Pasal 49:
(1) Tanah dan bangunan milik negara/daerah yang tidak dimanfaatkan untuk kepentingan penyelenggaraan tugas pokok dan fungsi instansi yang bersangkutan, wajib diserahkan pemanfaatannya kepada Menteri Keuangan/ gubernur/bupati/ walikota untuk kepentingan penyelenggaraan tugas pemerintahan negara/daerah.
b. UU No. 2 Tahun 2012 tentangPengadaan Tanah BagiPembangunan untuk Kepentingan Umum
Pasal 4:
(1) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah menjamin tersedianya tanah untuk Kepentingan Umum.
DOKUMEN RENCANA PENYIAPAN LAHAN KOTA BUKITTINGGI 19
(2) Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah menjamin tersedianya pendanaan untuk Kepentingan Umum
Pasal 7: Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum diselenggarakan sesuai dengan: a) RTRW; b) Rencana Pembangunan Nasional/Daerah; c) Rencana Strategis; dan d) Rencana Kerja setiap Instansi yang memerlukan tanah.
Pasal 10:
Tanah untuk Kepentingan Umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) digunakan untuk pembangunan:
a. pertahanan dan keamanan nasional;
b. jalan umum, jalan tol, terowongan, jalur kereta api, stasiun kereta api, dan fasilitas operasi keretaapi;
c. waduk, bendungan, bendung, irigasi, saluran air minum, saluran pembuangan air dan sanitasi, dan bangunan pengairan lainnya;
d. pelabuhan, bandar udara, dan terminal;
e. infrastruktur minyak, gas, dan panas bumi
f. pembangkit, transmisi, gardu, jaringan, dan distribusi tenaga listrik;
g. jaringan telekomunikasi dan informatika Pemerintah;
h. tempatpembuangan dan pengolahan sampah;
i. rumah sakit Pemerintah/Pemerintah Daerah;
j. fasilitas keselamatan umum
k. tempat pemakaman umum Pemerintah/Pemerintah Daerah;
l. fasilitassosial, fasilitas umum, dan ruang terbuka hijau publik
m. cagar alam dan cagar budaya;
n. kantor-kantor Pemerintah/Pemerintah Daerah/desa;
o. penataan permukiman kumuh perkotaan dan/ataukonsolidasi tanah, serta perumahan untuk masyarakat berpenghasilan rendah dengan status sewa;
p. prasarana pendidikanatauvsekolah Pemerintah/Pemerintah Daerah;
q. prasarana olahraga Pemerintah/Pemerintah Daerah; dan
r. pasarumum dan lapangan parkir umum.
DOKUMEN RENCANA PENYIAPAN LAHAN KOTA BUKITTINGGI 20
Pasal 13:
Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum diselenggarakan melaluitahapan:a) perencanaan; b) persiapan: c) pelaksanaan; dan d) penyerahan hasil.
C. UU Nomor 1 Tahun 2011 tentang Perumahan dan Permukiman
Pasal 105
(1) Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya bertanggung jawab atas ketersediaan tanah untuk pembangunan perumahan dan kawasan permukiman.
(2) Ketersediaan tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) termasuk penetapannya didalam rencana tata ruang wilayah merupakan tanggung jawab pemerintahan daerah.
Pasal 106
Penyediaan tanah untuk pembangunan rumah, perumahan, dan kawasan permukiman dapat dilakukan melalui:
a. pemberian hak atas tanah terhadap tanah yang langsung dikuasai negara;
b. konsolidasi tanah oleh pemilik tanah;
c. peralihan atau pelepasan hak atas tanah oleh pemilik tanah;
d. pemanfaatan dan pemindahtanganan tanah barang milik negara atau milik daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. pendayagunaan tanah negara bekas tanah terlantar; dan/atau
f. pengadaan tanah untuk pembangunan bagi kepentingan umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
d. Perpres No. 62 Tahun 2018 Tentang Penanganan Dampak Sosial Masyarakat Dalam Rangka Penyediaan Tanah untuk Pembangunan Nasional
Pasal 1
(1) Penanganan dampak sosial kemasyarakatan adalah penanganan masalah sosial berupa pemberian santunan; untuk pemindahan masyarakat yang menguasai tanah yang akan digunakan untuk pembangunan nasional.
DOKUMEN RENCANA PENYIAPAN LAHAN KOTA BUKITTINGGI 21
Pasal 2:
(1) Lingkup Penanganan Dampak Sosial Kemasyarakatan yang diatur dalam Peraturan Presiden ini, diselenggarakan untuk pelaksanaan pembangunan:
a. proyek strategis nasional; dan
b. non proyek strategis nasional.
(2) Proyek strategis nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a adalah proyek yang ditetapkan oleh Pemerintah sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Presiden mengenai percepatan pelaksanaan proyek strategis nasional.
(3) Non proyek strategis nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b diputuskan dalam rapat yang dikoordinasikan oleh kementerian koordinator yang membidangi penyelenggaraan koordinasi bidang perekonomian dengan melibatkan kementerian/lembaga terkait dan/atau Pemerintah Daerah.
Pasal 3
(1) Pemerintah melakukan Penanganan Dampak Sosial Kemasyarakatan kepada Masyarakat yang menguasai tanah yang digunakan untuk pembangunan nasional sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1).
(2) Tanah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan tanah negara atau tanah yang dimiliki oleh pemerintah, pemerintah daerah, badan usaha milik negara, atau badan usaha milik daerah.
Pasal 4
Masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1), memenuhi kriteria:
a. memiliki identitas atau keterangan kependudukan yang disahkan oleh kecamatan setempat; dan
b. tidak memiliki hak atas tanah yang dikuasainya.
Pasal 5
Penguasaan tanah oleh Masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1), memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. telah menguasai dan memanfaatkan tanah secara fisik paling singkat 10 (sepuluh) tahun secara terus menerus; dan
DOKUMEN RENCANA PENYIAPAN LAHAN KOTA BUKITTINGGI 22
b. menguasai dan memanfaatkan tanah dengan itikad baik secara terbuka, serta tidak diganggu gugat, diakui dan dibenarkan oleh pemilik hak atas tanah dan/atau lurah/kepala desa setempat.
e. Permen PUPR Nomor 04/PRT/M/2015 tentang Kriteria Dan Penetapan Wilayah Sungai:
Pasal 5
(1) Pelaksanaan pengelolaan sumber daya air untuk air permukaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) dilaksanakan oleh Menteri, gubernur, atau bupati/walikota.
(2) Wilayah sungai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi:
a. wilayah sungai lintas negara;
b. wilayah sungai lintas provinsi;
c. wilayah sungai strategis nasional;
d. wilayah sungai lintas kabupaten/kota; dan
e. wilayah sungai dalam satu kabupaten/kota.
(3) Pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas negara, wilayah sungai lintas provinsi, dan wilayah sungai strategis nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, huruf b, dan huruf c menjadi wewenang dan tanggung jawab Menteri.
(4) Pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai lintas kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf d menjadi wewenang dan tanggung jawab gubernur.
(5) Pengelolaan sumber daya air dalam satu wilayah sungai kabupaten/kota sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e menjadi wewenang dan tanggung jawab bupati/walikota.
(6) Pengelolaan sumber daya air sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat dilakukan oleh pengelola sumber daya air berdasarkan penugasan dari Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan wewenang dan tanggungjawabnya dalam pengelolaan sumber daya air.
DOKUMEN RENCANA PENYIAPAN LAHAN KOTA BUKITTINGGI 23
e. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor28/PRT/M/2015 tentang Penetapan Garis Sempadan Sungai Dan Garis Sempadan Danau
Pasal 1
Garis sempadan sungai adalah garis maya di kiri dan kanan palung sungai yang ditetapkan sebagai batas perlindungan sungai.
Pasal 3
(2) Penetapan garis sempadan sungai dan garis sempadan danau bertujuan agar: b) fungsi sungai dan danau tidak terganggu oleh aktifitas yang berkembang di sekitarnya; dst.
Pasal 7
Garis sempadan sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf c, ditentukan paling sedikit berjarak 3 (tiga) meter dari tepi luar kaki tanggul sepanjang alur sungai.
Pasal 22
i. Sempadan sungai hanya dapat dimanfaatkan secara terbatas untuk:
a) bangunan prasarana sumber daya air;
b) fasilitas jembatan dan dermaga;
c) jalur pipa gas dan air minum;
d) rentangan kabel listrik dan telekomunikasi;
e) kegiatan lain sepanjang tidak mengganggu fungsi sungai, antara lain kegiatan menanam tanaman sayur-mayur;
f) bangunan ketenagalistrikan.
ii. Dalam hal di dalam sempadan sungai terdapat tanggul untuk kepentingan pengendali banjir, perlindungan badan tanggul dilakukan dengan larangan:
a) menanam tanaman selain rumput;
b) mendirikan bangunan; dan
c) mengurangi dimensi tanggul.
DOKUMEN RENCANA PENYIAPAN LAHAN KOTA BUKITTINGGI 24
f. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Dan Perumahan Rakyat Republik Indonesia Nomor 01/PRT/M/2016 tentang Tata Cara Perizinan Pengusahaan Sumber Daya Air Dan Penggunaan Sumber Daya Air;
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Pengusahaan Sumber Daya Air adalah upaya pemanfaatan Sumber Daya Air untuk memenuhi kebutuhan usaha;
2. Penggunaan Sumber Daya Air adalah upaya pemanfaatan Sumber Daya Air untuk memenuhi kebutuhan bukan usaha;
3. Izin Penggunaan Sumber Daya Air adalah izin untuk memperoleh dan/atau mengambil Sumber Daya Air Permukaan untuk melakukan kegiatan bukan usaha.
4. Rekomendasi Teknis adalah persyaratan teknis yang harus dipenuhi dalam pemberian izin.
5. Pemberi izin adalah Menteri, gubernur atau bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya dalam pengelolaan sumber daya air pada wilayah sungai.
Pasal 7
Penggunaan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2), diberikan untuk jenis kegiatan berupa:
a. pemenuhan kebutuhan pokok kehidupan sehari-hari bagi kelompok yang memerlukan air dalam jumlah besar;
b. pemenuhan air irigasi untuk petani atau kelompok petani bagi pertanian rakyat di dalam sistem irigasi yang sudah ada yang dilakukan dengan cara mengubah kondisi alami sumber air;
c. pemenuhan air irigasi untuk petani atau perkumpulan petani pemakai air bagi pertanian rakyat di luar sistem irigasi yang sudah ada; dan
d. kegiatan bukan usaha untuk kepentingan publik.
Pasal 8
1. Kegiatan bukan usaha untuk kepentingan publik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf d, dapat berupa:
c. pemanfaatan bantaran dan/atau sempadan sungai untuk kegiatan konstruksi bagi perorangan atau kepentingan umum baik yang dibangun oleh perorangan, kelompok masyarakat maupun
DOKUMEN RENCANA PENYIAPAN LAHAN KOTA BUKITTINGGI 25
pemerintah antara lain jembatan, tanggul, dermaga, jaringan perpipaan, jaringan kabel listrik/telepon, dan prasarana sumber daya air;
Pasal 11
Izin penggunaan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, harus dimiliki oleh:
a. instansi pemerintah;
b. badan hukum;
c. badan sosial; atau
d. perseorangan yang menggunakan air, sumber air, dan daya air untuk kegiatan bukan usaha.
Pasal 12
Izin pengusahaan sumber daya air atau izin penggunaan sumber daya air diberikan oleh Menteri untuk kegiatan pengusahaan sumber daya air atau penggunaan sumber daya air yang menggunakan sumber daya air pada wilayah sungai lintas provinsi, wilayah sungai lintas negara, dan wilayah sungai strategis nasional.
Pasal 20
Pengajuan permohonan izin penggunaan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7, memuat data:
a. nama, pekerjaan, dan alamat pemohon;
b. maksud dan tujuan penggunaan Air;
c. rencana tempat atau lokasi penggunaan;
d. jumlah air dan/atau dimensi ruang pada sumber air yang diperlukan untuk digunakan;
e. jangka waktu yang diperlukan untuk penggunaan sumber daya air;
f. jenis prasarana dan teknologi yang akan digunakan;
g. gambar tipe prasarana yang telah disetujui oleh BBWS/BWS; dan
h. rekomendasi teknis dari Kepala BBWS/BWS.
DOKUMEN RENCANA PENYIAPAN LAHAN KOTA BUKITTINGGI 26
Pasal 24
(1) Pengajuan rekomendasi teknis untuk penggunaan sumber daya air sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20, memuat:
a. nama, pekerjaan, dan alamat pemohon;
b. maksud dan tujuan penggunaan air;
c. rencana tempat atau lokasi penggunaan;
d. cara pengambilan;
e. gambar detail desain jenis atau tipe prasarana yang akan dibangun, spesifikasi teknis, serta jadwal dan metode pelaksanaan;
f. kuota air dan/atau dimensi ruang pada sumber air;
g. gambar lokasi atau peta situasi disertai dengan titik koordinat;
h. fotokopi kartu tanda penduduk, kepala keluarga atau ketua kelompok;
i. fotokopi kartu keluarga atau akta/bukti pendirian kelompok atau surat keterangan keberadaan kelompok dari kepala desa atau lurah; dan
j. izin lingkungan dan persetujuan analisis mengenai dampak lingkungan atau izin lingkungan dan rekomendasi upaya pengelolaan lingkungan hidup-upaya pemantauan lingkungan hidup atau surat pernyataan kesanggupan pengelolaan dan pemantauan lingkungan hidup dari instansi yang berwenang.
27.Untuk penanganan aspek yang belum sepenuhnya diatur dalam peraturan perundangan di Indonesia akan memperhatikan Kerangka Kerja Pengelolaan Lingkungan dan Dampak Sosial atau ESMF(Environmental and Social Safeguard Management Framework) yang mengacu kepada Performance Standards on Environmental and Social Sustainability dari Bank Dunia, khususnya Performance Standard 1 (PS-1): Assessment and Management of Environmental and Social Risks and Impacts, dan Performance Standard 5 (PS-5): Land Acquisition and Involuntary Resettlement). PS-1 dan PS-5 diimplementasikan dalam Pemukiman Kembali (OP 4.12). Berdasarkan OP 4.12 melalui studi kebijakan strategis untuk memfasilitasi pengembangan kerangka kebijakan untuk mendukung perbaikan dan upaya pencegahanpermukiman kumuh, termasuk reformasi kebijakan administrasi tanah,
DOKUMEN RENCANA PENYIAPAN LAHAN KOTA BUKITTINGGI 27
pendekatan untuk mengatasi permukiman informal, dan keamanan penguasaan lahan.
28. Status WTP yang berada di area yang akan menjadi lokasi penataan sebagian besar menempati drainase eksisting yang berada di lokasi tersebut tidak punya hak atas tanah yang mereka tempati. Kondisi status kepemilikantanah WTP di sebagaimana Tabel 3.11 berikut:
Tabel 3.2
Kondisi Status Kepemilikan Warga Terdampak Proyek (WTP)
No URAIAN Drainase Existing
Luar Drainase Existing
TOTAL
1. Jumlah bidang tanah/bangunanterdampak (unit)
134 0 134
2. Luas total bidang tanah terkena dampak 1782 0 1782
3. Status kepemilikantanah:
- WTPdengan hak SHM 0 0 0
- WTP tanpa hak atas tanah 134 0 134
3.4 Sosialisasi dan rembug penyepakatan dengan WTP
29. Proses sosialisasi dan rembug kesepakatan dilaksanakan secara partisipatif dimana WTP dilibatkan dalam proses penataan kawasan. Proses kegiatan dimulai sejak inisiasi program dan pengusulan kegiatan berjenjang, yang melibatkan unsur aparatur pemerintah kota, pokja PKP, kecamatan,kelurahan, dan kelembagaan masyarakat yang ada di lokasi kegiatan (BKM). Konsultan pendamping seperti Koordinator Kota dan fasilitator ikut berperan dalam fasilitasi perencanaan dan pelaksanaan. Secara umum warga setuju dengan rencana penataan kawasan, namun meminta kejelasan mengenai hak dan kewajiban warga apabila terkena dampak proyek.Pemerintah Kota Bukittinggi telah melakukan sosialisasi kepada WTP bahwa tidak boleh membangun di atas drainase secara ilegal. Berdasarkan hasil sosialisasi, Pemerintah Kota menawarkan kesepakatan dengan WTP sebagai berikut:
(1) WTP membongkar bangunan sendiri terhadap bangunan yang melebihi dan masuk di atas drainase
(2) Pemkot tidak akan memberi ganti rugi atas pembongkaran bangunan yang dinilai ilegal.
DOKUMEN RENCANA PENYIAPAN LAHAN KOTA BUKITTINGGI 28
3.5 Skema Penanganan WTP
30. Pemerintah Kota Bukittinggi melalui Bapelitbang dan Dinas PKP menyiapkan skema penanganan WTP untuk penataan Kawasan Aur Tajungkang Tengah Sawah dan Pakan Kurai. Pemerintah Kota Bukittinggi telah berkoordinasi dengan beberapa pihak terkait untuk memastikan status kepemilikan/penguasaan tanah di Kawasan Aur Tajungkang Tengah Sawah dan Pakan Kurai, antara lain instansi lain/lurah/warga, dan lain-lain. Hasil koordinasi secara umum diperoleh informasi bahwa seluruh lahan yang dibutuhkan berstatus tanah Negara karena banguan berada di atas saluran drainase, tahapan yang telah dilaksanakan adalah ;
Diagram Sosialisasi
Sosialisasi
Sosialisasi dengan masyarakat
Sosialisasi dengan OPD terkait
Sosialisasi dengan tokoh masyarakat
Sosialisasi dengan pengurus mesjid Sosialisasi dengan warga terdampak
DOKUMEN RENCANA PENYIAPAN LAHAN KOTA BUKITTINGGI
29
BAB IV
RENCANA KERJA PENYEDIAAN TANAH
4.1 Rencana Kerja ( Timeline)
31. Rencana kerja Penyediaan Tanah mengikuti Rencana Kerja Penanganan kumuh Kawasan Aur Tajungkang Tengah Sawah sebagaimana dalam Tabel 4.1. Rencana Kerja terkait penyediaan tanah antara lain berupa kegiatan: (1) Sosialisasi; (2) Identifikasi aset dan warga terdampak; (3) Penyusunan kebijakan penanganan (WTP); (4) Rembug kesepakatan dengan WTP; dan (6) Pembongkaran bangunan (Land clearing);
Tabel 4.1
Rencana Kerja ( Time Line )
No Kegiatan Waktu Penanggung
Jawab Keterangan
1 Sosialisasi dan rembug kegiatan
17 Januari sd Juni 2019
POKJA PKP Selesai
2 Identifikasi Aset dan Warga Terdampak Proyek (WTP)
5 sd 15 Januari 2019
POKJA PKP Selesai
3 Penyusunan kebijakan penanganan WTP
17 Juli 2019 dan 23 September
2019 POKJA PKP Selesai
4 Rembug Kesepakatan dengan WTP
19 Juli 2019 dan 23 September
2019 POKJA PKP Selesai
5 Land clearing 20 Juli – 30
November 2019 POKJA PKP Selesai
4.2 Pelaksanaan Rencana Kerja
32.Sosialisasi Kegiatan.
Sosialisasi sudah menyampaikan tujuan, rencana pelaksanaan, output dan dampak dari kegiatan penataan. Secara umum hasil dari sosialiasi adalah sebagai berikut:
a. Masyarakat mendukung rencana kegiatan dan mengerti rencana tindak lanjut dari kegiatan;
DOKUMEN RENCANA PENYIAPAN LAHAN KOTA BUKITTINGGI
30
b. Tidak ada relokasi atau ganti rugi untuk bangunan yang terdampak yang dibangun oleh WTP di tanah yang ilegal (di atas drainase);
c. Warga akan membongkar sendiri bangunan yang berada di atas saluran (illegal);
d. Kelurahan akan memberi tahu waktu pembongkaran kepada WTP sebulan sebelum jadwal pembongkaran;
33. Sosialisasi kegiatan skala kawasan dilakukan beberapa tahap yaitu Tahap I, Tahap II, Tahap III, Tahap IV, Tahap V. Berita Acara, notulensi dan dokumentasi dari Sosialiasi di masing-masing kelurahan adalah sebagaimana dalam Lampiran 4.1
34. Identifikasi WTP dan Aset Terdampak, kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 5 s.d 15 Januari 2019 dan 25 Juli s.d. 9 Agustus 2019 . Dengan hasil bahwasanya WTP yang berada pada lokasi kegiatan Skala Kawasan berada di atas saluran drainase existing yang masih berfungsi dan status penguasaan/kepemilikannya adalah ilegal.Hasil verifikasi WTP dan Aset Terdampak sebagaimana pada Lampiran 3.2
35. Pengurusan Surat Izin Pakai Aset kegiatan Skala Kawasan yang berada di Kelurahan Aur Tajungkang Tengah Sawah berupa kegiatan Pembangunan Pedestrian Green Corridor Diatas Saluran Primer Kota dan Peningkatan Jaringan Drainase Lingkungan. Sehingga pengurusan surat ijin pakai asset dikeluarkan oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Bukittinggi sebagai mana pada Lampiran 4.2
36. Rembug dan Konsultasi WTP kegiatan ini merupakan bentuk pelaksanaan proses partisipatif dimana WTP dilibatkan didalam persiapan rencana penataan Kawasan, jenis bantuan pemerintah kota yang akan diterima pada saat pembongkaran bangunan, pengaturan kelembagaan pengelolaan informasi masyarakat untuk menyampaikan pengaduan terkait proyek, dan langkah-langkah yang diambil untuk mengurangi dampak penataan kawasan pada WTP. Kegiatan ini dilaksanakan bersamaaan dengan kegiatan sosialiasi pada tanggal 19 Juli 2019. Dengan hasil , Berita Acara dan dokumentasi pelaksanaan rembug pada Lampiran 4.3
4.3 Pembongkaran Bangunan dan Pembersihan Lahan (Land Clearing)
37. Kegiatan meliputi pembongkaran warung yang berada di atas saluran yang terkena dampak, untuk dinding warga yang beton dilakukan pembobokan untuk pemasangan angkur sedangkan untuk dinding kayu dilakukan penggeseran oleh pemilik. Pelaksanaan kegiatan melibatkan warga terdampak untuk membongkar
DOKUMEN RENCANA PENYIAPAN LAHAN KOTA BUKITTINGGI
31
bangunan sendiri atau dengan bantuan Pemerintah Kota terhadap bangunan yang melebihi dan masuk di atas drainase dan Pemerintah Kota tidak akan memberi ganti rugi atas pembongkaran bangunan yang dinilai illegal.Tahapan kegiatan dan jadwal pelaksanaan sebagaimana pada Lampiran 4.4
DOKUMEN RENCANA PENYIAPAN LAHAN KOTA BUKITTINGGI
32
BAB V
PEMANTAUAN PENGELOLAAN INFORMASI MASYARAKAT
5.1 PEMANTAUAN
38. Monitoring dilakukan Pokja PKP di bawah koordinasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Kota Bukittinggi, Balai PI2B/Satker PKP Provinsi Sumatera Barat, dan Tim pendamping KOTAKU, baik dari tim KMW maupun tim Kordinator Kota. Monitoring dilakukan secara berkala dan disampaikan dalam bentuk laporan pemantauan untuk dievaluasi yang disampaikan dalam bentuk laporan mingguan, laporan bulanan, dan laporan akhir. Pemerintah Kota melalui Pokja Kota Bukittinggi didukung Tim Kordinator Kota dan Tim Fasilitator akan melakukan monitoring sebagai berikut:
(1) Penyebaran informasi tentang potensi dampak Kegiatan Proyek untuk WTP;
(2) Konsultasi selama persiapan dan pelaksanaan;
(3) Konsultasi selama persiapan dan pelaksanaan pengadaan tanah dan skema untuk mendapatkan tanah (hibah, izin pakai, dan lain-lain),serta langkah- langkah pelaksanaan; dan
(4) Pelaporan hasil pemantauan kepada Walikota.
Balai PI2B/Satker PKP Provinsi Sumatera Barat didukung Tim KMW akan melakukan monitoring kegiatan di skala kota yang dilaksanakan Pemerintah Kota Bukittinggi, dan menyampaikan laporan berkala kepada Satker PKPBM Ditjen Cipta Karya dengan tembusan KMP.
5.2 PELAPORAN
39.Monitoring pelaksanaan kegiatan rencana kerja penataan Kawasan dilaporkan kepada Walikota Bukittinggi dan dibuka kepada para pihak terkait. Substansi laporan mencakup komponen pengelolaan lingkungan dan sosial sebagai berikut: Format Data Umum untuk menilai kondisi WTP;
(1) Peta, yang berisi informasi tentang lokasi,jumlah, dan identifikasi WTP yang berpotensi terkena dampak;
(2) Formulir RencanaKegiatan, yang akan ditambahkan dengan instrumen pengelolaan lingkungan dan sosial;
(3) Formulir Pemantauan Kesesuaian Program dan Formulir Pelaksanaan Proyek, yang akan ditambahkan dengan laporan pemantauan dan
DOKUMEN RENCANA PENYIAPAN LAHAN KOTA BUKITTINGGI
33
pelaksanaan RPL sesuai dengan format yang ada ataudengan diubah seperlunya
(4) Formulir Laporan akhir, mencakup kegiatan-kegiatan seperti yang di rekomendasikan oleh RPL dengan kerangka waktu untuk penyelesaian dan anggaran.
5.3 PENGELOLAAN INFORMASI MASYARAKAT
40. Penataan Kawasan membuka saluran informasi untuk untuk dapat diakses publik danmemberikan mekanisme penanganan keluhan untuk WTP dan masyarakat luas.Penanganan keluhan akan dikoordinasikan dengan Bappeda Kota melalui UnitPengelolaan Informasi Masyarakat (PIM) yang telah ada di Program KOTAKU. Jenispengaduan atau keluhan yang dikelola oleh unit di program Kotaku tidak terbatas hanyapada hal-hal yang terkait pada penanganan masalah lingkungan dan sosial, namundapat juga untuk isu-isu lain yang terkait dengan kegiatan penataan kawasan.Pengelolaan keluhan atau pengaduan dari masyarakat dan lainnya diatur tersendiridalam mekanisme dan prosedur PIM Progam Kotaku;
41. Media penyampaian dan proses penanganan pengaduan masyarakat melalui berbagai cara, antara lain dapat melalui kotak pengaduan, saluran telepon, sms, dan termasuk cara yang biasa dipakai di lingkungan masyarakat di Kawasan Batang Arau. Keluhan atau pengaduan yang masuk disampaikan kepada Ketua Bappeda untuk ditindaklanjuti oleh Dinas/OPD terkait atau para pihak terkait. Penyelesaian keluhan atau pengaduan akan dipublikasikan kepada masyarakat melalui papan informasi yang di kantor kelurahan atau papan informasi yang ditempatkan di lokasi strategis;
42. Dalam hal Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kota telah memiliki sistem pengaduan atau penanganan keluhan yang ditangani oleh instansi selain Bappeda, maka instansi inilah yang bertanggungjawab untuk menampung, mengkoordinasikan tindak lanjutnya dan mendokumentasikan serta mengumumkan pengaduan atau keluhan serta tindak lanjutnya kepada masyarakat luas. Dalam situasi ini, Bappeda memastikan bahwa dokumentasi pengaduan atau keluhan serta tindak lanjutnya menjadi bagian dari Laporan Triwulanan dan Laporan Akhir Monitoring dan Evaluasi RPL/Rencana Penataan Kawasan Aua Tajungkang Tangah Sawah ini.