11
Rosasea Meskipun di akui secara universal, rosasea tetap menjadi topik yang kontroversial, karena sebagian besar dari patofisiologinya dan variasi klinis yang tidak menentu. Para praktisi medis dan masyarakat awam dapat dengan mudah mengidentifikasi kemerahan pada wajah yang khas pada rosasea, akan tetapi keraguan timbul saat terdapat kerusakan kulit akibat paparan matahari, perioral dermatitis, post adolescent acne dan penggunaan berlebihan steroid topikal yang hadir dengan tampilan yang mirip. Teori terbaru saat ini telah berubah secara konseptual dari tahapan ( stage ) perubahan dari gejala dan tanda rosasea ke klasifikasi baru yang menetapkan 4 sub tipe baru dengan variasi keparahan dan berpotensi tumpang tindih. Rosasea dikarakteristikkan dengan eritema pada bagian sentral dari wajah yang bertahan dalam berbulan – bulan atau lebih. Area – area cembung ( konveks ) pada hidung pipi, dagu dan dahi merupakan area distribusi yang khas pada rosasea. Ciri utama dari rosasea yang dapat di observasi tetapi tidak dibutuhkan untuk diagnosis yaitu flushing ( kemerahan ), papul, pustul, dan telengiektasis. Ciri sekunder termasuk wajah seperti terbakar atau tersengat matahari, edema, plak, tampak kering, phyma, peripheral flushing, dan manifestasi okuler. Eritema pada lokasi perifer ( skalp, telinga,

Rosa Sea

Embed Size (px)

DESCRIPTION

ini membahas tentang salah penyakit kulit yaitu rosasea. di sini akan dibahas semua yang berkenaan dengan rosasea. mulai dari defenisi, patofisiologi, ptogenesis, gejala klinis, dd, sampai pengobatan.

Citation preview

Page 1: Rosa Sea

Rosasea

Meskipun di akui secara universal, rosasea tetap menjadi topik yang kontroversial,

karena sebagian besar dari patofisiologinya dan variasi klinis yang tidak menentu.

Para praktisi medis dan masyarakat awam dapat dengan mudah mengidentifikasi

kemerahan pada wajah yang khas pada rosasea, akan tetapi keraguan timbul saat

terdapat kerusakan kulit akibat paparan matahari, perioral dermatitis, post

adolescent acne dan penggunaan berlebihan steroid topikal yang hadir dengan

tampilan yang mirip. Teori terbaru saat ini telah berubah secara konseptual dari

tahapan ( stage ) perubahan dari gejala dan tanda rosasea ke klasifikasi baru yang

menetapkan 4 sub tipe baru dengan variasi keparahan dan berpotensi tumpang

tindih. Rosasea dikarakteristikkan dengan eritema pada bagian sentral dari wajah

yang bertahan dalam berbulan – bulan atau lebih. Area – area cembung

( konveks ) pada hidung pipi, dagu dan dahi merupakan area distribusi yang khas

pada rosasea. Ciri utama dari rosasea yang dapat di observasi tetapi tidak

dibutuhkan untuk diagnosis yaitu flushing ( kemerahan ), papul, pustul, dan

telengiektasis. Ciri sekunder termasuk wajah seperti terbakar atau tersengat

matahari, edema, plak, tampak kering, phyma, peripheral flushing, dan

manifestasi okuler. Eritema pada lokasi perifer ( skalp, telinga, wajah bagian

lateral, leher dan dada ) dapat di amati pada rosasea, tetapi juga merupakan ciri

umum pada flushing fisiologis, kerusakan kulit kronis akibat sinar matahari, oleh

karena itu maka harus di interpretasikan secara hati – hati

Klasifikasi Sub tipe

Sub tipe dari rosasea sementara ini didefinisikan oleh komite ahli dari National

Rosacea Society ( NRS ) pada tahun 2002 termasuk eritematoteleangiektasis,

papulopustular, phymatosa dan okuler. Klasifikasi ini mewakili kelompok dari

gejala dan tanda yang paling umum dari rosasea. Sub tipe dari rosasea ini serupa

dengan klasifikasi berdasarkan “staging” yang dirancang oleh plewig dan

kligsman. Sub tipe Eritematotelengiektasis analog dengan klasifikasi plewig dan

kligsman tahap 1, sub tipe papulopustular analog dengan klasifikasi plewig dan

Page 2: Rosa Sea

kligsman tahap 2, dan sub tipe phymatosa analog dengan klasifikasi plewig dan

kligsman tahap 3

NRS telah memperkirakan bahwa rosasea mengenai kira – kira 14 juta orang

amerika, Rosasea dapat terjadi pada pria maupun wanita dan onsetnya biasanya

dimulai setelah umur 30 tahun, akan tetapi pada anak – anak, remaja dan dewasa

muda dapat pula berkembang rosasea.

Etiologi dan patogenesis

Karena terdapat variasi klinis yang menonjol antara sub tipe rosasea, maka

dihipotesiskan bahwa terdapat etiologi dan patofisiologi yang berbeda pula di

antara sub tipe dari rosasea tersebut. Perbedaan tersebut dapat melibatkan

reaktivitas vaskular wajah, komposisi atau struktur jaringan ikat dermis,

komposisi matrix, struktur pilosebasea, kolonisasi mikroba, atau kombinasi dari

berbagai yang merubah respon kulit terhadap faktor – faktor yang memicu

rosasea. Rosasea terjadi akibat paparan langsung pemicu yang kronis berulang,

khususnya yang memicu kemerahan contohnya suhu panas dan dingin, cahaya

matahari, angin, minuman panas, olahraga, makanan pedas, alkohol, emosi,

kosmtik, iritan topikal, kemerahan saat menopause, dan pengobatan yang

mendorong terjadinya kemerahan. Mekanisme neural dan humoral yang

menyebabkan reaksi kemerahan yang terlihat hanya terbatas pada wajah.

Penonjolan pada wajah terjadi karena peningkatan aliran darah pada daerah

tersebut dibandingkan dengan daerah lain di tubuh. Degenerasi matrix dermis dan

kerusakan endothel yang terlihat secara histologis pada spesimen rosasea. Faktor

yang berkontribusi pada degenerasi matrix erat kaitannya dengan masalah

permeabilitas vaskular dan atau keterlambatan proses pembersihan dari mediator –

mediator inflamasi dan produk – produk sisa. Selain itu kerusakan jaringan ikat

akibat cahaya dapat merubah struktur vaskular dan limfatik serta struktur

pendukung lain di dalam dermis. Pada kedua kasus, kronik dan persisten dapat

terjadi inflamasi pada dermis yang pada akhir nya bermanifestasi sebagai eritema

Page 3: Rosa Sea

pada daerah yang cembung di wajah pada individu – individu yang memiliki

predisposisi rosasea.

Kerusakan yang terjadi akibat paparan sinar matahari dianggap sebagai faktor

penyebab yang mempunyai kontribusi. Tetapi faktor lain juga ikut berpartisipasi.

Solar elastosis adalah gambaran umum dari ciri histologi rosasea, akan tetapi

prevalensi rosasea tidak meningkat pada pekerja lapangan, kerusakan kulit akibat

paparan matahari pada lokasi selain wajah tidak berkembang menjadi fenotipe

rosasea. Penelitian berupa photoprovokasi pada pasien rosasea tidak menunjukkan

peningkatan sensitivitas kulit terhadap paparan sinar ultraviolet akut.

Hal ini telah lama didebatkan apakah efek yang digunakan pada antimikroba oral

dan topikal untuk rosasea ini sebagai mekanisme antiinflamasi atau antimikroba.

Konsep mengenai inflamasi folikel yang di induksi oleh mikroba pada rosasea

masih kontroversial, masih belum jelas apakah bakteri komensal seperti bakteri

propionibacterium acne dan demodex folliculorum yang bertempat tinggal di

folikel rambut dan glandula sebasea, yang memicu inflamasi papulosentrik pada

pasien rosasea, kemungkinan lain reaksi hipersensitifitas mungkin dipicu oleh

kuman ini atau oleh bakteri yang sering dikatakan dengan tungau seperti bacillus

oleroneus, menguatkan argumen yang mendukung mekanisme rosasea

papulopustular yang diinduksi bakteri termasuk observasi yang bahwa obat

antiinflamasi non steroid dan kortikosteroid tidak menyembuhkan papul dan

pustul pada rosasea sebaik efektifitas dari tetrasiklin oral, selanjutnya benzoil

peroksida cukup efektif untuk papul dan pustul pada pasien rosacea yang toleran

terhadap obat ini. Belum jelas apakah perbaikan klinis dari papulopustular rosasea

membutuhkan pengurangan kuantitas dari Propionibacterium acne.

Ciri klinis

Eritematotelengiektasis Rosasea ( ETR ) dikarakteristikkan dengan eritema

persisten pada wajah, kemerahan yang disertai telengiektasis, edema pada bagian

sentral wajah,kulit yang terbakar , kasar dan berskuama, atau kombinasi dari

berbagai tanda dan gejala ini ( Fig 79-1 ),

Page 4: Rosa Sea

dikenal juga sub tipe yang ringan ( fig 79-2A ), sedang dan berat ( 79-2B ),

berbeda dengan manifestasi dari papulopustular rosasea ( PPR ) dengan eritema

pada sentral wajah yang persisten dengan papul dan pustul yang dominan pada

area yang cembung ( konveks ) di wajah ( fig 79-2 ),

terbakarnya kulit dan tersengatnya kulit wajah dapat terjadi pada papulopustular

rosasea ( PPR ) namun lebih sering pada Eritematelengiektasis rosasea

( ETR ) ,Kemerahan sering lebih berat pada ETR dibandingkan PPR, Pada kedua

sub tipe tersebut eritema tidak mengenai daerah periorbita, edema dapat ringan

atau berat, edema berat berupa edema fasial solid yang sering terjadi pada daerah

dahi dan glabela dan jarang mengenai kelopak mata dan pipi bagian atas

Page 5: Rosa Sea

Rosasea phymatosa dikarakteristikkan oleh orifisium patulosa folikular, penebalan

kulit dan kontur permukaan kulit yang iregular pada area kulit yang konveks ( fig

79-4 )

disini terbagi juga ke dalam sub tipe ringan, sedang dan berat. Phyma sering

terjadi pada hidung ( rhinophyma ) namun dapat juga berkembang di atas

permukaan dagu ( gnathophyma ), kelopak mata ( blepharophyma ), dan telinga

( otophyma ). Perempuan dengan rosasea tidak berkembang phyma, mungkin

karena alasan hormonal, tetapi dapat bermanifestasi pada sebasea atau kelenjar

lain berupa penebalan kulit dan orifisium folikular yang besar.

Ocular rosasea dapat berkembang sebelum gejala kulit sampai dengan 20 % pada

individu yang terkena. ( fig 79-5)

Page 6: Rosa Sea

Setengah dari pasien, gejala okular brkembang setelah gejala kulit, pada minoritas

dari pasien gejala okuler dan kulit timbul bersamaan, keparahan rosasea phtalmica

tidak serupa dengan keparahan rosasea kulit, keterlibatan mata dapat

bermanifestasi sebagai blepharitis, konjungtivitis, iritis, skleritis, hipopion dan

keratitis, dan sekali lagi pada rosasea ini juga dikenal sub tipe ringan, sedang dan

berat ( lihat 79-5 ), belpharitis merupakan gejala yang palig sering yang

dikarakteristikkan dengan tepi dari kelopak mata yang eritema, berskuama dan

krusta, dengan variasi dari munculnya kalazia dan infeksi stapylococcus yang

mendasari disfungsi glandula meibom. Fotofobia, nyeri,seperti terbakar, gatal dan

sensasi adanya benda asing merupakan bagian dari kompleks gejala okuler. Pada

kasus berat keratitis rosasea dapat menyebabkan kehilangan penglihatan.

Rosasea grnaulomatosa diangap sebagai jenis rosasea yang sebenarnya,

pembentukan granuloma merupakan ciri klinis dari rosasea granulomatosa,

termasuk papul kuning kecoklatan atau merah atau nodul yang monomorf yang

berlokasi di pipi dan periorifisial wajah ( fig 79-6 )

pada diascopy papul ini memperlihatkan tampilan seperti jeli apel yang

mengalami perubahan warna serupa dengan sarkoidosis atau lupus vulgaris, latar

Page 7: Rosa Sea

belakang kulit wajah dinyatakan normal, gejala dan tanda lain dari rosasea tidak

dibutuhkan untuk membuat diagnosa rosasea granulomatosa.

Rosasea mengenai semua ras, tetapi paling sering pada individu –individu

dengan kulit yang cerah

Triger dari timbulnya rosasea termasuk suhu panas dan dingin, sinar

matahari, angin, minuman panas, olahraga, makanan pedas, alkohol, emosi,

kosmetik, iritan topikal, menopousal flushing, pengobatan yang mendorong

terjadinya flushing.

Terdapat 4 sub tipe rosasea yaitu : eritematotelengiektasis, papulopustular,

phymatosa, dan okuler.

Ciri klinis primer rosasea yaitu flushing ( kemerahan ), papul yang

mengalami inflamasi, pustul dan telengiektasis.

Ciri sekunder dari rosasea dapat termasuk : kulit wajah seperti terbakar atau

tersengat matahari, edema, plak, tampak kering, phyma, peripheral flushing

dan manifestasi okuler

Perlindungan terhadap matahari dan menghindari pemicu penting untuk

pencegahan dari semua tipe dari rosasea

Terapi rosasea termasuk didalamnya : Penggunaan barrier ( sawar )

pelindung, antimikroba topikal, antibiotik oral, retinoid, Intense Pulsed light

therapy, Laser vaskuler untuk mengontrol berbagai gejala dalam jangka

panjang secara adekuat.