29
LAPORAN AKHIR Implementation of Energy Conservation and CO 2 Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)” Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 9-1 PT. Energy Management Indonesia (Persero) 2011 BAB IX ROAD MAP PROGRAM KONSERVASI ENERGI DAN REDUKSI EMISI 9.1 MAKSUD DAN TUJUAN Maksud dari penyusunan Road-map program konservasi energi dan reduksi emisi CO 2 E di industri baja dan pulp &kertas ini adalah agar tersedia suatu peta program pelaksanaan/implementasi konservasi energi dan reduksi emisi CO 2 E yang jelas (memiliki arah dan target) serta berkesinambungan. Tujuan dari roadmap adalah: 1. Mengoptimalkan penggunaan/konsumsi energi di industri baja dan pulp &kertas melalui program monitoring dan evaluasi indikator intensitas konsumsi energi serta memetakan kendala (teknologi) sehingga ditemukan solusi yang tepat/sesuai kebutuhan industri baja dan pulp & paper dalam rangka optimalisasi konsumsi energi dan reduksi emisi CO 2 E. 2. Pencapaian target penurunan emisi CO 2 E di industri baja dan pulp & paper sebesar 5% di tahun 2020. Fokus area yang dikaji untuk penyusunan road-map ini dibatasi pada area konsumsi energi industri, parameter konsumsi energi, kuantitas/kapasitas produksi, teknologi yang digunakan serta kondisi kualitas SDM dan organisasi energi. 9.2 METODOLOGI DAN PENDEKATAN TEKNIS Perbaikan IKE dan Penurunan jumlah emisi/faktor emisi di Industri Baja dan Pulp & Kertas diarahkan dapat berlangsung secara berkesinambungan sehingga diperlukan suatu inisiasi program yang terarah, terencana dan memiliki target pencapaian. Oleh karena itu, strategi yang dapat dilakukan antara lain adalah: 1) Transfomasi (perubahan) paradigma di industri baja dan pulp & kertas mengenai program KE dan PE; 2) Inisiasi implementasi teknologi efisiensi energi (teknologi yang memiliki intensitas konsumsi energi lebih baik dari eksisting); 3) Pelaksanaan program KE & RE di Industri Baja dan Pulp & kertas secara holistic dan berkelanjutan.

ROAD MAP PROGRAM KONSERVASI ENERGI … REDUKSI EMISI 9.1 MAKSUD DAN TUJUAN Maksud dari penyusunan Road-map program konservasi energi dan reduksi emisi CO

  • Upload
    vokhanh

  • View
    222

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

LAPORAN AKHIR ”Implementation of Energy Conservation and CO2 Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)”

Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 9-1

PT. Energy Management Indonesia (Persero) 2011

BAB IX

ROAD MAP PROGRAM KONSERVASI ENERGI

DAN REDUKSI EMISI

9.1 MAKSUD DAN TUJUAN

Maksud dari penyusunan Road-map program konservasi energi dan reduksi emisi

CO2E di industri baja dan pulp &kertas ini adalah agar tersedia suatu peta program

pelaksanaan/implementasi konservasi energi dan reduksi emisi CO2E yang jelas

(memiliki arah dan target) serta berkesinambungan.

Tujuan dari roadmap adalah:

1. Mengoptimalkan penggunaan/konsumsi energi di industri baja dan pulp

&kertas melalui program monitoring dan evaluasi indikator intensitas konsumsi

energi serta memetakan kendala (teknologi) sehingga ditemukan solusi yang

tepat/sesuai kebutuhan industri baja dan pulp & paper dalam rangka

optimalisasi konsumsi energi dan reduksi emisi CO2E.

2. Pencapaian target penurunan emisi CO2E di industri baja dan pulp & paper

sebesar 5% di tahun 2020.

Fokus area yang dikaji untuk penyusunan road-map ini dibatasi pada area konsumsi

energi industri, parameter konsumsi energi, kuantitas/kapasitas produksi, teknologi

yang digunakan serta kondisi kualitas SDM dan organisasi energi.

9.2 METODOLOGI DAN PENDEKATAN TEKNIS

Perbaikan IKE dan Penurunan jumlah emisi/faktor emisi di Industri Baja dan Pulp &

Kertas diarahkan dapat berlangsung secara berkesinambungan sehingga diperlukan

suatu inisiasi program yang terarah, terencana dan memiliki target pencapaian. Oleh

karena itu, strategi yang dapat dilakukan antara lain adalah:

1) Transfomasi (perubahan) paradigma di industri baja dan pulp & kertas

mengenai program KE dan PE;

2) Inisiasi implementasi teknologi efisiensi energi (teknologi yang memiliki

intensitas konsumsi energi lebih baik dari eksisting);

3) Pelaksanaan program KE & RE di Industri Baja dan Pulp & kertas secara

holistic dan berkelanjutan.

LAPORAN AKHIR ”Implementation of Energy Conservation and CO

Kementerian Perindustrian Republik Indonesia

PT. Energy Management Indonesia (Persero)

Strategi diatas merupakan hasil/output evaluasi yang disusun berdasarkan faktor

faktor kendala terhadap program KE & RE di industri yang dimonitoring. Alur pikir

yang dikembangkan untuk menyusun strategi t

berdasarkan:

1) Pre-disposing factors;

(sumber daya manusia) berdasarkan perspektif organisasi energi, faktor pola

sistem manajemen energi serta perspektif faktor level teknologi proses y

digunakan.

2) Enabling factors;

(enabling) dari faktor

antara lain faktor finansial, ketersediaan energi serta faktor ketersediaan

teknologi yang lebih efi

3) Reinforcing factors; pemetaan faktor

faktor predisposing dan enabling faktor. Perspektif

lain adalah kebijakan dan peraturan, subsidi energi serta insentif yang dapat

membantu implementasi

Gambar 9.1Faktor

Dengan terpetakannya berbagai

pelaksanaan yang efektif

Implementation of Energy Conservation and CO2 Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)”

ementerian Perindustrian Republik Indonesia

Energy Management Indonesia (Persero)

Strategi diatas merupakan hasil/output evaluasi yang disusun berdasarkan faktor

faktor kendala terhadap program KE & RE di industri yang dimonitoring. Alur pikir

yang dikembangkan untuk menyusun strategi tersebut melalui pemetaan

disposing factors; pemetaan faktor-faktor kendala pada faktor SDM

(sumber daya manusia) berdasarkan perspektif organisasi energi, faktor pola

sistem manajemen energi serta perspektif faktor level teknologi proses y

Enabling factors; pemetaan faktor-faktor yang dapat mengaktifkan

(enabling) dari faktor-faktor predisposing. Perspektif dari faktor enabling

antara lain faktor finansial, ketersediaan energi serta faktor ketersediaan

teknologi yang lebih efisien.

Reinforcing factors; pemetaan faktor-faktor yang dapat memperkuat faktor

faktor predisposing dan enabling faktor. Perspektif reinforcing factor

lain adalah kebijakan dan peraturan, subsidi energi serta insentif yang dapat

membantu implementasi teknologi hemat energi.

Faktor-faktor pengaruh pelaksanaan konservasi energi di industri

engan terpetakannya berbagai faktor-faktor tersebut maka strategi dan metode

pelaksanaan yang efektif (tepat sasaran) dan optimal dapat dicapai.

Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)”

9-2

2011

Strategi diatas merupakan hasil/output evaluasi yang disusun berdasarkan faktor-

faktor kendala terhadap program KE & RE di industri yang dimonitoring. Alur pikir

ersebut melalui pemetaan

faktor kendala pada faktor SDM

(sumber daya manusia) berdasarkan perspektif organisasi energi, faktor pola

sistem manajemen energi serta perspektif faktor level teknologi proses yang

faktor yang dapat mengaktifkan

faktor predisposing. Perspektif dari faktor enabling

antara lain faktor finansial, ketersediaan energi serta faktor ketersediaan

faktor yang dapat memperkuat faktor-

reinforcing factor antara

lain adalah kebijakan dan peraturan, subsidi energi serta insentif yang dapat

faktor pengaruh pelaksanaan konservasi energi di industri

strategi dan metode

dapat dicapai.

LAPORAN AKHIR ”Implementation of Energy Conservation and CO2 Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)”

Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 9-3

PT. Energy Management Indonesia (Persero) 2011

Pendekatan teknis dan tahapan analisis yang dilakukan dapat dilihat pada diagram

berikut.

Gambar 9.2 Diagram alir penyusunan roadmap KE dan RE

1. Audit energi di industri baja (35 industri )dan industri pulp & kertas (15

industri). Melalui pelaksanaan audit energi diperoleh beberapa hal berikut:

� Kondisi masing-masing industri mencakup kapasitas dan jenis produksi,

potret penggunaan energi, potret kondisi SDM dan manajemen energi,

peluang konservasi energi dan reduksi emisi.

� Karakteristik operasi dan penggunaan energi di masing-masing industri.

� Berbagai kegiatan konservasi energi dan reduksi emisi yang telah dilakukan

oleh pihak industri.

2. Pemetaan dan evaluasi berbagai kendala dan kesulitan yang dihadapi oleh

industri dalam implementasi konservasi energi dan reduksi emisi.

� Faktor-faktor hambatan/kendala berdasarkan aspek ketersediaan energi;

teknologi; SDM; Finansial.

LAPORAN AKHIR ”Implementation of Energy Conservation and CO2 Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)”

Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 9-4

PT. Energy Management Indonesia (Persero) 2011

� Strategi implementasi (pemberdayaan enabling factors dan regulasi yang

diperlukan sebagai reinforcing factors) untuk menurunkan intensitas

konsumsi energi dan penurunan emisi.

3. Tinjauan perencanaan strategis eksisting yang memiliki keterkaitan dengan

road map konservasi energi dan penurunan emisi di industri baja.

� Kebijakan program konservasi energi dan reduksi emisi eksisting yang

menguatkan pada program insentif dan pilot project yang dapat digunakan

sebagai testimoni keberhasilan program implementasi program KE & RE.

� Strategi pengembangan industri baja nasional yang dapat mendukung road

map KE dan RE.

� Strategi pengembangan infrastruktur yang dapat mendukung akselerasi

implementasi KE dan RE.

4. Kerangka waktu penyusunan road map implementasi Konservasi Energi dan

Reduksi Emisi di Industri Baja dan industri Pulp-Kertas. Kerangka waktu di awali

pada tahun 2011 hingga 2020.Langkah-langkah strategis (hasil evaluasi) akan

disusun berdasarkan program 5 tahunan dan masing-masing akan diuraikan

dalam berbagai program dan rencana aksi tahunan.

� Time-line penurunan intensitas konsumsi energi dan penurunan emisi di

industri baja apabila timeline teknologi yang lebih efisien

diimplementasikan.

� Matrik road map berupa strategi pokok dan strategi operasional program

KE dan RE di industri baja.

5. Evaluasi dan analisis terhadap kebijakan dan peraturan yang diharapkan dapat

dijadikan faktor pendorong akselerasi implementasi KE dan RE di industri baja

dan industri kertas.

9.3 POTENSI KONSERVASI ENERGI DAN REDUKSI EMISI

9.3.1 Sektor Industri Baja

Potensi konservasi energi dalam hal ini adalah berbagai peluang penghematan

energi, perbaikan efisiensi atau penurunan intensitas konsumsi energi di berbagai

area proses yang dapat diperoleh melalui implementasi konservasi energi.

Penurunan intesitas konsumsi energi tersebut secara langsung akan berdampak

pada penurunan faktor emisi di masing-masing industri (35 industri baja).

Rangkuman potensi konservasi energi dan reduksi emisi yang diperoleh

berdasarkan hasil audit energi yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 8.1 berikut.

LAPORAN AKHIR ”Implementation of Energy Conservation and CO2 Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)”

Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 9-5

PT. Energy Management Indonesia (Persero) 2011

Tabel 9.1Potensi konservasi energi dan reduksi emisi berdasarkan hasil pelaksanaan audit

energi di 35 industri baja.

No NamaIndustri

Produksi Potensi KE Potensi RE

Ton/tahun GJ/tahun % Ton

CO2/tahun %

1 PT. BangunSarana Baja (BSB) 18.145 10.217,3 20,8% 1.712,6 54,7%

2 PT. BintangTimur Steel (BTS) 31.214 26.002,1 24,6% 5.758,4 22,5%

3 PT. Era Baja Prima (EBP) 26.438 5.093,6 4,8% 342,9 3,7%

4 PT. Ispat Bukit Baja (IBB) 49.332 14.724,4 7,5% 1.057,6 9,5%

5 PT. Krakatau Wajatama (KW) 190.214 42.492,1 5,2% 2.483,0 13,8%

6 PT. Jakarta Steel MegahUtama

(JSMU) 46.514 51.898,6 45,2% 4.846,1 18,2%

7 PT. Sanex Steel (SS) 252.300 25.075,9 4,4% 3.388,5 2,7%

8 PT. TriekaAimex 444 403,7 10,3% 53,5 8,1%

9 PT. Pindad 2.876 1.445,6 17,6% 320,1 18,3%

10 PT. Jakarta Cakratunggal Steel

(JCS) 500.000 173.753,1 17,8% 11.727,6 7,1%

11 PT. Power Steel Indonesia (PSI) 180.000 30.314,2 7,0% 2.278,1 9,8%

12 PT. Indohanco 559 89,6 10,3% 19,8 8,8%

13 PT. Inti General (IG) 27.453 1.627,2 0,7% 1.006,6 15,9%

14 PT. RiaSarana Putra Jaya (RSPJ) 11.140 9.880,4 12,1% 1.067,3 10,8%

15 PT. Hanil Jaya Steel (HJS) 171.304 3.226,2 0,4% 536,7 0,3%

16 PT. Ispatindo 460.752 58.886,0 2,9% 13.421,2 2,9%

17 PT. MajuWarna Steel (MWS) 390 37,1 1,7% 8,2 1,9%

18 PT. Gunawan Dian Jaya Steel

(GDJS) 272.265 51,2 0,0% 11,3 0,0%

19 PT. Yuan Teai (YT) 829 100,4 1,5% 11,9 1,1%

20 PT. Surabaya Wire (SW) 3.410 102,6 1,2% 22,7 0,7%

21 PT. Liyang Ying (LY) 4.620 444,3 2,2% 76,0 1,6%

22 PT. BumisakaSteelindo (BS) 420 68,6 6,1% 15,2 14,9%

23 PT. Surya Steel (SS) 4.172 79,1 1,5% 43,7 2,0%

24 PT. Jaya Pari Steel (JPS) 40.152 190,0 0,1% 38,0 1,7%

25 PT. Itokoh 24.000 127,9 0,0% 9,4 0,2%

26 KoperasiBatur Jaya (KBJ) 432 3,3 0,2% 0,7 1,3%

27 PT. Jindal 140.000 613,1 0,4% 242,1 3,0%

28 PT. Abadi Jaya Manunggal (AJM) 18.744 2.541,5 5,6% 478,7 2,6%

29 PT. Growt Asia Foundry (GAF) 40.779 30.044,8 14,3% 4.694,2 11,5%

30 PT. Asia Raya Foundry (ARF) 9.830 12.903,5 23,5% 2.181,4 26,5%

31 PT. Baja Pertiwi (BP) 429 476,3 19,1% 87,9 10,0%

32 PT. Growth Sumatera Industri

(GSI) 197.000 150.946,2 23,5% 22.693,6 26,2%

33 PT. GunungGahapiSakti (GGS) 75.000 45.061,9 12,9% 7.698,3 14,7%

34 PT. Putra Baja Deli (PBD) 60.000 36.033,7 25,7% 2.674,3 16,7%

35 PT. Surya BuanaMandiri (SBM) 17.178 5.034,9 30,9% 458,0 40,0%

TOTAL 2.878.335 739.991 8,0% 91.466 5,8%

LAPORAN AKHIR ”Implementation of Energy Conservation and CO2 Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)”

Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 9-6

PT. Energy Management Indonesia (Persero) 2011

Gambar 9.3 Proyeksi pertumbuhan konsumsi energi berdasarkan skenario BAU dan

Konservasi Energi dari 35 industri baja.

Gambar 9.4 Proyeksi pertumbuhan produksi emisi CO2 berdasarkan skenario BAU dan

Konservasi Energi dari 35 industri baja.

LAPORAN AKHIR ”Implementation of Energy Conservation and CO2 Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)”

Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 9-7

PT. Energy Management Indonesia (Persero) 2011

9.3.2 Sektor Industri Pulp-Kertas

Potensi konservasi energi dalam hal ini adalah berbagai peluang penghematan

energi, perbaikan efisiensi atau penurunan intensitas konsumsi energi di berbagai

area proses yang dapat diperoleh melalui implementasi konservasi energi.

Penurunan intesitas konsumsi energi tersebut secara langsung akan berdampak

pada penurunan faktor emisi di masing-masing industri (15 industri pulp-kertas).

Rangkuman potensi konservasi energi dan reduksi emisi yang diperoleh berdasarkan

hasil audit energi yang dilakukan dapat dilihat pada Tabel 8.2 berikut.

Tabel 9.2 Potensi konservasi energi dan reduksi emisi berdasarkan hasil pelaksanaan audit

energi di 15 industri pulp-kertas.

Indu

stri

Produ

ksi ton)

Total Konsumsi

Energi 2010(GJ)

PeluangPenghema

tanEnergi (GJ)

Total

Emisi CO2

2010 (ton

CO2 eq)

ReduksiEmisi

CO2 (ton CO2 eq)

% Penghematandari

Konsumsi Energy Total

% ReduksiEmisid

ariEmisi Total (%)

IPK1 388.906

11.902.736 428.906 64.111

30 3,6% 0,0%

IPK2 170.000

9.495.949 2.820.450 125.189

15.818 29,7% 12,6%

IPK3 128.524

1.055.208 151.539 154.191

13.920 14,4% 9,0%

IPK4 372.843

3.903.979 255.685 179.053

21.700 6,5% 12,1%

IPK5 59.145

1.293.283 157.994 140.512

9.060 12,2% 6,4%

IPK6 752.630

6.590.926 2.146.320 375.935

116.506 32,6% 31,0%

IPK7 1.441.510

22.473.624 1.222.632 2.096.083

113.224 5,4% 5,4%

IPK8 49.536

775.838 39.763 96.882

18.293 5,1% 18,9%

IPK9 32.380

146.867 6.281 17.998

694 4,3% 3,9%

IPK10 1.245.964

9.976.960 29.893 701.693

313.089 0,3% 44,6%

IPK11 48.320

495.899 26.163 66.040

2.751 5,3% 4,2%

IPK12 19.838

268.507 13.720 35.209

4.876 5,1% 13,8%

IPK13 3.030.693

61.386.188 3.094.988 3.110.677

143.487 5,0% 4,6%

IPK14 760.009

23.481.638 154.182 786.731

9.457 0,7% 1,2%

IPK15 2.903.444

67.056.173 0 360.696

0 0,0% 0,0%

LAPORAN AKHIR ”Implementation of Energy Conservation and CO

Kementerian Perindustrian Republik Indonesia

PT. Energy Management Indonesia (Persero)

Gambar 9.5 Proyeksi pertumbuhan konsumsi energi berdasarkan skenario

Gambar 9.6 Proyeksi produksi emisi

Implementation of Energy Conservation and CO2 Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)”

ementerian Perindustrian Republik Indonesia

Energy Management Indonesia (Persero)

Proyeksi pertumbuhan konsumsi energi berdasarkan skenario

Konservasi Energi dari 15 industri pulp-kertas.

produksi emisi berdasarkan skenario BAU dan Konservasi Energi dari 1

industri pulp-kertas.

Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)”

9-8

2011

Proyeksi pertumbuhan konsumsi energi berdasarkan skenario BAU dan

BAU dan Konservasi Energi dari 15

LAPORAN AKHIR ”Implementation of Energy Conservation and CO2 Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)”

Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 9-9

PT. Energy Management Indonesia (Persero) 2011

9.4 FAKTOR-FAKTOR PENGARUH KONSERVASI ENERGI

Berdasarkan hasil audit dan evaluasi yang dilakukan, faktor-faktor utama yang

mempengaruhi konservasi energi di sektor industri adalah:

1. Teknologi, aspek teknologi ini sangat penting peranannya/kontribusinya

terhadap intensitas konsumsi energi. Secara sederhana, teknologi yang telah

berumur akan memiliki nilai intensitas konsumsi energi yang lebih tinggi (lebih

buruk) dibandingkan dengan teknologi yang baru, hal ini disebabkan oleh

salah satu faktor yaitu tingkat efisiensi peralatan. Kemudian teknologi ini juga

memiliki keterkaitan dengan tingkat produksi, apabila tingkat produksi

dibawah nilai produktivitas maka efisiensi peralatan akan turun sehingga

untuk suatu tingkat produksi akan mengkonsumsi energi lebih besar. Dengan

demikian teknologi termasuk salah satu aspek strategis dalam upaya

menurunkan indeks intensitas konsumsi energi yang dapat berdampak positif

terhadap penurunan produksi emisi.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan terkait dengan aspek teknologi adalah:

� Kurang/tidak adanya kemudahan baik dari segi materi maupun

birokrasi pemerintah untuk mendapatkan teknologi tersebut.

� Kurangnya kesadaran dan dorongan untuk penggunaan teknologi

baru yang berdampak pada konservasi energi dikarenakan tidak

adanya reward and punishment dari pemerintah.

� Banyaknya perubahan layout dan proses yang pada akhirnya

mengganggu siklus produksi industri.

2. Ketersediaan energi, masalah energi ini sangat penting bagi industri baja

dan industri pulp & paper, karena kedua jenis industri ini merupakan industri-

industri yang menggunakan energi sangat besar untuk melakukan operasional

produksinya. Ketika suplai energi terganggu dan/atau harga suatu jenis energi

naik akan banyak pengaruhnya terhadap operasional industri dan energi

merupakan salah satu komponen yang signifikan dalam suatu struktur biaya

produksi. Dalam kontek daya saing, secara cost kenaikan harga energi dapat

berpengaruh dalam naik/turunnya daya saing. Pengaruh kebijakan suplai

energi (bauran energi) yang didukung dengan infrastruktur akan sangat

membantu Industri dimana industri dapat melakukan switching energi.

� Untuk beberapa industri khususnya yang berada di kota Medan

kendala terbesar pada sistem supply energi listrik, pada saat beban

puncak PLN industri baja tidak dapat beroperasi (stop produksi). Hal

ini menyebabkan interval start stop produksi yang tidak diperlukan

terjadi terlalu lama dan membuat efisiensi kinerja peralatan utama

yang menggunakan energi listrik membuang energi cukup banyak

pada saat pemanasan awal untuk mencapai suhu yang diinginkan.

LAPORAN AKHIR ”Implementation of Energy Conservation and CO2 Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)”

Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 9-10

PT. Energy Management Indonesia (Persero) 2011

Jika hal ini dapat diminimalisir maka dapat mengurangi beban start

up (pemanasan) pada peralatan reheating.

� Kendala suplai energi juga terjadi pada pasokan natural gas yang

membuat industri khususnya yang mempunyai proses heat

treatmentdan proses pembakaran lainnya harus menggunakan

alternatif energi lainnya (gasifikasi batubara, BBM, LPG, Batubara).

3. Sumber Daya Manusia (SDM), kontek SDM disini adalah SDM yang secara

kapasitas mampu menjalankan kebijakan konservasi energi di Industrinya.

Pengelolaan energi sama pentingnya dengan pengelolaan produksi sehingga

dalam hal pengelolaan energi perlu adanya suatu perencanaan dan

pengendalian energi (SME, Sistem Manajemen Energi). Dengan implementasi

SME akan ter-realisasi manfaat (value added) dari suatu pemanfaatan energi

karena SME ini sama dengan teknik-teknik manajemen lainnya yaitu membuat

suatu pola operasi yang terarah, terrencana, terpadu/terstruktur dan

berkelanjutan. Apabila kontek pengembangan SDM dalam wacana konservasi

energi dapat terwujud di industri baja maka secara time-line, intensitas

konsumsi energi akan mengalami perbaikan, daya saing meningkat sehingga

industri dapat berkontribusi secara internal & eksternal, maksudnya secara

internal industri memberikan profit kepada pemegang saham dan secara

ekternal industri memberikan kontribusi terhadap GDP dan lingkungan hidup

(dapat menurunkan emisi).

� Meskipun secara umum industri yang disurvai telah mengetahui

fungsi dan manfaat konservasi energi namun mayoritas industri

(90%) belum didukung oleh kebijakan dan komitmen TOP

manajemen untuk membentuk suatu organisasi/gugus tugas energi.

� Dari jumlah SDM yang menangani masalah energi (bag. Utility,

Engineering, dll.) hanya sebagian kecil (manager/kepala teknik) yang

mengetahui teknik-teknik konservasi energi.

� Ada beberapa industri bahkan belum mengetahui fungsi dan manfaat

konservasi energi.

4. Finansial (Skala Usaha/Asset),Umumnya tingkat usaha atau asset sangat

mempengaruhi terlaksananya implementasi konservasi energi. Suatu

rekomendasi potensi penghematan energi dengan kategori high cost mungkin

menjadi kategori low atau medium cost bagi suatu industri yang memiliki

tingkat usaha yang besar. Dengan demikian rekomendasi akan bersifat relatif.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan pada faktor finansial adalah:

� Skala usaha industri berbeda-beda. Diperlukan suatu simulasi

pembiayaan yang sesuai sehingga dapat diimplementasikan disemua

semua industri;

LAPORAN AKHIR ”Implementation of Energy Conservation and CO

Kementerian Perindustrian Republik Indonesia

PT. Energy Management Indonesia (Persero)

� Penguatan koordinasi dan komunikasi lintas stakeholder khususnya

antara Kementerian Perindustrian, Kementerian

Kementerian ESDM.

- Merumuskan prosedur atau tatacara memperoleh

bantuan/insentif;

- Merumuskan jenis insentif yang sesuai dan tepat sasaran;

- Prosedur atau SOP pelaksanaan dan kontrol bantuan atau

insentif;

- Membuat sistem pengawasan dan evaluasi

5. Regulasi/Kebijakan

keberlangsungan program KE & RE di industri baja dan pulp & kertas karena

regulasi merupakan reinforcing factor atau faktor yang dapat memperkuat.

Gambar 9.6 Peta kondisi

9.5 PERENCANAAN PROGRAM

9.5.1 Rencana Pokok Program Dan Strategi Pelaksanaan

Berdasarkan hasil pemetaan yang dilakukan khususnya pada besaran peluang

konservasi energi dan reduksi emisi dengan

memepengaruhinya, berikut merupakan perencanaan program Implementasi

Konservasi Energi dan Reduksi Emisi di industri baja dan industri pulp

Implementation of Energy Conservation and CO2 Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)”

ementerian Perindustrian Republik Indonesia

Energy Management Indonesia (Persero)

Penguatan koordinasi dan komunikasi lintas stakeholder khususnya

antara Kementerian Perindustrian, Kementerian

Kementerian ESDM.

Merumuskan prosedur atau tatacara memperoleh

bantuan/insentif;

Merumuskan jenis insentif yang sesuai dan tepat sasaran;

Prosedur atau SOP pelaksanaan dan kontrol bantuan atau

insentif;

Membuat sistem pengawasan dan evaluasi program.

/Kebijakan, peranan regulasi ini sangat penting terhadap

keberlangsungan program KE & RE di industri baja dan pulp & kertas karena

regulasi merupakan reinforcing factor atau faktor yang dapat memperkuat.

Peta kondisi faktor-faktor konservasi energi di industri dan dampak yang terjadi.

PERENCANAAN PROGRAM

Rencana Pokok Program Dan Strategi Pelaksanaan

Berdasarkan hasil pemetaan yang dilakukan khususnya pada besaran peluang

konservasi energi dan reduksi emisi dengan berbagai faktor

memepengaruhinya, berikut merupakan perencanaan program Implementasi

Konservasi Energi dan Reduksi Emisi di industri baja dan industri pulp

Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)”

9-11

2011

Penguatan koordinasi dan komunikasi lintas stakeholder khususnya

antara Kementerian Perindustrian, Kementerian Keuangan dan

Merumuskan prosedur atau tatacara memperoleh

Merumuskan jenis insentif yang sesuai dan tepat sasaran;

Prosedur atau SOP pelaksanaan dan kontrol bantuan atau

program.

, peranan regulasi ini sangat penting terhadap

keberlangsungan program KE & RE di industri baja dan pulp & kertas karena

regulasi merupakan reinforcing factor atau faktor yang dapat memperkuat.

faktor konservasi energi di industri dan dampak yang terjadi.

Berdasarkan hasil pemetaan yang dilakukan khususnya pada besaran peluang

berbagai faktor-faktor yang

memepengaruhinya, berikut merupakan perencanaan program Implementasi

Konservasi Energi dan Reduksi Emisi di industri baja dan industri pulp-kertas.

LAPORAN AKHIR ”Implementation of Energy Conservation and CO2 Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)”

Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 9-12

PT. Energy Management Indonesia (Persero) 2011

1. Periode 2011-2015.

- Penguatan kapasitas SDM industri dan Pembentukan Organisasi Energi

- Implementasi berbagai peluang KE dan RE yang bersifat no/low cost

- Penguatan sinergi dan koordinasi lintas kementerian, pemda, asosiasi dan

industri.

- Inisiasi implementasi peluang KE dan RE yang bersifat medium cost.

- Monitoring dan evaluasi reguler program.

- Perbaikan program dan tindak lanjut.

2. Periode 2015-2020.

- Akselerasi implementasi berbagai peluang KE dan RE yang bersifat

medium cost yang ditargetkan dapat diselasaikan pada tahun 2017.

- Akselerasi implementasi berbagai peluang KE dan RE yang bersifat high

cost yang ditargetkan dapat diselasaikan pada tahun 2019-2020.

- Monitoring dan evaluasi reguler program.

Adapun strategi pelaksanaan yang perlu dilakukan dibagi menjadi strategi pokok

dan strategi operasional. Strategi pokok pelaksanaan adalah sebagai berikut:

1. Sosialisasi program konservasi energi;

2. Peningkatan Kapasitas SDM (Bantuan Non Teknologi);

3. Peningkatan perangkat kebijakan/ Teknologi (kebijakan/stimulus

Teknologi);

4. Implementasi & Supervisi;

5. Monitoring & Evaluasi Program.

Sedangkan strategi operasional adalah sebagai berikut;

1. Koordinasi Program (pemerintah pusat-daerah)

2. Pelatihan teknik KE dan RE secara reguler.

3. Technology Improvement (Lembaga Riset, Vendor & Industri)

4. Implementasi program KE (Bantuan Audit & Stimulation Project)

5. Pengembangan perangkat sistem informasi dan Monitoring.

6. Pengembangan Industri Percontohan KE dan RE.

7. Stimulasi Insentif.

8. Market driven untuk meningkatkan produktivitas.

9. Penguatan pasokan energi

LAPORAN AKHIR ”Implementation of Energy Conservation and CO2 Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)”

Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 9-13

PT. Energy Management Indonesia (Persero) 2011

Secara lengkap rencana program implementasi konservasi energi dan reduksi

emisi di industri baja dan industri pulp-kertas dapat dilihat pada Tabel berikut.

LAPORAN AKHIR ”Implementation of Energy Conservation and CO2

Kementerian Perindustrian Republik Indonesia

PT. Energy Management Indonesia (Persero)

Tabel 9.2a. Rencana program implementasi konservasi energi dan reduksi emisi di industri baja dan industri pulp

2 Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)”

. Rencana program implementasi konservasi energi dan reduksi emisi di industri baja dan industri pulp

9-14

2011

. Rencana program implementasi konservasi energi dan reduksi emisi di industri baja dan industri pulp-kertas (2011-2015)

LAPORAN AKHIR ”Implementation of Energy Conservation and CO2 Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)”

Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 9-15

PT. Energy Management Indonesia (Persero) 2011

Tabel 9.2b. Rencana program implementasi konservasi energi dan reduksi emisi di industri baja dan industri pulp-kertas (2015-2020)

LAPORAN AKHIR ”Implementation of Energy Conservation and CO2 Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)”

Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 9-16

PT. Energy Management Indonesia (Persero) 2011

9.5.2 Rencana Aksi Program

Dari hasil perencanaan pokok program implementasi konservasi energi dan reduksi

emisi di industri baja dan industri pulp-kertas selanjutnya dilakukan perumusan

rencana aksi program. Dalam perumusan rencana aksi ini, peluang konservasi

energi yang dihasilkan dari pelaksanaan audit energi di 35 industri baja dan

industri kertas menjadi acuan utama. Berbagai faktor-faktor pendukung dan faktor

kendala dijadikan sebagai aspek pertimbangan untuk sehingga rencana aksi yang

disusun dapat menghasilkan pencapaian sesuai dengan target yang ditetapkan.

Tabel berikut merupakan rencana aksi yang perlu dilakukan sesuai dengan

program pokok kegiatan. Waktu pelaksanaan masing-masing rencana aksi

kegiatan tersebut secara langsung disesuaikan dengan kerangka waktu yang

terdapat pada rencana pokok program. Secara lengkap program rencana aksi dari

masing-masing rencana pokok program dapat dilihat pada Tabel berikut.

LAPORAN AKHIR 9-17

”Implementation of Energy Conservation and CO2 Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)” Kementerian Perindustrian Republik Indonesia

PT. Energy Management Indonesia (Persero) 2011

Tabel 9.3. Rencana program aksi konservasi energi dan reduksi emisi di industri baja dan industri pulp-kertas (2011-2020)

LAPORAN AKHIR 9-18

”Implementation of Energy Conservation and CO2 Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)” Kementerian Perindustrian Republik Indonesia

PT. Energy Management Indonesia (Persero) 2011

Tabel 9.3. Lanjutan

LAPORAN AKHIR 9-19

”Implementation of Energy Conservation and CO2 Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)” Kementerian Perindustrian Republik Indonesia

PT. Energy Management Indonesia (Persero) 2011

Tabel 9.3. Lanjutan

LAPORAN AKHIR 9-20

”Implementation of Energy Conservation and CO2 Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)” Kementerian Perindustrian Republik Indonesia

PT. Energy Management Indonesia (Persero) 2011

Tabel 9.3. Lanjutan

LAPORAN AKHIR 9-21

”Implementation of Energy Conservation and CO2 Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)” Kementerian Perindustrian Republik Indonesia

PT. Energy Management Indonesia (Persero) 2011

Tabel 9.3. Lanjutan

LAPORAN AKHIR ”Implementation of Energy Conservation and CO2 Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)” Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 9-22

PT. Energy Management Indonesia (Persero) 2011

9.6 PROGRAM PENDUKUNG

Rencana program implementasi konservasi energi dan reduksi emisi di industri baja

dan industri pulp-kertas ini dapat memanfaatkan berbagai rencana pengembangan

infrastruktur yang dilakukan oleh pemerintah. Pengembangan infrastruktur yang

secara langsung akan mendukung pelaksanaan KE dan RE antara lain adalah

pembangunan jaringan infrastruktur pasokan gas, energi listrik, panas bumi dan

berbagai infrstruktur pendukung lainnya. Ketersediaan infrastruktur tersebut akan

meminimasi masalah kekurangan pasokan energi khusunya gas dan listrik.

Penguatan pasokan energi tersebut akan menghindari operasi beban rendah

ataupun operasi intermitent di beberapa industri (potensi penghematan energi 3%-

5%).

Rencana pengembangan industri hulu baja juga secara langsung akan memperkuat

pasokan bahan baku ke industri hilir. Kepasitian dan kemudahan pasokan bahan

baku ini akan memberikan perencanaan operasi industri baja yang lebih baik dan

secara langsung akan memberikan penurunan intensitas konsumsi energi (operasi

pada kapasitas optimum).

Saat ini ada terdapat 2 program utama pemerintah yang dapat dijadikan sebagai

program pendukung akselerasi implementasi KE & RE, yaitu:

1. Road map pengembangan industri baja nasional dan;

2. Program MP3EI (Master Plan Percepatan Pengembangan Ekonomi

Indonesia).

9.6.1 Road Map Pengembangan Industri Baja Nasional

Road map pengembangan industri baja nasional telah disusun, dan beberapa poin

(tantangan) yang harus dihadapi oleh Industri baja Nasional dalam rangka

pengembangan adalah harus mampu mengatasi hal-hal berikut:

⇒ Ketergantungan bahan baku impor iron-ore/pellet dan serta produk antara tertentu;

⇒ Keterbatasan pendanaan dan litbang untuk memanfaatkan sumber daya bijih besi lokal bagi industri baja;

⇒ Daya saing produk baja yang rendah karena produksi yang tidak effisien;

⇒ Belum menunjangnya infrastruktur di luar Jawa yang diperlukan bagi pengembangan industri baja;

⇒ Belum didukungnya pendanaan murah jangka panjang oleh Perbankan Nasional bagi pengembangan industri baja hulu;

⇒ Kurang dukungan dalam hal perpajakan dan insentif bagi industri baja hulu;

LAPORAN AKHIR ”Implementation of Energy Conservation and CO2 Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)” Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 9-23

PT. Energy Management Indonesia (Persero) 2011

⇒ Kurangnya sinkronisasi antara Kebijakan Pusat dan Daerah.

Langkah strategik untuk menjawab tantangan-tantangan diatasdirancang melalui

tiga tahapan implementasi:

Tahap 1:

Integrasi Industri Hulu dan Peningkatan Kapasitas Produksi yaitu

menyeimbangkan struktur industri dan perbaikan kinerja industri baja

nasional serta meningkatkan kapasitas produksi.

Tahap 2:

Peningkatan Kapasitas dan Pengembangan Produk Baru yaitu peningkatan

kapasitas produksi yang baru.

Tahap 3:

Peningkatan Daya Saing Produksi dan Pertumbuhan Berkelanjutan yaitu

sebagai Industri Baja yang Tangguh dan Mandiri.

Dalam pencapaian tahapan-tahapannya strategi pokok dalam road-map

pengembangan industri baja nasional adalah Peningkatan daya saing produk baja

melalui efisiensi produksi. Sedangkan upaya pencapaian atau strategi

operasional dalam road-map pengembangan industri baja nasional adalah;

⇒ Menumbuh kembangkan iklim usaha yang kondusif

⇒ Mengembangkan industri berdasarkan prioritas

⇒ Pengembangan industri dengan pendekatan klaster

⇒ Pengembangan kemampuan inovasi teknologi

⇒ Pengembangan peningkatan kemampuan SDM

⇒ Mendorong penggunaan energi alternatif

⇒ Penerapan SNI dan Pedoman Pengelolaan Lingkungan

Korelasi road-map KE &RE terhadap road-map pengembangan industri baja

nasional adalah:

1. Melalui optimalisasi energi akan diperoleh perbaikan salah satunya

komponen biaya energi (dengan turunnya biaya energi, biaya produksi

akan turun dan daya saing meningkat).

2. Pengembangan Teknologi merupakan target suatu konservasi energi,

karena peralatan merupakan komponen yang menggunakan energi,

dengan peralatan yang menggunakan teknologi hemat energi/efisien

(memiliki intensitas energi yang lebih baik) akan dicapai suatu penggunaan

energi yang sustainable.

3. SDM yang memiliki wawasan konservasi energi akan senantiasa berupaya

melakukan langkah-langkah konservasi energi disetiap lini/rantai nilai

LAPORAN AKHIR ”Implementation of Energy Conservation and CO2 Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)” Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 9-24

PT. Energy Management Indonesia (Persero) 2011

proses operasi industri, hal ini akan selaras dengan program yaitu

meningkatkan efektivitas dan efisiensi produksi.

4. Industri (dalam hal ini manajemen) yang telah terkonsep dalam suatu

koridor konservasi energi akan berupaya menerapkan manajemen energi

sebagai perangkat strategis untuk perencanaan dan pengelolaan

energinya, dengan demikian dalam hal pemenuhan energi, manajemen

akan berupaya mencari alternatif energi guna merealisasikan tujuannya

yaitu mencapai nilai tambah dari pemanfaatan energinya.

5. Dalam koridor ramah lingkungan, konservasi energi memiliki linkage

backward-forward artinya pengelolaan energi yang berwawasan konservasi

energi akan memperoleh manfaat ganda antara lain meningkatkan daya

saing sehingga perspektif finansial perusahaan baik serta memiliki lini

produksi yang ramah lingkungan sehingga dampak pengrusakan

lingkungan minimal.

6. Apabila industri baja dan kertas telah memperoleh manfaat linkage

backward-forward konservasi energi, dan daya saing industri meningkat

sehingga akumulasi ini akan membawa manfaat positif antara lain

kontribusi terhadap GDP bertambah sehingga ekonomi negara membaik

dan iklim usaha akan kondusif yang pada akhirnya manfaat ini akan

kembali dirasakan oleh industri berupa kondusifnya market yang dapat

meningkatkan tingkat produktivitasnya.

9.6.2 ProgramMP3EI (Master Plan Percepatan Pengembangan Ekonomi

Indonesia/Koridor Ekonomi Indonesia).

Pemerintah Indonesia saat ini tengah meluncurkan suatu master plan “Percepatan

Pengembangan Ekonomi Indonesia” atau “Percepatan Pengembangan Koridor

Ekonomi Indonesia. Koridor ekonomi yang berada dalam cakupan master plan ini

sebanyak 7 (tujuh) koridor ekonomi, antara lain:

1. IEDC/Indonesia Economic Development Corridors Masterplan EJBNT/East

Java Bali Nusa Tenggara;

2. IEDC/Indonesia Economic Development Corridors Masterplan

ESNWJ/Eastern Sumatera North West Java;

3. IEDC Masterplan Kalimantan;

4. IEDC Masterplan NJ/Nothern Java;

5. IEDC Masterplan Papua;

6. IEDC Masterplan Sulawesi;

7. MPA/Metropolitan Priority Area Jakarta.

LAPORAN AKHIR ”Implementation of Energy Conservation and CO2 Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)” Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 9-25

PT. Energy Management Indonesia (Persero) 2011

Dalam kaitannya dengan road map KE & RE, ada beberapa rencana strategis

(rencana aksi interdepartemen) dalam master plan pengembangan percepatan

koridor ekonomi ini antara lain:

⇒ Kementerian ESDM memberikan rencana strategis berupa pemetaan

sumber-sumber daya energi, mineral dan bahan-bahan tambang dalam

bentuk pemetaan SDA (Sumber Daya Alam) berdasarkan rantai nilai

guna meningkatkan nilai tambah dari sektor SDA.

⇒ Kementerian PU bersinergi dengan Kementerian Perhubungan

memberikan rencana strategis berupa pembangunan beberapa sarana

dan prasarana (Infrastruktur Jalan, Jembatan, Pelabuhan dan fasilitas

pelabuhan) yang akan memudahkan akses masing-masing koridor

ekonomi (meningkatkan nilai tambah dari dukungan infrastruktur).

⇒ Kementerian Perindustrian memberikan rencana strategis berupa

pengembangan kawasan-kawasan industri strategis (kawasan industri

yang mudah dalam mengakses energi, sarana angkut, penyimpanan,

pengelolaan limbah, dll.) dengan harapan terwujudnya nilai tambah

industri melalui aglomerasi industri sehingga struktur industri baja

nasional akan semakin kuat dengan semakin efisiennya rantai nilai

dimasing-masing industri inti, industri pendukung dan industri terkait.

Koridor ekonomi yang ada kaitannya dengan pengembangan/jaminan ketersediaan

energi bagi industri baja nasional adalah:

⇒ IEDC/Indonesia Economic Development Corridors Masterplan

ESNWJ/Eastern Sumatera North West Java;

Gambar 8.7 Peta M3EI koridor Sumatera-Jawa Barat

LAPORAN AKHIR ”Implementation of Energy Conservation and CO2 Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)” Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 9-26

PT. Energy Management Indonesia (Persero) 2011

Sumatera memiliki potensi besar untuk meningkatkan kapasitas pembangkit

listrik.Nilai tambah/manfaat dari Indonesia Economic Development Coridor (IEDC)

– ESNWJ untuk pengembangan industri baja nasional dalam kerangka optimalisasi

pemanfaatan energi melalui jaminan ketersediaan energi adalah:

Dengan adanya koridor ekonomi ini, maka:

1. Akses terhadap energi semakin baik (meningkatkan jaminan ketersediaan

energi) dengan adanya peningkatan infrastruktur;

2. Energi alternatif berupa bio-fuel yang disuplai dari industri palm-oil, dapat

dijadikan sebagai energi alternatif bagi industri dalam rangka pemenuhan

konsumsi energi pabrik;

3. Pembangunan pembangkit listrik di mulut tambang akan membantu dalam

hal pemenuhan kebutuhan daya (energi listrik).

Korelasi road-map KE &RE terhadap MP3EI:

1. Saat ini tengah diluncurkan suatu master plan percepatan pengembangan

ekonomi Indonesia, dimana pengembangan didasarkan pada potensi-

potensi daerah (koridor ekonomi). Masing-masing koridor memiliki potensi

yang berbeda-beda, terutama yang ada kaitannya dengan road map KE &

PE antara lain potensi cadangan/sumber daya energi, tambang dll.

2. Dalam kaitannya dengan industri baja dan kertas adalah, dengan

terpetakannya potensi ekonomi maka:

� Kedepannya industri-industri pendukung dan industri terkait akan

tumbuh sehingga industri inti akan memperoleh manfaatnya (akses

terhadap raw material, akses transportasi, dan akses energi).

� Aglomerasi industri akan terwujud, akibat adanya perbaikan-

perbaikan infrastruktur yang mendukung pertumbuhan industri.

� Industri yang tersentra dalam suatu kawasan akan lebih optimal baik

dari sisi penyediaan energinya maupun sisi pengelolaan limbahnya.

� Seperti halnya di China industri diklasterkan dalam suatu kawasan,

apabila hal ini diterapkan di Indonesia maka dapat dikonsepkan

dalam suatu kawasan konservasi energi.

9.7 PERAN DAN FUNGSI PIHAK-PIHAK TERKAIT

9.7.1 Peran & Fungsi Industri:

Sektor industri baja dan industri pulp-kertas merupakan pemegang peran utama

dalam implementasi berbagai program konservasi energi dan reduksi emisi di

LAPORAN AKHIR ”Implementation of Energy Conservation and CO2 Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)” Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 9-27

PT. Energy Management Indonesia (Persero) 2011

masing-masing industrinya. Hal terpenting yang harus dilakukan oleh masing-

masing industri khususnya top manajemen antara lain adalah:

1. Berkomitmen (sisi manajemen puncak) menjadikan sistem perencanaan &

pengelolaan energi sebagai bagian strategis perusahaan.

2. Membuat kebijakan yang berkaitan dengan operasional sistem manajemen

energi diperusahaan.

3. Membangun sistem perencanaan & pengelolaan energi melalui sistem

manajemen dan informasi energi dan emisi (SMIEE).

4. Membangun kelembagaan/organisasi energi.

5. Mengimplementasikan potensi penghematan energi yang dapat

diaplikasikan di industri.

6. Memonitoring intensitas konsumsi energi dan emisi, kemudian melaporkan

kepada Kemenperin.

Berkaitan dengan fungsi dan peran Asosiasi, dukungan Asosiasi Baja adalah:

1. Ikut membantu/berpartisipasi pelaksanaan program KE & RE di industri.

2. Memberikan masukan/kontribusi untuk keberlangsungan program KE & RE

di Industri.

3. Selalu melakukan koordinasi sehingga pemerintah dapat memperoleh data

dan informasi yang tepat/akurat yang dapat digunakan sebagai data &

informasi untuk menilai pencapaian program KE & RE di industri.

9.7.2 Peran & Fungsi Kementerian Perindustrian:

Kementerian Perindustrian sebagai salah satu lembaga pemerintah yang secara

langsung memiliki keterkaitan dengan industri memiliki fungsi dan peran yang

mampu menstimulus implementasi dan percepatan program KE & RE di industri

Baja dan industri Pulp-Kertas. Fungsi utama Kementerian Perindustrian dalam hal

ini adalah sebagai lembaga pengatur dan pembuat kebijakan (regulator),

pengarah dan perencana progran KE dan RE secara nasional (director & main

designer), sebagai lembaga yang memfasiliatsi berbagai program kegiatan dan

penguatan kordinasi (fasilitator) dan sebagai lembaga yang memonitor dan

mengevaluasi pencapian pelaksanaan program (evaluator).

Berikut merupakan uraian fungsi dan peran Kementerian Perindustrian terkait

dengan program implementasi Konservasi Energi dan Reduksi Emisi di sektor

industri baja dan industri pulp dan kertas.

LAPORAN AKHIR ”Implementation of Energy Conservation and CO2 Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)” Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 9-28

PT. Energy Management Indonesia (Persero) 2011

Fungsi Peran

Pengatur/Regulator Mengeluarkan aturan/regulasi dalam bentuk

peraturan menteri tentang pelaksanaan program KE

&RE di industri baja & Pulp and Paper.

Mereview program KE &RE untuk tujuan percepatan

dan menjaga kondusifitas program KE &RE.

Pengarah Mengarahkan program KE &RE sesuai dengan arah,

tujuan dan target pencapaian program KE &RE di

industri Baja & Pulp and Paper.

Melakukan supervisi implementasi program-program

KE yang sifatnya menggunakan

bantuan/kemudahan/insentif dari pemerintah.

Fasilitator Memfasilitasi program KE & RE melalui bantuan-

bantuan yang akan menstimulus program KE & PE.

Melakukan koordinasi dengan lembaga

pemerintah/Kementerian lain sehubungan dengan

upaya percepatan dan kondusifitas program KE &

PE.

Monitoring dan

Evaluasi

Melakukan Kontrol/pengendalian dan

Monitoring/pengawasan pelaksanaan program KE

&RE agar Program yang tengah berjalan sesuai

dengan perencanaan.

Melakukan evaluasi program KE &RE untuk menilai

Program dari sisi:

� Kendala/hambatan yang dapat menghambat

pelaksanaan program KE &RE.

� Pencapaian program KE &RE berdasarkan

indikator (KPI, key performance indicator)

masing-masing program

implementasi/operasional.

Berkaitan dengan fungsi dan peran Kementerian perindustrian, dukungan

Kemenperin adalah:

1. Mengeluarkan regulasi berupa peraturan menteri berupa pelaksanaan

program KE & RE di industri baja & Pulp and paper.

2. Memberikan bantuan teknis energy assesment bagi industri yang telah

melakukan MoU (program kemitraan) dengan Kemenperin.

LAPORAN AKHIR ”Implementation of Energy Conservation and CO2 Emission Reduction In Industrial Sector (Phase 1)” Kementerian Perindustrian Republik Indonesia 9-29

PT. Energy Management Indonesia (Persero) 2011

3. Memfasilitasi industri berupa peningkatan kapasitas SDMnya melalui

pelatihan.

4. Memberikan Workshop/FGD program KE & RE sebagai upaya sosialisasi

bagi industri yang belum MoU dan bagi pemerintah daerah sebagai mitra

pemerintah di daerah (sinergi pemerintah) guna terlaksananya program KE

& RE secara kondusif.

5. Memberikan bantuan/insentif berupa skema kemudahan/pengurangan

pajak untuk beberapa proyek implementasi konservasi energi.

6. Melakukan koordinasi (inter-departemen/kementerian):

⇒ Dengan Kementerian Keuangan:

� Menyiapkan skema yang tepat (ramping/mudah/aplikatif)

berkaitan dengan program bantuan stimulus/insentif yang akan

digunakan pada program konservasi energi dan penurunan

emisi di industri Baja dan Pulp & paper.

⇒ Dengan Kementerian ESDM:

� Memberikan informasi/masukan mengenai hambatan-hambatan

yang dialami oleh industri berkaitan dengan masalah energi.

� Memberikan informasi/masukan mengenai

percepatan/peningkatan program infrastruktur penyediaan

energi, sehingga diperoleh suatu prioritas perencanaan

penyediaan energi ke industri sehingga akses industri ke

sumber energi tidak mengalami kesulitan.