47
34 RISET DAN PENGEMBANGAN KEPENDIDIKAN 1 TINJAUAN UMUM Bab ini menjelaskan strategi untuk mengembangkan produk- produk kependidikan yang terbukti efektivitasnya. Strategi ini disebut Riset dan Pengembangan (R & P). Terdiri dari suatu siklus di mana suatu versi produk dikembangkan, diuji secara lapangan dan direvisi berdasarkan data uji lapangan. Walaupun pengembangan produk kadang-kadang terjadi dalam studi-studi riset dasar dan terapan, tujuan utamanya adalah untuk menemukan pengetahuan baru. Sebaliknya, tujuan R & P adalah untuk menjembatani kesenjangan yang sering ada di antara riset kependidikan dan praktik kependidikan. Berbagai langkah dari siklus R & P diuraikan dalam bab ini serta beberapa masalah dan isu yang dihadapi para pengembang saat mereka merancang produk baru. TUJUAN Setelah mempelajari bab ini, Anda akan dapat: 1 Berdasarkan materi dari The Minicourse: A Microteaching Approach to Teacher Education oleh Walter R. Borg, Marjorie L. Kelley, Philip Langer, dan Meredith Gall (New York: Macmillan, 1970).

Riset Dan Pengembangan Kependidikan

Embed Size (px)

DESCRIPTION

PENDIDIKAN

Citation preview

RISET DAN PENGEMBANGAN KEPENDIDIKAN

TINJAUAN UMUM Bab ini menjelaskan strategi untuk mengembangkan produk-produk kependidikan yang terbukti efektivitasnya. Strategi ini disebut Riset dan Pengembangan (R & P). Terdiri dari suatu siklus di mana suatu versi produk dikembangkan, diuji secara lapangan dan direvisi berdasarkan data uji lapangan. Walaupun pengembangan produk kadang-kadang terjadi dalam studi-studi riset dasar dan terapan, tujuan utamanya adalah untuk menemukan pengetahuan baru. Sebaliknya, tujuan R & P adalah untuk menjembatani kesenjangan yang sering ada di antara riset kependidikan dan praktik kependidikan. Berbagai langkah dari siklus R & P diuraikan dalam bab ini serta beberapa masalah dan isu yang dihadapi para pengembang saat mereka merancang produk baru.TUJUANSetelah mempelajari bab ini, Anda akan dapat:

1. Mengemukakan dua kekurangan dari riset dasar dan terapan sebagai strategi-strategi untuk pengembangan produk-produk kependidikan.2. Menguraikan sepuluh langkah dari siklus R & P.

3. Menerangkan empat kriteria yang dapat digunakan untuk memilih produk kependidikan untuk dikembangkan.

4. Mempertahankan pentingnya menjelaskan tujuan-tujuan perilaku dalam R & P kependidikan.

5. Menjabarkan mengapa penting untuk menguji lapangan suatu produk dalam sebuah lingkungan yang sama dengan yang nantinya akan digunakan pada waktu dikembangkan seluruhnya.

6. Memberi pendapat untuk dan terhadap perbaikan materi-materi kependidikan selama tahap-tahap awal pengembangan.

7. Menjabarkan dua kesempatan bagi mahasiswa tingkat sarjana untuk mengerjakan proyek R & P.

APA YANG DIMAKSUD DENGAN RISET DAN PENGEMBANGAN KEPENDIDIKANRiset dan pengembangan kependidikan (kadang-kadang disebut pengembangan berbasis riset) tampaknya menjadi strategi paling menjanjikan yang sekarang kita miliki dalam pendidikan, kami akan menjabarkan istilah itu dan menunjukkan bagaimana itu berbeda dari riset kependidikan, yang di masa silam dipertimbangkan oleh banyak orang menjadi metode terbaik untuk memperbaiki sekolah-sekolah kita.Riset dan pengembangan (R & P) kependidikan adalah suatu proses yang digunakan untuk mengembangkan dan mengesahkan produk-produk kependidikan. Langkah-langkah proses ini biasanya mengacu pada siklus R & P, yang terdiri dari mempelajari temuan-temuan riset terkait dengan produk yang akan dikembangkan, mengembangkan produk berdasarkan pada temuan-temuan ini, mengujinya di lapangan dalam lingkungan di mana produk ini akan dikembangkan pada akhirnya, dan merevisinya untuk memperbaiki beberapa kekurangan yang ditemukan dalam tahap pengujian lapangan. Dalam program-program R & P yang lebih kaku, siklus ini diulangi hingga data uji-lapangan menunjukkan bahwa produk itu memenuhi tujuan-tujuan yang ditentukan secara perilaku.

Sebaliknya, sasaran riset kependidikan adalah bukan untuk mengembangkan produk-produk, tetapi untuk menemukan pengetahuan baru (melalui riset dasar) atau untuk menjawab beberapa pertanyaan spesifik tentang masalah-masalah praktis (melalui riset terapan). Tentu saja, banyak proyek riset terapan melibatkan pengembangan produk-produk kependidikan. Misalnya, dalam suatu proyek yang terkait dengan membandingkan efektivitas dua metode pengajaran membaca, peneliti dapat mengembangkan materi-materi yang menggabungkan tiap etode karena materi-materi yang sesuai tidak tersedia. Namun, secara tipikal, materi-materi ini dikembangkan dan diperbaiki hanya pada pokok persoalan di mana materi tersebut dapat digunakan untuk menguji hipotesis peneliti. Untuk alasan ini maka jarang bagi riset kependidikan terapan yang menghasilkan produk-produk siap sedia untuk penggunaan operasional di sekolah-sekolah.Walaupun keduanya memiliki banyak kontribusi penting terhadap pendidikan, riset dasar dan terapan pada umumnya merupakan metodologi lemah untuk mengembangkan produk-produk baru yang dapat digunakan di sekolah-sekolah. Dalam riset terapan khususnya, peneliti sering kali mendapati dirinya membandingkan produk-produk yang dirancang dengan buruk, tidak terbukti, atau tidak lengkap untuk menentukan manakah yang memadai. Metodologi ini umumnya menghasilkan hasil-hasil negatif atau tidak meyakinkan, dan yang paling baik membawa perbaikan dalam pendidikan pada tingkat yang lambat. Bahkan ketika hasil-hasil itu diperoleh, beberapa temuan positif biasanya signifikan hanya dalam arti statistik dan tidak memiliki signifikansi praktis untuk kelas reguler. Kekurangan lain dari banyak studi riset dasar dan terapan adalah bahwa situasi-situasi yang mereka pelajari terlalu terpisah dari kelas biasa yang banyak berpengaruh langsung terhadap praktik pendidikan. Tentu saja memang benar, bahwa riset dasar dan terapan menghasilkan beberapa temuan yang akhirnya digunakan untuk meningkatkan praktik pendidikan. Namun, kesenjangan antara temuan-temuan ini dan praktek pendidikan sering begitu besar sehingga banyak pakar telah mengabdikan seumur hidup untuk masalah riset dasar dan terapan yang bermanfaat tanpa memperbaiki sekolah-sekolah itu sedikit pun. Para pendidik dan peneliti telah mencari cara untuk menjembatani kesenjangan di antara riset dan praktik selama bertahun-tahun. Inilah kontribusi R & P kependidikan. Dibutuhkan beberapa temuan yang dihasilkan oleh riset dasar dan terapan dan menggunakannya untuk menciptakan produk-produk teruji yang siap sedia untuk penggunaan operasional di sekolah-sekolah. Namun, kami harus menekankan di sini, bahwa R & P kependidikan bukan merupakan pengganti untuk riset dasar atau terapan. Ketiga strategi risetdasar, terapan, dan R & Pdiwajibkan untuk menghasilkan perubahan pendidikan. Bahkan, R & P meningkatkan dampak potensial dari hasil-hasil riset dasar dan terapan pada praktik sekolah dengan menerjemahkannya menjadi produk-produk pendidikan yang dapat digunakan. Bidang evaluasi kependidikan berkaitan erat dengan riset dan pengembangan pendidikan. Teknik-teknik evaluasi berperan utama dalam R & P, meskipun evaluasi juga digunakan untuk keperluan lain di bidang pendidikan. Siswa disarankan untuk membaca ulang bab 17 setelah menyelesaikan bab ini.

R & P kependidikan kadang-kadang disamakan dengan pengembangan kurikulum. Ini adalah gagasan keliru. Pengembangan kurikulum tidak selalu melibatkan penggunaan metodologi R & P. Sebagai contoh, pengembangan kurikulum sering dipandu oleh filosofi kurikulum atau disiplin akademis bukan oleh temuan-temuan riset empiris. Juga, pengembangan panduan dan materi kurikulum biasanya tidak mencakup siklus revisi uji lapangan. Studi oleh Educational Products Information Exchange menunjukkan bahwa kurang dari 1 persen dari setengah juta atau lebih materi kurikulum yang dijual oleh industri penerbitan sudah pernah diuji lapangan dengan siswa-siswa dan direvisi sebelum publikasi. Namun, makin banyak pengembang kurikulum menggunakan beberapa elemen metodologi R & P kependidikan dalam pekerjaan mereka. Karena lebih banyak unsur yang digunakan, pengembangan kurikulum mendekati R & P kependidikan. Metodologi R & P tidak memiliki hubungan erat dengan bidang teknologi instruksional. Teknologi Instruksional dapat didefinisikan sebagai penggunaan teknik-teknik riset divalidasi untuk memberikan hasil-hasil pembelajaran tertentu. Bidang teknologi instruksional digunakan untuk berfokus terutama pada perangkat keras audiovisual dan materi, tetapi dalam beberapa tahun terakhir telah banyak dipengaruhi oleh R & P kependidikan dan oleh kemajuan dalam psikologi pembelajaran. Para pekerja R & P pada tahun 1960-an dan 70-an adalah para teknolog pembelajaran di masa kini. Jika Anda berencana mengerjakan tesis atau disertasi R & P, kami sarankan Anda mempelajari teknologi instruksional untuk menentukan apakah beberapa metode sesuai dengan proyek Anda. Desain produk R & P tidak perlu didasarkan pada trial and error; ada banyak metode teknologi instruksional yang divalidasi. Metode-metode ini mencakup berbagai aspek desain R & P: analisis awal dan akhir (penilaian kebutuhan, analisis sistem, analisis tugas, analisis hierarki kecakapan, dll); tipologi hasil pembelajaran; kesamaan teknik instruksional untuk hasil belajar; kesamaan karakteristik peserta didik dengan metode pengajaran; proses meta-kognitif dalam pembelajaran, pengajaran individual (KellerPlan, pengajaran auto-tutorial, penguasaan pembelajaran, dll); dan penilaian yang mengacu pada domain. Metode-metode ini dan yang lain yang dijabarkan dalam beberapa buku teks disebutkan dalam Daftar Pustaka Beranotasi di akhir bab ini. Juga, hal ini berguna untuk mengenal beberapa organisasi profesional dalam teknologi pengajaran dan publikasi mereka: Lembaga Nasional untuk Kinerja dan Pengajaran (Jurnal NSPI, Kinerja Manusia Triwulan), Asosiasi Komunikasi dan Teknologi Kependidikan (Inovator Instruksional, Jurnal Komunikasi dan Teknologi Kependidikan), dan American Society for Training dan Development (Pelatihan).

SIKLUS R & P Dalam sisa bab ini kami akan membahas setiap langkah-langkah utama dalam siklus R & P. Siklus R & P spesifik yang akan disajikan dikembangkan oleh staf Program Pendidikan Guru di Laboratorium Far West untuk Riset dan Pengembangan Kependidikan, di mana penulis tadinya bergabung. Laboratorium Far West merupakan salah satu dari 10 laboratorium regional yang didanai oleh Kantor Pendidikan Amerika Serikat untuk menghasilkan perbaikan pendidikan melalui R & P. Program Pendidikan Guru mengembangkan produk-produk yang disebut minicourses atau kursus singkat, yang dirancang untuk meningkatkan penggunaan keterampilan kelas tertentu oleh guru. Karena kami akan menggunakan pengembangan minicourse pertama untuk menggambarkan siklus R & P, kami akan menjelaskan secara singkat di sini mengenai karakteristik produk ini. Setiap minicourse mencakup sekitar 15 jam pelatihan guru baik dalam masa prajabatan ataupun dalam dinas. Selama waktu ini, guru yang dilatih diperkenalkan pada sejumlah keterampilan kelas tertentu. Keterampilan ini pertama kali dijelaskan dan digambarkan dalam film instruksional. Peserta latihan kemudian menyaksikan keterampilan-keterampilan ini ditayangkan dalam film model, yaitu, film mengenai situasi kelas singkat yang dilaksanakan oleh guru model. Kemudian peserta latihan merencanakan pelajaran singkat di mana ia berusaha menerapkan keterampilan yang telah disajikan, memberi pelajaran kepada sekelompok kecil murid, dan merekam pelajaran itu pada rekaman video. Segera setelah pelajaran, peserta latihan menyaksikan rekaman video, memfokuskan perhatiannya pada keterampilan tertentu yang berusaha dipelajarinya. Pelajaran ini disebut pelajaran microteach karena situasi kelas reguler diperkecil dari segi waktu dan jumlah murid. Setelah menyaksikan dan mengevaluasi rekaman video pelajarannya, guru kemudian merencanakan kembali pelajaran yang sama dan mengajarkannya kembali keesokan harinya kepada kelompok kecil murid lainnya. Pelajaran ini juga direkam pada rekaman video, dan sekali lagi ia menyaksikan dan mengevaluasi kinerjanya segera setelah pelajaran selesai. Guru kemudian melanjutkan ke urutan berikutnya dari pelajaran instruksional, pelajaran model, microteach, dan pengajaran ulang. Langkah-langkah utama dalam siklus R & P yang digunakan untuk mengembangkan minicourses adalah sebagai berikut:1. Riset dan pengumpulan informasiTermasuk tinjauan literatur, observasi kelas, dan penyusunan laporan terkini. 2. PerencanaanTermasuk menentukan keterampilan, menyatakan tujuan untuk menentukan urutan kursus, dan pengujian kelayakan skala kecil. 3. Mengembangkan bentuk awal produktermasuk persiapan bahan ajar, buku panduan, dan perangkat evaluasi. 4. Pengujian lapangan awaldilaksanakan dalam 1 sampai 3 sekolah, dengan menggunakan 6 sampai 12 subjek. Wawancara, pengamatan dan data kuesioner dikumpulkan dan dianalisis. 5. Revisi produk utamarevisi produk seperti yang disarankan melalui hasil-hasil uji lapangan awal. 6. Pengujian lapangan utamaDilakukan dalam 5 sampai 15 sekolah dengan 30 sampai 100 subjek. Data kuantitatif pada kinerja prakursus dan pascakursus subyek dikumpulkan. Hasilnya dievaluasi sehubungan dengan tujuan program dan dibandingkan dengan data kelompok kontrol, bila perlu. 7. Revisi produk operasionalrevisi produk seperti yang disarankan melalui hasil uji lapangan utama. 8. Pengujian lapangan operasionaldilaksanakan dalam 10 sampai 30 sekolah yang melibatkan 40 hingga 200 subjek. Wawancara, pengamatan dan data kuesioner dikumpulkan dan dianalisis. 9. Revisi produk akhirrevisi produk seperti yang disarankan melalui hasil uji lapangan operasional. 10. Penyebaran dan implementasilaporan mengenai produk pada beberapa pertemuan profesional dan dalam jurnal. Bekerja dengan penerbit yang mengatur distribusi komersial. Memantau distribusi untuk memberikan kontrol kualitas. Urutan sepuluh langkah ini, jika diikuti dengan benar, menghasilkan produk pendidikan berdasarkan penelitian, yang sepenuhnya siap sedia untuk penggunaan operasional di sekolah-sekolah. Meskipun masing-masing dari sepuluh langkah ini akan dibahas secara rinci, kami harus menunjukkan di sini bahwa sebagian besar langkah-langkah ini juga termasuk dalam proyek-proyek riset pendidikan. Hal ini terutama berlaku dari langkah 6, pengujian lapangan utama, di mana data kuantitatif dikumpulkan untuk menentukan apakah produk tersebut memenuhi tujuan kinerjanya. Bagian dari siklus R & P ini pada dasarnya sama dengan proyek riset evaluasi (lihat bab 17).

Seleksi Produk Sebelum proses pendidikan R & P dapat diterapkan, maka penting sekali menjabarkan secara khusus produk pendidikan yang akan dikembangkan. Ulasan ini harus mencakup: (1) deskripsi keseluruhan narasi dari produk yang diusulkan, (2) garis besar tentatif dari produk apa yang akan mencakup dan bagaimana akan digunakan, dan yang paling penting, (3) pernyataan spesifik tentang tujuan produk. Dalam hal program studi seperti minicourse, tujuan itu harus menyatakan tingkat kinerja spesifik yang harus dicapai oleh guru dalam menyelesaikan kursus, yaitu, berapa kali mereka akan menunjukkan keahlian masing-masing dalam jangka waktu tertentu.

Dalam kebanyakan kasus, sifat produk akan berubah secara substansial selama proses pengembangan. Ini tidak berarti bahwa perencanaan awal harus dianggap enteng. Perencanaan ini memberikan fondasi terhadap revisi yang dibuat selanjutnya. Tanpa perencanaan yang matang di awal, kemungkinan menciptakan produk yang baik jauh berkurang. Karena sangat sedikit produk yang berkembang baik tersedia dalam pendidikan, pengembang memiliki kemungkinan produk yang hampir tak terbatas yang dapat dikembangkan. Namun, ada sejumlah kriteria yang dapat diterapkan dalam memilih suatu bidang yang akan dikerjakan. Kriteria seleksi produk yang digunakan di Laboratorium Far West meliputi:1. Apakah produk yang diusulkan memenuhi kebutuhan pendidikan utama? 2. Apakah produk mutakhir itu yang cukup maju sehingga ada kemungkinan logis bahwa produk yang berhasil itu dapat diciptakan? 3. Apakah personil yang tersedia memiliki keterampilan, pengetahuan, dan pengalaman yang diperlukan untuk menghasilkan produk ini? 4. Dapatkah produk dikembangkan dalam waktu yang layak? Jelas bagi staf Program Pendidikan Guru bahwa ada kebutuhan mendesak untuk mengembangkan produk yang efektif bagi pendidikan guru dinas. Distrik sekolah umumnya menyelenggarakan sangat sedikit pendidikan dalam masa dinas, dan yang tersedia umumnya kurang bagus. Program pendidikan guru konvensional memiliki empat kelemahan serius: (1) guru diberitahu apa yang harus dilakukan sebagian besar waktu daripada diberi kesempatan untuk mempraktikkan teknik-teknik pengajaran yang baik; (2) sebagian besar program pelatihan memperlengkapi guru dengan generalisasi yang tidak jelas, seperti bedakan pengajaran Anda tetapi gagal melatih mereka secara spesifik dalam keterampilan kelas yang ditentukan secara perilaku; (3) guru peserta kekurangan model yang efektif yang dapat dicontoh; dan (4) program pelatihan konvensional memberikan sedikit atau tidak ada umpan balik kepada guru tentang kinerja kelasnya. Minicourse dirancang untuk mengatasi kelemahan-kelemahan dari program pelatihan guru yang ada. Tinjauan Literatur

Begitu sifat produk pendidikan telah diidentifikasi secara tentatif, tinjauan literatur dilakukan untuk mengumpulkan hasil-hasil riset dan informasi lain yang berkaitan dengan pengembangan yang direncanakan. Seperti dalam riset dasar atau terapan, salah satu tujuan tinjauan literatur adalah untuk menentukan kondisi pengetahuan dalam lingkup perhatian. Dalam proyek-proyek R & P, peneliti juga harus berfokus pada bagaimana pengetahuan ini dapat diterapkan pada produk yang ingin dikembangkannya. Suatu tinjauan awal literatur tentang metode pengajaran menyatakan bahwa teknik-teknik bertanya dalam diskusi kelas akan menjadi pilihan yang baik untuk minicourse pertama kami. Judul yang akhirnya diberikan pada Minicourse 1 adalah Pertanyaan EfektifTingkat Dasar. Karena Minicourse 1 adalah produk pertama yang dikembangkan oleh Program Pendidikan Guru, maka perlu melakukan dua tinjauan literatur. Tujuan dari tinjauan pertama adalah menemukan riset yang dapat digunakan guna mengembangkan model pengajaran dasar untuk pelatihan guru. Riset dalam empat bidang dipelajari: microteaching, pembelajaran dari film, umpan balik dalam pembelajaran, dan pemodelan dalam pembelajaran. Melalui tinjauan ini kami mampu mengidentifikasi beberapa teknik instruksional yang meningkatkan pembelajaran. Sebagai contoh, ditemukan bahwa memperlengkapi guru dengan umpan balik rekaman video tentang kinerja mengajarnya adalah teknik yang efektif untuk mengembangkan keterampilan kelas yang baru. Teknik yang efektif lainnya adalah memberikan model keterampilan yang harus dipelajari. Menariknya, hasil penelitian menunjukkan bahwa kehadiran seorang supervisor tidak perlu membawa perbaikan guru ketika model dan umpan balik rekaman video tersedia. Bahkan , Bruce Tuckman dan W. F. Oliver menemukan bahwa umpan balik supervisor menyebabkan perubahan dalam perilaku yang dinilai guru selama interval tiga bulan ke arah berlawanan dari yang direkomendasikan oleh supervisor. Namun banyak pendidik percaya bahwa supervisor merupakan elemen penting dalam pelatihan guru. Contoh ini menunjukkan bahwa pendapat dan praktik yang berlaku sering kali merupakan panduan yang buruk untuk mengembangkan produk pendidikan yang bekerja sesuai yang dimaksudkan.Tinjauan literatur kedua kami berkaitan dengan keterampilan bertanya dan berdiskusi. Kami menemukan bahwa penelitian di bidang ini diperpanjang kembali hingga studi Stevens pada tahun 1912 tentang ruang kelas SMA. Stevens menemukan bahwa dua pertiga dari pertanyaan guru mewajibkan siswa untuk mengingat fakta daripada berpikir tentang fakta-fakta. Lebih lanjut, guru berbicara dua pertiga dari waktu diskusi, sehingga memungkinkan siswa untuk berpartisipasi hanya sepertiga dari waktu itu. Beberapa hasil yang sama telah diperoleh dalam studi yang lebih baru. Tampaknya meskipun mereka telah mengetahui tentang kelaziman praktik pengajaran yang tidak diinginkan seperti itu untuk waktu yang lama, pendidik belum berhasil mewujudkan perbaikan yang diperlukan dalam keterampilan kelas oleh guru. Kami memutuskan bahwa tujuan utama dari Minicourse 1 akan mengurangi percakapan guru serta meningkatkan pembicaraan siswa, dan meningkatkan persentase pertanyaan pemikiran guru. Pada tahap tinjauan literatur berikutnya, perlu sekali mengidentifikasi teknik-teknik khusus yang dapat digunakan guru dalam mencapai tujuan tersebut. Meskipun beberapa studi penelitian bersangkutan, penting juga bagi kita untuk memberikan perhatian kepada pendapat dan pengalaman para praktisi. Contohnya, Groisser mendukung beberapa strategi mengajar yang termasuk dalam Minicourse 1, tetapi ia tidak menyajikan bukti efektivitasnya. Karena pengalaman lapangan kami berikutnya dengan Minicourse 1 menunjukkan bahwa sebagian besar strategi itu membawa perbaikan diskusi kelas, maka strategi itu dimasukkan dalam bentuk akhir kursus itu. Wawancara dan observasi langsung di lapangan juga menjadi suplemen berguna bagi sastra penelitian dalam memperlengkapi kita dengan dasar pengetahuan untuk mengembangkan produk pendidikan tertentu. Sebagai contoh, dalam Minicourse 5, yang berkaitan dengan ketrampilan bimbingan pelajaran matematika, kami tidak dapat menemukan hasil penelitian mengenai apa yang terjadi antara murid dan guru dalam urutan bimbingan seperti biasanya. Untuk mengisi kesenjangan ini secara parsial, laboratorium mengirim para pengamat ke sejumlah ruang kelas untuk mempelajari interaksi bimbingan belajar antara guru dan murid. Kami belajar dari pengamatan ini bahwa biasa kontak bimbingan belajar antara guru dan individu murid cukup singkat, rata-rata hanya 15 detik. Konten dari kontak bimbingan ini menunjukkan bahwa guru biasanya memberi jawaban kepada murid atau menunjukkan kesalahannya dan kemudian terus berjalan. Upaya-upaya membimbing murid menuju identifikasi kesalahannya atau untuk mengembangkan pemahaman tentang konsep-konsep matematika dan prosedur pemecahan masalah merupakan hal langka. Meskipun tidak dikumpulkan dalam lingkungan riset yang dikontrol ketat, data-data ini memperlengkapi kita dengan informasi dasar tentang sifat bimbingan pelajaran matematika di kelas-kelas menengah dan menunjukkan kepada kita bahwa guru bisa mendapat manfaat dari mempelajari urutan bimbingan belajar di mana murid dibimbing menuju penemuan kesalahannya dan pemahaman tentang konsep-konsep matematika dan prosedur pemecahan masalah. Dalam mengembangkan produk pendidikan menggunakan pendekatan R & P, peneliti akan sering memiliki pertanyaan tertentu yang tidak dapat dijawab dengan mengacu pada penelitian yang bersangkutan. Dengan demikian peneliti akan merasa terbantu untuk melaksanakan satu atau lebih studi-studi skala kecil sebelum mengembangkan produk. Juga , seperti yang kami sebutkan pada bagian selanjutnya , siklus R & P memungkinkan beberapa peluang untuk mengumpulkan data penelitian dan merevisi produk itu. Fase-fase dari siklus R & P ini dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan riset mendesak yang terlibat dalam pengembangan dan penggunaan produk.Perencanaan Begitu ia telah menyelesaikan tinjauan literaturnya dan mengumpulkan informasi yang berkaitan lainnya, pengembang melanjutkan ke langkah perencanaan siklus R & P.

Mungkin aspek paling penting dari perencanaan produk pendidikan berbasis riset adalah pernyataan tentang beberapa tujuan spesifik yang ingin dicapai oleh produk. Sering kali beberapa kritik terhadap praktik pendidikan yang ada yaitu bahwa tidak ada tujuan atau kriteria yang tersedia untuk menilai efektivitas mereka. Program-program kurikulum baru sering direkomendasikan untuk konten, format, filosofi pendidikan, dan penerimaannya oleh guru dan siswa. Namun yang hilang adalah pernyataan tentang tujuan program dalam hal hasil-hasil siswa. Sebagai contoh, tujuan program studi sosial dapat dinyatakan sebagai, Setidaknya 75 persen siswa yang menyelesaikan program ini akan memperoleh skor 90 atau lebih baik pada tes yang mengukur berbagai keterampilan peta. Tujuan-tujuan berbasis murid tersebut memungkinkan para pendidik untuk menentukan secara kuantitatif apakah program tersebut bekerja. Tujuan-tujuan juga memberikan dasar terbaik untuk mengembangkan program pembelajaran, karena program ini dapat menjadi diuji lapangan dan direvisi sampai memenuhi tujuannya. Spesifikasi yang tepat dari hasil-hasil pendidikanatau tujuan perilaku, disebut juga demikianmemerlukan keahlian dari pihak pengembang. Dalam beberapa hal mengembangkan tujuan perilaku untuk produk pendidikan sama dengan mengembangkan kriteria bagus dalam studi penelitian.

Selama tahap perencanaan, tujuan-tujuan perilaku biasanya dinyatakan agak bebas. Misalnya, dalam perencanaan awal Minicourse 1, salah satu tujuan kami menyatakan bahwa setelah kursus itu kebanyakan guru akan meningkatkan penggunaan pertanyaan pemikiran dalam situasi diskusi. Namun, kami tidak memiliki pengetahuan yang memadai dalam tahap perencanaan, untuk menentukan persentase pertanyaan pemikiran sehingga kami akan mengharapkan guru untuk bertanya agar kursus dianggap efektif. Saat kami melanjutkan siklus R & P dan data riset terkumpul, kami mampu memperbaiki pernyataan tujuan perilaku sehingga mengambil bentuk sebagai berikut: Mengingat pelajaran diskusi 20 menit, setidaknya setengah dari semua pertanyaan yang diajukan oleh guru akan diklasifikasikan sebagai pertanyaan pemikiran. Kriteria ini akan dipenuhi oleh sekurang-kurangnya 75 persen dari guru yang menyelesaikan Minicourse 1.

Elemen penting lainnya dari tahap perencanaan adalah estimasi uang, tenaga, dan waktu yang dibutuhkan untuk mengembangkan produk. Umumnya sumber daya yang cukup diperlukan untuk melaksanakan satu proyek R & P. Pengalaman kami adalah bahwa biaya pengembangan satu minicourse, yang memberikan sekitar 15 jam pengajaran, yaitu lebih dari $ 100.000. Sebuah proyek kurikulum utama akan menelan biaya beberapa juta dolar. Kebutuhan tenaga kerja yang cukup besar juga. Pengembangan minicourse membutuhkan rata-rata 104 orang-minggu bekerja profesional, 50 orang-minggu pekerjaan administratif, dan 50 orang-minggu kerja produksi. Sebaliknya, sebagian besar proyek riset melibatkan sejumlah kecil uang, sering kurang dari seribu dolar, dan upaya-upaya seorang peneliti dengan mungkin beberapa asisten sarjana paruh waktu. Dalam pekerjaan R & P, kecuali perencanaan yang cermat dilakukan, para peneliti mungkin menemukan bahwa sumber daya mereka telah habis sebelum produk tersebut telah sepenuhnya dikembangkan. Perencanaan diperlukan dalam rangka mengantisipasi materi-materi yang dibutuhkan, bantuan profesional, dan lokasi uji lapangan. Pertimbangan lokasi uji lapangan sangat penting ketika pengujian dilakukan di sekolah-sekolah, yang umumnya bersifat reseptif terhadap pengujian hanya pada waktu tertentu dalam setahun. Misalnya, jika produk siap sedia untuk pengujian pada bulan Juni, kita mungkin harus menunggu sampai September atau Oktober kecuali produk dapat diuji selama sesi sekolah musim panas. Juga, para pengurus sekolah umumnya memerlukan pemberitahuan beberapa bulan sebelumnya sebelum menyetujui sekolah mereka berfungsi sebagai lokasi pengujian. Meskipun spesialis R & P harus mencurahkan cukup banyak waktu hingga awal perencanaan, fungsi perencanaan tidak pernah benar-benar berakhir. Selama pekerjaan berlangsung ia cenderung menemukan beberapa lingkup di mana perencanaan awal tidak mencukupi atau memiliki kesalahan. Perencanaan ulang kemudian harus dilakukan. Meskipun demikian, sangat bijaksana untuk mengabdikan upaya besar untuk menyusun rencana awal yang cukup bagus. Sebuah rencana yang baik dapat membantu pengembang menghindari banyak pekerjaan terbuang selama fase-fase selanjutnya dari siklus R & P.Pengembangan Bentuk Awal Produk Setelah perencanaan awal selesai, langkah besar berikutnya dalam Siklus R & P adalah menyusun sebuah bentuk awal dari produk pendidikan yang dapat diuji di lapangan. Dalam kasus Minicourse 1, ini mencakup berbagai tugas. Beberapa catatan menggambarkan keterampilan khusus yang harus dipelajari guru yang ditulis untuk setiap urutan instruksional. Catatan-catatan itu kemudian diciptakan pada rekaman video dan diedit untuk memasukkan klip yang menunjukkan beberapa keterampilan yang digunakan dalam situasi kelas. Guru model prospektif ditempatkan, diamati, dan dilatih untuk melakukan pelajaran model yang dirancang agar lebih menggambarkan keterampilan minicourse. Pelajaran model kemudian direkam pada rekaman video dan diedit. Sebuah buku pegangan guru yang dirancang untuk melengkapi pelajaran instruksional yang direkam pada video disusun, direvisi, dan dicetak. Seberkas formulir untuk guru yang akan digunakan dalam evaluasi diri dari pelajaran microteach dan pengajaran ulang dikembangkan dan dicetak. Kuesioner dan panduan wawancara yang digunakan dalam uji lapangan awal dikembangkan, dan anggota staf laboratorium dilatih dalam penggunaannya. Satu prinsip penting yang harus diperhatikan dalam mengembangkan bentuk awal dari produk kependidikan adalah menyusun produk sehingga memungkinkan untuk mendapatkan sebanyak mungkin umpan balik dari uji lapangan. Dengan demikian, bentuk awal harus mencakup lebih banyak prosedur untuk evaluasi daripada dimasukkan dalam produk akhir. Pembaca yang telah mencoba melakukan upaya R & P kependidikan utama akan menyadari bahwa langkah-langkah ini, yang dinyatakan begitu sederhana, jauh dari sederhana untuk dilaksanakan. Pengembang harus mengharapkan banyak permulaan yang salah dan kemunduran dalam mengembangkan produk pendidikan yang baru. Karena beberapa prosedur aktual yang terlibat dalam pengembangan produk sangat bervariasi tergantung pada sifat produk, ada sedikit panduan khusus yang dapat diberikan dalam fase siklus R & P ini. Namun, satu hal yang berlaku pada sebagian besar pekerjaan R & P di bidang pendidikan, adalah bahwa pengembang harus berusaha dari awal untuk mengembangkan produk yang sepenuhnya siap sedia untuk digunakan di sekolah-sekolah. Produk-produk yang sebagian dikembangkan memaksa praktisi lokal membuat penambahan dan perubahan untuk menggunakan produk tersebut. Karena beberapa sekolah diperlengkapi dalam melakukan penyesuaian tersebut, produk yang sebagian dikembangkan tidak dapat digunakan secara efektif dan sering kali sangat disalahgunakan.

Uji Lapangan Pendahuluan dan Revisi ProdukTujuan dari uji lapangan awal adalah untuk mendapatkan evaluasi kualitatif awal dari produk pendidikan baru. Untuk minicourse evaluasi ini didasarkan terutama pada umpan balik dari sekelompok kecil guru yang mengambil kursus itu dan pengamatan personil laboratorium yang mengoordinasikan uji lapangan. Sebagai aturan, dari 4 8 guru sudah memadai untuk uji lapangan pendahuluan, karena penekanan dari evaluasi ini adalah pada penilaian kualitatif dari konten kursus daripada penilaian kuantitatif dari hasil-hasil kursus. Dalam semua tahap dari siklus R & P yang melibatkan evaluasi produk, penting sekali menetapkan lokasi lahan yang sama dengan lokasi di mana produk itu akan digunakan bila sepenuhnya dikembangkan. Jika jenis lokasi lapangan yang berbeda digunakan, peneliti menghadapi masalah generalisasi temuan yang diperoleh dalam satu lingkungan ke lingkungan lain. Sebagai contoh, Minicourse 1 ini dirancang untuk digunakan oleh para guru sekolah dasar selama hari sekolah reguler. Oleh karena itu, uji lapangan pendahuluan dilakukan dengan enam guru dari dua sekolah dasar. Daripada prosedur ini, kita mungkin telah mengundang para guru dan beberapa siswa mereka ke laboratorium kita untuk mengambil kursus itu, mungkin atas dasar gerak cepat. Masalah utama dengan prosedur ini adalah bahwa kita mungkin telah memperoleh kesan yang sangat tidak realistis dari kursus itu. Beberapa elemen kursus yang tidak meningkatkan masalah dalam lingkungan laboratorium dapat menciptakan kekacauan bila digunakan di sekolah-sekolah, menyebabkan efek buruk pada hasil-hasil kursus.

Selama uji lapangan pendahuluan dari Minicourse 1, dua wakil lapangan dari laboratorium itu bekerja sama dengan enam guru untuk mendapatkan sebanyak mungkin umpan balik guru dan data pengamatan. Setiap guru diwawancarai secara individual tiga kali selama uji lapangan. Wawancara ini berfokus pada masalah-masalah tertentu dan kekurangan kursus serta saran untuk perbaikan. Pada akhir kursus, setiap guru menyelesaikan kuesioner tentang kursus itu dan berpartisipasi dalam diskusi kelompok dengan personil laboratorium. Selain kontak formal ini, setiap guru memiliki kontak informal dengan salah satu wakil laboratorium setiap hari. Kebutuhan untuk mendapatkan umpan balik yang lebih luas dari guru selama uji lapangan pendahuluan dapat menciptakan masalah. Mendapatkan umpan balik yang diperlukan menyebabkan guru menerima banyak perhatian dari para peneliti. Perhatian ini dapat menghasilkan Efek Hawthorne, yang akan menyebabkan pengembang melebih-lebihkan efektivitas produknya. Dengan demikian, pengembang harus berusaha menuju keseimbangan yang bagus di mana umpan balik diperoleh tanpa memberikan jumlah perhatian yang tidak semestinya kepada guru peserta.Mengamati guru peserta mendekati akhir uji lapangan pendahuluan dari Minicourse 1 menunjukkan bahwa para guru umumnya tidak dapat menggunakan keterampilan kursus secara efektif baik dalam kelas reguler atau dalam pelajaran micro-teach mereka. Dengan demikian, dari sudut pandang menghasilkan perubahan tertentu dalam perilaku kelas guru-guru ini, bentuk awal kursus ini adalah sebuah kegagalan. Namun wawancara dan kuesioner di akhir kursus yang diperoleh dari guru-guru ini menunjukkan bahwa mereka menganggap kursus sangat efektif dan memperlengkapi mereka dengan banyak bantuan dalam meningkatkan pengajaran mereka. Respons ini menunjukkan bahwa guru sebagai kelompok yang tidak terlalu penting dan cenderung bersikap toleran dalam evaluasi mereka terhadap praktik-praktik pendidikan baru.Secara umum, kami telah menemukan bahwa penilaian global adalah nilai yang kecil dalam mengevaluasi tujuan pendidikan tertentu. Selain itu, penilaian tersebut dapat merugikan pengembangan pendidikan karena dapat menyesatkan peneliti hingga percaya bahwa produk pendidikan memenuhi tujuan dan siap digunakan padahal sebenarnya tidak. Dalam kasus minicourse tersebut, kesaksian yang menguntungkan sebagian mungkin merupakan hasil dari kualitas yang sangat buruk sebelumnya dalam program pendidikan guru dinas yang digunakan guru sebagai standar perbandingan. Namun demikian, pengalaman kami telah memperjelas bahaya membuat penilaian pengguna terhadap dasar untuk mengukur keberhasilan suatu produk pendidikan. Produk-produk pendidikan harus memiliki tujuan yang diungkapkan dalam hal perilaku akhir dan harus dievaluasi berdasarkan keberhasilannya dalam menghasilkan perilaku akhir ini. Meskipun kami kurang menaruh percaya dalam evaluasi guru global, kami sangat bergantung pada uji lapangan awal pada umpan balik guru spesifik dalam membantu mengembangkan dan meningkatkan produk pendidikan kami. Kami memperoleh banyak kritik dan saran tertentu selama uji lapangan awal dari Minicourse 1 yang mengarah langsung terhadap perubahan dan perbaikan dalam struktur program. Bahkan, sepanjang siklus pengembangan, sumber utama informasi kami untuk merevisi minicourse adalah guru-guru kelas yang berpartisipasi dalam uji lapangan. Setelah uji lapangan pendahuluan dari Minicourse 1, semua data dikumpulkan dan dianalisis. Tim pengembangan menggunakan hasil ini untuk merencanakan kembali kursus dan kemudian melanjutkan melakukan beberapa revisi yang diperlukan.

Uji Lapangan Utama dan Revisi Produk

Tujuan uji lapangan utama dalam siklus minicourse R & P adalah untuk menentukan apakah produk pendidikan dalam pengembangan memenuhi tujuan kinerjanya. Umumnya desain eksperimental digunakan untuk menjawab pertanyaan ini. Dalam kasus Minicourse 1, desain satu kelompok prajabatan (lihat bab 15) digunakan untuk menentukan apakah guru akan secara signifikan meningkatkan penggunaan keterampilan diskusi mereka. Sekitar 50 guru berpartisipasi dalam percobaan ini. Sesaat sebelum kursus dimulai, setiap guru diminta melakukan diskusi 20 menit di kelas reguler, dan diskusi ini direkam video. Setelah kursus selesai, masing-masing guru kembali melakukan diskusi 20 menit yang direkam video. Setiap rekaman video yang disaksikan oleh para penilai terlatih membuat observasi kuantitatif penggunaan keterampilan dan pola perilaku guru yang disajikan dalam minicourse tersebut. Karena setiap rekaman video diberi kode dan diserahkan kepada para penilai dalam urutan acak, para penilai tidak tahu mana yang prarekam dan pascarekam. Tabel 18.1 menyajikan temuan-temuan utama dari penelitian ini untuk menentukan efektivitas Minicourse 1. Sebagian besar perubahan dalam perilaku guru dan siswa yang dihasilkan oleh Minicourse 1 tidak hanya signifikan secara statistik, tetapi juga signifikan dalam implikasinya terhadap praktik pendidikan. Walaupun kelompok kontrol tidak digunakan dalam uji lapangan utama, beberapa penelitian selanjutnya menunjukkan bahwa guru-guru yang mengambil kursus itu menghasilkan keuntungan yang secara substansial lebih besar dari guru-guru yang tidak mengikuti kursus atau yang menerima beberapa bentuk penanganan minimal. Selain tujuan utama dari uji lapangan utama, yang menentukan keberhasilan produk baru dalam memenuhi tujuannya, tujuan kedua adalah mengumpulkan informasi yang dapat digunakan untuk meningkatkan kursus dalam revisi berikutnya. Oleh karena itu, data kuesioner dan wawancara harus diperoleh dari semua peserta dalam uji lapangan utama. Jika temuan uji lapangan utama menunjukkan bahwa produk baru secara substansial gagal mencapai pemenuhan tujuannya, maka perlu merevisi produk itu dan melakukan lagi uji lapangan utama. Siklus pengujian lapangan dan revisi ini akan berlanjut sampai produk tersebut memenuhi sejumlah tujuan kinerja minimum yang ditetapkan untuk itu. Dalam praktiknya, produk itu mungkin akan ditinggalkan jika kemajuan substansial tidak dibuat di uji lapangan utama kedua.Uji Lapangan Operasional dan Revisi Produk AkhirTujuan dari uji lapangan operasional adalah untuk menentukan apakah suatu produk pendidikan sepenuhnya siap untuk digunakan di sekolah-sekolah tanpa kehadiran pengembang atau stafnya. Dalam rangka untuk sepenuhnya siap untuk penggunaan operasional, paket-usia harus lengkap dan benar-benar teruji dalam segala hal. Dalam kasus minicourse, semua materi yang dibutuhkan untuk mengkoordinasikan kursus biasanya mencoba selama uji lapangan awal dan utama. Namun karena uji lapangan ini dilaksanakan oleh petugas laboratorium, tes yang memuaskan tentang seberapa baik total paket kursus bekerja sendiri tidak dapat diperoleh. Uji lapangan operasional diatur dan dikoordinasikan oleh personil sekolah reguler dan harus lebih memperkirakan penggunaan operasional reguler. Umpan balik dari koordinator dan para guru yang mengambil kursus dikumpulkan dengan cara kuesioner dikirim ke laboratorium. Penggunaan utama dari data ini adalah untuk menentukan apakah paket kursus itu lengkap. Pewawancara berfokus pada bagian-bagian kursus yang gagal melakukan pekerjaan mereka atau pada materi-materi yang diperlukan untuk membuat operasi kursus lebih mudah atau lebih efektif. Kaset video prakursus dan pascakursus tidak diperoleh selama uji lapangan operasional. TABEL 18.1

Hasil-hasil Uji Lapangan Utama dari Minicourse 1

Perbandingan Perilaku Rata-rata Prarekaman

(N = 48)Rata-rata Pascarekaman

(N = 48)tTingkat

Signifikansi

Kenaikan yang dipertimbangkan diinginkan

1. Jumlah waktu guru menggunakan arahan ulang

2. Jumlah waktu guru menggunakan dorongan

3. Jumlah waktu guru menggunakan klarifikasi lebih lanjut.4. Jumlah waktu guru menggunakan fokus ulang.

5. Lamanya respons murid dalam bicara (berdasarkan sampel 5 menit dari pra- dan pascarekaman).

6.Panjang jeda guru setelah pertanyaan (berdasarkan sampel 5 menit dari pra- dan pasca rekaman).7. Proporsi dari total pertanyaan memerlukan respons kognitif murid yang lebih tinggi.

Penurunan yang dipertimbangkan diinginkan

8. Jumlah waktu guru mengulangi pertanyaan sendiri.

9. Jumlah waktu guru mengulang jawaban murid.

10. Jumlah waktu guru menjawab pertanyaan sendiri.

11. Jumlah satu kata murid tanggapan (berdasarkan sampel 5 menit pra- dan pascarekaman).

12. Frekuensi reaksi hukuman guru atas jawaban murid yang salah.

13. Proporsi waktu diskusi yang diambil oleh pembicaraan guru.26,69

4,10

4,17

0,10

5,63

1,93

37,30

13,68

30,68

4,62

5,82

0,12

51,6440,92

7,17

6,73

0,02

11,78

2,32

52,00

4,68

4,36

0,72

2,57

0,10

27,754,98

3,28

3,01

0,00

5,91

1,90

2,94

7,26

11,47

6,88

3,61b

0,00

8,950,001

0,001

0,005

NSa

0,001

0,05

0,005

0,001

0,001

0,001

0,001

NS

0,001

aTidak signifikan.

bRata-rata menjadi sekitar empat kali lebih besar jika seluruh rekaman telah dianalisis; tes t akan menjadi lebih tinggi.

Setelah uji lapangan operasional selesai dan data telah dianalisis, revisi akhir dari total paket kursus dilakukan. Dalam kasus program minicourse, laboratorium membuat revisi akhir dari semua naskah dan materi cetak dan menyerahkan ini ke penerbit komersial untuk produksi akhir. Kursus ini kemudian dijual atau disewakan kepada sekolah untuk penggunaan operasional dalam program pelatihan prajabatan mereka. Selama penggunaan operasional kursus itu, penerbit membekali koordinator kursus dengan kuesioner evaluasi dan formulir wawancara sehingga laboratorium dapat mempertahankan penilaian terus-menerus terhadap efektivitas kursus dan dapat mengidentifikasi masalah baru yang timbul dalam penggunaan operasionalnya. Namun, langkah terakhir pada dasarnya adalah prosedur kontrol kualitas dan tidak akan dianggap sebagai pengujian lapangan lebih lanjut dari kursus itu. Penyebaran dan Implementasi Siklus R & P sering kali merupakan proses yang memakan waktu dan mahal. Cara memberikan harga adalah dengan menunjukkan penyebaran hasil produk yang efektif kepada audiensi yang dimaksud. Penyebaran mengacu pada proses membantu pengguna potensial menjadi sadar akan produk R & P. Juga, perlu sekali menunjukkan bahwa produk R & P dilaksanakan sesuai dengan spesifikasi pengembang sehingga menghasilkan efek-efek yang diinginkan. Implementasi mengacu pada proses membantu pemakai produk R & P untuk menggunakannya dengan cara yang dimaksudkan oleh pengembang. Meskipun mengingat pentingnya penyebaran dan implementasi R & P, proses ini jarang dipelajari sampai pertengahan 1970-an. Perhatian pada personil R & P kependidikan sebelum waktu ini adalah pada konseptualisasi dan pengembangan produk-produk kurikulum berskala besar menggunakan siklus R & P dari mengembangkanmengujimerevisi. Sedikit dana yang tersedia untuk memantau produk ini setelah dikembangkan. Namun prioritas bergeser secara dramatis pada pertengahan 1970-an. Banyak pendidik yang berhenti menggunakan istilah riset dan pengembangan, lebih senang berbicara tentang riset, pengembangan, dan penyebaran (R, P, & P). Riset, pengembangan dan penyebaran mengacu pada pengembangan berbasis riset produk-produk yang memenuhi tujuan dan kriteria penyebaran dan implementasi secara behavioral yang telah ditetapkan. Rasio 1 : 10 : 10 kadangkala digunakan dalam industri untuk memperkirakan kebutuhan dana untuk R, P, & P. Misalnya, membutuhkan $1 juta untuk melakukan riset dasar terhadap produk baru. Ini kemudian akan membutuhkan $10 juta untuk mengembangkan produk melalui revisi uji lapangan operasional. Sepuluh kali jumlah itu ($100 juta) akan diperlukan untuk memproduksi dan menyebarluaskan produk itu. Para pendidik tidak terbiasa berpikir tentang sejumlah besar uang yang tersirat dari rasio 1 : 10 : 10 untuk penyebaran produk R & P. Penerbit pendidikan komersil mengeluarkan sejumlah besar uang untuk fasilitas produksi, penyimpanan inventori dan departemen pengiriman, kantor cabang, periklanan, tenaga penjualan, dan pelatih penataran. Namun bahkan sekarang, fasilitas-fasilitas dan personil ini sebagian besar tidak ada dalam sistem-sistem pendidikan federal dan negara bagian. Sebagai contoh, ketika minicourse pertama menyelesaikan siklus pengembangan mereka pada awal tahun 1970, tidak ada rencana pejabat baik di Laboratorium Far West atau di Kantor Pendidikan Amerika Serikat untuk penyebarannya. Sebuah rencana penyebaran dikembangkan sedikit demi sedikit dengan penerbit komersial. Rencana ini sebagian besar didasarkan pada prosedur distribusi yang telah ditetapkan penerbit dan bukan pada analisis rasional dari persyaratan penyebaran dan implementasi untuk produk tertentu.

Kemampuan penyebaran dan implementasi untuk produk R & P perlahan-lahan berkembang di negeri ini. Sebagai contoh, National Diffusion Network (NDN) didirikan oleh Kantor Pendidikan Amerika Serikat untuk menyebarkan produk-produk R & P yang berhasil. Agen penyebaran ini menghubungkan produk-produk yang berhasil dengan sistem-sistem sekolah yang mungkin memperoleh manfaat darinya. Sebuah produk R & P tidak secara otomatis diterima untuk disebarkan oleh NDN. Produk ini pertama-tama harus dinilai keteladanannya oleh sebuah kelompok yang disebut Joint Dissemination Review Panel (JDRP). Panel ini menerima produk-produk R & P untuk disebarkan oleh NDN jika efek-efek signifikan yang mendidik telah terbukti dan jika efek-efek tersebut telah direplikasi di beberapa lokasi sekolah. Salah satu layanan yang diberikan oleh NDN adalah katalog proyek dan laporan berkala yang disetujui tentang kegiatan NDN. NDN juga memberikan bantuan teknologi terhadap sistem-sistem sekolah yang tertarik memakai dan menerapkan proyek yang telah disetujui. Para fasilitator NDN yang ditugaskan untuk setiap negara bagian siap sedia untuk tujuan ini.Kemampuan penyebaran dan implementasi nasional lainnya adalah Research and Development Exchange (RDx). RDx menyebarkan informasi tentang produk inovatif R & P bagi para pendidik lokal. Agen ini juga mengumpulkan dan meneruskan informasi tentang kebutuhan lokal bagi para peneliti dan pembuat kebijakan. Ada 8 kantor regional, yang bekerja dengan 50 departemen pendidikan negara bagian. Nama , alamat , dan negara bagian yang dilayani oleh kantor itu adalah: AEL Regional Exchange. Appalachia Educational Laboratory, P. O. Box 1348, Charleston, WV 23525. Melayani: Alabama, Florida, Georgia, Kentucky, North Carolina, Tennessee, Virginia, dan West Virginia. Midwest Regional Exchange. CEMREL, 3120 59th Street, St Louis, MO 63139. Melayani: Illinois, Indiana, Iowa, Michigan, Minnesota, Missouri, Ohio, dan Wisconsin. McREL Regional Exchange. McREL, 4709 Belleview Avenue, Kansas City, MO 64112. Melayani: Colorado, Kansas, Nebraska, North Dakota, South Dakota, dan Wyoming. Northeast Regional Exchange. 101 Mill Road, Chelmsford, MA 01824. Melayani: Connecticut, Maine, Massachusetts, New Hampshire, New York, Rhode Island, dan Vermont. Northwest Regional Exchange. NWREL, 300 SW Sixth Avenue, Portland, OR 97204. Melayani: Alaska, Hawaii, Idaho, Montana, Oregon, dan Washington. RBS Regional Exchange. Riset untuk Sekolah-sekolah yang Lebih Baik, 444 N. Third Street, Philadelphia, PA 19123. Melayani: Delaware, Maryland, New Jersey, dan Pennsylvania. SEDL Regional Exhange. Laboratorium Pengembangan Pendidikan Southwest, 211 E. Seventh Street, Austin, TX 78701. Melayani: Arkansas, Louisiana, Mississippi, New Mexico, Oklahoma, dan Texas.Western Regional Exchange. SWREL, 4665 Lampson Avenue, Los Alamitos, CA 90720. Melayani: Arizona, California, Nevada, dan Utah. Perencanaan disertasi R & P mahasiswa mungkin memilih untuk berfokus pada penyebaran dan implementasi beberapa tahapan proses R & P. Sebagai contoh, mahasiswa mungkin mengembangkan dan mengudi metode-metode untuk meningkatkan penyebaran dan implementasi produk R & P tertentu. Kemungkinan lain adalah mengadakan penelitian tentang proses penyebaran dan implementasi. Jenis riset ini berfokus pada pertanyaan-pertanyaan seperti: Bagaimana para pendidik akhirnya mengetahui tentang produk R & P yang baru? Mengapa sejumlah produk R & P lebih baik diterapkan daripada yang lain? Mengapa beberapa guru menerapkan kurikulum atau strategi-strategi pembelajaran sampai jumlah tertentu daripada guru-guru lain?

BEBERAPA MASALAH DAN ISU DALAM R & P KEPENDIDIKAN Karena nyaris tidak ada panduan yang tersedia pada proses R & P kependidikan ketika Laboratorium Far West memulai programnya pada tahun 1966, maka penting bagi kami untuk mengembangkan beberapa prosedur saat kami mengerjakannya. Dengan demikian kami menemukan beberapa masalah dan isu yang mendasar bagi pendekatan R & P. Karena isu-isu ini mungkin akan dihadapi oleh para peneliti lain yang mengadakan riset dan pengembangan pendidikan, kami akan menjelaskan beberapa di antaranya.

Pembelajaran Versus PemolesanMasalah pertama menyangkut seberapa jauh pengembang pendidikan harus bekerja dalam menghasilkan bentuk awal produk yang melibatkan komponen mahal, seperti film atau kaset instruksional. Pengembangan bentuk awal dari Minicourse 1 menyajikan dilema yang menarik. Di satu sisi, lebih diinginkan untuk menghabiskan uang sesedikit mungkin pada pengembangan awal, karena umpan balik yang diperoleh dari uji lapangan pendahuluan hampir pasti memerlukan revisi secara ekstensif. Di sisi lain, sejumlah materi yang dikembangkan dengan buruk bisa memberikan hasil-hasil yang buruk bahkan meskipun ide-ide yang mendasari pengembangan itu bagus. Resolusi yang paling dipertahankan dari dilema ini adalah dengan mencurahkan sebagian besar upaya pengembangan awal menjadi produk sederhana yang menghasilkan penggunaan prinsip-prinsip pembelajaran secara maksimal, yaitu produk yang secara teoritis bagus. Sedikit atau tidak ada upaya harus dicurahkan untuk kegiatan-kegiatan seperti memperbaiki kesalahan kecil dalam narasi, membuat grafik menarik di mana grafik-grafik sederhana akan memenuhi tujuannya, atau mengambil ulang rekaman film karena kerja kamera yang buruk. Singkatnya, strategi kami perlu memberikan secara esensial upaya terbaik kami dan melakukan segala sesuatu yang lain semurah dan secepat mungkin. Akibatnya, pendekatan ini berjumlah sama dengan aplikasi logis dan perluasan temuan M. A. May dan A. A. Lumsdaine dan para peneliti lainnya yang telah mempelajari hasil belajar media audiovisual. Studi-studi ini secara umum menunjukkan bahwa variasi dalam kualitas teknis materi visual memiliki pengaruh yang kecil pada hasil belajar.

Pengalaman kami menunjukkan bahwa pengembang pendidikan tidak akan mendapati jalan ini mudah untuk diikuti. Para spesialis media dalam tim pengembangan, seperti artis, aktor, dan personil produksi televisi, dapat menggunakan tekanan besar untuk meningkatkan aspek-aspek produk yang tidak penting. Jika tekanan ini tidak dikendalikan oleh pengembang pendidikan, ia akan melihat proporsi peningkatan sumber dayanya menjadi pemolesan yang tidak perlu. Alasan yang lebih halus untuk menolak upaya dalam menerapkan pemolesan selama siklus pengembangan adalah bahwa jika pengembang bergantung pada tekanan ini, ia mungkin menciptakan sebuah monster yang tidak mampu dihancurkannya. Sangat sulit untuk mengesampingkan produk polesan bahkan jika data uji lapangan menunjukkan bahwa produk itu tidak mencapai tujuannya. Pertama, pengembang telah menghabiskan banyak uang yang tidak mau diakuinya telah terbuang percuma. Kedua, produk itu terlihat bagus dan ia tahu bahwa sebagian besar konsumen dari produk kependidikan tidak terlalu peduli dengan bukti sukar menurut efektivitasnya. Akhirnya, meskipun produk pendidikan gagal mencapai tujuannya, mudah sekali untuk merasionalisasi bahwa ini mungkin lebih baik, atau pasti tidak lebih buruk, daripada matari-materi bersaing yang sedang digunakan. Realisme Versus Ketepatan Pertanyaan kedua dari strategi pengembangan itu menyangkut sejauh mana pengembang pendidikan harus bekerja dengan guru sebenarnya dalam ruang kelas sebenarnya yang mengajar pelajaran sebenarnya. Pekerjaan kami dengan pelajaran-pelajaran model dalam model pembelajaran minicourse membawa kami berhadapan dengan masalah ini. Karena penggunaan guru model tampaknya menawarkan banyak janji sebagai metode yang membantu guru lain mengembangkan keterampilan kelas yang efektif, pengalaman kami dalam mengembangkan pelajaran model selama Minicourse 1 tampaknya layak ditinjau. Awalnya, kami berfokus pada gagasan bahwa pelajaran model kami akan serealistis mungkin. Kami merasa bahwa jika kami bisa mengatur peralatan rekaman video dan merekam guru dan murid-muridnya tanpa kesadaran mereka tentang apa yang terjadi, kami akan mendekati pembelajaran model yang ideal. Dalam prakteknya kami menemukan bahwa ide ini sering tidak sesuai dengan tujuan pelajaran model yang akan digunakan dalam minicourse tersebut. Dalam minicourse, pelajaran model memiliki dua fungsi utama. Yang pertama adalah memberikan contoh yang jelas dari keterampilan yang diinginkan dalam konteks pelajaran. Yang kedua adalah memberikan peserta didik yang mengambil praktik minicourse dalam mengidentifikasi keterampilan ini dan membedakan di antara beberapa keterampilan yang sedang dipelajari. Dalam upaya awal kami untuk mengembangkan pelajaran model, kami mengawali dengan memilih guru-guru yang dilaporkan memiliki keterampilan mengajar yang luar biasa oleh kepala sekolah dan tenaga pengawas. Kami kemudian bekerja secara individual dengan masing-masing guru, menggambarkan keterampilan yang akan ditampilkan dalam pelajaran model tersebut dan membahas istilah umum metode-metode untuk mengaitkan keterampilan ini dengan pelajaran dan pemodelan secara efektif. Kami kemudian membawa peralatan rekaman kaset video itu ke dalam kelas, dan guru melangsungkan pelajaran yang telah mereka rencanakan. Hasil khas dari upaya awal ini adalah pelajaran model yang sangat panjang yang berisi sangat sedikit contoh dari keterampilan yang kami harapkan diperagakan guru. Sebagai contoh, salah satu pelajaran model pertama kami berlangsung selama satu jam penuh. Selama waktu ini keterampilan khusus yang diperagakan guru didemonstrasikan kurang dari lima menit. Meskipun memberikan gambaran realistis tentang pengajaran kelas khusus, model ini sangat tidak efisien dalam hal tujuan yang telah kami tetapkan untuk pelajaran model. Selain itu, jika pelajaran realistis ini telah diedit untuk mengurangi jumlah waktu yang diharuskan bagi pengamat untuk menyaksikan perilaku yang tidak relevan, pelajaran ini akan menjadi sangat tidak realistis, karena beberapa segmen besar akan dihilangkan. Akan semakin jelas jika model pembelajaran memberikan banyak contoh keterampilan yang harus dipelajari dan memuat minimal perilaku pengajaran yang tidak bersangkutan, maka penting sekali merencanakan pelajaran model yang sangat rinci dengan guru model. Jadi, meskipun pelajaran model untuk Minicourse 1 tidak ditulis dalam naskah (guru dan murid melangsungkan pelajaran menggunakan kata-kata mereka sendiri), mereka menghadirkan situasi yang kurang alami daripada yang kita dapati di kelas biasa. Dalam mengembangkan minicourse lain, kami telah mendapati penting sekali bila ada kesempatan untuk mempersiapkan naskah lengkap sehingga pelajaran model yang akan memberikan cukup banyak contoh jelas mengenai beberapa keterampilan yang harus dipelajari dalam jangka waktu yang layak. Saat kami telah meningkatkan kesempurnaan dalam bekerja dengan guru-guru selama perencanaan dan perekaman pelajaran model, lamanya secara bertahap telah berkurang sedangkan jumlah contoh keterampilan yang dimodelkan telah meningkat. Gagasan menciptakan situasi kelas yang kurang realistis untuk mendapatkan kejelasan dan menghemat waktu adalah hal sulit diterima bagi banyak pendidik. Di Minicourse 5, yang melatih guru menggunakan strategi khusus untuk membimbing siswa dalam matematika, kami menemukan bahwa perlu bagi guru bekerja dari naskah lengkap untuk memberikan gambaran yang jelas tentang strategi bimbingan. Pertanyaannya kemudian muncul: Haruskah kami menggunakan guru atau aktor untuk memainkan peran mengajar dalam pelajaran model? Sebagai kompromi kami menggunakan guru dalam dua pelajaran model dan aktor di dua lainnya. Dalam uji lapangan utama dari program ini kami meminta para guru yang berpartisipasi apakah actor harus digunakan. (Guru-guru ini tidak mengetahui identitas guru model.) Dari 27 yang menanggapi, 18 mengatakan bahwa hanya guru sekolah sebenarnya yang harus digunakan. Namun demikian, dalam menilai pelajaran model, kedua pelajaran model yang dilakukan oleh aktor secara konsisten dinilai lebih tinggi daripada yang diperankan oleh guru. Temuan ini jelas mempertanyakan perlunya menggunakan guru sebenarnya dalam ruang kelas sebenarnya, mengajar pelajaran sebenarnya untuk tujuan pelatihan guru.Pelajaran lain

Pengalaman kami dalam mengembangkan Minicourse 1 juga mengajarkan kami pelajaran lain tentang riset dan pengembangan kependidikan. Pertama, kami belajar bahwa aturan itu begitu sering dinyatakan oleh para penelitijika apa pun yang mungkin bisa salah dalam sebuah proyek riset, maka akan demikiantampaknya juga berlaku bagi riset dan pengembangan. Misalnya, selama pengembangan awal Minicourse 1 pada tahun 1966, peralatan rekaman video portabel masih berada pada tingkat pengembangan yang agak primitif. Karena kami sedang menciptakan sebuah produk yang sangat menitikberatkan pada penggunaan peralatan tersebut untuk menyajikan pelajaran model dan instruksional dan memberikan umpan balik selama sesi microteach dan pengajaran ulang, keterbatasan dalam peralatan itu sangat penting. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mencurahkan upaya besar dalam mengembangkan beberapa prosedur yang akan mengurangi kadar sejauh mana rencana kami bisa terganggu oleh kekurangan atau kegagalan dalam peralatan rekaman video tersebut. Akhirnya, kami mulai memahami bahwa mengembangkan produk pendidikan jauh lebih sulit dan tugas yang memakan waktu daripada yang kami perkirakan. Pekerjaan pengembangan utama dalam pendidikan membutuhkan sejumlah besar staf profesional yang kompeten dan dukungan keuangan jangka panjang yang signifikan. Pengalaman kami sampai saat ini menunjukkan bahwa sejumlah besar dana dan tenaga kerja diperlukan untuk mengadakan minicourse melalui seluruh siklus pengembangan. Namun kami sering menjumpai para pengurus sekolah setempat yang ingin mengembangkan minicourse mereka sendiri. Mungkin ada sedikit sekali distrik sekolah yang memiliki sumber daya untuk mencoba tugas pembangunan sebesar ini. Tampaknya saat ini program-program pengembangan pendidikan utama harus diserahkan kepada beberapa organisasi seperti laboratorium regional dan pusat-pusat riset dan pengembangan, yang memiliki personil, peralatan, dan dukungan keuangan untuk pekerjaan tersebut.

CONTOH R & P SKALA KECILKami telah membahas sumber daya cukup besar yang diperlukan untuk melaksanakan bahkan satu proyek R & P pendidikan. Sangat tidak mungkin bila seorang mahasiswa sarjana akan dapat menemukan dukungan keuangan dan tenaga kerja untuk menyelesaikan proyek R & P yang besar. Bahkan, R & P pendidikan berada di luar kemampuan sebagian besar distrik sekolah. Makin disadari bahwa sebagian besar upaya R & P pendidikan bersifat ekonomis hanya apabila produk baru dikembangkan di satu tempat dan kemudian didistribusikan secara nasional. Jika Anda berencana mengerjakan proyek R & P untuk tesis atau disertasi, Anda harus tetap mengingat hal ini. Cara terbaik adalah mengerjakan proyek skala kecil yang melibatkan jumlah terbatas dari desain pembelajaran orisinal. Juga, kecuali jika Anda memiliki sumber daya keuangan yang cukup besar: Anda perlu menghindari media instruksional yang mahal seperti film 16-mm dan pita slide yang disinkronisasi. Cara lain untuk menurunkan proyek ini adalah membatasi pengembangan hanya beberapa langkah dari siklus R & P. Sebuah contoh dari disertasi R & P adalah proyek yang dikerjakan oleh Dan Isaacson. Tujuan dari proyek ini adalah mengembangkan kursus instruksional senditi pada penggunaan komputer mikro sebagai perangkat kelas. Kursus ini ditujukan bagi para guru prajabatan dan guru dinas K-12. Setiap bab dalam disertasi ini menjelaskan langkah dari proses R & P yang digunakan untuk mengembangkan kursus, yang berjudul Discover the Microcomputer. Bab 2 melaporkan mengenai tinjauan literatur tersebut. Ulasan ini difokuskan pada topik-topik seperti status teknologi dan ketersediaan komputer mikro saat ini, proyek-proyek besar mengenai penggunaan pendidikan komputer mikro, dan status pelatihan guru saat ini untuk menggunakan komputer mikro di kelas. Salah satu kesimpulan Isaacson yang berkaitan dengan proyek R & P ini adalah bahwa meskipun pelatihan dalam penggunaan media pembelajaran telah menjadi kebutuhan yang diakui oleh sebagian besar lembaga pendidikan guru untuk waktu yang lama... anehnya literatur itu tampaknya tidak berbicara mengenai pengakuan oleh sekolah-sekolah pendidikan dari kebutuhan untuk membuka diri setiap guru prajabatan dan guru dinas kepada komputer, bukan sebagai keterampilan khusus untuk bersiap mengajarkan tentang komputer, tetapi sebagai alat media pembelajaran dalam mempersiapkan diri untuk mengajar menggunakan komputer (hal. 25). Bab berikutnya menjabarkan proses memilih tujuan dan parameter desain instruksional untuk produk tersebut. Delapan tujuan produk akhirnya dipilih berdasarkan kajian dan analisis literatur dari konteks di mana produk tersebut akan digunakan. Tujuan sampel adalah: 1. Peserta didik harus secara tepat mengoperasikan komputer mikro, menggunakan courseware (perangkat lunak pendidikan) dari perpustakaan courseware yang dilengkap dengan materi-materi pelajaran. (Perpustakaan ini memasukkan materi komputer untuk latihan dan praktik, permainan, simulasi , pengajaran yang dikelola komputer, dll). 2. Peserta didik harus mampu mengubah jalur data dalam program courseware sehingga membuat program yang lebih baik sesuai dengan pelajaran saat ini atau situasi instruksional spesifik lainnya. 3. Peserta didik harus mampu mengevaluasi courseware menggunakan formulir Courseware Review and Rating yang dikembangkan untuk digunakan dengan produk ini. Sebuah contoh parameter desain instruksional adalah pilihan courseware komputer yang tersedia yang akan diekspos oleh guru. Isaacson memutuskan supaya guru-guru memiliki pengalaman courseware berkualitas tinggi dan berkualitas rendah sehingga mereka akan mengembangkan keterampilan evaluasi. Bab 4 dari disertasi tersebut menjabarkan pengembangan versi pendahuluan dari produk itu. Upaya pengembangan utama adalah buku teks instruksional diri yang memandu guru melalui berbagai pengalaman komputer mikro. Desain teks dan materi-materi terkait dipandu oleh tujuan produk. Bab berikutnya menjelaskan uji lapangan awal dari produk itu, di mana 33 guru prajabatan dan dalam dinas ikut berpartisipasi. Isaacson menggunakan perangkat berikut ini sebagai salah satu cara mendapatkan umpan balik pengguna untuk merevisi materi kursus: Dalam buku teks untuk kursus tersebut, bahan tertulis dicetak hanya pada dua pertiga dari lebar halaman.... Yang sepertiga selebihnya disisakan untuk catatan dan komentar mengenai materi tersebut. Mahasiswa menyerahkan catatan dan komentar ini yang menunjukkan kesalahan ejaan dan tata bahasa, dan kalimat-kalimat dan paragraf yang tidak jelas. Koreksi dan klarifikasi terhadap buku teks itu terutama didasarkan pada umpan balik ini. (hal. 63) Umpan balik dari peserta juga diperoleh dengan bertemu peserta sebagai suatu kelompok dan dengan kuesioner. Bab 6 menyajikan revisi produk berdasarkan uji lapangan awal. Revisi utama adalah untuk mengurangi jumlah program komputer di perpustakaan courseware produk itu. Beberapa program dihilangkan karena tidak akan berjalan di komputer atau karena kualitas terlalu buruk. Perubahan juga dilakukan dalam buku teks, misalnya: Beberapa penambahan diperlukan dalam Bab 1 untuk mengingatkan peserta didik mengenai perbedaan antara huruf o dan angka 0 (nol), waktu yang dibutuhkan untuk memasukkan kaset (2 sampai 3 menit apabila pemula mengharapkan pemasangan sesegera mungkin), dan bagaimana menghentikan program jika kita merasa bosan sebelum program itu berakhir secara normal. (hal. 72) Produk yang direvisi diuji lagi dengan sampel kecil dari para guru prajabatan, dan kemudian dimasukkan ke dalam program reguler dari lembaga di mana produk ini dikembangkan. Sebuah penerbit komersial untuk produk tersebut dicari pada waktu disertasi selesai. Perencanaan siswa untuk mengerjakan proyek R & P harus memberikan pertimbangan saksama pada waktu yang diperlukan. Disertasi yang dijelaskan di atas membutuhkan lebih dari satu tahun untuk menyelesaikan pengembangan produk melalui tahap uji lapangan pendahuluan. Sebuah proyek penelitian untuk tesis master atau disertasi doktor biasanya dapat diselesaikan dalam waktu lebih sedikit. Meskipun demikian waktu tambahan yang dibutuhkan untuk proyek R & P sangat berharga, jika siswa tertarik untuk memberikan kontribusi yang akan mengarah pada perbaikan nyata secara langsung dalam praktek pendidikan nasional.

Berdasarkan materi dari The Minicourse: A Microteaching Approach to Teacher Education oleh Walter R. Borg, Marjorie L. Kelley, Philip Langer, dan Meredith Gall (New York: Macmillan, 1970).

Penggunaan istilah produk termasuk bukan hanya objek-objek material, seperti buku teks pelajaran, film-film instruksional, dan lain sebagainya, tetapi juga dimaksudkan untuk mengacu pada beberapa prosedur dan proses yang tercipta seperti metode pengajaran atau metode pengelolaan pengajaran.

How to Tell Whether Your Schools are Being Gypped, American School Board Journal 162 (1975): 36-40.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai laboratorium-laboratorium regional, lihat Bab 2.

M. E. Orme, The Effect of Modeling and Feedback Variables on the Acquisition of a Complex Teaching Strategy (disertasi Ph.D., Stanford University, 1966).

Bruce W. Tuckman dan W. F. Oliver, Effectiveness of Feedback to Teachers as a Function of Source, Journal of Educational Psychology, August 1968, 297-301.

R. Stevens, The Question as a Measure of Efficiency in Instruction, Teachers College Contributions to Education 48 (1912).

Arno A. Bellack, Herbert M. Kliebard, Ronald T. Hyman, dan Frank L. Smith, Jr., The Language of the Classroom (New York: Teachers College Press, 1966); Ned Flanders; Teacher Influence in the Classroom," dalam Interaction Analysis: Theory, Research, and Application, ed. Edmund Amidon dan John B. Hough (Reading, Mass.: Addison-Wesley, 1967), hal. 103-18; W. D. Floyd, An Analysis of the Oral Questioning Activity in Selected Colorado Primary Classrooms (disertasi Ph.D., Colorado State College, 1960).

P. Croisser, How to Use the Fine Art of Questioning (New York: Teachers Practical Press, 1964).

Sumber informasi yang bagus tentang tujuan-tujuan perilaku yaitu Norman E. Gronlund, Stating Objectives for Classroom Instruction, ed. 2 (New York: Macmillan, 1978).

Efek Hawthorne dibahas dalam Bab 6.

Minicourse 1 dipasarkan secara komersial oleh Macmillan Company.

Alamat National Diffusion Network adalah Departemen Pendidikan Amerika Serikat, 1832 M Street NW, Suite 802, Washington, DC 20036.

Katalog (disebut Educational Program That Work) dan laporan berkala (ED Newsletter dan NDN Reporter) tersedia dari Order Departement, laboratorium Far West untuk Riset dan Pengembangan Kependidikan, 1855 Folsom Street, San Francisco, CA 94103. Proyek-proyek R & P saat ini sedang dilaksanakan oleh beberapa laboratorium dan pusat pendidikan daerah seperti yang dijelaskan dalam Educational R & D Report secara berkala yang diterbitkan oleh Dewan Riset dan Pengembangan Kependidikan, 1518 K Street NW, Washington, DC 20005.

Riset yang berkaitan dengan pertanyaan ini adalah ditinjau dalam Michael Fullan dan Allan Pomfret, Research Curriculum and Instruction Implementation, Review of Educational Research 47 (1977): 355-97. Contoh terbaru dari implementasi riset adalah: Georgea G. Mohlman, Theodore Coladarci, dan N. L. Gage, Comprehension and Attitude as Predictors of Implementation of Teacher Training, Journal of Teacher Training 33 (1982): 31-36.

M. A. May dan A. A. Lumsdaine, eds., Learning from Films (New Haven: Yale University Press, 1958).

Dan Isaacson, Discovering the Microcomputer as an Instructional Media Tool in Teaching: A Laboratory for Elementary and Secondary Educators (Disertasi Ph. D., University of Oregon, 1980).