125

RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

  • Upload
    others

  • View
    6

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit
Page 2: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

2

RIKARDUS DJEGADUT

SURAT CINTA

UNTUK

ADRIANE

Diterbitkan secara mandiri

Melalui NulisBuku.com

Page 3: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

3

SURAT CINTA UNTUK ADRIANE

Oleh: Rikardus Djegadut

Copyright © 2015 by Rikardus Djegadut

Penerbit

Rengkawaek

Putracongkasae.wordpress.com

[email protected]

Desain Sampul:

Rikardus Djegadut

Diterbitkan melalui:

NulisBuku.com

Page 4: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

4

Ucapan Terimakasih:

“Surat Cinta Untuk Adriane” ini 100%

tercipta oleh berkat Allah yang sungguh Melimpah.

Gloriam Dei ad Majorem.

Dan untuk semua pribadi yang luar biasa,

yang pernah melintas dalam sejarah perjalanan

hidupku baik di waktu lalu, sekarang maupun nanti,

terima kasih telah menjadi sumber inspirasi bagi

hatiku untuk bergulat denga duka dan mendorong

pikiranku mewartakanya dalam coretan-coretan

tanpa makna ini sehingga terkumpul menjadi sebuah

buku.

Surabaya, Januari 2015

Salam Kasih

Rikardus Djegadut

Page 5: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

5

KATA PENGANTAR

Salah satu tantangan terhebat manusia yang

tak terkalahkan oleh hati dan akal sehatnya adalah

ketakmampuannya melawan kecenderungan

manusiawinya—yakni kecenderungan meragukan

dan mempertanyakan kebenaran akan suatu hal yang

terlampau jauh dari jangkaun panca inderawinya—itu

tak salah, karena memang demikianlah cara kerja

hukum keraguan yang menghantar manusia pada

keadaan meragukan dan mempertanyakan segala

sesuatunya yang berakar bertahta dalam akal

sehatnya.

Namun demikian, manusia juga dituntut

untuk takluk pada kebenaran kenyataan yang jauh

dari jangkauan panca inderawinya—Ia harus take a

leap of faith untuk kebenaran-kebenaran itu

Kebenaran eksistensi Tuhan merupakan

sebuah kebenaran yang tak semudah membalikan

telapak tangan menerimanya—yang dalam buku ini,

Page 6: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

6

Tuhan dilukiskan sebagai sang kekasih tapi juga pada

point-point tertentu digambarkan sebagai sang

terkasih yang keberadaanya, kebenaran eksistensinya

disangsikan setiap saat.

Tuhan sebagai sang Kekasih, berusaha sekuat

tenaga, jiwa raga meyakinkan sang terkasihnya

bahwa Tuhan sungguhnya mencintainya, selalu setia

berada disampingnya siang dan malam, dalam suka

maupun duka, dalam sehat atau sakit. Namun

demikian sang terkasih belum tentu sepenuhnya

yakin dan menyadari hal keagungan cintaNya—oleh

ketaksadarannya dan ketakyakinannya itulah

manusiapun terhanyut ke dalam samudera keraguan

dan kegalauan mahadalam. Namun sesungguhnya

semua berawal dari kelemahan manusia,

ketakmampuan panca inderawinya melihat misteri

cinta Tuhan itu.

Terpisah dari pun ketakmampuan melihat

sang kekasih atau terkasih in person bukanlah hal

yang mudah diterima. Kala hati sedang di landa

Page 7: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

7

gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun

tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau,

tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan,

sakit hati, putus asa datang mencekik hati kecil kita—

dan yang pasti sakit, lalu kitapun menanyakan

kebenaran sandaran hati yang dituju sang sanubari:

terkadang hati kecil kita bertanya “apakah benar

kekasih di seberang sana yang tak tertangkap panca

inderawiku sungguh ada? Apa masih ada cinta

untukku? Rindukah engkau padaku layaknya aku

yang tengah merindumu mati-matian?” Atau

barangkali kau hanyalah mahakarya ilusiku, ciptaan

inovatif akal sehatku—in other words, kau adalah

fiktif semata: fantasi belakaku…buku ini hadir

menghadirkan semua polemic dan kesusahan hati itu.

Salam dari bilik kasih

Disuatu senja yang seram

November 2014

Page 8: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

8

DAFTAR ISI

LOVE LETTERS TO ADRIANE

Tentang Penderitaan 5

Tentang Penantian 15

Simponi Rindu 21

The Essence of My Love 25

My Love is Unfathomable 31

The Lover’s Confession of Love 37

On Longing 44

Cinta Yang Menyelamatkan 48

I Love Thee Divinely 51

Setialah Pada Imanmu 53

Malam Terakhir: Malam Penentuan 61

Pulanglah: Rumah Hatiku Kini Sepi 69

Rindu Sang “Aku” Yang Terkurung 70

Page 9: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

9

Baitan Petuah dalam Lembaran Kasih 85

My Heart Waits For You 79

PUISI-PUISI

Merindukan Pelukan Abadimu 85

Perpisahan 90

Doa Seorang Penderita 92

Sang Aku dan Sang Khalik 94

Hati Penuh Syukur 96

Rindu Tak Berujung 98

Aku dan Sepiku 102

Bumi Bulat Bundar:

Meretas Resah 104

Page 10: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

10

LOVE LETTERS TO ADRIANE

Page 11: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

11

Tentang Penderitaan:

Penderitaan adalah bentuk penyempurnaan-diri

Adriane Terkasihku,

Ini pertama kalinya kurangkaikan rinduku

yang menggunung dalam helain-helain kertas putih

sederhana ini, mencoba melukis rasa rindu dan

cintaku yang mengamuk di relung terdalam hati ini

dengan kata-kata ciptaan akal budi manusia.

Dalam cermin mata hati ini, lewat jendela

permenunganku, sesunggunya aku melihat deritamu

yang tak bertepi, sengsaramu yang tak kunjung

menepi, ingin selalu bersamamu—tak ingin jauh dari

hidupmu. Seakan-akan kau dan deritamu adalah satu

dan sama: setiap kali aku dengar namamu terucap

sendu, bayangan penderitaan datang mendekatiku

dan mulai menghantuiku. Ah Adriane, kekasih

pemberaniku, percayalah padaku, derita itu

membawamu pada kesempurnaan, menyucikan dan

Page 12: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

12

memurnikan jiwamu. Derita itu adalah hakiki bagi

kehidupan.

Adriane, laskar pemberani terkasihku, betapa

tinginnya inginku membebaskan derita-derita itu dari

hidupmu. Aku bersedia membuka tabir penderitaan

yang menutupi setiap langkah hidupmu, andaikata

perbuatan membuka tabir itu memberimu kelegaan

dan mendewasakanmu. Tapi, jujur aku tak punya apa

apa. Manusia sederhana yang tak memiliki apa apa.

Aku hanyalah seorang yang terkaruniai kekuatan

berempathy—menempatkan diriku pada posisimu:

mencoba merasakan apa yamg kau rasakan dan

mengerti penyebab setiap bongkah persoalanmu

tanpa menanyakanmu. Aku hanyalah hamba setiawan

yang selalu mencoba mengikuti dan melaksanakan

apa yang diperintahkan kepadaku, memikul beban

yang dibebankan dipundakku dengan setia.

Ah Adrianeku, diluar bilik tempat aku

berteduh dari kedinginan hawa malam yang

mencekam menusuk sukma bulan tak bersinar lagi

layaknya malam-malam sebelumnya, awan tebal

Page 13: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

13

megerudunginya. Mungkin langit sedang ikut

berkabung bersama diriku yang sedang menangisi

dirimu yang tak pernah lelah berteman dengan resah,

duka dan derita. Ah Adriane, meski kini awan-awan

itu sudah membuang air besarnya, tapi bulan tak

diijinkanya bersinar. Mantel putihnya masih saja

mendekap sang rembulan dalam pelukan kelamnya.

Adriane kekasih pemberaniku, hatiku tengah

dilanda bencana rasa iba yang menyamudra…ah

duhai kekasihku, jantungku berdetak pelan, nadi-

nadiku serasa membeku, lidahku kelu untuk berseru

menutup rapat mulutku, seluruh tubuhku kehilangan

semangat, ragaku mencoba memanggil kekuatan-

kekuatan yang tersisa sang jiwa, tapi gagal karena

putus asa. Betapa malang aku menderita, terpojok

disudut kebencian dan paling tak disukai, terpenjara

dibalik tembok-tembok keterpurukan.

Adriane terkasih terhebatku, aku bercerita

tentang pengalamanku, tentang hari-hariku yang

selalu diisi dengan tuba, karena hanya itu yang bisa

kubagi denganmu. Aku tak ingin menasihatimu:

Page 14: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

14

yakin bahwa nasihat itu mudah untuk diucapkan tapi

sulit untuk dilakukan. Aku memilih membagimu

kepahitan yang kukecap dari waktu ke waktu, karena

aku ingin meyakinkanmu bahwa kamu tak sendirian

melangkah diatas beling-beling kepahitan serta duka

ataupun sengsara hidup yang rujam ditantang.

Adrianeku, semua orang berduka. Semua

orang meneguk rasa pahit kehidupan ini. Semua

orang, baik kaya ataupun miskin, cendekiawan atau

petani sederhana di ladang memanggul salibnya

masing-masing, berat dan keras yang mengupas

tenaga dan semangat. Semua orang memikul beban

hidup: hanya ketegangan yang membedakan. Ada

sebagain bebannya lebih ringan dan yang lainnya lagi

lebih berat: itu yang membedakan.

Tapi intinya bahwa setiap orang memikul

bebannya masing-masing walau berbeda muatan.

Ada orang yang memikul salib muatan kesusahan

dengan jenis ditolak, dimusuhi, dijauhi, tak berbakat,

dan memikul salib tubuh yang sedikit dianggap

ganjil.dsb. Ada orang yang memikul salib ke-tak-

Page 15: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

15

sempurna-annya masing masing. Ada yang tak

mampu menerima dirinya. Menganggap dirinya

sebagai orang yang paling tak diinginkan.

Adrianeku terkasih, kau selalu mengeluh

tentang deritamu. Ketahuilah bahwa mengeluh itu

bukanlah kehendak ilahi melainkan kehendak setan

yang menggodamu, yang kini dan selalu duduk

disampingmu 24 jam dalam sehari, selalu siap siaga

memanfaatkan kesempatan kala kau cemas, takut,

ragu, putus asa, bimbang, berkecil hati, singkatnya

ketika engkau menjadi pessismistis akan waktu

setelah sekarang: dan Engkau mulai bersandar pada

akal sehatmu dan membuat kesimpulan dari

penderitaanmu bahwa Tuhan tak bijak, Tuhan tak

sungguhlah Esa, karena membiarkan kau menderita

seperti ini; akal sehatmu meragukan kekuatan Iman

yang berbicara dalam kebeningan suara hatimu yang

cerah.

Tahukah Engkau Adriane pemberaniku,

bahwa sang Iblis menyatu bersama akal sehatmu!

Iblis suka berdebat, tapi tak sadar dan tak tahu apa

Page 16: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

16

yang dia perdebatkan karena dia menyatu bersama

keluhanmu. Rohnya yang menggerakan kau untuk

mengeluh hingga mengutuk Tuhan bahwa Tuhan itu

jahat, membiarkan anaknya menderita, lalu kau mulai

mengadu kepada Tuhan dengan bertanya: apa

dosaku, apa salahku Tuhan hingga menderita

sebegini? Lihatlah! Iblis bekerja dalam keluh

kesahmu dan dia memperalat dirimu agar kau

menghindari Tuhan dengan cara berputus asa,

padahal seharusnya kita harus selalu memuji Tuhan

baik saat suka maupun duka, saat ada tawa menghias

wajah atau saat tangis mencekik hati.

Adriane tersayangku, Tiada cara lain yang

bisa melegakan dirimu dari perasaan putus asa

melainkan dengan menerima penderitaan itu

seadanya, lapangkan dada, sambut dengan penuh

ikhlas; sebab penderitaan itu sesungguhanya

merupakan sebuah undangan untuk menjadi

sempurna. Dimana mana, ambil contoh dari

kehidupan dunia fana ini, orang harus bekerja keras

untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.

Page 17: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

17

Dalam usahanya, orang menderita: tangis dan airmata

menemani usahanya; dan keringat darah bercucuran

menemani setiap derap langkah kakinya.

Begitulah Adrianeku, menjadi sempurna itu

butuh pengorbanan; dan penderitaanmu, apapun

penderitaanmu, masuk dalam kategori apapun atau

apapun jenisnya, intinya bahwa, semua hal yang tak

berkenan untuk menerimanya dan kamu anggap

sebagai penderitaan, itu semua adalah undangan

menuju kesempurnaan.

Jalan yang terbaik untuk menyambut

penderitaan hidup dan agar kita menjadi terbiasa

adalah menerimanya dengan menerima penderitaan

itu apa adanya, lalu persembahkan kepada Dia sang

Pengatur dan Pencipta atas Hidup, dalam nama Yesus

yang pernah menderita mati-matian (memang Dia

menderita sampai mati dikayu salib dengan rela: rela

menerima dan memberi) demi keselamatan semua

umat manusia.

Adrianeku terkasih, pasang mata dan

kupingmu baik-baik terhadap desauan-desauan sang

Page 18: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

18

Iblis yang senantiasa mencoba membawamu kedalam

jeratannya. Karena sekali kau terjerat oleh tipu

muslihatnya, engkau akan terus berlayar dalam

samudera tak berujung membingungkan. Meskipun

kau berharap bahwa seluas apapun samudera itu,

diujung daya pandang matamu pasti ada pulau,

namun kenyataanya tidaklah demikian: sebab

samudera itu tak bertepi dan sebesar apapun

harapanmu akan keberadaan pulau itu, pulau itu tak

ada, tak eksis.

Adrianeku, Engkau harus terus berjalan

melintasi sahara deritamu, terimalah dengan hati

yang tulus ikhlas dan persembahkan semuanya demi

kesempurnaanmu. Kau harus melakukan kedua-

duanya yaitu menerima dengan lapang dada dan

mempersembahkannya dengan tulus ikhlas kepada

Dia sang Empun atas Nafas dan Darah yang mengalir

diseluruh nadi-nadi tubuhmu. Sesungguhnya,

kesempurnaan untuk menjadi anak Allah yang sejati

ada pada genggamanmu, janganlah melepasnya dan

Page 19: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

19

Rumah Abadimu tak jauh dari matamu. Be thou

perfect just as thy heavenly father is perfect.

Salam dariku dalam cinta dan rindu Sambulawa Atagrande

Gubuk Derita,

Cebu Filipina 2014

Page 20: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

20

Tentang Penantian

Adriane Terkasihku,

Disini aku sedang menyiapkan diri untuk

mengunjungimu, menemuimu—yeah bertandang ke

rumah hatimu, untuk bersanding dengan jiwamu.

Aku terharu. Aku penasaran. Ingin dan hasratku

mengunung. Aku ingin sekali segera melihatmu. Aku

sungguh tak bisa bersabar lagi untuk melihat senyum

diwajahmu. Senyum indah, senyum munggilmu.

Yeah…sungguh tak sabar rasanya diriku untuk

bertemu dengan kekasih hatiku yang telah kubeli

mahal dengan darah muliaku. Kekasih yang telah

kutinggal pergi dalam ruang penantian penuh derita.

Menungguku dalam lembah derita tak bertepi.

Adrianeku, hati ini sungguh merindumu

setinggi langit. Walau kucoba memendamnya

sedalam mungkin dalam dasar lubuk sanubariku, tapi

tetap saja, kekuatanku tak cukup kuat menahan

perihnya. Sakitnya menggerogotiku, mengepung jiwa

Page 21: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

21

dan ragaku unutk berfantasi terlalu jauh mencarimu

dalam lembaran-lembaran kenangan.

Ah Adriane matahtiku…, sungguh Aku tak

mampu lagi bertahan melawan amukan rasa hati ini.

Diriku terpenjara dalam ruang rindu tak bertepi

namun dikelilingi tembok tebal yang kokoh kuat

memenjara rasa. Aku jadi terkulai lemah dalam

pemenjaraan ini. Masihkah engkau seperti dulu,

mencintaiku dengan segenap hati, dengan seluruh

kekuatan jiwa ragamu, pikiranmu, hatimu dalam

sehat dan sakit atau dalam untung maupun malang.

Mungkinkah semuanya seperti dulu dinda bahwa

engkau terpaut padaku?

Aku tak sabar melihatmu Adriane, membelai

manja rambutmu yang hitam lurus, mengelus lembut

kulit putih mulusmu dan menghapus menyeka setiap

tetesan airmata yang jatuh dipipimu kala kau

menangis tersedu (kau sering menangis bukan,

karena aku suka buat kau menangis. Kau tak kalah

cantiknya bila sedang menangis. Dan aku sebetulnya

suka sekali menghapus airmatamu dipipimu dengan

Page 22: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

22

sapu tanganku. Tahu kan, aku suka pamer sapu

tanganku buatan mama tua dipingir jalan itu).

Adrianeku tersayang, matajiwaku, aku tak

sabar melihat senyumu yang manis di wajahmu.

Senyum yang membuat semua hati yang melihat jadi

terpukau, terpikat, menciut lalu terbang entah kemana

melewati langit biru dan kemudian in blue. “Wow

dear…you have the sweetest smile ever. Don’t you

know that?” Senyumu itu pula yang membuat

banyak jiwa pada jatuh hati padamu. Merangkak –

rangkak minta dikasihihani dan tangan menadah-

nadah meminta-minta untuk diberi sesuap kasih.

Ah Adriane…senyummu sungguh mampu

mengubah dunia—yeah duniaku dan duniamu dan

dunia di sekelilingmu. Dan tahukah engkau bahwa

ada satu hal yang sungguh membuat aku bangga

padamu—pada senyummu itu, ialah karena

senyummu itu adalah outer expression akan cinta

yang tumbuh dalam hatimu, mencerminkan jiwamu

yang selalu bersinar gilang gemilang-menerangi

Page 23: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

23

setiap insan yang kau jumpai dalam panggung

kehidupanmu.

Adrianeku terkasih yang aku cinta, aku rindu

dengan cinta para dewa dewi surgawi dan rindu para

malaikat dan para kudus…setinggi-tingginya

hasratku untuk bertemu, setinggi itu pula resah hati

yang kualami, menggerogotiku, mengekangku dan

mengikatku dengan rantai-rantai keraguannya—

akankah kau membuka lebar pintu rumah hatimu,

menyambut menerimaku dengan kesenangan dan

kegembiraan serta sukacita surgawi kedalam relung

sanubari hatimu?

Ah Adriane…tanya-tanya hati terus

menghantuiku, merasuk siang malamku,

membuyarkan lamunanku tentang dirimu yang

senantiasa bermain nakal dalam pikiranku—membuat

kau begitu dekat denganku, menjadi ilham untuk

setiap pikiran dan idea tercemerlangku.

Aku bimbang Adriane, aku dilemma: ragu,

resah, gelisah….yah semua rasa bercampur menjadi

satu—aku takut. Takut bila engkau menolakku,

Page 24: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

24

membawa pulang harapan hampa. Intinya, aku takut

kalah—karena itu artinya, pengorbananku dengan

merendahkan diriku dimahkotai duri, memanggul

dosa dan salahmu lalu mati dikayu salib sia sia

belaka. Yaa…andai kau menolakku, sia sia semua

perjuangan dan pengorbananku itu. Perjuangan dan

pengorbanan dihina, diludahi, dicaci-maki dan mati

tergantung bersilang dikayu salib bak manusia tak

bermartbat, bahkan binatang tak berakal, tak

bernaluri, tak berjiwa sekalipun, mungkin tak pantas

menerima cercaan, hinaan seperti yang aku alami itu;

betapa perihnya sakit yang aku rasakan—tapi semua

demi cintaku yang tulus padamu, aku rela

menanggung semuanya.

Adriane kekasihku, sambutlah kedatanganku

bukan dengan hiasan pohon berkedip atau dengan

gaun-gaun yang indah nan mahal, ataupun pesta yang

meriah, melainkan, kupinta dirimu, cukup dengan

menerima aku apa adanya. Kosongkanlah segala

debu-debu keistimewaan yang melekat dalam

hatimu, runtuhkanlah tembok ke-ego-an yang berdiri

Page 25: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

25

kokoh dalam dirimu dan bukalah pintu hatimu

untukku. Sambutlah aku dengan gembira, dengan

nyanyian merdu para pemungut sampah. Karena aku

ingin tinggal dalam hatimu, kapanpun kau mau. Aku

bersedia tinggal selamanya dalam hatimu…bahkan

hingga saat-saat dimana debu-debu liar itu tak lagi

mengusik hatimu. Aku datang Adriane tersayang,

matahatiku…Aku datang!

Kekasihmu Tercinta

Salam Advent masa penantian

Sambulawa Atagrande

Bilik Rindu

Nasipit Height, Cebu Philippines, 12/ 15/13

Page 26: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

26

Simponi Rinduku

“Rayakanlah hidup itu, sebab hidup itu

pantas dirayakan dengan tepukan tangan penuh

sorak sorai. Namun, hidup itu menuntut begitu dari

pelakonnya untuk dipersembahkan demi sesuatu yang

lebih baik, demi sesama dan diri sendiri dan demi

kemulian hidup itu sendiri.”

Adrianeku terkasih,

Menangislah! Menangislah sayang! Demi

langit diatas sana dan bumi tempat kakiku berpijak…

jangan berhenti! Menangislah hingga airmatamu tak

lagi berupa air melainkan darah merah mengental.

Demi cinta yang telah mencair kedalam jiwa

yang tak pantas dicintai dan demi kasih yang

mengalir bagai air sungai kedalam lautan asmara

kepastian. Kau pantas menangis dan aku patut

bersedih, menangisi tangisanmu.

Page 27: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

27

Sejujurnya, dukaku tak terukur, sedihku tak

berujung. Keputusanku untuk meninggalkanmu

adalah duka dan derita terhebatku. Tapi aku harus

memikulnya dipundakku yang tak bertopang, koyah

dan goyah. Duka dan deritaku tak mampu

kuungkapkan dalam bentuk tangisan airmata ataupun

senandung sedih diujung malam—sebab demikianlah

betapa tak cukupnya airmataku melukiskan dengan

indah dan sempurna duka dan deritaku karena telah

meninggalkamu beserta cintamu yang pasti dalam

ruang ketakpastian.

Ijinkan aku memanggil angin malam untuk

merintih bersamaku, berkeluh bersama jiwaku dan

mengerang bersama ragaku: membantu menangis

untukku sebab kemampuanku terbatas.

Adriane rembulan malamku, di penghujung

hari atau diakhir malam, harapanmu dan harapanku

selalu tersimpan rapat, terjaga dalam pelukan Dewi

Surgawi. Pada merah jambu mentari senja, asa-asa

itu: asamu dan asaku terlukis indah pada keagungan

karya Ilahi sebagai hadiah pengorbanan termulia

Page 28: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

28

darimu dan dariku demi yang terbaik bagi kita serta

bukti kebesaran Kasih kita pada sang Ilahi, sebab

meninggalkanmu adalah persembahan terbesar dan

terindah dari jiwaku yang sederhana bersahaja.

Entahlah denganmu dinda, bila cinta dan kasihmu

sebesar cinta dan kasihku, berarti melepaskanku

adalah persembahanmu yang terbesar: bukankah

demikian cahaya hatiku?

Demi pagi dan senja yang senantiasa

membakar asaku dan asamu, mari bermimpi sekali

lagi, mari saling berdoa demi cinta yang terpupuk dan

terpupus. Demi siang dan malam yang terkadang

membawa ketegaran keberanian dan ketakutan tak

tertantang, mari berpegang tangan untuk menggapai

puncak gunung kerinduan dan melebur dalam rasa

memiliki menghampa. Dan bila malam ini,

senandung lamaku kembali membisik ditelingamu

lewat celah-celah dinding bilikmu, sambutlah

rinduku yang sedang mengamuk merintih dan hatiku

yang sedang mencari jalan pulang serta jiwaku yang

sedang berlayar mencari dermaga hati untuk berpaut.

Page 29: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

29

Adriane matahatiku, bila kau dengar simponi

dari kejauhan, pasang kupingmu dengan penuh

perhatian, itu tangisan dukaku, duka karena rindu

yang kian mengikis akar-akar cintaku padamu dan

padaNya. Aku butuh dukungan doamu saat ini.

Semoga kau mendengar jeritanku, wahai kau

rembulan malamku lalu menjemputku kearah

simponi sedih itu kemudian menghantarnya ke

hatimu agar luka rindu ini terobati.

Selamat malam Adriane rembulan malamku,

kutitip dirimu pada sang Dewi Malam, semoga

berkatNya menemani tidurmu malam ini agar kau

istrahat dengan tenang bersama rinduku.

Salam Bersimponi Rindu yang berkelabu

Sambulawa Atagrande

Bilik Rindu

Cebu Philippines 12/12/14

Page 30: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

30

The essence of my Love

“By dying on the cross—for giving you a new

life and a purified creature, is it not enough to convey

to you the totality of my love and to reveal to you the

kind of being I am? For perfect it may be, but not the

whole totality of my love”.

My dearest Adriane,

Ah my dear little one, my sweetest morning

melody, my love and my heart’s delight…, ask me

not of my love for you. Force me not to tell you how

deep is my love for you. For you shall know that my

love knows no measure. It knows no edges, ends, and

boundaries. You shall know O you my dear little one

that, measures and edges and ends and boundaries are

what separate two hearts of being united and one—

and my love for you—is measureless, edgeless,

endless, ageless and fathomless. Measureless-ness,

Page 31: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

31

endlessness, edgeless-ness, agelessness or boundless-

ness are the very essence of my love for you.

Ah Adriane...., my dearest one, liken not my

love to the height of the mountains, nor to the

measureless immensity of space and of the oceans. O

you my little sweetness of my heart, the measureless-

ness of height and the vast immensity of space are the

very nature and essence of my love for you. My love

is measure itself.

Ah Adriane, every word I describe my love

for you comes from a profound thought of my heart

and my mind: and my love is the very thought itself

that hidden inside the very thought itself. As far as

the east to the west or from the north to the south, my

love for you goes beyond that point of distance. My

love knows neither point of departure nor arrival.

Adriane, speak or ask not of my love, o you

my little sweet melody, how eternal is my love for

you. Ask me not when my love for you will last. My

love never learned of age, time, or space. Never have

been time and age exist in the vocabulary of my love.

Page 32: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

32

Adriane my love…do not you doubt of what

I testify on behalf of my love for you! Try not to

prove how true and how bottomless is my love for

you, for my words, my testimony and my testament

has no power to prove the whole essence and

immensity of my love—not even my life itself. My

life has age, my existence limited by death, and

mortal body.

Adriane my sweetest morning melody, if

you wish to know the totality of my love for you,

question you shall my soul who knows no end of its

life and its existence. It is eternal. Let us speak of

hugeness, immensity and essence—my love is the

very hugeness itself, the very immensity itself. The

essence of my love can be described neither in words

nor in actions. No my dear! words and action capable

not to convey the totality of the reality of my heart

and deepest thought of my mind.

My dearest Adriane, my heart’s delight, for

heaven’s sake, I wish, really wish that you know the

deepest thought of my love, the deepest act of my

Page 33: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

33

love, and allow me to tell you: prevent not yourself

from going into the dirtiest of muddies and I shall go

with you and kiss you with full contentment. For I

honor you and I respect you whatever and whoever

you are (but wait you shall for a while, for it is the

power of love that capables m to kiss you with

contentment though you loose your yourness, but one

with mud—the dirtiest of all dirtiest).

Ah Adriane, my dearest…prevent not

yourself from going into the darkish mantles of

mother night with her shadowing light and dirtiest

look and with her deceitful whirring murmuring of

the wind, I shall follow you courageously and kiss

you passionately.

I care and fear not of the hazards of hazards

that hide beyond the middle of the darkish and

frighten night. For my love for you my dearest of the

dearest and sweetest of the sweetest, I shall not be

afraid nor fear of my giving up my very life, which is

very love itself.

Page 34: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

34

My Adriane, my love, be content of my love,

though I dare and intent not to take possession on

you. For truly, you are not a robot nor a thing to be

possessed; but a pure human being, you own the

dignity as children of humanity, possessed the spirit

and the spirit of freedom,—oh shall I say freedom

itself, you have with you a heart and mind that made

you a being beyond wonder.

More to that O my little Adriane, my dearest

of the dearest, I shall proclaim on every mountaintop

that my love sets you free: My love is life itself to

make you fly beyond the seventh sky—if there such a

thing as seventh sky. You shall be content my love to

the end, until your soul shall leave you and the full

possession of my love will be complete.

Ah Adriane…if you do not mind my love, I

ask only one thing of you—faithful you shall be to

cling in my love to the end and fear not of taking and

confronting any risk that may lies dormant in long

and lonely journey of yours. Stay not away your eyes

from the brightness of the sky on noon time nor from

Page 35: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

35

the calming shine of the mother moon, the light that

give joy and comfort to the loneliest of loneliest

hearts, you shall find me there hidden behind the

parade clouds and marching stars.

Love you now and forever

With the heart of the gods and goddesses,

Sambulawa Atagrande

Dari Gubuk Derita

Nasipit height Cebu, Philippines, 01/28/14.

Page 36: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

36

My Love is Fathomless

My Dearest Adriane,

Ah Adriane, to what on earth, in the world

shall I liken my love? Come and look by the eyes of

your sincere heart and see by the eyes of your soul

hence you shall comprehend profoundly and deeply

that all on earth, in the world are finite indeed. Life

itself is finite without a doubt.

Ah Adriane, I understand your yearnings,

longings and your intense desire and unsatisfied thirst

for the truth so that you send me your vicars to quest

for truth—the truth of my love for you. Look! Here a

young man and a lassitude lassie whom you sent to

bring forward your order—kneeling in my presence,

with tears watering their lovely and innocent faces

imploring on your behalf to speak of love—my love

for you, its depth, its effect for life here and hereafter.

Thus, spoke I to those children of humanity.

“Ah you my little folks of love, bring to me

Page 37: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

37

thousands hearts of most loving and aggressive man

from every corner of the world and collect the

intensity of their love to make a sum-total amount of

love. I shall acclaim to the heights of my voice and to

the height of all the heights or to the depth of tune

with a convincing exclamation, that mine hold no

defeat—that mine love hold no equality to those

hearts that give birth to great amount of love.

Ah Adriane…doubt not you shall be about my

love for you, o you my sweetest rose! Solemnly I tell

you, along the crying road and a hungry lion with it

soars, my love has two sides: it is beauty and

ugliness, dark and light, day and night, dawn and

dusk—however, to promise you of the good things

that love bring henceforth, good is always

dominant—good reigns over evil.

In fact, my Adriane, if you stay steadfast to

my love to the end, you will see in the end, good will

be your constant companion and bad and evil will

exist no longer. For there is in the very life and the

very death itself or the very action itself love--which

Page 38: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

38

is happiness itself. It tears down all tears and stops all

crying of desperation. Thus, when you speak of

death, action, worry and doubt, you speak of my love.

Think not that, when you have my love you

shall have all the certainties. Indeed true my Adriane,

my love is certain but it will make you question

everything. You shall be in anguish, anxious, doubt,

restless, fretful and fearful—for those people around

you, who look at you with hatred and suspicious

thought of mind and heart, will terrorize you by

jealousy. They will torture you in great contempt and

content with their malicious speech and proclaim on

the housetop to announce to their malicious and

suspicious neighbor who share the same interest on

you about your love that requires you to suffer: yeah

my Adrian, you suffer for the sake of my love.

O My dearest Adriane, they shall scourge you

to death, jokingly, seriously and mercilessly. For

mercilessly is the essence of their mischievousness

and malice. You shall pity yourself sadly and

desolately and forlornly. Tears will be your constant

Page 39: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

39

companion. You shall go into the pit of the enemy

and chatted with the cursing murmuring wind of the

blackish night that jokes at you, make fun of you, and

you shall come to your senses thus say: “is it a curse

to love? Alas! I have been in love and this is what

love offers me…”. Nevertheless, my Adriane, my

love, my rose, my morning dew, know that that is the

very effect of love. Consequence of loving, you must

suffer. You shall feel cursed, isolated, insulated and

bothersome—but I speak now to you that you may

stay awake to those temptations which now and then

trying to take you away from my love.

Ah Adriane, my sweetie, good thing will

come out of it. Those insults, those isolations, those

curses, those malicious thought of your neighbor who

night and day speak ill of you will bore heavenly

bliss. You shall be pure, purer than crystal or a

diamond or pearl. You shall be bright, brighter than

the sun on noontime when the clouds left the sky to

be on vocation. You shall be like a fire that gives life

to other people and become their perpetual

Page 40: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

40

companion on cold season. They shall look for you

not to insulting you but to adoring you, honoring you,

venerating you, and acknowledging you: for your

steadfastness in embracing the misfortune of life.

Embracing my love is embracing suffering.

Ah my Adriane, my dear sweet one, shall I

say that my love is suffering itself. It is neither to

threaten you nor to frighten you but above all, to tell

you the whole truth of my love. A great liar shall I

be, by hiding something so crucial to your mind to

understand the whole truth of my love. A great liar or

even just a liar I like not. I am true to love, as I am

true to myself. Know as well that, I and my love

nothing more nothing less but are one and the same.

O you my dearest one, thus love is suffering.

Adriane…have you ever think that waiting

itself is suffering! Tell me not that there are people

outside there, the children of humanity find joy and

happiness and contentment and delight in waiting. It

is true indeed that the children of man, the children of

humanity, the children of this world curse the so-

Page 41: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

41

called “waiting”. Adriane, indeed my love is a

delinquent. In addition, none of the children of man

has regarded waiting as a grace of life or grace of

love but a misfortune of love and of life. It is a

daytime bad luck, a noonday curse, a midnight haunt,

a dawn absent. I speak to you verily my dear that,

you have to stay and wait for my coming and your

coming as well—yours to my realm and mine to your

realm. It is a long wait—Adriane…I wait you

together with the cry of infants, is indeed a suffering.

But be aware that no other choice given. You must

wait.

Love you Yesterday, Today and Forever

Your Real Lover

Sambulawa Atagrande

Nasipit Height, Cebu Philippines, 01/30/14

NB: Strong You shall be in this tempting hour,

Evil is in every corner trying to take your love from me. I

shall speak of myself as well that I am in the midst of

tempting hour. Vigilant you shall be!

Page 42: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

42

Lover’s confession

“It kills me to love thee. Yet it is in that way

that my love reveals its perfection and intensity. One

has to lay down one’s life to show one’s love for the

beloved: dare to take what the beloved feels,

experiences and does , so I came—leaving all my

glory, honor, majesty and humbling myself down to

earth, take any risk laid dormant and even death —

death on the cross. Ahh all for thee my beloved: for I

love thee with my whole being, with all my might,

with all my strength, with all my power and with all

that kills, ruins and construct.”

My dearest Adriane,

Solemnly I tell thee my dearest, of my love

profoundness, deepness, depth, bottomlessness and

fathomlessness. I love thee profoundly and

intensely—ahh…I love thee strongly like death to life

and life to death. Perhaps you find it hard to believe

Page 43: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

43

on my words, yeah on my solemn and sacred words.

However, undeniably I tell thee, it is the confession

of mine heart—sincerely. It is an exposure of mine

soul: mine love’s revelation.

My sweetest one…it has been testified,

announced, validated and confirmed by the wisest of

the wisests creature ever walked on this earth, have

come to know the intensity and the totality of my

passonate love; much more to compare to the degree

and size, length or width of this universe. Mine

dearest Adriane I tell thee verily, nothing compares to

my love’s immensity, greatness, vastness,

prominence, magnitude, extend and amount—these

things are not worthy to compare to mine love. They

lack privilege, honor and title to liken to my love: for

I AM always greater and they abide in Me.

My Dearest Adriane, my heart’s content and

delight, how edgeless, boundless and spaceless

immensity of this universe, My love holds it under

her clench. Thus, beaware that My love for you is

strong and powerful as life and death, hatred and

Page 44: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

44

forgiveness, affection and yearning. I love thee in a

unique, surreptitious and intimating way that no one

ever walks on this earth ever knows it.

Ah Adriane…, my morning dew, my love for

you then is a mystery that no one ever discovers and

understands it totally and entirely. I love thee

mysteriously, romantically, tenderly, amorously,

passionately, ardently, mystifyingly that even the

Mistics, the Blesseds, the Angels, Arcangels,

Chrerubins, Seraphins, dominions, powers,

municipalities or the communion of the wisest and all

heaven inhabitants uncapables to discern and swim

deep within my heart and soul to discover and

acertein how much do I love thee.

My dearest of the dearest, time testifies very

often and always that distance can ruin our relation,

no matter how strong and solid we build it upon a

rocky love and affection. Yet human weakness

always demands. It tends to demand for the presence

of the beloved. If they do not find, then they go upset

and their hopes for the person fade away and

Page 45: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

45

eventually disappear along with the scarcity and the

absent of him personally.

Nevertheless, I tell thee verily my dearest

Adriane, My sweetheart, take courage and rise above

human and worldly tendency; for there is a brighter

light in the end of that darkish hour when I, your

beloved, am absent and your senses can’t sense Me.

Ah mine heart delight, my heart content, not

seeing each other is our greatest challenge in this

very critical time. Isn’t it?! It is like walking through

a darkish exquisite forest full of horror, pass through

a stony road down to a valley of tears and then going

up to a rocky and sleepery mountain. Painful dear,

painful … and it causes you to cry all night long

unheard. You weep but none hears you: not even

yourself.

Ah dear…, distance. It ruins our bond. It ruins

our love. It ruins your love for Me. Yet I ask thee, I

bend down on my knees and plead with thee, curse

not the distance but rather take blessing from it.

Yeah…when we are tested it makes us strong, it

Page 46: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

46

helps us to evaluate ourselves how much do I love

my lover, how far thus I walk in my jouney of love.

Distance measures up our faithfulness, our yearnings

and longings for the beloved.

Ah dear…This is a word of consolation for

thee that when thou think that I Am so far away that’s

the time I am so close to thee. For as long as thou

think of Me, I am always playing freely on thy mind

and when thy need someone to lean on, I Am always

by thy side hold and hug you calmly and peacefully

and pasify the roaring storm of thine life.

Dear Adriane, my morning star…I am always

by thy side every second of the day and every day of

the year of thy own time measurement: and

remember, no word “time” on the vocabulary of mine

life-dictionary. So be happy and find comfort on

mine solemn and sacred words. I am eternal; and

eternity is my essence. Adriane my lovely One, to me

thou always “now,” always on the present duration.

Ah Adriane whom I love divinely, I love thee

solemly, mystifyingly, miesteriopusly, sacredly,

Page 47: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

47

madly and divinely. For that reason I came, humbling

myself so that I can be with you—exeperiencing

what you experience, feeling what you feel.

Ah my precious Adriane…I Am madly in

love with thee. Please I plead with thee, with knees

bend down to earth, open wide the door of thy heart

and welcome me—let Me in. I will stay there—deep

inside and within your heart forever. I wish to be the

king of your heart to protect thy heart form every evil

doers and I wish to make my dwelling in you. Just let

Me in and everything else will follow.

Ahh dear—my precious please I ask of thee

sincerely with the voice of the heaven’s inhabitans,

please open wide the door of thy heart.

I demand nothing of thee, but just let me in. I

need not a grandeous preparation of you to

welcoming me into thy remotest pavilion of thy heart.

Ah dear, pay heed to the desperate crying of my soul.

Fo it is a great consolation in times of joy and

sadness of yours. Know that I am by thy side to

rejoice and to weep with thee.

Page 48: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

48

Merry and Blessed Christmas, December 25,

2014 and Happy and joyous New Year January 01,

2015. I hereby send thee my word of Christmas

Greeting and blessing!

Greeting of Love

Your Real Lover

Sambulawa Atagrande

Anguishing Chamber of Love

Surabaya Indonesia, 12/25/14

PS: Exclusively written for someone with Innitial

name E.M

Page 49: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

49

On Longing

Dearest Adriane,

It’s raining here dear…and I’m sitting under

the shade of this tree while letting my mind wander

thus far in reaching your world. It’s too much pain in

bearing this longing for you…every second, my mind

never stops of thinking of you. I look deeply into

your eyes through the crystalline drops of the rain. I

feel satisfied for sometimes: but often times, it’s only

emptiness I feel—and it envelopes my whole being;

blocking my every artery.

I wonder, your days must be both an endless

joy and sadness. But how can that be? How could I

think of that? Ah dear, the peak of my soul, I am just

wondering. Every morning when the sun raises in the

east my heart filled with gladness and deep sorrow.

It’s nothing more and nothing less but a collection of

emptiness. For sometimes when the sun shines so

bright I see nothing more but a great abyss of

Page 50: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

50

darkness and when the sun shines so vague, I see

nothing more but a bright and sunny morning.

Everything that happens to my life after you are gone

is black and white. Everything has change and takes

its course in contrasting direction; and I have no

control over my life anymore. But deep…deep within

my heart, I wish nothing else and nothing more for

you but wonderful and sunny days. It is the prayer of

my divine being in me who born, lives with and will

live forever in me and actualizing my existence and

my being.

But I’ve never been afraid of everything that

has passed and is passing and will be passing by. For

my concern for you has cast out and send away all

my worries, anxieties and fears from the button of my

heart and farthest part of my mind. I love you beyond

the magnitude of the mountains heights or the deep

and depth of the oceans wide open. I love you beyond

the magnitude of the strongest volcanic mountains. I

love you so divine… I love you even when the sound

is no longer called sound or when the sun is no longer

Page 51: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

51

called sun. I love you even when, you no longer give

a room for me in your life. When I clap my hands

with one hand only and produce no sound at all. Now

and then, I’m trying to make sound with one clap of

my hands. I find sound like in great silence, so

hished, so still, so quite, so profound. I find great

serenity in the emptiness.

Ah my lovely, so dear to my heart, early in

the morning before everything else come out of my

mouth, before my lips buble for anything else and

before my mouth and lips rest from bubling, I always

ask you “how are you doing out there?” That lovely

and simple phrase chanted every time I set myself to

my slumber or when I am awake from my great and

deep slumber… and even in my dream, I declare the

phrase like a bubbling baby. There is a certain joy,

very distinct when I chant that phrase again and

again, repeatedly with great yearning and holy wish

of enfolding you close to my heart.

Ah Adriane my lovely one, in my morning

prayer, in my laudes, I mention your name sweetly

Page 52: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

52

and softly. My desire is only to let you know that I

don’t desire you to know whether or not I Love you

with great intensity of my love—love that goes

beyond the love of a mother. I pray anytime that I

may keep on loving you throughtout my lifetime.

Giving no second thought of being absent from

thinking of you. Even though you never know that I

love you: for you should realize and know o you my

dear of the dearest that something that makes my

morning shines so bright is that when I chant your

name and tear my lips with your name. Love you

always now and forever until the end time.

Salam Rindu yang Mendewa

Your Real Lover

Sambulawe Atagrande

Menghantar malam berkabung

Nasipit Height, Cebu Philippines, 12/23/13

Page 53: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

53

Cinta Yang Menyelamatkan

“Aku datang Hosea, Aku datang. Meskipun kau

bersembuyi di sarang lalat berlumurkan kumuh

berdarah yang busuk…dalam lembah dosa tanpak

tak termaafkan, aku tetap datang. Sebab Aku

mencintaimu seutuhnya dirimu dengan cintaKu yang

utuh. So I plead with thee, come back to Me ”

Adrianeku terkasih,

Time draws to a closer My love. Come back

My love, come back to Me—to My bosom that

flourishes. Ah darling, to this very moment I have

never known the so-called chain of time between day

and night. Tears are tearing down on my chicks—

tearing like dry leaves in exquisite forest.

Ah sweetheart, how painful the pain is. How

heavy the weight is. How tough and rough the

situation is. Nevertheless, to thee shall my soul flee.

Thus, I ask thee, open widely the door of your heart

please! Let me in! Just end your dead, heavy and

Page 54: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

54

exhausting wandering. For none will ever satisfy you

eternally. I knew, you are trying to look for what is

eternal. However, Thou must know that there is only

One that capable of satisfying thy desirous heart.

That is “I” my darling. I alone and nobody else. I

AM the eternity itself who loves you eternally.

Ah Adrianeku tercinta, thou art perfect unto

my eyes…though not as I AM. Thou art special unto

me. Thou own my heart to make thy dwelling place

and I make my dwelling in thy heart.

Ah Adrianeku terindah, bagai mentari yang

bersinar gilang-gemilang di langit pagi dan laksana

mutiara terasah bersinar kemilauan diantara

tumpukan batu dan tanah basah yang hitam pekat dan

puing-puing berantakan. Ah tanpa cela tanpa noda,

begitu murni, begitu suci. Ah Adrianeku terindah,

demikianlah seharusnya dikau menjadi. Seputih

kapas meebihi salju. “Sino neho wae mata” demikan

orang manggarai mewarta.

Ah Adriane yang ternoda, waktu yang

berjalan ternyata merengut kesucianmu,

Page 55: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

55

menghantarmu ke Gehana dan bersekutu bersama

para pemburu busuk dan melawan singgasanaku. Ah

yang ternoda, aku ingin merampasmu dari gengaman

jehanam kaum pemburu busuk dan memberimu

hidup kekal bersama yang Esa: Aku, I AM—yang

bertahta diatas singasana dimana semua lutut

bertekuk, semua lidah mengakui, semua bibir

memuji, semua mata memandang dan semua hati

mengimani bahwa Aku adalah yang Kekal

Adriane…I AM the eternal itself. Everything

cometh and flow forth from ME. Thy own my life I

gave and nourish. However, thou lost thy purity I

gave so I ransom it by my very own life.

Adriane, ah Adrianeku…come! Come to me!

Open wide thy heart! Let me in!

Happy Advent Season everyone

Salam dan Doaku

Sambulawa Atagrande

Dari Bilik gembira

Lembah Augustinian Surabaya 11/ 24/14

Page 56: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

56

I Love Thee Divinely

My Dearest Adriane,

Be mine… dear be mine! From the beginning

of time, you have been chosen to reside in the bottom

part of my heart. It remains isolated and closed that

nobody, other than you could get there. It is prepared

for thee…for thee alone and none else.

Ah my dearest of the dearest, most charming

unto mine eyes, you shall know that truly, you are my

song of songs. I want you to sing in my heart, inspire

to do good and virtuous act in every second of mine

life…when I get so tired or exhausted to love, I shall

go back and look deeply into my heart, and shall find

you there singing beautifully magnificent melody of

melodies.

Ah to Thine melodious tune, I shall find new

strength to rise above mountains top and singing with

Page 57: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

57

exultation that I‘ve just found my strength. Ah the

eye of mine heart, thou art my inspiration.

Ah dear…my love to thee is strong as to die. I

love thee so intense that it conquers any distance of

human measure, it brings me closer to thee, hug and

embrace thee romantically, lovingly, and dearly. The

intensity of my love vanish all kinds of measurement

that put us apart. Dear…My love knows no distance

for it binds us together in mind, soul and heart.

Ahh…my dearest, be content and awake that I AM

always by your side in every moment thine.

Thou Own My Love all the time

Sambulawa Atagrande

Bilik Rindu

Surabaya 12/18/14

Page 58: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

58

Setialah Pada Imanmu

“Malam ini begitu seram, aku bagai terjerumus

dalam sekam berduri. Airmata dan ketakutan tingkat

dewa menjadi teman setiaku melwati waktu-waktu

menakutkan ini. Ada apa gerangan dengan malam

ini? Kenapa begitu menakutkan. Malam begitu

dingin tapi aku merasa bagai terbakar di bawah

panas terik matahari. Keringatku berdarah. Apakah

ini yang dinamakan dengan malam penentuan?”

Adrianeku Terkasih,

Waktunya telah tiba Adrianeku bahwa aku

harus kembali ke pengasalku. Engkau akan kutinggal

pergi; ditinggalkan tanpa pemandu dalam dunia

berserigala ini. Tapi Janganlah bersedih hatimu

karena perpisahan ini atau karena Engkau tidak akan

melihat aku lagi; atau ketika Engkau merindukan

kehadiranku dan aku tak segera datang pada

waktunya. Janganlah juga besedih karena Engkau

Page 59: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

59

akan dibiarkan terpencar tak berteman; ditinggalkan

oleh orang-orang yang sangat Engkau sayangi,

Engkau kasihi, Engkau cintai, mereka yang pernah

menyemat julukan sahabat dalam pergaulan sehari-

harimu dalam per-kelana-anmu di dunia liar yang

berangsur angsur mulai kehilangan martabat ini dan

yang memakan roti dari piringmu dan meminum dari

cawanmu, ah Adriane, mereka itu akan

meninggalkanmu, bahkan akan membencimu,

mencelamu, mencercamu mengutukimu dan

mengadilimu. Ah Adriane, namanya saja

‘’pengadilan’’ dalam kenyataanya, mereka tak akan

menghakimimu seadil-adilnya melainkan sebaliknya:

Mereka bahkan main hakim sendiri atas dirimu yang

tak bersalah, terbebas dari noda dosa. Mereka akan

memutarbalikan faktanya dan menyeretmu di balik

jeruji-jeruji besi dan tembok-tembok tebal kokoh lalu

menyembelihmu di sana laksana menyembelih

binatang tak bermartabat.

Adriane kesayanganku, Engkau akan

kehilangan semangat hidup, jatuh ke dalam jurang

Page 60: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

60

putus asa, dan terhayut dalam samudra kesepian,

kesendirian. Lalu Engkaupun dengan akal sehatmu

mulai melontarkan argument rasional, bermain

dengan logika bahwa, tak pantas lagi Engkau hidup ,

berjuang melawan serigala-serigala dunia ini demi

Aku yang tak kelihatan oleh inderawimu; Engkaupun

ingin segera mati namun mati tak kunjung datang: Ah

Adriane…memang ajal dan waktumu belum

datang—belum saatnya Engkau mati. Lantas, hati

kecilmu pun berteriak dalam kesendirianmu dari

tengah kegelapan “ah Aku bunuh diri saja”.

Adriane kesayanganku, sang penjahat,

penghujat Tuhan sungguh berkuasa, bertahta

bersembunyi di balik pikiranmu dan mencari waktu

yang tepat untuk membisikan dan menghunuskan

pedang pedang beracunnya serta jurus-jurus mautnya

kedalam nurani dan budimu untuk mempengaruhi

akal sehat dan hati nuranimu: terlebih hati nuranimu

Adriane. Sebab…dalam hati nuranimu tersimpan

kebenaran tertinggi dan terendah, terbesar dan

terkecil; hati nuranimu adalah benteng terkuat dan

Page 61: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

61

terlemah—itulah sebabnya dia menghunuskan

pedang maut beracunnya tepat mengenai relung

sanubari hatimu: berwaspadalah Adrianeku terhadap

bisikan-bisikan setan penghujat Tuhan pembenci

hidup! Jelilah melihat kehadirannya dan enyahkanlah

Ia dari hidupmu!

Janganlah bersedih Adriane kesayanganku,

bergembiralah dan beryukurlah karena aku telah

membagikan semua apa yang aku dengar dan tahu

kepadamu dan kamu menerimanya, menjaganya

dalam lumbung sanubari terdalammu dan percaya

padaku. Semua hal yang telah aku bagikan kepadamu

tak lain adalah kekuatan bagimu untuk melintasi

barisan rapat para serigala pembunuh dan pemakan

daging—yang hanya bisa membunuh dan memakan

tubuh tapi bukan Roh atau Jiwamu.

Adriane algojo pemberaniku yang aku

sayang, bersemangatlah dan terhiburlah selalu oleh

apa yang telah aku ajarkan kepadamu sebagai

kekuatan bagimu menapaki jalan licin terjal berbatu

hidup ini: Aku telah mengajarkanmu kehendak Yang

Page 62: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

62

Esa sebagai pedoman hidupmu dan penjamin

kehidupan kekalmu. Janganlah Engkau takut bila

Engkau dipencarkan tak berkawan ditengah hutan

belantara kehidupan ini oleh serigala-serigala dunia

ini hingga menghantarkanmu pada kematian

ragawimu! Ingatlah selalu akan cintaku kepadamu

yang kuat seperti maut, hebat seperti hidup, mulia

seperti kelahiran, yang telah mengalahkan kematian,

telah menakutkan sang maut bahkan ketakutan itu

sendiri: cinta dan kasihku kepadamu yang kuat

melebihi segalanya, telah menghalau semua

ketakutan yang ditakuti oleh umat manusia.

Adriane laskar terhebatku, kekasih hatiku

yang aku sayang, Engkau telah saksikan sendiri

dengan mata kepalamu sendiri bahwa, dengan

cintaku yang mahadasyat, aku telah mengalahkan

kematian dan ketakutan dan kematian itu sendiri

bertekuk lutut memohon ampun di hadapanku,

dengan tangan menadah-nadah minta dikasihani:

sekiranya ketakutan itupun memiliki kekuatan

melebihi cinta.

Page 63: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

63

Adriane, janganlah takut kepada serigala-

serigala sang pembunuh berdarah dingin yang hanya

bisa membunuh ragamu namun tak mampu

menyentuh jiwamu; tidak pula kepada mereka yang

menyeret-nyeret tubuhmu ke balik tembok-tembok

berjeruji memenjarakanmu: namun kekurangan kuasa

untuk menyeret jiwamu ke dalam ruang para korban

kematian, dalam liang-liang dan gua gua para mayat:

melainkan, takutlah kepada Dia yang bisa membunuh

jiwa dan ragamu.

Adriane, meskipun mereka mampu

memenjarakan ragamu, mereka sama sekali tak

punya kuasa untuk memenjarakan pikiranmu untuk

selalu memikirkanku. Ah Adriane, kita akan selalu

bersua dalam mimpi dan khayal serta rindu: pikiran

lebih kuat daripada segalanya. Sungguh Adriane, tak

ada jarak, ruang ataupun waktu dalam kosa-kata

pikiran: pikiran berkuasa menerobos tembok

terkokoh sekalipun dan menembus awan dan langit

tak tertembusi untuk menggapai dan meraih apa yang

dikehendakinya.

Page 64: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

64

Adrianeku, ingatlah selalu bahwa, Engkau

memiliki firman dan perbutan-perbuatanku: itu

adalah kekuatanmu terhadap segala marah bahaya

yang akan menghadang setiap langkah kakimu,

kegembiraan dan penghiburan dikala kesedihan dan

kekelaman menggerogoti jiwa ragamu. Firman dan

perbuatan-perbuatanku adalah teman setiamu dikala

tak seorangpun ingin menemani penziarahan

panjangmu melewati padang gersang kering dan

tandus, serta samudera penuh dengan amukan ombak

tinggi menjulang yang senantiasa menyusun ancang-

ancang untuk menerkammu kala kau tak siap dan

lengah. Ingatlah selalu firman dan cara hidupku: itu

merupakan kekuatanmu. Pelita yang terang-

benderang bersinar dalam kegelapan dan kekelaman

hidupmu: aku akan selalu mendoakanmu Adriane

kekasihku dari sisi lain dunia ini.

Tetaplah terpatri satu sama lain. Jagalah

cinta yang telah terbina dan pupuklah rindu yang

telah tertumbuh subur di kedalaman hati kita, mari

saling mendoakan, sebab dalam doa kita tetap bersatu

Page 65: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

65

walau jarak terbentang terlampau jauh. Mata

terhalang gunung gemunung yang tiggi menjulang

untuk menengok dirimu dari istanaku, demikianpun

dirimu, selaksa jarak menghadang matamu untuk

dapat melihatku yang terlampau jauh dari negrimu—

dan yakinlah, dalam doa kita selalu bersama.

Salam berlinangan Airmata

Kekasihmu yang berpamit pergi

Sambulawa Atagrande

Lorong Sedih

Nasipit Height, Cebu Philippines, 12/15/14

Page 66: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

66

Malam Terakhir: Malam

Penentuan

Adriane Kesayanganku,

Masih ingatkah Engkau moment terharu kita,

sesaat sebelum kulepaskan kakiku dari negerimu, dari

hadapanmu, dari jangkaun tatapan matamu dan

jamahan tanganmu menuju negeriku, negeri

pengasingkanku.

Kala itu, saat-saat terakhir aku melihatmu,

memegang erat telapak tanganmu, mengelus lembut

jari-jemarimu yang jelentik, membelai manja rambut

hitammu yang lurus mewangi. Ada beban duka mulai

kupikul, dadaku mulai melawan, tak ingin aku pergi

jauh darimu. Tetesan airmata di wajahmu yang

terurai pelan dari matamu yang sedari tadi

membening, dan kuusap lembut menambah berat

beban derita duka ini. Aku mulai bertanya pada dewa

Page 67: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

67

langit dengan nada marahku “mengapa harus ada

perpisahan? Mengapa tidak hanya pertemuan saja?”

Ah Adriane, aku mulai berontak pada takdir

ini, aku bebas mencintaimu, dengan segenap

kewarasan akal sehatku, dengan segenap kepolosan,

dan ketulusan hati nuraniku, dengan segenap

kekuatan jiwa ragaku, dengan kebulatan tekat

kehendak, keinginan dan kemauanku. Tapi mengapa

semuanya itu harus bertekuk lutut di hadapan sang

takdir?

“Adriane sayangku, sesungguhnya aku tak

menerima kenyataan ini layaknya dirimu yang

menolak habis-habisan perpisahan ini: bukan hanya

dirimu dinda, aku juga melawanya dengan hidupku,

dengan nyawaku”. Kataku lirih dengan tenaga yang

tersisa hampir tak terdengar, walau berbicara dalam

keheningan malam yang membisu: ah…,kesedihan

mulai menyelimuti seluruh diriku, membungkusku

dalam pelukan ketakutannya: Adriane, Aku semakin

terpojok di sudut penyesalan menyaksikan air

Page 68: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

68

matamu menetes satu persatu di pipimu yang mulus

memucat membeku.

Adriane yang kucinta, ketahuilah bahwa aku

laki-laki, berhakekat malu menangis, sungkan

mencucurkan airmata—aku hanya bisa menangis

dalam hati Adriane, kesedihanku tak terlampiaskan,

bahkah sakitnya semakin menjadi-jadi: sungguh perih

lantaran aku harus menahan amukan rasa yang

berkobar memberontak meminta diri dilepas

bebaskan. Namun baiklah Engkau tahu bahwa,

betapa aku mencintaimu sepenuh hatiku, dengan

segala ke-esa-anku, dengan merasakan segala apa

yang Engkau rasakan, mengalami segala yang

Engkau alami: sadarlah bahwa, bahkan di saat-saat

terakhirku bersamamu, aku masih berani

membuktikan betapa aku sungguh mencintaimu.

Ah Adriane, malam itu angin tak bersemilir

lembut, tampak memahami situasi yang menyandera

kedua insan yang berduka akan keberpisahan

itu…hanya isak tangis sedu-sedan dan rintik-rintik

Page 69: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

69

bunyi tetesan airmata bermain malu-malu ditengah

keheningan malam membuta itu dan memecah

kebisuan: Adriane, hening dan diammu yang

membisu hanya menambah berat beban dukaku.

“Selamat tinggal Adrianeku…. Dalam

hitungan menit kita akan berpisah. Wajah munggil

yang sedang kutatap akan kutatap dalam khayal. Ah

Adriane aku akan sangat merindukanmu” bisikku

lirih ke telinggamu yang sedang tertidur lelap setelah

berjam-jam lelah bergulat dengan sedih yang

mendera.

Itu kata terakhir yang mampu kuucapkan

kepadamu saat itu Adriane, setelah kubuai dirimu

yang berkabung dalam pelukan terakhirku: engkau

terlelap, mungkin terbuai oleh mimpi-mimpi manis

buah kesetiaanmu mencintaiku walau harus merentas

padang resah untuk menggapai diriku.

Dengan hati terbeban resah yang berat dan

kaki yang demikian enggan untuk melangkah, aku

Page 70: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

70

tetap berusaha semampunya, beranjak darimu yang

tengah tertidur dalam rangkulan keheningan malam

yang tengah meratap dan terbuai kebisuan yang pilu.

Ah Adriane yang tak ingin ku tinggal pergi, demikian

lirih kakiku melangkah meninggalkanmu dalam

pelukan malam yang hitam pekat: namun aku

mengasingkan diriku ditengah hutan—di sanalah aku

akan menangis sejadi-jadinya—menumpahkan semua

duka dan kekalutan hatiku yang menyesakan dadaku

sedari tadi—di sana, di tengah hutan yang terus

menatapku lekat, melotot dengan tatapan kebencian

tingkat nerakawinya aku berdoa, mengeluh sepanjang

malam dan melambungkan harapanku ke langit di

atas sana serta menanti fajar menyapa, (semoga surge

merestui), berkenan membawa asaku jauh ke

awangan: ke istana sang Pemberi dan Pengatur

Takdir bertahta dalam keagungannya.

Di malam suntuk itu Adriane, aku bertekuk

lutut, menatap langit malam yang gelap kelam,

mataku tak melihat apapun di atas langit sana kecuali

Page 71: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

71

sang rembulan yang tampak tersipu malu

menunjukan keceriaannya dan terkadang

bersembunyi dibalik rombongan awan yang berjalan;

sementara bintang-bintang penghias langitpun

demikian tersungut-sungut dibalik awan berarak yang

kemudian suram lalu padam.

Adriane, Engkau tidak tahu apa yang terjadi

selanjutnya malam itu, karena engkau terlelap dalam

kesedihanmu dan tertidur oleh dukamu, ah Adriane,

bagiku malam itu begitu lain dari malam-malam

sebelumnya. Kesedihanku menggunung—semua rasa

yang berhakekat perih menggerogoti diriku: rasa

takut, cemas dan haru sesak menutupi setiap

pembuluh nadiku. Aku merasa bahwa jiwaku,

sebagai satu-satunya sumber kekuatan dan benteng

terakhirku, juga meninggalkanku. Wajahku begitu

pucat terbaur bersama malam yang mabuk gelap.

Kepingan-kepingan mutiara bening jatuh satu persatu

dari mataku yang telah lama memerah menelusuri

pipiku—aku tak menyekanya namun membiarkannya

Page 72: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

72

jatuh membasahi bumi: dalam hati kecil aku berkata:

"wahai engkau airmata, jadilah saksi atas keseluruhan

dukaku di malam sunyi senyap tak terjaga ini…!"

Ah Adriane, betapa tidak sedihnya diriku,

Aku telah tahu segalanya—Aku tahu apa yang telah

terjadi, yang sedang terjadi dan yang akan terjadi:

tentang perpisahan yang sebentar lagi terjadipun

semua tak terlepas dari pengetahuanku. Bahkan untuk

sesaat, Aku mengutuki pengetahuan yang kumiliki ini

"pengetahuan ini adalah kutukan bagiku" begitu

kataku dalam hati yang terdengar mengiang pada

telinga makhluk malam, sambil tak henti-hentinya

aku menegadah ke langit malam yang hampa

membentang....

Adriane, resah terus membututiku, di tengah

malam yang dingin semcam itupun, aku merasa bagai

cancing kepanasan di siang bolong: tak betah berlutut

khusuk di tempatku semula; aku maju selangkah

kedepan—lalu dengan suara nyaring berteriak

memohon pada sang Pencipta dan Penguasa atas

Page 73: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

73

Takdir: “wahai Engkau Sang Pemberi dan Penguasa

atas Takdir, jangan biarkan perpisahan ini terjadi:

batalkan dan patahkan rodanya. Siapakah yang akan

menjaga kekasihku Adriane, dia sendrian: bagai tak

bertuan, tak berkawan kehilangan tanpa sahabat—

biarkan aku bersamanya selamanya hingga waktu

berakhir.” Demikian teriakku memohon memelas

kasih yang mungkin masih tersisa tersimpan untukku.

Salam Selamat Tinggal

Kekasihmu

Sambulawa Atagrande

Bilik duka

Nasipit Height Cebu Philippines 2014

Page 74: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

74

Pulanglah: Rumah hatiku kini sepi!

Adriane Terkasihku,

Here I am again, sitting upon a rocky stone on

a rocky mountain peek, looking into the boundless

space, into the dry and unseasoned valley emptily;

searching for you beyond the wonder of my mind and

launching deep into the depth of a longing heart and

thought that, I could think of an idea, where my

wandering mind cannot reach.

“Its time to come back my love, come back to

me—to my bossom. I am right waiting for you here

day and night. Just end your wandering, empty

wondering. For none will ever satisfy you eternally. I

knew, you are trying to look for what is eternal. But

there is only One that can satisfy you eternally and

that is “I”. I am the eternity itself who loves you

eternally

Yang Merindumu

Sambulawa Atagrande

Nasipit Height, Cebu Philippines 12/15/14

Page 75: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

75

Rindu sang “Aku” yang terkurung

Adrianeku Tercinta

“Selamat pagi Adrianeku tersayang!

Bagaimana beritamu?” Kabar tentangmu telah

terwarta manja ke dalam hatiku lewat rintihan manja

angin pagi yang bersemilir lirih di celah-celah bilik

juangku, tersambut kaku dan malu oleh burung-

burung pipit yang mencicit bersahutan berusaha

memerangi kekakuan pagiku; sementara sang mentari

sendiri datang dengan garangnya walau disambut

dengan kecupan basah lidah sang Biru yang meratap

sepanjang malam.

Ah Adriane, disini, sang mentari tengah

diiring pergi dengan lambain lemah dedaunan yang

terbakar panas teriknya…Ini pertanda pagi sudah

berpamitan dan mulai beranjak pergi, dan siangpun

telah tiba membawa suka dan duka bagi penghuni

Page 76: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

76

jagat; Adriane, di sini langit tampak jelas tak

berawan. Mudah-mudahan demikian denganmu,

sebab itu pertanda asa kita terbubung ke awangan

tanpa cacat hambat.

Ah Adriane, walau duniaku dan langit

junjunganku, tampak cerah tak berawan tidak

demikianlah dengan hatiku: kabut rindu meliputi

hatiku, mengurungku dalam mantel kemuramannya:

Aku rindu padamu matahatiku. Dibatas angan-

anganku, aku tak tega membiarkan rindu dan cinta ini

layu dibawah bentangan tangan sang jarak dan

waktu: Ah Adrianeku, Aku mereka-reka tentang hari-

harimu tanpa diriku, tentang rinduku dan rindumu

yang terkurung dalam pijakan jarak dan waktu yang

terlampau jauh dan menjauh.

Dalam batas khayalku, aku ingin sang surya

membakar cinta dan rindu ini agar terus dan tetap

bergelora melawan bentangan jarak dan waktu yang

doyan mendinginkan dan memadamkan api cinta

yang sudah lama dan tengah bergelora dalam istana

Page 77: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

77

lubuk hati dua insan: aku dan kau. Terpujilah Sang

Rindu yang memberiku keyakinan sekuat baja

bahwa, jauh di dasar lubuk hatiku aku percaya, suatu

hari nanti waktu dan kebijaksanaan surgawi akan

mempertemukan aku dengan cintaku yang kian hari

kian aku rindu dan aku cintai.

Adriane matahatiku, setiap saat aku

memikirkanmu yang terlampau jauh dari jangkauan

panca inderawiku, hati ini memberontak dengan

kuatnya ingin bebas melampiaskan rasa rindu yang

terpendam dalam relung terdalam hati ini. Dinding

dinding hatiku terhantam hebat oleh rasa Rindu yang

terkurung dalam jeruji-jeruji rasa dan control akal

sehat.

Dindaku, rasionalitas adalah benteng bui tak

tergoncangkan; berdiri kokoh mengawal sang

tahanan rindu yang mengamuk memberontak ingin

diri dilepas bebaskan, terbang melewati angkasa

menembus langit ketujuh unutk bertemu dengan yang

dituju sang hati.

Page 78: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

78

Ah…dearain-derain keluh kesah ke-putus-

asa-an turun dari dunianya dilangit sana dalam rupa

hujan keresahan, membuntuti perjalanan kisah rindu

diantara dua hati yang mengalau. Sebaris duka,

secarik suka, sebait rindu menggelebu mengebu-

ngebu dalam relung jiwa ini—dan aku lantukan

dalam melodi duka, mengenang dengan irama pelan

melebut; sembari terus menatap wajahmu lekat-lekat

pada bayangan yang terus menghantui pikiranku.

Dalam kerinduan dan kesesakan doaku,

kukumandangkan tangisan rindu yang menggempur

ruang-ruang surgawi hatiku; yang membuat aku

tambah rindu padamu; mengikis setiap dasar pori-

pori jiwaku yang dipenuhi oleh duka dan lara

membara.

Ah duhai dindaku Adriane, dara manisku:

dalam khayalku, kupegang erat jari-jemari tanganmu

sambil tersenyum pilu; dan kulihat satu dua tetes

airmatamu jatuh tersipu-sipu malu membasahi

pipimu yang mulus merona. Ah duhai kasih, dalam

Page 79: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

79

rantai rindu yang menyiksa ini, biarlah cahaya

cintaku tetap setia menemanimu dalam gelap dan

dalam terang, siang ataupun malam; memelukmu

dikala dingin dan hangat, di kala pagi dan senja hari:

atau kala hidupmu bermentari atau bersenja:

percayalah dinda, Aku setia menemanimu dengan

cahaya cintaku yang kian hari kian bersinar gilang

gemilang. Ah dinda Matahatiku, tetaplah terpatri

kepada satu sama lain.

Doaku menyertaimu!

Sambulawa Atagrande

Diatas gerbong kereta api Bekasi-Surabaya

08/08/14

Page 80: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

80

Baitan petuah dalam lembaran Kasih

Adriane cintaku,

Why lament for all that is absurd? Why

lament for all that is not certain in future? Life is not

for lamenting; but to be celebrated. Take courage and

arise. Arise like the sons of God or like the great

warrior of the ancient. Arise above the mountaintops

and declare the wonders of God. Let your feet stand

strongly upon rocky mountain without trembling. Just

let go of your anxieties. Just let go of your worries;

for thinking and lamenting on them do not adding a

span of your lifetime. Nor will give you good health

as well as good life. More of troubles and

discouragement will you receive and befall upon you.

Adriane, give time to great silence and

recollect yourself in communion with the Great

Immensity whom my faith used to name Him God,

to find your strength if you find yourself in no good

at all. Less you fall and die. Why weep my dear

Page 81: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

81

Adriane, for something, which is vain. Let yourself

be carried away by the wind of the sea along with the

ship that passes by smoothly to the realm of heaven

where your Great King of Kings dwells serenely just

like ships in Great Ocean flow plainly like a great

hand yet powerful, control them. Why don’t you do

the same thing, to let your life flow naturally through

the season under rain and heat of the sun? Let the

great and powerful Being carry you in His hand with

no doubt and hesitation.

Adriane, my precious, my soulmate my

favorite melodious song, life is a rolling wheels.

Sadness and happiness always takes turn. Why are

you afraid of sadness? Why do you laugh only when

fortunes of life comes closer approaching in daylight;

while weeping when misfortunes take your fortunes

away? Why are you happy only on the good things?

Why do not you shout with joyful lamentation upon

the mountain peak about the joys and sorrows of life?

For everything is purely a grace: freely given; purely

Page 82: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

82

divine and free for man’s happiness; naturally and

basically prerogative. Why do you smile only when

good things come? When sorrow comes, bad things

happen, you show to the Father Sun and Mother

Moon your anger, rage, resentment and wrath”.

No my dear, my dear Adriane, in whom

divinity finds Its rest and lovely dwelling place

through the roaring season and stormy seas or stony

roads. Just let go of your troubles and move on with

your life by welcoming with radiance face and great

content and contempt the Shining Sun in the morning

and escort it to its resting place when sunset comes to

a close. Know that when the dusk and twilight comes,

it is neither a downfall nor the end of the world: but it

is another joy, another event in the eventide to be

celebrated by all hearts, by all souls and by all man

with great joy and contentment. Yeah, it is rightly so,

for the coming of the Moon, the light of the darkish

night has come. So, go out from your room of

sadness and open wide your door of enslavement and

Page 83: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

83

welcome the Queen of peace in your heart. Rise from

your great and deep slumber and declare with joyful

songs the Great name of the Divine Healer, the

Breath who breathes simultaneously and

continuously without ceasing, our breath of life…

Oh you my dear Adriane, never let your

nights be an infinite resignation of divine presence in

your life. Welcome the Queen of Peace and fetch her

into the room of your soul and keep her there forever.

Keep Her hidden in the most remotest part of your

soul. Radiance your life will be, both in times of

sorrow and gladness; and in times of health and sick;

in times of advertisement and prosperity, in times for

better or for worse.

Tetaplah Semangat Kekasihku

Salam Semangat,

Sambulaw Atagrande

Diatas gerbong kereta api Bekasi Surabaya

08/08/14

Page 84: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

84

My Heart is waiting for you

Adriane My dearest One…,

Up above the sky where eyes stare, with

wonder and amazed like flirt look, within my heart a

song of wonder bubbled: “how are you doing this

hour of loneliness?”

Every word of longing I declare to the mother

night; but its only emptiness and phony smile I

found. Sonnet again plays her music, a sad song of a

lonely and a solitary man. Ah not of loving did I miss

you but of great need of your presence in my midst.

Come dear Adriane! come! My soul is

yearning for you. Come to my remotest heart! Come

with great joy and gladness to a pavilion untouched

and unvisited by any living beings. I welcome you

with coldest yet coolest smile. I summon you with

lonesome laughter and sweetest gawk.

Page 85: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

85

Adriane, here I am thinking for years back

then, to a time where we shared our time together.

Smiled. Enjoyed each other’s company and clenched

each other’s hands strongly in times of joy and

sadness to feel the feeling.

I still remember how you leaned over the wall

in desperation of spirit. And your body along with all

your veins weaken. I came closer to you—you hold

my hand deep in closeness, deeply trust

Ah dear…now we are parted, I miss you so

divine, so excellent, so remotest. In the silence of my

heart that longs for you like to die as to live, I write

this solemn letters of longing on the blackish curtain

of mother night

Dear Adriane…we are so far away from each

other, but let not distance kill our memories, our

intense, powerful, passionate, forceful love, yeah our

profound pining that only Divine Being alone can

fulfill

Page 86: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

86

Adriane…let not suspicious thought conquer

your heart. For your heart is much greater and

powerful than those suspicious thought. Follow not

those needless thoughts from neighbors and

unfriendly friends of yours. Not even your own pride

that most of the time running without direction and

certain itinerary

No dear, no…! Follow your own heart. Your

heart knows where to go. It has an excellent map. It

has directory. Your heart is the captain of your ship.

The compass is in your heart. Follow you heart

dear…Doubt not of yourself—because there, deep

inside your heart, the Divine Immensity takes Its

residence. He helps in directing your ship.

Ah dear…you might ask me why do I speak

of these things. Dear know that I wish that nothing

bothers your shinny days and darkish nights: I wish

divinely no nightmares in your slumber. Here, I’m

thinking of things too great that I wish I have a

Page 87: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

87

powerful and protecting hand to keep you from any

harms and dangers of life.

Adriane my dear of great wonder, time keep

passing by. Time has no mercy to wait: for no

waiting in the realm of time. Well, we understood

that; time is fleeting reality—that’s the nature of

time—to fleet. It does not want to wait, nor walk too

quickly. Time will not let you and I be one and stay

together

Though time has no mercy to wait, nor too

excited to walk quickly, you and I learn something:

that we need to move on. We must not worry about

the uncertainty of to-morrow nor too much regret

about the dime memories of yester-day.

Ah Adriane, my sweetest delight, why do we

have to worry about yesterday or to-morrow? If in

fact — oh, let not use the term “if”, but surety or

certainty that we are in good Hands of powerful

Being. He is our father—very understanding father.

Page 88: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

88

He cares you and I in times both we do need him and

we do not. Therefore, my dearest, I keep you in His

hands, His care, and His protection. Every time I

wake up from my great and silent slumber or before

begin my daily mission, I mention your name in my

prayer. I communicate with Him about your name in

prayer…I do trust Him that you are well cared in His

protective hands.

Doa dan Momangku

Momang sejatimu

Sambulawa Atagrande

Bilik doa lembah juang

Bekasi Indonesia, Juni 2014

Page 89: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

89

PUISI PUISI

Page 90: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

90

Merindukan Pelukan AbadiMu

Ah Adriane dindaku…,

Kurasakan kedinginan mahadewa menggerogoti

Menyelubungku dalam gengaman mautnya

Aku takut tak terperihkan

Hari-hariku Adriane,

Adalah barisan kisah pilu membunuh sukma

Terlebih dikala senja mulai menebar resah

Dan malam yang datang membawa kabar garang

mewarta angkara murkanya,

Ah dukacita adalah teman paling setiaku

Ah dinda, sepi, sepi begitu sepi

Dan perih pedih enggan menepi pun menepis

Aku kabarkan padaMu,

Sungguh sepi, sungguh dingin

Ah Adriane Cintaku, Hari-hariku, adalah kutukan dan

berkat mengabadi

Page 91: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

91

Sukmaku menjadi kaku melebur senyum

Kepada setiap pecintaMu yang mewarta kasihMu

Ahh…sekiranya demikian Adrianeku

Tapi aku sadar, kendati seabadinya sepi dan dingin

ini, tak mungkin melebihi keabadian kehangatan

Dan kegembiraan bersamamu kelak.

Namun demikian, sesungguhnya aku katakan

kepadamu bahwa ada rindu yang terkurung

Rindu sebagai sayap-sayap cinta untuk terbang bebas

meraih sang kekasih

Kini tak berfungsi semestinya

Satu sudah patah dan yang lainnya berjuang melawan

kehancuran

Adriane, dindaku, bila sayap sayap cinta ini patah

Dengan apa aku terbang meraihmu, menggapaimu?

Ahh Adriane…hatiku ini—yang bagiku adalah

tempat bersemayamnya cinta dan rinduku

Tampak mulai melepuk dan hancur

Page 92: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

92

Aeh matahatiku,

Hatiku sudah mulai layu mencintaimu

Lantaran disini ada bunga-bunga dan kembang-

kembang lain lebih menarik yang memikat hatiku…

Yahhh…sungguh aku katakan itu sejujur jujurnya

Mungkin karena kehadiran mereka lebih indah,

Lebih nyata tertangkap panca inderawi

Membuatya menarik dan berharga daripada

keberadaanmu yang jauh dari jangkaun inderawiku

Yah…ketakhadiranmu adalah kehancuran dan

kematian bagi cinta dan hubungan kita.

Ah…mungkin saja:

Sebab terkadang aku menyangsikan tentang

keberadaanmu, tentang kenyataanmu

Tentang kebenaran realitas eksistensimu

Adriane, terkadang, aku berpikir kau hanyalah

mahakarya ilusiku,

Ciptaan inovatif terhebat imaginasiku

Dengan kata lain: barangkali kau adalah fiktif

semata—fantasi belakaku….

Page 93: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

93

Ah dinda Adrianeku, biar aku sederhanakan disposisi

hati dan risalah jiwaku

Bahwa “ketak-hadiran-mu’’ aku merasa sepi seluruh

hidupku. Aku merasa diriku bagai ciptaan tak

bermakna, semua makna dan arti hidupku direngut

Diperkosa, dilumpuhkan dan dicoreng dalam dan

oleh pelukan dewi kesendirian

Dan aku kini berteman dengan para dewa-dewi

kedinginan dan kesepian,

Sementara teman setia rinduku yang kupuja-puji

telah lama meninggalkanku.

Ah…aku bagai sebatang kara. Terlantar.

Ah Dinda yang aku sayangi, berkenanlah dengan

penghayatan tingkat nirvana dan kuasa surgawimu

dimana setiap mata terarah memandang menatap,

Peluklah aku dari kejauhan, dari tempat kau berada,

dari istana tempat kau bertahta

Dari rumah kau bersemayam, berdiam,

Page 94: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

94

Dari benteng penantian terakhir tempat dikau

menantiku dengan setia

Menunggu saat kau bunyikan tambur dan gong tanda

pemanggilan pulang diriku untuk

Kembali dalam pelukan hangatmu untuk beradu

kasih dalam tawa canda dan sukacita dan

kegembiraan abadi para kudus dan malaikatmu.

Pondok Rindu

Surabaya Indonesia

November 2014

Perpisahan

Ahh…entah mengapa, kau sungguh menarik

dimataku, membuat hari-hariku jadi menarik setiap

kali aku memikirkanmu, membayangkan wajah

menawanmu yang selalu menawar tawa dan melebur

dalam senyum. Demikian indah, demikian menarik

Senyum di wajahmu: ratna jelita memikat

Page 95: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

95

Ah Adriane seorang,

dari lubuk hatiku terdalam,

Kuucapkan terima kasih telah hadir dalam hidupku:

Karena setelah kurenungkan lagi perpisahan ini

Yang membentang tabir jarak antara kau dan aku—

Jarak ternyata bukanlah kutukan bagi kisah cinta kita

Melainkan sebuah berkat Ilahi, anugerah surgawi

Sebab semakin aku jauh darimu semakin aku

mencintaimu. Semakin aku rindu,

gelisah bila tak melihatmu.

Ah Adriane, Kau selalu dalam pikiranku.

Mengepak-ngepak bebas dalam benakku

Setia menyapaku, menyapa jiwaku dengan bayangmu

Ah…Kau begitu dekat denganku

Kau ada pada setiap huruf yang kurangkaikan

menjadi kata, dan kata menjadi barisan kalimat dan

frasa, lalu mengalir membentuk barisan barisan

puisi romantis.

Page 96: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

96

Ah kau menjadi nafas untuk setiap ide-ideku.

Kau begitu intim dan dekat denganku….

Sumber ilham brilianku….

Suatu senja

lembah ratap

Surabaya Indoensia November 2014

Doa seorang penderita

Ah Tuhan…dalam sepi aku menjerit

Kupanggil namamu Bukan untuk melepas derita ini

Atau membakarnya agar aku terbebas

Tapi sekiranya Engkau merasa iba padaku

Dan beri aku kekuatan untuk maju memikul setiap

bongkahan derita ini

Ah Tuhan… Dalam Tawa aku menghibur diri

Sebab dalam derita aku merasa terberkati

Page 97: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

97

Aku memikul sebagian dari deritaMu

Memanggul salib dosa dosaku hingga ke puncak

Golgota

Ya Tuhan…aku mendesah lega, sebab dengan derita

kau selamatkan umat manusia

Ah Tuhan… dalam sengsara aku tertawa

Walau Para tetangga yang merasa diri suci

Mengutukku deritaku adalah karma

Mereka tertawa, berpesta pora merayakan kebebasan

hidup lenggang tanpa beban

Ah Tuhan…Aku terkadang putus asa,

Ingin melepas salib hidup tapi aku ingat padaMu

Melepas manusia dengan terpaku pada kayu salib

Adalah sebuah paradok hidup…

Ah Tuhan…dengarlah desahan doaku minta tolong

Beri aku semangat untuk setiap tapak yang kuangkat,

Dan setiap bunyi langkah yang kubuat adalah pujian

bagi namaMu

Page 98: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

98

Karena sungguh, tanpamu meski selangkahpun aku

tak mampu maju

Ini keluh dan kesah berasal dari sudut hatiku

terdalam…

Valey of Tears and Sorrows

Cebu Philippines December 2013

Sang Aku Dimata Sang Khalik

Bicaralah padaku wahai sang empunnya hidup

Hati ke hati, Jiwa ke jiwa

Tentang rindu yang membuat aku terus bermimpi

Tentang kasih yang menyatukan kau dan aku

Tentang harapan yang membuat aku terus berlari

mengejar

Tentang keyakinan yang membedakan aku dengan

yang lainnya

Page 99: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

99

Dalam tawa dan canda

Dalam duka dan isyak tangis mendesis mendesih

Dalam sepi dan perih mengesah mendesah

Biarlah harapan mengungkap makna

Dan Iman menyingkap kirap cinta dan kitab ilham

Walau merangkak melewati lembah ketaatan

meremas

Menelusuri persimpangan ikrar yang kokoh

merangkul menjepit menguatkan

Ahh…Pada bunga dan rerumputan diladang

mahaluas

Membentang melampaui kekuatan indra penglihatan;

Pada burung diudara terbang tak kenal lelah

Yang serba tanpa kekurangan

Biarlah aku belajar menggarap makna terselubung

Mencari, meraih serta menarik arti terkait

Bahwasannya: padaMulah aku bergantung melepas

cemas

Engkau Bapa yang memelihara

Memberi tanpa pamrih, tanpa mengharap balas

Page 100: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

100

Aku dan segala yang ada dibumi dan disurga

Yang kelihatan dan yang tak kelihatan

Pada kehidupan ini dan nanti

Hari kemarin, hari ini dan hari esok

Semua bergantunhg padaMu.

Dibalik Dinding Tua

Rumah Tuhan

Cebu Philippines 2014

Hati Penuh Syukur

Tuhan, pada setiap lorong-lorong kehidupan

Yang aku lewati dan setiap jalan-jalan liuk berliku

yang aku tapaki, biarlah kulupakan tentang

Kebencian, kedengkian, kecemburuan dan rasa irihati

atau kekecewaan yang melumpuhkan semangatku.

Ah Tuhan, untuk rahmat mencintai dan dicintai

Dan pengalaman merindu dan dirindui

Page 101: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

101

kala mentari datang menari di ujung pagi

Pun kala sang fajar merapat ke bibir malam.

Biarkanlah jiwaku bersyukur mendengungkan

rahmatMu dalam hati dan mewartakannya diatas

ubun-ubun jiwaku.

Ah Tuhan, atas dia yang pernah dan masih

Mendiami lubuk sanubariku terdalam;

Namun ingin kulupakan,

mengusirnya jauh-jauh dari pikiran dan relung istana

hatiku tempat cinta dan rindu maut ini bersemayam

dan serangkaian kenangan “awe-inspiring” yang

terberi dalam pengalaman atas diriku:

Kupuji Dika: karena segala rasa dan pengalaman

berasal daripadaMu

Tuhan, Jagalah dia baik-baik di waktu tidur maupun

di waktu terjaga.

Tuntunlah dia dalam terang cahayamu

Dalam terang kebijaksanaan, sumber jalan, kebenaran

dan hidup kekal.

Page 102: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

102

Ah Tuhan, Aku persembahkan tiap tetes harapan dan

imanku

Demi kebahagian”nya”

Anguishing Chamber of love

Memori Cinta

Cebu Philippines September 2014

Rindu Tak Berujung

Adrianeku terkasih,

Aku harus bersaksi padamu dengan segenap kekuatan

jiwa ragaku, tentang rindu yang terselubung dalam

ruang tersuci dan terluhur relung hati ini bahwa,

Setiap detik waktu hidupku Tak terlepas dari

bayangmu.

Indah raut wajahmu yang menawan menjerat rasaku

Menghantui langkah kakiku kemanapun pergi.

Page 103: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

103

Ini khayal tentangmu masih sesegar

Kala pertaama kali aku berjumpa denganmu

Saat saat kasmaranku bergelora memuncak

Mengamuk lalu meletus…

Ini bayang tentangmu adalah memori memoriku

dipagi buta

Segar, sejuk laksana mentari pagi yang bersinar

dengan bebas, begitu segar—yah laksana embun

sejuk di pagi buta

Adriane tersayang bayang-bayangmu

Sudah menjadi rindu…

Menjelma dalam lautan bernostalgia

Hey, kau disana sedang buat apa?

Apa kau pernah berkhayal tentang diriku?

Semenjak perpisahan itu

Aku semakin dekat denganmu

Karena memori-memori kecil nun indah kita dulu

Melintas selalu dalam pikiranku

Page 104: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

104

Mewarnai hari-hariku menjadi sesuatu yang

menyenangkan

Tapi aku juga disini meneguk rasa pahitnya

perpisahan sayang…

Bila kau peduli dengan rasaku

Kirimlah aku kabarmu…

Aku rindu dengar kabar darimu

Tak peduli kau sedang bahagia atau susah

Sedag tertawa bercanda atau meratap

Yang terpenting bagiku: kabarmu

Tentang mu, dan tentangmu seorang.

Ini rinduku tak berujung

Karena jalan hidupku ini

Masih jauh dari rampung

Setengahpun belum ku usai

Kirimkan aku kabarmu sayang

Bila kau tak punya waktu menulis surat

Pergilah ke laut, bisikan kabarmu pada gelombang

yang bergelora

Aku ada di tepian lain samudramu

Page 105: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

105

Namun bila itu akan melukaimu

lantaran teringat kisah indah kita

Dikala bercumbu dibawah pohon kelapa dipantai itu,

Bisiklah kabarmu lewat angin yang berhembus dan

bersemilir lembut, shadu nan manja di kamarmu

Dan kumohon dinda, lantunkan kembali puisi yang

pernah kau buat untukku

Itu akan menghibur hatiku yang sedang lara merana

Adrianeku tersayang,

Perahuku mungkin tak akan merapat di dermaga

kotamu lantaran badainya terlalu ganas

Dan rindu ini selamanya akan menjadi rindu tak

berujung.

Tapi tetaplah bersabar.

Aku pasti akan pulang

Bersandar di dermaga hatimu

Salam Rindu Tertitip

Lorong Rindu

Nasipit Heighs, Cebu Philippines 2013

Page 106: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

106

Aku dan Sepiku

Adriane, beban ini—beban rindu ini,

Rindu akan dirimu yang jauh di negerimu

Yang terhadang selaksa gunung dan daratan serta

hamparan samudra mahaluas

Kian menghantui diriku siang dan malam

Menyatu dengan jiwaku yang kian terpikat dengan

dirimu di kala waktu dan jarak memisahkan

Ah matahatiku…semakin kita jauh semakin

menggebu dan semakin beratlah rinduku

Sejatinya aku benci yang namanya ‘’jauh…’’

Karena kejauhan menuntutku memikul beban rindu

ini, yang makin hari makin berat…

Ah Adriane terkasih, terinduku…

Mungkin engkau mensyukuri kejauhan ini

Tapi aku sebaliknya mengutukinya

Sejatinya, aku lantas mengutuki

dan menyumpahi perpisahan ini…

Page 107: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

107

Ah Adrianeku… Engkau yang disana berdiam tanpa

kata dalam bilik kecilmu, bilik rindumu

Berkutik tanpa kata pada rumah munggil

permenunganmu

Namun merengut lesu hiruk pikuk hati dan pikiranku

Mencuri pergi jiwaku jauh ke kedalaman samudera

rasa rindu. Ah Aku tergolek lemas dalam pangkuan

kesepian ini…

Ah Adriane dindaku,

Yang kala itu kukecup lembut keningmu

Kupoles lembut bibir tipismu—aku sepi tanpa Mu

Kirimkan aku mimpi malam ini

Mimpi tentang dirimu—dirimu dinda, dirimu

Adriane

Salam Sepi

Ruang Rindu

Lembah Sepi Surabaya November 2014

Page 108: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

108

Bumi Bulat Bundar

Meretas Resah

1

Adriane Terkagumku,

Tahukah kau bahwa memori terindahku,

kudapat dari lekatnya Tatapanmu.

Ada suka,

Ada kagum,

Ada takjub,

Ada heran

Dan asa mujizat terpancar di matamu yang bulat

bagai Bola pimpong dan aku tertarik setiap kali

Menatapmu.

(Terkenang kenang

Gerbong Tua, Kreta Malam)

Page 109: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

109

2

Ah dinda tercintaku,

Berpisah darimu adalah tragedy dukacita tersadisku.

Namun janganlah berkecil hati dinda

Karena masih ada rindu yang menghalau Dukacita

serta menggantinya dengan sukacita

Terkenang dan terindahku.

Merindumu menghanyutkan daku kedalam Samudra

kebahagian.

Dan ketika kau jauh dariku,

Kau sesungguhnya begitu dekat denganku, dekat

dihatiku, menyatu dengan diriku.

(teruntukmu dinda, kidung melankolis di atas

gerbong kereta Tua, bekasi Surabaya)

3

Ah malam, pekat dan kelam,

Sepekat dan sekelam jiwaku,

Segelap hatiku merindu,

Kutatap dan kupandang penuh kebencian. Dan rindu

dihati ini bagai duka tak menepi Tanpa tepi.

Page 110: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

110

Sungguh tak terlipurkan.

Tapi tak mengapa, kerena cinta terpupuk dan

tertumbuh subur dalam rindu yang mendewa

(salam rindu,

Dari bilik rindu

kp sawah, Bekasi)

4

Ah terdambaanku,

Selangkah lagi aku mencapai dirimu,

Meraih hatimu, memeluk jiwamu

(malam tak berbintang,

kp. Sawah bekasi)

5

Ah Tuhan,…

Mengapa hati ini selalu mendung?

Cahaya asa hilang berkelana tak berarah. Mentari

bagai tak bersinar lagi dalam bumi Hati ini.

Page 111: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

111

Ah dinda dambaanku,Berkenanlah menjadi mentari

yang selalu Bersinar memancarkan sinar harapan

Untuk Menghalau mendung ke-putusa-asa-an ini

Yang semakin menjadi-jadi mengalut jiwaku.

(menyambut pagi bermendung.

Pondok Harap

Kp. Sawah bekasi)

6

Ah sang Pemberi dan Empunya Rindu,

Izinkan aku merampungkan sisa malam ini Bertekuk

lutut bermazmur bersyukur kepadamu.

Ah betapa tidak!

Tiap tetes duka rinduku selama ini

Terhapuslah sudah.

Akhirnya, aku bersua juga dengan terkasihku

Dan unutkmu dinda,

Mari lantunkan kidung pujian ke Sang Rindu.

(Salam peluk Hangat unutk little angelsku,

Gubuk Doa

Kp. Swah Bekasi)

Page 112: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

112

7

Sekiranya rindumu masih ada untukku,

Biarlah angin malam yang bersemilir lembut Di

jendela bilikku,

Membelai, menyapa, memanggil-manggil Jiwaku

berkelana ke singgasana hatimu

Merana—ah biarlah Ia berkelana Ke tempatmu,

Ke istana lubuk hatimu,

Untuk mengelus lembut, membelai dan Menjamah

hangat jiwamu.

(menyambut larut malam,

Gubuk Permenungan

Kp sawah bekasi)

8

Ah Adriene dinda tercintaku,

Kegembiraan dan sukacita terbesarku

Adalah ketika engkau tak tahu bahwa ternyata

Dengan diam-diam aku menyayangimu. Karena

Page 113: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

113

bagiku, cinta yang Ikhlas, tulus dan Murni harus

dinyatakan tanpa ada pengakuan Dari yg terkasih.

(Malam bergalau

Gubuk Derita

(kp. Sawah. Bekasi)

9

Adriane Dindaku, dindaku terkasih,

Yangg paling kurindu,

Biarlah kupendam rindu yang mendewa ini, Sebab

malaikat-malaikat pembenci tak Menginginkan kita

bersua. Bahkah segenap kekuatan akal sehatnya

Tak merestui ketulusan rindu yang berkobar

Dalam relung sanubari kita…

(Rindu terkekang,

Merindu Rindu

Kp. Sawah bekasi

10

Page 114: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

114

Adriane pujaanku,

Aku ingin sekali bersua denganmu Terkasih,

Tapi malaikat malaikat pembenci cinta Memasang

tembok pencakar langit Menghadang rindu kita yang

berkekuatan bak Magma gunung api terlampias

terbebaskan.

Merindu Rindu

(kp. Sawah, Bekasi)

11

Ah Tuhan…mengapa pula ada makhluk seksi

Berbibir sumbing merekah bagai delima Menawan

sukma. Aku sungguh tertawan keindahannya.

Ah malam…janganlah engkau wafat atau Berlalu

secepatnya,

Aku sungguh “in blue” dalam tawanan ini, Dalam

jeruji ter-kesima-an

Dan keterpukauan ini.

(Senandung Gerbong Tua,

Surabaya-Bekasi)

Page 115: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

115

12

Ah malam…,

Peluklah aku dalam kehangatan rangkulanmu

(Kalut Gerbong Tua,

Surabaya bekasi)

13

Adriane terkasih terinduku,

Kini istana hatiku selalu sepi tanpamu. Kembalilah

Aku mohon…!

Ramaikan istana hatiku,

(Doa Malamku,

Puncak Claket, Biara Karmel)

14

Ah kejauhan,…

Page 116: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

116

Betapa ingin sekali aku mengutukimu,

Menyumpahimu dan mengatai-ngataimu, Lantaran

dikau telah menghantarkan kisah Kasihku pada

jurang keruntuhan,

Jurang pencobaan,

Namun demi cinta yang tulus,

Baiklah aku mensykurinya.

Sebab kejauhan sesungguhnya membuat aku Rindu

padanya, Sang terkasihku..

Dia makin dekat denganku.

Selalu dalam pikiranku,

Ahh sungguh…Aku selalu memikirkannya

Siang malam tanpa henti setiap detik.

Dan ahh….Karnamu, aku sadar,

Bahwasanya, aku kosong tanpanya.

Ahh sungguh istanaku sepi dan sunyi.

(Scalling Clakect Heights with love, hope and

Longing,

Pondok sepi Biara Carmel OCD

last days of 2014)

Page 117: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

117

15

Dan akhirnya pertemuanpun berakhir

Dengan linangan airmata

Dan saatnya melambaikan tangan Mengucapakn

selamat tinggal tanda perpisahan, sembari

meneteskan serpihan-serpihan rindu yang mulai

berjatuhan di lubuk sanubari sebagai ungkapan duka

untuk Mama Terkasih…

Ah tiap tetesan airmata adalah roh unutk Setiap cinta

yang bertasbih.

“ good bye dearest and most loving Mama Mary, I

will always keepth thee in the bottom of my heart, I’ll

be back”.

(Senandung akhir Ziarah,

Gua khusuk, Poh Sarang, Kediri)

16

Ah Adonaiku, Adrianeku

Page 118: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

118

Seandainya Engkau dapat kujamah,

Kuraba dan kurasa dengan tanganku, Mungkin

keraguan ini tak sepedih

Dan seperih ini

Ahh…Aku mungkin telah membuangnya jauh Jauh

ketengah hutan belantara mahaluas dan

Membiarkanya terlahap habis-habisan oleh Para bala

tentara liar

Atau mungkin telah kukubur rapat-rapat

Di dasar lautan mahadalam.

Wahai Engkau iman…,

Yang kujelma jadi Rindu,

Tak lagi kubutuhkan:

Sebab kau bukan lagi mahakarya ilusiku Semata atau

produksi terbaik pabrik Imaginasiku belaka

Atau ciptaan mulia akal sehatku semata—Bukan

fiktif bukan palsu.

Tapi apa mau dikata, kau jauh disana dan aku di sini;

permadani jarak membentang terlampau luas di

antara kita.

Dari lubuk hati yang terdalam ini,

Page 119: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

119

Ada rindu yang mendewa, yang selalu Memaksa

mataku mencurahkan cucuran airmata untukmu yang

jauh disana terlampau jauh dari jamahan Inderawiku.

Aku rindu padamu.

Ada ruang hampa di jiwa ini, menanti Kehadiranmu.

Ah memang kau pantas dirindu Adonaiku, Adrriane

terkasihku…

(Salam rindu dari bilik permenungan,

pondok sepi, Biara Carmel OCD)

17

Aku sudah datang Adriane.

Aku berdiri didepan pintu hatimu,

Senandung dan madah “in excelcis Deo” Bergema

terlantun meriah di sudut-sudut kota Dan di setiap

bangunan-bangunan tua

Sorakan pujian gembira mengetuk pintu relung

hatimu. Sudikah dan akankah engkau membukakan

Pintu hatimu untukku?

Page 120: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

120

Aku ingin tinggal selamanya dalam relung Hatimu,

berdiam disana selamanya untuk menjadi penjaga

hatimu, bersama-sama dalam canda dan gelak tawa

Merasakan suka-duka, pahit manisnya anggur dalam

piala kehidupanmu

Ahh Adriane matahatiku…

Itu semua terwujud andai saja engkau rela

membiarkan aku masuk.

Kedalm hatimu, berdiam dalam istana jiwamu

duka hidupmu.

Bersama sama meneguk

Selamat natal dan Tuhan memberkati,

Pondok sepi,

Clakect Heights 21014)

Page 121: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

121

18

Adriane belahan jiwaku,

Dari sekian Bintang yg bersinar gilang-gemilang di

langit malam,

Berkemilau menghalau kebiruan

Dan kegelapan cakrawela malam,

Sesungguhnya, hanya satu yang menusuk Menembus

mengahalau kegelapan jalan Hidupku: bintang kejora

sang bintang timur, Demikianlah sesunggunya

dirimu diantara dara-dara berparas menawan dan

cantik menghiasi dunia tak berseniku

Atau antara perawan perawan ratna yang membentuk

dunia tak berbentukku.

Ah dirimu dinda, belahan jiwaku

Sungguh hanya dirimu, yang menusuk Jantung

hatiku,

Memberikan cahaya asa untuk setiap harapanku yang

nampak memudar dan kelam.

Salam berpeluk mesra

(Gerbong Tua, 14/01/2015)

Page 122: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

122

20

Ah Tuhan, apa salahku?

Mengapa hidupku ini,

Tak pernah sepi dari sedih?

Menepilah sedih biarkan tawa dan canda datang!

21

Ah manis pujaan hatiku,

Menatap ke dalam kebeningan matamu,

Serasa tengah menatap rembulan berpurnama

bersinar menghunus bagai pedang menembus

dinding-dinding hatiku, dan masuk jauh ke

kedalaman dasar lautan jiwa—sungguh ada rembulan

di mata di matamu. Relakanlah diriku memilikimu,

sebab tanpamu hari-hariku adalah kelam tanpa

cahaya tak berkesudahan.

Page 123: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

123

22

Ah Adriane terkasihku,

Janganlah Dikau pernah bertanya:

“Wahai kekasihku, hingga dan sampai kapankah

cintamu padaku berakhir?”

Ah dinda terkasih abadiku,

Cintaku hanya mengenal awal

Tak mengenal atau mencari akhir

Aku mencintaimu di dua kehidupan: kini dan nanti.

Jangan pula bertanya: “dimana dan pada saat apa

kekasihku mencintaiku?”

Ah sadarlah? Cintaku tak mengenal ruang dan waktu

tak pernah berteman dengan sekat

Tak kenal suka atau duka

Pahit atau manis

Perih atau nikmat

Sehat atau sakit

Page 124: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

124

Untung atau malang:

Aku mencintaimu dalam segala lini rasa dan suasana

hatimu dalam segala lini kehidupanmu.

23

Ah Dara Idamanku,

Janganlah Engkau terusik mengusirku dari

hadapanmu. Ijinkan aku menumpahkan semua

linangan air mata kepedihan ini.

Ah terlepas dan melepasmu, terpisah dan memisah

darimu adalah kenyataan tak terperihkan, tak

terpikirkan, tak termimpikan apalagi teringinkan.

Seluruh hidupku, jiwa dan ragaku, hati dan pikiranku,

kelemahan dan kekuatanku, kekurangan dan

kelebihanku sejak awal mula aku mengenalmu telah

aku persembahkan seutuhnya hanya untukmu

seorang. Percayalah: seluruh hidup dan matiku hanya

teruntukmu.

Page 125: RIKARDUS DJEGADUT · gundah gulana, dukacita, kita ingin sandaran; namun tempat sandarannya terlampau jauh tak terjangkau, tak terjamah tangan dan mata—saat itulah kepedihan, sakit

125

Namun Ah Dinda, mengapa kau akhiri sedini ini,

yeah secepat ini? Bukankah kau tahu semua isi

hatiku, menilik setiap celah hatiku, hingga relung

terdalampun—tempat semua rahasia-rahasia surgawi,

duniawi dan bahkan nerakawi tersimpan?

Salam berkasih

Pondok renung

Surabaya awal February 2015