Upload
doque
View
226
Download
3
Embed Size (px)
Citation preview
25
采访的问题
一 、一开始您如何成为乩童?
二 、是否有拒绝命令?
三 、您被神上身的时候,有什么感觉?
四 、是什么神上身您的身体?
五 、实行仪式之前,您有准备什么?
六 、一般来的“病人”问怎么样的问题?
七 、当一位乩童,您得到什么优点与缺点?
八 、当您成为一位乩童,您感受什么?
九 、成为一位乩童,您是否有禁食?
iv
Ucapan Terima Kasih
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat,
penyertaan dan karunia yang diberikan , sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan skripsi dengan baik dan tepat pada waktunya.
Banyak pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.
Pada kesempatan ini, penulis ingin megucapkan terima kasih yang
sedalam-dalamnya atas bantuan dari berbagai pihak, baik berupa moral
maupun materiil , secara langsung maupu secara tidak langsung selama
penulisan skripsi ini. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih
kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Gerardus Polla, M.App.Sc, selaku Rektor Binus
University yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk menuntut ilmu di Binus University.
2. Bapak Drs. Andreas Chang, MBA selaku Dekan Fakultas
Bahasa dan Budaya, Binus University Memberikan
kepercayaan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
3. Ibu Andyni Khosasih, SE, BA, Ketua Jurusan Sastra China
Binus University yang telah memberikan kesempatan,
dukungan dan kepercayaan kepada penulis untuk dapat
menyelesaikan skripsi ini.
4. Bapak Martinus Herwiratno, SS, Dosen Pembimbing yang
telah sabar dan setia memberikan bimbingan, pengarahan,
nasehat serta saran dan kritik yang membangun dalam
penulisan skripsi ini.
5. Ibu Cendrawaty Tjong, BA, M.Lit , selaku Dosen seminar
progress yang selalu memberikan masukan kepada penulis.
v
6. Kedua orangtua dan seluruh keluarga penulis yang telah
senantiasa mendukung dalam setiap kegiatan yang penulis
jalankan selama kuliah di Binus University.
7. Para narasumber, A Jin, Djie Kim Se, dan A Bao yang telah
bersedia meluangkan waktu untuk diwawancarai oleh penulis.
8. Seluruh teman sesama bimbingan skripsi: Merniy, Dyraa,
Christie, Wisley, Irene dan Yoppy yang telah senantiasa
menghibur dan mendukung penulis.
9. Teman – teman penulis yaitu: Ferra, Frida, Lydia, Yoshua,
Gotam, Law, Akwet, Ck, Aceng, Billy, Cecep, Ncek, Victor dan
kawan-kawan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
10. Kardifin Aliwarga, yang telah bersedia menyediakan waktunya
untuk membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.
11. Seluruh teman kuliah penulis yang tidak dapat disebutkan
satu persatu yang telah memberikan dorongan kepada penulis
untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.
Akhir kata, penulis berharap semoga karya tulis ini dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca, Binus University dan pihak-
pihak yang membutuhkan pedoman penelitian dan pengembangan lebih
lanjut.
Jakarta, 7 September 2009
Penulis
Mulyati dan Yuli
vi
Abstraksi
Dalam kehidupan orang China, terdapat 3 ajaran yang mereka
anut, yaitu: Buddhisme, Konfusianisme, dan Taoisme. Taoisme
merupakan ajaran pertama bagi orang China. Ajaran ini memiliki ritual
yang unik yang disebut “Tatung”. Sampai sekarang, ajaran dan ritual ini
masih dipercaya oleh sebagian masyarakat Tionghoa. Maka itu, penulis
berharap penelitian ini dapat membuat suatu pemahaman kebudayaan
Tionghoa khususnya fenomena keberadaan Tatung termasuk asal mula,
keuntungan, dan kerugian yang diperoleh para Tatung. Metode
pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka, observasi, dan
wawancara. Penulis melakukan wawancara terhadap tiga orang Tatung
yang berdomisili di Jakarta. Penulis juga melakukan wawancara
terhadap anggota keluarga dari para Tatung untuk mengetahui
tanggapan mereka terhadap Tatung. Hasil pengumpulan data dianalisis
dan dipakai sebagai acuan penyusunan penelitian. Simpulan dari
penelitian ini adalah Tatung merupakan orang yang diberkahi
kemampuan untuk dirasuki oleh roh dewa atau roh leluhur, dan
keuntungan maupun kerugian menjadi seorang Tatung disikapi dan
dirasakan secara berbeda-beda oleh masing-masing Tatung.
Kata Kunci: Tatung, Kepercayaan, Taoisme, Wenji
vii
Daftar Isi
Ucapan terima kasih ........................................................................ iv
Abstraksi ....................................................................................... viii
Ringkasan ........................................................................................ 1
Daftar riwayat hidup ....................................................................... 12
1
Ringkasan Tatung adalah hasil kepercayaan masyarakat yang istimewa.
Mereka adalah perantara atau media komunikasi antara dunia manusia
dan dunia roh. Baik roh leluhur atau dewa. Tatung selalu membuat
sebagian orang merasa heran dan kagum sekaligus takut. Tatung
adalah hasil atau produk yang berasal dari upacara agama Dao, tatung
dalam upacara agama Dao berperan sebagai media dewa atau media
roh, mengandalkan dewa untuk masuk kedalam tubuhnya. Asal muasal
tatung ada tiga yaitu pertama, tatung dipilih oleh dewa, bahkan
mengalami gejala penyakit; kedua,pewaris dari tatung yang sudah tua
dan akan pensiun, akan dipilih tatung yang cocok; ketiga, karna atas
kehendak sendiri dan pengaruh lingkungan maka akan menjadi Tatung,
oleh karna itu menjadi Tatung bukanlah suatu hal yang mudah. Setelah
melewati terpilih dan harus melalui proses pengasingan diri baru dapat
menjadi seorang Tatung.
Tatung dibagi menjadi wenji, wuji. Wenji menggunakan cara yang
lebih halus dalam membantu pasien misalnya menyembuhkan penyakit,
menghilangkan malapetaka, menginsafkan seseorang, wuji sebelum
menjalankan ritual, terlebih dahulu meminta data dari pasiennya, yaitu
nama,marga serta tanggal tahun kelahiran yang dituliskan diatas kertas
dan setelah menjalankan cara yang lain yang membuat seorang Tatung
tidak terluka.
Tatung dalam upacaranya menarik perhatian orang, pertunjukan
tersebut seperti Tatung menggunakan benda yang tajam untuk
memaku dirinya sendiri, menggunakan pedang memotong lidah,
menggunakan jarum menusuk pipi, acap kali membuat suasana
pertunjukan lama kelamaan menjadi meninggi, dan makin lama makin
2
mencekam, makin mudah menemukan darah yang mengalir. Juga karna
banyak pengikut dan khalayak ramai, jadi penuh dengan kemistikan,
sepeti menggunakan jarum menusuk pipi sampai tembus, tidur di kasur
paku, menggunakan bola paku, membacok tubuh dengan kayu pemukul
berpaku, walaupun darah segar terus mengalir, tapi tak terlihat ada
penderitaan atau kesakitan diraut mukanya. Dengan ini, Tatung
membuat khalayak yang menyaksikannya menjadi percaya bahwa
benar adanya dewa yang memasuki tubuhnya.
Dalam ajaran Dao, terdapat sebuah ritual unik yang disebut
Tatung atau dalam bahasa mandarinnya disebut jitong (乩童). Tatung
adalah orang yang dirasuki roh dewa atau leluhur. Dimana raga atau
tubuh orang tersebut dijadikan alat komunikasi atau perantara antara
roh leluhur atau dewa tersebut. Dengan menggunakan Mantra dan
Mudra tertentu roh dewa dipanggil ke altar kemudian akan memasuki
raga orang tersebut.
Tatung diyakini berfungsi sebagai:
1. Sebagai jembatan antara manusia dengan alam dewa atau
penambah keyakinan umat terhadap para dewa,
2. Membantu mengatasi masalah manusia, salah satunya adalah
mengobati orang sakit dengan media doa,
3. Melindungi manusia dari gangguan roh jahat,
4. Mengajarkan kebaikan.
3
Beberapa dewa-dewi Dao antara lain:
a. Taishang Laojun
Disebut juga Laozi. Merupakan seorang filsuf yang
meletakkan fondasi bagi filsafat Dao atau yang disebut
juga Dao Jia.
b. Tudi Shen
Disebut juga Dewa tanah, Dewa Bumi, Tudi Ye,
Tudi Gong, atau Fu Dezheng Shen. Biasanya
ditampilkan bersama pasangannya yaitu Tudi Po atau
disebut juga Nenek Dewa Tanah. Dewa tanah
dihormati dan disembah oleh masyarakat China kuno
karena mereka menganggap tanah merupakan
jaminan dasar hidup mereka sebagai tempat bercocok
tanam untuk menghasilkan pangan.
c. Guangong
Guangong atau Guanyu adalah jendral besar pada
kisah Samkok di negara Shu. Ia pandai bersilat, berani
dan perkasa, para musuh akan ketakutan bila
mendengarnya. Semua orang, terutama para
pedagang mengagumi ketaatan dan kesetiaan
Guangong, sehingga Guangong menjadi dewa yang
adil dan dewa pelindung yang paling ideal bagi mereka.
d. Guanyin
Guanyin dikenal juga dengan sebutan Dewi
Welas Asih. Pada awalnya, Guanyin dikenal sebagai
seorang pria, namun pada masa Dinasti Tang, Ia lebih
dikenal sebagai seorang wanita.
4
e. Xuantian Shangdi
Ia adalah dewa pelindung negara. Dewa ini
adalah salah satu dewa yang paling terkenal, karena
daerah pemujaannya yang sangat luas. Dari China
Timur sampai ke China Barat, Taiwan, bahkan
Malaysia. Pemujaan terhadap dirinya berawal pada
masa dinasti Ming.
Selain itu, dalam fungsinya untuk melindungi manusia dari roh
jahat, para Tatung menggunakan Hu dan Hio sebagai pelindung
manusia. Hu atau yang biasa disebut juga jimat merupakan alat yang
istimewa untuk melindungi keselamatan hidup seseorang, biasanya Hu
berupa kertas yang ditulis oleh para Tatung ketika mereka kerasukan
oleh para Dewa.
Hu juga diyakini bermanfaat untuk:
1. Menjaga keselamatan,
2. Menjaga kesehatan tubuh,
3. Meningkatan nasib baik/peruntungan,
4. Mencegah malapetaka,
Hio paling mudah dijumpai di kelenteng dan tempat ibadah kaum
penganut Konfusianisme, Daoisme dan Buddhisme ada beberapa jenis
hio yang ada di masyarakat.
Umumnya, hio untuk sembahyang berwarna merah atau kuning.
Hio kuning adakalanya juga digunakan untuk upacara pengobatan. Hio
dengan gagang berwarna hijau dan atasnya berwarna coklat digunakan
untuk orang yang baru meninggal dunia hingga 3 tahun. ada pula hio
5
dengan gagang berwarna merah dan atasnya berwarna merah atau
hitam. Hio jenis ini digunakan saat perayaan ToaPeKong atau meninggal
dunianya setelah 60 tahun ke atas. kalau hio berwarna hitam itu
diperuntukkan bagi para datuk atau leluhur.
Hio ternyata juga berfungsi membantu dalam meditasi.
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode
pengumpulan data dengan metode wawancara. Metode ini dilakukan
karena penulis mencari informasi secara langsung kepada para Tatung
yang berdomisili di Jakarta. Dan dari hasil pengumpulan data yang
penulis lakukan terhadap tiga orang Tatung, diperoleh data yang
menunjukkan bagaimana awal mula, keuntungan, dan kerugian yang
diperoleh oleh para Tatung. Hasil penelitian tersebut menjadi jawaban
dari permasalahan yang diangkat penulis dalam penulisan skripsi ini.
Tiga orang Tatung yang menjadi narasumber adalah:
1. A Jin usia 54 tahun
Lahir di Pontianak, Kalimantan Barat pada tahun 1956. Pada
tahun 1981 pindah ke Jakarta. Di Jakarta, Ia bekerja sebagai
pemborong bangunan.
Pada usia 24 tahun, Ia mendapat mimpi Tudi Gong atau
Fu Dezheng Shen atau yang disebut juga Dewa Bumi
memintanya untuk tidak makan daging selama 100 hari, perintah
dalam mimpi tersebut dijalaninya. Setelah menjalani perintah
tersebut, ia mendapat mimpi lagi untuk melanjutkan hal tersebut
selama 8 hari lagi. Namun, Ia melakukan penolakan terhadap
perintah tersebut. Tiga hari kemudian, Ia jatuh sakit, tidak jelas
6
sakit apa yang ia alami. Tidak ada nafsu makan. Ia hanya bisa
minum air putih saja. Hal itu berlangsung selama 40 hari. Mulai
sejak itu, ia dapat melihat makhluk halus dan meramal atau lebih
sering disebut dengan istilah kuamia. Pada usia 51 tahun, setelah
ia mengunjungi klenteng Kai Shan Pakgong di Pontianak, Ia
merasa ada sesuatu yang mengikutinya, tak lama kemudian
sepulangnya ke Jakarta, Tudi Gong mulai dapat merasuki
tubuhnya.
2. Yu Jinshe usia 59 tahun
Lahir pada tahun 1950 dan besar di Bangka. Kemudian Ia
memutuskan pindah ke Jakarta untuk mencari pekerjaan.
Pada usia 49 tahun, Ia mengalami penyakit semacam
stroke selama satu minggu. Akibat dari penyakit tersebut, Ia
tidak dapat berjalan bahkan menggerakkan tubuhnya. Satu
minggu kemudian penyakitnya berangsur sembuh dan dia dapat
berjalan kembali. Tetapi setelah penyakitnya membaik, dia justru
tidak dapat tidur selama 3 bulan dan memiliki kebiasaan jalan
kesana kemari tanpa tujuan seperti orang gila. Kemudian Ia
mencari cara untuk menyembuhkan penyakitnya tersebut yaitu
dengan pergi ke beberapa dokter, namun tidak mendapat
jawaban dan kesembuhan. Kemudian dia pulang ke kampung
halamannya di Bangka dan selama 1 bulan menetap di sana, di
sana Ia mengunjungi beberapa orang pintar demi mencari
kesembuhan atas penyakit yang ia alami. Mereka mengatakan
kepadanya bahwa ada Dewa yang mengikutinya. Sepulangnya
dari Bangka, suatu hari dia mendapat bisikan yang menyuruhnya
untuk tidak makan daging selama 7 hari, Ia menjalani perintah
7
tersebut. Setelah itu, Ia mendapat bisikan lagi untuk melanjutkan
hal tersebut selama 49 hari. Setelah menjalani perintah tersebut,
tubuhnya dapat dirasuki oleh dewa. Dewa yang merasuki
tubuhnya adalah Xuantian Shangdi ( Hiantian Shangte ) dan Dewi
Guanyin.
Sampai sekarang Ia masih menjadi seorang vegetarian. Ia
melakukan hal tersebut juga sebagai timbal balik karena Ia
beranggapan Dewa telah membantu dirinya sehingga sembuh
dari penyakit yang Ia alami.
3. A Bao usia 73 tahun
Lahir dan besar di Aceh. Kemudian Ia pindah ke Jakarta.
Pada usia 16 tahun mengalami penyakit aneh yang tidak bisa
disembuhkan. Dia merasa penyakit itu muncul karena dirinya
telah banyak berbuat salah dan dosa yang besar. Penulis tidak
tahu perbuatan salah atau dosa apa yang Ia perbuat karena Ia
tidak bersedia menceritakannya kepada penulis. Setiap malam,
dari tubuhnya keluar bermacam macam binatang kecil seperti
cicak, semut, bahkan kelabang. Tapi itu semua hanya
halusinasinya akibat dari dosa yang Ia perbuat, orang lain tidak
ada yang dapat melihat binatang yang Ia maksud. Ia pergi ke
hampir seluruh tempat di Indonesia untuk mencari orang yang
dapat menyembuhan penyakitnya tersebut, tetapi hasilnya nihil.
Awalnya, Ia tidak memiliki keyakinan agama sama sekali.
Kemudian Ia mulai pergi ke kelenteng untuk sembahyang dan
memohon agar penyakitnya dapat disembuhkan. Ia juga rajin
membaca mantra dan bertapa. Dan akhirnya penyakitnya itu
8
berangsur-angsur sembuh. Ketika berusia 40 tahun, ketika
sedang bersembahyang, Guangong merasuki tubuhnya dan
bukan hanya itu, ada beberapa Dewa lagi yang dapat merasuki
tubuhnya. Dari kemampuan yang Ia miliki, Ia banyak menolong
orang lain.
Tetapi sekarang, Ia tidak melanjutkan hal tersebut. Ia
mengunci dirinya dari Dewa yang ingin masuk ke tubuhnya. Ia
menganggap dirinya adalah calon Buddha. Ia merasa bahagia
dengan kehidupannya sekarang walaupun Ia masih merasa dosa
yang Ia miliki belum sepenuhnya hilang. Bahkan, Ia
meninggalkan keluarganya dan hidup menyendiri. Sekarang, Ia
menjadi salah satu penjaga klenteng di kawasan Petak Sembilan,
Jakarta.
Untuk melengkapi data mengenai Tatung tersebut, penulis juga
melakukan wawancara terhadap anggota keluarga mereka. Keluarga
mereka tidak keberatan dan menerima kelebihan yang dimiliki oleh para
Tatung. Mereka menganggap hal tersebut merupakan takdir yang
memang diberikan kepada salah satu anggota keluarganya untuk
membantu sesama.
Dari hasil wawancara yang dilakukan, diperoleh data bahwa
terdapat persamaan dan perbedaan diantara ketiga Tatung tersebut.
Persamaan yang ada adalah:
1 . Sebelum menjadi Tatung mereka mengalami penyakit
yang aneh, bahkan dokter tidak dapat menyembuhkan
penyakit mereka,
9
2 . Mereka dapat melihat makhluk halus, seperti yang
terdapat dalam ajaran Daoisme
3 . Setelah mereka menerima dewa masuk ke dalam
tubuhnya, penyakit mereka berangsur sembuh,
4 . Memiliki tujuan yang sama, yaitu membantu orang lain,
5 . Jenis jasa yang mereka berikan cenderung sama.
Membantu mengobati orang lain atau mengusir roh jahat
yang mengganggu manusia,
6 . Ritual yang sama, diawali dengan sembahyang, membaca
mantra, dan mudra memohon kedatangan dewa.
Sedangkan perbedaan yang ada, adalah:
1 . Dewa yang merasuki tiap Tatung berbeda-beda.
2 . A Jin dan Yu Jinshe masih menerima dan menjadi Tatung
sampai saat ini, sedangkan A Bao tidak.
3 . Yang mereka alami ketika dewa masuk dan mengambil
alih tubuh mereka berbeda beda.
Dari hasil wawancara yang kami lakukan kepada tiga orang Tatung,
didapat bahwa ketiga Tatung yang kami wawancarai tersebut
merupakan Tatung yang terpilih oleh Dewa dan bukan atas kehendak
mereka sendiri, yang disebut juga wenji. Mereka hanya bisa mengobati
orang dengan cara yang lebih halus dan tidak bisa melakukan
pertunjukan yang mengerikan seperti wuji.
10
Selain awal mula, penulis juga memperoleh data mengenai
keuntungan dan kerugian yang diperoleh oleh para Tatung sesuai
dengan permasalahan yang diangkat penulis.
Keuntungan yang diperoleh oleh para Tatung adalah:
Dengan tujuan utama yaitu menolong sesama, mereka tidak
membeda-bedakan siapa yang akan mereka beri pertolongan. Dan
dalam membantu sesama, mereka tidak memasang tarif atas jasa
mereka. Mereka menolong secara tulus. Namun, tidak menutup sedikit
pula, para pasien yang datang memohon pertolongan mereka
memberikan Angpao secara sukarela. Hal tersebut menurut mereka
cukup membantu mereka dari segi ekonomi.
Dapat menolong orang lain dalam menyelesaikan masalah yang
mereka alami seperti: mengobati orang sakit atau yang terkena guna-
guna roh jahat, menjadi kepuasan dan kesenangan tersendiri bagi
mereka karena mereka merasa cara mengobati pasien berbeda dengan
yang dilakukan oleh dokter kebanyakan.
Bagi dirinya sendiri, kelebihan yang mereka miliki membantu
mereka untuk dapat lebih memahami mana yang baik dan mana yang
buruk. Hal tersebut juga membantu mereka untuk lebih bijaksana dalam
hidup.
Disamping keuntungan yang mereka peroleh, terdapat pula
kerugian yang dialami oleh para Tatung, yaitu sebagai berikut:
Tidak sedikit pasien mereka berasal dari luar kota bahkan luar
negeri, sehingga terkadang mereka dipanggil untuk dimintai bantuan
dalam mengatasi permasalahan yang sedang dialami oleh pasien,
11
seperti: melihat tata letak ( fengshui ) bangunan perkantoran atau
rumah yang baik, dan memasang altar sembahyang. Hal tersebut
menyebabkan mereka memiliki waktu yang singkat bagi dirinya sendiri
maupun bagi keluarga karena jadwal yang cukup padat.
Rasa malas kadang menghinggapi para Tatung untuk bekerja
diluar dari usaha mereka untuk menolong orang lain. Hal tersebut
dikarenakan pemberian Angpao oleh para pasien yang terkadang dalam
jumlah besar cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.
Harus menjaga diri untuk tidak makan makanan berdaging. Hal ini
memang tidak dilakukan oleh semua Tatung. Namun, pada awalnya
bagi mereka yang sebelumnya makan daging kemudian harus
menjauhkan diri dari makanan tersebut cukup sulit dilakukan.
Dari segi keuntungan dan kerugian, ketiga Tatung tersebut tidak
jauh berbeda. Karena jasa mereka dalam menolong sesama, mereka
memilik banyak rekan atau kerabat. Dari beberapa aspek tertentu
seperti: aspek ekonomi, Ajin dan Yu Jinshe yang tetap menjadikan
Tatung sebagai salah satu aktifitas mereka, merasa terbantu walaupun
tidak memasang tarif sama sekali atas jasa mereka.
Sedangkan kerugian yang mereka alami adalah kerugian waktu
karena dengan banyaknya permintaan bantuan oleh pasiennya, waktu
yang mereka miliki untuk bersama dengan keluarga bahkan untuk
dirinya sendiri menjadi sedikit.
Berdasarkan hasil data yang ada juga dapat diketahui bahwa ada
dua jenis Tatung yaitu wenji dan wuji. Dan Tatung yang penulis
wawancarai adalah termasuk wenji. Para Tatung tidak meminta kepada
para Dewa untuk diberikan kemampuan seperti itu, tetapi kemampuan
12
tersebut diperoleh dengan sendirinya, dapat dikatakan menjadi seorang
Tatung adalah takdir mereka.
Dan dari hasil wawancara terhadap beberapa anggota keluarga
para Tatung, mereka semua tidak merasa keberatan dengan status
Tatung yang dimiliki oleh orang yang mereka sayangi tersebut.