17
25 采访的问题 、一开始您如何成为乩童? 、是否有拒绝命令? 、您被神上身的时候,有什么感觉? 、是什么神上身您的身体? 、实行仪式之前,您有准备什么? 、一般来的“病人”问怎么样的问题? 、当一位乩童,您得到什么优点与缺点? 、当您成为一位乩童,您感受什么? 、成为一位乩童,您是否有禁食?

revisi ulang sidang - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/lampiran/2009-2-00717-md lampiran.pdf · Bapak Drs. Andreas Chang, MBA selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Budaya, Binus

  • Upload
    doque

  • View
    226

  • Download
    3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: revisi ulang sidang - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/lampiran/2009-2-00717-md lampiran.pdf · Bapak Drs. Andreas Chang, MBA selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Budaya, Binus

25  

采访的问题

一 、一开始您如何成为乩童?

二 、是否有拒绝命令?

三 、您被神上身的时候,有什么感觉?

四 、是什么神上身您的身体?

五 、实行仪式之前,您有准备什么?

六 、一般来的“病人”问怎么样的问题?

七 、当一位乩童,您得到什么优点与缺点?

八 、当您成为一位乩童,您感受什么?

九 、成为一位乩童,您是否有禁食?

Page 2: revisi ulang sidang - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/lampiran/2009-2-00717-md lampiran.pdf · Bapak Drs. Andreas Chang, MBA selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Budaya, Binus

iv 

 

Ucapan Terima Kasih

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat,

penyertaan dan karunia yang diberikan , sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan skripsi dengan baik dan tepat pada waktunya.

Banyak pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini.

Pada kesempatan ini, penulis ingin megucapkan terima kasih yang

sedalam-dalamnya atas bantuan dari berbagai pihak, baik berupa moral

maupun materiil , secara langsung maupu secara tidak langsung selama

penulisan skripsi ini. Untuk itu, penulis ingin mengucapkan terima kasih

kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Gerardus Polla, M.App.Sc, selaku Rektor Binus

University yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

untuk menuntut ilmu di Binus University.

2. Bapak Drs. Andreas Chang, MBA selaku Dekan Fakultas

Bahasa dan Budaya, Binus University Memberikan

kepercayaan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

3. Ibu Andyni Khosasih, SE, BA, Ketua Jurusan Sastra China

Binus University yang telah memberikan kesempatan,

dukungan dan kepercayaan kepada penulis untuk dapat

menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Martinus Herwiratno, SS, Dosen Pembimbing yang

telah sabar dan setia memberikan bimbingan, pengarahan,

nasehat serta saran dan kritik yang membangun dalam

penulisan skripsi ini.

5. Ibu Cendrawaty Tjong, BA, M.Lit , selaku Dosen seminar

progress yang selalu memberikan masukan kepada penulis.

Page 3: revisi ulang sidang - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/lampiran/2009-2-00717-md lampiran.pdf · Bapak Drs. Andreas Chang, MBA selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Budaya, Binus

 

6. Kedua orangtua dan seluruh keluarga penulis yang telah

senantiasa mendukung dalam setiap kegiatan yang penulis

jalankan selama kuliah di Binus University.

7. Para narasumber, A Jin, Djie Kim Se, dan A Bao yang telah

bersedia meluangkan waktu untuk diwawancarai oleh penulis.

8. Seluruh teman sesama bimbingan skripsi: Merniy, Dyraa,

Christie, Wisley, Irene dan Yoppy yang telah senantiasa

menghibur dan mendukung penulis.

9. Teman – teman penulis yaitu: Ferra, Frida, Lydia, Yoshua,

Gotam, Law, Akwet, Ck, Aceng, Billy, Cecep, Ncek, Victor dan

kawan-kawan yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

10. Kardifin Aliwarga, yang telah bersedia menyediakan waktunya

untuk membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi.

11. Seluruh teman kuliah penulis yang tidak dapat disebutkan

satu persatu yang telah memberikan dorongan kepada penulis

untuk menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap semoga karya tulis ini dapat

memberikan manfaat bagi para pembaca, Binus University dan pihak-

pihak yang membutuhkan pedoman penelitian dan pengembangan lebih

lanjut.

Jakarta, 7 September 2009

Penulis

Mulyati dan Yuli

Page 4: revisi ulang sidang - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/lampiran/2009-2-00717-md lampiran.pdf · Bapak Drs. Andreas Chang, MBA selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Budaya, Binus

vi 

 

Abstraksi

Dalam kehidupan orang China, terdapat 3 ajaran yang mereka

anut, yaitu: Buddhisme, Konfusianisme, dan Taoisme. Taoisme

merupakan ajaran pertama bagi orang China. Ajaran ini memiliki ritual

yang unik yang disebut “Tatung”. Sampai sekarang, ajaran dan ritual ini

masih dipercaya oleh sebagian masyarakat Tionghoa. Maka itu, penulis

berharap penelitian ini dapat membuat suatu pemahaman kebudayaan

Tionghoa khususnya fenomena keberadaan Tatung termasuk asal mula,

keuntungan, dan kerugian yang diperoleh para Tatung. Metode

pengumpulan data dilakukan dengan studi pustaka, observasi, dan

wawancara. Penulis melakukan wawancara terhadap tiga orang Tatung

yang berdomisili di Jakarta. Penulis juga melakukan wawancara

terhadap anggota keluarga dari para Tatung untuk mengetahui

tanggapan mereka terhadap Tatung. Hasil pengumpulan data dianalisis

dan dipakai sebagai acuan penyusunan penelitian. Simpulan dari

penelitian ini adalah Tatung merupakan orang yang diberkahi

kemampuan untuk dirasuki oleh roh dewa atau roh leluhur, dan

keuntungan maupun kerugian menjadi seorang Tatung disikapi dan

dirasakan secara berbeda-beda oleh masing-masing Tatung.

Kata Kunci: Tatung, Kepercayaan, Taoisme, Wenji

 

Page 5: revisi ulang sidang - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/lampiran/2009-2-00717-md lampiran.pdf · Bapak Drs. Andreas Chang, MBA selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Budaya, Binus

vii 

 

Daftar Isi  

 

Ucapan terima kasih ........................................................................ iv

Abstraksi ....................................................................................... viii

Ringkasan ........................................................................................ 1

Daftar riwayat hidup ....................................................................... 12

Page 6: revisi ulang sidang - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/lampiran/2009-2-00717-md lampiran.pdf · Bapak Drs. Andreas Chang, MBA selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Budaya, Binus

 

 

Ringkasan Tatung adalah hasil kepercayaan masyarakat yang istimewa.

Mereka adalah perantara atau media komunikasi antara dunia manusia

dan dunia roh. Baik roh leluhur atau dewa. Tatung selalu membuat

sebagian orang merasa heran dan kagum sekaligus takut. Tatung

adalah hasil atau produk yang berasal dari upacara agama Dao, tatung

dalam upacara agama Dao berperan sebagai media dewa atau media

roh, mengandalkan dewa untuk masuk kedalam tubuhnya. Asal muasal

tatung ada tiga yaitu pertama, tatung dipilih oleh dewa, bahkan

mengalami gejala penyakit; kedua,pewaris dari tatung yang sudah tua

dan akan pensiun, akan dipilih tatung yang cocok; ketiga, karna atas

kehendak sendiri dan pengaruh lingkungan maka akan menjadi Tatung,

oleh karna itu menjadi Tatung bukanlah suatu hal yang mudah. Setelah

melewati terpilih dan harus melalui proses pengasingan diri baru dapat

menjadi seorang Tatung.

Tatung dibagi menjadi wenji, wuji. Wenji menggunakan cara yang

lebih halus dalam membantu pasien misalnya menyembuhkan penyakit,

menghilangkan malapetaka, menginsafkan seseorang, wuji sebelum

menjalankan ritual, terlebih dahulu meminta data dari pasiennya, yaitu

nama,marga serta tanggal tahun kelahiran yang dituliskan diatas kertas

dan setelah menjalankan cara yang lain yang membuat seorang Tatung

tidak terluka.

Tatung dalam upacaranya menarik perhatian orang, pertunjukan

tersebut seperti Tatung menggunakan benda yang tajam untuk

memaku dirinya sendiri, menggunakan pedang memotong lidah,

menggunakan jarum menusuk pipi, acap kali membuat suasana

pertunjukan lama kelamaan menjadi meninggi, dan makin lama makin

Page 7: revisi ulang sidang - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/lampiran/2009-2-00717-md lampiran.pdf · Bapak Drs. Andreas Chang, MBA selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Budaya, Binus

 

 

mencekam, makin mudah menemukan darah yang mengalir. Juga karna

banyak pengikut dan khalayak ramai, jadi penuh dengan kemistikan,

sepeti menggunakan jarum menusuk pipi sampai tembus, tidur di kasur

paku, menggunakan bola paku, membacok tubuh dengan kayu pemukul

berpaku, walaupun darah segar terus mengalir, tapi tak terlihat ada

penderitaan atau kesakitan diraut mukanya. Dengan ini, Tatung

membuat khalayak yang menyaksikannya menjadi percaya bahwa

benar adanya dewa yang memasuki tubuhnya.

Dalam ajaran Dao, terdapat sebuah ritual unik yang disebut

Tatung atau dalam bahasa mandarinnya disebut jitong (乩童). Tatung

adalah orang yang dirasuki roh dewa atau leluhur. Dimana raga atau

tubuh orang tersebut dijadikan alat komunikasi atau perantara antara

roh leluhur atau dewa tersebut. Dengan menggunakan Mantra dan

Mudra tertentu roh dewa dipanggil ke altar kemudian akan memasuki

raga orang tersebut.

Tatung diyakini berfungsi sebagai:

1. Sebagai jembatan antara manusia dengan alam dewa atau

penambah keyakinan umat terhadap para dewa,

2. Membantu mengatasi masalah manusia, salah satunya adalah

mengobati orang sakit dengan media doa,

3. Melindungi manusia dari gangguan roh jahat,

4. Mengajarkan kebaikan.

Page 8: revisi ulang sidang - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/lampiran/2009-2-00717-md lampiran.pdf · Bapak Drs. Andreas Chang, MBA selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Budaya, Binus

 

 

Beberapa dewa-dewi Dao antara lain:

a. Taishang Laojun

Disebut juga Laozi. Merupakan seorang filsuf yang

meletakkan fondasi bagi filsafat Dao atau yang disebut

juga Dao Jia.

b. Tudi Shen

Disebut juga Dewa tanah, Dewa Bumi, Tudi Ye,

Tudi Gong, atau Fu Dezheng Shen. Biasanya

ditampilkan bersama pasangannya yaitu Tudi Po atau

disebut juga Nenek Dewa Tanah. Dewa tanah

dihormati dan disembah oleh masyarakat China kuno

karena mereka menganggap tanah merupakan

jaminan dasar hidup mereka sebagai tempat bercocok

tanam untuk menghasilkan pangan.

c. Guangong

Guangong atau Guanyu adalah jendral besar pada

kisah Samkok di negara Shu. Ia pandai bersilat, berani

dan perkasa, para musuh akan ketakutan bila

mendengarnya. Semua orang, terutama para

pedagang mengagumi ketaatan dan kesetiaan

Guangong, sehingga Guangong menjadi dewa yang

adil dan dewa pelindung yang paling ideal bagi mereka.

d. Guanyin

Guanyin dikenal juga dengan sebutan Dewi

Welas Asih. Pada awalnya, Guanyin dikenal sebagai

seorang pria, namun pada masa Dinasti Tang, Ia lebih

dikenal sebagai seorang wanita.

Page 9: revisi ulang sidang - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/lampiran/2009-2-00717-md lampiran.pdf · Bapak Drs. Andreas Chang, MBA selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Budaya, Binus

 

 

e. Xuantian Shangdi

Ia adalah dewa pelindung negara. Dewa ini

adalah salah satu dewa yang paling terkenal, karena

daerah pemujaannya yang sangat luas. Dari China

Timur sampai ke China Barat, Taiwan, bahkan

Malaysia. Pemujaan terhadap dirinya berawal pada

masa dinasti Ming.

Selain itu, dalam fungsinya untuk melindungi manusia dari roh

jahat, para Tatung menggunakan Hu dan Hio sebagai pelindung

manusia. Hu atau yang biasa disebut juga jimat merupakan alat yang

istimewa untuk melindungi keselamatan hidup seseorang, biasanya Hu

berupa kertas yang ditulis oleh para Tatung ketika mereka kerasukan

oleh para Dewa.

Hu juga diyakini bermanfaat untuk:

1. Menjaga keselamatan,

2. Menjaga kesehatan tubuh,

3. Meningkatan nasib baik/peruntungan,

4. Mencegah malapetaka,

Hio paling mudah dijumpai di kelenteng dan tempat ibadah kaum

penganut Konfusianisme, Daoisme dan Buddhisme ada beberapa jenis

hio yang ada di masyarakat.

Umumnya, hio untuk sembahyang berwarna merah atau kuning.

Hio kuning adakalanya juga digunakan untuk upacara pengobatan. Hio

dengan gagang berwarna hijau dan atasnya berwarna coklat digunakan

untuk orang yang baru meninggal dunia hingga 3 tahun. ada pula hio

Page 10: revisi ulang sidang - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/lampiran/2009-2-00717-md lampiran.pdf · Bapak Drs. Andreas Chang, MBA selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Budaya, Binus

 

 

dengan gagang berwarna merah dan atasnya berwarna merah atau

hitam. Hio jenis ini digunakan saat perayaan ToaPeKong atau meninggal

dunianya setelah 60 tahun ke atas. kalau hio berwarna hitam itu

diperuntukkan bagi para datuk atau leluhur.

Hio ternyata juga berfungsi membantu dalam meditasi.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode

pengumpulan data dengan metode wawancara. Metode ini dilakukan

karena penulis mencari informasi secara langsung kepada para Tatung

yang berdomisili di Jakarta. Dan dari hasil pengumpulan data yang

penulis lakukan terhadap tiga orang Tatung, diperoleh data yang

menunjukkan bagaimana awal mula, keuntungan, dan kerugian yang

diperoleh oleh para Tatung. Hasil penelitian tersebut menjadi jawaban

dari permasalahan yang diangkat penulis dalam penulisan skripsi ini.

Tiga orang Tatung yang menjadi narasumber adalah:

1. A Jin usia 54 tahun

Lahir di Pontianak, Kalimantan Barat pada tahun 1956. Pada

tahun 1981 pindah ke Jakarta. Di Jakarta, Ia bekerja sebagai

pemborong bangunan.

Pada usia 24 tahun, Ia mendapat mimpi Tudi Gong atau

Fu Dezheng Shen atau yang disebut juga Dewa Bumi

memintanya untuk tidak makan daging selama 100 hari, perintah

dalam mimpi tersebut dijalaninya. Setelah menjalani perintah

tersebut, ia mendapat mimpi lagi untuk melanjutkan hal tersebut

selama 8 hari lagi. Namun, Ia melakukan penolakan terhadap

perintah tersebut. Tiga hari kemudian, Ia jatuh sakit, tidak jelas

Page 11: revisi ulang sidang - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/lampiran/2009-2-00717-md lampiran.pdf · Bapak Drs. Andreas Chang, MBA selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Budaya, Binus

 

 

sakit apa yang ia alami. Tidak ada nafsu makan. Ia hanya bisa

minum air putih saja. Hal itu berlangsung selama 40 hari. Mulai

sejak itu, ia dapat melihat makhluk halus dan meramal atau lebih

sering disebut dengan istilah kuamia. Pada usia 51 tahun, setelah

ia mengunjungi klenteng Kai Shan Pakgong di Pontianak, Ia

merasa ada sesuatu yang mengikutinya, tak lama kemudian

sepulangnya ke Jakarta, Tudi Gong mulai dapat merasuki

tubuhnya.

2. Yu Jinshe usia 59 tahun

Lahir pada tahun 1950 dan besar di Bangka. Kemudian Ia

memutuskan pindah ke Jakarta untuk mencari pekerjaan.

Pada usia 49 tahun, Ia mengalami penyakit semacam

stroke selama satu minggu. Akibat dari penyakit tersebut, Ia

tidak dapat berjalan bahkan menggerakkan tubuhnya. Satu

minggu kemudian penyakitnya berangsur sembuh dan dia dapat

berjalan kembali. Tetapi setelah penyakitnya membaik, dia justru

tidak dapat tidur selama 3 bulan dan memiliki kebiasaan jalan

kesana kemari tanpa tujuan seperti orang gila. Kemudian Ia

mencari cara untuk menyembuhkan penyakitnya tersebut yaitu

dengan pergi ke beberapa dokter, namun tidak mendapat

jawaban dan kesembuhan. Kemudian dia pulang ke kampung

halamannya di Bangka dan selama 1 bulan menetap di sana, di

sana Ia mengunjungi beberapa orang pintar demi mencari

kesembuhan atas penyakit yang ia alami. Mereka mengatakan

kepadanya bahwa ada Dewa yang mengikutinya. Sepulangnya

dari Bangka, suatu hari dia mendapat bisikan yang menyuruhnya

untuk tidak makan daging selama 7 hari, Ia menjalani perintah

Page 12: revisi ulang sidang - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/lampiran/2009-2-00717-md lampiran.pdf · Bapak Drs. Andreas Chang, MBA selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Budaya, Binus

 

 

tersebut. Setelah itu, Ia mendapat bisikan lagi untuk melanjutkan

hal tersebut selama 49 hari. Setelah menjalani perintah tersebut,

tubuhnya dapat dirasuki oleh dewa. Dewa yang merasuki

tubuhnya adalah Xuantian Shangdi ( Hiantian Shangte ) dan Dewi

Guanyin.

Sampai sekarang Ia masih menjadi seorang vegetarian. Ia

melakukan hal tersebut juga sebagai timbal balik karena Ia

beranggapan Dewa telah membantu dirinya sehingga sembuh

dari penyakit yang Ia alami.

3. A Bao usia 73 tahun

Lahir dan besar di Aceh. Kemudian Ia pindah ke Jakarta.

Pada usia 16 tahun mengalami penyakit aneh yang tidak bisa

disembuhkan. Dia merasa penyakit itu muncul karena dirinya

telah banyak berbuat salah dan dosa yang besar. Penulis tidak

tahu perbuatan salah atau dosa apa yang Ia perbuat karena Ia

tidak bersedia menceritakannya kepada penulis. Setiap malam,

dari tubuhnya keluar bermacam macam binatang kecil seperti

cicak, semut, bahkan kelabang. Tapi itu semua hanya

halusinasinya akibat dari dosa yang Ia perbuat, orang lain tidak

ada yang dapat melihat binatang yang Ia maksud. Ia pergi ke

hampir seluruh tempat di Indonesia untuk mencari orang yang

dapat menyembuhan penyakitnya tersebut, tetapi hasilnya nihil.

Awalnya, Ia tidak memiliki keyakinan agama sama sekali.

Kemudian Ia mulai pergi ke kelenteng untuk sembahyang dan

memohon agar penyakitnya dapat disembuhkan. Ia juga rajin

membaca mantra dan bertapa. Dan akhirnya penyakitnya itu

Page 13: revisi ulang sidang - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/lampiran/2009-2-00717-md lampiran.pdf · Bapak Drs. Andreas Chang, MBA selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Budaya, Binus

 

 

berangsur-angsur sembuh. Ketika berusia 40 tahun, ketika

sedang bersembahyang, Guangong merasuki tubuhnya dan

bukan hanya itu, ada beberapa Dewa lagi yang dapat merasuki

tubuhnya. Dari kemampuan yang Ia miliki, Ia banyak menolong

orang lain.

Tetapi sekarang, Ia tidak melanjutkan hal tersebut. Ia

mengunci dirinya dari Dewa yang ingin masuk ke tubuhnya. Ia

menganggap dirinya adalah calon Buddha. Ia merasa bahagia

dengan kehidupannya sekarang walaupun Ia masih merasa dosa

yang Ia miliki belum sepenuhnya hilang. Bahkan, Ia

meninggalkan keluarganya dan hidup menyendiri. Sekarang, Ia

menjadi salah satu penjaga klenteng di kawasan Petak Sembilan,

Jakarta.

Untuk melengkapi data mengenai Tatung tersebut, penulis juga

melakukan wawancara terhadap anggota keluarga mereka. Keluarga

mereka tidak keberatan dan menerima kelebihan yang dimiliki oleh para

Tatung. Mereka menganggap hal tersebut merupakan takdir yang

memang diberikan kepada salah satu anggota keluarganya untuk

membantu sesama.

Dari hasil wawancara yang dilakukan, diperoleh data bahwa

terdapat persamaan dan perbedaan diantara ketiga Tatung tersebut.

Persamaan yang ada adalah:

1 . Sebelum menjadi Tatung mereka mengalami penyakit

yang aneh, bahkan dokter tidak dapat menyembuhkan

penyakit mereka,

Page 14: revisi ulang sidang - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/lampiran/2009-2-00717-md lampiran.pdf · Bapak Drs. Andreas Chang, MBA selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Budaya, Binus

 

 

2 . Mereka dapat melihat makhluk halus, seperti yang

terdapat dalam ajaran Daoisme

3 . Setelah mereka menerima dewa masuk ke dalam

tubuhnya, penyakit mereka berangsur sembuh,

4 . Memiliki tujuan yang sama, yaitu membantu orang lain,

5 . Jenis jasa yang mereka berikan cenderung sama.

Membantu mengobati orang lain atau mengusir roh jahat

yang mengganggu manusia,

6 . Ritual yang sama, diawali dengan sembahyang, membaca

mantra, dan mudra memohon kedatangan dewa.

Sedangkan perbedaan yang ada, adalah:

1 . Dewa yang merasuki tiap Tatung berbeda-beda.

2 . A Jin dan Yu Jinshe masih menerima dan menjadi Tatung

sampai saat ini, sedangkan A Bao tidak.

3 . Yang mereka alami ketika dewa masuk dan mengambil

alih tubuh mereka berbeda beda.

Dari hasil wawancara yang kami lakukan kepada tiga orang Tatung,

didapat bahwa ketiga Tatung yang kami wawancarai tersebut

merupakan Tatung yang terpilih oleh Dewa dan bukan atas kehendak

mereka sendiri, yang disebut juga wenji. Mereka hanya bisa mengobati

orang dengan cara yang lebih halus dan tidak bisa melakukan

pertunjukan yang mengerikan seperti wuji.

Page 15: revisi ulang sidang - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/lampiran/2009-2-00717-md lampiran.pdf · Bapak Drs. Andreas Chang, MBA selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Budaya, Binus

 

10 

 

Selain awal mula, penulis juga memperoleh data mengenai

keuntungan dan kerugian yang diperoleh oleh para Tatung sesuai

dengan permasalahan yang diangkat penulis.

Keuntungan yang diperoleh oleh para Tatung adalah:

Dengan tujuan utama yaitu menolong sesama, mereka tidak

membeda-bedakan siapa yang akan mereka beri pertolongan. Dan

dalam membantu sesama, mereka tidak memasang tarif atas jasa

mereka. Mereka menolong secara tulus. Namun, tidak menutup sedikit

pula, para pasien yang datang memohon pertolongan mereka

memberikan Angpao secara sukarela. Hal tersebut menurut mereka

cukup membantu mereka dari segi ekonomi.

Dapat menolong orang lain dalam menyelesaikan masalah yang

mereka alami seperti: mengobati orang sakit atau yang terkena guna-

guna roh jahat, menjadi kepuasan dan kesenangan tersendiri bagi

mereka karena mereka merasa cara mengobati pasien berbeda dengan

yang dilakukan oleh dokter kebanyakan.

Bagi dirinya sendiri, kelebihan yang mereka miliki membantu

mereka untuk dapat lebih memahami mana yang baik dan mana yang

buruk. Hal tersebut juga membantu mereka untuk lebih bijaksana dalam

hidup.

Disamping keuntungan yang mereka peroleh, terdapat pula

kerugian yang dialami oleh para Tatung, yaitu sebagai berikut:

Tidak sedikit pasien mereka berasal dari luar kota bahkan luar

negeri, sehingga terkadang mereka dipanggil untuk dimintai bantuan

dalam mengatasi permasalahan yang sedang dialami oleh pasien,

Page 16: revisi ulang sidang - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/lampiran/2009-2-00717-md lampiran.pdf · Bapak Drs. Andreas Chang, MBA selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Budaya, Binus

 

11 

 

seperti: melihat tata letak ( fengshui ) bangunan perkantoran atau

rumah yang baik, dan memasang altar sembahyang. Hal tersebut

menyebabkan mereka memiliki waktu yang singkat bagi dirinya sendiri

maupun bagi keluarga karena jadwal yang cukup padat.

Rasa malas kadang menghinggapi para Tatung untuk bekerja

diluar dari usaha mereka untuk menolong orang lain. Hal tersebut

dikarenakan pemberian Angpao oleh para pasien yang terkadang dalam

jumlah besar cukup untuk memenuhi kebutuhan mereka sehari-hari.

Harus menjaga diri untuk tidak makan makanan berdaging. Hal ini

memang tidak dilakukan oleh semua Tatung. Namun, pada awalnya

bagi mereka yang sebelumnya makan daging kemudian harus

menjauhkan diri dari makanan tersebut cukup sulit dilakukan.

Dari segi keuntungan dan kerugian, ketiga Tatung tersebut tidak

jauh berbeda. Karena jasa mereka dalam menolong sesama, mereka

memilik banyak rekan atau kerabat. Dari beberapa aspek tertentu

seperti: aspek ekonomi, Ajin dan Yu Jinshe yang tetap menjadikan

Tatung sebagai salah satu aktifitas mereka, merasa terbantu walaupun

tidak memasang tarif sama sekali atas jasa mereka.

Sedangkan kerugian yang mereka alami adalah kerugian waktu

karena dengan banyaknya permintaan bantuan oleh pasiennya, waktu

yang mereka miliki untuk bersama dengan keluarga bahkan untuk

dirinya sendiri menjadi sedikit.

Berdasarkan hasil data yang ada juga dapat diketahui bahwa ada

dua jenis Tatung yaitu wenji dan wuji. Dan Tatung yang penulis

wawancarai adalah termasuk wenji. Para Tatung tidak meminta kepada

para Dewa untuk diberikan kemampuan seperti itu, tetapi kemampuan

Page 17: revisi ulang sidang - thesis.binus.ac.idthesis.binus.ac.id/doc/lampiran/2009-2-00717-md lampiran.pdf · Bapak Drs. Andreas Chang, MBA selaku Dekan Fakultas Bahasa dan Budaya, Binus

 

12 

 

tersebut diperoleh dengan sendirinya, dapat dikatakan menjadi seorang

Tatung adalah takdir mereka.

Dan dari hasil wawancara terhadap beberapa anggota keluarga

para Tatung, mereka semua tidak merasa keberatan dengan status

Tatung yang dimiliki oleh orang yang mereka sayangi tersebut.