Upload
others
View
15
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
Pengaruh Return On Asset (ROA), Dewan Direksi, Komisaris Independen,
Komite Audit, Ukuran Perusahaan dan Leverage Terhadap Manajemen
Laba Pada Perusahaan Manufaktur Sektor Industri Dasar dan Kimia yang
Listing di BEI Tahun 2013-2016
Risalah Azani Minarsy1
Inge Lengga Sari Munthe2
Asri Eka Ratih SE3
Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi, Universitas Maritim Raja Ali
Haji
ABSTRAK
Manajemen Laba merupakan salah satu media untuk mempergunakan peluang
yang ada dalam prinsip akuntansi untuk mengoptimalkan kinerja perusahaan dan
mensejahterakan para pemegang sahamnya. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh return on asset, dewan direksi, komisaris independen,
komite audit, ukuran perusahaan dan leverage terhadap manajemen laba pada
perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan kimia yang listing di BEI tahun
2013-2016. Metode pengumpulan sampel penelitian ini adalah purposive
sampling dan didapatkan 22 sampel yang memenuhi kriteria dari 66 perusahaan
yang menjadi data observasi. Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini
adalah analisis regresi berganda. Dewan direksi, komisaris independen, komite
audit, dan ukuran perusahaan tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Sedangkan return on asset dan leverage berpengaruh terhadap manajemen laba.
Kata kunci : Manajemen Laba, Return On Asset, Dewan Direksi, Komisaris
Independen, Komite Audit, Ukuran Perusahaan, dan Leverage.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Manajemen laba dianggap sebagai suatu tindakan oportunistik yang dapat
dilakukan oleh manajer untuk memaksimalkan kepentingannya dalam
menghadapi kontrak kompensasi, kontrak utang dan biaya politik, sehingga
manajer perusahaan lebih mengetahui informasi internal perusahaan dibandingkan
dengan pemegang saham. Sebagai pengelola, manajer perusahaan berkewajiban
memberikan informasi yang benar kepada para pengguna laporan keuangan. Akan
tetapi, informasi-informasi yang disampaikan terhadap para pengguna laporan
keuangan terkadang tidak sesuai dengan kondisi yang sebenarnya.
Pada penelitian Madli (2014) yang telah meneliti pengaruh ukuran
perusahaan, return on asset, debt to equity ratio, terhadap manajemen laba pada
perusahaan properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun
2008-2012, menunjukkan bahwa Return On Asset berpengaruh signifikan
terhadap manajemen laba. Menurut Taco & Ilat (2016), hasil penelitian yang telah
diteliti menunjukkan bahwa dewan direksi dan ukuran perusahaan berpengaruh
signifikan terhadap manajemen laba. Sementara earning power, komisaris
2
independen dan komite audit tidak berpengaruh positif terhadap manajemen laba.
Yatulhusna (2015) hasil penelitiannya menunjukkan bahwa profitabilitas,
leverage, dan umur perusahaan berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
Sedangkan ukuran perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap manajemen
laba.
Penelitian ini dilakukan pada perusahaan manufaktur sektor industri dasar
dan kimia yang listing di Bursa Efek Indonesia. Pada penelitian ini yang
merupakan variabel dependen adalah manajemen laba. Dan variabel independen
yang akan diteliti adalah return on asset, dewan direksi, komisaris independen,
komite audit, ukuran perusahaan dan leverage.
Objek penelitian ini seluruh perusahaan manufaktur sektor industri dan
kimia yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2013-2016. Dari
uraian di atas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian pada manajemen
perusahaan untuk mengetahui “Pengaruh Return On Asset (ROA), Dewan
Direksi, Komisaris Independen, Komite Audit, Ukuran Perusahaan dan
Leverage Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan Manufaktur Sektor
Industri Dasar dan Kimia yang Listing di BEI Tahun 2013-2016”
KAJIAN PUSTAKA KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
Manajemen Laba (Earning Management)
Scott (2012:423) dalam (Dian Agustia, 2013) mendefinisikan manajemen
laba sebagai berikut “Given that managers can choose accounting policies from a
set (for example, GAAP), it is natural to ex pect that they will choose policies so
as to maximize their own utility and/or the market value of the firm”. Dari definisi
tersebut manajemen laba merupakan pemilihan kebijakan akuntansi oleh manajer
dari standar akuntansi yang ada dan secara alamiah dapat memaksimumkan
utilitas mereka dan atau nilai pasar perusahaan.
Bentuk-bentuk Manajemen Laba
Bentuk-bentuk pengaturan laba yang dikemukakan oleh Scott (2003: 383)
dalam (Rachmawati, 2014), yaitu:
1. Taking a Bath
2. Income Minimization
3. Income Maximization
4. Income Smoothing
5. Timing Revenue dan Expenses Recognation
Motivasi Manajemen Laba
Menurut Scott (2003: 377) dalam (Rachmawati, 2014), motivasi manajemen
melakukan tindakan pengaturan laba adalah sebagai berikut:
1. Rencana Bonus
2. Kontrak Utang Jangka Panjang (Debt Covenant)
3. Motivasi Politis
4. Motivasi Perpajakan
5. Pergantian Direksi
6. Penawaran Perdana (Initial Public Offering)
3
Teknik Manajemen Laba Teknik dan pola manajemen laba dapat dilakukan dengan tiga teknik, yaitu:
1. Perubahan Metode Akuntansi
Metode akuntansi memberikan peluang bagi manajemen untuk mencatat
suatu fakta tertentu dengan cara yang berbeda, misalnya:
a) Mengubah metode depresiasi aset tetap dari metode jumlah angka
tahun (sum of the year digit) ke metode depresiasi garis lurus
(straight line).
b) Mengubah periode depresiasi.
2. Memainkan Kebijakan Perkiraan Akuntansi
Manajemen mempengaruhi laporan keuangan dengan cara memainkan
judgment (kebijakan) perkiraan akuntansi. Hal tersebut memberikan
peluang bagi manajemen untuk melibatkan subyektivitas dalam menyusun
estimasi, misalnya:
a) Kebijakan mengenai perkiraan jumlah piutang tidak tertagih
b) Kebijakan mengenai perkiraan biaya garansi
c) Kebijakan mengenai perkiraan terhadap proses pengadilan yang
belum terputuskan.
3. Menggeser periode biaya atau pendapatan
Manajemen menggeser periode biaya atau pendapatan (sering disebut
manipulasi keputusan operasional), misalnya:
a) Mempercepat/menunda pengeluaran untuk penelitian dan
pengembangan sampai periode akuntansi berikutnya.
b) Mempercepat/menunda pengeluaran promosi sampai periode
berikutnya.
c) Kerjasama dengan vendor untuk mempercepat/menunda pengiriman
tagihan sampai periode akuntansi berikutnya.
d) Menjual investasi sekuritas untuk memanipulasi tingkat laba.
e) Mengatur saat penjualan aset tetap yang sudah tidak terpakai.
Return On Asset (ROA)
Nur Aminah (2016) dalam Oldy Brotoseno (2017) menyatakan Return On
Asset (ROA) yang merupakan rasio untuk mengukur kemampuan manajemen
dalam mengelola aktiva untuk menghasilkan laba. ROA digunakan dengan
membandingkan laba setelah pajak dengan total asset.
Dewan Direksi
Menurut Warsono (2010:55) pengertian dewan direksi adalah organ
perusahaan yang memiliki fungsi utama memberi perhatian secara
bertanggungjawab (oversight function ) terhadap penerapan corporate governance
dalam rangka mencapai tujuan perusahaan.
Komisaris Independen
Warsono (2010:107) menyatakan bahwa komisaris independen berfungsi
sebagai penasehat yang memilik saran, pendapat dan masukan dalam rangka
pencapaian tujuan perusahaan.
4
Komite Audit
Komite audit adalah subpanitia dari board of director yang terdiri atas
direktur independen dari luar. Komite audit mempunyai tanggung jawab
pengawasan untuk pelaporan luar perusahaan; pemonitoran resiko dan proses
pengendalian; dan baik fungsi audit internal dan eksternal (Tunggal 2013: 242).
Keberadaan komite audit dapat meningkatkan pengawasan terhadap laporan
keuangan yang dibuat oleh manajer.
Ukuran Perusahaan
Menurut Istiqarah (2012), ukuran perusahaan merupakan fungsi dari
ketepatan pelaporan keuangan karena semakin besar suatu perusahaan maka
perusahaan akan melaporkan laporan keuangan yang telah diaudit semakin cepat
karena perusahaan memiliki banyak sumber informasi dan memiliki sistem
pengendalian intern perusahaan yang baik sehingga dapat mengurangi tingkat
kesalahan dalam penyusunan laporan keuangan yang memudahkan auditor dalam
melakukan audit laporan keuangan.
Leverage
Leverage merupakan rasio yang terdapat pada laporan keuangan yang dapat
mengetahui seberapa besar perusahaan dibiayai oleh hutang dengan kemampuan
perusahaan yang digambarkan oleh modal, atau dapat juga menunjukan beberapa
bagian aset yang digunakan untuk menjamin hutang (Nugroho, 2011). Perusahaan
yang mempunyai rasio leverage tinggi, berpengaruh dalam melakukan praktik
manajemen laba karena perusahaan terancam default, yaitu tidak dapat memenuhi
kewajiban pembayaran hutang pada waktunya.
Teori Keagenan
Landasan teori dalam penelitian ini yaitu Teori Agensi. Berdasarkan teori
yang diungkapkan oleh Jansen dan Meckling (1976) dalam (Novita, 2016), yaitu
suatu perusahaan akan memiliki hubungan agensi ketika satu orang atau lebih
(principal) mempekerjakan orang lain (agent) untuk memberikan suatu jasa. Teori
agensi digunakan untuk menjelaskan hubungan antara pemilik perusahaan atau
pemegang saham (principal) dengan manajemen (agent) sebagai pengelola
kekayaan perusahaan serta pihak yang menyusun laporan keuangan.
Pengembangan Hipotesis
Pengaruh Return On Asset Terhadap Manajemen Laba
ROA merupakan rasio keuangan yang menunjukkan kemampuan
perusahaan untuk menghasilkan laba dari aset yang digunakan (Suharno, 2016).
Pengukuran kinerja keuangan perusahaan dengan ROA menunjukkan kemampuan
atas modal yang diinvestasikan dalam keseluruhan aset yang dimiliki untuk
menghasilkan laba. Semakin tinggi ROA semakin tinggi pula kemampuan
perusaan untuk menghasilkan laba. Pada penelitian terdahulu, menurut Madli
(2014) menemukan bahwa return on asset berpengaruh terhadap manajemen laba.
H1: Diduga Return On Asset Berpengaruh Terhadap Manajemen Laba.
5
Pengaruh Dewan Direksi Terhadap Manajemen Laba
Dewan direksi bertanggung jawab penuh atas segala bentuk operasional
dan kepengurusan perusahaan dalam rangka melaksanakan kepentingan-
kepentingan dalam pencapaian tujuan perusahaan. Dewan direksi juga
bertanggung jawab terhadap urusan perusahaan dengan pihak–pihak eksternal.
Pada penelitian terdahulu, menurut Taco & Ilat (2016) menemukan bahwa dewan
direksi berpengaruh terhadap manajemen laba.
H2: Diduga Dewan Direksi Berpengaruh Terhadap Manajemen Laba.
Pengaruh Komisaris Independen Terhadap Manajemen Laba
Komisaris independen berperan penting dalam mengelola perusahaannya,
termasuk dalam memonitoring kegiatan perusahaan. Selain itu, komisaris
independen juga bertugas untuk mengawasi dewan direksi perusahaan dalam
mencapai kinerjanya serta memberikan arahan kepada direksi mengenai
penyimpangan pengelolaan usaha yang tidak sesuai dengan arah yang ingin
dituju. Pada penelitian terdahulu, menurut Ardiansyah (2014) menemukan bahwa
komisaris independen berpengaruh terhadap manajemen laba.
H3: Diduga Komisaris Independen Berpengaruh Terhadap Manajemen
Laba.
Pengaruh Komite Audit Terhadap Manajemen Laba
Sebuah komite audit merupakan solusi yang tepat untuk mengurangi biaya
keagenan sesuai dengan pernyataan Alchain dan Demsetz; Fama dan Jensen
dalam penelitian Kusuma (2012) yang menyatakan bahwa teori keagenan
mengemukakan moral hazard yang melekat dalam prinsipal dan agen dapat
menimbulkan biaya keagenan (agency cost). Sehingga dengan adanya komite
audit yang efektif, mampu meningkatkan kualitas dan kredibilitas laporan
keuangan tahunan yang telah diaudit dan membantu dewan direksi dalam
memajukan kepentingan pemegang saham. Pada penelitian Yendrawati (2017)
menemukan bahwa komite audit berpengaruh terhadap manajemen laba.
H4: Diduga Komite Audit Berpengaruh Terhadap Manajemen Laba.
Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba
Ukuran perusahaan merupakan nilai yang menunjukkan besar kecilnya
perusahaan (Taures, 2011). Besarnya ukuran perusahaan dapat dinyatakan dalam
total aset, penjualan dan kapitalisasi pasar. Oleh karena itu, semakin besar
perusahaan maka semakin besar pengungkapan informasi untuk memenuhi
kebutuhan para pemegang kepentingan perusahaan tersebut. Pada penelitian
terdahulu, menurut Taco & Ilat (2016) menemukan bahwa ukuran perusahaan
berpengaruh terhadap manajemen laba.
H5: Diduga Ukuran Perusahaan Berpengaruh Terhadap Manajemen Laba.
Pengaruh Leverage Terhadap Manajemen Laba
Perusahaan yang memiliki tingkat leverage yang tinggi menggambarkan
bahwa liabilitas yang dimiliki perusahaan lebih besar dibandingkan dengan aset
yang dimiliki perusahaan. Semakin tinggi tingkat rasio leverage suatu perusahaan
maka semakin tinggi pula risiko yang akan dihadapi perusahaan tersebut. Investor
6
akan lebih memilih perusahaan yang memiliki tingkat leverage yang lebih rendah
(Yatulhusna, 2015). Pada penelitian terdahulu, menurut Yatulhusna (2015)
menemukan bahwa leverage berpengaruh signifikan terhadap manajemen laba.
H6: Diduga Leverage Berpengaruh Terhadap Manajemen Laba.
Pengaruh Return On Asset (ROA), Dewan Direksi, Komisaris Independen,
Komite Audit, Ukuran Perusahaan dan Leverage Terhadap Manajemen
Laba Berdasarkan dugaan seluruh hipotesis, maka dapat dikatakan bahwa secara
simultan seluruh variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen
dengan hipotesis sebagai berikut:
H7: Return On Asset (ROA), Dewan Direksi, Komisaris Independen, Komite
Audit, Ukuran Perusahaan dan Leverage Berpengaruh Terhadap
Manajemen Laba.
METODE PENELITIAN
Operasional Variabel Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua jenis variabel, yaitu variabel dependen
(terikat), yaitu variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel
independen. Dan variabel independen (bebas) yaitu variabel yang menjelaskan
atau mempengaruhi variabel lain. Berikut definisi operasional dari masing masing
variabel tersebut:
Variabe1 Dependen Pada dasarnya, definisi operasional manajemen laba adalah potensi
penggunaan manajemen akrual dengan tujuan memperoleh keuntungan pribadi
(Riahi & Belkaoui, 2011 : 201) dalam Fery Kurniawan (2017). Dechow et al.
(dalam Ujiyantho dan Pramuka, 2007 : 11) dalam Fery Kurniawan (2017)
menyebutkan bahwa penggunaan discretionary accruals sebagai proksi
manajemen laba dihitung dengan menggunakan Modified Jones Model karena
model ini dianggap lebih baik di antara model lain untuk mengukur manajemen
laba.
TAC= NIit – CFOit
Nilai total accrual (TA) yang diestimasi dengan persaman regresi OLS sebagai
berikut:
TAit/Ait-1 = β1 (1/Ait-1) + β2 (ΔREVt/Ait-1) + β3 (PPEt/Ait-1) + e
Dengan menggunakan koefisien regresi di atas nilai non discretionary accruals
(NDA) dapat dihitung dengan rumus :
NDAit = β1 (1/Ait-1) + β2 (ΔREVt/Ait-1 - ΔRECt/Ait-1) + β3 (PPEt/Ait - 1)
Selanjutnya discretionary accrual (DA) dapat dihitung sebagai berikut:
DAit = TAit / Ait-1 – NDAit
Keterangan:
Dait = Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t
NDAit = Non Discretionary Accruals perusahaan i pada periode ke t
TAit = Total akrual perusahaan i pada periode ke t
NIit = Laba bersih perusahaan i pada periode ke-t CFOit = Aliran kas dari aktivitas operasi perusahaan i pada periode ke t
7
Ait-1 = Total aset perusahaan i pada periode ke t-1
ΔRevt = Perubahan pendapatan perusahaan i pada periode ke t
PPEt = Aset tetap perusahaan pada periode ke t
ΔRect = Perubahan piutang perusahaan i pada periode ke t
e = error
Variabel Independen
Penelitian ini menggunakan enam variabel bebas yang terdiri dari return on
asset, dewan direksi, komisaris independen, komite audit, ukuran perusahaan dan
leverage.
1. Return On Asset (ROA) Pengembalian atas total aset (ROA) dihitung dengan cara
membandingkan laba bersih setelah bunga dan pajak dengan total aktiva
(Madli, 2014), dengan rumus sebagai berikut :
2. Dewan Direksi
Direksi sebagai organ perusahaan bertugas dan bertanggung jawab
secara legal dalam mengelola perusahaan. Dalam penelitian ini dewan
direksi diukur dengan menggunakan indikator jumlah anggota dewan direksi
dalam suatu perusahaan (Taco & Ilat, 2016).
3. Komisaris Independen
Komisaris independen merupakan sejumlah anggota yang menjabat
menjadi komisaris independen yang bertugas melakukan pengawasan dan
memberikan nasihat kepada direktur dalam sebuah Perseroan Terbatas (PT).
Dalam penelitian ini, persentase jumlah dewan komisaris independen
terhadap jumlah total komisaris yang ada dalam susunan dewan komisaris
perusahaan sampel (Oktaviani, 2015).
4. Komite Audit
Komite audit menurut Bapepam tentang keanggotaan komite audit,
dimana disebutkan bahwa jumlah anggota komite audit sekurang-kurangnya
3 orang, termasuk ketua komite audit. Dalam penelitian ini, komite audit
diukur secara numeral, yaitu dilihat jumlah nominal dari anggota audit
(Oktaviani, 2015).
5. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan adalah salah satu skala atau nilai dimana perusahaan
dapat diklasifikasikan besar kecilnya berdasarkan total aset, log size, nilai
saham, dan sebagainya. Dalam penelitian ini ukuran perusahaan diukur
dengan total aset (Kurniawan, 2018).
6. Leverage
Leverage merupakan gambaran mengenai besarnya aset yang dimiliki
perusahaan yang dibiayai dengan hutang. Semakin tinggi nilai leverage
8
maka risiko yang dihadapi investor akan semakin tinggi dan para investor
akan meminta keuntungan yang semakin besar. Dalam penelitian ini
leverage dihitung menggunakan debt to asset ratio. Debt to asset ratio
menggambarkan total aset yang dimiliki perusahaan yang dibiayai oleh
hutang perusahaan (Yatulhusna, 2015).
Teknik Penentuan Populasi dan Sampel
Populasi penelitian ini adalah perusahaan manufaktur sektor industri dasar
dan kimia yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2013-2016.
Teknik pengambilan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling yaitu
mengambil sampel yang berdasarkan ketersediaan informasi dan kesesuaian
kriteria atau memiliki item-item pengungkapan risiko perusahaan. Pemilihan
sampel dilakukan dengan metode purposive sampling.
Proses Pemilihan Sampel Penelitian
No Kriteria Pemilihan Sampel Jumlah
1 Perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan kimia yang
listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2013-2016
66
2 Perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan kimia tidak
mempublikasikan laporan keuangan di Bursa Efek Indonesia
secara berturut-turut periode 2013-2016 dan tidak memiliki
variabel lengkap
(13)
3 Perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan kimia yang
tidak mempublikasikan laporan keuangan dalam mata uang
rupiah pada periode 2013-2016
(13)
4 Perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan kimia yang
tidak menghasilkan laba pada periode 2013-2016
(18)
Jumlah 22
Jumlah sampel X 4 tahun 88
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Analisis Data
Statistik Deskriptif
Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang
dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maximum, minimum,
sum, range, kurtosis, dan swekness (Ghozali, 2013). Berikut ini adalah hasil
statistik deskriptif dari data yang digunakan didalam penelitian ini.
9
Hasil Uji Descriptive Statistics Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
ROA 88 .00601 .26061 .0687494 .05708666 DD 88 2 11 5.17 2.488 KI 88 .25 1.00 .4005 .13382 KA 88 1 5 3.25 .834 UKPER 88 .13378 44.22690 5.9528789 10.16043379 LEV 88 .11098 .83746 .4031743 .19396421 ML 88 -.005350161 .009739383 .00065204244 .001724517110
Valid N (listwise) 88
Sumber : Pengolahan Data SPSS 21, 2018
Dari tabel diatas menunjukkah bahwa :
1. Return On Asset terdapat nilai minimum adalah 0.00601 (APLI 2015) nilai
maximum adalah 0.26061 (DPNS 2013), nilai mean adalah 0.0687494 dan
std. deviation 0.05708666.
2. Dewan Direksi terdapat nilai minimum adalah 2 (PICO 2013-2016), nilai
maximum adalah 11 (AMFG 2013-2016 dan TOTO 2014-2016), nilai mean
adalah 5.17 dan std. deviation 2.488.
3. Komisaris Independen terdapat nilai minimum adalah 0.25 (TOTO 2013),
nilai maximum adalah 1.00 (ARNA 2013-2015), nilai mean adalah 0.4005 dan
std. deviation 0.13382.
4. Komite Audit terdapat nilai minimum adalah 1 (JPFA 2013-2016), nilai
maximum adalah 5 (SMGR 2014, CPIN 2013-2016 dan KDSI 2013-2016),
nilai mean adalah 3.25 dan std. Deviation 0.834.
5. Ukuran Perusahaan terdapat nilai minimum adalah 0.13378 (LMSH 2015),
nilai maximum adalah 44.22690 (SMGR 2016), nilai mean adalah 5.9528789
dan std. deviation 10.16043379.
6. Leverage terdapat nilai minimum adalah 0.11098 (DPNS 2016), nilai
maximum adalah 0.83746 (INAI 2014), nilai mean adalah 0.4031743 dan std.
deviation 0.19396421.
7. Manajemen Laba terdapat nilai minimum adalah -0.005350161 (BUDI 2016),
nilai maximum adalah 0.009739383 (INAI 2015), nilai mean adalah
0.00065204244 dan std. deviation 0.001724517110.
Uji Asumsi Klasik Uji asumsi klasik dilakukan untuk memastikan bahwa sampel yang diteliti
terbebas dari gangguan normalitas, multikolineritas, heteroskedastisitas, dan
autokorelasi.
a. Uji Normalitas
Bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel
pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Model regresi yang
baik adalah yang memiliki distribusi data normal atau mendekati normal
(Ghozali, 2013).
Dalam penelitian ini, uji normalitas menggunakan uji Kolmogrov-
Smirnov (K-S) dasar pengembalian keputusan dalam uji K-S adalah sebagai berikut:
10
1. Apabila nilai signifikansi atau nilai probabilitas > 0,05 atau 5%,
maka data terdistribusi normal.
2. Apabila nilai signifikansi atau nilai probabilitas < 0,05 atau 5% maka
data tidak terdistribusi normal.
Hasil Uji Normalitas dengan One Sampel K-S Test One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized Residual
N 88
Normal Parametersa,b
Mean .0000000 Std. Deviation .00152525
Most Extreme Differences Absolute .143 Positive .143 Negative -.113
Kolmogorov-Smirnov Z 1.339 Asymp. Sig. (2-tailed) .056
a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.
Sumber : Pengolahan Data SPSS 21, 2018
Berdasarkan table diatas dapat dilihat bahwa hasil analisis dengan
menggunakan One-Sample Kolmogrov-Smirnov Test menunjukkan bahwa
jumlah Kolmogrov-Smirnov Z 1.339 dan jumlah signifikan 0.056 karena p-
value = 0.056 ˃ 0.05, maka diketahui Ho diterima yang berarti data residual
berdistribusi secara normal.
b. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinieritas dilakukan untuk menguji apakah model regresi terjadi
adanya korelasi antar variabel independen. Model regresi yang baik seharusnya
tidak terjadi korelasi diantara variabel independen. Untuk mendeteksi ada
tidaknya multikolinieritas didalam regresi dapat dilihat dari nilai toleransi dan
nilai Variance Inflasing Factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap
variabel bebas manakah yang dijelaskan oleh variabel lainnya. Tolerance
mengukur variabel bebas yang tidak dapat dijelaskan oleh variabel bebas lainnya.
Model regresi yang bebas multikolinieritas adalah yang mempunyai VIF <10 dan
nilai tolerance>0,1. Untuk melihat variabel bebas dimana saja dan saling
berkorelasi antar variabel bebas. Korelasi yang kurang dari 0,05 menandakan
bahwa variabel bebas tidak terdapat multikolinieritas yang serius (Ghozali, 2013).
Hasil Uji Multikolinearitas
Coefficientsa
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
1
(Constant)
ROA .487 2.052
DD .738 1.354
KI .781 1.280
KA .949 1.054
11
UKPER .713 1.403
LEV .646 1.547
a. Dependent Variable: ML
Sumber : Pengolahan Data SPSS 21, 2018
Berdasarkan tabel diatas, keseluruhan variabel untuk nilai VIF dan
Tolerance untuk variabel Return On Asset memiliki nilai tolerance 0.487 >
0.10, dengan VIF 2.052 < 10, Dewan Direksi memiliki nilai tolerance 0.738
> 0.10, dengan VIF 1.354 < 10, variabel Komisaris Independen memiliki
nilai tolerance 0.781 > 0.10, dengan VIF 1.280 < 10, variabel Komite Audit
memiliki nilai tolerance 0.949 > 0.10, dengan VIF 1.054 < 10, variable
Ukuran Perusahaan memiliki nilai tolerance 0.713 > 0.10, dengan VIF 1.403
< 10, variabel Leverage memiliki nilai tolerance 0.646 > 0.10, dengan VIF
1.547 < 10.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah nilai dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variabel residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan ke
pengamatan yang lain tetap, maka disebut homoskedastisitas, dan jika
berbeda disebut heteroskedastisitas (Ghozali, 2013).
Sumber : Pengolahan Data SPSS 21, 2018
Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Scatterplot
Berdasarkan gambar diatas Dapat dilihat bahwa titik-titik menyebar
secara acak serta tersebar baik di atas maupun dibawah angka 0 pada sumbu
Y. Hal ini dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi heteroskedastisitas. Selain
ini uji heterokeastisitas juga dapat menggunakan uji Spearman’s rho, jika
nilai signifikansi lebih besar dari 0.05 maka tidak terjadi heterokedasitas.
12
Hasil Uji Heteroskedastisitas dengan Spearman’s rho Correlations
Unstandardized Residual
Spearman's rho
ROA
Correlation Coefficient .102
Sig. (2-tailed) .342
N 88
DD
Correlation Coefficient .108
Sig. (2-tailed) .315
N 88
KI
Correlation Coefficient -.149
Sig. (2-tailed) .165
N 88
KA
Correlation Coefficient -.003
Sig. (2-tailed) .981
N 88
UKPER
Correlation Coefficient -.083
Sig. (2-tailed) .440
N 88
LEV
Correlation Coefficient -.183
Sig. (2-tailed) .089
N 88
Unstandardized Residual
Correlation Coefficient 1.000
Sig. (2-tailed) .
N 88
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed). **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber : Pengolahan Data SPSS 21, 2018
Berdasarkan tabel diatas, dapat dilihat bahwa nilai signifikansi untuk
Return On Asset 0.342 ˃ 0.05, Dewan Direksi 0.315 ˃ 0.05, Komisaris
Independen 0.165 ˃ 0.05, Komite Audit 0.981 ˃ 0.05, Ukuran Perusahaan
0.440 ˃ 0.05 dan Leverage 0.089 ˃ 0.05. Dapat disimpulkan bahwa pada uji
ini menunjukkan tidak adanya heterokedasitas.
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam model
regresi linear yang digunakan terjadi korelasi antar kesalahan pengganggu
linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan
kesalahan t-1 (sebelum). Gejala ini menimbulkan konsekuensi yaitu interval
keyakinan menjadi lebih besar serta varians dan kesalahan standar akan
ditaksir terlalu rendah. Uji autokorelasi pada penelitian ini dilakukan dengan
uji Durbin-Watson (DW-test). Gejala ini terjadinya korelasi antar kesalahan
pengganggu pada model regresi yang digunakan jika dinilai Durbin-Watson
lebih besar dari du tetapi lebih kecil dari 4-du (Ghozali, 2013).
Hasil Uji Durbin Watson Model Summary
b
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .467a .218 .160 .001580729805 2.140
a. Predictors: (Constant), LEV, KA, KI, UKPER, DD, ROA
13
b. Dependent Variable: ML
Sumber : Pengolahan Data SPSS 21, 2018
Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui bahwa nilai DW sebesar 2.140
nilai ini akan dibandingkan dengan nilai tabel Durbin-Watson d Statistic:
Significance Point For dI and du AT 0.05 Level of Sinificance dengan
menggunakan nilai signifikani 5% jumlah observasi 88 dan jumlah variabel
independen 6 (K=6). Oleh karena nilai Durbin Watson 2.140 lebih besar dari
batas atas (du) 1.8011 dan kurang dari 4-1.8011 (4-du). Jika dilihat dari
pengambilan keputusan termasuk du˂d˂(4-du), maka dapat disimpulkan
bahwa 1.8011 ˂ 2.140 ˂ (4-1.8011) tidak dapat menolak Ho yang
menyatakan bahwa tidak ada autokorelasi positif atau negatif . Hal ini
berarti bahwa tidak terjadi autokorelasi dalam model yang digunakan,
sehingga model regresi layak digunakan.
Uji Regresi Linear Berganda
Untuk mengetahui model atau bentuk hubungan pengaruh antar variabel dan
untuk mengetahui positif atau negatifnya pengaruh variabel Return On Asset,
Dewan Direksi, Komisaris Independen, Komite Audit, Ukuran Perusahaan dan
Leverage terhadap variabel terikat Manajemen Laba (Y) dimana dari sampel yang
diperoleh, digunakan analisis regresi linier berganda dengan menggunakan rumus
sebagai berikut :
ML = α0 + β1ROA + β2DD + β3KI + β4KA + β5UKPER + β6LEV + ε
Hasil Uji Regresi Berganda Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
T Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -.003 .001 -2.822 .006
ROA .010 .004 .320 2.273 .026
DD -0.000020 .000 -.028 -.246 .806
KI .001 .001 .066 .590 .557
KA .000347 .000 .168 1.664 .100
UKPER -0.000031 .000 -.181 -1.558 .123
LEV .004 .001 .458 3.744 .000
a. Dependent Variable: ML
Sumber : Pengolahan Data SPSS 21, 2018
Dari tabel diatas apat disusun persamaan regresi sebagai berikut:
ML = -0.003 + 0.010 ROA – 0.000020 DD + 0.001 KI + 0.000347 KA –
0.000031 UKPER + 0.004 LEV + ε
Persamaan regresi diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Konstanta (a) Nilai konstansta (a) sebesar -0.003, menunjukkan bahwa apabila nilai variabel
Return On Asset, Dewan Direksi, Komisaris Independen, Komite Audit,
Ukuran Perusahaan dan Leverage maka nilai variabel Manajemen Laba
adalah sebesar -0.003.
14
b. Koefisien b1 untuk variabel Return On Asset Besarnya nilai koefisien regresi (b1) sebesar 0.010. Artinya jika nilai variabel
Return On Asset naik sebesar 1 satuan, maka nilai Manajemen Laba akan
turun sebesar 0.010 satuan. Dengan Asumsi variabel bebas lainnya konstan.
c. Koefisien b2 untuk variabel Dewan Direksi Besarnya nilai koefisien regresi (b2) sebesar -0.000020. Artinya jika nilai
variabel Dewan Direksi naik sebesar 1 satuan, maka nilai Manajemen Laba
akan naik sebesar -0.000020 satuan. Dengan Asumsi variabel bebas lainnya
konstan.
d. Koefisien b3 untuk variabel Komisaris Independen Besarnya nilai koefisien regresi (b3) sebesar 0.001. Artinya jika nilai variabel
Komisaris Independen naik sebesar 1 satuan, maka nilai Manajemen Laba
akan turun sebesar 0.001 satuan. Dengan Asumsi variabel bebas lainnya
konstan.
e. Koefisien b4 untuk variabel Komite Audit Besarnya nilai koefisien regresi (b4) sebesar 0.000347. Artinya jika nilai
variabel Komite Audit naik sebesar 1 satuan, maka nilai Manajemen Laba
akan turun sebesar 0.000347 satuan. Dengan Asumsi variabel bebas lainnya
konstan.
f. Koefisien b5 untuk variabel Ukuran Perusahaan Besarnya nilai koefisien regresi (b5) sebesar -0.000031. Artinya jika nilai
variabel Ukuran Perusahaan naik sebesar 1 satuan, maka nilai Manajemen
Laba akan naik sebesar -0.000031. Dengan Asumsi variabel bebas lainnya
konstan.
g. Koefisien b6 untuk variabel Leverage Besarnya nilai koefisien regresi (b6) sebesar 0.004. Artinya jika nilai variabel
Leverage naik sebesar 1 satuan, maka nilai Manajemen Laba akan turun
sebesar 0.004 satuan. Dengan Asumsi variabel bebas lainnya konstan.
Uji Hipotesis
Uji Regresi Parsial (Uji t)
Hasil Uji Regresi Parsial (Uji T) Coefficients
a
Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients
t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) -.003 .001 -2.822 .006
ROA .010 .004 .320 2.273 .026
DD -0.000020 .000 -.028 -.246 .806
KI .001 .001 .066 .590 .557
KA .000347 .000 .168 1.664 .100
UKPER -0.000031 .000 -.181 -1.558 .123
LEV .004 .001 .458 3.744 .000
a. Dependent Variable: ML
Sumber : Pengolahan Data SPSS 21, 2018
Dengan nilai n=88, α=5% : 2 =2.5%, α=2 (uji dua sisi) dengan derajat
keterbatasan (df) n-k-1 atau 88-6-1=81. Hasil untuk nilai t-tabel dengan pengujian
15
dua sisi yaitu 1.9897. Dengan ini dapat diambil kesimpulan dari analisis tabel
diatas Sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil analasis pada tabel diatas menunjukkan besarnya t-
hitung sebesar 2.273 ˃ 1.9897 dan nilai signifikansi (p-value = 0.026 ˂
0.05). Maka H1 diterima dan Ho ditolak, yang berarti variabel Return On
Asset (X1) secara parsial berpengaruh terhadap Manajemen Laba.
2. Berdasarkan hasil analasis pada tabel diatas menunjukkan besarnya t-
hitung sebesar -0.246 ˃ -1.9897 dan nilai signifikansi (p-value = 0.806 ˃
0.05). Maka H2 ditolak dan Ho diterima, yang berarti variabel Dewan
Direksi (X2) secara parsial tidak berpengaruh terhadap Manajemen
Laba.
3. Berdasarkan hasil analasis pada tabel diatas menunjukkan besarnya t-
hitung sebesar 0.590 ˂ 1.9897 dan nilai signifikansi (p-value = 0.557 ˃
0.05). Maka H3 ditolak dan Ho diterima, yang berarti variabel Komisaris
Independen (X3) secara parsial tidak berpengaruh terhadap Manajemen
Laba.
4. Berdasarkan hasil analasis pada tabel diatas menunjukkan besarnya t-
hitung sebesar 1.664 ˂ 1.9897 dan nilai signifikansi (p-value = 0.100 ˃
0.05). Maka H4 ditolak dan Ho diterima, yang berarti Komite Audit (X4)
secara parsial berpengaruh terhadap Manajemen Laba.
5. Berdasarkan hasil analasis pada tabel diatas menunjukkan besarnya t-
hitung sebesar -1.558 ˂ -1.9897 dan nilai signifikansi (p-value = 0.123 ˃
0.05). Maka H5 ditolak dan Ho diterima, yang berarti variabel Ukuran
Perusahaan (X5) secara parsial tidak berpengaruh terhadap Manajemen
Laba.
6. Berdasarkan hasil analasis pada tabel diatas menunjukkan besarnya t-
hitung sebesar 3.774 ˃ 1.9897 dan nilai signifikansi (p-value = 0.000 ˂
0.05). Maka H6 diterima dan Ho ditolak, yang berarti variabel Leverage
(X6) secara parsial berpengaruh terhadap Manajemen Laba.
Uji Regresi Simultan (Uji f)
Hasil Uji Regresi Simultan (Uji f) ANOVA
a
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1
Regression .000 6 .000 3.758 .002b
Residual .000 81 .000
Total .000 87 a. Dependent Variable: ML b. Predictors: (Constant), LEV, KA, KI, UKPER, DD, ROA
Sumber : Pengolahan Data SPSS 21, 2018
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa nilai F hitung ˃ F tabel (3.758
˃ 2.21) dan tingkat signifikansi sebesar 0.002b maka keputusan H7 diterima
Return On Asset, Dewan Direksi, Komisaris Independen, Komite Audit, Ukuran
Perusahaan dan Leverage secara simultan atau bersama-sama berpengaruh
terhadap Manajemen Laba pada perusahaan manufaktur sektor industri dasar dan
kimia yang listing di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2016.
16
Uji Koefisien Determinasi
Uji koefisien determinasi digunakan untuk melihat seberapa besar
kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel independen.
Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu (Ghozali, 2013).
Hasil Uji Koefisien Determinasi Model Summary
b
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the Estimate
Durbin-Watson
1 .467a .218 .160 .0015807298 2.140
a. Predictors: (Constant), LEV, KA, KI, UKPER, DD, ROA b. Dependent Variable: ML
Sumber : Hasil Pengolahan Data SPSS, 2018
Berdasarkan tabel Diatas dapat dilihat bahwa dapat diketahui nilai Adjusted
R² (R Square) adalah 0.160. Jadi sumbangan pengaruh dari Return On Asset,
Dewan Direksi, Komisaris Independen, Komite Audit, Ukuran Perusahaan dan
Leverage terhadap Manajemen Laba pada perusahaan manufaktur sektor industri
dasar dan kimia yang listing di Bursa Efek Indonesia tahun 2013-2016 yaitu
16.0% sedangkan sisanya 84.0% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti.
Pembahasan
Pengaruh Return On Asset Terhadap Manajemen Laba
Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel Return On Asset berpengaruh
terhadap Manajemen Laba. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin tinggi tingkat
ROA yang dilaporkan oleh perusahaan, maka semakin tinggi pula harapan dari
pihak-pihak berkepentingan atas tingkat pengembalian dan kompensasi yang
diharapkan dari keuntungan yang diperoleh perusahaan. Laba yang tinggi akan
meningkatkan pajak yang harus dibayarkan. Sedangkan pelaporan laba yang
rendah akan berdampak pada tampilan kerja manajemen yang tidak maksimal.
Oleh karena itu pada penelitian ini dengan pengaruh positif maka perusahaan
melakukan manajemen laba dengan pola income increasing dengan tujuan
menghindari pelaporan penurunan laba. Hasil penelitian ini sejalan dengan
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Madli (2014) menemukan bahwa
return on asset berpengaruh terhadap manajemen laba.
Pengaruh Dewan Direksi Terhadap Manajemen Laba
Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel Dewan Direksi tidak
berpengaruh terhadap Manajemen Laba. Hal ini mengindikasikan bahwa jumlah
dewan direksi tidak mampu menjamin keefektifan dalam menjalankan fungsi
monitoring terhadap kinerja manajemen. Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan
penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ardiansyah (2014) dan Taco dan Ilat
(2016) menemukan bahwa dewan direksi berpengaruh terhadap manajemen laba
tetapi sejalan dengan penelitian yang diilakukan oleh Oktaviani (2016) yang
menemukan bahwa dewan direksi tidak berpengaruh terhadap manajemen laba.
Pengaruh Komisaris Independen Terhadap Manajemen Laba Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel Komisaris Independen tidak
berpengaruh terhadap Manajemen Laba. Besar kecilnya proporsi komisaris
17
independen tidak dapat menjadi faktor penentu utama dari efektivitas pengawasan
terhadap manajemen perusahaan, namun tergantung pada efektivitas pengendalian
melalui nilai, norma dan kepercayaan yang diterima dalam suatu organisasi serta
peran dewan komisaris dalam aktivitas pengendalian (monitoring) terhadap
manajemen. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Taco dan Ilat (2016), Yendrawati (2017) dan Kurniawan (2018)
menemukan bahwa komisaris independen tidak berpengaruh terhadap manajemen
laba. Tetapi tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Ardiansyah (2014) menemukan bahwa komisaris independen berpengaruh
terhadap manajemen laba.
Pengaruh Komite Audit Terhadap Manajemen Laba
Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel Komite Audit tidak
berpengaruh terhadap Manajemen Laba. Keberadaan komite audit dalam
perusahaan tidak dapat menjalankan tugasnya dalam memonitor pelaporan
keuangan dengan efektif yang menyebabkan keberadaan komite audit gagal dalam
mendeteksi manajemen laba. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Ardiansyah (2014), Taco dan Ilat (2016) dan
Kurniawan (2018) menemukan bahwa komite audit tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba. Tetapi tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Yendrawati (2017) menemukan bahwa komite audit berpengaruh
terhadap manajemen laba.
Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba
Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel Ukuran Perusahaan tidak
berpengaruh terhadap Manajemen Laba. Hal ini mengindikasikan bahwa semakin
besar perusahaan yang diukur dengan total aset maka tindakan manajemen laba
berkurang. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang
dilakukan oleh Yatulhusna (2016) menemukan bahwa ukuran perusahaan tidak
berpengaruh terhadap manajemen laba. Tetapi tidak sejalan dengan penelitian
sebelumnya yang dilakukan oleh Madli (2014), Taco dan Ilat (2016) dan
Kurniawan (2018) menemukan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh terhadap
manajemen laba.
Pengaruh Leverage Terhadap Manajemen Laba
Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel Leverage berpengaruh
terhadap Manajemen Laba. Hal ini mengindikasikan bahwa perusahaan yang
memiliki tingkat leverage tinggi menggambarkan bahwa liabilitas yang dimiliki
perusahaan lebih besar dibandingkan dengan aset yang dimiliki perusahaan.
Semakin tinggi tingkat leverage perusahaan maka semakin tinggi risiko yang akan
dihadapi perusahaan tersebut. Investor akan memilih perusahaan yang memiliki
proporsi utang yang lebih rendah. Dalam penelitian ini leverage berpengaruh
positif terhadap manajemen laba yang artinya perusahaan yang memiliki leverage
yang tinggi berarti memiliki proporsi utang yang lebih besar dibandingkan dengan
proporsi aset yang dimiliki, sehingga cenderung melakukan manajemen laba dengan cara income increasing untuk menaikkan citra perusahaan dan agar
investor tetap berinvestasi di perusahaan tersebut walaupun pada kenyataannya
18
keuangan perusahaan tersebut sedang terancam. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Yatulhusna (2016)
menemukan bahwa leverage berpengaruh terhadap manajemen laba. Tetapi tidak
sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ardiansyah (2014) dan
Kurniawan (2018) menemukan bahwa leverage tidak berpengaruh terhadap
manajemen laba.
Pengaruh Return On Asset, Dewan Direksi, Komisaris Independen, Komite
Audit, Ukuran Perusahaan dan Leverage Terhadap Manajemen Laba
Hasil pengujian menunjukkan bahwa variabel Return On Asset, Dewan
Direksi, Komisaris Independen, Komite Audit, Ukuran Perusahaan dan Leverage
berpengaruh signifikan terhadap Manajemen Laba.
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarakan uraian pembahasan diatas maka kesimpulan yang diambil
adalah sebagai berikut :
1. Return On Asset berpengaruh terhadap Manajemen Laba pada perusahaan
manufaktur Sektor Industri Dasar dan Kimia yang Listing di BEI Tahun 2013-
2016.
2. Dewan Direksi tidak berpengaruh terhadap Manajemen Laba pada perusahaan
manufaktur Sektor Industri Dasar dan Kimia yang Listing di BEI Tahun 2013-
2016.
3. Komisaris Independen tidak berpengaruh terhadap Manajemen Laba pada
perusahaan manufaktur Sektor Industri Dasar dan Kimia yang Listing di BEI
Tahun 2013-2016.
4. Komite Audit tidak berpengaruh terhadap Manajemen Laba pada perusahaan
manufaktur Sektor Industri Dasar dan Kimia yang Listing di BEI Tahun 2013-
2016.
5. Ukuran Perusahaan tidak berpengaruh terhadap Manajemen Laba pada
perusahaan manufaktur Sektor Industri Dasar dan Kimia yang Listing di BEI
Tahun 2013-2016.
6. Leverage berpengaruh terhadap Manajemen Laba pada perusahaan
manufaktur Sektor Industri Dasar dan Kimia yang Listing di BEI Tahun 2013-
2016.
7. Return On Asset, Dewan Direksi, Komisaris Independen, Komite Audit,
Ukuran Perusahaan dan Leverage secara simultan berpengaruh terhadap
Manajemen Laba pada perusahaan manufaktur Sektor Industri Dasar dan
Kimia yang Listing di BEI Tahun 2013-2016.
Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka disarankan terhadap penelitian yang
akan datang agar dapat :
1. Menggunakan periode yang berbeda atau periode terbaru. Kemudian
hasilnya dapat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya agar dapat
menjadi referensi untuk peneliti selanjutnya dan bagi manajemen perusahaan.
19
2. Penelitian selanjutnya agar dapat menambahkan variabel independen
yang diperkirakan berpengaruh terhadap Manajemen Laba.
3. Penelitian selanjutnya agar dapat memperluas populasi penelitian.
DAFTAR PUSTAKA
Afrelia, Yeyen. (2017). Pengaruh dewan komisaris independen, ukuran komite
audit, keahlian komite audit dan kepemilikan manajerial terhadap
manajemen laba (Studi empiris pada perusahaan manufaktur sektor
industry dasar dan kimia yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun
2013-2015). Tanjungpinang: Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Agustia, Dian. (2013). Pengaruh Faktor Good Corporate Governance, Free Cash
Flow, dan Leverage Terhadap Manajemen Laba. Surabaya: Universitas
Airlangga.
Amin, Widjaja Tunggal. (2008). Komite Audit (Konsep dan Kasus). Jakarta:
Harvindo
Ardiansyah, Muhammad. (2014). Pengaruh Corporate Governance, Leverage,
dan profitabilitas Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan
Manufaktur Sektor Industri Barang Konsumsi yang Terdaftar di BEI
Periode 2009-2013. Tanjungpinang: Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Brotoseno, Oldy. (2017). Pengaruh net profit margin (NPM), return on asset
(ROA), return on equity (ROE) terhadap harga saham pada perusahaan
food and beverages yang terdaftar di BEI tahun 2012-2015. Tanjungpinang:
Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Firmansyah, Rheza. (2016). Pengaruh komisaris independen dan komite audit
terhadap manajemen laba (Studi empiris pada perusahaan manufaktur sub
sektor makanan dan minuman yang terdaftar di dalam Bursa Efek
Indonesia tahun 2010-2013). Bandung: Universitas Telkom.
Ghozali, Imam. (2013). Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program IBM
SPSS 21 Update PLS Regresi. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro.
Istiqarah. (2012). Analisis Faktor - Faktor yang Berpengaruh Terhadap Audit
Delay pada Perusahaan Manufaktur Bergerak di Sektor Aneka Industri
yang terdaftar di BEI. Skripsi. Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Kurniawan, Fery. (2018). Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Leverage,
dan Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba Pada Perusahaan
manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2013-2016.
Tanjungpinang: Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Madli. (2014). Pengaruh Ukuran Perusahaan, Return On Asset, Debt To Equity
Ratio Terhadap Manajemen laba Pada Perusahaan Properti dan Real
Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Tahun 2008-2012.
Tanjungpinang: Universitas Maritim Raja Ali Haji.
Marisa. (2017). Pengaruh ukuran perusahaan, reputasi auditor, ROA, DAR, dan
opini audit terhadap audit delay pada perusahaan manufaktur yang
20
terdaftar di BEI tahun 2013-2015. Tanjungpinang: Universitas Maritim
Raja Ali Haji.
Mawardi, M.Cholid. (2013). Pengaruh Good Corporate Governance Terhadap
Manajemen Laba Pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI.
Malang: Universitas Islam Malang.
Nugroho, Adi Ginanjar. (2011). Pengaruh Struktur kepemilikan dan Leverage
terhadap Earnings Management Pada Perusahaan yang Melakukan IPO
Di Bursa Efek Indonesia. Skripsi.
Oktaviani, Happy Dwi. (2016). Pengaruh Ukuran Dewan Direksi, Proporsi
Dewan Komisaris Independen, dan Ukuran Komite Audit Terhadap Praktik
Manajemen Laba Pada Perusahaan Farmasi yang Terdaftar di BEI Tahun
2009-2014. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya.
Taco, Clarissa & Ilat. (2016). Pengaruh earning power, komisaris independen,
dewan direksi, komite audit, dan ukuran perusahaan terhadap manajemen
laba pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.
Manado: Universitas Sam Ratulangi.
Raharjo, Arko Soni. (2014). Pengaruh ukuran dewan komisaris, direksi,
komisaris independen, struktur kepemilikan, dan indeks corporate
governance terhadap asimetri informasi. Semarang: Universitas
Diponegoro.
Sari, Novita Liana. (2016). Pengaruh Struktur Kepemilikan Terhadap Nilai
Perusahaan Properti dan Real Estate yang Terdaftar di BEI 2010-2014.
Bandar Lampung: Universitas Lampung.
Subhan. (2011). Pengaruh Good Corporate Governance Dan Leverage Keuangan
Terhadap Manajemen Laba Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di
Bursa Efek Indonesia (BEI). Hal 1-25. Universitas Madura
Taures, Nazila Sofi Istna. (2011). Analisis Hubungan antara Karakteristik
Perusahaan dengan Pengungkapan Resiko. Skripsi, Universitas
Diponegoro.
Warsono, Sony, et al. (2010). CGCG UGM’s Corporate Governance Rating
Model. Yogyakarta: Center for Good Corporate Governance.
Widjaja, (2008). Komite audit konsep dan kasus. Surabaya: Harvarindo
www.idx.co.id
Yatulhusna, Najmi. (2015). Pengaruh Profitabilitas, Leverage, Umur, dan
Ukuran Perusahaan Terhadap Manajemen Laba (Studi Empiris Pada
Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode
2010-2013. Jakarta: Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah.
Yendrawati, Reni. (2017). Pengaruh Dewan Komisaris Independen, Komite
Audit, Kepemilikan Manajerial, dan Kepemilikan Institusional Terhadap
Manajemen Laba. Yogyakarta: Universitas Islam Indonesia.