6
Diagnosis Banding Ablasio Retina Diagnosis banding dari ablasio retina adalah 1. Uveitis posterior Uveitis merupakan inflamasi dari uvea, yaitu iris, badan siliaris dan koroid namun istilah ini juga dgunakan untuk inflamasi intraokular termasuk retina dan pembuluh darahnya. Uveitis posterior terdiri atas retinitis, koroiditis dan vasculitis. Retinitis ditandai dengan pemutihan retina dengan batas tidak jelas akibat edema. Koroiditis ditandai dengan nodul bulat berwarna kuning. Vasculitis ditandai dengan warna kuning atau putih keabuan di sekitar pembuluh darah. Gejala yang dialami adalah penurunan tajam penglihatan, injeksi ocular, nyeri. Klinis lain yang dapat ditemukan berupa adanya hipopion, granuloma, glaukoma, perdarahan retina dan jaringan parut. 2,3 2. Ablasio vitreous posterior Ablasio vitreous posterior terjadi dengan gejala adanya bayangan mengambang di mata berupa benang, jaring laba-laba atau cincin. Gejala lain adalah fotopsia atau adanya kilatan cahaya akibat stimulasi pada retina. 3 3. Oklusi arteri retina Oklusi arteri retina biasa disebabkan oleh aterosklerosis dan emboli. Gejala yang dialami adalah penurunan tajam penglihatan secara mendadak tanpa disertai nyeri. Defek aferen pupil dapat juga dijumpai. Pada pemeriksaan funduskopi retina terlihat opak akibat iskemik disertai adanya cherry-red spot. 2,3 4. Oklusi vena retina Oklusi arteri vena disebabkan oleh arteriosclerosis dan trombus. Gejala yang dialami adalah penurunan tajam penglihatan secara mendadak dan defek lapang pandang. Pada funduskopi didapatkan bentuk flame-shaped, dot perdarahan, edema retina dan cotton wool. 2,3 5. Perdarahan vitreous Perdarahan vitreous biasa terjadi bersamaan dengan ablasio vitreous posterior. Pada pemeriksaan akan didapatkan sel pigmen seperti debu rokok di vitreous anterior. 2 6. Retinoschisis Retinoschisis umum terjadi pada pasien dengan hipermetropi akibat adanya degenerasi neuroretinal dan glial dalam area lesi kistik sehingga terjadi pemisahan lapisan neurosensori retina. Gejala yang dialami adalah adanya skotoma absolut di lapang pandang berbeda dengan ablasio retina di mana terdapat skotoma relatif. 2,3

Retinal Detachment

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Kedokteran

Citation preview

Page 1: Retinal Detachment

Diagnosis Banding Ablasio Retina

Diagnosis banding dari ablasio retina adalah

1. Uveitis posterior

Uveitis merupakan inflamasi dari uvea, yaitu iris, badan siliaris dan koroid namun

istilah ini juga dgunakan untuk inflamasi intraokular termasuk retina dan pembuluh

darahnya. Uveitis posterior terdiri atas retinitis, koroiditis dan vasculitis. Retinitis

ditandai dengan pemutihan retina dengan batas tidak jelas akibat edema. Koroiditis

ditandai dengan nodul bulat berwarna kuning. Vasculitis ditandai dengan warna kuning

atau putih keabuan di sekitar pembuluh darah. Gejala yang dialami adalah penurunan

tajam penglihatan, injeksi ocular, nyeri. Klinis lain yang dapat ditemukan berupa

adanya hipopion, granuloma, glaukoma, perdarahan retina dan jaringan parut.2,3

2. Ablasio vitreous posterior

Ablasio vitreous posterior terjadi dengan gejala adanya bayangan mengambang di mata

berupa benang, jaring laba-laba atau cincin. Gejala lain adalah fotopsia atau adanya

kilatan cahaya akibat stimulasi pada retina.3

3. Oklusi arteri retina

Oklusi arteri retina biasa disebabkan oleh aterosklerosis dan emboli. Gejala yang

dialami adalah penurunan tajam penglihatan secara mendadak tanpa disertai nyeri.

Defek aferen pupil dapat juga dijumpai. Pada pemeriksaan funduskopi retina terlihat

opak akibat iskemik disertai adanya cherry-red spot.2,3

4. Oklusi vena retina

Oklusi arteri vena disebabkan oleh arteriosclerosis dan trombus. Gejala yang dialami

adalah penurunan tajam penglihatan secara mendadak dan defek lapang pandang. Pada

funduskopi didapatkan bentuk flame-shaped, dot perdarahan, edema retina dan cotton

wool.2,3

5. Perdarahan vitreous

Perdarahan vitreous biasa terjadi bersamaan dengan ablasio vitreous posterior. Pada

pemeriksaan akan didapatkan sel pigmen seperti debu rokok di vitreous anterior.2

6. Retinoschisis

Retinoschisis umum terjadi pada pasien dengan hipermetropi akibat adanya degenerasi

neuroretinal dan glial dalam area lesi kistik sehingga terjadi pemisahan lapisan

neurosensori retina. Gejala yang dialami adalah adanya skotoma absolut di lapang

pandang berbeda dengan ablasio retina di mana terdapat skotoma relatif.2,3

Page 2: Retinal Detachment

Referensi

1. Pandya HK. Retinal Detachment Differential Diagnoses. [cited 2014 January 13].

Available from: http://emedicine.medscape.com/article/798501-differential

2. Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology. 7th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders;

2011.

3. Eva PR, Whitcher JP. Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology. 17th ed. USA:

McGraw-Hill; 2007.

Tatalaksana Ablasio Retina

Pada ablasio retina tipe rhegmatogenous, tatalaksana yang dilakukan berupa operasi dengan

langkah sebagai berikut:1,2,3

1. Memposisikan pasien di kasur dengan satu bantal dan kepala dimiringkan ke arah

ablasio retina. Posisi ini dapat mengurangi cairan subretinal.

2. Menutup robekan retina dengan menggunakan kriokoagulasi, fotokoagulasi atau

diatermi

3. Menyerap cairan subretinal dengan sebuah jarum kecil melalui sklera, koroid dan ruang

di belakang retina. Yang perlu diperhatikan dari cairan subretinal adalah posisi robekan,

ukuran robekan dan keadaan gel vitreous. Indikasi dilakukan drainase ini adalah adanya

cairan subretinal yang dalam di bagian robekan retina dan ablasio retina

berkepanjangan. Ada dua teknik untuk drainase, yaitu prang dan cut-down. Teknik

prang dilakukan dengan penekanan bola mata hingga terjadi oklusi arteri sentral retina

dan koroid kemudian perforasi dengan jarum ukuran 27 dan lakukan drainase. Di akhir

drainase udara dimasukkan untuk mempertahankan tekanan intraokular. Teknik cut-

down dilakukan dengan sklerotomi di area dengan cairan subretinal terdalam, lakukan

jahitan mattress di pinggir sklerotomi dilanjutkan dengan kauterisasi pada knuckle

koroid. Jika tidak terjadi drainase maka dilakukan perforasi dengan jarum hipodermik

ukuran 25 pada knuckle koroid.

4. Memposisikan korioretinal dengan

a. Scleral buckling, yaitu sklera dibuat menjorok ke dalam menggunakan eksplan

berbahan silikon sebagai tamponade eksternal. Eksplan ini akan dijahit pada

bagian retina yang robek. Kegunaan eksplan ini adalah meringankan traksi

viteroretinal dan menggeser cairan subretinal dari robekan retina. Ada 3 jenis

Page 3: Retinal Detachment

konfigurasi eksplan yang sering digunakan, yaitu radial, sirkumferensial

segmental dan encircling. Jenis radial digunakan pada robekan berbentuk U

atau terletak di belakang. Jenis sirkumferensial segmental digunakan untuk

robekan multipel. Jenis encircling sudah jarang digunakan, biasanya eksplan

dibuat mengelilingi bola mata seluruhnya. Persentase keberhasilannya 92-94%

dengan komplikasi yang mungkin terjadi adalah gangguan refraksi, diplopia

akibat otot ekstraokular ikut tereksplan, ekstrusi eksplan dan peningkatan resiko

vitreoretinopati proliferatif.

Gambar Jenis konfigurasi Scleral buckling2

Gambar Langkah Scleral buckling2

Scleral buckling dilakukan dengan langkah sebagai berikut:

- Peritomi hingga batas sklera yang dibutuhkan

Page 4: Retinal Detachment

- Jarum dimasukkan melalui bagian bawah otot ekstraokular dan benang

dilewatkan di bawah tendon otot tersebut kemudian lakukan penjahitan

- Robekan diamati dengan oftalmoskop dan ditandai dengan tinta

- Krioterapi bagian yang robek hingga tertutupi 2 mm es

- Jarak antara jahitan diukur dan ditandai. Kemudian dilakukan mattress-type

suture dengan jarak 1,5 x diameter dari eksplan.

- Eksplan dimasukkan melalui jahitan kemudian diikat dengan mattress-type

suture yang telah dimasukkan tadi.

- Jika buckle sudah pada posisi yang tepat, operasi selesai. Jika tidak maka

harus dilepaskan dan dilakukan reposisi.

b. Pneumatic retinopaxy, yaitu satu atau dua lubang di arah jam dua dari dua per

tiga retina yang dimasukkan gas sulfur heksafluorida (SF6) atau perfluoropan

(C3F8) yang dapat mengembang ke vitreous. Gas ini akan dipertahankan selama

5-7 hari. Metode ini memiliki daya keberhasilan terendah dibandingkan yang

lain dan digunakan ketika ada sebuah robekan retina kecil, cairan subretinal

yang sedikit dan tidak ada traksi vitreoretinal. Keuntungannya adalah proses

cepat dan lebih tidak invasif.

Gambar Pneumatic retinopaxy2

Page 5: Retinal Detachment

c. Vitrektomi parsplana untuk menghilangkan membran dan vitreous, dilanjutkan

dengan penyerapan cairan subretinal, injeksi minyak silikon atau cairan

perflurokarbon untuk membuat retina datar, endolaser dilakukan untuk

membuat adhesi koroid dan retina dan terakhir tamponade retina dengan gas

SF6 atau C3F8. Indikasinya adalah robekan retina multipel, visualisasi retina

terganggu akibat adanya perdarahan dan adanya vitreoretinopati proliferatif.

Komplikasi vitrektomi adalah katarak.

Pada ablasio retina tipe eksudat, eksudat dan perdarahan akan diserap dengan sendirinya

sehingga tatalaksana yang diberikan berupa tatalaksana kausatif.1

Pada ablasio retina tipe traksi, tatalaksana yang dilakukan berupa vitrektomi parsplana dan

tamponade internal. Vitrektomi dilakukan untuk membuang traksi dan membran fibrotik.1

Prevensi

Pencegahan ablasio retian dilakukan dengan penggunaan laser fotokoagulasi atau krioterapi

pada area robekan retina atau lesi yang mungkin menjadi ablasio. Setelah dilakukan

fotokoagulasi atau krioterapi maka pasien harus menghindari aktivitas fisik berat selama 7 hari

dan melakukan pemeriksaan ke dokter setelah 1-2 minggu. Prevensi ini dilakukan pada pasien

dengan risiko tinggi seperti myopia, afakia dan riwayat ablasio retina.1,2

Prognosis Ablasio Retina

Pada ablasio retina tipe rhegmatogenous, 95% pasien yang menjalani operasi mengalami

keberhasilan. Prognosis ditentukan oleh kondisi makula sebelum operasi dilakukan. Jika

makula sudah terlepas maka dapat terjadi gangguan penglihatan paska operasi. Kondisi makula

sangat memengaruhi prognosis paskaoperasi, jika makula masih menempel maka prognosis

akan lebih baik dan pembedahan masih dapat ditunda. 50% pasien yang mengalami operasi

mencapai tajam penglihatan 20/50 atau bahkan lebih baik. Namun prognosis ini masih

bergantung pada kondisi makula pasien.4

Prognosis ablasio retina tipe eksudat bergantung pada kondisi pasien namun kebanyakan pasien

memiliki prognosis yang buruk dan akhirnya akan memiliki tajam penglihatan yang buruk.5

Prognosis ablasio retina tipe traksi tidak begitu baik walaupun kesuksesan operasi 75-90%.

Tajam penglihatan yang didapatkan 20/400 atau lebih baik pada <50% pasien.6

Page 6: Retinal Detachment

Referensi

1. Khurana AR. Comprehensive Ophtalmology. 4th ed. New Delhi: New Age

International; 2007.

2. Kanski JJ, Bowling B. Clinical Ophthalmology. 7th ed. Philadelphia: Elsevier Saunders;

2011.

3. Eva PR, Whitcher JP. Vaughan & Asbury’s General Ophthalmology. 17th ed. USA:

McGraw-Hill; 2007.

4. Wu L. Rhegmatogenous Retinal Detachment. [cited 2014 January 13]. Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/1224737-followup#a2650

5. Wu L. Exudative Retinal Detachment. [cited 2014 January 13]. Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/1224509-followup#a2650

6. Wu L. Tractional Retinal Detachment. [cited 2014 January 13]. Available from:

http://emedicine.medscape.com/article/1224891-followup#a2650