Upload
nur-inayah
View
85
Download
7
Embed Size (px)
Citation preview
SURVELEINCE DAN PENANGGULANGAN KLB
Pemerintah menyatakan merebaknya kasus influenza A (H1N1) yang dikenal sebagai swine flu dan flu babi sebagai kejadian luar biasa,menyusul dikeluarkannya status yang sama oleh WHO. Deklarasi pandemi global yang berarti menaikan kewaspadaan dari level lima ke level enem disampaikan oleh WHO terkait dengan melonjaknya kasus H1N1 di Amerika Serikat,Eropa,Australia,dan Amerika Serikat. Perubahan cuaca dan suhu bumi berdampak pula pada penyebaran berbagai virus penyakit. Salah satunya adalah virus flu babi yang tengah menjadi perhatian masyarakat dunia. Flu babi disebabkan oleh endemis Orthomyxoviruses yang berasal dari populasi babi. Virus ini dikenal sebagai virus H1N1 dan bisa menyebar begitu cepat . Pada umumnya gejala infeksi flu babi pada manusia mirip flu biasa pada manusia, yakni,demam yang mucul tiba-tiba,batuk,nyeri otot,sakit tenggorokan dan kelelahan yang berlebihan. Virus flu babi bisa membuat penderita muntah-muntah dan diare. Manusia yang sudah terinfeksi virus ini bisa menyebar virus ke orang lain hanya dengan satu kali bersin. Di Indonesia sendiri data hingga 12 juli sudah 64 orang yang positif H1N1. Rinciannya 43 laki-laki dan 21 perempuan. Tapi dari jumlah itu tak semua WNI, 12 suspek yang terakhir, 2 orang WNI dan 5 dari luar dan punya riwayat perjalanan ke luar negeri. Semua yang positif flu babi itu sekarang sedang dikarantina.” Kata Menkes. Dengan demikian pemerintah terus menerus meningkatkan kegiatan surveleince dan langkah penanggulangan KLB.
1. ISTILAH
Istilah-Istilah dalam Epidemiologi
Epidemi
Keadaan dimana suatu masalah kesehatan umumnya penyakit yang ditemukan pada suatu daerah tertentu dalam waktu yang singkat berada dalam frekuensi yang meningkat.
Pandemi
Suatu keadaan dimana suatu masalah kesehatan umumnya penyakit frekuensinya dalam waktu yang singkat memperlihatkan peningkatan yang sangat tinggi serta penyebarannya mencakup suatu wilayah yang sangat luas.
Endemi
Suatu keadaan dimana suatu masalah kesehatan umumnya penyakit frekuensinya pada suatu wilayah tertentu menetap dalam waktu yang lama.
Sporadik
Suatu keadaan dimana suatu masalah kesehatan yang ada di suatu wilayah tertentu frekuensinya berubah-ubah menurut perkembangan waktu.
Patogenesitas
Kemampuan bibit penyakit untuk menimbulkan reaksi pada penjamu sehingga timbul penyakit.
Virulensi
Ukuran keganasan atau derajat kerusakan yang ditimbulkan bibit penyakit.
Antigenesitas
Kemampuan bibit penyakit meransang timbulnya mekanisme pertahanan tubuh pada diri penjamu.
Infektivitas
Kemampuan bibit penyakit mengadakan invasi dan menyesuaikan diri,bertempat tinggal dan berkembang biak pada diri penjamu.
Vektor
Binatang yang dapat memindahkan atau menularkan penyakit.
Reservoir
Habitat atau tempat hidup yang paling sesuai bagi bibit penyakit , dapat manusia,hewan dan lingkungan di sekitar manusia. (Effendy,Nasrul 1998)
2. EPIDEMIOLOGI
1. Definisi Epidemiologi
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang sifat, penyebab, pengendalian, dan faktor-faktor yang mempengaruhi frekuensi dan distribusi penyakit, kecacatan, dan kematian dalam populasi manusia.
2. Tujuan Epidemiologi
Menurut Lilienfeld dan Lilienfeld, ada tiga tujuan utama epidemiologi yaitu :
A. Untuk menjelaskan etiologi(studi tentang penyebab penyakit).
B. Untuk menentukan apakah data epidemiologi yang ada memang konsisten dengan hipotesis yang diajukan dan dengan ilmu pengetahuan,ilmu perilaku, dan ilmu biomedis yang terbaru.
C. Untuk memberikan dasar bagi pengembangan langkah-langkah pengendalian dan prosedur pencegahan bagi kelompok dan populasi yang beresiko.
3. Manfaat Epidemiologi
Manfaat epidemiologi adalah :
a. Untuk mempelajari riwayat penyakit.
b. Diagnosis masyarakat.
c. Mengakaji resiko yang ada pada setiap individu karena mereka dapat mempengaruhi kelompok atau populasi.
d. Pengkajian,evaluasi,dan penelitian.
e. Melengkapi gambaran klinis
f. Identifikasi sindrom
g. Menentukan penyebab dan sumber penyakit.
4. Segitiga Epidemiologi
KLB penyakit dala populasi sering kali melibatkan sekelumpulan atau beberapa faktor. Banyak orang,benda,cara penularan, dan organisme yang dapat terlibat dalam penyebaran penyakit.
Untuk menimbulkan suatu penyakit infeksius,satu faktor tunggal harus ada dan faktor tunggal itu disebut agens. Epidemiologi menggunakan cara pandang ekologi untuk mengkaji interaksi berbagai elemen dan faktor dala lingkungan dan implikasi yang berkaitan dengan penyakit
Untuk memahami model segetiga epidemiologi,seseorang harus mengetahui istilah yang digunakan dalam segitiga itu yaitu
Agens yaitu penyebab penyakit. Misalnya :virus,bakteri.
Penjamu yaitu organisme, biasanya manusia atau hewan.
Lingkungan yaitu segala sesuatu yang mengelilingi dan juga kondisi luar
Manusia atau hewan yang menyebabkan atau memungkinkan penularan Penyakit.
5. Konsep Penularan PenyakitBeberapa konsep epidemiologi tentang penularan penyakit yang berhubungan
dengan segitiga epidemiologi antara lain : Vektor adalah setiap makhluk hidup selain manusia yang membawa
penyakit yang menyebarkan dan menjalani proses penularan penyakit.
Reservoir yaitu manusia,hewan,tumbuhan,tanah,atau zat organik yang menjadi tempat tumbuh dan berkembang biak organisme infeksius.
Carrier adalah penyebabran penyakit. Ada 6 tipe carrier yaitu : Active carrier yaitu seseorang yang terpajan dan menjadi tempat
bersarangnya organisme penyebab penyakit dan kondisi ini sudah berlangsung selama beberapa waktu walaupun sudah sembuh dari penyakitnya.
Convalescent carrier yaitu seseorang yang terpajan dan menjadi tempat bersarangnya organisme penyebab penyakit dan berada dalam masa pemulihan tetapi masih dapat menularkan penyakit ke orang lain.
Healthy carrier yaitu seseorang yang terpajan dan menjadi tempat bersarang organisme penyebab penyakit, tetapi tidak sakit atau tidak menunjukann gejala sakit.
Incubator carrier yaitu seseorang yang terpajan dan menjadi tempat bersarangnya organisme penyebab penyakit, masih berada pada tahap awal penyakit serta menunjukan gejala dan kemampuan untuk menularkan penyakit.
Intermittent carier yaitu seseorang yang terpajan dan menjadi tempat bersarangnya organisme penyebab penyakit dan secara berulang dapat menyebarkan penyakit.
Passive carrier yaitu seseorang yang terpajan dan menjadi tempat bersarangnya organisme penyebab penyakit,tetapi tidak menunjukan tanda-tanda dan gejala penyakit.
6. Cara Penularan PenyakitAda dua cara penularan penyakit yaitu :1. Penularan langsung
dikenal juga sebagai penularan dari orang ke orang, adalah perpindahan patogen atau agen secara langsung dan segera dari penjamu atau reservoir ke penjamu yang rentan. Penularan langsung dapa terjadi melalui kontak fisik langsung atau kontak langsung per orang, seperti bersentuhan dengan tangan yang terkontaminasi, hubungan seksual, berciuman, dsb.
2. Penularan tidak langsungterjadi karena patogen atau agens berpindah atau terbawa melalui
beberapa item,organisme,benda atau proses perantara menuju penjamu yang rentan sehingga menimbulkan penyakit. Penularan tidak langsung
dilakukan melalui salah satu atau beberapa cara penularan berikut : penularan airbone (melalui doplet atau partikel debu),waterbone,dsb. (Timmreck,Thomas C,2004)
3. KEJADIAN LUAR BIASA3.1 Pengertian
Kejadian luar biasa (KLB) adalah salah satu status yang diterapkan di indonesia untuk mengklasifikasi peristiwa merebaknya suatu wabah penyakit. KLB dijelaskan sebagai timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu. Status KLB diatur oleh peraturan menteri kesehatan RI no. 949/menkes/sk/vii/2004. Kriteria tentang KLB mengacu pada keputusan Dirjen no. 451/91, tentang pedoman penyelidikan dan penanggulangan kejadian luar biasa. Menurut aturan itu, suatu kejadian dinyatakan luar biasa bila ada unsur : Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak pernah ada atau
tidak dikenal. Peningkatan kejadian penyakit atau kematian terus-menerus selama 3
kurun waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu). Peningkatan kejadian penyakit atau kematian 2 kali lipat atau lebih
dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan, tahun).
Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam satu tahun sebelumnya.
Adanya peningkatan kejadian kesakitan atau kematian dua kali atau lebih dibandingkan jumlah kesakitan atau kematian yang biasa terjadi pada kurun waktu sebelumnya (jam, hari, minggu) bergantung pada jenis penyakitnya.
3.2 Karakteristik
3.2.1 Menggambarkan karakteristik KLBKLB hendaknya digambarkan menurut variabel waktu, tempat, &orang(Epidemiolodi deskriptif)3.2.1.1 Tujuan:
Untuk mengetahui sumber, cara penularan, & lama kejadian berlangsung.
3.2.1.2 Variabel waktuUntuk mempermudah analisis buatlah kurva epidemik, untuk mengetahui :
Mulai terjadinya KLB. Berakhirnya KLB. Periode serangan (mulai s/d akhir) Periode paparan : waktu kasus dapat paparan Masa inkubasi : terpendek, terpanjang, rata-rata Sifat KLB: common source atau propagated atau
kombinasi keduanya.a. Cara menggambarkan karakteristik menurut waktu
Cari informasi waktu mulai sakit (jam, dan tanggal) penyakit dengan inkubasi pendek, info jam perlu
Pilih interval waktu untuk buat grafik berdasarkan inkubasi penyakit yang diduga (jam, hari, dan minggu), jangan salah buat interval. Untuk pedoman: interval = 1/4 atau 1/8 inkubasi
Ada baiknya membuat beberapa interval Untuk sumbu tegaknya dibuat interval sesuai dengan
jumlah kasusnya, bila sedikit intervalnya juga sedikit ( biasanya interval 2 atau 5 )
b. Lamanya KLB dipengaruhi : Jumlah orang yang rentan terhadap sumber infeksi Periode waktu orang rentan terpapar Periode inkubasi minimum dan maksimum
c. Sifat-sifat KLB : Letusan besar dengan bentuk mendekati kurva normal
biasa bersifat commonsource, disebabkan oleh penyakit dengan inkubasi < 1 hari
Pada penyakit sama : propagated berlangsung lebih lama dari common source
Propagated jarang berupa letusan, bila ada biasanya disebabkan penyakit dengan inkubasi pendek
Common source dapat juga berkepanjangan (hari, minggu, bulan) apabila paparan berlangsung terus menerus atau putus-putus. Apabila paparan putus-putus puncak kurva tak teratur.
d. Menentukan periode paparan : Menggunakan inkubasi rata-rata :
1. Cari tanggal puncak atau tanggal kasus median2. Hitung ke belakang : puncak – inkubasi rata2 = waktu
paparan pertama Menggunakan inkubasi maksimum-minimum :
1. Cari kasus pertama dan terakhir KLB2. Hitung kebelakang :
- inkubasi minimum dari kasus pertama - inkubasi maksimum dari kasus terakhir
3. Waktu paparan pertama ada diantara tanggal tersebut.Catatan : Pada keracunan makanan : inkubasi mudah Untuk kasus tak jelas waktu paparannya, cara
paling mungkin adalah dengan cara di atas, tapi untuk KLB/wabah yang lamanya < selisih inkubasi maksimum dan minimum.
Untuk yang berlangsung lama (common source terus menerus atau propagated), gunakan cara
pertama (inkubasi rata-rata) dengan perkiraan tanggal puncak pada puncak kejadian.
3.2.1.3 Variabel tempatKegunaan :a. Mengetahui pola penyebaran menurut tempat tinggalb. Ada tidaknya pengelompokkan kasus pada geografis tertentu,
lokasi pembuangan limbah, sekolah, asrama, tempat kerja, sumber air, dll. Untuk mengetahui hubungannya dengan sumber penularan.
c. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan attack rate menurut tempat tinggal dan tempat yang pernah dikunjungi
3.2.1.4 Variabel orang Kegunaan :a. Mengetahui siapa/kelompok paling berisiko menurut
kelompok umur, sex, ras, status kekebalan, status perkawinan, pekerjaan,adat/budaya, dll
b. Dengan demikian dapat memberi petunjuk kemungkinan sumber infeksi
Catatan :Penggolongan umur paling sering bermanfaat pengelompokkan umur biasanya tiap 5 tahun
3.3 Penggolongan KLBTiga klasifikasi yang paling umum bergantung pada cara penyebarannya:a. Common source epidemic terjadi jika sekelompok orang terpajan pada
infeksi/sumber kuman (agens patogen) yang biasa/umum misalnya: anak sekolah terpajan anak lain yang saling sakit campak.Dari common source ini di bagi menjadi 3 subkategori: Point source
Jika patogennya dari sumber tunggal misalnya makanan. Orang terpajan di satu tempat pada satu waktu, menjadi sakit selama massa inkubasi agens yang di dapat dari satu sumber.
Intermittent Penyebaran penyakit KLB ini tidak teratur dan sulit ditebak, dan
polannya juga tidak teratur, mengakibatkan epidemi yang berulang. Continuous Epidemic
Jika tingkat penyebaran epidemi cukup tinggi di masyarakat atau populasi, dan menyerang sejumlah besar orang di dalam populasi tanpa pengecualian, hal ini termasuk dalam epidemi yang berkelanjutan. Jika pajan bertambah dan meluas, dan orang yang menjadi sakit tetap seperti biasa, atau bahkan meningkat selama beberapa waktu.
b. Propagated epidemic terjadi jika common source tunggal sulit untuk diindentifikasi, KLB penyakit tetap menyebar dari orang ke orang
memperbanyak jumlah yang sakit dan biasannya membentuk pola pertumbuhan eksponensial / sangat mencolok.
c. Mixed epidemic terjadi jika common source epidemic berlanjut melalui kontak orang ke orang dan penyakit menyebar seperti KLB propagated.
3.4 Tujuan Penyelidikan KLB3.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui gambaran besarnya masalah suatu KLB di suatu wilayah ( puskesmas atau desa / kelurahan)
3.4.2 Tujuan Khususa. Mendapatkan kepastian diagnotis KLBb. Konfirmasi adanya KLBc. Mendiskripsikan KLB berdasarkan variabell epidemiologi ( orang, tempat
dan waktu) d. Mengidentifikasikan sumber dan cara penularan penyakit.e. Merumuskan saran dan cara penanggulangan dan pengendalian guna
mencegah kasus serupa.3.5 KLB menurut penyebab:
a. Toxin : vibrio cholera, clostrtridium, botulinum, dll..b. Infeksi : virus, bakteri, protozoa, cacing, dll.c. Toxin biologis : racun jamur, alfo toxin, plankton, racun ikan, racun tumbuh-
tumbuhan, dll.d. Toxin kimia : logam berat, nitrit, pestisida, gas-gas beracun
3.6 KLB menurut sumber:a. Sumber dari manusia : jalan nafas, tenggorokan, tangan, tinja, air seni, muntahan
mis : salmonella, virus hepatitis, polio, dll.b. Bersumber dari kegiatan manusia : (tempe bongkrek, pencemaran lingkungan)c. Bersumber dari binatang : pes,rabies, leptospirosis dll.d. Bersumber dari udara : staphylococcus, pencemaran udara dll..e. Bersumber dari permukaan benda-benda/alat-alat : salmonella.f. bersumber dari air : v.cholera,salmonellag. Sumber makanan-minuman : keracunan singkong, jamur makanan kaleng, ikan.
3.7 Penanggulangan KLBAdapun bilamana terjadi suatu kasus kejadian luar biasa maka :
3.7.1 Puskesmasa. Petugas puskesmas setelah menerima laporan atau informasi dari
masyarakat, rs, dll, segera melakukan pengecekan ke lapangan tentang kebenaran berita kasus.
b. Memberikan pertolongan berupa pengobatan kepada penderita, dan bila diperlukan mengirim penderita ke unit pelayanan kesehatan yang lebih tinggi untuk referal sistem (rumah sakit).
c. Mengambil contoh specimen yang diduga sebagai penyebab kasus.d. Mengirim contoh specimen ke dinas kesehatan kab/kota.e. Melaporkan adanya kejadian tersebut ke dinas kesehatan kab/kota
segera (menggunakan telepon, fax, form w1, sms, dan e-mail).f. Memberikan penyuluhan kepada masyarakat.
g. Bergabung dengan tim klb dinas kesehatan kab/kota melakukan kajian penyelidikan epidemiologi.
3.7.2 Dinas kesehatan kab/kotaa. Segera melakukan koordinasi dan pembahasan tentang kasus yang
terjadi.b. Segera meneruskan contoh spesimen yang diduga sebagai penyebab
kasus ke bbtklpm/blk/lab. Lain yang ditunjuk dengan menggunakan formulir pengiriman sampel.
c. Melakukan pengecekan ke lokasi, dan memonitor kejadian.d. Melakukan tindakan investigasi / penyidikan epidemiologi.
Investigasi diarahkan pada : Attack rate Relatif risk Penjelasan lokasi Penjelasan waktu
e. Segera melaporkan kejadian ke bupati/walikota dengan tembusan ke dinas kesehatan propinsi, dan ditjen ppm & pl, dengan menggunakan telepon, fax, form w1, sms, e-mail.
f. Kepala dinas kesehatan kab/kota memberikan keterangan/ penjelasan kepada publik/ masyarakat tentang kasus yang terjadi, berdasarkan hasil sementara dari kegiatan penyelidikan epidemiologi tim surveilans yang ada.
3.7.3 Dinas kesehatan propinsia. Petugas kesehatan propinsi yang bertanggung jawab terhadap
program dan surveilans setelah mendapat laporan/ informasi segera melakukan koordinasi dan evaluasi pelaporan dari dinkes kab/kota.
b. Memberi bimbingan teknis dalam menyusun rencana pencegahan, penyelidikan dan penanggulangan.
c. Bila dianggap perlu, membantu dinkes kab/kota dalam penyelidikan epidemiologi kasus di daerahnya dan koordinasi dengan laboratorium yang ada di propinsi.
3.7.4 Pusata. Petugas pusat dan subdit surveilans setelah mendapat
laporan/informasi segera melakukan koordinasi dan evaluasi pelaporan dari dinas kesehatan propinsi dan kab/kota.
b. Memberi arahan dan bimbingan teknis dalam menyusun rencana pencegahan, penyelidikan dan penanggulangan kasus.
c. Memantau perkembangan dan tindak lanjut dalam kasus di daerah dan koordinasi
3.7.5 Pasca kejadian luar biasa sangat perlu untuk dilakukan :a. Pelatihan
Pelatihan asisten epidemiologi lapangan (pael) yang diikuti oleh petugas dinas kesehatan propinsi, kab/kota.
Hazard analisys critical control point (haccp). Pelatihan/kursus hygiene sanitasi lingkungan.
b. Pembelian alat
Untuk menunjang penanggulangan kasus diperlukan peralatan pengambilan dan pemeriksaan sampel dan specimen bagi BBTKLPM, KKP dan dinas kesehatan.
c. Menyusun pedoman dan peraturan Untuk mendukung kegiatan yang dilaksanakan dalam
menunjang investigasi kasus, maka sangat diperlukan adanya pedoman dan peraturan
3.8 Langkah-Langkah Penanggulangan KLBA. Langkah 1 (Persiapan Investigasi di Lapangan)B. Langkah 2 (Menentukan dan memastikan adanya wabah).C. Langkah 3 (Memastikan Diagnosis)D. Langkah 5 ( Melakukan epidemiologi deskriftif)E. Langkah 6 (Kembangkan Hipotesa)F. Langkah 7 (Kembangkan Hipotesa).G. Langkah 8 (Studi tambahan)H. Langkah 9 (Memperbaiki hipotesa dan mengadakan penelitian tambahan).I. Langkah 10 (Data tambahan)J. Langkah 11 (Penelitian Tambahan).K. Langkah 12 ( melaksanakan pengendalian dan pencegahan)L. Langkah 13 (Menyampaikan hasil penyelidikan).M. Langkah 14 (Menidaklanjuti rekomendasi).N. Langkah 15 (Sebarluaskan).
4. SURVEILANCEa. Pengertian Surveilance
Kegiatan yang diakukan secara rutin dan teratur berupa pencatatan lengkap hasil pengamatan tentang ada tidaknya kasus baru penyakit tertentu atau adanya peningkatan jumlah kasus baru untuk memantau perubahan yang terjadi pada penyakit yang mempunyai risiko menimbulkan wabah
b. Kegunaan Surveilans Epidemiologia. Mengetahui dan melengkapi gambaran epidemiologi dari suatu penyakit.b. Untuk menentukan penyakit mana yang diperioritaskan untuk diobati atau
diberantas.c. Untuk meramalkan terjadinya wabah.d. Untuk menilai dan memantau pelaksanaan program pemberantasan penyakit
menular dan program-program kesehatan lainnya seperti program mengatasi kecelakaan, program kesehatan gigi, program gizi, dll.
e. Untuk mengetahui jangkauan dari pelayanan kesehatan.c. Manfaat Surveilans Epidemiologi:
a. Deteksi perubahan akut dari penyakit yang terjadi dan distribusinyab. Identifikasi dan perhitungan trend dan pola penyakitc. Identifikasi kelompok resiko tinggi menurut waktu, orang dan tempatd. Identifikasi faktor resiko dan penyebab lainnyae. Deteksi perubahan pelayanan kesehatan yang terjadif. Dapat memonitoring kecenderungan penyakit endemisg. Mempelajari riwayat alamiah penyakit dan epidemiologi
h. Memberikan informasi dan data dasar untuk proyeksi kebutuhan pelayanan kesehatan dimasa depan
i. Membantu menetapkan masalah kesehatan prioritas dan prioritas sasaran program pada tahap perencanaan
Inti kegiatan surveilans pada akhirnya adalah bagaimana data yang sudah dikumpul, dianalisis, dan dilaporkan ke stakeholder atau pemegang kebijakan untuk ditindaklanjuti dalam pembuatan program intervensi yang lebih baik untuk menyelesaikan masalah kesehatan di Indonesia.
d. Unsur- Unsur Yang Terkait Dengan SurveilansDalam pelaksanaannya program surveilans diperlukan berbagai unsur yang saling
terkait untuk menghasilkan data-data yang akurat, sederhana, teratur dan terencana. Unsur-unsur utama tersebut meliputi:
a. Collection atau yang disebut dengan pengumpulan data dan mencatat kejadian-kejadian secara jelas, tepat, terpercaya, validitas dan sesuai dengan tujuan surveilans yang direncanakan.
b. Tabulasi/ pengelolaan data, data yang telah masuk tadi kemudian disusun sedemikian rupa dan sesederhana mungkin sehingga data-data tersebut dapat dianalisis dengan mudah, data tersebut dapat berbentuk grafik, tabel ataupun peta yang dapat memberikan penjelasan yang berarti
c. Analisis, data yang sudah di olah kemudian dianalisis sehingga menimbulkan interpretasi agar dapat memberikan kejelasan kepada masyarakat dan dapat disebarluaskan agar informasi tersebut dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya
d. Plaining atau perencanaan, setelah data diinformasikan kepada pihak yang membutuhkan, hasil informasi itu kemudian dibuat suatu perencanaan program kesehatan untuk diemplementasikan ke masyarakate.Evaluasi, merupakan tahapan penilaian hasil surveilans untuk mengetahui sampai sejauh mana fungsi dan keefektifasannya di lapangan dan untuk menentukan kebijakan dan program yang baik selanjutnya.
e. Langkah-Langkah Surveleince Pengumpulan data
Pengumpulan data dapat dilakukan apabila jenis,sifat dan sumber data diketahui sehingga memudahkan untuk langkah-langkah berikutnya:
Mencari data pada setiap anggota yang akan diamati atau di ukur. Mencari data pada sebagian orang yang akan diamati atau di ukur
dengan teknik sampel. Pengolahan Data
Editing yaitu memeriksa dan menyesuaikan data terlebih dahulu dengan rencana yang diinginkan.
Koding yaitu memberikan kode pada data yang telah diperoleh. Selecting yaitu memilih atau menyortir dengan cara
mengelompokkan data menurut jenis yang dikehendaki. Entry data yaitu memasukan data melalui komputerisasi dengan
cara manual.
Cleaning yaitu membersihkan data apakah data sudah benar atau belum.
Mengeluarkan informasi yang diinginkan. Penyajian Data
Terdiri dari 3 langkah yaitu : Suatu bentuk tulisan atau narasi, tabel atau gambar grafik yang
merupakan hasil kompilasi dari pengolahan data. Tujuannya memberikan informasi dan memudahkan interpretasi
hasil analisis . Bentuk penyajian data dapat berupa tulisan atau narasi, tabel atau
daftar dan gambar atau grafik atau diagram.Secara garis besar ada 3 cara yang sering dipakai untuk penyajian data:
a. Tekstuler atau kata-kata.b. Tabel atau tubulerc. Diagram atau grafik.
Analisis atau interpretasiTujuan dari analisis dan interpretasi data yaitu :
Untuk mengetahui komponen –komponen yang mempunyai sifat menonjol dan mepunyai nilai yang ekstrim.
Membandingkan antara komponen dengan menggunakan nilai ratio.
Membandingkan antara komponen dengan keseluruhan menggunakan nilai proporsi (presentase),kemudian menyimpulkannya.
Memyebarkan InformasiHasil analisa dan interpretasi data haru disebarluaskan pada unit-unit yang berkepentingan agar dapat digunakan untuk perencanaan tindak lanjut
a. Indikatora. Kelengkapan laporanb. Jumlah dan kualitas kajian epidemiologi dan rekomendasic. Distribusi informasi epidemiologi lokal dan nasionald. Pemanfaatan informasi epidemiologi dalam manajemen program kkesehatane. Menurunnya KLB penyakitf. Kajian SKD (Early Warning System/ Sistem Kewaspadaan Dini) penyakit
meningkat.
b. Jenis Data:a. Data kesakitanb. Data kematianc. Data demografid. Data geografie. Data llaboratoriumf. Data kondisi llingkungang. Data status gizih. Data kondiisii pangan
i. Data vektor dan reservoirj. Data dan iinformasi penting lainnya
c. Sumber Data (WHO) :a. Data Mortalitas (kematian)b. Data Morbiditas (Kesakitan)c. Data epidemikd. Laporan penggunaan laboratorium (hasil test lab.)e. Laporan investigasi kasus secara individualf. Laporan investigasi epidemik (penyelidikan wabah)g. Survei khusus (register penyakit, survei serologis)h. Informasi binatang sebagai reservoir dan vektor.i. Data demografikj. Data lingkungan.
d. Strategi1. Peningkatan Mutu ddata ddan informasi epidemiologi 2. Desentralisasi penyelenggaraan ssurveilans3. Peningkatan pprofesionalisme ttenaga epidemiologi4. Peningkatan jaringan komunikasi, IT yang terintegrasi dan interatif antar
program dan antar program5. Pengembangan tim epidemiolog (fungsional) yang handal6. Pengembangan sistem surveilans yang sesuai dengan kebutuhan masing--
masing ttingkat administrasi kesehatan7. Penyebaran informasi yang up to data
e. Kompilasi1. Untuk menghindari duplikasi, menilai kelengkapan2. Dilakukan secara manual3. Membuat master table, kartu pengolah data) atau dengan computer
(menggunakan program Epi-Info).4. Sesuai tujuan dari sistem surveilans dan karakteristik (ciri khusus) dari
masalah kesehatan
f. Analisis Data SurveilansAnalisis dengan cara:a. Univariat menghitung proporsi atau menggunakan statistik deskriptif
(misalnya mean, modus, Standar Deviasi-SD)b. Bivariat membuat tabel (kemudian menghitung proporsi)c. Grafik(analisis kecenderungan)d. Peta (analisis menurut tempat dan waktu)e. Analisis sebaiknya oleh timf. Hasil: Informasi Epidemiologi
g. Diseminasi Informasi
Pengelola program penanggulangan tindakan pemberi data disebut feedback, Masalah yang ditemukan dan alternatif pemecahan, bila tidak ditemukan masalah, alternative untuk meningkatkan kinerja sistem yang sudah ada atau sedang berjalan. Dapat melalui buletin, news letter, kunjungan atau surat untuk corrective action.
h. Frekuensi Pengumpulan Data :Frekuensi disesuaikan kebutuhan rutin bulanan, perencanaan dan evaluasi
5. APLIKASI KASUS1. Defini Flu Babi
Flu babi adalah virus A/H1N1 yang kemudian menular ke manusia. Waktu inkubasi atau penetasan virus tersebut biasanya 3-4 hari (mungkin saja bisa 1-7 hari).
2. Penyebab Flu Babi dan Proses PenyebaranSumber penyebarannya dari virus Flu Babi A/H1N1. Penularannya sama hal
dengan penyakit influensa seperti penderita atau pasien yang batuk dan bersin yang mengandung virus tersebut “penularan lewat percikan/menyemprot”, dan kemudian virus tersebut menempel ke tangan lalu memegang mulut atau hidung “penularan lewat sentuhan”.
3. Manifestasi KlinisGejalanya sama halnya dengan penyakit influensa biasa yaitu panas dalam,
pusing kepala, batuk,sakit pda tenggorokan,pilek, sakit pada otot-otot lain dan sebagainya. Dan terjadi juga gejala muntah-muntah dan mencret atau kelainan pada alat pencernaan.
4. PenyembuhanPenyembuhannya sama halnya dengan penularan pada penyakit influensa,obat
anti influensa “Oseltamivir” nama obatnya “Tamiflu”,Zanamivir nama obatnya “Relenza” dan obat anti influensa lainnya yang memusatkan penyembuhan untuk penyakit kronis alat pernapasan dan semua gejala penyakit.
5. Pencegahan Flu Babia. Pencegahan Primer Melakukan penyuluhan mengenai bahaya penyakit flu babi,
pencegahannya, serta penanganan penderita kepada peternak babi melalui promosi kesehatan masyarakat selain itu orang yang sering kontak dengan ternak maupun tinggal disekitar daerah peternakan babi juga perlu mendapatkan penyuluhan.
Mengajak masyarakat untuk melakukan PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat), contohnya dengan mencuci tangan setelah memegang benda-benda di tempat umum.
Melakukan penyuluhan mengenai pemakaian masker yang benar. Menyediakan tempat mencuci tangan di tempat-tempat umum. Mengajak masyarakat umum untuk memakai masker apabila mengalami
gangguan pernafasan atau demam dan segera menghubungi dokter. Penyebaran diisinfektan pada setiap babi dan kadang babi agar resiko
penyebaran virus menjadi berkurang.
B. Pencegahan SekunderPencegahan sekunder pada pasien flu babi yaitu : Apabila sudah menderita
flu sebaiknya menggunakan masker jika melakukan perjalanan serta melakukan pemeriksaan di tempat-tempat umum seperti bandahara,pertokoan,dan tempat umum lainnya dan mengisolasi pasien flu babi.C. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier pada pasien flu babi yaitu rehabilitasi kepada penderita penyakit flu babi. Selain itu pemerintah wajib menghimbau masyarakat agat mau menerima kembali penderita flu babi yang sudah sembuh agar tidak mendapat pengucilan.
6. Fase – Fase Kewaspadaan Pandemi InfluenzaFase pandemic influenza terdiri dari 6 fase. Keenam fase ini
dikelompokkan dalam 3 kategori, yaitu periode interpandemi, periode waspadai pandemic dan periode pandemic seperti diuraikan di bawah ini :Periode interdepandemiFase 1: infeksi pada binatang dengan risiko penularan rendah terhadap manusiaFase 2: infeksi pada binatang dengan risiko penularan tinggi pada manusia
Periode Waspada PandemiFase 3: infeksi pada manusia, namun tidak ada penularan antara manusia, atau sangat jarang terbatas pada kontak erat.Fase 4: infeksi pada manusia dengan bukti penularan antar manusia yang terbatas ( kelompok kecil )Fase 5: infeksi pada manusia dengan penularan antar manusia dalam kelompok yang semakin meluasPeriode PandemiFase 6: pandemik ( penularan antar manusia sangat efektif )
7. Langkah – Langkah Penanggulanganh.1. Strategi dan Kegiatan
Strategi dan kegiatan penanggulagan Flu babi ini merupakan bagian dari kesiapsiagaan dalam menghadapi pandemic Flu Babi.
h.2. Surveilans.a.a. Tujuan
Identifikasi dini kasus penularan virus flu babi dari babi ke manusia maupun dari manusia ke manusia
Idetifikasi daerah KLB flu babi dan populasi beresiko Menetapkan besarnya dan luasnya masalah Mencegah transmisi di masyarakat melalui upaya
pencegahan Masukan bagi penyebaran informasi epidemiologi flu babi.
.a.b. Sasaran Kelompok masyarakat yang mempunyai resiko terjangkit
flu babi adalah: Pekerja peternakan / pemrosesan babi, ( termasuk dokter
hewan/ Ir. Peternakan ) Pekerja laboratorium yang memproses sampel pasien / babi
terjangkit
Petugas di pelayanan kesehatan Pengunjung peternakan / pemrosesan babi ( dalam 1 minggu
terakhir Pernah kontak dengan babi sakit / mati mendadak yang
belum diketahui penyebabnya dan atau babi serta produk mentahnya dalam 7 hari terakhir
Pernah kontak dengan penderita Flu Babi konfirmasi dalam 7 hari terakhir
.a.c. Langkah – langkah Surveilans Aktif
Surveilans aktif dilakukan apabila ada kasus kematian babi > 10% atau KLB AI di peternakan / masyarakat. Alur surveilans aktif dapat dilihat pada Bagan 1 di bawah. Pelaksanaan surveilans aktif dikoordinasikan dengan institusi pertanian / peternaakan
Surveilans Pasif
1. Dilakukan di puskesmas
2. Kasus – kasus yang perlu dilaporkan sebagai kecurigaan terhadap :
- Kasus dengan riwayat kontak dengan babi sakit / mati dan atau produk mentahnya dalam 7 hari terakhir atau tinggal di daerah yang terdapat kematian missal / KLB babi dalam 2 minggu terakhir
- Kasus pneumonia dengan riwayat kontak seperti di atas
- Kasus pneumonia berat yang mengelompok ( cluster )
- Kematian dengan Acute Respiratory Syndrom ( ARDS ) yang tidak didasari penyakit lain
3. Investigasi kasus & faktor risiko
Investigasi dilakukan untuk mengidentifikasi riwayat:
- Perjalanan penyakit penderita
- Kontak / paparan dengna babi/ ternak
- Kontak / paparan dengan penderita ILI / pneumonia
- Kontak / paparan melalui proses penyiapan makan
- Medis / kesehatan penderita
Surveilans kontak
Kontak adalah orang ( responden ) yang pernah kontak dengn penderita ( orang yang serumah dengan penderita, tetangga, saudara, dll ).
8. Promosi Kesehatan
a. Pengertian
Promosi kesehatan dalam penanggulangan flu babi adalah upaya membantu ( memberdayakan ) masyarakat agar mampu mengenali serta melaksanakan perilaku mencegah dan mengatasi flu babi.
b. Strategi Dasar Promosi Kesehatan
Strategi dasar promosi kesehatan dalam penanggulangan Flu Babi adalah Gerakan Pemberdayaan Masyarakat, Bina Suasana dan Advokasi
c. Pesan Pokok, Metode, dan Media
Dalam melaksanakan promosi kesehatan tentang flu babi sebaiknya memperhatikan aspek – aspek sasaran, pesan yang akan disampaikan, metode teknik penyampaian pesan, dan media yang digunakan
d. Koordinasi
Koordinasi Lintas Program
Koordinasi lintas program adalah koordinasi antar petugas program terkait di internal Puskesmas. Koordinasi lintas program langsung dipimpin dan dipantau terus oleh Kepala Puskesmas.
Program terkait di puskesmas adalah P2M, Tim Surveilans Puskesmas, Kesehatan Lingkungan, dan Gizi. Keterkaitan masing – masing petugas program dalam penanggulangan flu babi adalah sebagai berikut:
o Penyakit flu babi adalah penyakit menular yang mana melekat pada tugas pokok dan fungsi petugas program pemberantasan penyakit menular ( P2M ). Petugas berperan dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi kegiatan penanggulangan flu babi
o Tim surveilans puskesmas berperan dalam pengumpulan, pengolahan, analisis, dan pelaporan penyakit. Apabila ditemukan kasus memiliki criteria flu babi dan investigasi harus dilakukan, maka petugas surveilans turut serta mendampingi tim investigasi dari Kabupaten / Kota/ Provinsi.
o Petugas kesehatan lingkungan bertanggung jawab atas kesehatan lingkungan di wilayah kerjanya. Perannya diperlukan dalam penyuluhan mengenai kebersihan pribadi, lingkungan peternakan, lingkungan pasar, maupun tempat – tempat umum lainnya
o Petugas gizi puskesmas berperan dalam penyuluhan gizi kepada kelompok resiko maupun masyarakat umum.
Koordinasi Lintas Sektor
Sector atau organisasi kemasyarakatan yang terkait dalam penanggulangan flu babi di tingkat Puskesmas adalah:
.a. Puskesmas
.b. Dinas Pertanian / Peternakan ( KCD bila ada )
.c. Camat
.d. Kepala Desa / Lurah
.e. Lembaga Pemberdayaan Masyarakat ( LPM ) di desa
.f. Badan Perwakilan Daerah ( BPD )
.g. Ketua PKK ( Kecamatan, desa )
.h. Tokoh agama/ tokoh adat
.i. Asosiasi peternakan
Puskesmas bekerjasama Dinas Pertanian / Peternakan dalam hal penanggulangan flu babi di peternakan / pemrosesan baik berskala besar maupun kecil atau rumah tangga:
a. Dinas Pertanian / peternakan berperan ( dalam hal kesehatan babi dan kebersihan kandang ( misalnya desinfeksi, vaksinasi )
b. Puskesmas berperan dalam hal kebersihan perorangan, kebersihan lingkungan
c. Apabila pekerja atau keluarga dicurigai menderita flu babi maka investigasi dilakukan bersama – sama. Investigasi dilakukan bersama dengan Tim Investigasi Kabupaten / Kota / Provinsi.
Peran Dinas Kesehatan Kabupaten / Kota
.i.a.Advokasi dan koordinasi dengan sector terkait
.i.b. Betanggung jawab dalam pelaksanaan kewaspadaan dini, penyelidikan, dan penanggulangan KLB flu babi
.i.c.Fasilitas dan asistensi teknis
.i.d. Fasilitas sarana dan prasarana
.i.e.Monitoring dan evaluasi
.i.f. Umpan balik
e. Peran Perawat dalam Keperawatan Komunitas
Peran pada individu atau keluarga
a. Peran sebagai pelaksana kesehatan
Yaitu seluruh kegiatan upaya pelayanan kesehatan masyarakat dan puskesmas dalam mencapai tujuan kesehatan melalui kerjasama dengan team kesehatan lainnya sehingga tercipta keterpaduan dalam sistem pelayanan kesehatan. (Nasrul Effendi, 1998:23).
Ada 2 macam peran sebagai pelaksana yaitu:
Clinical nurse specialist (CNS)
Yaitu memberikan pelayanan pada tingkat individu, keluarga dan kelompok, dan bentuk tanggung jawab pada peran ini adalah melalui upaya promotif dan preventif dalam kaitannya untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat.
Memberikan kesehatan pada klien, biasanya di unit rawat jalan atau tempat praktik komunitas pada klien dengan masalah kompleks, dan memberikan perhatian yang lebih pada gejala kondisi non patologis, kenyamanan dan perawatan komprehensif (Roy dan Obloy, 1979).
Tujuannya adalah menurunkan jumlah morbiditas, menurunkan infant mortality rate atau angka kematian bayi dan mencegah terjadinya gangguan dan kecacatan pada anggota masyarakat.
Bentuk pelaksanaan difokuskan pada identifikasi masyarakat yang beresiko.
Family nurse practitioner (FNP)
Yaitu memberikan perawatan ambulasi untuk keluarga, biasanya berkolaborasi dengan dokter keluarga. Perawat memenuhi kebutuhan perawatan kesehatan umum, mengatasi masalah kesehatan dengan memberikan perawatan langsung dan memberikan bimbingan atau konseling kepada keluarga jika dibutuhkan.
Tujuannya adalah peningkatan kesehatan (promotif), mencegah terjadinya penyakit (preventif), melaksanakan pengelolaan pada penyakit yang bersifat kronis dan menghindari adanya pembatasan kecacatan.
Bentuk tanggung jawabnya mengelola masalah kesehatan dan penyakit yang umum terjadi pada segala umur baik pria maupun wanita.
Pelaksanaannya berupa pengkajian fisik, psikologis dan lingkungan, mengkaji status kesehatan dan resiko terhadap penyakit baik individu atau keluarga, mendiagnosa masalah aktual dan potensial, serta mengambil keputusan untuk memecahkan tindakan bersama klien dan keluarga.
b. Peran sebagai pendidik
Dalam memberikan pendidikan dan pemahaman kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat baik di rumah, puskesmas dan di masyarakat dilakukan secara terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi perubahan – perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Dilaksanakan oleh perawat komunitas dan anggota profesi lainnya dalam bentuk formal ataupun non formal. Yang bertujuan untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatan masyarakat. Pengajaran berbentuk:
1. Penanaman perilaku sehat
2. Peningkatan nutrisi
3. Olah raga
4. Pengwelolaan stress
5. Pendidikan tentang proses penyakit dan pentingnya pengobatan yang berkelanjutan
6. Pendidikan tentang penggunaan obat
7. Pendidikan tentang perawatan mandiri
c. Peran sebagai administrasi
Perawat kesehatan masyarakt diharapkan dapat mengelola berbagai kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai dengan beban tugas dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Tanggung jawabnya yaitu melakukan pengelolaan terhadap suatu permasalahan, mengambil keputusan dalam pemecahan masalah, pengelolaan tenaga, membuat kualitas mekanisme kontrol, kerjasama lintas sektoral dan lintas program, bersosialisasi dengan masyarakat dan marketing.
d. Peran sebagai konseling
Perawat kesehatan masyarakat dapat dijadikan sebagai tempat bertanya oleh individu, keluarga, kelompok dan masyarakat untuk memecahkan berbagai permasalahan dalam bidang kesehatan dan keperawatan yang dihadapi yang pada akhirnya dapat membantu memberikan jalan keluar dalam mengatasi suatu masalah kesehatan dan keperawatan yang mereka hadapi. Peran ini dapat dilaksanakan dengan cara berkonsultasi pada anggota masyarakat, memberikan konsultasi pada anggota profesi, berkonsultasi dengan petugas kesehatan, berkonsultasi dengan organisasi sosial dan rapat pendidikan. Sebagai konseling, perawat menjelaskan kepada klien konsep dan data–data tentang kesehatan, mendemonstrasikan prosedur seperti aktivitas perawatan diri, menilai apakah klien memahami hal–hal yang dijelaskan dan mengevaluasi kemajuan dalam pembelajaran. Perawat menggunakan metode pengajaran yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan klien serta melibatkan sumber–sumber yang lain, misalnya keluarga dalam pengajaran yang direncanakannya.
e. Peran sebagai peneliti
Yaitu melakukan identifikasi terhadap fenomena yang terjadi di mastarakat yang dapat berpengaruh pada penurunan kesehatan bahkan mengancam kesehatan, selanjutnya penelitian dilaksanakan dalam kaitannya untuk menemukan faktor yang menjadi pencetus atau penyebab terjadinya permasalahan tersebut melalui kegiatan penelitian dan hasil dari penelitian diaplikasikan dalam praktek keperawatan. (Pery dan Potter,2005).
PROSES KEPERAWATAN
Langkah-langkah dalam proses keperawatan adalah :
1. Pengkajian
Dalam pengkajian terdapat beberapa tahap yaitu :
Pengumpulan data
A. Data Demografi
1. Berdasarkan jenis kelamin
No Jenis Kelamin Frekuensi
1. Laki-laki 43
2. Perempuan 21
3. Total 64
Berdasarkan tabel di atas,masyarakat di indonesia di data sampai tanggal 12 juli yaitu 64 orang postif H1N1
2. Berdasarkan Warga Negara
No Warga Negara Frekuensi
1. WNI 2 Orang
2. WNA 5 Orang
3. Melakukan perjalanan ke luar Negeri 5 orang
3. Total 12 orang
Berdasarkan tabel di atas, yang suspek flu babi ada 12 orang
B. Riwayat atau sejarah perkembangan komunitas
Who menyampaikan deklarasi pandemi global yang menaikan kewaspadaan dari level lima ke level enam karena melonjaknnya kasus flu babi di Amerika Serikat,Eropa,Australia,dan amerika Serikat. Dan perubahan cuaca dan suhu bumi yang berdampak pada penyebaran virus.
2. ANALISA DATA
No Data Subjektif Data Objektif Masalah Keperawatan
1. Pemerintah menyatakan merebaknya kasus H1N1 yang dikenal sebagai flu babi sebagai kejadian luar biasa.
Di indonesia sendiri hingga saat ini 12 juli sudah 64 orang yang positif H1N1.,
Peningkatan timbulnya penyakit menular(Flu babi) berhubungan dengan penyebaran virus flu babi
rinciannya 43 laki-laki dan 21 perempuan, tetapi jumlah itu tidak semua WNI. 12 Suspek yang terakhir,2orang WNI dan 5 dari luar dan punya riwayat ke luar negeri.
yang sangat cepat ditandai dengan
DO :
Di indonesia sendiri hingga saat ini 12 juli sudah 64 orang yang positif H1N1., rinciannya 43 laki-laki dan 21 perempuan, tetapi jumlah itu tidak semua WNI. 12 Suspek yang terakhir,2orang WNI dan 5 dari luar dan punya riwayat ke luar negeri.
DS :
Pemerintah menyatakan merebaknya kasus H1N1 yang dikenal sebagai flu babi sebagai kejadian luar biasa.
DAFTAR PUSTAKA
Budiarto,Eko. 2002. Pengantar Epidemiologi. Jakarta :EGC
Effendy, Nasrul. 1998. Dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat. Jakarta :EGC
Elizabeth T.Anderson dan Judith MC Farlene. 2006. Buku Ajar Keperawatan Komunitas Teori dan Praktik. Jakarta :EGC
Thimmreck,Thomas C.2004. Epidemiologi:Suatu Pengantar. Eds 2.Jakarta :EGC
Wahit Iqbal Mubarok. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Pengantar dan Teori 1. Jakarta Salemba Medika
http://www.depkes.go.id/index.php?option=news&task=viewarticle&sid=3097