5
RESUME PAPER EKSPLORASI GEOKIMIA PANAS BUMI Oleh : Nama : Siti Anita Mustika NPM 270110120003 Sumber paper : GEOLOGI PANAS BUMI DAERAH LOMPIO, KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAH Oleh: Herry Sundhoro Kemunculan manifestasi panas bumi di Lompio, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah yang muncul pada batuan metamorfik berumur kapur dan gamping terumbu serta alluvium berumur kuarter dinamakan Lompio dan Ombo. Mata air panas Lompio muncul pada struktur patahan berarah Utara baratlaut - selatan tenggara (N150 0 -160º E), sedangkan mata air panas Ombo muncul di pinggir pantai pada struktur berarah timurlaut - baratdaya (N 40 o -60º E). Kehadiran kedua mata air panas tersebut mengindikasikan bahwa di kedalaman daerah Lompio terdapat potensi sumberdaya/ cadangan panas bumi. Penyelidikan dilakukan dengan metoda survey geology, geokimia, dan geofisika. Data-data geologi meliputi keadaan singkapan, kondisi batuan, sebarannya, struktur sesar/kekar, bentang alam, lokasi dan jenis pemunculan manifestasi panas bumi dan suhu air panas. Menurut Bemmelen (1949) bahwa di daerah Sulawesi bagian tengah dijumpai 3 buah struktur utama berarah utara-selatan. Daerah ini dapat dipisahkan kedalam 3 zona. Zona timur (Kolonodale zone), Zona Poso, Zona Barat. Sedangkan menurut T.O. Simanjuntak dkk (1973), fisiografi daerah Palu terdiri dari pematang timur dan pematang barat. Keduanya berarah utara - selatan dan dipisahkan oleh Lembah Palu (Fossa Sarasina).

Resume Paper

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tugas resume paper panas bumi

Citation preview

RESUME PAPEREKSPLORASI GEOKIMIA PANAS BUMIOleh : Nama : Siti Anita MustikaNPM 270110120003

Sumber paper :GEOLOGI PANAS BUMI DAERAH LOMPIO,KABUPATEN DONGGALA, SULAWESI TENGAHOleh: Herry SundhoroKemunculan manifestasi panas bumi di Lompio, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah yang muncul pada batuan metamorfik berumur kapur dan gamping terumbu serta alluvium berumur kuarter dinamakan Lompio dan Ombo. Mata air panas Lompio muncul pada struktur patahan berarah Utara baratlaut - selatan tenggara (N1500-160 E), sedangkan mata air panas Ombo muncul di pinggir pantai pada struktur berarah timurlaut - baratdaya (N 40o-60 E). Kehadiran kedua mata air panas tersebut mengindikasikan bahwa di kedalaman daerah Lompio terdapat potensi sumberdaya/ cadangan panas bumi.Penyelidikan dilakukan dengan metoda survey geology, geokimia, dan geofisika. Data-data geologi meliputi keadaan singkapan, kondisi batuan, sebarannya, struktur sesar/kekar, bentang alam, lokasi dan jenis pemunculan manifestasi panas bumi dan suhu air panas. Menurut Bemmelen (1949) bahwa di daerah Sulawesi bagian tengah dijumpai 3 buah struktur utama berarah utara-selatan. Daerah ini dapat dipisahkan kedalam 3 zona. Zona timur (Kolonodale zone), Zona Poso, Zona Barat. Sedangkan menurut T.O. Simanjuntak dkk (1973), fisiografi daerah Palu terdiri dari pematang timur dan pematang barat. Keduanya berarah utara - selatan dan dipisahkan oleh Lembah Palu (Fossa Sarasina). Pematang barat di dekat Palu hingga lebih dari 2000 m tingginya, tetapi di Donggala menurun hingga mukalaut. Pematang timur dengan tinggi puncak dari 400 - 1900 m dan menghubungkan pegunungan di Sulawesi Tengah dengan lengan utara. Struktur daerah ini didominasi oleh lajur sesar Palu yang berarah utara baratlaut.Batuan tertua di daerah yang dipetakan adalah metamorf (Kompleks Batuan Metamorf) Kompleks itu terdiri dan sekis amfibiolit, sekis, genes dan pualam. Tubuh-tubuh intrusi tak terpetakan, umumnya selebar kurang dan 50 m, menerobos kompleks batuan metamorf dengan batuan diorit hingga granodiorit. Umur metamorfisme tak diketahui tetapi boleh jadi pra - Tersier. Bouwer (1947, h.9) berpendapat, bahwa sekis yang tersingkap di seantero Sulawesi sebagian berumur Paleozoikum. Rangkaian Formasi Tinombo Ahlburg (1913) menindih Kompleks Batuan Metamorf secara tidak selaras. Di dalamnya terkandung rombakan yang berasal dari batuan metamorf. Endapan itu terutama terdiri dari serpih, batupasir, konglomerat, batugamping radiolaria dan batuan gunungapi yang diendapkan di lingkungan laut. Intrusi yang tersingkap di antara Palu dan Donggala memberikan penanggalan 31 juta tahun pada analisis K/An dari felspar.Aluvium dan Endapan pantai terdiri dari kerikil, pasir, lumpur dan batugamping koral terbentuk dalam lingkungan sungai, delta dan laut dangkal merupakan sedimen termuda di daerah ini. Endapan itu boleh jadi seluruhnya berumur Holosen. Di daerah dekat Labean dan Ombo terumbu koral membentuk bukit-bukit rendah.Berdasarkan bentuk bentang alam, pola aliran sungai, tingkat/stadium erosi, jenis batuan dan kemiringan lereng di daerah penyelidikan dapat dikelompokkan menjadi 4 satuan morfologi. yaitu: satuan pedataran (SP), satuan perbukitan bergelombang lemah (SL), satuan perbukitan bergelombang sedang (SS) dan satuan perbukitan terjal (ST).Pola aliran sungai menunjukkan semi sejajar (sub-pararel) dan setengah membulat (semi- radial) di hulunya dan menjadi setengah menangga (sub-trellis) hingga menangga (trellis) di sungai induk S. Bintanaga, Binanga Wale, Kuala Silia, Kuala Wakoe, Kuala Sisumul, Kuala Werei dan Sungai Binanga Tompe serta Kuala Maleloro. Pola aliran sungai di sini sangat dipengaruhi oleh pola struktur patahan yang mengimbas pada bentuk pola aliran sungainya.Stratigrafi daerah di susun berdasar hubungan relatif antara masing-masing unit batuan yang penamaannya di dasarkan pada pusat erupsi dan genesa pembentukan batuan tersebut. Dari hasil pemetaan lapangan, urutan batuan di daerah Lampio, Kecamatan Sirenja, Kabupaten Donggala, Provinsi Sulawesi Tengah terdiri dari 6 satuan batuan dengan urutan tua ke muda sebagai berikut: Satuan Malihan (Km), Satuan granit Tinjuawo (Tmgt), Satuan granit Sitiau (Tmgs), Satuan diorit (Opd), Satuan Gamping terumbu/koral (Qgt) dan Satuan aluvium (Qa). dicerminkan bentuk kelurusan tofografi (pantai, sungai dan bukit), paset segi tiga, dinding patahan (gawir sesar), kekar, off-set batuan, zona hancuran batuan/breksiasi (fractures), cermin sesar (slicen-side), seretan (drag-fault), kontak intrusi (backing-effect), retas-retas/ intrusi kecil, bentuk batolit, bentuk kubah (dome) dan pemunculan mata air panas.Berdasarkan data lapangan di atas dan citra landsat (www.landsat.org, 2001) terdapat 3 arah sesar utama dari tua ke muda adalah: Sesar berarah utara timurlaut-selatan baratdaya (N 30-40 E). Sesar normal tertua ini di namakan sesar Sibera dengan kemiringan > 70 barat. Sesar berarah utara baratlaut-selatan tenggara (N 345-350 E). Sesar normal generasi kedua dinamakan sesar Mapane, berkemiringan > 80 ke timur. Awalnya sesar ini hanya 1 buah, namun menjadi 3 sesar yang terpisah-pisah akibat tergeserkan (off-set) oleh sesar mendatar yang lebih muda. Ke 3 sesar itu dinamakan sesar Mapane, sesar Sitiau dan sesar Maleloro. Sesar termuda sedikitnya ada 7 sesar geser jurus (strict-sleep fault) berarah baratlaut-tenggara (N 320-330 E) berkemiringan > 80.Tata guna lahan di daerah Lompio, Kabupaten Donggala, Provinsi Sultengah terdiri dari 3 wilayah tata guna, yaitu: Hutan Produksi Konversi (HPK), Hutan Produksi Terbatas (HPT) dan Lahan Untuk Pemanfaatan lain/ lahan Bebas.Secara garis besar wilayah air tanah di daerah penyelidikan di bagi menjadi 3 Daerah tangkapan air tanah (re-charge) yang berada pada satuan morfologi perbukitan terjal, perbukitan bergelombang sedang dan perbukitan bergelombang lemah memanjang arah utara-selatan dan terletak di timur dan tengah daerah dengan ketinggian mencapai hingga 1000 m dpl. Daerah munculan air tanah (dis-charge) di Lampio berada di satuan morfologi pedataran yang mencakup 25 % luas daerah selidikan. Daerah ini menjadi daerah kantong air (catchment area) sedangkan daerah akumulasi air tanah terletak di bawahnya. Daerah aliran air permukaan (run-off water)Model panas bumi tentatif daerah Lompio terdiri dari : Sumber panas (heat source) diduga berupa poket-poket magma di bawah dike/ intrusi G. Sitiau (Tmgs). dan retas-retas batuan andesit-diorit (Tmd). Zone reservoar diperkirakan berada pada batuan Tersier (Miosen Tengah-Atas) dan Kapur yang telah terkena tektonik. Daerah ini merupakan daerah berpermeabilitas tinggi dengan tingkat kesarangan yang bagus, kedalamannya di duga antara 600-2000 m. Batuan penudung diduga berupa lempung penudung yang hanya ada di sekitar daerah patahan/ fraktur. Batuan konduktif berup batuan metamorfik berumur Kapur (Km) dan batuan granit Tinjuawo (Tmgt) serta granit Sitiau (Tmgs).Aliran panas dirambatkan secara konduksi dan konveksi melalui batuan maupun fluida panas. Fluida panas bumi di zona reservoar diduga bersistim 2 fase, yaitu fase air dan fase uap panas ber pH relatif netral. Jumlah fluida fase air panas relatif dominan dibandingkan fluida berfase uap.