Upload
mika-ginting
View
66
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
';l;
Citation preview
qwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmrtyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqwertyuiopasdfghjklzxcvbnmqw
MIOMA
Kasus 2 Sistem Reproduksi 3
6/14/2013
Mika Pratiwi Ginting220110100118
Kasus 2
Ny. Lilik 41 tahun, agama islam, pendidikan SMA. Suaminya 42 tahun, agama islam, pekerjaan wiraswasta. Mengeluh
gangguan haid sejak 5 tahun lalu. Dalam sebulan haid sebanyak 1 kali. Setiap haid lamanya 7-20 hari. Setiap hari ganti
pembalut ± 4-5 kali. Darah haid berwarna merah kehitaman. Sakit perut saat haid disangkal. Riwayat keputihan tidak ada.
Pasien juga mengeluh rasapenuh dsn berat sejak 2 tahun yang lalu pada perut bagian bawah. Gangguan BAK berupa BAK
sering, sedikit-sedikit, nyeri saat/sebelum/sesudah BAK tidak ada. Sulit BAB dan nyeri saat BAB tidak ada. Traba benjolan di
perut disangkal. Sbelum MRS pasien pernah memeriksakan kesehatannya di dokter. Dari hasil pemeriksaan USG didapatkan
utrus membesar dengan ukuran 10 x 7 cm. kemudian pasien direncanakan untuk operasi elektif histerektomi. Riwayat
penggunaan KB, menggunakan KB hormonal lebih dari 5 tahun. Hasil pemeriksaan fisik KU baik CM, tensi 100/700 mmHg,
Nadi 92 x/mnt, Nafas 22 x/mnt, suhu 36.5 ˚C, mata anemis tidak ikterik, thorak, dan ekstremitas dbn. Abdmen fundus uteri
3 jari diatas simpisis pubis, teraba massa berukuran 11 x 8 cm, konsistensi kenyal dan bersifat mabile, nyeri tekan (-).
Inspekulo Fluksus (+), PØ (+), livide (-). VT fluksus (+),PØ 1 cm, nyeri (-). Hb 10.4 g/ul
A. KONSEP
1 Definisi
Mioma adalah: tumor jinak pada uterus yang karena tumor
tersebut timbul manifestasi-manifestasi klinis (Manuaba I. B.,
2003)
Mioma adalah jaringan neoplasma yang tumbuh pada otot
polos di uterus
Mioma uteri adalah tumor yang paling umum pada traktus
genitalis (Derek Llewellyn- Jones, 1994).
2 Etiologi-Faktor Risiko
1 Dalam Jeffcoates Principles of Gynecology, ada
beberapa faktor yang diduga kuat sebagai faktor
predisposisi terjadinya mioma uteri, yaitu :
Umur: Mioma uteri jarang terjadi pada usia kurang
dari 20 tahun, ditemukan sekitar 10% pada wanita
berusia lebih dari 40 tahun. Tumor ini paling sering
memberikan gejala klinis antara 35 – 45 tahun.
2 Paritas: Lebih sering terjadi pada nullipara atau
pada wanirta yang relatif infertil, tetapi sampai
saat ini belum diketahui apakan infertilitas
menyebabkan mioma uteri atau sebaliknya mioma
uteri yang menyebabkan infertilitas, atau apakah
kedua keadaan ini saling mempengaruhi.
3 Faktor ras dan genetik : Pada wanita ras tertentu,
khususnya wanita berkulit hitam, angka kejadian
mioma uteri tinggi. Terlepas dari faktor ras,
kejadian tumor ini tinggi pada wanita dengan
riwayat keluarga ada yang menderita mioma.
4 Fungsi ovarium : Diperkirakan ada korelasi antara
hormon estrogen dengan pertumbuhan mioma,
dimana mioma uteri muncul setelah menarke,
berkembang setelah kehamilan dan mengalami
regresi setelah menopause. Pemberian agonis
GnRH dalam waktu lama sehingga terjadi
hipoestrogenik dapat mengurangi ukuran mioma.
Efek estrogen pada pertumbuhan mioma mungkin
berhubungan dengan respon mediasi oleh
estrogen terhadap reseptor dan faktor
pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan
produksi reseptor progesteron, faktor
pertumbuhan epidermal dan insulin-like growth
factor yang distimulasi oleh estrogen. Anderson
dkk, telah mendemonstrasikan munculnya gen
yang distimulasi oleh estrogen lebih banyak pada
mioma daripada miometrium normal dan mungkin
penting pada perkembangan mioma. Namun bukti-
bukti masih kurang meyakinkan karena tumor ini
tidak mengalami regresi yang bermakna setelah
menopause sebagaimana yang disangka. Lebih
daripada itu tumor ini kadang-kadang berkembang
setelah menopause bahkan setelah ooforektomi
bilateral pada usia dini
Faktor risiko yang berpangurh ada 2 teori yaitu:
1 Teori stimulasi
Dalam teori ini, estrogen cenderung sebagai etiologi utama,
dengan pertimbangan: wanita sebelum menarche tidak
pernah mengalami mioma, mioma tumbuh cepat selama
masa hamil, mioma mangalami atrofi setelah menopause,
endometritis ditemukan bersamaan dengan mioma
2 Teori cellnest dan genitoblast
Terjadinya mioma uteri itu tergantung pada sel-sel otot
imatur yang terdapatvpada cell nest yang selanjutnya dapat
dirangsang terus menerus oleh estrogen. (Prawirohardjo,
1996:282)
3 Manifestasi Klinis
Perdarahan tak normal
Hipermenorea
Perluasan endometrium
Perdarahan otot rahim
Gangguan kontraksi otot rahim
Gejala-gejala perdarahan tidak normal ini akan
menimbulkan manifestasi anemis seperti pusing, letih,
dan mudah terinfeksi
Penekanan rahim yang membesar
Terasa berat di abdomen bagian bawah
Sering miksi dan defekasi
Terasa nyeri akibat dari penekanan saraf
Gangguan tumbuh kembang kehamilan
Keguguran
Persalinan prematuritas
Nyeri akibat penekanan saraf
Obstruksi indung telur yang menggaggalkan
fertilisasi
Pada pembukaan kala 3 persalinan terjadi
gangguan pelepasan plasenta dan gangguan
perdarahan (Manuaba, 1998)
• Kongesti vena, disebabkan oleh kompresi tumor
yang menyebabkan edema ekstremitas bawah,
hemorrhoid, nyeri dan dyspareunia
▪ Cepat bertambah besar, mungkin karena
pengaruh hormon estrogen yang meningkat dalam
kehamilan.
▪ Degenerasi merah dan degenerasi karnosa :
tumor menjadi lebih lunak, berubah bentuk, dan
berwarna merah. Bisa terjadi gangguan sirkulasi
sehingga terjadi perdarahan.
▪ Mioma subserosum yang bertangkai oleh
desakan uterus yang membesar atau setelah bayi
lahir, terjadi torsi (terpelintir) pada tangkainya,
torsi menyebabkan gangguan sirkulasi dan nekrosis
pada tumor. Wanita hamil merasakan nyeri yang
hebat pada perut (abdoment akut).
4 Klasifikasi
a. Lokasi
Cerivical (2,6%), umumnya tumbuh ke arah vagina
menyebabkan infeksi. Isthmica (7,2%), lebih sering
menyebabkan nyeri dan gangguan traktus urinarius.
Corporal (91%), merupakan lokasi paling lazim, dan
seringkali tanpa gejala
b. Berdsarkan Atropi : setelah menopause dan rangsangan
estrogen menghilang.
Degenerasi hialin (merupakan perubahan degeneratif yang
paling umum ditemukan):
Jaringan ikat bertambah
Berwarna putih dan keras
Disebut “mioma durum”
Degenerasi kistik:
• Bagian tengah dengan degenerasi hialin mencair
Menjadi poket kistik
Degenerasi membatu (calcareous degeneration) :
Terdapat timbunan kalsium pada mioma uteri.
Padat dan keras
Berwarna putih
Red degeneration (carneous degeneration) :
Terjadi paling sering pada masa kehamilan.
Estrogen merangsang tumbuh kembang mioma.
Aliran darah tidak seimbang (edema sekitar
tungkai dan tekanan hamil).
Terjadi kekurangan darah menimbulkan nekrosis,
pembentukan trombus, bendungan darah dalam
mioma, warna merah
(hemosiderosis/hemofusin).
Proses ini biasanya disertai nyeri, tetapi dapat
hilang sendiri. Komplikasi lain yang jarang
ditemukan meliputi: kelahiran preterm, ruptur
tumor dengan perdarahan peritoneal, shock dan
bahkan mencetuskan DIC.
Degenerasi Mukoid :Daerah hyaline digantikan
oleh bahan gelatinosa yang lembut. Biasanya
terjadi pada tumor yang besar, dengan aliran
arterial yang terganggu.
Degenerasi Lemak:Lemak ditemukan di dalam
serat otot polos.
Degenerasi sarkomatous (transformasi
maligna)Terjadi pada kurang dari 1% mioma.
Kontroversi yang ada saat ini adalah apakah hal
ini mewakili sebuah perubahan degeneratif
ataukah sebuah neoplasma spontan.
Leiomyosarkoma merupakan sebuah tumor
ganas yang jarang terdiri dari sel-sel yang
mempunyai diferensiasi otot polos.
c. Berdasarkan Lokasi Tumor
Subserosa
Di bawah lapisan perineum
Melayang di dalam kavum abdomen
Intramural: Di dalam otot rahim, dengan
konsistensi berat, padat, lunak
Di bawah lapisan dalam rahim
Memperluas permukaan rahim
Melalui kanalis servikalis
Submukosa: berada di serviks uteri
Servikal mioma (Manuaba, 1998)
5 Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan darah lengkap dan urin lengkap: dalam
pemeriksaan laboratorium cenderung dijumpai anemia,
peningkatan eritropoetin, pada ginjal akibat insufisiensi
urin,karena penekanan mioma pada kandumg kemih
Tes kehamilan
D/K (Dilatasi dan Kuretasi) untuk mlihat jaringan yang
hyperplasia
USG (Achdiat, 2004)
Histeroskopi: untuk melihat jaringan mioma pada mioma
submukosa
MRI
6 Diagnosa Banding
Diagnosis mioma uteri ditegakkan berdasarkan:
1 Anamnesis
Timbul benjolan di perut bagian bawah dalam
waktu yang relatif lama.
Kadang-kadang disertai gangguan haid, buang air
kecil atau buang air besar.
Nyeri perut bila terinfeksi, terpuntir, pecah
2 Pemeriksaan fisik
Palpasi abdomen didapatkan tumor di abdomen
bagian bawah.
Pemeriksaan ginekologik dengan pemeriksaan
bimanual didapatkan tumor tersebut menyatu
dengan rahim atau mengisi kavum Douglasi.
Konsistensi padat, kenyal, mobil, permukaan
tumor umumnya rata.
Gejala klinis
Adanya rasa penuh pada perut bagian
bawah dan tanda massa yang padat
kenyal.
Adanya perdarahan abnormal.
Nyeri, terutama saat menstruasi.
Infertilitas dan abortus.
Pemeriksaan luar: Teraba massa tumor pada
abdomen bagian bawah serta pergerakan tumor
dapat terbatas atau bebas.
Pemeriksaan dalam: Teraba tumor yang berasal
dari rahim dan pergerakan tumor dapat terbatas
atau bebas dan ini biasanya ditemukan secara
kebetulan.
Pemeriksaan penunjang
USG, untuk menentukan jenis tumor,
lokasi mioma, ketebalan endometriium
dan keadaan adnexa dalam rongga pelvis.
Mioma juga dapat dideteksi dengan CT
scan ataupun MRI, tetapi kedua
pemeriksaan itu lebih mahal dan tidak
memvisualisasi uterus sebaik USG.
Untungnya, leiomiosarkoma sangat
jarang karena USG tidak dapat
membedakannya dengan mioma dan
konfirmasinya membutuhkan diagnosa
jaringan.
Dalam sebagian besar kasus, mioma
mudah dikenali karena pola gemanya
pada beberapa bidang tidak hanya
menyerupai tetapi juga bergabung
dengan uterus; lebih lanjut uterus
membesar dan berbentuk tak teratur.
Foto BNO/IVP pemeriksaan ini penting
untuk menilai massa di rongga pelvis
serta menilai fungsi ginjal dan perjalanan
ureter.
Histerografi dan histeroskopi untuk
menilai pasien mioma submukosa
disertai dengan infertilitas.
Laparaskopi untuk mengevaluasi massa
pada pelvis.
Laboratorium : darah lengkap, urine
lengkap, gula darah, tes fungsi hati,
ureum, kreatinin darah.
Tes kehamilan.
Diagnosis banding
Tumor solid ovarium.
Uterus gravid.
Kelainan bawaan rahim.
Endometriosis, adenomiosis.
Perdarahan uterus
disfungsional
7 Komplikasi
Perdarahan
Anemia
Infeksi dan degresi
Perlekatan bila dilakukan miomektomi
Rupture rahim (Achdiat, 2004)
Degenerasi rahim: diagnose diputuskan jika terjadi
pembesaran dan masih ada pertumbuhan mioma setelah
masa menopause.
Torsi: torsi akan mengakibatkan gangguan sirkulasi dan
nekrosis
A. Dampak mioma terhadap kehamilan
Mengurangi kemungkinan kehamilan karena endometrium
kurang baik
Kemungkinan abortus lebih besar karena distorsi dari
rongga uterus, khususnya pada myoma sub mukosum.\
Dalam kehamilan myoma kadang-kadang sangat membesar
sehingga menekan pada organ-organ sekitarnya.
Kelainan letak janin dalam rahim, terutama pada myoma
yang sub mukosum dan intramural.
Persalinan dapat terhalang apabila myoma yang terletak
pada bagian bawah korpus uteri atau pada serviks
merintangi turunnya kepala janin dalam rongga pelvis.
B. Dampak Kehamilan terhadap Mioma
Tumor menjadi lebih lunak dalam kehamilan,
dapat berubah bentuk dan mudah terjadi
gangguan sirkulasi didalamnya, sehingga terjadi
perdarahan dan nekrosis ditengah tumor. Tumor
tampak merah (degenarasi merah) atau tampak
seperti daging (degenerasi karnossa).
Perubahan ini menyebabkan rasa nyeri diperut
yang disertai dengan gejala rangsangan peritonium
dan gejala peradangan, walaupun dalam hal ini
peradangan bersifat suci hama (steril). Lebih lagi
komplikasi ini terjadi dalam masa nifas karena
sirkulasi dalam tumor mengurang akibat
perubahan sirkulasi yang dialami oleh wanita
setelah bayi lahir.
Tumor tumbuh lebih cepat dalam kehamilan akibat
hipertropi dan edema, terutama dalam bulan-
bulan pertama, mungkin karena pengaruh
hormonal setelah kehamilan 4 bulan, tumor tidak
bertambah besar lagi.
Myoma Sub Serosum yang bertangkai dapat
mengalami putaran tangkai akibat desakan uterus
yang makin lama makin membesar.
8 Pentalaksanaan
Konservatif: tidak perlu ada penatalaksanaan, hanya perlu
mengawasi gejala yang timbul dan mencegah terjading torsi
Terapi Farmakologi:
Analog GnRh: berperan menekan kadar estrogen
yg kuat dalam tubuh sehingga, kadar estrogennya
sama seperti kadar estrogen orang yang
menopause. Analog GnRh efektif menurunkan
volume mioma, sehingga secara langsung
menurunkan gejala-gejala akibat adanya massa,
serta mempermudah dalam penatalaksanan
operatif. Mioma submukosa dan mioma
intramural sangat responsive terhadap analog ini,
sedangkan mioma subserosa tidak memberi
respon.
Progesteron: progesterone dapat bekerja sama
baik dengan estrogen, namun bersifat antagonis
terhadap estrogen, sehingga dapat menghambat
pertumbuhan mioma, walaupun tidak dapat
memusnahkan mioma
Danazol: temasuk progesterone sintetik yanag
didapat dari testosterone. Mampu mengurangi
volume mioma uteri
Gestrionn: mampu menghentikan perdarahan
karena mioma, serta mengakibatkan amenore
Tamoksifen: deikenal sebagai selective estrogen
modulator receptor. Dapat bersifat estrogenergik,
atau antiestrogenergik. Pemeberian berkelanjutan
dapat memicu progesterone, yang membantu
menghambat pertumbuhan tumor.
Gasorelin: bertahan lama dalam darah. Membantu
mengurangi volume mioma, dengan cara
menurunkan kadar estradiol
Antiprostaglandin: mengurangi kadar
prostaglandin, mengurangi perdarahan, dan
menoragia
Gossypol: menurunkan kadar estrogen
Amantadin: menstimulasi pelepasan dopamine
andogen dan mengaktivasi neuron dopaminergik
dan noraddrenegik, membantu mengurangi
perdarahan, penurunan aliran darah ke tumor,
sehingga menghambat pertumbuhan tumor
Emobolisasi arteri uterine: proses menghambat aliran darah
menuju tumor denag memasukkan agen emboli untuk
menghamabat aliran dara arteri menuju uterus
Laparotomi/miomektomi: bila fungsi reproduksi masih
sangat dibutuhkan
Laparotomi/histerektomi: bila fungsi reproduksi tidak lagi
dibutuhkan, pertumbuhan tumor sangat cepat dan
perdarahan sangat banyak (Achdiat, 2004)
Tindakan Operatif:
A. Radiotherapy, pasangan radium, hormonal anti estrogen
yang diberikan pada
Hanya dilakukan pada wanita yang tidak dapat
dioperasi
Uterus harus lebih kecil dari kehamilan 3 bulan
Bukan jenis sub mukosa
Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada
rectum
Tidak dilakukan pada wanita muda, sebab dapat
menimbulkan menopause
B. Myiomektomi
Myomektomi atau operasi pengangkatan myoma tanpa
mengorbankan uterus dilakukan pada myoma intramural,
myoma sub mukosum dan myoma sub serosum bertangkai
atau jika fungsi uterus masih hendak dipertahankan, pada
myoma sub mukosum yang dilahirkan dalam vagina,
umumnya tumor dapat diangkat pervaginam tanpa
mengangkat uterus. Operasi myomektomi :
Dilakukan bila masih menginginkan keturunan
Syaratnya harus dilakukan kuretage dulu, untuk
menghilangkan kemungkinan keganansan
Kerugiannya : Melemahkan dinding uterus,
Rupture uteri pada waktu hamil, Menyebabkan
perlekatan
C. Histerektomi
Jika myoma uteri perlu dioperasi, maka tindakan yang
dilakukan adalah histerektomi, umumnya dilakukan
histerektomi abdominal, akan tetapi jika uterusnya tidak
terlalu besar dan apalagi jika terdapat pula prolapsus uteri,
histerektomi vaginal dapat dipertimbangkan. Pad
histerektomi, myoma pada serviks uteri perlu diperhatikan
jalannya ureter. Operasi histerktomi dilakukan apabila :
Myoma uteri besarnya diatas 14 minggu
kehamilan
Pada wanita muda sebaiknya ditinggalkan satu
atau dua ovarium, maksudnya untuk : Menjaga
jangan terjadi menopause sebelum waktunya,
Menjaga gangguan coronair/aterisklerosis umum.
B. PatofisiologiFactor
predesposisi
Teori cellnest dan genoblast
Teori stimulasi
Estrogen berperan
dalam hyperplasia otot polos
uteri
Penggunaan KB hormonal dalam jangka waktu sangat
lama Sel imatur pada otot polos
uterus
Pertumbuhan sel-sel tumor
Mioma
Penekanan pada uterus
Menekan saraf nyeri
Gangguan sirkulasi
darah uterus
Nyeri
Penekanan pada kandung
kemih
Urgensi dengan urin
sedikit
Insufisiensi urin
Risiko infeksi
kandung kemih
Gangguan pola
eliminasi
Gangguan kontraksi
uterus
Perubahan pola
menstruasi
menoragia
perdarahan
Defisit volume
anemia
Lelah, pusing, lemah
gg. ADL
Pada persalinan
Gangguan pelepasan
plasenta dan perdarahan
Pada kehamilan
Risiko keguguran
Risiko keganasan
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1 Pengkajian
1. Identitas PJ
Nama : -
Umur : 42 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Alamat : -
Agama : Islam
Pendidikan terakhir : -
Pekerjaan : Wiraswasta
2. Identitas klien
Nama : Ny. Lilik
Umur : 41 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : -
Agama : Islam
Pendidikan terakhir: SMA
Pekerjaan : -
Diagnosa Medis : Mioma Uteri
3. Riwayat Kesehatan
Keluhan utama gangguan haid sejak 5 tahun
lalu
Riwayat kesehatan sekarang : Dalam sebulan haid
sebanyak 1 kali. Setiap haid lamanya 7-20 hari.
Setiap hari ganti pembalut ± 4-5 kali, . rasapenuh
dsn berat sejak 2 tahun yang lalu pada perut
bagian bawah.
Riwayat kesehatan masa lalu : Sbelum MRS pasien
pernah memeriksakan kesehatannya di dokter.
Dari hasil pemeriksaan USG didapatkan utrus
membesar dengan ukuran 10 x 7 cm. kemudian
pasien direncanakan untuk operasi elektif
histerektomi
Riwayat kesehatan keluarga : -
Riwayat Obstetri :
a. Kehamilan :-
b. Abortus :-
c. Pemakaian obat kontrasepsi: Riwayat
penggunaan KB, menggunakan KB
hormonal lebih dari 5 tahun
Psikososial : -
Pola fungsi kesehatan
- Pola aktivitas dan lingkungan :
- Pola nutrisi dan cairan :
- Pola eliminasi : Gangguan BAK berupa
BAK sering, sedikit-sedikit, nyeri
saat/sebelum/sesudah BAK tidak ada.
Sulit BAB dan nyeri saat BAB tidak ada
- Pola tidur dan istirahat : sulit tidur
- Pola sensori dan kognitif : -
- Pola reproduksi seksual : -
- Pola penanganan stress : -
- Pola tata nilai dan keyakinan : -
4. Pemeriksaan Fisik
KU: Baik, CM
Tanda-tanda Vital
TD : 100/70 mmHg
HR : 92 x/menit
RR : 22 x/menit
Suhu : 376.5oC
Antropometri
BB :
TB :
Fisik
- Inspeksi : mata anemis tidak
ikterik, thorak, dan ekstremitas dbn
- Palpasi : Abdmen fundus
uteri 3 jari diatas simpisis pubis, teraba
massa berukuran 11 x 8 cm, konsistensi
kenyal dan bersifat mabile, nyeri tekan
(-). Inspekulo Fluksus (+), PØ (+), livide
(-). VT fluksus (+),PØ 1 cm, nyeri (-)
- Perkusi : -
- Auskultasi : -
Pemdig
Lab : Hb 10.4g/ul USG : didapatkan utrus
membesar dengan ukuran 10 x 7 cm
2 Analisa Data
No. Data Etiologi Diagnosa
1 DO: mata anemis
Hb 10.4 g/ul
DS: Mengeluh gangguan haid sejak 5 tahun lalu, Dalam sebulan
haid sebanyak 1 kali. Setiap haid lamanya 7-20 hari
Patofisiologi Defisit volume cairan
2 DO: teraba massa berukuran 11 x 8 cm, konsistensi kenyal dan
bersifat mabile
DS: Gangguan BAK berupa BAK sering, sedikit-sedikit, Pasien juga
mengeluh rasapenuh dsn berat sejak 2 tahun yang lalu pada
perut bagian bawah.
Patofisiologi Gangguan eliminasi
3 Diagnosa Keperawatan
a. Defisit volume cairan berhubungan dengan perdarahan pervaginam, perdarahan uterus yang berlebihan atau abnormal
b. Gangguan eliminasi : BAK berhubungan dengan adanya penekanan pada mioma uteri terhadap kandung kemih
4 Rencana Asuhan Keperawatan
No. Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
a. Defisit volume cairan berhubungan dengan
perdarahan pervaginam, perdarahan uterus
yang berlebihan atau abnormal
Setelah dilakukan
tindakan keperawatan
volume cairan dalam
kondisi seimbang
Kriteria hasil : tidak
terjadi hipovelemi
(oliguri, kapilarirefil
menurun, turgor jelek),
tanda-tanda vital dalam
batas normal (TD 120/80
mmHg, nadi 69 – 100
x/menit, RR 16 – 24
x/menit, suhu 37° C
Evaluasi dan catat,
dan laporkan sifat
setiap adanya
kehilangan darah
Lakuakn tirah
baring, instruksikan
klien untuk tidak
melakukan valsava
maneuver koitus
Posisikan klien
telentang dengan
aman dan nyaman
Catat TTV (TD,
N,RR,S)
Pantau aktivitas
uterus dan nyeri
tekan abdomen
Perkiraan kehilangan
darah membantu
membedakan
diagnose
Perdarahan dapt
berhenti dengan
reduksi aktivitas
tekanan atau
abdomen dan
orgasme yang
merangsang
perdarahan
Menjamin
keadekuatan darah
yang tersedia untuk
otak
Menentukan berat
perdarahan
Menentukan sifat
perdarahan dan
kemungkinan adanya
perdarahan berulang
b. Gangguan eliminasi : BAK berhubungan
dengan adanya penekanan pada mioma uteri
terhadap kandung kemih
setelah dilakukan
tindakan keperawatan
diharapkan eliminasi BAK
lancar.
KH
Urin keluar lancar, tidak
ada rasa sakit saat
bekemih, pola eliminasi
normal setiap 4 jam
Catat pola miksi dan
monitor
pengeluaran urine
Lakukan palpasi
pada kandung
kemih, observasi
adanya
ketidaknyamanan
dan rasa nyeri
Anjurkan klien
untuk merangsang
miksi dengan
pemberian air
hangat, mengatur
posisi, mengalirkan
air keran
Pantau masukan
cairan , waktu dan
volume output urin
Melihat perubahan
pola eliminasi klien
Mengetahui adanya
resistensi urin pada
kandung kemih
Mencegah
terjadinya retensi
urin
Mencegah
terjadinya defisit
cairan dan
mengetahui pola
eliminasi
BibliographyAchdiat, C. M. (2004). Prosedur Obstetri dan Ginekologi. Jakarta: EGC.
Manuaba, I. B. (1998). Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana untuk Pendidikan Bidan. Jakarta: EGC.
Manuaba, I. B. (2003). Penuntun Kepniteraan Klinik Obstetrik dan Ginekologi. Jakarta : EGC.