Upload
vinci-kurnia
View
32
Download
12
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Tugas Resume buku
Citation preview
Nama : Muh. A. H. Vinci Kurnia
NPM : 1306403390
Program Studi : Teknologi Bioproses
Rangkuman Buku Ajar 1 MPKT A
Bab I : Kekuatan dan Keutamaan Karakter
Karakter bukanlah kepribadian meskipun berkaitan erat. Menurut Allport (1937:48)
kepribadian adalah organisasi dinamis dari keseluruhan sistem psiko-fisik dalam diri individu
yang menentukan penyesuaian dirinya yang unik terhadap lingkungannya. Dari definisi ini
dapat diartikan kepribadian manusia adalah hal yang terorganisir (tidak acak), dan unsure-
unsurnya tidak bekerja sendiri-sendiri. Selain itu Allport memandang kepribadian adalah hal
yang dinamis karena melibatkan aspek fisik. Pada akhirnya, Allport menyatakan motif,
keinginan, dan perilaku manusia sebagai hal yang saling mempengaruhi sehingga membentuk
kepribadian.
Allport (1937) mengartikan karakter sebagai kepribadian yang dievaluasi yang menentukan
apakah seseorang akan mencapai tujuan secara efektif. Karakter diperoleh melalui
pengasuahan dan pendidikan meskipun setiap orang ada potensi. Karakter dapat diidentifikasi
melalui pengenalan keutamaan tertentu yang ada dalam diri seseorang yang melalui
pengenalan terhadap cirri-ciri keutamaan yang tampil dalam perilaku khusus dan respon
secara umum dari orang itu.
Ada tiga level konseptual menurut Peterson dan Seligman (2004) yaitu keutamaan, kekuatan
dan tema situasional. Hubungan ketigannya bersifat hirearkis dimana keutamaan berada di
level atas (ditaruh di level atas karena perlu rentang waktu yang lama untuk melihat kekuatan
konsisten seseorang), kekuatan berada di level tengah, dan tema situasional di level bawah.
Keutamaan merupakan karakteristik utama dari karakter. Kekuatan karakter adalah unsure
psikologis, lebih tepatnya, proses yang mendefinisikan keutamaan sehingga kekuatan
menjadi jalan untuk mencapai keutamaan. Tema situasional dari karakter adalah kebiasaan
khusus yang mengarah orang untuk mewujudkan kekuatan karakter dalam situasi tertentu.
Terdapat 24 kekuatan karakter yang tercakup dalam 6 keutamaan seperti yang tersaji dalam
table ini.
No. Keutamaan Kekuatan
1. Kognitif: Kebijaksanaan dan
pengetahuan
Kreativitas, rasa ingin tahu, keterbukaan
pikiran, mencintai kegiatan belajrar,
perspektif (memiliki “gambaran besar”
mengenai kehidupan).
2. Interpersonal: Kemanusiaan Cinta kasih, kebaikan hati (murah hati,
dermawan, peduli, sabar, penyayang,
menyenangkan dan cinta altruistic), serta
memiliki kecerdasan seosial
3. Emosiona: Kesatriaan Keberanian untuk menyatakan kebenaran
dan mengakui kesalahan, teguh dank eras
hati, integritas (otentisitas, jujur), serta
bersemangat dan antusias.
4. Kewarganegaraan (Civic):
Berkeadilan
Citizenship (tanggung jawab social,
kesetiaan, mampu bekerjasama), fairness
(memperlakukan orang setara dan adil),
serta kepemimpinan.
5. Menghadapi dan mengatasi hal-hal
yang tak menyenangkan:
Pengelolaan diri (Temperance)
Pemaaf dan pengmpun, kerendahatian, hati-
hati dan penuh pertimbangan, serta regulasi-
diri.
6. Spiritual: Transendensi Apresiasi keindahan dan kesempurnaan,
penuh rass terima kasih, harapan (optimis,
berorientasi ke masa depan), spiritualitas
(religiusitas, keyakinan, tujuan hidup), serta
menikmati hidup dan humor.
Manusia memiliki kemampuan untuk memahami keterkaitan dirinya dengan seluruh alam
semesta, juga keterkaitan semua hal yang ada di alam semesta. Kemampuan ini terwujud
dalam keutamaan transendensi yaitu kemampuan untuk membayangkan apa yang mungki ada
di luar situasi yang dialami kini dan di sini. Dari keseluruhan penafsiran umum spiritualitas
dapat dipahami sebagai dasar kekuatan dan keutamaan karakter manusia karena dari
keutamaan inilah kita akan semangat untuk memperjuangkan kehidupan yang baik yang
dilandaskan perasaan bersyukur atas segala hal baik yang ada di dunia ini.
Bab II: Dasar-Dasar Filsafat
Kata filosof atau filsuf berasal dari kata philosophos yang berarti pencinta kebijaksanaan
(philos berarti kebijaksanaa dan sophos berarti pecinta). Jika kita pelajari lebih lanjut
pemikiran-pemikiran filosofis sejak Yunani Kuno hingga abad-21, filsafat dapat didefinisikan
sebagai usaha manusia untuk memahami segala perwujudan kenyataan secara kritis, radikal
dan sistematis. Dari definisi ini dapat disimpulan filsafat adalah usa yaitu proses
pemahamannya berlangsung terus menerus dan universal. Sifat utama filsafat yang lain
adalah radikal yaitu memungkinkannya memahami persoalan sampai ke akar-akarnya. Hal
lainnya dari filsafat yaitu sistematis yaitu pemahaman yang dilakukan menurut suatu aturan
tertentu, runut dan bertahap serta tak mengabaikan sifat logis.
Berdasarkan sistematikan permasalahan filsafat dibagi menjadi 3 bagian besar yaitu ontology,
epistemology, dan aksiologi.
Ontologi berasal dari bahasa Latin, onto (ada) dan logis (ilmu; kajian; prinsip atau aturan)
dan diartikan sebagai studi hakikat ada (being), ekistensi, atau realitas, serta kategori.
Ontologi dibagi menjadi dua subbidang, yaitu ontology dalam arti khusus dan metafisika.
Ontologi dalam arti khusus mengkaji ada yang keberadaannya tidak disangsikan lagi.
Metafisika berasal dari kata tameta yang berarti di balik dan taphysika yang berarti dapat
ditangkap bentuknya oleh indra. Melalui perkembangan waktu, pengertian metafisika
bergeser menjadi suatu cabang filsafat yang mengkaji hal-hal (being) yang masih disangsikan
kehadirannya dan dapat diartikan pula sebagai cabang filsafat yang mengkaji realitas yang
supra-inderawi dibalik gejala fisik.
Epistemologi yang diartikan sebagai cabang filsafat yang mengkaji teori-teori tentang
sumber-sumber hakikat, dan batas-batas pengetahuan, terbagi menjadi empat cabang yang
lebih kecil yaitu epistemology dalam arti sempit, filsafat ilmu, metodologi, dan logika.
Epistemology dalam arti sempit merupakan cabang filsafat yang mengkaji hakikat
pengetahuan yang ditelusuri melalui sumber, struktur, keabsahan, dan batas-batas. Filsafat
ilmu pengetahuan merupakan cabang filsafat yanbg mengkaji cirri-ciri dan cara-cara
memperoleh ilmu pengetahuan (science). Metodologi adalah cabang filsafat yang mengkaji
cara-cara dan metode-metode ilmu pengetahuan memperoleh pengetahuan secara sistematis,
logis, valid, dan teruji. Dan terakhir logika adalah kajian yang mempelajari teknik-teknik dan
kaidah-kaidah penalaran yang tepat.
Aksiologi seperti yang telah disebutkan sebelumnya adalah bidang filsafat yang mencoba
menjawab pertanyaan “Apa yang dilakukan dan apa yang seharusnya dilakukan?”. Cabang
filsafat dari axiology adalah etika dan estetikan. Etika adalah cabang filsafat yang mengkaji
nilai apa yang berkaitan dengan kebaikan dan apakah itu perilaku baik. Sedangkan estetika
adalah cabang filsafat yang mengkaji pengalaman dan penghayatan manusia dalam
menanggapi apakah sesuatu itu indah atau tidak.
Dalam perkembangan filsafat, ada beberapa aliran yang cukup berpengaruh dalam sejarah
filsafat:
a. Rasionalisme: aliran yang berpandangan bahwa semua pengetahuan bersumber dari
akal
b. Empirisme: aliran yang menekankan penglaman
c. Kritisisme: aliran yang berupa kritik terhadap rasionalisme dan empirisme
d. Idealisme: aliran yang memandang pengetahuan adalah proses mental atau psikologis
e. Vitalisme: aliran filsafat yang memandang hidup tidak mekanis karena bukan benda
mati
f. Fenomenologi: aliran yang mengkaji penampakan (gejala-gejala)
Secara umum, filsuf berusaha memperoleh makna istilah-istilah dengan cara melakukan
analisis terhadap istilah-istilah itu berdasarkan pengenalan obyeknya dalam kenyataan.
Setelah analisis istilah, istilah berusaha untuk memadukan hasil-hasil penyelidikannya
memalui aktivitas sintesis. Penggunaan analisis dan sintesis dalam filsafat ini disebut metode
analisis-sintesis.
Bab III: Logika
Pada umumnya logika dikenal sebagai cabang filsafat maupun cabang matematika. Jika
ditempatkan sebagai cabang filsafat, logika dapat diartikan sebagai cabang dari filsafat yang
mengkaji prinsip, hukum dan metode yang benar, tepat dan lurus. Dari matematika, logika
dikaji dalam kaitannya dengan upaya menyusun bahasa matematika yang formal, baku, dan
jernih maknanya, serta dalam kajian tentang penyimpulan dan pembuatan pernyataan yang
benar. Secara umum logika merupakan alat yang dibutuhkan dalam kajian berbagai ilmu
pengetahuan dan juga dalam kehidupan sehari-hari.
Kategori (terutama yang mendasar) digunakan oleh para filsuf untuk mengenali benda-benda
secara lebih sistematis dan koheren. Immanuel Kant, yang menyatakan pikiran manusia
sudah memiliki pengetahuan bawaan dalam bentuk kategori-kategori, membuat putusan-
putusan manusia dapat dikategorikan dalam empat kelompok besar, kuantitas (quantity),
kualitas (quality), relasi (relation), dan modalitas (modality). Dari segi kuantitas, setiap
pernyattan atau putusan selalu dapat digolongkan sebagai universal (mencakup semua
individu) atau particular (mencakup sebagian individu). Dari segi kualitasnya, setiap
pernyataan dapat dibedakan apakah itu afirmatif (mengiyakan suatu hal), negative
(menidakkan/membukankan suatu hal), atau infinit (mengungkapkan sesuatu yang tak
terbatas). Dari segi relasi, pernyataan-pernyataan yang ada dapat digolongkan sebagai
kategorikal (dapat langsung dinilai benar salahnya tanpa tergantung pada kondisi dan situasi
tertentu juga tidak tergantung pada tempat dan waktu), hipotetikal (bnar atau salahnya
tergantung pada kondisi atau situasi tertentu), atau disjunktif (hubungan oposisi logis yang
saling meng-ekslusi atau saling meniadakan antara satu dan lainnya). Dari segi modalitas,
setiap pernyataan dapat digolongkan sebagai pernyataan problematic (masih berupa
kemungkinan), asertorik (sudah terjadi), atau apodeiktik (keharusan atau keniscayaan).
Term merupakan tanda untuk menyatakan suatu ide yang dapat diinderai (sensible) sesuai
dengan pakat (conventional). Jika dikelompokkan setidaknya ada tiga jenis makna term dan
penggabungannya dalam kalimat, yakni makna denotative (satu arti dalam kamus), makna
kesan (penggabungan dengan kata lain), dan makna emotif (perasaan atau emosi).
Untuk menyamakan pengertian dan menghindari kesalahan penafsiran terhadap term
diperlukan definisi. Definisi adalah pernyataan yang menerangkan hakikat suatu hal. Ada
aturan dalam membuat definisi. Pertama, definisi harus lebih jelas dari yang didefinisikan.
Kedua, definisi tidak boleh mengandung idea tau term dari yang didefinisikan. Ketiga,
definisi yang didefinisikan harus dapat dibolak-balik dengan pas. Keempat, definisi harus
dinyatakan dalam kalimat positif.
Menurut kesesuaina dengan hal yang diwakilinya ada dua jenis definisi, yakni definisi
nominal (menerangkan makna kata seperti yang dimuat dalam kamus) dan defines real
(menerangkan arti hal itu sendiri). Definisi real dibedakan menjadi dua, yaitu definisi esensial
(menerangkan inti dari suatu hal dengan menyebutkan genus dan diferentia-nya) dan definisi
deskriptif (mengemukakakn segi-segi yang positief tetapi belum tentu esensial). Definisi
deskriptif dibedakan atas empat, yaitu definisi distingtif (property), definisi genetic (asal
mula), definisi kausal (penyebab atau akibat), dan definisi aksidental (tidak mengandung hal-
hal yang esensial).
Divisi adalah uraian suatu keseluruh ke dalam bagian-bagian berdasarkan satu kesamaan
karakteristik tertentu. Ada sejumlah aturan yang harus diikuti dalam pembuatan divisi yaitu,
tidak boleh ada bagian yang terlewat, bagian tidak boleh melebihi keseluruhan, tidak boleh
ada bagian yang meliputi bagian yang lain, divisi harus jelas, dan jumlah bagian harus
terbatas.
Secara umum kalimat didefinisikan sebagai serangkaian kata yang disusun berdasarkan
aturan-atuuran tata bahasa dalam suatu bahasa dana dapat digunakan untuk tujuan
menyatakan sesuatu hal. Salah satu jenis kalimat adalah pernyataan yaitu kalimat yang
digunakan untuk membuat suatu klaim atau menyampaikan sesuatu yang bisa benar atau
salah. Proposisi yaitu makna yang diungkapkan melalui pernyataan, atau dengan kata lain arti
atau interpretasi dari suatu pernyataan. Ada tiga hal yang berkaitan antara kalimat atau
pernyataan dengan proposisi. Pertama, kalimat yang tidak bermakna atau tidak koheren tidak
mengungkapkan proposisis apap pun. Kedua, pernyataan atau kalimat yang berbeda dapat
mengungkapkan proposisi yang sama. Ketiga, kalimat atau pernyataan yang sama dapat
mengungkapkan proposes yang berbeda.
Hubungan di antara proposisi dalam pernyataan kompleks ditunjukkan oleh penggunaan kata
penghubung sehingga membentuk pernyataan kompleks. Berdasarkan hubungan
proposisinya, ada empat jenis pernyataan yaitu negasi (bukan P), konjungsi (P dan Q),
dinjungsi (P atau Q), dan kondisional (jika P maka Q). Negasi dari suatu pernyataan
sederhana adalah pengingkaran atas pernyataan itu. Ksuatu pernyataan kompleks yang
komponen logikanya dihubungkan dengan kata dan, tetapi, walaupun, begitu pula, namun
demikian, dsb disebut konjungsi. Pernyataan kompleks yang komponen logikanya
dihubungkan dengan kata atau disebut disjungsi atau pernyataan disjungtif.
Pernyataan kompleks yang komponen logikanya dihubungkan dengan jika…, maka…,
disebut pernyataan kondisional atau hipotetisis. Akibat kerumitan ini terdapat pandangan
kondisional material, yang menyatakn bahawa suatu pernyataan kondisionla dianggap salah
hanya jika antesedennya benar dan konsekuennya salah. Pernyataan bersifat kontapositif bila
jika A, maka B ekuivalen dengan jiak tidak B, maka tidak A.
Ada dua kondisi yang merupakan bentuk khusus dari hubungan kondisional, yaitu yang
mencukupi yang merupakan bentuk khusus dari hubungan kondisionla, yaitu yang
mencukupi (sufficient condition, S) dan kondisi keniscayaaan (necessary condition, N)
sehingga pernyataan jika S maka N adalah benar. Oleh karena pernyataan kondisional
digunakan untuk menggambarkan hubungan tertentu antara komponennya, maka kondis yang
mencukupi dan niscaya juga demikian. Ada lima jenis hubungan itu yaitu kausal, konseptual,
definisional, regulatori, dan logis.
Hubungan antar-pernyataan yang pertama yaitu kesimpulan langsung yang melibatkan empat
jenis pernyataan kategorika, yakni seuma S adalah P (A), tidak ada S yang P (E), beberapa S
adalah P (I), dan beberapa S bukan P (O). Masing-masing pernyataan ini saling berhubungan
kontradiksi (A dan O; E dan I), kontrari (A dan E), subkontrari (I dan E), dan subalternasi (A
dan I; E dan O). Kontradiksi menyatakan tidak mungkin keduanya benar dan tidak mungkin
keduannya salah (salah satu pasti benar). Kontradiksi suatu pernyataan sama dengan negasi
dari pernyataan itu. Kontrari menyatakan tidak mungkin keduanya benar, tapi mungkin saja
keduanya salh. Subkontrari menyatakan mungkin saja keduanya benar, tetapi tidak mungkin
keduanya salah. Dan subalternasi menyatakan jika suatu pernyataan benar maka pernyataan
lainnya benar.
Hubungan antar-pernyataan yang kedua yaitu inkonsistensi dan konsistensi. Dua pernyataan
disebut inkonsistensi jika, dan hanya jiak keduanya tidak mungkin benar pada saat yang
bersamaan. Pada kondisi yang sebaliknya, dua pernyataan itu disebut konsisten.
Hubungan antar-pernyataan yang ketiga yaitu implikasi, ekuivalensi dan independensi logis.
Pernyataan P mengimplikasi pernyataan Q ketika secara logis tidak mungkin P benar dan Q
salah pada waktu yang bersamaan. Dua pernyataan secara logis ekuivalen bila keduanya
saling mengimplementasikan atau memiliki makna yang sama. Dua pernyataan disebut secara
logis independen jika secara logis tidak berhubungan; jadi kedua pernyataan maupun
negasinya tidak saling mengimplikasikan.
Kebenaran pertama-tama dapat dicapai melalui penyimpulan langsung (immediate inference),
yaitu penyimpulan yang ditarik sesuai dengan prinsip-prinsip logika yaitu identitas (X = X),
kontradiksi (jika X = X maka tidak mungkin X tidak sama dengan X), dan tanpa nilai tengah
(untuk proposisis apapun, proposisis itu hanya dapat benar apa salah).
Untuk dapat memperoleh pengetahuna yang benar tentang hal-hal yang tidak dapat
dibuktikan dengan penyimpulan langsung atau indera, kita perlu penyimpulan tak langsung
yaitu membandingkan ide-ide. Dapat dikatakan juga penyimpulan tak langsung adalah
penyimpulan dengan menggunakan perantara (mediate inference)
Ada dua jenis penalaran, yaitu deduksi dan induksi. Deduksi adalah proses penalran yang
dengannya kita membuat suatu kesimpulan dari suatu hukum, dalil, atau prinsisp yang umum
kepada suatu keadaan yang khusus yang tercakup dalam hukum, dalil, atau prinsip yang
umum itu. induksi adalha proses penalaran yang dengannya kita menyimpulkan hukum, dalil,
atau prinsip umum dari kasus-kasus khusus (individual).
Ungkapan verbal dari penalaran atau penyimpulan tak langsung adalah argumentasi. Di
dalam argumentasi terkandung term yang merupakan ungkapan verbal dari ide dan proposisi
yang merupakan ungkapan verbal dari putusan. Proposisi yang dijadikan dasar dari
kesimpulan disebut premis atau anteseden. Argumentasi ada dua jenis yaitu silogisme
kategoris (menggunakan proposissi kategoris/analitika) dan silogisme hipotetis
(menggunakan proposisi hipotetis/dialetika).
Penalaran deduktif adalah proses perolehan kesimpulan yang terjamin validitasnya jika bukti
yang tersedia benar dan penalaran yang digunakan untk menghasilkan kesimpulan tepat.
Penalaran deduktif yang sering digunakan untuk menulis esai argumentative diawali dengan
generalisasi yang dianggap benar yang menghasilkan premis-premis, lalu dari situ diturunkan
kesimpulan yang koheren dengan premis-premisnya.
Silogisme adalah jenis argument logis yang kesimpulannya diturunkan dari dua proposisi
umum (premis) yang berbentuk proposisi kategoris. Ada dua jenis silogismen yaitu silogisme
kategoris dan silogisme hipotetis. Bentuk dasar silogisme kategoris ialah: Jika A adalah
bagian dari C maka B adalah bagian dari C. Silogisme kategori ini mengikutik hukum
“semua atau tidak sama sekali” (All or None). Silogisme ini tunduk terhadpa delapan hukum
silogisme. Pada silogisme hipotetis, premis pertama (premis mayor) menampilkan kondisi
yang tak tentu (jika P, maka Q) atau masalah (atau p atau Q; P dan Q tidak dapat benar dua-
duanya). Ada tiga bentuk dasar dari silogisme hipotetis yaitu modus pones yang
mengafirmasi anteseden, modus tollens yang menolak konsekuen, dan silogisme hipotetis
dengan rantai kondisional.
Dalam semua argument induktif, ada premis atau asumsi inferensial yang lemah yang
mencerminkan ketidakpastian karena informasi ada yang kurang lengkap. Jadi, karakteristik
semua argument induktif adalah bahwa dalam kondisi ketidakpastian atau kurangnya
informasi, kita langsung mengambil kesimpulan dengan risiko bahwa kiata mengambil
kesimpuan yang salah. Karena argument induktif mempunyai karakteristik ketidakpastian,
kesimpulan dari suatu argument induktif sering disebut hipotesis.
Ada tiga jenis argument induktif yaitu, induksi enumerate, silogisme statistical, dan
argumentasi induktif. Induksi enumerate, adalah proses yang menggunakan premis-premis
yang meggambarkan karakteristik sampel untuk mengambil kesimpulan umu mengenai
kelompok asal sample itu. Silogisme statistical merupakan argument yang mernggunakan
generalisasi static tentang suatu kelompok untuk mengambil kesimpulan mengenai suatu sub-
kelompok atau anggota individual dari kelompok itu. penyimpulan dalam silogisme statistical
bergerak dari generalisasi mengenai suatu kelompok ke kesimpulan yang lebih spesifik
mengenai satu anggota kelompok itu atau lebih. Argument indktif eliminator atau diagnostic
mempunyai premis-premis yang menggambarkan suatu konfigurasi fakta atau data yang
berbeda-beda, yang menggabarkan bukti dari kesimpulannya.
Sesat piker adalah kekeliruan dalam penalaran berupa penarikan keimpulan-kesimpulan
dengan langkah-langkah yang tidak sah, yang disebabkan oleh dilanggarnya kaidah-kaidah
logika. Ada dua golongan sesat piker menurut Copi (1986) yaitu sesat pkir formal dan
informal. Sesat piker formal ditentukan oleh bentuknya dan harus dalam deduksi dan terbagi
dalam delapan jenis. Sesat pikir nonformal ada Sembilan belas jenis.
Bab IV: Dasar-Dasar Etika
Etika berasal dari kata Yunani “ethikos” yang berarti adat, kebiasaann, atau watak (Pritchard,
2012, 1). Secara istilah, etika adalah cabang ilmu filsafat yang menyelidiki suatu sistem
prinsip moral dan berusaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan radikal seperti apa
artinya baik, apa itu keputusan moral, apakah moral itu subjektif atau objektif, dan bagaimana
menjalani kehiudpan yang baik. Oleh karena itulah etika disebut juga dengan filsafat atas
moral.
Moralitas berasal dari kata Latin “moralis” yang berarti “tata cara”, “keputusan”, atau
“perilaku yang tepat”. Secara terminologis moralitas sering kali dirujuk sebagai diferensiasi
dari keputusan dan tindakan antar yang baik atau yang tidak baik. Moralitas lebih dipahami
sebagai suatu keyakinan untuk menjalani hidup yang baik. Oleh karena itu moralitas
tergantung pada pilihan individu, keyakinan atau agama dalam menentukan hal yang benar
atau salah, baik atau buruk (berbeda dengan etika yang membahas peroalan moral pada
situasi tertentu).
Secara sederhana etika dibagi menjadi empat yaitu normative, terapan, deskriptif, dan
metaetika. Etika normative adalah cabang etika yang penyelidikannya terkait dengan
pertimbangan-pertimbangan tentang bagaimana seharusnya seseorang bertindak secara etis.
Dalam etika normative ini muncul teori-teori etika, misalnya etika utilitarinisme, etika
deontologist, dan etika kebajiakn. Etika terapan adalah sebuah penerapan teori-teori etika
secara lebih spesifik kepada topic-topik controversial baik pada domain privat atau public.
Etika deskriptif merupakan sebuah studi tentang apa yang dinaggp etis oleh individu atau
masyarakat. Etika deskriptif melibatkan studi-studi empiris seperti psikologi, sosiologi, dan
antropologi untuk memberikan suatu gambaran utuh. Metaetika diartikan sebagai cara untuk
melihat fungsi-fungsi pernyataan-pernyataan etika, dalam arti bagaiman kita mengerti apa
yang dirujuk dari pernyataan-pernyataan tersebut dan bagaimana pernyataan itu
didemonstrasikan sebagai suatu yang bermakan.
Ada dua aliran besar terkait cara melihat pernyataan etika attau kualitas etis, yaitu realism
dan nonrealisme etis. Gagasan realism etis berpusat pada manusia menemukan kebenaran etis
yang memiliki eksistensi independen di luar dirinya. Realism etis sering dikenal juga dengan
istilah absolutism etis. Masalah yang terjadi dalam penerapan aliran ini yaitu manusia
mengikuti keyakinan etis yang berbeda-beda. Keberatan terhadap aliran ini merupakan aliran
nonrealisme etis atau relativisme etis. Gagasan utamanya yaitu manusia yang menciptakan
kebenaran etis. Persoalan utama dalam aliran ini yaitu kita merasa bahaw aturan etis memiliki
nilai kualitas yang lebih tinggi daripada sekedar kesepakatan umum dari sekumpulan orang
dan masalah dengan persoalan tirani mayoritas.
Kegunaan dari etika yaitu sebagai penyedia alat-alat analisis untuk berpikir tentang isu-isu
moral. Etika memberikan sebuah peta moral atau kerangka berpikir yang bisa digunakan
untuk menemukan jalan keluar dari masalah-masalah moral yang sulit. Etika dapat
menemukan apa yang mereka tidak sepakat tentang sesuatu, bisa menyadari bahwa mereka
hanyalah tidak sepakat pada salah satu bagian tertentu dari masalah tersebut. Meski dapat
menjadi pemecah masalah, etika tidak selalu member jawaban yang tepat untuk masalah
moral. Etika berkaitan dengan kepentingan orang lain secara luas.