16
Nama : Muh. A. H. Vinci Kurnia NPM : 1306403390 Program Studi : Teknologi Bioproses Rangkuman Buku Ajar 1 MPKT A Bab I : Kekuatan dan Keutamaan Karakter Karakter bukanlah kepribadian meskipun berkaitan erat. Menurut Allport (1937:48) kepribadian adalah organisasi dinamis dari keseluruhan sistem psiko-fisik dalam diri individu yang menentukan penyesuaian dirinya yang unik terhadap lingkungannya. Dari definisi ini dapat diartikan kepribadian manusia adalah hal yang terorganisir (tidak acak), dan unsure- unsurnya tidak bekerja sendiri-sendiri. Selain itu Allport memandang kepribadian adalah hal yang dinamis karena melibatkan aspek fisik. Pada akhirnya, Allport menyatakan motif, keinginan, dan perilaku manusia sebagai hal yang saling mempengaruhi sehingga membentuk kepribadian. Allport (1937) mengartikan karakter sebagai kepribadian yang dievaluasi yang menentukan apakah seseorang akan mencapai tujuan secara efektif. Karakter diperoleh melalui pengasuahan dan pendidikan meskipun setiap orang ada potensi. Karakter dapat diidentifikasi melalui pengenalan keutamaan tertentu yang ada dalam diri seseorang yang melalui pengenalan terhadap cirri-ciri keutamaan yang tampil dalam perilaku khusus dan respon secara umum dari orang itu. Ada tiga level konseptual menurut Peterson dan Seligman (2004) yaitu keutamaan, kekuatan dan tema situasional. Hubungan

Resume Buku Ajar MPKTA Bagian I

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Tugas Resume buku

Citation preview

Page 1: Resume Buku Ajar MPKTA Bagian I

Nama : Muh. A. H. Vinci Kurnia

NPM : 1306403390

Program Studi : Teknologi Bioproses

Rangkuman Buku Ajar 1 MPKT A

Bab I : Kekuatan dan Keutamaan Karakter

Karakter bukanlah kepribadian meskipun berkaitan erat. Menurut Allport (1937:48)

kepribadian adalah organisasi dinamis dari keseluruhan sistem psiko-fisik dalam diri individu

yang menentukan penyesuaian dirinya yang unik terhadap lingkungannya. Dari definisi ini

dapat diartikan kepribadian manusia adalah hal yang terorganisir (tidak acak), dan unsure-

unsurnya tidak bekerja sendiri-sendiri. Selain itu Allport memandang kepribadian adalah hal

yang dinamis karena melibatkan aspek fisik. Pada akhirnya, Allport menyatakan motif,

keinginan, dan perilaku manusia sebagai hal yang saling mempengaruhi sehingga membentuk

kepribadian.

Allport (1937) mengartikan karakter sebagai kepribadian yang dievaluasi yang menentukan

apakah seseorang akan mencapai tujuan secara efektif. Karakter diperoleh melalui

pengasuahan dan pendidikan meskipun setiap orang ada potensi. Karakter dapat diidentifikasi

melalui pengenalan keutamaan tertentu yang ada dalam diri seseorang yang melalui

pengenalan terhadap cirri-ciri keutamaan yang tampil dalam perilaku khusus dan respon

secara umum dari orang itu.

Ada tiga level konseptual menurut Peterson dan Seligman (2004) yaitu keutamaan, kekuatan

dan tema situasional. Hubungan ketigannya bersifat hirearkis dimana keutamaan berada di

level atas (ditaruh di level atas karena perlu rentang waktu yang lama untuk melihat kekuatan

konsisten seseorang), kekuatan berada di level tengah, dan tema situasional di level bawah.

Keutamaan merupakan karakteristik utama dari karakter. Kekuatan karakter adalah unsure

psikologis, lebih tepatnya, proses yang mendefinisikan keutamaan sehingga kekuatan

menjadi jalan untuk mencapai keutamaan. Tema situasional dari karakter adalah kebiasaan

khusus yang mengarah orang untuk mewujudkan kekuatan karakter dalam situasi tertentu.

Terdapat 24 kekuatan karakter yang tercakup dalam 6 keutamaan seperti yang tersaji dalam

table ini.

No. Keutamaan Kekuatan

Page 2: Resume Buku Ajar MPKTA Bagian I

1. Kognitif: Kebijaksanaan dan

pengetahuan

Kreativitas, rasa ingin tahu, keterbukaan

pikiran, mencintai kegiatan belajrar,

perspektif (memiliki “gambaran besar”

mengenai kehidupan).

2. Interpersonal: Kemanusiaan Cinta kasih, kebaikan hati (murah hati,

dermawan, peduli, sabar, penyayang,

menyenangkan dan cinta altruistic), serta

memiliki kecerdasan seosial

3. Emosiona: Kesatriaan Keberanian untuk menyatakan kebenaran

dan mengakui kesalahan, teguh dank eras

hati, integritas (otentisitas, jujur), serta

bersemangat dan antusias.

4. Kewarganegaraan (Civic):

Berkeadilan

Citizenship (tanggung jawab social,

kesetiaan, mampu bekerjasama), fairness

(memperlakukan orang setara dan adil),

serta kepemimpinan.

5. Menghadapi dan mengatasi hal-hal

yang tak menyenangkan:

Pengelolaan diri (Temperance)

Pemaaf dan pengmpun, kerendahatian, hati-

hati dan penuh pertimbangan, serta regulasi-

diri.

6. Spiritual: Transendensi Apresiasi keindahan dan kesempurnaan,

penuh rass terima kasih, harapan (optimis,

berorientasi ke masa depan), spiritualitas

(religiusitas, keyakinan, tujuan hidup), serta

menikmati hidup dan humor.

Manusia memiliki kemampuan untuk memahami keterkaitan dirinya dengan seluruh alam

semesta, juga keterkaitan semua hal yang ada di alam semesta. Kemampuan ini terwujud

dalam keutamaan transendensi yaitu kemampuan untuk membayangkan apa yang mungki ada

di luar situasi yang dialami kini dan di sini. Dari keseluruhan penafsiran umum spiritualitas

dapat dipahami sebagai dasar kekuatan dan keutamaan karakter manusia karena dari

Page 3: Resume Buku Ajar MPKTA Bagian I

keutamaan inilah kita akan semangat untuk memperjuangkan kehidupan yang baik yang

dilandaskan perasaan bersyukur atas segala hal baik yang ada di dunia ini.

Bab II: Dasar-Dasar Filsafat

Kata filosof atau filsuf berasal dari kata philosophos yang berarti pencinta kebijaksanaan

(philos berarti kebijaksanaa dan sophos berarti pecinta). Jika kita pelajari lebih lanjut

pemikiran-pemikiran filosofis sejak Yunani Kuno hingga abad-21, filsafat dapat didefinisikan

sebagai usaha manusia untuk memahami segala perwujudan kenyataan secara kritis, radikal

dan sistematis. Dari definisi ini dapat disimpulan filsafat adalah usa yaitu proses

pemahamannya berlangsung terus menerus dan universal. Sifat utama filsafat yang lain

adalah radikal yaitu memungkinkannya memahami persoalan sampai ke akar-akarnya. Hal

lainnya dari filsafat yaitu sistematis yaitu pemahaman yang dilakukan menurut suatu aturan

tertentu, runut dan bertahap serta tak mengabaikan sifat logis.

Berdasarkan sistematikan permasalahan filsafat dibagi menjadi 3 bagian besar yaitu ontology,

epistemology, dan aksiologi.

Ontologi berasal dari bahasa Latin, onto (ada) dan logis (ilmu; kajian; prinsip atau aturan)

dan diartikan sebagai studi hakikat ada (being), ekistensi, atau realitas, serta kategori.

Ontologi dibagi menjadi dua subbidang, yaitu ontology dalam arti khusus dan metafisika.

Ontologi dalam arti khusus mengkaji ada yang keberadaannya tidak disangsikan lagi.

Metafisika berasal dari kata tameta yang berarti di balik dan taphysika yang berarti dapat

ditangkap bentuknya oleh indra. Melalui perkembangan waktu, pengertian metafisika

bergeser menjadi suatu cabang filsafat yang mengkaji hal-hal (being) yang masih disangsikan

kehadirannya dan dapat diartikan pula sebagai cabang filsafat yang mengkaji realitas yang

supra-inderawi dibalik gejala fisik.

Epistemologi yang diartikan sebagai cabang filsafat yang mengkaji teori-teori tentang

sumber-sumber hakikat, dan batas-batas pengetahuan, terbagi menjadi empat cabang yang

lebih kecil yaitu epistemology dalam arti sempit, filsafat ilmu, metodologi, dan logika.

Epistemology dalam arti sempit merupakan cabang filsafat yang mengkaji hakikat

pengetahuan yang ditelusuri melalui sumber, struktur, keabsahan, dan batas-batas. Filsafat

ilmu pengetahuan merupakan cabang filsafat yanbg mengkaji cirri-ciri dan cara-cara

memperoleh ilmu pengetahuan (science). Metodologi adalah cabang filsafat yang mengkaji

cara-cara dan metode-metode ilmu pengetahuan memperoleh pengetahuan secara sistematis,

Page 4: Resume Buku Ajar MPKTA Bagian I

logis, valid, dan teruji. Dan terakhir logika adalah kajian yang mempelajari teknik-teknik dan

kaidah-kaidah penalaran yang tepat.

Aksiologi seperti yang telah disebutkan sebelumnya adalah bidang filsafat yang mencoba

menjawab pertanyaan “Apa yang dilakukan dan apa yang seharusnya dilakukan?”. Cabang

filsafat dari axiology adalah etika dan estetikan. Etika adalah cabang filsafat yang mengkaji

nilai apa yang berkaitan dengan kebaikan dan apakah itu perilaku baik. Sedangkan estetika

adalah cabang filsafat yang mengkaji pengalaman dan penghayatan manusia dalam

menanggapi apakah sesuatu itu indah atau tidak.

Dalam perkembangan filsafat, ada beberapa aliran yang cukup berpengaruh dalam sejarah

filsafat:

a. Rasionalisme: aliran yang berpandangan bahwa semua pengetahuan bersumber dari

akal

b. Empirisme: aliran yang menekankan penglaman

c. Kritisisme: aliran yang berupa kritik terhadap rasionalisme dan empirisme

d. Idealisme: aliran yang memandang pengetahuan adalah proses mental atau psikologis

e. Vitalisme: aliran filsafat yang memandang hidup tidak mekanis karena bukan benda

mati

f. Fenomenologi: aliran yang mengkaji penampakan (gejala-gejala)

Secara umum, filsuf berusaha memperoleh makna istilah-istilah dengan cara melakukan

analisis terhadap istilah-istilah itu berdasarkan pengenalan obyeknya dalam kenyataan.

Setelah analisis istilah, istilah berusaha untuk memadukan hasil-hasil penyelidikannya

memalui aktivitas sintesis. Penggunaan analisis dan sintesis dalam filsafat ini disebut metode

analisis-sintesis.

Bab III: Logika

Pada umumnya logika dikenal sebagai cabang filsafat maupun cabang matematika. Jika

ditempatkan sebagai cabang filsafat, logika dapat diartikan sebagai cabang dari filsafat yang

mengkaji prinsip, hukum dan metode yang benar, tepat dan lurus. Dari matematika, logika

dikaji dalam kaitannya dengan upaya menyusun bahasa matematika yang formal, baku, dan

jernih maknanya, serta dalam kajian tentang penyimpulan dan pembuatan pernyataan yang

benar. Secara umum logika merupakan alat yang dibutuhkan dalam kajian berbagai ilmu

pengetahuan dan juga dalam kehidupan sehari-hari.

Page 5: Resume Buku Ajar MPKTA Bagian I

Kategori (terutama yang mendasar) digunakan oleh para filsuf untuk mengenali benda-benda

secara lebih sistematis dan koheren. Immanuel Kant, yang menyatakan pikiran manusia

sudah memiliki pengetahuan bawaan dalam bentuk kategori-kategori, membuat putusan-

putusan manusia dapat dikategorikan dalam empat kelompok besar, kuantitas (quantity),

kualitas (quality), relasi (relation), dan modalitas (modality). Dari segi kuantitas, setiap

pernyattan atau putusan selalu dapat digolongkan sebagai universal (mencakup semua

individu) atau particular (mencakup sebagian individu). Dari segi kualitasnya, setiap

pernyataan dapat dibedakan apakah itu afirmatif (mengiyakan suatu hal), negative

(menidakkan/membukankan suatu hal), atau infinit (mengungkapkan sesuatu yang tak

terbatas). Dari segi relasi, pernyataan-pernyataan yang ada dapat digolongkan sebagai

kategorikal (dapat langsung dinilai benar salahnya tanpa tergantung pada kondisi dan situasi

tertentu juga tidak tergantung pada tempat dan waktu), hipotetikal (bnar atau salahnya

tergantung pada kondisi atau situasi tertentu), atau disjunktif (hubungan oposisi logis yang

saling meng-ekslusi atau saling meniadakan antara satu dan lainnya). Dari segi modalitas,

setiap pernyataan dapat digolongkan sebagai pernyataan problematic (masih berupa

kemungkinan), asertorik (sudah terjadi), atau apodeiktik (keharusan atau keniscayaan).

Term merupakan tanda untuk menyatakan suatu ide yang dapat diinderai (sensible) sesuai

dengan pakat (conventional). Jika dikelompokkan setidaknya ada tiga jenis makna term dan

penggabungannya dalam kalimat, yakni makna denotative (satu arti dalam kamus), makna

kesan (penggabungan dengan kata lain), dan makna emotif (perasaan atau emosi).

Untuk menyamakan pengertian dan menghindari kesalahan penafsiran terhadap term

diperlukan definisi. Definisi adalah pernyataan yang menerangkan hakikat suatu hal. Ada

aturan dalam membuat definisi. Pertama, definisi harus lebih jelas dari yang didefinisikan.

Kedua, definisi tidak boleh mengandung idea tau term dari yang didefinisikan. Ketiga,

definisi yang didefinisikan harus dapat dibolak-balik dengan pas. Keempat, definisi harus

dinyatakan dalam kalimat positif.

Menurut kesesuaina dengan hal yang diwakilinya ada dua jenis definisi, yakni definisi

nominal (menerangkan makna kata seperti yang dimuat dalam kamus) dan defines real

(menerangkan arti hal itu sendiri). Definisi real dibedakan menjadi dua, yaitu definisi esensial

(menerangkan inti dari suatu hal dengan menyebutkan genus dan diferentia-nya) dan definisi

deskriptif (mengemukakakn segi-segi yang positief tetapi belum tentu esensial). Definisi

deskriptif dibedakan atas empat, yaitu definisi distingtif (property), definisi genetic (asal

Page 6: Resume Buku Ajar MPKTA Bagian I

mula), definisi kausal (penyebab atau akibat), dan definisi aksidental (tidak mengandung hal-

hal yang esensial).

Divisi adalah uraian suatu keseluruh ke dalam bagian-bagian berdasarkan satu kesamaan

karakteristik tertentu. Ada sejumlah aturan yang harus diikuti dalam pembuatan divisi yaitu,

tidak boleh ada bagian yang terlewat, bagian tidak boleh melebihi keseluruhan, tidak boleh

ada bagian yang meliputi bagian yang lain, divisi harus jelas, dan jumlah bagian harus

terbatas.

Secara umum kalimat didefinisikan sebagai serangkaian kata yang disusun berdasarkan

aturan-atuuran tata bahasa dalam suatu bahasa dana dapat digunakan untuk tujuan

menyatakan sesuatu hal. Salah satu jenis kalimat adalah pernyataan yaitu kalimat yang

digunakan untuk membuat suatu klaim atau menyampaikan sesuatu yang bisa benar atau

salah. Proposisi yaitu makna yang diungkapkan melalui pernyataan, atau dengan kata lain arti

atau interpretasi dari suatu pernyataan. Ada tiga hal yang berkaitan antara kalimat atau

pernyataan dengan proposisi. Pertama, kalimat yang tidak bermakna atau tidak koheren tidak

mengungkapkan proposisis apap pun. Kedua, pernyataan atau kalimat yang berbeda dapat

mengungkapkan proposisi yang sama. Ketiga, kalimat atau pernyataan yang sama dapat

mengungkapkan proposes yang berbeda.

Hubungan di antara proposisi dalam pernyataan kompleks ditunjukkan oleh penggunaan kata

penghubung sehingga membentuk pernyataan kompleks. Berdasarkan hubungan

proposisinya, ada empat jenis pernyataan yaitu negasi (bukan P), konjungsi (P dan Q),

dinjungsi (P atau Q), dan kondisional (jika P maka Q). Negasi dari suatu pernyataan

sederhana adalah pengingkaran atas pernyataan itu. Ksuatu pernyataan kompleks yang

komponen logikanya dihubungkan dengan kata dan, tetapi, walaupun, begitu pula, namun

demikian, dsb disebut konjungsi. Pernyataan kompleks yang komponen logikanya

dihubungkan dengan kata atau disebut disjungsi atau pernyataan disjungtif.

Pernyataan kompleks yang komponen logikanya dihubungkan dengan jika…, maka…,

disebut pernyataan kondisional atau hipotetisis. Akibat kerumitan ini terdapat pandangan

kondisional material, yang menyatakn bahawa suatu pernyataan kondisionla dianggap salah

hanya jika antesedennya benar dan konsekuennya salah. Pernyataan bersifat kontapositif bila

jika A, maka B ekuivalen dengan jiak tidak B, maka tidak A.

Ada dua kondisi yang merupakan bentuk khusus dari hubungan kondisional, yaitu yang

mencukupi yang merupakan bentuk khusus dari hubungan kondisionla, yaitu yang

Page 7: Resume Buku Ajar MPKTA Bagian I

mencukupi (sufficient condition, S) dan kondisi keniscayaaan (necessary condition, N)

sehingga pernyataan jika S maka N adalah benar. Oleh karena pernyataan kondisional

digunakan untuk menggambarkan hubungan tertentu antara komponennya, maka kondis yang

mencukupi dan niscaya juga demikian. Ada lima jenis hubungan itu yaitu kausal, konseptual,

definisional, regulatori, dan logis.

Hubungan antar-pernyataan yang pertama yaitu kesimpulan langsung yang melibatkan empat

jenis pernyataan kategorika, yakni seuma S adalah P (A), tidak ada S yang P (E), beberapa S

adalah P (I), dan beberapa S bukan P (O). Masing-masing pernyataan ini saling berhubungan

kontradiksi (A dan O; E dan I), kontrari (A dan E), subkontrari (I dan E), dan subalternasi (A

dan I; E dan O). Kontradiksi menyatakan tidak mungkin keduanya benar dan tidak mungkin

keduannya salah (salah satu pasti benar). Kontradiksi suatu pernyataan sama dengan negasi

dari pernyataan itu. Kontrari menyatakan tidak mungkin keduanya benar, tapi mungkin saja

keduanya salh. Subkontrari menyatakan mungkin saja keduanya benar, tetapi tidak mungkin

keduanya salah. Dan subalternasi menyatakan jika suatu pernyataan benar maka pernyataan

lainnya benar.

Hubungan antar-pernyataan yang kedua yaitu inkonsistensi dan konsistensi. Dua pernyataan

disebut inkonsistensi jika, dan hanya jiak keduanya tidak mungkin benar pada saat yang

bersamaan. Pada kondisi yang sebaliknya, dua pernyataan itu disebut konsisten.

Hubungan antar-pernyataan yang ketiga yaitu implikasi, ekuivalensi dan independensi logis.

Pernyataan P mengimplikasi pernyataan Q ketika secara logis tidak mungkin P benar dan Q

salah pada waktu yang bersamaan. Dua pernyataan secara logis ekuivalen bila keduanya

saling mengimplementasikan atau memiliki makna yang sama. Dua pernyataan disebut secara

logis independen jika secara logis tidak berhubungan; jadi kedua pernyataan maupun

negasinya tidak saling mengimplikasikan.

Kebenaran pertama-tama dapat dicapai melalui penyimpulan langsung (immediate inference),

yaitu penyimpulan yang ditarik sesuai dengan prinsip-prinsip logika yaitu identitas (X = X),

kontradiksi (jika X = X maka tidak mungkin X tidak sama dengan X), dan tanpa nilai tengah

(untuk proposisis apapun, proposisis itu hanya dapat benar apa salah).

Untuk dapat memperoleh pengetahuna yang benar tentang hal-hal yang tidak dapat

dibuktikan dengan penyimpulan langsung atau indera, kita perlu penyimpulan tak langsung

yaitu membandingkan ide-ide. Dapat dikatakan juga penyimpulan tak langsung adalah

penyimpulan dengan menggunakan perantara (mediate inference)

Page 8: Resume Buku Ajar MPKTA Bagian I

Ada dua jenis penalaran, yaitu deduksi dan induksi. Deduksi adalah proses penalran yang

dengannya kita membuat suatu kesimpulan dari suatu hukum, dalil, atau prinsisp yang umum

kepada suatu keadaan yang khusus yang tercakup dalam hukum, dalil, atau prinsip yang

umum itu. induksi adalha proses penalaran yang dengannya kita menyimpulkan hukum, dalil,

atau prinsip umum dari kasus-kasus khusus (individual).

Ungkapan verbal dari penalaran atau penyimpulan tak langsung adalah argumentasi. Di

dalam argumentasi terkandung term yang merupakan ungkapan verbal dari ide dan proposisi

yang merupakan ungkapan verbal dari putusan. Proposisi yang dijadikan dasar dari

kesimpulan disebut premis atau anteseden. Argumentasi ada dua jenis yaitu silogisme

kategoris (menggunakan proposissi kategoris/analitika) dan silogisme hipotetis

(menggunakan proposisi hipotetis/dialetika).

Penalaran deduktif adalah proses perolehan kesimpulan yang terjamin validitasnya jika bukti

yang tersedia benar dan penalaran yang digunakan untk menghasilkan kesimpulan tepat.

Penalaran deduktif yang sering digunakan untuk menulis esai argumentative diawali dengan

generalisasi yang dianggap benar yang menghasilkan premis-premis, lalu dari situ diturunkan

kesimpulan yang koheren dengan premis-premisnya.

Silogisme adalah jenis argument logis yang kesimpulannya diturunkan dari dua proposisi

umum (premis) yang berbentuk proposisi kategoris. Ada dua jenis silogismen yaitu silogisme

kategoris dan silogisme hipotetis. Bentuk dasar silogisme kategoris ialah: Jika A adalah

bagian dari C maka B adalah bagian dari C. Silogisme kategori ini mengikutik hukum

“semua atau tidak sama sekali” (All or None). Silogisme ini tunduk terhadpa delapan hukum

silogisme. Pada silogisme hipotetis, premis pertama (premis mayor) menampilkan kondisi

yang tak tentu (jika P, maka Q) atau masalah (atau p atau Q; P dan Q tidak dapat benar dua-

duanya). Ada tiga bentuk dasar dari silogisme hipotetis yaitu modus pones yang

mengafirmasi anteseden, modus tollens yang menolak konsekuen, dan silogisme hipotetis

dengan rantai kondisional.

Dalam semua argument induktif, ada premis atau asumsi inferensial yang lemah yang

mencerminkan ketidakpastian karena informasi ada yang kurang lengkap. Jadi, karakteristik

semua argument induktif adalah bahwa dalam kondisi ketidakpastian atau kurangnya

informasi, kita langsung mengambil kesimpulan dengan risiko bahwa kiata mengambil

kesimpuan yang salah. Karena argument induktif mempunyai karakteristik ketidakpastian,

kesimpulan dari suatu argument induktif sering disebut hipotesis.

Page 9: Resume Buku Ajar MPKTA Bagian I

Ada tiga jenis argument induktif yaitu, induksi enumerate, silogisme statistical, dan

argumentasi induktif. Induksi enumerate, adalah proses yang menggunakan premis-premis

yang meggambarkan karakteristik sampel untuk mengambil kesimpulan umu mengenai

kelompok asal sample itu. Silogisme statistical merupakan argument yang mernggunakan

generalisasi static tentang suatu kelompok untuk mengambil kesimpulan mengenai suatu sub-

kelompok atau anggota individual dari kelompok itu. penyimpulan dalam silogisme statistical

bergerak dari generalisasi mengenai suatu kelompok ke kesimpulan yang lebih spesifik

mengenai satu anggota kelompok itu atau lebih. Argument indktif eliminator atau diagnostic

mempunyai premis-premis yang menggambarkan suatu konfigurasi fakta atau data yang

berbeda-beda, yang menggabarkan bukti dari kesimpulannya.

Sesat piker adalah kekeliruan dalam penalaran berupa penarikan keimpulan-kesimpulan

dengan langkah-langkah yang tidak sah, yang disebabkan oleh dilanggarnya kaidah-kaidah

logika. Ada dua golongan sesat piker menurut Copi (1986) yaitu sesat pkir formal dan

informal. Sesat piker formal ditentukan oleh bentuknya dan harus dalam deduksi dan terbagi

dalam delapan jenis. Sesat pikir nonformal ada Sembilan belas jenis.

Bab IV: Dasar-Dasar Etika

Etika berasal dari kata Yunani “ethikos” yang berarti adat, kebiasaann, atau watak (Pritchard,

2012, 1). Secara istilah, etika adalah cabang ilmu filsafat yang menyelidiki suatu sistem

prinsip moral dan berusaha untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan radikal seperti apa

artinya baik, apa itu keputusan moral, apakah moral itu subjektif atau objektif, dan bagaimana

menjalani kehiudpan yang baik. Oleh karena itulah etika disebut juga dengan filsafat atas

moral.

Moralitas berasal dari kata Latin “moralis” yang berarti “tata cara”, “keputusan”, atau

“perilaku yang tepat”. Secara terminologis moralitas sering kali dirujuk sebagai diferensiasi

dari keputusan dan tindakan antar yang baik atau yang tidak baik. Moralitas lebih dipahami

sebagai suatu keyakinan untuk menjalani hidup yang baik. Oleh karena itu moralitas

tergantung pada pilihan individu, keyakinan atau agama dalam menentukan hal yang benar

atau salah, baik atau buruk (berbeda dengan etika yang membahas peroalan moral pada

situasi tertentu).

Secara sederhana etika dibagi menjadi empat yaitu normative, terapan, deskriptif, dan

metaetika. Etika normative adalah cabang etika yang penyelidikannya terkait dengan

pertimbangan-pertimbangan tentang bagaimana seharusnya seseorang bertindak secara etis.

Page 10: Resume Buku Ajar MPKTA Bagian I

Dalam etika normative ini muncul teori-teori etika, misalnya etika utilitarinisme, etika

deontologist, dan etika kebajiakn. Etika terapan adalah sebuah penerapan teori-teori etika

secara lebih spesifik kepada topic-topik controversial baik pada domain privat atau public.

Etika deskriptif merupakan sebuah studi tentang apa yang dinaggp etis oleh individu atau

masyarakat. Etika deskriptif melibatkan studi-studi empiris seperti psikologi, sosiologi, dan

antropologi untuk memberikan suatu gambaran utuh. Metaetika diartikan sebagai cara untuk

melihat fungsi-fungsi pernyataan-pernyataan etika, dalam arti bagaiman kita mengerti apa

yang dirujuk dari pernyataan-pernyataan tersebut dan bagaimana pernyataan itu

didemonstrasikan sebagai suatu yang bermakan.

Ada dua aliran besar terkait cara melihat pernyataan etika attau kualitas etis, yaitu realism

dan nonrealisme etis. Gagasan realism etis berpusat pada manusia menemukan kebenaran etis

yang memiliki eksistensi independen di luar dirinya. Realism etis sering dikenal juga dengan

istilah absolutism etis. Masalah yang terjadi dalam penerapan aliran ini yaitu manusia

mengikuti keyakinan etis yang berbeda-beda. Keberatan terhadap aliran ini merupakan aliran

nonrealisme etis atau relativisme etis. Gagasan utamanya yaitu manusia yang menciptakan

kebenaran etis. Persoalan utama dalam aliran ini yaitu kita merasa bahaw aturan etis memiliki

nilai kualitas yang lebih tinggi daripada sekedar kesepakatan umum dari sekumpulan orang

dan masalah dengan persoalan tirani mayoritas.

Kegunaan dari etika yaitu sebagai penyedia alat-alat analisis untuk berpikir tentang isu-isu

moral. Etika memberikan sebuah peta moral atau kerangka berpikir yang bisa digunakan

untuk menemukan jalan keluar dari masalah-masalah moral yang sulit. Etika dapat

menemukan apa yang mereka tidak sepakat tentang sesuatu, bisa menyadari bahwa mereka

hanyalah tidak sepakat pada salah satu bagian tertentu dari masalah tersebut. Meski dapat

menjadi pemecah masalah, etika tidak selalu member jawaban yang tepat untuk masalah

moral. Etika berkaitan dengan kepentingan orang lain secara luas.