Resume Altimetri

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Resume Altimetri

Citation preview

TUGAS SISTEM PENGINDERAAN JAUHSATELIT ALTIMETRI

Disusun Oleh :Hesti Nur Septa Anggraini

PROGRAM STUDI S2 TEKNIK GEOMATIKAJURUSAN TEKNIK GEODESI DAN GEOMATIKAFAKULTAS TEKNIKUNIVERISTAS GADJAH MADADESEMBER 2014SATELIT ALTIMETRII. PENDAHULUANAltimetri dan Penginderaan JauhAltimetri dibutuhkan dalam Penginderaan Jauh karena :1. Kenaikan muka air laut membawa sejumlah implikasi seperti tenggelamnya daratan, ketahanan pangan karena terganggunya iklim dan banjir. Penelitian maritim perlu dilakukan untuk penataan dan pembangunan kawasan pesisir 2. Tuntutan pemantauan kenaikan tinggi muka air laut sangat penting sehingga untuk mengetahui secara lebih cermat, Indonesia membutuhkan kehadiran satelit altimetri.3. Altimetri diharapkan dapat merekonstruksi perubahan permukaan laut untuk meningkatkan pemahaman akan situasi permukaan pada masa lalu dan menjadi dasar untuk prediksi di masa depan

II. PEMBAHASAN 1. Bentuk Bumi

Geometri Altimeter (Stammer, 1998)Gambar di atas menunujukkan variable yang digunakan untuk mendeskripsikan bentuk bumi.Keterangan :h (,,t) = tinggi dari satelit ke permukaan laut, = lintang, bujurH (,,t) = tinggi dari satelit ke pusat bumihS = perbedaan tinggi antara H dan h (hS = H-h)Tujuan dari Altimeter adalah menghitung hS sehingga pengukuran H (tinggi satelit dari pusat bumi dan h(tinggi satelit dari permukaan air laut) harus dilakukan dengan sangat teliti. hS didekati dengan 3 pendekatan, yaitu:1. Reference Ellipsoid: bentuk distribusi seragam massa bumi yang dihasilkan dari gaya gravitasi dan sentrifugal. Permasalahan pada ellipsoid adalah distribusi masa bumi yang tidak merata. Pada rentang jarak 10-1000 km, gaya gravitasi mendorong permukaan topografi, sehingga massa yang terdesak di dasar laut seperti lempeng benua mengakibatkan naiknya permukaan air laut.1. Geoid: Geoid terbentuk dari perluasan/ekspans spherical harmonics yang selaras dengan data altimeter. Relatif terhadap ellipsoid, geoid memiliki amplitudo 100 m

Tinggi geoid dari satelit altimeter GEOS-3 dan tampilan profil dasar lautnya berdasarkan sub-satellite track (Wunsch, 1981)Gambar di atas menunjukkan perubahan geoid terhadap perubahan topografi pada jarak 10-1000 km. Murray F.Zone menunjukkan perubahan topografi yang kecil dimana pada seamounts tidak menunjukkan perubahan apapun karena terlalu kecil. Perubahan pada geoid tersebut telah membawa perkembangan pada topografi dasar laut yang didasarkan pada kombinasi perekaman kedalaman dan pengukuran altimeter.2. Tinggi Permukaan Air Laut ( , , t) = hS( , , t) N ( , ) ER ( , ) menunjukkan variasi tinggi permukaan air laut relatif terhadap geoid. Tinggi permukaan air laut memiliki komponen yang tetap dan berubah. Komponen yang tetap antara lain aliran Gulf Stream dan Kuroshio. Komponen yang berubah adalah pasang laut, fluktuasi, pemanasan atau pendinginan air laut, pusaran arus.2. Altimeter dari waktu ke waktu 1973Skylab1975GEOS-3 Altimeter Single Frekuensi1978SEASAT1985-1990GEOSAT1991-2000ERS-1 dan ERS-2Altimeter Dual Frekuensi1992TOPEX dan POSEIDON2001JASON-12002ENVISAT2005OSTM menggantikan JASON-1

3. Satelit TOPEX/POSEIDONTOPEX adalah singkatan dari Topography Experiment sedangkan POSEIDON adalah singkatan dari Premier Observatoire Spatial Etude Intensive Dynamic Ocean et Nivosphere dan Positioning Ocean Solid Earth Ice Dynamics Orbiting Navigator. Keuntungan dari orbit ini adalah rata-rata periode yang cukup dan pada tiap point manapun dalam track, rata-rata waktu dari tinggi permukaan air laut relatif terhadap pusat massa bumi sehingga bisa didefinisikan mendekati geoid. TOPEX terdiri dari dua altimeter yang berbeda yang berbagi antenna parabolic tunggal yaituNASA Dual Frekuensi Altimeter (ALT or TOPEX)dual frequency beroperasi di C-Band (5.3 GHz) dan Ku-band (13.6 GHz)wavelengths 6 dan 2 cmCNES (POSEIDON)low height, low powersingle frequencysolid state altimeter (SSALT)beroperasi di 13.65 GHzKeuntungan dari dual frekuensi adalah setiap frekuensi dapat menanggapi secara berbeda perbedaan variasi electron bebas ionosfer dan hujan. Sehingga altimeter bisa mengukur densitas electron dan menentukan pengaruh kecepatan electromagnetic phased juga mengidentifikasi daerah yang hujan lebat.TOPEX Microwave and RadiometerTujuan dibuatnya TMR adalah untuk mengukur V,L dan mengidentifikasi curah hujan lebat. Perubahan konsentrasi troposfer (V), indeks refraksi (L) dan kecepatan fase elektromagenetik dirangkum dalam refraksi karena factor-faktor tersebut menyebakan berkurangnya kecepatan fase, menimbulkan jarak yang tidak benar atau range delay.TMR adalah radiometer berpandangan nadir yang seluruhnya dibangun dari bagian SMMR dan beroperasi pada frekuensi SMMR pada 18,21 dan 37 GHz.3 Teknik Penentuan Orbit Teliti (POD)POD adalah penentuan orbit teliti pada interval waktu regular dalam 3 dimensi relatif terhadap pusat massa bumi, dimana waktu yang dihasilkan merupakan orbit ephemeris. Sistem POD dalam TOPEX dan JASON termasuk laser , DORIS tracking dan penentuan GPS. Laser dan pengukuran DORIS menentukan posisi pesawat ruang angkasa dan kecepatan pada interval irregular. Pengukuran GPS secara berkelanjutan menentukan posisi satelit. Kombinasi dari 3 pengukuran tersebut disertai model orbit digunakan untuk menghitung orbit teliti.

4. JASONWalaupun desain JASON hampir sama dengan TOPEX, namun berat JASON hanya 500 kg dibandingkan TOPEX 2400 kg. tidak seperti TOPEX, JASON hanya membawa altimeter POSEIDON-2 yang memiliki dual-frekuensi yaitu Ku dan C-Band. Untuk POD, JASON menggunakan DORIS dan LRA (Laser Retroreflector Array).Untuk koreksi atmosfer, JASON-1 membawa JASON Microwave Radiometer (JMR) yang memiliki 3 frekuensi dan pandangan nadir radiometer microwave mirip dengan TMR. JMR beroperasi pada 18.7 , 23.8 dan 34.0 lebih ringan dari frekuensi TMR. Perubahan dari frekuensi TOPEX 21 menjadi 23.8 dan 37 ke 34 GHz untuk mengurangi kemungkinan interferensi dari harmonic yang lebih tinggi. Sedangkan perubahan dari 18 ke 18.7 adalah untuk mendukung band penginderaan jauh.Interaksi Pulsa Altimeter dengan Permukaan Laut Specular1. Pengaruh variable titik sudut pada jarak kembali : waktu perekaman rata-rata pandangan nadir pada TOPEX dan memperlihatkan bahwa sudutnya diatur sebesar 0.05o. Trigonometri sederhana menunjukkan bahwa variasi jarak sepanjang jalur terbang dengan ketidakpastian adalah 0.5m2. Waktu perjalanan pulang pergi : Karena altimeter menghasilkan pulsa pendek maka footprint yang dihasilkan juga lebih kecil. Perjalanan sinarnya adalah sebagai berikut, dari permukaan ke antenna diperlukan waktu selama to. radius footprint dapat dicari dengan rumusr2 = 2 c2 to tPersamaan di atas menunjukkan bahwa 0 t , footprint dapat meningkat areanya seiring dengan t.3. Penentuan Round Trip Travel Time : Waktu bergantung pada energy yang diterima dan hamburan penampang untuk refleksi yang diterima Pengaruh Kembalinya Gelombang1. Tingkat kekasaran dan penentuan U : Seiring peningkatan kecepatan angin, semakinvkasar permukaan dan merefleksikan banyak energy dari antenna sehingga ketinggian plateau menurun.2. Automatic Gain Control dan rata-rata pulsa kembali : Untuk mengurangi noise, AGC melakukan beberapa langkah yaitu melakukan adjust terhadap pulsa yang kembali untuk sudut off-nadir pointing lalu menghitung rata-rata pulsa yang kembali selama priode waktu tersebut yang memiliki dominasi pulsa.3. Pengaruh Gelombang Besar : Gelombang tinggi dinyatakan dengan H1/3 dimana satelit TOPEX memiliki nilai 3m, nilai cukup besar dalam kurun sebulan adalah 12m dan nilai paling besar adalah 15-20m. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan gelombang besar meningkatkan ukuran permukaan footprint dan resolusi spasial dari altimeter.5. Error dan bias pada tinggi permukaan laut

a. Altimeter noise : noise altimeter TOPEX ditentukan dari analisis spectral menurut urutan kembalinya pulsab. Dry Troposfer : Pemanasan jarak troposfer mengakibatkan rentang penundaan yang bervariasi antara sensor dan permukaan atau ekuivalen dengan tekanan permukaan laut. Koreksinya menggunakan tekanan permukaan yang diproduksi oleh ECMWF.c. Sea state bias : dikelompokkan menjadi dua, yaitu bias elektromagnetik yang muncul karena turunnya permukaan air laut hasil dari pulsa radar. Kedua adalah tracker atau skewness bias yang muncul karena penentuan tracker pada half-power-point. Secara keseluruhan disebut bias total.d. Kesalahan Penentuan Orbit : Pada skala kecil, ketidakpastian adalah sumber kesalahan terbesar dalam penentuan posisi satelit. Error dari satelit dibagi menjadi single pass error dengan estimasi jarak tunggal dalam waktu bulanan atau lebih lama lagi yang dirata-rata sesuai skala spasialnya.e. Sumber kesalahan lingkungan yang tidak pasti : pasang dan inverse barometer (respon hidrostatik pada permukaan laut secara spasial memiliki variable berubah pada tekanan laut dalam waktu lebih dari dua hari)

5. Misi Gravitasia. CHAMP : Satelit tunggal yang diluncurkan dengan orbit non-synchronous dengan ketinggian 454 km. Orbit non-synchronous memungkinkan satelit untuk mengamati komponen gravitasi diurnal.b. GRACE : Terdiri dari sepasang satelit dengan orbit synchronous dengan ketinggian 500km dan jarak antar track 200 km. Pengukuran oleh GRACE menentukan medan gravitasi dan variasinya dimana variasi pengukuran diamati dari permukaan dan arus laut dalam melalui pengaruhnya terhadap medan gravitasi.c. GOCE : Terdiri atas satelit tunggal yang memiliki orbit synchronous dengan ketinggian 250 km. GOCE akan mengukur medan gravitasi static dengan skala 1 km

III. KESIMPULAN

1. Altimetri diharapkan dapat merekonstruksi perubahan permukaan laut untuk meningkatkan pemahaman akan situasi permukaan pada masa lalu dan menjadi dasar untuk prediksi di masa depan.2. Tinggi permukaan laut dengan tinggi satelit (hS) dapat ditentukan apabila pengukuran H (tinggi satelit dengan massa bumi) dan h (tinggi satelit dengan permukaan bumi) diukur secara teliti3. Penggunaan altimeter dual frekuensi lebih dianjurkan karena memiliki kelebihan menangani variasi electron bebas ionosfer dan hujan4. Pengukuran altimeter menyediakan informasi mengenai sifat laut dan variasinya