Upload
ayu-tria-kartika
View
216
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
pemeriksaan laboratorium
Citation preview
MAKALAH
PEMERIKSAAN LABORATORIUM DAN PENUNJANG
KEPERAWATAN RESPIRASI I
Disusun oleh :
Kelas A – 1 Kelompok 1
Latansa Hayyil Islam :131411131001
Yuni Natilia :131411131019
Neri Andriani :131411131040
Eva Diana :131411131055
Widya Fathul Jannah :131411131073
Pratama Soldy Izzulh :131411131091
Nuzulia Azizi Islamia :131411133005
Ayu Tria Kartika Putri :131411133023
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2015
Lembar Pernyataan
Dengan ini saya menyatakan bahwa :
Saya mempunyai kopi dari makalah ini yang bisa saya reproduksi jika makalah yang dikumpulkan hilang atau rusak
Makalah ini adalah hasil karya sendiri dan bukan merupakan karya orang lain kecuali yang telah dituliskan dalam referensi, serta tidak ada seorangpun yang membuatkan makalah ini untuk kami.
Jika dikemudian hari terbukti adanya ketidakjujuran akademik, kami bersedia mendapat sanksi yang sesuai peraturan yang berlaku.
Surabaya, 26 April 2015
NAMA NIM TANDA TANGAN
Latansa Hayyil Islam 131411131001
Yuni Natilia 131411131019
Neri Andriani 131411131040
Eva Diana 131411131055
Widya Fathul Jannah 131411131073
Pratama Soldy Izzulh 131411131091
Nuzulia Azizi Islamia 131411133005
Ayu Tria Kartika P. 131411133023
i
Lembar Penilaian Makalah
No Aspek yang dinilai
Bobot Kriteria penilaian
1 Pendahuluan 20% Menjelaskan latar belakang, topic, tujuan, dan deskripsi singkat makalahSupervisial, sangat spesifik tidak spesifik dan relevan
2 Pembahasan 60% Sesuai dengan toipk Singkat, Padat, Lengkap Jurnal ilmiah (terutama yang peer
review atau systematic review) (80%) Buku dan sumber lain (20%) WOC ringkas dan menghubungkan
semua konsep
3 Kesimpulan 10% Menyimpulkan makalah dengan lugas
4 Daftar Pustaka !0% Literatur yang digunakan terkini dan berkualitas serta extensive, sesuai dengan pedoman APA
5 Pengurangan nilai -3% Nilai akan mendapat pengurangan jika:Tidak mengikuti aturan penulisan referensi dengan benar, penulisan bahasa Indonesia yang baik dan benar, termasuk tanda baca
Komentar Fasilitator:
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
…....................................................................................................................
ii
Lembar Penilaian Presentasi
No Aspek yang dinilai
Bobot Kriteria Penilaian
Mahasiswa yang dinilai
1. Kemampuan penyajian
40% Teori dan konsep yang dikemukakan bersumber dari literature yang sahihMateri disajikan secara sistematisHal-hal penting ditegaskanTeknik penyajian menarik
1 2 3 4 5 6 7 8
2. Kemampuan berdiskusi
40% Jawaban tepat sasaranLandasan teori dan pustaka yang kuat dalam menjawabBerdasarkan literature dan penelitian terkiniTerbuka menerima pen dapat orang lainKemampuan pengendalian emosi
3. Soft skill 10% Kerjasam timKomunikasi jelas dan percaya diriPembagian tugas
4. manajemen 10% Ketepatan pengelolaan waktu yang dialokasikanKemampuan pengendalian kelasPengendalian alur diskusi
iv
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat menyelesaikan tugas makalah tentang Pemeriksaan Laboratorium dan Penunjang dengan baik dan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu tugas kelompok yang diberikan oleh dosen pembimbing mata kuliah Keperawatan Respirasi I yaitu Ibu Ilya Krisnana, S.Kep., Ns., M.Kep.
Makalah tentang pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang ini disajikan dalam konsep dan bahasa yang sederhana sehingga dapat membantu pembaca dalam memahami makalah ini. Dengan makalah ini diharapkan pembaca dapat memahami jenis-jenis pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk klien dengan gangguan respirasi. Ucapan terimakasih penulis ucapkan kepada dosen pembimbing mata kuliah keperawatan Respirasi I yang telah memberikan kesempatan kepada penulis unuk belajar menyusun makalah tentang jenis pemeriksaan ini. Tidak lupa penulis sampaikan terimakasih kepada seluruh pihak yang telah memberikan bantuan berupa konsep, pemikiran dalam penyusunyan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Dengan segala kerendahan hati, saran dan kritik yang konstruktif sangat kami harapkan dari pembaca guna meningkatkan pembuatan makalah pada tugas lain dan pada waktu mendatang.
Penulis,
v
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN....................................................................... i
LEMBAR PENILAIAN MAKALAH...................................................... ii
LEMBAR PENILAIAN PRESENTASI................................................... iii
KATA PENGANTAR................................................................................ iv
DAFTAR ISI............................................................................................... v
BAB I PENDAHULUAN.................................................................... 1
1.1 Latar Belakang Masalah...................................................... 1
1.2 Tujuan................................................................................. 1
1.3 Manfaat ………………………………………………….. 2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................... 3
2.1 Pemeriksaan Sputum........................................................... 3
2.2 Pemeriksaan Analisa Darah ............................................... 6
2.3 Pemeriksaan Radiologi........................................................ 8
2.4 Monitoring SpO2 dan SaO2.................................................. 11
2.5 Monitoring etCO2............................................................... 13...................................................................................................
BAB III PENUTUP................................................................................ 15
3.1 Kesimpulan........................................................................ 15
3.2 Saran................................................................................... 15
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 16
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Laboratorium adalah salah satu sarana kesehatan yang diharapkan mampu memberikan pelayanan yang berperan sebagai pendukung maupun penegak sebuah diagnosis penyakit dalam upaya peningkatan kesehatan yang optimal. Kesehatan yang optimal merupakan syarat untuk menjalankan tugas dalam pembangunan. Menurut paradigma sehat, diharapkan orang tetap sehat dan lebih sehat, sedangkan yang berpenyakit lekas dapat di sembuhkan agar sehat. Untuk segera dapat disembuhakn, perlu di tentukan penyakitnya dan pengobatan yang tepat, serta prognosis atau ramalan yaitu ringan, berat, atau fatal.
Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur tindakan dan pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sample dari penderita dapat berupa urine (air kencing), darah, sputum (dahak), atau sample dari hasil biopsy untuk menentukan diagnosis penyakit bersama dengan tes penunjang lainnyam anamnesis, dan pemeriksaan lainnya. Pemeriksaan laboratorium bertujuan untuk mendetekksi penyakit, menentukan resiko, memantau perkembangan penyakit, memantau perkembangan pengobatan, dan lalin-lain.
Diagnostik dan spesimen adalah suatu pemeriksaan yang mutlak dilakukan untuk menegakkan suatu diagnosis penyakit klien. Melalui pemeriksaan ini kita dapat mengetahui tujuannya adalah untuk mengidentifikasi masalah dimana adanya respon klien terhadap status kesehatan / penyakit. Faktor-faktor yang menegakkan suatu masalah, kemampuan klien untuk mengatasi masalah.
Jenis-jenis spesimen yaitu pemeriksaan darah, urine, feses, sputum. Sumber kesalahan diagnostic yaitu : kesalahan pengumpulan data, kesalahan dalam interpretasi dan analisis data, kesalahan dalam pengelompokan data, kesalahan dalam pernyataan diagnostik.
1.2 Tujuan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui serta memahami jenis-jenis pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan penunjang pada gangguan pernafasan.
1.2.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mempelajari dan memahami tentang pemeriksaan sputum.2. Untuk mempelajari dan memahami tentang pemeriksaan analisa gas darah.3. Untuk mempelajari dan memahami tentang pemeriksaan radiologi.4. Untuk mempelajari dan memahami tentang monitoring SpO2 dan SaO2.5. Untuk mempelajari dan memahami tentang monitoring EtCO.
1
1.3 Manfaat
Penyusunan makalah ini mempunyai manfaat yaitu agar pembaca dapat memahami serta dapat meningkatkan kemampuan , keterampilan terhadap jenis-jenis pemeriksaan pada gangguan pernafasan ini dengan benar
2
BAB 2PEMBAHASAN
2.1 Pemeriksaan Sputum
Sputum adalah bahan atau cairan yang dihasilkan dari paru dan trakea yang kemudian dikeluarkan melalui mulut. (Dorland, 1992)Sputum juga dapat diartikan sebagai suatu cairan yang diproduksi dalam alveoli dan bronkioli. Sputum yang memenuhi syarat pemeriksaan harus benar-benar dari trakea dan bronki bukan berupa air ludah. Sputum berbeda dengan dengan ludah, cairan sputum lebih kental dibandingkan dengan air ludah dan tidak terdapat gelembung-gelembung busa diatasnya , sedang pada air ludah akan membentuk gelembung-gelembung jernih dibagian atas permukaan cairan. Secara mikroskopik ludah akan menunjukkan gambaran sel-sel gepeng sedangkan pada sputum tidak ditemukan hal tersebut. (widman,1994)
Sputum yang baik untuk melakukan pemeriksaan sputum adalah sputim yang diambil pada pagi hari setelah bangun tidur karena sputum yang dihasilkan pada pagi hari mengandung paling banyak kuman. Sputum diambil sebelum menggosok gigi, tapi sudah berkumur terlebih dahulu untuk membersihkan sisa-sia makanan yang tertinggal di dalam mulut. (B. sandjaja, 1992)
Pemeriksaan sputum diperlukan apabila diduga terdapat penyakit pada paru-paru. Pada membrane mukosa saluran pernafasan berespon terhadap inflamasi dengan meningkatkan keluaran sekresi yang sering mengandung mikroorganisme penyebab penyakit. Pemeriksaan sputum meliputi pemeriksaan :
1. Jumlah sputum yang dihasilkanNormalnya sputum yang dihasilkan oleh orang dewasa yaitu 100ml/hari. jumlah berlebihan terlihat pada inflamasi bronchial kronik dan system paru, jumlah sedikit dapat terlihat pada inflamasi bronchial akutdan pada tahap dini pneumonia lobar.
2. Warna, bau, viskositasa) Sputum hitam dapat menunjukkan antrakosis (debu batubara).b) Sputum berwarna karat, mukoporulen, dan kental mengindikasikan
pneumonia.c) Sputum berwarna kuning atau kehijauan dengan bau tidak sedap
mengindikasikan pseudomonasd) Sputum mukopurulen kental kekuningan terlihat pada tahap dini pneumonia
lobar, abses paru dan tuberculosise) Sputum berwarne abu-abu atau putih dan berlendir mengindikasikan
bronchitis kronik.f) Sputum berwarna merah muda dan berbusa mengindikasikan edema paru-paru
akut.
3
3. Darah a) Bila darah yang tercampur dengan sputum, perdarahan ada pada bronkiolus. b) Jumlah banyak darah yang tercampur dengan sputum mengindikasikan
robeknya [pembuluh darah besar.c) Darah berwarna merah terang dan berbusa mengindikasikan emboli paru,
tuberculosis atau robekkan aneurisma.4. Tes kultur sputum
Digunkan untuk mengidentifikasi organism spesifik untuk menegakkan diagnosa dan menentukan keefektifan pengobatan antibiotic.
5. Pewarnaan gramDigunakan untuk mendapatkan informasi tentang jenis mikroorganisne
6. SensitivitasBerfungsi untuk mengidentifikasi antibiotic yang mencegah pertumbuhan organisme yang terdapat dalam sputum. Sputum dikumpulkan sebelum pemberian antibiotic.
7. Basil tahan asam Digunakan untuk menentukan adanya mikrobakterium tuberkolosis.
8. Sitologi Digunakan untuk mengidentifikasi karsinoma paru. Sputum mengandung runtuhan sel dari percabangan tracheabronkhial sehingga terdapat adanya sel-sel yang abnormal (malignansi).
9. Tes kuantitatif Pengumpulan sputum selama 24-72 jam. Tes kuantitatif untuk menentukan apakah sekresi yang dikeluarkan itu merupakan saliva, lendir, pus , atau bukan. Pada tes kulitatif, klien diberikan wadah khusus untuk mengeluarkan sputum kemudian pada akhir 24 jam wadah tersebut ditimbang sehingga dapat diketahui jumlah serta karakternya
2.1.1 Cara pemeriksaan sputum
Sebelum pengumpulan sputum akan dilakukan , informasikan dahulu kepada klien tentang pemeriksaan sputum ini. Intruksikan kepada klien untuk mengumpulkan sputum yang benar-benar berasal dari paru-paru. Sputum yang dihasilkan setelah bangun tidur dipagi hari banyak mengandung organism yang produktif, dan biasanya dibutuhkan sekitar 4ml sputum untuk melakukan pemeriksaan sputum.
1. Persiapkan alat dan bahan a) Wadah atau botol specimen sputum yang steril dengan penutupb) Sarung tangan dan maskerc) Disinfektan dan alat penguapd) Ose, kaca objek, Rak sediaane) Spirtus, alkoholf) Label yang berisi lengkap untuk menandai wadah sputumg) Obat kumurh) Sputum klieni) Larutan carbol fuchsin, larutan HCL, larutan methylen blue, xylol
4
2. Pengambilan sputumSebelumnya jelaskan terlebih dulu kepada klien tentang apa yang akan dilakukan, berikan informasi dan intruksi kepada klien bahwa jangan menyentuh bagian dalam specimen, menjaga bagian luar wadah sputum tidak terkena sputum.
a) Posisikan klien pada posisi fowler atau semifowlerb) Minta klien untuk berkumur dengan obat kumur yang telah disediakanc) Pasang sarung tangan dan pegang bagian luar wadah tersebut untuk klien
Letakkan wadah sputum yang sudah dibuka dekat dengan mulut dan keluarkan sputum kedalam wadah yang telah disediakan . pastikan sputum tidak terkena bagian luar wadah sputum
d) Minta klien untuk menarik nafas dalam 2-3 kali setiap kali hembuskan nafas dengan kuat dan membatukkan sputum
e) Tutup rapat wadah tersebut, untuk mencegah adanya penyebaran mikroorganisme secara tidak sengaja ketempat lain
f) Lepas dan buang sarung tangan.g) Beri label yang berisi nama, alamat tanggal pengambilan serta nama pengirim
h) Dokumentasikan smua informasi yang relevan meliputi jumlah , warna, dan konsistensi.
3. Pembuatan preparata) Ambil wadah sputum dan kaca objek yang beridentitas sama dengan wadah
sputumb) Panaskan ose diatas nyala api spritus sampai merah dan kemudian didinginkanc) Ambil sputum dengan menggunakan ose d) Buatlah hapusan diatas kaca objek dengan ukuran 2-3cme) Keringkan hapusan sputum dengan suhu kamarf) Setelah setengah kering lewatkan preparat berisi hapusan sputum tersebut
diatas nyala api spritus sebanyak 3x selama 3-5 detik untuk difiksasig) Setelah itu hapusan langsung diwarnai dengan pewarna Ziehl Neelsen
4. Pewarnaan Ziehl Neelsena) Teteskan carbol fuchsin pada hapusan sputumb) Panaskan dengan api spritus sampai keluar uap 3-5 menit. c) Bilas dengan air yang mengalir pelan sampai zat warna terbuangd) Teteskan dengan alcohol HCL sampai warna merah pada fuchsin hilange) Bilas dengan air yang mengalir pelanf) Teteskan larutan methylen blue dan diamkan 10-20 detikg) Bilas dengan air yang mengalir pelanh) Keringkan hapusan sputum diudara terbuka
Prinsip pewarnaan mycobacterium yang dinding selnya tahan asam karena mempunyai lapisan lilin yang tidak mudah untuk ditembus cat. Pewarnaan Ziehl Neelsen setelah basil tahan asam ( BTA) mengambil warna dari fchsin kemudian dicuci dengan dengan air yang mengalir pelan, lapisan lilin akan terbuka pada saat
5
dipanaskan dan akan merapat kembali karena terjadi pendinginan pada saat dicuci. Saat dituangi dengan HCL alcohol, warna merah pada dari basic fuchsin pada BTA tidak luntur sedangkan pada bakteri yang tidak tahan asam akan melepaskan warna merahnya sehingga akan menjadi pucat atau tidak berwarna. Pada waktu dicat dengan methylen blue BTA akan tetap berwarna merah sedangkan pada bakteri yang tidak tahan asam akan mengambil warna berwarna biru.
5. Pembacaan hapusan sputumPreparat hapusan sputum yang terwarnai dan kering, dilap bagian bawahnya dengan kertas tisu. Kemudian teteskan minyak imersi dengan 1 tetes pada hapusan sputum. Hapusan sputum dibaca dengan mengunnakan mikrskop dengan perbesaran kuat. Pembacaan hapusan sputum ini dimulai dari ujung kiri dan digeser ke kanan kemudian digeser kembali ke kiri. Pembacaan dilakukan secara sistematika, kuman BTA berwarna merah berbentuk batang lurus, terpisah, berpasangan atau berkelompok dengan latar belakang berwarna biru.
2.2 Pemeriksan Analisa Gas Darah
Analisa gas darah merupakan salah satu pemeriksaan penunjang yang bertujuan untuk mengetahui keseimbangan asam basa, oksigen yang ada dalam darah, PH, kadar karbon dioksida, kadar bikarbonat. Pemeriksaan ini tidak dapat digunakan untuk menegakkan diagnose sehingga pemeriksaan ini harus digabungkan dengan pemeriksaan fisik, riwayat penyakit dan data-data laboratorium lainnya. Dalam pemeriksaan ini dibutuhkan adanya sampel darah arteri yang dapat diambil dari arteri femuralis, radialis atau brachialis dengan menggunakan spuit yang telah diberi heparin agar tidak terjadi pembekuan darah pada klien. Sebelum melakukan pemeriksaan ini, perlu di lakukan tes allen’s.
2.2.1 Tes Allen’s
Tes allen’s merupakan pengkajian cepat sirkulasi arteri radialis, sehingga tes ini penting sebelum melakukan fungsi arteri radialis. Cara melakukan tes ini yaitu :Sumbat keduan arteri radialis dan ulnaris klien, minta klien untuk mengepalkan tangannya saat kedua arteri tersebut masih tersumbat sehingga tangan klien akan pucat. Lepaskan sumbatan dari salah satu arteri, harusnya tangan klien akan berwarna pink hal ini terjadi karena adanya sirkulasi kolateral. Jika sirkulasi kolateral adekuat maka pengambilan darah dari arteri radialis ini dapat dilakukan. Spuit yang telah berisikan sampel darah ditutup untuk mencegah terjadinya kontak dengan udara dan letakkan ke dalam wadah termos berisi es sampai waktu dianalisa.
2.2.2 Pengukuran oksigen dalam darah
Oksigen dapat diukur dengan menggunakan pemeriksaan ini melalui evaluasi pada PaO2 dan SaO2. Hanya 3% oksigen yang larut dalam darah dan 97% berikatan dengan hemoglobin pada sel darah merah. Pada PaO2 adalah 80-90 mmhg. PaO2
6
cenderung menurun karna usia. Pada klien berusia 60-80 tahun, . PaO2 normal adalah 60-80 mmhg. Jika PaO2 rendah disebut Hipoksemia.
SaO2 normalnya adalah antara 93% dan 97%. SaO2 adalah untuk menilai oksigen karena sebagian besar oksigen yang dipasok ke jaringan dibawa oleh hemoglobin.
2.2.3 Pengukuran PH
Nilai normal Ph adalah 7,35-7,45. Jika akumulasi ion hydrogen menumpuk maka ph turun yang disebut asidemia. Asidemia mengacu pada kondisi darah yang terlalu asam. Asidemia dengan dua sebab yaitu asidosis metabolic atau asidosis respiratorik. Jika ph meningkat disebut alkalemia. Alkalemia mengacu pada kondisi dimana darah terlalu basa, dengan dua sebab yaitu alkalosis metabolic atau erupalkalosis respiratorik.
Proses perubahan ph terdapat dua macam yaitu proses perubahan yang bersifat metabolic, adanya perubahan konsentrasi bikabonat yang disebabkan adanya gangguan metabolisme. Dan yang bersifat respiratorik, adanya perubahan tekanan parsial karbon dioksida yang disebabkan gangguan respirasi.
Keseimbangan asam basa dalam tubuh dikendalikan oleh 3 mekanisme :1) Ginjal, ginjal berperan untuk mengeleminasi kelebihan asam dalam bentuk
ammonia. 2) Buffer , dalam tubuh terdapat penyangga ph dalam darah. Bikarbonat
(komponen basa) berada dalam keseimbangan dengan karbon dioksida. Jika lebih banyak asam yangmasuk dalam darah maka akan dihasilkan lebih banyak bikarbonat dalam dan lebih sedikit karbon dioksida.
3) Pembuangan CO2 , jika jumlah karbon dioksida yang dibuang bertambah, kadar karbon dioksida akan menurun dan selanjutnya ph menjadi basa dan proses sebaliknya terjadi apabila jumlah karbon dioksida yang dibuang berkurang.
2.2.4 Pengukuran karbon dioksida
PaCO2 mengacu pada tekanan yang diberikan oleh CO2 yang terlarut dalam darah. PaCO2 mempunyai nilai normal yaitu 35-45 mmhg. Pada interpretasi analisa gas darah, PaCO2 dianggap sebagai asam. Eleminasi CO2 dari tubuh merupakan salah satu dari fungsi paru-paru.
Klien dengan hipoventilasi, akumulasi CO2 dan PaCO2 meningkat diatas 45 mmhg, retensi CO2 mengakibatkan asidosis respiratori. Klien dengan hiperventilasi, eleminasi CO2 dan PaCO2 menurun dibawah 35 mmhg. Hilangnya CO2 mengakibatkan alkalosis respiratori.
2.2.5 Pengukuran bikarbonat Bikarbonat (HCO3), ditemukan pada serum yang membantu tubuh mengatur ph.
Konsentrasi dari bikarbonat diatur oleh ginjal dan disebut sebagai proses regulasi metabolic. Tingkat bikarbonat yang normal adalah 22-26 mEq/L. Jika bikarbonat lebih dari 26 disebut alkalosis metabolic, jika bikarbonat dibawah 22 disebut asidosis metabolik.
7
2.3 Pemeriksaan radiologi
Dada (toraks) merupakan bagian ideal untuk pemeriksaan radiologi. Parenkim paru paru yang berisi udara memberikan resistensi yang kecil terhadap jalannya sinar x, sehingga parenkim membiarkan bayangannya yang sangat memancar. Bagian yang lebih padat udara akan sukar ditembus sinar X, sehingga bayangnnya lebiih padat. Benda yang lebih padat akan memberikan kesan berwarna lebih putih dari pada bagian yang berbentuk udara jika dilihat pada lembar hasil radiologi dada. ( Somantri, Irman. 2007. Asuhan Keperawatan Pada pasien dengan Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta : Salemba Medika )
Langkah – langkah pemeriksaan foto toraks :
1. Kaji data umum pasien Teliti nama, usia, jenis kelamin, tanggal pemeriksaan. Hal ini sangat penting karena beberapa penyakit sangat berhubungan dengan data – data ini. Perhatikan keterangan klinis, karena sangat menentukan interpretasi dari foto thorax.
2. Kaji data teknisa) Perhatikan marker L dan R
Marker L dan R menunjukkan sisi kiri ( Left ) atau kanan ( Right ) pasien.b) Apakah foto sudah simetris
Ujung medial clavicula harus sama jaraknya dengan dengan garis tengah ( midline ). Rotasi pasien menyebabkan distorsi bayangan mediastinum.
c) Apakah faktor ekspos yang diberikan sudah tepatOverexposed menyebabkan kehitaman film dan underexposed menyebabkan struktur tidak tampak jelas. Kondisi suatu foto thorax dikatakan baik apabila corpus vertebra thoracal hanya terlihat jelas sampai T4-T5, sebelum percabangan trachea. Vertebra thoracal VI (T6) kebawah terlihat samar.
d) Apakah foto sudah dibuat dalam keadaan inspirasi penuh.Midpoint hemidifragma kanan harus berada diantara ujung anterior costa 5 dan 7. Foto yang dibuat dalam keadaan ekspirasi mrnyebabkan interprestasi yang keliru terhadap Cardiomegali dan abnormalitas bayangan basal paru.
Perhatikan bagian-bagian foto thoraks:
a. Trakhea, harus terlihat (luscen berarti berisi udara) dan harus ditengah. Lihatlah apakah ada pendorongan trakhea. Bifurcatio trakhea (carina) normal <90®, bila >90 berarti atrium terangkat.
b. Bandingkan ICS kiri dan kanan : harus sejajar, apakah ada penyempitan. Adanya desakan atau tarikan, dapat dicurigai adanya suatu proses patologis.
c. Jantung : perhatikan besar, bentuk dan posisi jantung. Ada tidaknya pembesaran jantung dapat ditentukan dengan rumus :
8
CTR ( Cardio-Thoracic Ratio) = A+B
Cx100 %
Apabila CTR >50% = abnormal (dicurigai kardiomegali)Keterangan :A : bagian terlebar dari jantung kanan ke garis tengahB : bagian terlebar jantung kiri ke garis tengahC : lebar thoraks terlebar
Tanda Pembesaran Jantung ( Kardiomegali )
a) Atrium kiri : pinggang jantung menghilang b) Atrium kanan : batas jantung lebih dari sepertiga klavikula desktrac) Ventikel kiri : apex tertanam pada diafragmad) Ventrikel kanan : apex terangkat dan membulate) Jantung treadrops : jantung menggantung, ukuran kecil
Aorta : apakah melebar atau tidak, apakah ada kalsivikasi ( gambaran opak ), ukuran normal aorta 4 cm, jarak antara puncak arcus aorta dengan ujung media klavikula lebih kecil 1 cm, atas kanan jantung di tempati oleh aorta, kalsivikasi aorta : bayangan radioopak ( putih ) sejajar permukaan.
d. Menilai kedua sinus cortoprenicus ( bentuk sinus normal adalah tajam. Adanya evusi plura menimbulkan gambaran sinus akan tampak tumpul. Pada super posisi mamae, gambaran sinus dapat tertutup) dan kedua sinus kardioprenicus ( bentuk sinus normal adalah tajam. Jika cabang – cabang sinus tertutup, biasanya disebabkan karena adanya super posisi mamae )
e. Diafragma, normal diafragma kanan lebih tinggi dari pada kiri. Perbedaannya 2,5 cm. Bila < 3cm : abnormal
Bentuk diafragma :
Diafragma scaloping ( berobus – lobus )
Diafragma bulging
Diafragma tenting
f. Pulmo : terdiri dari udara yang merupakan kontras negatif akan terlihat sebagai bayangan radio lusen yang berwarna hitam. Bandingkan paru kiri dan kanan. Patas paru normal :Apeks : puncak paruh (alas costae) sampai clavikula (batas atas)Atas : clavikula sampai costa II anteriorTengah : costae II –IVBawah : costae IV – diafragma
9
g. HillusPada hilus terdapat : pembuluh darah, bronchus dan limph
KGB : putih besar, kadang bulatPembuluh darah : arteri pulmonalis akan terlihat, vena pulmonalis biasanya tidak tampak, bronkhus akan tampak berwarna hitam (luscent) dan bulat.Normal hillus paru kiri lebih tinggi dari kanan ( beda 1 costa ). Biasanya berukuran 1,5 cm. Hillus kasar : corakan banyak , banyak cabang yang jelas dan tegas. Biasanya normal , terlihat putih – putih Hillus melebar ( bila diameternya lebih dari diameter trakea ). Pada hipertensi pulmonar : arteri melebar. Pada kranialisasi : vena melebar Hillus kabur ( tidak terlihat ) : pada edema paru
Chest X-Ray Berdasarkan Arah Pancaran Posteroanterior ( PA )
Pada PA, sumber X-ray diposisikan sehingga X-ray masuk melalui posterior ( back ) dari thorax dan keluar dari anterior ( front ) dimana X-ray tersebut terdeteksi. Untuk mendapatkan gambaran ini, individu berdiri menghadap permukaan datar yang merupakan detektor X-ray. Sumber radiasi diposisikan di belakang pasien pada jarak yang standart, dan pancaran X-ray ditransmisikan ke pasien.
Tes Radiologi
Pemeriksaan Makna Diagnostik KeteranganRadiograf dada Digunakan untuk
mendeteksi dan mengevaluasi berbagai masalah paru paru, menentukan ukuran dan lokasi dari lesi dan tumor paru, mematikan penempatan dari selang endotrakeal, kateter, arteri, pulmonal, atau selang dada dan membedakan edema paru paru dari inflamasi dan infeksi paru-paru
Tes non-invasif rutin, radiograf dada posteroanterior (PA) atau lateral umum, tetapi film anteroposterior (AP) sering digunakan pada unit perawatan intensiv atau ICU bila pasien tidaak dapat dipindahkan.
Fluroskopi Digunakan untuk mendeteksi obstruksi bronkiolar melokalisasi lesi paru paru dan memperlihatkan gerakan diafragmatik dan struktur paru paru dan jantung
Tes non-invasif dapat digunakan untuk memudahkan prosedur seperti pemasangan kateter arteri pulmonal, torasentesis, dan bronkoskopis.
Angiografi paru paru Digunakan untuk mendiagnosa penyakit trombolitik pada paru paru dan vaskularisasi paru paru dan untuk mendeteksi perubahan dalam jaringan paru-paru
Tes invasif dimana bahan kontras dimasukkan ke arteri pulmonal
Scan Ventilasi-perfusi Untuk mengevaluasi emboli paru-paru, melakukan tes fungsi paru-paru dan mendiagnosa PPOK
Tes scan nuklir invasif
Prosedur KhususBronkoskopis Dapat digunakan untuk
memperoleh biopsi atau specimen lainnya, mendiagnosa penyakit paru-paru atau mengevaluasi perubahan-perubahan
Mungkin merupakan tindakan terapeutik bila digunakan untuk membuang perlengketan mukosa atau benda asing
Torasentesis Digunakan untuk memperoleh specimen cairan pleura
Juga dapat memberikan pembuangan terapeutik cairan pleural
Biopsi paru-paru sering digunakan untuk mendeteksi keganasan
Specimen dapat diambil melalui bromkoskopi atau biopsi jarum
( Tablot, laura A. 1997. Pengkajian Keperawatan Kritis. Jakarta: EGC )
2.4 Monitoring SpO2 dan SaO2
Saturasi oksigen dalam darah untuk mengindikasikan persentase molekul hemoglobin di dalam darah arterial dengan oksigen. Saturasi dalam darah arteri disebut sebagai SaO2. Ukuran bervariasi dari 0 sampai 100%. Normal ukuran pada orang dewasa yang sehat rentang antara 94% sampai 100%. Istilah SpO2 artinya pengukuran SaO2 yang ditentukan oleh pulse oximetry.
2.4.1 Sensor SpO2Dalam sensor SpO2 cahaya infra merah melewati jaringan, kebanyakan sensor
bekerja pada ekstremitas seperti jari, kaki, atau telinga. Sensor mengukur jumlah cahaya merah dan inframerah yang diterima oleh detektor akan menghitung jumlah yang diserap. Sebagian besar diserap oleh oleh jaringan, tulang dan darah vena.
Jumlah cahaya yang diterima oleh detektor menunjukkan jumlah oksigen yangdiikat oleh hemoglobin dalam darah. Oksigen hemoglobin (oxyhemoglobin atau HbO2) menyerap lebih sinar inframerah daripada inframerah. Dengan membandingkan jumlah cahaya merah dan inframerah yang diterima, instrumen dapat menghitung ukuran SpO2.
10
Ukuran tempat aplikasi menentukan ukuran sensor apa yang tepat untuk digunakan. Jika sebuah sensor terlalu besar atau terlalu kecil, cahaya pemancar dioda dan detektor cahaya mungkin tidak segaris. Hal ini bisa menyebabkan pengukuran yang salah atau sebuah peringatan.
Jika sebuah sensor jari terlalu besar, itu dapat menyelinap sehingga sebagian sumber cahaya menutupi jari. Kondisi ini disebut optik bypass, menyebabkan pembacaan yang salah.Jika jari disisipkan terlalu jauh ke sensor dapat ditekan oleh sensor, yang menyebabkan gerakan pulsasi vena. Pulse oximeter mengenali darah arteri hanya dengan gerak berdenyut, sehingga dalam kasus ini juga mengukur darah vena. Hal ini menyebabkan minimnya pengukuran yang salah. Karena gerakan antara sensor dan tempat aplikasi dapat menyebabkan gerakan artefak, perekat sensor mungkin lebih baik daripada non-perekat sensor. Neonatus cenderung memiliki gerakan artifactin pada jari-jari mereka, jadi Pilihlah sensor jari kaki atau kaki. Jangan mempergunakan sensor terlalu ketat dalam upaya untuk mengurangi gerakan artefak. Tidak hanya tidak mengurangi gerakan artefak, itu dapat menyebabkan denyutan vena dan nekrosis.
2.4.2 Efek dari Hemoglobin non-functional pada pengukuran saturasi oksigen
Untuk menilai kondisi pasien, idealnya memiliki saturasi oksigen dalam darah yang dinyatakan sebagai persentase dari total hemoglobin yang disaturasi dengan oksigen. Dalam banyak keadaan, itu adalah yang anda dapatkan dari pengukur pulse oximeters. Namun, bila Anda memiliki sejumlah besar hemoglobin yang tidak berfungsi, pengukuran ini tidak akurat. hemoglobin non-functional didefinisikan sebagai hemoglobin yang tidak mampu membawa oksigen, termasuk carboxyhemoglobin (HbCO) dan methemoglobin (METHb). Hemoglobin fungsional didefinisikan sebagai hemoglobin yang mampu membawa oksigen. Termasuk oksigen hemoglobin (HbO2) dan deoxygenated haemoglobin (Hb).
2.4.3 Masalah umum dengan pulse OximetryMeskipun pulse oximeter mudah digunakan, ada masalah umum yang terkait
dengan penggunaan oximeters.Gangguan ringanSumber cahaya eksternal kadang-kadang dapat menyebabkan pengukuran yang tidak akurat. Jika anda menduga bahwa cahaya yang dapat menyebabkan gangguan, coba untuk menutupi tempat dengan bahan buram dan lihat jika pengukuran berubah. Jika demikian, biarkan tempat tertutup.Gerakan artefakGerakan artefak, seperti menggigil, telah diatasi dengan algoritma SpO2 terbaru, seperti SpO2 yang cepat. Namun, gerakan yang kuat dapat menyebabkan gerakan artefak pada denyut nadi. Menggunakan sensor untuk tempat yang kurang rentan jika mungkin.Aplikasi sensorSensor harus pas pada tempat aplikasi. Jika terlalu ketat, dapat menyebabkan pulsasi vena. Jika terlalu longgar, cahaya keluar dari emitters mungkin tidak lolos sepenuhnya melalui tempat dan dapat menyebabkan bacaan yang keliru.
11
Jika ukuran sensor perekat tidak tepat, emitor dan detektor mungkin tidak berbaris dengan benar. Pastikan anda menggunakan sensor yang benar bagi pasien untuk mendapatkan pengukuran yang paling akurat.Aliran darah tidak adekuatManset tekanan darah, pakaian ketat atau pembatasan dapat mengganggu aliran darah. Gunakan tempat aplikasi lain atau melonggarkan pakaian.
KukuBeberapa kuku dan kuku palsu dapat menyebabkan pengukuran yang salah. Jika mungkin, beralih ke kuku kasar, atau mempertimbangkan tempat aplikasi lain.
2.5 Monitoring EtCO2
EtCo2 adalah konsentrasi maksimal (tekanan parsial) CO2 pada akhir hembusan
nafas, yang dinyatakan sebagai mmHg. Nilai normal adalah 5% sampai 6% CO2, yang
setara dengan 35-45 mmHg. (Siamak Rahman, 2013)
2.5.1 CARA PENGUKURAN
a) Kapnografi
Jumlah karbon dioksida yang didapatkan dalam udara ekshalasi (end tidal carbon
dioxide; etCO2) sangat berhubungan dengan tekanan parsial karbon dioksida arteri
(PaCO2) pada klien dengan fungsi pernafasan, kardiovaskular, dan metabolik yang
normal. Gradien normal PaCO2-etCO2 sekitar 5 mmHg. Dengan peningkatan PaCO2
pada hipovolemia, atau penurunan pada hipervolemia, perubahan yang berkaitan
akan terlihat pada etCO2. Kapnografi membutuhkan sampel kontinu udara ekshalasi.
Pada pengukuran etCO2 klien akan dipasang selang endotrakheal atau trakheostomi
untuk ventilasi mekanik atau penatalaksanaan jalan napas. Sensor akan ditempelkan
pada selang tersebut untuk mengukur etCO2. (Christantie, 2003)
b) Signifikasi klinis pemantauan tingkat etCO2
etCO2 yang normal, monitor menyediakan numeric dan grafis gelombang display.
Tampilan pada monitor merupakan konsentrasi tertinggi CO2 mencapai akhir
pernafasan dan dianggap mewakili gas alveolar, di bawah pencocokan ventilasi-
perfusi yang normal di paru-paru sejajar tingkat arteri karbon dioksida. Dengan
12
13
demikian, ketegangan etCO2 (PetCO2) dianggap perkiraan non-invasif status
ventilasi alveolar pasien dengan korelasi erat dengan PaCO2 dalam kondisi normal.
c) Kalibrasi
Kapnografi harus di kalibrasi secara periodik, pada interval yang berbeda di beberapa
model, namun paling tidak setiap hari alat tersebut butuh dikalibrasi. Agar
pengukuran kapnograf lebih akurat, mengenolkan monitor udara dan memasukkan
konsentrasi gas CO2. Kapnograf mainstream sering dilengkapi dengan kalibrasi
sample cells diperkuat dengan campuran CO2 dan N2. Perubahan pada tekanan
barometrik mempengaruhi pengukuran ketegangan etCO2 (PetCO2), prosedur
kalibrasi harus dilakukan menggunakan sampling tube yang akan digunakan ketika
analyzer dihubungkan pada sampling pasien.
14
BAB 3KESIMPULAN
Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur tindakan dan pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sample dari penderita dapat berupa urine (air kencing), darah, sputum (dahak), atau sample dari hasil biopsy untuk menentukan diagnosis penyakit bersama dengan tes penunjang lainnyam anamnesis, dan pemeriksaan lainnya
Sputum adalah bahan atau cairan yang dihasilkan dari paru dan trakea yang kemudian dikeluarkan melalui mulut. Pemeriksaan sputum meliputi Jumlah sputum yang dihasilkan,Warna, bau, viskositas darah,tes kultur sputum, pewarnaan gram, sensitivitas, basil tahan asam, sitologi tes kuantitatif.
Pemeriksan Analisa Gas Darah meliputi Tes Allen’s, Pengukuran oksigen dalam darah, Pengukuran PH, Pengukuran karbon dioksida dan Pengukuran bikarbonat.
14
15
DAFTAR PUSTAKA
Asmadi. 2008. Teknik Prosedural Keperawatan dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta: Salemba Medika.
Asih, Niluh Gedhe Yasmin. 2003. Keperawatan Medikal Bedah: Klien dengan Gangguan Sistem Pernafasan. Jakarta:EGC.
Tablot, laura A. 1997. Pengkajian Keperawatan Kritis. Jakarta: EGC
16