Resapan Air (Suhadi -2015)

Embed Size (px)

Citation preview

  • 7/24/2019 Resapan Air (Suhadi -2015)

    1/10

    Geoedukasi Volume IV Nomor 1, Maret 2015, Purwantara. S. ________________________ 31

    DAMPAK PENGEMBANGAN PERMUKIMAN

    TERHADAP AIR TANAHDI WILAYAH YOGYAKARTA DAN SEKITARNYA

    Suhadi Purwantara

    Dosen Jurusan Pend. Geografi FPIPS Universitas Negeri Yogyakartaemail:[email protected]

    ABSTRAK

    Pertambahan jumlah penduduk berakibat pada pertambahan permukiman.

    Permukiman di wilayah perkotaan telah padat, termasuk banyak berdiri gedung-gedungperhotelan yang membutuhkan suplai air berlimpah. Kebutuhan air, terutama air tanahsulit dihindari. Permukiman tidak dapat dihentikan, maka sasaran berikutnya adalah lahanyang ada di luar perkotaan. Sebagian wilayah di luar perkotaan merupakan wilayahresapan. Wilayah utara perkotaan Yogyakarta, yaitu wilayah Kabupaten Slemanmerupakan wilayah resapan yang bagus untuk menyuplai air tanah di wilayah Sleman itusendiri maupun perkotaan Yogyakarta, dan bahkan wilayah Kabupaten Bantul.

    Perluasan lahan permukiman yang seakan-akan sulit terkendali berdampak padamenyempitnya lahan peresapan air hujan. Berbagai dampak telah muncul, sepertikekeringan di wilayah perkotaan karena banyak sumur semakin dalam permukaan airnya.

    Dibutuhkan segera ada tindakan untuk konservasi air tanah di wilayah Yogyakarta dansekitarnya untuk menghindari krisis air berkepanjangan.

    Kata Kunci: Permukiman, Air Tanah, Resapan

    I. PENDAHULUAN

    Perilaku berlebihan umat manusiaakhir-akhir ini telah berdampak dengantimbulnya beraneka bencana. Pembabatanhutan di puncak atau lereng pegunungan,pengambilan air tanah yang melebihi batasadalah contoh perilaku berlebihan. Tuhantelah memperingatkan dalam surat An

    Naziati ayat 43 -45: fa amma man thagha,wa assaral hayatad dun-ya, fainnaljaimma hiyal mawa. Artinya: makaadapun orang yang melampaui batas, dania mengutamakan kehidupan dunia, makasesungguhnya nerakalah tempattinggalnya.

    Di Yogyakarta, masyarakat yangtinggal di sekitar hotel besar sekarang telah

    menuai dampaknya. Masyarakat mengeluhkarena permukaan air sumur sangatmenurun. Masyarakat menduga, penurunan

    air tanah terjadi akibat eksploitasi besar-

    besaran yang dilakukan oleh hotel hotelbesar. Banyak sumur tidak ada airnya(Tribune, 6 Agustus 2014, MediaIndonesia, 4 September 2014). Faktorlainnya adalah berkaitan dengan ruangperesapan air tanah. Menurut WahanaLingkungan Hidup Indonesia (WALHI)Regional Yogyakarta, banyak

    pembangunan hotel yang merambahkawasan sempadan sungai berdampakterhadap penyempitan ruang peresapan airtanah (Harian Jogja, 1 Agustus 2014).

    Penurunan air tanah tidak saja terjadidekat hotel, tetapi juga wilayah lain.Penurunan air tanah dalam beberapadekade terakhir juga di wilayah sekitarperkotaan Yogyakarta yang juga masuk

    dalam wilayah Kabupaten Sleman,maupun Bantul yang jumlah penduduksemakin bertambah.

    mailto:[email protected]:[email protected]
  • 7/24/2019 Resapan Air (Suhadi -2015)

    2/10

    Geoedukasi Volume IV Nomor 1, Maret 2015, Purwantara. S. ________________________ 32

    Pertumbuhan penduduk yang cukupbesar merupakan awal masalah

    lingkungan, yang diawali denganpermasalahan meningkatnya luas

    permukiman. Penduduk di DaerahIstimewa Yogyakarta pada sensus tahun1971 tercatat hanya 2.488.544 jiwa,sedangkan pada tahun 2010 jumlahnyamencapai 3.457.491 jiwa, sehingga ada

    kenaikan 40%. Pertumbuhan pendudukmemicu pertumbuhan permukiman.Tercatat di Sleman, luas hutan yangberubah menjadi permukiman dari tahun2000 hingga 2004 sebesar tiga hektar,

    sedangkan areal penggunaan lain sepertisawah, ladang, pekarangan, yang berubahmenjadi permukiman seluas 84 hektar(Balai Pemantapan Kawasan HutanWilayah Xi Jawa-Madura Tahun 2007).Data terakhir, bahkan ada penguranganjumlah sawah per tahun rata-rata 100hektar (Republika, 2013). Bangunan-bangunan besar yang dibangun sejakdekade 1980-an seperti kampus UIITerpadu Jalan Kaliurang, Kampus SanataDarma, Perumahan-perumahan dengan

    areal besar seperti Perumahan Banteng,Sukoharjo Indah, Perumahan Pamungkas,Perwita Wisata, Dayu Permai, Merapi

    View, dan sekitarnya merupakan buktinyata bertambahnya luas wilayahpermukiman. Dengan demikian ruanguntuk peresapan air semakin berkurang,dan itu dapat mengakibatkan cadangan air

    tanah berkurang.Peresapan air hujan ke dalam tubuh

    air tanah sangat bervariasi antar satu jenistanah dengan jenis tanah yang lain. Padalokasi dengan tanah porus, sumur resapanair hujan cukup dibuat dengan diameterkecil dan dengan kedalaman relatif

    dangkal sudah dapat berfungsi denganbaik, tetapi pada jenis tanah lempung

    dengan besar sumur resapan yang samamenjadi kurang berfungsi.

    Jenis tanah yang ada di wilayahperkotaan Yogyakarta dan Sleman, yangmerupakan bagian daerah aliran sungai

    (DAS) Opak, memiliki tekstur yang relatif

    kasar. Di wilayah itu jenis tanahnya

    termasuk tanah regosol muda, regosol tua,hingga latosol coklat. Untuk kepentingan

    peresapan air hujan, secara alamimerupakan wilayah peresapan yang relatif

    baik. Namun demikian peresapan akanterganggu apabila areal lahan banyakberubah menjadi permukiman denganhalaman yang dikeraskan dengan semen.

    Berkurangnya ruang peresapan air

    hujan berakibat pada larian air hujan (run-off) semakin besar. Besarnya run-offberdampak pada banjir, baik di wilayahperkotaan maupun banjir bandangbeberapa sungai yang semuanya mengalir

    ke arah selatan. Permasalahan inilah yangakan dibahas pada makalah ini. Untuk itubeberapa hal yang akan dibahas antara lainDAS, Infiltrasi, Perkolasi, dan Resapan.

    II.

    KAJIAN LITERATUR

    A. Daerah Aliran Sungai (DAS)DAS (River basin) adalah segenap

    daerah yang kepentingannya dilakukanoleh suatu sungai atau sistem darigabungan beberapa sungai sedemikianrupa sehingga semua aliran di daerah

    tersebut dilepas alihkan melalui satukeluaran tunggal (Linsley, 1996: 243).Batasan DAS atau ciri-2 DAS adalah

    adanya: (1) batas topografi, puncakgunung, bukit & igir-2nya, (2) sistemsungai fungsional, dan (3) aliran sungaiyang keluar melalui satu outlet tunggal.

    DAS dapat dikelompokkan menjadi

    tiga daerah (Chay Asdak, 2007: 11), yaitudaerah hulu, tengah, dan hilir. Daerah hulu

    dicirikan dengan kerapatan drainase yangtinggi, kemiringan lereng yang curam,bukan daerah banjir, pengaturanpenggunaan air dengan pola drainase, jenisvegetasi hutan, dan berupa wilayah

    konservasi. Daerah hilir memiliki ciri-ciriberlawanan dengan daerah hulu, yaitu

    kerapatan drainase rendah, landai, daerahbanjir, penggunaan air dengan bangunanirigasi, vegetasi pertanian dan bakau, sertamerupakan daerah pemanfaatan air.Daerah tengah bercirikan diantara dua

    daerah tersebut, yaitu bergelombang kasar,

    lereng agak terjal ke arah landai.

  • 7/24/2019 Resapan Air (Suhadi -2015)

    3/10

    Geoedukasi Volume IV Nomor 1, Maret 2015, Purwantara. S. ________________________ 33

    Pembagian DAS menurut fungsi: (1)bagian hulu untuk fungsi produksi, (2)

    bagian tengah untuk fungsi transport, dan(3) bagian hilir untuk fungsi deposisi.

    Upland catchments are characterised bysteep slopes, well-defined boundaries, thinsoils, high rainfall and lowevapotranspiration(Knapp,B.J. 1979: 17).Menurut Indarto (2010, 85-96), karaktristik

    DAS meliputi daerah tangkapan hujan danvolume run-off, ukuran DAS dan waktuterjadinya aliran permukaan, bentuk DAS,meander sungai, kemiringan DAS,kekasaran permukaan, kerapatan jaringan

    sungai, dan urbanisasi.Sasaran pengelolaan DAS adalah

    rehabilitasi lahan terlantar, perlindunganlahan-lahan sensitif terhadap erosi, danpengembangan sumberdaya air. Tujuanpengelolaan DAS antara lain adalahterjaminnya pemanfaatan sumberdayaalam, tercapainya keseimbangan ekologis,terjaminnya kuantitas dan kualitas air,adanya pengendalian aliran permukaan danbanjir, serta adanya pengendalian erosi dandegradasi lahan.

    B. Permukiman

    Permukiman adalah, bagian dari

    lingkungan hidup diluar kawasan lindung,baik dalam lingkup perkotaan maupunpedesaan, dan juga memiliki fungsisebagai lingkungan tempat hunian sertatempat kegiatan yang mendukung

    perikehidupan dan penghidupan.Permukiman dengan pola campuran yaitu

    pola penyebaran permukiman di wilayahdesa kota yang pembentukannya berakardari pola campuran antara ciri perkotaandan perdesaan (Koestor, 1997).

    Menurut Jayadinata permukiman atau

    perkampungan di pedesaan merupakantempat kediaman (dormintory settlement)

    dari penduduk kampung diwilayahpertanian dan wilayah perikanan umumnyabekerja di luar kampung. Masing-masingkampung dihubungkan oleh jalan dan dikampung umumnya terdapat ruang terbuka

    yang kecil, suatu halaman rumah

    berbentuk segi empat, tempat bermain

    anak-anak, atau tempat orang dewasa dikampung bertemu pada sore hari untuk

    mengobrol atau merundingkan sesuatu.Menurut Undang-undang No 4 Tahun

    1992, permukiman terdiri dari komponen:perumahan, penduduk, sarana danprasarana, dan tempat kerja. Selanjutnyamenurut Soefaat (1998), permukiman baruialah daerah kediaman atau hunian yang

    baru dan dibangun dalam skala besar,sebagai perluasan dari pusat kota yang adaatau pembangunan baru pada lahan milikpribadi atau perusahaan, dengan dilengkapiberbagai ragam tipe rumah, sistem

    transportasi lokal yang berhubungandengan daerah pusat kota yang ada.

    C. Resapan Air Tanah (Ground Water

    Recharge)

    Menurut Seiler dan Gat (2007),resapan air tanah ialah komponen infiltrasiyang masuk ke dalam tubuh air tanahmelalui zona tak jenuh, sungai atau danau.Infiltrasi adalah suatu proses meresapnyaair hujan dan air lainnya di permukaantanah menuju lapisan air tanah melalui

    permukaan tanah (Setyawan Purnama,2010, Todd, 2005). Permukaan tanahmenjadi media resapan alami. Media

    resapan alami dapat berupa lahan hutan,lahan gundul, lahan berumput, lahansawah, lahan pekarangan, dan lainsebagainya. Selain media resapan alami,juga ada resapan yang dibangun

    masyarakat, atau media resapan buatan.Media resapan buatan dapat berupa sumur

    resapan air hujan (dangkal), sumur resapanair dalam, maupun genangan buatan sepertiwaduk, maupun situ buatan. Resapan airtanah ada yang porus, sangat permeabel,ada yang sulit meloloskan air, sehingga

    infiltrasi berjalan sangat lambat.Resapan buatan yang efektif adalah

    dengan cara pembangunan bendungansehingga banyak air dapat meresap masukdalam tubuh air tanah Fetter (1988).Resapan buatan bertujuan antara lain agarair tanah sebagai sumberdaya kehidupan

    tetap terjaga, menghambat penurunan

  • 7/24/2019 Resapan Air (Suhadi -2015)

    4/10

    Geoedukasi Volume IV Nomor 1, Maret 2015, Purwantara. S. ________________________ 34

    permukaan air tanah, mengurangipenurunan atau penenggelaman lahan.

    Menurut Kusnaedi (2011), resapan airtanah seperti sumur resapan bermanfaat

    langsung menampung air hujan dan untukmeresapkannya ke dalam tanah. Manfaattidak langsung antara lain untukmengurangi limpasan langsung dipermukaan, dan mencegah terjadinya

    genangan air, sehingga memperkecilterjadinya genangan air dan erosi. Manfaatlainnya mempertahankan tinggi muka airtanah dan bahkan menambah muka airtanah. Mencegah penurunan atau amblasan

    akibat pengambilan air tanah berlebihan,serta mengurangi konsentrasi pencemaranair tanah.

    Resapan buatan adalah suatu carapenambahan sumberdaya air tanah olehrekayasa manusia. Tujuan utama resapanbuatan dibanyak negara sedangberkembang adalah untuk menyimpan airterutama untuk kepentingan air irigasi.Tujuan lainnya antara lain untuk mencegahintrusi air laut di wilayah pantai,mengurangi limpasan (run-off) dan erosi,

    serta menjaga agar diperoleh airberkualitas yang baik (I Gale, I Neumann,R Calow, M Moench, 2002). Beberapa

    metode resapan buatan antara lain metodemenyebar (spreading method), sepertiledokan (infiltration basin), bendunganperenial (perennial dam), alur-alur parit,penggenangan (flooding), irigasi, maupun

    modifikasi alur sungai. Ledokan, yaitusuatu cekungan (Jawa: jogangan) yang

    digali untuk membuang sampah, dapatjuga dimanfaatkan untuk media peresapanair. Problem yang terjadi biasanya adalahruang dasar ledokan cepat tersumbat.Penyumbatan dasar cekungan adalah

    masalah yang dominan.

    Gambar 1. Ditch and Furrow

    Selanjutnya bendungan perennial,berupa bendungan permanen atau waduk

    untuk menampung jumlah air yang besar.Airnya dimanfaatkan untuk irigasi,

    sekaligus untuk sumber resapan air tanah.Dasar waduk biasanya cepat terjadipendangkalan sehingga menutup ruang-ruang atau pori-pori untuk peresapan.Metode menyebar lainnya adalah alur-alur

    parit (Ditch and Furrow), berupa alur-alurparit memanjang dan berderet-deret, cukuprapat dengan kelerengan sangat rendah.

    Gambar 2. Waduk

    Cara lainnya adalah penggenangan,

    atau pembanjiran (flooding). Cara inibanyak dilakukan di wilayah yang relatifdatar dan luas. Cara lain yang banyak

    dilakukan karena berkaitan denganpertanian adalah irigasi. Irigasi ataupengairan di lahan pertanian merupakancara peresapan air ke dalam tanah. Adajuga dengan modifikasi saluran sungai,

    dengan cara membuat pematang melintangdasar sungai. Dengan demikian aliran air

    tertahan, sehingga menyebabkan airbanyak meresap.

    Gambar 3. Bendung lahar

  • 7/24/2019 Resapan Air (Suhadi -2015)

    5/10

    Geoedukasi Volume IV Nomor 1, Maret 2015, Purwantara. S. ________________________ 35

    Disamping metode menyebar jugadapat menggunakan sumur terbuka (open

    well) and shafts, sumur bor (boreholes),tanggul infiltrasi (bank infiltration),

    bendungan pasir penyimpanan (sandstorage dams), serta atap pemanenan airhujan (roof-top rainwater harvesting).

    Metode open well cukup sederhana,hanya berupa sumur terbuka. Metode ini

    rentan terhadap pencemaran, baik kimiamaupun bakteriologi. Hal itu karena sumurbersentuhan langsung dengan akuifer padakedalaman 5 hingga 15 meter.

    Selanjutnya dengan boreholes, sumur

    bor resapan cocok untuk lahan yangmemiliki permeabilitas rendah, dan akuiferdalam. Kelemahan umum dalam resapanmodel bor adalah sering tertutupnyalubang dengan suspensi. Model lainnyaadalah bank infiltration, yaitu model yangdibangun dengan cara membuat tanggulsejajar garis pantai sungai. Model sandstorage dams, yaitubendungan pasir yangterbaik berlokasi di medan bergelombangdi bawah kondisi iklim kering, dimanalimpasan ini sering dialami sebagai banjir

    bandang. Sebuah dinding bendungandibangun pada dasar sungai, untukmemperlambat banjir bandang.

    Model roof-top rainwater harvestingpada prinsipnya adalah air hujan yangjatuh pada atap rumah dapat ditampungpada bak penampung air hujan. Air dapatdigunakan untuk keperluan rumah tangga,

    tetapi juga dapat dimasukkan dalam sumurresapan air tanah.

    Gambar 4.Roof-top rainwater harvesting

    Mendukung beberapa metodetersebut, terutama pada metode terbuka,

    pada bendungan permanen, telah dilakukanuji coba waduk resapan. Uji coba

    Pengembangan Teknologi Waduk Resapandilakukan dengan kerjasama KementerianRistek, BPPT, ITB, UI, Pemda DKI,Masyarakat Air Indonesia, IPB, danbeberapa instansi terkait, yang secara

    bersama-sama mengkaji bagaimanateknologi Waduk Resapan dapatdiaplikasikan kepada masyarakat. Uji cobatelah dilakukan pembangunan WadukResapan di wilayah UI Depok yang

    merupakan wilayah hulu, dengan lamapembuatan 8 bulan oleh Dinas PekerjaanUmum. Waduk Resapan mampu menahanair selama mungkin dan memasukkan airke dalam air tanah yang diharapkan dapatmengurangi banjir dan mengembalikankondisi tinggi muka air tanah, sehinggakeseimbangan lingkungan dapat dicapai.

    D. Keseimbangan Ekologis

    Di sejumlah daerah dewasa ini dapatdilihat bahwa pemanfaatan sumberdaya

    alam yang melebihi batas, yang kemudianmengganggu keseimbangan ekologis. Hallainnya adalah terjadinya penurunan

    kualitas air. Di berbagai wilayah telahterjadi kekurangan air bersih. Bahkanbanyak wilayah pada musim kemarau airmenjadi sangat langka. Itulah fakta yangberkaitan langsung dengan kelangsungan

    hidup umat manusia.Air dapat menjadi masalah karena

    jumlahnya atau kuantitasnya, namunkarena kualitas juga dapat menjadimasalah utama. Jumlah air yang berlebihanmerupakan masalah, apalagi kekuranganair jelas akan mengancam kelangsungan

    hidup hidup manusia. Berkaitan denganjumlah air yang berlebihan, contohnya

    adalah banjir. Banjir menjadi masalah yangutama di berbagai wilayah di bumi padadewasa ini. Banjir besar yang seringmelanda kota-kota besar baik di Indonesiamaupun di dunia adalah fakta nyata

    tentang kelebihan jumlah air.

  • 7/24/2019 Resapan Air (Suhadi -2015)

    6/10

    Geoedukasi Volume IV Nomor 1, Maret 2015, Purwantara. S. ________________________ 36

    Banjir (flood) menjadi bahaya(hazard), dan bahkan bencana (disaster)

    apabila manusia tidak pandaimenyikapinya. Banjir bahkan dapat

    menjadi malapetaka (catastrope) apabilamanusia tidak peduli lagi denganlingkungan. Ketidakpedulian lingkungandapat mengganggu ekositem. Perilakusebagian kecil masyarakat yang menebang

    hutan besar-besaran di wilayah hulu untukdiubah menjadi wilayah pertanian ataupermukiman akan berakibat padaterganggunya ekosistem. Di wilayahpegunungan, hutan yang semestinya

    berguna sebagai peresap air hujan kedalam tanah sudah tidak lagi sesuaifungsinya. Akhirnya air hujan yang jatuhdi permukaan bumi lebih banyak menjadiair limpaan (run-off), dan hanya sebagiankecil yang meresap dalam tanah (infiltrasi)dan perkolasi hingga tubuh air tanah.Akibatnya timbulnya permasalahan,bertambahnya air limpasan yang memicubanjir, dan berkurangnya air imbuhan padaakuifer (groundwater recharge).

    Pembangunan permukiman yang

    terjadi perluasan besar-besaran sejakdekade 1980an berakibat banyak wilayahyang semula menjadi peresapan air hujan

    sekarang banyak yang telah tertutup.Bangunan-bangunan besar yang tampakmata dibangun sejak dekade 1980anseperti Kampus UII Terpadu JalanKaliurang, Kampus Sanata Darma,

    perumahan-perumahan besar sepertiPerumahan Banteng, Sukoharjo Indah,

    Perumahan Pamungkas, PerumahanCondongcatur, Perumahan Minomartani,Perwita Wisata, Merapi View, dansekitarnya, merupakan beberapa contohperluasan permukiman.

    Perluasan permukiman inilah yangdapat berakibat pada berkurangnya ruang

    peresapaan air, terutama di DAS Opak.Berkurangnya ruang peresapan berdampakpada berkurangnya cadangan air tanahterutama di wilayah perkotaan danpermukiman padat bagian hilir.

    Kota Yogyakarta dan KabupatenSleman sebagian masuk DAS Opak, dan

    DAS Progo. Sungai Progo memilikipanjang sungai utama 149 km, berhulu di

    Provinsi Jawa Tengah, sedangkan SungaiOpak hanya memiliki panjang 61,6 km,dengan hulu di Lereng Merapi (Balai BesarWilayah Serayu Opak, 2013). Baik SungaiOpak maupun Sungai Progo, keduanya

    berhulu di lereng gunung berapi. SungaiOpak berasal dari lereng selatan GunungMerapi. Di wilayah itu sebagian besarhutannya relatif telah rusak. Kerusakanterjadi di wilayah puncak gunung, terutama

    oleh erupsi. Di wilayah agak bawah, jugaterjadi kerusakan hutan selain dampakerupsi, yaitu karena aktivitas manusia.

    Masyarakat melakukan penebanganhutan untuk keperluan pemanfaataan kayuuntuk dijual, dan perluasan ladang,walaupun sudah ada larangan pemerintah.Berdasarkan Buku Data Status LingkunganHidup Daerah DIY tentang penggunaanlahan di DIY (SLHD DIY, 2012), luashutan di Sleman 1.335 Ha dari luasKabupaten Sleman 57.482. Perlu diketahui

    bahwa luas seluruh hutan di DIY31.077,18 Ha, sedangkan luas wilayahDIY 318.580 Ha.

    Terlalu sempitnya luas hutanberdampak pada tingginya debit sungaipada musim penghujan, dan kecilnya debitsungai pada musim kemarau. WilayahSleman dengan mayoritas merupakan DAS

    Opak dan DAS Progo memiliki luas hutan1335 Ha, Debit maksimum Sungai Opak

    5275 m3/detik, sedangkan debit minimum0,126 m3/detik. Sebagai perbandinganadalah DAS Serang di Kulonprogo. DASSerang dengan panjang sungai 36 km, luas26 km, luas hutan debit maksimum 5,668

    m3/detik dan debit maksimum 0,863m3/detik.

  • 7/24/2019 Resapan Air (Suhadi -2015)

    7/10

    Geoedukasi Volume IV Nomor 1, Maret 2015, Purwantara. S. ________________________ 37

    Tabel 1. Panjang Sungai dan Debit

    Tabel 2. Luas Hutan DIY

    Berdasarkan data tersebut luas hutan

    terluas ada di Kulonprogo danGunungkidul, sedangkan yang paling

    sedikit ada di Sleman dan Bantul.Semakin sempitnya luas hutan dapatterjadi karena kerusakan faktor alami dannon alami. Faktor alami antara lain karenabencana alam erupsi, ataupun badai yang

    berakibat pohon terbakar atau tumbang. Diwilayah lereng Merapi, erupsi rutin terjadi

    hampir setiap lima hingga enam tahun.Erupsi yang tergolong besar adalah erupsitahun 2010, 2006, 2001, 1997, 1994.Faktor lainnya adalah faktor non alami,

    contohnya kebakaran hutan yangdisengaja, penebangan liar, maupun ladangberpindah. Di wilayah DIY luas kerusakanhutan terjadi akibat faktor alami, seluas700,74 Ha, dari luas total kerusakan hutan761,74 Ha. Besarnya kerusakan hutankarena penebangan liar relatif kecil, yaituseluas 0,21 Ha. Kerusakan karenakebakaran hutan lebih besar daripadapenebangan liar , yaitu mencapai 60,99 Ha.Semakin sedikitnya hutan berakibat pada

    semakin berkurangnya volume air meresapdalam tanah. Pengganti ruang peresapan

    air hujan yang telah berkurang adalahdengan resapan air buatan.

    E. Dampak Permukiman

    Berdasarkan fakta diketahui bahwabanyak masalah di wilayah perkotaanYogyakarta menerima dampak akibat alih

    fungsi lahan resapan air hujan menjadipermukiman. Banyak masyarakatmengeluh mengenai berkurang ataubahkan hilangnya sumber air tanah diperkotaan Yogyakarta. Bukan hanya

    kuantitasnya saja, tetapi kualitas jugamerupakan masalah yang tidak dapatdikesampingkan. Pada bagian airpermukaan, di wilayah tengah dan hilirjuga mengalami dampaknya. Dampakhilangnya resapan air di bagian atas ataubagian hulu, di lereng Merapi, diduga kuatberakibat pada adanya banjir lokal diwilayah permukiman, bahkan juga banjirbandang pada wilayah yang ada di sekitarsungai-sungai yang melewati wilayahpermukiman padat penduduk. Fakta pernah

    terjadi banjir di wilayah Yogyakarta,antara lain menghayutkan beberapa siswadi Sungai Bedog (NetNews). Ancaman

    banjir bandang juga banyak diulas massmedia Yogyakarta dengan bersumber padaBadan Penanggulangan Bencana DaerahDIY (Tempo.com). Dampak lainnya yangjuga sangat memilukan adalah langkanya

    air bersih. Di banyak wilayah perkotaanYogyakarta telah merasakan dampaknya.

    Banyak masyarakat di sekitar hotel-hotelbaru, permukaan air sumurnya mulaisemakin dalam. Menurut ESDM DIY,telah terjadi penurunan muka air tanahsebesar 30 cm setiap tahun di Yogyakarta

    karena tumbuhnya permukiman penduduk,sehingga mengurangi ruang peresapan air

    (Harian Jogja).Berikut tabel sebagian fakta berkaitan

    dengan masalah kekeringan air tanah danbanjir bandang.

    Sungai Panjang Debit

    maks(m3/det)

    Debit

    min(m3/det)

    Opak 61,6 5,275 0,126

    Serang 36 5,668 0,863

    Oyo 168,9 11,684 0,048

    Code 30,8 4,616 0,002

    Gajahwong 37,35 4,929 0,022

    Winongo 48,7 4,193 0,156

    Progo 149 40 -

    Sumber: SLHD DIY, 2012 dan BBWS, 2013.

    Kabupaten/Kota Luas Hutan

    Gunungkidul 14.026

    Bantul 1.058

    Sleman 1.335

    Kulonprogo 20.593

    Kota 25

    DIY 31.077

    Sumber: SLHD DIY, 2012

  • 7/24/2019 Resapan Air (Suhadi -2015)

    8/10

    Geoedukasi Volume IV Nomor 1, Maret 2015, Purwantara. S. ________________________ 38

    Tabel 3. Masalah Kekeringan Air Tanah dan Banjir Bandang

    No. Masalah Penyebab Sumber

    1 Air tanah di jogja turun

    30 cm per tahun

    Ruang resapan berkurang

    karena permukiman baru

    ESDM DIY Harian Jogja

    21/9/2014

    2 Sumur mengering di

    Yogyakarta

    Industri Hotel mengambil air

    berlebihan

    ESDM DIYBara news.co

    21/9/2014

    3 Kualitas dan Kuantitas

    Air Terus Turun di

    Jogja

    Lahan sawah menjadi

    permukiman dan sumur

    resapan limbah terlalu dekat

    dengan sumur

    PSLH UGM, Harian

    Umum Pelita 21

    September

    4 20% resapan hilang Resapan berubah fungsi

    menjadi permukiman

    Jogjasiaga bencana 9 Juli

    20135 Sumur kering Jogja Air tanah tersedot hotel Tribun

    6 Banjir bandang Jogja Hilangnya resapan menjadi

    permukiman dan rusak oleh

    erupsi

    Jogjasiaga bencana 3

    Januari 2012

    7 5-7 siswa Hanyut

    Akibat Banjir Bandang

    di Yogyakarta

    Sungai Bedog banjir

    mendadak karena hilangnya

    resapan.

    NetNews

    8 50 Ribu Jiwa di

    Yogyakarta Terancam

    Banjir

    Tingginya curah hujan BPBD DIY (Tempo.com)

    F.

    Penempatan Resapan BuatanResapan buatan sudah selayaknya

    dibangun di wilayah resapan alami yang

    telah berubah fungsi menjadi bukanwilayah resapan. Di wilayah lerengMerapi, sebagian hutan telah berubah

    fungsi menjadi lahan pertanian, bahkanpermukiman. Wilayah Umbulharjo

    Cangkringan Sleman, di lokasi sebelahutara Dusun Mbah Marijan dalambeberapa dekade terakhir telah berubahmenjadi wilayah permukiman hingga tahun

    2010 ketika terjadi erupsi besar Merapi.Wilayah yang semula berupa hutansebagai peresap air hujan menjadiberkurang fungsinya, baik karena faktormanusia (buatan) maupun faktor erupsi(alam).

    Resapan air hujan sangat diperlukanuntuk mempertahankan keseimbanganekologis cadangan air tanah dan kebutuhanair tanah oleh penduduk. Apabila hal itudiabaikan, maka bencana kekeringan dimasa yang akan datang, yang sekarang

    baru berupa mimpi buruk, akan menjadikenyataan.

    Agar mimpi buruk itu tidak terwujud,

    maka sejak dari dini harus sudah dirancangusaha meresapkan air hujan denganberbagai metode yang telah teruji secara

    ilmiah. Pembangunan resapan buatanseperti ledokan (infiltration basin),

    bendungan perenial (perennial dam), alur-alur parit, penggenangan (flooding), sumurterbuka, sumur bor, tanggul infiltrasi,maupun modifikasi alur sungai harus

    segera dilakukan.Rekayasa pembangunan resapan

    buatan tentu saja mempertimbangkankondisi fisik lahan di setiap wilayah. Halitu harus menjadi pertimbangan karenaberkaitan dengan biaya seta efektivitasresapan buatan. Resapan buatan palingbagus dibangun di wilayah lahan denganresapan besar. Resapan yang baik apabilatekstur tanah relatif kasar, bukan lempung,dan bukan daerah luah atau lepasan airtanah.

  • 7/24/2019 Resapan Air (Suhadi -2015)

    9/10

    Geoedukasi Volume IV Nomor 1, Maret 2015, Purwantara. S. ________________________ 39

    Wilayah Sleman, sebelah utaraperkotaaan Yogyakarta memiliki jenis

    tanah relatif kasar, yaitu regosol ataupunlatosol coklat. Sebagian besar wilayah

    Sleman, seperti Kecamatan Pakem,Ngaglik, maupun Ngemplak memilikipermukaan air tanah yang relatif dangkal,dan bahkan beberapa merupakan zonelepasan berupa mataair. Namun ada juga

    wilayah yang air tanahnya relatif dalam,pada musim kemarau lebih dari 15 meter.Wilayah tersebut terakhir itulah yangcocok untuk menjadi wilayah resapan airhujan.

    III. PENUTUP

    Perkembangan permukiman yang

    semakin luas akibat dari pertumbuhanjumlah penduduk di berbagai wilayah akanmengancam problem air bersih terutama

    air tanah. Berbagai dampak akibatberkurangnya ruang peresapan telah mulai

    dirasakan terutama masalah air bersih diwilayah padat penduduk di perkotaan. Lajupercepatan pembangunan permukiman

    dengan mengurangi lahan persawahan diSleman menjadi momok menakutkan.Hantu itu akan menjadi kenyataanapabila pemerintah tidak segera memiliki

    rancangan yang bersifat mitigasi bencanakrisis air bersih.

    DAFTAR PUSTAKA

    Chay Asdak, 2007. Hidrologi danPengelolaan Daerah AliranSungai.Yogyakarta: Gadjah Mada

    University Press.

    Indarto 2010. Hidrologi Dasar Teori danContoh Aplikasi Model Hidrologi.Jakarta: PT Bumi Aksara.

    Fetter, C.W. 2001. Applied Hydrogeology.New Jersey: Prentice Hall Inc.

    Jayadinata, Johara T, 1999, Tata Guna

    Tanah Dalam PerencanaanPedesaan Perkotaan dan Wilayah,Bandung, Penerbit: ITB.

    Kemristek Jumat 16 Februari 2007. KilasOpini : Penanganan Banjir Dan

    Kekeringan Dengan WadukResapan. diunduhhttp://www.ristek.go.id/?module=News%20News&id=1617

    Kompas 5 April 2011. Tiap tahun LuasSawah di Sleman Menyusut.

    Koestoer RH, 1997,Perspektif LingkunganDesa Kota, Teori dan Kasus,

    Jakarta, Penerbit UniversitasIndonesia (UI-Press).

    Kusnaedi, 2011. Sumur Resapan untukPemukiman Perkotaan dan

    Pedesaan. Jakarta: PenebarSwadaya.

    Linsley, R.K., Kohler M.A. and PaulusJ.L.A. 1996. Hidrologi untuk

    Insinyur. Jakarta: Erlangga

    Media Indonesia 4 September 2014.Hotel

    sedot Air Tanah Jatah Warga.

    NetNews. 5-7 siswa Hanyut Akibat BanjirBandang di Yogyakarta. Diunduhdari

    http://www.veoh.com/watch/yapi-UorNZ_mGTlI?h1=NET5+-+7+Siswa+Hanyut+Akibat+Banjir+Bandang+di+Jogja

    Republika, 26 November 2013. SetiapTahun Lahan Pertanian Sleman

    Susut 100 Ha.

    Soefaat (et al), 1997, Kamus Tata Ruang,Direktorat Jenderal Cipta karyadep. PU.

    Seiler, K.P, and Gat, J.R., 2007.Groundwater Recharge From Run-off, Infiltration and Percolation.The Netherlands: Springer.

    Setyawan Purnama, 2010. Hidrologi Air

    Tanah. Yogyakarta: Kanisius

    http://www.ristek.go.id/?module=News%20News&id=1617http://www.ristek.go.id/?module=News%20News&id=1617http://www.veoh.com/watch/yapi-UorNZ_mGTlI?h1=NET5+-http://www.veoh.com/watch/yapi-UorNZ_mGTlI?h1=NET5+-http://www.veoh.com/watch/yapi-UorNZ_mGTlI?h1=NET5+-http://www.veoh.com/watch/yapi-UorNZ_mGTlI?h1=NET5+-http://www.ristek.go.id/?module=News%20News&id=1617http://www.ristek.go.id/?module=News%20News&id=1617
  • 7/24/2019 Resapan Air (Suhadi -2015)

    10/10

    Geoedukasi Volume IV Nomor 1, Maret 2015, Purwantara. S. ________________________ 40

    SLHD DIY, 2012. Diunduh darihttp://blh.jogjaprov.go.id/slhd-

    provinsi-diy/RKPD

    Tempo, 19 Desember 2013. 50 Ribu Jiwadi Yogyakarta Terancam Banjir.diunduh darihttp://www.tempo.co/read/news/2013/12/19/058538562/50-Ribu-Jiwa-di-

    Yogyakarta-Terancam-Banjir.

    Todd, David Keith dan Mayes, 2005.Groundwater Hydrology. NewYork: McGraw-Hill.

    Tribune 6 Agustus 2014. Warga Miliran

    Yogya Mandi Tanah Gara-garaSumur Kering.

    Bara News, 21 September 2014. IndustriHotel Membuat Air Tanah diYogyakarta Turun.

    Harian Jogja 21 September 2014: Air diJogja Setiap Tahun Turun 30Centimeter, IniPenyebabnya.

    http://blh.jogjaprov.go.id/slhd-provinsi-diy/RKPDhttp://blh.jogjaprov.go.id/slhd-provinsi-diy/RKPDhttp://www.tempo.co/read/news/2013/12/19/058538562/50-Ribu-Jiwa-di-Yogyakarta-http://www.tempo.co/read/news/2013/12/19/058538562/50-Ribu-Jiwa-di-Yogyakarta-http://www.tempo.co/read/news/2013/12/19/058538562/50-Ribu-Jiwa-di-Yogyakarta-http://www.tempo.co/read/news/2013/12/19/058538562/50-Ribu-Jiwa-di-Yogyakarta-http://www.tempo.co/read/news/2013/12/19/058538562/50-Ribu-Jiwa-di-Yogyakarta-http://www.tempo.co/read/news/2013/12/19/058538562/50-Ribu-Jiwa-di-Yogyakarta-http://blh.jogjaprov.go.id/slhd-provinsi-diy/RKPDhttp://blh.jogjaprov.go.id/slhd-provinsi-diy/RKPD