Upload
others
View
18
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
REPRESENTASI PEMBELAJARAN BUDI PEKERTI
DAN TOLERANSI DALAM FILM ANIMASI
UPIN &
(Analisis Semiotika Tentang Pembelajaran
dalam Film Serial Animasi “Upin & Ipin Season 1”)
ACHID PRI’AMBUDI
Diajukan untuk melengkapi tugasmemperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
REPRESENTASI PEMBELAJARAN BUDI PEKERTI
DAN TOLERANSI DALAM FILM ANIMASI
UPIN & IPIN SEASON 1
(Analisis Semiotika Tentang Pembelajaran Budi Pekerti dan Toleransi
dalam Film Serial Animasi “Upin & Ipin Season 1”)
Oleh:
ACHID PRI’AMBUDI
NIM. D0205026
Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2011
REPRESENTASI PEMBELAJARAN BUDI PEKERTI
DAN TOLERANSI DALAM FILM ANIMASI
Budi Pekerti dan Toleransi
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui oleh Dosen Pembimbing Skripsi
dan siap diuji oleh Dewan Penguji Skripsi
pada Jurusan Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Hari : Senin
Tanggal : 24 – 01 - 2011
Pembimbing,
Drs. Adolfo Eko Setyanto, M.Si. NIP. 19580617 198702 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PENGESAHAN
Telah Diuji dan Disahkan oleh Panitia Penguji Skripsi
Jurusan Ilmu Komunikasi
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta
Hari :
Tanggal :
Susunan Panitia Penguji:
1. Sri Hastjarjo, S.Sos, Ph.D Ketua (……………………)
NI NIP. 19710217 199802 1 001
2. Nora Nailul Amal, S.Sos, MLMEd, Hons Sekretaris (……………………)
NIP. 19810429 200501 2 002
3. Drs. Adolfo Eko Setyanto., M.Si Penguji (……………………)
NIP. 19580617 198702 1 001
Mengetahui,
Dekan,
Drs. H. Supriyadi, SN, S.U.
NIP. 19530128 198103 1 001
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
MOTTO
Saat kau terlahir di dunia ini, hanya kau yang menangis sedangkan orang-
orang di sekelilingmu tersenyum, maka jalanilah hidupmu dengan kebaikan
dan senyum hingga tiba saatnya nanti kau meninggal orang-orang
disekitarmu akan menangis dan hanya kau yang tetap tersenyum.
Semulia-mulia manusia ialah orang yang mempunyai adab yang merendah
diri ketika berkedudukan tinggi, memaaf ketika berdaya membalas dan
bersikap adil ketika kuat -Khalifah Abdul Malik Marwan-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan dan ucapkan terimakasih kepada:
1. Kedua orang tuaku, Sarwono Kusuma Atmaja dan Reni Wuryaningsih yang
dengan sabar menyemangatiku dan mendukungku serta selalu mendoakanku.
2. Kakakku tercinta Krisna Primasasi, dan Adikku Wiliam Susilo atas dukungan
dan semangatnya.
3. Ina Primasari atas kesabarannya mendukungku setiap hari serta selalu
membuatku optimis atas segala sesuatunya.
4. Teman-teman Ilmu Komunikasi Angkatan 2005 atas pengalaman dan
kebersamaan yang membuat proses pencarian ilmu menjadi lebih
menyenangkan dengan sikap kekeluargaan sehingga merasakan sebagai suatu
kesatuan.
5. Teman-teman kos PPT yang sudah seperti keluarga dalam menjalani
kehidupan bersama di perantauan, Abas Wahyudi, Agung Pambudi, Agung
Wahyu Pamungkas, Dhina Kharisma, Dwi Prasetya, Moammar Ridlo Danar,
Umar Januardi Harahap, Afrian Pramusetyo, Reza Grahito, Bayu Ridlo,
Aniqul Fahmi, Muhammad Firdaus Al-hamudi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
KATA PENGANTAR
Assalamu’Alaikum Wr. Wb.
Syukur Alhamdulillah atas kehadirat ALLAH SWT atas segala anugerah
dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
“REPRESENTASI PEMBELAJARAN BUDI PEKERTI DAN TOLERANSI
DALAM FILM ANIMASI UPIN & IPIN SEASON 1 (Analisis Semiotika
Tentang Pembelajaran Budi Pekerti dan Toleransi dalam Film Serial Animasi
“Upin & Ipin Season 1”)”.
Penyusunan skripsi ini merupakan suatu bentuk pertanggungjawaban
Penulis sebagai mahasiswa guna memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar
Sarjana Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Keberhasilan ini tidak lepas dari semua pihak yang telah membantu
penulis dengan sepenuh hati. Oleh karena itu penulis ingin mengucapkan terima
kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan serta dukungan moral.
Semoga budi baik yang diberikan kepada Penulis mendapat balasan dari ALLAH
SWT. Ucapan terima kasih ini Penulis sampaikan kepada:
1. Maha Besar Allah SWT atas segala kasih sayang dan rahmatnya yang
telah memberikan kesempatan penulis sehingga mendapatkan pengalaman
yang berharga di FISIP UNS.
2. Dra. Prahastiwi Utari, M.Si, Ph.D selaku Ketua Jurusan Komunikasi yang
telah banyak membantu dan memberi pengarahan kepada Penulis,
sehingga Penulis dapat menyelesaikan kuliah tepat pada waktunya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
3. Drs. Adolfo Eko Setyanto, M.Si selaku dosen pembimbing yang
memberikan arahan, masukan dan nasihat, sehingga skripsi ini dapat
diselesaikan dengan baik.
4. Dra. Christina Tri H. M.si selaku Pembimbing Akademik yang
memberikan pengarahan dan saran yang membangun.
5. Segenap dosen di Jurusan Ilmu Komunikasi atas pengetahuan yang
diberikan selama masa studi dan semoga dapat menjadi ilmu yang
bermanfaat.
6. Segenap karyawan di Jurusan Ilmu Komunikasi yang telah banyak
membantu penulis dalam penyusunan skripsi.
Penyusunan skripsi ini masih dapat dikembangkan lebih baik lagi. Oleh
karena itu, dengan segala kerendahan dan kelapangan hati penulis menerima saran
maupun kritik yang sifatnya membangun. Semoga Skripsi ini dapat bermanfaat
bagi semua pihak.
Wassalamu’Alaikum Wr. Wb.
Solo, 20 Januari 2011 Penulis
Achid Pri’ambudi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
Daftar Isi
Halaman
PERSETUJUAN............................................................................................. i
PENGESAHAN.............................................................................................. ii
MOTTO.......................................................................................................... iii
PERSEMBAHAN ......................................................................................... iv
KATA PENGANTAR................................................................................... v
DAFTAR ISI.................................................................................................. vii
DAFTAR BAGAN........................................................................................ x
ABSTRAK..................................................................................................... xi
ABSTRACT.................................................................................................. . xii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ......................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian .................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian .................................................................. 8
E. Telaah Pustaka ....................................................................... 8
1. Film Sebagai Media Komunikasi ....................................... 9
2. Pengertian Film Animasi ................................................... 11
3. Proses Pemaknaan dalam Film .................................... ...... 20
4. Budi Pekerti dan Toleransi .......................................... ...... 30
5. Pinsip Belajar ..................................................... ............... 36
6. Elemen Belajar .......................................................... ........ 38
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
7. Aktivitas Belajar ....................................................... ......... 39
8. Kerangka Berpikir .................................................... ......... 41
F. Metode Penelitian .................................................................. 43
1. Jenis Penelitian ................................................................. 43
2. Metode Penelitian ............................................................ 44
3. Objek Penelitian ....................................................... ........ 46
4. Teknik Pengumpulan data .......................................... ...... 46
5. Sumber Data ............................................................ ......... 49
6. Analisis Data ............................................................. ....... 49
BAB II. DESKRIPSI FILM UPIN & IPIN SEASON 1
A. Latar Belakang Film Upin & Ipin Season 1 ............................ 53
B. Latar Belakang Produksi ………………………….............. .. 53
C. Seputar Serial Film Animasi Upin & Ipin ......................... .... 54
D. Tokoh dalam Film Animasi Upin & Ipin ............................... 55
E. Kru dalam Film Animasi Upin & Ipin ............................. ...... 60
BAB III. PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
A. Analisis Film Upin & Ipin Season 1 ....................................... 65
1. Korpus 1 Episode 1 Scene 1 ....................................... .... 65
2. Korpus 2 Episode 1 Scene 2 ....................................... .... 69
3. Korpus 3 Episode 1 Scene 3 ....................................... .... 74
4. Korpus 4 Episode 2 Scene 2 ....................................... .... 78
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
5. Korpus 5 Episode 3 Scene 2 ....................................... .... 83
6. Korpus 6 Episode 4 Scene 1 ....................................... .... 93
7. Korpus 7 Episode 4 Scene 2 ....................................... .... 99
8. Korpus 8 Episode 5 Scene 1 ....................................... .... 103
9. Korpus 9 Episode 6 Scene 2 ....................................... .... 108
10. Korpus 10 Episode 6 Scene 3 ....................................... .. 116
B. Kesimpulan Analisis ....................................................... ....... 118
BAB IV. PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 122
B. Kendala Penelitian ......................................................... ........ 125
C. Saran........................................................................................ 126
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
DAFTAR BAGAN
GAMBAR HALAMAN
Gambar 1.1. Elemen Makna Pierce .............................................................. 25
Gambar 1.2. Elemen Makna Saussure .......................................................... 26
Gambar 1.3. Signifikasi Dua Tahap Barthes .................................................. 28
Gambar 1.4. Peta Tanda Barthes ........................................................... ......... 29
Gambar 1.5. Kerangka Pemikiran ......................................................... ......... 40
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
ABSTRAK
Achid Pri’ambudi. D 0205026. “REPRESENTASI PEMBELAJARAN BUDI PEKERTI DAN TOLERANSI DALAM FILM ANIMASI UPIN & IPIN SEASON 1 (Analisis Semiotika Tentang Pembelajaran Budi Pekerti dan Toleransi dalam Film Serial Animasi “Upin & Ipin Season 1”)”. Skripsi. Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Universitas Sebelas Maret Surakarta. Januari. 2011.
Tujuan dari penelitian ini adalah Untuk mengetahui makna-makna
pembelajaran budi pekerti dan toleransi yang terkandung dalam lambang-lambang komunikasi pada film animasi Upin & Ipin Season 1. Jenis penelitian ini bersifat interpretative kualitatif. Data dalam penelitian ini adalah data kualitatif (data yang bersifat tanpa angka-angka atau bilangan), sehingga data bersifat kategori substansif yang kemudian diinterpretasikan dengan rujukan, acuan, dan referensi-referensi ilmiah.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis semiotik. Analisis semiotik merupakan cara atau metode untuk menganalisis dan memberikan makna-makna terhadap lambang-lambang yang terdapat pada suatu paket lambang-lambang pesan atau teks. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data primer: data yang diperoleh dari rekaman film animasi Upin & Ipin Season 1. Jenis data Sekunder: data yang diperoleh dari studi kepustakaan, informasi media massa yang berhubungan dengan objek penulisan ini. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model analisis semiotik Roland Barthes. Objek penelitian dalam penelitian ini adalah film Animasi Upin & Ipin Season 1 yang akan dibahas lambang-lambang komunikasi dan aspek sinematografis setiap scene yang mendukung terbentuknya makna pembelajaran budi pekerti dan toleransi film tersebut, sehingga akan diperoleh makna denotasi dan konotasi dari hubungan keduanya.
Berdasarkan visualisasi audio dan visual yang kemudian dilakukan analisis setiap scene mengenai lambang-lambang komunikasi serta unsur sinematografi film Upin & Ipin Season 1, makna pembelajaran budi pekerti dan toleransi dari film tersebut adalah: film animasi Upin & Ipin Season 1 ingin menggambarkan bahwa pembelajaran budi pekerti merupakan hal yang penting dan memerlukan waktu yang tidak sedikit. Dalam pembelajaran budi pekerti dan toleransi dibutuhkan suatu proses pembelajaran yang dapat dilakukan dengan melalui mendengarkan maupun praktek. Film animasi Upin & Ipin season 1 juga ingin menggambarkan bahwa dalam proses pembelajaran budi pekerti dan toleransi harus disertai dengan hukuman atau punishment untuk memberikan efek jera agar proses pembelajaran budi pekerti dan toleransi berjalan efektif disamping penggunaan pujian atau reward.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
ABSTRACT
Achid Pri’ambudi. D 0205026. “REPRESENTATION LEARNING MANNERS AND TOLERANCE IN ANIMATION FILM UPIN & IPIN SEASON 1 (Semiotic Analysis About Learning manners and Tolerance in Animation Film “Upin & Ipin Season 1”)”. Thesis. Major in Communication Science. Faculty of Social Science and Political Science. Sebelas Maret University of Surakarta. January. 2011.
Objective of this research is to know means of learning manners and
tolerance that contained in communication signs that can be found in animation film Upin & Ipin Season 1. Type of this research characteristic interpretative qualitative. Data in this research is qualitative (data that without numbers), so the data have substansive characteristic then impretated with reference, mold, and scientific reference.
Research method that used in thios research is method semiotic analysis. Semiotic analysis is way or method to analyse and give means to sign that occur at signs message packet or text. Type data that used in this research is primary data: data that obtained from film Upin & Ipin Season 1 record. Type secondary data : data that obtained from literature study, mass media information that related with this writing object. Data analysis that used in this research using Roland Barthes semiotic analysis model. Object research in this research is animation film Upin & Ipin Season 1 that will discussed communication signs and cinematography aspect each scene tahat support formed mean learning manners and tolerance that film, so would obtained denotative and konotative mean from those two relation.
Based on visualization audio and visual then done analysis in each scene about communication signs and cinematography element Upin & Ipin Season 1 film, means learning manners and tolerance from that film is: animation film Upin & Ipin Season 1 wants to describe that leraning manners and tolerance is something that important and require alot amount of time. In learning manners and tolerance require a process learning that can be done through listen or practice. Animation film Upin & Ipin Season 1 also want to describe if in learning manners and tolerance process must be accompanied with penalty or punishment to give wary effect so that learning manners and tolerance proceed effective beside using praise or reward.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sebuah tanda muncul dalam kegiatan yang disebut sebagai “komunikasi”.
Selain itu tanda juga berfungsi untuk menjalin saling pengertian. Adanya teori
tentang “tanda” ini disebabkan oleh timbulnya kesadaran manusia akan fungsi
sebuah tanda. Teori ini kemudian berkembang melalui pendapat dan analisa dari
beberapa teoritikus yang kemudian lebih dikenak dengan sebutan “semiotic” atau
semiotika.
Semiotik merupakan teori umum dalam tanda bahasa. Sebagai bagian dari
ilmu pengetahuan, semiotik tidak meneliti tanda-tanda yang bersifat konkret
dalam suatu bahasa tertentu, melainkan meneliti ilmu bahasa secara umum.
Semua pengetahuan pada akhirnya merupakan suatu pengetahuan yang bersifat
sosial dengan syarat media yang digunakan dalam tukar menukar informasi,
penerimaan informasi, cara pengolahan informasi, dan lain sebagainya dapat
ditentukan secara bebas (Buhr dalam Trabaut, 1996:7)
Kemampuan film dalam menunjukkan gambar-gambar yang seolah-olah
nyata, sama persis dengan realitas ke atas layar lebar menjadikan film sebagai
media elektronik tertua. Keberadaan film telah menjadikan film sebagai salah satu
media komunikasi massa yang benar-benar disukai bahkan sampai sekarang.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Lebih dari 70-an tahun, film hadir dan merasuki kehidupan manusia yang sangat
luas dan beranekaragam (Liliweri, 1991:152-153).
Manusia pada hakekatnya diciptakan sebagai makhluk yang baik dan netral.
Namun, seiring pertumbuhan dalam kehidupannya, manusia mempelajari segala
sesuatunya dari lingkungan tempatnya berinteraksi untuk mengembangkan
dirinya. Pembelajaran untuk mengembangkan diri tersebut dimulai sejak manusia
dilahirkan kedunia terutama pada masa anak-anak. Masa anak-anak merupakan
masa perkembangan otak yang paling signifikan, oleh karena itu anak-anak adalah
peniru terbaik. Anak-anak akan dapat menirukan apa yang mereka lihat, dengar
atau apapun yang terjadi di sekitar tempatnya berinteraksi.
Saat ini, budi pekerti merupakan barang mahal dan langka yang ada di
masyarakat kita. Perkembangan pergaulan yang diterpa kemajuan teknologi yang
tanpa kontrol membuat segala sesuatunya dapat dengan leluasa masuk dalam
lingkup interaksi masyarakat kita tanpa terkecuali anak-anak.
Kemajuan teknologi terutama televisi sangat mempengaruhi perkembangan
anak-anak saat ini. Akses yang murah meriah tanpa adanya kontrol yang memadai
membuat televisi menyajikan banyak sekali pilihan arah untuk mengembangkan
diri bagi anak-anak. Saat ini, acara yang disajikan televisi tidak melalui
pertimbangan jam tayang yang layak serta konten yang patut untuk disajikan dan
ditonton oleh anak-anak. Hal ini terlihat dari banyaknya acara yang cenderung
tidak mempertimbangkan konten pendidikan kepada anak-anak namun, lebih
cenderung mempunyai konten yang “sebatas” menarik untuk dinikmati.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Saat ini film anak-anak yang disajikan kebanyakan tidak memenuhi konten
edukasi yang mencukupi, malah cenderung mempunyai konten yang tidak
mendidik. Di tengah terpaan acara televisi anak-anak yang gencar seperti sekarang
ini, orang tua yang seharusnya menjadi pendamping yang memberikan kontrol
kadang lalai dalam mendampingi anak-anak saat melihat acara televisi tersebut.
Hal ini dapat mengakibatkan anak-anak menangkap seluruh konten acara tersebut
tanpa menyaring mana yang boleh ditiru dan mana yang tidak boleh ditiru.
Keberadaan media televisi dewasa ini memang sangat sulit untuk dielakkan
dari kehidupan sehari-hari. Keberadaannya yang murah namun menyajikan
berbagai pilihan hiburan yang disajikan di depan konsumen membuat masyarakat
cenderung menikmati hiburan yang disajikan tanpa berpikir efek yang
ditimbulkan dari hiburan yang disajiikan. Hal ini diperkuat dengan kondisi
masyarakat kita yang cenderung “pekerja keras” sehingga diwaktu luangnya
sebisa mungkin digunakan untuk menikmati hiburan yang tersaji langsung
didepannya.
Kemampuan film dalam menunjukkan gambar-gambar yang seolah-olah
nyata, sama persis dengan realitas ke atas layar lebar menjadikan film sebagai
media elektronik tertua. Keberadaan film telah menjadikan film sebagai salah satu
media komunikasi massa yang benar-benar disukai bahkan sampai sekarang.
Lebih dari 70-an tahun, film hadir dan merasuki kehidupan manusia yang sangat
luas dan beranekaragam (Liliweri, 1991:152-153).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
Film merupakan hasil tangkapan gambar yang dapat merepresentasikan
keadaan atau kenyataan. Film dapat berisikan pesan-pesan yang ingin
disampaikan kepada penonton dengan sajian audio visual. Isi sebuah film dapat
berupa kenyataan maupun fiktif dengan harapan membuat suatu fakta baru namun
dengan penyajian yang berbeda agar pesan yang ingin disampaikan akan lebih
mudah ditangkap oleh penonton.
Saat ini, perkembangan film di Indonesia sangat cepat dengan berbagai
genre. Tetapi dalam poses perkembangannya, perfilman Indonesia cenderung
didominasi oleh film-film cinta, seks, horor atau komedi yang notabene cenderung
tidak mengedepankan aspek edukasi bagi penontonnya akan tetapi lebih fokus ke
aspek hiburan semata. Film-film yang kurang mendidik dan tidak mengedepankan
aspek edukasi diantaranya Quickie Express, Xtra Large, Suster Keramas.
Film-film yang kurang mengedepankan aspek edukasi tersebut tumbuh
menjamur tanpa mempertimbangkan penonton film yang kemungkinan terdapat
anak-anak di dalamnya.
Film yang cenderung disukai anak-anak adlah film animasi, hal ini
disebabkan adanya suatu ilustrasi imajinasi bagi anak yang tergambar dalam
sebuah film animasi. Anak akan lebih bebas mengembangkan imajinasinya ketika
menikmati film animasi yang disukainya.
Saat ini film-film animasi juga banyak tumbuh di Indonesia meskipun
bukan produk asli bangsa ini. Film animasi yang beredar saat inipun juga
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
cenderung tidak mengedepankan aspek edukasi, justru diantaranya menunjukan
aspek kekerasan, kenakalan, diantaranya adalah Crayon Shincan, Naruto, Avatar.
Dari sedemikan banyak film animasi yang marak beredar di Indonesia,
hanya segelintir yang mengedepankan asperk edukasi kepada anak-anak, salah
satunya adalah “Upin & Ipin”. Film ini mengedepankan aspek kerukunan dan
pembelajaran budi pekerti pada anak-anak.
Discussions of animation tend to blend movement with these other concepts (of gesture, performance, etc.) and although movement is inherent in these concepts, they do not necessitate movement, nor are they made up of movement alone. Movement is therefore subjectively transformed in relation to other concepts. So although Wells does state that “animated motion carries with it implied ‘meaning’, sometimes metaphoric or symbolic”, he does also aver that “motion could be simply ‘blocking’, i.e. the movement from A to B” (Wells, 2009)
Animasi adalah jenis film yang tidak menggunakan karakter atau tokoh riil
namun dengan menggunakan tokoh khayalan (animasi) yang dibuat sedemikian
rupa untuk merepresentasikan aktor atau tokoh yang dimaksud. Animasi lebih
menarik bagi kalangan anak-anak dikarenakan karakter-karakter yang dibuat
sedemikian rupa hingga anak-anak dapat ikut merasakan peran serta dalam film
tersebut.
In animation the issue of movement is central to any discussion of its nature, irrespective of its form, style or process of creation. As an animator, Norman McLaren believed “the most important thing in film is motion, movement” (in Bendazzi, 1994:117), whilst Wells describes animated films as “the artificial creation of the illusion of movement in inanimate lines and forms” (1998:10). Movement is of primary concern in this simple definition and in earlier critical analyses of animation, Sergei Eisenstein “recognised ‘if it moves, then it’s alive’” (Leyda, 1988:54 quoted in Wells, 1998:14).
Film yang menjadi obyek penelitian ini adalah film serial animasi “Upin &
Ipin” produksi LES’ COPAQUE keluaran tahun 2007 terbitan oleh H.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
Burhanuddin bin Md Radzi dan Hj. Ainon binti Ariff. Film ini dibuat oleh
Malaysia dengan tokoh utama Upin & Ipin sebagai anak kembar yatim piatu yang
hidup bersama nenek (Opah) dan seorang kakak perempuan (Kak Ros). Dalam
film ini Upin sebagai kakak dan Ipin sebagai adik.
Penulis memilih “Upin & Ipin” dikarenakan film ini memiliki beberapa
episode dengan masing-masing cerita dan pembelajaran yang berbeda. Selain itu
film ini menggambarkan sebuah kepolosan anak-anak ketika sedang menghadapi
suatu masalah sampai pada saatnya terjadi suatu pembelajaran oleh anak-anak
tersebut.
Film ini menceritakan kehidupan sehari-hari Upin dan Ipin di sebuah
lingkungan yang masyarakatnya beragam baik suku, ras, budaya dan agama dalam
menyambut dan melalui bulan Ramadhan. Upin dan Ipin yang masih kecil nan
lincah mempunyai teman-teman bermain dari bermacam-macam suku, budaya dan
agama, namun tetap terjalin kerukunan diantara mereka dan terjalin rasa saling
toleransi diantara mereka serta terjalin interaksi yang saling mengingatkan tentang
kebaikan, budi pekerti, kesopanan serta sikap yang patut bagi anak-anak.
Berdasarkan uraian diatas, penulis ingin mengetahui bagaimana representasi
pembelajaran budi pekerti terhadap anak-anak dalam film serial animasi “Upin &
Ipin season 1”.
Penulis memilih meneliti Film Malaysia dikarenakan penulis menganggap
Film tersebut mempunyai nilai-nilai pendidikan yang lebih bagi anak-anak saat ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
dibandingkan dengan Film-Film yang bermunculan di Indonesia akhir-akhir ini.
Selain itu, penulis juga menganggap bahwa Film Malaysia masih mempunyai
keterikatan budaya dan bahasa yang tidak terlampau jauh dengan Indonesia,
dibandingkan dengan Film yang berasal dari neagara lain yang budaya dan
bahasanya jauh berbeda dengan Indonesia.
Penulis memilih analisis semiotik karena penulis ingin mengetahui lebih
dalam makna pesan moral yang terkandung dalam scene-scene yang ada dalam
Film animasi Upin & Ipin tersebut.
B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah diatas, dapat ditarik rumusan masalah,
yaitu:
“Bagaimana makna pesan tentang pembelajaran budi pekerti dan toleransi
yang terdapat dalam simbol-simbol di film serial animasi “Upin & Ipin season 1”
C. Tujuan Penelitian
Suatu penelitian harus mempunyai tujuan yang jelas. Hal tersebut
dimaksudkan untuk memberikan arah dalam melangkah sesuai dengan maksud
penelitian. Berdasarkan hal tersebut diatas, maka tujuan diadakannya penelitian
ini adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Untuk mengetahui bagaimana makna pesan tentang pembelajaran budi
pekerti dan toleransi yang terdapat dalam simbol-simbol di film serial animasi
“Upin & Ipin season 1”
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, baik dari segi toritis maupun
praktis.adapun manfaat tersebut sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memperkaya khazanah keilmuan
di bidang penelitian komunikasi khususnya di bidang analisis semiotika film.
2. Manfaat Praktis
Menambah wawasan dan pengetahuan penulis tentang penelitian
komunikasi dengan pendekatan semiotika ada film. Serta menjadi rujukan bagi
para peneliti yang berminat menganalisis lebih lanjut Film khususnya melalui
pendekatan semiotika.
E. Telaah Pustaka
1. Film Sebagai Media Komunikasi
Film mempunyai banyak pengertian yang masing-masing artinya dapat
dijabarkan secara luas. Film merupakan media komunikasi sosial yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
terbentuk dari penggabungan dua indra, penglihatan dan pendengaran, yang
mempunyai inti atau tema sebuah cerita yang banyak mengungapkan realita
sosial yang terjadi di sekitar lingkungan tempat dimana film itu sendiri tumbuh.
Film sendiri dapat juga berarti sebuah industri, yang mengutamakan eksistensi
dan ketertarikan cerita yang dapat mengajak banyak orang terlibat. Film
berbeda dengan cerita buku, atau cerita sinetron. Walaupun sama-sama
mengangkat nilai esensial dari sebuah cerita, film mempunyai asas sendiri.
Selain asas ekonomi bila dilihat dari kacamata industri, asas yang membedakan
film dengan cerita lainnya adalah asas sinematografi. Asas sinematografi tidak
dapat digabungkan dengan asas-asas lainnya karena asas ini berkaitan dengan
pembuatan film. Asas sinematografi berisikan bagaimana tata letak kamera
sebagai alat pengambilan gambar, bagaimana tata letak properti dalam film,
tata artistik, dan berbagai pengaturan pembuatan film lainnya
(http://raachaan.multiply.com/journal/item/2)
Dalam pembuatan sebuah film pastilah mempunyai tujuan tertentu yang
ingin disampaikan kepada pihak penonton. Penyampaian tujuan atau pesan
tertentu ini termasuk dalam sebuah proses komunikasi dimana pembuat film
menyampaikan apa yang ingin disampaikan kepada penonton dengan cara-cara
tertentu yang dimasukkan dalam proses pembuatan film tersebut. Suatu film
dapat dikatakan sukses apabila film tersebut berhasil menyampaikan pesan
yang ingin disampaikan oleh pembuatnya kepada penonton.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
Dalam film, proses komunikasi yang terjadi dari komunikator dalam hal
ini pihak pembuat film disalurkan kepada pihak komunikan melalui media
audio visual untuk menyampaikan pesan yang kemudian diharapkan dapat
menimbulkan efek sesuai apa yang diinginkan oleh komunikator.
Komunikasi merupakan manifestasi dari interaksi sosial manusia dalam
rangka pemenuhan kebutuhan sebagai makhluk sosial. Dengan komunikasi,
manusia mengungkapkan apa yang ada dalam pikiran atau perasaan yang
berupa ide, gagasan, kreatifitas, pendapat, keyakinan, penolakan, keberanian,
pertentangan dan sebagainya. Karena hal tersebut proses komunikasi menjadi
suatu hal yang kompleks dimana penyampaian suatu pesan dari komunikator
kepada komunikan dapat mengubah pandangan, sikap, bahkan psikologi dari
pihak komunikan sesuai dengan pesan yang disampaikan dari komunikator
tersebut.
Komunikasi bagi John Fiske merupakan proses pembangkitan makna
(generation of making). Fenomena komunikasi tidak hanya dipahami sebagai
suatu proses saja. Pesan dilihat bukan sekedar sesuatu yang dikirim dari A-B.
Tapi lebih dari itu, komunikasi adalah suatu elemen di dalam struktur
hubungan diantara elemen-elemen lain termasuk di dalamnya realitas eksternal
dan pengirim (produser) serta pembaca (Fiske, 1990:4)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
2. Pengertian Film Animasi
Animasi adalah suatu rangkaian gambar diam secara inbeethwin dengan
jumlah yang banyak, bila kita proyeksikan akan terlihat seolah-olah hidup.
(http://arifummi.multiply.com/journalitem/1/PengertianAnimasi)
Prinsip film animasi merupakan aturan dasar yang memungkinkan
karakter yang diciptakannya dapat bergerak dan hidup wajar, dalam arti dapat
diterima oleh akal manusia, meskipun karakter tokoh ciptaan merupakan hasil
imajinasi yang tak mungkin dapat diterima secara rasio. Ada 12 prinsip animasi
(Art of Animation, Disney) yaitu :
1. Pose to pose
Pose to pose atau penentuan posisi gambar key animation dan
inbetween adalah cara menentukan posisi gerak karakter dari posisi awal
gerak, posisi gerak selanjutnya hingga pada posisi akhir gerak. Penentuan
posisi-posisi gerak disebut sebagai key animation. Penentuan key
animation ini dimaksudkan untuk menentukan gerak dan arah gerak yang
tepat dan baik, sesuai dengan sketsa cerita yang direncanakan, sehingga
dapat diketahui kurang lebih jumlah gambar animasi yang dibutuhkan
dan terkendali, baik kualitas gambar maupun efisiensi waktu kerja yang
dibutuhkan. Key animation hanya menentukan posisi arah arah gerak
sedangkan detail gambar gerak dibuat di antara dua titik gerak tersebut.
Proses ini disebut inbetween. Detail jumlah gambar gerak dibuat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
berdasarkan waktu (timing) yang telah direncanakan dalam gambar kerja
sketsa cerita.
2. Timing
Seperti yang telah disebutkan pada pengertian dasar film, bahwa
suatu gambar dimungkinkan hidup dan bergerak, karena serangkaian
gambar di mana terdapat suatu perubahan beruntun, dan bila diputar pada
mesin proyektor dalam satuan waktu tertentu akan memperlihatkan suatu
gerak dari gambar tersebut. Satuan waktu tersebut disebut dengan timing,
di mana telah disepakati dalam satuan standar pembuatan film, bahwa
dalam satu detik terdapat 24 frame gambar pada pita film. Dan telah juga
disepakati walaupun tidak menjadi keharusan bagi pembuat film animasi,
bahwa satu gambar dapat saja mewakili 2 frame, jadi dapat disepakati
bahwa dalam pembuatan film animasi umumnya mereka membuat
dalam satu detik paling tidak ada 12 gambar.
3. Stretch and Squash
Gerak sebuah obyek agar terlihat hidup dan luwes dalam film
animasi, khususnya film kartun, perlu ada sedikit sentuhan kelenturan
agar tak terlihat kaku atau seperti sebuah benda tak berbobot. Stretch and
squash merupakan prinsip animasi yang memberikan sentuhan kelenturan
pada suatu benda tertentu sesuai dengan karakter materialnya, sehingga
memberikan kesan obyek tersebut memiliki bobot dan muatan tertentu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
bila sedang melakukan gerak animasi. Sebagai contoh, bola karet
tentunya akan berbeda kelenturannya dengan bola bowling. Stretch
adalah salah satu bentuk kelenturan suatu objek yang mengalami sedikit
penekanan pada tubuhnya ketika sedang bergerak dengan cepat. Adapun,
squash adalah bentuk kelenturan sebuah objek benda animasi yang
sedang bergerak cepat kemudian berbenturan dengan benda lain yang
lebih kuat, sehingga objek benda tersebut mengalami tekanan berat
akibat dari gaya gerak tubuhnya yang tertahan oleh benda lain yang
berbenturan dengannya.
4. Anticipation
Anticipation adalah suatu gerak ancang-ancang ketika hendak
melakukan gerak utama. Seperti sistem kerja sebuah panah, bila hendak
menembak anak panah meleset ke depan, perlu menarik busur panah ke
belakang, sejauh kecepatan melesat anak panah yang diinginkan. Kesan
yang ingin disampaikan dalam prinsip animasi ini adalah untuk
mengumpulkan tenaga secukupnya sebagai tenaga pendorong untuk
mendapatkan hasil gerak maksimal pada saat memulai gerakan. Beberapa
karakter film animasi kartun yang hidup, bukan dari benda mati,
umumnya selalu melakukan kegiatan prinsip film animasi ini, apalagi
ketika akan melakukan aksi gerak yang membutuhkan tenaga lebih.
Bahkan beberapa karakter melakukan aksi yang agak berlebihan, agar
tampak lebih ekspresif dan lebih komunikatif.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
5. Secondary Action
Secondary action atau aksi kedua merupakan gerakan yang muncul
dikarenakan adanya akibat suatu gaya dari gerakan atau aksi pertama
sebuah objek benda animasi, setelah gerak atau aksi pertama itu berhenti
dengan tiba-tiba. Contohnya, bila sebuah anak panah meluncur dengan
cepat dan tiba-tiba menancap pada sebatang kayu, maka ekor dari anak
panah tersebut akan bergetar dengan keras. Ekor anak panah yang
bergetar itulah yang disebut dengan gerakan kedua atau secondary
action. Dalam film kartun animasi, prinsip ini sudah menjadi keharusan,
karena akan mengekspresikan kekuatan suatau daya dorong sebuah
benda yang keras. Atau mengesankan suatu benda yang tampak alamiah
dan wajar dalam kehidupan, hanya dalam karakter tertentu perlu dilebih-
lebihkan akan tampak lebih ekspresif namun tetap natural.
6. Follow through dan over lapping action
Prinsip ini melibatkan dua benda yang bisa saja sama atau berbeda
namun saling berkaitan satu dengan yang lain dan dapat saling
mempengaruhi dalam setiap gerakannya. Benda A, misalnya, akan selalu
mengikuti gerak benda B yang telah lebih dulu bergerak, prinsip ini
disebut follow through. Namun, karena perbedaan waktu dalam setiap
pergerakan yakni benda B bergerak terlebih dahulu, kemudian benda A
bergerak menyusul kemudian dalam jeda waktu yang berbeda, maka
akan terjadi tumpang tindih gerakan, antargerakan benda A dengan gerak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
benda B. Prinsip ini disebut overlapping action atau gerakan yang
tumpang tindih.
7. Easy in and easy out
Prinsip animasi easy in and easy out merupakan suatu kaidah
animasi yang berprinsip pada dasar hukum ilmu fisika yang berlaku yang
berkaitan sekali dengan gerak animasi. Misalnya mobil, bila dalam
kecepatan tertentu, terkesan mobil itu tertarik ke belakang atau seakan
terseret (terbawa) dengan suatu daya yang cukup kuat, sehingga dapat
menarik mobil tersebut. Tapi apabila mobil dengan kecepatan tertentu itu
tiba-tiba berhenti maka sisa daya yang masih ada di mobil itu masih ada
dan mendorong bagian mobil lain, sehingga seakan-akan ada gerak
berlebihan yang mendorong bagian lain dari mobil itu. Begitu pula
dengan suatu benda yang memiliki bobot ringan seperti daun yang jatuh,
tidak langsung ke tanah tapi tertahan sejenak oleh udara yang bertiup
pelan, sehingga daun itu melayang perlahan-lahan ke bawah dengan
berayun-ayun oleh tekanan udara yang berada di sekitar itu. Pada saat
ayunan itu turun, maka akan ada kecepatan yang meningkat, tetapi ketika
ayunan itu menarik, maka akan ada percepatan yang menurun, hingga
pada titik kulminasi tertentu dan kemudian berayun ke bawah dengan
cepat. Gerak ini berlaku karena ada daya tarik bumi atau gravitasi yang
menarik daun itu namun tertahan karena ada pergesekannya dengan
udara, sehingga terjadi gerakan seperti itu.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
8. Arch
Semua gerakan di alam ini, berdasarkan hukum alam, bersifat
melingkar atau melengkung. Setiap benda yang memiliki bobot tertentu
di mana pada pergerakan tertentu dipengaruhi oleh gaya gravitasi pada
titik tertentu, sehingga pada kecepatan tertentu, tidak serta merta dapat
dibelokkan pada sudut yang tajam, pasti ada gerak melengkungnya.
Begitu pula dengan prinsip animasi arch atau gerak melengkung, agar
tidak tampak menjadi kaku, gerak setiap karakter animasi selalu
melengkung, meskipun gerak itu cukup saling berlawanan arah. Prinsip
animasi arch membuat gerak karakter animasi tampak menjadi luwes,
dinamis, hidup dan indah. Seperti gerakan menari, melompat, berayun,
berbelok atau gerakan memutar. Dengan gerakan melengkung akan
terkesan benda itu memiliki bobot dan terpengaruh oleh gaya gravitasi
seperti alam nyata, sehingga karakter itu tampak lebih hidup seperti
dalam dunia nyata dan logis dapat diterima akal oleh penonton yang
melihatnya.
9. Exaggeration
Teknik exaggeration adalah teknik yang mendramatisasi adegan
agar tampak lebih ekspresif dan komunikatif, meskipun gerakannya
dibuat agak berlebihan bahkan sangat ekstrim. Seperti mencoba
mengekspresikan wajah yang sangat terkejut, dengan mulut yang terbuka
lebar dan mata yang terbelalak, bila perlu bola mata sampai keluar. Atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
kelenturan suatu tubuh atau benda yang terlalu berlebih, tidak peduli dari
bahan ataupun materialnya. Semua ini, tiada lain menjadikan film
animasi tampak lebih hidup, dinamis dan lebih berkarakter. Prinsip
animasi ini merupakan bentuk animasi berbagai bentuk prinsip animasi
sebelumnya karena seluruh kegiatan pergerakan animasi yang berkaitan
dengan exaggeration atau mendramatisasi secara ekstrim suatu gerakan
atau adegan tentunya memanfaatkan berbagai prinsip-prinsip animasi
sebelumnya, seperti strech and squash, Anticipation hingga secondary
action, dan lain sebagainya.
10. Staging
Dalam penataan panggung pertunjukan dikenal dengan staging,
yaitu mengatur posisi pemain agar panggung sebagai bidang (frame)
pandangan penonton terisi dengan kompisi yang baik, proporsional, enak
dilihat dan komunikatif, sehingga penonton tidak terlalu lelah dalam
menyimak jalan cerita dan merasa terlibat di sana. Pada film animasi,
prinsip animasi staging tidak jauh bebeda dengan staging dalam penataan
panggung pertunjukan, hanya terletak pada penentuan tata letak objek
gambar pada bidang (frame) gambar dengan format standar film atau
televisi. Jelasnya, pada prinsip ini, pembuat film animasi harus
memahami teknik bahasa film, seperti jarak pengambilan gambar, sudut
pengambilan gambar, gerak kamera dan lain-lain. Pertimbangan
komposisi objek gambar animasi pada format standar film atau televisi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
pada prinsip animasi staging, haruslah komunikatif, proporsional, mudah,
enak dilihat dan nyaman. Pada posisi mudah dalam arti mudah dikenali
(komunikatif dan efektif) dan mudah untuk mengerjakannya dalam
proses pembuatan animasi (efisien).
11. Appeal
Prinsip appeal merupakan cara yang baik untuk menyampaikan
sesuatu pesan dalam bentuk kesan yang menarik, cantik dan komunikatif
dari sebuah karakter yang ingin disampaikan. Sehingga tanpa perlu
dibeberkan dengan kata-kata, sudah tersampaikan maknanya dalam
bentuk gambar-gambar pesan apa yang akan disampaikan. Beberapa film
animasi tertentu seperti film animasi produksi Jepang atau anime, banyak
yang memanfaatkan prinsip ini, dengan cukup menampilkan beberapa
gambar diam yang sangat berkesan. Dan beberapa usaha ini cukup
berhasil dan efektif, tanpa harus mengeksplorasi gerak animasi yang
berlebihan, namun pesan telah tersampaikan dengan sedikit gerak
animasi, cut to cut beberapa buah gambar yang diambil dari beberapa
bagaian gambar utama (master shoot) dan sedikit gerak kamera sudah
dapat mempesona penonton dan yang paling utama pesan telah
tersampaikan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
12. Personality
Karakter tokoh film animasi akan lebih kuat, bermakna, hidup dan
berkarakter apabila dipahami terlebih dahulu segala sesuatunya tentang
karakter tersebut, seperti sifat fisik, sifat psikis, latar belakang ekonomi,
sosial budaya, ataupun historisnya, sehingga dapat dideskripsikan dengan
baik bentuk karakter apa yang akan dikembangkan. Penelusuran
pemahaman karakter semacam ini disebut dengan personality, sebagai
suatu bentuk prinsip animasi yang perlu dipahami. Untuk memahami
personality suatu karakter tentunya mau tidak mau harus melakukan
pendalaman studi literatur yang bersinggungan dengan berbagai disiplin
ilmu lain seperti psikologi, sosial, budaya, sejarah, geografi, biologi dan
lain-lain yang berkaitan dengan tuntutan cerita, dalam bentuk data secara
verbal maupun visual. Pendalaman personality pada proses pembuatan
film animasi tak cukup pada karakter tokoh saja tapi juga pada setting
cerita, property dan jalinan cerita yang akan diangkat. Sehingga akan
semakin jelas arah karakter mana yang mau dibawa. Tentunya akan
sangat jelas berkaitan dengan karakter cerita, apakah akan menjadi film
komedi, action, petualangan ataupun drama
(http://forever.ngeblogs.com/prinsip-film-animasi/)
Dari pengertian-pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa animasi
dapat merepresentasikan film yang diperankan oleh manusia. Hal ini
dikarenakan animasi mempunyai kemampuan yang setara untuk
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
menyampaikan pesan kepada penonton dengan unsur-unsur sinematografi yang
sama dengan film yang diperankan oleh manusia.
3. Proses Pemaknaan dalam Film
Semiotik adalah studi tentang tanda dan segala yang berhubungan
dengannya: cara berfungsinya, hubungannya dengan tanda-tanda lain,
pengirimnya, dan penerimanya oleh mereka yang menggunkannya (Van Zoest
dalam Sudjiman, 1992:5).
Semiotika komunikasi mengkaji tanda atau signal dalam konteks komunikasi yang lebih luas, yaitu yang melibatkan berbagai elemen komunikasi. Pierce melihat tanda (representamen) sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari objek referensinya serta pemahaman subjek atas tanda (interpretant). Tanda, menurut pandangan Pierce adalah “...something which stands to somebody for something in some respect or capacity”. Tampak pada definisi Pearce ini peran subjek (somebody) sebagai bagian tak terpisahkan dari pertandaan, yang menjadi landasan bagi semiotika komunikasi. Semiotika komunikasi, menurut Umberto Eco dalam A Theory of Semiotics, adalah semiotika yang menekankan aspek produksi tanda (sign production), ketimbang sistem tanda (sign system). Di dalam semiotika komunikasi, tanda atau signal ditempatkan di dalam rantai komunikasi, sehingga mempunyai peran yang penting dalam komunikasi (Pilliang 2003:266).
Semiotika (semiotics) didefinisikan oleh Ferdinand de Saussure di dalam
Course in General Linguistics, sebagai ilmu yang mengkaji tentang tanda
sebagai bagian dari kehidupan sosial. Implisit dalam definisi Saussure adalah
prinsip, bahwa semiotika sangat menyandarkan dirinya pada aturan main
(rule) atau kode sosial (social code) yang berlaku di di dalam masyarakat,
sehingga tanda dapat dipahami maknanya secara kolektif (Piliang 2003: 256).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Analisis semiotik (semiotical analysis) juga merupakan cara atau metode
untuk menganalisis dan memberi makna-makna terhadap lambang-lambang
yang terdapat dalam satu paket lambang-lambang pesan atau teks. Teks yang
dimaksud dalam hubungan ini adalah segala bentuk serta sistem lambang (sign)
baik yang terdapat pada media massa (seperti berbagai paket tayangan televisi,
karikatur, film, sandiwara, radio, berbagai bentuk iklan), maupun yang terdapat
diluar media massa (seperti karya tulis, patung, candi, monument, fashion show
dan menu masakan suatu food festival) (Pawito, 2007:155-156)
Semiotik digunakan untuk melacak makna-makna yang diangkat dengan
teks berupa lambang-lambang (sign). Dengan kata lain pusat perhatian analisi
semiotik adalah pemaknaan terhadap lambang-lambang dalam teks (Pawito,
2007:156).
Semiotik berusaha menggali hakikat sistem tanda yang beranjak keluar
kaidah tata bahasa dan sintaksis dan yang mengatur arti teks yang rumit,
tersembunyi, dan bergantung pada kebudayaan. Semiotik, menurut Fiske
memiliki tiga kajian utama: (Sobur, 2001:94)
a. Tanda itu sendiri (the sign itself). Hal ini meliputi studi tentang berbagai tanda-tanda yang berbeda, cara tanda-tanda yang berbeda itu menyampaikan makna, dan cara tanda-tanda itu berhubungan dengan manusia yang menggunakannya.
b. Kode atau sistem dimana tanda-tanda itu diorganisir (the codes or system into which sign are organized). Studi ini meliputi bagaimana beragam kode yang berbeda dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dalam sebuah kebudayaan atau untuk mengeksploitasi saluran komunikasi yang tersedia, untuk menstramisikannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
c. Kebudayaan dimana kode atau lambang itu beroperasi (the culture within these codes and signs operate). Hal ini selanjutnya bergantung pada kegunaan kode-kode dan tanda-tanda untuk keberadaan dan bentuknya sendiri.
Pada perkembangannya, semiotik dibedakan menjadi dua jenis, yaitu
semiotik signifikasi dan semiotik komunikasi. Dulu, semiotika komunikasi
digunakan untuk mempelajari tanda sebagai bagian dari proses komunikasi,
dalam arti bahwa tanda hanya dianggap sebagaimana yang dimaksudkan
pengirim dan demikian juga yang diterima penerima. Sekarang, semiotika
komunikasi sudah lebih menekankan teori tentang produksi tanda, yang salah
satunya mengamsusikan 6 faktor dalam komunikasi, yaitu: pengirim, penerima,
kode, pesan, saluran komunikasi, dan acuan atau hal yang dibicarakan (Sobur,
2004:viii).
Semiotika signifikasi menaruh perhatian pada ‘relasi’ sistemik antara
pernbendaharaan tanda, aturan pengkombinasiannya (kode), serta konsep-
konsep (signified) yang berkaitan dengannya (Sobur, 2004:ix).
Tanda merupakan objek yang menjadi perhatian dalam semiotik. Karena
itu semiotik memfokuskan perhatian utamanya pada teks. Dalam studi semiotik
status penerima pesan atau komunikan dipandang memainkan peran yang lebih
aktif dibandingkan dengan proses yang komunikasi lainnya.
Dalam studi tentang tanda, terdapat tiga unsur yang harus diperhatikan.
Ketiga unsur itu adalah tanda, acuan tanda, dan pengguna tanda. Tanda
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
merupakan sesuatu yang bersifat fisik, bisa dipersepsikan oleh indra, dan
mengacu pada sesuatu di luar tanda itu sendiri serta bergantung pada
identifikasi oleh penggunanya sehingga bisa disebut tanda.
Pierce membagi tanda menjadi tiga, yaitu icon (sesuatu yang melaksakan
fungsinya sebagai penanda yang serupa dengan objeknya), indeks (sesuatu
yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang mengisyaratkan petandanya),
dan simbol (sesuatu yang melaksanakan fungsi sebagai penanda yang oleh
kaidah secara konvensi telah lazim digunakan oleh masyarakat) (Sobur,
2001:98).
Dalam usaha mencari makna suatu tanda, Pierce membuat teori triangle
meaning, yang terdiri atas sign, object, interpretant. Hubungan segitiga makna
Pierce ditampilkan sebagai berikut: (Soubur, 2001:115).
Gambar 1.1
ELEMEN MAKNA PIERCE
Sumber 1.1: Sobour, 2001:115
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
Menurut Pierce, salah satu bentuk tanda adalah kata. Sedangkan objek
adalah sesuatu yang dirujuk tanda. Sementara interpretan adalah tanda yang
ada dalam benak seseorang tentang objek yang dirujuk sebuah tanda. Apabila
ketiga elemen makna itu berinteraksi dalam benak seseorang, maka muncullah
makna tentang sesuatu yang diwakili oleh tanda tersebut. Teori segitiga ini
membahas persoalan bagaimana makna muncul dari sebuah tanda ketika tanda
itu digunakan orang pada waktu berkomunikasi.
Sedangkan Saussure, lebih meletakkan tanda dalam konteks komunikasi
manusia dengan melakukan pemilahan antara apa yang disebut signifier
(penanda) dan signified (petanda). Signifier adalah bunyi atau coretan
bermakna, aspek material. Signified adalah gambaran mental, yaitu
pikiran/konsep dari bahasa (Kurniawan, 2001:15). Hubungan antara
keberadaan fisik tanda dan konsep mental tersebut dinamakan signification.
Dalam kata lain, signification adalah upaya dalam memberi makna terhadap
dunia (Fiske, 1990:44, dalam Sobur, 2001:115) Seperti yang digambarkan
sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
Gambar 1.2
ELEMEN MAKNA SAUSSURE
Sumber 1.2: Fikse, 1990:44
Salah seorang pengikut Saussure, Roland Barthes, mengembangkan
pemikiran Saussure. Ia tidak berhenti pada penanda (signifier) dan petanda
(signified) dalam menjelaskan tanda seperti pada detail Saussure. Ia
berpendapat bahwa dalam masyarakat tanda diproduksi dan dipahami serta
bekembang dalam dua sistem.
Pertama, sistem primer yang merupakan hasil konvensi masyarakat.
Dalam signifikasi tahap pertama merupakan hubungan antara signifier dan
signified di dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Tahapan ini biasa
disebut denotasi, makna denotasi merupakan makna harafiah dari suatu objek,
yaitu apa yang tergambar pada objek tersebut.
Sistem yang kedua dinamakan sistem sekunder, dimana tanda pada
pelapis pertama (sistem primer) pada akhirnya menjadi signifier yang
berhubungan pula dengan signified pada lapis kedua. Tahap ini biasa disebut
konotasi dimana konotasi adalah suatu tanda yang berhubungan dengan satu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
atau lebih fungsi tanda, makna konotasi dapat bervariasi diantara satu orang
dengan orang lain hal ini disebabkan ada perbedaan diantara mereka (Budiman,
1999:108-109). Atau dengan kata lain konotasi mempunyai makna yang
subjektif atau paling tidak intersubjektif.
Pada signifikasi tahap kedua yang berhubungan dengan isi, tanda bekerja
melalui mitos (myth). Mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau
memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam. Mitos merupakan
produk kelas sosial yang sudah mempunyai suatu dominasi. Di dalam mitos
terdapat tiga pola dimensi penanda, petanda dan tanda namun mitos dibangun
oleh suatu rantai pemaknaan yang telah ada sebelumnya. Atau dengan kata lain
mitos adalah sistem pemaknaan tahap kedua. mitos terletak pada tingkat kedua
penandaan, setelah terbentuk sistem tanda – penanda – petanda, dimana tanda
tersebut akan menjadi penanda baru yang kemudaian memiliki petanda kedua
dan membentuk tanda baru. Hal ini dapat dilihat dalam gambar dibawah ini:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
GAMBAR 1.3
SIGNIFIKASI DUA TAHAP BARTHES
Sumber 1.3: Fiske, 1990:88
Selain itu barthes, juga menyoroti relasi antara tanda dengan manusia.
Dengan meminjam istilah Hjemslev, sebagai pengganti konsep – konsep
seperti penanda maupun petanda dari saussure. Barthes membedakan lapis
ekspresi (expression = E) dari lapis isi (content = c). Eksprsi dan isi berelasi
(relation = R) sehingga menghasilkan signifikasi : RC. Sistem ERC pada
tingkat pertama ini pada gilirannya akan menjadi unsur pada sistem tingkat
kedua. Sistem ERC menjadi lapis ekspresi (signifier) dari sistem kedua
(ERC)RC. Dari sinilah oleh Hjemselv dinamakan sebagai semiotik konotatif:
sistem pertama merupakan lapisan denotasi sedangkan sistem kedua (sebagai
perluasan) lapis konotasi. Dengan kata lain, sebuah system konotasi adalah
sistem yang lapis ekspresinya sendiri tersusun oleh sebuah signifikasi
(Budiman, 1999:65).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
Konotasi melibatkan simbol-simbol, historis dan hal-hal yang
berhubungan dengan emosi. Di pihak lain, denotasi menunjukkan arti literature
atau eksplisit dari kata-kata dan fenomena yang lain. Pada level ini terbentuk
mitos.
Gambar 1.4
Peta Tanda Barthes
Peta Tanda Roland Barthes
Sumber 1.4: Alex Sobur 2001: 69.
Dari peta Barthes diatas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri atas
penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi pada saat yang bersamaan, tanda
denotatif adalah juga penanda konotatif (4). Jadi dalam konsep Barthes tanda
konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan tetapi juga mengandung
kedua tanda denotatif yang melandasi keberadaannya. Dalam pengertian
Barthes denotasi merupakan sistem signifikasi tingkat pertama, sementara
1. Signifier (PENANDA)
2. Signified (PETANDA)
3. Denotative Sign (TANDA DENOTATIF)
4. Connotative signifier (PENANDA KONOTATIF)
6. Connotative Sign (Tanda Konotatif)
5. Connotative signified (PETANDA KONOTATIF)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
konotasi merupakan tingkat kedua. Dalam hal ini denotasi justru lebih
diasosiasikan dengan ketertutupan makna dan, dengan demikian, sensor atau
represi politis. Konotasi menurut Barthes identik dengan operasi ideologi, yang
disebutnya sebagai mitos dan berfungsi untuk mengungkapkan dan
memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu
periode tertentu dalam tahapan analisis data.
Pada signifikasi yang kedua berhubungan dengan isi, tanda berkerja
melalui mitos. Mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan Beberapa
aspek tentang realitas atau gejala alam. Mitos adalah produk kelas sosial yang
sudah mempunyai suatu dominasi. Mitos primitif misalnya mengenai hidup
dan mati, manusia dewa, dan lain sebagainya. Sedangkan mitos saat ini
misalnya mengenai maskulinitas, feminitas, ilmu pengetahuan, life style dan
kesuksesan.
Mitos menurut barthes adalah sebuah sistem komunikasi yang mana
sebuah pesan kemudian mitos tidak akan menjadi sebuah obyek, sebuah
konsep atau sebuah ide, karena mitos adalah sebuah metode penandaan yakni
sebuah bentuk.
Mempelajari mitos adalah suatu teknik yang menarik dan memberikan
hasil yang baik untuk masuk kedalam titik tolak ideologis. Alex sobur
mengatakan bahwa mitos adalah suatu wahana dimana suatu ideologi
berwujud, mitos dapat berangkai menjadi mitologi yang memainkan peranan
penting dalam satu kesatuan budaya (Sobur, 2001:128).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
Selain itu semiotik merupakan suatu pendekatan yang menekankan
kewajaran, fungsi, rasionalitas yang ditemukan dalam berbagai pendekatan
kehidupan dimana bertujan untuk mengungkapkan perilaku orang.
Film adalah produk kebudayaan, di dalamnya terdapat arti denotasi dan
konotasi dari kode-kode yang membuat gambar-gambar dalam film memiliki
arti yang banyak dan beragam. Analisis semiotik bertujuan untuk mengkaji
simbol-simbol yang ada dalam film yang kemudian direpresentasikan dalam
kehidupan nyata, sehingga dapat diperoleh makna tertentu.
Dari dua pernyataan diatas menunjukkan bahwa pembelajaran budi
pekerti dan toleransi dapat dikaji dengan pendekatan semiotik. Dan jika
dihubungkan dengan film yang merupakan produk budaya, pendekatan
semiotik bertujuan untuk mengkaji simbol-simbol yang ada dalam film yang
kemudian direpresentasikan dalam kehidupan nyata, sehingga dapat diperoleh
makna tertentu.
4. Budi Pekerti dan Toleransi
Pengertian budi pekerti dapat dikaji dari berbagai sudut pandang, antara
lain secara etimologi (asal usul kata), leksikal (kamus), konsepsional (teori)
dan operasional (praktis).
Secara etimologi budi pekerti terdiri dari dua unsur kata, yaitu budi dan
pekerti. Budi dalam bahasa sangsekerta berarti kesadaran, budi, pengertian,
pikiran dan kecerdasan. Kata pekerti berarti aktualisasi, penampilan,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
pelaksanaan atau perilaku. Dengan demikian budi pekerti berarti kesadaran
yang ditampilkan oleh seseorang dalam berprilaku.
Budi pekerti secara operasional merupakan suatu prilaku positif yang
dilakukan melalui kebiasaan. Artinya seseorang diajarkan sesuatu yang baik
mulai dari masa kecil sampai dewasa melalui latihan-latihan, misalnya cara
berpakaian, cara berbicara, cara menyapa dan menghormati orang lain, cara
bersikap menghadapi tamu, cara makan dan minum, cara masuk dan keluar
rumah dan sebagainya.
Pendidikan budi pekerti sering juga diasosiasikan dengan tata krama
yang berisikan kebiasaan sopan santun yang disepakati dalam lingkungan
pergaulan antar manusia. Tata krama terdiri atas kata tata dan krama. Tata
berarti adat, norma, aturan. Krama berarti sopan santun, kelakukan, tindakan
perbuatan. Dengan demikian tata krama berarti adat sopan santun menjadi
bagian dari kehidupan manusia (http://guru-
iskandar.blogspot.com/2007/10/apa-itu-budi-pekerti.html)
Menurut Zuriah (2007:82-85) sifat-sifat yang mengandung budi pekerti
anara lain adalah :
a. Bekerja keras
Sikap dan perilaku yang suka berbuat hal-hal yang positif dan tidak
suka berpangku tangan, selalu gigih dan sungguh-sungguh dalam
melakukan suatu pekerjaan, suka bekerja keras, tekun dan pantang
menyerah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
b. Berdisiplin
Seseorang dikatakan disiplin apabila melakukan pekerjaan dengan
tertib dan teratur sesuai dengan waktu dan tempatnya, serta dikerjakan
dengan penuh kesadaran, ketekunan, dan tanpa paksaan dari siapapun
atau ikhlas.
c. Beriman
Sikap dan perilaku yang menunjukkan keyakinan akan adanya
Tuhan Yang Maha Esa. Ini diwujudkan dengan kepatuhan dan ketaatan
dalam melaksanakan perintah Tuhan dan menjauhi segala larangan-Nya.
d. Bersyukur
Sikap dan perilaku yang pandai berterimakasih atas rahmat dan
nikmat Tuhan dari Tuhan Yang Maha Esa.
e. Bertanggung jawab
Sikap dan perilaku yang berani menanggung segala akibat dari
perbuatan yang telah dilakukannya.
f. Bertenggang rasa
Sikap dan perilaku yang mampu mengekang keinginan dan
kepentingan diri dengan ikut memperhatikan kepentingan orang lain.
g. Cermat
Sikap dan perilaku yang menunjukkan ketelitian dan kehati-hatian.
h. Hemat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Sikap dan perilaku yang menghargai dan memanfaatkan waktu,
dana dan pikiran sesuai dengan kebutuhan dan tidak menggunakan
sesuatu secara berlebihan
i. Jujur
Sikap dan perilaku yang tidak suka berbohong dan berbuat curang,
berkata apa adanya, dan berani mengakui kesalahan.
j. Menghargai karya orang lain
Sikap dan perilaku yang menunjukkan bahwa orang harus bekerja
untuk memperoleh nafkah sehingga kita harus menghargai upaya orang
lain.
k. Menghargai waktu
Sikap dan perilaku yang mampu memanfaatkan waktu yang
tersedia secara efisien dan efektif
l. Pengendalian diri
Sikap dan perilaku yang mampu mempertimbangkan keseimbangan
antara dorongan dari dalam diri (berupa dorongan nafsu) dan dari luar
diri (berupa aturan-aturan yang mengekang).
m. Rela berkorban
Sikap dan perilaku yang tindakannya dilakukan dengan ikhlas hati
dan kehendak sendiri.
n. Rendah hati
Sikap dan perilaku yang tidak suka menonjolkan diri.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
o. Sabar
Sikap dan perilaku yang menunjukkan kemampuan dalam
mengendalikan gejolak diri.
p. Setia
Sikap dan perilaku yang menunjukkan keterikatan dan kepedulian
atas perjanjian yang telah dibuat.
q. Sikap tertib
Sikap dan perilaku yang teratur, taat asas, dan konsisten.
r. Sopan santun
Sikap dan perilaku yang tertib sesuai dengan adat istiadat atau
norma-norma yang berlaku di masyarakat.
s. Sportif
Sikap dan perilaku ksatria, adil, dan jujur, baik terhadap kawan
maupun lawan
t. Susila
Sikap dan perilaku yang sesuai dengan harapan masyarakat, yang
dikendalikan oleh nurani dalam tatanan kehidupan yang menyangkut
pengendalian nafsu manusia.
u. Tegas
Sikap dan perilaku yang tidak ragu-ragu dan dalam keadaan sulit
berani mengambil keputusan yang pasti.
v. Tekun
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
Sikap dan perilaku yang menunjukkan kesungguhan yang penuh
daya tahan dan terus-menerus serta tetap semangat dalam melakukan
sesuatu.
w. Tangguh
Sikap dan perilaku yang sukar dikalahkan dan tidak mudah
menyerah dalam mewujudkan suatu tujuan dan cita-cita tertentu.
x. Tepat janji
Sikap dan perilaku yang menunjukkan keterikatan yang
bertanggung jawab terhadap apa yang telah disetujui, baik pada diri
sendiri maupun bersama orang lain.
y. Ulet
Sikap dan perilaku yang tetap bertahan meskipun menghadapi
hambatan yang sangat besar atau sulit, tidak mudah putus asa.
Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa budi pekerti adalah
suatu kebiasaan yang didapat dari suatu proses pembelajaran ketika seseorang
memperhatikan suatu interaksi yang terjadi disekitarnya sehingga dalam proses
pembelajaran tersebut terjadi penilaian dengan akal pikiran dan hati untuk
menentukan apakah interaksi yang terjadi disekitarnya tersebut baik atau tidak.
Toleransi berasal dari bahasa Latin; tolerare artinya menahan diri,
bersikap sabar, membiarkan orang berpendapat lain, dan berhati lapang
terhadap orang-orang yang memiliki pendapat berbeda. Sikap toleran tidak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
berarti membenarkan pandangan yang dibiarkan itu, tetapi mengakui
kebebasan serta hak-hak asasi para penganutnya (Masykur, 2001:5)
Menurut Masykur Ada tiga macam sikap toleransi, yaitu:
a. Negatif: Isi ajaran dan penganutnya tidak dihargai. Isi ajaran dan
penganutnya hanya dibiarkan saja karena dalam keadaan terpaksa.
Contoh: PKI atau orang-orang yang beraliran komunis di Indonesia pada
zaman Indonesia baru merdeka.
b. Positif: Isi ajaran ditolak, tetapi penganutnya diterima serta dihargai.
Contoh: Anda beragama Islam wajib hukumnya menolak ajaran agama lain
didasari oleh keyakinan pada ajaran agama Anda, tetapi penganutnya atau
manusianya Anda hargai.
c. Ekumenis: Isi ajaran serta penganutnya dihargai, karena dalam ajaran
mereka itu terdapat unsur-unsur kebenaran yang berguna untuk memperdalam
pendirian dan kepercayaan sendiri.
Contoh: Anda dengan teman Anda sama-sama beragama Islam atau Kristen
tetapi berbeda aliran atau paham.
5. Prinsip Belajar
Penelitian ini meneliti tentang suatu proses pembelajaran yang terdapat
dalam film Upin & Ipin season 1. Menurut Dalyono (2009: 203) terdapat 5
prinsip belajar yang dapat menunjang tumbuhnya cara belajar aktif:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
a. Stimulus belajar
Stimuli dapat berbentuk verbal/bahasa, visual, auditif, taktik, dan
lain-lain.
b. Perhatian dan Motivasi
Perhatian dan motivasi merupakan prasyarat utama dalam roses
belajar. Tanpa adanya perhatian dan motivasi, hasil belajar yang
dicapai tidak akan optimal.
c. Respon yang dipelajari
Belajar adalah proses yang aktif, sehingga apabila siswa tidak
dilibatkan dalam berbagai kegiatan sebagai respon siswa terhadap
stimulus guru, tidak mungkin mencapai hasil belajar yang
dikehendaki.
d. Penguatan
Setiap tingkah laku yang diikuti oleh kepuasan terhadap kebutuhan
siswa akan mempunyai kecenderungan untuk diulang kembali
manakala diperlukan.
e. Pemakaian dan Pemindahan
Pikiran manusia mempunyai kesanggupan menyimpan informasi
yang tidak terbatas jumlahnya. Dalam hal penyimpanan informasi
yang tak terbatas ini penting sekali pengaturan dan penempatan
informasi sehingga dapat digunakan kembali apabila diperlukan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
6. Elemen Belajar
Selain prinsip belajar, dalam bukunya Dalyono (2009: 212) juga
dijelaskan tentang elemen proses belajar yang dibagi menjadi:
a. Belajar merupakansuatu perubahan dalam tingkah laku, dimana
perubahan itu dapat mengarah kepada tingkah laku yang lebih baik,
tetapi juga ada kemungkinan mengarah kepada tingkah laku yang
lebih buruk.
b. Belajar merupakan suatu perubahan yang terjadi melalui latihan
atau pengalaman; dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan
oleh pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil
belajar; seperti perubahan-perubahan yang terjadi pada diri seorang
bayi.
c. Untuk dapat disebut belajar, maka perubahan itu harus relatif
mantap; harus merupakan akhir dari suatu periode waktu yang
cukup panjang.
d. Tingkah laku yang mengalami perubahan karena belajar
menyangkut berbagai aspek kepribadian, baik fisik maupun psikis,
seperti: perubahan dalam pengertian, pemecahan suatu
masalahberpikir, ketrampilan, kecakapan, kebiasaan, ataupun sikap.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
7. Aktivitas Belajar
Dalam film Upin & Ipin season 1 ini terdapat suatu proses
pembelajaran tentang budi pekerti dan toleransi. Beberapa aktivitas
belajar menurut Dalyono (2009: 218-225) diantaranya:
a. Mendengarkan
Dalam pergaulan terjadi komunikasi verbal berupa percakapan.
Percakapan memberikan situasi tersendiri bagi orang-orang yang
terlibat ataupun yang tidak terlihat tetapi secara tidak langsung
mendengar informasi
b. Memandang
Setiap stimulus visual memberi kesempatan bagi seseorang untuk
belajar.
c. Meraba, Membau, dan Mencicipi/Mencecap
Meraba, membau, dan mengecap adalah aktivitas sensoris seperti
halnya pada mendengarkan dan memandang. Segenap stimulus
yang dapat diraba, dicium, dan dicecap merupakan situasi yang
memberikan kesempatan bagi seseorang untuk belajar.
d. Menulis atau Mencatat
Mencatat termasuk sebagai belajar yaitu apabila dalam mencatat itu
orang menyadari kebutuhan dan tujuannya, serta
menggunakansikap tertentu agar catatan itu nantinya berguna bagi
pencapaian tujuan belajar.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
e. Membaca
Belajar memerlukan sikap, membaca untuk keperluan belajar harus
pula menggunakan sikap.
f. Membuat Ikhtisar atau Ringkasan, dan Menggarisbawahi
Banyak orang yang merasa terbantu dalam belajarnya karena
menggunakan ikhtisar-ikhtisar materi yang dibuatnya.
g. Mengamati Tabel-tabel, Diagram-diagram dan Bagan-bagan
Material non-verbal semacam ini sangat berguna dalam
mempelajari material yang relevan.
h. Menyusun Paper atau Kertas Kerja
i. Mengingat
Mengingat yang didasari atas kebutuhan serta kesadaran untuk
mencapai tujuan belajar lebih lanjut adalah termasuk proses belajar.
j. Berpikir
Berpikir adalah termasuk proses belajar. Dengan berpikir, orang
memperoleh penemuan baru, setidak-tidaknya orang menjadi tahu
tentang hubungan antar sesuatu.
k. Latihan atau Praktek
Dalam kegiatan berlatih atau praktek, segenap tindakan subyek
terjadi secara integratif dan terarah ke suatu tujuan. Hasil dari
latihan atau praktek itu sendiri akan berupa pengalaman yang dapat
mengubah diri subyek serta mengubah lingkungannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
8. Kerangka Berpikir
Film merupakan serangkaian gambar hidup yang disertai dengan suara.
Menurut Van Zoest, sebuah film semata-mata dibangun dengan tanda (Van
Zoest dalam Panuti Sudjiman dan aart van zoest, 1991:1). Tanda-tanda itu
termasuk berbagai sistem tanda yang bekerjasama dengan baik untuk mencapai
efek yang diharapkan.
Gambar yang dinamis dalam film, didukung dengan suara yang
terkandung setiap alur ceritanya merupakan ikonisasi dan simbol bagi realitas
yang dikonotasikannya (Sobur, 2004:128).
Mengingat bahwa tanda-tanda dalam film menggambarkan sesuatu
realitas maka makna menjadi sangat penting, sehingga diperlukan sebuah
analisa interpretasi terhadapnya. Untuk itu digunakan metode analisa semiotik.
Aplikasi metode analisa semiotik (merujuk pada signifikasi dua tahap
Barthes) dalam penelitian ini berorientasi pada tujuan untuk menganalisis
tanda-tanda yang mengandung penggambaran pembelajaran budi pekerti dan
toleransi dalam serial film animasi ”Upin & Ipin season 1” yang diproduksi
tahun 2007 oleh LES’ COPAQUE.
Sebuah film dibangun dari berbagai tanda-tanda yang terjalin sehingga
membentuk cerita dan makna. Makna yang terdapat dalam film tersebut adalah
misi yang hendak disampaikan pembuat film kepada para penontonnya. Makna
yang terbentuk dari tanda-tanda tersebut dapat berupa makna denotatif atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
makna yang paling nyata atau makna konotatif yang memerlukan kedalaman
interpretasi.
Pada tahap ini penulis memilih metode semiotika Roland Barthes sebagai
pedoman analisis yang paling tepat. Berbagai pembelajaran budi pekerti dan
toleransi yang ada di dalam film serial animasi “Upin & Ipin season 1” baik itu
sifatnya nyata atau tersembunyi dan dianalisis berdasarkan tahap-tahap yang
telah ditentukan yaitu tahap denotasi dan konotasi. Setelah melakukan analisis
mitos maka penulis akan menangkap cerita atau misi dalam film tersebut.
Bagan 1.5
Kerangka Pemikiran
FILM UPIN & IPIN
PEMILIHAN SCENE Indikator Budi Pekerti dan Toleransi:
1. Berdoa (beriman dan bersyukur) 2. Puasa (sabar) 3. Permintaan maaf (jujur) 4. Ikhlas 5. Tenggang Rasa 6. Pengendalian Diri
Semiotik Roland Barthes
1. Konotatif 2. Denotatif
Makna
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
F. Metode Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kualitatif
dengan pendekatan semiotika komunikasi. Metode kualitatif merujuk pada
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskripsi, apa yang ditulis dan
dikatakan oleh orang dan tingkah laku yang diamati. Penelitian deskriptif
bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat individu, keadaan,
gejala, atau frekuensi adanya hubungan tertentu antara suatu gejala dengan
gejala lain di masyarakat (Koentjaraningrat, 1994:29). Deskriptif analitik
digunakan karena pada tahap konotasi dalam penelitian ini, tidak hanya
menganalisis temuan-temuan yang terlihat saja tetapi juga menganalisis dari
tanda-tanda yang tidak terlihat yang dihubungkan dengan nilai-niali budaya,
kebiasaan masyarakat, teori-teori yang berhubungan dengan penelitian.
Penelitian kualitatif tidak bekerja dengan mengolah data atau dalam
bilangan yang ditransformasikan menjadi bilangan / angka, tidak diolah dengan
rumus atau ditafsirkan atau diinterpretasikan sesuai ketentuan statistik atau
matematik. Seluruh rangkaian kerja dari proses penelitian ini berlangsung
serempak dan dilakukan dalam bentuk pengumpulan, pengolahan, dan
menginterpretasikan sejumlah data yang bersifat kualitatif (Koentjaraningrat,
1994:29).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
2. Metode Penelitian
Untuk mencapai titik pemaknaan pesan yang disampaikan yang
mencerminkan pembelajaran budi pekerti dan toleransi dalam film animasi
“Upin & Ipin season 1” maka penulis menggunakan metode semiotik.
Semiotika adalah cara (means), teknik (tehnique), dan metode (method) untuk
menganalisa dan menginterpretasi segala bentuk tanda yang terkandung di
dalam media massa maupun non media massa dimana makna tanda
diderivikasikan dari hubungan-hubungan dan konteks-konteks (Berger,
1995:132).
Dengan metode semiotika penelitian ini dititikberatkan tidak pada
pemusatan transmisi pesan, melainkan kepada peranan komunikasi dalam
memantapkan dan memelihara nilai-nilai dan bagaimana nilai-nilai tersebut
memungkinkan proses komunikasi memiliki makna.
Untuk mendapatkan deskripsi semiotik, maka data yang didapat
dihubungkan dengan proposisi teoritis yang sudah dibangun, diorganisasikan
dalam kerangka semiotik, kemudian diinterpretasikan. Selanjutnya, dilakukan
pengecekan ulang baik terhadap data maupun terhadap konsep dan teori.
Makna yang akan diidentifikasi, yang pertama adalah makna denotatif, yaitu
apa yang diungkapkan oleh tanda-tanda secara literal atau common sense.
Common sense adalah makna yang mengambang dan bisa dibaca dari
permukaan. Sehingga makna denotasi merupakan makna yang peling nyata
dari tanda atau makna harafiah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
Selanjutnya akan diidentifikasi makna-makna yang tersembunyi di balik
permukaan tersebut serta bagaimana makna-makna konotasi tersebut
dikonstruksikan. Asosiasi-asosiasi makna atau kode-kode apa saja yang
digunakan untuk memunculkan makna tersebut.
Kehadiran komunikasi massa menjadi faktor lahirnya metode analisis
semiotik. Film merupakan salah satu media komunikasi massa yang dibangun
dengan tanda-tanda (Van Zoest, 1993 dalam Sobur, 2004:128). Tanda-tanda itu
termasuk berbagai sistem yang bekerja sama baik untuk mencapai efek yang
diharapkan. Film adalah bidang kajian yang amat relevan bagi analisis
semiotik.
Penulis akan mengimplementasikan kaidah-kaidah semiotik dalam
konteks film “Upin & Ipin Season 1”. Dimana symbol dan signal akan
ditelusuri dari korpus penelitian dalam kaitan terhadap pembelajaran budi
pekerti anak. Penguraian elemen penyusun tanda (sign, symbol, dan signal)
tersebut dapat berupa apapun yang terdapat dalam film “Upin & Ipin Season 1”
yang menggambarkan pembelajaran budi pekerti terhadap anak, seperti dialog,
adegan, setting dan lain sebagainya. Elemen-elemen tersebut nantinya akan
dikumpulkan dalam suatu korpus yang akan memudahkan penulis dalam
melakukan penelitian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
3. Obyek Penelitian
Peneliti melakukan penelitian dengan mengambil adegan-adegan (yang
juga disebut sebagai scene) dalam film “Upin & Ipin Season 1” yang
menggambarkan pembelajaran budi pekerti terhadap anak yang diproduksi
LES’ COPAQUE keluaran tahun 2007 terbitan oleh H. Burhanuddin bin Md
Radzi dan Hj. Ainon binti Ariff. Film ini dibuat oleh Malaysia dengan tokoh
utama Upin & Ipin sebagai anak kembar yatim piatu yang hidup bersama
nenek (Opah) dan seorang kakak perempuan (Kak Ros). Dalam film ini Upin
sebagai kakak dan Ipin sebagai adik. Film “Upin & Ipin Season 1” terdapat 6
episode yang masing-masing berdurasi 4-5 menit.
4. Tehnik Pengumpulan Data
a. Pengamatan dan Korpus
Simbol dari film ini yang akan dijadikan obyek penelitian dari penulis
adalah aspek sinematografi yang ditampilkan dalam film sebagai ekspresi
simbolik. Dari hal pemaknaan tanda ataupun simbol dalam film ataupun media,
tidak hanya dilihat dari aspek sosialnya saja. Aspek sinematografi (teknik
pengambilan gambar) juga memiliki andil. Aspek sinematografi dalam
perfilman mencakup berbagai teknik yang digunakan untuk membangun suatu
penggambaran dari cerita yang ingin disampaikan dan untuk mendukung
naratif serta estetik sebuah film (Pratista, 2008: 89).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan
melihat dan mengamati secara seksama film “Upin & Ipin Season 1” yang
terdapat 6 episode dan setiap episode akan dipilih untuk diteliti dengan
mengumpulkan dan menyusun korpus.
Korpus dalam penelitian ini berupa scene-scene dalam film “Upin & Ipin
Season 1” yang di dalamnya terdapat unsur-unsur yang berkaitan dengan
pembelajaran budi pekerti dan toleransi.
Korpus sebagai sarana representasi simbol yang difokuskan dalam
simbol audio visual film, meliputi:
1. Visual Image
Segala sesuatu yang tertuang didalam frame yang komposisional
pada suatu shot, berupa perpaduan elemen desain yang berbeda, dan
merupakan gambar yang bergerak. Gerakan akan menghasilkan makna.
Visual Image dibangun oleh visual styles seperti warna, ekspresi,
keseimbangan, gerak dan ruang. Image ini direpresentasikan dari
karakter internal dan eksternal yang berasal dari image lain di dalam film
maupun pengetahuan tentang film lain. Dimana karakter internal tersebut
termasuk di dalamnya adalah komposisi visual dan kamera movement,
setting, lighting dan editing
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
2. Sumber Suara
Dalam hal ini suara dapat menampilkan ekspresi melalui
karakteristiknya sebagaimana referensinya terhadap konteks film secara
keseluruhan. Suara akan membawa implikasi dan efek emosional sendiri,
serta makna dari sebuah film. Suara yang akan sebagai bahan penelitian
difokuskan pada dialog yang dilakukan tokoh yang relevan dengan
pemikiran yang akan dilakukan.
a. Sound Effect
Sound Effect meliputi semua suara-suara atau bunyi-bunyian yang
terdapat dalam Film tersebut.
b. Narasi
Narasi merupakan teks/cerita pengantar yang cenderung menjelaskan
tentang gambar yang tengah ditayangkan dalam Film.
3. Dunia Rekaan
Berupa karakter, yaitu kesan tokoh atau kepribadian yang
ditampilkan, yang beraksi dan mempunyai persepsi serta emosi. Lokasi,
periode waktu dapat membangun setting yang diciptakan dalam film.
b. Studi Dokumenter dan Pustaka
Teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan klasifikasi bahan-
bahan tertulis yang berhubungan dengan konsep penelitian. Studi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
dokumenter meliputi artikel-artikel, situs internet dan buku-buku tentang
rumusan masalah penelitian.
5. Sumber Data
a. Data Primer
Data primer diambil dari Beberapa scene pada film “Upin & Ipin Season
1”. Yang didalamnya terdapat unsur-unsur yang berkaitan dengan penelitian
ini, yaitu pembelajaran budi pekerti dan toleransi.
b. Data Sekunder
Data sekunder didapatkan dengan cara mengambil dari berbagai sumber
berupa tulisan artikel, buku-buku, sumber-sumber dari internet yang
berkaitan dengan objek penelitian yang dapat mendukung penelitian ini.
6. Analisis Data
Penelitian ini bersifat kualitatif dengan menggunakan metode semiotika
Roland Barthes. Peneliti akan mengambil adegan-adegan dari film “Upin &
Ipin Season 1” yang mengandung penggambaran pembelajaran budi pekerti
terhadap anak sesuai dengan konsep dan kategori yang menjadi acuan peneliti.
Dari adegan tersebut kemudian dianalisa dengan analisa semiotika Roland
Barthes. Untuk mendapatkan deskripsi semiotik, maka data yang didapat
dihubungkan dengan proposisi teoritis yang sudah dibangun, diorganisasikan
dalam kerangka semiotik, kemudian diinterpretasikan. Selanjutnya, dilakukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
pengecekan ulang baik terhadap data maupun terhadap konsep dan teori.
Langkah-langkah analisa data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
a. Peneliti melakukan pengamatan mendalam dan mengenali lebih jauh
tanda-tanda komunikasi yang terdapat dalam Film animasi Upin & Ipin
baik berupa audio maupun visualnya berupa lambang-lambang serta
unsur sinematografi.
b. Dari data yang telah didapat berupa korpus yang di dalamnya terdapat
scene-scene yang merepresentasikan pembelajaran budi pekerti dan
toleransi untuk selanjutnya dijelaskan makna denotasinya. Makna
denotasi merupakan sistem signifikasi tingkat pertama, yaitu apa yang
digambarkan tanda terhadap sebuah obyek. Denotasi didapat dari
pengamatan langsung dari tanda-tanda yang ada yang menghasilkan
makna nyata, makna yang sebenarnya hadir.
c. Kemudian berdasarkan makna denotasi yang telah didapatkan maka akan
didapat makna-makna konotasi dari lambang-lambang komunikasi yang
ada. Makna konotasi merupakan penciptaan makna lapis kedua yang
terbentuk ketika lambang denotasi dikaitkan dengan aspek psikologis,
seperti perasaan, emosi, atau keyakinan. Karena pada dasarnya penanda
konotasi dibangun dari tanda-tanda dari sistem denotasi. Biasanya
beberapa tanda denotasi dapat dikelompokkan bersama untuk
membentuk satu konotator tunggal; sedang petanda konotasi berciri
sekaligus umum, global, dan tersebar. Petanda ini memiliki komunikasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
yang sangat dekat dengan budaya, pengetahuan, dan sejarah (Kurniawan,
2001: 68). Maka pada akhirnya berdasarkan makna-makna yang berlaku
di dalam masyarakat peneliti mendapatkan makna konotasi Film animasi
Upin & Ipin tersebut.
d. Untuk dapat membongkar sebuah makna ideologis dari praktik
pertandaan, diperlukan prinsip-prinsip intertektualitas dan
intersubyektifitas. Teks dalam pengertian umum adalah dunia semesta
ini, bukan hanya teks tertulis atau teks lisan. Adat istiadat, kebudayaan,
film, iklan secara pengertian umum adalah teks. Dimulai dengan analisis
bersifat teknis (kode-kode verbal dan nonverbal dalam iklan), kajian
semiotika senantiasa menghubungkan isi teks dengan ”teks” lain berupa
isi media lain dan bahkan fenomena sosiokultural masyarakat yang lebih
luas. Asumsi dasar interteks adalah sebuah teks tidak dapat dilepaskan
sama sekali dari teks lain atau tidak dapat berdiri sendiri (Endraswara,
2003:131). Prinsip intertekstualitas adalah di dalam suatu teks terdapat
suatu teks lain yang dipengaruhi oleh latar belakang teks tersebut. Begitu
pula dengan intersubyektifitas, pemaknaan terhadap suatu teks akan
dipengaruhi oleh latar belakang dan pola pikir subyek lain yang
memaknai teks tersebut sebelumnya, sehingga akan mempengaruhi hasil
dari pemaknaan teks tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
Analisis dilakukan per-scene yang menunjukkan penggambaran
pembelajaran budi pekerti dan toleransi dalam film “Upin & Ipin Season 1”.
Kemudian dianalisis mulai dari makna denotasi, konotasi.
Kesimpulan dibuat berdasarkan analisis semiotik yang dilakukan per-
scene yang mengandung penggambaran pembelajaran budi pekerti dan
toleransi. Dan setelah didapat hasil analisa penggambaran pembelajaran budi
pekerti dan toleransi dalam film “Upin & Ipin Season 1” kemudian hasil
analisa dari film tersebut dapat diambil suatu kesimpulan tentang
penggambaran pembelajaran budi pekerti dan toleransi dalam film “Upin &
Ipin Season 1”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
BAB II
DESKRIPSI FILM UPIN & IPIN SEASON 1
A. Latar Belakang Film Upin & Ipin Season 1
Pada awalnya film Upin & Ipin season 1 termasuk dalam gagasan
film “Geng: Pengembaraan Bermula”, Upin & Ipin dibuat oleh Mohd
Nizam Abdul Razak, Mohd Safwan Abdul Karim dan Usamah Zaid, para
pemilik Les ‘Copaque. Upin & Ipin pada saat itu ditayangkan khusus
untuk menyambut Ramadhan pada tahun 2007 untuk mendidik anak-anak
mengenai arti dan kepentingan bulan suci. Sambutan meriah terhadap
kartun pendek ini mendorong Les ‘Copaque agar menerbitkan satu sesi
lagi menyambut Ramadhan yang berikutnya
(http://www.upindanipin.com.my/)
B. Latar Belakang Produksi
Les ‘Copaque adalah sebuah organisasi pembuatan animasi 3
dimensi yang berada di Syah Alam, Selangor, Malaysia. Les ‘Copaque
bukan hanya mengerjakan proyek animasi bahkan menjadi organisasi
pembuatan secara penuh yang mengerjakan dari ide, gagasan, rekaman
suara hingga pasca produksi yang disertakan dengan karya animasinya.
Studio ini banyak mempekerjakan tenaga-tenaga muda berbakat.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
Les ‘Copaque didirikan pada bulan Desember 2005 menjadi ujung
tombak industri animasi Malaysia dan menyediakan kesempatan bagi
lulusan lokal untuk menunjukkan kemampuan mereka. Les ‘Copaque
mengkhususkan diri dalam memproduksi animasi 3D berkualitas tinggi
dengan gambar lokal tetapi memiliki daya tarik global
(http://id.wikipedia.org/wiki/Les%27_Copaque)
C. Seputar Film Serial Animasi Upin & Ipin
Upin & Ipin adalah serial animasi tentang sepasang anak kembar 5
tahun bernama Upin & Ipin yang menghadapi pengalaman pertama
mereka berpuasa di bulan Ramadhan. Hal ini diceritakan sedemikian rupa
dari sudut pandang mereka yang sederhana, lucu dan kocak. Nenek
mereka, Opah dan kakak mereka, Ros akan memberi mereka nasihat dan
bimbingan selama cerita berlangsung. Nilai-nilai yang baik akan mudah
dipahami oleh anak-anak dan akan berkesan mendalam pada mereka
karena dikaitkan melalui alur cerita secara halus. Meskipun serial ini
dibuat untuk ditayangkan selama bulan Ramadhan, mereka juga cocok
ditampilkan sepanjang tahun karena mengandung nilai-nilai moral dan
pendidikan bagi anak-anak.
Penghargaan atas Film Serial Animasi Upin & Ipin
1. 2007
Festival Film Antar Bangsa Kuala Lumpur : Animasi Terbaik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
2. 2009
Anugrah Shout : Best On-Screen Chemistry
3. 2010
Indonesian Kids Choise Awards
D. Tokoh dalam Film Animasi Upin & Ipin
Nama : Upin & Ipin
Pengisi suara : Nur Fathiah Diaz
Keterangan :
Upin dan Ipin adalah dua saudara kembar
asal Melayu yang tinggal bersama kakak
dan Opah mereka dalam sebuah rumah di
kampung Durian Runtuh. Mereka
kehilangan ayah dan ibunya ketika masih
bayi.
Upin lahir lima menit lebih awal dari Ipin.
Untuk membedakan sudara kembar yang
berkepala botak ini, Upin memiliki sehelai
rambut dikepalanya dan selalu memakai
baju kuning yang tertulis huruf U,
sementara Ipin tidak memiliki rambut,
memakai baju biru yang tertulis huruf I,
dan selalu memakai kain merah di lehernya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
Nama : Kak Ros
Pengisi Suara : Noor Ezdiani Fauwzi
Keterangan :
Merupakan kakak sulung dari Upin dan
Ipin. Dari luar dia tampak galak, tapi
sebenarnya ia adalah seorang kakak yang
penuh kasih sayang. Dia suka mengambil
kesempatan untuk mempermainka adik-
adiknya.
Nama : Opah
Pengisi Suara : Hjh. Ainon Ariff
Keterangan :
Merupakan nenek dari Upin, Ipin dan Ros.
Beliau berhati bersih dan sering
memanjakan Upin dan Ipin. Ia mengetahui
banyak hal duniawi dan keagamaan.
Ia lebih sering dipanggil Opah.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Nama : Mei-Mei
Pengisi suara : Yap Ee Jean
Keterangan :
Merupakan seorang keturunan Cina yang
sopan, rajin, dan pintar dikalangan teman-
teman Upin dan Ipin. Mei-Mei adalah anak
terpintar di kelasnya. Dalam musim
pertama Upin & Ipin, meskipun
berketurunan Cina dan bukan beragama
Islam, melainkan Agama Konghucu. Mei
Mei sempat mengingatkan Upin dan Ipin
agar tidak membangkitkan kemurkaan
Tuhan mereka' dengan tidak berpuasa.
Nama : Mohammad Al Hafezzi (Fizi)
Pengisi suara : Ida Rahayu Yusoff
Keterangan :
Salah satu teman Upin dan Ipin yang selalu
penuh dengan keyakinan dan amat
dimanjakan oleh orangtuanya. Kadang ia
lebih kelihatan menyombongkan diri dan
mengejek.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
Nama : Ehsan bin Azaruddin
Pengisi suara : Mohd. Syahmid Abdul
Hamid
Keterangan :
Ehsan adalah sepupu Fizi yang tinggal di
sebelah rumahnya. Dia juga menyandang
jabatan sebagai ketua kelas. Meskipun suka
makan, menyendiri dan cerewet, dia
tetaplah seorang kawan yang setia.
Nama : Kakek Dalang (Isnin bin Khamis)
Pengisi suara : Abu Shafian Abdul Hamid
Keterangan :
Merupakan ketua penghulu kampung
Durian Runtuh dan dalang wayang kulit
yang berkali-kali menjuarai pertandingan
wayang kulit. Kakek Dalang banyak
diminta pertolongannya oleh Upin, Ipin
dan kawan-kawan, disamping emberi
nasihat kepada mereka. Kakek Dalang
mempunyai beberapa pohon rambutan
untuk dijual buahnya dan seekor ayam
jantan peliharaan bernama Rembo.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Nama : Rajoo
Pengisi suara : Kannan a/l Rajan
Keterangan :
Merupakan anak laki-laki pak Muthu.
Seorang teman karib Upin dan Ipin yang
berusia lima tahun lebih tua dari saudara
kembar itu dan oleh karena itu seolah-olah
menjadi kakak mereka. Rajoo mempunyai
seekor lembu yang bernama Sapy yang
juga dijadikan alat pengangkut pribadinya.
Nama : Salleh (Sally)
Pengisi suara : Ros Hasrol Ahmad
Keterangan :
Terkenal sebagai laki-laki feminin yang
galak dan sirik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
E. Kru Dalam Film Animasi Upin & Ipin Season 1
CAST
Nur Fathiah Diaz sebagai Upin & Ipin
Noor Ezdiani Fauwzi sebagai Kak Ros
Hjh. Ainon Ariff sebagai Nenek ( Opah )
Yap Ee Jean sebagai Mei-Mei
Ida Rahayu Yusoff sebagai Fizi
Mohd. Syahmid Abdul Hamid sebagai Ehsan
Abu Shafian Abdul Hamid sebagai Kakek Dalang
Kannan a/l Rajan sebagai Rajoo
Ros Hasrol Ahmad sebagai Salleh
PRODUCTION
Penerbit : Hj. Burhanuddin bin Md Radzi
Hjh. Ainon binti Arif
Director : Mohd Nizam bin Abd Razak
Technic Director : Mohd Safwan bin Ab Karim
Animation Director : Muhammad Usamah Zaid bin Yasin
Animator : Jefry bin Mahadi Affandi
Kee Yong Pin
Nazrul Hadi bin Nazlan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
Alexander Teoh Yen Hao
Co. Animator : Yap Ee Jean
Choy Seng Kee
Mohd Shafiq bin Mohd Isa
Mohd Faiz bin Mohd Hanafiah
Zdubir bin Mohammed Zakaria
Mohamad Syazwan bin Mohamad Shukri
Mohd Syafiq bin Abd Malek
Ahmad Hafiz bin Latif
Nasrul Hakim bin Mohamad
Sound : Noor Ezdiani binti Ahmad Fawzi
Music : Wong Yu-Ri (Mushroom Music)
Script Writer : Muhammad Anas bin Abdul Aziz
Ehsan bin Azharuddin
Story Board : Fuad bin Md Din
Ida Rahayu binti Isop@Yusoff
3D Model : Mohd Safwan bin Ab Karim
Tan Shiek Wei
Mohd Rukhairy bin Abdul Rahman
Abdul Azim bin Abdul Halim
Art Character : Tan Shiek Wei
Hazwan Ahmad bin Sri Nusa Ahmad
Sharil bin Adnan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Render : Mohd Zarin bin Abdul Karim
Tang Ying Sowk
Marketing : Mohd Al Hafizi bin Abu Bakar
Administrator : Khairiah Hafizan binti Mazhar
Diproduksi Oleh : Les Copaque Production
Tahun Produksi : 2007
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
BAB III
ANALISIS DATA
Analisis data merupakan suatu bagian yang menuju titik akhir dari sebuah
penelitian. Analisis data merupakan proses pengorganisasian, pengelompokan,
dan pengurutan atas data yang ada kedalam suatu kategori tertentu dan kemudian
memaknainya melalui metode analisa yang dipilih. Pada penelitian ini, analisis
data dilakukan dengan menghadirkan korpus berupa unsur-unsur sinematografis
dalam bentuk scene yang terdapat dalam film. Analisis dilakukan melalui sudut
pandang sinematografis secara denotatif yang meliputi tampilan visual image dan
sound untuk mendapatkan makna denotasi. Visual image sebagai wujud dari
komunikasi non verbal meliputi komposisi visual (visual composition),
pergerakan kamera (camera movement), latar waktu dan tempat (setting), serta
pencahayaan (lighting). Sedangkan sound meliputi suara latar (backsound), baik
berupa musik maupun special effect lainnya. Kedua, analisis dilakukan dari sudut
pandang sinematografis secara konotatif terhadap visualisasi film sebagai tahapan
analisis sosial dan budaya, sehingga dapat diperoleh makna konotasi
Analisa terhadap film “Upin & Ipin Season 1” yang menjadi obyek dalam
penelitian ini dilakukan dengan mengartikan dan memaknai pesan yang terdapat
dalam tanda-tanda di film yang menunjukkan pembelajaran budi pekerti dan
toleransi. Beberapa adegan yang dianggap menggambarkan pembelajaran budi
pekerti dan toleransi dipilih dan dibingkai untuk kemudian dianalisis dengan
metode semiotika dalam melihat penggambaran pembelajaran tersebut.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Tanda tersebut terangkai dalam scene-scene yang memberikan makna secara
lebih mendalam yang akhirnya dapat ditentukan mana yang akan menjadi scene
kunci. Proses interpretasi simbol akan dilakukan dengan memilih scene-scene
kunci yang dianggap dapat mewakili kategorisasi yang telah ditentukan
sebelumnya. Pemilihan scene kunci ini akan dilakukan se-proporsional mungkin
yang disesuaikan dengan tujuan penelitian.
Menurut teori Barthes, makna denotasi merupakan sistem signifikasi tingkat
pertama, sementara konotasi merupakan tingkat kedua. Dalam hal ini denotasi
justru lebih diasosiasikan dengan ketertutupan makna dan dengan demikian,
sensor atau represi politis. Konotasi menurut Barthes identik dengan operasi
ideologi, yang disebutnya sebagai mitos dan berfungsi untuk mengungkapkan dan
memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku dalam suatu
periode tertentu (Sobur, 2004: 70).
Makna denotasi dapat ditemukan dari hubungan antara penanda dan petanda
dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal, misalnya untuk gambar teknis,
informasi ataupun aspek-aspek yang berkaitan dengan produksi, cenderung
digunakan tanda-tanda visual yang bersifat denotatif. Sedangkan makna konotasi
menggambarkan interaksi yang terjadi ketika tanda bertemu dengan perasaan
seseorang; maka untuk hal-hal yang bermuatan ekspresi, seperti bentuk, citra,
motif, ornament ataupun hal-hal yang bersentuhan dengan aspek humanisitis.
Pada konotasi, aspek ekspresi jauh lebih besar dibanding muatan pengertian
yang terdapat dalam denotasi. Oleh karena itu, makna denotasi dapat dikatakan
sebagai makna yang sebenarnya sesuai dengan obyek atau citra tersebut dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
makna konotasi mengungkap makna yang tersembunyi dalam suatu teks. Tanda-
tanda denotasi yang telah muncul kemudian menjadi penanda (signifier) konotasi.
Setelah menguraikan makna denotasi yang terkandung dalam film Upin &
Ipin season 1, maka dilakukan analisis lebih lanjut dengan proses signifikasi
tingkat kedua. Pemaknaan tahap kedua ini, bermaksud mengungkapkan makna
tersembunyi yang terdapat dalam sebuah teks. Selanjutnya, peneliti mencoba
memahami makna yang terkandung dalam film Upin & Ipin, dengan mengamati
tanda-tanda audio dan visual secara lebih seksama.
Dalam penelitian ini, korpus peneitian yang terdiri dari scene yang dipilih
dan mewakili pembelajaran budi pekerti dan toleransi.
A. Analisis Film Upin dan Ipin Season 1
Film ini berdurasi 26 menit 28 detik dimana didalamnya dibagi menjadi
beberapa episode. Masing masing episode berdurasi antara 3 hingga 5 menit yang
di dalamnya terdapat pesan-pesan tentang pembelajaran budi pekerti dan toleransi
yang berbeda-beda.
1. Korpus 1 Episode 1 Scene 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
a. Makna Denotasi
Scene ini diawali dengan gambar 4 orang anak sedang bermain kelereng
bersama yang ber-setting halaman yang menggambarkan keadaan sore hari.
Gambar ini menggunakan pengambilan long shot. Visualisas berikutnya
adalah gambar seorang anak yang bernama Rajoo terlihat sedang serius
melakukan gilirannya bermain, visualisasi ini menggunakan pengambilan
medium shot. Adegan selanjutnya berupa gambar Ipin dan Ipin yang
menghela nafas menunggu giliran bermain yang kemudian diiringi dengan
suara adzan maghrib dari kejauhan, kemudian Upin mengingatkan Ipin
Untuk bergegas pulang dengan mengatakan “Ish Maghrib! cepat balik!” lalu
mereka memunguti kelereng dan berlari pulang sehingga membuat Rajoo
dan Mei-Mei kaget. Kemudian diikuti gambar Rajoo yang berteriak “hey
tunggu!”. Visualisasi scene ini diikuti dengan gambar Upin dan Ipin yang
akan masuk rumah disambut oleh Kak Ros yang menyuruh Upin dan Ipin
“ha! cepat masuk mandi, lepas sembahyang, mengaji!” yang artinya adalah
menyuruh Upin dan Ipin untuk segera mandi kemudian dilanjutkan dengan
ibadah sholat maghrib yang diteruskan dengan mengaji. Adegan diikuti
dengan gambar Kak Ros menutup jendela rumah. Kemudian scene ini
ditutup dengan teknik fade out.
b. Makna Konotasi
Scene ini diawali dengan gambar empat orang anak, Upin, Ipin, Rajoo
dan Mei-mei yang sedang bermain kelereng. Gambar ini menggunakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
tehnik pengambilan long shot dan ber-setting sore hari. Long shot ini
digunakan sebagai establishing shot, yakni sebagai shot pembuka sebelum
digunakan shot-shot yang berjarak lebih dekat (Pratista, 2008: hal 105).
Setting dapat memberikan informasi waktu, era atau musim sesuai konteks
naratifnya (Pratista, 2008: hal 67). Kemudian diikuti dengan gambar
medium shot yang menunjukkan Rajoo masih tertarik melakukan gilirannya
bermain. Medium shot ini digunakan untuk menunjukkan gestur atau
ekspresi wajah Rajoo yang tertarik dalam bermain kelereng (Pratista, 2008:
hal 105). Ekspresi Rojoo yang menatap lama dan tetap pada kelereng yang
dimainkan mengisyaratkan bahwa Rajoo sangat tertarik untuk melakukan
gilirannya. Ekspresi menatap lama dan tetap pada obyek mengisyaratkan
ketertarikan (Horriyah, 2010: 86).
Adegan dilanjutkan dengan Upin dan Ipin yang sedang terlihat bosan
menuggu giliran, namun kemudian dari kejauhan terdengar suara adzan
maghrib (backsound adzan) langsung seketika itu juga Upin terhenyak dan
teringat bahwa hari sudah menjelang petang dan mengingatkan Ipin untuk
segera pulang dengan kalimat “Ish Maghrib! cepat balik!” yang kemudian
tanpa basa-basi Upin dan Ipin segera memunguti kelerengnya dan berlari
pulang. Sorot mata layu yang di ekspresikan Upin dan Ipin mengisyaratkan
bahwa keduanya bosan menunggu Rajoo yang terlalu lama menggunakan
gilirannya bermain. Sorot mata yang layu tidak bisa dibuat-buat agar tampak
bahwa orang tersebut mengantuk atau bosan (Horriyah, 2010: 115).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
Visualisasi kemudian diikuti gambar Rajoo yang berteriak “hey
tunggu!” yang menggunakan tehnik deep focus. Deep focus ini digunakan
untuk memberi kesan sebuah aksi yang sama pentingnya baik latar maupun
latar belakang (Pratista, 2008: hal 97). Sampai di depan rumah terlihat
sosok Kak Ros di jendela rumah dan mengatakan “ha! cepat masuk mandi,
lepas sembahyang, mengaji!” kepada Upin dan Ipin dengan volume suara
yang naik, selanjutnya scene ini ditutup dengan teknik fade out. Fade out
umumnya digunakan untuk menutup sebuah adegan (Pratista, 2008: 126).
Scene tersebut mencerminkan bagaimana Upin dan Ipin yang tengah
asyik bermain bersama teman-temannya tetap mengingat tentang pentingnya
kedisiplinan yang merupakan salah satu bagian dari budi pekerti. Seseorang
dikatakan disiplin apabila melakukan pekerjaan dengan tertib dan teratur
sesuai dengan waktu dan tempatnya, serta dikerjakan dengan penuh
kesadaran, ketekunan, dan tanpa paksaan dari siapapun atau ikhlas (Zuriah,
2007:83). Ini terlihat saat Upin mendengar suara adzan dan langsung
mengajak Ipin untuk segera pulang karena menyadari bahwa hari sudah
mulai petang yang mana tidak baik bagi anak-anak seusia mereka untuk
tetap bermain.
Scene ini juga mengingatkan anak-anak yang menonton acara ini akan
pentingnya keimanan. Hal ini terlihat saat Kak Ros mengingatkan Upin dan
Ipin untuk segera mandi lalu bersembahyang dan tidak lupa diikuti dengan
mengaji. Penggunaan suara Kak Ros yang tinggi terkesan mempertegas
pesan yang disampaikan dalam kalimat ini akan pentingnya keimanan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
(Pratista, 2008: 157). Beriman termasuk salah satu unsur budi pekerti.
Beriman merupakan sikap dan perilaku yang menunjukkan keyakinan akan
adanya Tuhan Yang Maha Esa. Ini diwujudkan dengan kepatuhan dan
ketaatan dalam melaksanakan perintah Tuhan dan menjauhi segala
larangan-Nya (Zuriah, 2007:83).
2. Korpus 2 Episode 1 scene 2
a. Makna Denotasi
Scene ini diawali dengan gambar rumah dengan menggunakan teknik
extreme long shot dan ber-setting malam hari dan menggunakan noise suara
jangkrik disertai dengan masuknya suara televisi degan teknik offscreen
sound “dengan ini, menyatakan bahwa esok awal dimulainya puasa”.
Diikuti dengan visualisasi berikutnya berupa gambar Upin dan Ipin sedang
makan yang diiringi dengan pertanyaan Ipin kepada kakaknya “Kak Ros
buka tivi berapa tu?” yang kemudian disambut dengan jawaban offscreen
sound dari Kak Ros “tv9”. Gambar berikutnya berupa visualisai Ipin yang
mengatakan “ha, bagus-bagus” sambil mengangguk-anggukkan kepala.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
Adegan selanjutnya adalah gambar suasana meja makan dengan Upin, Ipin,
Opah yang di ikuti dengan masuknya Kak Ros dalam frame.
Scene ini diikuti dengan gambar Kak Ros yang hendak duduk di
samping Opah sambil berkata kepada Opah “Opah, esok dah mulai puasa”
dan dilanjutkan dengan Opah yang berkata kepada Upin dan Ipin “ha, kau
orang berduapun kena puasa”, gambar ini menggunakan teknik medium
shot. Visualisasi berikutnya dilajutkan dengan gambar medium shot sosok
Upin dan Ipin yang sedang makan, kemudian Upin terlihat terkejut dan
bertanya “ha! Puasa?” sambil berusaha memanggil Ipin yang sedang asyik
makan dan hanya menjawab “oh, boleh boleh boleh” dan diikuti Upin yang
bertanya kepada Opah “puasa tu apa Opah?”. Adegan berikutnya berupa
gambar medium close-up sosok Opah yang menjawab “puasa tu,kita tak
boleh makan tak boleh minum dari pagi saaampai petang, paham?”.
Kemudian dilanjutkan dengan visualisasi Ipin yang kaget dan berkata “ha!?
tak boleh makan? matilah?” dengan ekspresi takut, gambar ini
menggunakan teknik medium close-up. Disusul dengan visualisasi Kak Ros
yang sedang mengambil nasi sambil menjawab “halah, tak ada matinya”
Visualisasi dilanjutkan dengan gambar medium close-up Upin dan Ipin
yang disusul pertanyaan Upin “kenapa kita harus puasa Opah?” sambil
terlihat Ipin yang memeluk ayam goreng. Scene ini diikuti dengan gambar
keadaan meja makan yang kemudian diisi perkataan Opah “orang Islam
wajib puasa, Tuhan suruh” gambar ini menggunakan teknik medium long-
shot. Visualisasi dilanjutkan dengan gambar medium close-up sosok Opah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
yang melanjutkan perkataannya “supaya kita tahu macam mana rasanya
orang yang kelaparan” dengan ekspresi serius. Adegan dilanjutkan dengan
gambar Upin dan Ipin yang kembali bertanya “tapi Opah, kita kan kecik
lagi” yang di iringi anggukkan Ipin, gambar ini mengggunakan teknik
medium shot. Kemudian diikuti dengan gambar Opah dan Kak Ros yang
diisi dengan Opah menjawab “ya lah, kecik-kecik lah kena belajar puasa”.
Visualisasi berikutnya adalah gambar medium shot sosok Upin dan Ipin
dimana Ipin menjawab “betul betul betul” sambil asyik memakan
makanannya, disusul dengan ekspresi kesal Upin kepada Ipin. Visualisasi
diikuti gambar yang menampakkan Opah dan Kak Ros, dimana Opah
berkata “ha, malam ni tidur awal, besok pagi keda bangun sahur”.
Kemudian masih dengan ekspresi kesal kepada Ipin, Upin kembali bertanya
“sahur tu, apa pula?” gambar ini menggunakan teknik medium close-up.
Visualisasi kemudian berpindah kepada Opah yang menjawab “sahur tu,
pagi-pagi kita bangun, kita makan, kita minum nah nanti bolehlah tahan
puasa”. Kemudian dilanjutkan dengan gambar ruang makan dengan teknik
long shot dengan disertai perkataan Opah “ha dah dah habiskan makanan tu
cepat” lalu scene ditutup dengan fade out.
b. Makna Konotasi
Scene ini diawali dengan gambar rumah dengan menggunakan teknik
extreme long shot dan ber-setting malam hari. Extreme long shot umumnya
untuk menggambarkan sebuah obyek yang sangat jauh atau panorama yang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
luas (Pratista, 2008: 105). Setting dapat memberikan informasi waktu, era
atau musim sesuai konteks naratifnya (Pratista, 2008: hal 67). Selain itu,
scene ini juga diawali dengan menggunakan noise berupa suara jangkrik
disertai dengan masuknya suara televisi berupa offscreen sound “dengan ini,
menyatakan bahwa esok awal dimulainya puasa”. Noise salah satu
fungsinya adalah sebagai pengisi suara latar, penonton sebisa mungkin
mendengar apa yang seharusnya mereka dengar di sebuah lokasi cerita,
sehingga terdengar nyata layaknya seperti pada lokasi sesungguhnya
(Pratista, 2008:156). Offscreen sound merupakan suara yang berasal dari
luar frame. Offscreen sound dapat dimanfaatkan sineas sebagai efek kejutan,
ketegangan, informasi cerita, dan sebagainya (Pratista, 2008: 161). Dalam
hal ini offscreen sound ditujukan sebagai informasi cerita bahwa dalam
setting tersebut akan menjelang puasa di keesokan harinya.
Adegan berlanjut dengan gambar keadaan di dalam ruang makan dimana
Upin, Ipin, Kak Ros dan Opah makan malam bersama dan kemudian dibuka
oleh perkataan Kak Ros kepada Opah dimana Kak Ros mengingatkan
bahwa besok sudah mulai puasa yang kemudian dilanjutkan dengan Opah
yang memberitahu bahwa Upin dan Ipin juga harus melaksanakan puasa.
Hal ini ditanggapi Upin dan Ipin dengan kaget dengan ekspresinya yang
kemudian diikuti dengan penjelasan-penjelasan Opah tentang pentingnya
puasa dan tata caranya termasuk sahur.
Scene ini mencerminkan pola pendidikan yang diterapkan Opah kepada
Upin dan Ipin dengan pola pendidikan mendengarkan. Hal ini ditunjukkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
dengan penjelasan Opah kepada Upin dan Ipin tentang alasan dibalik
anjuran berpuasa. Dengan adanya kondisi pribadi seperti itu memungkinkan
seseorang tidak hanya mendengar, melainkan mendengar secara aktif dan
bertujuan (Dalyono, 2009: 219). Upin dan Ipin yang pada awalnya
berekspresi kaget dan takut setelah mengetahui bahwa puasa mempunyai
arti tidak boleh makan dan minum. Ekspresi wajah saat mata terbuka lebar,
alis dinaikkan dan rahang yang terbuka lebar menunjukkan bahwa Upin dan
Ipin mengalami keterkejutan. Keterkejutan dalam hal ini mempunyai arti
bahwa Upin dan Ipin merasakan khawatir serta takut karena larangan untuk
tidak makan dan minum selama melaksanakan puasa. Hampir seketika mata
mereka tertutup rapat (dalam terkejut mata ternuka lebar), alis mereka
diturunkan (dalam terkejut alis dinaikkan) , dan bibir mereka mengencang
dengan keras (dalam terkejut rahang terbuka lebar) (Ekman, 2010: 265).
Dalam scene ini Opah mengatakan bahwasanya tujuan puasa adalah
supaya kita bisa merasakan rasanya orang yang kelaparan dan belajar untuk
bersyukur, bersyukur merupakan salah satu ciri budi pekerti yaitu sikap dan
perilaku yang pandai berterimakasih ats rahmat dan nikmat dari Tuhan
Yang Maha Esa (Zuriah, 2007: 83). Opah mengajarkan kepada Upin dan
Ipin cara bersyukur dengan mempraktekkan puasa sejak kecil yang
tercermin dalam kalimat “ya lah, kecik-kecik lah kena belajar puasa”,
karena pembelajaran adalah suatu perubahan yang terjadi melalui latihan
atau pengalaman; dalam arti perubahan-perubahan yang disebabkan oleh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
pertumbuhan atau kematangan tidak dianggap sebagai hasil belajar
(Dalyono, 2009: 212).
Scene ini gambar cenderung sering menggunakan teknik medium dan
medium close-up hal ini dikarenakan untuk menunjukkan gestur serta
ekspresi wajah yang menunjukkan bahwa yang terkandung dalam
percakapan itu mempunyai pesan penting (Pratista, 2008: 105). Teknik ini
menggambarkan bahwa pembuat film ingin menyampaikan bahwa semua
atau sebagian besar pesan dalam scene ini mempunyai arti yang penting
tentang penyampaian pesan pembelajaran budi pekerti terhadap anak.
Dalam scene ini proses pembelajaran yang disampaikan adalah dengan
metode mendengarkan, hal ini ditunjukkan Upin dan Ipin saat
mendengarkan penjelasan puasa dari Opah.
3. Korpus 3 Episode 1 scene 3
a. Makna Denotasi
Scene ini kembali diawali dengan gambar landscape pemandangan
sekitar rumah yang sudah larut malam, gambar ini juga kembali
menggunakan teknik pengambilan extreme longshot. Selain itu gambar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
75
pembuka scene ini juga menggunakan noise berupa suara jangkrik. Adegan
dilanjutkan dengan setting kamar tidur Upin dan Ipin, adengan ini
menggunakan teknik pencahayaan low key lighting, dimana Upin dan Ipin
terlihat masih tertidur lelap. Visualisasi berikutnya adalah masuknya
offscreen sound berupa derit pintu disusul dengan suara Kak Ros yang
berusaha membangunkan Upin dan Ipin “Upin, Ipin, bangun sahur!”
kemudian dilanjutkan dengan adegan kak Ros yang menggoyang-goyang
tubuh Upin yang sedang tidur sambil berkata “ish, cepat bangun”.
Adegan berikutnya berupa gambar Upin dan Ipin yang tertidur, namun
Upin sudah mulai bergerak sambil menguap lebar. Kemudian dilanjutkan
dengan Kak Ros yang terlihat marah karena Upin dan ipin tidak segera
bangun dengan mengatakan “ish, budak-budak ni, akak simbah air
skarang!” gambar ini menggunakan teknik low angle. Lalu munculah Opah
yang memasuki kamar dan menenangkan Kak Ros dengan dialog “dah atu
Ros, pergi siapkan makanan biar Opah urus ni orang”. Opah kemudian
berusaha membangunkan Upin dan Ipin “Upin, Ipin, eh bangun-bangun
cepat, cepat bangun” yang diiringi dengan Upin yang menguap. Lalu Opah
berusaha menggendong Upin dan Ipin.
Adegan berlanjut di ruang makan diawali dengan Opah yang menyuruh
duduk Upin dan Ipin, lalu Upin dan Ipin pun duduk diikuti dengan Ipin yang
menguap. Upin dan Ipin masih terlihat mengantuk. Melihat Upin dan Ipin
yang belum sepenuhnya terbangun, Kak Ros terlihat geram dan diikuti
dengan tindakan mengambil ayam goreng. Shot ini menggunakan teknik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
76
rack focus. Kemudian ayam tersebut digunakan untuk menarik perhatian
Upin dan Ipin yang masih mengantuk dengan cara mendekatkannya
sehingga Upin dan Ipin saling bertabrakan karenanya. Setelah sadar dan
merasa kesakitan karena kepala mereka saling berbenturan, segera Kak Ros
menyuruh mereka berdua untuk membasuh muka terlebih dahulu sebelum
memakan ayam goreng tersebut dengan dialog “ha,nak ayam? Pergi basuh
muka dulu!” dan mereka lalu turun dari kursi. Lalu terlihat Opah yang
mengingatkan Kak Ros bahwa tidak baik mempermainkan adik-adiknya.
Setelah selesai mencuci muka dan tidak mengantuk, Upin dan Ipin
kembali ke meja makan dan Opah menyuruh mereka untuk segera makan
“makan kenyang-kenyang kau, lepas tu kita baca niat”. Setelah makan Upin
dan Ipin bertanya tentang bagaimana caranya niat kepada Opah “hmmm,
macam mana nak niat?”, lalu Opah menuntun mereka cara berniat yang
baik dan benar. Kemudian scene ini ditutup dengan transisi dissolve ke
gambar landscape rumah dengan pergerakan tilt dengan diiringi noise
berupa suara jangkrik serta suara niat dari Upin dan Ipin.
b. Makna Konotasi
Scene ini diawali dengan lanscape rumah dengan setting malam hari
dan diiringi offscreen sound berupa suara jangkrik, gambar ini
menggunakan teknik extreem longshot. Extreme long shot umumnya untuk
menggambarkan sebuah obyek yang sangat jauh atau panorama yang luas
(Pratista, 2008: 105). Setting dapat memberikan informasi waktu, era atau
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
77
musim sesuai konteks naratifnya (Pratista, 2008: 67). Selain itu, scene ini
juga diawali dengan menggunakan noise berupa suara jangkrik. Noise salah
satu fungsinya adalah sebagai pengisi suara latar, penonton sebisa mungkin
mendengar apa yang seharusnya mereka dengar di sebuah lokasi cerita,
sehingga terdengar nyata layaknya seperti pada lokasi sesungguhnya
(Pratista, 2008:156). Setting kamar tidur Upin dan Ipin menggunakan teknik
low key lighting untuk membuat kesan gelap kamar tidur. Low key lighting
merupakan suatu teknik tata cahaya yang menciptakan batas yang tipis
antara gelap dan terang. Teknik ini lebih mengutamakan unsur bayangan
yang tegas dalam mise-en-scene (Pratista, 2008: 79).
Dalam scene ini tergambar proses pembelajaran tentang rela berkorban,
ini terlihat dalam adegan dimana Upin dan Ipin dengan ikhlas bangun untuk
bersahur tanpa terlihat menggerutu ataupun mengeluh. Rela berkorban
merupakan salah satu pencitraan budi pekerti yang baik, karena melakukan
tindakan dengan ikhlas hati (Zuriah, 2007: 84).
Suatu proses pembelajaran terlihat ketika Upin menanyakan kepada
Opah tentang bagaimana cara berniat puasa yang benar. Dari adegan ini
terlihat Upin mempunyai reaksi karena ketidaktahuannya tentang cara
berniat yang benar dan disertai dorongan atas rasa keimanan yang mana di
dalamnya termasuk patuh dan taat terhadap perintah Tuhan Yang Maha Esa.
Beriman merupakan sikap dan perilaku yang menunjukkan keyakinan akan
adanya Tuhan Ynag Maha Esa ini diwujudkan dengan kepatuhan dan
ketaatan dalam melaksanakan perintah Tuhan dan menjauhi segala
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
78
larangan-Nya (Zuriah, 2007:83). Orang terdorong belajar karena ada
masalah yang harus dipecahkan, masalah itu merupakan perangsang atau
stimulus terhadap individu. Dimana individu tersebut kemudian
mengadakan reaksi terhadap rangsang, dan bila reaksi itu berhasil, maka
terjadilah hubungan perangsang dengan reaksi dan terjadi pula peristiwa
belajar (Dalyono, 2009: 208). Dalam hal ini rangsang yang diberikan adalah
Opah yang sebelumnya mengingatkan untuk berniat setelah selesai makan,
disertai dengan stimulus keimanan dan rasa ingin tahu, maka Upin
melakukan reaksi berupa pertanyaan yang memulai apa yang dinamakan
proses belajar.
4. Korpus 4 Episode 2 Scene 2
a. Makna Denotasi
Scene ini diawali dengan gambar landscape langit dengan framing
berupa daun pepohonan yang diikuti gambar Upin dan Ipin yang terlihat
sedang asyik bermain bersama Mei-Mei dan Rajoo. Gambar ini
menggunnakan jarak pengambilan medium long-shot dengan teknik
pergerakan kamera tracking. Gambar selanjutnya berupa Ipin dan Upin
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
79
yang kegirangan karena telah berhasil memenangkan permainan dari Mei-
Mei dan Rajoo dengan berseru “yeeyeeee, menang yeeyeee menang” yang
diikuti gambar ekspresi Rajoo dan Mei-Mei yang kecewa karena kalah.
Selanjutnya Mei-Mei dan Rajoo saling beradu argumen tentang kekalahan
mereka, Mei-Mei memulai dengan kalimat “tu lah Rajoo, sebab kamulah
kita kalah” yang dijawab Rajoo “mana ada,kamulah berat sangat”.
Visualisasi berikutnya berupa gambar Upin dan Ipin yang tampak
kelelahan dan Upin bergumam “eui, penatnyaa..” kemudian disambut Ipin
“hauslah pula..” gambar ini menggunakan teknik pengambilan gambar
dengan high angle. Selanjutnya diikuti gambar Rajoo yang menanggapi
keluhan Upin dan Ipin dengan kalimat “ha, sebab kau orang menang,
mari saya belanja kau orang minum” yang diikuti gambar Upin dan Ipin
yang sumringah dan menjawab “baik Boss!” akan tetapi di tanggapi Mei-
Mei “eh, kamu berdua kan puasa” gambar ini menggunakan teknik
medium close-up. Kemudian disusul gambar Upin dan Ipin yang dengan
kompak menjawab “puasa puasa” sambil mengangguk-anggukan kepala.
Visualisasi berikutnya berupa Rajoo yang meyakinkan Upin dan Ipin
dengan kalimat “halah tak apa, orang tak tahu” yang disusul dengan
ekspresi senang Upin dan Ipin dengan kalimat “betul betul betul”.
Visualisasi dilanjutkan dengan Mei-Mei yang berisik keras melarang Upin
dan Ipin “tak boleh! Lu punya Tuhan tau a, nanti ya Lu punya Tuhan
marah! Mana boleh main-main!” kemudian Upin dan Ipin kembali
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
80
menanggapi “ha, banyak betul!” gambar ini menggunakan teknik medium
close-up.
Adegan dilanjutkan dengan gambar Rajoo yang disertai off screen
sound Mei-Mei “Lu kena puasa sampai habis” yang diikuti dengan Rajoo
yang menanggaipinya “ya lah ya lah, Mei-Mei betul... kita semua balik
lah”. Visualisasi dilanjutkan dengan gambar extreme long shot mereka
berempat di depan rumah yang diiringi suara Upin dan Ipin “jangan lupa,
besok main lagi!” dan kemudian ditutup dengan kalimat “Ok!!” dari Mei-
Mei dan fade out untuk menutup scene ini.
b. Makna Konotasi
Scene ini diawali dengan gambar landscape langit dengan framing
berupa daun pepohonan yang diikuti gambar Upin dan Ipin yang terlihat
sedang asyik bermain bersama Mei-Mei dan Rajoo. Gambar ini
menggunnakan jarak pengambilan medium long-shot dengan teknik
pergerakan kamera tracking, pada jarak ini tubuh manusia terlihat dari
bawah lutut sampai ke atas, tubuh fisik manusia dan lingkungan sekitar
relatif seimbang (Pratista, 2008: 105). Tracking merupakan pergerakan
kamera akibat perubahan posisi kamera secara horisontal (Pratista, 2008:
110). Dalam adegan ini terlihat ekspesi Upin dan Ipin yang bahagia
bermain bersama teman-temannya. Bahagia diperlihatkan pada bagian
bawah wajah dan kelopak mata bawah serta ekspresi kerutan terbentuk
mulai dari hidung ke arah ujung luar di belakang sudut bibir, pipi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
81
terangkat, kelopak mata bawah memperlihatkan kerutan di bawahnya dan
mungkin terangkat tapi tidak tegang (Ekman, 2009: 175).
Gambar selanjutnya berupa Ipin dan Upin yang kegirangan karena
telah berhasil memenangkan permainan dari Mei-Mei dan Rajoo dengan
berseru dan melakukan “toss” pinggang “yeeyeeee, menang yeeyeee
menang” yang diikuti gambar ekspresi Rajoo dan Mei-Mei yang kecewa
karena kalah. Gerakan ‘toss’ tersebut merupakan sebuah pesan gestural
untuk mengungkapkan sebuah perasaan positif dan ungkapan kesukaan
atas peristiwa yang telah terjadi (Rakhmat, 2003: 290). Ekspresi kecewa
terlihat dimana sudut-sudut bagian dalam alis ditarik ke atas, kulit dibawah
alis membentuk segitiga, dengan dudut bagian dalamnya naik, sudut
kelopak mata atas bagian dalam dinaikkan dan sudut-sudut bibir turun atau
bibir bergetar (Ekman, 2009: 194).
Visualisasi berikutnya berupa gambar Upin dan Ipin yang tampak
kelelahan dan Upin bergumam “eui, penatnyaa..” kemudian disambut Ipin
“hauslah pula..” gambar ini menggunakan teknik pengambilan gambar
dengan high angle. High angle mampu membuat sebuah obyek seolah
tampak lebih kecil, lemah, serta terintimidasi (Pratista, 2008: 106)
sehingga sosok Upin dan Ipin terlihat lemah untuk memperkuat rasa haus
dan capek yang dirasakan oleh Upin dan Ipin.
Selannjutnya terlihat Mei-Mei yang berisik keras melarang Upin dan
Ipin untuk melanggar puasa yang mereka jalankan dengan mengikuti
ajakan Rajoo untuk dibelikan minum. Dalam adegan ini gambar Mei-mei
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
82
menggunakan teknik loudness suara yang tinggi untuk memberikan kesan
pentingnya pesan yang disampaikan Mei-mei untuk tidak melanggar
aturan puasa yang dilaksanakan oleh Upin dan Ipin. Loudness atau volume
menunjukkan kuat-lemahnya suara. Sineas dapat mengontrol volume
sesuai dengan kebutuhan serta tuntutan cerita (Pratista, 2008: 157).
Dalam scene ini, terlihat Mei-Mei yang notabene merupakan
keturunan Tionghoa dan bukan beragama Islam dengan sadar dan tegas
menghormati dan menghargai Upin dan Ipin yang menjalankan ibadah
puasa dengan mengingatkan Upin dan Ipin ketika mereka hendak
dibelikan minum oleh Rajoo. Sikap Mei-Mei, Upin, Ipin dan Rajoo yang
ditunjukkan dalam scene ini merupakan contoh sifat tegas dan
pengendalian diri dimana Mei-Mei berisik keras melarang Upin dan Ipin
untuk menerima ajakan membeli minulan oleh Rajoo, sedangkan Rajoo,
Upin dan Ipin berhasil mengendalikan diri untuk tidak mengikuti
keinginan mereka membeli minum.
Tegas merupakan sikap atau perilaku yang tidak ragu-ragu dan dalam
keadaan sulit berani mengambil keputusan yang pasti (Zuriah, 2007: 84).
Pengendalian diri merupakan sikap dan perilaku yang mempertimbangkan
keseimbangan antara dorongan dari dalam diri (berupa dorongan nafsu)
dan dari luar diri (berupa aturan-aturan yang mengekang) (Zuriah, 2007:
84). Kedua sikap tegas dan pengendalian diri tersebut termasuk dalam
unsur sifat budi pekerti. Selain itu, Mei-Mei dan Rajoo menujukkan sikap
Toleransi terhadap Upin dan Ipin yang menjalankan ibadah puasa.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
83
Toleransi yang ditunjukkan merupakan toleransi positif dimana isi ajaran
ditolak, tetapi penganutnya diterima dan dihargai (Masykur, 2001: 5).
5. Korpus 5 Episode 3 Scene 2
a. Makna Denotasi
Scene ini diawali dengan gambar lingkungan rumah yang
menggunakan teknik extreme long shot dengan pergerakan tilt up.
Kemudian dilanjutkan dengan gambar Upin dan Ipin yang sedang
menonton televisi dan diiringi offscreen sound Kak Ros “hei, kau orang
tengok apa tu?” yang dilanjutkan dengan jawaban Upin dan Ipin “ni ha,
tengah tunggu adzan maghrib”. Adegan berikutnya berupa Kak Ros yang
berekspresi kaget dan berkata “eit, tak pernah-pernah kau orang tunggu
adzan” yang disusul Ipin “alah Kak ni, bising ha, macam orang tak tahu”.
Gambar dilanjutkan dengan long shot mereka bertiga sambil Kak Ros
berkata “haha, dah dah dah, yo, dah hendak buka ni” dan disusul ekspresi
gembira Upin dan Ipin.
Visualisasi berikutnya diawali dengan long shot keadaan meja makan
yang sudah penuh dengan makanan kemudian diikuti dengan adegan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
84
dimana Upin mengambilkan nasi untuk Ipin. Selanjutnya dengan editing
cut gambar beralih pada suasana meja makan secara long shot.
Perpindahan ini disertai offscreen sound berupa suara adzan dan kemudian
Kak Ros berkata “ah, nak boleh buka dah”. Visualidasi berikutnya berupa
adegan Upin dan Ipin yang kegirangan karena sudah boleh makan “yay,
dah boleh makan!.. serang!!” kemudian diikuti Opah “nantiii, baca doa
dulu!” sambil memberi isyarat dengan posisi tangan sedang berdoa.
Adegan dilanjutkan dengan Upin dan Ipin yang mulai berdoa dengan
cepatnya “bismillahirahmanirrahim, Amin!” yang diikuti dengan ekspresi
terkejut Opah “eh, pendeknya! Ini doa orang lapar, ha, baca betul-betul!”
dengan ekspresi marah, gambar ini menggunakan teknik medium close up.
Selanjutnya diikuti reaksi Upin dan Ipin yang langsung berdoa secara
benar adanya “Bismillahirahmanirrahim Allahumma laka sumtu Wa bika
amantu Wa ‘alaa rzqika aftartu Birahmatika Ya ar hamarrahimin, Amin!”
Scene ini dilanjutkan dengan gambar Upin yang memulai berbuka
dengan air putih yang dilanjutkan dengan tracking ke arah Ipin yang
hendak memakan makanannya, namun disisipi gambar Opah yang
mengingatkan “Ipin, minum air dulu” dan Ipin pun minum terlebih dahulu.
Setelah itu, Opah menyuruh Upin dan Ipin untuk makan kurma terlebih
dahulu “eh eh, ha, makan kurma ni”. Adegan dilanjutkan dengan gambar
Ipin yang hendak memakan ayam, kemudian dihentikan oleh offscreen
sound Kak Ros “eh, nanti nanti nanti” yang dijawab Ipin “halah Kak, apa
lagi!?” dilanjutkan dengan Kak Ros yang mengambil ayam dari Ipin dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
85
memakannya dan diikuti reaksi Ipin yang kecewa “halah, Akak!”. Adegan
dilanjutkan dengan medium shot Kak Ros yang tertawa diikuti Opah yang
yang berkata “ah ah dah dah, ish, Ros suka mengacau adik engkau”.
Visualisasi dilanjutkan dengan medium long shot keadaan meja makan dan
Ros yang terlihat memberikan ayam lagi untuk Ipin “haa nah nah nah,
akak bagi lagi satu, makan pelan-pelan tau, jangan ngglojo”.
Adegan dilanjutkan Upin dan Ipin yang terlihat kenyang sambil
bergumam “oo, sedapnya makan, leganya dah abis puasa” kemudian
diikuti Kak Ros “eh eh, besok kita puasa lagi!”. Adegan dilanjutkan
dengan gambar medium close up Upin dengan ekspresi kaget dan bertanya
“ha? Bukan satu hari ja kah!?” dan dijawab oleh Kak Ros “bukan sayang,
satu bulaaan!”. Visualisasi dilanjutkan dengan gambar Upin dan Ipin yang
berekspresi takut dan berkata “ha, kalau macam ni,matilah!” dan diikuti
gambar Opah yang berdiri dan berkata “Opah nak siap sekarang nak ke
surau sembahyang tarawih” yang dilanjutkan dengan gambar medium
close up Upin dan Ipin yang berekspresi senang dan berkata “nak ikut!”
diikuti gambar medium close up Opah yang berkata “nak ikut, pergi siap
cepat” yang dilanjutkan dengan editing fade out.
Visualisasi berikutnya diawali dengan editing fade in Opah yang
berjalan dan terhenti dengan ekspresi terkejut. Adegan dilanjutkan dengan
gambar Upin dan Ipin yang tertidur dilantai diiringi offscreen sound Opah
“eh, lhah, dah tidur!? Kasian cucu-cucu aku, keletihan, baru satu hari
berpuasa”. Gambar selanjutnya adalah gambar Opah dan Kak Ros dengan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
86
teknik medium close up, kemudian kak Ros berkata “tak apa, Opah
pergilah, biar Ros jaga ni orang” yang disusul dengan jawaban Opah
“hmm, ya lah Opah pergi dulu ya. Assalamualaikum”. Selanjutnya disusul
gambar Upin dan Ipin yang terlelap diiringi dengan offscreen sound Kak
ros “Waalaikumsalam” dilanjutkan dengan fade out untuk menutup scene
ini.
b. Makna Konotasi
Scene ini diawali dengan gambar lingkungan rumah yang
menggunakan teknik extreme long shot dengan pergerakan tilt up. Extreme
long shot merupakan jarak kamera paling jauh dari obyeknya. Wujud fisik
manusia nyaris tidak tampak. Teknik ini umumnya untuk menggambarkan
sebuah obyek yang sangat jauh atau panorama yang luas (Pratista, 2008:
105). Kemudian dilanjutkan dengan gambar Upin dan Ipin yang sedang
menonton televisi dan diiringi offscreen sound Kak Ros “hei, kau orang
tengok apa tu?” yang dilanjutkan dengan jawaban Upin dan Ipin “ni ha,
tengah tunggu adzan maghrib”. Offscreen sound memungkinkan sineas
untuk bereksplorasi dengan berbagai efek suara (Pratista, 2008: 161).
Offscreen sound dapat dimanfaatkan sineas sebagai efek kejutan,
ketegangan, informasi cerita, dan sebagainya (Pratista, 2008: 161).
Adegan berikutnya berupa Kak Ros yang berekspresi kaget dan
berkata “eit, tak pernah-pernah kau orang tunggu adzan” yang disusul
Ipin “alah Kak ni, bising ha, macam orang tak tahu”. Ekspresi kaget Kak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
87
Ros dalam adegan ini mempunyai arti heran karena Upin dan Ipin tidak
terbiasa menunggu adzan. Gambar dilanjutkan dengan long shot mereka
bertiga sambil Kak Ros berkata “haha, dah dah dah, yo, dah hendak buka
ni” dan disusul ekspresi gembira Upin dan Ipin. Ekspresi gembira terlihat
dari cara tertawa yang lepas serta ekspresi kerutan terbentuk mulai dari
hidung ke arah ujung luar di belakang sudut bibir, pipi terangkat, kelopak
mata bawah memperlihatkan kerutan di bawahnya dan mungkin terangkat
tapi tidak tegang (Ekman, 2009: 175).
Visualisasi berikutnya diawali dengan long shot keadaan meja makan
yang sudah penuh dengan makanan kemudian diikuti dengan adegan
dimana Upin mengambilkan nasi untuk Ipin. Pada jarak long shot tubuh
fisik manusia telah tampak jelas namun latar belakang masih dominan.
Long shot sering kali digunakan sebagai establishing shot, yakni shot
pembuka sebelum digunakan shot-shot yang berjarak lebih dekat (Pratista,
2008: 105). Selanjutnya dengan editing cut gambar beralih pada suasana
meja makan secara long shot. Perpindahan ini disertai offscreen sound
berupa suara adzan dan kemudian Kak Ros berkata “ah, nak boleh buka
dah”. Offscreen sound memungkinkan sineas untuk bereksplorasi dengan
berbagai efek suara (Pratista, 2008: 161). Offscreen sound dapat
dimanfaatkan sineas sebagai efek kejutan, ketegangan, informasi cerita,
dan sebagainya (Pratista, 2008: 161). Dalam hal ini offscreen sound
berfungsi sebagai informasi bahwa saat itu sudah memasuki waktu
maghrib.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
88
Diikuti dengan adegan Upin dan Ipin yang kegirangan karena sudah
boleh makan dan tergesa-gesa untuk segera menyantap makanannya akan
tetapi dihentikan oleh perkataan Opah yang menyuruh Upin dan Ipin untuk
berdoa terlebih dahulu sambil memberi isyarat dengan posisi tangan
sedang berdoa. Dalam perkataan ini Opah menggunakan volume yang
lebih dari volume normal untuk menunjukkan bahwa pesan yang
terkandung dalam kalimat Opah untuk mendahulukan berdoa sebelum
makan adalah merupakan hal yang penting. Sineas dapat mengontrol
volume sesuai dengan kebutuhan serta tuntutan cerita (Pratista, 2008: 157).
Adegan dilanjutkan dengan Upin dan Ipin yang mulai berdoa dengan
singkatnya akan tetapi direspon oleh Opah dengan ekspresi marah, marah
dalam adegan ini mempunyai arti bahwa Opah serius untuk menyuruh
Upin dan Ipin berdoa dengan sungguh-sungguh. Ekspresi marah terlihat
dari kelopak mata bawah ditegangkan dan mungkin atau mungkin juga
tidak diturunkan karena gerakan yang dilakukan pada alis, mata memiliki
tatapan keras dan bisa melotot (Ekman, 2009: 152). Selanjutnya diikuti
reaksi Upin dan Ipin yang langsung berdoa secara benar adanya.
Dalam adegan tersebut terlihat bahwa berdoa sebelum melakukan
sesuatu itu adalah hal yang penting, apalagi sesuai dengan aturan agama.
Sikap dan perilaku yang menunjukkan keyakinan akan adanya Tuhan
Yang Maha Esa ini diwujudkan dengan kepatuhan dan ketaatan dalam
melaksanakan perintah Tuhan dan menjauhi larangannya merupakan
cermin sifat Beriman (Zuriah, 2007: 83). Selain beriman, adegan teersebut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
89
juga mengajarkan penonton untuk bersyukur, dalam hal ini dicontohkan
dengan cara berdoa. Bersyukur merupakan sikap dan perilaku yang pandai
berterima kasih atas rahmat dan nikmat dari Tuhan Yang Maha Esa
(Zuriah, 2007: 83). Beriman dan bersyukur merupakan sifat pembentuk
dari budi pekerti (Zuriah, 2007, 82)
Scene ini dilanjutkan dengan gambar Upin yang memulai berbuka
dengan air putih yang dilanjutkan dengan tracking ke arah Ipin yang
hendak memakan makanannya, namun disisipi gambar Opah yang
mengingatkan “Ipin, minum air dulu” dan Ipin pun minum terlebih dahulu.
Tracking merupakan pergerakan kamera akibat perubahan posisi kamera
secara horisontal (Pratista, 2008: 110). Setelah itu, Opah menyuruh Upin
dan Ipin untuk makan kurma terlebih dahulu “eh eh, ha, makan kurma ni”.
Adegan dilanjutkan dengan gambar Ipin yang hendak memakan ayam,
kemudian dihentikan oleh offscreen sound Kak Ros “eh, nanti nanti nanti”
yang dijawab Ipin “halah Kak, apa lagi!?” dilanjutkan dengan Kak Ros
yang mengambil ayam dari Ipin dan memakannya dan diikuti reaksi Ipin
yang kecewa “halah, Akak!”. Offscreen sound memungkinkan sineas
untuk bereksplorasi dengan berbagai efek suara (Pratista, 2008: 161).
Offscreen sound dapat dimanfaatkan sineas sebagai efek kejutan,
ketegangan, informasi cerita, dan sebagainya (Pratista, 2008: 161). Adegan
dilanjutkan dengan medium shot Kak Ros yang tertawa diikuti Opah yang
yang berkata “ah ah dah dah, ish, Ros suka mengacau adik engkau”.
Visualisasi dilanjutkan dengan medium long shot keadaan meja makan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
90
Ros yang terlihat memberikan ayam lagi untuk Ipin “haa nah nah nah,
akak bagi lagi satu, makan pelan-pelan tau, jangan ngglojo”. Pada jarak
ini memperlihatkan tubuh manusia dari pingang keatas. Gestur serta
ekspresi wajah mulai tampak. Sosok manusia mulai dominan dalam frame
(Pratista, 2008:105).
Dalam adegan diatas terlihat bagaimana Opah tetap menghargai anak
kecil dan berlaku adil dengan memarahi Kak Ros yang mempermainkan
Ipin. Kalimat Kak Ros yang terakhir merupakan anjuran bagi Upin dan
Ipin supaya makan dengan pelan-pelan dimana makan dengan tergesa-gesa
dapat menyebabkan tersedak. Makan dengan pelan-pelan merupakan
cerminan orang yang mempunyai sikap sabar. Sabar adalah sikap dan
perilaku yang menunjukkan kemampuan dalam mengendalikan gejolak
diri (Zuriah, 2007: 84). Dalam adegan ini juga terlihat pembentukan suatu
kebiasaan yang baik. Belajar kebiasaan adalah proses pembentukan
kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-kebiasaan yang telah
ada (Dalyono, 2009: 227).
Adegan dilanjutkan Upin dan Ipin yang terlihat kenyang sambil
bergumam “oo, sedapnya makan, leganya dah abis puasa” kemudian
diikuti Kak Ros “eh eh, besok kita puasa lagi!”. Adegan dilanjutkan
dengan gambar medium close up Upin dengan ekspresi kaget dan bertanya
“ha? Bukan satu hari ja kah!?” dan dijawab oleh Kak Ros “bukan sayang,
satu bulaaan!”. Medium close-up memperlihatkan tubuh manusia dari
dada ke atas. Sosok tubuh manusia mendominasi frame dan latar belakang
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
91
tidak lagi dominan (Pratista, 2008: 105). Visualisasi dilanjutkan dengan
gambar Upin dan Ipin yang berekspresi takut dan berkata “ha, kalau
macam ni,matilah!” dan diikuti gambar Opah yang berdiri dan berkata
“Opah nak siap sekarang nak ke surau sembahyang tarawih” yang
dilanjutkan dengan gambar medium close up Upin dan Ipin yang
berekspresi senang dan berkata “nak ikut!” diikuti gambar medium close
up Opah yang berkata “nak ikut, pergi siap cepat” yang dilanjutkan
dengan editing fade out. Ekspresi takut Upin dalam hal ini mencerminkan
ekspresikhawatir bahwasanya Upin akan menjalankan ibadah puasa
selama satu bulan. Ekspresi takut terlihat dari alis yang dinaikkan dan
ditarik ke arah dalam serta mulut yang terbuka dan kedua bibir agak
menegang ditarik kebelakang atau direnggangkandan ditarik ke belakang
(Ekman, 2009: 105). Sedangkan ekspresi senang terlihat dari sudut-sudut
bibir yang ditarik ke belakang dan ke atas, pipi terangkat (Ekman, 2009:
175).
Visualisasi berikutnya diawali dengan editing fade in Opah yang
berjalan dan terhenti dengan ekspresi terkejut. Fade in digunakan untuk
membuka sebuah adegan (intensitas gambar bertambah terang) (Pratista,
2008: 126). Terkejut dipicu oleh kejadian yang tak-terduga maupun oleh
apa yang mungkin bisa disebut sebagai “salah-diduga” (Ekman, 2009: 64).
Adegan dilanjutkan dengan gambar Upin dan Ipin yang tertidur dilantai
diiringi offscreen sound Opah “eh, lhah, dah tidur!? Kasian cucu-cucu
aku, keletihan, baru satu hari berpuasa”. Keterkejutan Opah dalam adegan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
92
ini terjawab dari gambar Upin dan Ipin yang tertidur dan dari kalimat
Opah dimana Opah menyatakan keterkejutan bahwa Upin dan Ipin sudah
tertidur. Gambar selanjutnya adalah gambar Opah dan Kak Ros dengan
teknik medium close up, kemudian kak Ros berkata “tak apa, Opah
pergilah, biar Ros jaga ni orang” yang disusul dengan jawaban Opah
“hmm, ya lah Opah pergi dulu ya. Assalamualaikum”. Pada jarak ini
memperlihatkan tubuh manusia dari dada ke atas. Sosok tubuh manusia
mendominasi frame dan latar belakang tidak lagi dominan (Pratista, 2008:
105). Selanjutnya disusul gambar Upin dan Ipin yang terlelap diiringi
dengan offscreen sound Kak ros “Waalaikumsalam” dilanjutkan dengan
fade out untuk menutup scene ini. Offscreen sound dapat dimanfaatkan
sineas sebagai efek kejutan, ketegangan, informasi cerita, dan sebagainya
(Pratista, 2008: 161). Fade out umumnya digunakan untuk menutup
sebuah adegan (intensitas gambar bertambah gelap) (Pratista, 2008: 126).
Dalam akhir scene ini terlihat Upin dan Ipin yang tampak pulas
tertidur karena kelelahan setelah seharian menjalankan puasa. Hal ini
memperlihatkan contoh sikap tangguh yang dimiliki oleh Upin dan Ipin.
Sikap tangguh adalah sikap dan perilaku yang sukar dikalahkan dan tidak
mudah menyerah dalam mewujudkan suatu tujuan dan cita-cita tertentu
(Zuriah, 2007: 84). Tujuan dan cita-cita dalam hal ini dalah mencapai
keberhasilan menjalankan puasa. Sikap tangguh merupakan salah satu
unsur pembentuk sikap budi pekerti.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
93
6. Korpus 6 Episode 4 Scene 1
a. Makna denotasi
Scene ini diawali dengan fade in dan long shot berupa keadaan sekitar
rumah dengan setting malam hari diiringi dengan offscreen sound berupa
suara jangkrik yang kemudian dilanjutkan dengan gambar Upin dan Ipin
yang berpakaian layaknya orang yang hendak pergi ke masjid. Upin dan
Ipin menunggu kakaknya dan berucap “Kak Ros, cepatlah! Kita orang nak
pergi sembahyang tawarih ni!” dan diikuti gambar long shot lingkungan
halaman rumah dengan offscreen sound Kak Ros “sekejap!”. Visualisasi
selanjutnya kembali berupa gambar Upin dan Ipin yang diambil dengan
teknik medium close up. Dalam gambar ini Upin bergumam “halah,
bersolek tu” yang disusul tanggapan Ipin “betul betul betul”.
Adegan dilanjutkan dengan gambar Upin dan Ipin yang bertanya
kepada Opah “Opah, sembahyang tawarih ni apa?” akan tetapi Opah
membenarkan perkataan Upin dan Ipin yang salah lalu menjawab
pertanyaan mereka “ish, terawih. Sembahyang terawih ni, ada di bulan
puasa saja. Siapa rajin buat, banyak pahala puasa dia, paham?” gambar
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
94
ini menggunakan teknik kamera medium close up. Kemudian Upin dan
Ipin menjawab “oh... macam itu!”
Scene ini dilanjutkan dengan adegan Kak Ros muncul dari dalam
rumah dan disambut Upin dan Ipin “walah walah akak” yang diikuti reaksi
kesal dari Kak Ros. Reaksi ini menggunakan Teknik medium close up dan
posisi kamera low angle. Visualisasi berikutnya dalam scene ini berupa
gambar Opah yang mengingatkan Upin dan Ipin “ha, kamu berdua jangan
buat bising masa di surau nanti, ya?” kemudian diikuti reaksi Upin dan
Ipin yang mengangguk. Adegan diikuti dengan gambar Kak Ros yang
berkata “Kalau kau orang bising…” sambil mengangkat tangannya.
Gambar ini diambil dengan menggunakan teknik medium shot dan
menggunakan low angle. Visualisasi dilanjutkan dengan gambar mereka
berempat dengan teknik high angle dengan jarak kamera medium long
shot. Adegan ini berisi ucapan Kak Ros “cake..” meneruskan kalimat
dalam dari shot sebelumnya. Kemudian disusul dengan perkataan Opah
“ha, doh! Dah nak masuk waktu ni!” kemudian scene ini ditutup dengan
teknik fade out.
b. Makna Konotasi
Scene ini diawali dengan fade in dan long shot berupa keadaan sekitar
rumah dengan setting malam hari diiringi dengan offscreen sound berupa
suara jangkrik yang kemudian dilanjutkan dengan gambar Upin dan Ipin
yang berpakaian layaknya orang yang hendak pergi ke masjid. Fade in
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
95
digunakan untuk membuka sebuah adegan (intensitas gambar bertambah
terang) (Pratista, 2008: 126). Long shot sering kali digunakan sebagai
establishing shot, yakni shot pembuka sebelum digunakan shot-shot yang
berjarak lebih dekat (Pratista, 2008: 105). Setting dapat memberikan
informasi waktu, era atau musim sesuai konteks naratifnya (Pratista, 2008:
hal 67). Dalam hal ini setting yang digunakan menunjukkan keadaan
malam hari dimana lampu-lampu menyala dan keadaan sekitar gelap.
Offscreen sound memungkinkan sineas untuk bereksplorasi dengan
berbagai efek suara (Pratista, 2008: 161). Offscreen sound dapat
dimanfaatkan sineas sebagai efek kejutan, ketegangan, informasi cerita,
dan sebagainya (Pratista, 2008: 161).
Upin dan Ipin menunggu kakaknya dan berucap “Kak Ros, cepatlah!
Kita orang nak pergi sembahyang tawarih ni!” dan diikuti gambar long
shot lingkungan halaman rumah dengan offscreen sound Kak Ros
“sekejap!”. Pada jarak long shot tubuh fisik manusia telah tampak jelas
namun latar belakang masih dominan (Pratista, 2008: 105). Offscreen
sound dapat dimanfaatkan sineas sebagai efek kejutan, ketegangan,
informasi cerita, dan sebagainya (Pratista, 2008: 161). Visualisasi
selanjutnya kembali berupa gambar Upin dan Ipin yang diambil dengan
teknik medium close up. Pada jarak ini memperlihatkan tubuh manusia
dari dada ke atas (Pratista, 2008: 105). Dalam gambar ini Upin bergumam
“halah, bersolek tu” yang disusul tanggapan Ipin “betul betul betul”.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
96
Selanjutnya terlihat Upin dan Ipin yang bertanya kepada Opah tentang
arti sembahyang terawih kemudian dijawab oleh Opah hingga Upin dan
Ipin mengerti makna dari ibadah terawih. Dalam adegan ini terlihat proses
pembelajaran tentang pengetahuan agama tentang pengertian sholat
tarawih dengan jenis pembelajaran melalui mendengarkan. Dalam
kehidupan sehari-hari kita bergaul dengan orang lain. Dalam pergaulan itu
terjadi komunikasi verbal berupa percakapan. Percakapan memberikan
situasi tersendiri bagi orang-orang yang terlihat ataupun yang tidak terlihat
tetapi secara tidak langsung mendengar informasi. Situasi ini memberikan
kesempatan kepada seseorang untuk belajar. Seseorang menjadi belajar
dan tidak dalam situasi ini, tergantung ada atau tidaknya kebutuhan,
motivasi, dan sikap seseorang itu. Dengan adanya kondisi pribadi seperti
itu memungkinkan seseorang tidak hanya mendengar, melainkan
mendengarkan secara aktif dan bertujuan. Mendengarkan yang demikian
akan memberikan manfaat bagi perkembangan pribadi seseorang
(Dalyono, 2009: 219).
Scene ini dilanjutkan dengan adegan Kak Ros muncul dari dalam
rumah dan disambut Upin dan Ipin “walah-walah akak” yang diikuti
reaksi kesal dari Kak Ros. Reaksi ini menggunakan Teknik medium close
up dan posisi kamera low angle. Pada jarak medium close-up
memperlihatkan tubuh manusia dari dada ke atas. Sosok tubuh manusia
mendominasi frame dan latar belakang tidak lagi dominan (Pratista, 2008:
105). Sementara penggunaan kamera low angle membuat sebuah obyek
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
97
seolah tampak lebih besar (raksasa), dominan, percaya diri, serta kuat
(Pratista, 2008: 107). Teknik ini digunakan untuk membuat Kak Ros
seolah-olah pihak yang dominan dihadapan Upin dan Ipin.
Visualisasi berikutnya dalam scene ini berupa gambar Opah yang
mengingatkan Upin dan Ipin “ha, kamu berdua jangan buat bising masa di
surau nanti, ya?” kemudian diikuti reaksi Upin dan Ipin yang
mengangguk. Adegan diikuti dengan gambar Kak Ros yang berkata
“Kalau kau orang bising…” sambil mengangkat tangannya. Gambar ini
diambil dengan menggunakan teknik medium shot dan menggunakan low
angle. Medium shot memperlihatkan tubuh manusia dari pinggang ke atas.
Gestur serta ekspresi wajah mulai tampak. Sosok manusia mulai dominan
dalam frame (Pratista, 2008:105). Sementara penggunaan kamera low
angle membuat sebuah obyek seolah tampak lebih besar (raksasa),
dominan, percaya diri, serta kuat (Pratista, 2008: 107). Teknik ini
digunakan untuk membuat peringatan Opah dan Kak Ros tentang larangan
untuk tidak membuat gaduh di masjid merupakan suatu yang dominan dan
harus ditaati.
Visualisasi dilanjutkan dengan gambar mereka berempat dengan
teknik high angle dengan jarak kamera medium long shot. Adegan ini
berisi ucapan Kak Ros “cake..” meneruskan kalimat dalam dari shot
sebelumnya. Kemudian disusul dengan perkataan Opah “ha, doh! Dah nak
masuk waktu ni!” kemudian scene ini ditutup dengan teknik fade out. Fade
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
98
out umumnya digunakan untuk menutup sebuah adegan (intensitas gambar
bertambah gelap) (Pratista, 2008: 126).
Dalam adegan di akhir scene ini terdapat pembelajaran Upin dan Ipin
tentang sikap tenggang rasa. Hal ini tercermin dalam peringatan Opah dan
Kak Ros untuk tidak berisik di masjid untuk menghormati orang lain yang
beribadah di masjid. Peringatan dalam hal ini berupa suara yang keras
(volume) disertai ancaman berupa tangan Kak Ros yang diangkat pertanda
akan memukul sesuatu. Sineas dapat mengontrol volume sesuai dengan
kebutuhan serta tuntutan cerita (Pratista, 2008: 157). Tenggang rasa adalah
sikap dan perilaku yang mampu mengekang keinginan dan kepentingan
diri dengan ikut memerhatikan kepentingan orang lain (Zuriah, 2007: 83).
Pembelajaran yang dilakukan oleh Upin dan Ipin dalam hal ini
merupakan tipe pembelajaran sosial. Belajar sosial pada dasarnya adalah
belajar memahami masalah-masalah dan teknik-teknik untuk memecahkan
masalah tersebut. Selain itu, belajar sosial juga bertujuan untuk mengatur
dorongan nafsu pribadi demi kepentingan bersama dan memberi peluang
kepada orang lain atau kelompok lain untuk memenuhi kebutuhannya
secara berimbang dan proporsional (Dalyono, 2009: 226).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
99
7. Korpus 7 Episode 4 Scene 2
a. Makna Denotasi
Scene ini diawali dengan gambar kubah masjid dengan latar belakang
bintang-bintang. Adegan kemudian diikuti dengan gambar halaman masjid
yang penuh dengan sandal, gambar ini menggunakan teknik pan.
Visualisasi selanjutnya berupa gambar Upin dan Ipin yang serentak
mengatakan “waah, ramainya orang!” visualisasi ini menggunakan teknik
medium shot. Scene ini dilanjutkan dengan gambar Upin dan Ipin yang
dipanggil oleh salah satu temannya yang bernama Fizi “Upin! Ipin!”
gambar ini menggunakan teknik kamera medium shot dengan ditambah
sedikit unsur deep focus. Adegan dilanjutkan dengan gambar Upin dan
Ipin yang saling memandang dan berkata “eh, Fizi dengan Ehsan pun
ada!”, gambar ini menggunakan teknik medium long shot.
Visualisasi kemudian dilanjutkan dengan Upin yang terkejut melihat
uang yang dibawa Ehsan sambil berkata “wah, banyaknya duit! kaya lah
kau...” selanjutnya Ehsan menjawab “ha, itulah, aku satu hari puasa dapat
seringgit” yang kemudian kembali ditanggapi oleh Upin “eh, apa sah
kitapun tak dapat Ipin?” dan dijawab Ipin “ha a lah, dah lah kita puasa
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
100
penuh!” saat itu juga Fizi kaget dan menanggapi “kau orang puasa
penuh? Aku puasa setengah hari saja! Lapar dapat makan!” diikuti
dengan reaksi Upin dan Ipin yang heran “bolehkah macam tu?” adegan-
adegan tersebut menggunakan teknik medium shot. Visuallisasi berikutnya
berupa gambar long shot keempat anak itu dan diisi dengan ucapan Fizi
“ha, dah lah, ayo kita main!” kemudian diikuti gambar Upin “Ok, ta li la
dulu..”. adegan berikutnya berupa close up tangan dari keempat anak
tersebut diiringi dengan offscreen sound mereka “lat ta li lat, ta li tam..”.
Selanjutnya diikuti gambar Upin dan Ipin yang sedang mengangkat
tangannya diiringi dengan offscreen sound Kak Ros “Ehem..” yang
dilanjutkan dengan gambar Kak Ros dengan ekspresi marah dan
mengangkat tangannya diiringi dengan suara Upin dan Ipin “Plom..”
adegan ini menggunakan teknik kamera point of view. Scene ini ditutup
dengan suara “plak!” dalam black frame.
b. Makna Konotasi
Scene ini diawali dengan gambar kubah masjid dengan latar belakang
bintang-bintang untuk menandakan bahwa scene ini menggunakan setting
malam hari. Setting dapat memberikan informasi waktu, era atau musim
sesuai konteks naratifnya (Pratista, 2008: hal 67). Adegan kemudian
diikuti dengan gambar halaman masjid yang penuh dengan sandal, gambar
ini menggunakan teknik pan untuk memperlihatkan banyaknya jumlah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
101
sandal yang ada. Pan adalah pergerakan kamera secara horisontal (kanan
dan kiri) dengan posisi kamera statis (Pratista, 2008: 109).
Visualisasi selanjutnya berupa gambar Upin dan Ipin yang serentak
mengatakan “waah, ramainya orang!” visualisasi ini menggunakan teknik
medium shot. Scene ini dilanjutkan dengan gambar Upin dan Ipin yang
dipanggil oleh salah satu temannya yang bernama Fizi “Upin! Ipin!”
gambar ini menggunakan teknik kamera medium shot dengan ditambah
sedikit unsur deep focus. Medium shot memperlihatkan tubuh manusia dari
pinggang ke atas. Gestur serta ekspresi wajah mulai tampak. Sosok
manusia mulai dominan dalam frame (Pratista, 2008: 105). Sedangkan
teknik deep focus menampilkan gambar yang ketajamannya sama dari
latar depan hingga latar belakang (Pratista, 2008: 97). Teknik ini
digunakan untuk memperlihatkan dengan jelas bahwa di latar belakang
terdapat Ehsan dan Fizi yang memanggil Upin dan Ipin.
Adegan dilanjutkan dengan gambar Upin dan Ipin yang terkehut ketika
Fizi dan Ehsan menceritakan tentang puasa yang dilakukannya sehingga
mereka mendapatkan uang sebagai imbalannya. adegan-adegan tersebut
menggunakan teknik medium shot. Terkejut dipicu oleh kejadian yang
tak-terduga maupun oleh apa yang mungkin bisa disebut sebagai “salah-
diduga” (Ekman, 2009: 64). Adegan-adegan dalam scene ini dominan
menggunakan medium shot dikarenakan dengan medium shot gestur serta
ekspresi wajah mulai tampak sehingga ekspresi-ekspresi yang ada dalam
adegan ini akan lebih tampak jelas. Pada jarak ini memperlihatkan tubuh
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
102
manusia dari pinggang ke atas. Gestur serta ekspresi wajah mulai tampak
(Pratista, 2008: 105).
Visuallisasi berikutnya berupa adegan dimana Upin dan Ipin mulai
bermain dengan teman-temannya sehingga melupakan janji mereka kepada
Kak Ros untuk tidak membuat gaduh di masjid. Pada akhirnya Upin dan
Ipin mendapatkan hukuman dari Kak Ros namun tidak ditampilkan secara
langsung dan diganti dengan black screen karena mengandung unsur
kekerasan yang tidak layak untuk ditonton anak-anak. Penggunaaan black
screen dan noise (efek suara) yang benar tetap menyampaikan pesan tanpa
mengurangi isi yang akan disampaikan tentang hukuman yang diberikan
Kak Ros kepada Upin dan Ipin. Efek suara juga mampu memanipulasi
sebuah aksi atau obyek (Pratista, 2008:157).
Pada adegan-adegan akhir di scene ini digambarkan bagaimana contoh
ke-tidak disiplinan yang dilakukan oleh Upin dan Ipin mendapatkan
hukuman dari Kak Ros. Seseorang dikatakan disiplin apabila melakukan
pekerjaan dengan tertib dan teratur sesuai dengan waktu dan tempatnya
serta dikerjakan dengan penuh kesadaran, ketekunan, tanpa paksaan dari
siapapun atau ikhlas (Zuriah, 2007: 83). Berdisiplin merupakan salah satu
unsur sikap budi pekerti yang baik.
Dalam scene ini, pembelajaran yang dialami oleh Upin dan Ipin
termsuk dalam tipe pembelajaran kebiasaan. Belajar kebiasaan adalah
proses pembentukan kebiasaan-kebiasaan baru atau perbaikan kebiasaan-
kebiasaan yang telah ada. Belajar kebiasaan, selain menggunakan perintah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
103
suri teladan dan pengalaman khusus, juga menggunakan hukum dan
ganjaran. Tujuannya agar siswa memperoleh sikap-sikap dan kebiasaan-
kebiasaan perbuatan baru yang lebih tepat dan positif dalam arti selaras
dengan kebutuhan ruang waktu (kontekstual) (Dalyono, 2009: 227).
8. Korpus 8 Episode 5 Scene 1
a. Makna Denotasi
Scene ini diawali dengan gambar rumah Upin dan Ipin dengan teknik
long shot diiringi dengan offscren sound berupa kicauan burung. Adegan
dilanjutkan dengan Upin dan Ipin yang berkata kepada Opah “Opah!
Opah! Kawan Upin kan dia puasa satu hari dapat seringgit!” kemudian
dengan teknik editing cut in gambar dilanjutkan dengan Upin yang
meneruskan perkataannya “emm, paham lah Opah..”. Visualisasi
berikutnya terlihat gambar medium close up Opah yang hendak membuka
dompetnya diiringi dengan offscreen sound Ipin “tapi tapi” dan dijawab
Opah “ah, iya iya, apa?”. Gambar berikutnya berupa Ipin yang berbicara
“ada kawan Ipin kan Opah, dia kan puasa setengah hari saja! Bolehkah
Opah?”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
104
Visualisasi dilanjutkan dengan gambar Opah yang menjawab
“memang boleh tapi, udah baik kan puasa penuh? kan lebih bagus dapat
banyak pahala, boleh masuk surga! Kan.” Gambar ini menggunakan
kamera low angle dan teknik point of view dari Upin dan Ipin. Adegan
diikuti dengan gambar Upin dan Ipin dari high angle dimana Upin berkata
“kita ini budak baik lah Opah?” yang diikuti dengan gambar Opah yang
menjawabnya “iyalah! Cucu-cucu Opah memang baik, jadi karenalah
puasa ikhlas, jangan puasa untuk duit!” gambar Opah ini kembali diambil
dengan menggunakan teknik point of view dari Upin dan Ipin.
Scene ini dilanjutkan dengan gambar Upin yang kesal terhadap Ipin
dan berkata “hii, kau ni” kemudian dijawab oleh Ipin “maaf maaf” yang
langsung dilanjutkan dengan Kak Ros yang mengingatkan akan datangnya
hari raya “Opah, esok mungkin raya”, Opah pun menjawab “iyakah?
Kalau begitu, Opah rasa elok kita mulai masak ketupat sekarang” gambar
ini diambil menggunakan teknik deep focus. Gambar beralih kepada Upin
yang bertanya kepada Kak Ros “Kak, esok raya? Akak nak masak apa
nanti!?” dan disambut Ipin “ Nak ayam goreng! nak yam goreng!” akan
tetapi Upin kembali menyahut “Rendang rendang! Nak ayam rendang!”
gambar ini mengunakan teknik medium shot. Visualisasi dilanjutkan
dengan gambar medium close up Kak Ros yang mengatakan “kau orang
nak makan ayam? Ha pergilah tangkap” diikuti dengan jawaban Upin dan
Ipin “no problem!”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
105
b. Makna Konotasi
Scene ini diawali dengan gambar rumah Upin dan Ipin dengan teknik
long shot diiringi dengan offscren sound berupa kicauan burung. Long shot
sering kali digunakan sebagai establishing shot, yakni shot pembuka
sebelum digunakan shot-shot yang berjarak lebih dekat (Pratista, 2008:
105). Adegan dilanjutkan dengan Upin dan Ipin yang berkata kepada
Opah “Opah! Opah! Kawan Upin kan dia puasa satu hari dapat
seringgit!” kemudian dengan teknik editing cut in gambar dilanjutkan
dengan Upin yang meneruskan perkataannya “emm, paham lah Opah..”.
cut in adalah sebuah transisi langsung dari jarak shot yang jauh ke shot
yang lebih dekat di ruang yang sama (Pratista, 2008: 140). Visualisasi
berikutnya terlihat gambar medium close up Opah yang hendak membuka
dompetnya diiringi dengan offscreen sound Ipin “tapi tapi” dan dijawab
Opah “ah, iya iya, apa?”. Gambar berikutnya berupa Ipin yang berbicara
“ada kawan Ipin kan Opah, dia kan puasa setengah hari saja! Bolehkah
Opah?”. Pada jarak ini memperlihatkan tubuh manusia dari dada ke atas
(Pratista, 2008: 105). Offscreen sound dapat dimanfaatkan sineas sebagai
efek kejutan, ketegangan, informasi cerita, dan sebagainya (Pratista, 2008:
161).
Visualisasi dilanjutkan dengan gambar Opah yang menjawab
“memang boleh tapi, udah baik kan puasa penuh? kan lebih bagus dapat
banyak pahala, boleh masuk surga! Kan.” Gambar ini menggunakan
kamera low angle dan teknik point of view dari Upin dan Ipin. Kamera low
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
106
angle membuat sebuah obyek seolah tampak lebih besar (raksasa),
dominan, percaya diri, serta kuat (Pratista, 2008: 107). Sedangkan point of
view merrupakan arah pandang kamera persis seperti apa yang dilihat
karakter atau obyek dalam filmnya (Pratista, 2008: 111). Dengan posisi
kamera ini, terlihat Opah yang dominan dan memiliki posisi kuat dalam
cerita itu, dimana Opah menyampaikan tentang keunggulan puasa sehari
penuh kepada Upin dan Ipin.
Adegan diikuti dengan gambar Upin dan Ipin dari high angle dimana
Upin berkata “kita ini budak baik lah Opah?” yang diikuti dengan gambar
Opah yang menjawabnya “iyalah! Cucu-cucu Opah memang baik, jadi
karenalah puasa ikhlas, jangan puasa untuk duit!” gambar Opah ini
kembali diambil dengan menggunakan teknik point of view dari Upin dan
Ipin. Dalam adegan ini dijelaskan bahwa Upin dan Ipin adalah contoh anak
yang baik diikuti dengan pesan bahwa alangkah baiknya melaksanakan
puasa dengan didasarkan rasa ikhlas bukan karena ingin mendapatkan
imbalan uang. Opah juga memuji bahwa Upin dan Ipin adalah cucu yang
baik, Pujian dapat mengindikasikan bahwa Opah menyukai Upin dan Ipin
karena melaksanakan puasa dengan baik. Pujian, persahabatan,
penghargaan dari orang lain adalah sebuah anugerah dan membuat Anda
merasa bahagia (Ekman, 2009: 159).
Dalam adegan ini, Upin dan Ipin mengalami proses pembelajaran
tentang sikap beriman. Beriman merupakan sikap dan perilaku yang
menunjukkan keyakinan akan adanya Tuhan Yang Maha Esa diwujudkan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
107
dengan kepatuhan dan ketaatan dalam melaksanakan perintah Tuhan dan
menjauhi segala larangan-Nya (Zuriah, 2007: 83). Upin dan Ipin
mengalami proses pembelajaran dalam bentuk apresiasi. Apresiasi
merupakan suatu pertimbangan (judgement) mengenai arti penting atau
nilai sesuatu (Chaplin, 1982). Dalam penerapannya, apresiasi sering
diartikan sebagai penghargaan atau penilaian terhadap benda-benda (baik
abstrak maupun konkret) yang memiliki nilai luhur (Dalyono, 2009: 217).
Scene ini dilanjutkan dengan gambar Upin yang kesal terhadap Ipin
dan berkata “hii, kau ni” kemudian dijawab oleh Ipin “maaf maaf” yang
langsung dilanjutkan dengan Kak Ros yang mengingatkan akan datangnya
hari raya “Opah, esok mungkin raya”, Opah pun menjawab “iyakah?
Kalau begitu, Opah rasa elok kita mulai masak ketupat sekarang” gambar
ini diambil menggunakan teknik deep focus untuk memperlihatkan Kak
Ros sama pentingnya dengan Opah maupun Upin dan Ipin dalam adegan
ini. Deep focus mampu menampilkan gambar yang ketajamannya sama
dari latar depan hingga latar belakang (Pratista, 2008: 97).
Gambar beralih kepada Upin yang bertanya kepada Kak Ros “Kak,
esok raya? Akak nak masak apa nanti!?” dan disambut Ipin “ Nak ayam
goreng! nak yam goreng!” akan tetapi Upin kembali menyahut “Rendang
rendang! Nak ayam rendang!” gambar ini mengunakan teknik medium
shot. Visualisasi dilanjutkan dengan gambar medium close up Kak Ros
yang mengatakan “kau orang nak makan ayam? Ha pergilah tangkap”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
108
diikuti dengan jawaban Upin dan Ipin “no problem!”. Pada jarak ini
memperlihatkan tubuh manusia dari dada ke atas (Pratista, 2008: 105).
Adegan penutup scene ini merupakan isyarat contoh pembelajaran
salah satu unsur budi pekerti yaitu bekerja keras. Bekerja keras merupakan
sikap dan perilaku yang suka berbuat hal-hal yang positif dan tidak suka
berpangku tangan, selalu gigih dan sungguh-sungguh dalam melakukan
suatu pekerjaan, suka bekerja keras, tekun dan pantang menyerah (Zuriah,
2007: 82). Dalam hal ini Upin dan Ipin yang berkeinginan untuk
memakan ayam disuruh untuk menangkap ayam terlebih dahulu dengan
maksud untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan, seseorang harus mau
bekerja keras untuk mencapai tujuannya.
9. Korpus 9 Episode 6 Scene 2
a. Makna denotasi
Scene ini diawali dengan gambar high angle suasana meja makan
dimana Upin dan Ipin bersama teman-temannya yang bersiap untuk
makan, dalam gambar ini terlihat Opah menyuruh mereka untuk duduk
“ha, duduk duduk! Ha, makanlah kenyang kenyang!”. Visualisasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
109
dilanjutkan dengan gambar Ehsan yang menikmati makanan diikuti
gambar suasana meja makan, saat itu Ehsan berkata “eh gang, lepas ini
kita berraya ke rumah Pak Mail dengan Tuk Dalang nak tak!” yang diikuti
jawaban serempak dari teman-temannya “nak nak!”
Adegan dilanjutkan degan gambar Fizi yang mengatakan “tapi kan,
tahun lepas Pak Mail kasih 20 sen saja!” gambar ini menggunakan teknik
medium shot. Adegan selanjutnya berupa ekspresi terkejut Rajoo yang
mengatakan “iya?” yang diikuti dengan Ehsan “halah, Tuk Dalang tu lagi
tak nak buka pintu!” adegan ini menggunakan teknik medium shot. Scene
ini dilanjutkan dengan visualisasi Upin dan Ipin yang mengatakan “ish,
kok dekoknya!” disusul dengan Mei-Mei “ya lo, banya bahil!” saat itu juga
Opah menanggapi pembicaraan mereka “ish, budak-budak tak baik cakap
macam tu..”. visualisasi berikutnya telihat Rajoo, Ehsan dan Fizi yang
menyesal diiringi offscreen sound Opah “kita pergi berraya untuk
bersalam, minta maaf, bukan untuk duit!”
Adegan dilanjutkan masih dengan Opah yang berkata “tapi kalau kita
dapat duit, Alhamdulillah, haha” adegan ini menggunakan teknik medium
close up. Visualisasi berikutnya berupa gambar Mei-Mei dan Rajoo yang
sedang menikmati makanannya diikuti dengan in frame Kak Ros yang
kemudian berbicara kepada mereka “ha, kau orang semua yang dapat
dosa dengan siapa-siapa baik pergi minta maaf!”. Selanjutnya terlihat
reaksi kaget Upin dan Ipin yang kemudian mengingat beberapa kesalahan
yang dilakukan mereka. Scene ini kemudian diikuti degan gambar Opah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
110
yang sedang duduk kemudian masuk offscreen Ehsan “Opah, kita nak
pergi lah” dilanjutkan dengan Ehsan yang meminta bersalaman “nak
salam” gambar ini menggunakan posisi kamera over shoulder Opah.
Visualisasi scene ini diteruskan dengan gambar medium close up Opah
yang terlihat senang menyalami anak-anak diiringi offscreen sound Mei-
Mei “makasih Opah” diikuti offscreen sound Ehsan “Opah nampak cantik
hari ini. Makasih Opah, selamat raya”. Gambar selanjutnya terlihat Opah
yang memberikan bungkusan semacam amplop kepada Ehsan dan Fizi
sambil bersalaman dengan mereka. Fizi terlihat mengucapkan sselamat
kepada Opah “Selamat hari raya!” dan Opah mengingatkan Ehsan dan
Fizi “hah, tahun depan rajin-rajinlah puasa lagi, ya?” Visualisasi
berikutnya berupa medium shot Fizi yang menjawab “ya lah Opah, Fizi
janji nak puasa penuh tahun depan!” diikuti dengan Ehsan “Ehsan pun!
Ehsan pun!”
Selanjutnya terlihat ekspresi bahagia Opah yang diiringi offscreen
sound Upin “Rajoo, kau dapat berapa ringgit?” diikuti dengan gambar
Upin, Ipin, Rajoo serta Mei-Mei yang terlihat senang mendapatkan uang.
Gambar ini diiringi dengan offscreen sound Opah yang memanggil Ipin
“haa Ipin” dan Ipin pun menengok. Visualisasi berikutnya berupa gambar
close up Opah yang melanjutkan perkataannya “puasa tak mati kan?”
diikuti gambar Upin dan Ipin yang tersenyum mengangguk dan menjawab
“hmm, betul betul, tak mati pun! Opah, kita orang seronok dapat puasa
penuh! Baru the best raya!” lalu Upin dan Ipin berkata kepada Ehsan dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
111
Fizi “Fizi, Ehsan, kalu tahun depan tak puasa penuh, nanti tak boleh
raya!” diikuti dengan gambar Fizi dan Ehsan yang tersipu malu. Gambar
selanjutnya terlihat Upin dan Ipin yang mengajak teman-temannya “yo
lah, kita pergi berraya jo! Kita pergi kak minta maaf ke semua orang!”
yang langsung diikuti gambar long shot Upin dan teman-temannya yang
serempak menjawab “betul betul betul!” scene ini ditutup dengan gambar
Opah yang tersenyum.
b. Makna Konotasi
Scene ini diawali dengan gambar high angle suasana meja makan
dimana Upin dan Ipin bersama teman-temannya yang bersiap untuk
makan, dalam gambar ini terlihat Opah menyuruh mereka untuk duduk
“ha, duduk duduk! Ha, makanlah kenyang kenyang!”. Teknik high angle
ini digunakan untuk memperlihatkan suasana meja makan saat itu.
Visualisasi dilanjutkan dengan gambar Ehsan yang menikmati makanan
diikuti gambar suasana meja makan, saat itu Ehsan berkata “eh gang, lepas
ini kita berraya ke rumah Pak Mail dengan Tuk Dalang nak tak!” yang
diikuti jawaban serempak dari teman-temannya “nak nak!”. Adegan ini
menggambarkan Ehsan yang mengajak temean-temannya untuk
merayakan hari raya ke rumah Tuk Dalang yang disetujui oleh teman-
temannya dengan gembira. Ekspresi gembira ini terlihat ketika mereka
semua berekspresi gembira ketika menjawab ajakan Ehsan. Ekspresi
bahagia erlihat dari sudut-sudut bibir ditarik ke belakang dan keatas, mulut
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
112
mungkin dan mungkin juga tidak terpisah, dengan gigi yang terpampang
atau tidak terpampang, pipi terangkat (Ekman, 2009: 175).
Adegan dilanjutkan degan gambar Fizi yang mengatakan “tapi kan,
tahun lepas Pak Mail kasih 20 sen saja!” gambar ini menggunakan teknik
medium shot. Adegan selanjutnya berupa ekspresi terkejut Rajoo yang
mengatakan “iya?” yang diikuti dengan Ehsan “halah, Tuk Dalang tu lagi
tak nak buka pintu!” adegan ini menggunakan teknik medium shot. Teknik
medium shot yang digunakan bermaksud untuk untuk menggambarkan
obyek yang berbicara saat itu. Pada jarak ini memperlihatkan tubuh
manusia dari pinggang ke atas. Gestur serta ekspresi wajah mulai tampak.
Sosok manusia mulai dominan dalam frame (Pratista, 2008:105).
Scene ini dilanjutkan dengan visualisasi Upin dan Ipin yang
mengatakan “ish, kok dekoknya!” disusul dengan Mei-Mei “ya lo, banya
bahil!” saat itu juga Opah menanggapi pembicaraan mereka “ish, budak-
budak tak baik cakap macam tu..”. visualisasi berikutnya telihat Rajoo,
Ehsan dan Fizi yang menyesal diiringi offscreen sound Opah “kita pergi
berraya untuk bersalam, minta maaf, bukan untuk duit!”. Offscreen sound
dapat dimanfaatkan sineas sebagai efek kejutan, ketegangan, informasi
cerita, dan sebagainya (Pratista, 2008: 161).
Adegan tersebut mengandung pessan dari Opah bahwa dalam
merayakan hari raya tujuannya adalah untuk bersilaturahmi dan meminta
maaf, bukan untuk mencari uang. Dalam adegan ini Upin dan teman-
temannya mengalami suatu proses pembelajaran dengan cara
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
113
mendengarkan. Situasi ini memberikan kesempatan kepada seseorang
untuk belajar. Seseorang menjadi belajar dan tidak dalam situasi ini,
tergantung ada atau tidaknya kebutuhan, motivasi, dan sikap seseorang itu.
Dengan adanya kondisi pribadi seperti itu memungkinkan seseorang tidak
hanya mendengar, melainkan mendengarkan secara aktif dan bertujuan.
Mendengarkan yang demikian akanmemberikan manfaat bagi
perkembangan pribadi seseorang (Dalyono, 2009: 219).
Adegan dilanjutkan masih dengan Opah yang berkata “tapi kalau kita
dapat duit, Alhamdulillah, haha” adegan ini menggunakan teknik medium
close up. Pada jarak ini memperlihatkan tubuh manusia dari dada keatas
(Pratista, 2008: 105). Shot ini memperlihatkan Opah yang menjelaskan
tentang bersyukur ketika mendapatkan rejeki. Bersyukur merupakan salah
satu unsur pembentuk sikap budi pekerti. Bersyukur adalah sikap dan
perilaku yang pandai berterimakasih atas rahmat dan nikmat dari Tuhan
Yang Maha Esa (Zuriah, 2207: 83).
Visualisasi berikutnya berupa gambar Mei-Mei dan Rajoo yang sedang
menikmati makanannya diikuti dengan in frame Kak Ros yang kemudian
berbicara kepada mereka “ha, kau orang semua yang dapat dosa dengan
siapa-siapa baik pergi minta maaf!”. Selanjutnya terlihat reaksi kaget
Upin dan Ipin yang kemudian mengingat beberapa kesalahan yang
dilakukan mereka. Scene ini kemudian diikuti degan gambar Opah yang
sedang duduk kemudian masuk offscreen Ehsan “Opah, kita nak pergi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
114
lah” dilanjutkan dengan Ehsan yang meminta bersalaman “nak salam”
gambar ini menggunakan posisi kamera over shoulder Opah.
Dalam adegan tersebut terlihat Opah yang berpesan kepada Upin dan
teman-temannya tentang makna hari raya dan tentang meminta maaf.
Meminta maaf tentang kesalahan yang diperbuat merupakan cerminan
tindakan dari sikap yang bertanggung jawab. Bertanggung jawab
merupakan salah satu unsur pembentuk dari sikap budi pekerti yang baik.
Bertanggung jawab adalah sikap dan perilaku yang berani menanggung
segala akibat dari perbuatan yang telah dilakukannya (Zuriah, 2007: 83).
Visualisasi scene ini diteruskan dengan gambar medium close up Opah
yang terlihat senang menyalami anak-anak diiringi offscreen sound Mei-
Mei “makasih Opah” diikuti offscreen sound Ehsan “Opah nampak cantik
hari ini. Makasih Opah, selamat raya”. Pada jarak ini memperlihatkan
tubuh manusia dari dada ke atas (Pratista, 2008: 105). Offscreen sound
memungkinkan sineas untuk bereksplorasi dengan berbagai efek suara
(Pratista, 2008: 161).
Gambar selanjutnya terlihat Opah yang memberikan bungkusan
semacam amplop kepada Ehsan dan Fizi sambil bersalaman dengan
mereka. Amplop ini melambangkan rejeki yang harus disyukuri yang telah
dijelaskan Opah pada adegan sebelumnya. Fizi terlihat mengucapkan
sselamat kepada Opah “Selamat hari raya!” dan Opah mengingatkan
Ehsan dan Fizi “hah, tahun depan rajin-rajinlah puasa lagi, ya?”
Visualisasi berikutnya berupa medium shot Fizi yang menjawab “ya lah
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
115
Opah, Fizi janji nak puasa penuh tahun depan!” diikuti dengan Ehsan
“Ehsan pun! Ehsan pun!”. Pada jarak ini memperlihatkan tubuh manusia
dari pinggang ke atas (Pratista, 2008:105).
Selanjutnya terlihat ekspresi bahagia Opah yang diiringi offscreen
sound Upin “Rajoo, kau dapat berapa ringgit?” diikuti dengan gambar
Upin, Ipin, Rajoo serta Mei-Mei yang terlihat senang mendapatkan uang.
Gambar ini diiringi dengan offscreen sound Opah yang memanggil Ipin
“haa Ipin” dan Ipin pun menengok. Offscreen sound memungkinkan
sineas untuk bereksplorasi dengan berbagai efek suara (Pratista, 2008:
161). Visualisasi berikutnya berupa gambar close up Opah yang
melanjutkan perkataannya “puasa tak mati kan?” diikuti gambar Upin dan
Ipin yang tersenyum mengangguk dan menjawab “hmm, betul betul, tak
mati pun! Opah, kita orang seronok dapat puasa penuh! Baru the best
raya!” lalu Upin dan Ipin berkata kepada Ehsan dan Fizi “Fizi, Ehsan,
kalu tahun depan tak puasa penuh, nanti tak boleh raya!” diikuti dengan
gambar Fizi dan Ehsan yang tersipu malu.
Gambar selanjutnya terlihat Upin dan Ipin yang mengajak teman-
temannya “yo lah, kita pergi berraya jo! Kita pergi kak minta maaf ke
semua orang!” yang langsung diikuti gambar long shot Upin dan teman-
temannya yang serempak menjawab “betul betul betul!” scene ini ditutup
dengan gambar Opah yang tersenyum. Tersenyum menandakan akan rasa
bahagia akan kejadian tersebut (Nierenberg & Calero, 2009: 108).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
116
Dalam adegan ini Upin dan Ipin mendapatkan suatu pembuktian
tentang puasa yang tidak menyebabkan mati. Proses pembelajaran tentang
sikap beriman didapat melalui proses latihan atau praktek. Latihan atau
praktek adalah termasuk aktivitas belajar. Orang yang melaksanakan
kegiatan berlatih tentunya sudah mempunyai dorongan untuk mencapai
tujuan tertentu yang dapat mengembangkan sesuatu aspek pada dirinya.
Dalam kegiatan berlatih atau praktek, segenap tindakan subyek terjadi
secara integratif dan terarah ke suatu tujuan. Hasil dari latihan atau praktek
itu sendiri akan berupa pengalaman yang dapat mengubah diri subyek
serta mengubah lingkungannya (Dalyono, 2009: 225).
10. Korpus 10 Episode 6 Scene 3
a. Makna denotasi
Scene ini diawali dengan fade in diiringi backsound musik dan ucapan
Upin “abang Sally” dilanjutkan dengan gambar Upin dan Ipin yang
bersalaman dengan Sally diiringi offscreen sound Sally “hah, tak kuasa
aku” kemudian diikuti dengan adegan adegan dimana Upin dan Ipin
bersama dengan teman-temannya meminta maaf secara bergantian kepada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
117
seluruh karakter yang telah dirugikan dalam scene-scene sebelumnya dan
akhirnya scene ini ditutup dengan ucapan selamat hari raya dari karakter-
karakter utama dalam film ini “kami mengucapkan, slamat hari raya aidil
fitri! Maaf lahir dan batin”
b. Makna Konotasi
Scene ini diawali dengan fade in diiringi backsound musik dan ucapan
Upin “abang Sally” dilanjutkan dengan gambar Upin dan Ipin yang
bersalaman dengan Sally diiringi offscreen sound Sally “hah, tak kuasa
aku” kemudian diikuti dengan adegan adegan dimana Upin dan Ipin
bersama dengan teman-temannya meminta maaf secara bergantian kepada
seluruh karakter yang telah dirugikan dalam scene-scene sebelumnya.
Offscreen sound memungkinkan sineas untuk bereksplorasi dengan
berbagai efek suara (Pratista, 2008: 161). Akhirnya scene ini ditutup
dengan ucapan selamat hari raya dari karakter-karakter utama dalam film
ini “kami mengucapkan, slamat hari raya aidil fitri! Maaf lahir dan batin”
Scene ini secara keseluruhan bercerita tentang contoh sikap
bertanggung jawab dari Upin dan teman-temannya yang
mempertannggung jawabkan kesalahan yang dibuat dan divisualisasikan
dalam scene-scene sebelumnya dengan meminta maaf kepada orang yang
telah dirugikan. Proses bertanggung jawab ini mencerminkan sifat jujur
yang digambarkan dengan mengakui kesalahan. Jujur adalah sikap dan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
118
perilaku yang tidak suka berbohong dan berbuat curang, berkata apa
adanya, dan berani mengakui kesalahan (Zuriah, 2007: 83).
B. Kesimpulan Analisis
Berdasarkan hasil dari analisis data yang telah diperoleh menggunakan
metode semiotika Roland Barthes penulis menarik kesimpulan bahwa didalam
film “Upin & Ipin Season 1” telah mampu menggambarkan bagaimana bentuk
pembelajaran budi pekerti dan toleransi. Hal ini dapat kita lihat dari Beberapa
katagori pembelajaran budi pekerti yang ada di dalam film ini.
a. Disiplin
Kedisiplinan terlihat dalam adegan dimana Upin dan Ipin mendengar suara
adzan lalu ingat bahwa saat adzan maghrib mempunyai arti mereka harus
segera pulang yang mana kemudian Upin dan Ipin bergegas untuk pulang
karena terdapat sikap disiplin dalam diri mereka. Di mana dalam masyarakat
terdapat pandangan bahwa waktu maghrib adalah batasan yang menunjukkan
anggota keluarga untuk segera pulang ke rumah.
b. Beriman
Pembelajaran budi pekerti tentang beriman terlihat saat Kak Ros
mengingatkan Upin dan Ipin dengan nada suara lebih tinggi untuk segera
bersembahyang setelah mandi dan tidak lupa diikuti dengan mengaji. Budaya
masyarakat yang ada cenderung memanfatkan waktu maghrib untuk
beribadah secara lebih kepada Tuhannya terutama masyarakat yang beragama
Islam.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
119
c. Bersyukur
Contoh pembelajaran tentang sikap bersyukur tampak saat Opah
menjelaskan tentang tujuan diperintahkannya ibadah puasa yaitu untuk
melatih bersyukur dan merasakan bagaimana rasanya orang yang menderita
karena kelaparan. Dalam menjalankan puasa dilarang untuk makan dan
minum dari fajar hingga tiba waktu maghrib.
d. Rela Berkorban
Visualisasi pembelajaran rela berkorban nampak saat Upin dan Ipin rela
bangun sahur tanpa mengeluh sedikitpun meskipun saat itu Upin dan Ipin
masih dalam kondisi yang mengantuk. Tata cara sahur adalah dilaksanakan di
akhir malam sebelum masuk waktu subuh atau fajar. Di mana pada saat
seperti demikian umumnya masyarakat dalam keadaan tidur lelap.
e. Pengendalian Diri
Sikap pengendalian diri yang baik ditunjukkan ketika Upin dan Ipin
hendak dibelikan minum oleh Rajoo karena menang dalam permainan.
Namun, Upin dan Ipin berhasil mengendalikan diri mereka untuk tidak
tergoda ajakan Rajoo dikarenakan peringatan Mei-Mei yang tegas.
f. Tegas
Contoh sikap tegas terlihat saat Mei-Mei dengan tanpa rasa bimbang atau
takut untuk mengingatkan Upin dan Ipin bahwa mereka sedang melaksanakan
puasa ketika Upin dan Ipin diajak Rajoo untuk minum. Ketegasan dalam
bergaul kadang dalam prakteknya sering dilupakan karena tertutupi oleh rasa
sungkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
120
g. Sabar
Pembelajaran tentang sikap sabar tergambar ketika Opah dan Kak Ros
menyuruh untuk makan dengan pelan dan sabar. Dalam budaya masyarakat
makan dengan pelan dapat mencerminkan bahwa orang tersebut mempunyai
sikap yang sabar dikarenakan tidak tergesa-gesa dalam melakukan sesuatu.
h. Tangguh
Contoh sikap tangguh dalam film ini terlihat dalam adegan dimana Upin
dan Ipin tertidur pulas karena lelah menjalankan puasa sehari penuh.
Meskipun tertidur, Upin dan Ipin yang masih berusia lima tahun merupakan
contoh yang tangguh dalam menghadapi puasa sehari penuh, termasuk
didalamnya merupakan puasa pertama kali bagi mereka.
i. Bertanggung Jawab
Sikap bertanggung jawab dicontohkan oleh Upin dan Ipin ketika mereka
bersama teman-temannya merayakan hari raya dengan bersilaturahmi dan
meminta maaf kepada pihak-pihak yang telah dirugikan. Mengakui kesalahan
dan meminta maaf seeringkali menjadi hal yang sulit dilakukan tanpa adanya
sikap dan dorongan dari diri sendiri.
Selain itu contoh sikap bertaanggung jawab adalah saat Upin dan Ipin
menerima konsekwensi karena melanggar janji mereka kepada Kak Ros
dimana Upin dan Ipin mendapat sebuah hukuman berupa sebuah temparan.
j. Tenggang Rasa
Contoh sikap tenggang rasa dalam film ini terlihat saat Upin dan Ipin
diperingatkan oleh Kak Ros dengan nada suara tinggi untuk tidak membuat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
121
gaduh di masjid. Kultur masyarakat yang memandang tempat ibadah yang
harus dihormati sehubungan dengan digunakannya tempat ibadah sebagai
tempat berkomunikasi manusia dengan Tuhannya secara berjamaah (massal).
k. Bekerja keras
Sikap bekerja keras dicontohkan Upin dan Ipin yang mau untuk berusaha
menangkap ayam sebagai konsekwensi atas keinginan untuk menikmati
masakan ayam.
l. Toleransi
Toleransi dalam film ini dicontohkan dalam adegan dimana Upin dan Ipin
diajak minum oleh Rajoo. Namun, karena rasa toleransi yang ada dalam diri
Mei-Mei dan Rajoo akhirnya mereka menghormati ibadah puasa yang sedang
dilaksanakan oleh Upin dan Ipin. Toleransi terhadap Upin dan Ipin yang
menjalankan ibadah puasa ini merupakan toleransi positif dimana Mei-Mei
dan Rajoo tidak menerima kepercayaan Upin dan Ipin tetapi tetap menghargai
hak dan kewajiban yang dimiliki oleh Upin dan Ipin.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
122
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari serangkaian data lambang-lambang komunikasi yang diperoleh
melalui metode analisis semiotika Roland Barthes mengenai pembelajaran budi
pekerti dan toleransi dalam film “Upin & Ipin Season 1”, maka di sini peneliti
dapat menarik kesimpulan bahwa film ini menggambarkan tanda-tanda
pembelajaran budi pekerti dan toleransi terhadap anak, dimana tanda-tanda
tersebut mempunyai makna proses pembelajaran sikap disiplin, beriman,
bersyukur, rela berkorban, pengendalian diri, tegas, sabar, tangguh, bertanggung
jawab, tenggang rasa, bertanggung jawab dan toleransi.
Makna pesan tentang pembelajaran budi pekerti dan toleransi dalam film
“Upin & Ipin Season 1” ini adalah bagaimana setiap tindakan yang mencerminkan
budi pekerti dan toleransi diaksanakan oleh karakter-karakter yang ada dalam film
ini disertai dengan akibat-akibat yang diperoleh dari melaksanakan tindakan yang
mencerminkan sikap budi pekerti dan toleransi. Makna pembelajaran budi pekerti
dan toleransi dalam film ini menjelaskan tentang punishment atau ganjaran yang
akan diterima apabila melaksanakan tindakan yang bertentangan dengan sikap
budi pekerti dan toleransi. Ganjaran di dalam film ini direpresentasikan dengan
kejadian-kejadian yang tidak disukai oleh anak-anak, dimarahi, ganjaran fisik
berupa tamparan, sehingga anak-anak menerima maksud dari ganjaran yang
digambarkan dalam film ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
123
Makna pembelajaran budi pekerti dan toleransi yang terdapat dalam film
ini adalah bahwa penanaman sikap budi pekerti dan toleransi kepada anak-anak
memerlukan proses pembelajaran sejak dini, tidak didapat melalui waktu yang
singkat. Karena harus melalui berbagai macam jenis proses pembelajaran hingga
membentuk sikap budi pekerti dan toleransi dalam diri anak. Hal ini terlihat dalam
adegan-adegan dimana karakter-karakter yang terdapat di dalam film ini melalui
suatu proses kesalahan untuk belajar. Dari proses kesalahan tersebut tergambar
bahwa pembelajaran membutuhkan waktu dan tidak secara langsung dipahami
oleh anak-anak.
Makna akan pentingnya pembelajaran budi pekerti dan toleransi terlihat
dalam adegan-adegan dimana saat terjadi suatu proses pembelajaran budi pekerti
dan toleransi digunakan teknik sinematografi yang berfungsi untuk menyatakan
bahwa pessan yang ada dalam adegan tersebut merupakan pessan yang penting.
Pembelajaran budi pekerti dan toleransi dalam film animasi “Upin & Ipin
Season 1” ini disampaikan melalui adegan-adegan dan unsur-unsur sinematografi
seperti halnya cara menyampaikan pesan dan tanda dalam film dengan karakter
atau pemeran manusia asli. Dimana di dalamnya terdapat pula ekspresi wajah dan
dialog yang menyampaikan pesan-pesan pembelajaran budi pekerti dan toleransi.
Pembelajaran budi pekerti dan toleransi yang terdapat dalam film Upin &
Ipin season 1 ini direpresentasikan dalam berbagai macam sikap pembentuk budi
pekerti dan toleransi yang terdapat dalam adegan-adegan di film Upin dan Ipin
season 1 ini. Beberapa unsur pembentuk sikap budi pekerti dan toleransi yang
direpresentasikan dalam film ini adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
124
a. Disiplin
b. Beriman
c. Bersyukur
d. Rela Berkorban
e. Pengendalian Diri
f. Tegas
g. Sabar
h. Tangguh
i. Bertanggung Jawab
j. Tenggang Rasa
k. Bekerja Keras, dan
l. Toleransi
Pembelajaran-pembelajaran tersebut tergambar dalam berbagai proses
belajar yang dijalani oleh karakter-karakter yang terdapat dalam film ini. Proses
belajar yang ada di film “Upin & Ipin Season 1” diantaranya sebagai berikut:
1. Proses belajar melalui mendengarkan, proses ini nampak ketika Opah
beberapa kali menjelaskan tentang sesuatu kepada Upin dan teman-
temannya di mana Upin dan teman-temannya memperoleh pengetahuan
dan informasi dalam pembelajaran melalui proses mendengarkan apa yang
dikatakan oleh Opah. Pengetahuan atau informasi yang diperoleh Upin dan
teman-temannya berupa pengetahuan mengenai keimanan, pengetahuan
tentang sikap sabar, sikap bersyukur serta pengetahuan tentang rasa
tanggung jawab.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
125
2. Proses belajar melalui latihan atau praktek, proses belajar yang
dititikberatkan pada aktivitas fisik ini dilakukan Upin dan teman-temannya
dalam mempelajari sikap bersyukur, sikap beriman, sikap jujur, sikap
tenggang rasa, sikap tegas, sikap sabar, sikap tangguh serta toleransi.
Proses pembelajaran ini digambarkan melalui aktivitas-aktivitas yang
dilakukan oleh Upin dan teman-temannya saat berinteraksi satu sama lain
dimana sifat-sifat yang membentuk sikap budi pekerti dan toleransi
tersebut ditunjukkan diiringi dengan kondisi-kondisi yang mendorong atau
memicu sikap-sikap tersebut untuk dilakukan.
B. Kendala Penelitian
Dalam proses pembuatan penelitian ini penulis mengalami berbagai macam
kendala diamana kendala tersebut menyebabkan tidak maksimalnya penulis dalam
memaknai film “Upin & Ipin Season 1”. Kendala-kendala tersebut adalah sebagai
berikut:
1. Penelitian ini, menggunakan pendekatan semiotik versi Roland Barthes
diamana roland barthes menganalisa menggunakan dua tahap denotasi dan
konotasi. Dan untuk tahap konotasi agar dalam analisa yang dilakukan tidak
terlalu subjektif karena dalam tahap konotasi pada penelitian ini, tidak terlalu
membahas tentang mitos lebih mendalam disebabkan penulis hanya ingin
mengetahui bagaimana tanda-tanda pembelajaran budi pekerti dan toleransi
dalam film tersebut. Sehingga penulis takut apabila penelitian ini terlalu
subjektif dari persepsi penulis.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
126
2. Kurangnya referensi penelitian yang membahas semiotika tentang film
animasi membuat penulis kesulitan untuk mengarahkan dalam memaknai film
tersebut. Sehingga penulis menggunakan aspek sinematografi seperti halnya
memaknai film pada umumnya dalam memaknai adegan-adegan yang ada
dalam film tersebut.
3. Pemahaman yang kurang mendalam dalam dialog dan istilah-istilah dalam
film tersebut disebabkan oleh sulitnya memahami sebagian kata yang
digunakan dalam film “Upin & Ipin Season 1” karena bahasa yang digunakan
dalam film tersebut merupakan bahasa melayu setempat, jadi bukan merupakan
bahasa melayu yang baku sehingga penulis agak mengalami hambatan untuk
memahami secara mendalam dari segi bahasa atau lingual.
C. Saran
1. Karena banyaknya contoh pembelajaran budi pekerti dan toleransi yang
terdapat dalam film “Upin & Ipin Season 1” maka dengan ini peneliti
mengharapkan supaya peneliti lain melakukan penelitian tentang pembelajaran
budi pekerti dan toleransi di film lain mengingat semakin jarangnya ditemui
anak-anak yang memperoleh pendidikan budi pekerti dan toleransi pada saat
ini.
2. Ada baiknya penelitian sejenis dilakukan pada film-film buatan dalam
negeri dimana bahasa yang digunakan akan lebih mengena terhadap
masyarakat pada umumnya dan anak-anak pada khususnya sebagai target dari
pembelajaran budi pekerti dan toleransi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
127
3. Ada baiknya untuk melakukan penelitian lain yang sejenis dengan
menggunakan fokus pembelajaran yang berbeda sehingga akan didapat hasil
yang menggambarkan tentang pesan pembelajaran yang ditujukan untuk
perkembangan psikologis anak mengingat semakin sedikitnya film yang
menyajikan pembelajaran moral bagi anak-anak.