Upload
others
View
2
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PT. BANK SULTENG
LAPORAN POSISI KEUANGAN
PER 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
ASET
Kas
Giro pada Bank Indonesia
Giro pada Bank Lain
Penempatan pada Bank Indonesia
dan Bank Lain
Efek-efek
Kredit Yang Diberikan
Pihak Berelasi
Pihak Ketiga
Cadangan Kerugian Penurunan Nilai
Aset Tetap
Harga Perolehan
Akumulasi Penyusutan
Beban Dibayar Dimuka dan Aset
Lain-lain
Cadangan Kerugian Penurunan Nilai
TOTAL ASET
100.389.098.523
11.837.683.084
2k,6,30 318.462.909.495 370.684.318.381
2i,5,30 19.366.472.851
78.626.522.543
Catatan 31 Desember 2012 31 Desember 2011
2i,2j,4,30 94.258.917.877 103.544.256.655
2l,3
2j,7,30 68.299.022.968 34.735.545.708
565.173.934.950
2i,8 (39.143.843.407) (46.059.620.579)
2h,2g,8,32 5.719.876.809 668.311.266
2h,8,30 748.458.101.786
715.034.135.188 519.782.625.637
2m,9 48.384.059.480 32.278.787.638
2m,9 (19.204.794.933) (16.923.616.613)
29.179.264.547 15.355.171.025
13.591.760.308 12.609.273.005
2n,10 16.588.924.682 15.606.437.379
20,1 (2.997.164.374) (2.997.164.374)
1.358.581.581.756 1.147.175.396.038
Catatan atas Laporan Keuangan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan keseluruhan.
1
PT. BANK SULTENG
LAPORAN POSISI KEUANGAN
PER 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
LIABILITAS DAN EKUITAS
LIABILITAS
Liabilitas Segera
Simpanan Nasabah
Pihak Berelasi
Pihak Ketiga
Simpanan dari Bank Lain
Pinjaman yang Diterima
Liabilitas Pajak
Liabilitas Pajak Tangguhan
Estimasi Kerugian Rek. Administratif
Beban Yang Masih Harus Dibayar
dan Liabilitas Lain-lain
TOTAL LIABILITAS
EKUITAS
Modal Saham
Dana Setoran Modal
Saldo Laba
Telah Ditentukan Penggunaannya
Belum Ditentukan Penggunaannya
Laba Tahun Berjalan
TOTAL EKUITAS
TOTAL LIABILITAS DAN EKUITAS
949.806.235.738
Modal dasar sebesar 4.905.424
lembar saham per 31 Desember
2012 dan 2011, dengan nilai
nominal Rp 100.000 per lembar.
Modal telah ditempatkan dan disetor
penuh sampai dengan 31
Desember 2012 dan 2011 masing-
masing sebesar 1.265.626 dan
1.226.356.
1.132.053.253.194
15 - -
Catatan 31 Desember 2012 31 Desember 2011
2p,11 32.732.272.113 19.068.976.170
2q,12,32 47.425.293.293 179.215.102.193
2q,12 655.625.623.193 553.121.864.735
2q,13 365.010.325.965 170.010.325.965
14 6.195.966.668 12.391.933.334
2t,17 950.564.106 1.709.635.434
16 23.967.444.586 13.988.752.430
2t,17 145.763.270 299.645.476
18 126.562.600.000 122.635.600.000
14.018.574.279
18 18.324.273.544
41.597.779.547
3.927.437.535
Catatan atas Laporan Keuangan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan keseluruhan.
1.358.581.581.756 1.147.175.396.038
2w 47.384.358.190
226.528.328.562
275.450.000
20.238.522.550 28.932.893.218
197.369.160.300
2
PT. BANK SULTENG
LAPORAN LABA RUGI KOMPREHENSIF
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
PENDAPATAN DAN BEBAN OPERASIONAL
Pendapatan Bunga
Beban Bunga
Pendapatan Bunga - Bersih
Pendapatan Operasional Lainnya
Imbalan Jasa
Beban Operasional Lainnya
Umum dan Administrasi
Tenaga Kerja
Keuntungan/(Kerugian) Penurunan Nilai Aset Keuangan
Beban Estimasi Kerugian Komitmen dan Kontijensi
Lainnya
LABA OPERASIONAL
PENDAPATAN DAN BEBAN BUKAN OPERASIONAL
Pendapatan Bukan Operasional
Beban Bukan Operasional
LABA SEBELUM PAJAK PENGHASILAN
BEBAN PAJAK PENGHASILAN
Beban Pajak Kini
Manfaat/(Beban) Pajak Tangguhan
LABA TAHUN BERJALAN
Pendapatan Komprehensif Lain setelah Pajak
Selisih kurs karena penjabaran laporan keuangan
dalam mata uang asing
Pajak penghasilan terkait dengan komponen laba
komprehensif lain
LABA KOMPREHENSIF TAHUN BERJALAN
Catatan atas Laporan Keuangan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan keseluruhan.
20.238.522.550 28.932.893.218
- -
20.238.522.550 28.932.893.218
- -
(8.200.491.500) (10.694.925.500) 17
153.882.206 (824.767.573) 17
1.437.495.667 3.395.609.059
(393.154.838) (480.790.652) 27
27
28.285.131.844 40.452.586.291
(9.240.737.042) (8.164.592.573)
27.240.791.015 37.537.767.884 22
(38.042.231.260) (36.335.846.487) 24
25
22
(952.988.673) 5.530.872.034
- 366.472.775 23
28
(28.890.747.209) (24.913.283.714)
2r,2s,20
Catatan
(41.300.602.648) (32.590.193.242)
95.853.365.416 93.129.123.512
2r,21
8.514.129.783 7.925.022.337
2012 2011
137.153.968.064 125.719.316.754
3
PT. BANK SULTENG
LAPORAN PERUBAHAN EKUITAS
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
Saldo per 1 januari 2011
Setoran Modal selama 2011
Pengesahan Setoran Modal oleh RUPS
Pembagian Laba tahun 2010 :
Dividen
Dana Pembangunan Daerah
Cadangan Umum
Cadangan Tujuan
Jumlah Laba Komprehensif Tahun Berjalan
Saldo per 31 Desember 2011
Setoran Modal selama 2012
Pengesahan Setoran Modal oleh RUPS
Pembagian Laba tahun 2011:
Dividen
Dana Pembangunan Daerah
Cadangan Umum
Cadangan Tujuan
Jumlah Laba Komprehensif Tahun Berjalan
Saldo per 31 Desember 2012 126.562.600.000 18.324.273.544 - 5.851.514.918 41.532.843.273
- - -
- -
Catatan atas Laporan Keuangan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan keseluruhan.
34.257.096.828 - 226.528.328.563
- 20.238.522.550 - - - 20.238.522.550
- - -
- - -
19
19
- -
- - - - -
- - - -
19
19
(9.403.190.296) - (9.403.190.296)
- -
5.786.578.644 (5.786.578.644)
-
- - - - -
18 - 18.323.836.009 - - - 18.323.836.009
18 3.927.000.000 (3.927.000.000) -
197.369.160.300 122.635.600.000 3.927.437.535 - 5.851.514.918 35.746.264.629 29.208.343.218 -
-
- - - - - 28.932.893.218 - 28.932.893.218
- -
19 - - - - - - -
15.599.397.205 (15.599.397.205)
19 - - - - -
- (32.398.748.041)
- - -
19 - - - -
19 - - - - - (32.398.748.041)
- -
- -
3.927.038.966
- 18 9.705.800.000 (9.705.800.000) - - -
18 -
5.851.514.918 20.146.867.424 48.273.595.246 -
- - 3.927.038.966 -
196.907.976.157 112.929.800.000 9.706.198.569 -
Penggunaannya Ekuitas Lainnya EkuitasCatatan Modal Saham Modal Modal Donasi Cadangan Tujuan Cadangan Umum
Telah Ditentukan Penggunaannya
Saldo Laba
JumlahKomponenDana Setoran Belum Ditentukan
4
PT. BANK SULTENG
LAPORAN ARUS KAS
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
ARUS KAS DARI AKTIVITAS OPERASI
Penerimaan Bunga
Pembayaran Bunga
Pembayaran Kepada Karyawan
Pembayaran Beban Umum dan Administrasi
Penerimaan Pendapatan Lainnya
Pembayaran Beban Lainnya
Arus kas operasi sebelum perubahan aset dan kewajiban
operasi
Penurunan/(Kenaikan) Aset Operasi :
Kredit Yang Diberikan
Aset Lain-lain
Kenaikan/(Penurunan) Kewajiban Operasi:
Liabilitas Segera
Beban Yang Masih Harus Dibayar dan Liabilitas Lain
Simpanan Nasabah:
- Pihak Berelasi
- Pihak Ketiga
Simpanan dari Bank Lain
Kas bersih dari aktivitas operasi sebelum pajak penghasilan
Pembayaran Pajak penghasilan
ARUS KAS DIPEROLEH DARI AKTIVITAS OPERASI
ARUS KAS DARI AKTIVITAS INVESTASI
Pembelian Aset Tetap
ARUS KAS DIPEROLEH DARI AKTIVITAS INVESTASI
ARUS KAS DARI AKTIVITAS PENDANAAN
Penerimaan Pinjaman yang Diterima
Pembayaran Pinjaman yang Diterima
Penyetoran Modal
Pembayatan Dividen
ARUS KAS DIPEROLEH DARI AKTIVITAS PENDANAAN
KENAIKAN/(PENURUNAN) KAS DAN SETARA KAS
KAS DAN SETARA KAS AWAL TAHUN
KAS DAN SETARA KAS AKHIR TAHUN
KAS DAN SETARA KAS TERDIRI DARI:
Kas
Giro Bank Indonesia
Giro Pada Bank Lain
Penempatan pada Bank Indonesia dan Bank Lain
Sertifikat Bank Indonesia
JUMLAH KAS DAN SETARA KAS
6 318.462.909.495 370.684.318.381
7 68.299.022.968 34.735.545.708
Catatan atas Laporan Keuangan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dari laporan keuangan keseluruhan.
600.776.421.714 599.428.326.371
3 100.389.098.523 78.626.522.543
4 94.258.917.877 103.544.256.655
5 19.366.472.851 11.837.683.084
1.348.095.343 (100.110.734.434)
599.428.326.371 699.539.060.805
600.776.421.714 599.428.326.371
14 18.323.836.009 3.927.038.966
18 (9.403.190.296) (32.398.748.041)
19 2.724.679.047 (46.130.893.559)
-
14 (6.195.966.666) (17.659.184.484)
9 (16.105.271.843) (10.379.219.413)
(16.105.271.843) (10.379.219.413)
195.000.000.000 (135.000.090.000)
23.676.502.419 (30.645.327.385)
17 (8.947.814.280) (12.955.294.077)
14.728.688.139 (43.600.621.462)
16 10.608.739.427 (7.942.095.302)
12 (109.387.780.096) (37.682.102.548)
12 80.101.729.654 134.976.472.223
8 (188.335.732.379) (23.230.363.173)
10 351.825.404 (674.922.039)
11 13.663.295.943 685.750.365
21.674.424.466 38.222.023.089
25 (38.672.278.532) (36.335.846.487)
23,24 (34.478.334.733) (21.629.743.273)
22 9.951.625.449 11.320.631.396
26 (9.633.891.880) (8.645.383.225)
Catatan 2012 2011
10,2 135.807.906.810 126.102.557.920
21 (41.300.602.648) (32.590.193.242)
5
PT. BANK SULTENG
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
1. UMUM
a. Sejarah Pendirian Bank
b. Maksud dan Tujuan
Untuk mencapai maksud dan tujuan di atas, PT Bank Sulteng melaksanakan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
-
- Memberikan kredit;
- Memindahkan uang baik untuk kepentingan sendiri maupun untuk kepentingan nasabah;
-
-
-
- Bertindak sebagai pendiri dana pensiun sesuai dengan ketentuan dalam peraturan dana pensiun yang berlaku;
-
- Melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
PT Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Tengah, untuk selanjutnya disebut "PT Bank Sulteng" atau "Bank", yang mulanya
bernama Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Tengah didirikan berdasarkan Peraturan Daerah No. 8 tahun 1966 tentang
Bank Pembangunan Daerah dan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan Peraturan Daerah No. 2 Tahun
1999.
Sesuai Akta Pendirian Perseroan Terbatas No. 23 tanggal 30 April 1999 yang dibuat oleh Notaris Anand Umar Adnan, SH.,
berkedudukan di Palu, maka BPD Sulteng telah berubah statusnya dari Perusahaan Daerah (PD) menjadi Perseroan
Terbatas (PT) dan bernama PT Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Tengah, serta telah mendapat pengesahan sesuai
Keputusan Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. C-12841 HT .01.01 TH 99 tanggal 12 Juli 1999 dan telah mendapat
persetujuan Menteri Dalam Negeri No. 584.52-442 tanggal 10 Mei 1999 tentang Pengesahan Peraturan Daerah Provinsi
Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah No. 02 tahun 1999 tentang Perubahan Bentuk Hukum Bank Pembangunan Daerah
Sulawesi Tengah dari Perusahaan Daerah (PD) menjadi Perseroan Terbatas (PT) dan Keputusan Gubernur Bank Indonesia
No. I/29/KEP.GBI/1999 tanggal 10 Desember 1999 tentang Perubahan Bentuk Badan Hukum Perusahaan Daerah Bank
Pembangunan Daerah Sulawesi Tengah menjadi Perseroan Terbatas Bank Pembagunan Daerah Sulawesi Tengah.
Melakukan kegiatan penyertaan modal pada bank atau perusahaan lain di bidang keuangan serta sewa guna usaha pada
bank atau perusahan lain di bidang keuangan serta sewa guna usaha, modal ventura perusahaan efek asuransi serta
lembaga kliring penyelesaian dan penyimpanan dengan memenuhi ketentuan yang ditetapkan oleh yang berwenang;
Membeli melalui pelanggan agunan baik semua maupun sebagian dalam hal debitur tidak memenuhi kewajibannya
kepada Bank, dengan ketentuan agunan yang dibeli tersebut dicairkan secepatnya;
Menempatkan dana pada, meminjam dana dari, atau meminjamkan dana kepada bank lain, baik dengan menggunakan
surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek atau sarana lainnya.
Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan
dan/atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu;
Maksud dan tujuan pendirian PT Bank Sulteng adalah untuk mendorong pertumbuhan daerah di segala bidang serta sebagai
salah satu alat kegiatan ekonomi di bidang keuangan/perbankan untuk pengelolaan sumber pendapatan asli daerah, dalam
rangka meningkatkan taraf hidup rakyat.
Seiring dengan berjalannya waktu, PT Bank Sulteng telah melakukan berbagai penyesuaian pada Anggaran Dasar
Perseroan. Perubahan paling akhir adalah melalui Akta Notaris Anand Umar Adnan, SH. No. 12 tanggal 11 Juni 2009 tentang
Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan Perseroan Terbatas dan Akta No. 36 tanggal 11 Juni 2009 tentang
Berita Acara Rapat Umum Luar Biasa Para Pemegang Saham Tahunan Perseroaan Terbatas.
Membantu Pemda dalam membina BPR milik Pemda Propinsi Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah dan Pemerintah
Daerah Tingkat II Kabupaten;
6
PT. BANK SULTENG
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
1. UMUM (Lanjutan)
b. Maksud dan Tujuan (Lanjutan)
- Cabang Utama Palu
- Cabang Toli-toli
- Cabang Poso
- Cabang Luwuk
- Cabang Parigi
- Cabang Buol
- Cabang Bungku
- Cabang Salakan
- Cabang Pembantu Donggala
- Cabang Pembantu Morowali
- Cabang Pembantu Bangkep
- Cabang Pembantu Ampana
- Cabang Pembantu Palele
c. Manajemen dan Organisasi
Dewan Komisaris
Komisaris Utama : Drs. H. Said Awad, MH.
Direkur
Pjs. Direktur Utama : Hans Kindangen, BSc., S.Sos.
Direktur Pemasaran : Diana Liza Mustaqim, SE
Direktur Operasional : Hj. Muliati, SE.
Pjs. Direktur Kepatuhan : Diana Liza Mustaqim, SE
Dewan Komisaris
Komisaris Utama : Drs. H. Said Awad, MH.
Komisaris : H. Syahrir Alatas, SH., MH
Direkur
Direktur Utama : Moh. Ilham Soeroer, SE., MM.
Direktur Pemasaran : Diana Liza Mustaqim, SE.
Direktur Operasional : Hj. Muliati, SE.
Direktur Kepatuhan : Hans Kindangen, BSc, S.Sos.
Dalam menjalankan kegiatannya, PT Bank Sulteng berkantor pusat di Jalan Sultan Hasanuddin No. 20, Palu. Selama masa
pembangunan Gedung Kantor Pusat, kegiatan operasional kantor dipindahkan ke Kompleks Ruko Mall Tatura Jalan Emmy
Saelan Blok B No. 37 - 38, Palu. Sampai saat ini PT Bank Sulteng memiliki 1 Kantor Cabang Utama,7 Kantor Cabang dan 5
Kantor Cabang Pembantu sebagai berikut:
Berdasarkan Akta No. 05 Tanggal 13 Maret 2012 tentang Berita Acara Rapat Umum Luar Biasa para Pemegang Saham,
susunan Dewan Komisaris dan Direksi PT. Bank Sulteng per 31 Desember 2012 adalah sebagai berikut:
Berdasarkan Akta No. 05 Tanggal 27 April 2011 tentang Berita Acara Rapat Umum Pemegang Saham, susunan Dewan
Komisaris dan Direksi PT. Bank Sulteng per 31 Desember 2011 adalah sebagai berikut:
7
PT. BANK SULTENG
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
1. UMUM (Lanjutan)
c. Manajemen dan Organisasi (Lanjutan)
Dalam menjalankan kegiatan pengelolaan bank, Direksi dibantu oleh beberapa divisi sebagai berikut:
- Biro Direksi
- Biro Hukum
- Divisi Sumber Daya Manusia
- Divisi Kredit
- Divisi Treasury
- Divisi Administrasi Keuangan & TSI
- Divisi Perencanaan dan Pengembangan
- Divisi Umum
- Divisi Manajemen Risiko dan Kepatuhan
- Divisi Penyelamatan Kredit
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN
a. Pernyataan Tanggung Jawab
b. Pernyataan Kepatuhan
c. Dasar Penyusunan Laporan Keuangan
Seluruh angka dalam laporan keuangan ini dibulatkan menjadi Rupiah yang terdekat, kecuali dinyatakan secara khusus.
Direksi bertanggung jawab sepenuhnya atas penyusunan laporan keuangan bank untuk tahun yang berakhir 31 Desember
2012. Laporan keuangan unaudited (homestatement ) telah diselesaikan pada tanggal 31 Januari 2013. Laporan keuangan
final telah disetujui oleh manajemen untuk diterbitkan pada tanggal 1 April 2013.
Laporan keuangan Bank untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2012 dan 2011 disusun oleh Direksi sesuai dengan Standar
Akuntansi Keuangan yang berlaku di Indonesia yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dan Pedoman Akuntansi
Perbankan Indonesia (PAPI 2008) yang diterbitkan oleh Bank Indonesia.
Laporan keuangan bank telah disusun berdasarkan konvensi harga perolehan, kecuali untuk aset keuangan yang
diklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual, aset dan liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba
rugi, dan berdasarkan konsep akrual.
Ringkasan kebijakan akuntansi signifikan yang diterapkan secara konsisten dalam penyusunan laporan keuangan Bank untuk
tahun-tahun yang berakhir pada 31 Desember 2012 dan 2011 adalah sebagai berikut:
Laporan Arus Kas disusun menggunakan metode langsung dan arus kas dikelompokkan atas dasar aktivitas operasi,
investasi, dan pendanaan. Kas dan setara kas terdiri dari kas, giro pada Bank Indonesia dan giro pada bank lain, penempatan
pada Bank Indonesia dan bank lain dan Sertifikat Bank Indonesia, yang jatuh tempo dalam waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal
perolehan, sepanjang tidak digunakan sebagai jaminan atas pinjaman yang diterima serta tidak dibatasi penggunaannya.
8
PT. BANK SULTENG
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (Lanjutan)
d. Usaha Yang Berkelanjutan
e. Penggunaan Pertimbangan, Estimasi, dan Asumsi
Pertimbangan dan estimasi signifikan adalah sebagai berikut:
Nilai Wajar atas Instrumen Keuangan
Penurunan Nilai Kredit Yang Diberikan dan Piutang
f. Perubahan Kebijakan Akuntansi
Secara khusus, pertimbangan oleh manajemen diperlukan dalam mengestimasi jumlah dan waktu arus kas di masa
mendatang ketika menentukan penurunan nilai. Dalam estimasi arus kas ini, Bank membuat justifikasi tentang kondisi
keuangan peminjam dan nilai realisasi bersih agunan. Estimasi-estimasi ini didasarkan pada asumsi-asumsi tentang sejumlah
faktor dan hasil aktual mungkin akan berbeda, yang tercermin dalam perubahan penyisihan penurunan nilai di masa
mendatang.
Dalam penyusunan laporan keuangan sesuai dengan standar akuntansi keuangan di Indonesia mengharuskan manajemen
bank untuk menggunakan pertimbangan, estimasi dan asumsi yang mempengaruhi kebijakan akuntansi, jumlah aset dan
liabilitas serta pengungkapan aset dan liabilitas kontinjensi pada laporan keuangan serta jumlah pendapatan dan beban
selama periode pelaporan. Walaupun estimasi ini dibuat berdasarkan pengetahuan terbaik manajemen atas kejadian dan
tindakan saat ini, hasil yang timbul mungkin berbeda dengan jumlah yang diestimasi semula.
Pada tanggal 1 januari 2012, Bank telah menerapkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) dan Interpretasi
Standar Akuntansi Keuangan (ISAK) baru dan revisi yang berlaku efektif pada tanggal tersebut. Perubahan kebijakan
akuntansi Bank telah dibuat seperti yang disyaratkan, sesuai dengan ketentuan transisi dalam masing-masing standar dan
interpretasi.
Manajemen Bank telah melakukan penilaian atas kemampuan Bank untuk melanjutkan kelangsungan usahanya dan
berkeyakinan bahwa Bank memiliki sumber daya yang cukup untuk melanjutkan usahanya di masa mendatang. Selain itu,
manajemen Bank tidak memperoleh bukti objektif tentang ketidakpastian material yang dapat menimbulkan kerugian yang
signifikan terhadap kemampuan Bank untuk melanjutkan usahanya. Oleh karena itu, laporan keuangan bank untuk tahun
yang berakhir 31 Desember 2012 telah disusun atas dasar usaha yang berkelanjutan.
Estimasi dan asumsi yang digunakan ditelaah secara berkesinambungan. Revisi atas estimasi akuntansi diakui pada periode
di mana estimasi akuntansi diakui pada periode di mana estimasi tersebut direvisi dan periode yang akan datang yang
dipengaruhi oleh revisi estimasi tersebut.
Bila nilai wajar aset keuangan dan liabilitas keuangan yang tercatat pada laporan posisi keuangan tidak tersedia di pasar aktif
ditentukan dengan menggunakan teknik penilaian termasuk menggunakan model matematika. Masukan untuk model ini
berasal dari data pasar yang bisa diamati sepanjang data tersebut tersedia. Bila data pasar yang bisa diamati tidak tersedia,
pertimbangan manajemen diperlukan untuk menentukan nilai wajar.
Bank mereview kredit yang diberikan dan piutang secara individual pada setiap akhir periode pelaporan untuk menilai apakah
penurunan nilai harus dicatat dalam laporan laba rugi.
9
PT. BANK SULTENG
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (Lanjutan)
f. Perubahan Kebijakan Akuntansi (Lanjutan)
Standar dan Interpretasi berikut berlaku efektif mulai 1 januari 2012 dan relevan dengan Bank:
- PSAK 16 (Revisi 2011) - Aset Tetap
- PSAK 18 (Revisi 2010) - Akuntansi dan Pelaporan Program Manfaat Purnakarya
- PSAK 24 (Revisi 2010) - Imbalan Kerja
- PSAK 26 (Revisi 2011) - Biaya Pinjaman
- PSAK 46 (Revisi 2010) - Pajak Penghasilan
- PSAK 50 (Revisi 2010) - Instrumen Keuangan: Penyajian
- PSAK 55 (Revisi 2010) - Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran
- PSAK 60 (Revisi 2010) - Instrumen Keuangan: Pengungkapan
- PSAK 61 - Akuntansi Hibah Pemerintah dan Pengungkapan Bantuan Pemerintah
Berikut adalah dampak perubahan kebijakan akuntansi yang relevan dan signifikan terhadap laporan keuangan bank:
PSAK 60 (Revisi 2010) - Instrumen Keuangan: Pengungkapan
-
-
-
PSAK 61 (Revisi 2010) - Akuntansi Hibah Pemerintah dan Pengungkapan Bantuan Pemerintah
Pengungkapan nilai wajar untuk setiap kelompok aset keuangan dan liabilitas keuangan, serta pengungkapan hierarki nilai
wajar untuk instrumen keuangan yang diukur dengan nilai wajar pada tanggal pelaporan.
Bank telah menyertakan pengungkapan yang dipersyaratkan PSAK 60 pada laporan keuangan untuk tahun yang berakhir 31
Desember 2012.
PSAK No. 61 (Revisi 2010), "Akuntansi Hibah Pemerintah dan Pengungkapan Bantuan Pemerintah" mengatur bahwa
penerimaan hibah aset dari Pemerintah, Instansi Pemerintah, dan badan serupa baik lokal, nasional maupun internasional
diakui sebagai penghasilan.
Menurut telaah manajemen selain dampak perubahan kebijakan akuntansi yang dijelaskan diatas, perubahan kebijakan
akuntansi sesuai Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) terbaru tidak memberi dampak signifikan terhadap laporan
keuangan Bank.
Standar baru ini menggabungkan dan memperluas sejumlah persyaratan pengungkapan yang telah ada sebelumnya dan
menambahkan beberapa pengungkapan baru.
Prinsip utama dari standar ini adalah untuk mengungkapkan informasi yang memadai yang membuat pengguna laporan
keuangan mampu mengevaluasi kinerja dan posisi keuangan instrumen keuangan yang signifikan milik perusahaan. PSAK 60
berisi pengungkapan-pengungkapan baru atas risiko-risiko dan manajemen risiko dan masyarakat entitas dan mensyaratkan
entitas pelaporan untuk melaporkan sensitivitas instrumen keuangannya terhadap pergerakan risiko-risiko tersebut. Beberapa
peraturan baru yang penting antara lain:
Pengungkapan kualitatif dan kuantitatif atas dampak dari risiko-risiko, antara lain risiko pasar, risiko kredit dan risiko
likuiditas.
Penambahan pengungkapan untuk item-item yang mempengaruhi jumlah laba komprehensif, dimana keuntungan dan
kerugian dipisahkan berdasarkan kategori instrumen keuangan.
10
PT. BANK SULTENG
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (Lanjutan)
g. Transaksi dengan Pihak-Pihak Yang Berelasi
1) Orang atau anggota keluarga terdekatnya berelasi dengan entitas pelapor jika orang tersebut:
- Memiliki pengendalian atau pengendalian bersama terhadap entitas pelapor;
- Memiliki pengaruh signifikan terhadap entitas pelapor; atau
- Personal manajemen kunci entitas pelapor atau entitas induk pelapor.
2) Suatu entitas berelasi dengan entitas pelapor jika memenuhi hal-hal sebagai berikut:
-
-
- Kedua entitas tersebut adalah ventura bersama dari pihak ketiga yang sama;
-
-
- Entitas yang dikendalikan atau dikendalikan bersama oleh orang yang diidentifikasi dalam butir (1);
-
h. Aset dan Liabilitas Keuangan
Pihak-pihak berelasi adalah orang atau entitas yang terkait dengan entitas yang menyiapkan laporan keuangannya. PSAK No.
7 (Revisi 2010) mengidentifikasi pihak-pihak yang berelasi sebagai berikut:
Aset keuangan Bank terdiri dari kas, giro pada Bank Indonesia, giro pada bank lain, penempatan pada Bank Indonesia dan
bank lain, surat-surat berharga, efek-efek yang dibeli dengan janji dijual kembali, penyertaan saham, kredit yang diberikan,
tagihan akseptasi, dan aset lain-lain.
Liabilitas keuangan Bank terdiri dari liabilitas segera, simpanan nasabah, simpanan dari bank lain, liabilitas akseptasi, efek
hutang yang diterbitkan, pinjaman yang diterima, dan liabilitas lain-lain.
Satu entitas adalah ventura bersama dari entitas ketiga dan entitas yang lain adalah entitas asosiasi dari entitas
Transaksi pihak berelasi adalah suatu pengalihan sumber daya, jasa atau kewajiban antara entitas pelaporan dengan pihak-
pihak berelasi, terlepas apakah ada harga yang dibebankan.
Semua transaksi yang jumlahnya signifikan dengan pihak berelasi, baik yang dilakukan dengan syarat normal, sebagaimana
dilakukan dengan pihak yang berelasi, maupun tidak, telah diungkapkan dalam laporan keuangan.
Berdasarkan PSAK No. 7 (Revisi 2010), transaksi antara Bank dengan Pemerintah, BUMN lainnya dan perusahaan-
perusahaan yang dimiliki, atau dikendalikan negara, termasuk Lembaga Penjamin Simpanan tidak dikategorikan sebagai
transaksi dengan pihak-pihak yang berelasi.
Orang yang diidentifikasi, dalam butir (2) (1) memiliki pengaruh signifikan terhadap entitas atau anggota manajemen
kunci entitas (atau entitas induk dari entitas).
Entitas dan entitas pelapor adalah anggota dari kelompok usaha yang sama (artinya entitas induk, entitas anak dan
entitas anak berikutnya terkait dengan entitas lain);
Suatu entitas adalah entitas asosiasi atau ventura bersama bagi entitas lain (atau entitas asosiasi atau ventura
bersama yang merupakan anggota suatu kelompok usaha, dimana entitas lain tersebut adalah anggotanya);
Entitas tersebut adalah suatu program imbalan pasca kerja untuk imbalan kerja dari suatu entitas pelapor atau entitas
yang terkait dengan entitas pelapor;
11
PT. BANK SULTENG
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (Lanjutan)
h. Aset dan Liabilitas Keuangan (Lanjutan)
1) Klasifikasi
Aset Keuangan
a. Aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi
b. Pinjaman yang diberikan dan piutang
-
- yang pada saat pengakuan awal ditetapkan dalam kelompok tersedia untuk dijual; atau
-
Aset keuangan Bank terdiri dari kas, giro pada Bank Indonesia, giro pada bank lain, penempata pada Bank Indonesia dan
bank lain, surat-surat berharga, efek-efek yang dibeli dengan janji dijual kembali, penyertaan saham, kredit yang diberikan,
tagihan akseptasi, tagihan derivatif dan aset lain-lain.
Liabilitas keuangan Bank terdiri dari liabilitas segera, simpanan nasabah, simpanan dari bank lain, liabilitas akseptasi, liabilitas
derivatif, efek hutang yang diterbitkan, pinjaman yang diterima, dan liabilitas lain-lain.
dalam hal pemilik mungkin tidak akan memperoleh kembali investasi awal secara substansial kecuali yang
disebabkan oleh penurunan kualitas pinjaman yang diberikan dan piutang.
Bank menerapkan PSAK No. 50 (Revisi 2010) "Instrumen Keuangan: Penyajian" dan PSAK No. 55 (Revisi 2010) "Instrumen
Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran" efektif per 1 Januari 2012 yang menggantikan PSAK No 50 (Revisi 2006)
"Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran" dan PSAK 55 (Revisi 2006) "Instrumen Keuangan: Pengakuan dan
Pengukuran". Efektif sejak 1 Januari 2012 Bank juga menerapkan PSAK No 60 (Revisi 2010) "Instrumen Keuangan:
Pengungkapan"
Aset keuangan ini merupakan aset keuangan yang diklasifikasikan dalam kelompok diperdagangkan. Aset keuangan
diklasifikasikan dalam kelompok diperdagangkan jika diperoleh atau dimiliki terutama untuk tujuan dijual atau dibeli
kembali dalam waktu dekat atau jika merupakan bagian dari portofolio instrumen keuangan tertentu yang dikelola
bersama dan terdapat bukti mengenai pola ambil untung dalam jangka pendek (short term profit-taking ) yang terkini.
Aset keuangan yang diklasifikasikan dalam kelompok diperdagangkan terdiri dari surat-surat berharga.
Instrumen keuangan yang dikelompokan ke dalam kategori ini diakui pada nilai wajarnya pada saat pengakuan awal;
biaya transaksi diakui secara langsung ke dalam laporan laba rugi. Keuntungan dan kerugian yang timbul dari
perubahan nilai wajar dan penjualan instrumen keuangan diakui di dalam laporan laba rugi dan dicatat masing masing
sebagai "Keuntungan/(kerugian) dari perubahan nilai wajar instrumen keuangan" dan "Keuntungan/(kerugian) dari
penjualan instrumen keuangan". Pendapatan bunga dari instrument keuangan dalam kelompok diperdagangkan
dicatat sebagai "Pendapatan bunga".
Pinjaman yang diberikan dan piutang adalah aset keuangan non derivatif dengan pembayaran tetap atau telah
ditentukan dan tidak mempunyai kuotasi di pasar aktif, kecuali:
yang dimaksudkan oleh Bank untuk dijual dalam waktu dekat, yang diklasifikasikan dalam kelompok
diperdagangkan, serta yang pada saat pengakuan awal ditetapkan sebagai sebagai diukur pada nilai wajar melalui
laporan laba rugi;
12
PT. BANK SULTENG
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (Lanjutan)
h. Aset dan Liabilitas Keuangan (Lanjutan)
1) Klasifikasi (Lanjutan)
b. Pinjaman yang diberikan dan piutang (Lanjutan)
c. Aset keuangan dimiliki hingga jatuh tempo
-
- investasi yang ditetapkan oleh Bank dalam kelompok tersedia untuk dijual; dan
- investasi yang memiliki definisi pinjaman yang diberikan dan piutang.
d. Aset keuangan tersedia untuk dijual
Bank tidak memiliki aset keuangan yang diklasifikasikan sebagai aset keuangan tersedia untuk dijual.
investasi yang pada saat pengakuan awal ditetapkan sebagai aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui
laporan laba rugi;
Pada saat pengakuan awal, pinjaman yang diberikan dan piutang diakui pada nilai wajarnya ditambah biaya
administrasi serta dikurangi pendapatan provisi komisi dan selanjutnya diukur pada biaya perolehan diamortisasi
dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Pendapatan dari aset keuangan dalam kelompok pinjaman yang
diberikan dan piutang dicatat di dalam laporan laba rugi dan dilaporkan sebagai "Pendapatan bunga". Dalam hal
terjadi penurunan nilai, kerugian penurunan nilai dilaporkan sebagai pengurang dari nilai tercatat dari aset keuangan
dalam kelompok pinjaman yang diberikan dan piutang, dan diakui di dalam laporan laba rugi sebagai "Pembetukan
Cadangan kerugian penurunan nilai".
Investasi dalam kelompok dimiliki hingga jatuh tempo adalah aset keuangan non-derivatif dengan pembayaran tetap
atau telah ditentukan dan jatuh temponya telah ditetapkan, serta Manajemen mempunyai intensi positif dan
kemampuan untuk memiliki aset keuangan tersebut hingga jatuh tempo, kecuali:
Pada saat pengakuan awal, aset keuangan dimiliki hingga jatuh tempo diakui pada nilai wajarnya ditambah biaya
transaksi dan selanjutnya diukur pada biaya perolehan diamortisasi dengan menggunakan suku bunga efektif.
Pada saat pengakuan awalnya, aset keuangan tersedia untuk dijual diakui pada nilai wajarnya ditambah biaya
transaksi dan selanjutnya diukur pada nilai wajarnya dimana keuntungan atau kerugian diakui pada laporan perubahan
ekuitas kecuali untuk kerugian penurunan nilai dan laba rugi selisih kurs, hingga aset keuangan dihentikan
pengakuannya. Jika aset keuangan tersedia untuk dijual mengalami penurunan nilai, akumulasi laba atau rugi yang
sebelumnya diakui di laporan perubahan ekuitas, diakui pada laporan laba rugi. Pendapatan bunga dihitung
menggunakan metode suku bunga efektif dan keuntungan atau kerugian yang timbul akibat perubahan nilai tukar dari
aset moneter yang diklasifikasikan sebagai kelompok tersedia untuk dijual diakui pada laporan laba rugi.
Pendapatan bunga dari investasi dimiliki hingga jatuh tempo dicatat dalam laporan laba rugi dan diakui sebagai
"Pendapatan bunga". Ketika penurunan nilai terjadi, kerugian penurunan nilai diakui sebagai pengurang dari nilai
tercatat investasi dan diakui didalam laporan keuangan sebagai "Pembentukan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai".
Investasi dalam kelompok tersedia untuk dijual adalah aset keuangan non-derivatif yang ditetapkan untuk dimiliki untuk
periode tertentu dimana akan dijual dalam rangka pemenuhan likuiditas atau perubahan suku bunga, valuta asing atau
yang tidak diklasifikasikan sebagai pinjaman yang diberikan atau piutang, investasi yang diklasifikasikan dalam
kelompok dimiliki hingga jatuh tempo atau aset keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi.
13
PT. BANK SULTENG
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (Lanjutan)
h. Aset dan Liabilitas Keuangan (Lanjutan)
1) Klasifikasi (Lanjutan)
Liabilitas Keuangan
a. Liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi
Bank tidak memiliki liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi.
b. Liabilitas keuangan yang diukur dengan biaya perolehan diamortisasi
2) Pengakuan dan Pengukuran
Liabilitas keuangan yang tidak diklasifikasikan sebagai liabilitas keuangan yang diukur pada nilai wajar melalui laporan
laba rugi dikategorikan dan diukur dengan biaya perolehan diamortisasi.
Pada saat pengakuan awal, liabilitas keuangan yang diukur dengan biaya perolehan diamortisasi diukur pada nilai
wajar ditambah biaya transaksi.
Setelah pengakuan awal, Bank mengukur seluruh liabilitas keuangan yang diukur dengan biaya perolehan diamortisasi
dengan menggunakan metode suku bunga efektif.
Bank menggunakan akuntansi tanggal penyelesaian untuk mencatat seluruh transaksi aset keuangan yang lazim (regular).
Liabilitas keuangan ini merupakan liabilitas keuangan yang diklasifikasikan sebagai diperdagangkan. Liabilitas
keuangan diklasifikasikan sebagai diperdagangkan jika diperoleh terutama untuk tujuan dijual atau dibeli kembali
dalam waktu dekat atau jika merupakan bagian dari portfolio instrumen keuangan tertentu yang dikelola bersama dan
terdapat bukti mengenai pola ambil untung dalam jangka pendek yang terkini.
Keuntungan dan kerugian yang timbul dari perubahan nilai wajar liabilitas keuangan yang diklasifikasikan sebagai
diperdagangkan dicatat dalam laporan laba rugi sebagai "Keuntungan/(kerugian) dari perubahan nilai wajar instrumen
keuangan". Beban bunga dari liabilitas keuangan diklasifikasikan sebagai diperdagangkan dicatat di dalam "Beban
bunga".
Semua aset dan liabilitas keuangan lainnya pada awalnya diakui pada tanggal perdagangan dimana bank menjadi suatu
pihak dalam ketentuan kontraktual instrumen tersebut.
Pengukuran aset keuangan dan liabilitas keuangan setelah pengakuan awal tergantung pada klasifikasi aset keuangan
dan liabilitas keuangan tersebut.
14
PT. BANK SULTENG
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (Lanjutan)
h. Aset dan Liabilitas Keuangan (Lanjutan)
2) Pengakuan dan Pengukuran (Lanjutkan)
3) Penghentian Pengakuan
Biaya transaksi hanya meliputi biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk perolehan suatu aset
keuangan atau penerbitan suatu liabilitas keuangan dan merupakan biaya tambahan yang tidak akan terjadi apabila
instrumen keuangan tersebut tidak diperoleh atau diterbitkan. Untuk aset keuangan, biaya transaksi ditambahkan pada
jumlah yang diakui pada awal pengakuan aset, sedangkan untuk liabilitas keuangan, biaya transaksi dikurangkan dari
jumlah hutang yang diakui pada awal pengakuan liabilitas. Biaya transaksi tersebut diamortisasi selama umur instrumen
berdasarkan metode suku bunga efektif dan dicatat sebagai bagian dari pendapatan bunga untuk biaya transaksi
sehubungan dengan aset keuangan atau sebagai bagian dari beban bunga untuk biaya trasaksi sehubungan dengan
liabilitas keuangan.
Penghentian pengakuan aset keuangan dilakukan ketika hak kontraktual untuk atas arus kas yang berasal dari aset
keuangan tersebut beakhir, atau ketika aset keuangan tersebut telah ditransfer dan secara substansial seluruh risiko dan
manfaat atas kepemilikan aset telah ditransfer (jika, secara substansial seluruh risiko dan manfaat tidak ditransfer, maka
Bank melakukan evaluasi untuk memastikan keterlibatan berkelanjutan atas kontrol yang masih dimiliki tidak mencegah
penghentian pengakuan). Liabilitas keuangan dihentikan pengakuannya ketika liabilitas telah dilepaskan atau dibatalkan
atau kadaluwarsa.
Bank menghapuskan saldo kredit dan surat-surat berharga dan cadangan kerugian nilai terkait, pada saat bank
menentukan bahwa kredit atau surat-surat berharga tersebut tidak dapat ditagih. Keputusan ini diambil setelah
mempertimbangkan informasi seperti telah terjadinya perubahan signifikan pada posisi keuangan debitur/penerbit
sehingga debitur/penerbit tidak lagi dapat melunasi kewajibannya.
Liabilitas keuangan dihentikan pengakuannya jika liabilitas keuangan tersebut berakhir, yaitu ketika kewajiban yang
ditetapkan dalam kontrak dilepaskan atau dibatalkan atau kadaluwarsa.
Jika suatu liabilitas keuangan yang ada digantikan dengan yang lain oleh pemberi pinjaman yang sama pada keadaan
yang secara substansial berbeda, atau berdasarkan suatu kewajiban yang ada yang secara substansial telah diubah,
seperti pertukaran atau modifikasi yang diperlakukan sebagai penghentian pengakuan kewajiban awal dan pengakuan
kewajiban baru, dan perbedaan nilai tercatat masing-masing diakui dalam laporan laba rugi.
Bank menghapusbukukan kredit atau aset produktif lainnya ketika tidak terdapat prospek yang realistis mengenai
pengembalian kredit dalam waktu dekat atau hubungan normal antara Bank dan debitur telah berakhir. Kredit yang tidak
dapat dilunasi dihapusbukukan dengan mendebit penyisihan kerugian penurunan nilai. Penerimaan kemudian atas kredit
yang telah dihapusbukukan sebelumnya, jika pada periode berjalan dikreditkan ke dalam akun penyisihan kerugian
penurunan nilai atas kredit yang diberikan di laporan posisi keuangan, sedangkan jika setelah tanggal pelaporan
dikreditkan sebagai pendapatan operasional lainnya.
15
PT. BANK SULTENG
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (Lanjutan)
h. Aset dan Liabilitas Keuangan (Lanjutan)
4) Pengakuan Pendapatan dan Beban
5) Reklasifikasi Aset Keuangan
-
-
-
6) Saling Hapus
Pendapatan dan beban disajikan dalam jumlah bersih hanya jika diperkenankan oleh standar akuntansi.
Bank tidak boleh mengklasifikasikan aset keuangan sebagai investasi dimiliki hingga jatuh tempo, jika dalam periode
berjalan atau dalam kurun waktu dua tahun sebelumnya, telah menjual atau mereklasifikasi investasi dimiliki hingga jatuh
tempo dalam jumlah yang lebih dari jumlah yang tidak signifikan sebelum jatuh tempo (Iebih dari jumlah yang tidak
signifikan dibandingkan dengan jumlah nilai investasi dimiliki hingga jatuh tempo), kecuali penjualan atau reklasifikasi
tersebut:
dilakukan ketika aset keuangan sudah mendekati jatuh tempo atau tanggal pembelian kembali di mana perubahan
suku bunga tidak akan berpengaruh secara signifikan terhadap nilai wajar aset keuangan tersebut;
terjadi setelah Bank telah memperoleh secara substansial seluruh jumlah pokok aset keuangan tersebut sesuai jadwal
pembayaran atau Bank telah memperoleh pelunasan dipercepat; atau
terkait dengan kejadian tertentu yang berada di luar kendali Bank, tidak berulang, dan tidak dapat diantisipasi secara
wajar oleh Bank.
Keuntungan dan kerugian yang timbul dari perubahan nilai wajar aset keuangan dan liabilitas keuangan yang diukur pada
nilai wajar melalui laporan laba rugi diakui pada laporan laba rugi.
Keuntungan dan kerugian yang timbul dari perubahan nilai wajar aset keuangan yang diklasifikasikan dalam kelompok
tersedia untuk dijual diakui secara langsung dalam ekuitas, kecuali keuntungan atau kerugian akibat perubahan nilai tukar
dari item moneter, sampai aset keuangan tersebut dihentikan pengakuannya atau adanya penurunan nilai.
Bank tidak diperkenankan untuk mereklasifikasi instrumen keuangan dari atau ke kategori instrumen keuangan yang
diukur pada nilai wajar melalui laporan laba rugi selama instrumen keuangan tersebut dimiliki atau diterbitkan.
Reklasifikasi aset keuangan dari kelompok dimiliki hingga jatuh tempo ke kelompok tersedia untuk dijual dicatat sebesar
nilai wajarnya. Keuntungan atau kerugian yang belumm direalisasi tetap dilaporkan dalam komponen ekuitas sampai aset
keuangan tersebut dihentikan pengakuannya.
Pada saat aset keuangan dihentikan pengakuannya atau dilakukan penurunan nilai, keuntungan atau kerugian kumulatif
yang sebelumnya diakui dalam ekuitas harus diakui pada laporan laba rugi.
Aset keuangan dan liabilitas keuangan dilakukan saling hapus dan nilai bersihnya disajikan dalam laporan posisi keuangan
jika, dan hanya jika Bank memiliki hak yang berkekuatan hukum untuk melakukan saling hapus atas jumlah yang telah
diakui tersebut dan adanya maksud untuk menyelesaikan secara neto atau untuk merealisasikan aset dan menyelesaikan
kewajibannya secara simultan.
Aset tersedia untuk dijual serta aset keuangan dan liabilitas keuangan yang dicatat berdasarkan biaya perolehan
diamortisasi, pendapatan dan beban bunga diakui pada laporan laba rugi dengan menggunakan suku bunga efektif.
16
PT. BANK SULTENG
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (Lanjutan)
h. Aset dan Liabilitas Keuangan (Lanjutan)
7) Pengukuran Biaya Diamortisasi
i. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Aset Keuangan
Sebelum tanggal 1 Januari 2010, aset dan liabilitas keuangan maupun long dan short position diukur pada nilai tengah dari
harga pasar (mid price).
Pada setiap tanggal neraca, Bank mengevaluasi apakah terdapat bukti obyektif bahwa aset keuangan atau kelompok aset
keuangan mengalami penurunan nilai. Aset keuangan atau kelompok aset keuangan diturunkan nilainya dan kerugian
penurunan nilai telah terjadi, jika dan hanya jika, terdapat bukti obyektif mengenai penurunan nilai tersebut sebagai akibat
dari satu atau lebih peristiwa yang terjadi setelah pengakuan awal aset tersebut (peristiwa yang merugikan) dan peristiwa
yang merugikan tersebut berdampak pada estimasi arus kas masa depan atas aset keuangan atau kelompok aset
keuangan yang dapat diestimasi secara handal.
Biaya perolehan diamortisasi dari aset keuangan atau liabilitas keuangan adalah jumlah aset keuangan atau liabilitas
keuangan yang diukur pada saat pengakuan awal dikurangi pembayaran pokok pinjaman, ditambah atau dikurangi
amortisasi kumulatif menggunakan metode suku bunga efektif yang dihitung dari selisih antara nilai pengakuan awal dan
nilai jatuh temponya, dan dikurangi penurunan nilai.
Nilai wajar adalah nilai dimana suatu aset dapat dipertukarkan, atau suatu kewajiban dapat diselesaikan, diantara para
pihak yang memahami dan berkeinginan untuk melakukan transaksi yang wajar pada tanggal pengukuran, termasuk
didalamnya adalah nilai pasar dari Interdealer Market Association (IDMA) atau harga yang diberikan oleh broker (quoted
price) dari Bloomberg dan Reuters pada tanggal pengukuran.
Jika tersedia, Bank mengukur nilai wajar dari suatu instrumen dengan menggunakan harga kuotasi di pasar aktif untuk
instrumen terkait. Suatu pasar dianggap aktif bila harga yang dikuotasikan tersedia sewaktu-waktu dari bursa, pedagang
efek (dealer), perantara efek (broker), kelompok industri, badan pengawas (pricing service or regulating agency) dan
merupakan transaksi pasar aktual dan teratur terjadi yang dilakukan secara wajar.
Jika pasar untuk instrumen keuangan tidak aktif, Bank menetapkan nilai wajar dengan menggunakan teknik penilaian.
Teknik penilaian meliputi penggunaan transaksi pasar terkini yang dilakukan secara wajar oleh pihak-pihak yang mengerti,
berkeinginan (jika tersedia), referensi atas nilai wajar terkini dari instrumen lain yang secara substansial serupa dan
analisis arus kas yang didiskonto.
Sejak tanggal 1 Januari 2010, kuotasi harga pasar yang sesuai bagi aset yang dimiliki atau kewajiban yang akan
diterbitkan biasanya sama dengan harga penawaran yang berlaku, sementara untuk aset yang akan diperoleh atau
kewajiban yang dimiliki adalah harga permintaannya. Jika Bank memiliki aset dan liabilitas dimana risiko pasarnya saling
hapus, maka Bank dapat menggunakan nilai tengah dari pasar sebagai dasar untuk menentukan nilai wajar posisi risiko
yang saling hapus tersebut dan menerapkan harga penawaran atau harga permintaan terhadap posisi terbuka atau neto
(net open position), mana yang lebih sesuai.
17
PT. BANK SULTENG
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (Lanjutan)
i. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Aset Keuangan (Lanjutan)
Kriteria yang digunakan oleh Bank untuk menentukan bukti obyektif dari penurunan nilai adalah sebagai berikut:
- kesulitan keuangan signifikan yang dialami penerbit atau pihak peminjam;
- pelanggaran kontrak, seperti terjadinya wanprestasi atau tunggakan pembayaran pokok atau bunga;
-
-
- hilangnya pasar aktif dan aset keuangan akibat kesulitan keuangan; atau
-
- hilangnya pasar aktif dari aset keuangan akibat kesulitan keuangan; atau
- data yang dapat diobservasi mengindikasikan adanya penurunan yang dapat diukur atas estimasi.
1) Aset keuangan yang dicatat berdasarkan biaya perolehan diamortisasi
Perhitungan penurunan nilai secara individu
-
- Pinjaman yang diberikan direstukturisasi secara individual memiliki nilai signifikan.
Estimasi periode antara terjadinya peristiwa dan teridentifikasinya kerugian ditentukan oleh manajemen untuk setiap
portofolio yang diidentifikasi. Pada umumnya, periode tersebut bervariasi antara 3 dan 12 bulan, untuk kasus tertentu
diperlukan periode yang lebih lama.
Bank pertama kali menentukan apakah terdapat bukti obyektif penurunan nilai secara individual atas aset keuangan yang
signifikan secara invidual, dan secara individual atau kolektif untuk aset keuangan yang tidak signifikan secara individual.
Jika Bank menentukan tidak terdapat bukti obyektif mengenai penurunan nilai atas aset keuangan yang dinilai secara
Individual, terlepas aset keuangan tersebut signifikan atau tidak, maka Bank memasukkan aset tersebut ke dalam
kelompok aset keuangan yang memiliki karakteristik risiko kredit yang serupa dan menilai penurunan nilai kelompok
tersebut secara kolektif. Aset yang penurunan nilainya dinilai secara individual tidak dimasukkan dalam penilaian
penurunan nilai secara kolektif.
pihak pemberi pinjaman, dengan alasan ekonomi atau hukum sehubungan dengan kesulitan keuangan yang dialami
pihak peminjam memberikan keringanan (konsesi): pada pihak peminjam yang tidak mungkin diberikan jika pihak
peminjam tidak mengalami kesulitan tersebut;
data yang dapat diobservasi mengindikasikan adanya penurunan yang dapat diukur atas estimasi arus kas masa
datang dari kelompok aset keuangan sejak pengakuan awal aset dimaksud meskipun penurunannya belum dapat
diidentifikasi terhadap aset keuangan secara individual dalam kelompok aset tersebut.
terdapat kemungkinan bahwa pihak peminjam akan dinyatakan pailit atau melakukan reorganisasi keuangan lainnya;
Bank menetapkan pinjaman yang diberikan yang harus dievaluasi penurunan nilainya secara individual, jika memenuhi
salah satu kriteria di bawah ini:
Pinjaman yang diberikan secara individual memiliki nilai signifikan dan memiliki bukti obyektif penurunan nilai; atau
Jumlah kerugian penurunan nilai diukur berdasarkan selisih antara nilai tercatat aset keuangan dengan nilai kini dari
estimasi arus kas masa datang yang didiskontokan menggunakan tingkat suku bunga efektif awal dari aset keuangan
tersebut. Nilai tercatat aset tersebut dikurangi melalui akun cadangan kerugian penurunan nilai dan beban kerugian
diakui pada laporan laba rugi. Jika pinjaman yang diberikan atau aset keuangan dimiliki hingga jatuh tempo memiliki
suku bunga variabel, maka tingkat diskonto yang digunakan untuk mengukur setiap kerugian penurunan nilai adalah
suku bunga efektif yang berlaku yang ditetapkan dalam kontrak.
18
PT. BANK SULTENG
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (Lanjutan)
i. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Aset Keuangan (Lanjutan)
1) Aset keuangan yang dicatat berdasarkan biaya perolehan diamortisasi
Perhitungan penurunan nilai secara individu (lanjutan)
Perhitungan penurunan nilai secara kolektif
Arus kas masa datang dari kelompok aset keuangan yang penurunan nilainya dievaluasi secara kolektif, diestimasi
berdasarkan kerugian historis yang pernah dialami atas aset-aset yang memiliki karakteristik risiko kredit yang serupa
dengan karakteristik risiko kredit kelompok tersebut di dalam Bank. Kerugian historis yang pernah dialami kemudian
disesuaikan berdasarkan data terkini yang dapat diobservasi untuk mencerminkan kondisi saat ini yang tidak
berpengaruh pada periode terjadinya kerugian historis tersebut, dan untuk menghilangkan pengaruh kondisi yang ada
pada periode historis namun sudah tidak ada lagi saat ini.
Ketika kredit yang diberikan tidak tertagih, kredit tersebut dihapus buku dengan menjurnal balik cadangan kerugian
penurunan nilai. Kredit tersebut dapat dihapus buku setelah semua prosedur yang diperlukan telah dilakukan dan
jumlah kerugian telah ditentukan. Beban penurunan nilai yang terkait dengan kredit yang diberikan dan efek-efek (di
dalam kategori dimiliki hingga jatuh tempo dan pinjaman yang diberikan dan piutang) diklasifikasikan ke dalam
"Pembentukan cadangan kerugian penurunan nilai".
Jika, pada periode berikutnya, jumlah kerugian penurunan nilai berkurang dan pengurangan tersebut dapat dikaitkan
secara obyektif pada peristiwa yang terjadi setelah penurunan nilai diakui (seperti meningkatnya peringkat kredit
debitur), maka kerugian penurunan nilai yang sebelumnya diakui harus dipulihkan, dengan menyesuaikan akun
cadangan. Jumlah pemulihan aset keuangan diakui pada laporan laba rugi.
Penerimaan kemudian atas kredit yang diberikan yang telah dihapusbukukan sebelumnya, jika terjadi pada periode
berjalan dikreditkan dengan menyesuaikan pada akun cadangan kerugian penurunan nilai, sedangkan jika terjadi
setelah tanggal pelaporan diakui sebagai pendapatan operasional lainnya.
Untuk tujuan evaluasi penurunan nilai secara kolektif aset keuangan dikelompokkan berdasarkan kesamaan
karakteristik risiko kredit berdasarkan skim kredit. Karakteristik yang dipilih adalah relevan dengan estimasi arus kas
masa datang dari kelompok aset tersebut yang mengindikasikan kemampuan debitur untuk membayar seluruh utang
yang jatuh tempo sesuai persyaratan kontrak dari aset yang dievaluasi.
Perhitungan nilai kini dari estimasi arus kas masa datang atas aset keuangan dengan agunan (collateralised financial
asset) mencerminkan arus kas yang dapat dihasilkan dari pengambilalihan agunan dikurangi biaya-biaya untuk
memperoleh dan menjual agunan, terlepas apakah pengambilalihan tersebut berpeluang terjadi atau tidak.
19
PT. BANK SULTENG
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (Lanjutan)
i. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Aset Keuangan (Lanjutan)
1) Aset keuangan yang dicatat berdasarkan biaya perolehan diamortisasi (lanjutan)
Perhitungan penurunan nilai secara kolektif (lanjutan)
Cadangan yang harus dibentuk sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia tersebut adalah sebagai berikut:
*) Diluar Sertifikat Bank Indonesia (SBI), penempatan pada Bank Indonesia, Obligasi Pemerintah dan instrumen utang lainnya yang diterbitkan
oleh Pemerintah Republik Indonesia dan aset produktif yang dijamin dengan agunan tunai.
Sejak tanggal 1 januari 2012, cadangan kerugian nilai atas pinjaman yang diberikan yang dinilai secara kolektif
dihitung berdasarkan pengalaman kerugian historis. Pengalaman kerugian historis disesuaikan menggunakan dasar
data yang dapat diobservasi untuk mencerminkan efek dari kondisi saat ini terhadap Bank dan menghilangkan efek
dari masa lalu yang sudah tidak berlaku saat ini. Pinjaman yang diberikan dikelompokan berdasarkan karakteristik
risiko kredit yang sama antara lain dengan mempertimbangkan segmentasi dan tunggakan debitur.
Persentase Cadangan Kerugian
Sebelum tanggal 1 januari 2012, dalam menentukan penurunan nilai secara kolektif, Bank menerapkan Surat Edaran
Bank Indonesia No. 11/33/DPNP tanggal 8 Desember 2009 "Perubahan atas Surat Edaran No. 11/4/DPNP tanggal
27 januari 2009 tentang Pelaksanaan Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (PAPI)". Surat Edaran Bank
Indonesia tersebut membuat penyesuaian atas PAPI (Tahun 2008) tentang ketentuan transisi atas estimasi
penurunan nilai pinjaman yang diberikan secara kolektif bagi bank yang memenuhi syarat.
Sesuai dengan Lampiran Surat Edaran Bank Indonesia No. 11/33/DPNP tanggal 8 Desember 2009 (SE-BI), Bank
menentukan cadangan kerugian penurunan nilai pinjaman yang diberikan secara kolektif dengan mengacu pada
pembentukan penyisihan umum dan penyisihan khusus sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia mengenai penilaian
kualitas aset bank umum. Sesuai dengan SE-BI tersebut ketentuan transisi penurunan nilai atas pinjaman yang
diberikan secara kolektif dapat diterapkan paling lambat sampai dengan tanggal 31 Desember 2011.
Kurang lancar 15%
Bank menggunakan statistical model analysis method, yaitu roll rates analysis method dan migration analysis method
untuk penilaian penurunan nilai aset keuangan secara kolektif dengan menggunakan data historis minimal 3 (tiga)
tahun.
Macet 100%
Cadangan kolektif untuk pinjaman yang diberikan yang dikelompokkan sebagai kredit dalam perhatian khusus, kurang
lancar, diragukan dan macet dihitung setelah dikurangi dengan nilai agunan yang diperkenankan sesuai dengan
ketentuan Bank Indonesia. Perhitungan cadangan kerugian penurunan nilai berdasarkan nilai tercatat (biaya
perolehan diamortisasi).
Klasifikasi
Lancar*) 1%
Diragukan 50%
Dalam perhatian khusus 5%
20
PT. BANK SULTENG
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (Lanjutan)
i. Cadangan Kerugian Penurunan Nilai Aset Keuangan (Lanjutan)
1) Aset keuangan yang dicatat berdasarkan biaya perolehan diamortisasi (lanjutan)
Perhitungan penurunan nilai secara kolektif (lanjutan)
2) Aset keuangan tersedia untuk dijual
j. Giro pada Bank Indonesia
Sebagai panduan praktis, Bank dapat mengukur penurunan nilai berdasarkan nilai wajar instrumen dengan
menggunakan harga pasar yang dapat diobservasi. Kerugian yang terjadi diakui pada laporan laba rugi dan dicatat
pada akun cadangan kerugian penurunan nilai sebagai pengurangan terhadap aset keuangan yang dicatat pada akun
cadangan kerugian penurunan nilai sebagai pengurang terhadap aset keuangan yang dicatat pada biaya perolehan
diamortisasi. Pendapatan bunga atas aset keuangan yang mengalami penurunan nilai tetap diakui atas dasar suku
bunga yang digunakan untuk mendiskonto arus kas masa depan dalam mengukur kerugian penurunan nilai. Ketika
peristiwa yang terjadi setelah penurunan nilai menyebabkan jumlah kerugian penurunan nilai berkurang, kerugian
penurunan nilai yang sebelumnya diakui harus dipulihkan dan pemulihan tersebut diakui pada laporan laba rugi.
Pada setiap tanggal pelaporan Bank mengevaluasi apakah terdapat bukti yang obyektif bahwa aset keuangan atau
kelompok aset keuangan mengalami penurunan nilai. Penurunan yang signifikan atau penurunan jangka panjang atas
nilai wajar dan investasi dalam instrumen hutang di bawah biaya perolehannya merupakan bukti obyektif terjadinya
penurunan nilai dan menyebabkan pengakuan kerugian penurunan nilai. Ketika terdapat bukti tersebut di atas, untuk
aset yang tersedia untuk dijual, kerugian kumulatif diukur sebesar selisih antara nilai wajar kini dan nilai tercatatnya
(biaya perolehan dikurangi kerugian penurunan nilai aset keuangan yang sebelumnya telah diakui). Jumlah tersebut
dikeluarkan dari ekuitas dan diakui pada laporan laba rugi komprehensif sebagai pendapatan komprehensif lainnya.
Jika pada periode berikutnya, nilai wajar instrumen hutang yang diklasifikasikan dalam kelompok tersedia untuk dijual
meningkat dan peningkatan tersebut dapat secara obyektif dihubungkan dengan peristiwa yang terjadi setelah
pengakuan kerugian penurunan nilai pada laporan laba rugi, maka kerugian penurunan nilai tersebut harus dipulihkan
melalui laporan laba rugi komprehensif.
Pada tanggal 4 Oktober 2010, Bank Indonesia mengeluarkan peraturan No. 12/19/PB1/2010 tentang Giro Wajib Minimum
(GWM) Bank Umum pada Bank Indonesia dalam Rupiah dan Valuta Asing. Peraturan ini berlaku efektif mulai tanggal 1
November 2010. Berdasarkan peraturan tersebut besaran GWM primer sebagaimana tercantum pada peraturan Bank
Indonesia sebelumnya yang sebesar 5,00% berubah menjadi 8,00%.
Giro pada Bank Indonesia dan bank lain dinyatakan sebesar biaya perolehan diamortisasi menggunakan metode suku bunga
efektif dikurangi penyisihan kerugian penurunan nilai. Giro pada Bank Indonesia dan bank lain diklasifikasikan sebagai kredit
yang diberikan dan piutang.
21
PT. BANK SULTENG
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (Lanjutan)
j. Giro pada Bank Indonesia (Lanjutan)
- Batas bawah LDR Target sebesar 78,00% (tujuh puluh delapan persen).
- Batas atas LDR Target sebesar 100,00% (seratus persen).
- KPMM Insentif sebesar 14,00% (empat belas persen).
- Parameter Disinsentif Bawah sebesar 0,1 (nol koma satu).
- Parameter Disinsentif Atas sebesar 0,2 (nol koma dua).
k. Penempatan pada Bank Indonesia dan Bank Lain
l. Kas dan Setara Kas
m. Aset Tetap
Sedangkan GWM sekunder masih sebesar 2,50%. Ketentuan lain yang terdapat pada Peraturan Bank Indonesia (PBI)
tersebut ialah diberlakukannya GWM LDR dalam rupiah yaitu besaran perhitungan antara Parameter Disinsentif Bawah atau
Parameter Disinsentif Atas dengan selisih antara LDR Bank dan LDR Target dengan memperhatikan selisih antara KPMM
bank dan KPMM Insentif. Besaran Parameter yang akan digunakan dalam perhitungan GWM LDR dalam rupiah ditetapkan
sebagai berikut:
Sesuai dengan PBI No. 6/15/PBI/2004 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum Pada Bank Indonesia Dalam Rupiah dan
Valuta Asing ditetapkan bahwa bank diwajibkan untuk memelihara simpanan minimum dalam bentuk saldo rekening giro pada
Bank Indonesia yang besarnya ditetapkan oleh Bank Indonesia sebesar persentase tertentu dari DPK.
Penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain dinyatakan sebesar biaya perolehan diamortisasi menggunakan metode suku
bunga efektif dikurangi penyisihan kerugian penurunan nilai. Penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain diklasifikasikan
sebagai kredit yang diberikan dan piutang.
Kas dan setara kas mencakup kas, giro pada Bank Indonesia, giro pada bank lain, simpanan yang sewaktu-waktu dicairkan,
dan investasi jangka pendek likuid lainnya dengan jangka waktu jatuh tempo tiga bulan atau kurang.
Giro pada Bank Indonesia dan bank lain disajikan sebesar nilai nominal atau nilai saldo bruto, dikurangi dengan cadangan
kerugian penurunan nilai, jika diperlukan.
Aset tetap, kecuali tanah, dinyatakan sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan penyisihan penurunan
nilai. Biaya perolehan termasuk biaya penggantian bagian aset tetap saat biaya tersebut terjadi, jika memenuhi kriteria
pengakuan aset tetap. Selanjutnya, pada saat inspeksi yang signifikan dilakukan, biaya inspeksi itu diakui ke dalam jumlah
tercatat (carrying amount) aset tetap sebagai suatu penggantian jika memenuhi criteria pengakuan. Semua biaya
pemeliharaan dan perbaikan yang tidak memenuhi criteria pengakuan diakui dalam laporan laba rugi pada saat terjadinya.
Perangkat lunak diakui sebagai aset tidak berwujud.
22
PT. BANK SULTENG
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (Lanjutan)
m. Aset Tetap (lanjutan)
Apabila aset tetap tidak digunakan lagi atau dijual, maka nilai perolehan dan akumulasi penyusutannya dihapuskan dari akun
tersebut. Keuntungan atau kerugian yang terjadi diakui dalam laporan laba rugi komprehensif.
Kelompok III
Metode penyusutan, umur manfaat dan nilai sisa tetap ditelaah minimal setiap akhir tahun dan dilakukan penyesuaian
terhadap beban penyusutan tahun berjalan.
16 Tahun
Biaya pemeliharaan dan perbaikan dicatat sebagai beban pada saat terjadinya. Pengeluaran yang memperpanjang masa
manfaat dikapitalisasi dan disusutkan. Aset tetap yang sudah tidak digunakan lagi atau yang telah dijual dikeluarkan dari
kelompok aset tetap yang bersangkutan, dan atas laba atau rugi yang diperoleh/diderita dilaporkan dalam laporan laba rugi
tahun yang bersangkutan.
Jumlah tercatat aset tetap dihentikan pengakuannya pada saat dilepaskan atau saat tidak ada manfaat ekonomis masa depan
yang diharapkan dari penggunaan atau pelepasan-nya. Laba atau rugi yang timbul dari penghentian pengakuan (dihitung
sebagai perbedaan antara jumlah neto hasil pelepasan dan jumlah tercatat dari aset) dimasukkan dalam laporan laba rugi
komprehensif pada tahun aset tersebut dihentikan pengakuannya.
Sesuai dengan PSAK No. 47, "Akuntansi Tanah", semua biaya dan beban yang terjadi sehubungan dengan perolehan hak
atas tanah, antara lain, biaya perizinan, biaya dan pengukuran lokasi, biaya dan pajak-pajak yang berhubungan dengan hal
tersebut, ditangguhkan dan disajikan secara terpisah dari biaya perolehan hak atas tanah yang ditangguhkan tersebut
disajikan sebagai bagian dari akun "Aset Lain-Lain" dalam laporan posisi keuangan, dan diamortisasi selama masa manfaat
hak atas tanah yang bersangkutan dengan menggunakan metode garis lurus.
Selain itu, PSAK No. 47 juga menyatakan bahwa hak atas tanah tidak diamortisasi kecuali memenuhi kondisi-kondisi tersebut
yang telah ditentukan.
10%
Apabila nilai tercatat aset lebih besar dari nilai yang dapat diperoleh kembali, nilai tercatat aset diturunkan menjadi sebesar
nilai yang dapat diperoleh kembali, yang ditentukan sebagai nilai tertinggi antara harga jual neto dan nilai yang dipakai.
12,50%
Kelompok IV 20 Tahun
Kelompok II 8 Tahun 25%
Bukan Bangunan
Kelompok I
Bangunan Non Permanen
4 Tahun 50%
Bangunan
Masa Manfaat
Bangunan Permanen 2 Tahun 5%
Aset tetap dalam bentuk bangunan disusutkan dengan menggunakan metode Garis Lurus (Straight Line Method), sedangkan
aset tetap lainnya disusutkan dengan menggunakan metode Saldo Menurun Berganda (Double Declining Method) sesuai
dengan taksiran masa manfaat yang dihitung berdasarkan manfaat ekonomis aset tetap tersebut dengan uraian sebagai
berikut:
Aset Tetap
10 Tahun 10%
Tarif
23
PT. BANK SULTENG
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (Lanjutan)
m. Aset Tetap (lanjutan)
n. Aset Lain-lain
o. Penurunan Nilai Aset Non-Keuangan, serta Komitmen dan Kontijensi
Sesuai dengan Surat Edaran Bank Indonesia (SE-BI) No. 13/658/DPNP/DPNP tanggal 23 Desember 2011, Bank tidak
diwajibkan lagi untuk membentuk penyisihan kerugian penurunan nilai atas aset non produktif dan transaksi rekening
administratif (komitmen dan kontinjensi), namun Bank tetap harus menghitung penyisihan kerugian penurunan nilai mengacu
pada standar akuntansi yang berlaku.
AYDA dan properti terbengkalai disajikan sebesar nilai bersih yang dapat direalisasi (net realizable value). Nilai bersih yang
dapat direalisasi adalah nilai wajar agunan yang diambil alih dikurangi dengan estimasi biaya untuk menjual AYDA tersebut.
Apabila saldo kredit yang diberikan yang belum dilunasi oleh peminjam di atas nilai dari AYDA, selisihnya dibebankan terhadap
cadangan kerugian penurunan nilai kredit yang diberikan.
Selisih antara nilai bersih yang dapat direalisasi dengan hasil penjualan AYDA diakui sebagai keuntungan atau kerugian tahun
berjalan pada saat dijual.
Berdasarkan PSAK No. 16 (Revisi 2011), "Aset Tetap", Bank memilih untuk menggunakan metode biaya untuk mengukur
aset tetapnya.
Pada setiap tanggal pelaporan, Bank melakukan penelaahan untuk memutuskan apakah terdapat indikasi penurunan nilai
sebagaimana dijelaskan dalam Catatan No. 2o
Akumulasi biaya konstruksi aset tetap dikapitalisasi sebagai dalam penyelesaian. Biaya tersebut direklasifikasi ke aset tetap
pada saat proses konstruksi selesai dan aset tetap siap untuk digunakan. Penyusutan mulai dibebankan pada tanggal yang
sama.
Beban-beban yang berkaitan dengan pemeliharaan AYDA dan properti terbengkalai dibebankan ke laporan Iaba rugi tahun
berjalan pada saat terjadinya. Bila terjadi penurunan nilai yang bersifat permanen, maka nilai tercatatnya dikurangi untuk
mengakui penurunan tersebut dan kerugiannya dibebankan pada laporan laba rugi tahun berjalan.
Aset lain-lain antara lain terdiri dan pendapatan bunga tagihan, uang muka pajak, biaya dibayar dimuka, agunan yang diambil
alih, rekening antar kantor dan lain-lain.
Agunan yang diambil alih (AYDA) adalah aset yang diperoleh Bank baik melalui pelelangan maupun di luar pelelangan
berdasarkan penyerahan secara sukarela oleh pemilik agunan atau berdasarkan kuasa untuk menjual di luar lelang dan
pemilik agunan dalam hal, debitur tidak memenuhi kewajibannya kepada Bank. AYDA merupakan jaminan kredit yang
diberikan yang telah diambil alih sebagai bagian dan penyelesaian kredit yang diberikan dan disajikan pada "Aset Lain-Lain".
Aset yang tidak digunakan (properti terbengkalai) adalah aset tetap dalam bentuk properti yang dimiliki Indonesia tetapi tidak
digunakan untuk kegiatan usaha operasional Bank.
24
PT. BANK SULTENG
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (Lanjutan)
o. Penurunan Nilai Aset Non-Keuangan, serta Komitmen dan Kontijensi (Lanjutan)
p. Liabilitas Segera
q. Simpanan Nasabah
Pendapatan dan beban bunga diakui pada laporan laba rugi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Suku bunga
efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi pembayaran atau penerimaan kas di masa datang
selama perkiraan umur dari aset keuangan atau liabilitas keuangan (atau, jika lebih cepat, digunakan periode yang lebih
singkat) untuk memperoleh nilai tercatat bersih dari aset keuangan atau liabilitas keuangan.
Simpanan nasabah diklasifikasikan sebagai liabilitas keuangan dan diukur pada biaya perolehan diamortisasi menggunakan
suku bunga efektif kecuali simpanan yang dinyatakan sebesar kewajiban Bank kepada nasabah. Biaya tambahan yang dapat
diatribusikan secara langsung dengan perolehan simpanan nasabah dikurangkan dari jumlah simpanan yang diterima.
Pada saat menghitung suku bunga efektif, Bank mengestimasi arus kas di masa datang dengan mempertimbangkan seluruh
persyaratan kontraktual dalam instrumen keuangan tersebut, tetapi tidak mempertimbangkan kerugian kredit di masa
mendatang. Perhitungan ini mencakup seluruh komisi, provisi, dan bentuk lain yang diterima oleh para pihak dalam kontrak
yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suku bunga efektif, biaya transaksi, dan seluruh premi atau diskon
lainnya.
Perhitungan penyisihan kerugian penurunan nilai mengacu kepada PSAK No. 57 (Revisi 2009) "Provisi, Liabilitas Kontinjensi,
dan Aset Kontinjensi" dan PSAK No. 48 (Revisi 2009) "Penurunan Nilai Aset".
Liabilitas segera dicatat pada saat timbulnya liabilitas atau diterima perintah dari pemberi amanat, baik dari masyarakat
maupun dari bank lain. Liabilitas segera dicatat berdasarkan biaya perolehan diamortisasi.
Perubahan metode penentuan penyisihan kerugian penurunan nilai di atas merupakan perubahan kebijakan akuntansi yang
seharusnya diterapkan secara retrospektif dengan melakukan penyajian kembali laba rugi komprehensif tahun-tahun
sebelumnya. Namun karena dampak dari perubahan kebijakan akuntansi tersebut tidak material terhadap laba rugi tahun-
tahun sebelumnya, maka tidak dilakukan penyajian kembali dan dampak perubahan tersebut diakui dalam laporan laba rugi
komprehensif.
Tabungan merupakan simpanan nasabah yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati.
Deposito berjangka merupakan simpanan nasabah yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu, sesuai
dengan perjanjian dengan penyimpan.
Giro merupakan simpanan nasabah yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran, yang penarikannya dapat dilakukan
setiap saat melalui cek, atau dengan cara pemindahbukuan dengan bilyet giro atau sarana perintah pembayaran lainnya.
Sebelum SE-BI tersebut dikeluarkan, Bank menentukan penyisihan kerugian penurunan nilai aset non produktif dan komitmen
dan kontinjensi yang memiliki risiko kredit berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 7/2/PBI/2005 tanggal 20 Januari 2005
dan sesuai dengan Surat Bank Indonesia No. 12/516/DPNP/DPnP, tanggal 21 September 2010.
25
PT. BANK SULTENG
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (Lanjutan)
q. Simpanan Nasabah (Lanjutan)
r. Pendapatan dan Beban Bunga
s. Pendapatan Provisi dan Komisi
t. Perpajakan
Jika aset keuangan atau kelompok aset keuangan serupa telah diturunkan nilainya sebagai akibat kerugian penurunan nilai,
maka pendapatan bunga yang diperoleh setelahnya diakui berdasarkan suku bunga efektif awal.
Aset pajak tangguhan diakui apabila besar kemungkinan bahwa jumlah laba fiskal pada masa mendatang akan memadai
untuk dapat dikompensasi.
Pendapatan dan beban bunga diakui pada laporan laba rugi dengan menggunakan metode suku bunga efektif. Suku bunga
efektif adalah suku bunga yang secara tepat mendiskontokan estimasi pembayaran atau penerimaan kas di masa datang
selama perkiraan umur dari aset keuangan atau liabilitas keuangan (atau, jika lebih cepat, digunakan periode yang lebih
singkat) untuk memperoleh nilai tercatat bersih dari aset keuangan atau liabilitas keuangan.
Jika aset keuangan atau kelompok aset keuangan serupa telah diturunkan nilainya sebagai akibat kerugian penurunan nilai,
maka pendapatan bunga yang diperoleh setelahnya diakui berdasarkan suku bunga efektif awal.
Pada saat menghitung suku bunga efektif, Bank mengestimasi arus kas di masa datang dengan mempertimbangkan seluruh
persyaratan kontraktual dalam instrumen keuangan tersebut, tetapi tidak mempertimbangkan kerugian kredit di masa
mendatang. Perhitungan ini mencakup seluruh komisi, provisi, dan bentuk lain yang diterima oleh para pihak dalam kontrak
yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suku bunga efektif, biaya transaksi, dan seluruh premi atau diskon
lainnya.
Sejak tanggal 1 Januari 2010, pendapatan provisi dan komisi yang berkaitan dengan kredit diakui sebagai bagian dari
pendapatan bunga.
Pendapatan provisi dan komisi yang berkaitan langsung dengan kegiatan pinjaman, atau pendapatan provisi dan komisi yang
berhubungan dengan jangka waktu tertentu, diamortisasi sesuai dengan jangka waktu kontrak menggunakan suku bunga
efektif sejak 1 Januari 2010. Untuk pinjaman yang dilunasi sebelum jatuh tempo, saldo pendapatan provisi dan komisi yang
ditangguhkan, diakui pada saat pinjaman dilunasi.
Koreksi terhadap kewajiban perpajakan diakui saat surat ketetapan pajak diterima, atau jika mengajukan keberatan
ditangguhkan pada saat keputusan atas keberatan tersebut telah ditetapkan.
Semua perbedaan temporer antara jumlah tercatat aset dan kewajiban untuk tujuan pelaporan keuangan dengan dasar
pengenaan pajaknya, diakui sebagai pajak tangguhan dengan metode liabilitas (liability method).
Pajak penghasilan tangguhan ditentukan dengan menggunakan tarif pajak yang telah diberlakukan atau secara substansi
telah diberlakukan pada tanggal pelaporan dan diharapkan berlaku pada saat aset pajak tangguhan direalisasi atau liabilitas
pajak tangguhan diselesaikan.
26
PT. BANK SULTENG
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (Lanjutan)
u. Kredit yang diberikan
Restrukturisasi kredit meliputi adanya perpanjangan jangka waktu pembayaran dan ketentuan kredit yang baru.
v. Imbalan Kerja
Sumber dana pensiun dan tunjangan hari tua dipungut dari:
Dana Pensiun Tunjangan Hari Tua
- Iuran wajib Bank sebesar 17,5% dari gaji - Iuran wajib bank sebesar 15,00% dari gaji pokok
- Iuran peserta sebesar 5% dari gaji - Iuran peserta sebesar 5,00% dari gaji pokok
- Iuran tambahan
Saat persyaratan kredit telah dinegosiasi ulang atau dimodifikasi (kredit restrukturisasi), penurunan nilai yang ada diukur
dengan menggunakan suku bunga efektif awal, yang digunakan sebelum persyaratan diubah dan kredit tidak lagi
diperhitungkan sebagai menunggak. Manajemen secara berkelanjutan mereview kredit yang dinegosiasi ulang untuk
meyakinkan terpenuhinya seluruh kriteria dan pembayaran di masa depan. Kredit terus menjadi subjek penilaian penurunan
nilai individual atau kolektif, dihitung dengan menggunakan suku bunga efektif awal.
Kredit dapat dihapusbukukan ketika tidak terdapat prospek yang realistis mengenai pengembalian kredit atau hubungan
antara Bank dan debitur telah berakhir. Kredit yang tidak dapat dilunasi dihapusbukukan dengan mendebit penyisihan
kerugian penurunan nilai. Jumlah yang dihapusbuku sebesar selisih kurang antara nilai wajar agunan yang diambil alih setelah
memperhitungkan taksiran biaya penjualan dengan nilai tercatat kredit.
Beban pendanaan program pensiun meliputi beban jasa kini, beban amortisasi beban jasa lalu, dan beban amortisasi koreksi
perhitungan aktuaria.
Mengacu pada PSAK No. 24 (Revisi 2004) yang mulai diterapkan pada tahun buku 2005, beban pendanaan program pensiun
dihitung berdasarkan perhitungan aktuaria dengan menggunakan metode "Projected Unit Credit" dan menggunakan tingkat
diskonto suku bunga obligasi Pemerintah yang berlaku pada tanggal neraca.
PT Bank Sulteng menyelenggarakan program dana pensiun dan tunjangan hari tua untuk seluruh karyawan. Program dana
pensiun dan tunjangan hari tua ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan (SK) Direksi No. 01/SK/BPD-ST/1997 tanggal 20
Januari 1997, dan SK Direksi No. 33/SK/BPD-ST/1996 tanggal 1 Desember 1996, dan telah disahkan oleh Menteri Keuangan
Republik Indonesia No. KEP-065/KM.17/1997 tanggal 17 Maret 1997 dan telah diubah berdasarkan SK Direksi No.
48/SK/BPD-ST/2006 tanggal 30 Juni 2006 dan telah disahkan oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia No. KEP-
212/KM.10/2007 tanggal 22 November 2007.
Pelunasan kemudian atau penggantian asuransi atas kredit hapusbuku dikreditkan ke dalam cadangan kerugian penurunan
nilai kredit di Laporan Posisi Keuangan.
Kredit yang diberikan pada awalnya diukur pada nilai wajar ditambah dengan biaya transaksi yang dapat diatribusikan secara
langsung dan merupakan biaya tambahan untuk memperoleh aset keuangan tersebut, dan setelah pengakuan awal diukur
pada biaya perolehan diamortisasi menggunakan metode suku bunga efektif, dikurangi dengan penyisihan kerugian
penurunan nilai. Kredit yang diberikan diklasifikasikan sebagai kredit yang diberikan dan piutang.
27
PT. BANK SULTENG
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
2. IKHTISAR KEBIJAKAN AKUNTANSI YANG SIGNIFIKAN (Lanjutan)
w. Penetapan Penggunaan Laba Bersih
Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham, laba bersih tahun 2011 dan 2010 dibagi sebagai berikut:
Dividen untuk pemegang saham
Cadangan
3. KAS
Saldo kas PT. Bank Sulteng adalah sebagai berikut:
Cabang Utama
Cabang Toli-toli
Cabang Luwuk
Cabang Poso
Cabang Buol
Cabang Parigi
Cabang Bungku
Cabang Salakan
Cabang Pembantu Donggala
Cabang Pembantu Morowali
Cabang Pembantu Bangkep
Cabang Pembantu Ampana
Cabang Pembantu Paleleh
Kas Dalam Perjalanan
Jumlah
Saldo kas terdiri atas:
Kas Besar
Kas Head Teller
Kas Teller
Kas ATM
Kas Dalam Perjalanan
Jumlah
32,50%
2012
19.850.398.088
Selanjutnya, dividen dibagikan kepada Pemerintah Provinsi, Kabupaten dan Kota se-Sulawesi Tengah yang merupakan
pemegang saham menurut perbandingan besarnya modal yang disetor sampai dengan akhir tahun buku yang bersangkutan.
20102011
65% 67,50%
20%
3.967.785.700 5.096.739.655
7.031.829.000 811.707.000
2.951.069.913
4.403.376.500 1.905.217.800
14.611.142.850
16.059.508.200
2011
7.025.069.000 1.153.438.900
3.979.528.000
47.083.680.400
2012 2011
100.389.098.523 78.626.522.543
13.000.000.000
3.351.851.700
-
248.856.800 207.007.800
6.678.444.523
29.658.873.000
990.176.050 1.640.167.700
1.810.315.350 4.701.301.025
2.525.903.850
-
1.962.462.150
1.498.455
11.315.509.450
32.990.500 871.176.450
81.127.690.323 42.866.376.000
- 13.000.000.000
100.389.098.523 78.626.522.543
3.201.900.000 2.908.250.000
28
PT. BANK SULTENG
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
4. GIRO PADA BANK INDONESIA
Saldo Giro Pada Bank Indonesia PT. Bank Sulteng adalah sebagai berikut:
Rupiah
Dollar
Jumlah
Rasio Giro Wajib Minimum pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011 masing-masing sebesar:
GWM Primer
GWM LDR
5. GIRO PADA BANK LAIN
Saldo Giro Pada Bank Lain PT. Bank Sulteng adalah sebagai berikut:
a. Berdasarkan jenis penempatan
Bank Pemerintah
Bank BNI
Bank BNI Syariah
Bank BRI
Bank Mandiri
Bank Syariah Mandiri
Bank BTN
Jumlah
Bank Pembangunan Daerah
Bank DKI
Bank BPD Sulselbar
Jumlah
8%
2011
94.258.917.877
2011
- -
94.258.917.877 103.544.256.655
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 10/19/PBI/2008 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum pada Bank Indonesia
dalam Rupiah dan Valuta Asing, sebagaimana telah diperbaharui dengan PBI No. 12/19/PBI/2010 berlaku pada tanggal 1
November 2010, pemenuhan Giro Wajib Minimum Bank Umum (GWM) dalam Rupiah dilakukan dalam tiga bentuk yaitu GWM
Utama sebesar 8,00%, GWM Sekunder sebesar 2,50% dari rata-rata Dana Pihak Ketiga dan GWM LDR berdasarkan selisih
antara LDR yang dimiliki oleh Bank dengan LDR Target 78,00% untuk batas bawah dan 100,00% untuk batas atas. Perhitungan
GWM juga menggunakan parameter disinsentif sebesar 0,1 untuk GWM LDR kurang dari batas bawah LDR target dan 0,2 untuk
GWM LDR lebih dari batas atas GWM target.
2012 2011
2012
505.445.803
677.709.358 1.781.268.495
10.662.503.346 5.289.583.874
0,255% 1,18%
2012
8%
8.756.220.173
601.523.599 -
2.535.966.743
103.544.256.655
526.606.126 1.141.920.057
107.210.420 38.001.944
15.111.519.592
15.780.143 15.780.143
76.624.398 76.624.398
92.404.541 92.404.541
29
PT. BANK SULTENG
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
5. GIRO PADA BANK LAIN (Lanjutan)
Bank Swasta
Bank Danamon
Bank BII
Bank Mega
Bank Panin
Bank Muamalat
Jumlah
Jumlah Giro pada Bank Lain
b. Berdasarkan kolektibilitas
Seluruh giro pada bank lain ditempatkan pada pihak ketiga digolongkan Lancar.
6. PENEMPATAN PADA BANK INDONESIA DAN BANK LAIN
Saldo Penempatan Pada Bank Indonesia dan Bank Lain PT. Bank Sulteng adalah sebagai berikut:
a. Berdasarkan jenis pendapatan
Call Money FASBI
Call Money
Deposit on Call dan Deposito Berjangka
Jumlah
b. Berdasarkan penerbit
Bank Indonesia
Bank Umum
Call Money
Bank NTT
Bank Lampung
Bank Maluku
Jumlah
2012 2011
2.017.039.088 517.895.906
1.292.212.193 999.760.299
581.792.581 582.553.397
48.365.833 48.197.526
223.139.023 710.357.403
4.162.548.718 2.858.764.531
101.500.000.000 150.200.000.000
318.462.909.495 370.684.318.381
19.366.472.851 11.707.389.245
Suku bunga efektif rata-rata tertimbang setahun untuk tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011 adalah
1%.
166.962.909.495 125.484.318.381
2012 2011
166.962.909.495 125.484.318.381
50.000.000.000 95.000.000.000
2012 2011
- 25.000.000.000
- 50.000.000.000
50.000.000.000 20.000.000.000
50.000.000.000 95.000.000.000
30
PT. BANK SULTENG
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
6. PENEMPATAN PADA BANK INDONESIA DAN BANK LAIN (Lanjutan)
Deposit on Call & Deposito Berjangka
Bank Mandiri
Bank BTN
Bank Syariah Mandiri
Bank Panin
Bank BNI Syariah
Bank Danamon
Bank Muamalat
Jumlah
Jumlah Penempatan Pada Bank Indonesia dan Bank Lain
7. EFEK-EFEK
a. Berdasarkan Jenis
Dimiliki Hingga Jatuh Tempo
Sertifikat Bank Indonesia
Dikurangi diskonto yang belum diamortisasi
Jumlah
Penyisihan Kerugian
Jumlah Bersih
Terdiri dari:
Pihak berelasi
Pihak ketiga
Jumlah
b. Berdasarkan kolektibilitas
c. Tingkat suku bunga
Tingkat suku bunga untuk efek-efek pada tahun 2012 dan 2011 adalah sebesar 4,69% dan 7,17%.
3.500.000.000 4.500.000.000
9.500.000.000 4.000.000.000
2012 2011
29.000.000.000 32.250.000.000
Efek-efek yang dimiliki oleh PT Bank Sulteng per 31 Desember 2012 dan 2011 adalah berupa Sertifikat Bank Indonesia yang
dikategorikan sebagai efek yang dimiliki hingga jatuh tempo (held to maturity), dengan rincian sebagai berikut:
16.500.000.000 109.450.000.000
101.500.000.000 150.200.000.000
318.462.909.495 370.684.318.381
68.299.022.968 34.735.545.708
10.000.000.000 -
3.000.000.000 -
30.000.000.000 -
Manajemen tidak membentuk penyisihan kerugian penurunan nilai atas penempatan pda Bank Indonesia dan bank lain karena
seluruh penempatan tersebut digolongkan Lancar.
Pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011, tidak terdapat penempatan pada Bank Indonesia dan bank lain yang digunakan
sebagai jaminan.
- -
2012 2011
70.000.000.000 35.000.000.000
(1.700.977.032) (264.454.292)
Seluruh ekef-efek pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011 digolongkan Lancar, dan tidak terdapat inikasi penurunan nilai
atas efek-efek tersebut.
- -
68.299.022.968 34.735.545.708
70.000.000.000 35.000.000.000
70.000.000.000 35.000.000.000
31
PT. BANK SULTENG
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
7. EFEK-EFEK (Lanjutan)
8. KREDIT YANG DIBERIKAN
Kredit yang diberikan dielaskan berdsarkan jenis kredit, sektor ekonomi, dan kolektabilitas sebagai berikut:
a. Berdasarkan Jenis
Kredit Yang Diberikan
Kredit Modal Kerja
Kredit Investasi
Kredit Pegawai Jangka Pendek
Kredit Pegawai Jangka Panjang
Kredit Pegawai Bank Sulteng
Jumlah
Penyisihan Kerugian
Jumlah Bersih
Terdiri dari:
Pihak berelasi
Pihak ketiga
Jumlah
b. Berdasarkan sektor ekonomi
Pertanian
Pertambangan
Perindustrian
Perdagangan/Restoran & Hotel
Listrik, gas, dan air
Konstruksi
Pengangkutan
Jasa dunia usaha
Jasa-jasa sosial masyarakat
Lain-lain
Jumlah
Penyisihan Kerugian
Jumlah Bersih
Berdasarkan Peraturan Bank Indonesia No. 10/19/PBI/2008 tentang Giro Wajib Minimum Bank Umum pada Bank Indonesia
Dalam Rupiah dan Valuta Asing, sebagaimana telah diperbaharui dengan PBI No. 10/25/PBI/2008, mulai tanggal 24 Oktober
2009 Bank diwajibkan memenuhi GWM Sekunder sebesar 2,50% dari rata-rata Dana Pihak ketiga. GWM sekunder yang wajib
ditempatkan dalam bentuk SBI atau SUN pada posisi 31 Desember 2011 adalah sebesar Rp26.156.450.000. Jumlah tersebut
mencerminkan 2,50% dari saldo rata-rata dana pihak ketiga selama periode perhitungan untuk posisi 31 Desember 2011.
(39.143.843.407) (46.059.620.579)
715.034.135.188 519.782.625.638
518.181.244 334.058.400
638.053.457.447 453.560.274.780
31.437.947.721 29.164.149.117
754.177.978.595 565.842.246.217
519.782.625.638
Dari jumlah di atas, kredit yang diberikan kepada pihak yang berelasi per 31 Desember 2012 dan 2011 adalah kredit yang
diberikan kepada para karyawan kunci meliputi Direksi, Komisaris, pemegang saham pengendali dan keluarga.
2012 2011
80.805.506.782 78.831.082.181
3.362.885.401 3.952.681.738
49.020.329.860
20.000.004 30.000.000
2012 2011
5.719.876.809 668.311.266
748.458.101.786 519.114.314.372
754.177.978.595
483.058.482.296
2012 2011
7.188.045.874 8.028.677.501
46.208.359 144.416.677
3.691.481.935 3.211.759.365
49.744.334.721
12.236.494.168 14.248.708.900
1.052.727.453 1.242.104.624
10.254.406.548 6.857.766.994
- -
669.944.279.533
754.177.978.595 565.842.246.217
(39.143.843.407) (46.059.620.579)
715.034.135.188 519.782.625.638
32
PT. BANK SULTENG
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
8. KREDIT YANG DIBERIKAN (Lanjutan)
c. Berdasarkan Kolektabilitas Bank Indonesia
Lancar
Perhatian Khusus
Kurang Lancar
Diragukan
Macet
Jumlah
Penyisihan Kerugian
Jumlah Bersih
d. Matriks kredit yang diberikan berdasarkan sektor ekonomi dan kolektabilitas bank indonesia
2011
1.883.820.623
2012
65.095.198
32.105.439.557 39.131.879.204
708.894.391.588 509.165.376.823
11.370.299.064 14.550.467.378
884.761.367 1.110.702.189
923.087.019
2012Perhatian Khusus Kurang Lancar Diragukan Macet Penyisihan Jumlah Bersih
754.177.978.595 565.842.246.217
(39.143.843.407) (46.059.620.579)
715.034.135.188 519.782.625.638
9.281.532.212 2.954.961.956
23.291.518 22.916.841
-
3.015.932.768
Sektor Ekonomi Lancar
Pertanian 5.208.477.574 609.189.750
722.314.990
-
73.214.702
Perdagangan/Restoran & Hotel 20.000.004
Listrik, gas, dan air 6.474.828.625 5.007.159.590
Perindustrian 2.399.641.943 275.492.436 -
-
9.202.672.662
Pertambangan 8.708.350 10.833.341 - - 26.666.668
Konstruksi 36.142.310.863
5.938.691.615
Jumlah 708.894.391.589 11.370.299.064
357.104.784 353.501.963 9.875.484.344 8.940.246.135 40.804.088.587
Pengangkutan
Pertanian 5.245.528.028 648.327.384 59.667.367 157.981.182 1.917.173.540
652.885.958.642
Jasa-jasa sosial masyarakat - - - - - - -
649.424.976.087 6.109.026.669 404.184.246 483.823.186 13.522.269.344 17.058.320.890
1.003.992.859 2.207.766.506 Perindustrian
Pertambangan 117.750.009 - -
4.678.087.899 552.035.218
1.566.726.396 597.245.361 36.976.393 115.788.693
32.190.963 -
26.666.668 - 14.510.834
2.089.985.886
884.761.366 919.087.019
- 453.016.869
- - - 253.480 19.746.524
Penyisihan Jumlah Bersih
2011
1.016.347.556 936.215.531 2.755.266.404
129.905.843
6.101.589.438
300.000 29.700.000
721.552.835.592
1.051.733.886
1.228.068.650 1.289.846.017 5.894.199.857
6.207.520.633 8.041.188.266
895.022.522
32.621.143.003
Lain-lain
387.688.804 854.415.820 137.813.150 - - 373.490.133
- -
32.105.439.557
Sektor Ekonomi Lancar Perhatian Khusus Kurang Lancar Diragukan Macet
366.273.590 686.453.863
Jasa dunia usaha 8.654.213.172 589.033.497 18.066.671 16.666.672 976.426.536
561.234.971 38.475.613
462.023.211
Jasa dunia usaha 4.265.014.957
Jasa-jasa sosial masyarakat - - -
Lain-lain 460.351.094.943 7.145.715.765
-
46.059.620.579 519.782.625.637
581.913.524 13.997.951.531 14.897.721.388 34.122.608.472
- -
463.310.110.439
Jumlah 509.165.376.823 14.550.467.378 1.110.702.189 1.883.820.622 39.131.879.204
5.148.238.676
Listrik, gas, dan air 7.648.119.461 489.000.000 - 10.000.000
Pengangkutan 730.801.341
Konstruksi 29.210.341.688
854.277.819 - 228.619.881 1.509.854.337 1.709.528.318
Perdagangan/Restoran & Hotel 30.000.000 - -
762.850.674 14.336.797.703 19.748.371.857
-
33
PT. BANK SULTENG
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
8. KREDIT YANG DIBERIKAN (Lanjutan)
e. Perubahan penyisihan kerugian penurunan nilai
Saldo awal
Penghapusbukuan yang dilakukan
Pemulihan selama tahun berjalan
Saldo akhir
f. Informasi lain mengenai kredit yang diberikan
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
46.059.620.579 50.614.481.156
2012 2011
Jumlah tersebut termasuk kredit sebesar Rp 6.886.390.446 yang diberikan tidak sesuai dengan prosedur berlaku pada
Kantor Cabang Pembantu Banggai sebagaimana dijelaskan pada Penjelasan No. 36 tentang Peristiwa Setelah Periode
Pelaporan. Bank telah membentuk Cadangan Kerugian Penurunan Nilai untuk seluruh jumlah kredit tersebut atau
sebesar sebesar Rp 6.886.390.446.
(588.179.733)
(3.966.680.844)
39.143.843.407 46.059.620.579
(8.900.427.643)
1.984.650.471
Tingkat suku bunga per tahun untuk kredit yang diberikan berkisar antara 13,00% sampai dengan 17,50% untuk tahun
2012 dan 2011.
Kredit yang diberikan dijamin dengan agunan tunai (tabungan diblokir dan deposito), tanah, bangunan, kendaraan, serta
agunan lain yang diterima oleh perbankan pada umumnya.
Agunan yang berbentuk tunai telah dilakukan pemblokiran, demikian juga untuk agunan dalam bentuk tanah dan
bangunan telah diikat dengan hak tanggungan dan surat kuasa untuk menjual. Agunan dalam bentuk kendaraan telah
dikuasai BPKB-nya dengan surat kuasa untuk menjual kendaraan tersebut.
Khusus untuk kredit yang diberikan kepada karyawan dan pegawai negeri sipil pusat dan daerah, pada umumnya
merupakan kredit yang dijamin dengan avalis dan dipertanggungkan dengan asuransi jiwa.
Kredit modal kerja dan investasi diberikan kepada debitur untuk kepentingan modal kerja dan pengadaan barang-barang
modalnya.
Dalam laporan Batas Maksimal Pemberian Kredit (BMPK) pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011 kepada Bank
Indonesia, tidak terdapat pemberian kredit yang melampaui ketentuan BMPK bank.
Kredit konsumsi/pegawai terdiri dari kredit pemilikan rumah, kredit pembelian kendaraan bermotor, dan kredit konsumsi
lainnya.
Kredit program Pemerintah yang dananya bersumber dari Kementrian Keuangan Republik Indonesia dan diberikan
kepada pengusaha kecil dan mikro.
Kredit yang diberikan kepada karyawan bank merupakan kredit untuk membeli rumah, kendaraan dan keperluan lainnya
yang dibebani bunga berkisar antara 9,00% sampai dengan 15,00% per tahun dengan jangka waktu kredit berkisar
antara 1 (satu) tahun sampai dengan 15 (lima belas) tahun yang dibayar kembali melalui pemotongan gaji setiap bulan dari
karyawan yang bersangkutan.
Syarat, kondisi dan perlakuan kredit yang diberikan kepada pihak hubungan istimewa sama dengan yang diberikan kepada
pihak ketiga.
34
PT. BANK SULTENG
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
8. KREDIT YANG DIBERIKAN (Lanjutan)
f. Informasi lain mengenai kredit yang diberikan (Lanjutan)
-
-
- Kredit yang dihapusbukukan dan diterima kembali selama tahun 2012 dan 2011 adalah sebagai berikut:
Saldo awal
Penghapusbukuan
Penerimaan kembali
Saldo akhir
- Tidak terdapat kredit yang direstrukturisasi dan kredit sindikasi selama tahun 2012 dan 2011.
-
9. ASET TETAP
Saldo aset tetap per 31 Desember 2012 dan 2011 terdiri dari:
Tanah
Bangunan Kantor
Rumah Dinas
Kendaraan Bermotor
Mesin Kantor
Perabot Kantor
Perabot Rumah Dinas
Jumlah
Aset dalam penyelesaian
Inventaris dalam penyelesaian
Jumlah Harga Perolehan Aset tetap
Akumulasi penyusutan
Jumlah Bersih
588.179.733
Kebijakan pemberian kredit ditetapkan dan dilaksanakan melalui proses analisis kredit yang mengacu pada prinsip kehati-
hatian, kecukupan agunan kredit, asas-asas perkreditan yang sehat, ketentuan BMPK serta pemantauan dan evaluasi.
Persetujuan pemberian kredit dilakukan melalui suatu komite (Komite Kredit) yang melibatkan Analis kredit, Kabag Kredit,
Wakil Pemimpin (untuk KCU), Pemimpin Cabang serta Divisi (untuk kredit yang melebihi wewenang cabang). Pengajuan
persetujuan kepada Komite Kredit dilakukan setelah data dari nasabah sudah diperoleh secara lengkap.
2012 2011
298.796.619 282.807.541
24.796.704.594 25.741.607.574
8.900.427.643
3.930.527.360 3.914.647.360
(1.699.572.187) (1.533.082.713)
31.997.560.050 24.796.704.594
Pada tanggal 31 Desember 2012, rasio NPL-gross dan rasio NPL-net adalah masing-masing sebesar 4.50% dan 1.19%
7,44% dan 0,33% sedangkan pada posisi 31 desember 2011 masing-masing sebesar 7,44% dan 0,33% yang dihitung
berdasarkan Surat Edaran Bank Indonesia No. 13/30/DPNP tanggal 16 Des 2011.
19.411.265.856 9.183.648.723
4.379.500.000 -
2012 2011
1.829.432.954 1.830.102.454
1.897.791.241 1.931.917.241
3.139.000.542 2.961.205.263
13.211.261.112 11.932.945.259
286.483.796 241.513.796
24.593.293.624 23.095.138.915
48.384.059.480 32.278.787.638
(19.204.794.933) (16.923.616.613)
29.179.264.547 15.355.171.025
Aset dalam penyelesaian adalah bangunan gedung kantor pusat dan cabang toli-toli. Bank belum melakukan penyusutan atas
aset dalam penyelesaian sampai aset tersebut siap digunakan.
35
PT. BANK SULTENG
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
9. ASET TETAP (Lanjutan)
Penjelasan atas Aset tetap adalah sebagai berikut:
Tanah 1.830.102.454 - (669.500) - 1.829.432.954
31/12/2012ReklasifikasiPenguranganPenambahan31/12/2011Harga Perolehan
2012
Perumahan Dinas 282.807.541 38.881.500 (57.018.422) 34.126.000 298.796.619
Bangunan Kantor 1.931.917.241 - - (34.126.000) 1.897.791.241
Mesin Kantor 11.932.945.259 1.278.315.853 - - 13.211.261.112
Kendaraan 3.914.647.360 15.880.000 - - 3.930.527.360
Perabot Rumah Dinas 241.513.796 44.970.000 - - 286.483.796
Perabot Kantor 2.961.205.263 177.795.279 - - 3.139.000.542
Aset dalam penyelesaian 9.183.648.723 10.227.617.133 - - 19.411.265.856
Jumlah 23.095.138.915 1.555.842.632 (57.687.922) - 24.593.293.624
Jumlah 32.278.787.638 16.162.959.765 (57.687.922) - 48.384.059.480
Inventaris dalam penyelesaian - 4.379.500.000 - - 4.379.500.000
Bangunan Kantor (1.073.826.602) 221.293.809 (852.532.792)
Akumulasi Penyusutan
Kendaraan (3.044.128.378) (436.077.486) - - (3.480.205.864)
Perumahan Dinas (67.124.293) (32.099.829) 57.018.422 - (42.205.699)
Perabot Kantor (2.348.568.392) (432.288.838) - - (2.780.857.229)
Mesin Kantor (10.174.013.305) (1.621.050.862) - - (11.795.064.167)
Jumlah (16.923.616.613) (2.559.490.552) 278.312.231 - (19.204.794.933)
Perabot Rumah Dinas (215.955.644) (37.973.537) - - (253.929.182)
2011Harga Perolehan 31/12/2010 Penambahan Pengurangan Reklasifikasi 31/12/2011
Nilai Buku 15.355.171.025 29.179.264.547
Bangunan Kantor 1.782.592.242 49.198.999 - 100.126.000 1.931.917.241
Tanah 1.830.102.454 - - - 1.830.102.454
Kendaraan 3.846.987.360 67.660.000 - - 3.914.647.360
Perumahan Dinas 352.933.541 30.000.000 - (100.126.000) 282.807.541
Perabot Kantor 2.737.508.409 196.584.718 - 27.112.136 2.961.205.263
Mesin Kantor 11.121.142.423 838.914.972 - (27.112.136) 11.932.945.259
Jumlah 21.899.568.225 1.195.570.690 - - 23.095.138.915
Perabot Rumah Dinas 228.301.796 13.212.000 - - 241.513.796
Aset dalam penyelesaian - 9.183.648.723 - - 9.183.648.723
Akumulasi Penyusutan
Jumlah 21.899.568.225 10.379.219.413 - - 32.278.787.638
Perumahan Dinas (58.076.857) (9.047.436) - - (67.124.293)
Bangunan Kantor (448.296.463) (625.530.139) - - (1.073.826.602)
(3.044.128.378)
Mesin Kantor (9.153.834.479) (1.020.178.826) - - (10.174.013.305)
(195.877.337) (20.078.307) - - (215.955.644)
Kendaraan (2.669.400.178) (374.728.200) - -
15.355.171.025
Perabot Kantor (2.074.411.335) (274.157.057) - - (2.348.568.392)
Perabot Rumah Dinas
Jumlah (14.599.896.649) (2.323.719.964) - - (16.923.616.613)
Nilai Buku 7.299.671.576
36
PT. BANK SULTENG
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
9. ASET TETAP (Lanjutan)
Manajemen berpendapat bahwa tidak terdapat indikasi terjadinya penurunan nilai aset tetap.
Penambahan Aset Tetap Tahun 2012
-
- Penambahan Kendaraan sebesar Rp. 15.880.000 adalah pembelian 1 (satu) Unit Motor di Capem Ampana
-
-
-
-
Pengurangan Aset Tetap Tahun 2012
-
Penambahan Aset Tetap Tahun 2011
-
-
-
- Penambahan parabot kantor sebesar Rp45.000.000 adalah pembelian 15 Unit ATM Box.
-
-
Penambahan mesin kantor sebesar Rp838.914.972 terutama adalah pembelian untuk mesin hitung uang, genset, CCTV, HT,
komputer, laptop, printer, UPS di Kantor Pusat, seluruh Kantor Cabang dan Cabang Pembantu.
Penambahan Bangunan Kantor dan Rumah Dinas sebesar Rp. 38.212.000 adalah pembangunan Gardu ATM RSUD Undata
di Cabang Utama.
Penambahan Mesin Kantor adalah sebesar Rp. 1.351.691.117 adalah pembelian komputer, laptop, genset, CCTV, Printer,
UPS, dan server RTGS di Kantor Pusat dan seluruh Kantor Cabang dan Cabang Pembantu.
Penambahan Perabot Kantor sebesar Rp 192.739.243 adalah pembelian rak server, kursi, meja, brankas, dan perabot kantor
lainnya di Kantor Pusat dan Kantor Cabang dan Cabang Pembantu
Penambahan Perabot Rumah Dinas sebesar Rp. 44.970.000 adalah Pembelian Perabot Rumah Dinas AC dan Mesin Cuci di
Cabang Poso, Luwuk, Bungku dan Morowali.
Penambahan Aset dalam Penyelesaian sebesar Rp.10.229.702.468 berasal dari pembangunan Gedung kantor pusat dan
Cabang Tolitoli.
Penambahan Harga Perolehan Bangunan Kantor dan Rumah Dinas sebesar Rp79.199.000 diantaranya adalah
pembangunan Gardu Mesin ATM di Cabang Pembantu Ampana, Cabang Totitoli, dan pembuatan Layout Kantor Kas Batui.
Penambahan kendaraan sebesar Rp 56.825.000 adalah pembelian sepeda motor di Cabang Poso, Capem Ampana dan
Capem Paleleh, pemasangan AC Mobil Dinas di Cabang Buol sebesar Rp 10.835.000.
Penambahan parabot kantor sebesar Rp178.696.854 terutama adalah pembelian untuk brangkas, meja, kursi, di Kantor
Pusat, Cabang Utama, Cabang Parigi, dan Capem Ampana, Capem Bangkep, Capem Morowali, Cabang Salakan, Cabang
Luwuk dan pembelian Air Conditioner (AC) di Cabang Tolitoli.
Penambahan perabot rumah dinas sebesar Rp13.212.000 terutama adalah pembelian untuk lemari televisi, kulkas, kursi,
mesin cuci, lemari, tempat tidur di Cabang Luwuk, Capem Ampana dan Capem Bangkep.
Penutupan asuransi aset tetap dilakukan oleh PT Asuransi Bangun Askrida yang merupakan pihak tidak terkait dengan PT Bank
Sulteng.
Pengurangan aset tetap berupa tanah adalah hapus buku atas tanah di JL. Mesjid Raya dengan harga perolehan Rp
669.500.
37
PT. BANK SULTENG
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
10. BEBAN DIBAYAR DIMUKA DAN ASET LAIN-LAIN
Beban dibayar dimuka dan aset lain-lain terdiri dari:
Pihak ketiga
Pendapatan bunga yang masih akan diterima
Beban dibayar dimuka
Persediaan
Tagihan ATM Bersama
Uang muka kepada pihak ketiga
Manfaat karyawan dibayar dimuka (Catatan No. 29)
Aset lainnya
Jumlah
Penyisihan kerugian
Jumlah bersih
Penjelasan atas Beban Dibayar Dimuka dan Aset Lain-lain adalah sebagai berikut:
a. Pendapatan bunga yang masih akan diterima
Bunga kredit
Bunga deposito berjangka
Bunga deposito on call
Bunga call money
Jasa giro
Jumlah
b.
c. Persediaan terdiri dari:
Persediaan barang cetakan
Persediaan cek dan bilyet giro (BG)
Persediaan alat tulis kantor
Jumlah
d. Aset lainnya
18.223.998 23.478.943
186.605.740 62.026.240
808.862.321 760.047.690
Didalam aset lainnya per 31 Desember 2012 terdapat selisih kas sebagai akibat dari penyelewengan dana sebesar Rp
101.265.000 pada Kantor Kas Lambunu (Cabang Parigi). Selisih tersebut akan diselesaikan secara internal dan pihak yang
bertanggung jawab telah menyatakan bersedia untuk mengganti. Selain itu bank juga telah melakukan pemblokiran rekening
dan pembayaran jasa produksi sebagai jaminan atas selisih kas tersebut.
Di dalam aset lainnya per 31 Desember 2012 terdapat selisih kas sebagai akibat dari pengeluaran kas atau pemberian
pinjaman yang tidak sesuai dengan ketentuan yang terjadi di Cabang Pembantu Parigi dengan jumlah penyelewengan dana
sebesar Rp3.250.709.003. Selama tahun 2008 terdapat pengembalian sebesar Rp253.544.629, sehingga saldo per 31
Desember 2011 menjadi Rp2.997.164.374.
Pada posisi 31 Desember 2012 jumlah tersebut telah disisihkan 100% sebesar Rp2.997.164.374.
17.066.000
604.032.583 674.542.507
6.063.348.729 4.717.287.475
2012 2011
Biaya dibayar di muka per 31 Desember 2012 dan 2011 merupakan biaya personalia, sewa dan inventaris.
11.280.000
31.250.000 117.869.444
6.063.348.729 4.717.287.475
242.884.441 242.884.441
3.618.831.463 5.232.711.709
2012 2011
2.141.121.821 1.363.064.036
808.862.321 760.047.690
601.074.700 271.317.500
13.591.760.308 12.609.273.005
133.186.030 292.155.203
45.300.000 -
2012 2011
5.836.546.700 4.295.982.827
3.112.801.207 3.019.124.528
16.588.924.682 15.606.437.379
(2.997.164.374) (2.997.164.374)
38
PT. BANK SULTENG
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
11. LIABILITAS SEGERA
Kiriman Uang
Dana Titipan
Kewajiban Pajak
Kewajiban ATM Bersama
Standing Instruction (SI) Gaji
Standing Instruction (SI) Kredit
Pelimpahan ATM Bersama
Pelimpahan BPDnet Online
Kewajiban Payment Telkomsel
Jumlah
Penjelasan atas liabilitas adalah segera sebagai berikut:
a. Kiriman Uang
Titipan Transfer Pihak Ketiga
Kliring dalam proses
Selisih Kliring
Titipan KU yang akan dibayar
Titipan KU via RTGS
Titipan KU via Kliring
Jumlah
b. Dana Titipan
Titipan Pihak Ketiga Angsuran Pinjaman
Titipan Penampungan Selisih
Titipan Pihak Ketiga
Titipan Provisi Kredit Dalam Proses
Titipan antar Biro/Seksi Bank Sulteng
Jumlah 416.160.849 665.816.534
162.691.000 538.448.632
- 6.000.000
100.456.945 121.367.902
11.428.743
2012 2011
147.512.904 -
5.500.000 -
2011
29.161.746.540 14.386.231.297
20.667.700
1.281.322.300
50
919.903.323
11.750.552.054
413.785.870
67.975.800
2011
50
1.752.500.426
26.287.939.954
1.041.901.568
29.161.746.540 14.386.231.297
32.732.272.113 19.068.976.170
2012
5.193.814 -
723.077.103 502.595.331
803.130 118.550
Liabilitas segera adalah kewajiban bank kepada pihak lain yang sifatnya segera dibayarkan sesuai dengan perintah pemberi
amanat atau perjanjian yang ditetapkan sebelumnya.
Liabilitas segera terdiri dari kiriman uang, dana titipan, dana yang sudah jatuh tempo tapi belum diambil nasabah, transaksi kliring
dan kewajiban wajib pungut/potong PPh.
2012
72.616.190 58.455.094
161.496.273 163.403.562
416.160.849 665.816.534
59.017.549 2.361.084.726
2.132.160.665 931.271.076
39
PT. BANK SULTENG
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
11. LIABILITAS SEGERA (Lanjutan)
c. Kewajiban Pajak
Titipan Setoran Pajak Pihak Ketiga
Titipan PPh Bunga Tabungan
Titipan PPh Bunga Deposito Berjangka
Titipan PPh Jasa Giro
Titipan PPh Pasal 21/23
Titipan PPN
Jumlah
12. SIMPANAN NASABAH
Pihak Berelasi:
Giro
Tabungan
- Simantap
- Simpeda
- Tabunganku
- Tabungan Pensiunku
- Tabungan PNS
Jumlah
Pihak Ketiga:
Giro
Tabungan
- Simantap
- Tabungan Lokal
- Simpeda
- Tabunganku
- Tabungan PNS
- Tabungan Pensiunku
- TabunganKU Plus
Jumlah
Deposito Berjangka:
- 1 bulan
- 3 bulan
- 6 bulan
- 12 bulan
Jumlah
Jumlah Simpanan Nasabah 703.050.916.486 732.336.966.928
3.265.500.000 5.426.000.000
460.000.000 826.000.000
4.940.000.000 3.797.000.000
43.411.929.159 38.907.669.159
34.746.429.159 28.858.669.159
1.139.279.831 6.290.235
2.788.953.431 -
612.213.694.034 514.214.195.575
107.859.538.023 102.356.240.363
16.557.331.908 2.899.632.957
11.851.989.395 6.348.135.335
25.174.399.138 25.217.374.614
915.067 965.671
446.841.287.241 377.385.556.400
8.035.459 -
1.541.079 -
47.425.293.293 179.215.102.194
251.963.981 24.774.123
257.360.595 91.707.685
2.927.525 -
46.903.464.654 179.098.620.386
59.017.549 2.361.084.726
16.513.448 (45.133.999)
Simpanan nasabah adalah simpanan dalam bentuk tabungan, giro, dan deposito. Berdasarkan jenisnya simpanan nasabah terdiri
dari:
2012 2011
9.082.151 6.713.696
2.029.295 290.506.765
- 318.200
2012 2011
- 2.083.683.647
31.392.655 24.996.417
40
PT. BANK SULTENG
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
12. SIMPANAN NASABAH
Tingkat Suku Bunga
Giro
Tabungan
Deposito
Informasi Lainnya :
0,25% sampai 2% 0,25% sampai 4%
4,5% sampai 5,5% 4,5% sampai 6%
2012 2011
1% sampai 3% 1% sampai 3%
Tabungan PNS adalah produk tabungan untuk perorangan yang disyaratkan hanya kepada Pegawai Negeri Sipil dilingkungan
Pemerintah Daerah Propinsi/Kota/Kabupaten se-Sulawesi Tengah.
Tabungan PensiunKu adalah produk tabungan untuk perorangan yang disyaratkan hanya kepada Pensiun Pegawai Negeri Sipil
Pusat, Pegawai Negeri Sipil Daerah, Pejabat Negara, Hakim, Pensiun PNS Ex Pengadilan, Pensiun PNS Ex Departemen
Perhubungan pada PT KAI, TNI dan Polri, serta Penerima Tunjangan Veteran, Dana Kehormatan Veteran PKRI dan KNIP.
Berdasarkan Undang-undang No. 24 tanggal 22 September 2004, efektif sejak tanggal 22 September 2005, Lembaga
Penjaminan Simpanan (LPS) dibentuk untuk menjamin kewajiban tertentu bank-bank umum berdasarkan program penjaminan
yang berlaku. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 66 Tahun 2008 tanggal 13 Oktober 2008 tentang "Besaran Nilai
Simpanan yang Dijamin Lembaga Penjamin Simpanan", maka nilai simpanan setiap nasabah pada satu bank yang dijamin oleh
Pemerintah naik dari Rp100 juta menjadi Rp2 miliar, efektif sejak tanggal tersebut di atas.
Berdasarkan siaran pers Lembaga Penjamin Simpanan nomor PERS-015/LPS/XII/2012 dan nomor PERS-022/LPS/XI/2011
tingkat bunga yang wajar per 31 desember 2012 dan 2011 adalah 5,5% dam 6,75%. Bank tidak memiliki simpanan dengan
tingkat bunga lebih tinggi dari ketentuan tersebut.
Tidak terdapat deposito yang diblokir dan dijadikan jaminan atas kredit yang diberikan pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011.
Simpeda adalah produk tabungan dari Bank Pembangunan Daerah yang memberikan jasa bunga yang dihitung dari saldo rata-
rata harian dengan memberikan hadiah yang diundi secara nasional.
Simantap adalah produk tabungan khusus dari PT Bank Sulteng dengan memberikan jasa bunga yang dihitung dari saldo rata-
rata harian namun tidak menawarkan hadiah.
TabunganKu adalah produk tabungan untuk perorangan dengan persyaratan mudah dan ringan antara lain tanpa biaya
adminstrasi yang diterbitkan secara bersama oleh bank-bank di Indonesia guna menumbuhkan budaya menabung serta
meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
PT Bank Sulteng mengeluarkan produk baru untuk jenis tabungan yang dituangkan dalam Memo No. 02/BPD-ST/DIR/XV-A/2011
tanggal 14 Januari 2011 perihal Mandatory Produk Tabungan PNS dan PensiunKu.
41
PT. BANK SULTENG
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
13. SIMPANAN DARI BANK LAIN
Simpanan dari bank lain dan lembaga keuangan lainnya terdiri atas:
Giro
Call Money
Total Simpanan dari Bank Lain
Call money pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011 memiliki masa jatuh tempo kurang dari satu bulan.
Tingkat suku bunga:
Giro
Call Money
Giro dari bank lain merupakan rekening pasif dan tidak dikenakan bunga.
14. PINJAMAN YANG DITERIMA
Pinjaman yang diterima Bank antara lain:
Kredit Usaha Mikro PT PNM (Persero)
15. ESTIMASI KERUGIAN ATAS TRANSAKSI REKENING ADMINISTRATIF
Saldo Awal
Penyisihan Kerugian
Pemulihan
Saldo Akhir
-
- (382.663.755)
2012 2011
6.195.966.668 12.391.933.334
Pinjaman Kredit Usaha Mikro merupakan pinjaman dalam rangka pendanaan usaha mikro yang disalurkan dalam bentuk
executing. Pinjaman tersebut diperoleh dari PT Permodalan Nasional Madani sesuai dengan Perjanjian Kredit No. 477 tanggal 19
Oktober 2010. Jangka waktu kredit 36 Bulan dimulai dari tanggal 29 Oktober 2010 sampai dengan 19 Oktober 2013 dengan suku
bunga 7,00%. Pembayaran bunga dilakukan setiap bulan sedangkan pembayaran pokok dilakukan setiap enam bulan.
Transaksi rekening administratif (komitmen dan kontinjensi) yang terjadi dalam kegiatan normal Bank yang mempunyai risiko
kredit adalah berupa garansi yang diberikan dan fasilitas kredit yang belum ditarik nasabah.
2012
365.010.325.965 170.010.325.965
2012 2011
10.325.965 10.325.965
365.000.000.000 170.000.000.000
Tidak terdapat simpanan dari bank lain yang diblokir atau dijadikan jaminan atas pinjaman yang diberikan pada tanggal-tanggal 31
Desember 2012 dan 2011.
- -
2011
-
-
382.663.755
2012 2011
4,40% sampai 4,55% 4,62% sampai 4,90%
42
PT. BANK SULTENG
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
15. ESTIMASI KERUGIAN ATAS TRANSAKSI REKENING ADMINISTRATIF (Lanjutan)
Manajemen Bank berpendapat bahwa jumlah estimasi kerugian yang dibentuk telah memadai.
16. BEBAN YANG MASIH HARUS DIBAYAR DAN LIABILITAS LAIN-LAIN
Jaminan Tender
Jaminan Pelaksanaan
Jaminan Pemeliharaan
Bunga Yang Masih Harus Dibayar
Setoran Jaminan Jatuh Tempo
Jasa Produksi dan Dana Kesejahteraan
Beban Lainnya yang Masih Harus Dibayar
Jumlah
a. Jaminan tender terdiri dari:
Tender APBN
Tender Lainnya
Jumlah
b. Beban lainnya yang masih harus dibayar terdiri dari:
Beban Personalia
Jaminan Lainnya
Lain-lain
Jumlah
803.634.998
125.403.399 836.707.928
2012 2011
2.629.423 15.371.000
- 17.701.930
122.773.976
162.767.843 156.261.453
210.040.400 169.735.150
372.808.243 325.996.603
23.967.444.586 13.988.752.431
2012 2011
12.906.912.168 3.187.464.337
3.686.768.481 4.339.933.984
125.403.399 836.707.928
1.997.946.059 2.669.585.468
441.598.566 291.518.111
4.436.007.670 2.337.545.999
Liabilitas lain-lain adalah liabilitas yang tidak dapat diklasifikasikan ke dalam klasikasi-klasifikasi akun liabilitas di atas, dengan
rincian sebagai berikut:
2012 2011
372.808.243 325.996.604
Berdasarkan Surat Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan Bank Indonesia No. 13/658/DPNP tanggal 23 Desember
2011 perihal Penyesuaian Pelaporan di LBU, Penyajian di Laporan Keuangan, dan Perhitungan KPMM terkait dengan Penerbitan
SE No. 13/30/DPNP tanggal 16 Desember 2011 mengenai Laporan Keuangan Publikasi Triwulan dan Bulanan Bank Umum,
Bank Indonesia tidak lagi mewajibkan untuk membentuk penyisihan penghapusan aset atas transaksi rekening administratif.
Bank menghitung cadangan kerugian penurunan nilai mengacu pada standar akuntansi yang berlaku yaitu PSAK No. 57 tentang
"Provisi Liabilitas Kontijensi dan Aset Kontijensi". Berdasarkan pengalaman tahun-tahun yang lalu, Bank belum pernah mengalami
kerugian akibat transaksi rekening administratif tersebut, sehingga pada posisi 31 Desember 2011 Bank tidak membentuk
cadangan kerugian penurunan nilai atas transaksi rekening administratif.
Kolektibilitas atas transaksi rekening administratif dalam kegiatan usaha bank yang mempunyai risiko kredit pada tanggal 31
Desember 2011 dan 2010 digolongkan sebagai Lancar.
43
PT. BANK SULTENG
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
17. PERPAJAKAN
a. Hutang Pajak
Saldo hutang pajak per 31 Desember 2012 dan 2011 terdiri dari:
PPh Badan (Pasal 29)
Angsuran PPh 25 bulan Desember
Jumlah
b. Estimasi Beban Pajak Penghasilan
Beban Pajak Kini
Beban/(Manfaat) Pajak Tangguhan
Jumlah
Laba sebelum pajak penghasilan
Perbedaan Temporer:
- Beban Jasa Produksi 2012
- Beban Dana Kesejahteraan 2012
- Beban Jasa Produksi 2011
- Beban Dana Kesejahteraan 2011
- Beban Jasa Produksi 2010
- Beban Dana Kesejahteraan 2010
- Beban Manfaat Karyawan
- Pembayaran Iuran Manfaat Karyawan
- Penyusutan
Koreksi Fiskal
Perbedaan Tetap
- Beban Penyusutan Rumah Dinas
- Beban Sewa Rumah Dinas
- Beban Pemeliharaan Rumah Dinas
- Beban Pembinaan Pegawai dan Keluarga
- Beban Surat Kabar dan Majalah
- Beban Perjamuan Tamu
- Beban Rekreasi dan Olah Raga
- Beban Bantuan kepada Pegawai
- Beban Hadiah dan Sumbangan
- Beban Denda Pajak
- Selisih Perhitungan PPh pasal 21
- Beban Jamuan Pegawai
Jumlah Dipindahkan
- 508.611.097
1.107.758.676 1.044.385.633
1.870.385.671
36.475.088 12.545.000
214.129.000 171.809.700
- 113.057.246
74.686.185 110.854.000
206.940.496 149.776.150
102.286.900 648.292.652
10.509.000 19.241.250
48.263.000 57.065.650
22.237.324 22.234.415
47.100.002 45.750.000
3.499.246.945 2.694.492.308
2.903.622.793
(1.885.366.699) (2.827.970.617)
- (305.804.180)
309.724.646 (3.299.070.295)
(2.169.966.991) 2.169.966.991
- (3.599.860.894)
- (3.599.860.894)
1.517.889.191 -
1.517.889.191 -
(2.169.966.991) 2.169.966.991
536.886.604 588.626.938
2012 2011
40.452.586.291
2012 2011
413.677.502 1.121.008.496
Rekonsiliasi antara laba sebelum pajak seperti yang disajikan dalam laporan laba rugi dan penghasilan kena pajak Bank untuk
tahun-tahun yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011 adalah sebagai berikut:
8.200.491.500 10.694.925.500
(153.882.206) 824.767.573
8.046.609.294 11.519.693.073
1.709.635.434
2012 2011
950.564.106
44
PT. BANK SULTENG
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
17. PERPAJAKAN
b. Estimasi Beban Pajak Penghasilan (Lanjutan)
Jumlah Pindahan
- Beban Perayaan HUT
- Beban CSR
- Beban Tunjangan PPh Pegawai
- Beban Perawatan Kesehatan
- Beban Penagih Kredit
- Beban Penyusutan Kendaraan Dinas
- BBM dan Pemeliharaan Kendaraan Dinas
- Beban Operasional Lainnya
Koreksi Fiskal
Laba Kena Pajak
Laba Kena Pajak (dibulatkan)
Perhitungan Pajak Penghasilan Kini :
x
x
Pajak Penghasilan Kini
Uang Muka PPh Pasal 25
Kurang Bayar Pajak Penghasilan (Pasal 29)
c. Pajak Tangguhan
Imbalan Kerja Karyawan
Jasa Produksi dan Dana Kesejahteraan 2012
Jasa Produksi dan Dana Kesejahteraan 2011
Penyusutan Aset Tetap
Aset/(Liabilitas) Pajak Tangguhan
(1.308.177.927) 403.470.061
(299.645.476)
7.786.813.998 9.573.917.004
413.677.502 1.121.008.496
Sesuai dengan peraturan perpajakan Indonesia, Bank menghitung, menetapkan dan membayar sendiri jumlah pajak yang
terhutang (self-assesment system). Direktorat Jenderal pajak dapat menghitung dan mengubah kewajiban pajak dalam batas
waktu lima tahun sejak tanggal terhutangnya pajak.
- 758.944.596
1.084.983.496 (1.084.983.496)
(76.451.045) 76.451.045
25%
25%
31 Desember 201201 Januari 2012
Dikreditkan/
(dibebankan) ke
Laporan Laba Rugi
2012
8.200.491.500 10.694.925.500
42.779.702.000 -
-
153.882.206
758.944.596
-
-
(904.707.866)
(145.763.270)
4.207.109.718 5.626.186.922
32.801.966.000
32.801.966.208 42.779.702.918
32.801.966.000 42.779.702.000
8.200.491.500
- 39.960.126
- 23.808.750
106.999.237 13.660.610
1.230.465.268 1.853.255.915
775.718.943 602.799.445
8.000.000 2.250.000
2.903.622.793
19.385.500 114.052.100
196.155.100 72.777.183
10.694.925.500
2012 2011
1.870.385.671
45
PT. BANK SULTENG
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
17. PERPAJAKAN (Lanjutan)
c. Pajak Tangguhan (Lanjutan)
Imbalan Kerja Karyawan
Jasa Produksi dan Dana Kesejahteraan 2011
Jasa Produksi dan Dana Kesejahteraan 2010
Penyusutan Aset Tetap
Aset/(Liabilitas) Pajak Tangguhan
18. MODAL SAHAM
Modal saham PT. Bank Sulteng per 31 Desember 2012 dan 2011 masing-masing sebagai berikut:
Modal Dasar
Modal yang Belum Disetor
Modal Disetor
Dana Setoran Modal
Jumlah
a. Modal Dasar dan Modal Disetor
Provinsi Sulawesi Tengah
Kota Palu
Kabupaten Banggai
Kabupaten Donggala
Kabupaten Poso
Kabupaten Toli-toli
Kabupaten Parigi Moutong
Kabupaten Buol
Kabupaten Banggai Kepulauan
Kabupaten Morowali
Kabupaten Tojo Una-una
Jumlah
- (76.451.045) (76.451.045)
- 1.084.983.496 1.084.983.496
1.799.930.447 (1.799.930.447) -
525.122.097 (824.767.573) (299.645.476)
2011
Dikreditkan/
(dibebankan) ke
Laporan Laba Rugi01 Januari 2011 31 Desember 2011
(1.274.808.350) (33.369.577) (1.308.177.927)
Modal Dasar PT Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Tengah per 31 Desember 2012dan 2011 adalah sebesar
Rp490.542.400.000. ditetapkan berdasarkan Akta Perubahan Anggaran Dasar Perseroan Terbatas PT Bank Pembangunan
Daerah Sulawesi Tengah No.05 Tanggal 27 April 2011 yang dibuat oleh Notaris Idayanti Panda, SH, M.Kn. dan telah
disahkan dengan Keputusan Menteri Hukum & Hak Asasi Manusia Republik Indonesia No.AHU-31166.AH.01.02 Tahun 2011
tanggal 21 Juni 2011 dengan nominal per lembar saham sebesar Rp100.000. Terdapat perubahan modal di setor pada tahun
2011 yang ditetapkan berdasarkan Akta No.09 tanggal 30 Mei 2012 menjadi Rp126.562.600.000.
Dari modal dasar di atas, jumlah yang telah disetor oleh para pemegang saham untuk posisi per 31 Desember 2012 dan 2011
adalah sebagai berikut:
2012 2011
126.562.600.000 122.635.600.000
18.324.273.544 3.927.437.535
144.886.873.544 126.563.037.535
2012 2011
490.542.400.000 200.000.000.000
(363.979.800.000) (77.364.400.000)
5.900.000.000 5.900.000.000
6.015.800.000 6.015.800.000
1.600.000.000 1.400.000.000
8.944.600.000 8.944.600.000
7.906.500.000 6.715.100.000
7.200.000.000 5.700.000.000
67.434.300.000 67.434.300.000
1.040.000.000 1.040.000.000
7.247.700.000 7.247.700.000
6.528.100.000 6.528.100.000
6.745.600.000 5.710.000.000
126.562.600.000 122.635.600.000
46
PT. BANK SULTENG
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
18. MODAL SAHAM (Lanjutan)
b. Modal Donasi
c. Dana Setoran Modal
Saldo Dana Setoran Modal per 31 Desember 2012dan 2011 adalah sebagai berikut:
Provinsi Sulawesi Tengah
Kota Palu
Kabupaten Banggai
Kabupaten Donggala
Kabupaten Poso
Kabupaten Toli-toli
Kabupaten Buol
Kabupaten Banggai Kepulauan
Kabupaten Morowali
Kabupaten Tojo Una-una
Kabupaten Sigi
Jumlah
19. PEMBAGIAN LABA BERSIH
Dividen
Cadangan Umum
47.998.145.246 15.189.768.940
3.960.000.000 -
2.000.083.560 83.560
Saldo modal donasi sebesar Rp275.450.000 bersumber dari Bank Indonesia berupa seperangkat hardware dan software bagi
komputerisasi teller system dan akuntansi bank sesuai Surat Bank Indonesia Nomor26/12/UPPP/PPTP tanggal 12 Mei 1993
perihal Bantuan Teknis kepada PTBank Pembangunan Daerah Sulawesi Tengah.
Sehubungan telah diterbitkannya PSAK No. 61 (revisi 2010) tentang "Akuntansi Hibah Pemerintah dan Pengungkapan
Bantuan Pemerintah" yang berlaku efektif sejak 1 Januari 2012, mulai tahun buku 2012 Bank menerapkan PSAK ini secara
retrospektif sejak awal tahun 2010. Akibat penyajian kembali, saldo Modal Sumbangan dinihilkan sejak awal tahun 2010.
Jumlah ini adalah merupakan setoran modal oleh para pemegang saham yang telah disetor penuh untuk menambah modal
namun belum didukung kelengkapan persyaratan modal harus dicatat pada rekening dana setoran modal sesuai pasal 10
Peraturan Bank Indonesia No. 11.15/PBI/2009 tanggal 24 September 2009 tentang Liabilitas Penyediaan Modal Minimum
Bank Umum. Dan Ketentuan mengenai dokumen pendukung setoran modal mengacu pada Peraturan Bank Indonesia No.
11/1/BI/2009 tanggal 29 Januari 2009 tentang Bank Umum dan Undang Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007.
2012 2011
6.000.053.607 53.607
18.324.273.544 3.927.437.535
1.500.000.000 -
55.419
200.000.000 200.000.000
89.972 89.972
1.500.085.965 1.035.685.966
Mengacu kepada PSAK No. 24 tentang "Imbalan Kerja", Paragaraf 22,maka Jasa Produksi dan DanaKesejahteraan sejak tahun
buku 2008 disajikan sebagai beban tahun berjalan dan bukan sebagai distribusi laba bersih.
1.363.892.196 56.187
12.824 1.191.412.824
1.800.000.000 1.500.000.000
55.419
Pembagian laba tahun buku 2011 dilaksanakan pada tahun 2012 berdasarkan Hasil Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan
Tanggal 28 Mei 2012. sedangkan pembagian laba tahun buku 2010 dilaksanakan pada tahun 2011 berdasarkan Hasil Rapat
Umum Pemegang Saham Tahunan tanggal 07 Maret 2011.
2011 2010
9.403.190.296 32.398.748.041
5.786.578.644 15.599.397.205
47
PT. BANK SULTENG
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
20. PENDAPATAN BUNGA
Pendapatan bunga terdiri dari hasil bunga, provisi dan komisi yang berhubungan dengan aktivitas perkreditan sebagai berikut:
Pendapatan Bunga dari:
Bank Indonesia
Bank Lain
Kredit Yang Diberikan
Jumlah
21. BEBAN BUNGA
Bank Lain
- Call Money
Non Bank
- Giro
- Tabungan
- Deposito Berjangka
- Pinjaman Yang Diterima
Jumlah Beban Bunga Non Bank
Jumlah Beban Bunga
22. PENDAPATAN OPERASIONAL LAINNYA
Merupakan pendapatan yang berasal dari imbal jasa, dengan rincian sebagai berikut:
Penerimaan bunga kredit hapus buku
Provisi dan administrasi Bank Garansi
Denda kredit dan deposito
Jasa penggantian Cek dan Bilyet Giro
Jasa administrasi
Jasa administrasi referensi/dukungan bank
Jasa transfer
Lainnya
Jumlah
16.033.544.979
768.039.740 1.795.545.088
38.193.996.399 31.444.759.909
8.514.129.783 7.925.022.337
788.206.105 1.189.988.133
3.106.606.249 1.145.433.333
3.106.606.249 1.145.433.333
21.615.767.448 11.532.381.346
4.153.953.186 3.528.216.928
1.121.231.750 1.025.100.000
496.538.420 560.832.099
527.232.938 351.955.483
1.010.086.354 953.410.246
59.774.030 57.499.448
258.020.000 357.107.000
Beban bunga terdiri dari beban bunga dan beban lain yang dikeluarkan dalam rangka penghimpunan dana. seperti hadiah. premi
atau diskonto dari kontrak berjangka dalam rangka pendanaan. serta premi program penjaminan.
2012 2011
2012 2011
3.197.343.332 2.083.288.496
12.612.845.879
11.496.303.854
21.783.126.342 17.813.627.407
106.339.434.544 96.409.385.493
137.153.968.064 125.719.316.754
41.300.602.648 32.590.193.242
20112012
9.031.407.179
48
PT. BANK SULTENG
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
23. KERUGIAN/(KEUNTUNGAN) BERSIH PENURUNAN NILAI ASET KEUANGAN
Pembentukan Cadangan:
Kredit yang diberikan
Penempatan pada Bank Lain
Pemulihan Cadangan:
Kredit yang diberikan
Penempatan pada Bank Lain
Penyisihan /(Pemulihan) Kerugian Penurunan Nilai Aset Keuangan
24. BEBAN ADMINISTRASI DAN UMUM
Beban barang dan jasa pihak ketiga
Beban sewa
Beban asuransi
Beban pemeliharaan dan perbaikan
Beban penyusutan dan amortisasi
Beban promosi
Beban penelitian dan pengembangan
Beban perjalanan dinas
Beban pajak dan retribusi
Jumlah
25. BEBAN TENAGA KERJA
Gaji dan tunjangan
Honorarium Dewan Komisaris
Lembur
Pembayaran lainnya ke pegawai
Jasa produksi dan kesejahteraan
Pendidikan dan seminar
Jumlah
26. BEBAN LAINNYA
Tenaga ahli
Beban manfaat karyawan
Beban operasional lainnya
Beban dari Bank lain
Jumlah 12.739.983.987 8.164.592.573
3.499.246.945 2.694.492.308
8.145.386.334 4.641.213.461
215.424.255 279.756.706
38.042.231.260 36.335.846.487
2012 2011
879.926.453 549.130.098
13.349.591.357 12.783.661.644
3.035.778.382 4.339.933.983
3.820.114.991 3.271.202.345
16.759.402.625 14.999.562.403
546.405.945 657.736.852
530.937.960 283.749.260
14.625.862.811 12.683.894.910
983.778.745 709.587.565
3.757.500.724 2.835.376.782
(9.230.691.543) (7.899.121.828)
(5.569.711.568) (5.530.872.034)
2012 2011
28.890.747.209 24.913.283.714
2012 2011
1.500.000 8.690.000
4.858.774.073 3.828.818.564
70.234.435 68.857.064
2.398.388.320 2.366.941.403
1.428.457.041 1.403.517.496
(9.230.691.543) (5.148.650.712)
- (2.750.471.116)
3.660.979.975 2.129.111.309
- 239.138.485
3.660.979.975 2.368.249.794
Beban cadangan kerugian penurunan nilai aset keuangan setelah dikurangi dengan pemulihan cadangan, dengan rincian sebagai
berikut:
2012 2011
766.251.060 1.007.599.931
49
PT. BANK SULTENG
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
27. PENDAPATAN/(BEBAN) NON OPERASIONAL
Pendapatan Non Operasional:
Pendapatan Non Operasional Lainnya
Jumlah
Beban Non Operasional:
Denda Laporan
Denda Pajak
Denda Lainnya
Hadiah dan Sumbangan
Lainnya
Jumlah
Pendapatan/(beban) non Operasional
28. TAGIHAN DAN LIABILITAS KOMITMEN KONTIJENSI
KOMITMEN
Tagihan komitmen:
- Komitmen Kredit yang Belum Digunakan
- Lainnya
Jumlah
Liabilitas komitmen:
- Komitmen Kredit yang Belum Ditarik
- Lainnya
Jumlah
Komitmen bersih
KONTIJENSI
Tagihan Kontijensi:
- Pendapatan Bunga dalam Penyelesaian
- Lainnya
Jumlah
Liabilitas Kontijensi:
- Garansi yang Diterbitkan
- Lainnya
Jumlah
Kontijensi Bersih
LAINNYA
- Aset Produktif yang Dihapusbukukan
- Lainnya
Jumlah Tagihan Lainnya
Jumlah Tagihan Komitmen dan Kontijensi - Bersih
7.146.769.900 15.582.346.126
27.157.744.202 20.031.586.887
27.157.744.202 20.031.586.887
- -
34.304.514.102 35.613.933.013
(11.211.725.017) (7.745.076.578)
18.358.494.917
-
(5.456.009.293) (6.624.260.126)
(5.456.009.293) (6.624.260.126)
18.358.494.917 23.327.422.704
-
(11.211.725.017) (7.745.076.578)
-
(5.456.009.293) (6.624.260.126)
-
-
- -
-
23.327.422.704
- -
1.044.340.829 2.914.818.407
2012 2011
-
(214.129.000) (171.809.700)
(106.999.237) (88.660.610)
(393.154.838) (480.790.652)
-
(71.850.000) (106.500.000)
- (113.057.246)
(176.601) (763.096)
1.437.495.667 3.395.609.059
1.437.495.667 3.395.609.059
2012 2011
50
PT. BANK SULTENG
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
29. IMBALAN PASCA KERJA
a. Program Dana Pensiun
Nilai wajar aset program
Kewajiban manfaat karyawan
Defisit
Laba aktuaria yang belum diakui
Imbalan pasca kerja dibayar di muka
(32.070.975.345) (24.932.118.613)
16.316.391.582 13.237.348.990
Pendanaan program pensiun ini dibentuk dari iuran peserta sebesar 5,00% dan iuran normal dan tambahan sesuai
perhitungan aktuaria yang dibayarkan oleh PT Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Tengah sebagai pendiri. Di samping itu,
sumber pendanaan lainnya adalah hasil investasi Dana Pensiun. Aset Investasi dana pensiun berupa deposito berjangka.
Berikut ini adalah penjelasan mengenai status pendanaan program pensiun per 31 Desember 2012 dan 2011 berdasarkan
laporan aktuaris PT Dian Artha Tama No. 303/PSAK/DAT/III/2013 dan No. 311/PSAK/DAT/III/2012.
2012 2011
19.383.822.035 16.927.481.332
(12.687.153.310) (8.004.637.281)
PT Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Tengah memberikan imbalan pasca kerja kepada para karyawan pada saat terjadinya
pemberhentian hubungan kerja. Pemberhentian hubungan kerja terjadi pada saat karyawan pensiun, mengundurkan diri, atau
sebab-sebab lainnya. Imbalan pasca kerja yang diberikan kepada para karyawan meliputi pensiun, tunjangan hari tua, dan
penghargaan masa kerja.
Pada tanggal 25 Maret 2003 telah terbit Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan. Undang-Undang tersebut
antara lain mengatur pendanaan dan besaran kompensasi yang wajib diberikan oleh pemberi kerja sehubungan dengan adanya
pemutusan hubungan kerja yang meliputi uang pesangon, uang penghargaan masa kerja, dan uang penggantian hak.
Pasal 167 ayat (2) UU No. 13 tahun 2003 mengatur bahwa dalam hal manfaat pensiun yang diterima sekaligus ternyata lebih kecil
daripada jumlah kompensasi yang wajib diberikan sebagaimana telah dijelaskan di atas, maka selisihnya wajib dibayarkan oleh
pengusaha.
Manajemen telah menunjuk aktuaris PT Dian Artha Tama untuk menghitung beban manfaat pensiun dan posisi pendanaan, serta
rekonsiliasinya dengan pembayaran iuran yang telah dilakukan oleh PT Bank Sulteng. Terlampir perhitungan Kewajiban Imbalan
Pasca kerja dana Pensiun sesuai PSAK No. 24 Revisi 2010.
PT Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Tengah memiliki program pensiun manfaat pasti melalui Dana Pensiun Bank
Pembangunan Daerah Sulawesi Tengah yang pesertanya meliputi setiap karyawan yang telah berusia 18 tahun atau telah
menikah. Program tersebut memberikan manfaat pensiun yang akan dibayarkan kepada karyawan yang berhak pada saat
karyawan pensiun atau pada saat karyawan tersebut berhenti sesuai dengan peraturan dana pensiun yang bersangkutan.
Manfaat pensiun dihitung berdasarkan masa kerja karyawan tersebut pada PT Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Tengah
dan penghasilan dasar pensiun peserta terakhir dari peserta sebelum berhenti bekerja dengan maksimum manfaat pensiun
sebesar 80,00% Penghasilan Dasar Pensiun.
3.629.238.272 5.232.711.709
51
PT. BANK SULTENG
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
29. IMBALAN PASCA KERJA (Lanjutan)
a. Program Dana Pensiun (Lanjutan)
Rekonsiliasi imbalan pasca kerja dibayar di muka per 31 Desember 2012 dan 2011 adalah sebagai berikut:
Saldo awal
Beban imbalan kerja
Pembayaran iuran
Imbalan pasca kerja dibayar di muka
Beban manfaat karyawan untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2012 dan 2011 adalah sebagai berikut:
Beban jasa kini
Beban bunga
Rugi aktuaria
Hasil yang diharapkan
Jumlah beban imbalan kerja
b. Jaminan Hari Tua
c. Penghargaan Masa Kerja
Penghargaan Masa Pengabdian diatur sebagai berikut:
2.886.488.655 2.545.917.404
515.801.110 277.285.060
(2.694.492.308)
1.895.773.508 2.827.970.617
3.629.238.272 5.232.711.709
2012 2011
3 kali
25 tahun 5 kali
2012 2011
5.232.711.709 5.099.233.400
(3.499.246.945)
1.451.155.687 934.161.066
Kepada pegawai tetap yang telah mencapai masa pensiun, berhenti bekerja atau meninggal dunia diberikan jaminan hari tua
(JHT).
Manfaat JHT berupa pemberian kepada para peserta yang telah memasuki usia pensiun untuk perolehan perumahan.
Manfaat JHT ditetapkan sebesar 50,00% dari harga rumah standar untuk tiap-tiap golongan.
Sumber keuangan dana JHT berasal dari iuran wajib peserta sebesar 5,00% dari gaji pokok dan sumbangan wajib dari Bank
sebesar 15,00% dari gaji pokok tiap peserta. Dana dikelola oleh Yayasan Dana Pensiun PT Bank Sulteng.
Berdasarkan Surat Keputusan Direksi PT Bank Sulteng No. 52/SK/BPD-ST/1996 tanggal 1 Nopember 1996 mengenai
Pemberian Penghargaan kepada Pegawai Bank Pembangunan Daerah Sulawesi Tengah, Bank memberikan penghargaan
masa pengabdian dan penghargaan akhir masa pangabdian.
(1.354.198.507) (1.062.871.222)
3.499.246.945 2.694.492.308
Besarnya penghargaan masa kerja dihitung berdasarkan masa kerja dan penghasilan bruto bulan terakhir yang diterima
karyawan.
Masa Kerja Besarnya Penghargaan
15 tahun
30 tahun 6 kali
52
PT. BANK SULTENG
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
29. IMBALAN PASCA KERJA (Lanjutan)
c. Penghargaan Masa Kerja (lanjutan)
d. Asumsi Aktuaria
Asumsi yang digunakan oleh aktuaris untuk menentukan besarnya kewajiban manfaat karyawan adalah sebagai berikut:
Tingkat mortalitas
Tingkat kecatatan
Tingkat pengunduruan diri
Tingkat pensiun awal
Selisih usia peserta dan suami/istri diasumsikan 5 tahun
Rata-rata kenaikan gaji pada masa yang akan datang
Tingkat kenaikan manfaat pensiun berkala
Rata-rata tertimbang tingkat bunga pengukuran kewajiban aktuaria
Metode yang digunakan
30. ASET DAN LIABILITAS KEUANGAN
5,00% 5,00%
0,01% per tahun
0,50% per tahun 0,50% per tahun
0,10% per tahun 0,10% per tahun
5 tahun 5 tahun
Kepada pegawai yang telah menunjukkan prestasi luar biasa atau berjasa dalam pengembangan Bank diberikan penghargaan
berupa piagam dan uang sebesar 7 kali penghasilan bruto.
Kepada pegawai yang memasuki masa pensiun normal diberikan penghargaan berupa piagam dan uang sebesar minimal 3
kali penghasilan bruto.
2012 2011
GAM tahun 1971 GAM tahun 1971
0,01% per tahun
Manajemen PT Bank Sulteng berpendapat bahwa manfaat karyawan yang diberikan melalui program dana pensiun telah
melebihi jumlah manfaat yang diberikan menurut Undang-Undang No. 13 tahun 2003 tersebut.
Sebagian besar instrumen keuangan pada laporan posisi keuangan disajikan menggunakan nilai wajar. Berikut ini adalah
perbandingan antara nilai tercatat, seperti yang dilaporkan pada laporan posisi keuangan dan nilai wajarnya.
Pada tabel berikut ini, instrumen keuangan telah dialokasikan berdasarkan klasifikasi-nya. Kebijakan akuntansi penting pada
Catatan No. 2h menjelaskan bagaimana setiap kategori aset keuangan dan liabilitas keuangan diukur dan bagaimana pendapatan
dan beban, termasuk keuntungan dan kerugian atas nilai wajar (perubahan nilai wajar instrumen keuangan) diakui.
Pengelompokan aset keuangan telah diklasifikasikan menjadi aset keuangan dimiliki hingga jatuh tempo, pinjaman yang diberikan
dan piutang, dan aset keuangan tersedia untuk dijual. Liabilitas keuangan diklasifikasikan sebagai biaya perolehan diamortisasi.
Nilai wajar pada tanggal laporan posisi keuangan adalah berdasarkan informasi yang tersedia dan belum diperbaharui untuk
merefleksikan perubahaan keadaan pasar setelah tanggal laporan posisi keuangan.
NIHIL NIHIL
8,00% 8,00%
Projected Unit Credit Projected Unit Credit
53
PT. BANK SULTENG
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
30. ASET DAN LIABILITAS KEUANGAN (Lanjutan)
Metode dan asumsi yang digunakan untuk estimasi nilai wajar adalah sebagai berikut:
-
-
-
2012Biaya PerolehanPinjaman YangDimiliki HinggaAset dan Liabilitas
Tabel berikut ini merupakan nilai tercatat dan nilai wajar dari aset keuangan dan liabilitas keuangan pada tanggal 31 Desember
2012 dan 2011.
Giro pada Bank Lain - - 19.366.472.851 19.366.472.851 19.366.472.851
Giro pada BI - - 94.258.917.877 94.258.917.877 94.258.917.877
Keuangan Jatuh Tempo Diberikan dan Piutang Diamortisasi Nilai Tercatat Nilai Wajar
Efek-efek 68.299.022.968 - - 68.299.022.968 68.299.022.968
Tabungan - - 165.894.235.433 165.894.235.433 165.894.235.433
Giro - - 493.744.751.895 493.744.751.895 493.744.751.895
Kredit Yang Diberikan - 754.177.978.595 - 754.177.978.595 754.177.978.595
Deposito Berjangka - - 43.411.929.159 43.411.929.159 43.411.929.159
Jumlah 386.761.932.462 754.177.978.595 1.187.882.599.847 2.328.822.510.905 2.328.822.510.905
Pinjaman yang
Diterima - - 6.195.966.668 6.195.966.668 6.195.966.668
Simpanan dari Bank
Lain - - 365.010.325.965 365.010.325.965 365.010.325.965
Penempatan pada BI
dan Bank Lain 318.462.909.495 - - 318.462.909.495 318.462.909.495
Giro pada BI - - 103.544.256.655 103.544.256.655 103.544.256.655
Keuangan Jatuh Tempo Diberikan dan Piutang Diamortisasi Nilai Tercatat Nilai Wajar
2011Aset dan Liabilitas Dimiliki Hingga Pinjaman Yang Biaya Perolehan
Efek-efek 34.735.545.708 - - 34.735.545.708 34.735.545.708
Penempatan pada BI
dan Bank Lain 370.684.318.381 - - 370.684.318.381 370.684.318.381
Giro pada Bank Lain - - 11.837.683.084 11.837.683.084 11.837.683.084
Tabungan - - 136.945.120.983 136.945.120.983 136.945.120.983
Giro - - 556.484.176.786 556.484.176.786 556.484.176.786
Kredit Yang Diberikan - 565.842.246.216 - 565.842.246.216 565.842.246.216
Pinjaman yang
Diterima - - 12.391.933.334 12.391.933.334 12.391.933.334
Simpanan dari Bank
Lain - - 170.010.325.965 170.010.325.965 170.010.325.965
Deposito Berjangka - - 38.907.669.159 38.907.669.159 38.907.669.159
Jumlah 405.419.864.089 565.842.246.216 1.030.121.165.966 2.001.383.276.271 2.001.383.276.271
Nilai wajar aset keuangan dan liabilitas keuangan, kecuali efek-efek dimiliki hingga jatuh tempo dan pinjaman yang diterima,
mendekati nilai tercatatnya karena mempunyai jangka waktu jatuh tempo yang singkat atas instrumen keuangan tersebut
dan/atau suku bunganya sering ditinjau ulang.
Nilai wajar efek-efek dimiliki hingga jatuh tempo ditentukan berdasarkan harga kuotasi pasar yang berlaku pada tanggal 31
Desember 2012 dan 2011.
Nilai wajar pinjaman yang diterima dinilai menggunakan diskonto arus kas berdasarkan tingkat suku bunga pasar pada
tanggal 31 Desember 2012 dan 2011.
54
PT. BANK SULTENG
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
31. KUALITAS ASET PRODUKTIF
Tabel berikut ini menunjukkan tingkat mutu aset produktif Bank sesuai dengan peraturan Bank Indonesia yang berlaku:
32. INFORMASI MENGENAI PIHAK YANG BERELASI
a.
b.
a.
b.
c.
d.
a.
b.
2012Aset Dalam Perhatian
JumlahProduktif Lancar Khusus Kurang lancar Diragukan Macet
- - - 68.299.022.968
708.894.391.588 11.370.299.064 884.761.367 923.087.019 32.105.439.557 754.177.978.595 Kredit Yang Diberikan
Jumlah
2011
Penempatan pada BI
Efek-efek
Penempatan pada Bank
Lain
68.299.022.968 -
151.500.000.000 - - - - 151.500.000.000
166.962.909.495 - - - - 166.962.909.495
Produktif Lancar Khusus Kurang lancar Diragukan Macet
Aset Dalam Perhatian
34.735.545.708
1.095.656.324.050 11.370.299.064 884.761.367 923.087.019 32.105.439.557 1.140.939.911.057
Jumlah
-
- - 257.037.683.084
Penempatan pada BI
Efek-efek 34.735.545.708 - - - -
- -
1.086.644.050.044
509.165.376.823 14.550.467.378 1.110.702.189
229.028.575.036
257.037.683.084 - -
Kredit Yang Diberikan
Jumlah 1.029.967.180.651
229.028.575.036 -
Penempatan pada Bank
Lain
1.883.820.622 39.131.879.204 565.842.246.216
39.131.879.204 14.550.467.378 1.110.702.189 1.883.820.622
1 Pemegang Saham Pengendali
Dalam kegiatan normal usaha, Bank melakukan transaksi dengan pihak berelasi karena hubungan kepemilikan dan/atau
kepengurusan. Semua transaksi dengan pihak-pihak berelasi telah dilakukan dengan kebijakan dan syarat yang telah disepakati
bersama.
No. Pihak Yang Berelasi Sifat Hubungan Transaksi
3. Perusahaan Daerah/BUMD
2 Karyawan Kunci
Pemerintah Provinsi Sulawesi
Tengah
Beban bunga
Simpanan berupa giro
Beban bunga
Direksi, Komisaris, Kepala Divisi dan
Pimpinan Cabang.
Pengendalian bersama oleh
Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah
Simpanan berupa Giro
Beban Bunga
Pinjaman berupa kredit
Simpanan berupa tabungan
Pendapatan bunga
55
PT. BANK SULTENG
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
32. INFORMASI MENGENAI PIHAK YANG BERELASI (Lanjutan)
Kredit Yang Diberikan:
Karyawan Kunci
Persentase terhadap total kredit
Giro:
Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah
Persentase terhadap total giro
Tabungan:
Pemerintah Provinsi Sulawesi Tengah dan Karyawan Kunci
Persentase terhadap total tabungan
33. MANAJEMEN RISIKO
- Risiko Kredit
- Risiko Pasar
- Risiko Likuiditas
- Risiko Operasional
Kerangka Kerja Manajemen Risiko
46.903.464.674 179.098.620.386
9,50% 32,18%
0,76% 0,12%
Pada posisi 31 Desember 2011 dan 2010 PT Bank Sulteng mempunyai saldo aset dan liabilitas kepada pihak-pihak yang berelasi
dengan rincian sebagai berikut:
2012 2011
5.719.876.809 675.061.885
Bank, melalui pelatihan dan pemeliharaan prosedur operasi standar, bertujuan untuk mengembangkan lingkungan pengendalian
yang disiplin dan konstruktif, sehingga semua karyawan memahami peran dan kewajibannya masing-masing.
0,07% 0,13%
Bank memiliki eksposur terhadap risiko di bawah ini yang berasal dari instrumen keuangan sebagai mana diwajibkan pada PSAK
60 (Revisi 2010) "Instrumen Keuangan: Pengungkapan":
Catatan ini menyajikan informasi tentang paparan Bank untuk setiap eksposur risiko di atas, tujuan, kebijakan, dan proses Bank
untuk mengukur dan mengelola risiko, dan pengelolaan modal oleh Bank.
Direksi memiliki tanggung jawab secara menyeluruh terhadap pembentukan dan pengawasan terhadap kerangka manajemen
risiko Bank. Direksi telah membentuk Komite Aset dan Liabilitas (ALCO), Komite Risiko Kredit dan Operasional yang bertanggung
jawab untuk mengembangkan dan memonitor kebijakan manajemen risiko Bank di area yang telah ditetapkan. Semua komite
Dewan memiliki anggota eksekutif dan non-eksekutif dan melaporkan secara teratur kepada Direksi pada tanggal kegiatan
mereka.
Kebijakan manajemen risiko Bank dibuat untuk mengidentifikasi dan menganalisis risiko yang dihadapi oleh Bank, untuk
menetapkan batas risiko dan pengendalian yang tepat, dan memantau risiko dan kepatuhan terhadap batas risiko. Kebijakan
manajemen risiko dan sistem direview secara berkala untuk mencerminkan perubahan dalam kondisi pasar, produk dan jasa yang
ditawarkan.
521.828.619 116.481.808
56
PT. BANK SULTENG
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
33. MANAJEMEN RISIKO (Lanjutan)
a. Profil Risiko Bank
b. Risiko Kredit
-
-
-
- Mengadakan pendidikan dan pelatihan untuk memberikan hasil yang baik kepada Bank dalam mengelola risiko kredit.
Maksimum Eksposur Risiko Kredit (dalam jutaan rupiah)
Giro pada Bank Lain
Penempatan pada Bank Indonesia dan Bank lain
Kredit yang diberikan
Jaminan bank yang diterbitkan
Jumlah
754.178 565.842
6.807 5.333
1.098.814 1.070.248
2012 2011
19.366 24.829
318.463 474.244
Moderate Stabil Moderate Stabil1
2 Moderate Stabil Moderate Stabil
Komite Audit Bank bertanggung jawab untuk memantau kepatuhan terhadap kebijakan dan prosedur manajemen risiko Bank, dan
untuk mengkaji kecukupan kerangka kerja manajemen risiko dalam kaitannya dengan risiko yang dihadapi oleh Bank. Audit
Komite Bank dibantu oleh fungsi-fungsi Internal Audit. Internal Audit melakukan review terhadap prosedur dan pengendalian
manajemen risiko secara reguler dan ad-hoc, hasilnya dilaporkan kepada Komite Audit Bank.
Penilaian profil risiko pada Triwulan IV/2012 secara keseluruhan dinilai Moderate to High dengan trend stabil yang berarti
bahwa predikat risiko masih harus dikendalikan karena masih tergolong tinggi serta melakukan pengawasan yang menyeluruh
untuk dapat mencapai hasil yang baik di Triwulan mendatang. Adapun ringkasan sesuai matriks profil risiko yaitu sebagai
berikut:
Tingkat Risiko Tren
Penilaian Per Posisi Penilaian Posisi Sebelumnya
Tingkat Risiko Tren
Hukum
Reputasi
Strategik
Kepatuhan
No
Agregat
3
4
5
6
Moderate to High Naik Moderate Stabil8
Jenis Risiko
Kredit
pasar
Likuiditas
Operasional
Moderate to High Naik Moderate Stabil
7 Moderate Stabil Moderate Stabil
Moderate to High Stabil Moderate to High Stabil
Moderate Tren Moderate to High Naik
Moderate Stabil Moderate Stabil
Moderate to High Stabil Moderate to High Stabil
Risiko kredit adalah risiko kerugian keuangan dari counterparty yang tidak mampu memenuhi kontrak kewajiban mereka.
Untuk memastikan penurunan nilai kredit cepat terdeteksi, portofolio kredit secara aktif dimonitor pada setiap lapisan struktur
risiko dan akan diatasi melalui penerapan strategi perbaikan.
Direksi telah mendelegasikan tanggung jawab bagi pengawasan terhadap risiko kredit. Divisi Kredit bertanggung jawab untuk
manajemen risiko kredit PT Bank Sulteng, termasuk:
Merumuskan kebijakan kredit yang meliputi persyaratan agunan, kredit penilaian, penilaian risiko dan pelaporan, prosedur
dokumenter dan hukum, dan sesuai dengan persyaratan peraturan dan perundang-undangan.
Untuk persetujuan dan perpanjangan fasilitas kredit, batas otorisasi dialokasikan untuk Petugas Kredit. Fasilitas yang
lebih besar memerlukan persetujuan oleh Divisi Kredit, Kepala Divisi Kredit, Komite Kredit atau Dewan Direksi yang
membidangi masalah tersebut.
Manajemen memfokuskan, mengembangkan dan mengkategorikan risiko kredit bank sesuai dengan tingkat kerugian
keuangan yang akan dihadapi. Sistem penilaian risiko digunakan dalam menentukan eksposur kredit.
Berdasarkan pedoman yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Jaminan umumnya tidak diadakan selama penempatan pada
Bank Indonesia dan bank lain.
57
PT. BANK SULTENG
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
33. MANAJEMEN RISIKO (Lanjutan)
b. Risiko Kredit (Lanjutan)
Konsentrasi analisis risiko kredit
Rasio NPL Gross
Rasio NPL Netto
Rasio KAP
c. Risiko Pasar
Bank mendorong optimalisasi portofolio kredit dimana perluasan/diversifikasi kredit didasarkan pada rencana strategis
Bank, kondisi ekonomi saat ini, dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Kebijakan kredit, standar dan pelaksanaan serta pemantauan dan pengadministrasian portofolio kredit ditetapkan oleh
pejabat bank. Kebijakan ini disetujui oleh Dewan Komisaris dan secara berkala diperbarui untuk memasukkan perubahan
pasar dan peraturan perbankan yang baru.
Parameter yang digunakan Bank dalam mengukur risiko kredit meliputi kredit bermasalah, BMPK, konsentrasi kredit,
pertumbuhan kredit, kecukupan PPAP, LDR, dan parameter-parameter lainnya.
Berdasarkan penyampaian profil risiko, secara komposit risiko kredit dinilai "Moderate". Berikut ini adalah Rasio Non-
Performing Loan (NPL) dan Rasio Kualitas Aset Produktif (KAP) Bank pada tanggal 31 Desember 2012 dan 2011:
2012 2011
4,50% 7,44%
Risiko pasar adalah risiko bahwa perubahan harga pasar seperti suku bunga, akan mempengaruhi pendapatan atau nilai dari
instrumen keuangan.
Risiko tingkat bunga bank merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mengoptimalkan pendapatan bunga, mengingat tingkat
suku bunga tersebut sesuai dengan strategi bisnis Bank. Kegiatan manajemen dalam memonitoring aset dan liabilitas bank
dilakukan terhadap setiap perubahan tingkat suku bunga. Adapun pengelolaan risiko suku bunga disertai dengan pemantauan
sensitivitas aset keuangan dan liabilitas bank untuk meningkatkan atau menurunkan tingkat suku bunga pasar.
Risiko nilai tukar adalah risiko kerugian akibat pergerakan yang berlawanan dari nilai tukar pada saat Bank memiliki posisi
terbuka. Bank tidak memiliki saldo dan transaksi dalam mata uang asing. Dengan demikian, Bank tidak menghadapi risiko nilai
tukar.
1,19% 0,33%
3,06% 4,24%
Rasio Kualitas Aset Produktif (KAP) merupakan rasio antara aset yang diklasifikasikan tidak produktif (AYDTP) dibandingkan
dengan total aset produktif (AP). Aset yang diklasifikasikan tidak produktif merupakan rata-rata tertimbang aset berdasarkan
kolektibilitas.
Rasio NPL gross merupakan rasio antara baki debit pinjaman yang digolongkan non-performing loan (kategori kurang lancar,
diragukan, dan macet) dibandingkan dengan total baki debit pinjaman. Rasio NPL netto merupakan rasio antara nilai bersih
pinjaman yang digolongkan non-performing loan (kategori kurang lancar, diragukan, dan macet) dibandingkan dengan baki
pinjaman. Nilai bersih merupakan baki debit dikurangi saldo penyisihan penghapusan pinjaman.
58
PT. BANK SULTENG
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
33. MANAJEMEN RISIKO (Lanjutan)
c. Risiko Pasar (Lanjutan)
d. Risiko Likuiditas
Untuk memantau tingkat risiko likuiditas Bank melakukan analisis jatuh tempo aset dan kewajiban secara periodik.
(Dalam jutaan rupiah)
2012
> 12 bulan6-12 bulan3-6 bulanSaldo < 1 bulan 1-3 bulan
Ukuran utama yang digunakan oleh Bank untuk mengelola risiko likuiditas adalah rasio aset lancar bersih terhadap simpanan
nasabah. Rasio aktiva lancar bersih dianggap sebagai uang tunai dan kas pada aktiva lancar dikurangi dengan simpanan dari
bank (Giro pada Bank lain).
Risiko inheren untuk risiko pasar dinilai Moderate karena pada pada bidang perkreditan, alokasi modal diatas 2,00% dari
Kewajiban Penyediaan Modal Minimum (KPMM) dan tidak terdapat risiko pada bidang trasury dan investasi karena modal
kirang dari 1,00% dari KPMM karena Bank bukan merupakan Bank Devisa (Low). Pada posisi 31 Desember 2012 dan 2011
surat berharga yang dimiliki adalah berupa Sertifikat Bank Indonesia yang dikelompokkan sebagai dimiliki hingga jatuh tempo
(held to maturity) dan termasuk dalam banking book yang tidak dipertimbangkan pengukuran risiko pasar.
Sistem pengendalian risiko pasar tergolong Moderate , karena walaupun masih terdapat kelemahan, namun dapat segera
diatasi sehingga kegiatan transaksi Treasury dapat berjalan dengan baik dan lancar. Selama TriwulanIV/2012 tidak terdapat
indikasi adanya potensi risiko pasar yang dapat membahayakan Bank.
Risiko likuiditas adalah risiko dimana Bank tidak memiliki cukup dana untuk memenuhi kewajibannya (membayar kepada
kreditur atau melunasi hutang-hutangnya pada saat jatuh tempo). Risiko Likuiditas dapat diperkecil dengan suatu
perencanaan cash flow dan pengelolaan kelebihan dana yang tepat dengan tetap mengantisipasi kebutuhan dan kewajiban di
masa yang akan datang. Pengelolaan likuiditas dan risiko pendanaannya diawasi oleh Komite ALCO. Kebijakan risiko
likuiditas merupakan tanggung jawab manajemen dan strategis yang harus diambil untuk menjamin likuiditas yang cukup untuk
memenuhi kebutuhan Bank sesuai dengan peraturan yang berlaku.
- -
ASET
261.222 - - - -
Antar Bank Aktiva 170.831 170.831 - -
21.195
Kas 100.490 100.490 - - - -
Giro pada BI 261.222
Lain-lain 22.945 1.000 250 250 250
754.178 3.377 9.038 9.567 20.871 711.325
6.300 577.430
Efek-efek 68.299 - 18.891 - - 49.408 Kredit Yang Diberikan
Simpanan Nasabah 703.051 108.366 8.205 2.750
54.917
Jumlah 1.377.965 536.920 28.179 9.817 21.121 781.928
LIABILITAS
Lain-lain 55.717 200 200 200 200
- Pinjaman Yang Diterima 6.196 - 3.098 - - -
Antar Bank Pasiva 365.010 365.010 - - -
149.581 Perbedaan JT 247.991 63.344 16.676 6.867 14.621
1.129.974 473.576 11.503 2.950 6.500 632.347
Tabel berikut ini menggambarkan analisis jatuh tempo aset dan liabilitas Bank dihitung berdasarkan sisa periode pada akhir
tahun sampai pada jatuh tempo kontrak.
Jumlah
59
PT. BANK SULTENG
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
33. MANAJEMEN RISIKO (Lanjutan)
d. Risiko Likuiditas
(Dalam jutaan rupiah)
e. Risiko Operasional
- Penyesuaian dan pemisahan tugas serta otorisasi transaksi bank
- Pemantauan operasional bank.
- Dilakukan sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
- Mengontrol seluruh dokumentasi dan prosedur bank
-
- Melakukan pelatihan dan pengembangan pegawai terhadap risiko operasional.
- Memitigasi risiko yang mungkin timbul.
Modal peraturan Bank dianalisis menjadi dua tingkatan:
-
-
2011
ASET
-
Saldo < 1 bulan 1-3 bulan 3-6 bulan 6-12 bulan > 12 bulan
Antar Bank Aktiva 382.522 365.238 17.284 - -
103.544 103.544 - - - -
920 25.614
Kas 78.627 78.627 - - - -
Giro pada BI
2.510 6.748 35.265 40.238 435.021
Efek-efek 34.736 - -
Lain-lain 27.964 230 520 680
397.205 15.797
460.635
LIABILITAS
- 34.736 - Kredit Yang Diberikan 519.782
Simpanan Nasabah 732.337 279.785 20.150 19.400
Jumlah 1.147.175 550.149 24.552 35.945 75.894
2.392
Lain-lain 35.067 230 520 680 960 32.677
Pinjaman Yang Diterima 12.392 - - 5.000 5.000
Risiko Operasional adalah risiko yang antara lain disebabkan adanya ketidakcukupan dan atau tidak berfungsinya proses
internal, kesalahan manusia, kegagalan sistim, atau adanya masalah eksternal yang mempengaruhi operasional bank. Tujuan
Bank adalah untuk mengelola risiko operasional sehingga dapat menghindari kerugian keuangan dan reputasi Bank.
432.274
Perbedaan JT 197.369 100.134
Adapun tanggung jawab untuk meminimalisir terjadinya risiko operasional yang dapat mempengaruhi kegiatan Bank, antara
lain sebagai berikut:
Jika terjadi kesalahan ataupun kegagalan dalam operasional bank akan dilakukan pelaporan dan pengusulan tindakan
perbaikan.
Antar Bank Pasiva 170.010 170.000 10 - - -
21.757
3.872 10.865 54.137 28.361
Jumlah 949.806 450.015 20.680 25.080
Peraturan Bank Indonesia (PBI) menetapkan dan memantau kebutuhan modal untuk Bank sebagai entitas. Bank diwajibkan
untuk mematuhi peraturan Bank Indonesia yang berlaku.
Tier 1 modal, yang meliputi modal yang disetor, agio saham, cadangan umum, saldo laba dan laba tahun berjalan. Nilai
buku goodwill dikurangi dari tier 1 modal dan penyesuaian peraturan lain yang berkaitan dengan transaksi yang termasuk
dalam ekuitas namun diperlakukan berbeda untuk tujuan kecukupan modal.
Tier 2 modal, yang meliputi jumlah yang diijinkan kerugian penurunan nilai kolektif. Bank tidak memiliki modal tambahan
lainnya yang memenuhi kriteria tingkat 3 modal di bawah ketentuan BI yang berlaku.
60
PT. BANK SULTENG
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
33. MANAJEMEN RISIKO (Lanjutan)
e. Risiko Operasional (Lanjutan)
Tabel Perhitungan ATMR dan Capital Adequacy Ratio (CAR):
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) Kredit
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) Operasional
Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) Pasar
Capital Adequacy Ratio (CAR)
34. PERIKATAN-PERIKATAN YANG SIGNIFIKAN
a. Perjanjian Kerja Sama Jaringan ATM-Bersama
b. Penyewaan Aplikasi Core Banking System OLiBS
- -
472.937 613.412
212.745 212.750
32,96% 22,84%
Kegiatan Alokasi modal didorong oleh optimalisasi jumlah modal yang jumlahnya tergantung pada peraturan perundang-
undangan yang berlaku untuk memaksimalkan laba atas risiko yang disesuaikan dengan modal dasar yang digunakan dalam
menentukan bagaimana modal dialokasikan oleh Bank pada operasional atau kegiatan tertentu. Kebijakan Bank yang
berhubungan dengan pengelolaan modal dan alokasi dana direview secara berkala oleh Direksi.
2012 2011
Kebijakan Bank adalah untuk mempertahankan modal yang kuat sehingga dapat menjaga investor, kreditur dan kepercayaan
pasar.
Manajemen menggunakan rasio modal untuk memantau permodalannya dan mengukur kecukupan modal bank yang
didasarkan pada pemantauan kebutuhan sumber daya modal (diukur sebagai 8 persen dari aktiva tertimbang menurut risiko)
untuk sumber daya modal yang tersedia.
Pada posisi 31 Desember 2012, PT Bank Sulteng mempunyai sejumlah perikatan-perikatan dengan pihak ketiga dengan ikhtisar
sebagai berikut:
PT Bank Sulteng telah mengadakan kerja sama pengoperasian ATM-Bersama dengan PT Artajasa Pembayaran Elektronis
(Artajasa) berdasarkan Penjanjian Jasa Jaringan ATM Bersama No.26/DIR/PT.BPD-ST/XV-P/2006 dan
No.027/PKS.BPDST/AJ/000/2006 tanggal 22 Desember 2006.
PT Bank Sulteng berhak untuk menggunakan fasilitas terminal ATM di dalam jaringan ATM Bersama dengan membayar biaya
berlangganan. PT Bank Sulteng diwajibkan untuk melakukan pengisian kas secara periodik dan melakukan perikatan
pemeliharaan ATM dengan pemasok.
PT Bank Sulteng telah mengadakan perikatan penyewaan aplikasi Core Banking dengan PT Collega Inti Pratama
sebagaimana tertuang dalam perjanjian Kerjasama Penyewaan Aplikasi Core Banking System OLiBS No. 01/DIR/PT.BPD-
ST/XV-P/2006 dan No. 01/CIP-LO/PKS/I/2006 tanggal 4 September 2006.
61
PT. BANK SULTENG
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
34. PERIKATAN-PERIKATAN YANG SIGNIFIKAN
b. Penyewaan Aplikasi Core Banking System OLiBS (Lanjutan)
c. Perjanjian Sewa Pakai Mesin ATM
d. Penjaminan Simpanan
e. Perjanjian Sewa-Menyewa PSN IP-VPN (Fiber Optic)
f. Perjanjian Pembayaran TASPEN Melalui Rekening Bank
Pada tanggal 22 September 2004 telah terbit Undang-Undang No. 24 Lembaga Penjaminan Simpanan, yang mewajibkan
bank yang melakukan kegiatan usaha di Indonesia wajib menjadi peserta penjaminan simpanan. Fungsi Lembaga Penjaminan
Simpanan adalah menjamin simpanan dan turut serta menjaga stabilitas sistem perbankan sesuai dengan kewenangannya.
Sampai dengan 31 Desember 2009 program penjaminan tersebut masih berlaku.
PT Bank Sulteng telah mengadakan perjanjian dengan PT Pasifik Satelit Nusantara sebagaimana tertuang dalam perjanjian
sewa-menyewa PSN IP-VPN Fiber Optic dengan No. PSN:25.02/KON/PSN-NS/08 dan No.
BST.08/DIR/PT.BPD.ST/XV/P/2008 tanggal 18 Juni 2008 yang sampai dengan 31 Desember 2008, perjanjian tersebut masih
berlaku. Biaya penyewaan meliputi biaya sewa berlangganan, delivery, dan instalasi jaringan PSN IP-VPN.
PT Bank Sulteng telah mengadakan perjanjian dengan PT Taspen (Persero) yang tertuang dalam kontrak perjanjian No.
001/C.6.2/022011 dan No. 03/DIR/PT. BST/XV/P/2011 tanggal 3 Januari 2011 tentang Pembayaran Tabungan Hari Tua,
Tabungan Hari Tua Multiguna dan Pensiun melalui Rekening Bank yang berlaku sampai tanggal 3 Januari 2013.
Biaya penyewaan tersebut meliputi biaya instalasi dan sewa bulanan yang besarnya telah disepakati untuk tiap unit kantor.
Aplikasi yang disewakan meliputi modul pembukuan, dana, pinjaman, jasa-jasa, switching interface, KYC, treasury dan
Pada tanggal 17 Juni 2008 Bank melakukan perpanjangan kontrak dengan menambahkan layanan fasilitas data center (DRC)
dalam unsur pembayaran sewa.
PT Bank Sulteng telah mengadakan kerjasama dengan PT Andalan Terampil Multisiss sebagaimana tertuang dalam
perjanjian kerja sama sewa pakai mesin ATM No. LTO-ATM/DIR/05-07/040 dan No. 01/DIR/PT.BPD-ST/XV-P/2007 tanggal
29 Mei 2007. Biaya penyewaan tersebut meliputi biaya sewa 8 unit mesin ATM dan biaya pemeliharaan selama masa sewa.
Penjaminan tersebut berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia No. 26/KMK.17/1998 tanggal 28
Januari 1998 dan Surat Keputusan Bersama Gubernur Bank Indonesia dan Ketua Badan Penyehatan Perbankan Nasional
No. 32/46/KEP/DIR dan No. 181/BPPN/0559 tanggal 14 Mei 1999 tentang syarat dan Tata Cara Pelaksanaan Jaminan
Pemerintah terhadap Pembayaran Bank Umum. Penjaminan ini berlaku sampai dengan 26 Januari 2000.
Selanjutnya melalui Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 179/KMK.017/ 2000 tanggal 26 Mei 2000 periode penjaminan
diperpanjang secara otomatis untuk jangka waktu enam bulan berikutnya secara terus-menerus, kecuali apabila dalam waktu
enam bulan sebelum berakhirnya jangka waktu penjaminan Menteri Keuangan mengumumkan bahwa Pemerintah tidak
bermaksud untuk memperpanjang penjaminan. Terkait dengan pembubaran Badan Penyehatan Perbankan Nasional pada
tanggal 20 April 2004, maka sejak 27 Februari 2004 program penjaminan dilaksanakan oleh Menteri Keuangan dengan
membentuk unit pelaksanaan penjaminan pemerintah dalam lingkungan Departemen Keuangan.
62
PT. BANK SULTENG
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
34. PERIKATAN-PERIKATAN YANG SIGNIFIKAN
g. Perjanjian Penyelenggaraan Jaringan
h. Perjanjian Kerjasama Pelayanan dan Pemanfaatan Jasa Bank
i. Perjanjian Penyelenggaraan Layanan Penerimaan Pembayaran Tagihan Secara On-Line
35. STATUS PENGAWASAN BANK
- Melarang Bank melakukan distribusi modal;
-
-
-
-
- Melarang Bank melakukan pembayaran pinjaman subordinasi.
Perjanjian penyelenggaran jaringan tersebut berdasarkan Nota Kesepakatan No. 002/MOU/LA/00000/2011 dan No.
009/BPDST/XV-P/2011 meliputi jaringan online (VPN-Multiservice), Software as a Services (SaaS), Aplikasi Humanis, SMS
Broadcast dan Interaktif, Mobile Cash dan aplikasi lain yang dikembangkan sesuai dengan kebutuhan PT Bank Sulteng. Biaya
yang timbul akibat kesepakatan bersama menjadi tanggung jawab masing-masing pihak. Perjanjian berlaku sampai 2 tahun.
Perjanjian tersebut berdasarkan No. P/94.13/SP/2011 dan No. 10a/DIR/BPD-ST/XVI-P/2011 tentang Pelayanan dan
Pemanfaatan Jasa Bank berlaku selama 3 tahun terhitung sejak tanggal ditandatangani. Tujuan kerjasama adalah
memaksimalkan transaski penyetoran dan transaski pendebetan penerimaan PT Jasa Raharja di Kantor Bersama SAMSAT.
Perjanjian tersebut antara PT Bank Sulteng dengan PT Artajasa tertuang dalam perjanjian No. 010/PKS.BPDST/000/2011
dan 08/BPDST/XV-P/2011 tanggal 2 Mei 2011 berlaku hingga 2 tahun tentang Penyelenggaraan Layanan Penerimaan
Pembayaran Tagihan Secara On-Line. PT Bank Sulteng berhak mengenakan biaya transaksi yang jumlahnya ditentukan
berdasarkan masing-masing Billing Provider.
Sesuai dengan Surat Bank Indonesia No. 14/7/APBU/Pal/Rahasia tertanggal 16 April 2012, perihal Peningkatan Status
Pengawasan Bank Sulteng, Bank Indonesia menetapkan status PT Bank Sulteng sebagai Bank Dalam Pengawasan Intensif.
Dalam kondisi Dalam Pengawasan Intensif, sesuai dengan PBI No. 13/3/PBI/2011 tanggal 17 Januari 2011 tentang Penetapan
Status dan Tindak Lanjut Pengawasan Bank, pasal 7, Bank Indonesia berwenang:
Melarang Bank melakukan transaksi tertentu dengan pihak terkait dan/atau pihak lain yang ditetapkan oleh Bank Indonesia,
kecuali telah memperoleh persetujuan Bank Indonesia;
Membatasi pertumbuhan aset, pembatasan penyertaan, pembatasan penyediaan dana baru, kecuali telah memperoleh Bank
Indonesia;
Membatasi pelaksanaan rencana ekspansi usaha atau produk dan aktivitas baru, kecuali telah memperoleh persetujuan Bank
Indonesia;
Membatasi pembayaran gaji, remunerasi atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu kepada anggota Dewan
Komisaris dan/atau Direksi Bank, atau kompensasi kepada pihak terkait, kecuali telah memperoleh persetujuan Bank
Indonesia; dan/atau
63
PT. BANK SULTENG
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
35. STATUS PENGAWASAN BANK
a. Penerapan Good Corporate Governance
- Melakukan rapat berkala untuk membahas permasalahan strategis.
- Memastikan tindak lanjut atas permasalahan yang menjadi temuan audit eksternal dan internal.
- Menerapkan reward and punishment secara konsisten terhadap kasus-kasus SDM.
-
- Memastikan komite-komite menjalankan fungsinya sesuai ketentuan.
-
- Meminta bank agar segera melengkapi struktur komite audit dan komite pemantau risiko sesuai ketentuan.
-
-
-
- Menunjuk kepala Divisi SKAI definitif.
-
-
- Meminta pengurus membuat SOP penanganan benturan kepentingan.
- Benturan kepentingan agar dituangkan dalam risalah rapat.
-
a. Penerapan Good Corporate Governance (Lanjutan)
-
- Menyampaikan daftar pihak terkait ke Bank Indonesia.
b. Permasalahan Kualitas Aktiva
- Membentuk task force yang fokus untuk menangani kredit bermasalah.
-
-
- Bank menurunkan limit pemberian kredit dari masing-masing Kantor Cabang.
-
Direksi dan Komisaris akan membuat kontrak yang berbasis risiko dan dijalankan dengan konsisten dengan masing-
masing Pemimpin Cabang.
Bank telah menyusun rencana tindak lanjut (action plan) dalam rangka permasalahan yang dihadapi sesuai dengan Surat No.
723/BPD-ST/DIR/DAI/XVI/2012 tanggal 25 April 2012 kepada Bank Indonesia. Rencana tindak lanjut yang dimaksud adalah
rencana perbaikan terkait Penerapan Good Corporate Governance (GCG) dan Permasalahan Kualitas Aktiva, yakni sebagai
berikut:
Menyusun blue print perencanaan dan pengembangan SDM, mengkaji kembali dan/ atau melakukan penyusunan SOP
termasuk recruitment, mutasi, rotasi, dan promosi sesuai dengan ketentuan.
Memastikan komite remunerasi dan nominasi melakukan kajian terkait kewajaran kebijakan remunerasi bank dan
menyusun kebijakan remunerasi berbasis resiko.
Pelaksanaan review oleh Direktur Kepatuhan dan satker dibawahnya atas kesesuaian pelaksanaan tugas unit bisnis
dengan ketentuan, seperti melakukan evaluasi atas proposal kredit apakah telah sesuai dengan ketentuan.
Menyusun program kerja tahunan divisi kepatuhan, diantaranya termasuk melakukan review berkala atas ketentuan dan
SOP bank.
Direksi memastikan kecukupan ruang lingkup dan fokus audit SKAI, memastikan bahwa audit yang dilaksanakan oleh
SKAI telah mencakup risiko-risiko yang dominan dihadapi oleh bank.
Menyampaikan salinan dokumen proses pemberian kredit (mulai dari permohonan sampai dengan persetujuan kredit)
untuk kredit produktif dengan plafond di atas Rp100.000.000 dan kredit non produktif di atas Rp200.000.000.
Memastikan pada masing-masing Kantor Cabang memiliki fungsi audit internal control/resident auditor yang bertanggung
jawab langsung kepada direksi memastikan pelaksanaan dan melaporkan penyimpangan ketentuan pada kantor-kantor
cabang.
Meminta bank agar menyusun target RBB secara realistis (memperhitungkan kemampuan internal bank seperti SDM, IT,
SOP, dan melakukan mitigasi risiko dan pengendalian intern yang efektif) sesuai komitmen yang tercantum dalam risalah
RBB.
Menginventarisasi, mereview, menyempurnakan kebijakan/prosedur/SOP yang mengatur pelaksanaan kegiatan
transaksional maupun non-transaksional terutama terkait aktifitas perkreditan, SDM & Umum serta Teknologi Informasi.
Menunda pengembangan/pembukaan jaringan kantor baru, penerbitan produk baru dan pelaksanaan aktivitas baru
sebagaimana tercantum dalam Rencana Bisinis Bank (RBB) tahun 2012-2014, dan mengkinikan Rencana Bisnis Bank
(Business Plan).
Menyusun action plan kredit bermasalah yang mencakup target penyelesaian sesuai batasan waktu strategi penyelamatan
kredit disertai dengan rincian debiturnya.
64
PT. BANK SULTENG
CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN
UNTUK TAHUN-TAHUN YANG BERAKHIR 31 DESEMBER 2012 DAN 2011
(Dinyatakan dalam rupiah penuh)
35. STATUS PENGAWASAN BANK
-
-
- Meminta persetujuan tertulis Bank Indonesia sebelum melaksanakan pembagian laba tahun buku 2011 dan 2012.
- Menyampaikan Laporan Keuangan (Neraca, Laporan Laba Rugi, dan Laporan Rekening Administratif) secara mingguan.
36. KEJADIAN SETELAH PERIODE PELAPORAN
Kejadian Fraud Yang Mengakibatkan Penurunan Nilai Aset Keuangan
Jumlah yang diberikan s/d 31 Desember 2012
Jumlah yang diberikan setelah 31 Desember 2012
Adapun Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) yang harus dibentuk tersebut adalah sebagai berikut :
Jumlah Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) yang harus dibentuk Rp.
Jumlah Cadangan Kerugian Penurunan Nilai yang dibentuk secara kolektif Rp.
Jumlah Cadangan Kerugian Penurunan Nilai yang dibentuk secara individual Rp.
Berdasarkan Laporan Hasil Pemeriksaan Khusus pada PT. Bank Sulteng Cabang Pembantu tanggal 21 Maret 2013 oleh Tim
Pemeriksa Khusus (SKAI) PT. Bank Sulteng, diperoleh bukti objektif bahwa telah terjadi pemberian kredit dengan Plafond
sebesar Rp.12.428.000.000,- dan saldo baki debet sebesar Rp.11.433.583.799,- yang tidak sesuai dengan ketentuan dan
prosedur, terjadi pada Kantor Cabang Pembantu Banggai Kepulauan. Dari jumlah kerugian yang dilaporkan telah terjadi, dapat
dibagi menjadi 2 (dua) bagian sebagai berikut:
4.951.000.000 4.547.193.353
12.428.000.000 11.433.583.799
6.886.390.446
Manajemen berpendapat bahwa kerugian terhadap kredit yang diberikan sampai dengan 31 desember 2012 adalah peristiwa
penyesuai atas Laporan Keuangan tahun 2012. Manajemen telah membentuk Cadangan Kerugian Nilai secara individual atas
kredit tersebut per 31 desember 2013.
363.690.205
6.522.700.241
Selanjutnya dalam rangka penyelesaian atas kredit yang tersebut, manajemen telah memutuskan dan mengambil langkah
melalui proses hukum
Evaluasi pelaksanaan pemberian kredit produktif dengan melakukan pembatasan realisasi perpanjangan kredit produktif
(Kredit Investasi & Kredit Modal Kerja).
Mengkaji pembatasan growth penyaluran kredit pada sektor tertentu, dan menyampaikan laporan hasil kajian kepada
Bank Indonesia selambat-lambatnya 10 hari kerja sejak tanggal surat Bank Indonesia.
Sejak ditetapkan sebagai Bank dalam pengawasan intensif oleh Bank Indonesia sampai dengan laporan keuangan diterbitkan,
Bank telah melakukan tindak lanjut atas action plan tersebut dan telah melaporkan hasil tindak lanjut kepada Bank Indonesia
dengan surat nomor 1565/BPD-ST/DIR/DAI/IV/2010 tanggal 14 agustus 2012 perihal Tindak Lanjut Penyelesaian Permasalahan
Bank Dalam Pengawasan Insentif (BDPI) PT. Bank Sulteng dan surat nomor 2529/BPD-ST/DIR/DAI/XVI/2012 tanggal 18
desember 2012 perihal Perkembangan Penyelesaian Action Plan Bank Dalam Pengawasan Intensif (BDPI) Tahun 2012.
Plafond Per 21 Maret 2013
7.477.000.000 6.886.390.446
Baki Debet
Kategori Kredit
65