Upload
shizuka-daihyooga
View
267
Download
16
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Rencana Strategis
Citation preview
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Globalisasi merupakan tantangan, masalah dan sekaligus potensi
untuk pembangunan nasional berwawasan kesehatan di masa
mendatang.Kondisi yang ada terus bergulir dengan diikuti oleh
perkembangan pelaksanaan berbagai komitmen Internasional seperti
perdagangan bebas global, Millenium Development Goals dan agenda
Internasional lainnya dibidang kesehatan, yang perlu diperhatikan dalam
penetapan kebijakan dan penyelenggaraan pembangunan kesehatan.
Dengan adanya berbagai perubahan yang mendasar tersebut, maka, perlu
diantisipasi secara serius dalam penyelenggaran pembangunan kesehatan.
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta dari tahun ke tahun senantiasa
berupaya untuk melakukan perbaikan dan pembenahan pembangunan di
segala bidang. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar masyarakat merasa lebih
aman, nyaman, dan tentram dalam menjalani kehidupan serta dapat berkarya
nyata dalam membangun wilayahnya.
Pembangunan di bidang kesehatan tak luput dari perhatian gubernur
terpilih, yang tentu saja menjadi salah satu prioritas pembangunan di Ibukota
Jakarta. Hal ini bisa dilihat dalam visinya ”JAKARTA YANG NYAMAN DAN
SEJAHTERA UNTUK SEMUA” yang mengandung arti bahwa sejahtera
merupakan perwujudan derajat kehidupan penduduk Jakarta yang sehat,
layak, dan manusiawi.
Begitu kompleksnya permasalahan kesehatan yang ada di DKI Jakarta
dan antisipasi terhadap perubahan globalisasi maka diperlukan strategi yang
tepat untuk mengatasinya. Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta sebagai
instansi pelaksana di bidang kesehatan perlu menyusun suatu perencanaan
strategis yang menjadi acuan pembangunan kesehatan untuk lima tahun
mendatang.
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 7
1.2 MAKSUD DAN TUJUAN
Rencana strategis Dinas Kesehatan DKI Jakarta 2007-2012 disusun
dengan maksud untuk mensinergikan program-program pembangunan di
daerah dalam rangka pelaksanaan RPJP DKI Jakarta Tahun 2005-2025.
Tujuan penyusunan Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta adalah
sebagai pedoman bagi seluruh jajaran kesehatan di DKI Jakarta dalam
menyusun perencanaan SKPD dan program serta kegiatan yang dianggarkan
melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi DKI
Jakarta maupun Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dalam
kurun waktu lima tahun ke depan.
1.3 LANDASAN HUKUM UU No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara;
UU No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;
UU No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggung Jawab Keuangan Negara;
UU No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan
Nasional;
UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;
UU No. 33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
UU No. 29 tahun 2007 tentang Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta
Sebagai Ibukota Negara Kesatuan Republik Indonesia;
UU No.17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Penjang Nasional Tahun 2005-2025;
UU No 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana
UU No 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2001 tentang Pembinaan dan
Pengawasan Atas Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;
Peraturan Pemerintah No. 56 Tahun 2001 tentang Pelaporan
Penyelenggaraan Pemerintah Daerah;
Peraturan Pemerintah No. 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan
Keuangan Daerah.
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 8
Peraturan Pemerintah No. 65 Tahun 2005 tentang Pedoman
Penyusunan dan Penerapan Standar Pelayanan Minimal.
Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan
Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah
Daerah Kabupaten/Kota.
Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 2007 Tentang Organisasi
Pemerintah Daerah.
Peraturan Presiden No. 7 Tahun 2005 Tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional Tahun 2004-2009.
Peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan
dan Kinerja Instansi Pemerintah.
Peraturan Pemerintah No. 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional.
Peraturan Pemerintah No. 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara
Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan.
Surat Edaran Mendagri No 050/20/SJ/2005 Tentang Petunjuk
Penyusunan Dokumen RPJP Daerah dan RPJM Daerah.
Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2005 tentang Pokok – Pokok
Pengelolaan Keuangan Daerah;
Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2008 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah Tahun 2007 – 2012
Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Yakarta Nomor
956 Tahun 2008 tentang Struktur Program Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah (APBD) Tahun 2007 - 2012
1.4 HUBUNGAN RENSTRA SKPD DENGAN DOKUMEN PERENCANAAN LAINNYA
Renstra Dinkes DKI Jakarta merupakan dokumen perencanaan 5
tahunan yang disusun berpedoman pada RPJMD, dan sebaliknya Renstra
Dinas menjadi bahan masukan untuk RPJMD. Renstra Dinas ini merupakan
acuan dan menjadi masukan dalam penyusunan rencana kerja (Renja)
tahunan SKPD seperti yang tertera pada gambar berikut:
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 9
1.5SISTEMATIKA PENULISAN
1.5.1 PROSES PENYUSUNAN
Setiap SKPD wajib menyusun Renstra dengan mengacu pada RPJMD
Provinsi DKI Jakarta. Penyusunan Renstra SKPD melibatkan stakeholder
sesuai dengan tugas dan fungsi SKPD dan berkoordinasi dengan
Bapeda/Bapeko /Bapekab. Renstra SKPD ditetapkan dengan peraturan
kepala SKPD dengan persetujuan Gubernur. Dokumen Renstra SKPD yang
telah ditetapkan kepala SKPD disampaikan ke Gubernur Provinsi DKI Jakarta
melalui Bapeda Provinsi DKI Jakarta.
1.5.2 TAHAPAN PENYUSUNAN
Penyusunan rancangan RENSTRA SKPD
Acuan sementara yang digunakan adalah program indikatif tahun 2008.
Subtansi utama memuat visi dan misi SKPD, tujuan strategi, kebijakan,
program, dilengkapi dengan kegiatan yang bersifat indikatif.
Penyempurnaan RENSTRA SKPD
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012
RPJPD (20 Tahun)
RPJMD (5 Tahun)
RKPD(1 Tahun)
Renstra SKPD(5 Tahun)
Renja SKPD(1 Tahun)
jadi pedoman
jadi pedoman
menjadi masukan
dijabarkanjadi pedoman
menjadi masukan
jadi acuan
10
Rancangan Renstra disinkronkan dengan Perda tentang RPJMD (visi, misi
dan program yang ditetapkan ). Dalam melaksanakan sinkronisasi
berkoordinasi dengan Bapeda. Penyempurnaan/penyesuaian Renstra SKPD
meliputi: visi, misi, tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program dan kegiatan.
1.5.3 OUTLINE RENSTRA SKPD
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta disusun dengan sistematika sebagai
berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Berisi latar belakang penyusunan renstra, maksud dan tujuan, landasan
hukum, hubungan renstra dengan dokumen perencanaan lainnya serta
sistematika penulisan
BAB II TUGAS DAN FUNGSI SKPD
Berisi struktur organisasi Dinkes DKI Jakarta, susunan kepegawaian dan
perlengkapannya, tugas dan fungsi serta hal lainnya yang dianggap penting
BAB III GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH
Meliputi kondisi umum masa kini dan permasalahan dan Isu Strategis
BAB IV VISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
Berisi visi, misi, tujuan, strategi kebijakan, sasaran dan indikator
BAB V PROGRAM DAN KEGIATAN
Menguraikan program kegiatan Dinkes DKI Jakarta 5 tahun ke depan yang
mengacu pada program RPJMD Provinsi DKI Jakarta. Program kegiatan
disertai dengan tujuan, sasaran, indikator sasaran, target pencapaian selama
5 tahun ke depan, kegiatan-kegiatan untuk setiap bidang yang disertai
dengan penanggung jawabnya.
BAB VI PENYELENGGARAAN RENSTRA DAN PENILAIAN
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 11
Berisi tetntang bagimana penyelenggaraan Renstra yang dilaksanakan dan
penilaian yang akan dilakukan terhadap indikator renstra yang ada
BAB VII PENUTUP
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 12
BAB II
TUGAS DAN FUNGSI SKPD
2.1 STRUKTUR ORGANISASI DINAS KESEHATAN
Dinas Kesehatan dioperasionalkan dengan Peraturan Daerah DKI
Jakarta Nomor 3 Tahun 2001 tentang Bentuk Susunan Organisasi dan Tata
Kerja Perangkat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta, yang terdiri dari :
1. Kepala Dinas;
2. Wakil Kepala Dinas;
3. Bagian Tata Usaha;
4. Subdinas Pelayanan Kesehatan;
5. Subdinas Kesehatan Masyarakat;
6. Subdinas Kesehatan Gawat Darurat dan Bencana;
7. Subdinas Pemasaran Sosial dan Informasi Kesehatan;
8. Subdinas Sumber Daya Manusia Kesehatan;
9. Subdinas Perencanaan dan Pembiayaan Kesehatan;
10.Subdinas Manajemen Mutu Kesehatan;
11.Suku Dinas Pelayanan Kesehatan;
12.Suku Dinas Kesehatan Masyarakat;
13.Suku Dinas Kesehatan Kepulauan Seribu;
14.Puskesmas Kecamatan;
15.Puskesmas Kelurahan;
16.Laboratorium Kesehatan Daerah;
17.Pelayanan Kesehatan Karyawan;
18. Institusi Pendidikan Tenaga Kesehatan;
19.Rumah Sakit Umum Daerah.
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 13
BAGAN SUSUNAN ORGANISASI DINAS KESEHATAN
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 67
KEPALA DINAS
WK. KEPALA DINAS
BAGIANTATA USAHA
SUBBAGIANUMUM
SUBBAGIANKEUANGAN
SUBBAGIANKEPEGAWAIAN
SUBBAGIANPERLENGKAPAN
KELOMPOKJABATAN
FUNGSIONAL
SUBDINASMANAJEMEN
MUTU KESEHATAN
SUBDINASPERENCANAAN
PEMBIAYAAN KESEHATAN
SUBDINASSDM
KESEHATAN
SUBDINASPEMASARAN
SOSIAL & INFORMASI KESEHATAN
SUBDINASKESEHATAN
GAWAT DARURAT DAN
BENCANA
SUBDINASKESEHATAN
MASYARAKAT
SUBDINASPELAYANAN KESEHATAN
SEKSI
PELAYANANKESEHATAN
DASAR
SEKSI
PUSATKESEHATANMASYARAKA
T
SEKSI
PELAYANANKESEHATAN
SPESIALISTIK
SEKSI
PELAYANANKESEHATAN
TRADISIONAL
SEKSI
PELAYANANFARMASI
MAKANAN & MINUMAN
SEKSI
SURVEILANS EPIDE-
MIOLOGI
DASARSEKSI
PENYAKITMENULAR
SEKSI
PENYAKITTIDAK
MENULAR
SEKSI
PENYEHATANLINGKUNGAN& KESEHATAN
KERJA
SEKSI
GIZI
KOMUNITAS
SEKSI
PENYIAPAN
SEKSI
SATUAN TUGAS
SEKSI
KOMUNIKASI
SEKSI
SIAGA KESEHATAN
SEKSI
PROMOSI KESEHATAN
SEKSI
PEMBINAAN PERANSERTA MASYARAKAT
SEKSI
PENGELOLAAN DATA
SEKSI
PENGEMBANGAN PRODUK KESEHATAN
SEKSI
PENDAYAGU-NAAN & PE-
NGENDALIAN NAKES
SEKSI
PEMBINAAN INSTITUSI
PENDIDIKAN NAKES
SEKSI
PENDIDIKAN DAN
PENGEMBANGAN KARIER
SEKSI
PELATIHAN TENAGA
KESEHATAN
SEKSI
PERENCANAAN PROGRAM
SEKSI
PENGENDA-LIAN & PENILAIAN
PROGRAM
SEKSI
PEMBIYAAN KESEHATAN
SEKSI
JAMINAN PEMELIHA-RAAN
KESMAS & AS.KES
SEKSI
STANDAR MUTU
SEKSI
AKREDITASI & PENGUKURAN
MUTU
SEKSI
PENGGERAK-AN DAN PENGHAR-
GAAN
SEKSI
PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN
MUTU
UNIT PELAKSANA TEKNIS DINAS
SUKU DINAS
KESEHATAN MASYARAKAT KOTAMADYA
SUKU DINAS
PELAYANAN KESEHATAN KOTAMADYA
BAGAN SUSUNAN ORGANISASISUKU DINAS KESEHATAN MASYARAKAT KOTAMADYA
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 68
SUKU DINASKESEHATAN
MASYARAKAT KOTAMADYA
SUB BAGIANTATA USAHA
SEKSIPENDATAAN & PROGRAM
SEKSIPENYAKIT MENULAR
SEKSIPENYAKIT
TIDAK MENULAR
SEKSIPENYEHATAN
LINGK. & KESEHATAN
KERJA
SEKSIGIZI &
PEMBINAAN PERANSERTA
MASYARAKAT
SEKSIKESEHATAN
JIWA MASYARAKAT DAN NAPZA
PUSKESMAS
KECAMATAN
PUSKESMAS
KELURAHAN
BAGAN SUSUNAN ORGANISASI SUKU DINAS PELAYANAN KESEHATAN
2.2 SUSUNAN KEPEGAWAIAN DINAS KESEHATAN
KOMPOSISI PEGAWAI
Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta saat ini memiliki pegawai yang
berjumlah 6512 personil, yang tersebar di seluruh unit kerja organisasi
kesehatan dengan berbagai tingkat pendidikan dan kompetensi. Distribusi
pegawai per unit kerja dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini :
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 69
SUKU DINASPELAYANANKESEHATAN KOTAMADYA
SUB BAGIANTATA USAHA
SEKSIPENDATAAN & PROGRAM
SEKSIPELAYANAN KESEHATAN
DASAR
SEKSIPELAYANAN KESEHATAN
SPESIALISTIK
SEKSIPELAYANAN KESEHATAN
TRADISIONAL
SEKSIPELAYANAN
FARMASI, MAKANAN DAN
MINUMAN
SEKSIKESEHATAN
GAWAT DARURAT, BENCANA &
GAKIN
Tabel 2.1
Profil pegawai Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta.
No UNIT KERJA JUMLAH %
1. Dinas Kesehatan 294 4.51
2. Suku Dinas Pelayanan Kesehatan 243 3.73
3. Suku Dinas Kesehatan Masyarakat 430 6.60
4. Suku Dinas Kesehatan Kepulauan Seribu 49 0.75
5. Puskesmas 4348 66.76
6. Laboratorium Kesehatan Daerah 18 0.27
7. Balai Kesehatan Karyawan 128 1.96
8. Institusi Pendidikan Kesehatan 20 0.30
9. Rumah Sakit Umum Daerah 955 14.66
10 Departemen lain 27 0.41
JUMLAH 6512 100.00
Latar belakang pendidikan formal dari pegawai sangat bervariasi yaitu
mulai dari pegawai yang memiliki pendidikan formal tingkat SLTP,
SLTA/SMEA/SPK/SPRG, D3 (bidang keperawatan, kesehatan lingkungan,
bidan, radiology, sanitasi, epidemiologi, gizi, Asisten Apoteker), S1 (dokter,
dokter gigi, Sarjana Hukum, Sarjana Ekonomi, Sarjana Teknik, Sarjana
Kesehatan Masyarakat, Sarjana Pendidikan) dan S2 (Dokter Spesialis, Dokter
Gigi Spesialis, Magister Manajemen, Magister Public Health, Magister
Sience., Magister Kesehatan) dan S3 (Doktor). Komposisi tenaga pelayan
kesehatan dapat dilihat pada Tabel 2 berikut:
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 70
Tabel 2.2Komposisi Pegawai Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta
NoPENDIDIKAN JUMLAH %
1. S2 / Doktor 214 3,29
2. Dokter Spesialis 89 1,37
3. Dokter Umum 445 6,83
4. Dokter gigi 556 8,54
5. S 1 252 3,87
6. Akper 1660 25,49
7. D3 Kesehatan 223 3,42
8. Bidan/Perawat (SPK) 1143 17,55
9. Sarjana Kesehatan masyarakat 621 9,54
10 SLTA ( Sejenis ) 1023 15,71
11 <SLTP 286 4,39
JUMLAH6512 100.00
Dalam rangka peningkatan dan pemberdayaan SDM, telah dilakukan
berbagai upaya, yaitu internal proses dalam bentuk pembelajaran organisasi
di tiap tingkatan, baik pelatihan dikelas, lapangan dan kalakarya dengan hasil
yang diharapkan adalah adanya pola kerja sama di antara karyawan. Upaya
lain adalah dalam rangka pencapaian standarisasi tenaga Puskesmas sampai
pada level D3 dilakukan pendidikan kelas khusus dan pengiriman pendidikan
S1 dan S2 untuk public health.
Kesejahteraan karyawan Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta
mendapat perhatian yang disesuaikan dengan kinerja. Melalui keterbukaan
yang dikembangkan maka reward sangat berarti bagi karyawan untuk
meningkatkan motivasi kerjanya.
2.3 TUGAS DAN FUNGSI
Sesuai dengan Keputusan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota
Jakarta nomor 58 tahun 2002 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas
Kesehatan Provinsi DKI Jakarta yang menetapkan, bahwa Dinas Kesehatan
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 71
mempunyai tugas menyelenggarakan kegiatan dibidang kesehatan yang
meliputi :
1. Merumuskan kebijakan perencanaan, pelaksanaan pengendalian dan
penilaian pelayanan kesehatan dasar termasuk Puskesmas,
pelayanan kesehatan spesialistik, pelayanan kesehatan tradisional,
pelayanan farmasi, makanan dan minuman
2. Merumuskan kebijakan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan
penilaian di bidang kesehatan masyarakat yang meliputi surveilans
epidemiologi, pencegahan dan penanggulangan penyakit menular
maupun penyakit tidak menular, Kesehatan lingkungan, kesehatan
kerja dan gizi komunitas .
3. Merumuskan kebijakan untuk merencanakan, mengendalikan dan
menilai kesiapan penduduk untuk menghadapi bencana, komunikasi
dan menggerakan semua potensi masyarakat untuk menanggulangi
bencana, menggerakan satuan tugas kesehatan bencana.
4. Merumuskan kebijakan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan
penilaian pelayanan pemasaran sosial dan pengelolaan informasi
kesehatan.
5. Merumuskan kebijakan perencanaan, pengendalian dan
pengembangan SDM Kesehatan dan perencanaan kebutuhan ,
pendayagunaan , penetapan angka kredit jabatan fungsional,
pendidikan ,pelatihan, pengembangan karier, penghargaan dan
pemberian sangsi, membina institusi pendidikan tenaga kesehatan di
provinsi DKI Jakarta.
6. Merumuskan kebijakan perencanaan program kesehatan dan
pengalokasian biaya untuk program dan kegiatan Dinas Kesehatan
7. Merumuskan kebijakan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian dan
penilaian peningkatan mutu pelayanan kesehatan.
8. Melaksakan urusan umum , keuangan, kepegawaian, perlengkapan
dan kerumahtangaan .
Untuk Menyelenggarakan tugas sebagaimana tersebut diatas maka
Dinas Kesehatan mempunyai fungsi :
1. Perumusan kebijakan teknis di bidang kesehatan;
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 72
2. Perencanaan, pengawasan, pengendalian dan pengembangan
pelayanan kesehatan klinis;
3. Perencanaan, pengawasan, pengendalian dan pengembangan
pelayanan kesehatan masyarakat;
4. Perencanaan, pengawasan, pengendalian dan pengembangan
pelayanan kesehatan Gawat Darurat dan Bencana;
5. Perencanaan, pengawasan, pengendalian dan pengembangan
Pemasaran Sosial Kesehatan dan Isitem Informasi Kesehatan;
6. Perencanaan, pengawasan, pengendalian dan pengembangan
Sumberdaya Manusia Kesehatan;
7. Perencanaan, pengawasan, pengendalian dan pengembangan
Sistem Manajemen Mutu Kesehatan;
8. Perencanaan, pengawasan, pengendalian dan pengembangan
Sistem Perencanaan dan Pembiayaan Kesehatan;
9. Perencanaan, pengawasan, pengendalian dan pengembangan
Jaringan Pelayanan Kesehatan yang berwawasan lingkungan;
10.Pemberian ijin tertentu atau rekomendasi dan evaluasi di bidang
kesehatan;
11.Pemungutan retribusi dibidang kesehatan;
12.Penyelenggaraan akreditasi dan standarisasi pada sarana
pelayanan kesehatan baik pemerintah maupun swasta;
13.Pemeberian akreditasi jabatan fungsional tenaga kesehatan;
14.Pemberian bantuan penyelenggaraan kesehatan;
15.Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan kesehatan bagi
masyarakat;
16.Pengelolaan dukungan teknis dan administratif;
17.Pembinaan teknis pelayanan kesehatan suku dinas.
BAB III
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 73
GAMBARAN UMUM KONDISI PROVINSI DKI JAKARTA
3.1 KONDISI UMUM DAERAH MASA KINI
3.1.1 ADMINISTRASI DAN GEOGRAFI
Jakarta merupakan Ibukota Negara Indonesia, mempunyai luas 661,52
km2, terletak pada 6 ° 12’ Lintang Selatan, 106 ° 48’ Bujur Timur dan 7 m di
atas permukaan laut. Sesuai dengan Keputusan Gubernur nomor 1986/200
tanggal 27 Juli 2000 pembagian wilayah Provinsi DKI Jakarta terdiri dari
Kotamadya Jakarta Pusat, Jakarta Utara, Jakarta Barat, Jakarta Selatan,
Jakarta Timur dan Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu. Setiap
Kotamadya atau Kabupaten terdiri atas beberapa Kecamatan dan setiap
Kecamatan terdiri dari beberapa Kelurahan seperti dapat dilihat pada tabel
3.1:
Tabel 3.1
Luas Wilayah, Jumlah Kecamatan, Kelurahan,
Rukun Warga dan Rukun Tetangga Menurut Kotamadya
di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006
No Kab/Kotamadya Luas Kec Kel RW RT
1 Jakarta Pusat 47,90 8 44 371 4.3822 Jakarta Utara 142,20 6 31 385 4.4623 Jakarta Barat 126,15 8 56 556 6.1174 Jakarta Selatan 145,73 10 65 573 6.3635 Jakarta Timur 187,73 10 65 686 7.6686 Kep. Seribu 11,81 2 6 24 119
Jumlah 661,52 44 267 2.595 29.111Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 74
3.1.2 KEPENDUDUKAN
Jumlah penduduk Jakarta terus mengalami peningkatan. Pada tahun
2000 penduduk Jakarta sebesar 8,3 juta jiwa, dalam kurun waktu lima tahun
jumlah ini meningkat mencapai 9,04 juta jiwa. Namun demikian berdasarkan
data yang dikeluarkan BPS DKI Jakarta, jumlah penduduk DKI Jakarta tahun
2006 mengalami penurunan menjadi 8,9 juta jiwa.
Tabel 3.2Jumlah Penduduk Menurut Kotamadya di DKI Jakarta
Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta;
*) Termasuk Kepulauan Seribu
Grafik 3.1Komposisi Jumlah Penduduk DKI Jakarta Tahun 2006
Jakarta Selatan, 23%
Jakarta Timur, 27%
Kepulauan Seribu, 0% Jakarta Pusat,
10% Jakarta Utara, 16%
Jakarta Barat, 24%
Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 75
Tabel 3.3Komposisi Penduduk
Menurut Jenis Kelamin dan Kelompok Umur Tahun 2006
KELOMPOK UMUR (TAHUN)
JUMLAH PENDUDUK LK+PR
Laki-laki Perempuan
< 1 - - - 1 - 4 391.269 369.685 760.954 5 - 9 372.557 338.778 711.335 10 - 14 345.315 313.516 658.831
15 - 19 370.022 414.841 784.863 20 - 24 474.407 538.526 1.012.933 25 - 29 509.407 524.597 1.034.004 30 - 34 449.077 443.455 892.532 35 - 39 395.128 385.114 780.242 40 - 44 318.036 299.248 617.284 45 - 49 245.515 248.786 494.301 50 - 54 217.825 213.025 430.850 55 - 59 141.852 135.777 277.629 60 - 64 108.283 108.232 216.515 65 - 69 73.344 65.914 139.258 70 - 74 36.624 36.339 72.963 75+ 34.340 42.846 77.186 TOTAL 4.483.001 4.478.679 8.961.680
Grafik 3.2Piramida Penduduk DKI Jakarta Tahun 2006
Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 76
Meningkatnya status kesehatan masyarakat dapat ditunjukkan oleh
meningkatnya angka harapan hidup. Estimasi angka harapan hidup di DKI
Jakarta meningkat setiap tahunnya mulai dari tahun 1990 sebesar 65,60
menjadi 73,53 pada tahun 2004, UHH laki-laki sebesar 71,58 dan UHH
perempuan sebesar 75,36.
Tabel 3.4 Estimasi Umur Harapan Hidup DKI Jakarta
Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta – Estimasi Parameter Demografi
Jika diamati laju pertumbuhan penduduk selama periode 2000-2005 menurut
Kotamadya, ternyata Jakarta Barat menunjukkan pertumbuhan tertinggi dan
Jakarta Pusat menunjukkan pertumbuhan terendah.
Tabel 3.5Laju Pertumbuhan Penduduk Menurut Kotamadya
di Provinsi DKI Jakarta
Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta
*) Termasuk Kepulauan Seribu
Dengan penduduk sebanyak 8,961 juta jiwa dan luas sekitar 661,52 km2,
maka kepadatan penduduk Jakarta pada tahun 2006 mencapai sekitar 13 ribu
jiwa per Km2, berikut ini adalah data kepadatan penduduk DKI Jakarta lima
tahun terakhir yang menunjukkan terjadinya peningkatan pada setiap
tahunnya.
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 77
Bila ditinjau kepadatan penduduk menurut wilayah, maka Jakarta Pusat
memiliki kepadatan penduduk terpadat mencapai sekitar 18 ribu jiwa per Km2
diikuti oleh Jakarta Barat dan Jakarta Selatan, sedangkan kepadatan
penduduk terendah terdapat di Kabupaten Adm. Kepulauan Seribu.
Tabel 3.6Kepadatan Penduduk Menurut Kotamadya
di Provinsi DKI Jakarta
Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta
Grafik 2.2: Grafik Kepadatan Penduduk Menurut Kotamadyadi Prov. DKI Jakarta Tahun 2002- 2006
Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 78
3.1.3 SOSIAL EKONOMI
A. Pendidikan
Persentase penduduk usia diatas 10 tahun yang buta huruf mengalami
penurunan. Pada tahun 2001 persentase buta huruf 2,53 % sedangkan pada
tahun 2004 persentase buta huruf 1.56 %. Bila dirinci menurut wilayah maka
persentase buta huruf tertinggi di Kabupaten Administratif Kepulauan Seribu.
Tabel 3.7: Angka Buta Huruf Menurut Kotamadya di Provinsi DKI Jakarta Tahun 2001 dan 2004
Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta
Tingkat partisipasi sekolah selama kurun waktu 2001-2004 mengalami
peningkatan. Partisipasi usia 7-12 tahun, 13-15 tahun dan 16-18 masing-
masing meningkat.
Tabel 3.8: Tingkat Partisipasi Sekolah Anak 2001 dan 2004
Usia Persentase partisipasi sekolah tahun 2001
Persentase partisipasi sekolah tahun 2004
7-12 tahun 98,03 98,4013-15 tahun 88,69 92,6316-18 tahun 66,53 70,36
Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 79
B. Pendapatan
Pendapatan perkapita penduduk DKI Jakarta terus mengalami peningkatan
selama periode tahun 2001-2005, berikut ini merupakan data lima tahun
terakhir pendapatan per kapita penduduk DKI Jakarta atas dasar harga
berlaku.
Pendapatan perkapita penduduk Jakarta pada tahun 2001 sebesar 31,12 juta
meningkat menjadi 35,17 juta pada tahun 2002 dan 38,90 juta pada tahun
2003, yang kemudian naik kembali menjadi 43,33 juta dan 49,92 juta pada
tahun 2004 dan 2005 berturut-turut.
Tabel 3.9: Pendapatan Perkapita DKI Jakarta
Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta*) Angka Perbaikan, **) Angka Sementara
a .Distribusi Pendapatan dan Gini Ratio
Bank Dunia menggolongkan penduduk menjadi tiga kelas yaitu 40%
penduduk berpendapatan rendah, 40% pendududuk berpendapatan sedang
dan 20% penduduk berpendapatan tinggi.
Data terakhir BPS Provinsi DKI Jakarta menunjukkan pendapatan yang
diterima kelompok pendapatan rendah pada tahun 2004 sekitar 20,18%,
sedang pendapatan yang diterima kelompok pendapatan tinggi 45,81%.
Kondisi ini lebih buruk bila dibandingkan kondisi tahun 1990. Ketimpangan
pendapatan penduduk melalui Gini Ratio selama periode 1990-2004
memperlihatkan kesenjangan yang membesar dari 0,305 tahun 1990 menjadi
0,363 tahun 2004. Lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut.
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 80
Tabel 3.10: Distribusi Pendapatan dan Gini Ratio Provinsi DKI Jakarta 1990-2004
Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta
b. Pola Pengeluaran
Pada negara-negara berkembang seperti Indonesia, pengeluaran untuk
konsumsi makanan masih relatif besar (mendekati 50%) dari total
pengeluaran rumah tangga. Pada tahun 2004 pola pengeluaran perkapita
masyarakat DKI Jakarta adalah 40,01% untuk makanan dan 59,99% untuk
non makanan. Data terakhir pada tahun 2002 menunjukkan konsumsi kalori
perkapita sehari penduduk DKI Jakarta sebesar 1.987 gram, masih di bawah
standart sebesar 2.000 gram, dan konsumsi protein perkapita sehari sebesar
59 gram, sudah lebih besar dari standart sebesar 45 gram.
Tabel 3.11: Distribusi Persentase Pengeluaran Rata-Rata Perkapita Sebulan
Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 81
c. Kemiskinan
Jumlah Rumah tangga miskin pada periode 2002-2005 mengalami
peningkatan dari 83 ribu jiwa pada tahun 2002 menjadi 150 ribu jiwa pada
tahun 1995, demikian pula dengan banyaknya anggota rumah-tangga miskin
meningkat dari 291 ribu jiwa pada tahun 2006.
Tabel 3.12: Jumlah Rumah Tangga Miskin
dan Banyaknya Anggota Rumah Tangga
Kotamadya2005
KK Prasejahtera
Anggota Rumah Tangga
Jakarta Pusat 21.968 89.514Jakarta Utara 48.254 205.959Jakarta Barat 29.328 122.714Jakarta Selatan 11.162 48.169Jakarta Timur 38.738 163.021Kepulauan Seribu 1.042 3.835Jumlah/Total 150.492 633.212Jumlah/Total 2004 91.468 370.898Jumlah/Total 2003 80.961 314.702Jumlah/Total 2002 83.049 291.324Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta
3.1.4 KONDISI KESEHATAN
A. UMUR HARAPAN HIDUP
Meningkatnya status kesehatan masyarakat dapat ditunjukkan oleh
meningkatnya angka harapan hidup. Estimasi angka harapan hidup di DKI
Jakarta setiap tahunnya meningkat, pada tahun 1990 angka harapan hidup
(AHH) penduduk DKI Jakarta mencapai usia 65 tahun, angka ini meningkat
menjadi 72 tahun pada tahun 2001 dan meningkat lagi menjadi usia 74 tahun
pada tahun 2005. Diamati menurut jenis kelamin, terlihat bahwa AHH pada
perempuan selalu lebih tinggi disbanding AHH laki-laki dari tahun ke tahun.
Data terakhir pada tahun 2005, AHH perempuan mencapai usia 76 tahun
sedangkan AHH laki-laki hanya hingga usia 71 tahun.
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 82
Grafik 3.4: Estimasi Umur Harapan Hidup DKI Jakarta
Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta – Estimasi Parameter Demografi
B. MORTALITAS
a. Angka Kematian Bayi per-1.000 Kelahiran Hidup
Angka kematian bayi di DKI Jakarta dari tahun ke tahun terus mengalami
penurunan. Data terakhir BPS Provinsi DKI Jakarta menunjukkan estimasi
kematian bayi per-1.000 kelahiran pada tahun 2006 sebesar 13,70. Hal ini
menunjukkan bahwa kuantitas dan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat
telah mengalami kemajuan yang cukup berarti diiringi dengan meningkatnya
kesejahteraan masyarakat DKI Jakarta. Berikut grafik estimasi kematian bayi
per-1.000 kelahiran Provinsi DKI Jakarta dari tahun ketahun.
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 83
Grafik 3.5: Estimasi Kematian Bayi per-1.000 Kelahiran
Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta – Estimasi Parameter Demografi
Berdasarkan tabel Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta tahun 2006, angka
kematian bayi per-1000 kelahiran hidup (yang dilaporkan) sebesar 1,2
dengan jumlah bayi meninggal sebanyak 176 bayi dari jumlah kelahiran bayi
sebanyak 148.393.
b. Angka Kematian Balita per-1.000 Kelahiran Hidup
Untuk kelompok balita, data dari tahun 1990 hingga 2006 menunjukkan tren
yang sama dengan angka kematian bayi. Data terakhir BPS Provinsi DKI
Jakarta menunjukkan estimasi kematian balita per 1.000 kelahiran dalam
kurun waktu 1990-2004 mengalami penurunan, yakni 24,30 pada tahun 2001
menjadi 19,78 pada tahun 2004.
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 84
Grafik 3.6 : Estimasi Kematian Balita per-1.000 Kelahiran DKI Jakarta
Sumber: BPS Provinsi DKI Jakarta – Estimasi Parameter Demografi
*) tahun 1995: tidak ada data
Data Profil Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006 menunjukkan, jumlah
balita yang meninggal di lima wilayah provinsi DKI Jakarta (yang dilaporkan)
sebanyak 108 balita dari jumlah balita yang ada sebanyak 810.728 balita.
Dengan demikian angka kematian balita per-1000 kelahiran pada tahun 2006
sebesar 0,7.
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 85
Tabel 3.13: Jumlah Kelahiran Dan Kematian Bayi Dan BalitaMenurut Kotamadya
Sumber: Profil Kesehatan Kotamadya Tahun 2006
Grafik 3.7: Jumlah Kematian Bayi dan Balita Prov. DKI Jakarta tahun 2006
Sumber: Profil Kesehatan Kotamadya Tahun 2006
Keterangan: Angka Kematian (dilaporkan) tersebut di atas belum bisa
menggambarkan AKB/AKABA yang sebenarnya di populasi.
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 86
C. MORBIDITAS
a. Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA+
Jumlah penderita TB Paru (klinis) di Provinsi DKI Jakarta tahun 2006 sebesar
45.445 kasus dimana 11.062 diantaranya adalah penderita TB Paru Positif,
dari angka tersebut 12.182 penderita dinyatakan sembuh. Jakarta Timur
merupakan penyumbang angka terbanyak yakni sebesar 22.798 kasus klinis,
namun demikian jumlah penderita TB Paru berstatus positif di wilayah ini
hanya sebesar 2.030 kasus, menduduki peringkat ketiga setelah Jakarta
Utara dan Jakarta Selatan. Penderita TB Paru Positif terbanyak terdapat di
wilayah Jakarta Utara sebesar 4.593 kasus, diikuti oleh Jakarta Selatan
sebesar 2.252 kasus. Jumlah penderita TB Paru terendah yang terdata pada
Profil Kesehatan 2006 terdapat di Kabupaten Adm. Kep. Seribu yakni 110
penderita klinis dengan 21 penderita TB Paru berstatus positif.
Grafik 3.8: Angka Kesembuhan Penderita TB Paru BTA+
Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006
Sumber: Profil Kesehatan Kotamadya Tahun 2006
b.Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD) per-100.000
Penduduk
Jumlah penderita Demam Berdarah Dengue (DBD) di wilayah provinsi DKI
Jakarta sebanyak 59.429 kasus, dengan demikian Angka Kesakitan DBD per-
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 87
100.000 penduduk di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2006 sebesar 663,15.
Dari data tersebut diatas diketahui jumlah penderita terbanyak berada di
wilayah Jakarta Selatan dengan 20.192 kasus diikuti oleh Jakarta Utara
sebanyak 18.321 kasus.
Grafik 3.9 : Angka Kesakitan Demam Berdarah Dengue (DBD)Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006
Grafik 3.10: Persentase Penderita Demam Berdarah Dengue (DBD)Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006
Sumber: Profil Kesehatan Kotamadya Tahun 2006
c. Angka Kesakitan Malaria per-1.000 Penduduk
Berdasarkan data Profil Kesehatan yang berhasil dikumpulkan, total jumlah
penderita malaria tahun 2006 di Provinsi DKI Jakarta sebesar 689 penderita,
552 diantaranya positif. Dengan demikan angka kesakitan Malaria per-1.000
penduduk di Provinsi DKI Jakarta sebesar 0,08.
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 88
Dari wilayah yang ada, hanya dua wilayah yang melaporkan datanya secara
lengkap, yakni Jakarta Pusat dengan 434 kasus positif dari 482 kasus klinis
serta Jakarta Selatan dengan 74 kasus positif dari 138 kasus klinis. Jakarta
Utara hanya melaporkan jumlah penderita dengan status klinis sebanyak 69,
dan Jakarta Barat hanya melaporkan penderita dengan status positifnya
sebanyak 43.
Grafik3.11: Angka Kesakitan MalariaProvinsi DKI Jakarta tahun 2005
Sumber: Profil Kesehatan Kotamadya Tahun 2006
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 89
D.. STATUS GIZI
a. Persentase Balita dengan Gizi Buruk
Dalam rangka menanggulangi masalah gizi buruk dan gizi kurang pada balita
dilakukan berbagai upaya melalui pemantauan pertumbuhan balita,
identifikasi maupun intervensi yang dilaksanakan oleh puskesmas.
Salah satu upaya perbaikan gizi masyarakat adalah pemantauan status gizi
balita. Dengan melihat perkembangan status gizi balita, dapat diketahui
perkembangan dan pertumbuhan anak, sehingga dapat diketahui bila ada
kelainan pada balita. Kegiatan pemantauan perkembangan status gizi balita
dilaksanakan melalui penimbangan setiap bulan pada balita di posyandu.
Persentase balita dengan gizi buruk pada tahun 2006 menurun dibandingkan
tahun sebelumnya yang sempat meningkat. Data yang didapat dari wilayah di
provinsi DKI Jakarta menunjukkan dari sekitar 371.112 balita yang ditimbang,
sebanyak 4.954 balita berada dibawah garis merah (BGM) dengan kata lain
menderita gizi buruk. Dengan angka tersebut diatas, persentase balita
dengan gizi buruk pada tahun 2006 sebesar 1,33%.
Grafik 3.12
: Persentase Balita dengan Gizi Buruk Provinsi DKI Jakarta
Sumber: Profil Kesehatan Kotamadya Tahun 2006
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 90
Grafik 3.13: Persentase Balita dengan Gizi Buruk
Provinsi DKI Jakarta Tahun 1999 – 2006
Sumber: Profil Kesehatan Kotamadya Tahun 1999 - 2006
Dari hasil penimbangan balita di posyandu tahun 2006 menunjukkan total
persentase balita dengan status gizi buruk atau dibawah garis merah (BGM)
di DKI Jakarta sebesar 1,33% sedangkan total persentase balita dengan gizi
kurang atau dibawah garis titik (BGT) sebesar 0,83%. Persentase balita
dengan gizi buruk tertinggi ada wilayah Jakarta Pusat (2,62%) dan terendah
di wilayah Jakarta Utara (0,68%). Berdasarkan data profil kesehatan 2006
tersebut diatas maka persentase balita di bawah garis merah (BGM) di Prov.
DKI Jakarta telah mememenuhi target nasional yaitu dibawah 8%.
Tabel3.14: Persentase Balita dengan Gizi Buruk (BGM)dan Gizi Kurang (BGT) Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006
Sumber: Profil Kesehatan Kotamadya Tahun 2006
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 91
E. KEADAAN LINGKUNGAN
a. Persentase Rumah Sehat
Rumah yang nyaman adalah rumah yang relatif luas sehingga penghuninya
tidak merasa berdesakan, semakin luas rumah yang dihuni maka semakin
luas ruang gerak penghuninya. Luas lantai bangunan tempat tinggal menjadi
salah satu indikator perumahan sehat.
Hasil pemantauan petugas kesehatan lingkungan pada tahun 2006,
menunjukkan di Jakarta Pusat dari 4.400 rumah yang diperiksa hanya 1.552
rumah atau sekitar 35% yang memenuhi syarat kesehatan, di Jakarta Barat
dari 15.191 rumah yang diperiksa hanya 7.110 rumah atau sekitar 46% yang
memenuhi syarat kesehatan sedangkan di Jakarta Timur dari 148.875 rumah
yang diperiksa terdapat 145.060 rumah atau sekitar 97% memenuhi syarat
kesehatan. Selain ketiga wilayah tersebut diatas, tidak terdapat data yang
lengkap, berikut tabel persentase rumah sehat:
Tabel3.15: Persentase Rumah SehatProvinsi DKI Jakarta Tahun 2006
Sumber: Profil Kesehatan Kotamadya Tahun 2006
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 92
b. Persentase Tempat-tempat Umum Sehat
Di Provinsi DKI Jakarta ada beberapa tempat-tempat umum yang dipantau
kesehatannya antara lain:
1. Hotel
Dari sejumlah hotel yang ada di DKI Jakarta, telah diperiksa sebanyak
110 hotel. Dari hasil pemeriksaan tersebut terdapat 76 atau sekitar
69% hotel masuk kedalam kategori sehat, melebihi target nasional
sebesar 45%.
2. Restoran atau Rumah Makan
Dari 729 restoran atau rumah makan yang diperiksa terdapat 444 atau
sekitar 61% rumah makan yang tergolong sehat, melebihi target
nasional sebesar 45%.
3. Pasar
Dari hasil pemeriksaan 75 pasar di DKI Jakarta diketahui hanya
terdapat 17 pasar atau sekitar 23% yang dinyatakan sehat. Data
tersebut dihimpun dari lima wilayah DKI Jakarta kecuali Jakarta
Selatan (tidak melaporkan datanya).
4. Tempat Umum dan Pengelolaan Makanan (TUPM) lainnya
Dari 217 tempat umum dan pengelolaan makanan (TUPM) lainnya
yang diperiksa, terdapat 187 atau sekitar 86% TUPM lainnya yang
dinyatakan sehat di DKI Jakarta.
Tabel3.16: Persentase Tempat-tempat Umum SehatProvinsi DKI Jakarta Tahun 2006
Sumber: Profil Kesehatan Kotamadya Tahun 2006
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 93
F. PERILAKU HIDUP MASYARAKAT
a.Persentase Rumah Tangga Ber-PHBS
Salah satu indikator keberhasilan upaya kesehatan adalah dengan melihat
apakah masyarakat telah melakukan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat. PHBS
dapat dinilai dengan berapa banyak kelurahan yang masyarakatnya
melaksanakan PHBS, berapa banyak masyarakat mendirikan Posyandu
Purnama, berapa banyak sekolah yang bebas Napza, berapa banyak
masyarakat tidak merokok, berapa banyak masyarakat memanfaatkan sarana
kesehatan dan berapa banyak masyarakat terlindung asuransi kesehatan.
Data Profil Kesehatan tahun 2006 menunjukkan dari 72.931 rumah tangga
yang dipantau terdapat 11.539 atau sekitar 16% rumah tangga yang
berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS). Dari lima wilayah dan satu
kabupaten administrasi di wilayah DKI Jakarta, hanya empat wilayah yang
melaporkan datanya (Jakarta Utara dan Kep. Seribu tidak ada data).
Tabel3.17: Persentase Rumah Tangga Ber-PHBSProvinsi DKI Jakarta Tahun 2006
Sumber: Profil Kesehatan Kotamadya Tahun 2006
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 94
b.Persentase Posyandu Purnama & Mandiri
Jenis UKBM (Usaha Kesehatan Bersumber Masyarakat) yang paling
memasyarakat adalah posyandu dengan kegiatan 5 program prioritasnya
yaitu perbaikan gizi, Imunisasi, penanganan diare, KM dan KB. Pelaksanaan
kegiatan posyandu dilaksanakan 1 kali dalam sebulan dengan sistem 5 meja
dengan 4 meja dikelola oleh kader dan 1 meja (meja kelima) merupakan
pelayanan kesehatan yang ditangani oleh perugas puskesmas atau tenaga
kesehatan.
Jumlah posyandu aktif yang ada di lima wilayah Kota administrasi dan satu
Kabupaten Administrasi di DKI Jakarta pada tahun 2006 seluruhnya 3.958
posyandu. Posyandu tersebut dibagi menjadi 4 strata yang masing-masing
berjumlah; Posyandu Pratama 504 (12,73%), Posyandu Madya 1.851
(46,77%), Posyandu Purnama 1.185 (29,94) serta Posyandu Mandiri 418
(10,56%). Jumlah persentase posyandu purnama dan posyandu mandiri
sebesar 40,50%, melebihi target nasional sebesar 25%.
Grafik 3.14:
Persentase Posyandu Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006
Sumber: Profil Kesehatan Kotamadya Tahun 2006
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 95
G. AKSES & MUTU PELAYANAN KESEHATAN
a. Persentase Penduduk Memanfaatkan Puskesmas
Penduduk Jakarta pada tahun 2006 berjumlah 8.961.680 jiwa (BPS Prov. DKI
Jakarta). Jumlah kunjungan puskesmas di DKI Jakarta pada tahun 2006
sebanyak 6.157.512 kunjungan, terdiri dari 97.116 kunjungan rawat inap dan
6.060.396 kunjungan rawat jalan. Dengan demikian persentase penduduk
memanfaatkan puskesmas di Prov. DKI Jakarta tahun 2006 sebesar 68,71%
lebih rendah dari tahun sebelumnya yakni 84,69%.
Wilayah dengan jumlah kunjungan puskesmas terbanyak ada di wilayah
Jakarta Selatan sebesar 1.795.080 kunjungan dan terendah di wilayah Kep.
Seribu sebesar 3.610 kunjungan diikuti wilayah Jakarta Pusat sebesar
701.941 kunjungan.
Tabel 3.19: Persentase Penduduk Memanfaatkan Puskesmas
Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006
Sumber: Profil Kesehatan Kotamadya Tahun 2006
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 96
Grafik 3.15: Jumlah Kunjungan PuskesmasProvinsi DKI Jakarta Tahun 2002-2006
Sumber: Profil Kesehatan Kotamadya Tahun 1999 - 2006
*) tahun 2002 & 2003: jakarta timur tidak melaporkan datanya
b. Persentase Penduduk Memanfaatkan Rumah Sakit
Jumlah kunjungan rumah sakit di DKI Jakarta pada tahun 2006 sebanyak
5.522.963 kunjungan, terdiri dari 439.693 kunjungan rawat inap dan
5.083.270 kunjungan rawat jalan. Dengan demikian persentase penduduk
memanfaatkan RS di Prov. DKI Jakarta tahun 2006 sebesar 52,35%.
Wilayah dengan jumlah kunjungan rumah sakit terbanyak ada di wilayah
Jakarta Selatan sebesar 1.767.179 kunjungan dan terendah di wilayah
Jakarta Barat sebesar 831.627 kunjungan. Jakarta Timur dan Kep. Seribu
tidak melaporkan datanya.
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 97
Tabel 3.19: Persentase Penduduk Memanfaatkan Rumah SakitProvinsi DKI Jakarta Tahun 2006
Sumber: Profil Kesehatan Kotamadya Tahun 2006
Grafik3.16: Jumlah Kunjungan Rumah SakitProvinsi DKI Jakarta Tahun 2006
Sumber: Profil Kesehatan Kotamadya Tahun 2006
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 98
H. PELAYANAN KESEHATAN
a.Persentase Persalinan Oleh Tenaga Kesehatan
Total jumlah persalinan di Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2006 sebanyak
192.479 persalinan. 170.593 persalinan diantaranya dilakukan oleh tenaga
kesehatan, dengan demikian persentase persalinan oleh tenaga kesehatan di
DKI Jakarta sebesar 88,63% telah melampaui target nasional sebesar 77%.
Persentase tertinggi persalinan oleh tenaga kesehatan ada di wilayah Jakarta
Pusat sebesar 100%, dan terendah ada di wilayah Jakarta Barat sebesar
76,37%.
Grafik 3.17: Persentase Persalinan Oleh Tenaga KesehatanProvinsi DKI Jakarta Tahun 2006
Sumber: Profil Kesehatan Kotamadya Tahun 2006
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 99
b. Persentase Desa yang mencapai “Universal Child Immunization”
(UCI)
Persentase kelurahan yang mencapai “Universal Child Immunization” (UCI) di
Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2006 sebesar 70%, lebih besar dari tahun
sebelumnya yang hanya mencapai 64%. Persentase tersebut belum
mencapai target nasional sebesar 86%.
Persentase tertinggi Desa yang mencapai UCI ada di wilayah Jakarta Selatan
sebesar 96,92%, dan terendah ada di wilayah Jakarta Utara sebesar 38,71%.
Kab. Kepulauan Seribu tidak melaporkan datanya.
Tabel 3.20: Persentase Desa yang mencapai “Universal Child Immunization” (UCI) Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006
Sumber: Profil Kesehatan Kotamadya Tahun 2006
c. Persentase Desa Terkena Kejadian Luar Biasa (KLB) Yang
Ditangani Kurang Dari 24 Jam
Dari empat wilayah yang melaporkan datanya, persentase desa yang terkena
Kejadian Luar Biasa (KLB) dan ditangani kurang dari 24 jam seluruhnya
sebesar 100%. Jumlah kelurahan yang terkena KLB pada masing-masing
wilayah diantaranya Jakarta Pusat dan Jakarta Selatan sebanyak 4 desa,
Jakarta Barat dan Jakarta Timur sebanyak 3 Desa. Jakarta Utara menurut
laporan tidak terdapat KLB sedangkan Kep. Seribu tidak melaporkan datanya.
d. Persentase Ibu Hamil yang Mendapat Tablet Fe
Total jumlah ibu hamil yang berhasil terdata di seluruh wilayah DKI Jakarta
sebanyak 400.131 bumil. Jumlah ibu hamil yang mendapat tablet Fe1
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 100
sebanyak 144.984 bumil atau sekitar 36%, sedangkan ibu hamil yang
mendapatkan tablet Fe3 sebanyak 141.194 bumil atau sekitar 35%.
Kabupaten Administrasi Kep. Seribu tidak melaporkan datanya.
Tabel 3.21: Persentase Ibu Hamil yang Mendapat Tablet FeProvinsi DKI Jakarta Tahun 2006
Sumber: Profil Kesehatan Kotamadya Tahun 2006
d.Persentase Bayi Yang Mendapat Asi Eksklusif
Jumlah bayi yang mendapat ASI eksklusif di DKI Jakarta pada tahun 2006
sebanyak 90.463 bayi atau sekitar 36% dari 252.146 bayi yang ada. Angka ini
belum mencapai target nasional sebesar 40%.
Tabel 3.22: Persentase Bayi Yang Mendapat Asi EksklusifProvinsi DKI Jakarta Tahun 2006
Sumber: Profil Kesehatan Kotamadya Tahun 2006
I .SUMBER DAYA KESEHATAN
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 101
Pada tahun 2006 total tenaga kesehatan yang tersebar di seluruh unit kerja
Provinsi DKI Jakarta dan terdata pada Profil Kesehatan 2006 sebanyak
19.336 tenaga kesehatan.
Seperti yang terlihat dalam tabel dibawah ini, persebaran tenaga kesehatan
terdapat di Puskesmas, Rumah Sakit, Institusi Diklat, Sarana Kesehatan
lainnya serta di Dinas Kesehatan. Sedangkan Tenaga Kesehatannya sendiri
meliputi Tenaga Medis, Perawat dan Bidan, Gizi, Teknisi Medis, dan Kesmas.
Tabel 3.23: Persebaran Tenaga Kesehatan Menurut Unit Kerja
Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006
Sumber: Profil Kesehatan Kotamadya Tahun 2006, Pendataan Puskesmas Tahun 2006
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 102
Grafik 3.18 : Persentase Persebaran Tenaga KesehatanMenurut Unit Kerja Provinsi DKI Jakarta Tahun 2006
Grafik 3.19: Persentase Persebaran Tenaga KesehatanMenurut Jenis Tenaga KesehatanProvinsi DKI Jakarta Tahun 2006
Keterangan:Medis : Dokter, Dokter Gigi, Dr/Drg SpesialisPerawat & bidan : termasuk lulusan DIII dan S1Farmasi : Apoteker, Asisten ApotekerGizi : Lulusan DI, DIII Gizi (SPAG dan AKZI) dan DIVTeknisi Medis : Analis, TEM dan Penata Rontgen, Penata Anestesi,
FisioterapiSanitasi : Lulusan SPPH, APK, dan DIII Kesehatan LingkunganKesmas : SKM, MPH, dll
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 103
a.Rasio Dokter Ahli dan Rumah Sakit
Dengan makin meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya
kesehatan serta makin bervariasinya jenis penyakit maka kebutuhan akan
dokter spesialis juga meningkat. Standar kebutuhan tenaga ahli minimal
rumah sakit kelas A 15 orang, kelas B (pendidikan) 5 orang, kelas B (non
pendidikan) 1-3 orang, kelas C 1 orang dan kelas D tidak memerlukan tenaga
ahli.
Jumlah Rumah Sakit di Jakarta 109 buah dengan jumlah dokter spesialis
4.404 orang sehingga rasio Dokter ahli dan Rumah Sakit sebesar 40,40.
b.Rasio Dokter dan Puskesmas
Seluruh Puskesmas di Jakarta telah mempunyai Dokter. Sampai dengan
tahun 2005 jumlah puskesmas di Jakarta sebanyak 337 puskesmas dan
jumlah tenaga dokter Puskesmas 884 orang meliputi dokter spesialis 48,
dokter umum 350 dan dokter gigi 486. Rasio dokter dan puskesmas 2,62
meningkat dibandingkan lima tahun yang lalu pada tahun 2000 dengan rasio
1,80, sedangkan rasio nasional 1,13.
Rasio Dokter-Puskesmas di masing-masing wilayah sebagai berikut:
Tabel 4.10: Rasio Dokter-Puskesmas
Provinsi DKI Jakarta Tahun 2005
NO. KOTAMADYA / KAB DOKTER PUSKESMAS RASIO
1 JAKARTA PUSAT 145 41 3,53
2 JAKARTA UTARA 118 48 2,45
3 JAKARTA BARAT 164 74 2,22
4 JAKARTA SELATAN 247 80 3,08
5 JAKARTA TIMUR 207 88 2,35
6 KEP SERIBU 3 6 0,50
RATA-RATA JAKARTA 884 337 2,62
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 104
Sumber: Profil Kesehatan Kotamadya Tahun 2005
C Rasio Dokter Puskesmas /100.000 penduduk
Gambaran mengenai kecukupan tenaga dokter Puskesmas dapat dilihat dari
jumlah dokter /100.000 penduduk. Rasio dokter /100.000 penduduk di Jakarta
tahun 2005 sekitar 9,78 naik dibandingkan tahun 2000 sebesar 7,07.
Sedangkan angka rasio nasional sebesar 10,73.
Tabel 3.24: Rasio Dokter per-100.000 penduduk tahun 2005
NO. KOTAMADYA / KAB DOKTER PENDUDUKDokter /100.000 pddk
1 JAKARTA PUSAT 145 861.531 16,83
2 JAKARTA UTARA 118 1.446.728 8,16
3 JAKARTA BARAT 164 2.322.232 7,06
4 JAKARTA SELATAN 247 1.995.214 12,38
5 JAKARTA TIMUR 207 2.393.788 8,65
6 KEP SERIBU 3 22.112 13,57
RATA-RATA JAKARTA 884 9.041.605 9,78
Sumber: Profil Kesehatan Kotamadya Tahun 2005
J . ANGGARAN KESEHATAN
Anggaran Kesehatan bersumber APBD di Provinsi DKI Jakarta masih belum optimal karena anggaran yang ditetapkan untuk Dinas Kesehatan sebagian besar diperuntukan bagi pelayanan kesehatan masyarakat miskin dan tidak mampu .Sementara anggaran bersumber APBN juga cenderung menurun dari tahun ketahun.
Tabel : 3.25Anggaran Kesehatan Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta
Tahun 2006-2007
No Sumber Tahun
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 105
Anggaran 2005 2006 2007
1
2
APBD
- Dinas Kes
- Jajaran Kes.
APBN
192.132.675.000
754.809.295.550
6.163.893.000
297.637.232.178
817.827.044.337
30.097.528.000
352.106.467.708
1.145.178.778.258
16.240.502.000
Total 953.105.863.550 1.145.561.804.515 1.513.525.747.966
3.2 PERMASALAHAN DAN ISU STRATEGIS
Kualitas Pelayanan Kesehatan Keluarga Miskin dan kurang mampu
belum optimal;
Kurang optimalnya sistem manajemen dan regulasi kesehatan;
Masih tingginya insiden / prevalens penyakit menular yang berpotensi
menjadi kejadian luar biasa;
Masih rendahnya kesadaran untuk hidup masyarakat dalam
lingkungan yang sehat;
Masih rendahnya pengawasan terhadap peredaran obat dan makanan;
Belum optimalnya pedataan kesehatan yang cepat, akurat dan valid
yang berakibat terlambatnya penetapan kebijakan dan intervensi;
Masih rendahnya alokasi pembiayaan kesehatan;
Belum sesuainya standar kompetensi dan komitmen SDM Kesehatan;
Belum semua kelurahan memiliki Puskesmas.
Belum diberlakukannya kebijakan tentang PSO bidang kesehatan
Sumber anggaran sektor kesehatan yang belum mencukupi
Pembiayaan pelayanan kesehatan gakin belum memadai
Ketersediaan aset berupa lahan / tanah untuk pengembangan
bangunan sarana kesehatan yang terbatas
Kebijakan tatalaksana keuangan daerah yang selalu berubah
Belum adanya penyeragaman pola tarif di RSD
Kebijakan kemitraan dalam pembiayaan kesehatan belum ditetapkan
Sinkronisasi perencanaan anggaran belum maksimal
Ketersediaan tenaga kesehatan yang profesional masih kurang
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 106
Penetapan program urusan kesehatan di tk.prov kurang optimal
Ketersediaan sanpras kesehatan tk.Puskesmas kelurahan belum
optimal.
Implementasi program yang bersipat promotif dan preventif masih
lemah
Pemasaran pelayanan PPK di Tk.Kel. dan Kec. Belum optimal
Pengaturan terhadap srana pelayanan kesehatan swasta/asing belum
baik
Implementasi Binwasdal yang optimal
Jejaring komunikasi kesehatan diantara instansi pemberi layanan
kesehatan belum optimal
Sistem informasi kesehatan belum terintegrasi
Peningkatan kompetensi kesehatan masih kurang
Implementasi sistem reward danpunishment belum berjalan
Jumlah SDM kesehatan masih kurang
Penempatan tenaga kesehatan belum sesuai kompetensi
Kemitraan bidang kesehatan belum optimal
Kajian masalah kesehatan masih kurang
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 107
BAB IVVISI, MISI, TUJUAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN
4.1 VISI DINAS KESEHATAN DKI JAKARTA
Visi Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta dalam mengemban
amanah Pembangunan Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007 – 2012 yang
digagaskan adalah :
“ Jakarta Sehat Untuk Semua “
Penjelasan atas Visi adalah :
Visi Dinas Kesehatan Provinsi DKI jakarta Tahun 2007 – 2012
mengacu pada Visi Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta Tahun 2007 –
2012 yaitu Jakarta yang Nyaman dan Sejahtera Untuk Semua.
Jakarta sebagai Ibukota Negara dihuni oleh masyarakat yang sangat
beragam, baik dari segi etnis, agama, pendidikan, sosial budaya, sosial
ekonomi dan lain sebagainya.
Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta beserta jajarannya harus
mampu menyelenggarakan Pembangunan Kesehatan yang ditujukan kepada
masyarakat ibukota yang beragam tersebut.
Pelayanan Kesehatan di ibukota harus dapat dinikmati oleh semua
lapisan masyarakat di Jakarta, terutama untuk masyarakat miskin yang
sangat rentan kesehatannya.
Pelayanan Kesehatan yang diberikan oleh Dinas Kesehatan Provinsi
DKI Jakarta kepada semua masyarakat DKI jakarta haruslah merupakan
Pelayanan Prima, yang berarti harus bermutu, efisien, cepat transparan,
mudah diakses, murah, ramah dan berkepastian hukum.
Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta beserta jajarannya dalam
menyelenggarakan Pembangunan Kesehatan harus berpihak kepada kepada
rakyat Jakarta. Diperolehnya derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi
setiap rakyat ibukota adalah salah-satu hak azasi manusia tanpa perbedaan.
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 108
Jakarta Sehat untuk Semua mempunyai arti :
Dihuni oleh penduduk yang memiliki kesadaran dan kemandirian untuk
hidup sehat;
1. Dihuni oleh penduduk yang memiliki kesadaran dan kemandirian untuk
hidup sehat;
2. Mempunyai akses pelayanan perorangan dan masyarakat.
3. Meningkatnya kualitas pelayanan kesehatan untuk keluarga miskin;
4. Terkendalinya penyakit menular;
5. Terkendalinya penyakit degeneratif;
6. Gizi yang seimbang;
7. Meningkatnya kualitas dan respontime pelayanan kesehatan Gawat
Darurat & Bencana;
8. Meningkatnya kesadaran Masyarakat terhadap lingkungan yang bersih
dan terkendalinya pencemaran lingkungan.
4.2 MISI DINAS KESEHATAN DKI JAKARTA
Dalam mewujudkan Visi yang telah ditetapkan, maka Misi yang
digagaskan adalah :
1. Menyelenggarakan pembangunan kesehatan dengan kaidah-kaidah
“Good Governance”;
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan perorangan, kesehatan
masyarakat dan kegawatdruratan kesehatan dengan prinsip pelayanan
kesehatan prima
3. Menyelenggarakan Peningkatan Manajemen Kesehatan;
4. Meningkatkan Pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan;
5. Meningkatkan Kerjasama lintas sektor dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan.
Penjelasan makna atas pernyataan misi dimaksud adalah :
1. Menyelenggarakan pembangunan kesehatan dengan kaidah-
kaidah “Good Governace” bermakna :
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 109
Kaidah-kaidah “Good Governance” dijalankan berdasarkan 10 prinsip
yakni :
a. Partisipasi masyarakat;
b. Tegaknya Supremasi Hukum;
c. Transparansi;
d. Kesetaraan;
e. Daya Tanggap kepada Stakeholders;
f. Berorientasi pada Visi;
g. Akuntabilitas;
h. Pengawasan;
i. Efektivitas & Efisiensi;
j. Profesionalisme
Pendekatan yang dilakukan untuk aktualisasi Misi ini melalui
peningkatan kinerja tenaga kesehatan, tenaga non kesehatan, sistem
dan institusi kesehatan, Misi ini akan menjamin efektivitas program dan
kegiatan yang dijalankan oleh Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta
beserta jajarannya.
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan perorangan, kesehatan
masyarakat dan kegawatdaruratan kesehatan dengan prinsip
pelayanan kesehatan prima, mempunyai makna :
Pelayanan Prima adalah pelayanan yang diberikan kepada masyarakat
dengan mengutamakan norma pelayanan yakni : bermutu, murah,
mudah, cepat, transparan, efisien, ramah dan berkepastian
hukum.Pelayanan prima dilaksanakan untuk semua jenis pelayanan
kesehatan termasuk pelayanan kesehatan perorangan,pelayanan
kesehatan masyarakat dan kegawatdaruratan kesehatan.
3. Menyelenggarakan Peningkatan Manajemen Kesehatan bermakna
bahwa:
“Core Bussines” Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, adalah
Kesehatan Perorangan, kesehatan masyarakat dan kegawatdaruratan
dan bencana. Untuk menunjang “Core Bussines” tersebut diperlukan
Manajemen Kesehatan yang terdiri dari Manajemen Pembiayaan
Kesehatan, Perencanaan Program Kesehatan, Evaluasi Program
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 110
Kesehatan, SDM Kesehatan, Teknologi dan Informasi Kesehatan,
Pemasaran Sosial Program Kesehatan dan lain sebagainya.
4. Meningkatkan Pemberdayaan Masyarakat di bidang kesehatan
bermakna bahwa :
Dalam menyelenggarakan Pembangunan Kesehatan tidak dapat
dilakukan oleh pemerintah daerah sendiri tapi harus didukung oleh
masyarakat Jakarta. Untuk itu perlu : (1) peningkatan pengetahuan
masyarakat tentang kesehatan sehingga masyarakat memiliki
kesadaran yang tinggi bahwa kesehatan adalah tanggung jawab
masing-masing individu. (2) peningkatan kapabilitas pemimpin informal
pada komunitas / organisasi masyarakat; (3) regulasi mikro yang
menguntungkan kesehatan individu pada setiap organisasi; (4) regulasi
sektor kesehatan; (5) regulasi sektor lain yang melindungi kesehatan.
5. Meningkatkan Kerjasama Lintas Sektor dalam penyelenggaraan
Pembangunan Kesehatan.
Dalam Penyelenggaraan Pembangunan Kesehatan tidak dapat
dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi DKI beserta jajarannya
semata-mata karena masalah pada Pembangunan Kesehatan sangat
luas dan komprehensif ,diperlukan peran sektor-sektor lain seperti
Sektor Pendidikan, Sosial, Tenaga Kerja, Kebersihan, Pamong serta
sektor-sektor lainnya.
Untuk itu perlu ditingkatkannya kerjasama dengan sektor-sektor
tersebut mulai dari tingkat pembuat kebijakan, pengawasan maupun
pelaksanaan dilapangan dalam rangka penyelenggaraan
pembangunan kesehatan.
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 111
4.3 BUDAYA KERJA DAN NILAI ORGANISASI
Guna mewujudkan Visi “Jakarta Sehat untuk semua” dan misi yang
ditetapkan ,maka Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta menjunjung
Budaya kerja dan nilai organisasi, yaitu :
1 Transparansi dalam sistem manajemen
Berbagai proses manajemen dilakukan secara transparan, disamping
menghindar dari berbagai penyimpangan , keterbukaan akan
mendorong manajemen tetap terkendali dan memiliki kinerja yang
baik.
2 Komunikasi/keterbukaan disetiap level
Komunikasi dilakukan secara vertikal, horizontal bahkan diagonal
pada setiap level. Komunikasi yang lancar disetiap level akan
mendorong terciptanya upaya saling mengendalikan , mengawasi dan
mengoeksi, membantu dalam upaya mewujudkan visi dan misi yang
telah ditetapkan.
3 Profesionalisme
Seluruh jajaran Dinas Kesehatan dituntut untuk profesional, sesuai
dengan tegas dan wewenang yang dibebankan kepadanya.
Profesionalisme juga menyangkut empati dalam memberikan
pelayanan yang meliputi keramahan, kesopanan dan kepekaan akan
kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan.
4 Partisipasi disetiap level
Seluruh jajaran Dinas Kesehatan berpartisipasi tanpa kecuali dalam
upaya mewujudkan visi dan misi sesuai dengan tugas dan tanggung
jawab yang dibebankan kepadanya secara profesional.
5 Pemerataan berfokus pada pelanggan
Seluruh jajaran Kesehatan memberikan focus yang besar terhadap
pemberian pelayanan kepada masyarakat sebagai
pelanggan.Komitmen memberlakukan masyarakat sebagai pelanggan
adalah dalam memberikan pelayanan terbaik sehingga masyarakat
berubah menjadi pelanggan setia ketika memerlukan pelayanan
kesehatan.
6 Karyawan merupakan asset
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 112
Karyawan merupakan unsur dalam memberikan pelayanan
kesehatan.Oleh karena itu manajemen internal memberikan perhatian
kepada berbagai aspek yang berkaitan dengan karyawan.
Nilai-nilai yang dianut oleh Organisasi Dinas Kesehatan adalah perduli
kepada masalah kesehatan masyarakat , pelayanan kesehatan individu
dan kejadian gawat darurat dan bencana, ramah lingkungan yang
dilakukan oleh SDM kesehatan yang profesional dan ramah, dilaksanakan
secara terintregasi secara lintas program dan lintas sektor, melalui
program kesehatan yang komprihensif dan bermutu, berasaskan keadilan,
arif dengan skala prioritas.
4.4 TUJUAN
Dalam rangka mewujudkan Visi dan Misi Dinas kesehatan provinsi Daerah
Khusus Ibukota Jakarta menyelenggarakan pembangunan kesehatan
yang bertujuan :
1. Terselenggaranyanya peningkatan kinerja aparatur, sistem,
dan unit kerja kesehatan untuk mewujudkan efektivitas
program dan kegiatan yang dilakukan
2. Meningkatnya kualitas Pelayanan kesehatan perorangan,
masyarakat dan kegawat daruratan sesuai prinsip-prinsip
pelayanan prima
3. Pengembangan manajemen sehingga dapat meningkatkan
kinerja organisasi secara keseluruhan dan dapat
diselenggarakan dengan akurat, tapat waktu, efektiv , efisiensi,
mudah, murah dan transparan
4. Meningkatnya kebersamaan antara pemerintah daerah,
masyarakat dan semua pemangku kepentingan dalam rangka
menyelesaikan masalah kesehatan menjawab tantangan masa
depan dan memanfatkan potensi dan peluang yang dimilki,
5. Meningkatnya upaya pembangunan kesehatan dengan
ditunjang oleh lintas sektor terkait di setiap jenjang
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 113
4.5 ANALISIS SWOT
A. Identifikasi SWOT
Identifikasi SWOT menggambarkan secara internal kekuatan
(strenghts) dan kelemahan (weaknesses) seluruh jajaran Dinas
Kesehatan Propinsi DKI Jakarta dalam menangani bidang kesehatan di
Propinsi DKI Jakarta. Secara eksternal, identifikasi juga menggambarkan
peluang (opportunities) dan ancaman (threats).
Identifikasi SWOT di lingkungan Dinas Kesehatan Propinsi DKI
Jakarta, dapat dilihat pada Lampiran .
B. Matriks IFE ( Internal Faktor Evaluation Matrix ).
Ringkasan dari audit internal strategi manajemen membentuk matriks
IFE, matriks ini merupakan alat formulasi untuk meringkas dan mengevaluasi
kekuatan dan kelemahan utama dalam area fungsi bisnis . kebijakan instuisi
diperlukan untuk mengembangkan matriks ini sehingga penampakan dari
pendekatan keilmuan tidak boleh diinterpretasikan sebagai tehnik yang
sangat sempurna.
Terdapat lima langkah penyusunan matriks IFE yaitu :
1. Susun daftar faktor penentu sukses (Critical Succes Factor) sebagai
identifikasi dari proses audit internal. Kemudian dipilih sepuluh sampai
duapuluh faktor internal termasuk kekuatan dan kelemahan.
2. Berikan bobot antara 0,0 (tidak penting) sampai 1,0 (sangat penting)
pada masing masing faktor . Bobot faktor diberikan berdasarkan
kepentingan untuk keberhasilan suatu organisasi.
3. Berikan nilai (Rating) antara 1 sampai 4 untuk masing masing faktor
yang menggambarkan :
a. kelemahan utama = 1
b. kelemahan minor = 2
c. kekuatan minor = 3
d. kekuatan utama = 4
4. Kalikan bobot dengan rating untuk mendapatkan skor bobot masing
masing variabel.
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 114
5. Jumlahkan score bobot masing masing variabel.
Nilai yang dicapai dari hasil pembobotan faktor-faktor internal
adalah 2,98 yang kemudian akan merupakan nilai sumbu mendatar.
Secara lengkap table Matriks IFE dapat ilihat pada Lampiran
C. Matriks EFE (External Factor Evaluation Matrix).
Matriks EFE sangat strategis untuk meringkas dan mengevaluasi
ekonomi, sosial, demografi, lingkungan, politik, pemerintah, pengaturan,
tehnologi dan informasi kompetitif. Terdapat lima langkah dalam
menyusun matriks EFE yaitu :
1. Susun daftar faktor penentu sukses dari proses audit eksternal Susun
sebanyak sepuluh sampai dua puluh faktor termasuk peluang dan
tantangan yang mempengaruhi organisasi.
2. Berikan bobot 0,0 sampai 1,0. Indikasi pembobotan tergantung
kepentingan relatif terhadap keberhasilan suatu organisasi.
3. Berikan nilai antara 1 sampai 4 terhadap masing masing faktor untuk indikasi
efektifitas organisasi dalam merespon hal hal yang strategis :
a. respon sangat baik = 4
b. respon diatas rata rata atau sedang = 3
c. respon sedang = 2
d. respon kurang baik = 1
4. Kalikan masing masing bobot faktor dengan nilai untuk menentukan skor
bobot;
5. Jumlahkan skor bobot masing masing variabel untuk menentukan total
score bobot organisasi.
Nilai yang dicapai dari hasil pembobotan faktor-faktor eksternal
adalah 2,75 yang kemudian akan merupakan nilai sumbu vertikal. Secara
lengkap table Matriks IFE dapat ilihat pada Lampiran .
D. Diagnosa Organisasi (Cell Diagnosa).
Dari hasil IFE = 2,61 dan EFE = 1,86 maka apabila dimasukkan dalam
Matriks Internal External atau disebut juga Cell Diagnosa maka strategi
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 115
organisasi Dinas Kesehatan Propinsi DKI Jakarta berada pada cell V yaitu
strategi Hold and Maintain yang penjabaran strateginya adalah
Pertumbuhan (Peningkatan Out Put), Integrasi Horizontal (Pengembangan
Produk yang sudah ada penetrasi horizontal) dan N0n Profit Strategi
(Pengembangan Internal Manajemen). Cell diagnosa ini dapat dilihat pada
Lampiran .
E. Matriks TOWS.
Dalam tahap penyesuaian (matching) dapat digunakan matriks TOWS
sebagai alat diagnosis (matching tools) untuk menentukan alternatif stategi
dengan melakukan identifikasi adanya suatu peluang atau hambatan dari
faktor eksternal dan melihat faktor internal suatu organisasi berupa kekuatan
dan kelemahan yang dimiliki serta memperhatikan Visi, Misi, dan tujuan
organisasi.
Penyesuaian faktor-faktor penentu sukses eksternal dan internal ini
merupakan salah satu kunci efektif untuk menghasilkan strategi alternatif dan
resultan strategi yang dapat dikelompokkan menjadi empat strategi yaitu:
1. Strategi S – O (SO = Strength – Opportunity)
2. Strategi W – O (WO = Weakness – Opportunity)
3. Strategi S – T (ST = Strength – Threat)
4. Strategi W – T (WT = Weakness – Threat)
yang secara detail matriks TOWS dapat dilihat pada Lampiran .
F. Matriks Penyesuaian Strategi.
Selanjutnya ketiga strategi tersebut diatas yaitu : Pertumbuhan
(Peningkatan Out Put), Integrasi Horizontal (Pengembangan Produk yang
sudah ada penetrasi horizontal) dan N0n Profit Strategi (Pengembangan
Internal Manajemen) dijabarkan dengan memperhatikan faktor-faktor
kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman.
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 116
Hasil tabulasi penyesuain prioritas strategi dapat dilihat pada table
penyesuaian strategi Lampiran .
G. Matriks QPSM.
Tahap pengambilan keputusan dengan menggunakan Quantitative
Strategic Planning Matrix (QSPM) adalah alternatif strategi yang didapat
dari tahap penggabungan, untuk menentukan strategi mana yang menjadi
prioritas.
Cara melakukan perhitugan QSPM adalah sebagai berikut :
1. Buat daftar faktor analisis SWOT diambil dari matriks IFE dan matriks
EFE;
2. Cantumkan bobot pada masing-masing faktor sesuai pada matriks IFE
dan matriks EFE;
3. Dari hasil analisis SWOT dipelajari dan ditulis strategi alternatif;
4. Tentukan nilai Attractiveness Score (AS);
a. Nilai 1 : tidak ada keterkaitan
b. Nilai 2 : mungkin ada keterkaitan
c. Nilai 3 : ada keterkaitan
d. Nilai 4 : sangat terkait
5. Hitung Total Attractiveness Score (TAS) yaitu perkalian antara Bobot
dengan AS (Bobot x AS);
6. Hitung jumlah dari seluruh TAS dan dibandingkan dengan strategi
mana yang nilai TAS totalnya lebih tinggi, ini menunjukkan bahwa
strategi tersebut lebih attraktif serta dapat mengatasi setiap factor
internal dan eksternal. Selengkapnya dapat bdilihat pada tabel QSPM
di Lampiran .
4.6 POSISI ORGANISASI Menunjukan pada posisi Strukturisi
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 117
4.7 STRATEGIAtas dasar analisi Matriks TOWS, maka strategi pencapaian tujuan dan
sasaran meliputi:
1. Penyempurnaan sistem manajemen;
2. Peningkatan Pembiayaan Kesehatan;
3. Pengembangan Promosi dan Informasi Kesehatan;
4. Pengembangan sarana prasarana;
5. Pengembangan dan optimalisasi SDM kesehatan;
6. Pengembangan sistem perencanaan bidang kesehatan sehingga
didapat efisiensi dan optimalisasi pembiayaan kesehatan;
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 118
7. Meningkatkan akses layanan kesehatan untuk keluarga miskin melalui
sistem Jaminan Pelayanan Kesehatan daerah;
8. Peningkatan Kualitas Pelayanan (Pelayanan kesehatan dan pelayanan
masyarakat dan kegawatdaruratan).
9. Penerapan sistem manajemen mutu di jajaran kesehatan;
10.Pendelegasian kewenangan sebagian kesehatan kepada Camat dan
Lurah dalam menggerakan dan memberdayakan masyarakat dalam
hidup sehat;
11.Pengembangan Kemitraan bidang kesehatan;
Strategi kreatif tersebut harus merupakan gerakan yang dapat
diartikan sebagai perubahan adalah dengan berlangsungnya waktu.
Dalam manajemen perubahan gerakan dapat dibuat relatif terhadap
standar yang ditetapkan. Dalam konteks perubahan performansi
pelayanan dapat dibuat relatif terhadap indikator tujuan jangka panjang
yan telah ditetapkan.Yang dimaksud dengan Tahap performansi adalah
masa untuk mengejar target yang telah ditetapkan oleh masing masing
unit kerja.
Strategi utama tersebut, kemudian dijabarkan dalam 24 substrategi
sebagai berikut :
1. Peningkatan sistem sangsi dan penghargaan;
2. Pendayagunaan SDM;
3. Perencanaan terpadu;
4. Pembiayaan kesehatan;
5. Peningkatan sistem kepemimpinan;
6. Peningkatan Binwasdal (pembinaan, pengewasan dan pengendalian);
7. Pembinaan dan penegakan hokum kesehatan;
8. Peningkatan sistem informasi manajemen;
9. Pengembangan sistem informasi kesehatan;
10.Pengembangan sistem pemasaran social program kesehatan;
11.Peningkatan peran serta masyarakat;
12.Pengembangan kemitraan;
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 119
13.Pengembangan kualitas gadar dan bencana;
14.Pengembangan inovasi / manajemen mutu;
15.Pengembangan kualitas pelayanan kesehatan masyarakat;
16.Pengembangan kualitas pelayanan kesehatan klinis (individu);
17.Pengembangan kemandirian masyarakat di bidang kesehatan;
18.Mapping sarana dan prasarana;
19.Peningkatan pengelolaan sarana dan prasarana;
20.Penambahan sarana an prasarana;
21.Pengembangan penelitian;
22.Pengembangan produk kesehatan;
23.Peningkatan kemandirian organisasi;
24.Perluasan organisasi.
Perwujudan visi dan misi sangat tergantung pada faktor-faktor kunci
keberhasilan. Adapun faktor-faktor kunci keberhasilan dimaksud adalah
sebagai berikut:
1. Sistem kepemimpinan senior
Kepemimpinan sangat memegang peranan penting dalam upaya
mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan. Komitmen pimpinan
untuk menerapkan budaya kerja dan nilai-nilai, yang meliputi: transparansi
dalam sistem manajemen, komunikasi/keterbukaan pada setiap tingkatan,
profesionalisme, partisipasi total pada setiap tingkatan, pemerataan yang
berfokus pada pelanggan, dan karyawan merupakan aset, menjadi modal
utama dalam menciptakan iklim yang kondusif bagi seluruh jajaran Dinas
Kesehatan dalam upaya mewujudkan visi dan misi yang telah ditetapkan.
Sistem kepemimpinan senior memegang peranan penting dalam menjaga
keseimbangan fokus dalam pencapaian visi dan misi, yaitu keseimbangan
antara kepentingan masyarakat dan kepentingan pegawai yang
kesemuanya tercakup dalam stakeholders. Dalam kaitan tersebut, maka
faktor komunikasi menjadi sangat penting. Oleh karena itu, forum-forum
rapat mingguan, Senenan, serta rapat evaluasi midsemester dan forum-
forum lainnya, adalah sarana yang tepat untuk mendorong timbulnya
inovasi-inovasi manajemen dalam upaya mewujudkan visi dan misi.
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 120
Sistem kepemimpinan senior, dengan demikian, juga dapat mendorong
organisasi yang learning. Sistem kepemimpinan senior juga memegang
peranan penting dalam pelaksanaan tugas dan fungsi Dinas Kesehatan
secara efisien dan efektif, melalui konsistensi pelaksanaan peran dimana
Dinas melaksanakan peran regulator dalam area tugas standarisasi,
penyusunan kriteria-kriteria, pengalokasian budget dan pengawasannya,
pengendalian profesionalisme tenaga dan pemberdayaannya serta
pengendaliannya, suku dinas berperan sebagai auditor/pengawasan yang
bertanggung jawab atas pelaksanaan dan pembinaan wilayah, sedangkan
Puskesmas, RSUD dan UPT dalam pelaksanaan operasional dan
didorong untuk mandiri dengan kebijakan swadana dan pelayanan prima.
Disamping itu, juga melalui pengalokasian sumber-sumber daya secara
efisien dan efektif.
2. Ketepatan penjabaran visi dan misi kedalam tujuan strategis serta
sasarannya
Ketepatan penjabaran visi dan misi ke dalam tujuan strategis serta
sasarannya sesuai dengan kemampuan internal organisasi serta harapan
eksternal organisasi dalam jangka lima tahun mendatang. Oleh karena itu,
penjabaran visi dan misi ke dalam tujuan dan sasaran perlu didukung
dengan data-data mengenai kekuatan, kelemahan organisasi serta
peluang dan tantangan yang muncul secara eksternal, yang diolah
sedemikian rupa sehingga menghasilkan tujuan dan sasaran yang secara
optimal dapat diwujudkan sesuai dengan kemampuan organsasi serta
sesuai dengan harapan pihak eksternal.
3. Profesionalisme
Secara kelembagaan, profesionalisme berarti bahwa organisasi didisain
sedemikian rupa sehingga secara efisien dan efektif berjalan sesuai
dengan kebutuhan organisasi dalam upaya mewujudkan visi dan misi,
disertai dengan perangkat-perangkat penilaian kinerja organisasi yang
mengacu kepada tujuan dan sasaran. Profesionalisme juga menyangkut
kapabilitas sumber daya manusia yang dimiliki oleh Dinas Kesehatan
sesuai dengan kebutuhan perwujudan visi dan misi yang telah ditetapkan.
Dalam kaitan ini, maka sistem rekruitmen, pengembangan kompetensi,
pengembangan karier, sistem kerja, sistem penilaian kinerja individual,
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 121
sistem reward and recognition, dan kesejahteraan, perlu searahkan
dengan tujuan profesionalisme.
4. Fokus pada pelanggan dan core business
Paradigma pelayanan yang berkembang saat ini mengetengahkan
pelanggan sebagai fokus perhatian. Oleh karena itu, organisasi Dinas
Kesehatan harus merupakan organisasi yang customers’ driven, dengan
memperhatikan core business untuk meningkatkan kualitas pelayanannya.
Perhatian kepada pelanggan, dalam hal ini, masyarakat DKI Jakarta,
menunjukkan komitmen kuat untuk memberikan pelayanan terbaik.
Komitmen ini menjadi modal bagi keberhasilan upaya perwujudan visi dan
misi Dinas Kesehatan oleh seluruh jajarannya.
5. Sistem pembiayaan
Keberhasilan perwujudan visi dan misi juga sangat ternatung pada sistem
pembiayaan pelayanan kesehatan. Keseimbangan alokasi antara
pelayanan kesehatan klinis dasar, rujukan dan kesehatan masyarakat,
dimana subsidi diarahkan pada kesehatan masyarakat sedangkan dalam
pelayanan klinis diharapkan masyarakat bisa mandiri secara gotong
royong. Pembiayaan orang miskin ditanggung bersama masyarakat dan
Pemerintah Daerah. Serta didukung oleh sistem asuransi kesehatan sosial
maupun asuransi yang dikembangkan oleh pihak swasta.
6. Manajemen sistem informasi
Kelengkapan manajemen sistem informasi sangat diperlukan dalam
mendukung terwujudnya visi dan misi Dinas Kesehatan. Melalui dukungan
ini, seluruh upaya dapat dilaksanakan secara sinergis melalui monitoring
dan evaluasi yang terpadu sehingga diperoleh umpan balik bagi
penyempurnaan/ perbaikan berbagai upaya yang telah dilakukan. Melalui
dukungan ini, kinerja setiap unit di lingkungan Dinas Kesehatan beserta
seluruh jajarannya dapat dipantau secara terus menerus, sehingga
pelaksanaan berbagai kegiatan dapat pula dilihat efektivitas dan efisiensi-
nya.
7. Global outlook
Keberhasilan perwujudan visi dan misi juga tergantung kepada bagaimana
organisasi dapat menyerap berbagai perubahan yang terjadi dalam
lingkup lokal, regional bahkan global, untuk kemudian menjadikan
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 122
berbagai perubahan tersebut sebagai peluang dan tantangan bagi
kemajuan organisasi. Tuntutan peningkatan kualitas pelayanan tidak
hanya merupakan tuntutan lokal tetapi juga global. Berbagai standar-
standar internasional yang berkaitan dengan pelayanan tampaknya juga
merupakan bagian yang harus dipenuhi untuk dapat menjadi organisasi
pelayanan kesehatan yang memiliki global outlook. Kemampuan
organisasi menyesuaikan dengan keinginan global adalah cara
memenangkan persaingan sehingga eksistensinya dapat dipertahankan.
Serangkaian faktor-faktor kunci keberhasilan tersebut di atas jika diramu
dalam satu bentuk keseluruhan (totally), maka merupakan komitmen total dari
pihak manajemen untuk meningkatkan kualitas, yang dalam bahasa teknis
disebut sebagai Total Quality Management.
4.8 ARAH KEBIJAKAN
Atas dasar identifikasi strategi di atas, maka dirumuskan kebijakan dan
program di bidang pembangunan kesehatan di wilyah DKI Jakarta yang
meliputi, sebagai berikut:
1. Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan, yang meliputi program: (1)
pengembangan manajemen mutu pelayanan kesehatan dengan standar
internasional, (2) pengembangan sistem penilaian kepuasan pelanggan
dan sistem pengaduan keluhan pelayan kesehatan; (3) pengembangan
produk-produk pelayanan kesehatan;
2. Peningkatan kualitas upaya kesehatan masyarakat untuk melindungi
masyarakat dari resi dan penyakit, yang meliputi program: (1) Surveilans
epidemiologi kesehatan masyarakat, (2) P2 Penyakit menular, (3)
P2PTM, P2PL dan KJ, dan (4) P2 Gizi.
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 123
3. Pengembangan sistem informasi dan pemasaran sosial kesehatan, yang
meliputi program: (1) pengembangan sistem informasi kesehatan, (2)
pengembangan sistem pemasaran sosial kesehatan;
4. Peningkatan kemandirian masyarakat dalam pembangunan kesehatan
dan pengembangan sistem pembiayaan kesehatan kemitraan, yang
meliputi program: (1) pemerataan pelayanan kesehatan, (2)
pengembangan peran serta masyarakat dalam pelayanan kesehatan, (3)
pengembangan sistem pembiayaan kesehatan kemitraan;
5. Peningkatan profesionalisme bidang kesehatan, yang meliputi program:
(1) pengembangan SDM kesehatan, (2) pengendalian tenaga
kesehatan, (3) pengendalian institusi pendidikan kesehatan, (4)
peningkatan pelayanan internal manajemen.
6. Pengembangan sistem respon gawat darurat dan bencana, yang
meliputi program: (1) Pengembangan Masyarakat yang sehat dan Aman
(Safe Community) dengan Ujung Tombak Pelayanan Publik Safety
Centre (118, 113, 110), (2) Pengembangan Sistem Gawat Darurat dan
Bencana, (3) Pengembangan Sistem Gawat Darurat dan Bencana
7. Pembinaan, pengawasan dan pengendalian, dengan program: (1)
pengembangan dan penyerpurnaan produk hukum di bidang kesehatan,
(2) pengembangan sistem perijinan pelayanan kesehatan, (3)
pengembangan sistem penghargaan dan sanksi
Pembangunan kesehatan diarahkan untuk mencapai sasaran
sebagaimana tercantum dalam Arah Kebijakan Urusan Kesehatan yang
tercantum dalam Perda Nomor 1 Tahun 2008 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Provinsi DKI Jakarta
tahun 2007 – 2012 yaitu sebagai berikut :
1. Peningkatan Program penerapan kaidah good governance dalam
penyelenggaraan urusan Kesehatan;
2. Peningkatan Program sinkronisasi kebijakan pembiayaan, kelembagaan
dan regulasi Kesehatan;
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 124
3. Peningkatan Program pencegahan dan penanggulangan penyakit
menular;
4. Peningkatan Program penurunan angka kematian ibu dan bayi;
5. Peningkatan Program peningkatan kesehatan anak balita;
6. Peningkatan Program pengembangan lingkungan sehat;
7. Peningkatan Program promosi kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat;
8. Peningkatan Program pencegahan penyakit tidak menular;
9. Peningkatan Program peningkatan mutu pelayanan kesehatan;
10. Program pengawasan obat dan makanan;
11. Peningkatan Program pengembangan obat asli Indonesia;
12. Peningkatan Program peningkatan sarana dan prasarana Puskesmas;
13. Peningkatan Program peningkatan sarana dan prasarana rumah sakit;
14. Peningkatan Program Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat
(JPKM);
15. Peningkatan Program peningkatan kemitraan kesehatan;
16. Peningkatan Program peningkatan gizi masyarakat;
17. Program kesehatan jiwa masyarakat;
18. Peningkatan Program peningkatan sarana dan prasarana Kesehatan;
19. Peningkatan Program pemberdayaan komunitas Kesehatan;
20. Peningkatan Program pelaksanaan SPM lain urusan Kesehatan.
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 125
BAB V
PROGRAM DAN KEGIATAN RENSTRA DINAS KESEHATAN DKI
JAKARTA
Berikut ini adalah program urusan kesehatan yang merupakan salah
satu urusan wajib menurut Permendagri no 13 tahun 2006.Renstra
Dinas Kesehatan DKI Jakarta 5 tahun ke depan mengacu pada
Program RPJMD DKI Jakarta Tahun 2007-2012.
5.1 . Program Urusan Kesehatan, yang terdiri dari :
1. Program penerapan kaidah good governance dalam
penyelenggaraan urusan Kesehatan
Indikator yang akan dicapai antara lain: SDM yang
melaksanakan pelayanan kesehatan menjadi lebih responsif
terhadap kebutuhan masyarakat; Pengelolaan urusan,
pelayanan, informasi kesehatan menjadi lebih transparan dan
mudah di akses melalui internet; Pengelolaan urusan
kesehatan semakin efisien dan akuntabel; Program kesehatan
antisipatif terhadap perkembangan masa depan; Penegakan
hukum dilaksanakan secara sistematik dan terprogram dengan
baik; Semua peraturan perundangan daerah tentang
Kesehatan sudah dikaji ulang dan disempurnakan guna
mendukung penyelenggaraan urusan Kesehatan; Fungsi
regulator Kesehatan ramping dan terpisah dari fungsi operator
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 126
serta dilengkapi dengan sistem dan prosedur kerja yang jelas;
dan Penempatan SDM Kesehatan berdasarkan kompetensi.
2. Program sinkronisasi kebijakan pembiayaan,
kelembagaan dan regulasi Kesehatan
Indikator yang akan dicapai antara lain: Ditetapkannya
peranan APBD dalam pembiayaan penyelenggaraan urusan
Kesehatan secara keseluruhan; Ditetapkannya bentuk
kelembagaan penyelenggaraan Kesehatan yang efisien
pembiayaannya; dan Ditetapkannya regulasi terhadap
komponen-komponen strategis dalam implementasi system
Kesehatan.
4. Program pencegahan dan penanggulangan penyakit
menular
Indikator yang akan dicapai antara lain: Cakupan imunisasi
untuk anak mencapai target nasional; Fungsi surveillance
epidemiologi dan penanggulangan awal untuk setiap penyakit
menular berjalan baik; Bila terjadi KLB, masyarakat
mengetahui Rumah Sakit mana dan bagaimana skema
pembiayaannya; Menurunnya kasus penyakit menular; dan
Informasi tentang Kejadian Luar Biasa dapat dideteksi lebih
awal.
4. Program penurunan angka kematian ibu dan bayi
Indikator yang akan dicapai antara lain: Menurunnya angka
kematian ibu melahirkan; Meningkatnya cakupan persalinan
yang ditolong oleh bidan/tenaga kesehatan yang memiliki
kompetensi kebidanan; Berkurangnya angka kematian bayi;
dan Meningkatnya kunjungan ibu hamil minimal 4 kali
kunjungan selama masa kehamilan.
5. Program peningkatan kesehatan anak balita
Indikator yang akan dicapai antara lain: Berkurangnya angka
balita yang menderita gizi buruk; Meningkatnya pemberian ASI
eksklusif, makanan pendamping ASI dan vitamin pada balita;
dan Meningkatnya Kelurahan Universal Child Immunization
(UCI).
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 127
6. Program pengembangan lingkungan sehat
Indikator yang akan dicapai antara lain: Meningkatnya
kesadaran masyarakat tentang pola hidup bersih dan sehat;
Meningkatnya industri dan tempat-tempat umum yang sehat;
Menurunnya angka penyakit diare; dan Meningkatnya jumlah
rumah/bangunan yang bebas jentik nyamuk aedes
agepty.
7. Program promosi kesehatan dan pemberdayaan
masyarakat
Indikator yang akan dicapai antara lain: Meningkatnya
kesadaran masyarakat tentang pola hidup bersih dan sehat;
Promosi kesehatan terselenggara di setiap jenjang;
Berfungsinya jejaring informasi kesehatan di jajaran
kesehatan; dan Pemberdayaan kesehatan di tingkat RW
dalam bentuk RW siaga.
8. Program pencegahan penyakit tidak menular
Indikator yang akan dicapai adalah meningkatnya prosentase
screening resiko cardio vascular, kanker cervix, dan kanker
payudara.
9. Program peningkatan mutu pelayanan kesehatan
Indikator yang akan dicapai adalah meningkatnya jumlah
fasilitas kesehatan yang mendapat sertifikasi dan pengakuan
akreditasi.
10. Program pengawasan obat dan makanan
Indikator yang akan dicapai antara lain: Meningkatnya
pengawasan obat dan makanan yang beredar bebas; dan
Meningkatnya jumlah Tempat Pengelolaan Makanan (TPM)
yang sehat dan aman.
11. Program pengembangan obat asli Indonesia
Indikator yang akan dicapai adalah meningkatnya kualitas
pelayanan tenaga kesehatan dan pengawasan obat
tradisional.
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 128
12. Program peningkatan sarana dan prasarana Puskesmas
Indikator yang akan dicapai antara lain: Meningkatnya jumlah
Puskesmas Kecamatan dengan fasilitas rawat inap;
Meningkatnya jumlah Puskesmas yang mendapat sertifikat
ISO; dan Terpeliharanya sarana dan prasarana Puskesmas
dan jaringannya.
13. Program peningkatan sarana dan prasarana rumah sakit
Indikator yang akan dicapai adalah bertambahnya jumlah
Rumah Sakit Daerah.
14. Program Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat
(JPKM)
Indikator yang akan dicapai adalah meningkatnya akses
pelayanan kesehatan bagi penduduk termasuk penduduk
miskin.
15. Program peningkatan kemitraan kesehatan
Indikator yang akan dicapai antara lain: Meningkatnya
kemitraan antara pemerintah dengan pihak swasta dalam
pelayanan kesehatan bagi masyarakat; dan Ditetapkannya
kriteria dalam memilih dan menentukan mitra maupun program
pelayanan kesehatan dengan swasta.
16. Program peningkatan gizi masyarakat
Indikator yang akan dicapai antara lain: Terwujudnya
masyarakat yang memiliki gizi seimbang; dan Berkurangnya
anak dengan gizi kurang/buruk.
17. Program kesehatan jiwa masyarakat
Indikator yang akan dicapai antara lain: Meningkatnya
pelayanan gangguan jiwa di sarana pelayanan kesehatan
umum; Meningkatnya Jumlah Community Base Unit (CBU);
Menurunnya angka urban mental health; dan Meningkatnya
cakupan deteksi gangguan jiwa oleh masyarakat.
18. Program peningkatan sarana dan prasarana Kesehatan
Indikator yang akan dicapai adalah terpenuhinya kebutuhan
sarana dan prasarana Kesehatan.
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 129
19. Program pemberdayaan komunitas Kesehatan
Indikator kinerja yang akan dicapai antara lain: Berfungsinya
Dewan Kesehatan sebagai mitra penyusunan kebijakan
Kesehatan; dan Berfungsinya asosiasi usaha Kesehatan
sebagai mitra penyusunan dan implementasi kebijakan
Kesehatan.
20. Program pelaksanaan SPM lain urusan Kesehatan
Indikator yang akan dicapai adalah terpenuhinya SPM lain
urusan Kesehatan.
21. Program Kerja Sama Pengembangan Jaringan Pelayanan
Kesehatan Regional.
Indikator yang ingin di capai adalah :Terbentuknya jaringan
kerjasama RS dan PKM, Terbentuknya Badan Usaha Milik
Bersama Yang Membangun dan Mengoperasionalkan Sistem
Jaminan Kesehatan Regional Upaya bersama pencegahan
dan penanggulangan KLB DBD dan Penyakit menular lain,
Terselenggarannya kerjasama penceghan dan
penanggulangan KLB dan Wabah se Jabotabekjur.
5.2 . Program Lintas Urusan :
Dengan tidak terakomodirnya salah satu core busines urusan
kesehatan yaitu Kegawatdaruratan dan bencana maka
mengambil 3 Program Lintas Urusan (Otonomi Daerah,
Pemerintahan Umum, Adm.Keuangan Daerah, Perangkat
Daerah, kepegawaian dan persandian) yaitu :
1. Program Peningkatan peran pusat pengendalian bencana
(kesehatan);
2. Program Penigkatan kemampuan penanggulangan kesehatan
akibat bencana;
3. Program Menggalang seluruh sumber daya kesehatan dalam
keadaan bencana.
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 130
Untuk lebih jelasnya berikut diuraikan matriks berdasarkan program ,
tolok ukur program, target kinerja program, kondisi tahun existing
Tahuin 2007 beserta target pertahun dan kegiatan yang direncanakan
dalam lima tahun kedepan sebagai berikut :
PROGRAM DAN KEGIATANDINAS KESEHATAN PROVINSI
DKI JAKARTATAHUN 2007 - 2013
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 131
PROGRAM DAN KEGIATAN RENSTRA DINAS KESEHATAN PROVINSI DKI JAKARTA TAHUN 2007-2013
NO
PROGRAM TOLOK UKUR PRORAM
TARGET KINERJA
PROGRAM
KONDISI Thn 2007
Target pertahun
2008 2009 2010 2011 2012 20131 Program
Penerapan Kaidah Good Governance dalam Penyelenggaraan urusan Kesehatan
SDM Kesehatan lebih responsive terhadap kebutuhan masyarakat
Pencapaian kinerja aparatur kesehatan
78% 79% 80% 83% 85% 88% 90%
Pengelolaan urusan,pelayanan, informasi kesehatan menjadi lebih transparan dan mudah diakses melalui internet
Berfungsinya Sistem Informasi Kesehatan di Puskesmas
40% 50% 60% 70% 80% 90% 100%
Tersedianya informasi Kesehatan berbasis Website
100% 100%
100%
100%
100%
100%
100%
Pengelolaan urusan kesehatan semakin efisien
Terlaksananya Operasionalisasi SKPD Urusan
100% 100%
100%
100%
100%
100%
100%
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 132
NO
PROGRAM TOLOK UKUR PRORAM
TARGET KINERJA
PROGRAM
KONDISI Thn 2007
Target pertahun
2008 2009 2010 2011 2012 2013dan akuntable Kesehatan
Terlaksananya pengendalian dan evaluasi pelaksanaan kegiatan / program
100% 100%
100%
100%
100%
100%
100%
Program kesehatan antisipatif terhadap masa depan
Uji coba efektifitas produk Baru pada daerah uji coba
80% 81% 82% 83% 84% 85% 86%
Tercapainya Cost Recovery Rate ( CRR) 60 % di Puskesmas
12% 34% 46% 57% 69% 80% 96%
Meningkatnya jumlah tenaga kesehatan yang terlatih
20% 30% 35% 40% 45% 50% 55%
Semua peraturan perundangan daerah tentang kesehatan sudah dikaji ulang
Tingkat Kepatuhan petugas kesehatan terhadap
Belum ada data
Belum
ada data
50% 60% 65% 70% 70%
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 133
NO
PROGRAM TOLOK UKUR PRORAM
TARGET KINERJA
PROGRAM
KONDISI Thn 2007
Target pertahun
2008 2009 2010 2011 2012 2013disempurnakan guna memndukung penyelenggaraanurusan kesehatan
penerapan kebijakan
Fungsi regulator Kesehatan ramping dan terpisah dari fungsi operator serta dilengkapi dengan sistem dan prosedur
kerja yang jelas
Ditetapkannya SISKESDA Prov DKI Jakarta
0% 0% 100%
Penempatan SDM Kesehatan berdasarkan kompetensi.
Terlaksananya Public Health Nurse di Kelurahan
0% 0% 0% 0% 25% 400%
50%
Terwujudnya penempatan SDM Kesehatan berdasarkan kompetensi
20% 25% 30% 32% 35% 38% 40%
2 Program Ditetapkannya Terlaksananya 100% 100 100 100 100 100 100
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 134
NO
PROGRAM TOLOK UKUR PRORAM
TARGET KINERJA
PROGRAM
KONDISI Thn 2007
Target pertahun
2008 2009 2010 2011 2012 2013Sinkronisasi Kebijakan Pembniayaan, Kelembagaan dan Regulasi Kesehatan
peranan APBD dalam pembiayaan Penyelenggaraan Urusan Kesehatan secara Keseluruhan
penyusunan perencanaan anggaran urusan kesehatan
% % % % % %
SKPD Jajararan Kesehatan dicover pada penyusunan dokumen pembiayaan kesehatan
100% 100%
100%
100%
100%
100%
100%
Ditetapkannya Bentuk Kelembagaan Penyelenggara Kesehatan yang efisien Pembiayaannya
Terlaksananya Pengusulan Kelembagaan RSD ( LTD)
1 RSD
2 RSD
2 RSD
1 RSD
Ditetapkannya regulasi terhadap komponen-komponen
Tersusunnya regulasi terhadap komponen-komponen
7 Dokumen
5 Dokumen
5 Dokumen
5 Dokumen
5 Dokumen
5 Dokumen
5 Dokumen
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 135
NO
PROGRAM TOLOK UKUR PRORAM
TARGET KINERJA
PROGRAM
KONDISI Thn 2007
Target pertahun
2008 2009 2010 2011 2012 2013strategis dalam implementasi sistem Kesehatan
strategis dalam implementasi Sistem Kesehatan
3 Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular
Cakupan Immunisasi untuk anak mencapai target nasional
Cakupan UCI (Universal Child Immunization ) Kelurahan
75% 95% 98% 100%
100%
100%
100%
Menurunnya kasus penyakit menular
Kelurahan mengalami KLB ditangani <24 jam
100% 100%
100%
100%
100%
100%
100%
angka keberhasilan pengobatan penderita TB BTA positif ( Success Rate )
87.4% >85%
>85%
>85%
>85%
>85%
>85%
Penemuan kasus TB (CDR)
75% 80% 85% 90% 95% 95% 95%
Penemuan Kasus kusta anak
10% 9% 8% 7% 6% <5% <5%
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 136
NO
PROGRAM TOLOK UKUR PRORAM
TARGET KINERJA
PROGRAM
KONDISI Thn 2007
Target pertahun
2008 2009 2010 2011 2012 2013Cakupan balita dengan Pneumonia yang ditangani
7,84% 20% 35% 65% 75% 100%
100%
Infeksi menular seksual yang diobati
100% 100%
100%
100%
100%
100%
100%
Terlaksananya pelayanan IMS untuk penanggulangan HIV/AIDS di Puskesmas
11% 20% 34% 56% 79% 95% 100%
Terlaksananya pelayanan ARV di RSD Prov DKI Jakarta
100% 100%
100%
100%
100%
100%
100%
Penderita DBD yang ditangani
Incident Rate ( IR)
378 /100.000
300/100.000
250/ 100.000
200/ 100.000
150/ 100.000
100/ 100.000
50/ 100.000
Case Fatality Rate (CFR )
0,27% < 1 %
< 1 %
< 1 %
< 1 %
< 1 %
< 1 %
Terlaksananya review/
100%
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 137
NO
PROGRAM TOLOK UKUR PRORAM
TARGET KINERJA
PROGRAM
KONDISI Thn 2007
Target pertahun
2008 2009 2010 2011 2012 2013penyempurnaan sistem PSNPencegahan dan pemberantasan Penyakit Malaria yang diobati
100% 100%
100%
100%
100%
100%
100%
Pencegahan dan pemberantasan penyakit filariasis yang ditangani
100% 100%
100%
100%
100%
100%
100%
Re-new emerging disease (Kasus yang ditemukan ditindak lanjuti)
100% 100%
100%
100%
100%
100%
100%
Fungsi Surveilans epidemiologi dan penanggulangan awal untuk setiap penyakit menular berjalan baik
Respontime investigasi dan tindakan penanggulangan awal dengan KLB < 24 jam sejak informasi diterima
83% 84% 85% 86% 87% 88% 89%
Kelurahan 100% 100 100 100 100 100 100
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 138
NO
PROGRAM TOLOK UKUR PRORAM
TARGET KINERJA
PROGRAM
KONDISI Thn 2007
Target pertahun
2008 2009 2010 2011 2012 2013mengalami KLB yang dilakukan penyelidikan epidemiologi < 24 jam setelah mendapat informasi
% % % % % %
Penemuan Kasus Acute Flacid Paralysis (AFP) Rate ≥ 2 pada 100.000 anak usia < 15 tahun
2\100.000
2/100.00
0
2/100.00
0
2/100.00
0
2/100.00
0
2/100.00
0
2/100.00
0
Informasi tentang KLB dapat dideteksi lebih awal
Penanganganan Re new dan neglated disease
100% 100%
100%
100%
100%
100%
100%
Ketepatan dan kelengkapan Laporan Surveilance
80% 90% 90% 95% 95% 100%
100%
Konfirmasi penderita DBD di RS berdasarkan pemeriksanaan
Tidak ada data
Tidak ada data
60% 61% 62% 63% 64%
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 139
NO
PROGRAM TOLOK UKUR PRORAM
TARGET KINERJA
PROGRAM
KONDISI Thn 2007
Target pertahun
2008 2009 2010 2011 2012 2013serology pada penderita
4 Program Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi
Menurunnya angka kematian ibu melahirkan
Cakupan pertolongan persalinan oleh bidan / tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan
84,27 % 85% 87% 90% 93% 95% 97%
Cakupan kunjungan Ibu Hamil (K4)
90,85 % 92% 94% 95% 96% 96% 96%
Cakupan Ibu Hamil dengan komplikasi yang ditangani
60% 70% 75% 80% 85% 90% 95%
Cakupan Ibu Nifas
92% 92,5%
93% 93,5%
94% 95% 96%
Cakupan Peserta KB Aktif
85% 86% 87% 88% 89% 90% 90%
Berkurangnya angka kematian bayi
Cakupan kunjungan bayi
83% 85% 88% 90% 93% 95% 97%
Cakupan Tidak Ada 75% 80% 80% 80% 80% 80%
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 140
NO
PROGRAM TOLOK UKUR PRORAM
TARGET KINERJA
PROGRAM
KONDISI Thn 2007
Target pertahun
2008 2009 2010 2011 2012 2013neonatal dengan komplikasi yang ditangani
Data
Meningkatnya akses dan cakupan pelayanan kesehatan ibu, bayi baru lahir dan Anak ( KIBBLA)
Menurunnya jumlah kematian ibu melahirkan
28 25 22 20 18 16 14
5 Program Peningkatan Kesehatan Anak Balita
Meningkatnya pemberian ASI Eksklusif, makanan pendamping ASI dan vitamin pada balita
Cakupan pemberian Makanan Pendamping ASI pada anak 6 - 24 bulan keluraga miskin
90% 95% 98% 100%
100%
100%
100%
Cakupan pemberian Vit A pada Balita
95% 96% 98% 100%
100%
100%
100%
Cakupan pelayanan untuk anak balita
Tidak ada data
70% 80% 90% 90% 90% 90%
6 Program Meningkatnya Pembinaan 57% 60% 65% 70% 70% 70% 70%
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 141
NO
PROGRAM TOLOK UKUR PRORAM
TARGET KINERJA
PROGRAM
KONDISI Thn 2007
Target pertahun
2008 2009 2010 2011 2012 2013Pengembangan Lingkungan Sehat
kesadaran masyarakat tentang Pola Hidup Bersih dan sehat
Kesehatan Lingkungan Institusi
Meningkatnya jumlah rumah/bangunan yang bebas jentik nyamuk aedes agepty
Angka bebas Jentik
85% >95 %
>95 %
>95 %
>95 %
>95 %
>95 %
Meningkatnya industri dan Tempat-tempat Umum yang Sehat
Cakupan tempat-tempat umum sehat
54% 60% 70% 80% 80% 80% 80%
Cakupan Rumah Tangga Sehat
48% 50% 60% 65% 65% 65% 65%
cakupan pelayanan kesehatan kerja pada pekerja sektor formal
55% 60% 70% 80% 80% 80% 80%
Menurunnya angka penyakit Diare
Penemuan penderita diare di Puskesmas
100% 100%
100%
100%
100%
100%
100%
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 142
NO
PROGRAM TOLOK UKUR PRORAM
TARGET KINERJA
PROGRAM
KONDISI Thn 2007
Target pertahun
2008 2009 2010 2011 2012 2013yang ditangani
7 Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarkat
Meningkatnya kesadaran masyarakat tentang pola Hidup Bersih dan Sehat
Peningkatan PHBS
9,36 % 40% 50% 60% 65% 67% 70%
Promosi Kesehatan terselenggara disetiap jenjang
Terlaksananya Promosi Kesehatan terselenggara disetiap jenjang
100% 100%
100%
100%
100%
100%
100%
Berfungsinya jejaring informasi kesehatan di jajaran kesehatan
Berfungsinya jejaring informasi kesehatan di jajaran kesehatan
100% 100%
100%
100%
100%
100%
100%
Pemberdayaan Kesehatan ditingkat RW dalam bentuk RW siaga
Cakupan RW Siaga aktif
32% 33% 35% 40% 45% 50% 55%
Meningkatnya 65% 75% 80% 85% 90% 95% 100
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 143
NO
PROGRAM TOLOK UKUR PRORAM
TARGET KINERJA
PROGRAM
KONDISI Thn 2007
Target pertahun
2008 2009 2010 2011 2012 2013usaha Kesehatan Bersumber Masyarakat ( Posyandu Purnama dan Mandiri)
%
Penjaringan Kesehatan Siswa SD dan setingkat
50% 55% 60% 65% 70% 75% 80%
8 Program Pencegahan Penyakit Tidak Menular
Meningkatnya prosentase screening resiko kardio vasculer, kanker servix dan kanker payudara
Terkendalinya Faktor Resiko PTM
100% 100%
100%
100%
100%
100%
100%
Teridentifikasinya faktor resiko penyakit cardio vasculer
100% 100%
100%
100%
100%
100%
100%
Terlaksananya Deteksi dini Kanker Cerviks dan Payudara di Puskesmas
25% 30% 50% 55% 60% 70% 70%
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 144
NO
PROGRAM TOLOK UKUR PRORAM
TARGET KINERJA
PROGRAM
KONDISI Thn 2007
Target pertahun
2008 2009 2010 2011 2012 20139 Program
Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan
Meningkatnya jumlah fasilitas kesehatan yang mendapat sertifikasi dan pengakuan akreditasi
Tersertifikasi SKPD Fungsi kesehatan
73% 75% 80% 90% 100%
100%
100%
Meningkatnya Kualitas pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit
Terlaksananya review system pengendalian mutu dan safety terhadap pasien yang dirawat di 127 RS
0% 0% 20% 40% 60% 80% 100%
Meningkatnya pemakaian Tempat Tidur ( BOR) di RSUD Prop DKI Jakarta
65,6 % 68% 70% 72% 74% 76% 78%
10
Program Pengawasan Obat dan Makanan
Meningkatnya pengawasan obat dan makanan yang beredar bebas
Jumlah Sarana Farmakmin yang Terdaftar Sesuai dengan Peraturan
60% 70% 80% 90% 100%
100%
100%
Prosentase Obat 95% 95% 96% 96% 97% 97% 98%
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 145
NO
PROGRAM TOLOK UKUR PRORAM
TARGET KINERJA
PROGRAM
KONDISI Thn 2007
Target pertahun
2008 2009 2010 2011 2012 2013Generik Yang digunakan di Puskesmas
Meningkatnya jumlah tempat Pengelolaan Makanan (TPM) yang sehat dan aman
Cakupan TPM yang sehat dan aman
48% 50% 55% 60% 65% 70% 75%
11
Program Pengembangan Obat asli Indonesia
Meningkatnya kualitas pelayanan tenaga kesehatan dan pengawasan obat tradisional
Terlaksananya Binwasdal sarana Pengobatan Tradisional
40% 45% 50% 55% 60% 65% 70%
12
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Puskesmas
Meningkatnya jumlah Puskesmas Kecamatan dengan Rawat Inap
Tersedianya Puskesmas Kecamatan dengan rawat inap
0 5% (2)
5% 7% (3)
7% 12% (5)
12%
Terpeliharanya sarana dan prasaranaPuskesmas dan Jaringannya.
Sarana prasarana puskesmas dan jaringannya yang dipelihara
100% 100%
100%
100%
100%
100%
100%
1 Program Bertambahnya Terlaksananya 0% 0% 0% 2% 60% 100
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 146
NO
PROGRAM TOLOK UKUR PRORAM
TARGET KINERJA
PROGRAM
KONDISI Thn 2007
Target pertahun
2008 2009 2010 2011 2012 20133 Peningkatan
Sarana dan Prasarana Rumah Sakit
Rumah Sakit Daerah
penambahan RSD
%
14
Program Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Meningkatnya akses pelayanan kesehatan bagi masyarakat khususnya bagi penduduk miskin dan kurang mampu
Cakupan Pelayanan Kesehatan Dasar keluarga miskin
100% 100%
100%
100%
100%
100%
100%
Terjaminnya pelayanan kesehatan bagi masyarakat melalui JAMKESDA
15% 25% 30% 35% 40% 45% 50%
Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Gakin
Belum ada data
70% 75% 80% 85% 90% 90%
1 Program Meningkatnya Terlaksananya Terlaksan Terla Terla Terla Terla Terla Terla
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 147
NO
PROGRAM TOLOK UKUR PRORAM
TARGET KINERJA
PROGRAM
KONDISI Thn 2007
Target pertahun
2008 2009 2010 2011 2012 20135 Peningkatan
Kemitraan Kesehatan
kemitraan antara pemerintah dengan pihak swasta dalam pelayanan kesehatan bagi masyarakat
jejaring kemitraan Kesehatan
anya jejaring kemitraan Kesehatan
ksananya jejaring kemitraan Kesehatan
ksananya jejaring kemitraan Kesehatan
ksananya jejaring kemitraan Kesehatan
ksananya jejaring kemitraan Kesehatan
ksananya jejaring kemitraan Kesehatan
ksananya jejaring kemitraan Kesehatan
Ditetapkannya kriteria dalam memilih dan menentukan mitra maupun program pelayanan kesehatan
dengan swasta
Ditetapkannya kriteria dalam memilih dan menentukan mitra maupun program pelayanan
kesehatan dengan swasta
100%
1 Program Terwujudnya Terlaksananya 72,82 % 75% 78% 80% 82% 85% 85%
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 148
NO
PROGRAM TOLOK UKUR PRORAM
TARGET KINERJA
PROGRAM
KONDISI Thn 2007
Target pertahun
2008 2009 2010 2011 2012 20136 Peningkatan
Gizi Masyarakat
masyarakat yang memiliki Gizi seimbang
deteksi dini status gizi Balita melalui pemantauan pertumbuhanCakupan Balita Gizi buruk mendapat perawatan
100% 100%
100%
100%
100%
100%
100%
Berkurangnya anak dengan gizi kurang / buruk
Cakupan Balita BGM
1,7 % 1.6% 1.4% 1.2% 1% 0.8% 0.8%
17
Program Kesehatan Jiwa Masyarakat
Meningkatnya Community Base Unit ( CBU)
Jumlah CBU yang terbentuk
0% 0% 12% 24% 36% 48% 60%
Meningkatnya pelayanan gangguan jiwa disarana pelayanan kesehatan umum
Cakupan pelayanan gangguan jiwa di sarana Pelayanan kesehatan umum
6% 7% 8% 9% 14% 15% 16%
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 149
NO
PROGRAM TOLOK UKUR PRORAM
TARGET KINERJA
PROGRAM
KONDISI Thn 2007
Target pertahun
2008 2009 2010 2011 2012 2013Meningkatnya cakupan deteksi gangguan jiwa oleh masyarakat
Jumlah wadah/forum dimasyarakat yang melaksanakan upaya kesehatan jiwa
0% 0% 14% 28% 50% 73% 100%
18
Program Peningkatan Sarana Dan Prasarana Kesehatan
Terpenuhinya Kebutuhan sarana dan Prasarana Kesehatan
Terpenuhinya Kebutuhan sarana dan Prasarana SKPD Kesehatan
40% 80% 100%
Tersedianya Puskesmas Kelurahan di Kelurahan yang belum mempunyai Puskesmas
O O 2 PKL 5 PKL 5 PKL 5 PKL 7 PKL
19
Program Pemberdayaan Komunitas Kesehatan
Berfungsinya Dewan Kesehatan Sebagai mitra penyusunan
Terbentuknya Dewan Kesehatan Tk Provinsi
O 0% 0% 100%
100%
100%
100%
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 150
NO
PROGRAM TOLOK UKUR PRORAM
TARGET KINERJA
PROGRAM
KONDISI Thn 2007
Target pertahun
2008 2009 2010 2011 2012 2013kebijakan
Berfungsinya asosiasi usaha kesehatan sebagai mitra penyusunan dan implementasi kebijakan kesehatan
Berfungsinya asosiasi usaha kesehatan
Belum ada data
100%
20
Program Pelaksanaan SPM Lain Urusan Kesehatan
Terpenuhinya standar pelayanan minimal (SPM) lain urusan kesehatan
Implementasi SPM SKPD Fungsi Kesehatan
100% 100%
100%
100%
100%
100%
100%
21
Program Peningkatan peran serta
Respon time pelayanan kegawatdaruratan
Cakupan pelayanan gawat darurat level I di
52% 70% 80% 90% 95% 100%
100%
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 151
NO
PROGRAM TOLOK UKUR PRORAM
TARGET KINERJA
PROGRAM
KONDISI Thn 2007
Target pertahun
2008 2009 2010 2011 2012 2013pengendalian bencana ( kesehatan )
menjadi lebih singkat
sarana kesehatan (RS) di Kab/Kota
22
Program Peningkatan kemampuan penanggulangan kesehatan akibat bencana
Meningkatnya kemampuan masyarakat sadar bencana dalam penanggulangan kesehatan akibat bencana
Meningkatnya tenaga awam terlatih gadar
500 Orang
600 Org
900 Org
1200 Org
1500 Org
1750 Org
2000 Org
23
Program Menggalangn seluruh sumber daya daerah dalam kesdaan bencana
Terlaksananya penggalangan kesehatan dalam keadaan bencana
Tersedianya penggalangan kesehatan dalam keadaan bencana
Koordinasi di setiap jenjang Kesehatan
65 SKPD Kesehatan
65 SKPD Kesehatan
65 SKPD Kesehatan
65 SKPD Kesehatan
65 SKPD Kesehatan
65 SKPD Kesehatan
Tersedianya sarana dan prasarana pelayanan kesehatan
10% 10% 15% 20% 25% 30% 35%
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 152
NO
PROGRAM TOLOK UKUR PRORAM
TARGET KINERJA
PROGRAM
KONDISI Thn 2007
Target pertahun
2008 2009 2010 2011 2012 2013kegawatdaruratan
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 153
INDIKASI PEMBIAYAAN Dalam ribuan rupiah
NO PROGRAM KEGIATANINDIKASI PEMBIAYAAN
KET2008 2009 2010 2011 2012 2013
1 Program Penerapan Kaidah Good Governance dalam Penyelenggaraan urusan Kesehatan
Upaya Peningkatan Kinerja Aparatur Kwesehatan
3,277,800
3,642,000
4,006,200
4,406,820
4,847,502
5,332,252 APBD
Pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan
1,910,700
2,100,000
2,335,300
2,568,830
2,825,713
3,108,284 APBD
+APBN
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 154
INDIKASI PEMBIAYAAN Dalam ribuan rupiah
NO PROGRAM KEGIATANINDIKASI PEMBIAYAAN
KET2008 2009 2010 2011 2012 2013
Peningakatan pengelolaan urusan kesehatan yang dapat diakses melalui internet
880,200
978,000
1,075,800
1,183,380
1,301,718
1,431,890 APBD
Optimalisasi operasional SKPD Urusan kesehatan
8,687,700
9,653,000
10,618,300
11,680,130
12,848,143
14,132,957 APBD
Upaya peningkatan CRR 60 % diPuskesmas
809,100
900.000
988,900
1,087,790
1,196,569
1,316,226 APBD
+APBN
Penyusunan Sistem Kesehatan Prov DKI Jakarta
101,700
113,000 APBD
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 155
INDIKASI PEMBIAYAAN Dalam ribuan rupiah
NO PROGRAM KEGIATANINDIKASI PEMBIAYAAN
KET2008 2009 2010 2011 2012 2013
Upaya penempatan SDM Kesehatan berdasarkan Kompetensi
217,800
242,000
266,200
292,820
322,102
354,312
APBD
Pengembangan Produk Kesehatan
134,303
149,226
164,149
180,563
198,620
218,482
APBD
-
-
-
-
-
2 Program Sinkronisasi Kebijakan Pembniayaan, Kelembagaan dan Regulasi Kesehatan
Penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran SKPD
802,800
850,000
981,200
1,079,320
1,187,252
1,305,977 APBD
+APBN
Penyusunan Laporan Kinerja & Akuntabilitas
619,200
700,000
756,800
832,480
915,728
1,007,301
APBD +APBN
Upaya peningkatan
550,800
600,000
673,200
740,520
814,572
896,029 APBD
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 156
INDIKASI PEMBIAYAAN Dalam ribuan rupiah
NO PROGRAM KEGIATANINDIKASI PEMBIAYAAN
KET2008 2009 2010 2011 2012 2013
informasi tentang pembiayaan kesehatan
+APBN
Upaya penyusunan regulasi kesehatan
864,900
961,000
1,057,100
1,162,810
1,279,091
1,407,000
APBD
3 Program Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Menular
Peningkatan Imunisasi
161,100
179,000
196,900
216,590
238,249
262,074 APBD
Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit TBC
768,600
854,000
939,400
1,033,340
1,136,674
1,250,341 APBD
Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit HIV/AIDS dan
168,300
187,000
205,700
226,270
248,897
273,787 APBD
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 157
INDIKASI PEMBIAYAAN Dalam ribuan rupiah
NO PROGRAM KEGIATANINDIKASI PEMBIAYAAN
KET2008 2009 2010 2011 2012 2013
IMS Upaya
penurunan dan pencegahan penyakit menular lainnya
487,800
542,000
596,200
655,820
721,402
793,542 APBD
Peningkatan Surveilans Epidemiologi
1,703,700
1,893,000
2,082,300
2,290,530
2,519,583
2,771,541 APBD
Antispasi dan penanggulangan KLB Penyakit dan Bencana
4,669,200
5,188,000
5,706,800
6,277,480
6,905,228
7,595,751
Flu Burung
274,500
305,000
335,500
369,050
405,955
446,551
4 Program Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi
Upaya penurunan angka kematian ibu melahirkan
281,700
313,000
344,300
378,730
416,603
458,263 APBD
Upaya penurunan angka kematian
500,400 565.000
611,600
672,760
740,036
814,040 APBD
+APB
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 158
INDIKASI PEMBIAYAAN Dalam ribuan rupiah
NO PROGRAM KEGIATANINDIKASI PEMBIAYAAN
KET2008 2009 2010 2011 2012 2013
bayi N Upaya
peningkatan akses dan cakupan kesehatan ibu, bayi baru lahir dan anak (KIBBLA)
20,700
22.000
25,300
27,830
30,613
33,674 APBD
-
-
-
-
-
5 Program Peningkatan Kesehatan Anak Balita
Upaya peningkatan pemberian ASI eklusif, makanan pendapmping ASI Dan Vitamin pada Balita
569,700
600,000
696,300
765,930
842,523
926,775 APBD
+APBN
Upaya penurunan Balita dengan Gizi kurang / buruk
274,500
255,000
335,500
369,050
405,955
446,551 APBD
+APBN
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 159
INDIKASI PEMBIAYAAN Dalam ribuan rupiah
NO PROGRAM KEGIATANINDIKASI PEMBIAYAAN
KET2008 2009 2010 2011 2012 2013 6 Program
Pengembangan Lingkungan Sehat
Upaya peningkatan jumlah rumah / bangunan yang bebas jentik nyamuk Aidesaigepty
945,000
1,050,000
1,155,000
1,270,500
1,397,550
1,537,305 APBD
Upaya peningakatan industri , tempat tempat umum dan tempat pengelolaan makanan yang sehat
712,800
800,000
871,200
958,320
1,054,152
1,159,567 APBD
+APBN
Upaya penurunan penyakit diare
450,000
500,000
550,000
605,000
665,500
732,050 APBD
-
-
-
-
-
7 Program Promosi Upaya
peningkatan
1,751,400
1,946,000
2,140,600
2,354,660
2,590,126
2,849,139 APBD
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 160
INDIKASI PEMBIAYAAN Dalam ribuan rupiah
NO PROGRAM KEGIATANINDIKASI PEMBIAYAAN
KET2008 2009 2010 2011 2012 2013
Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarkat
kesadaran masyarakat tentang PHBS
Upaya pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan (RW siaga)
2,112,300
2.300,000
2,581,700
2,839,870
3,123,857
3,436,243 APBD
+APBN
Upaya peningkatan penjaringan kesehatan siswa SD dan setingkat
106,200
118,000
129,800
142,780
157,058
172,764 APBD
Upaya pengenmbangan informasi kesehatan melalui media
900,000
1,000,000
1,100,000
1,210,000
1,331,000
1,464,100 APBD
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 161
INDIKASI PEMBIAYAAN Dalam ribuan rupiah
NO PROGRAM KEGIATANINDIKASI PEMBIAYAAN
KET2008 2009 2010 2011 2012 2013 8 Program
Pencegahan Penyakit Tidak Menular
Upaya Pengendalian Paktor Resiko PTM
738,000
820,000
902,000
992,200
1,091,420
1,200,562 APBD
Upaya Pengendalian Deteksi Dini Kanker Servic dan Payudara
60,300
67,000
73,700
81,070
89,177
98,095 APBD
-
-
-
-
-
9 Program Peningkatan Mutu Pelayanan Kesehatan
Pemeliharaan sistem manajemen mutu di SKPD Kesehatan
1,500,300
1,667,000
1,833,700
2,017,070
2,218,777
2,440,655 APBD
Peningkatan kualitas pelayanan kesehatan di RS
89,100
99,000
108,900
119,790
131,769
144,946 APBD
-
-
-
-
-
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 162
INDIKASI PEMBIAYAAN Dalam ribuan rupiah
NO PROGRAM KEGIATANINDIKASI PEMBIAYAAN
KET2008 2009 2010 2011 2012 2013
10 Program Pengawasan Obat dan Makanan
Peningkatan pengawasan obat dan makanan yang beredar bebas
353,700
390,000
432,300
475,530
523,083
575,391 APBD
+APBN
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
11 Program Pengembangan Obat asli Indonesia
Peningkatan kualitas pelayanan tenaga kesehatan dan pengawasan obat tradisional
338,400
358,000
413,600
454,960
500,456
550,502 APBD
+APBN
-
-
-
-
-
12 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Puskesmas
Peningkatan jumlah puskesmas Kec dengan Rawat Inap
-
-
-
-
-
-
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 163
INDIKASI PEMBIAYAAN Dalam ribuan rupiah
NO PROGRAM KEGIATANINDIKASI PEMBIAYAAN
KET2008 2009 2010 2011 2012 2013
Pemelihraan sarana dan prasarana dan jaringannya
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
13 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Rumah Sakit
Meningkatnya jumlah RS daerah
-
-
200,000
50,000,000
50,000,000
25,000,000 APBD
-
-
-
-
-
14 Program Jaminan Pelayanan Kesehatan Masyarakat
Upaya Peningkatan pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat khususnya bagi penduduk miskin dan kurang mampu
280,000,000
500,000,000
500,000,000
500,000,000
500,000,000
550,000,000 APBD
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 164
INDIKASI PEMBIAYAAN Dalam ribuan rupiah
NO PROGRAM KEGIATANINDIKASI PEMBIAYAAN
KET2008 2009 2010 2011 2012 2013
Upaya pelayanan kesehatan masyarakat melalui Jamkesda
511,200
568,000
624,800
687,280
756,008
831,609 APBD
Peningkatan manajemen pelayanan kesehatan
1,119,600
1,244,000
1,368,400
1,505,240
1,655,764
1,821,340 APBD
-
-
-
-
-
15 Program Peningkatan Kemitraan Kesehatan
Peningkatan kemitraan antara pemerintah dan pihak swasta dalam pelayanan bagi masyarakat
324,000
360,000
396,000
435,600
479,160
527,076 APBD
-
-
-
-
-
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 165
INDIKASI PEMBIAYAAN Dalam ribuan rupiah
NO PROGRAM KEGIATANINDIKASI PEMBIAYAAN
KET2008 2009 2010 2011 2012 2013
16 Program Peningkatan Gizi Masyarakat
Upaya peningkatan masyarakat yang memiliki gizi seimbang
233,550
163,000
285,450
313,995
345,395
379,934 APBD
+APBN
Upaya penurunan balita dengan gizi buruk
508,500
549,000
621,500
683,650
752,015
827,217 APBD
+APBN
-
-
-
-
-
17 Program Kesehatan Jiwa Masyarakat
Peningkatan CBU
-
-
-
-
-
Peningkatan pelayanan gangguan jiwa disarana pelayanan kesehatan umum
223,200
248,000
272,800
300,080
330,088
363,097 APBD
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 166
INDIKASI PEMBIAYAAN Dalam ribuan rupiah
NO PROGRAM KEGIATANINDIKASI PEMBIAYAAN
KET2008 2009 2010 2011 2012 2013
Upaya peningkatan cakupan deteksi gangguan jiwa oleh masyarakat
-
-
-
-
- APBD
-
-
-
-
-
18 Program Peningkatan Sarana Dan Prasarana Kesehatan
Pemenuhan kebutuhan sarana dan prasrana kesehatan
68,175,000
75,750,000
83,325,000
91,657,500
100,823,250
110,905,575 APBD
-
-
-
-
-
19 Program Pemberdayaan Komunitas Kesehatan
Berfungsinya dewan kesehatan sebagai mitra penyusunan kebihjakan
-
-
-
-
-
Berfungsinya asosiasi mitra kesehatan
-
-
-
-
-
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 167
INDIKASI PEMBIAYAAN Dalam ribuan rupiah
NO PROGRAM KEGIATANINDIKASI PEMBIAYAAN
KET2008 2009 2010 2011 2012 2013
sebagai mitra penyusunan dan implementasi kebijakan kesehatan
-
-
-
-
-
20 Program Pelaksanaan SPM Lain Urusan Kesehatan
Penyelenggaraan Dukungan Pelaksanaan SPM
33,300
37,000
40,700
44,770
49,247
54,172 APBD
-
-
-
-
-
21 Program Kerjasama Pengembangan Jaringan Kesehatan Regional ( Keweilayahan )
Peningkatan kerjasama pencegahan dan penanggulangan KLB dan wabah seJabodetakebe
93,600
104,000
114,400
125,840
138,424
152,266 APBD
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 168
INDIKASI PEMBIAYAAN Dalam ribuan rupiah
NO PROGRAM KEGIATANINDIKASI PEMBIAYAAN
KET2008 2009 2010 2011 2012 2013
kjur
-
-
-
-
-
22 Peningkatan peran serta pengendalian bencana ( kesehatan )
Peningkatan Respontime pelayanan kegawatdaruratan
1,293,300
1,437,000
1,580,700
1,738,770
1,912,647
2,103,912 APBD
-
-
-
-
-
23 Peningkatan kemampuan penanggulangan kesehatan akibat bencana
Peningkatan kemampuan masyarakat sadar bencana dalam penanggulangan kesehatan akibat bencana
225,000
250,000
275,000
302,500
332,750
366,025 APBD
-
-
-
-
-
24 Menggalangn seluruh sumber daya
Peningkatan upaya penggalangan
1,181,700
1,313,000
1,444,300
1,588,730
1,747,603
1,922,363 APBD
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 169
INDIKASI PEMBIAYAAN Dalam ribuan rupiah
NO PROGRAM KEGIATANINDIKASI PEMBIAYAAN
KET2008 2009 2010 2011 2012 2013
daerah dalam kesdaan bencana
kesehatan dalam keadaan bencana
392,716,653
624,262,226
637,848,499
701,404,548
716,545,003
758,119,504
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 170
BAB VI
PENYELENGGARAAN DAN PENILAIAN
6.1 PENYELENGGARAAN RENSTRA DINAS KESEHATAN
1. Penyelenggara Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi
DKI Jakarta ini adalah semua unit utama/struktural Dinas
kesehatan, termasuk unit pelaksana teknisnya. Penyelenggara
Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta
memerlukan komitmen yang sangat tinggi dan dukungan serta
kerjasama yang baik antara pelakunya yang ditunjang oleh tata
penyelenggaraan pembangunan kesehatan yang baik.
2. Penyelengaraan Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi
DKI Jakarta dilakukan melalui siklus perencanaan, pelaksanaan
dan pengendalian, serta pengawasan dan pertanggungjawaban.
3. Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta ini
merupakan acuan utama dalam Penyusunan Rencana Kerja
(Renja SKPD) dan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA-SKPD)
Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta mulai tahun 2008 sampai
dengan 2013.
4. Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta mengutamakan
terwujudnya pelayanan kesehatan yang adil, merata, dan
terjangkau dengan pendekatan utamanya pada upaya promotif
dan preventif yang dilaksanakan secara serasi dan seimbang
dengan upaya kuratif dan rehabilitatif.
5. Prioritas tinggi akan diberikan pada penyelenggaraan pelayanan
kesehatan bagi masyarakat miskin, penanggulangan penyakit
menular, penanggulangan masalah gizi buruk pada kelompok
balita dan ibu hamil, peningkatan pelayanan kesehatan ibu dan
anak dalam rangka penurunan angka kematian ibu dan anak,
penurunan angka penyakit tidak menular, peningkatan
pelayanan kesehatan gawat darurat dan bencana, peningkatan
sistem informasi, promosi dan sosialisai program kesehatan
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 171
serta pendayagunaan tenaga kesehatan secara berhasilguna
dan berdayaguna.
6. Dalam Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi DKI
Jakarta termuat pula sasaran-sasaran pembangunan
kesehatan, yang hanya dapat dicapai dengan kontribusi para
pelaku pembangunan kesehatan lainnya. Oleh karenanya
rencana strategis ini perlu disosialisasikan, agar dapat
mewujudkan keserasian, singkronisasi, dan sinergisme, melalui
penyusunan, dan pelaksanaan Rencana Strategis Satuan Kerja
Pemerintah Kota administratif / Kabupaten.
6.2 PENILAIAN
1. Penilaian Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi DKI
Jakarta bertujuan untuk menilai keberhasilan penyelenggaraan
pembangunan kesehatan yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan
Provinsi DKI Jakarta.
2. Penilaian akhir Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi
DKI Jakarta 2007-2013, dilakukan pada tahun 2013 dengan
menilai pencapaian indikator keberhasilan renstra ini, yang
berupa sasaran Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta,.
Penilaian dilakukan juga terhadap hasil pelaksanaan berbagai
kegiatan masing-masing program pembangunan kesehatan
yang dilakukan oleh Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta.
3. Agar penilaian Rencana Strategis Dinas Kesehatan Provinsi DKI
Jakarta ini dapat dilakukan dengan sebaik-baiknya, maka perlu
dikembangkan sistem pelaporan pelaksanaannya, yang
dipadukan dengan pengembangan sistem informasi kesehatan.
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 172
4. Penilaian hasil pelaksanaan tahunan dari Rencana Strategis
Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta ini dilakukan dalam
bentuk penyusunan laporan kinerja tahunan Dinas Kesehatan
Provinsi DKI Jakarta .
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 173
BAB VII
PENUTUP
Penyusunan Renstra Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta tahun
2007 – 2012 ini merupakan penyesuaian dari Renstra Dinas Kesehatan
sebelumnya yang mengacu kepada program Indikatif tahun 2008. Acuan
pembuatan Renstra ini adalah RPJMD Provinsi DKI Jakarta Tahun 2007 –
2012 dan Standart Pelayanan Minimal bidang Kesehatan.
Maksud dari penyusunan Renstra ini adalah menjadi acuan dalam
perencanaan, pelaksanaan dan penilaian upaya Dinas Kesehatan dalam
kurun waktu lima tahun ( 2007 – 2012 ) yang setiap tahunnya diterjemahkan
dalam Rencana Kerja SKPD Dinas Kesehatan .Renstra disusun sedemikian
rupa sehingga pencapaiannya dapat diukur dan dipergunakan dalam
penyusunan laporan kinerja tahunan dan lima tahunan Dinas Kesehatan
Proses penyusunan Renstra ini pun melibatkan partisipasi karyawan
Dinas Kesehatan, oleh karenanya perlu adanya sosialisasi di lingkungan
Dinas Kesehatan dan jajarannya.
Kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak atas selesainya
renstra Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta Ini, semoga hal ini dapat
memicu semangat dalam pencapaian tujuan yang telah ditetapkan bersama
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 174
Renstra Dinas Kesehatan DKI Jakarta Tahun 2007-2012 175