Upload
lytuyen
View
246
Download
11
Embed Size (px)
Citation preview
RENCANA IMPLEMENTASI & KEBUTUHAN SUMBER DAYA
87
BAB IV
RENCANA IMPLEMENTASI DAN KEBUTUHAN SUMBER DAYA
4.1. Rencana Implementasi
Berdasarkan analisis ketiga prinsip total efektivitas, dapat diidentifikasi
kelemahan-kelemahan dan faktor pendorong dalam peningkatan efektivitas mesin di
Divisi Permesinan. Rencana implementasi ini merupakan usulan perbaikan dari sistem
nyata.
4.1.1. Identifikasi Kondisi Manajemen Perawatan Divisi Mijas
Standar perusahaan untuk utilisasi mesin berdasarkan Rencana Kerja
Anggaran Perusahaan Perusahaan ialah sebesar 60%. Target tersebut merupakan
standar untuk setiap divisi di PT. Pindad. Bagian produk komersial yang terdiri dari 4
divisi (Gambar 1.1) selama ini dapat memenuhi standar tersebut. Divisi Mijas yang
memproduksi produk permesinan juga dapat memenuhi standar utilitas mesin
perusahaan, seperti pada mesin CNC Sincom E 32 K. Kemampuan divisi dalam
pemenuhan standar utilitas perusahaan disebabkan beberapa faktor-faktor yang
mendukungya.
Faktor Pendukung Item-item pendukung
Tersedianya Sistem Perawatan Produktif (MP)
Penerapan 5R
Integrasi sistem Informasi
Struktur organisasi by product
Divisi diklat yang mandiriTingginya awarness karyawan terhadap peningkatan kualitas produk
Sistem Manajemen Perawatan Mesin
Faktor SDM
Gambar 4.1 Target Efektivitas Mesin Divisi Mijas PT. Pindad
RENCANA IMPLEMENTASI & KEBUTUHAN SUMBER DAYA
4.1.1.1. Faktor Pendorong Peningkatan Efektivitas Manajemen Perawatan Mesin
Berdasarkan hasil pengamatan di perusahaan dan pengolahan data dapat
diidentifikasi faktor-faktor pendukung untuk mencapai target utilitas mesin selain
yang ada pada Gambar 4.1. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah :
1. Budaya antara Departemen Permesinan dan Depertemen Pemeliharaan Mesin
mempunyai budaya yang saling mendukung untk melakukan perbaikan. Operator
produksi mempunyai Adhocracy Culture yang menuntut inovasi dan inisiatif,
sementara teknisi pemeliharaan mesin mempunyai Clan Culture yang memiliki
karakter kekeluargaan, serta memperlakukan konsumen (bagian produksi)
sebagai rekanan20.
2. Pelaksanaan perawatan preventif minggu-an oleh operator tetap mendapatkan
insentif oleh perusahaan.
3. Peningkatan nilai OEE pada tahun 2006 dibanding tahun 2005 pada tabel OEE
mesin Sincom E 32K menunjukkan bagian pemeliharaan mesin terus melakukan
perbaikan-perbaikan.
4.1.1.2. Faktor Penghambat Peningkatan Efektivitas Manajemen Perawatan Mesin
Faktor ini dapat menghambat usaha divisi untuk selalu mencapai kondisi yang
optimal dalam utilisasi mesin, sehingga faktor penghambat ini merupakan dasar
usulan peningkatan efektivitas mesin. Hasil pengalaman penerapan perawatan mesin
di PT. Pindad dengan melihat kondisi yang ada di lantai produksi dapat di identifikasi
beberapa faktor yang dapat menghambat peningkatan efektivitas mesin.
1. Faktor Sumber Daya Manusia
• Keahlian operator mesin hanya sebatas cara pengoprasian mesin sementara
pengetahuan mengenai karakteristik secara keseluruhan masih kurang.
• Tenaga-tenaga ahli perawatan masih dirasakan kurang terutama untuk
merawat mesin-mesin yang kompleks seperti mesin CNC. Bagian
pemeliharaan mesin merasa kerepotan bila dalam waktu yang bersamaan ada
beberapa mesin yang rusak.
20 Emma Hermasari, 2007 : 40
88
RENCANA IMPLEMENTASI & KEBUTUHAN SUMBER DAYA
• Manajemen menengah bagian produksi (supervisor) masih meragukan
manfaat perawatan mesin dan hanya fokus pada pemenuhan target produksi.
2. Faktor Metoda Kerja
• Jadwal perawatan preventif mesin sering tidak sesuai jadwal dan lebih
mengikuti irama produksi. Operator maupun teknisi pemeliharaan mesin bila
suatu jadwal tertunda maka operator tidak mau melaksanakan pada waktu
yang lain dikarenakan instruksi penugasannya sudah lewat.
• Teknisi perawatan sering melakukan prosedur kerja menurut implementasi
masing-masing.
3. Faktor Mesin
• Mesin-mesin dengan struktur yang kompleks mengakibatkan kesulitan dalam
melaksanakan perawatan yang paling mendasar seperti pembersihan mesin
dan pelumasan.
• Umur mesin di Divisi MIJAS rata-rata berumur 10 tahun, karena sejak tahun
1996 PT. Pindad tidak melakukan investasi pembelian mesin untuk Divisi
Mijas.
• Lead time pengadaan sparepart dari negara pembuatnya masih telalu lama
dibanding pembelian sparepart di dalam negri.
• Tidak terdapat prioritas perawatan secara spesifik sehingga umumnya mesin
dan komponen mendapat perlakukan yang sama dalam hal preventif.
• Terbatasnya alat bantu dan alat ukur untuk pelaksanaan condition based
maintenance terutama di Sub Departemen Pemeliharaan Mesin Departemen
Permesinan.
4. Faktor Informasi dan Administrasi
• Data historis mesin masih banyak berbentuk berkas-berkas yang diarsipkan,
sehingga perhitungan parameter efektivitas mesin akan memakan waktu yang
lama.
• Keengganan level manajemen atas untuk mengakses informasi di komputer
masih terjadi di Departemen Pemeliharaan Mesin.
89
RENCANA IMPLEMENTASI & KEBUTUHAN SUMBER DAYA
• Gambaran hasil aktivitas perawatan yang telah dilakukan teknisi maupun
operator tidak tersedia di lantai produksi, sehingga akan mengakibatkan
motivasi kerja menurun.
• Struktur sistem birokrasi yang ada sering menjadi hambatan pelaksanaan kerja
perawatan, seperti pemakaian alat ukur perfomansi mesin dan pemesanan
sparepart yang harus di impor.
5. Faktor Moral atau Motivasi
• Masing-masing bagian hanya mengerjakan tugasnya saja dan kurang merasa
terlibat dalam keseluruhan proses.
4.1.2. Penerapan Peningkatan Efektivitas Manajemen Perawatan Mesin
Perancangan ini merupakan suatu perbaikan dari sistem yang ada dengan
berdasarkan faktor-faktor pendorong dan penghambat sehingga dapat diakamodasi di
Departemen Pemeliharaan Mesin. Perancangan ini dapat dikatakan sebagai strategi
untuk meningkatkan efektivitas manajemen perawatan mesin dengan menekankan
pada beberapa elemen-elemen dari TPM (pilar championsip). Gambar 4.2
mendeskripsikan perbaikan yang dilakukan untuk menghilangkan faktor-faktor
penghambat, dengan keterangan sebagai berikut : Kondisi Manajemen Perawatan Mesin
Faktor Sumber Daya ManusiaSkill operator hanya terbatas pada operasional mesinSkill teknisi mesin tidak merataAwarness supervisor produksi terhadap manajemen perawatan rendah
Faktor Metoda KerjaJadwal PM overlapping dengan jadwal produksiKegiatan perawatan tidak sesuai dengan SOP yang ada
Faktor MesinKegiatan dasar perawatan sulit dilakukan akibat struktur mesin yang kompleksLead time pengadaan komponen tinggiKondisi mesin sudah berumurKuantitas alat ukur di lapangan kurangKetiadaan spesifikasi klasifikasi komponen
Faktor Informasi dan AdministrasiDokumentasi data historis mesin masih manualPemanfaatan sistem manajemen informasi kurangGambaran kondisi mesin di lapangan tidak lengkapSistem kerja yang birokratis
Faktor Moral atau MotivasiSetiap bagian tidak terlibat dalam keseluruhan proses
Skill development
Operator asset care
Early Equipment Building
maintaner asset care
continous improvement OEE
Usulan Peningkatan Efesiensi Mesin
Gambar 4.2 Usulan Peningkatan Efektivitas Mesin
90
RENCANA IMPLEMENTASI & KEBUTUHAN SUMBER DAYA
1. Pengembangan Kompetensi
Pengembangan ini lebih ditujukan untuk peningkatan skill dari operator atau
teknisi mesin,dengan cara :
Gambar 4.3 Tipe Pelatihan untuk Operator dan Teknisi Mesin
• Peningkatan pengetahuan tentang manajemen perawatan untuk semua level
manajemen, dengan mambuat program pelatihan yang sesuai. Pelatihan class
meeting yang dipimpin oleh seorang expert, seperti pernah dilakukan pada
pengenalan program TQM. Bagi manajemen atas dapat melakukan kunjungan
perusahaan yang mempunyai sistem perawatan yang lebih baik, seperti PT. DI
atau Garuda Maintenance Facility. Hal yang penting dalam pelatihan ini ialah
dilakukan secara kontinu sehingga menjadi budaya baru bagi perusahaan.
• Peningkatan keahlian dan disiplin kerja bagi operator dan teknisi pemeliharaan
dengan program dan jadwal yang jelas, tidak lagi secara spontanitas seperti
yang biasa berlangsung. Cara pelatihan dapat dilakukan dengan class meeting
ataupun langsung di lantai produksi oleh teknisi yang sudah ahli, sesuai
tanggungjawabnya (gambar 4.3)
• Penyusunan standar kerja perawatan yang baru dengan mendokumentasikan
dalam suatu pedoman prosedur kerja.Perbaikan prosedur kerja dapat diusulkan
oleh operator maupun teknisi pemeliharaan yang terlibat langsung dalam
pemakaian prosedur tersebut.
91
RENCANA IMPLEMENTASI & KEBUTUHAN SUMBER DAYA
2. Operator Asset Care
Perbaikan ini bertujuan untuk meningkatkan peranan operator mesin dalam
perawatan mesin dan kerjasama dengan pihak perawatan mesin, seperti :
• Bagian produksi Divisi Mijas telah melakukan program-program yang dapat
mendukung peningkatan efektivitas mesin dan sudah diterapkan di PT. Pindad
seperti 5R dan TQM. Peningkatan program tersebut diarahkan agar operator
bertanggungjawab terhadap mesin dengan melakukan aktivitas dasar seperti
kebersihan, keteraturan tempat kerja sehingga teknisi mesin dapat fokus pada
perawatan dengan tingkat kerusakan yang parah.
• Penambahan aktivitas perawatan terutama cleaning secara menyeluruh untuk
satu mesin pada saat melakukan perawatan preventif periodik. Perawatan
tambahan ini dapat dimasukan dalam jenis kerja lembur, sehingga operator
dan teknisi yang bersedia mengerjakan tidak merasa sebagai beban kerja.
• Pemangkasan jalur birokrasi ditujukan secara khusus untuk aliran dokumen
perawatan. Pemangkasan ini dapat dilakukan dengan memberi wewenang
kepada Departemen Pemeliharaan Mesin untuk bekerjasama dengan
supervisor untuk langsung mendistribusikan ke lantai produksi. Dari
pemangkasan jalur birokrasi ini dapat tercipta komunikasi baik lisan maupun
tulisan, sehingga kerjasama antar bagian lebih erat.
• Pemberian penghargaan terhadap ide-ide mengenai perbaikan sistem
perawatan mesin yang dilakukan operator/teknisi pemeliharaan. Penghargaan
oleh manajemen ini dapat membuat operator/teknisi termotivasi melakukan
perbaikan dan peningkatan rasa memiliki terhadap mesin produksi.
• Manajemen Divisi produksi harus mampu memberikan suasana yang tidak
terlalu birokratis dalam lingkungan kerja untuk menjembatani keinginan
operator untuk bebas berinovasi. Suasana kekeluargaan yang tercipta di
Departmen Pemeliharaan Mesin harus dipertahankan dan dapat meningkatkan
kerjasama dengan bagian produksi.
• Middle management atau supervisor berfungsi sebagai koordinator
peningkatan efektivitas mesin antara bagian produksi dengan bagian
92
RENCANA IMPLEMENTASI & KEBUTUHAN SUMBER DAYA
pemeliharaan, sehingga proses perbaikan secara terus menerus dapat
berlangsung.
3. Peningkatan Manajemen Perawatan Preventif/Maintainer Asset Care
Peningkatan ini lebih difokuskan pada teknisi mesin dan sistem perawatan
berdasarkan tindakan preventif, dengan cara :
• Minimasi overlapping antara jadwal perawatan dengan jadwal produksi.
Minimasi ini dilakukan bila perubahan jadwal produksi dapat diketahui
dengan cepat oleh bagian pemeliharaan mesin, sehingga perubahan atau
pengunduran jadwal perwatan dapat diantisipasi dan direncanakan
sebelumnya. Hal ini dapat terwujud apabila sistem informasi yang sudah
terintergrasi dapat dimanfaatkan oleh pihak Depertemen Pemeliharaan Mesin.
• Departemen Pemeliharaan Mesin harus mulai berusaha untuk mencari
produsen lain yang meproduksi komponen mesin dengan jarak tidak jauh,
sehingga waktu lead time pemesanan produk dapat ditekan.
• Penyusunan identifikasi komponen berdasarkan tingkat kekritisannya,
sehingga bagian pemeliharan mesin dapat mengutamakannya dalam
persediaan.
• Pembuatan karakteristik sistem dalam satu jenis mesin berupa keterkaitan
antar fungsi subsistem maupun komponen. Hal ini dimaksudkan agar teknisi
pemeliharaan tidak kesulitan dalam mencari sumber kerusakan.
• Perawatan preventif (PM) periodik 3 bulan-an seringkali tidak dilaksanakan
dan interval PM dengan waktu tersebut juga tidak optimal untuk kelompok
mesin CNC 5 axis (kriteria downtime). Berdasarkan hasil perhitungan dengan
kriteria minimasi downtime diperoleh jadwal interval PM pada Tabel 4.1.
Tabel 4.1 Usulan Interval Perawatan Preventif Mesin CNC Sincom E 32 K
Mesin Usulam Interval PM (hari)Ms 1 242 Ms 2 142 Ms 3 54
• Pembentukan sistem predictive maintenance dengan didukung alat bantu yang
telah ada. Kegiatan ini dimaksud untuk memaksimalkan kegiatan condition
93
RENCANA IMPLEMENTASI & KEBUTUHAN SUMBER DAYA
94
Jadwal Perawatan Mesin
Analisis Kerusakan
Perawatan Pencegahan Periodik
Perawatan korektif
Condition Based Maintenance
Laporan Kegiatan Perawatan
Jadwal Produksi
Perawatan HarianPerawatan
Pencegahan Periodik Minggu-an
Laporan Kegiatan Perawatan
Data Kualitas Mesin
Informasi Modifikasi & Improvement
Manajemen Pengadaan Material
Sub Dep P3C & Pengadaan
Sub Dep Mutu
Sub Dep Enginnering
Departemen Pemeliharaan Mesin Departemen Produksi
Sub Dep. Pemeilharaan Mesin
based maintenance yang ada. PT. Pindad khususnya Divisi Mijas yang lebih
sering menerapkan sistem ini dalam kegiatan perawatan preventif mesin,
sehingga agar tidak terjadi kesalahan prediksi kondisi mesin, perlu
peningkatan kemampuan teknisi untuk mendiagnostik kondisi mesin.
• Dokumentasi data-data yang berhubungan dengan perfomansi mesin seperti
MTBF, kualitas, MTTR, setup time, OEE dan lain-lain diletakan pada mesin
dalam bentuk tabel atau grafik.
4. Continous Improvement OEE
OEE sebagai ukuran efektivitas mesin juga sebagai cara untuk menghilangkan
pemborosan seperti waktu setup, reduced speed dan adjustment. Bagian produksi
dan bagian pemeliharaan mesin perlu melakukan standarisasi dari parameter
pemborosan tersebut dengan cara sistematis (7 tools) atau trial & error.
5. Early Equipment Building
Mesin-mesin di Divisi Mijas yang sudah berumur dapat diperpanjang life cycle
equipment-nya.
Usulan-usulan perbaikan di atas dapat digambarkan dalam suatu diagram aktivitas
perawatan untuk perbaikan sistem, seperti yang terlihat pada Gambar 4.5. Gambar ini
merupakan pengembangan dari diagram aktivitas perawatan PT. Pindad (Gambar
4.4).
Gambar 4.4 Sistem Aktivitas Perawatan Mesin Divisi Mijas
RENCANA IMPLEMENTASI & KEBUTUHAN SUMBER DAYA
95
Gambar 4.5 Usulan Sistem Aktivitas Perawatan Mesin Divisi MIJAS.
RENCANA IMPLEMENTASI & KEBUTUHAN SUMBER DAYA
96
Usulan di atas lebih mengutamakan jalannya informasi dari dan ke suatu
departemen. Aliran informasi yang menggunakan jaringan komputer agar dapat
dimaksimalkan aplikasi data di lapangan. Pelaksanaan perawatan dimulai dari jadwal
perawatan yang memperhatikan jadwal produksi serta kemudahan akses informasi
antar departemen untuk kepentingan administrasi dan perhitungan nilai perfomansi
kegiatan perawatan mesin.
Terdapat penambahan posisi bagi pelatihan secara formal dimana divisi
bertanggungjawab dalam persiapan kader-kader teknisi dan operator mesin melalui
program pelatihan. Peningkatan skill tersebut akan membuat operator mesin mampu
melaksanakan kegiatan aktivitas dasar pada perawatan minggu-an, sehingga menjadi
tanggungjawab bagia produksi. Sistem aktivitas baru ini memerlukan kekonsistenan
serta tanggung jawab teknisi akan rasa memiliki, karena tidak tertutup kemugkinan
pelaksanaan PM yang lebih sering dari sebelumnya
4.1.3. Jangka Waktu Implementasi
Rencana penerapan program peningkatan efektivitas manajemen perawatan
mesin di Departemen Permesinan Divisi Mijas berlangsung selama 6 bulan. Kegiatan
ini terdiri dari 3 tahap utama, seperti yang terlihat pada Gambar 4.6.
Gambar 4.6 Rencana Jangka Waktu Peningkatan efektivitas Mesin
Implementasi peningkatan efektivitas manajemen perawatan mesin harus
dilakukan secara bertahap karena menyangkut merubah kebiasaan manusia. Untuk itu
tahapan implementasi dapat dilakukan sebagai berikut :
RENCANA IMPLEMENTASI & KEBUTUHAN SUMBER DAYA
1. Komitmen Top Manajemen
Komitmen dari para pimpinan divisi atau departemen yang bersangkutan agar
program dapat berjalan lancar dan meningkatkan motivasi para bawahannya.
Tahap ini terdiri :
• Pelatihan senior manajemen
Pelatihan ini diikuti oleh para pimpinan departemen atau sub departemen yang
ditekankan pada langkah-langkah, tujuan pelaksanaan program agar sesuai
dengan kodisi di lapangan.
• Penelitian Pendahuluan
Penelitian dilakukan dengan cara mereview dan memberi gambaran kondisi
nyata di lapangan serta pemilihan objek implementasi untuk persiapan pilot
project termasuk pemilihan tim fasilitator.
• Pelatihan Trainer/leader
Pelatihan lebih ditujukan kepada supervisor bagian produksi dan pemeliharaan
yang akan menjadi trainer para operator/teknisi.
2. Tahap Uji Coba dan Program Review
Pada tahap ini sudah dilakukan implementasi dari program-program yang sudah
direncanakan pada tahap sebelumnya, dengan cara melakukan pilot project dan
proses review. Proses-proses perbaikan efektivitas mesin sudah dilakukan, sebagai
persiapan tahap selanjutnya dengan menggunakan pillar champion.
3. Tahap Continous Improvement
Review dari pelaksanaan pilot project menjadi dasar perbaikan pelaksanaan
program, sehingga dapat membentuk standarisasi parameter dan kondisi
lingkungan kerja yang menunjang efektivitas mesin. Proses perbaikan ini akan
terus berlanjut dan menjadi budaya kerja.
4.2. Kebutuhan Sumber Daya
Faktor yang utama dalam peningkatan efektivitas manajemen perawatan mesin
adalah sumber daya manusia, yaitu dengan cara pembentukan tim agar pelaksanaanya
lebih terarah. Tim ini seperti pada Gugus Kendali Mutu (GKM), namun sifatnya tidak
sukarela, dimana pembentukannya ditentukan oleh atasan dan setiap kegiatannya akan
diberikan insentif. Adapun rencana struktur tim kecil dapat dilihat pada Gambar 4.7.
97
RENCANA IMPLEMENTASI & KEBUTUHAN SUMBER DAYA
Penasihat & PengarahKepala Div. Mijas
Ketua PelaksanaKepala Dep.
Pemeliharaan Mesin
Penyusun & Analisa DataKepala Sub Dep. P3C, Kepala Sub Dep. Mutu,
Kepala Sub Dep. Pemeliharaan Mesin
Koordinator PelaksanaKepala Sub Dep.
Pemeliharaan Mesin
Koordinator PelaksanaKepala Sub Dep.
Produksi
Personil Mainteance Operator
Gambar 4.7 Struktur Tim Fasilitator
Pembentukan tim kecil di atas dilakukan saat perencanaan maupun saat sistem sudah
”established”.
98