Upload
eskania
View
337
Download
9
Embed Size (px)
Citation preview
1. Relevansi dan Implikasi kajian HRD dengan kajian Public Relations:
Public Relations (PR) adalah fungsi manajemen yang membangun dan
mempertahankan hubungan yang baik dan bermanfaat antara organisasi
dengan publik yang memengaruhi kesuksesan atau kegagalan organisasi
tersebut (Cutlip, 2007:6). Fungsi PR menurut Cutlip Center & Canfield,
antara lain menunjang aktifitas utama manajemen dalam mencapai tujuan
bersama, membina hubg yang harmonis antara badan dg publiknya,
mengidentifikasi segala sesuatu yang berkaitan dengan opini, persepsi dan
tanggapan masyarakat terhadap organisasi, melayani keinginan publik dan
memberikan sumbang saran kepada pimpinan manajemen, menciptakan
komunikasi dua arah dan mengatur arus informasi, publikasi serta pesan
dari organisasi ke publiknya. Tugas PR adalah membina hubungan ke
dalam (internal public), yaitu publik yang menjadi bagian dari
badan/organisasi itu sendiri. Membangun hubungan baik, motivasi dan
sikap positif. (inward looking / orientasi ke dalam), membina hubungan ke
luar (external public), yaitu publik umum (masyarakat) yaitu untuk
mengusahakan tumbuhnya sikap dan gambaran publik yang positif
terhadap lembaga (outward looking / orietasi ke luar. Public Relations
merupakan sebuah bentuk komunikasi, yang pemahaman tentang
Komunikasi PR itu sendiri adalah suatu proses yang mencakup suatu
pertukaran makna, pandangan dan gagasan di antara suatu bisnis atau
organisasi nirlaba dengan publik-publiknya untuk mencapai saling
pengertian. Komunikasi PR harus melibatkan dua orang atau lebih,
merupakan pertukaran informasi yang bersifat dua arah, mengandung
pemahaman. Komunikasi baru dikatakan efektif jika suatu gagasan dapat
berpindah dari benak seseorang ke benak orang lain. Tujuan PR adalah
membangun pengertian baik antara organisasi dengan publiknya, dan hal
ini sangat ditentukan oleh kemampuan seorang praktisi PR dalam menjalin
hubungan baik dengan publiknya dan seluruh steakholder organisasi. HRD
sebagai praktek komunikasi. Komunikasi terbentuk melalui proses
transaksi dalam interaksi antar manusia. Komunikasi memiliki dimensi isi
dan hubungan. Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi.
Komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan transaksional. HRD berkaitan
dengan cara menjalin hubungan dengan Internal relations, external
relations, community relations, media relations, labor relations dsb. HRD
merupakan bentuk komunikasi yang didalamnya juga terdapat Public
Relations sebagai sumber ilmu dalam pelaksanaan tugas HRD . HRD juga
menggunakan teori-teori Public Relations dalam pelaksanaannya, seperti
relational relationship theory, attraction theory, social exchange theory,
equity theory dan politeness theory. Relational relationship theory
berasumsi bahwa hubungan selalu dihubungkan dengan komunikasi dan
tidak dapat dipisahkan darinya, sifat dari hubungan didefinisikan lebih
secara implisit ketimbang eksplisit, hubungan-hubungan berkembang
sepanjang waktu melalui sebuah proses negosiasi diantara mereka yang
terlibat. Attraction theory mengajarkan tentang tiga faktor utama yang
mendasari seseorang mengembangkan hubungan dengan orang lain, yakni
ketertarikan (attractiveness), penampilan fisik dan kepribadian, kedekatan
(proximity), kesamaan (Similarity); budaya, nilai, pandangan, nasib. Social
exchange theory, John Thibaut – Harold Kelly menyatakan tentang
metaphora untung rugi (cost–benefits) dalam meprediksi perilaku
seseorang. Hal ini mengasumsikan bahwa seseorang atau kelompok
memilih beberapa strategi yang didasarkan pada tingkat kerugian dan
keuntungan yang dia dapatkan/dirasakan. Teori ini mengemukakan bahwa
hubungan akan berlanjut bila ia relatif menguntungkan dan diputuskan bila
ia relatif merugikan. Equity Theory ini menyatakan bahwa dalam anda
mengembangkan dan memelihara hubungan yang didasarkan dalam
tingkat keuntungan dan kerugian itu adalah kira-kira sama sebagaimana
yang juga dilakukan oleh lawan komunikasi anda, yaitu anda akan
mendapatkan imbalan yang sama atas apa yang anda upayakan dalam
hubungan dengan orang lain. Politeness theory, menurut Penelope Brown
& Stephen Levinson, meyakini bahwa kesopanan adalah semesta budaya /
bersifat universal karena semua orang mempunyai kebutuhan untuk
dihargai dan dilindungi (face need), kebutuhan kewibawaan. Teori-teori
tersebut pada intinya mengajarkan tentang cara menjalin hubungan yang
baik dan menjadi dasar-dasar teoritik HRD dalam pelaksanaan tugasnya
sehingga dapat terwujud hubungan yang baik antara perusahaan dengan
publik internal dan perusahaan dengan publik eksternal. Jadi, relevansi
antara PR dengan HRD sangat kuat karena HRD merupakan kajian
praktisi dari Public Relations yang ada dalam sebuah perusahaan atau
organisasi. Public Relations sangat kuat perannya sebagai pedoman ilmu
dalam pelaksanaan tugas HRD. HRD bersumber dari Public Relations.
Implikasi dari keduanya adalah dalam pelaksanaan tugas HRD tidak akan
bisa berjalan dengan baik tanpa menggunakan Public Relations sebagai
sumber kajian ilmu yang berisi tentang segala strategi dalam menjalin
hubungan yang baik dengan orang lain. Public Relations sangat
menentukan keberhasilan pelaksanaan tugas HRD yang juga akan
berdampak pada keberhasilan perusahaan dalam menjalin hubungannya
dengan publik internal dan publik eksternal.
2. Implikasi pemahaman akan tipe kepribadian dengan kegiatan HRD dan
Public Relations.
Kepribadian menurut beberapa ahli, Max Scheler menyatakan kepribadian
merupakan kesatuan konkrit dari perbuatan-perbuatan. Soegarda
Poerbawakatja mendefinisikan bahwa kepribadian merupakan keseluruhan
dari sikap-sikap subjektif emosional serta mental yang mencirikan watak
seseorang terhadap lingkungannya dan eseluruhan dari reaksi-reaksi itu
yang sifatnya psikologis dan sosial. Menurut G.W. Allportsuatu,
kepribadian merupakan organisasi psichophysis yang dinamis daripada
seseorang yg menyebabkan dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya (Personality is the dynamic organization within the
individual of those psychophysical system, that determine his unique
adjusment to his environment). “dynamic organization”, menekankan
kenyataan bhw kepribadian selalu berkembang dan berubah walaupun ada
organisasi atau sistem yang mengikatnya. “pychophysical” , kepribadian
bukanlah semata-mata mental, melainkan juga kerja tubuh dan jiwa
sebagai satu kesatuan. “determine”, kepribadian mengandung tendensi
determinasi yang memainkan peran aktif dalam tingkah laku. “unique”,
individualitas, tidak ada dua orang yang benar-benar sama dalam
menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar. “adjusments to his
environmental”, kepribadian yang menandai individu dengan lingkungan
fisik dan psikologis. Kepribadian mempengaruhi penilaian orang lain
(significant others), seseorang yang dijadikan patokan untuk
membandingkannya dengan orang lain (reference), dan media.
Kepribadian bersumber dari genitas (keturunan), yang merupakan warisan
dari orang tau sejak lahir dan proses belajar, dibentuk dengan sengaja
melalui proses. Menurut Johari Window, terdapat 4 area kepribadian
sesorang yakni open area (kita dan orang lain mengetahui), blind area
(kita tidak tahu, tapi orang lain mengetahuinya), hidden area (kita tahu,
tapi orang lain tidak mengetahuinya), dan unknown area (kita tidak tahu
dan orang lain pun juga tidak menegtahuinya). Tipe kepribadian
berdasarkan sikap jiwa terbagi menjadi tipe ekstrovert dan tipe introvert.
Perama, ekstrovert memiliki ciri-ciri, antara lain orientasi sikap yang
banyak dipengaruhi oleh dunia objektif / luar. Orientasinya terutama
tertuju keluar, pikiran-perasaan serta tindakan-tindakannya terutama
ditentukan oleh lingkuangannya, baik lingkungan sosial mupun non sosial,
bersikap positif terhadap masyarakat, hatinya terbuka, mudah bergaul dan
berhubungan dengan orang lain. Bahayanya tipe ini, apabila ikatan dunia
luar terlampau kuat, sehingga ia tenggelam di dalam dunia objektif,
kehilangan dirinya / asing terhadap dunia subjektifnya sendiri. Kedua, tipe
introvert merupakan kepribadian yang dipengaruhi oleh dunia suibjektif
(dalam diri). Orientasi utama tertuju ke dalam pikiran, perasaan serta
tindakannya ditentukan oleh faktor-faktor subjektif, penyesuaian diri
dengan dunia luar kurang baik, jiwanya tertutup, sukar bergaul, sukar
berhubungan dengan orang lain, kurang dapat menarik hati orang lain.
Selain itu, terdapat juga model-model kepribadian antara lain sanguinis
populer, melankolis sempurna, koleris kuat, dan phlegmatis sempurna.
Tipe-tipe kepribadian tersebut sangat mempengaruhi seseorang dalam
bekerja. Berkaitan dengan kegiatan HRD dan Public Relations, karena
kegiatan keduanya sangat berkaitan dengan komunikasi dalam menjalin
hubungan baik dengan orang lain, tipe kepribadian seorang PR atau
seseorang yang bekerja di bagian HRD sangat diperlukan sosok yang
memiliki kepribadian ekstrovert (terbuka) dan keempat model kepribadian
dengan menutupi kekurangan dari setiap model kepribadian. Tipe
kepribadian ekstrovert akan menampilkan seseorang tersebut lebih terbuka
pada orang lain dan sifat-sifatnya yang telah disebutkan diatas akan lebih
bisa cepat menjalin hubungan dengan orang lain, karena tipe introvert
tidak akan bisa membuka dirinya untuk orang lain, mereka adalah sosok
yang tertutup pada dunia luar sehingga sulit untuk menjalin hubungan
dengan orang lain. Setiap orang memiliki keempat model kepribadian,
namun dari keempatnya setiap orang memiliki satu kepribadian yang
menonjol. Keempat model kepribadian juga akan diperlukan oleh
seseorang dalam kegiatan HRD dan PR dengan menonjolkan kepribadian
dominan yang dimilikinya dalam hal kemampuan berkomunikasi yang
baik dan menyeimbangkan sifat-sifat dari setiap model kepribadiannya
antara kepribadian yang dominan dengan yang tidak dominan sehingga
kegiatan HRD dan PR dapat terlaksana dengan baik. Jadi, kepribadian
seseorang akan menentukan keberhasilan kegiatan HRD dan PR.
3. Contoh Kasus aplikasi HRD dalam aktifitas Public Relations.
Akhir-akhir ini muncul berita dari Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia
mengeluarkan uji laboratoriumnya terhadap air mineral dari beberapa
produsen di Indonesia. Hasil pengujian terhadap 21 merek air minum
dalam kemasan (AMDK) gelas yang beredar di pasaran, 11 merek di
antaranya terbukti bermasalah. Dari 11 produk tersebut, sembilan produk
mengandung koloni bakteri mendekati ambang batas yang telah
ditentukan, yaitu 100.000 mikro bakteri per mililiter. Sementara dua
produk lainnya memiliki bakteri di atas ambang batas. Dua produk AMDK
gelas yang melebihi ambang batas adalah merek Sega, yang diproduksi PT
Indotirta Jaya Abadi, dan AMDK bermerek Ron 88, yang diproduksi PT
Panfila Indosari. Sementara sembilan produk air minum kemasan yang
dinyatakan mendekati ambang batas adalah:1. Prestige (PT Tanahmas
Tirta Lestari, Jabar) 2. Top Qua (PT Sumber Warih Sejahtera, Depok) 3.
Airmax (PT Jitu, Tangerang) 4. Caspian (PT Cisalada Jaya Tirtamarta
Indonesia, Sukabumi) 5. Club (PT Tirta Tama Bahagia, Bogor) 6. Pasti
Air (PT Tang Mas Indonesia untuk PT Sumber Alfaria Tridjaya) 7. Vit
(PT Sumber Sukses Sentosa, Bogor untuk PT Tirta Investasi, Jakarta) 8.
Prim-A (PT Sinar Sosro Indonesia) 9. De As (PT Ravindo Rezeki, Bogor).
Salah satu perusahaan dari kesembilan perusahaan, yang langsung
mengkonfirmasi adanya hasil uji tersebut adalah PT Sinar Sosro Indonesia
dengan produk air mineral nya , yaitu Prim-A. GM MA & PR Sinar Sosro
Alex Rumondor menegaskan dalam konferensi persnya bahwa YLKI tidak
pernah menyatakan Prim-A Cup 240 ml tidak sesuai SNI (Standar
Nasional Indonesia), Prim-A kemasan 240 ml memenuhi standar SNI, dan
Prim-A kemasan 240 ml aman untuk dikonsumsi. SNI AMDK merupakan
standar wajib yang menjamin produk AMDK yang beredar di Indonesia
sesuai dengan persyaratan keamanan produk. Sertifikat SNI diberikan
kepada produsen AMDK yang mampu menghasilkan AMDK sesuai
persyaratan, dan produknya layak dikonsumsi. Alex mengatakan bahwa
Prim-A telah memperoleh Sertifikat SNI-AMDK. Alex menjelaskan
Prim-A kemasan cup 240 ml memang termasuk dalam salah satu produk
yang diuji oleh YLKI berdasarkan standar SNI-AMDK dan hasilnya
adalah sesuai standar SNI. Alex dan perusahaannnya sudah melakukan
komunikasi dengan YLKI, dan mereka sudah melakukan uji laboratorium
lanjutan, yang memperoleh hasil bahwa Prim-A kemasan cup 240 ml juga
sesuai standar SNI. Pada akhir konferensi persnya, Alex juga menegaskan
bahwa Sinar Sosro selalu melakukan uji berkala pada produk Prim-A.
Analisis:
Dalam kasus ini, PT Sinar Sosro Indonesia mengalami krisis citra dan
kepercayaan konsumen terhadap produk Prim-A. Krisis yang dialami
dapat menimbulkan beberapa dampak negatif, seperti konsumen beralih
mengonsumsi produk lain, citra yang buruk baik di lingkungan masyarakat
luas maupun stakeholder serta di lingkungan bisnis. Kasus ini bukan hanya
berdampak pada hubungan perusahaan dengan konsumen selaku publik
eksternal, akan tetapi juga hubungan perusahaan dengan stakeholder
selaku publik internal perusahaan. Hubungan diantara keduanya akan
terganggu dengan adanya kasus tersebut. Tugas PR dalam kajian HRD
kaitannya dalam kasus ini, yakni menjalin hubungan dengan baik antara
perusahaan dengan konsumen dalam hal pelayanan produk air mineral
yang berkualitas dan hubungan baik antara perusahaan dengan stakeholder
dalam hal pendapatan. Selain itu, PR dan HRD juga bertugas dalam
mengembalikan citra baik perusahaan. Namun, krisis ini ini bersifat
berhulu ledak pendek, yakni krisis selesei dalam waktu yang tidak lama
karena PR perusahaan tegas dan cepat dalam mengambil sikap, yakni
langsung melakukan klarifikasi melalui konferensi pers-nya terhadap hasil
uji yang dikeluarkan oleh YLKI sehingga tidak memperpanjang krisis dan
pengembalian kepercayaan konsumen terhadap produk Prim-A dapat
dilakukan dengan mudah dan cepat serta penurunan pendapatan tidak
terlalu jauh. PR PT Sinar Sosro Indonesia melakukan strategi penanganan
krisis yang tepat, ditambah penegasannya bahwa produk Prim-A layak
dikonsumsi dengan memberikan bukti-bukti yang nyata dengan adanya
hasil uji lanjutan antara YLKI dengan PT Sinar Sosro Indonesia terhadap
produk Prim-A, SNI AMDK yang diberikan kepada perusahaan dan
penegasan bahwa PT Sinar Sosro Indonesia selalu melakukan pengujian
berkala pada produksi air mineral Prim-A. Komunikasi yang dilakukan PR
PT Sinar Sosro Indonesia sangat baik dalam upayanya menjaga hubungan
yang baik antara perusahaan dengan konsumen dan hubungan baik antara
perusahaan dengan stakeholder, yang juga berdampak pada pengembalian
citra baik perusahaan.
Sumber:
http://bisniskeuangan.kompas.com/read/2010/10/29/1938315/Sosro:.Air.M
inum.Kemasan.Prim.A.Aman