Upload
rezha-rawan
View
29
Download
4
Embed Size (px)
DESCRIPTION
BKAD
Citation preview
11
LP2M UNIV. MERDEKA MALANG – BAPEMAS PROVINSI JATIMLP2M UNMER MALANG
LP2M UNMER2M UNMER MALANG
LLPP2M UNMER
LP2M UNIV. MERDEKA MALANG – BAPEMAS PROVINSI JATIMLP2M UNMER MALANG
LP2M UNMER2M UNMER MALANG
LLPP2M UNMER
PROGRAM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA LOKAL BERBASIS KAWASAN (P2SLBK)
EKSEKUTIF SUMMARY
PROGRAM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA LOKAL BERBASIS KAWASAN (P2SLBK) Tahun 2011
UNIVERSITAS MERDEKA MALANG
A. POTENSI DAN PERMASALAHAN
Jawa Timur memiliki potensi sumberdaya alam yang sangat besar serta
bervariasi. Luas daerah Jawa Timur adalah 47.042,17 km2, terdiri dari:
Persawahan: 12.483,66 km2. Pertanian Tanah Kering: 11.619,32 km2. Pertanian
Tanah Kering: 11.619,32 km2. Kebun Campur: 613,36 km2. Perkebunan: 1.518,39
km2. Hutan: 12.251,24 km2. Padang Rumput/Tanah kosong: 236,82 km2.
Rawa/Danau/Waduk: 88,75 km2. Tambak/Kolam: 705,82 km2. Tanah
Tandus/Rusak/Alang-alang: 1.323,53 km2. Lain-lain: 798,14 km2. Luas Lautan:
110.000,00 km2.
Sumberdaya alam yang dimiliki Jawa Timur mayoritas berupa pertanian,
kehutanan, kelautan/perikanan, peternakan dan perkebunan. Lahan persawahan
yang ada seluas 1.178.283 ha dengan rata-rata produktivitas 53,17 kw/ha. Luas
kawasan hutan sekitar 1.357.206,36 ha atau 28% dari luas daratan Provinsi Jawa
Timur. Sedangkan dari sektor perikanan, produksi ikan tangkapan yang
dihasilkan setiap tahunnya berkisar 334.162,50 ton dan produksi dari perikanan
darat 166.329,83 ton/tahun.
Besarnya potensi sumberdaya alam dan ekonomi yang dimiliki Provinsi
Jawa Timur, dalam kenyataannya belum diikuti dengan terjaminnya
kesejahteraan masyarakatnya. Berdasarkan Data BPS di Jawa Timur (pada bulan
Maret 2011), Jumlah penduduk miskin sebanyak 5,356 juta (14,23%). Sebagian
besar penduduk miskin berada di daerah perdesaan yang menggantungkan
hidupnya pada pemanfaatan sumberdaya alam dalam kegiatan pertanian. Selain
itu sektor pertanian merupakan sektor ketiga dari tiga sektor utama yang
mendukung struktur ekonomi Jatim (19,08%).
Kontradiksi berlimpahnya sumberdaya alam yang dimiliki dengan
rendahnya tingkat kesejahteraan di Jawa Timur ini diindikasi karena: (i).
Pengembangan sumberdaya alam banyak dilakukan secara tradisional, (ii).
Banyak potensi sumberdaya alam yang belum diketahui nilai ekonomisnya, (iii).
Penggunaan faktor produksi yang belum efisien yakni penggunaannya masih
belum sesuai dengan kebutuhan yang seharusnya digunakan, serta (iv).
Pengembangan sumberdaya yang seringkali membawa dampak negatif terhadap
kondisi lingkungan sekitarnya, menimbulkan dampak sosial seperti kesenjangan
ekonomi serta pengolahannya belum dilakukan secara optimal dikarenakan
mahalnya biaya produksi.
11
LP2M UNIV. MERDEKA MALANG – BAPEMAS PROVINSI JATIMLP2M UNMER MALANG
LP2M UNMER2M UNMER MALANG
LLPP2M UNMER
LP2M UNIV. MERDEKA MALANG – BAPEMAS PROVINSI JATIMLP2M UNMER MALANG
LP2M UNMER2M UNMER MALANG
LLPP2M UNMER
PROGRAM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA LOKAL BERBASIS KAWASAN (P2SLBK)
Khusus wilayah perdesaan, permasalahan yang menghambat
pengembangan perdesaan diantaranya adalah: (1) terbatasnya alternatif
lapangan kerja berkualitas; (2) lemahnya keterkaitan kegiatan ekonomi baik
secara sektoral maupun spasial; (3) timbulnya hambatan distribusi dan
perdagangan antar kecamatan; (4) tingginya resiko kerentanan yang dihadapi
petani dan pelaku usaha di perdesaan; (5) rendahnya aset yang dikuasai
masyarakat perdesaan; (6) rendahnya tingkat pelayanan prasarana dan sarana
perdesaan; (7) rendahnya kualitas SDM di perdesaan; (8) meningkatnya konversi
lahan pertanian subur dan beririgasi teknis bagi peruntukan lain; (9)
meningkatnya degradasi sumberdaya alam dan lingkungan hidup; (10) lemahnya
kelembagaan dan organisasi berbasis masyarakat; (11) lemahnya koordinasi
lintas bidang dalam pengembangan kawasan perdesaan.
Secara politis pemerintah Jawa Timur mempunyai visi dan misi untuk
mewujudkan masyarakat adil dan makmur. Yakni, masyarakat makmur yang
dimaksud adalah masyarakat yang sejahtera, berkeadilan, bermartabat, bebas
berpendapat, bebas dari ketakutan dan belenggu diskriminasi, dengan sumber
daya manusia yang berkualitas, baik fisik, psikis, maupun intelektualnya.
Pemerintah berkomitmen kuat dan berupaya untuk menanggulangi dan
memberantas kemiskinan melalui peningkatan nilai sumberdaya lokal dalam
suatu kawasan.
Upaya pengembangan ekonomi lokal merupakan salah satu solusi dalam
pemulihan perekonomian nasional yang didasarkan pada potensi ekonomi
daerah yang berbasis sumberdaya daerah itu sendiri, yang meliputi PSDA, PSDM,
dan PSDE. Dalam proses pembangunan ekonomi lokal itu pemerintah dan
organisasi berbasis masyarakat terlibat mendorong, merangsang atau
memelihara akivitas usaha maupun penciptaan lapangan kerja pada daerah
masing-masing. Untuk itu, diperlukan wawasan yang luas tentang konsep,
strategis dan implementasi pengembangan ekonomi lokal, terutama yang
menyangkut pemberdayaan masyarakat lokal dalam pembangunan ekonomi
berbasis kawasan yang selanjutnya konsep ini tertuang dalam Program
pengembangnan Sumberdaya Lokal Berbasis Kawasan (P2SLBK), yang
secara umum bertujuaan melaksanakan fasilitasi, asistensi dan konsultansi
dalam rangka mewujudkan kemandirian dan tanggung jawab masyarakat dalam
pemanfaatan dan pelestarian sumberdaya alam melalui pengembangan
sumberdaya lokal yang berorientasi pada percepatan pertumbuhan ekonomi,
perluasan dan penciptaan lapangan kerja, serta usaha-usaha pelestariannya.
11
LP2M UNIV. MERDEKA MALANG – BAPEMAS PROVINSI JATIMLP2M UNMER MALANG
LP2M UNMER2M UNMER MALANG
LLPP2M UNMER
LP2M UNIV. MERDEKA MALANG – BAPEMAS PROVINSI JATIMLP2M UNMER MALANG
LP2M UNMER2M UNMER MALANG
LLPP2M UNMER
PROGRAM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA LOKAL BERBASIS KAWASAN (P2SLBK)
B. PELAKSANAAN P2SLBK
Melalui mekanisme program yang merupakan serangkaian kegiatan
meliputi (1) Pemetaan Potensi dan Masalah (2) Musyawah Desa (3) Musyawarah
Antar Desa Persiapan (4) Musywarah Antar Desa Perencanaan (5) Musyawarah
Antar Desa Pelaksanaan, dan (6) Musyawarah Antar Desa Pertanggungjawaban,
dilaksanakan pengembangan potensi sumberdaya kawasan yang
dikonsentrasikan pada tiga pilar pengembangan yaitu Pengembangan
Sumberdaya Manusia (PSDM), Pengembangan Sumberdaya Ekonomi (PSDE), dan
Pengembangan Sumberdaya Alam (PSDA).
Dalam pelaksanaan kegiatan kegiatan PSDM, PSDE dan PSDA tidak dapat
dilaksanakan tepat waktu sesuai dengan jadwal yang telah direncanakan oleh
masing-masing BKAD karena faktor keterlambatan pencairan dana. Hal ini bisa
saja diminimalisir jika BKAD beserta sektap kabupaten lebih teliti dan cermat
serta berbagi peran dalam dalam mempersiapkan semua persyaratan
pengajuan pencairan dana ke sektap Provinsi, sehingga untuk proses
pengajuan pencairan dana tidak banyak revisi, yang memakan waktu lama
pengajuannya kembali. Disamping itu juga perlu adanya sosialisasi sejak awal
program tentang persyaratan dan aturan pengajuan pencairan dana yang
telah disepakati antara bapemas provinsi dengan biro keuangan provinsi,
sehingga tidak banyak dilakukan revisi tentang kelengkapan persyaratan
pengajuan pencairan dana. Sampai akhir program semua kegiatan PSDM
APBD Provinsi di 6 kabupaten lokasi program telah terlaksana 100% dengan
perincian sebagai berikut:
a. Pelaksanaan PSDM.
Kegiatan Pengembangan Sumberdaya Manusia dilakukan dalam bentuk
pelatihan, studi banding maupun magang. Peningkatan SDM meliputi
peningkatan kemampuan teknis, kemampuan manajerial dan kemampuan
kewirausahaan yang dapat mendukung pendayagunaan sumberdaya lokal
secara bertanggungjawab dan berkelanjutan. Alokasi dana PSDM sebagaimana
diatur dalam SOP maksimal 10% dari dana BLM atau Rp. 36.900.000 per BKAD.
Dalam Pelaksanaannya, dari 6 kabupaten lokasi program tidak ada
yang memanfaatkan 100% untuk kegiatan PSDM pada periode program ini.
Langkah ini diambil oleh masing-masing BKAD dengan pertimbangan dana
PSDM nantinya akan bisa dimanfaatkan untuk menindaklanjuti hasil pelatihan-
11
LP2M UNIV. MERDEKA MALANG – BAPEMAS PROVINSI JATIMLP2M UNMER MALANG
LP2M UNMER2M UNMER MALANG
LLPP2M UNMER
LP2M UNIV. MERDEKA MALANG – BAPEMAS PROVINSI JATIMLP2M UNMER MALANG
LP2M UNMER2M UNMER MALANG
LLPP2M UNMER
PROGRAM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA LOKAL BERBASIS KAWASAN (P2SLBK)
pelatihan yang telah dilaksanakan pada periode ini sehingga akan menambah
nilai kemanfaatan dana kegiatan. Oleh karena itu, biaya kegiatan yang
dilaksanakan oleh semua BKAD masih dibawah alokasi dana PSDM, sedangkan
sisa alokasi dana kemudian dialihkan/dititipkan untuk kegiatan PSDE, baik
pada UPKU maupun BKAD, yang sewaktu-waktu bisa diambil untuk kegiatan
PSDM.
Pelaksanaan kegiatan PSDM seluruhnya berjumlah 24 kegiatan dan semua
kabupaten sudah terealisasi100% . Dari 24 kegiatan yang sudah dilakukan mampu
melibatkan total 1163 penerima manfaat. Selain itu, dari kegiatan PSDM yang sudah
dilaksanakan, hampir di semua kabupaten sudah melibatkan dinas terkait seperti Dinas
Peternakan dan Perikanan, Dinas Hutbun, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Balai
Latihan Kerja dan lain-lain yang mayoritas bertindak sebagai narasumber.. Hal ini
menunjukkan bahwa program P2SLBK telah mendapat dukungan banyak pihak. Hanya
Kabupaten Pamekasan yang tidak melibatkan dinas terkait karena untuk kegiatan PSDM
bekerjasama dengan Perguruan Tinggi.
b. Pengembangan Sumberdaya Ekonomi (PSDE).
Kegiatan Pengembangan SDE dilakukan dalam bentuk usaha ekonomi
produktif dan pemberian kredit usaha. Pola pengelolaan Pengembangan SDE
dilakukan melalui: (i) swakelola yaitu usaha yang dikelola langsung oleh BKAD
melalui unit usaha yang dibentuk sesuai kebutuhan misalnya, perdagangan,
peternakan, pertanian, jasa, budidaya perikanan, pengolahan hasil produk
kawasan, dan lain-lain, (ii) kemitraan yaitu usaha yang dikelola langsung oleh
BKAD dalam bentuk kerjasama yang saling menguntungkan dengan tetap
mempertimbangkan pengembangan sumberdaya lokal dan penyerapan tenaga
kerja masyarakat setempat, (iii) simpan pinjam, yaitu usaha yang dikelola
oleh UPKU dalam bentuk pemberian pinjaman maksimal 1 juta per orang yang
harus berkelompok membentuk Pokmas dalam rangka pengembangan usaha
ekonomi produktif yang mendukung pengembangan sumberdaya lokal.
1. Usaha Kemitraan dan Swakelola BKAD
Usaha kemitraan dan swakelola BKAD ini dimaksudkan untuk
mengembangkan usaha spesifik kawasan. Usaha swakelola mmerupakan
usaha yang dikelola langsung oleh BKAD melalui unit usaha yang dibentuk
sesuai kebutuhan misalnya, perdagangan, peternakan, pertanian, jasa,
budidaya perikanan, pengolahan hasil produk kawasan, dan lain-lain,
sedangkan usaha kemitraan merupakan usaha yang dikelola langsung oleh
11
LP2M UNIV. MERDEKA MALANG – BAPEMAS PROVINSI JATIMLP2M UNMER MALANG
LP2M UNMER2M UNMER MALANG
LLPP2M UNMER
LP2M UNIV. MERDEKA MALANG – BAPEMAS PROVINSI JATIMLP2M UNMER MALANG
LP2M UNMER2M UNMER MALANG
LLPP2M UNMER
PROGRAM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA LOKAL BERBASIS KAWASAN (P2SLBK)
BKAD dalam bentuk kerjasama yang saling menguntungkan dengan tetap
mempertimbangkan pengembangan sumberdaya lokal dan penyerapan
tenaga kerja masyarakat setempat. Dalam pelaksanaannya di lapangan,
BKAD bisa memanfaatkan dana PSDE untuk kegiatan Swakelola maupun
kemitraan atau kedua-duanya.
Dari 6 lokasi kegiatan, hanya Kabupaten Jombang dan Kabupaten Ponorogo
yang belum melaksanakan 100% kegiatan PSDE APBD Provinsi. Untuk dana
provinsi selain disebabkan karena waktu pencairan dana dengan masa
berakhirnya program relatif terbatas, yakni berkisar antara 1 – 2 bulan juga
terkendala masalah tehnis. Untuk Kabupaten Jombang belum melaksanakan
kegiatan kemitraan kambing karena menunggu proses pembuatan pakan
kambing. Sedangkan kegiatan swakelola usaha janggelan Kabupaten
Ponorogo produksi janggelan masih terkendala musim. Sedangkan untuk
kegiatan PSDE dana kabupaten sebagian besar baru cair bulan Desember.
Dari 6 kabupaten lokasi Program, total dana yang dimitrakan adalah dari
APBD Provinsi sebesar Rp.588.009.500 ,- dan dari dana sharing Rp.
135.910.650,- tetapi belum sepenuhnya terealisasi. Untuk dana kemitraan
provinsi sudah 94,13% terealisasi yaitu sebesar Rp.553.509.500,- . Dari 6
kabupaten, Kabupaten Pacitan, Pamekasan, Ponorogo dan Probolinggo
semuanya sudah 100% merealisasikan dana kemitraan. Hanya Kabupaten
Jombang yang belum merealisasikan keseluruhan dana kemitraan. Program
kemitraan yang belum dilakukan adalah program kemitraan kambing. Hal
ini disebabkan karena untuk kemitraan kambing menunggu proses
selesainya produksi pakan kambing. Sedangkan Kabapaten Tulungagung
tidak mengalokasikan dana untuk kemitraan. Untuk dana sharing
kabupaten belum ada yang terealisasi. Untuk dana sharing masih banyak
yang belum terealisasi karena sebagian baru cair akhir Desember. Dari
dana kemitraan tersebut menjangkau 234 penerima manfaat dan dapat
menyerap 339 tenaga kerja.
2. Usaha Simpan Pinjam (USP) UPKU
Usaha simpan pinjam yang dikelola oleh UPKU di 3 desa lokasi program
merupakan usaha pemberian pinjaman maksimal 1 juta kepada
perorangan yang berkelompok membentuk Pokmas dalam rangka
pengembangan usaha ekonomi produktif yang mendukung pengembangan
sumberdaya lokal. Dalam pelaksanaannya di lapangan, masing-masing
UPKU di 6 kabupaten menetapkan jasa bunga dan jangka waktu pinjaman
11
LP2M UNIV. MERDEKA MALANG – BAPEMAS PROVINSI JATIMLP2M UNMER MALANG
LP2M UNMER2M UNMER MALANG
LLPP2M UNMER
LP2M UNIV. MERDEKA MALANG – BAPEMAS PROVINSI JATIMLP2M UNMER MALANG
LP2M UNMER2M UNMER MALANG
LLPP2M UNMER
PROGRAM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA LOKAL BERBASIS KAWASAN (P2SLBK)
yang berbeda-beda. Untuk jasa bunga yang ditetapkan maksimal antara
1% per bulan dengan jangka waktu pinjaman 10 bulan. Alokasi dana USP
berdasarkan Pedum adalah 40% dari dana PSDE atau dari APBD Provinsi
sebesar Rp. 29.520.000,-.
Total dana USP yang disalurkan kepada nasabah sebesar Rp.658.314.000
dengan jumlah penerima manfaat sebesar 843 RTM yang tergabung
adalah 106 pokmas dan serapan tenaga kerja sebesar 1046 orang.
Secara keseluruhan, kegiatan PSDE baik dari USP maupun kemitraan dan
swakelola mampu menjangkau 1077 penerima manfaat dan menyerap 1467
tenaga kerja.
c. Pengembangan Sumberdaya Alam (PSDA)
Kegiatan Pengembangan Sumber Daya Alam (PSDA) dilakukan dalam
bentuk: (i) rehabilitasi atau konservasi sumberdaya alam, dan (ii)
pembangunan/perbaikan sarana prasarana yang dapat menunjang
pendayagunaan sumberdaya lokal. Kegiatan PSDA harus dilaksanakan secara
swakelola dan sedapat mungkin mendayagunakan sumberdaya lokal yang ada
dan dikoordinasikan oleh BKAD.
Dari keenam kabupaten lokasi program semua kegiatan PSDA dengan
sumber dana dari provinsi sudah 100% teralisasikan. Adapun kegiatan PSDA
yang didanai dari Kabupaten rata-rata sudah terealisasi 100%, kecuali satu
kabupaten saja yaitu Kabupaten Tulungagung. Hal tersebut disebabkan dana
sharing Kabupaten baru cair pada tanggal 23 Desember 2011 sehingga sampai
saat ini terdapat dana yang belum terserap untuk kegiatan PSDA yaitu
pembuatan jalan paving di Desa Wajak Lor yang masih dalam tingkat
penyelesaian 70%.
Besar dana yang sudah teralisasikan untuk kegiatan PSDA sampai dengan
akhir Desember 2011 baik dari APBD Kabupaten maupun APBD Provinsi senilai
total Rp.838.118.850 (dana provinsi sebesar Rp.606.100.000,- dan kabupaten
sebesar Rp. 232.018.850). Dalam kegiatan PSDA swadaya masyarakat sebesar
Rp. 26.800.000,- disini terlihat bahwa swadaya masyarakat untuk pelaksanaan
PSDA cukup besar, dan yang tidak kalah penting adalah adanya bentuk swadaya
berupa bantuan tenaga kerja dari masyarakat setempat secara bergotong royong
dalam pelaksanaan kegiatan. Selain itu, swadaya yang diberikan juga dalam
bentuk bantuan konsumsi serta dalam bentuk lain yang besarnya tidak bisa
dinilai dengan uang.
11
LP2M UNIV. MERDEKA MALANG – BAPEMAS PROVINSI JATIMLP2M UNMER MALANG
LP2M UNMER2M UNMER MALANG
LLPP2M UNMER
LP2M UNIV. MERDEKA MALANG – BAPEMAS PROVINSI JATIMLP2M UNMER MALANG
LP2M UNMER2M UNMER MALANG
LLPP2M UNMER
PROGRAM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA LOKAL BERBASIS KAWASAN (P2SLBK)
C. FAKTOR PENDUKUNG DAN KENDALA PELAKSANAAN P2SLBK
Dalam pelaksanaannya P2SLBK dapat dipengaruhi faktor pendukung yaitu
segenap potensi internal maupun eksternal yang mampu memberikan dukungan
dalam pencapaian tujuan program. Pengaruh lainnya yang tak penting adalah
kendala baik internal; yaitu berbagai permasalahan yang munculnya dari dalam
terkait dengan fungsi dan peran masing-masing lembaga pelaksana kegiatan
yaitu Sektab di tingkat Provinsi, Sektab tingkat Kabupaten, Pemerintah
Kecamatan, Pemerintah Desa lokasi program dan BKAD sebagai institusi
pelaksana P2SLBK ditingkat kawasan, serta lembaga yang melaksanakan
kegiatan pendampingan P2SLBK. Serta Faktor eksternal merupakan segala
permasalahan yang datangnya dari luar yang menghambat fungsi dan peran
lembaga pelaksana P2SLBK.
Faktor pendukung yang mempengaruhi pelaksanaan P2SLBK Tahun
2011 adalah:
1. Komitmen Pemerintah Kabupaten dalam memberikan sharing dana sesuai
dengan kesepakatan yang tertuang dalam SPP dan SOP P2SLBK. Dukungan
dana dari pihak Pemerintah Kabupaten ini secara nyata telah memberikan
motivasi dan peningkatan keluasan serta ragam kegiatan P2SLBK.
2. Sharing dana dari Pemerintah Kabupaten telah mengalokasikan adanya BOP
untuk Sektab Kabupaten yang tidak dialokasikan dalam alokasi anggaran dari
dana yang bersumber dari Pemerintah Provinsi. Dengan demikian kegiatan
sektab dalam menjalankan fungsinya dapat terfasilitasi.
3. Kesiapan Pemerintah Desa dan Masyarakat lokasi program dalam
pelaksanaan P2SLBK yang diindikasikan dengan adanya pertisipasi
pemerintah desa, yang salah satunya adalah penyediaan tempat untuk kantor
BKAD, serta partisipasi masyarakat dalam setian pelaksanaan kegiatan baik
dalam bentuk material maupun dukungan moral.
Faktor Penghambat Internal
1. Pelaksanaan P2SLBK Tahun 2011 telah mengalami pengembangan luasan
cakupan lokasi sasaran yang awalnya (Tahun 2008 – 2010) adalah tiga desa
yang saling berimpit dalam satu kecamatan menjadi tiga desa dalam tiga
kecamatan. Kondisi ini menjadikan jarak semakin lebar yang menyebabkan
sulitnya koordinasi antar desa dan mengarah pada terbentuknya “ego lokal”.
2. Jadual penentapan kabupaten lokasi P2SLBK oleh Pemerintah Provinsi (dalam
hal ini Bapemas Provinsi) dilakukan setelah ditetapkannya anggaran
pembiayaan tahun 2011 di masing-masing kabupaten lokasi P2SLBK. Dengan
demikian Dana Sharing dari masing-masing kabupaten masuk dalam PAK
11
LP2M UNIV. MERDEKA MALANG – BAPEMAS PROVINSI JATIMLP2M UNMER MALANG
LP2M UNMER2M UNMER MALANG
LLPP2M UNMER
LP2M UNIV. MERDEKA MALANG – BAPEMAS PROVINSI JATIMLP2M UNMER MALANG
LP2M UNMER2M UNMER MALANG
LLPP2M UNMER
PROGRAM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA LOKAL BERBASIS KAWASAN (P2SLBK)
Tahun 2011. Hal ini yang menghambat pencairan dana sharing ke BKAD serta
BOP.
3. Adanya disorientasi antara kebutuhan masyarakat dengan arahan dari sektab
provinsi dan Kabupaten. Sehingga menurunkan partisipasi masyarakat desa
lokasi program yang menghambat keswadayaan masyarakat.
4. Keterbatasan pendamping lapangan yang tidak semuanya memiliki
pengalaman pemberdayaan masyarakat di bidang P2SLBK. Sehingga dalam
proses pendampingan tidak seefektif jika salah seorang atau keduanya telah
mempunyai pengalaman P2SLBK tahun sebelumnya.
5. Adanya perbedaan persepsi terhadap SOP oleh pelaksana program sehingga
menimbulkan perbedaan penafsiran dalam pelaksanaan program
Faktor Penghambat eksternal
1. Faktor penghambat eksternal yang dominan adalah musim, beberapa
program yang terkait dengan bidang pertanian mengalami penundaan.
Misalnya terkait dengan pupuk, tanaman janggelan.
2. Rancang bangun teknologi tepat guna di beberapa Kabupaten (mesin press
janggelan, mesin tapioka, mesin pembuatan pakan ternak, dan lainnya)
memerlukan waktu yang relatif lama, sehingga sampai dengan akhir
pelaksanaan kegiatan P2SLBK tahun 2011 proses produksi belum terealisasi.
D. Rekomendasi
1. Pengembangan keluasan cakupan P2SLBK Tahun 2011 dari tiga desa yang
berhimpitan dalam satu kecamatan menjadi tiga desa dalam tiga
kecamatan tidak rasional dalam konsep P2SLBK. Pengalaman pelaksanaan
P2SLBK tahun 2011 telah memberikan pelajaran berharga bahwasanya
keluasan jangkauan wilayah tiga desa dalam tiga kecamatan sulit untuk
diterapkan karena variasi sumberdaya kawasan yang lebih beragam
dengan jarak antar lokasi program yang lebih luas. Hal ini masih ditambah
lagi dengan intervensi kepentingan dari lembaga pelaksana program di
tingkat kawasan (tiga desa dan tiga kecamatan).
Secara teknis jangkauan antar lokasi sasaran program relatif lebih jauh
sehingga koordinasi yang dilakukan oleh pelaksana kegiatan di tingkat
desa kurang efektif dan tidak efisien baik dari sisi waktu, tenaga, dan
biaya.
Secara konseptual, pengembangan luasan cakupan P2SLBK Tahun 2011
dari tiga desa yang berhimpitan dalam satu kecamatan menjadi tiga desa
11
LP2M UNIV. MERDEKA MALANG – BAPEMAS PROVINSI JATIMLP2M UNMER MALANG
LP2M UNMER2M UNMER MALANG
LLPP2M UNMER
LP2M UNIV. MERDEKA MALANG – BAPEMAS PROVINSI JATIMLP2M UNMER MALANG
LP2M UNMER2M UNMER MALANG
LLPP2M UNMER
PROGRAM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA LOKAL BERBASIS KAWASAN (P2SLBK)
dalam tiga kecamatan kurang mencerminkan konsep pengembangan
kawasan baik konsep pengembangan kawasan yang terfokus pada
keterkaitan dan ketergantungan antara pelaku dalam jaringan kerja
produksi sampai dengan jasa pelayanan, dan upaya-upaya inovasi
pengembangannya, dalam bentuk: upaya penggalian sumberdaya
potensial, pengembangan industri, perdagangan, jasa serta investasi
lainnya yang mampu mendorong tumbuhnya kegiatan ekonomi produktif
yang berdampak pada perluasan dan penciptaan lapangan kerja serta
peningkatan pendapatan masyarakat, maupun pengembangan kawasan
berdasarkan konsep geografis, wilayah/kawasan yang merupakan suatu
unit geografis dan membentuk suatu kesatuan. Unit geografis adalah suatu
kesatuan ruang, sehingga tidak saja terbatas pada aspek fisik tanah
semata, namun juga aspek ekologi, ekonomi, sosial, dan budaya.
Kendala yang muncul dalam pengembangan keluasan cakupan P2SLBK
adalah munculnya “ego” desa dan kecamatan yang sangat kuat, sehingga
dalam implementasi program dana BLM dari Provinsi dan Dana Sharing
Kabupaten dialokasikan sama untuk ketiga desa. Kondisi ini tidak
mencerminkan “roh” dari P2SLBK.
Dari analisis yang didasarkan atas teori pengembangan kawasan maupun
pengalaman pelaksanaan P2SLBK di lapangan dari mulai Tahun 2008
sampai dengan 2010 maka di rekomendasikan bahwa keluasan cakupan
P2SLBK Tahun 2011 dari tiga desa dalam tiga kecamatan tidak rasional
dalam konsep P2SLBK sehingga perlu di pertimbangkan untuk di persempit
kembali dalam tiga desa yang berhimpitan dalam satu kecamatan.
2. Jadual penentapan kabupaten lokasi P2SLBK oleh Pemerintah Provinsi
(dalam hal ini Bapemas Provinsi) idealnya dilakukan sebelum perencanaan
anggaran masing-masing kabupaten calon lokasi penerima program. Akan
menjadi sangat kondusif, jika penentuan calon lokasi program diawali
dengan pemetaan yang melibatkan pihak pendamping dan dilakukan pada
tahun sebelum dilaksanakan program. Dengan kondisi semacam ini, maka
lokasi-lokasi calon penerima program yang terjaring memiliki spesifikasi
potensi kawasan yang mampu menjadi penompang produk unggulan.
3. Disorientasi antara potensi, permasalahan, dan kebutuhan masyarakat
lokasi program dengan arahan dari Sektap Provinsi dan Kabupaten yang
mengarah pada ketidak harmonisan dan sinkronisasi program dapat
11
LP2M UNIV. MERDEKA MALANG – BAPEMAS PROVINSI JATIMLP2M UNMER MALANG
LP2M UNMER2M UNMER MALANG
LLPP2M UNMER
LP2M UNIV. MERDEKA MALANG – BAPEMAS PROVINSI JATIMLP2M UNMER MALANG
LP2M UNMER2M UNMER MALANG
LLPP2M UNMER
PROGRAM PENGEMBANGAN SUMBER DAYA LOKAL BERBASIS KAWASAN (P2SLBK)
dieliminasi melalui komunikasi efektif yang mengedepankan kepentingan
masyarakat, sebagaimana yang tertuang dalam SOP dan SPP.
4. Keterbatasan pendamping lapangan yang memiliki pengalaman
pelaksanaan pendampingan P2SLBK mungkin saja terjadi dan tidak bisa
dihindari karena para pendamping tidak diikat dalam aturan kontrak jangka
panjang. Kondisi ini menjadi tanggung jawab institusi pendamping untuk
menyiapkan pendamping program (Fasilitator Kawasan) lebih matang.
Untuk itu diperlukan jangka waktu penyiapan pendamping yang lebih
panjang melalui kebijakan penentuan pendamping program lebih awal.
5. Faktor penghambat eksternal adalah musim dan pihak-pihak ketiga/mitra
yang terkait dengan penyediaan fasilitas pendukung (TTG dan bahan
lainnya). Kondisi musim dan cuaca merupakan faktor alam yang tidak
mungkin di ubah, sehingga faktor perencanaan menjadi penentu dalam
pelaksanaan program. Sedangkan faktor yang terkait dengan pihak
ketiga/mitra yang menjadi kendala dapat dihindari dengan penyusunan
jadwal yang tepat dengan pelaksanaan yang lebih konsisten. Dengan
demikian diperlukan perencanaan yang lebih matang yang didasarkan
pada potensi sumberdaya kawasan. Tidak bisa dihindari bahwasanya dalam
penentuan perencanaan kegiatan mensyaratkan dukungan data potensi
faktual berdasarkan kegiatan pemetaan potensi desa (terkait rekomendasi
point yang ke-2).