40
REKOMENDASI DPRD PROVINSI JAWA TENGAH TERHADAP LKPJ GUBERNUR JAWA TENGAH AKHIR TAHUN ANGGARAN 2015 Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Gubernur Jawa Tengah Akhir Tahun Anggaran 2015 merupakan dokumen yang harus dipenuhi oleh Gubernur sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang No 23 Tahun 2014. LKPJ Gubernur Jawa Tengah ATA 2015 menjadi early warning system atas pencapaian visi Jawa Tengah “Menuju Jawa Tengah Sejahtera dan Berdikari; Mboten Korupsi, Mboten Ngapusi” sebagaimana ditetapkan dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun 2014. Keberhasilan dan kegagalan pencapaian target yang terungkap dalam LKPJ diharapkan menjadi pemandu dan pemacu kerja Pemerintah Provinsi Jawa Tengah sehingga visi yang diukur dari indikator kinerja sebagaimana dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) pada akhirnya dapat terwujud di Tahun 2018. Sebagai bagian dari penyelenggara pemerintahan daerah, DPRD senantiasa menjunjung objektivitas dan tetap bersikap kritis konstruktif bagi peningkatan kinerja penyelenggaraan Pemerintahan Provinsi Jawa Tengah. Oleh karenanya kami perlu memberikan apresiasi : Pertama, kepada Gubernur atas 3 penghargaan yang diperoleh pada Tahun 2015 yakni Satya Lencana Karya Bhakti Praja Nugraha, Adhikarya Pangan Nusantara, dan Wahana Tata Nugraha Kencana. LAMPIRAN KEPUTUSAN DPRD PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR : 8 TAHUN 2016 TANGGAL : 27 APRIL 2016

REKOMENDASI DPRD PROVINSI JAWA TENGAH TERHADAP

  • Upload
    ngodan

  • View
    237

  • Download
    1

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: REKOMENDASI DPRD PROVINSI JAWA TENGAH TERHADAP

REKOMENDASI DPRD PROVINSI JAWA TENGAH

TERHADAP LKPJ GUBERNUR JAWA TENGAH

AKHIR TAHUN ANGGARAN 2015

Laporan Keterangan Pertanggungjawaban (LKPJ) Gubernur Jawa

Tengah Akhir Tahun Anggaran 2015 merupakan dokumen yang harus

dipenuhi oleh Gubernur sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang

No 23 Tahun 2014. LKPJ Gubernur Jawa Tengah ATA 2015 menjadi early

warning system atas pencapaian visi Jawa Tengah “Menuju Jawa Tengah

Sejahtera dan Berdikari; Mboten Korupsi, Mboten Ngapusi” sebagaimana

ditetapkan dalam Peraturan Daerah Provinsi Jawa Tengah Nomor 5 Tahun

2014.

Keberhasilan dan kegagalan pencapaian target yang terungkap dalam

LKPJ diharapkan menjadi pemandu dan pemacu kerja Pemerintah Provinsi

Jawa Tengah sehingga visi yang diukur dari indikator kinerja sebagaimana

dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) pada

akhirnya dapat terwujud di Tahun 2018.

Sebagai bagian dari penyelenggara pemerintahan daerah, DPRD

senantiasa menjunjung objektivitas dan tetap bersikap kritis konstruktif

bagi peningkatan kinerja penyelenggaraan Pemerintahan Provinsi Jawa

Tengah. Oleh karenanya kami perlu memberikan apresiasi :

Pertama, kepada Gubernur atas 3 penghargaan yang diperoleh pada Tahun

2015 yakni Satya Lencana Karya Bhakti Praja Nugraha, Adhikarya Pangan

Nusantara, dan Wahana Tata Nugraha Kencana.

LAMPIRAN KEPUTUSAN DPRD PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR : 8 TAHUN 2016 TANGGAL : 27 APRIL 2016

Page 2: REKOMENDASI DPRD PROVINSI JAWA TENGAH TERHADAP

2

Kedua, kepada seluruh jajaran SKPD Pemerintah Provinsi Jawa Tengah atas

tercapainya 405 target dari 454 indikator atau dengan tingkat keberhasilan

83,34% untuk semua urusan yang diselenggarakan (angka ini berbeda

dengan di Buku I LKPJ yang mencantumkan 88,13%).

Ketiga, kepada Badan Pendidikan Pelatihan, Badan Penanaman Modal

Daerah serta Badan Kepegawaian Daerah yang telah mengembangkan

sistem pelayanan berbasis teknologi informasi untuk memberikan

kemudahan dan percepatan pelayanan sesuai tugas dan fungsinya.

Pansus LKPJ menganggap, setidaknya ada lima isu strategis yang

selama ini selalu diangkat oleh Gubernur Jawa Tengah yang harus

diwujudkan untuk membawa Jawa Tengah menjadi lebih sejahtera dan

merupakan subtansi kinerja Pemerintah Provinsi Jawa Tengah yang harus

terus dicermati dan diawasi performanya. Hal ini untuk mengingatkan kita

semua akan janji Gubernur sekaligus untuk menilai status perwujudan dari

harapan-harapan masyarakat yang harus dipenuhi. Lima hal dimaksud

adalah: 1) peningkatan infrastruktur; 2) kedaulatan energi; 3) kedaulatan

pangan; 4) penurunan pengangguran dan 5) penurunan tingkat kemiskinan.

Kami menyadari bahwa isu infrastruktur adalah isu yang sudah

menjadi ikon pemerintah dari tingkat pusat, provinsi hingga kabupaten/kota

dalam rangka meningkatkan daya saing ekonomi, pertumbuhan ekonomi

dan memperbaiki konektivitas antar daerah, tidak terkecuali untuk Jawa

Tengah. Hampir di setiap kesempatan, Gubernur tidak pernah lupa untuk

mengangkat pembangunan infrastruktur sebagai kunci penyelesaian semua

persoalan di Jawa Tengah. Infrastruktur yang baik diharapkan akan

meningkatkan iklim investasi yang akan memperluas kesempatan kerja dan

mengurangi kemiskinan. Infrastruktur yang baik diyakini pula akan

mempermudah pengembangan akses pasar hasil-hasil bumi, menurunkan

Page 3: REKOMENDASI DPRD PROVINSI JAWA TENGAH TERHADAP

3

ongkos distribusi dan pada gilirannya akan meningkatkan daya saing

produksi hasil-hasil bumi.

Pola berfikir logis tersebut membuat hampir kita semua menyetujui

hal tersebut dan berkonsentrasi membangun infrastruktur dengan anggaran

yang sedemikian besar dalam struktur anggaran yang terbatas. Keyakinan

yang besar bahwa infrastruktur adalah pangkal dari persoalan, membuat

kita agak mengabaikan sektor-sektor produksi yang menopang

perekonomian Jawa Tengah. Dari sajian dalam LKPJ, kami meyakini banyak

hal yang harus mendapat intervensi serius dari Gubernur agar negara bisa

hadir untuk senantiasa melindungi bangsanya dan rakyat pun terlindungi

dari ekses-ekses negatif pembangunan yang berbasis kepada pertumbuhan

seperti kesenjangan, ketidakadilan dan penyimpangan. Sehingga tahun-

tahun mendatang, persoalan pertanian dan masalah di sektor-sektor

produksi lainnya menjadi fokus utama Pemerintah Provinsi Jawa Tengah.

Dalam melihat isu kedaulatan pangan, dua hal utama untuk melihat

status kedaulatan pangan adalah dari tingkat ketersediaannya dan stabilitas

harga. Kedua hal tersebut ibarat dua sisi mata uang yang tidak bisa

terpisah. Kita bisa memproklamirkan diri berdaulat atas pangan jika

komoditas pangan tidak lagi menjadi kontributor utama inflasi. Pada

kenyataannya, meskipun capaian 7 indikator kinerja urusan ketahanan

pangan sudah 100% berhasil, namun ketersediaan pangan di Jawa Tengah

masih tetap terbatas pada beras saja belum daulat atas komoditas lainnya

seperti kedelai yang masih impor besar, jagung, gula dan beberapa

komoditas hortikultura lainnya. Sektor pangan masih menjadi penyumbang

inflasi terbesar. Yang memprihatinkan pada Tahun 2015 adalah Nilai Tukar

Petani (NTP) justru turun drastis menjadi 100,24 dari 100,65, jauh di bawah

target RPJMD yang sebesar 102,36. Pada posisi ini logika perbaikan

infrastruktur menyelesaikan seluruh persoalan terbukti tidak efektif lagi.

Kartu Tani, yang sejak awal digadang-gadang Gubernur untuk memperbaiki

Page 4: REKOMENDASI DPRD PROVINSI JAWA TENGAH TERHADAP

4

data pertanian kita dan meminimalkan penyelewengan pasar pupuk

bersubsidi, hingga saat ini juga tidak terbit-terbit, cenderung mengalami

kegagalan. Swasembada gula pun tidak tentu arahnya, berjalan di tempat.

DPRD berharap besar, di era Gubernur saat ini, akan hadir program-

program yang efektif untuk menurunkan kemiskinan. Kita percaya pada

awalnya bahwa perbaikan infrastruktur yang masif dengan dana besar akan

sangat membantu percepatan penurunan tingkat kemiskinan. Namun dari

data yang disajikan, tingkat penurunan kemiskinan kita masih sangat

lambat. Pada Tahun 2015, jumlah penduduk miskin hanya berkurang

0,265% menjadi 13,32% target Tahun 2015 di RPJMD sebesar 9,05%-8,75%.

Tampaknya mustahil menurunkan tingkat kemiskinan sesuai RPJMD

dengan tingkat kecepatan penurunan kemiskinan yang sedemikian kecil

tersebut. Perlu ada perubahan revolusioner dalam pengembangan program-

program kemiskinan. Dalam sisa masa pemerintahan yang tinggal dua

tahun anggaran efektif, Gubernur harus segera mengambil langkah-langkah

taktis yang lebih strategis agar tingkat kemiskinan bisa diturunkan lebih

besar dan lebih cepat.

Kemiskinan dan pengangguran mempunyai relasi sangat kuat, artinya

dikala pengangguran bertambah maka kemiskinan pun akan bertambah.

Dalam hal pengurangan persentase pengangguran, kami memberikan

apresiasi kepada pihak Pemerintah Provinsi yang telah berupaya keras

untuk merealisasikan target RPJMD, meskipun belum memuaskan. Tingkat

pengangguran pada Tahun 2015 sebesar 4,99%, relatif masih lebih tinggi

dibandingkan target RPJMD 4,93%-4,62%. Perlu terus dilakukan perbaikan-

perbaikan dalam pelayanan perijinan dan iklim investasi agar Jawa Tengah

bisa menjadi daerah yang atraktif dalam menarik investor.

Terdapat koherensi yang konsisten antara realisasi penurunan tingkat

kemiskinan dan pengangguran dengan tingkat kesenjangan dalam LKPJ

Gubernur ATA 2015. Pada Tahun 2015, nilai indeks gini rasio (0,38) masih

Page 5: REKOMENDASI DPRD PROVINSI JAWA TENGAH TERHADAP

5

lebih tinggi dibanding target RPJMD (0,347). Ini juga menandakan bahwa

pembangunan infrastruktur belum direlasikan secara adil dengan

kebutuhan wilayah di lapangan, masih terkonsentrasi di daerah-daerah yang

tingkat transaksi ekonominya tinggi akibatnya kita kesulitan meminimalkan

kesenjangan, justru yang terjadi kesenjangan makin tinggi dan mendekati

angka yang dapat merugikan stabilitas pembangunan. Dalam konteks ini,

Gubernur hendaknya harus bisa lebih memetakan daerah-daerah yang

belum prioritas dari sisi distribusi tetapi menjadi kantong-kantong

kemiskinan di Jawa Tengah. Daerah tersebut harus mendapat perhatian

lebih besar dalam perbaikan infrastruktur pada tahun anggaran mendatang.

Apa yang kami sampaikan terkait performa 5 program besar yang

selama ini menjadi isu strategis Gubernur adalah pemikiran-pemikiran

realistis yang harus mendapat perhatian serius dari Gubernur dan

jajarannya. Beberapa kegagalan dalam pencapaiannya, menjadi makin

lengkap jika kita memasuki area pendapatan daerah. Sesuai dengan data

yang kami peroleh, hampir tidak pernah terjadi realisasi pendapatan di

bawah target yang ditetapkan. Namun, pada Tahun 2015, hal ini benar-

benar terjadi, kita mengalami resesi pendapatan. Pada Tahun 2015,

pendapatan dari PKB dan BBNKB, yang menjadi kontributor andalan PAD

terjerambab di angka 86,4%. PAD kita kekurangan RP 1,4 triliun dari target.

Berikut kami sampaikan catatan dan rekomendasi Pansus LKPJ

terhadap kualitas dokumen LKPJ maupun kinerja Pemerintah Provinsi Jawa

Tengah antara lain sebagai berikut :

I. Dokumen LKPJ Gubernur Jawa Tengah Akhir Tahun Anggaran

2015

a. PP No 3 Tahun 2007 menerangkan bahwa LKPJ pada dasarnya

merupakan dokumen keterangan kinerja Gubernur yang disampaikan

kepada DPRD dengan prinsip transparasi dan akuntabilitas.

Page 6: REKOMENDASI DPRD PROVINSI JAWA TENGAH TERHADAP

6

Oleh karenanya, LKPJ Gubernur Jawa Tengah ATA 2015 semestinya

dapat menjelaskan kinerja secara utuh di setiap kegiatan yang

dilaksanakan oleh SKPD dengan mengacu pada ketentuan peraturan

perundang-undangan yang terkait dengan kinerja penyelenggaraan

pemerintahan.

Menurut Perpres No 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas Kinerja

Instansi Pemerintah, indikator kinerja adalah keluaran (output) dan

hasil (outcome) yang mencerminkan berfungsinya keluaran dari kegiatan-

kegiatan dalam satu program.

Tetapi dalam LKPJ Gubernur Jawa Tengah Akhir Tahun Anggaran 2015

ini tidak mampu memaparkan hasil (outcome) kinerja program

pembangunan, akibatnya kinerja Gubernur tidak bisa diukur. Hal ini

menunjukkan inkonsistensi Gubernur terhadap visi “Mboten Korupsi,

Mboten Ngapusi”, khususnya pada aspek transparansi dan akuntabel.

Untuk mengukur kinerja Gubernur dengan prinsip transparan dan

akuntabel ini maka DPRD merujuk pada peraturan perundang-

undangan yang mengatur tentang akuntabilitas kinerja Penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah antara lain:

1. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan

Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah,

2. Peraturan Pemerintah No 6 Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi

Penyelenggaraan Pemerintah Daerah,

3. Peraturan Pemerintah No 8 Tahun 2008 tentang Tahapan, Tatacara

Penyusunan Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana

Pembangunan Daerah,

4. Peraturan Pemerintah No 60 Tahun 2008 tentang Sistem

Pengendalian Intern Pemerintah,

5. Peraturan Presiden No 29 Tahun 2014 tentang Sistem Akuntabilitas

Kinerja Instansi Pemerintah,

Page 7: REKOMENDASI DPRD PROVINSI JAWA TENGAH TERHADAP

7

6. Permendagri No 54 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan PP No 8 Tahun

2008 tentang Tahapan, Tatacara Penyusunan Pengendalian dan

Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Daerah, dan

7. Permenpan Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis

Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas

Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

LKPJ Gubernur Jawa Tengah Akhir Tahun Anggaran 2015 hanya

memaparkan keluaran (output) kegiatan lebih banyak menunjukkan

bahwa kinerja Pemerintah Daerah baru pada tahapan sebagai

penyelenggara kegiatan.

Tabel 1. Capaian Kinerja Keluaran (output) Masing-Masing Urusan

No Urusan Jumlah

Indikator Kinerja

Indikator Kinerja Gagal

Persentase Keberhasilan

1 Ketahanan Pangan 7 0 100.00

2 Pemberdayaan Perempuan Dan PA 19 0 100.00

3 Lingkungan Hidup 17 0 100.00 4 Perpustakaan 7 0 100.00 5 Penataan Ruang 3 0 100.00

6 Perencanaan Pembangunan 17 0 100.00

7 Koperasi Dan UKM 7 0 100.00 8 Pertanahan 6 0 100.00 9 Kebudayaan 23 0 100.00 10 Statistik 3 0 100.00 11 Kearsipan 5 0 100.00 12 Kehutanan 9 0 100.00 13 ESDM 5 0 100.00 14 Industri 13 0 100.00 15 Pekerjaan Umum 25 1 96.00 16 Perhubungan 20 1 95.00 17 Pendidikan 60 4 93.33 18 Kesehatan 50 4 92.00

19 Kelautan Dan Perikanan 11 1 90.91

20 Penanaman Modal 10 1 90.00 21 Pariwisata 9 1 88.89 22 Sosial 9 1 88.89 23 Kominfo 8 1 87.50

Page 8: REKOMENDASI DPRD PROVINSI JAWA TENGAH TERHADAP

8

24 Otda Pemum Adm KD Kepeg 25 4 84.00

25 Kesbangpoldagri 12 2 83.33

26 Kepemudaan Olah Raga 10 2 80.00

27 Perdagangan 9 3 66.67 28 Kependudukan Capil 3 1 66.67

29 Pemberdayaan Masy Desa 11 4 63.64

30 Pertanian 18 7 61.11 31 Ketenagakerjaan 9 4 55.56

32 Keluarga Berencana Dan KS 8 4 50.00

33 Transmigrasi 2 1 50.00 34 Perumahan 4 2 50.00

TOTAL 454 49 Persentase Keberhasilan 83,34

Diolah dari Buku II LKPJ Gubernur TA 2015

Dalam konteks ini, Bappeda tidak menjalankan tugas utamanya sesuai

dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri No 27 Tahun 2014 tentang

Pedoman Penyusunan, Pengendalian dan Evaluasi Rencana Kerja

Pembangunan Daerah Tahun 2015 yang menyebutkan bahwa Bappeda

adalah unsur perencana penyelenggara pemerintahan yang

melaksanakan tugas dan mengoordinasikan penyusunan, pengendalian

dan evaluasi pelaksanaan rencana pembangunan daerah.

b. Dasar Hukum yang digunakan dalam LKPJ Gubernur Jawa Tengah

Akhir Tahun Anggaran 2015 antara lain adalah Undang-Undang No 23

Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Peraturan Pemerintah No

3 Tahun 2007 tentang LPPD kepada Pemerintah, LKPJ KDH kepada

DPRD, dan ILPPD kepada Masyarakat.

Undang-Undang No 23 Tahun 2014 memuat Urusan Pemerintahan Wajib

sebanyak 24 Urusan yang terbagi dalam 6 urusan yang berkaitan

dengan pelayanan dasar, dan 18 urusan yang tidak terkait dengan

pelayanan dasar serta 8 urusan pemerintahan pilihan. Namun dalam

LKPJ ini masih menggunakan 26 urusan wajib dan 8 urusan pilihan.

Tanpa ada keterangan transisional, maka penyajian berdasarkan urutan

Page 9: REKOMENDASI DPRD PROVINSI JAWA TENGAH TERHADAP

9

26 urusan wajib menjadi tidak sejalan dengan UU 23 Tahun 2014 yang

diawal menjadi salah satu dasar hukum penyusunan LKPJ 2015.

Seharusnya, dalam Bab IV LKPJ ini disusun mengacu pada Pasal 12

Undang-Undang No 23 Tahun 2014 dengan mendahulukan 6 urusan

Wajib yang berkaitan dengan pelayanan dasar yakni : pendidikan;

kesehatan; pekerjaan umum dan penataan ruang; perumahan rakyat

dan kawasan permukiman; ketentraman, ketertiban umum dan

perlindungan masyarakat; sosial.

Fakta tersebut mencerminkan kekurangcermatan Gubernur dalam

penyusunan dokumen LKPJ sesuai dengan Undang-Undang No 23

Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah.

c. LKPJ tidak menyajikan data atas setiap capaian di setiap indikator

kinerja secara menyeluruh di 35 kabupaten/kota. Data yang disajikan

hanya 3 (tiga) data makro yakni : Tingkat Pengangguran Terbuka, Tingkat

Partisipasi Angkatan Kerja, dan Perkembangan IPM.

Padahal dalam Pasal 91 ayat 2 huruf b Undang-Undang Nomor 23 Tahun

2014 menyebutkan bahwa Gubernur Sebagai Wakil Pemerintah Pusat

memiliki 6 tugas antara lain bahwa Gubernur melakukan monitoring,

evaluasi dan supervisi, terhadap penyelenggaraan pemerintahan daerah

kabupaten/kota yang ada diwilayahnya.

Seharusnya LKPJ ini juga menjelaskan sebaran data dan capaian di

setiap indikator kinerja secara menyeluruh di 35 kabupaten/kota. Data

tersebut sangat diperlukan untuk :

1) mengetahui validitas, akurasi, dan sinkronisasi data LKPJ.

2) melakukan monitoring, evaluasi dan supervisi, terhadap

penyelenggaraan pemerintahan daerah kabupaten/kota (sebagaimana

menjadi tugas gubernur yang diamanatkan Undang-Undang Nomor 23

Tahun 2014).

Page 10: REKOMENDASI DPRD PROVINSI JAWA TENGAH TERHADAP

10

3) mengetahui kabupaten/kota di Jawa Tengah yang masih tertinggal

dan memerlukan perhatian lebih untuk mencapai target dari

indikator-indikator dalam LKPJ.

4) mengetahui ketepatan, efektifitas, efisiensi program/kegiatan dan

bantuan yang dilakukan/diberikan oleh Pemerintah Provinsi kepada

Pemerintah Kabupaten/Kota.

Dari hasil pembahasan Pansus bersama SKPD menunjukkan bahwa

sebenarnya SKPD dapat menjabarkan data di setiap kabupaten/kota.

Dengan kondisi yang demikian dapat disimpulkan bahwa :

Pertama, LKPJ yang disampaikan oleh Gubernur kurang cermat karena

tidak didukung dengan data yang komprehensif.

Kedua, Tim Daerah Evaluasi Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

(EPPD) bekerja tidak optimal sebagaimana diamanatkan oleh PP No 8

Tahun 2008.

Ketiga, penyajian LKPJ ATA 2015 tidak memperhatikan Keputusan

DPRD Provinsi Jawa Tengah Nomor 21 Tahun 2013 tentang

Rekomendasi DPRD Terhadap LKPJ Gubernur ATA 2012.

d. LKPJ Gubernur Jawa Tengah Akhir Tahun Anggaran 2015 tidak

menjelaskan perihal tindak lanjut terhadap temuan Laporan Hasil

Pemeriksaan BPK Tahun 2014 untuk memperbaiki kinerja dan

akuntabilitas Pemerintah Daerah.

II. Pengelolaan Keuangan Daerah

a. Gagalnya target pendapatan asli daerah yang disebabkan oleh

gagalnya pencapaian target pajak daerah khususnya Pajak

Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor.

Realisasi sebesar 86,4% atau selisih dari target sebesar Rp 1,4 trilyun

merupakan kemunduran kinerja yang sangat besar jika

Page 11: REKOMENDASI DPRD PROVINSI JAWA TENGAH TERHADAP

11

dibandingkan dengan Tahun 2014 yang realisasinya mencapai

105,04%.

Realisasi PAD hanya mencapai 90,36% dari target yang

direncanakan. Rendahnya pencapaian target PAD karena rendahnya

kinerja dalam pemungutan pajak daerah. Pendapatan Pajak daerah

hanya terealisasi sebesar 86,48% dari target yang direncanakan.

Analisis masalah yang disebutkan dalam LKPJ terkait hal ini adalah

karena adanya perlambatan ekonomi global yang berdampak pada

daya beli masyarakat serta penjualan kendaraan bermotor baru.

Namun demikian tidak disajikan data, Gambaran Umum Daerah,

tentang tren daya beli masyarakat dan tren pembelian serta

penjualan kendaraan bermotor baru. Analisis masalah ini tampak

paradoks dengan data yang disajikan tentang peningkatan

pertumbuhan ekonomi dan penurunan jumlah penduduk miskin dan

pengangguran.

b. Berdasarkan data dari Kementerian Keuangan, Jumlah Dana Alokasi

Khusus (DAK) Provinsi Jawa Tengah Tahun 2015 menempati

peringkat ke-9 terkecil dari seluruh provinsi di Indonesia. Melihat

kondisi wilayah dan dinamika sosial ekonomi Jawa Tengah maka

jumlah DAK tersebut sangatlah kecil. Padahal mekanisme

pengalokasian DAK pada Tahun 2015 mendasarkan pada proposal

yang diajukan oleh pemerintah daerah. Hal ini menandakan bahwa

upaya Gubernur untuk memperoleh DAK belum maksimal.

c. Pelaksanaan Tugas Pembantuan Tahun 2015 yang diampu oleh 11

SKPD dengan realisasi fisik 86,68% dan keuangan 79,93%. Capaian

kinerja terendah oleh Dinas Perkebunan dengan realisasi fisik

sebesar 52,27% dan keuangan 44,56%. Kondisi ini mencerminkan

buruknya perencanaan program dan ketidakmampuan dalam

mengelola anggaran.

Page 12: REKOMENDASI DPRD PROVINSI JAWA TENGAH TERHADAP

12

d. Terdapat Rp 301,9 milliar dana Bantuan Keuangan kepada

Pemerintah Kabupaten/Kota dan Pemerintah Desa yang tidak dapat

terserap. Gubernur beralasan bahwa ketidakterserapan dana

tersebut adalah karena “sebagian kegiatan Bantuan Keuangan

kepada Kabupaten/Kota yang mengalami keterlambatan dalam

pelaksanaannya/tidak dilaksanakan”. Sementara alasan yang

disampaikan senantiasa sama dari tahun ke tahun. Hal ini

menunjukkan solusi yang disusun belum dapat optimal

menyelesaikan permasalahan tersebut.

e. Realisasi belanja program Pelayanan Administrasi Perkantoran di

seluruh SKPD mencapai Rp 556, 06 milliar atau 99,85 persen. Hal ini

mencerminkan bahwa SKPD gagal melakukan efisiensi dalam hal

belanja rutin yang tidak membawa dampak terhadap kesejahteraan

masyarakat Jawa Tengah.

f. Realisasi Belanja Modal pada Belanja langsung hanya mencapai

87,98% dari anggaran yang dialokasikan. Alasannya karena

terbatasnya jumlah personil bersertifikat ahli dalam Pengadaan

Barang dan Jasa serta Gagal Lelang. Alasan berulang tahunan ini

berkaitan dengan lemahnya pengelolaan SDM Aparatur yang setiap

tahunnya terdapat alokasi belanja langsung untuk peningkatan

kapasitas aparatur di tiap SKPD serta lemahnya perencanaan

pengadaan barang dan jasa.

g. Rendahnya serapan Belanja Bantuan Hibah Pendidikan yang hanya

mencapai 18,84%. Hal ini disebabkan ketidakpahaman Kepala Dinas

Pendidikan terhadap peraturan perundang-undangan dan

ketidakberaniannya dalam mengambil keputusan.

Kesimpulan ini diperoleh antara lain dari fakta bahwa proposal yang

diajukan oleh lembaga pendidikan yang berada dibawah naungan

Ormas seperti NU dan Muhammadiyah yang jelas-jelas memiliki

Page 13: REKOMENDASI DPRD PROVINSI JAWA TENGAH TERHADAP

13

payung hukum ternyata tidak dapat dicairkan. Sementara di provinsi

lainnya bantuan untuk lembaga tersebut dapat diberikan.

III. Kinerja Pemerintah Provinsi Jawa Tengah 2015

Menurut dokumen LKPJ yang DPRD terima, keberhasilan pencapaian

keluaran (output) sebesar 83,34% target RKPD 2015 ternyata tidak

berbanding lurus dengan peningkatan kesejahteraan masyarakat Jawa

Tengah. Kesejahteraan masyarakat yang dilihat dari indikator makro

pembangunan menunjukkan fakta yang berbeda, dimana Pemerintah

Provinsi Jawa Tengah gagal mencapai target-target tersebut. Kegagalan

tersebut setidaknya ditandai oleh 6 indikator yakni :

a. Penurunan persentase kemiskinan. Memang telah terjadi penurunan

jumlah maupun persentase penduduk miskin jika dibandingkan

dengan tahun 2014. Dari 13,58% jumlah penduduk miskin di tahun

2014 tinggal 13,32% di tahun 2015 atau menurun 0,265%. Namun

demikian kondisi tersebut jauh dari ideal, mengingat persentase

penduduk miskin di tahun 2015 dalam RPJMD ditargetkan tinggal

9,05-8,75%. Dengan persentase penurunan yang sangat kecil maka

ada potensi besar, target penurunan angka kemiskinan tidak akan

tercapai.

b. Pengurangan persentase pengangguran. Target dalam RPJMD di

Tahun 2015 seharusnya tinggal 4,93-4,62%. Sedangkan realisasi di

Tahun 2015 sebesar 4,99%.

c. Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Capaian IPM saat ini (data

terakhir yang sudah dirilis oleh BPS adalah data tahun 2014) tidak

mencapai target sebagaimana ditetapkan dalam RPJMD dan masih

berada di bawah rata-rata nasional. Jawa Tengah masih menempati

peringkat ke-13 secara nasional. Kondisi ini menunjukkan bahwa

program pembangunan dalam bidang pendidikan, kesehatan dan

Page 14: REKOMENDASI DPRD PROVINSI JAWA TENGAH TERHADAP

14

ekonomi belum efektif meningkatkan kualitas manusia di Jawa

Tengah.

d. Tingkat kesejahteraan petani yang diukur melalui Nilai Tukar Petani

(NTP). NTP Tahun 2015 sebesar 100,24 lebih rendah dari tahun 2014

sebesar 100,65 dan jauh dari target 2015 dalam RPJMD sebesar

102,36. Kondisi tersebut juga menjadi kondisi terrendah dalam 6

tahun terakhir. Ini menunjukkan bahwa tingkat daya beli petani

semakin menurun, Program dan kegiatan Pemprov Jateng gagal

meningkatkan kesejahteraan petani.

e. Pencapaian Pertumbuhan Ekonomi. Target 6,0-6,5% hanya

terealisasi 5,44%.

f. Kesenjangan pendapatan yang diukur melalui Indeks Gini. Target

0,347 terealisasi 0,38. Ini menunjukkan bahwa kesenjangan

pendapatan masyarakat di Jawa Tengah semakin melebar.

Menurut dokumen revisi RKPD 2015 BAB II tentang Evaluasi Hasil

Pelaksanaan RKPD Tahun 2015 dan Capaian Kinerja Penyelenggaraan

Pemerintahan Daerah sub.subbab 2.2.1 tentang Evaluasi Agregatif

Pembangunan Jawa Tengah hal. II-6 dijelaskan bahwa Evaluasi

terhadap capaian kinerja pembangunan secara makro ditunjukkan

dengan capaian indikator agregat meliputi :

a. Indeks Pembangunan Manusia (IPM);

b. Pertumbuhan Ekonomi;

c. Inflasi;

d. Indeks Gini;

e. Indeks William;

f. Nilai Tukar Petani;

g. Penduduk Miskin;

Page 15: REKOMENDASI DPRD PROVINSI JAWA TENGAH TERHADAP

15

h. Pengangguran;

i. Indeks Pembangunan Gender (IPG); dan

j. Indeks Pemberdayaan Gender (IDG)

Tabel 2. Indikator Kegagalan Pemerintah Provinsi Dalam Menciptakan Kesejahteraan Masyarakat Jawa Tengah

INDIKATOR KINERJA

TAHUN 2014 TAHUN 2015 TARGET RPJMD 2014

REALISASI 2014

TARGET RPJMD 2015

TARGET RKPD

REALISASI 2015

Kemiskinan 11,58-11,37

13,58 9,05%-8,75%

9,05%-8,75%

13,32%

Pengangguran 5,31-4,77

5,68 4,93-4,62

4,93-4,62

4,99

Indek Pembangunan

Manusia

74,24 68,78 74,68 Tidak ada data

Belum ada data

Nilai Tukar Petani

102,04 100,65 102,36 102,36 100,24

Pertumbuhan ekonomi

6,0-6,5%

5,28 6-6,5 6-6,5 5,44 %

Kesenjangan pendapatan (Indeks Gini)

0,349 0,38 0,347 0,34 0,38

Sumber data : RPJMD Jawa Tengah (Perda N0 5 Tahun 2014) dan BPS Jawa Tengah

Diolah dari Sumber data BPS Jawa Tengah.

Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa keberhasilan pencapaian

target dari kegiatan yang dilaksanakan oleh SKPD tidak dapat

Page 16: REKOMENDASI DPRD PROVINSI JAWA TENGAH TERHADAP

16

memberikan dampak yang signifikan terhadap kesejahteraan masyarakat

Jawa Tengah.

IV. Pelaksanaan Urusan Pemerintahan Daerah

A. Urusan Wajib Berkaitan Dengan Pelayanan Dasar.

a. Pendidikan.

Ketidakpahaman Kepala Dinas Pendidikan terhadap peraturan

perundang-undangan dan ketidakberaniannya untuk mengambil

keputusan berdampak pada rendahnya serapan anggaran dana

hibah yang hanya mencapai 18,84 persen.

b. Kesehatan.

1. Disebutkan pada realisasi program pencegahan dan

penanggulangan penyakit (hal 61 Buku II) bahwa berhasil

menurunkan factor resiko dan sumber penularan DBD di 35

Kab/Kota. Hal ini tidak sinkron dengan indicator kinerja

kesehatan (hal L-I.A.2.1) yang menyebutkan bahwa angka

kesakitan dan kematian DBD sangat tinggi, jauh dari target yang

ditetapkan untuk tahun 2016. Alasannya karena rendahnya

masyarakat untuk melakukan gerakan 3 M plus. Alasan ini juga

tidak sinkron dengan realisasi program promosi dan

pemberdayaan yang menyebutkan bahwa telah terlaksananya

promosi media kesehatan berbagai media, pemberdayaan

masyarakat baik desa siaga aktif,posyandu mandiri maupun

rumah tangga sehat.

2. Berkaitan dengan kasus kematian ibu dan rujukan, tampak

tidak sinkron dengan pencapaian SPM kesehatan terkait

kehamilan dan persalinan yang seluruhnya telah dipenuhi.

Disebutkan pula bahwa program pelayanan kesehatan telah

berhasil membina puskesmas PONED di Kab/Kota (hal 61).

Page 17: REKOMENDASI DPRD PROVINSI JAWA TENGAH TERHADAP

17

Capaian puskesmas PONED tahun 2015 sebesar 17% dan RS

PONEK sebesar 24,52%. Keberadaan Puskesmas PONED

maupun RS PONEK seharusnya cukup efektif untuk menekan

AKI.

3. Disebutkan pencapaian AKI berhasil dibandingkan target yang

dicanangkan (hal L-I.A.2.2). Namun terhitung masih cukup

tinggi dibanding target MDGS yang seharusnya dicapai pada

tahun 2015. Dari seluruh kasus yang ada, perlu disebutkan

akar persoalan atas kematian ibu yang terjadi berdasar hasil

audit tiap kasus. Karena ada ketidakjelasan dalam sub bab

permasalah dan solusi bidang kesehatan (hal 63) yang

menyebutkan tentang tingginya angka kematian ibu akibat

system rujuan yang belum optimal.

c. Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.

1. Target pembangunan dan rehabilitasi jalan dan jembatan telah

tercapai, namun masih banyak ruas jalan rusak dengan tingkat

kepadatan tinggi belum memperoleh penanganan.

2. Masih banyak irigasi dalam kondisi rusak (14 persen).

3. Tingginya pelanggaran terhadap rencana tata ruang yang tidak

ditindak.

d. Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman.

1. Luas kawasan kumuh mencapai 9.331 ha di 703 kawasan

sementara di tahun 2015 belum ada program dan kegiatan yang

dapat menangani permasalahan tersebut.

2. Terdapat 1.723.500 rumah tidak layak huni yang tersebar di 35

kab/kota. Sinergi penanganan antara Pemerintah Provinsi dan

Pemerintah Kabupaten/Kota belum nampak.

Page 18: REKOMENDASI DPRD PROVINSI JAWA TENGAH TERHADAP

18

e. Ketentraman Umum dan Perlindungan Masyarakat.

1. Banyaknya pelanggaran Perda (inventarisasi pelanggar perda

2.042 pelanggar) yang belum semua disertai dengan penindakan

tegas.

2. Pada urusan Kesbangpoldagri terdapat 2 program dan kegiatan

yang tidak mencapai target :

Pertama, Program/kegiatan peningkatan pendidikan politik

masyarakat. Untuk skor IDI melampaui target sebesar 77,44

dari target 67,48, tetapi partisipasi pemilih tidak mencapai target

68,64%. Capaianya tipis hanya 68,54 %. Padahal target

partisipasi pemilih yang dicanangkan KPU Jateng 77,5%,

Nasional 70%. Kegagalan capaian ini kompleks tidak semata

keterlambatan sosialisasi. Yang lebih parah adalah banyaknya

pemilih yang berdomisili sebagai perantau (boro) mencapai

32,3% ditambah regulasi Pilkada lebih rigid dalam menggunakan

hak pilih dibanding Pilpres yang cukup dapat dengan KTP saja.

Kedua, Peningkatan kemampuan Linmas dan Ratih yang juga

belum mencapai target dengan alasan kurangnya minat

masyarakat. Tampaknya kondisi sosial-ekonomi lebih menjadi

pertimbangan, karena menjadi Linmas lebih bersifat relawan

padahal sisi lain ada tuntutan ekonomi yang lebih kuat.

f. Sosial.

1. Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial sangat besar,

penanganan dan koordinasi dengan pemerintah kabupaten/kota

kurang optimal.

2. Banyak kasus penyandang masalah kesejahteraan sosial yang

tidak memperoleh jaminan kesehatan.

Page 19: REKOMENDASI DPRD PROVINSI JAWA TENGAH TERHADAP

19

B. Urusan Wajib Tidak Berkaitan Dengan Pelayanan Dasar

a. Ketenagakerjaan.

1. Masih terdapat masalah mendasar yaitu “belum digunakannya

perencanaan tenaga kerja daerah sebagai rujukan dalam

menentukan prioritas program/ kegiatan ketenagakerjaan.”

Implikasinya bisa sangat serius karena dapat berakibat

ketidakefektifan berbagai kegiatan yang dilaksanakan.

2. Tingkat ketercapaian target indikator kinerja yang relatif rendah

(55,56%) dapat dimaknai sebagai akibat dari kelemahan

perencanaan tenaga kerja daerah dan implementasinya.

b. Pemberdayaan Perempuan Dan Pelindungan Anak.

Dalam menyebutkan permasalahan urusan pemberdayaan

perempuan dan perlindungan anak belum menggambarkan akar

persoalan (hal 131 Buku II). Untuk menekan jumlah terjadinya

kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak (mencegah),

belum tampak inovasi sebagai solusi. Pada urusan ini tidak hanya

menyelenggarakan pelayanan korban kekerasan terhadap

perempuan dan anak namun seharusnya kinerja yang dihasilkan

adalah adanya sistem yang mendorong pencegahan terjadinya

kekerasan.

c. Ketahanan Pangan.

Diperlukan evaluasi yang menyeluruh dikarenakan Pola Pangan

Harapan (PPH) warga Jawa Tengah yang diukur dari kecukupan

kandungan gizi dalam makanan yang dikonsumsi masyarakat

ANJLOK di tahun 2015. Kalau sebelumya nilainya 92, nyaris

sempurna, tahun 2015 menjadi 41. Sangat ironi kenapa bisa turun

drastis sebab ukuran pola PHH itu dari kandungan protein,

vitamin, karbohidrat, mineral dan lainnya atau dalam kata singkat

Page 20: REKOMENDASI DPRD PROVINSI JAWA TENGAH TERHADAP

20

dari kecukupan gizi atau dalam kata lain, angka kecukupan gizi

masyarakat Jateng tahun 2015 melorot tajam.

d. Pertanahan.

Penyelenggaraan urusan pertanahan dilaksanakan melalui

program penataan, penguasaan, pemilikan, penggunaan dan

pemanfaatan tanah. Dari 6 indikator kinerja program secara

keseluruhan target 100% tercapai. Sayangnya Pemprov tidak

memaparkan kondisi alih fungsi lahan khususnya dari lahan

pertanian ke lahan non pertanian yang berpotensi mengancam

ketahanan pangan Jawa Tengah.

Realisasi atas penyediaan Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

setiap Kabupaten/Kota tidak dapat diketahui implementasinya

dikarenakan kurangnya monitoring dan evaluasi terhadap program

ini yang telah diamanatkan dalam Perda Provinsi Jawa Tengah

Nomor 2 Tahun 2013 tentang Lahan Pertanian Pangan

Berkelanjutan.

e. Lingkungan Hidup.

Disebutkan bahwa pengendalian dan pengawasan terhadap

sumber pencemaran telah mencapai target. Namun pada analisis

masalah justru menyebutkan bahwa masih banyak industri kecil

yang tidak mempunyai IPAL. Hal ini menjadi tidak sinkron karena

IPAL merupakan sarana pengendalian pencemaran. Sangat

mungkin target kinerjanya memang sangat rendah dibanding yang

seharusnya (sumber pencemaran yang harus dikendalikan dan

diawasi).

Realisasi pelaksanaan program Pengembangan Kapasitas

Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup antara lain

: terealisasinya pembelajaran mengenai penerapan teknologi eko-

Page 21: REKOMENDASI DPRD PROVINSI JAWA TENGAH TERHADAP

21

efisiensi dan produksi yang ramah lingkungan bagi para pengrajin

industri kecil tahu dan batik, terlaksananya pameran gelar

teknologi 2015, pelaksanaan peringatan hari bumi. Pada matriks

pencapaian indikator kinerja Pengembangan Kapasitas Sumber

Daya Alam dan Lingkungan Hidup hanya menyebutkan jumlah

sekolah adiwiyata. Realisasi maupun capaian indikator kinerja

sama sekali tidak menggambarkan keberhasilan kinerja Gubernur

namun hanya menggambarkan bahwa kegiatan yang direncanakan

telah terlaksana.

f. Administrasi Kependudukan Dan Pencatatan Sipil.

Cakupan program kegiatan penataan administrasi kependudukan

belum narasinya tidak tersusun dengan baik dan belum mencakup

penyusunan profil kependudukan provinsi sebagaimana

diamanatkan oleh UU 23/2014.

Indikator rasio penduduk memiliki e-KTP per wajib e-KTP belum

mencapai target 100 %. Di samping alasan banyaknya TKI LN yang

belum kembali dan penduduk usia lanjut yang malas mengurus

KTP, sebenarnya pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan

sipil bukan kewenangan Provinsi tetapi kewenangan

kabupaten/kota dengan segala keterbatasannya.

g. Pemberdayaan Masyarakat Dan Desa

Dari berbagai keluaran kegiatan, belum bisa diketahui dengan

jelas keterkaitan dan sinergi di antara ketiga program utama, yaitu

fasilitasi pengembangan masyarakat dan desa; peningkatan

partisipasi masyarakat; dan penguatan kelembagaan masyarakat

Page 22: REKOMENDASI DPRD PROVINSI JAWA TENGAH TERHADAP

22

h. Pengendalian Penduduk Dan Keluarga Berencana.

1. Salah satu indikator kinerja yang tidak tercapai adalah

unmetneed (ketidakikutsertaan PUS dalam KB) dan DropOut KB.

Dokumen LKPJ belum mencantumkan akar persoalan tidak

tercapainya target. Solusi yang ditawarkan juga tidak

menggambarkan sebuah strategi menurunkan unmetneed dan

DO.

2. Salah satu realisasi pelaksanaan program pengembangan model

operasional BKB disebutkan bahwa 175 kader terbina mengikuti

orientasi dalam peningkatan kualitas dan fasilitasi ketahanan

dan pemberdayaan keluarga. Pelaksanaan program Tri Bina

(BKB, BKR dan BKL) alokasi anggarannya tidak sebesar

pelayanan KB. Namun demikian perlu ada progress yang spesifik

dan terukur apakah program tersebut secara faktua

berkontribusi pada Pembangunan Keluarga Berkualitas. Karena

RPJMN 2014-2019 menyebutkan bahwa Pembangunan keluarga

dilakukan melalui pembinaan ketahanan dan kesejahteraan

keluarga yang ditandai dengan peningkatan pemahaman dan

kesadaran fungsi keluarga. Tidak disebutkan jumlah/prosentase

keluarga balita/keluarga remaja/keluarga lansia yang terlibat

aktif dalam program tersebut dan hasil dari keterlibatannya.

i. Perhubungan

1. Operasionalisasi KMC Kartini memebani APBD sementara kajian

atas pendapatan dan belanja operasionalisasi yang telah

dilakukan tidak segera ditindaklanjuti dengan kebijakan.

2. Tata kelola BRT belum optimal.

Page 23: REKOMENDASI DPRD PROVINSI JAWA TENGAH TERHADAP

23

j. Komunikasi dan informatika.

1. Dari perspektif arah kebijakan dalam RPJMD yaitu “optimalisasi

pemanfaatan teknologi informasi dalam mendukung

pemerintahan yang akuntabel dan transparan,” berbagai

kegiatan yang dilaksanakan belum menggambarkan dampak

dan kontribusi nyata.

2. Permasalahan yang ada masih menggambarkan hambatan

besar dan mendasar terhadap potensi pencapaian kinerja yang

relevan dan kontributif , seperti “keterbatasan kualitas dan

kuantitas sarana prasarana teknologi informasi” dan “kurangnya

kualitas dan kapasitas pengelola teknologi informasi di masing-

masing SKPD”.

k. Koperasi, Usaha Kecil Dan Menengah.

1. Jumlah Koperasi Tahun 2015 sejumlah 28.227 unit dengan

jumlah Koperasi Aktif 23.059 unit (81,69%) dan jumlah Koperasi

Sehat hanya 59 unit (0,25%).

2. Aset koperasi senilai Rp 49,123 trilyun dengan nilai omset baru

mencapai Rp 47,218 trilyun. Idealnya, omset harus lebih besar

daripada aset untuk menunjukkan kinerja koperasi yang sehat.

Hal ini diyakini karena rendahnya pertumbuhan ekonomi dan

nilai mata uang rupiah.

3. Program Kredit Usaha Rakyat (KUR) terserap Rp 2,5 trilyun

(70%) untuk 251 ribu debitur dari plafon Rp 4 trilyun.

l. Penanaman Modal.

1. Tahun 2015, penghitungan nilai investasi masih berdasarkan/

menggunakan Izin Usaha Tetap (IUT) yaitu metode pencatatan

realisasi investasi pada akhir pembangunan proyek dan siap

komersial dan dicatat pada saat akhir proyek.

Page 24: REKOMENDASI DPRD PROVINSI JAWA TENGAH TERHADAP

24

2. Tahun 2016 adalah masa transisi dari IUT ke LKPM, mengingat

RKA BPMD (2016) masih menggunakan IUT.

3. Jenis investasi berdasarkan IUT tertinggi di sektor industri

tekstil dan terendah di sektor jasa lainnya. Sedangkan

berdasarkan LKPM, tertinggi di sektor industri tekstil dan

terendah di sektor perikanan. Hal ini dikarenakan :

Pertama, Data menunjukkan bahwa jumlah investor yang masuk

ke Jateng dengan nilai investasi yang kecil, contohnya pada

industri tekstil dan makanan;

Kedua, Kepeminatan investasi yang masuk ke Jawa Tengah

cenderung kepada yang nilai investasinya dengan skala relatif

kecil; dan

Ketiga, Daya tarik investor yang datang ke Jawa Tengah melihat

peluang SDM bukan SDA (yang butuh nilai investasi besar).

m. Kepemudaan Dan Olah Raga.

Permasalahan yang ada masih sangat mendasar dan belum dapat

diselesaikan melalui berbagai kegiatan yang dilaksanakan.

Permasalahan seperti “belum adanya kesinambungan dan

sinergitas pola pembibitan, pembinaan dan pemanduan atlet

olahraga” dan “terbatasnya potensi pelatih dan atlet pada

pembibitan dan pembinaan olahraga di Jawa Tengah” ternyata

belum dapat diatasi melalui berbagai kegiatan yang keluarannya

kurang relevan dan tidak substansial. Hal yang sama terjadi juga

untuk masalah “masih kurangnya peran lembaga/organisasi

kepemudaan dalam penanganan permasalahan generasi muda”.

Page 25: REKOMENDASI DPRD PROVINSI JAWA TENGAH TERHADAP

25

n. Statistik.

Urusan statistik dilaksanakan melalui program pengembangan

data/informasi/statistik daerah. Dari 4 indikator kinerja pada

urusan statistik secara keseluruhan tercapai target 100%.

o. Persandian

p. Kebudayaan.

Penyelenggaraan urusan kebudayaan dilaksanakan melalui 3

program yaitu : pembinaan tradisi kesenian dan nilai budaya,

pelestarian dan pengembangan kesenian dan cagar budaya, dan

pembinaan penghayat kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha

Esa. Dari 23 indikator kinerja urusan kebudayaan secara

keseluruhan mencapai target.

q. Perpustakaan

Terdapat kurang sinkronnya antara capaian dan permasalahan.

Pada program dan kegiatan “pengembangan budaya baca”

digambarkan sangat berhasil; tetapi dalam pokok permasalahan

(hlm.196 poin 2) disebutkan “budaya baca” masih rendah.

r. Kearsipan.

Urusan kearsipan dilaksanakan melalui 4 program yaitu :

perbaikan sistem administrasi kearsipan, penyelamatan dan

pelestarian dokumen/arsip daerah, pemasyarakatan kearsipan

kepada masyarakat dan peningkatan kualitas pelayanan

informasi. Dari 5 indikator kinerja pada urusan kearsipan secara

keseluruhan tercapai target 100%.

Page 26: REKOMENDASI DPRD PROVINSI JAWA TENGAH TERHADAP

26

C. Urusan Pilihan

a. Kelautan dan Perikanan.

1. Pendapatan wanita pesisir minimal Rp.396.391,31/bulan atau

dibulatkan menjadi Rp.400.000,00/bulan. Ini merupakan

pendapatan tambahan yang diperoleh oleh para wanita khususnya

istri nelayan guna mengisi waktu luang melalui usaha ekonomi

produktif dan berfungsi sebagai tabungan pada saat masa paceklik

± 3 bulan.

2. Nelayan mengalami persoalan perihal harga solar non subsidi yang

lebih murah daripada solar subsidi. 45 SPBN yang sudah

terbangun terancam bangkrut. Adanya peraturan menteri yang

mempersulit pembelian solar bersubdi sehingga nelayan tidak

berdaya dan dilemahkan.

3. Terjadinya el nino pada tahun 2015 berdampak pada tingginya

produksi rumput laut dibandingkan dengan komoditas lain.

Produksi rumput laut pada tahun 2015 sebesar 20,32% dari

jumlah produksi budidaya keseluruhan. Namun demikian nilai jual

rumput laut mengalami penurunan dengan kisaran harga rumput

laut kering asin sebesar Rp.2.000,00/kg sedangkan harga normal

berkisar Rp.6.000,00. Hal tersebut berdampak pada menurunnya

jumlah rata-rata pendapatan pembudidaya ikan pada tahun 2015.

4. Kajian tentang reklamasi dari sisi rehabilitasi dan konservasi

sumberdaya kelautan dan perikanan belum pernah dilakukan,

mengingat reklamasi selama ini (menurut Undang-Undang No. 32

Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah), merupakan kewenangan

Pemerintah Kabupaten/Kota. Dengan berlakunya Undang-Undang

No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintah Daerah, Kewenangan Laut

sampai dengan 12 mil di luar minyak dan gas bumi, merupakan

Page 27: REKOMENDASI DPRD PROVINSI JAWA TENGAH TERHADAP

27

kewenangan Pemerintah Provinsi termasuk pengelolaan ruang laut

untuk reklamasi. Reklamasi hanya dapat dilakukan setelah adanya

Perda tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau

Kecil.

b. Pariwisata.

Pertumbuhan ekonomi sektor pariwisata di kabupaten/kota yang

memiliki obyek wisata belum optimal. Sinergi pengembangan

pariwisata antara provinsi dan kabupaten/kota kurang optimal.

Kualitas standar objek pariwisata belum tergambarkan dengan

baik.

c. Pertanian.

NTP tahun 2015 menurun jika dibandingkan dengan NTP selama 5

tahun terakhir. Menunjukkan bahwa program di sektor pertanian

gagal memberikan nilai tambah bagi daya beli petani! Peningkatan

produksi hasil pertanian berkorelasi negatif atau tidak signifikan

terhadap kemampuan daya beli petani.

d. Kehutanan.

Luas hutan di Jawa Tengah sebesar 1,289 juta ha perlu

disinkronkan dengan luas Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan

seluas 1,002 ha dimana dengan luas total Provinsi Jawa Tengah

sebesar 3,254 juta ha. Dengan asumsi bahwa tidak terjadi irisan

antara lahan hutan dengan lahan pertanian maka untuk

kepentingan pembangunan lainnya termasuk industri dan

permukiman menyisakan 963 ribu ha saja.

e. Energi dan Sumber Daya Mineral.

1. Belum ada kepastian ketersediaan listrik untuk kawasan

industri.

2. Banyaknya pertambangan ilegal yang belum tertangani.

Page 28: REKOMENDASI DPRD PROVINSI JAWA TENGAH TERHADAP

28

3. Progres pengembangan energi terbarukan belum optimal.

4. Masih banyak dusun (sekitar 2 ribu dusun) belum teraliri listrik.

f. Perdagangan dan Perindustrian

Ekspor bersih Jawa Tengah mengalami minus (-22,78 %) di hampir

semua komoditas ekspor. Salah satu penyebab kondisi tersebut

adalah lemahnya daya saing produk dari Jawa Tengah.

g. Transmigrasi

Banyaknya kasus transmigran asal Jawa Tengah yang tidak

digambarkan dalam LKPJ disebabkan oleh sistem rekruitmen dan

minimnya pemantauan paska penempatan transmigran.

V. Rekomendasi

A. Umum.

Pertama, Untuk meningkatkan kualitas dokumen LKPJ Gubernur Tahun

2016 perlu:

1. Mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berkaitan

dengan sistem akuntabilitas kinerja instansi pemerintah.

2. Mencantumkan hasil dan dampak dari setiap kegiatan yang

dilaksanakan oleh setiap SKPD.

3. Mencantumkan dan menjabarkan data setiap capaian dari target

indikator kinerja di masing-masing kabupaten/kota.

4. Menyelaraskan sistematika urusan sebagaimana diatur dalam

Undang-Undang No 23 Tahun 2014.

Kedua, mendorong keberhasilan penanggulangan kemiskinan dan

peningkatkan kualitas SDM dengan :

1. meningkatkan alokasi belanja hibah dan bantuan sosial yang telah

terbukti memiliki korelasi dengan percepatan penanggulangan

kemiskinan.

Page 29: REKOMENDASI DPRD PROVINSI JAWA TENGAH TERHADAP

29

2. mengoptimalkan peran TKPKD yang diketua oleh Wakil Gubernur

untuk memperkuat sinergi antar SKPD dan Pemerintah

Kabupaten/Kota dalam pelaksanaan program penanggulangan

kemiskinan.

3. menetapkan target peringkat Indeks Pembangunan Manusia.

Ketiga, memperbaiki tata kelola keuangan dan aset daerah dengan:

1. Mengembangkan kerjasama dengan Badan Pengawas Keuangan

dan Pembangunan untuk melakukan pengkajian potensi

pendapatan asli daerah di seluruh SKPD.

2. Gubernur memerintahkan Kepala Dinas Kesehatan, Kepala Dinas

Kelautan dan Perikanan, Kepala Dinas Perindustrian dan

Perdagangan, dan Kepala Biro Umum Sekretariat Daerah untuk

menindaklanjuti hasil kajian dan saran Badan Pengawas

Keuangan dan Pembangunan Tahun 2015 guna mengoptimalkan

PAD.

3. Mendorong setiap SKPD dan TAPD untuk menyusun proposal

pengajuan DAK secara komperhensif dan ditindaklanjuti dengan

langkah aktif kepada Pemerintah Pusat agar memberikan alokasi

DAK lebih besar.

4. DPPAD Melakukan survey kepada masyarakat khususnya wajib

pajak kendaraan bermotor tentang kepatuhan, harapan, dan

pelayanan Samsat guna meningkatkan pajak daerah dari

kendaraan bermotor.

5. DPPAD segera melakukan penagihan yang lebih maksimal

terhadap wajib pajak yang tidak taat.

6. Gubernur mendorong kinerja BUMD untuk meningkatkan

kontribusi BUMD terhadap PAD.

Page 30: REKOMENDASI DPRD PROVINSI JAWA TENGAH TERHADAP

30

7. Memperbaiki mekanisme pengajuan belanja bantuan keuangan

kepada kabupaten/kota dan desa.

8. Perlu evaluasi dan rasionalisasi terhadap besaran alokasi belanja

untuk kegiatan-kegiatan yang tidak memiliki keterkaitan

langsung dengan kesejahteraan rakyat; terutama kegiatan seperti

penyediaan jasa peralatan dan perlengkapan kantor, kegiatan

rapat koodinasi dan konsultasi, kegiatan pengadaan pakaian

dinas.

9. Segera menyelesaikan aset yang bermasalah di 25 lokasi yang

berada di 5 SKPD yakni Dinas Sosial, Dinas Kelautan dan

Perikanan, Dinas Pertanian, Dinas PSDA, dan DPPAD.

Keempat, agar dapat diperhatikan dengan seksama pada saat

pembahasan Perda Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD TA 2015

beberapa hal berikut ini:

1. Kewajiban Tahun 2015 yang belum terbayar.

2. Tindak lanjut atas kurang salur pada Bagi Hasil Pemerintah Pusat.

3. Piutang pajak yang sudah terealisasi dan yang belum. Berapa

obyek yang tercapai dan tidak tercapai.

4. Sisa uang kas di rekening Kasda per 31 Desember 2015.

5. Dimana saja penempatan dana ABPD berikut besaran bunganya.

6. Besaran SILPA dan berasal dari komponen apa saja.

B. Rekomendasi Untuk Setiap Urusan.

I. Urusan Wajib Berkaitan Dengan Pelayanan Dasar

a. Pendidikan.

1. Mencairkan proposal bantuan hibah pendidikan dari lembaga

di bawah naungan yayasan/organisasi masyarkat yang telah

memiliki payung hukum.

Page 31: REKOMENDASI DPRD PROVINSI JAWA TENGAH TERHADAP

31

2. Meningkatkan keterampilan melalui pendidikan vokasi bagi

semua (tidak terbatas pada lulusan SMP/sederajat).

3. Penambahan jumlah Sekolah inklusi.

b. Kesehatan.

1. Peningkatan kapasitas ruang kelas III di Rumah Sakit milik

provinsi.

2. Mengupayakan kembali pembelian sebagian aset Kemensos

berupa tanah yang ada dibelakang rumah sakit Moewardi

untuk perluasan RS Moewardi.

c. Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang

1. Kebutuhan belanja untuk pembangunan infrastruktur yang

melebihi proyeksi dalam RPJMD Jawa Tengah perlu disertai

dengan upaya lebih serius dari SKPD dan TAPD untuk

mencari sumber pendanaan dari dana alokasi khusus

infrastruktur.

2. Meningkatkan serapan tenaga kerja dalam program

infrastruktur.

3. Percepatan rehabilitasi jalan yang memiliki kepadatan lalu

lintas tinggi.

4. Percepatan rehabilitasi irigasi.

5. Menindak tegas temuan pelanggaran terhadap tata ruang.

d. Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman

1. Percepatan penanganan 3.715 rumah tidak layak huni di

tahun 2016.

2. Memastikan mekanisme penganggaran bagi penanganan

kawasan kumuh dan sinergi dengan P2KP.

e. Ketentraman Umum dan Perlindungan Masyarakat

1. Perlu penindakan tegas dari pelanggaran Peraturan Daerah.

Page 32: REKOMENDASI DPRD PROVINSI JAWA TENGAH TERHADAP

32

2. Secara umum Jawa Tengah kondusif, namun kewaspadaan

dan deteksi dini terhadap kegiatan yang membahayakan

Ideologi Pancasila dan NKRI perlu ditingkatkan dengan lebih

inovatif.

3. Skor IDI mencapai target namun faktanya indikator demokrasi

pada Hak-Hak Politik dalam hal ini partisipasi pemilih tidak

mencapai target bahkan ada kecenderungan menurun.

Terakhir adanya fenomena gerakan Independen di Pilkada DKI

dan DIY, maka peran parpol sebagai pilar demokrasi perlu

lebih ditingkatkan.

4. Perlunya reward bagi Satlinmas untuk memotivasi agar dapat

menumbuhkembangkan keikutsertaan masyarakat dalam

Linmas dan Ratih.

f. Sosial

1. Peningkatan persentase penanganan PMKS.

2. Implementasi Peraturan Daerah tentang Penyelenggaraan

Kesejahteraan Sosial.

II. Urusan Wajib Tidak Berkaitan Dengan Pelayanan Dasar.

a. Tenaga kerja.

1. Mempercepat Pembentukan Layanan Terpadu Satu Pintu di

Jawa Tengah bagi calon TKI sesuai dengan Permennaker No

22 Tahun 2014.

2. Meningkatkan pengawasan kepada perusahaan dalam

menjalankan kewajibannya memberikan jaminan sosial

ketenagakerjaan bagi para pekerja.

3. Mewajibkan penggunaan dokumen perencanaan tenaga

kerja daerah sebagai salah satu rujukan utama terdekat

Page 33: REKOMENDASI DPRD PROVINSI JAWA TENGAH TERHADAP

33

dalam penentuan prioritas program/kegiatan

ketenagakerjaan.

4. Evaluasi menyeluruh terhadap relevansi dan efektivitas

berbagai kegiatan (pelatihan, pemagangan, pembinaan,

pemberdayaan, pendataan, pengkajian ulang, sosialisasi,

bimtek, koordinasi dan konsolidasi) terkait dampak dan

kontribusinya bagi pencapaian visi-misi dan RPJMD.

b. Pemberdayaan Perempuan Dan Perlindungan Anak.

BP3AKB meningkatkan fasilitasi penanganan kasus KDRT yang

tidak terselesaikan di kabupaten/kota serta aktif

mengkampanyekan bahaya LGBT.

c. Ketahanan Pangan.

1. Pemerintah Provinsi diharapkan secara serius dan fokus

untuk mendorong dan memantau pelaksanaan program

Penganekaragaman Konsumsi Pangan Berbasis Sumber

Daya Lokal ditingkat kabupatan/kota.

2. Diperlukan evaluasi yang menyeluruh terhadap program ini

dikarenakan Pola Pangan Harapan (PPH) warga Jawa Tengah

yang diukur dari kecukupan kandungan gizi dalam makanan

yang dikonsumsi masyarakat agar angka kecukupan gizi

masyarakat Jateng tahun 2016 menjadi lebih baik.

3. Pemerintah Provinsi harus terus mendorong Optimalisasi

Pemanfaatan Pekarangan melalui Konsep Kawasan Rumah

Pangan Lestari (KRPL), Model Pengembangan Pangan Pokok

Lokal (MP3L) termasuk Sosialisasi dan Promosi Percepatan

Penganekaragaman Konsumsi Pangan (P2KP).

4. Gerakan bersama masyarakat menjadi kunci penting dalam

kesuksesan program ini. Jejaring penyadaran melalui

Page 34: REKOMENDASI DPRD PROVINSI JAWA TENGAH TERHADAP

34

sosialisasi dan promosi ini harus berjalan massif,

berkesinambungan dan terukur dengan melebarkan jaringan

partisipasi masyarakat dan media promosi secara kekinian.

d. Pertanahan.

1. Meningkatkan programnya terkait dengan kepemilikan tanah

provinsi dan terutama pengawasan yang ketat terhadap alih

fungsi LP2B.

2. Melakukan konsolidasi pemetaan tanah secara integral

antara lahan hutan, lahan pertanian, lahan industri,

permukiman dan peruntukan lainnya dengan memantau

setiap saat perubahan regulasi RTRW Kabupaten/Kota dan

turunannya.

e. Lingkungan Hidup.

1. Perluasan reklamasi bekas kawasan pertambangan.

2. Peningkatan luas ruang terbuka hijau di wilayah perkotaan.

f. Administrasi Kependudukan Dan Pencatatan Sipil.

1. Perlunya fasilitasi provinsi melalui utamanya fungsi

pembinaan penyelenggaraan administrasi kependudukan

lebih ditingkatkan, sehingga bagi kabupaten/kota terutama

yang anggarannya kecil dapat terbantu dalam pelayanan

pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil.

2. Perlunya peningkatan fungsi koordinasi dan pengawasan

atas pengoperasian SIAK kab/kota mengingat data ini oleh

Kementerian akan dimanfaatkan untuk: pelayanan publik,

perencanaan pembangunan, alokasi anggaran,

pembangunan demokrasi, dan penegakan hukum dan

pencega han kriminal.

Page 35: REKOMENDASI DPRD PROVINSI JAWA TENGAH TERHADAP

35

g. Pemberdayaan masyarakat dan Desa.

1. Perlu upaya terencana yang serius, substansial dan

sistematis untuk menghubungkan keluaran berbagai

kegiatan dengan dampak nyata dan kontribusinya bagi

pencapaian RPJMD.

2. Perlu peningkatan koordinasi dan sinergi tidak hanya antara

Bapermasdes dan Biro Bina Sosial, tetapi bisa diperluas ke

SKPD yang relevan. Misalnya Balitbang dalam rangka

pemasyarakatan dan pemanfaatan tentang hasil penelitian.

3. Perlu peningkatan kreativitas dan inovasi program/kegiatan

daerah dalam rangka mengurangi ketergantungan pada

pelaksanaan kegiatan oleh pemerintah pusat.

h. Pengendalian Penduduk Dan Keluarga Berencana.

Peningkatan dan pemerataan penyuluh KB.

i. Perhubungan, Komunikasi Dan Informatika.

1. Melakukan pembenahan tata kelola KMC Kartini sehingga

tidak membebani APBD. Pemprov segera mengambil

kebijakan berdasar hasil kajian yang telah dilaksankan

bahwa pengelolaan KMC Kartini 1 secara komersial harus

dilaksanakan oleh Badan dan Usaha Angkutan Laut dengan

alternatif:

a. dijual kepada pihak angkutan laut wisata,

b. dikelola oleh badan usaha Milik Daerah, atau

c. dikelola oleh Koperasi.

2. Percepatan pembenahan tata kelola BRT melalui BUMD (PT

SPJT). Gubernur segera mengajukan revisi atas payung

hukum BUMD yang telah ditunjuk sebagai pengelola

Page 36: REKOMENDASI DPRD PROVINSI JAWA TENGAH TERHADAP

36

angkutan umum massal aglomerasi dan mekanisme Public

Service Obligation.

3. Perlu peningkatan koordinasi dan sinergi di antara berbagai

SKPD pelaksana urusan (Balitbang, Dishubkominfo,

Sekretariat BPBD, Biro Humas, Sekretariat KPID) untuk

memastikan seluruh kegiatan saling terkait dan terintegrasi

sesuai RPJMD.

4. Perlu dihasilkan identifikasi dan rumusan masalah terkait

urusan komunikasi dan informatika secara jelas dan spesifik

sehingga tidak terjebak pada pernyataan masalah (problem

statement) yang bersifat klise dan umum.

j. Koperasi, Usaha Kecil, Dan Menengah.

1. Melakukan penyehatan koperasi agar dapat berdaya fungsi

dan memasang target penyehatan yang signifikan.

2. Mengupayakan secara sungguh-sungguh dalam hal

meningkatkan omset koperasi agar berlipat paling sedikit 3-4

kali dari nilai asetnya.

k. Penanaman Modal.

1. Tahun 2017 akan menggunakan Laporan Kegiatan

Penanaman Modal (LKPM) yaitu metode pencatatan realisasi

investasi berdasarkan kemajuan pembangunan proyek

dengan periode tertentu (triwulan/semester) dan dicatat

pada masa pembangunan sampai dengan akhir. LKPM

digunakan untuk melihat perkembangan/kemajuan realisasi

investasi dan menunjukkan adanya aktivitas ekonomi yang

berjalan

2. Pada revisi RPJMD 2017 mengacu kepada UU 25 Tahun

2007 tentang Penanaman Modal dan Perka BKPM RI Nomor

17/2015 yang wajib menggunakan LKPM, mengingat hanya

Page 37: REKOMENDASI DPRD PROVINSI JAWA TENGAH TERHADAP

37

BPMD Prov. Jateng yang masih menggunakan IUT sebagai

dasar realisasi investasi.

l. Kepemudaan dan olah raga.

1. Keluaran berupa dokumen data kepemudaan dan

keolahragaan harus jelas tindak lanjut dan manfaatnya

dalam penyelesaian masalah; termasuk evaluasi dampak

terhadap keluaran berupa rakor-rakor dan sejenisnya.

2. Perlu dievaluasi relevansi, efektivitas dan dampak keluaran

kegiatan yang dilaksanakan oleh Biro Bina Mental Setda

terkait substansi kegiatan-kegiatan tersebut.

m. Statistik.

Indikator kinerja pada program penyelenggaraan urusan

statistik yang hanya dilaksanakan melaui 1 program mencapai

target 100 persen. Ke depan kiranya data/informasi/statistik

lebih akurat dan up to date.

n. Persandian.

o. Kebudayaan.

Pembinaan tradisi kesenian dan nilai budaya perlu lebih digali

dan dikembangkan lagi secara kontekstual misalnya dolanan

anak-anak yang syarat dengan pendidikan karakter usia dini

yang mulai punah.

p. Perpustakaan.

1. Meningkatkan kegiatan untuk mendorong budaya baca pada

anak-anak.

2. Meningkatkan perpustakaan keliling.

q. Kearsipan.

Meningkatkan kegiatan digitalisasi arsip.

Page 38: REKOMENDASI DPRD PROVINSI JAWA TENGAH TERHADAP

38

III. Urusan Pilihan

a. Kelautan dan Perikanan.

1. Melakukan pendampingan kepada wanita pesisir untuk terus

meningkatkan kemampuan pendapatan demi menunjang

kesejahteraan keluarga nelayan.

2. Membuat kajian dan analisa tentang pelestarian dan

pengamanan pesisir laut dari dampak negatif reklamasi dan

abrasi.

b. Pariwisata

1. Mendorong percepatan perluasan bandara A Yani dan

pembangunan atau rehabilitasi jalan pariwisata untuk

membangun akses langsung dan meningkatkan konektivitas

dan antar objek wisata.

2. Meningkatkan standar kualitas objek wisata.

3. Mendorong intensifikasi sektor pariwisata di kabupaten/kota

(Kab Sukoharjo, Pemalang, Tegal, Wonogiri, Kebumen,

Klaten, Temanggung, Purbalingga, Grobogan, Kota Magelang)

di Jawa Tengah yang memiliki objek wisata tetapi

pertumbuhan ekonomi pada sektor tersebut rendah (sumber

data . berdasarkan hasil penelitian kepariwisataan Jawa

Tengah yang dilakukan oleh Bank Indonesia Tahun 2015).

c. Pertanian

1. Ketersediaan 16 komoditas pertanian harus terus dijaga

produksinya dimana tahun 2015 yang lalu 9 komoditas

mengalami penurunan. Hal ini harus diantisipasi secara

serius.

2. Pemerintah Provinsi segera mempersiapkan adanya Bank

Tani dan Jaminan Kredit Tani untuk mendukung

Page 39: REKOMENDASI DPRD PROVINSI JAWA TENGAH TERHADAP

39

perlindungan Petani dengan memberikan dukungan

pendanaan dan kecukupan serta kecakapan personil.

d. Kehutanan.

Perlu ditingkatkan kerjasama antara SKPD dengan BUMN dan

instansi pusat dalam rangka menjaga hutan dan DAS serta

memberdayakan kelembagaan hutan masyarakat dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar hutan dan

sekaligus menjaga kelestarian hutan.

e. Energi dan Sumber Daya Mineral.

1. Segera menyelesaikan permohonan izin pertambangan

untuk mendukung ketersediaan bahan tambang khususnya

galian c bagi pembangunan infrasrtuktur di Jawa Tengah.

2. Segera menyelesaikan permasalahan 2000-an dusun yang

belum teraliri listrik.

3. Meningkatkan program/kegiatan pengembangan energi

terbarukan.

f. Perdagangan dan Perindustrian

1. Menyusun peta dan meningkatkan kegiatan untuk

mengembangkan industri kreatif

2. Mendorong ketersediaan dan kepastian listrik bagi

pengembangan industri di Jawa Tengah.

3. Dinas Perindustrian dan Perdagangan perlu menambah

kegiatan untuk meningkatkan daya saing barang produk

Jawa Tengah.

g. Transmigrasi

1. Meningkatkan peran aktif dalam mengawasi proses

seleksi/rekruitmen calon transmigran.

Page 40: REKOMENDASI DPRD PROVINSI JAWA TENGAH TERHADAP

40

2. Aktif melakukan pemantauan terhadap kondisi transmigran

asal Jawa Tengah.

PENUTUP

Demikian catatan dan rekomendasi DPRD terhadap LKPJ Gubernur Jawa

Tengah Akhir Tahun Anggaran 2015. Perbaikan peningkatan kinerja

pemerintah daerah dan pelaksanaan atas rekomendasi ini akan senantiasa

kami perhatikan dan menjadi bahan dalam pembahasan perubahan APBD

2016, RAPBD 2017 serta penyusunan rekomendasi LKPJ di tahun yang

akan datang.