13
MENGENAL PRIBADI DIRI DAN SESAMA MELALUI REKOLEKSI Vania Lundina Kelas 11 Science

Rekoleksi

Embed Size (px)

DESCRIPTION

 

Citation preview

Page 1: Rekoleksi

MENGENAL PRIBADI DIRI DAN SESAMA MELALUI

REKOLEKSI

Vania LundinaKelas 11 Science

Sore hari sekitar pukul 4, murid-murid mulai ramai berdatangan

dengan bawaan-bawaan mereka yang beragam. Sebagian besar

terlihat bersemangat bertemu dengan teman-teman mereka dan

bersama-sama menuju ruang kelas yang telah ditentukan. Setelah

Page 2: Rekoleksi

semua barang tertata rapi, para guru menyuruh anak-anak untuk

menyiapkan buku dan alat tulis karena kegiatan rekoleksi akan

segera dimulai. Setelah penyambutan sederhana di aula, anak-

anak bergegas menuju ruang yang telah ditentukan untuk

mengikuti sesi pertama. Sesi pertama yang bertemakan ‘Respect

in Family’ dibawakan oleh Rm. Victor di ruang kelas 7 Australia.

Meskipun hari sudah mulai malam dan murid-murid tampak sedikit

lelah ketika mendengarkan, Rm. Victor mencoba untuk

mengikutsertakan keaktifan para murid dan juga guru. Beliau

memulai sesi ini dengan menceritakan pengalaman hidupnya,

termasuk menceritakan mengenai keluarganya. Setelah itu, beliau

mengajak para murid untuk juga berbagi pengalaman mengenai

keluarga mereka. Satu per satu murid maju ke depan ruangan dan

menceritakan kisah mereka. Sesekali beberapa murid lainnya

bertanya kepada anak yang sedang berbicara di depan, ada juga

beberapa yang mencoba untuk menggembirakan suasana dengan

melemparkan ucapan-ucapan lucu mereka. Menurut saya, sesi ini

bermanfaat karena para murid bisa lebih mengenal dan mengerti

keluarga satu sama lain dan lebih mengetahui perbedaan-

perbedaan yang dimiliki. Setelah itu, acara dilanjutkan di ruang

musik. Di sana, para murid telah ditunggu oleh beberapa tamu

yang akan membawakan sebuah sesi gabungan yang bernama

Page 3: Rekoleksi

“Sikap Doa”. Sebelum sesi dimulai, guru-guru dan beberapa orang

anak bersiap untuk memimpin nyanyian dan pujian bagi Allah.

Sembari Romo, suster, dan juga Pak Ola bersiap-siap untuk

memimpin sesi ini, semua murid dengan riang bernyanyi dan

bertepuk tangan sesuai dengan iringan musik. Dengan begitu,

semangat kita pun terisi lagi meskipun hari sudah mulai malam.

Murid-murid SD pun tidak kalah heboh dari kakak-kakak kelas

mereka, hingga membuat saya pribadi ingin menyaingi kehebohan

mereka dengan bernyanyi lebih semangat. Setelah menyanyikan

beberapa lagu, para murid pun tenang kembali dan segera duduk

mencari posisi yang nyaman untuk beberapa jam ke depan.

Seperti nama sesi kali ini, mula-mula suster Elisabeth menjelaskan

mengenai sikap-sikap doa yang benar di dalam gereja. Meskipun

usianya sudah lanjut, ia tetap aktif bergerak untuk mencontohkan

sikap-sikap yang telah ia jelaskan sebelumnya. Sebagai seorang

misdinar, saya pun menyetujui penjelasan beliau yang

mengatakan bahwa umat sebaiknya mengikuti sikap-sikap liturgis

misdinar, sebab para misdinar juga sebetulnya mengikuti sikap

Romo sendiri. meskipun umat di gereja sendiri banyak yang

kurang mengetahui hal tersebut, sudah sangat baik apabila umat

bisa menunjukkan sikap yang sesuai dengan kegiatan yang

sedang berlangsung ketika misa. Menurut pengamatan saya,

Page 4: Rekoleksi

sebetulnya masih banyak umat yang tidak menunjukkan sikap

berdoa yang benar, misalnya duduk sewaktu harus berdiri, atau

duduk sewaktu harus berlutut. Kebiasaan ini memang sulit

dirubah, namun alangkah baiknya bila kita sendiri bisa

memberikan contoh kepada orang lain dan berdoa agar mereka

lama-kelamaan bisa merubah sikap mereka saat berdoa di dalam

gereja. Sesi yang berlangsung tidak begitu lama ini pun diakhiri

kembali dengan bernyanyi bersama. Setelah diizinkan untuk pergi

ke toilet dan beristirahat sejenak, murid-murid kembali berkumpul

di ruang musik untuk mengikuti misa sederhana. Misa sederhana

ini berakhir sekitar pukul 10 malam. Seperti biasa, setelah

melakukan banyak kegiatan dalam satu hari, para siswa pun

diajak untuk merefleksikan dan merenungkan apa saja yang

mereka pelajari hari itu. Sebelum kegiatan pada hari itu berakhir,

pak Ola meminta anak-anak untuk menuliskan 3 hal dalam buku

catatan mereka. Pak Ola mengajak para murid untuk kembali

mengingat hal-hal membahagiakan dan mengecewakana apa saja

yang telah mereka alami selama bersekolah di Sekolah Victory

Plus. Dengan menuliskan hal-hal tersebut, saya berharap agar

saya bisa selalu bersyukur atas apa yang saya miliki, dan untuk

tetap berpikir positif atas hal-hal buruk yang saya alami. Tugas

terakhir adalah untuk membuat sebuah doa untuk orang yang

Page 5: Rekoleksi

kami anggap telah mengecewakan kami. Sebetulnya, saya sedikit

sungkan untuk mengerjakan tugas ini. Saya merasa agak bingung

untuk menuliskan doa tersebut. Meskipun akhirnya saya selesai

membuat doa yang singkat, saya berharap berkat Tuhan akan

datang melalui doa yang tidak sempurna tersebut. Setelah selesai

menulis doa, guru-guru yang bertugas mengawasi anak-anak pun

segera memerintahkan anak-anak untuk mengganti pakaian

mereka dan kembali ke ruang kelas pada waktu yang ditentukan.

Kegiatan rekoleksi seperti ini sebenarnya juga melatih anak-anak

untuk hidup mandiri dan disiplin sejak kecil, mulai dari menyiapkan

perlengkapan untuk rekoleksi hingga mengurus barang-barang

bawaan mereka seperti baju, alat mandi, dan lain-lain sendiri. Hari

pertama pun berlalu. Keesokan harinya, kami dibangunkan sekitar

pukul 4.30 dengan keadaan yang masih sedikit mengantuk.

Setelah menyegarkan badan dengan mencuci muka dan sikat gigi,

kami kebali dikumpulkan bersama murid-murid SD di ruang musik.

Kami kembali bernyanyi bersama memuji Tuhan dan berterima

kasih kepada-Nya karena sudah memberikan sebuah hari yang

baru. Acara dilanjutkan dengan sesuatu yang mungkin baru untuk

sebagian murid, yaitu kegiatan meditasi. kegiatan meditasi ini

bermaksud untuk menciptakan suasana hati dan pikiran yang

tenang, agar kita bisa menjalani hari itu dengan baik pula. Saat

Page 6: Rekoleksi

meditasi berlangsung, ada momen lucu yang saya tak sengaja

dapati dari seorang anak. Dia nampak tertidur pulas sambil duduk

bersila. Akhirnya, setelah meditasi selesai, para murid bergegas

membersihkan diri dan berkemas kembali untuk pulang siang

harinya. Setelah itu, satu per satu murid mengambil sarapan

paginya. Waktu untuk sarapan pagi juga kami gunakan untuk

mengobrol bersama teman-teman dan adik kelas kami. Suasana

pun menjadi semakin akrab, saya harapkan agar kedekatan kami

semua tidak hanya berlangsung saat itu, tetapi juga untuk waktu-

waktu selanjutnya. Untuk sesi yang bertemakan “Respek terhadap

teman dan guru”, para murid serta guru diberikan waktu untuk

menonton film Laskar Pelangi. Meskipun saya sudah

menontonnya beberapa kali, film ini tetap saja menjadi tontonan

menarik yang mengajarkan banyak hal mengenai respek terhadap

sesama. Setelah acara menonton selesai, para murid kembali

ruang sharing masing-masing untuk mendiskusikan film Laskar

pelangi tersebut. Sharing tingkat SMP-SMA kembali dipimpin oleh

Rm. Victor di salah satu ruang kelas. Pada sesi kali ini, hampir

seluruh murid turut menyumbangkan ide mereka mengenai respek

terhadap teman dan guru di sekolah. Banyak pendapat berbeda

yang keluar dari pikiran anak-anak setelah mereka menonton film

Laskar Pelangi. Sebagai sebuah kenang-kenangan setelah

Page 7: Rekoleksi

mengikuti rekoleksi, murid-murid pun diberikan kesempatan untuk

menulis sepucuk surat untuk kedua orang tua mereka yang

berisikan tentang perasaan dan rasa terima kasih mereka atas apa

yang telah orang tua mereka berikan. Pada saat itu, saya melihat

sejumlah anak yang menuliskan surat mereka dengan sungguh-

sungguh. Melihat itu, saya merasa sedikit terharu dan merenung

sesaat, sebab saya tidak menduga kalau anak-anak yang saya

lihat bisa menjadi begitu sungguh-sungguh pada saat itu. Setelah

para murid selesai menuliskan surat mereka, mereka diberikan

waktu untuk beristirahat sebentar sambil menyantap snack yang

sudah disediakan oleh panitia. Sebagai acara penutupan, panitia

kembali mengadakan perayaan Ekaristi yang juga

mengikutsertakan para orang tua murid yang hadir. Di dalam

bagian homili, Rm. Victor menjelaskan kepada orang tua kegiatan

apa saja yang dilakukan selama rekoleksi. Rm. Victor juga

mengadakan sesi tanya jawab kepada orang tua murid dan guru.

Orang tua banyak memberikan masukan dan impian mereka

terhadap anak-anak mereka, begitu juga dengan para guru.

Meskipun terkadang mereka mendidik kita dengan cara yang

keras dan mengomeli kita, kita harus percaya bahwa hal itu adalah

untuk menjadikan kita pribadi yang lebih baik. Melalui sesi ini juga

saya menyadari bahwa meskipun kita mengalami banyak kesulitan

Page 8: Rekoleksi

dan merasa putus asa, selalu ada orang-orang yang senantiasa

mendoakan kita, contohnya orang tua dan guru-guru kita.

Selanjutnya, para orang tua yang hadir dipersilahkan untuk maju

ke depan agar anak-anak mereka bisa menyerahkan surat yang

telah dibuat sebelumnya. Dengan diiringi lagu “Di Doa Ibuku” dan

“Yang Terbaik Bagimu”, seketika momen ini menjadi sebuah

momen yang sangat mengharukan. Saya melihat beberapa guru

menitikkan air mata mereka ketika menyanyikan lagu tersebut.

Saya sendiri tersentuh dan turut merasakan betapa besarnya

kasih seorang ayah dan ibu dengan menyanyikan lagu tersebut.

Akhirnya, para murid pun pulang kembali ke orang tua mereka

masing-masing. Mereka semua pulang dengan membawa berkat

sukacita yang dikirimkan oleh Tuhan Yesus sendiri melalui

rekoleksi selama dua hari tersebut. Kegiatan selama rekoleksi

cukup menyenangkan dan bermanfaat, karena selain dapat

bertemu dengan teman-teman, kita juga bisa mengenal mereka

lebih dalam lagi. Dengan demikian, kegiatan rekoleksi ini dapat

menjadikan kita lebih dekat dengan Tuhan dan sesama.