Upload
bernadettevania
View
1.528
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Citation preview
MENGENAL PRIBADI DIRI DAN SESAMA MELALUI
REKOLEKSI
Vania LundinaKelas 11 Science
Sore hari sekitar pukul 4, murid-murid mulai ramai berdatangan
dengan bawaan-bawaan mereka yang beragam. Sebagian besar
terlihat bersemangat bertemu dengan teman-teman mereka dan
bersama-sama menuju ruang kelas yang telah ditentukan. Setelah
semua barang tertata rapi, para guru menyuruh anak-anak untuk
menyiapkan buku dan alat tulis karena kegiatan rekoleksi akan
segera dimulai. Setelah penyambutan sederhana di aula, anak-
anak bergegas menuju ruang yang telah ditentukan untuk
mengikuti sesi pertama. Sesi pertama yang bertemakan ‘Respect
in Family’ dibawakan oleh Rm. Victor di ruang kelas 7 Australia.
Meskipun hari sudah mulai malam dan murid-murid tampak sedikit
lelah ketika mendengarkan, Rm. Victor mencoba untuk
mengikutsertakan keaktifan para murid dan juga guru. Beliau
memulai sesi ini dengan menceritakan pengalaman hidupnya,
termasuk menceritakan mengenai keluarganya. Setelah itu, beliau
mengajak para murid untuk juga berbagi pengalaman mengenai
keluarga mereka. Satu per satu murid maju ke depan ruangan dan
menceritakan kisah mereka. Sesekali beberapa murid lainnya
bertanya kepada anak yang sedang berbicara di depan, ada juga
beberapa yang mencoba untuk menggembirakan suasana dengan
melemparkan ucapan-ucapan lucu mereka. Menurut saya, sesi ini
bermanfaat karena para murid bisa lebih mengenal dan mengerti
keluarga satu sama lain dan lebih mengetahui perbedaan-
perbedaan yang dimiliki. Setelah itu, acara dilanjutkan di ruang
musik. Di sana, para murid telah ditunggu oleh beberapa tamu
yang akan membawakan sebuah sesi gabungan yang bernama
“Sikap Doa”. Sebelum sesi dimulai, guru-guru dan beberapa orang
anak bersiap untuk memimpin nyanyian dan pujian bagi Allah.
Sembari Romo, suster, dan juga Pak Ola bersiap-siap untuk
memimpin sesi ini, semua murid dengan riang bernyanyi dan
bertepuk tangan sesuai dengan iringan musik. Dengan begitu,
semangat kita pun terisi lagi meskipun hari sudah mulai malam.
Murid-murid SD pun tidak kalah heboh dari kakak-kakak kelas
mereka, hingga membuat saya pribadi ingin menyaingi kehebohan
mereka dengan bernyanyi lebih semangat. Setelah menyanyikan
beberapa lagu, para murid pun tenang kembali dan segera duduk
mencari posisi yang nyaman untuk beberapa jam ke depan.
Seperti nama sesi kali ini, mula-mula suster Elisabeth menjelaskan
mengenai sikap-sikap doa yang benar di dalam gereja. Meskipun
usianya sudah lanjut, ia tetap aktif bergerak untuk mencontohkan
sikap-sikap yang telah ia jelaskan sebelumnya. Sebagai seorang
misdinar, saya pun menyetujui penjelasan beliau yang
mengatakan bahwa umat sebaiknya mengikuti sikap-sikap liturgis
misdinar, sebab para misdinar juga sebetulnya mengikuti sikap
Romo sendiri. meskipun umat di gereja sendiri banyak yang
kurang mengetahui hal tersebut, sudah sangat baik apabila umat
bisa menunjukkan sikap yang sesuai dengan kegiatan yang
sedang berlangsung ketika misa. Menurut pengamatan saya,
sebetulnya masih banyak umat yang tidak menunjukkan sikap
berdoa yang benar, misalnya duduk sewaktu harus berdiri, atau
duduk sewaktu harus berlutut. Kebiasaan ini memang sulit
dirubah, namun alangkah baiknya bila kita sendiri bisa
memberikan contoh kepada orang lain dan berdoa agar mereka
lama-kelamaan bisa merubah sikap mereka saat berdoa di dalam
gereja. Sesi yang berlangsung tidak begitu lama ini pun diakhiri
kembali dengan bernyanyi bersama. Setelah diizinkan untuk pergi
ke toilet dan beristirahat sejenak, murid-murid kembali berkumpul
di ruang musik untuk mengikuti misa sederhana. Misa sederhana
ini berakhir sekitar pukul 10 malam. Seperti biasa, setelah
melakukan banyak kegiatan dalam satu hari, para siswa pun
diajak untuk merefleksikan dan merenungkan apa saja yang
mereka pelajari hari itu. Sebelum kegiatan pada hari itu berakhir,
pak Ola meminta anak-anak untuk menuliskan 3 hal dalam buku
catatan mereka. Pak Ola mengajak para murid untuk kembali
mengingat hal-hal membahagiakan dan mengecewakana apa saja
yang telah mereka alami selama bersekolah di Sekolah Victory
Plus. Dengan menuliskan hal-hal tersebut, saya berharap agar
saya bisa selalu bersyukur atas apa yang saya miliki, dan untuk
tetap berpikir positif atas hal-hal buruk yang saya alami. Tugas
terakhir adalah untuk membuat sebuah doa untuk orang yang
kami anggap telah mengecewakan kami. Sebetulnya, saya sedikit
sungkan untuk mengerjakan tugas ini. Saya merasa agak bingung
untuk menuliskan doa tersebut. Meskipun akhirnya saya selesai
membuat doa yang singkat, saya berharap berkat Tuhan akan
datang melalui doa yang tidak sempurna tersebut. Setelah selesai
menulis doa, guru-guru yang bertugas mengawasi anak-anak pun
segera memerintahkan anak-anak untuk mengganti pakaian
mereka dan kembali ke ruang kelas pada waktu yang ditentukan.
Kegiatan rekoleksi seperti ini sebenarnya juga melatih anak-anak
untuk hidup mandiri dan disiplin sejak kecil, mulai dari menyiapkan
perlengkapan untuk rekoleksi hingga mengurus barang-barang
bawaan mereka seperti baju, alat mandi, dan lain-lain sendiri. Hari
pertama pun berlalu. Keesokan harinya, kami dibangunkan sekitar
pukul 4.30 dengan keadaan yang masih sedikit mengantuk.
Setelah menyegarkan badan dengan mencuci muka dan sikat gigi,
kami kebali dikumpulkan bersama murid-murid SD di ruang musik.
Kami kembali bernyanyi bersama memuji Tuhan dan berterima
kasih kepada-Nya karena sudah memberikan sebuah hari yang
baru. Acara dilanjutkan dengan sesuatu yang mungkin baru untuk
sebagian murid, yaitu kegiatan meditasi. kegiatan meditasi ini
bermaksud untuk menciptakan suasana hati dan pikiran yang
tenang, agar kita bisa menjalani hari itu dengan baik pula. Saat
meditasi berlangsung, ada momen lucu yang saya tak sengaja
dapati dari seorang anak. Dia nampak tertidur pulas sambil duduk
bersila. Akhirnya, setelah meditasi selesai, para murid bergegas
membersihkan diri dan berkemas kembali untuk pulang siang
harinya. Setelah itu, satu per satu murid mengambil sarapan
paginya. Waktu untuk sarapan pagi juga kami gunakan untuk
mengobrol bersama teman-teman dan adik kelas kami. Suasana
pun menjadi semakin akrab, saya harapkan agar kedekatan kami
semua tidak hanya berlangsung saat itu, tetapi juga untuk waktu-
waktu selanjutnya. Untuk sesi yang bertemakan “Respek terhadap
teman dan guru”, para murid serta guru diberikan waktu untuk
menonton film Laskar Pelangi. Meskipun saya sudah
menontonnya beberapa kali, film ini tetap saja menjadi tontonan
menarik yang mengajarkan banyak hal mengenai respek terhadap
sesama. Setelah acara menonton selesai, para murid kembali
ruang sharing masing-masing untuk mendiskusikan film Laskar
pelangi tersebut. Sharing tingkat SMP-SMA kembali dipimpin oleh
Rm. Victor di salah satu ruang kelas. Pada sesi kali ini, hampir
seluruh murid turut menyumbangkan ide mereka mengenai respek
terhadap teman dan guru di sekolah. Banyak pendapat berbeda
yang keluar dari pikiran anak-anak setelah mereka menonton film
Laskar Pelangi. Sebagai sebuah kenang-kenangan setelah
mengikuti rekoleksi, murid-murid pun diberikan kesempatan untuk
menulis sepucuk surat untuk kedua orang tua mereka yang
berisikan tentang perasaan dan rasa terima kasih mereka atas apa
yang telah orang tua mereka berikan. Pada saat itu, saya melihat
sejumlah anak yang menuliskan surat mereka dengan sungguh-
sungguh. Melihat itu, saya merasa sedikit terharu dan merenung
sesaat, sebab saya tidak menduga kalau anak-anak yang saya
lihat bisa menjadi begitu sungguh-sungguh pada saat itu. Setelah
para murid selesai menuliskan surat mereka, mereka diberikan
waktu untuk beristirahat sebentar sambil menyantap snack yang
sudah disediakan oleh panitia. Sebagai acara penutupan, panitia
kembali mengadakan perayaan Ekaristi yang juga
mengikutsertakan para orang tua murid yang hadir. Di dalam
bagian homili, Rm. Victor menjelaskan kepada orang tua kegiatan
apa saja yang dilakukan selama rekoleksi. Rm. Victor juga
mengadakan sesi tanya jawab kepada orang tua murid dan guru.
Orang tua banyak memberikan masukan dan impian mereka
terhadap anak-anak mereka, begitu juga dengan para guru.
Meskipun terkadang mereka mendidik kita dengan cara yang
keras dan mengomeli kita, kita harus percaya bahwa hal itu adalah
untuk menjadikan kita pribadi yang lebih baik. Melalui sesi ini juga
saya menyadari bahwa meskipun kita mengalami banyak kesulitan
dan merasa putus asa, selalu ada orang-orang yang senantiasa
mendoakan kita, contohnya orang tua dan guru-guru kita.
Selanjutnya, para orang tua yang hadir dipersilahkan untuk maju
ke depan agar anak-anak mereka bisa menyerahkan surat yang
telah dibuat sebelumnya. Dengan diiringi lagu “Di Doa Ibuku” dan
“Yang Terbaik Bagimu”, seketika momen ini menjadi sebuah
momen yang sangat mengharukan. Saya melihat beberapa guru
menitikkan air mata mereka ketika menyanyikan lagu tersebut.
Saya sendiri tersentuh dan turut merasakan betapa besarnya
kasih seorang ayah dan ibu dengan menyanyikan lagu tersebut.
Akhirnya, para murid pun pulang kembali ke orang tua mereka
masing-masing. Mereka semua pulang dengan membawa berkat
sukacita yang dikirimkan oleh Tuhan Yesus sendiri melalui
rekoleksi selama dua hari tersebut. Kegiatan selama rekoleksi
cukup menyenangkan dan bermanfaat, karena selain dapat
bertemu dengan teman-teman, kita juga bisa mengenal mereka
lebih dalam lagi. Dengan demikian, kegiatan rekoleksi ini dapat
menjadikan kita lebih dekat dengan Tuhan dan sesama.