15
79 Volume 16 No. 1 Juli 2017 PENDAHULUAN Tari Baladewa merupakan salah satu tarian dalam pertunjukan lengger yang tumbuh dan berkembang di wilayah sebaran budayaBanyumas, meliputi wilayah administratif Kabupaten Banyumas, Cilacap, Purbalingga, dan Banjarnegara. Lengger REINTERPRETASI SUPRIYADI PADA TARI BALADEWA DALAM PERTUNJUKAN LENGGER Iva Catur Agustina Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta Jalan Ki Hadjar Dewantara No. 19 Kentingan, Jebres, Surakarta 57126 Wahyu Santoso Prabowo Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji ide garap serta proses reinterpretasi Supriyadi pada Tari Baladewa dalam pertunjukan lengger. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengalamannya sebagai penari maupun koreografer, kreativitas tersebut diwujudkan dalam motif gerak Tari Baladewan. Gerak-gerak tersebut terinspirasi dari Tari Baladewa yang terdapat pada lengger dan dipengaruhi oleh ketubuhan Supriyadi pada tari gaya Yogyakarta, Surakarta, Banyumas dan Sunda. Tari Baladewan diiringi dengan gending Kulu-Kulu atau Cindung Cina yang juga merupakan gendhing untuk mengiringi Tari Baladewa dalam kesenian lengger. Kata kunci: Baladewan, Reinterpretasi, Kreativitas. Abstract This study aims to examine the idea of working and reinterpretation of Supriyadi in Baladewa Dance in a lengger performance. The results of this study indicate that his experience as a dancer and choreographer, creativity is embodied in motion motion Baladewan Dance. The movements are inspired by Baladewa dance found on lengger and influenced by Supriyadi’s body in Yogyakarta style dances, Surakarta, Banyumas and Sunda. Baladewan dance is accompanied by Kulu-Kulu or Cindung gending of China which is also a gendhing to accompany Baladewa Dance in lengger arts. Keyword: Baladewan, Reinterpretation, creativity. merupakan karya budaya yang sudah turun temurun menjadi aktivitas budaya masyarakat. Kesenian ini disajikan oleh para penari yang disebut lengger, diiringi oleh karawitan calung (alat musik bambu) dalam laras slendro. Instrumen calung yang digunakan yaitu: gambang barung dan

REINTERPRETASI SUPRIYADI PADA TARI BALADEWA DALAM

  • Upload
    others

  • View
    13

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: REINTERPRETASI SUPRIYADI PADA TARI BALADEWA DALAM

79Volume 16 No. 1 Juli 2017

PENDAHULUANTari Baladewa merupakan salah satu

tarian dalam pertunjukan lengger yangtumbuh dan berkembang di wilayah sebaranbudayaBanyumas, meliputi wilayahadministratif Kabupaten Banyumas, Cilacap,Purbalingga, dan Banjarnegara. Lengger

REINTERPRETASI SUPRIYADIPADA TARI BALADEWADALAM PERTUNJUKAN LENGGER

Iva Catur AgustinaInstitut Seni Indonesia (ISI) SurakartaJalan Ki Hadjar Dewantara No. 19 Kentingan, Jebres, Surakarta 57126

Wahyu Santoso PrabowoInstitut Seni Indonesia (ISI) Surakarta

Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji ide garap serta proses reinterpretasi Supriyadipada Tari Baladewa dalam pertunjukan lengger. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwapengalamannya sebagai penari maupun koreografer, kreativitas tersebut diwujudkan dalammotif gerak Tari Baladewan. Gerak-gerak tersebut terinspirasi dari Tari Baladewa yang terdapatpada lengger dan dipengaruhi oleh ketubuhan Supriyadi pada tari gaya Yogyakarta, Surakarta,Banyumas dan Sunda. Tari Baladewan diiringi dengan gending Kulu-Kulu atau CindungCina yang juga merupakan gendhing untuk mengiringi Tari Baladewa dalam kesenian lengger.

Kata kunci: Baladewan, Reinterpretasi, Kreativitas.

Abstract

This study aims to examine the idea of working and reinterpretation of Supriyadi inBaladewa Dance in a lengger performance. The results of this study indicate that his experience asa dancer and choreographer, creativity is embodied in motion motion Baladewan Dance. Themovements are inspired by Baladewa dance found on lengger and influenced by Supriyadi’s bodyin Yogyakarta style dances, Surakarta, Banyumas and Sunda. Baladewan dance is accompaniedby Kulu-Kulu or Cindung gending of China which is also a gendhing to accompany BaladewaDance in lengger arts.

Keyword: Baladewan, Reinterpretation, creativity.

merupakan karya budaya yang sudah turuntemurun menjadi aktivitas budayamasyarakat. Kesenian ini disajikan oleh parapenari yang disebut lengger, diiringi olehkarawitan calung (alat musik bambu) dalamlaras slendro. Instrumen calung yangdigunakan yaitu: gambang barung dan

Page 2: REINTERPRETASI SUPRIYADI PADA TARI BALADEWA DALAM

80 Volume 16 No. 1 Juli 2017

Reinterpretasi Supriyadi pada Tari Baladewa... Iva Catur Agustina dan Wahyu Santoso Prabowo

penerus, dhendem, kethuk kenong,gongbumbung dan satu set kendhangBanyumasan (ciblon dan ketipung). Datayang menunjuk kapan Tari Baladewa yangterdapat pada lengger mulai muncul tidakdiketemukan. Menurut tradisi lisan didugatelah ada sejak jaman nenek moyang(wawancara, Kamiyati, 24 September 2016).Supriyadi seorang penari yang berasal dariPurbalingga dan mengajar tari Banyumasandi ISI Yogyakarta, terinspirasi untukmenggarap Tari Baladewa yang terdapatpada lengger itu menjadi tarian lepas. TariBaladewa tersebut menjadi pijakan bagiSupriyadi Puja Wiyata (69 Tahun). TariBaladewa yang terdapat pada lengger,digarap ulang menjadi garapan tari baru olehSupriyadi meskipun, karawitan tari yangdigunakan sama yaitu menggunakangending Kulu-Kulu. Supriyadi mengawalireinterpretasi Tari Baladewa dalampertunjukan lengger pada tahun 1986 diYogyakarta.

Tari Baladewan dalam penyajiannyamenggunakan gerak putra gagah yangjarang dijumpai di Banyumas dan ditarikansecara tunggal. Tari Baladewan selainmenggunakan vokabuler gerak tariBanyumas putra gagah, terdapat pula unsur-unsur gerak yang terpengaruh dari gerakYogyakarta, Surakarta, Banyumas, danSunda. Hal ini menurut Supriyadimerupakan perpaduan rasa gerak antaragerak tari Banyumas, Yogyakarta, Surakarta,dan Sunda yang menghasilkan rasa yangkhas yaitu rasa Banyumas (wawancara,Supriyadi, 3 Januari 2017).

Perbedaan antara Tari Baladewa yangada pada lengger dan Tari Baladewan karyaSupriyadi, terdapat pada penarinya. Dalamlengger penarinya berjenis kelamin

perempuan sedangkan Tari Baladewan karyaSupriyadi penarinya laki-laki. Pada jamandahulu penari Baladewa yang terdapat padalengger dilakukan oleh penari lengger yangsudah sangat berpengalaman dan mumpuni(penari senior), karena setelah menari lenggerpenari akan menarikan tari gagah yaitu TariBaladewa. Supriyadimempunyai alasantersendiri mengapa Tari Baladewan ditarikanoleh penari laki-laki, karena Supriyadi inginmembedakan dengan tarian Baladewa yangada di lengger. Terdapat juga perbedaan padaurutan sajian. Tari Baladewa pada lenggerbagian awal dan terakhir selalu diawalidengan sembahan, Tari Baladewan karyaSupriyadi bagian awal dan akhirmenggunakan ragam gerak lumaksana.

Perbedaan tersebut terlihat jelas padaragam gerak yang terdapat pada TariBaladewan karya Supriyadi seperti sikap adeg,junjungan kaki, pola onclangan dan polatangan bapang. Terdapat pula perbedaannama yaitu Baladewa dan Baladewan.Baladewa yang mempunyai arti Bala dalambahasa jawa yang berarti “teman” dan Dewayang berarti dihormati, disucikan, disembahdan dipercaya, sedangkan Baladewan yangmendapat imbuhan “n” merupakan tiruandari Baladewa.

Alasan peneliti memilih obyek TariBaladewan karena belum pernah ada yangmeniliti, dan menarik untuk diteliti selain itualasan pemilihan topik reinterpretasi karena,sebelum Supriyadi menggarap ulang tarianitu sudah ada pada lengger. Supriyaditermotivasi untuk membuat Tari Baladewangarapan baru berdasarkan interpretasinya,namun tetap dengan karawitan tari yangsama. Penelitian ini mencoba untuk mengkajibagaimana bentuk reinterpretasi Supriyadipada Tari Baladewa dalam pertunjukan

Page 3: REINTERPRETASI SUPRIYADI PADA TARI BALADEWA DALAM

81Volume 16 No. 1 Juli 2017

lengger dan kreativitas Supriyadi dalamreinterpretasi Tari Baladewan karya Supriyadiyang merupakan bagian dari proseskreatifnya sebagai seorang seniman tari dankoreografer.

Istilah Baladewan berasal dari katabala dan dewa, bala dapat berarti laskar atautentara dan dewa dapat diartikan sebagai rohyang berkuasa jadi, pengertian Baladewanialah laskar yang mengusir roh jahat yangberkuasa (wawancara, Supriyadi, 25 Agustus2016). Dalam buku Ensiklopedi WayangIndonesia disebutkan bahwa:

Baladewa merupakan salah satu tokohwayang yang dikenal adil, tegas, jujur,tetapi pemarah dan mudah dihasut. Iaadalah putra Prabu Basudewa dariKerajaan Mandura, yang kemudianmewarisi tahta ayahnya, sedangkanadiknya yang bernama Kresna,menjadi raja di Dwarawati (SenaWangi, 1999:195).

Tari Baladewa yang ada dalamkesenian lengger mengambil nama tokoh daripewayangan, dan berdasarkan jenisnya, TariBaladewa dapat dikategorikan ke dalam tarigagah. Hal ini juga menunjukkan karakterBaladewa yang tegas dan pemberani.Berkaitan dengan karakter Baladewa, WahyuSP mengatakan bahwa tokoh Baladewaberkarakter gagah, bergas, tegas, bijaksana,jujur, dan pemberani namun juga pemarah(wawancara, Wahyu SP, 28 September 2016).Dari penjelasan di atas Tari Baladewanmerupakan perwujudan dari spirit PrabuBaladewa. Tiruan dari Baladewa disebutBaladewan dan hal itulah yang menjadi dasarutama Supriyadi menggarap kembali TariBaladewan.

Dalam konteks Tari Baladewan karyaSupriyadi sebenarnya tidak ada hubunganlangsung dengan tokoh Baladewa yang ada

di pewayangan, misalnya berkaitan denganlakon atau tema dalam cerita Mahabarata.Tari Baladewa sama sekali tidak mengacupada tokoh Baladewa dalam cerita wayang.Hubungan tersebut hanya berupa nama yangkebetulan sama dengan nama Baladewa,namun tidak sama persis karena adatambahan ‘n’ pada tari karya Supriyadi, yaituBaladewan. Berdasarkan pernyataan tersebutdapat dikatakan bahwa Baladewan berartiseoalah-olah atau seperti Baladewa(wawancara, Supriyadi, 3 Januari 2017).

Tari Baladewa yang terdapat padalengger dengan Tari Baladewan yang digarapoleh Supriyadi wujudnya berbeda. Perbedaandari wujud itu terdapat pada gerak dankostum yang digunakan. Hal itu bisadipahami karena Supriyadi tinggal lama diYogyakarta hingga sekarang, dan senantiasaberinteraksi dengan penari Yogyakarta selainitu, pengalaman berkesenian Supriyadibanyak menciptakan karya tariBanyumasan, termasuk perpaduan dengangaya Yogyakarta. Hal itulah yang menjadiketertarikan peneliti untuk meneliti lebih jauhtentang bagaimana bentuk reinterpretasiSupriyadi pada Tari Baladewa dalampertunjukan lengger dan kreativitas Supriyadidalam reinterpretasi Tari Baladewan yangmerupakan bagian dari proses kreatifnyasebagai seorang seniman tari dan koreografer.

Ide garap penciptaannya yaitu inginmengenalkan Tari Banyumasan khususnyaTari Baladewan di Yogyakarta. TariBaladewan hingga kini belum pernah adapenelitian secara jelas sehingga, penulistertarik untuk melakukan penelitian ini.Berkaitan dengan itu maka, substansipenelitian ini yaitu bagaimana bentukreinterpretasi Supriyadi pada Tari Baladewadalam pertunjukan lengger dan kreativitas

Page 4: REINTERPRETASI SUPRIYADI PADA TARI BALADEWA DALAM

82 Volume 16 No. 1 Juli 2017

Reinterpretasi Supriyadi pada Tari Baladewa... Iva Catur Agustina dan Wahyu Santoso Prabowo

Supriyadi dalam reinterpretasi TariBaladewan yang merupakan bagian dariproses kreatifnya sebagai seorang senimantari dan koreografer. Reinterpretasi yangdimaksud adalah menafsirkan kembali TariBaladewa, sesuai dengan ide garappenciptaannya dan tujuannya untukmengenalkan Tari Banyumasan khususnyaTari Baladewan di Yogyakarta.

Pertunjukan Tari BaladewaLengger merupakan salah satu

kesenian tradisional yang tumbuh danberkembang di wilayah Banyumas.Sunaryadi (2000:31) mengungkapkan bahwasebagian orang menyebutkan timbulnyakesenian lengger adalah di daerah Jatilawang.Sebagian lagi berpendapat bahwa kesenianitu berasal dari Mataram masuk ke Kalibagordaerah Banyumas pada tahun 1755.

Bagi masyarakat Banyumas, lenggermerupakan serpihan tradisi yang tidak dapatditinggalkan begitu saja karena telahdianggap sebagai ciri khas daerah tersebut(Sunaryadi, 2000: 6). Disisi lain dalampertunjukan rakyat, berbagai kepercayaanpra-Hindu yang magis-religius masih tetapmerupakan unsur yang dominan, sepertipada pementasan kesenian lenggerBanyumasan sebelum acara dimulai, terlebihdahulu melakukan ritual sesaji denganmenyalakan dupa untuk kelancaran dalampementasannya. Dahulu penari lenggeradalah pria yang berdandan seperti wanita,namun kini umumnya ditarikan oleh wanitacantik. Sebagaimana yang diungkapkanSunaryadi (2000: 4) bahwa pada tahun 1918penari lengger adalah laki-laki yangberpakaian wanita. Hal ini terjadi karenasemakin sulitnya mendapatkan penari laki-laki yang bisa menari dan berdandan

layaknya seorang wanita, selain itu sosokwanita dinilai lebih luwes dan memiliki dayasensual yang menarik bagi penonton. Haldemikianlah yang memungkinkan salah satusebabnya penari lengger sekarang inidimainkan oleh seorang wanita, sedangkanpenari prianya hanya sebagai badhut yangberfungsi untuk memeriahkan suasana.

Badhut biasanya hadir padapertengahan pertunjukan. Pertunjukankesenian lengger Banyumasan pada zamandahulu dilakukan dalam waktu semalamsuntuk. Waktu pementasan mulai dari pukul22.00 WIB hingga pagi sebelum subuh.Dalam perkembangannya kesenian lenggerBanyumasan dipentaskan pada siang hari danbahkan telah dikemas dengan mengambilperbagian yaitu pada bagian lenggeran-nyayang dikemas menjadi satu tarian lepas yaitutari “Gambyong Banyumasan” (Sunaryadi,2000: 83). Selain tari Gambyong Banyumasanjuga masih banyak perkembangan bentuktarian yang lain dan tarian tersebutmerupakan beberapa cuplikan per adeganpada kesenian lengger Banyumasan.

Ben Suharto (1999: 66) menyebutkanbahwa penari ronggeng menari sambilmenyanyi dengan kata-kata yang spontanyang disesuaikan dengan iringannya. Disisilain hal yang sama diungkapkan olehSunaryadi (2000: 39) bahwa menjadi seoranglengger sebenarnya cukup berat karena selainharus bisa menari, seorang penari lengger jugaharus bisa menyanyi, berdialog, melawak dansekaligus berakting.

Adanya aneka ragam pertunjukanrakyat yang sejenis seperti di atas, makasangat dimungkinkan yang menjadipenyebab dari perbedaan itu adalah sifatbarangan atau pertunjukan yang dilakukansecara keliling di dalam maupun di luar desa

Page 5: REINTERPRETASI SUPRIYADI PADA TARI BALADEWA DALAM

83Volume 16 No. 1 Juli 2017

dari kesenian rakyat itu. Adanya perbedaanadat atau kebiasaan daerah yang dilalui,menyebabkan adanya upaya penyesuaianterhadap kondisi dan aspirasi (Sunaryadi,2000: 27).

Gerakan tariannya masih sangatsederhana dan seringkali mengalamipengulangan gerak, tetapi seiring denganberjalannya waktu gerak lenggeran semakinberkembang, dan sangat dinamis, lincahmengikuti irama calung. Kesenian lenggerBanyumasan berpijak pada gaya Banyumasan.Menurut Sedyawati (1981: 4) gaya adalahsifat pembawaan tari, yang artinya dalamsuatu tarian terdapat pola gerak yang khasyang menjadi ciri dari tarian tersebut. Cirikhas gerak pada kesenian lenggerBanyumasan ini antara lain geol dan gerakanyang patah-patah dan menggemaskan.Gerak dalam setiap sekaran berbeda-beda,dan gerak penghubung antara sekaran itudisebut keweran dan sindhet.

Penari lengger harus berdandansedemikian rupa sehingga kelihatan sangatmenarik. Menurut Sunaryadi (2000: 51)penari lengger dianggap sebagai “maskot”,penari lengger dituntut memiliki keluwesan,feminitas, dan daya pikat yang mempesona.Rias yang digunakan adalah rias cantikdengan gaya rambut disanggulmenggunakan sanggul jawa, sampur atauselendang biasanya dikalungkan di bahu,mengenakan kain, mekak, dan stagen.Kesenian lengger Banyumasan ini diiringi olehseperangkat gamelan tradisional Banyumasanyaitu gamelan calung yang terbuat daribambu wulung (ungu kehitaman). Haltersebut di dukung oleh Sunaryadi (2000:43)yang menyatakan bahwa instrumenpengiring yang dipergunakan dalampertunjukan ini berupa gamelan calung.

Seperangkat gamelan calung Banyumasan initerdiri dari gambang barung, gambang penerus,kenong, dendhem, gong sebul, dan kendhang.Dalam penyajiannya kesenian ini jugamenggunakan tembang (vokal) yangdilakukan oleh vokalis yang lebih dikenalsebagai sindhen. Tembang yang dibawakanantara lain “Bendrong Kulon”, “Jineman”,“Kembang Glepang”, “Ricik-Ricik”, dan “SekarGadhung”. Dahulu kesenian ini sangatdisenangi oleh masyarakat karena kesenianini lebih menekankan untuk bersenang-senang dan menghibur. Sebenarnyapertunjukan lengger merupakan upayauntuk membangun kerukunan dankegotongroyongan masyarakat sertamerekatkan masyarakat dalam halkomunikasi. Tetapi seiring berjalannya zamanbeberapa kalangan tidak lagi menyukaikesenian ini terutama para remaja karenakesenian ini dianggap kuno dan ketinggalanzaman. Mereka beranggapan tarian inidianggap seronok mengandung unsurpornografi sehingga budaya lenggerBanyumasan bertentangan dengan ajaranagama Islam. (Masri Nur Hayati,2016: 25).

Lengger juga merupakan salah satukesenian yang digunakan untuk ritualtertentu, seperti nadzar, untuk memohonkeselamatan, penyembuhan penyakit danlain sebagainya. Berkaitan dengan hal iniKuwat mengatakan bahwa kesenian lenggerdigunakan untuk nadzar, memintakeselamatan, meminta dijauhkan dari segalapenyakit misalnya, mengucapkan nadzar,kalau sembuh nanggap lengger, biasanyamenabur beras kuning atau kupat luar itutengah malam (wawancara, Kuwat, 30Oktober 2016).

Pertunjukan lengger juga disajikan darimalam hingga menjelang pagi. Hal tersebut

Page 6: REINTERPRETASI SUPRIYADI PADA TARI BALADEWA DALAM

84 Volume 16 No. 1 Juli 2017

Reinterpretasi Supriyadi pada Tari Baladewa... Iva Catur Agustina dan Wahyu Santoso Prabowo

sebagaimana yang diungkapkan oleh Kuwatbahwa lengger pada mulanya berfungsisebagai ritual. Lengger dalam acara ritualtersebut tidak dibatasi oleh waktu, sehinggaacara bisa sampai menjelang subuh. Hal ituterjadi karena pada waktu itu budaya Islambelum begitu lekat. (wawancara, Kuwat, 30Oktober 2016).

Salah satu babak yang ada di dalampertunjukan lengger adalah babak Baladewa.Babak Baladewa merupakan babak penutupdari pertunjukan lengger. Sebagaimanakesenian lengger itu sendiri, Tari Baladewajuga mengalami perkembangan, baik darigerakan, kostum, maupun gendhingpengiringnya. Babak Baladewa di tarikan olehpenari lengger. Tari Baladewa dalam lenggermerupakan simbol permohonan kepadaTuhan Yang Maha Kuasa. Memohonkeselamatan kepada Dewa atau Tuhan.Masyarakat Banyumas menerjemahkanDewa mencerminkan Yang Maha Kuasa,yang berada di atas. Baladewa juga diartikansebagai temannya Dewa-Dewa. Secaraharfiah sebagai simbol Yang Maha Kuasa.(wawancara, Kuwat, 30 Oktober 2016).

Berdasarkan ungkapan di atas, dapatdikatakan bahwa Tari Baladewa memilikimakna tersendiri bagi masyarakatBanyumas. Sebagaimana tari padaumumnya, Tari Baladewa memiliki beberapaaspek visual seperti gerak, pola lantai, danrias busana. Aspek tersebut penting dalammendukung bentuk tari. Seperti yangdiungkapkan Suzanne K. Langer.

Bentuk pada dasarnya erat sekalikaitannya dengan aspek visual. Didalam bentuk, aspek visual ini terjadihubungan timbal balik antara aspek-aspek yang terlihat di dalamnya.Unsur yang paling berkaitan sebagaipendukung bentuk menjadi satu

kesatuan yaitu terdiri dari gerak,pola lantai, rias busana, dankelengkapannya (Langer, 1988: 16).

Di bawah ini dipaparkan mengenaigambaran umum Tari Baladewa padakesenian lengger yang meliputi gerak tari, tatarias, kostumatau busana, karawitan tari, danpola lantai.1. Gerak

Gerak merupakan elemen pentingdalam tari. Melalui gerak, seorang penaridapat mengekspresikan dirinya. Dari gerakitulah sebuah tari bisa dinikmatikeindahannya. Kusnadi (2009: 3),mengungkapkan bahwa gerak dalam taritidak hanya terbatas pada perubahan posisiberbagai anggota tubuh tetapi juga ekspresidari segala pengalaman emosional manusia(Kusnadi, 2009: 3). Dalam babak ini gerak tariyang dibawakan adalah gerak tari putri yangterdapat pada lengger hanya saja volumenyalebih diperlebar. Gerak tari pada lengger masihdiulang-ulang dan geraknya yaitupenthangan, kosekan, lampah tiga gebesan,belah bumi, ogek lambung, dan jalan lembeyan.Gerak Tari Baladewa yang telah disebut diatashingga tahun 2008 tidak mengalamiperubahan. Gerak yang ditampilkan masihsama yaitu ragam gerak penthangan, kosekan,lampah tiga gebesan, belah bumi, ogek lambung,dan jalan lembeyan.

2. Tata RiasHidayat (2005: 60) menyatakan bahwa

tata rias adalah salah satu unsur koreografiyang berkaitan dengan karakteristik tokoh,tata rias berperan penting dalam membentukefek wajah penari yang diinginkan ketikalampu panggung menyinari penari. Penaritersebut terlihat gagah dengan tata rias yang

Page 7: REINTERPRETASI SUPRIYADI PADA TARI BALADEWA DALAM

85Volume 16 No. 1 Juli 2017

digunakan dengan mengubah bentuk alis,kumis, dan mempertajam daerah lingkarmata, serta ditambahkan godegì. Untukmembedakan karakter tersebut maka dilengkapi jamang pada bagian kepala denganrambut diurai agar terkesan gagah. Penarilengger tersebut terlihat gagah dengan tatarias yang di gunakan dengan mengubahbentuk alis cantik menjadi menjanganranggah, mempertebal garis kumis,mempertajam lingkar mata, sertamenambahkan godegì.

3. Kostum

Gambar 1. Kostum Tari Baladewa dalampertunjukan lengger

(Foto: Iva Catur Agustina)

Kostum bagian bawah menggunakancelana panji, kain model wiru kanan, epektimang, sampur atau selendang, keris, binggelpada kaki. Secara lebih jelas, dapatdijabarkan untuk kostum pada bagian atasmasih menggunakan kostum yang samayaitu mekak lengkap dengan ilat-ilatan,kalung kace, klat bahu, dan sumping.

4. Karawitan TariKarawitan tari yang digunakan untuk

mengiringi babak Baladewa menggunakangendhing lancaran Kulu-Kulu/ gendhingCindung Cina dan Ricik-ricik Banyumasan.Nama Kulu-Kulu tersebut mirip bahkan samadengan gending yang ada di daerah Sunda,yaitu Kulu-Kulu akan tetapi, dilihat darireportoar atau gendingnya, keduanya dapatdikatakan berbeda. Dengan kata lain,kesamaaan tersebut hanya pada namanya.Hal semacam itu mungkin saja terjadi karenasecara geografis, Cilacap dan Banyumasberdekatan dengan Sunda sedangkan, OrangPurbalingga menyebut gendhing Kulu-Kulusebagaimana yang ada di Banyumas sebagaigendhing Cindung Cina.

Adapun mengenai alat atauinstrument yang digunakan antara lainGambang, Kendhang, Slenthem, Kenong, danGong Sebul akan tetapi, dalamperkembangannya instrument pengiringBaladewa dalam lengger mengalamiperkembangan. Ada beberapa penambahaninstrument yang digunakan. Instrumenttersebut antara lain Gambang, Kendhang,Dendhem, Kenong, Gong Sebul, Saron,Demung, Orgen, Bass drum.

Gending Kulu-kulu

(Gending-gending Banyumas, DarnoKartawi)

Tari Baladewan Karya SupriyadiTari Baladewan karya Supriyadi

merupakan tari tunggal yang menjadibentuk tari tersendiri. Artinya, tidak menjadi

Buka:. 6 . 3 . 6 . 5 . 6 . 3 . 6 . g2

[ . 6 . 3 . 6 . 2 . 6 . 3 . 6 . g5

. 6 . 3 . 6 . 5 . 6 . 3 . 6 . g2]

Page 8: REINTERPRETASI SUPRIYADI PADA TARI BALADEWA DALAM

86 Volume 16 No. 1 Juli 2017

Reinterpretasi Supriyadi pada Tari Baladewa... Iva Catur Agustina dan Wahyu Santoso Prabowo

bagian dari pertunjukan lengger sebagaimanayang sudah disinggung di atas. Dalam sebuahkarya tari terdapat unsur-unsur seperti gerak,pola lantai, dan rias busana. Semua unsuryang ada dalam tari sangat penting, karenahal itu merupakan perwujudan ide dangagasan seorang koreografer. Lebih dariitu, unsur-unsur yang ada dalam karya tarimerupakan wujud visual yang harusdimiliki oleh sebuah tarian. Hal iniseperti yang diungkapkan oleh Suzanne K.Langer.

Bentuk pada dasarnya erat sekalikaitannya dengan aspek visual. Didalam bentuk, aspek visual ini terjadihubungan timbal balik antara aspek-aspek yang terlihat di dalamnya.Unsur yang paling berkaitan sebagaipendukung bentuk menjadi satukesatuan yaitu terdiri dari gerak,pola lantai, rias busana, dankelengkapannya (Langer, 1988: 16).

1. GerakMenurut Djelantik (1999: 27) gerak

merupakan unsur penunjang yang palingbesar peranannya dalam tari. MenurutLa Meri dalam Soedarsono (1986: 16)menyatakan bahwa Gerak merupakan unsuryang sangat pokok dalam tari, ini berartisuatu tari tidak bisa dikatakan tari jika didalamnya tidak terkandung unsur gerak. Disisi lain Soedarsono (1972:9) menyatakanbahwa gerak sebagai sarana komunikasidalam tari. Dari beberapa pendapat di atasdapat di katakan bahwa gerak adalah salahsatu unsur yang paling utama dan palingbesar perananya dalam karya tari. Gerakbertujuan untuk menyampaikan maksudtertentu dalam suatu pertunjukan, sehinggagerak disebut sebagai sarana komunikasiantara penonton dengan penari.

Gerak tari bukanlah gerak yang sepertikita lakukan dalam kehidupan sehari-hari,tetapi gerak yang sudah mengalamiperubahan dari bentuk aslinya. Gerak dalamtari secara umum ada dua yaitu gerak murnidan gerak maknawi. Gerak murni adalahgerak yang dapat dilihat dari segi artistiknyasaja tanpa maksud tertentu, sedangkan gerakmaknawi adalah gerak yang telah digarapdan mengandung arti atau mempunyaimaksud tertentu (Soedarsono, 1972: 160-161).Soedarsono menjelaskan bahwa gerak tariterbagi menjadi 4 jenis gerak yaitu gerakmaknawi/ gesture ialah gerak-gerak yangmempunyai makna, gerak murni/ puremovement sebagai gerak yang hanyamenggambarkan bentuk artistik yang tidakmempunyai arti tertentu, gerak baton signalyaitu gerak yang dilakukan sebagai penguatekspresi, dan gerak berpindah tempat/locomotion (Soedarsono, 1999: 160-161)berikut ini adalah gerak-gerak TariBaladewan.1. Gerak Sendi Éncot

Gerak sendi éncot merupakan geraktanjak kaki kanan bersamaan lengantangan kanan kesamping kanan ataslengan tangan kiri kesamping bawah kirikemudian kedua tangan di putarsetengah lingkaran berkebalikansehingga membentuk posisi tanganbapang kemudian onclang mundurkesamping kanan dengan lengan tangankiri diputar setengah lingkaranmengepal ke bawah lengan tangankanan diputar setengah lingkarankeatas lalu lengan tangan kanandiputar setengah lingkaran kebawahkemudian tangan kanan mengepaldiputar setengah lingkaran kebawah.Gerak sendi encot termasuk ke dalam

Page 9: REINTERPRETASI SUPRIYADI PADA TARI BALADEWA DALAM

87Volume 16 No. 1 Juli 2017

kategori gerak penghubung dari sekaransatu ke sekaran selanjutnya. Gerak inidilakukan dengan hitungan 2X8hitungan.

2. Sendi Ulap-ulap SirigGerak sendi ulap-ulap sirig merupakangerak tangan kanan ulap-ulap, lengantangan kiri lurus ke samping kiri, keduakaki trecet, tolehan kepala hadap kanan,tranjal kesamping kanan, tungkai kiriatas menghadap serong kiri sedangtungkai kiri bawah di tempat rendah,lengan tangan kiri kambeng, lengantangan kanan lurus ke kanan atas, kepalahadap ke kiri kemudian kaki kanan majuserong kiri. Gerak sendi ulap-ulap sirigtermasuk ke dalam kategori gerakpenghubung dari sekaran Baworan kesekaran Obah Lambung. Gerak inidilakukan dengan hitungan 2X8hitungan.

3. Lumaksana Lombo NgracikGerak lumaksana lombo ngracikmerupakan gerak penari berjalandengan tungkai atas diangkat kemudiantungkai bawah di tempat rendah menujugawang tengah, posisi tangan kirikambeng, lengan tangan kananmenthang ditekuk lurus ke arah sampingkanan, tolehan kepala mengikuti lengantangan kanan. Setelah itu tranjal kesamping kiri, kaki kanan jojor tekuk,tangan kanan kambeng, lengan tangankiri mentang kemudian onclang mundurke gawang tengah. Gerakan initermasuk gerak pokok Tari Baladewanyang termasuk gerak locomotion gerakini dilakukan dengan gerak berpindahtempat dan melakukan perpindahantempat dengan lumaksana dari gawangpojok kanan belakang menuju gawang

tengah. Gerak ini dilakukan denganhitungan 4X8 hitungan.

4. Tebakan AstoGerak tebakan asto merupakan geraktanjak kaki kiri lengan tangan kananlurus kesamping kanan level tinggi,kepala hadap ke kanan, tangan kirikambeng, kemudian Tanjak kaki kanan,lengan tangan kiri lurus kesamping kirilevel tinggi, kepala hadap samping kiri,tangan kanan kambeng kepala hadapsamping kanan. Gerakan ini termasukgerak pokok Tari Baladewan yangtermasuk gerak murni yang sengajadibuat untuk memberikan kesankeindahan dan tidak memiliki makna.Gerak ini dilakukan dengan hitungan4X8 hitungan.

5. Blang Du Nuk Du BlangGerak blang du nuk du blang merupakangerak kaki kanan melangkah kesampingkanan, kaki kiri silang kebelakang kakikanan, kaki kanan melangkahkesamping kanan, kepala hadapkesamping kiri, lengan atas luruskesamping kiri, lengan bawah luruskeatas, telapak tangan mengepal, lengantangan kanan lurus kesamping kanan,tangan kanan mengepal, dilakukansebaliknya. Gerakan ini termasuk gerakpokok Tari Baladewan yang termasukgerak murni Gerakan ini termasuk gerakpokok Tari Baladewan yang termasukgerak murni yang sengaja dibuat untukmemberikan kesan keindahan dan tidakmemiliki makna. Gerak ini dilakukandengan hitungan 4X8 hitungan.

6. BapanganGerak bapangan merupakan gerak kakikanan melangkah kesamping kanan,kaki kiri menyilang dibelakang kaki

Page 10: REINTERPRETASI SUPRIYADI PADA TARI BALADEWA DALAM

88 Volume 16 No. 1 Juli 2017

Reinterpretasi Supriyadi pada Tari Baladewa... Iva Catur Agustina dan Wahyu Santoso Prabowo

kanan, kaki kanan melangkahkesamping kanan, kepala hadapkesamping kiri, posisi tangan bapanglakukan berkebalikan kemudian tungkaiatas kesamping kiri sedang, tungkaibawah kesamping kiri sedang tumpuanada pada kaki kanan, dilakukansebaliknya. Gerakan ini termasuk gerakpokok Tari Baladewan yang termasukgerak murni yang sengaja dibuat untukmemberikan kesan keindahan dan tidakmemiliki makna. Gerak ini dilakukandengan hitungan 4X8 hitungan.

7. TeposanGerak teposan merupakan gerak kepalamenghadap kesamping kanan, kakikanan melangkah kesamping kananbersamaan dengan lengan tangan kanankesamping kanan, telapak tanganngrayung diputar setengah lingkaran,lengan atas kesamping kiri rendah,lengan bawah kesamping kanan sedang,tangan kiri ngrayung melumah.Gerakan ini termasuk gerak pokok TariBaladewan yang termasuk gerak murniyang sengaja dibuat untuk memberikankesan keindahan dan tidak memilikimakna. Gerak ini dilakukan denganhitungan 4X8 hitungan.

8. BaworanGerak baworan merupakan gerak kakikiri melangkah kesamping kiri, kakikanan menyilang dibelakang kaki kiri,kaki kiri melangkah kesamping kiri,kepala menghadap kesamping kanan,lengan tangan kanan atas kesampingkanan rendah, lengan bawah kedepansedang, tangan ngrayung putarseperempat kesamping kanan, lengantangan kiri kesamping kiri sedang,lengan tangan kiri bawah kesamping kiri

sedang, tangan ngrayung, tungkaikanan atas kesamping kanan sedang,tungkai kaki kanan bawah kesampingkanan rendah, lengan tangan kanan ataskesamping kanan rendah, lengan tanganbawah kedepan sedang, tanganngrayung kesamping kanan lalu diputarseperempat lingkaran lakukanberkebalikan. Gerakan ini termasukgerak pokok Tari Baladewan yangtermasuk gerak maknawi pada gerakBaworan memiliki makna tersendiriseperti nama Bawor yang diambil darisalah satu nama tokoh punakawan selainitu, Bawor juga merupakan lambang/identitas masyrakat Banyumas hinggasaat ini menjadi icon KabupatenBanyumas. Gerak ini dipilih karenadalam geraknya sedikit gecul/ lucu.Gerak ini dilakukan dengan hitungan4X8 hitungan.

9. Obah LambungGerak obah lambung merupakan geraktanjak kaki kanan, kedua lengan tanganmalang kerik, tolehan kepala hadapsamping kanan, dilakukan bersamaandengan obah lambung, kemudian hadapkesamping kiri kanan kiri, setelah itukedua lengan tangan lurus kesamping,kembali lagi malang kerik diikuti dengantolehan kepala hadap samping kanan.Gerakan ini termasuk gerak pokok TariBaladewan yang termasuk gerak murniyang sengaja dibuat untuk memberikankesan keindahan dan tidak memilikimakna. Gerak ini dilakukan denganhitungan 4X8 hitungan.

10. Limbeyan éncotGerak limbeyan encot merupakan gerakpenari berjalan ke gawang depan, lengantangan kiri malang kerik, lengan tangan

Page 11: REINTERPRETASI SUPRIYADI PADA TARI BALADEWA DALAM

89Volume 16 No. 1 Juli 2017

kanan di ayun kesamping kanan,kembali lagi ketengah atau didepanpusar posisi tangan mengepal. Gerakanini termasuk gerak pokok Tari Baladewanyang termasuk gerak locomotion gerakini dilakukan dengan gerak berpindahtempat dan melakukan perpindahantempat dengan berjalan/ limbeyan darigawang tengah menuju gawang depankemudian dari gawang depan berjalanmundur menuju gawang belakang.Gerak ini dilakukan dengan hitungan4X8 hitungan.

11. Limbeyan KananGerak limbeyan kanan merupakan gerakkaki kanan melangkah kesampingkanan, kaki kiri melangkah kedepan,posisi badan memutar kekananbersamaan dengan kaki kananmelangkah kesamping kanan kaki kirimelangkah didepan kaki kananmembuat garis setengah lingkaranbersamaan dengan lengan tangan kirimalang kerik, lengan tangan kanandiayunkan kesamping kanan, tolehankepala mengikuti lengan tangan kanankemudian kegawang tengah, lalu tanjakkiri tanjak kanan diikuti dengan kepalahadap samping kiri dan kanan lakukanberkebalikan. Gerakan ini termasukgerak pokok Tari Baladewan yangtermasuk gerak locomotion gerak inidilakukan dengan gerak berpindahtempat dan melakukan perpindahantempat dengan berjalan/ limbeyan darigawang tengah berputar ke kananmembuat lintas angka 8 setelah itukembali lagi ke gawang tengah. Gerakini dilakukan dengan hitungan 4X8hitungan.

12. Trap JamangGerak trap jamang merupakan gerakkaki kanan melangkah ke depan kaki kiridilakukan berkebalikan, lengan tangankanan atas kesamping kanan sedang,lengan tangan atas kesamping kiri sedangtangan ukel disamping telinga kanan,tangan kiri trap jamang, tolehan kepalameghadap ke depan, lakukan berulang-ulang secara bergantian dengan langkahberjalan maju dan mundur, setelah itutanjak kanan, lengan tangan kanan ataskesamping kanan sedang, lengan tanganatas kesamping kiri sedang tangan ukeldisamping telinga kanan tangan kiri trapjamang kemudian badan digerakkanpatah-patah kesamping kanan dan kiri.Gerakan ini termasuk gerak pokok TariBaladewan yang termasuk gerakmaknawi gerak ini dibuat karenamemiliki makna layaknya orang yangsedang menunggu datangnya seseorangselain itu, pada gerakan ini juga termasukgerak geculan/ lucu . Gerak ini dilakukandengan hitungan 4X8 hitungan.

2. Tata RiasHarymawan (1988: 134-135),

menyatakan bahwa tata rias dalampertunjukan kesenian mempunyai fungsiuntuk memberikan bantuan dengan jalanmewujudkan riasan atau perubahan-perubahan pada personil atau pemainsehingga tersaji pertunjukan dengan susunanyang kena dan wajar. Berdasarkan riasnya,Tari Baladewan lebih mencerminkan gayaYogyakarta karena untuk menambah kesantegas dan gagah Supriyadi sengajamemasukan rias Yogyakarta karena lebihmemahami teknik Yogyakarta sebagai tarigagah, maka rias dan kostum yang

Page 12: REINTERPRETASI SUPRIYADI PADA TARI BALADEWA DALAM

90 Volume 16 No. 1 Juli 2017

Reinterpretasi Supriyadi pada Tari Baladewa... Iva Catur Agustina dan Wahyu Santoso Prabowo

digunakan dalam Tari Baladewan karyaSupriyadi juga mencerminkan karaktergagah dan tegas. Rias dan kostumsebenarnya tidak jauh beda dengan TariBaladewa yang ada di lengger.

3. KostumJazuli (1994: 18) menyatakan bahwa

penataan busana yang dapat mendukungpenyajian tari akan dapat menambah dayatarik maupun perasaan pesona penontonnya.Fungsi tata busana tari ini adalah (1) Sebagaipelindung tubuh (2) Memperindahpenampilan (3) Memperjelas karakter yangdibawakan atau memperkuat ekspresi gerak.

Kostum merupakan bagian pentingdalam sebuah tarian. Kostum jugamencerminkan karakter dari tari yangdimainkan atau dipertunjukkan. AdapunKostum yang digunakan dalam TariBaladewan dapat dicermati pada gambarberikut.

Gambar Kostum Tari Baladewan(Foto: Iva Catur Agustina)

4. Karawitan TariKarawitan Tari yang digunakan untuk

mengiringi Tari Baladewan karya Supriyadiadalah gending Kulu-Kulu/ gending CindungCina. Gendhing ini digunakan karenadianggap pas atau cocok dengan gerakanserta karakter gerak Tari Baladewan yanggagah, trengginas.

5. Pola LantaiMenurut La Meri dalam Soedarsono

(1986: 19) desain lantai adalah garis ataulintasan yang dilalui oleh penari dari posisisatu ke posisi selanjutnya yang berada di ataslantai. Desain lantai terdiri dari garis lurus dangaris lengkung. Garis lurus mempunyaikekuatan yang di dalamnya mengandungkesederhanaan sedangkan garis lengkungadalah lebih halus dan lembut. Garis lurusdapat dibuat desain huruf T, V, A dan lain-lain, sedangkan garis lengkung dapat dibuatpola lingkaran, angka delapan, dan lainsebagainya (La Meri dalam Soedarsono, 1986:22). Desain garis tersebut tak hanya dapatdibuat dengan garis-garis tubuh, garis tanganserta garis kaki penari, tetapi dapat jugadiamati dari jejak atau garis-garis imajineryang dilalui oleh seorang penari di atas lantai(Murgiyanto dalam Sedyawati, 1986: 25).Pola lantai yang digunakan dalam TariBaladewan adalah pola gerak melingkar, polagerak tengah depan, pola gerak tengahbelakang, pola gerak garis lurus danlengkung. Pemilihan pola gerak yangdigunakan dianggap lebih sederhana karena,ditarikan oleh penari tunggal dan berpijakpada Tari Baladewa yang terdapat padalengger serta berangkat dari pertunjukanrakyat yang sifatnya lebih sederhana.

Page 13: REINTERPRETASI SUPRIYADI PADA TARI BALADEWA DALAM

91Volume 16 No. 1 Juli 2017

Reinterpretasi Supriyadi Pada TariBaladewa

Reinterpretasi terdiri dari kata baku“Re” dan “Interpretasi “. “Re” berarti sekalilagi, kembali, belakang, ke arah belakangsedangkan, “Interpretasi” pemberian kesan,pendapat, atau pandangan terhadap sesuatu,tafsiran (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2005:439). Perkembangan rekonstruksi ituditafsirkan kembali atau direinterpretasi dandigarap lebih lanjut dengan tujuan supayasebuah tari tetap diminati dan dapatdinikmati atau dihayati oleh masyarakat(Widyastutieningrum: 2012:57). Dalam haltersebut sebagai upaya rekonstruksi yaitupenyusunan kembali, tentu daya tafsir sangatdiperlukan untuk mengupayakan kesenianini.

Reintepretasi merupakan sebuahproses perenungan, pemikiran, sertapengendapan terhadap karya yang sudahada selanjutnya, adalah tindakan untukmewujudkan hasil reintepretasi tersebut.Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia(KBBI) disebutkan bahwa reinterpretasiadalah proses, cara, perbuatanmenginterpretasikan ulang terhadapinterpretasi yang sudah ada, (Suharso,2005:416).

Supriyadi melakukan reinterpretasiTari Baladewa yang ada dalam pertunjukanlengger. Reinterpretasi dilakukan untukmelahirkan tarian baru, yaitu Tari Baladewan.Dalam proses reinterpretasi tersebut,Supriyadi menelaah atau meniliti bentuk TariBaladewa pada kesenian lengger, sehinggaakan memunculkan penafsiran-penafsirantersendiri yang kemudian diwujudkan dalambentuk karya tari. Adapun wujudreinterpretasi tersebut dapat dilihat daribeberapa perbandingan unsur Tari Baladewa

dalam lengger dan Tari Baladewan karyaSupriyadi.

Tari Baladewa pada lengger diawalidengan sembahan sedangkan dalam TariBaladewan diawali dengan lumaksana. Haltersebut oleh Supriyadi dimaksudkan untukmenunjukkan kegagahan, karena memangkarakter Tari Baladewan adalah gagah.Supriyadi memilih ragam gerak lumaksanapada bagian awal karena gending yangdigunakan Supriyadi menggunakan gendingKulu-Kulu yang memiliki karakter gagah dandinamis (wawancara, Supriyadi, 13 Oktober2016). Kegagahan Tari Baladewan dapatdilihat dari teknik gerak yang ditarikandengan teknik gaya Yogyakarta sehinggaberkesan gagah namun gerak-gerak yangdigunakan merupakan motif Banyumasanseperti Ukel Baladewan,Baworan, Teposan,Blang Du Nuk Du Blang, dan Ngeler.

Tari Baladewa pada lenggerberdasarkan bentuk dan gayanyamencerminkan gaya Banyumas, sedangkanTari Baladewan karya Supriyadi merupakanperpaduan dari berbagai gaya, antara laingaya Banyumas, Yogyakarta, Surakarta, danSunda. Hal tersebut dapat dilihat dari ragamgerak yang ada pada Tari Baladewan karyaSupriyadi. Ragam gerak lumaksanamerupakan pengaruh gaya Sunda dan bisadilihat dari junjungan kakinya. Ater-ater atausendi menunjukkan ciri khas gayaBanyumasan.

Supriyadi mereinterpretasikan kostumyang digunakan dalam lengger ke dalamKostum tari Surakarta seperti kalung kace,motif cemelung, dan polesan motif sekar. Halini dilakukan untuk memberikan kesan indahpada kostum yang digunakan. Kostumsumping, jamang pogokan, kamustimangmotif lur, dan lontong (stagen) merupakan

Page 14: REINTERPRETASI SUPRIYADI PADA TARI BALADEWA DALAM

92 Volume 16 No. 1 Juli 2017

Reinterpretasi Supriyadi pada Tari Baladewa... Iva Catur Agustina dan Wahyu Santoso Prabowo

kostum tari Yogyakarta hal ini digunakanuntuk menambahkan kesan gagah pada TariBaladewan. Perlu diketahui pula bahwa padaTari Baladewa dalam pertunjukan lenggerjaman dulu memakai jamang yang terbuatdari plasmen. Motif Banyumasan padakostum dapat dilihat dari kain yangdigunakan menggunakan motif jlonas dansampur yang digunakan menggunakansampur tumpal.

Berdasarkan riasnya, Tari Baladewanlebih mencerminkan gaya Yogyakarta karenauntuk menambah kesan tegas dan gagahSupriyadi sengaja memasukan riasYogyakarta karena lebih memahami teknikYogyakarta. Penari Tari Baladewan berjeniskelamin laki-laki. Hal ini berbeda dengan TariBaladewa dalam pertunjukan lengger yangditarikan oleh seorang penari perempuan.Supriyadi mempunyai alasan tersendirimengapa Tari Baladewan ditarikan olehpenari laki-laki hal ini dilakukan Supriyadikarena lebih cocok tari gagah dilakukan olehpenari laki-laki.

Gending pengiring untuk mengiringiTari Baladewan adalah gending Kulu-Kulu.Dalam Tari Baladewa pada lengger, gendingpengiringnya terdiri dari tiga gending, yaituSekar Gadhung, Kulu-Kulu, dan Ricik-Ricik.Supriyadi hanya mengambil ataumenggunakan satu jenis gending untukmengiringi Tari Baladewan yaitu gendingKulu-kulu. Hal ini dilakukan karena gendingKulu-Kulu lebih bersifat dinamis dan gagahdibanding dengan gending Sekar Gadhungdan Ricik-Ricik.

Berdasarkan uraian di atas, dapatdikatakan bahwa reinterpretasi yangdilakukan oleh Supriyadi pada Tari Baladewadalam pertunjukan lengger meliputi beberapaaspek, yaitu gerak, rias busana atau kostum,

gending, serta pola lantai. Reinterpretasitersebut melahirkan sebuah karya tari yangdapat dikatakan sama sekali berbeda denganTari Baladewa pada lengger. Bentuk TariBaladewan sebagai hasil reinterpretasi karyaSupriyadi dipengaruhi oleh beberapa gaya,yaitu Surakarta, Yogyakarta, Banyumas, danSunda.

PENUTUPTari Baladewan karya Supriyadi

merupakan suatu bentuk yang jauh berbedadengan Tari Baladewa yang terdapat dalampertunjukan lengger. Perbedaan terlihat jelasdari bentuk sajian, kostum yang digunakan,dan penari Tari Baladewan karya Supriyadiditarikan oleh penari putra sedangkan TariBaladewa dalam pertunjukan lenggerditarikan oleh penari putri. Dari hal ini makadapat dilihat dari bentuk kreativias Supriyadi,proses kreativitas Supriyadi dan produk yangdihasilkan Supriyadi yaitu Tari Baladewan.

Bentuk Tari Baladewan merupakanbentuk tari tunggal putra gagah. TariBaladewan selain menggunakan vokabulergerak tari Banyumas putra gagah, terdapatpula unsur-unsur gerak yang terpengaruhdari gerak Yogyakarta, Surakarta,Banyumas, dan Sunda. Hal ini menurutSupriyadi merupakan perpaduan rasa gerakantara gerak tari Banyumas, Yogyakarta,Surakarta, dan Sunda yang menghasilkanrasa yang khas yaitu rasa Banyumas. IstilahBaladewan berasal dari kata bala dan dewa,bala dapat berarti laskar atau tentara dan dewadapat diartikan sebagai roh yang berkuasajadi, pengertian Baladewan ialah laskar yangmengusir roh jahat yang berkuasa(wawancara, Supriyadi, 25 Agustus 2016).

Salah satu cara atau strategi dalammelakukan penciptaan tari adalah dengan

Page 15: REINTERPRETASI SUPRIYADI PADA TARI BALADEWA DALAM

93Volume 16 No. 1 Juli 2017

melakukan reintepretasi. Apa yang telahdilakukan Supriyadi dapat dijadikan pijakanawal bagi generasi selanjutnya dalamberkreatifitas sehingga pada masa selanjutnyaakan banyak melahirkan karya-karya tariyang turut memperkaya khasanah keseniankhususnya seni tari.

DAFTAR PUSTAKA

Djelantik.1999 Estetika Sebuah Pengantar. Bandung:

Masyarakat Seni PertunjukanIndonesia.

Harymawan.1988 Dramaturgi. Bandung: CV Rosda.Jazuli.1994 Telaah Teoretis Seni Tari. Semarang:

IKIP Semarang Press.Kusnadi.2009 Penunjang Pembelajaran Seni Tari

untuk SMP dan MTS. Surakarta: TigaSerangkai.

Langer, K. Suzanne.1988 Problematika Seni. Terj. FX

Widaryanto. Bandung: Akademi SeniTari Indonesia.

Meri, La.1975 Komposisi Tari, elemen-elemen dasar.

Terj. Dr. Soedarsono. Yogyakarta:Lagaligo.

Nur H, Masri.2016 “Perkembangan Bentuk Penyajian

Kesenian Lengger Banyumasan diPaguyuban Seni Langen Budaya Desa

Papringan Kecamatan BanyumasKabupaten Banyumas”. Skripsi TugasAkhir Fakultas Seni PertunjukanInstitut Seni Indonesia Yogyakarta.

Sedyawati, Edi.1981 Pertumbuhan Seni Pertunjukan.

Jakarta: Sinar Harapan.Soedarsono, R.M.1978 Pengantar dan Komposisi Tari.

Yogyakarta: Akademi Seni TariIndonesia.

________.1999 Seni Pertunjukan Indonesia dan

Pariwisata. Bandung: Masyarakat SeniPertunjukan Indonesia.

Suharso.2005 Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Lux.

Semarang: Widya Karya.Sunaryadi.2000 Lengger Tradisi dan Transformasi.

Yogyakarta: Yayasan untuk Indonesia.Wangi, Sena.1999 Ensiklopedi Wayang Indonesia. Jakarta:

PT. Sakanindo Printama.

Narasumber

Kamiyati, 58 tahun, Penari LenggerBanjarwaru, Cilacap.

Kuwat, 57 tahun, Dosen Etnomusikologi ISISurakarta, Surakarta.

Supriyadi Puja Wiyata, 69 tahun, Dosen TariISI Yogyakarta, Yogyakarta.

Wahyu Santoso P, 63 tahun, Dosen Tari ISISurakarta, Surakarta.