14
REFLEKSI KASUS TONSILITIS KRONIK HIPERTROFI Diajukan Kepada : dr. Asti Widuri, Sp.THT Disusun Oleh : Herti Sakinah 20090310004 BAGIAN ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN DAN KEPALA LEHER

Refleksi Kasus Tht

Embed Size (px)

DESCRIPTION

RESUS THT

Citation preview

REFLEKSI KASUSTONSILITIS KRONIK HIPERTROFI

Diajukan Kepada :dr. Asti Widuri, Sp.THT

Disusun Oleh :Herti Sakinah 20090310004

BAGIAN ILMU KESEHATAN TELINGA HIDUNG TENGGOROKAN DAN KEPALA LEHERRUMAH SAKIT UMUM DAERAH TIDAR MAGELANGFAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATANUNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA2014

REFLEKSI KASUSA. PENGALAMANAhmad berusia 6 tahun dibawa ibunya ke dokter THT dengan keluhan sakit menelan sejak lebih kurang satu minggu. Nyeri dirasakan terutama setiap makan. Ibu pasien mengaku pasien merasa kering di tenggorokan, demam dan batuk sudah lebih kurang 3 hari, dahak (+),warna kuning kental, pusing (-), tidur ngorok (-). Riwayat keluhan serupa (-). Hasil pemeriksaan tonsil palatina menunjukkan, hipertrofi tonsil kanan dan kiri (T4-T4), hiperemis (+), pemeriksaan telinga didapatkan membran timpani tampak intak. Pemeriksaan laboratorium didapatkan Hb 11.9 g/dl, leukosit 6.6 x 103. Penanganan pada pasien ini dengan tindakan operatif yaitu tonsilektomi. Terapi post tonsilektomi diberikan terapi oral clavamox syrup 3x2 cth, dan pamol syrup 3x2 cth.

B. MASALAH YANG DIKAJIApakah indikasi dilakukan tonsilektomi?

C. ANALISISBerdasarkan pengalaman diatas, diagnosis yang tepat adalah Tonsilitis Kronis Hipertrofi. Hal ini berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik yang dilakukan yakni pasien mengeluh nyeri saat menelan, merasa kering ditenggorokan, demam dan batuk. Kemudian berdasarkan pemeriksaan fisik didapatkan tonsil kanan dan kiri membesar (T4-T4).

DefinisiTonsilitis Kronis secara umum diartikan sebagai infeksi atau inflamasi pada tonsila palatina yang menetap. Organisme pathogen dapat menetap untuk sementara waktu ataupun untuk waktu yang lama dan mengakibatkan gejala-gejala akut kembali ketika daya tahan tubuh penderita mengalami penurunan. Anamnesis dan pemeriksaan fisik diagnostic diperlukan untuk menegakkan diagnose penyakit ini. PadaTonsilitis Kronis tonsil dapat terlihat normal, namun ada tanda-tanda spesifik untuk menentukan diagnose seperti plika anterior yang hiperemis, pembesaran kelenjar limfe, dan bertambahnya jumlah kripta pada tonsil.

EtiologiTonsilitis terjadi dimulai saat kuman masuk ke tonsil melalui kriptanya secara aerogen yaitu droplet yang mengandung kuman terhisap oleh hidung kemudian nasofaring terus masuk ke tonsil maupun secara foodborn yaitu melalui mulut masuk bersama makanan. Etiologi penyakit ini dapat disebabkan oleh serangan ulangan dari Tonsilitis Akut yang mengakibatkan kerusakan permanen pada tonsil, atau kerusakan ini dapat terjadi bila fase resolusi tidak sempurna. Pada penderaTonsilitis Kronis jenis kuman yang sering adalah Streptokokus beta hemolitikus grup A (SBHGA). Selain itu terdapat Streptokokus pyogenes, Streptokokus grup B, C, Adenovirus, Epstein Barr, bahkan virus Herpes.

PatologiAdanya infeksi berulang pada tonsil maka pada suatu waktu tonsil tidak dapat membunuh semua kuman sehingga kuman kemudian bersarang di tonsil. Pada keadaan inilah fungsi pertahanan tubuh dari tonsil berubah menjadi sarang infeksi (fokal infeksi) dan satu saat kuman dan toksin dapat menyebar keseluruh tubuh misalnya pada saat keadaan umum tubuh menurun.Karena proses radang berulang yang timbul maka selain epitel mukosa juga jaringan limfoid terkikis, sehingga pada proses penyembuhan jaringan limfoid diganti oleh jaringan parut yang akan mengalami pengerutan sehingga kripta melebar. Secara klinik kripta ini tampak diisi oleh detritus. Proses berjalan terus sehingga menembus kapsul tonsil dan akhirnya menimbulkan perlekatan dengan jaringan disekitar fossa tonsilaris. Pada anak proses ini disertai dengan pembesaran kelenjar limfa sub mandibula. Tonsilitis Kronis terjadi akibat pengobatan yang tidak tepat sehingga penyakit pasien menjadi Kronis. Faktor-faktor yang menyebabkan kronisitas antara lain: terapi antibiotika yang tidak tepat dan adekuat, gizi atau daya tahan tubuh yang rendah sehingga terapi medikamentosa kurang optimal, dan jenis kumanya tidak sama antara permukaan tonsil dan jaringan tonsil.

Gejala klinisGejala klinis Tonsilitis Kronis yaitu: 1) Sangkut menelan. 2) Bau mulut (halitosis) yang disebabkan adanya pus pada kripta tonsil. 3) Sulit menelan dan sengau pada malam hari (bila tonsil membesar dan menyumbat jalan nafas). 4) Pembesaran kelenjar limfe pada leher. 5) Butiran putih pada tonsil.6) Dirasakan kering di tenggorok.

PemeriksaanDari pemeriksaan dapat dijumpai: 1. Tonsil dapat membesar bervariasi. Kadang-kadang tonsil dapat bertemu di tengah. Standart untuk pemeriksaan tonsil berdasarkan pemeriksaan fisik diagnostic diklasifikasikan berdasarkan ratio tonsil terhadap orofaring (dari medial ke lateral) yang diukur antara pilar anterior kanan dan kiri.T0: Tonsil terletak pada fosa tonsilT1: 25%50%75%.Dan pembesaran tonsil atasT1: batas medial tonsil melewati pilar anterior sampai jarak pilar anterior uvulaT2: batas medial tonsil melewati jarak pilar anterior-uvula sampai jarak pilar anterior-uvula. T3: batas medial tonsil melewati jarak pilar anterior-uvula sampai jarak pilar anterior-uvula. T4: batas medial tonsil melewati jarak pilar anterior-uvula sampai uvula atau lebih.2. Dapat terlihat butiran pus kekuningan pada permukaan medial tonsil 3. Bila dilakukan penekanan pada plika anterior dapat keluar pus atau material menyerupai keju.4. Warna kemerahan pada plika anterior bila disbanding dengan mukosa faring, merupakan tanda penting untuk menegakkan infeksi kronis pada tonsil.

Untuk menegakkan diagnose penyakit Tonsilitis Kronis terutama didapatkan berdasarkan hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik diagnostik yang didapatkan dari penderita.

PenatalaksanaanPenatalaksanaan dibagi menjadi penatalaksanaan dengan: 1. MedikamentosaYaitu dengan pemberian antibiotika sesuai kultur. Pemberian antibiotika yang bermanfaat pada penderita Tonsilitis Kronis yaitu Cephaleksin ditambah metronidazole, klindamisin (terutama jika disebabkan mononucleosis atau abses), amoksisilin dengan asam klavulanat (jika bukan disebabkan mononukleosis).2. OperatifDengan tindakan tonsilektomi.Indikasi TonsilektomiThe American Academy of Otolaryngology-Head and Neck Surgery Clinical Practice Guideline 2011 membuat rekomendasi :1. Observasi bila ada infeksi tenggorokan berulang