31
BAB I PENDAHULUAN Luka bakar ( combustio/burn) adalah cedera (injuri) sebagai akibat kontak langsung atau terpapar dengan sumber-sumber panas (thermal), listrik (electrict), zat kimia (chemycal), atau radiasi (radiation). (1) Luka bakar atau combustio merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh para dokter. Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi (2) Kebanyakan luka bakar terjadi di dalam dan sekitar rumah, terutama di dapur, ruang keluarga, garasi dan dihalaman. Luka bakar lebih sering terjadi pada anak- anak, orang tua, serta penyandang cacat mental maupun fisik. Meningkatnya penggunaan alkohol dan narkotika menyebabkan para pengguna obat-obatan tersebut, tidak dapat melindungi dirinya terhadap kemungkinan terjadinya luka bakar (3) Di Amerika Serikat, bahan-bahan pakaian yang mudah terbakar hanya diijinkan digunakan untuk pakaian malam. Hal ini disebabkan karena apabila terjadi kebakaran, pakaian yang mudah terbakar akan menyebabkan meluasnya

Refka Luka Bakar

Embed Size (px)

DESCRIPTION

refleksi kasus

Citation preview

Page 1: Refka Luka Bakar

BAB I

PENDAHULUAN

Luka bakar ( combustio/burn) adalah cedera (injuri) sebagai akibat kontak

langsung atau terpapar dengan sumber-sumber panas (thermal), listrik (electrict),

zat kimia (chemycal), atau radiasi (radiation). (1)

Luka bakar atau combustio merupakan cedera yang cukup sering dihadapi

oleh para dokter. Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan

jaringan yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas,

bahan kimia, listrik, dan radiasi (2)

Kebanyakan luka bakar terjadi di dalam dan sekitar rumah, terutama di

dapur, ruang keluarga, garasi dan dihalaman. Luka bakar lebih sering terjadi pada

anak-anak, orang tua, serta penyandang cacat mental maupun fisik. Meningkatnya

penggunaan alkohol dan narkotika menyebabkan para pengguna obat-obatan

tersebut, tidak dapat melindungi dirinya terhadap kemungkinan terjadinya luka

bakar (3)

Di Amerika Serikat, bahan-bahan pakaian yang mudah terbakar hanya

diijinkan digunakan untuk pakaian malam. Hal ini disebabkan karena apabila

terjadi kebakaran, pakaian yang mudah terbakar akan menyebabkan meluasnya

luka bakar dengan cepat. Diberlakukannya peraturan tersebut, diharapkan dapat

menurunkan angka kematian luka bakar menjadi separuhnya.

Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas dan

mortalitas yang tinggi. Biaya yang dibutuhkan untuk penanganannya pun tinggi.

Hal ini disebabkan karena pada luka bakar terdapat keadaan sebagai berikut :

1. Terdapat kuman dengan patogenitas tinggi.

2. Terdapat banyak jaringan mati.

3. Mengeluarkan banyak air, serum dan darah.

4. Terbuka untuk waktu yang lama (mudah terinfeksi dan terkena trauma).

5. Memerlukan jaringan untuk menutup.

Page 2: Refka Luka Bakar

Luka bakar yang lebih luas dan dalam memerlukan perawatan lebih intensif

dibandingkan luka bakar yang hanya sedikit dan superfisial.

Page 3: Refka Luka Bakar

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI

Luka bakar merupakan salah satu kondisi yang memiliki pengaruh yang

katastropik terhadap penderita dalam hal penderitaanya, kehidupan sosialnya,

keterbatasannya yang ditimbulkan dan perihal keuangan yang dikeluarkan untuk

pengobatannya (1 2 3). Aspek medikolegal menuntut seorang dokter untuk

melakukan pemeriksaan terhadap seseorang yang mengalami luka bakar baik yang

masih hidup ataupun yang telah mati. Disamping itu, ada banyak kejadian dimana

luka bakar baik yang masih hidup ataupun yang telah mati. Disamping itu, ada

banyak kejadian dimana luka bakar terjadi pada korban kekerasan, dimana

diperlukan keahlian keahlian khusus untuk membedakan apakah luka bakar terjadi

saat korban masih hidup (antemortem) ataukah saat korban sudah meniggal

(postmortem) untuk menutupi penyebab kematian yang sebenarnya.

Cedera luka bakar terutama pada luka bakar yang dalam dan luas masih

merupakan penyebab utama kematian dan ketidakmampuan jangka panjang.

Anak-anak dan orang tua bersiko untuk mengalami luka bakar yang lebih dalam

karena lapisan kulit dermis mereka lebih tipis. (4)

EPIDEMIOLOGI

Luka bakar lebih sering terjadi pada anak-anak dan orang tua, dan

terbanyak 80% terjadi di rumah serta sebagian kecil terjadinya di tempat kerja.

Menurut data natiponal safety council 1974 didapatkan 2.000.000 penderita luka

bakar di Amerika Serikat, yaitu sebanyak 2 x dari jumlah pada tahun 1967 yang

dilaporkan oleh American Burn Association. 300.000 penderita mengalami

kecacatan akibat luka bakar dan lebih dari 30.000 penderita dirawat di Rumah

Sakit, dengan lama perawatan raata-rata 64 hari. Berdasarkan data statistik

tersebut, luka bakar merupakan salah satu penyakit utama di Amerika Serikat,

Page 4: Refka Luka Bakar

meskipun angka kematian luka bakar lebih rendah bila dibandingkan dengan

penyebab kematian lainnya seperti penyakit jantung, kanker dan stroke. (5)

ETIOLOGI

Luka bakar berdasarkan penyebab dibedakan atas :

1. Luka bakar karena api

2. Luka bakar karena air panas

3. Luka bakar karena listrik dan petir

4. Luka bakar karena bahan kimia ( yang bersifat asam atau basa kuat)

5. Luka bakar karena radiasi

6. Cedera akibat suhu sangat rendah (frost bite)

Kerusakan jaringan disebabkan oleh api lebih berat dibandingkan dengan

air panas ; kerusakan jaringan akibat bahan yang bersifat koloid (misalnya bubur

panas) lebih berat dibandingkan air panas. Luka bakar akibat ledakan juga

menyebabkan kerusakan organ dalam akibat daya ledak (eksplosif). Pada luka

bakar yang disebabkan oleh bahan kimia terutama asam menyebabkan kerusakan

yang hebat akibat reaksi jaringan sehingga terjadi konfigurasi jaringan yang

menyebabkan gangguan proses penyembuhan.

Luka bakar pada anak 65,7% disebabkan oleh air panas atau uap panas

(scald). Mayoritas dari luka bakar pada anak-anak terjadi di rumah dan sebagian

besar dapat dicegah. Dapur dan ruang makan merupakan daerah yang seringkali

menjadi lokasi terjadinya luka bakar. Anak yang memegang oven, menarik taplak

dimana diatasnya terdapat air panas, minuman panas atau makanan panas. (6)

PATOFISIOLOGI

Luka bakar merupakan akibat daripada aliran panas pada jaringan tubuh.

Aliran panas tersebut dapat berasal dari kontak langsung maupun tak langsung.

Kerusakan jaringan tubuh akibat panas tersebut tergantung dari beberapa faktor,

yaitu : temperatur sumber panas, lamanya kontak dengan sumber panas serta

jaringan tubuh yang terkena. Faktor jaringan tubuh yang terkena merupakan

Page 5: Refka Luka Bakar

faktor yang paling penting dalam menentukan derajat konduktivitas jaringan,

yaitu :

Kandungan air dalam jaringan tersebut.

Adanya sekresi lokal

Pigmentasi jaringan

Ketebalan kulit

Efektifitas barier tahanan panas seperti aliran darah dalam jaringan.

Oleh karena banyaknya faktor yang berpengaruh, trauma yang terjadi pada kulit

sangat bervariasi. Umumnya trauma termal kulit pada suhu < 45° C hanya

minimal, meskipun terjadi kontak dengan sumber panas lebih dari 20 menit.

Kontak dengan sumber panas > 60° C selama 1 menit akan mengakibatkan “Full

thickness injury”. Meskipun perubahan biokimia dan fisik yang mengakibatkan

kematian sel belum diketahui, diduga sebagai akibat denaturasi protein dan

menurunnya aktifitas enzim. Pada percobaan didapatkan penurunan kebutuhan O2

kulit sesuai dengan meningkatnya suhu. Pada keadaan yang sama dapat diketahui

juga penurunan penggunaan glucose dan peningkatan produksi laktat. Enzim-

enzim tersebut terutama yang berperan dalam siklus krebs aktifitasnya menurun

oleh karena panas. Sedangkan enzim-enzim lain yang tahan terhadap panas

aktifitasnya akan meningkat. Terhambatnya enzim-enzim yang berperan dalam

siklus krebs akan mengakibatkan penurunan produksi ATP dan sebagai akibatnya

terjadi kematian sel.

Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan.

Pembuluh kapiler yang terkena suhu tinggi rusak sel darah yang di dalamnya ikut

rusak sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas menyebabkan

edema dan menimbulkan bula dengan membawa serta elektrolit. Hal ini

menyebabkan berkurangnya volume cairan intravaskuler. Tubuh kehilangan

cairan antara 1/2% - 1%, “blood volume” setiap 1% luka bakar. Kerusakan kulit

akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan tambahan karena penguapan

yang berlebih (insensible water loss meningkat). Bila luka bakar lebih dari 20%

Page 6: Refka Luka Bakar

akan terjadi syok hipovolemik dengan gejala yang khas yaitu : gelisah, pucat

dingin, berkeringat, nadi kecil, dan cepat, tekanan darah menurun dan produksi

urine menurun (kegagalan fungsi ginjal). Pada kebakaran derah muka dapat terjadi

kerusakan mukosa jalan napas karena gas, asap atau uap panas yang terhirup.

Gejala yang timbul adalah sesak nafas, takipneu, stridor, suara serak dan berdahak

berwarna gelap karena jelaga. Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas

beracun lain. CO akan mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga tak mampu

mengikat oksigen lagi. Tanda keracunan yang ringan adalah lemas, bingung,

pusing, mual, dan muntah. Pada keracunan berat terjadi koma. Bila lebih 60%

hemoglobin terikat CO2 penderita akan meninggal. Pada luka bakar yang berat

terjadi ileus paralitik. Stres dan beban faali yang terjadi pada luka bakar berat

dapat menyebabkan tukak di mukosa lambung atau duodenum dengan gejala yang

sama gejala tukak peptik. Kelainan ini dikenal dengan “tukak curling” yang

dikhawatirkan pada tukak curling ini adalah perdarahan yang timbul sebgai

hematemesis melena.(5)

FASE LUKA BAKAR

Untuk mempermudah penanganan luka bakar maka dalam perjalanan

penyakitnya dibedakan dalam 3 fase akut, subakut dan fase lanjut. Namun

demikian pembagian fase menjadi tiga tersebut tidaklah berarti terdapat garis

pembatas yang tegas diantara ketiga fase ini. Dengan demikian kerangka berpikir

dalam penanganan penderita tidak dibatasi oleh kontak fase dan tetap harus

terintegrasi. Langkah penatalaksaan fase sebelumnya akan berimplikasi klinis

pada fase selanjutnya.

1. Fase akut/fase syok/fase awal.

Fase ini mulai dari saat kejadian sampai penderita mendapat perawatan di IRD/

Unit Luka Bakar. Pada fase ini (sirkulasipenderita luka bakar, seperti penderita

trauma lainnya, akan mengalami ancaman dan gangguan airway (jalan napas),

breathing (mekanisme bernapas) dan gangguan circulation (sirkulasi).

Gangguan airway tidak hanya dapat terjadi segera atau beberapa saat setelah

Page 7: Refka Luka Bakar

terjadi trauma, inhalasi dalam 48-72 jam pasca trauma. Cedera inhalasi

merupakan penyebab kematian utama penderita pada fase akut. Pada fase ini

dapat terjadi juga gangguan keseimbangan sirkulasi cairan dan elektrolit akibat

cedera termal/panas yang berdampak sistemik. Adanya syok yang bersifat

hipodinamik dapat berlanjut dengan keadaan hiperdinamik yang masih

berhubungan akibat problem instabilitas sirkulasi.

2. Fase Subakut

Fase ini berlangsung setelah fase syok berakhir atau dapat teratasi. Luka yang

terjadi dapat menyebabkan beberapa masalah yaitu :

a. Proses inflamasi atau infeksi

b. Problem penutupan luka

c. Keadaan hipermetabolisme

3. Fase lanjut

Fase ini penderita sudah dinyatakan sembuh tetapi tetap dipantau melalui rawat

jalan. Problem yang muncul pada fase ini adalah penyulit berupa parut yang

hipertrofik, keloid, gangguan pigmentasi, deformitas dan timbulnya kontraktur.

DERAJAT LUKA BAKAR

Kedalaman kerusakan jaringan akibat luka bakar tergantung pada derajat

panas, sumber, penyebab dan lamanya kontak dengan tubuh penderita. Dahulu

Dupuytren membagi atas 6 tingkat, sekarang lebih praktis hanya dibagi 3 tingkat/

derajat, yaitu sebagai berikut :

1. Luka bakar derajat I

Kerusakan terbatas pada lapisan epidermis (superficial), kulit hiperemik berupa

eritem, tidak dijumpai bullae, terasa nyeri karena ujung-ujung saraf sensorik

teriritasi. Penyembuhan terjadi secara spontan tanpa pengobatan khusus.

2. Kerusakan meliputi epidermis dan sebagian dermis, berupa reaksi inflamasi

disertai proses eksudasi. Terdapat bullae, nyeri karena ujung-ujung saraf

sensorik teriritasi. Dibedakan atas 2 bagian :

a. Derajat II dangkal/superficial (IIA)

Page 8: Refka Luka Bakar

Kerusakan mengenai bagian epidermis dan lapisan atas dari corium/dermis.

Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar sebacea masih banyak.

Semua ini merupakan benih-benih epitel. Penyembuhan terjadi secara

spontan dalam waktu 10-14 hari tanpa terbentuk sikatrik

b. Derajat II dalam/ deep (IIB)

Kerusakan mengenai hampir seluruh bagian dermis dan sisa-sisa jaringan

epitel tinggal sedikit. Organ-organ kulit seperti folikel rambut, kelenjar

keringat, kelenjar sebacea tinggal sedikit. Penyembuhan terjadi lebih lama

dan disertai parut hipertrofi. Biasanya penyembuhan terjadi dalam waktu

lebih dari satu bulan.

c. Luka bakar derajat III

Kerusakan melalui seluruh tebal kulit dan lapisan yang lebih dalam sampai

mencapai jaringan subkuta, otot dan tulang. Organ kulit mengalami

kerusakan, tidak ada lagi sisa elemen epitel. Tidak dijumpai bullae, kulit

yang terbakar berwarna abu-abu dan lebih pucat sampai berwarna hitam

kering. Terjadi koagulasi protein pada epidermis dan dermis yang dikenal

sebagai eskar. Tidak dijumpai rasa nyeri dan hilang sensasi karena ujung-

ujung sensorik rusak. Penyembuhan terjadi lama karena tidak terjadi

epitelisasi spontan.

LUAS LUKA BAKAR

Walaupun hanya .perkiraan saja, the rule of nine, tetap merupakan

petunjuk yang baik dalam menilai luasnya luka bakar. Kepala 7 %, leher 2%

sehingga total pada kepala adalah 9%. Setiap ekstremitas atas 9 persen dan bagian

anterior 2 x 9 %. Badan bagian posterior, 13% dan bokong 5%, sehingga total

18% dan setiap ekstrimitas bawah 2 x 9 dan genitalia 1%.

Untuk area luka bakar yang tersebar kita dapat memperkirakan

persentasenya dengan menggunakan tangan dengan jari-jari pasien, dimana jari-

jari dalam keadaan abduksi, dimana sama dengan kurang lebih 1% dari total luas

permukaan tubuh pasien.

Page 9: Refka Luka Bakar

Pada anak-anak terdapat perbedaan dalam luas permukaan tubuh, yang

umumnya mempunyai pertimbangan lebih besar antara luas permukaan kepala

dengan luas ekstremitas bawah dibandingkan pada orang dewasa. Area kepala

luasnya adalah 19% pada waktu lahir (10% lebih besar daripada orang dewasa).

Hal ini terjadi akibat pengurangan pada luas ekstremitas bawah, yang masing-

masing sebesar 13%. Dengan bertambahnya umur setiap tahun, sampai usia 10

tahun, area kepala dikurangi 1% dan jumlah yang sama ditambah pada setiap

ekstremitas bawah. Setelah usia 10 tahun, digunakan persentase orang dewasa.

Rumus rule of nine dari Wallace tidak digunakan pada anak dan bayi

karena luas relatif permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif

permukaan kaki lebih kecil. Oleh karena itu, gunakan rumus 10 untuk bayi, dan

rumus 10-15-20 dari Lund dan Browder untuk anak.

area 0-1 1-4 5-9 10-14 15 dewasa 2nd* 3rd* TBSA

kepala 19 17 13 11 9 7

Leher 2 2 2 2 2 2

Badan bagian

depan

13 13 13 13 13 13

Badan bagian

belakang

13 13 13 13 13 13

Pantat kanan 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5

Pantat kiri 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5

Genitalia

(kemaluan)

1 1 1 1 1 1

Lengan kanan

atas

4 4 4 4 4 4

Lengan kiri atas 4 4 4 4 4 4

Lengan bawah

kanan

3 3 3 3 3 3

Lengan bawah

kiri

3 3 3 3 3 3

Page 10: Refka Luka Bakar

Tangan kanan

(telapak tangan

depan dan

punggung tangan

2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5

Tangan kiri

(telapak tangan

dan punggung

tangan)

2,5 2,5 2,5 2,5 2,5 2,5

Paha kanan 5,5 6,5 8 8,5 9 9,5

Paha kiri 5,5 6,5 8 8,5 9 9,5

Betis kanan 5 5 5,5 6 6,5 7

Betis kiri 5 5 5,5 6 6,5 7

Kaki kanan

(bagian tumit

sampai telapak

kaki)

Kaki kiri

total

*derajat dua saat ini merupakan luka bakar sebagian baik dangkal maupun

dalam ; derajat 3 sebagai luka bakar seluruh lapisan (full-thickness)

Dalam perhitungan agar lebih mempermudah dapat dipakai luas telapak tangan

penderita adalah 1% dari luas permukaan tubuhnya. Pada anak-anak dipakai

modifikasi Rule of nine menurut Lund and Brower, yaitu ditekankan pada umur

15 tahun, 5 tahun dan 1 tahun

Page 11: Refka Luka Bakar

KRITERIA BERAT RINGANNYA (American Burn Association)

1. Luka bakar ringan

- Luka bakar derajat II < 15%

- Luka bakar derajat II < 10% pada anak-anak

- Luka bakar derajat III < 2%

2. Luka bakar sedang

- Luka bakar derajat II 15-25% pada orang dewasa

- Luka bakar II 10-20,5 pada anak-anak

- Luka bakar derajat III <10%

3. Luka bakar berat

- Luka bakar derajat II 25% atau lebih pada orang dewasa

- Luka bakar derajat II 20% atau lebih pada anak-anak

- Luka bakar derajat III 10% atau lebih

- Luka bakar mengenai tangan, wajah, telinga, mata, kaki, dan

genitalia/perineum

- Luka bakar dengan cedera inhalasi, listrik, disertai trauma lain.

PENATALAKSANAAN PENDERITA LUKA BAKAR FASE AKUT

Pada penanganan penderita dengan trauma luka bakar, seperti pada

penderita trauma-trauma lainnya harus ditangani secara teliti dan sistematik.

I. Evaluasi Pertama (Triage)

A. Airway, sirkulasi, ventilasi

Page 12: Refka Luka Bakar

Prioritas pertama penderita luka bakar yapng harus dipertahankan meliputi

airway, ventilasi dan perfusi sistemik. Kalau diperlukan segera lakukan

intubasi endotrakeal, pemasangan infuse untuk mempertahankan volume

sirkulasi

B. Pemeriksaan fisik keseluruhan.

Pada pemeriksaan penderita diwajibkan memakai sarung tangan yang steril,

bebaskan penderita dari baju yang terbakar, penderita luka bakar dapat pula

mengalami trauma lain, misalnya bersamaan dengan trauma abdomen

dengan adanya internal bleeding atau mengalami patah tulang

punggung/spine.

C. Anamnesis

Mekanisme trauma perlu diketahui karena ini penting, apakah penderita

terjebak dalam ruang tertutup sehingga kecurigaan adanya trauma inhalasi

yang dapat menimbulkan obstruksi jalan napas. Kapan kejadiannya terjadi,

serta ditanyakan penyakit-penyakit yang pernah di alami sebelumnya.

D. Pemeriksaan luka bakar

Luka bakar diperiksa apakah terjadi luka bakar berat, luka bakar sedang

atau ringan.

1. Ditentukan luas luka bakar. Dipergunakan Rule of nine untuk

menentukan luas luka bakarnya.

2. Ditentukan kedalaman luka bakar (derajat kedalaman)

II. Penanganan di ruang emergency

1. Diwajibkan memakai sarung tangan steril bila melakukan pemeriksaan

penderita.

2. Bebaskan pakaian terbakar

3. Dilakukan pemeriksaan yang teliti dan menyeluruh untuk memastikan

adanya trauma lain yang menyertai.

4. Bebaskan jalan napas. Pada luka bakar dengan distress jalan napas dapat

dipasang endotracheal tube. Tracheostomy hanya bila ada indikasi.

Page 13: Refka Luka Bakar

5. Pemasangan intravenous kateter yang cukup besar dan tidak dianjurkan

pemasangan scalp vein. Diberikan cairan Ringer laktat dengan jumlah

30-50 cc/jam untuk dewasa dan 20-30 cc/jam untuk anak-anak di atas 2

tahun dan 1 cc/Kg/jam untuk anak dibawah 2 tahun.

6. Dilakukan pemasangan foley kateter untuk monitor jumlah urine

produksi. Dicatat jumlah urine/jam

7. Dilakukan pemasangan nasogastrik tube untuk gastric dekompresi

dengan intermitten pengisapan.

8. Untuk menghilangkan nyeri hebat dapat diberikan morfin intravena dan

jangan secara intramuskular

9. Timbang berat badan

10. Diberikan tetanus toksoid bila diperlukan. Pemberian tetanus

toksoid booster bila penderita tidak mendapatkannya dalam 5 tahun

terakhir.

11. Pencucian luka di kamar operasi dalam keadaan pembiusan umum.

Luka dicuci debridement dan di desinfeksi dengan salvon 1 : 30 setelah

bersih tutup dengan tulle kemudian olesi dengan silver sulfa diazine

(SSD) sampai tebal. Rawat tertutup dengan kasa steril yang tebal. Pada

hari ke-5 kasa di buka dan penderita dimandikan dengan air dicampur

Salvon 1: 30

12. Eskarotomi adalah suatu prosedur atau membuang jaringan yang

mati (eskar) dengan teknik eksisi tangensial berupa eksisi lapis demi

lapis jaringan nekrotik sampai didapatkan permukaan yang berdarah.

Fasiotomi dilakukan pada luka bakar yang mengenai kaki dan tangan

melingkar, agar bagian distal tidak nekrose karena stewing.

13. Penutupan luka dapat terjadi atau dapat dilakukan bila preparasi

bed luka telah dilakukan dimana didapatkan kondisi luka yang relative

lebih bersih dan tidak infeksi. Luka dapat menutup tanpa prosedur

operasi. Secara persekundam terjadi proses epitelisasi pada luka bakar

yang relative superficial. Untuk luka bakar yang dalam pilihan yang

tersering yaitu split tickness skin grafting. Split tickness skin grafting

Page 14: Refka Luka Bakar

merupakan tindakan definitve penutup luka yang luas. Tandur alih kulit

dilakukan bila luka tersebut tidak sembuh-sembuh dalam waktu 2

minggu dengan diameter > 3 cm

PENANGANAN SIRKULASI

Pada luka bakarberat / mayor terjadi perubahan permeabilitaskapiler yang

akan diikuti dengan ekstrapasi cairan (plasma protein dan elektrolit) dari

intravaskuler ke jaringan interfisial mengakibatkan terjadinya hipovolemic intra

vaskuler dan edema interstisial. Keseimbangan tekanan hidrostatik dan onkotik

tergangu sehingga sirkulasi kebagian distal terhambat, menyebabkan gangguan

perfusi / sel / jaringan / organ. Pada luka bakar yang berat dengan perubahan

permeabilitas kapiler yang hampir menyeluruh, terjadi penimbunan cairan massif

di jaringan interstisial menyebabkan kondisi hipovolemik. Volume cairan

intravaskuler mengalami deficit, timbul ketidakmampuan menyelenggaraan proses

transportasi oksigen ke jaringan. Keadaan ini dikenal dengan sebutan syok. Syok

yang timbul harus diatasi dalam waktu singkat, untuk mencegah kerusakan sel dan

organ bertambah parah, sebab syok secara nyata bermakna memiliki korelasi

dengan angka kematian. Beberapa penelitian membuktikan bahwa

penatalaksanaan syok dengan metode resusutasi cairan konvensional

(menggunakan regimen cairan yang ada) dengan penatalaksanaan syok dalam

waktu singkat, menunjukkna perbaikkan prognosis, derajat kerusakan jaringan

diperkecil (pemantauan kadar asam laktat), hipotermi dipersingkat dan koagulatif

diperkecil kemungkinannya, ketiganya diketahui memiliki nilai prognostic

terhadap angka mortalitas. Pada penanganan perbaikan sirkulasi pada luka bakar

dikenal beberapa formula berikut :

- Evans Formula

- Brooke Formula

- Parkland Formula

- Modifikasi Formula

- Monafo Formula

Page 15: Refka Luka Bakar

RESUSITASI CAIRAN

BAXTER formula

Hari pertama :

Dewasa : Ringer Laktat 4 cc x berat badan x % luas luka bakar per 24 jam

Anak : Ringer Laktat : Dextran = 17 : 3

2 cc x berat badan x % luas luka ditambah kebutuhan faali.

Kebutuhan faali :

< 1 tahun : berat badan x 100 cc

1-3 tahun : berat badan x 75 cc

3-5 tahun : berat badan x 50 cc

½ jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama. ½ diberikan 16 jam berikutnya.

Hari kedua

Dewasa : ½ hari I

Anak : diberi sesuai kebutuhan faali

Menurut Evans : Cairan yang dibutuhkan :

1. RL/NaCL = Luas combustio......% x Berat badan/Kg 1 cc

2. Plasma = luas combustio...........% x Berat Badan/ Kg x 1 cc

3. Pengganti yang hilang karena penguapan D5 2000 cc

Hari I = 8 jam x ½ dan 16 jam x ½

Hari II = ½ hari

Hari III = hari ke II

Page 16: Refka Luka Bakar

PENANGANAN PERNAPASAN

Trauma inhalasi merupakan faktor yang secara nyata memiliki korelasi

dengan angka kematian. Kematian akibat trauma inhalasi terjadi dalam waktu

singkat 8 sampai 24 jam pertama pasca operasi. Pada kebakaran dalam ruangan

tertutup atau bilamana luka bakar mengenai daerah muka/wajah dapat

menimbulkan kerusakan mukosa jalan napas akibat gas, asap atau uap panas yang

terhisap. Edema yang terjadi dapat menyebabkan gangguan berupa hambatan

jalan napas karena edema laring. Trauma panas langsung adalah terhirup sesuatu

yang sangat panas, produk-produk yang tidak sempurna dari bahan yang terbakar

seperti bahan jelaga dan bahan khusus yang menyebabkan kerusakan dari mukosa

langsung pada percabangan trakheobronkial. Keracunan asap yang disebabkan

oleh termodegradasi material alamiah dan materi yang diproduksi.

Termodegradasi material alamiah dan materi yang diproduksi. Termodegradasi

menyebabkan terbentuknya gas toksik seperti hydrogen sianida, nitrogen oksida,

hydrogen klorida, akreolin dan partikel-partikel tersuspensi. Efek akut dari bahan

kimia ini menimbulkan iritasi dan bronkokonstriksi pada saluran napas. Obstruksi

jalan napas akan menjadi lebih hebat akibat adanya tracheal bronchitis dan edema.

Efek intoksikasi karbon monoksida (CO) mengakibatkan terjadinya hipoksia

jaringan. Karbon monoksida (CO) memiliki afinitas yang cukup kuat terhadap

pengikatan hemoglobin dengan kemampuan 210-240 kali lebih kuat dibanding

kemampuan O2 . jadi CO akan memisahkan O2 dari Hemoglobin sehingga

mengakibatkan hipoksia jaringan.

Kecurigaan adanya trauma inhalasi bila pada penderita luka bakar

mengalami hal sebagai berikut.

1. Riwayat terjebak dalam ruangan tertutup

2. Sputum tercampur arang.

3. Luka bakar perioral, termasuk hidung, bibir, mulut atau tenggorokan.

4. Penurunan kesadaran termasuk confusion

Page 17: Refka Luka Bakar

5. Terdapat tanda distress napas, seperti rasa tercekik. Tersedak, malas

bernafas atau adanya wheezing atau rasa tidak nyama pada mata atau

tenggorokan, menandakan adanya iritasi mukosa.

6. Adanya takipnea atau kelainan pada auskultasi seperti krepitasi atau ronki

7. Adanya sesak napas atau hilangnya suara

MONITORING DALAM FASE RESUSITASI (sampai 72 jam)

1. Mengukur urine produksi. Urine produksi dapat sebagai indikator apakah

resusitasi cukup adekuat atau tidak. Pada orang dewasa jumlah urine 30-50

cc urine/jam.

2. Berat jenis urine. Pascatrauma luka bakar berat jenis dapat normal atau

meningkat. Keadaaan ini dapat menunjukkan keadaan hidrasi penderita.

Bilamana berat jenis meningkat berhubungan dengan naiknya kadar

glukosa urine.

3. Vital sign

4. pH darah

5. perfusi perifer

6. laboratorium

a. serum elektrolit

b. plasma albumin

c. hematokrit, hemoglobin

d. urine sodium

e. elektrolit

f. liver function test

g. renal function tes

h. total protein/albumin

i. pemeriksaan lain sesuai indikasi (8)

7. penilaian keadaan paru

pemeriksaan kondisi paru perlu diobservasi tiap jam untuk mengetahui

adanya perubahan yang terjadi antara lain stridor, bronkospasme, adanya

Page 18: Refka Luka Bakar

sekret, wheezing, atau dispneu merupakan adanya impending obstruksi.

Pemeriksaan toraks foto ini. Pemeriksaan arterial blood gas

8. penilaian gastrointestinal

monitoring gastrointestinal setiap 2-4 jam dengan melakukan auskultasi

untuk mengetahui bising usus dan pemeriksaan sekresi lambung. Adanya

darah dan pH kurang dari 5 merupakan tanda adanya Culing Ulcer.

9. Penilaian luka bakarnya.

Bila dilakukan perawatan tertutup, dinilai apakah kasa basah, ada cairan

berbau atau ada tanda-tanda pus maka kasa perlu diganti. Bila bersih

perawatan selanjutnya dilakukan 5 hari kemudian.

PROGNOSIS

Prognosis pada kasus luka bakar ditentukan oleh beberapa faktor, dan

menyangkut mortalitas dan morbiditas atau burn illness severity and prediction of

outcome ; yang mana bersifat bersifat kompleks.

Beberapa faktor yang berperan antara lain faktor penderita ( usia, gizi,

jenis kelamin, dan kelainan sistemik), faktor trauma ( jenis, luas, kedalaman luka

bakar, dan trauma penyerta), dan faktor penatalaksanaan (prehospital and

inhospital treatment).

Prognosis luka bakar umumnya jelek pada usia yang sangat muda dan usia

lanjut. Pada usia yang sangat muda (terutama bayi) beberapa hal mendasar

menjadi perhatian, antara lain sistem regulasi tubuh yang belum berkembang

sempurna ; komposisi cairan intravaskuler dibandingkan dengan cairan

ekstravaskuler, interstitial, dan intraselular yang berbeda dengan komposisi pada

manusia dewasa, sangat rentan terhadap suatu bentuk trauma. Sistem imunologik

yang belum berkembang sempurna merupakan salah satu faktor yang patut

diperhitungkan, karena luka bakar merupakan suatu bentuk trauma yang bersifat

imunosupresi (7)

Page 19: Refka Luka Bakar

BAB III

PENUTUP

            Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan

oleh energi panas atau bahan kimia atau benda-benda fisik yang menghasilkan

efek baik memanaskan atau mendinginkan. Luka bakar pada penatalaksanaan

antara anak dan dewasa pada prinsipnya sama namun pada anak akibat luka bakar

dapat menjadi lebih serius. Hal ini disebabkan anak memiliki lapisan kulit yang

lebih tipis, lebih mudah untuk kehilangan cairan, lebih rentan untuk mengalami

hipotermia (penurunan suhu tubuh akibat pendinginan).

            Luka bakar pada anak 65,7% disebabkan oleh air panas atau uap panas

(scald). Mayoritas dari luka bakar pada anak-anak terjadi di rumah dan sebagian

besar dapat dicegah. Dapur dan ruang makan merupakan daerah yang seringkali

menjadi lokasi terjadinya luka bakar. Anak yang memegang oven, menarik taplak

dimana di atasnya terdapat air panas, minuman panas atau makanan panas.

            Luka bakar dangkal dan ringan (superfisial) dapat sembuh dengan cepat

dan tidak menimbulkan jaringan parut. Namun apabila luka bakarnya dalam dan

luas, maka penanganan memerlukan perawatan di fasilitas yang lengkap dan

komplikasi semakin besar serta kecacatan dapat terjadi.

            Oleh karena itu, semua orang khususnya orangtua, harus meningkatkan

pengetahuan mengenai luka bakar dan penanganannya, terutama pada anak-anak.

Page 20: Refka Luka Bakar

DAFTAR PUSTAKA

1.      Moenadjat, Yefta, Dr, Sp.BP; Luka Bakar – Pengetahuan Klinik

Praktis;Jakarta, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2003.

2.      Mansjoer, Arif, dkk (editor); Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2, edisi III – Luka

Bakar; Jakarta, Media Aesculapius, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia,

2000.

3.      Hansbrough JF, Hansbrough W. Pediatrics Burns. Pedriatics in Review. Vol

20;1999

4.      Morgan ED, Bledsoe SC, Barker J. Ambulatory management of  Burns.

American association of family Physician, 2000.

5.      Anonim. Maret 2010. Artikel tabung gas 3 kg kurang

pengawasan,http://birokrasi.kompasiana.com/2010/06/28/fakta-tabung-gas-3-kg-

kurang-pengawasan/

6.      Marzoeki, Djohansjah. Ilmu Bedah Luka dan Perawatannya, Airlangga

University Press, Surabaya 1993 : 10 - 19.

7.      Fenlon S, Nene S. Burns in children. Continuing Education in Anasthesia,

Critical Care&Pain. British Journal of Anasthesia. 2007

8.      Atkinson K. Burns : how to protect your child now. Parenting. 2001.

9.      Hudspith J, Rayatt S. First aid and treatment of minor burns. ABC of Burns.

BMJ 2004;328;1487-9.

10.  Anonymous. Burns, Clinical practice Guidelines. Royal Children’ Hospital

Melbourne. 2010

11.  Holland AJA. Pediatric burns: the forgotten trauma of childhood. Canadian

journal of Surgery;2006;4;272-7

12.  Bisono. Reksopradjo, Soelarto (ed.).Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Cet.I. Jakarta:

Binarupa Aksara.1999

13.  Pusponegoro, Aryono D. “Luka” dalam de Jong, Wim (ed.).Buku Ajar Ilmu

Bedah. Ed.2. Cet. I. Jakarta:EGC. 2005

14.  Schwartz, Seymour I. Intisari Prinsip-Prinsip Ilmu Bedah, Cet. I. Jakarta: EGC.

2000.

Page 21: Refka Luka Bakar