Upload
rahmi-hayati
View
71
Download
5
Embed Size (px)
DESCRIPTION
dk;jkefndkjn
Citation preview
Pendahuluan
Xeroderma pigmentosum pertama kali dideskripsikan pada tahun 1874 oleh Hebra
dan Kaposi. Xeroderma pigmentosum ditandai dengan gambaran klinis kulit yang kering dan
kulit yang mengalami hiperpigmentasi. XP adalah kelainan kulit yang jarang dan penyakit ini
ditransmisikan sebagai penyakit autosomal. Hal tersebut tersebut dikarenakan radiasi sinar
UV pada kulit yang mengakibatkan hipersensitivitas sel. Radiasi ini mengakibatkan defek
pada perbaikan DNA1.
Xeroderma pigmentosum sendiri adalah suatu penyakit autosomal resesif yang
diwariskan secara turun-temurun yang mana pada penyakit ini terjadi hipersensitivitas sel
disertai kerusakan mekanisme perbaikan pada DNA. Insiden xeroderma pigmentosum
diperkirakan 1 dalam 1 juta orang di Eropa dan Amerika Serikat1. XP ditemukan lebih
banyak di daerah Tiimur Tengah dimana terjadi pernikahan antar kerabat dekat. Pasien XP
juga telah dilaporkan di berbagai belahan dunia dan berbagai macam ras termasuk kulit
putih, Asia, kulit hitam dan Amerika1.
Definisi Xeroderma Pigmentosum
Xeroderma pigmentosum adalah suatu penyakit autosomal resesif yang diwariskan
secara turun-temurun yang mana pada penyakit ini terjadi hipersensitivitas sel disertai
kerusakan mekanisme perbaikan DNA. Hipersensitivitas dapat berupa radiasi sinar
Ultraviolet (UV) dan beberapa bahan kimia yang dapat merusak mekanisme perbaikan DNA.
Pada beberapa pasien XP juga dapat ditemukan degenerasi neurologis yang progresif 1,2.
Insiden dan Epidemiologi Xeroderma Pigmentosum
Insiden xeroderma pigmentosum diberbagai belahan dunia termasuk jarang. Frekuensi
terjadinya xeroderma pigmentosum adalah sekitar 1 dari 1 juta orang di Eropa dan Amerika.
Pasien XP juga telah dilaporkan di berbagai belahan dunia dari berbagai macam ras termasuk
kulit putih, asia, dan amerika1.
Pada tahun 2013, insiden xeroderma pigmentosum berkisar 1 kasus per 250.000
populasi. Dan yang paling banyak adalah grup XPC di Amerika Serikat. Frekuensi rata-rata
kasus XP di Eropa dan Amerika berkisar 1 kasus per 250.000 populasi3. Di Jepang, populasi
XP lebih tinggi 1 kasus per 40.000 populasi2. Grup XPA adalah betuk yang paling sering di
1
Jepang2. Individu dengan penyakit xeroderma pigmentosum dapat berkembang menjadi
neoplasma pada usia muda.
Gambar 1.Onset terjadinya xeroderma pigmentosum dan perbandingan dengan populasi Amerika yang normal1.
Penyakit ini ditemukan rata-rata pada awal
usia 2 tahun. Kanker kulit sering muncul
sebelum usia 10 tahun dan kanker organ
merupakan faktor risiko terjadinya XP.
Pada studi yang melibatkan 830 pasien, 45
% pasien mengidap karsinoma sel basal
(basal cell carcinoma) atau karsinoma sel
skuamosa dan melanoma sekitar 5 %.
Mayoritas tumor muncul pada bagian
kepala dan leher. Kelainan mata ditemukan
pada 40 % pasien termasuk ektropion,
corenal opacity, dan neoplasma.
Degenerasi neurologis ditemukan pada 20
% pasien xeroderma pigmentosum2,4
Dua penyebab utama mortalitas pada XP adalah melanoma maligna ganas dan
karsinoma sel skuamosa5. Pasien di bawah 20 tahun mempunyai 1000 kali risiko terjadinya
kanker kulit non melanoma dan melanoma. Rata-rata usia pasien dengan kanker kulit disertai
xeroderma pigmentosum adalah 8 tahun. Menurut ras kasus xeroderma pigmentosum
dilaporkan pada semua ras. Jika dilihat dari jenis kelamin, perbandingan pasien XP laki-laki
dan perempuan adalah sama dan biasanya penyakit ini dideteksi pada usia 1-2 tahun4.
Etiologi Xeroderma Pigmentosum
Penyebab xeroderma pigmentosum dikarenakan kegagalan perbaikan DNA yang
disebabkan oleh paparan sinar UV yang berlebihan1. Sebanyak 80 % pasien dengan XP
terdapat defek pada inisiasi perbaikan eksisi DNA4. Mayoritas pasien dengan xeroderma
pigmentosum mempunyai riwayat paparan sinar matahari sebelumnya. Riwayat paparan sinar
matahari sebaiknya difokuskan pada hubungan antara paparan sinar matahari dengan
terjadinya kelainan serta lamanya paparan sinar matahari. Pada xeroderma pigmentosum
biasanya tidak didapatkan riwayat penyakit keluarga sebelumnya dikarenakan XP merupakan
penyakit autosomal resesif5.
2
Etiopatogenesis Xeroderma Pigmentosum
Rasa seperti terbakar (sunburn) matahari merupakan respon normal patogenesis
xeroderma pigmentosum. Gambaran klinis seperti eritema, edema adalah reaksi yang
diakibatkan oleh vasodilatasi dan inflamasi. Respon ini kemungkinan dipicu oleh paparan
sinar UV yang akan mencetuskan kerusakan DNA. Pasien dengan XP akan menderita
perasaan seperti terbakar sinar matahari yang sangat berat. Hal ini akan mengakibatkan
fotoproduk UVR DNA yang persisten6.
Dasar terjadinya xeroderma pigmentosum ialah pada defek perbaikan DNA
khususnya pada perbaikan eksisi nukleotida (nucleotide excision repair/NER)4, hal ini
dikarenakan adanya kerusakan yang diakibatkan oleh radiasi sinar UV. Terdapat dua tipe
NER pada tubuh kita yaitu : global genom (GG-NER) dan transcription coupled (TC-NER).
Pada penelitian terkini kloning NER secara invitro dapat menggantikan NER yang
mengalami kerusakan1. NER sendiri adalah proses yang bertujuan untuk mengganti DNA
yang rusak dengan menempatkan DNA yang baru menggunakan strand sebagai penyangga
dan melibatkan 30 jenis gen berbeda4.
Sebanyak tujuh gen perbaikan pada XP telah diidentifikasi,yaitu gen XPA. Gen ini
memainkan peran pada GG-NER dan TC-NER. Telah dilaporkan bahwa gen XPA
mempunyai afinitas terhadap DNA yang mengalami kerusakan, XPA juga dapat mendeteksi
terjadinya kerusakan pada DNA. Ketika kerusakan DNA dideteksi oleh gen XPA, lalu akan
terbentuk kompleks. Kompleks inilah yang akan memperbaiki DNA. Produk gen lain yang
dibutuhkan pada pembentukan kompleks adalah XPB dan XPD,yang mana kedua gen
tersebut adalah bagian dari 9 subunit kompleks protein (TFIIH). Setelah DNA yang rusak
dihilangkan, gen XPG dan XPF mengkode endonukleus untuk mengaktifkan DNA baru
melalui polimerasi sel5.
Selain defek pada NER, teori lain mengatakan xeroderma pigmentosum disebabkan
kelainan pada perbaikan saat postreplikasi. Hal ini diakibatkan oleh mutasi yang muncul saat
polimerase sel. Selain itu, paparan sinar UV juga mempunyai efek imunosupresif pada tubuh
yang akan mencetuskan xeroderma pigmentosum. Walaupun gejala tipikal dari defisiensi
imun seperti infeksi multipel tidak selalu di observasi pada pasien XP, terdapat beberapa
kelainan imunologis yang dapat dilihat pada kulit pasien XP. Studi klinis pada kulit pasien
dengan XP mengindikasikan adanya deplesi sel langerhans yang di cetuskan oleh radiasi
sinar UV. Hal ini akan mengakibatkan kelainan sistem imunitas yang berdampak pada
3
pengurangan rasio sel-Thelper dan sel-T suppresor, kelainan produksi interferon pada
limfosit, dan pengurangan aktivitasi sel natural killer (NK)1,5.
Menurut Frechet, pasien dengan xeroderma pigmentosum juga menunjukkan
peningkatan matrix metalloproteinase 1 pada dermal fibroblas5. Selain itu, metalloproteinase
1 juga dapat muncul pada kulit yang tua dan karsinogenesis. Disamping itu, salah satu
penyebab tersering penyakit xeroderma pigmentosum (XP) adalah penyakit genetik
autosomal resesif yang mana terjadi mutasi pada enzim nucleotide excision repair (NER).
Menurut pendapat terkini, menerangkan bahwa kerusakan DNA pada tubuh manusia akan
diperbaiki oleh NER. Walaupun sampai kini belum ada teori yang jelas mengenai hubungan
paparan sinar UV dengan NER.
Adapun 8 macam tipe xeroderma pigmentosum3:
a.Xeroderma pigmentosum Tipe A.I.XPA, bentuk klasik.
b. Xeroderma pigmentosum Tipe B II, XPB
c. Xeroderma Pigmentosum Tipe C III, XPC
d. Xeroderma Pigmentosum Tipe D,IV, XPD
e. Xeroderma Pigmentosum Tipe E,V, XPE
f. Xeroderma Pigmentosum Tipe F,VI, XPF
g. Xeroderma Pigmentosum Tipe G,VII, XPG
h. Xeroderma Pigmentosum jenis yang dominan.
Gambar 2.Kelainan NER pada pasien dengan xeroderma pigmentosum4
4
Gambar 3. Mekanisme perbaikan DNA setelah paparan
sinar UV4
Gambar 4.Perbaikan NER akibat paparan sinar UV
5
Manifestasi Klinis Xeroderma Pigmentosum
Gambaran klinis Xeroderma pigmentosum (XP) di antaranya adalah1,2 :
Kulit : Sebanyak 60 % kasus dengan XP tanda pertama kali yang ditemukan adalah
sensitivitas yang tinggi terhadap paparan sinar matahari. Pada individu ini akan timbul
perasaan seperti terbakar sinar matahari pada minggu pertama dan dapat di diagnosis salah
oleh dokter yaitu seperti penyakit selulitis dan impetigo. 40 % individu lainnya tidak
menunjukkan respon rasa seperti terbakar matahari. Selain itu pada kasus lain manifestasi
klinis XP, 2 tahun pertama kulit akan timbul bintik-bintik hitam hiperpigmentasi (freckle-like
pigmentation) seperti pada lentigo pada daerah yang terkena paparan sinar matahari.
Manifestasi tersebut timbul pada daerah hidung, zigoma, dan kening lalu selanjutnya akan
muncul pada daerah leher. Gejala lain yang dapat timbul pada awal penyakit XP adalah
fotofobia sehingga karena kulit kurang paparan sinar matahari, kulit pasien XP akan kering,
kasar dan atrofi. Makula hipopigmentasi sering muncul pada manifestasi pertama kali, dan
telangiektasia biasanya muncul pada fase lanjut4,5.
Kurang lebih 50 % pasien dengan XP mempunyai riwayat paparan sinar UV yang
mengakibatkan kulit seperti terbakar oleh sinar matahari. Dilaporkan pada beberapa pasien
terdapat lesi berupa bintik-bintik (freckle) makula hiperpigmentasi terutama pada daerah yang
mengalami paparan dengan sinar matahari. Rata-rata usia pada onset penyakit XP berkisar di
antara 1 dan 2 tahun. Pada beberapa pasien dengan paparan sinar matahari yang berat akan
mengakibatkan kelainan pigmen di daerah aksila. Paparan yang terus-menerus akan
mengakibatkan kulit menjadi kering dan seperti kertas perkamen (parchment like)1.
6
Gambar 5. Makula pigmentasi pada punggung anak kecil dengan xeroderma pigmentosum
Gambar 6. Xeroderma pigmentosum ringan sampai dengan berat1.
7
Diagnosis Xeroderma Pigmentosum
Diagnosis xeroderma pigmentosum ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan penunjang. Penyakit xeroderma pigmentosum biasanya berlangsung
dalam 3 fase. Fase pertama muncul setelah berusia 6 bulan. Fase pertama ini
dikarakteristikkan dengan eritema difus, skuama dan bintik-bintik area yang hiperpigmentasi.
Biasanya area ini sebelumnya terkena paparan sinar matahari. Akibat progresifitas penyakit
XP kelainan akan muncul pada tungkai bawah, leher, dan badan pada kasus yang sangat
berat. Manifestasi klinis pada XP biasanya akan permanen walaupun sampai pada musim
dingin dengan paparan sinar matahari yang minim5,6.
Gambar 7. Wajah dari balita dengan xeroderma pigmentosum, pada fase awal, terdapat bintik-bintik dan
skuama5
Fase kedua penyakit xeroderma pigmentosum dikarakteristikkan oleh poikiloderma.
Poikiloderma terdiri dari atrofi kulit, telangiektasis dan hiperpigmentasi dan hipopigmentasi.
Walaupun telangiektasis juga muncul pada daerah yang terkena paparan, telangiektasis juga
muncul pada kulit yang tidak terkena paparan seperti mukosa bukal.
Fase ketiga dari penyakit ini adalah munculnya keganasan, termasuk sel karsinoma
skuamosa, melanoma maligna, karsinoma sel basal dan fibrosarkoma. Keganasan ini dapat
muncul pada awal usia 4-5 tahun dan lebih banyak terkena pada daerah yang banyak terkena
sinar matahari5,6.
8
Gambar 8. Punggung dari remaja dengan xeroderma pigmentosum, terdapat hiperpigmentasi dan atrofi5
Tes Laboratorium
Tidak ada pemeriksaan laboratorium yang konsisten pada pasien dengan xeroderma
pigmentosum. Diagnosis xeroderma pigmentosum dapat ditegakkan dengan pemeriksaan
khusus laboratorium yang mencakup kultur sel untuk melihat hipersensitivitas seluler
(celluler hypersensitivity)1,2. Pada pemeriksaan hipersensitivitas seluler, fibroblas dari
xeroderma pigmentosum di paparkan dengan berbagai dosis dari radias sinar UV. Lalu
kerusakan kromosom di evaluasi setidaknya sebanyak 100-200 sel. Lalu sel yang berasal dari
pasien dibandingkan dengan sel yang berasal dari orang tuanya, hal ini untuk melihat apakah
ada heterozigot untuk xeroderma pigmentosum. Sel dari individu yang sehat digunakan untuk
kontrol. Selanjutnya untuk mengeliminasi subjek xeroderma pigmentosum, dilakukan
evaluasi kromosom yang mengalami kerusakan. Diagnosis prenatal dapat dilakukan dengan
mengukur paparan sinar UV yang akan mencetuskan sintesis DNA pada kultur sel cairan
amnion. Diagnosis XP ditegakkan dengan ditemukkan sel trofoblas yang didapatkan pada
awal kehamilan. Tes Lain yang dapat bermanfaat adalah pemeriksaan elektroensefalografi5.
Pemeriksaan Histologi
Pemeriksaan histologi ditemukan pada fase pertama xeroderma pigmentosum yaitu
terdapat hiperkeratosis dan terjadi peningkatan pigmen melanin. Beberapa rete ridges dapat
memannjang dimana rete ridge lain dapat terjadi atrofi. Hal ini dikarenakan proses inflamasi
yang kronis yang menginfiltrasi bagian atas dermis1,2. Gambaran lainnya juga akan ditemukan
apoptosis dari sel keratinosit6.
Pada fase kedua,terdapat hiperkeratosis dan hiperpigmentasi. Terdapat juga
telangiektasia. Hal ini berkaitan dengan pokiloderma.Gambaran histologis pada fase ketiga
tidak khas dikarenakan terdapat variasi tumor yang merupakan komplikasi xeroderma
pigmentosum5.
9
Gambar 9. Gambaran histologis aktinik keratosis pada individu dengan xeroderma pigmentosum. Terdapat juga parakeratosis5
Penatalaksanaan Xeroderma Pigmentosum
Manajemen pasien dengan XP didasari oleh diagnosis awal, perlindungan seumur
hidup dari paparan radiasi UV, dan deteksi dini dan pengobatan terhadap neoplasma.
Diagnosis didasarkan pada karakteristik gambaran klinis dan dikonfirmasi dengan tes
laboratorium dari hipersensitivitas selular untuk UV dan kegagalan perbaikan DNA.7
Pencegahan
Pasien harus diedukasi untuk melindungi semua permukaan tubuh dari radiasi UV
dengan memakai pakaian pelindung dan kacamata yang menyerap UV dan gaya rambut
panjang. Mereka harus mengadopsi gaya hidup untuk meminimalkan paparan UV dan
menggunakan tabir surya dengan Sun Protective Factor (SPF) tinggi (minimal SPF 30)
sehari-hari. Pasien harus sering diperiksa oleh anggota keluarga yang telah diperintahkan.
Satu set foto berwarna dari seluruh permukaan kulit dengan fokus pada lesi sering sangat
berguna untuk pasien dan dokter dalam mendeteksi lesi baru. Seorang dokter harus
memeriksa pasien kira-kira setiap 3-6 bulan tergantung pada keparahan penyakit kulit. Lesi
premalignant seperti keratosis actinic dapat diobati dengan cairan nitrogen, atau dengan 5-
fluorouracil topikal atau imiquimod.1,4
Gambar 10. Proteksi pasien anak XP dari Sinar Matahari. A. Proteksi semua bagian tubuh dengan pakaian. B. Kaca pelindung yang lebih transparan pada pasien XP
10
Sel-sel dari pasien dengan XP juga hipersensitif terhadap mutagen lingkungan seperti
benzo[a]pyrene yang ditemukan di dalam asap rokok, dinyatakan bahwa pasien dengan XP
harus dilindungi dari agen ini. Direkomendasikan bahwa pasien XP menahan diri dari
merokok dan orang tua harus melindungi anak-anak dengan XP dari paparan asap rokok.1
Sebanyak 50 % dari semua pasien XP yang telah didiagnosis bertahan hingga dekade ketiga.
Sebanyak 40 % pasien XP akan bertahan selama 20 tahun. Pencegahan sederhana seperti
pencegahan sinar matahari dapat memperpanjang hidup pasien XP8.
Meskipun tidak ada obat yang tersedia untuk XP, masalah kulit dapat diperbaiki dengan
perlindungan yang tepat. Namun, beberapa efek dari paparan sinar matahari sebelum
diagnosis mungkin muncul di tahun berikutnya meskipun perlindungan matahari yang
memadai telah di berikan setelah diagnosis. Semua perubahan kulit yang disebabkan oleh
sinar UV, dengan perlindungan lengkap dari paparan UV dapat mencegah perubahan kulit
sepenuhnya.
Langkah-langkah perlindungan tersebut meliputi:1,3
1. Semua jendela di rumah, mobil dan sekolah harus ditutup dengan film UV-resistant,
yang tersedia secara komersial. Lampu Rumah Sakit, lampu halogen, lampu logam
halida dan beberapa lampu neon perlu dihindari atau ditutupi.
2. Bila di luar rumah pada siang hari, kulit yang terkena harus ditutup dengan tabir surya
dan lip balm. Celana panjang, baju lengan panjang dan sarung tangan harus dipakai
bersama-sama dengan masker wajah UV-resistant.
3. Dianjurkan untuk sering melakukan pemeriksaan mata di dokter spesialis mata.
4. Kerasnya sun-protection cenderung mengakibatkan kekurangan vitamin D, sehingga
suplemen vitamin D harus diresepkan.
5. Pasien harus menghindari asap rokok dan lingkungan karsinogen lainnya.
6. masalah psikososial perlu ditangani: isolasi sosial dari teman sebaya di sekolah dan di
rumah; prospek karir terhalangi dan langkah-langkah fotoproteksi yang sangat teliti
dapat menyebabkan penolakan di masyarakat.3
Komplikasi
11
Komplikasi yang dapat terjadi pada xeroderma pigmentosum adalah keganasan,
tumor maligna dapat berkembang pada tahun ketiga dan keempat. Karsinoma sel basal adalah
bentuk yang paling umum. Disamping itu, karsinoma sel skuamosa juga sering terlihat
sebagai komplikasi XP6. Terdapat pula karsinoma sel skuamosa yang terdapat pada lidah.
Penyakit ini jarang menyebabkan kematian sebelum usia 10 tahun namun terdapat
peningkatan 2 kali saat usia lebih dari 20 tahun6. Perkembangan XP menjadi kanker
bergatung pada derajat keparahan dari paparan sinar matahari, jika sudah terlalu berat akan
disertai dengan De Sanctis-Cacchione Syndrome7. Prognosis lain mengatakan bahwa pasien
dengan XP bisa akan berkembang menjadi kanker payudara, osteosarkoma dan paru-paru
leengkap9.
Komplikasi lain yang dapat muncul pada xeroderma pigmentosum adalah Sistemik
Lupus Eritematosus (SLE), rata-rata usia pasien XP yang berkomplikasi menjadi SLE adalah
18 tahun dan yang paling banyak adalah jenis kelamin perempuan dikarenakan terjadi
peningkatan antibodi antinuklear4.
Mata : Kelainan mata (okuli) merupakan hal yang penting pada komplikasi XP. Bagian
posterior retina terlindungi dari sinar UV dikarenakan terdapat kelopak mata, kornea dan
konjungtiva. Sehingga gambaran klinis yang terlihat terbatas pada daerah anterior mata.
Fotofobia sering ditemukan dan diasosiasikan dengan injeksi konjungtiva. Pada tes
Schirmer’s, terdapat penurunan jumlah produksi air mata dikarenakan mata menjadi kering.
Paparan UV yang berlangsung lebih lama akan mengakibatkan keratitis berat sampai
terjadinya opasifikasi dan vaskularisasi. Kelopak mata akan mengalami peningkatan pigmen
dan terjadi kerontokan pada bulu mata. Atrofi kulit kelopak mata akan mengakibatkan
ektropion, entropion dan pada beberapa kasus sampai mengakibatkan kehilangan bulu mata
yang total. Manifestasi pada mata ini lebih berat ditemukan pada orang kulit hitam1,4.
Mata harus dilindungi dengan memakai kacamata UV-absorbing dengan pelindung
disampingnya. Tetes mata metilselulosa dapat digunakan untuk menjaga kelembaban kornea.
Selain itu dapat juga diberikan soft lens pada mata. Transplantasi kornea telah memulihkan
penglihatan pada pasien dengan opacity kornea dari keratitis berat. Neoplasma dari kelopak
mata, konjungtiva, dan kornea biasanya tetap diberikan terapi pembedahan. Dapat dilakukan
pemeriksaan swab untuk memperoleh hasil spesimen sitologi dari permukaan mata untuk
menentukan apakah neoplasma awal dapat di deteksi.10,4
12
Kanker : Pasien dengan XP dengan usia < 20 tahun mempunyai faktor risiko 10.000 x
untuk berkembang penyakitnya menjadi basal sel karsinoma, skuama sel karsinoma, dan
melanoma. Rata-rata usia pasien XP yang termasuk pada golongan nonmelanoma ialah 8
tahun. Penurunan XP selama 50 tahun terakhir jika dibandingkan dengan populasi umum
adalah sebuah indikasi untuk dilakukannya perbaikan DNA (DNA repair), hal ini betujuan
untuk melindungi kanker kulit pada individu yang tidak terinfeksi10.
Kebanyakan pasien dengan XP tidak sensitif abnormal terhadap terapi sinar-X, dan
pasien XP telah merespon secara normal dosis penuh terapi radiasi-X untuk pengobatan
neoplasma yang tidak dapat dioperasi seperti astrocytoma tulang belakang, lobus frontal
astrocytoma, atau karsinoma sel skuamosa berulang. Ketika terapi X-ray diindikasikan, dosis
kecil awal disarankan untuk menguji hipersensitivitas klinis.1,4
Dalam studi terkontrol, isotretinoin oral telah menunjukkan efektifitas sebagai
pencegahan neoplasma baru pada pasien dengan beberapa kanker kulit. Karena bersifat
toksisitas (hati, hiperlipidemia, teratogenik, kalsifikasi ligamen dan tendon), isotretinoin oral
harus disediakan untuk pasien dengan XP yang secara aktif mengembangkan jumlah
penderita kanker kulit yang baru. Kami menemukan bahwa efektifitas dosis bervariasi pada
setiap pasien dan beberapa pasien dapat merespon dosis isotretinoin oral paling sedikit 0,5
mg / kg / hari.1,4
Sistem Neurologis : Kelainan neurologis telah dilaporkan sebanyak 30 % pasien,
Onsetnya dapat timbul pada usia awal neonatus atau pada beberapa pasien dapat muncul pada
dekade ke dua. Kelainan neurologis dapat bersifat ringan (hiporefleksia) atau bisa bersifat
berat dengan retardasi mental yang progresif, tuli sensorineural, spastisitas atau kejang.
Bentuk yang paling berat dikenal dengan nama De Sanctis-Cacchione Syndrome, yang
melibatkan mata ditambah kelainan neurologis lain seperti mikrosefali, intelegensia yang
rendah, hiporefleksia atau arefleksia, koreoatetosis, ataxia. Lalu pemendekan tendon achiles
memicu dwarfisme dan perkembangan seksual yang belum matang. Bentuk De Sanctis-
Cacchione Syndrome yang sudah lengkap telah dilaporkan pada sedikit pasien,
bagaimanapun pasien XP akan mempunyai satu atau lebih gangguan neurologis. Pada praktik
klinis tes refleks tendon achilles dan pemeriksaan audiometri rutin dapat mendeteksi
timbulnya XP. Magnetic Resonance Imaging (MRI) juga dapat mendeteksi adanya XP, dan
hal ini ditandai dengan pembesaran ventrikel di otak5,11.
13
Audiometri rutin, pengukuran lingkar kepala, penilaian gaya berjalan dan pengujian
refleks tendon dalam biasanya dapat berfungsi sebagai untuk mewaspadai adanya kelainan
neurologis XP yang terkait. Sayangnya, bagaimanapun, penyebab masalah neurologis tidak
sepenuhnya dipahami. Pengelolaan pasien dengan keterlibatan kelainan neurologis dapat
mencakup penggunaan alat bantu dengar, terapi fisik, terapi okupasi dan terapi wicara1,3.
Gambar 11. Komplek Xeroderma Pigmentosum,A.28 tahun pasien perempuan pada XP komplemen grup B
dengan perubahan kulit menjadi atrofi dan pigmentasi. B. Pasien tampak jauh lebih pendek dari ibunya yang
normal karena heterozigot1.
Gambar 12. A. Perubahan pigmen kulit, kering dan cheilitis, B. 14 tahun anak kecil dengan makula pigmentasi
dengan bentuk yang tidak teratur, C.Kornea keruh dan bulu mata yang hilang, D. Makula pigmentasi dengan
berbagai ukuran
14
Gambar 13. Komplikasi xeroderma pigmentosum. Terdapat lesi berat pada seluruh wajah dan terdapat
karsinoma sel skuamosa pada bagian pipi6.
Prognosis
Meskipun penyakit yang diturunkan ini jarang terjadi, dapat dihitung bahwa pembawa gen
(carier) penyakit ini terdiri dari beberapa persen dari populasi umum1,3. Orang-orang ini
biasanya bebas dari gejala klinis. Namun, studi epidemiologi memiliki pendapat bahwa
pasien xeroderma pigmentosum mungkin memiliki peningkatan risiko neoplasia ke
depannya. Khususnya pada pembawa heterozigot ataksia telangiektasia yang mewakili 1
sampai 2 persen dari populasi umum, mungkin memiliki peningkatan risiko kematian akibat
kanker. Adanya pendapat serupa bahwa orang yang memiliki gen heterozigot untuk XP
memiliki peningkatan risiko kanker kulit. Menurut Laporan di London pada tahun 2013 rata-
rata kematian pasien dengan XP adalah pada usia 32 tahun yang disebabkan oleh dua
penyebab utama yaitu kanker kulit sebanyak 34 % dan neurodegenerasi sebanyak 31 %11.
Banyak individu terjadi peningkatan risiko dari paparan agen lingkungan1. Sebagai
gen cacat yang diidentifikasi, teknik biologi molekuler yang memungkinkan identifikasi
karier. Dalam cara yang sama, polimorfisme pada perbaikan DNA dapat dikaitkan dengan
peningkatan risiko kanker. Dengan demikian, ada implikasi untuk pengendalian kanker,
pengobatan preventif dan kesehatan kerja untuk ke depannya12,13.
15
Sampai saat ini belum ada pengobatan XP yang bersifat kuratif. Menurut penelitian
yang dilakukan oleh Aurelie pada tahun 2013, terdapat penatalaksanaan terbaru berbasis gen
untuk pasien dengan xeroderma pigmentosum. Pada penelitiannya, koreksi DNA yang rusak
menggunakan alat Meganuklease dan TALEN pada kultur sel. Untuk ke depannya koreksi
gen tersebut dinilai merupakan cara yang efisien dan reliabel pada pasien dengan XP8,.
DAFTAR PUSTAKA
[1 ] Runger Thomas, DiGiovanna, Kraemer KH. Hereditary Disorders of Genome Instability and DNA repair.In Wolff K, Goldsmith LA et al,. Fitzpatrick's Dermatology in General Medicine. 8 th ed. New York: Mc. Graw Hill; 2012.1659-1665
[2] Andrew’s. Xeroderma Pigmentosum. In : Disease of The Skin Clinical Dermatology 11 ed. Department of Dermatology : USA.2011.567
[3]Maredd subhash, Reddy, Babu et al.Xeroderma Pigmentosum : Man Deprived of His Right to Light. Accepted 9 Oktober 2013; 1-8.http// :www.pubmed.gov
[4]Harper J, Trembath RC. Genetiv and Genodermatoses. In : Burns Tony, Breathnach Stephen, Cox Neil et al Rooks Textboox of Dermatology Volume 1-4 7 Ed.London : Blackwell publishing company.2004.12.58-12.60
[5]Lehman AR, McGibbon D, Stefanini. Xeroderma Pigmentosum. Brighton. Accepted 1 November 2011;1-6.http//:www.ojrd.com/content/6/1/70
[6] Sethi, mieranm Lehmann alan, Fassihi, hiva.Xeroderma Pigmentosum: A Multidisciplinary Approach.Accepted 6 November 2013;54-63.http//:www.pubmed.gov
16
[7] Roxburgh’s. Xeroderma Pigmentosum.In : Common Skin Disease 17 Ed. University of Miami : USA.2003. 218-219
[8] Naik, Sudhir, Shenoy, Ashok, Nanjundappa, A et al. Cutaneous Malignanices in Xeroderma Pigmentosum : Earlier Management Improves Survival. Accept 20 Desember 2013;162-167.http//:www.pubmed.gov
[9] Ming, Xiao, Chuan Long, Luan Ying et al. Association of xeroderma pigmentosum complementation group G Asp1104 His polymorphism with breast cancer risk: A cumulative meta-analysis. Accepted 1 Agustus 2014;1177-1181.http// : www.pubmed.gov
[10]Alain, Sarasin. Chapter 16 : Progress and Prospect of Xeroderma Pigmentosum Therapy.In : Adanced in Experimental Medicine and Biology. Molecular Mechanism Xeroderma Pigmentosum vol 637.2008.School of science and technology : Japan University of Medicine, Shiyan, Hubei 442000, P.R. China
[11] Feller,L, Wood NH, Mostwaled MH et al. Xeroderma pigmentosum: a case report and review of the literature. Accepted 18 Mei 2010;87-91.http//:www.pubmed.gov
[12] Dupuy A, Valton J, Leduc S et al .Targeted Gene Therapy of Xeroderma Pigmentosum Cells Using Meganuclease and TALEN Vol 8. Accepted 13 November 2013;1-8.http//:www.plosone.org
[13]Diwan AH, James WD. Xeroderma Pigmentosum. Updated 27 Agustus 2013 .http// : www.medscape.com/xeroderma pigmentosum
17