52
BAB I PENDAHULUAN Air merupakan komponen utama dari seluruh cairan yang berada dalam tubuh. Pada saat lahir, kandungan air mengisi sekitar 75% berat badan manusia, saat menginjak usia 1 bulan mencapai 65% berat badan, sedangkan saat dewasa pada pria mencapai 60% berat badan dan 50% berat badan pada wanita. Air dalam tubuh terbagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu yang berada pada ruang intraselular, serta yang berada pada ruang ektraselular, dimana ruang ekstraselular lalu dapat dibagi kembali menjadi air yang mengisi ruang interstitial, serta plasma. Terapi cairan adalah tindakan untuk memelihara serta mengganti cairan dalam batas-batas fisiologis dengan cairan kristaloid (elektrolit) atau koloid (plasma ekspander) secara intravena. Tujuan utama terapi cairan perioperatif adalah untuk mengganti defisit pra bedah, selama pembedahan dan pasca bedah diamana saluran pencernaan belum berfungsi secara optimal disamping untuk pemenuhan kebutuhan normal harian. Terapi dinilai berhasil apabila pada penderita tidak ditemukan tanda- tanda hipovolemik dan hipoperfusi atau tanda-tanda kelebihan cairan berupa edema paru dan gagal nafas. 1,2 1

Referat Terapi Cairan (Repaired)-2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

anestesi

Citation preview

Page 1: Referat Terapi Cairan (Repaired)-2

BAB I

PENDAHULUAN

Air merupakan komponen utama dari seluruh cairan yang berada dalam tubuh.

Pada saat lahir, kandungan air mengisi sekitar 75% berat badan manusia, saat

menginjak usia 1 bulan mencapai 65% berat badan, sedangkan saat dewasa pada pria

mencapai 60% berat badan dan 50% berat badan pada wanita. Air dalam tubuh

terbagi ke dalam dua kelompok besar, yaitu yang berada pada ruang intraselular, serta

yang berada pada ruang ektraselular, dimana ruang ekstraselular lalu dapat dibagi

kembali menjadi air yang mengisi ruang interstitial, serta plasma.

Terapi cairan adalah tindakan untuk memelihara serta mengganti cairan dalam

batas-batas fisiologis dengan cairan kristaloid (elektrolit) atau koloid (plasma

ekspander) secara intravena. Tujuan utama terapi cairan perioperatif adalah untuk

mengganti defisit pra bedah, selama pembedahan dan pasca bedah diamana saluran

pencernaan belum berfungsi secara optimal disamping untuk pemenuhan kebutuhan

normal harian. Terapi dinilai berhasil apabila pada penderita tidak ditemukan tanda-

tanda hipovolemik dan hipoperfusi atau tanda-tanda kelebihan cairan berupa edema

paru dan gagal nafas.1,2

Defisit cairan perioperatif timbul sebagai akibat puasa pra-bedah yang

kadang-kadang dapat memanjang, kehilangan cairan yang sering menyertai penyakit

primernya, perdarahan, manipulasi bedah, dan lamanya pembedahan yang

mengakibatkan terjadinya translokasi cairan. Pada periode pasca bedah kadang-

kadang perdarahan dan atau kehilangan cairan (dehidrasi) masih berlangsung, yang

tentu saja memerlukan perhatian khusus. Puasa pra-bedah selama 12 jam atau lebih

dapat menimbulkan defisit cairan (air dan elektrolit) sebanyak 1 liter pada pasien

orang dewasa.1,3,4 Gejala dari defisit cairan ini belum dapat dideskripsikan, tetapi

termasuk di dalamnya adalah rasa haus, perasaan mengantuk, dan pusing kepala.1,5

1

Page 2: Referat Terapi Cairan (Repaired)-2

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Komposisi dan Distribusi Cairan Tubuh

Air merupakan bagian terbesar pada tubuh manusia, persentasenya dapat

berubah tergantung pada umur, jenis kelamin dan derajat obesitas seseorang. Pada

bayi Usia < 1 tahun cairan tubuh adalah sekitar 80-85% berat badan dan pada bayi

usia > 1 tahun mengandung air sebanyak 70-75 %. Seiring dengan pertumbuhan

seseorang, persentase jumlah cairan terhadap berat badan berangsur-angsur turun

yaitu pada laki-laki dewasa 50-60% berat badan, sedangkan pada wanita dewasa 50

% berat badan.5

Perubahan jumlah dan komposisi cairan tubuh, yang dapat terjadi pada

perdarahan, luka bakar, dehidrasi, muntah, diare, dan puasa preoperatif maupun

perioperatif, dapat menyebabkan gangguan fisiologis yang berat. Jika gangguan

tersebut tidak dikoreksi secara adekuat sebelum tindakan anestesi dan bedah, maka

resiko penderita menjadi lebih besar.1

Seluruh cairan tubuh didistribusikan ke dalam kompartemen intraselular dan

kompartemen ekstraselular. Lebih jauh kompartemen ekstraselular dibagi menjadi

cairan intravaskular dan intersisial.5

1. Cairan intraselular

Cairan yang terkandung di antara sel disebut cairan intraselular. Pada orang

dewasa, sekitar duapertiga dari cairan dalam tubuhnya terdapat di intraselular

(sekitar 27 liter rata-rata untuk dewasa laki-laki dengan berat badan sekitar 70

kilogram), sebaliknya pada bayi hanya setengah dari berat badannya merupakan

cairan intraselular.5

2. Cairan ekstraselular

Cairan yang berada di luar sel disebut cairan ekstraselular. Jumlah relatif

cairan ekstraselular berkurang seiring dengan usia. Pada bayi baru lahir, sekitar

setengah dari cairan tubuh terdapat di cairan ekstraselular. Setelah usia 1 tahun,

2

Page 3: Referat Terapi Cairan (Repaired)-2

jumlah cairan ekstraselular menurun sampai sekitar sepertiga dari volume total. Ini

sebanding dengan sekitar 15 liter pada dewasa muda dengan berat rata-rata 70kg.5

Cairan ekstraselular dibagi menjadi: 5

a. Cairan Interstitial

Cairan yang mengelilingi sel termasuk dalam cairan interstitial, sekitar 11- 12

liter pada orang dewasa. Cairan limfe termasuk dalam volume interstitial.

Relatif terhadap ukuran tubuh, volume ISF adalah sekitar 2 kali lipat pada

bayi baru lahir dibandingkan orang dewasa. 5

b. Cairan Intravaskular

Merupakan cairan yang terkandung dalam pembuluh darah (contohnya

volume plasma). Rata-rata volume darah orang dewasa sekitar 5 - 6L dimana

3 liternya merupakan plasma, sisanya terdiri dari sel darah merah, sel darah

putih dan platelet.5

c. Cairan transeluler

Merupakan cairan yang terkandung diantara rongga tubuh tertentu seperti

serebrospinal, perikardial, pleura, sendi sinovial, intraokular dan sekresi

saluran pencernaan. Pada keadaan sewaktu, volume cairan transeluler adalah

sekitar 1 liter, tetapi cairan dalam jumlah banyak dapat masuk dan keluar dari

ruang transeluler.5

Selain air, cairan tubuh mengandung dua jenis zat yaitu elektrolit dan non elektrolit.5

1. Elektrolit

Merupakan zat yang terdisosiasi dalam cairan dan menghantarkan arus listrik.

Elektrolit dibedakan menjadi ion positif (kation) dan ion negatif (anion). Jumlah

kation dan anion dalam larutan adalah selalu sama (diukur dalam miliekuivalen).5

Kation utama dalam cairan ekstraselular adalah sodium (Na+), sedangkan kation

utama dalam cairan intraselular adalah potassium (K+). Suatu sistem pompa

terdapat di dinding sel tubuh yang memompa keluar sodium dan potassium ini.

Anion utama dalam cairan ekstraselular adalah klorida (Cl-) dan bikarbonat

(HCO3 -), sedangkan anion utama dalam cairan intraselular adalah ion fosfat

(PO4 3-). Karena kandungan elektrolit dalam plasma dan cairan interstitial pada

3

Page 4: Referat Terapi Cairan (Repaired)-2

intinya sama maka nilai elektrolit plasma mencerminkan komposisi dari cairan

ekstraseluler tetapi tidak mencerminkan komposisi cairan intraseluler.5

a. Natrium

Natrium sebagai kation utama didalam cairan ekstraseluler dan paling

berperan di dalam mengatur keseimbangan cairan. Kadar natrium plasma: 135-

145mEq/liter. Kadar natrium dalam plasma diatur lewat beberapa mekanisme:

- Left atrial stretch reseptor

- Central baroreseptor

- Renal afferent baroreseptor

- Aldosterone (reabsorpsi di ginjal)

- Atrial natriuretic factor

- Sistem renin angiotensin

- Sekresi ADH

- Perubahan yang terjadi pada air tubuh total (TBW=Total Body

Water)

Kadar natrium dalam tubuh 58,5 mEq/kgBB dimana + 70% atau 40,5

mEq/kgBB dapat berubah-ubah. Ekresi natrium dalam urine 100-180 mEq/liter,

faeces 35mEq/liter dan keringat 58 mEq/liter. Kebutuhan setiap hari = 100 mEq

(6-15 gram NaCl). Natrium dapat bergerak cepat antara ruang intravaskuler dan

interstitial maupun ke dalam dan keluar sel. Apabila tubuh banyak mengeluarkan

natrium (muntah, diare) sedangkan pemasukan terbatas maka akan terjadi keadaan

dehidrasi disertai kekurangan natrium. Kekurangan air dan natrium dalam plasma

akan diganti dengan air dan natrium dari cairan interstitial. Apabila kehilangan

cairan terus berlangsung, air akan ditarik dari dalam sel dan apabila volume

plasma tetap tidak dapat dipertahankan terjadilah kegagalan sirkulasi.

b. Kalium

Kalium merupakan kation utama (99%) di dalam cairan ekstraseluler berperan

penting di dalam terapi gangguan keseimbangan air dan elektrolit. Jumlah

kalium dalam tubuh sekitar 53 mEq/kgBB dimana 99% dapat berubah-ubah

4

Page 5: Referat Terapi Cairan (Repaired)-2

sedangkan yang tidak dapat berpindah adalah kalium yang terikat dengan

protein didalam sel.7

Kadar kalium plasma 3,5-5,0 mEq/liter, kebutuhan setiap hari 1-3 mEq/kgBB.

Keseimbangan kalium sangat berhubungan dengan konsentrasi H+

ekstraseluler. Ekskresi kalium lewat urine 60-90 mEq/liter, faeces 72 mEq/liter

dan keringat 10 mEq/liter.7

c. Kalsium

Kalsium dapat dalam makanan dan minuman, terutama susu, 80-90%

dikeluarkan lewat faeces dan sekitar 20% lewat urine. Jumlah pengeluaran ini

tergantung pada intake, besarnya tulang, dan keadaan endokrin. Metabolisme

kalsium sangat dipengaruhi oleh kelenjar-kelenjar paratiroid, tiroid, testis,

ovarium, da hipofisis. Sebagian besar (99%) ditemukan didalam gigi dan + 1%

dalam cairan ekstraseluler dan tidak terdapat dalam sel.7

d. Magnesium

Magnesium ditemukan di semua jenis makanan. Kebutuhan untuk

pertumbuhan + 10 mg/hari. Dikeluarkan lewat urine dan faeces.7

e. Karbonat

Asam karbonat dan karbohidrat terdapat dalam tubuh sebagai salah satu hasil

akhir daripada metabolisme. Kadar bikarbonat dikontrol oleh ginjal. Sedikit

sekali bikarbonat yang akan dikeluarkan urine. Asam bikarbonat dikontrol oleh

paru-paru dan sangat penting peranannya dalam keseimbangan asam basa. 7

2. Non elektrolit

Merupakan zat seperti glukosa dan urea yang tidak terdisosiasi dalam cairan. Zat

lainya termasuk penting adalah kreatinin dan bilirubin.5

Tabel 1. Komposisi Elektrolit pada Cairan Tubuh

ME

Q/L

PLAS

MA

INTERSTI

TIAL

INTERSELU

LAR

KATI

ON

Na 142 114 15

K 4 4 150

Ca 5 2,5 2

5

Page 6: Referat Terapi Cairan (Repaired)-2

Mg 3 1,5 27

ANIO

N

Cl

103

114 1

HCO

3

27 30 10

HPO

4

2 2 100

SO4 1 1 20

Asa

m

orga

nik

5 5 0

Prote

in

16 0 63

TOT

AL

154 152 194

Sumber : Campbell I: Physiology of fluid balance. Anaesth Intensive Care Med

7:462-465 2006.

B. Tekanan Cairan

Perbedaan lokasi antara di interstisial dan pada ruang vaskuler menimbulkan

tekanan cairan yaitu tekanan hidrostatik dan tekanan onkotik atau osmotik koloid.

Tekanan hidrostatik adalah tekanan yang disebabkan karena volume cairan dalam

pembuluh darah akibat kerja dari organ tubuh. Tekanan onkotik merupakan tekanan

yang disebabkan karena plasma protein. Perbedaan kedua tekanan tersebut

mengakibatkan pergerakan cairan. Misalnya terjadinya filtrasi pada ujung arteri,

tekanan hidrostatik lebih besar dari tekanan onkotik sehingga cairan dalam vaskuler

akan keluar menuju interstisial. Sedangkan pada ujung vena pada kapiler, tekanan

onkotik lebih besar sehingga cairan dapat masuk dari ruang interstisial ke vaskuler.

6

Page 7: Referat Terapi Cairan (Repaired)-2

Pada keadaan tertentu, dimana serum protein rendah, tekanan onkotik menjadi rendah

atau kurang maka cairan akan di absorpsi ke ruang vaskuler.7

C. Mekanisme Pengaturan Terhadap Pergerakan Cairan Tubuh

Perpindahan air dan zat terlarut di antara bagian-bagian tubuh melibatkan

mekanisme transpor pasif dan aktif. Mekanisme transpor pasif tidak membutuhkan

energi sedangkan mekanisme transpor aktif membutuhkan energi. Difusi dan osmosis

adalah mekanisme transpor pasif. Sedangkan mekanisme transpor aktif berhubungan

dengan pompa Na-K yang memerlukan ATP. 5,7

Proses pergerakan cairan tubuh antar kompertemen dapat berlangsung secara:

a. Osmosis

Osmosis adalah bergeraknya molekul (zat terlarut) melalui membran

semipermeabel (permeabel selektif) dari larutan berkadar lebih rendah menuju

larutan berkadar lebih tinggi hingga kadarnya sama. Seluruh membran sel dan

kapiler permeabel terhadap air, sehingga tekanan osmotik cairan tubuh seluruh

kompartemen sama. Membran semipermeabel ialah membran yang dapat dilalui

air (pelarut), namun tidak dapat dilalui zat terlarut misalnya protein.5,7

Tekanan osmotik plasma darah ialah 285+ 5 mOsm/L. Larutan dengan

tekanan osmotik kira- kira sama disebut isotonik (NaCl 0,9%, Dekstrosa 5%,

Ringer laktat). Larutan dengan tekanan osmotik lebih rendah disebut hipotonik

(akuades), sedangkan lebih tinggi disebut hipertonik. 7

b. Difusi

Difusi ialah proses bergeraknya molekul lewat pori-pori. Larutan akan

bergerak dari konsentrasi tinggi ke arah larutan berkonsentrasi rendah. Tekanan

hidrostatik pembuluh darah juga mendorong air masuk berdifusi melewati pori-

pori tersebut. Jadi difusi tergantung kepada perbedaan konsentrasi dan tekanan

hidrostatik.5,7

c. Pompa Natrium Kalium

Pompa natrium kalium merupakan suatu proses transpor yang memompa ion

natrium keluar melalui membran sel dan pada saat bersamaan memompa ion

7

Page 8: Referat Terapi Cairan (Repaired)-2

kalium dari luar ke dalam. Tujuan dari pompa natrium kalium adalah untuk

mencegah keadaan hiperosmolar di dalam sel. 5,7

D. Asupan dan Kehilangan Cairan dan Elektrolit pada Keadaan Normal

Homeostasis cairan tubuh yang normalnya diatur oleh ginjal dapat berubah

oleh stres akibat operasi, kontrol hormon yang abnormal, atau pun oleh adanya cedera

pada paru-paru, kulit atau traktus gastrointestinal. Pada keadaan normal, seseorang

mengkonsumsi air rata-rata sebanyak 2000 - 2500 ml per hari, dalam bentuk cairan

maupun makanan padat dengan kehilangan cairan rata - rata 250 ml dari feses, 800-

1500 ml dari urin, dan hampir 600 ml kehilangan cairan yang tidak disadari

(insensible water loss) dari kulit dan paru-paru.

Asupan cairan yang lainnya didapat dari metabolisme oksidatif dari

karbohidrat, protein dan lemak yaitu sekitar 250-300 ml per hari, cairan yang

diminum setiap hari sekitar 1100-1400 ml tiap hari, cairan dari makanan padat sekitar

800-100 ml tiap hari, sedangkan kehilangan cairan terjadi dari ekskresi urin (rata-rata

1500 ml tiap hari, 40-80 ml per jam untuk orang dewasa dan 0,5 ml/kg untuk

pediatrik), kulit (insensible loss sebanyak rata-rata 6 ml/kg/24 jam pada rata-rata

orang dewasa yang mana volume kehilangan bertambah pada keadaan demam yaitu

100-150 ml tiap kenaikan suhu tubuh 1 derajat celcius pada suhu tubuh di atas 37

derajat celcius dan sensible loss yang banyaknya tergantung dari tingkatan dan jenis

aktivitas yang dilakukan), paru-paru (sekitar 400 ml tiap hari dari insensible loss),

traktus gastointestinal (100-200 ml tiap hari yang dapat meningkat sampai 3-6 L tiap

hari jika terdapat penyakit di traktus gastrointestinal), third-space loses.5

Perubahan cairan tubuh

Perubahan cairan tubuh dapat dikategorikan menjadi 3, yaitu :

1. Perubahan volume

a. Defisit volume

Defisit volume cairan ekstraselular merupakan perubahan cairan tubuh yang

paling umum. Penyebab paling umum adalah kehilangan cairan di gastrointestinal

akibat muntah, penyedot nasogastrik, diare dan drainase fistula. Penyebab lainnya

dapat berupa kehilangan cairan pada cedera jaringan lunak, infeksi, inflamasi

8

Page 9: Referat Terapi Cairan (Repaired)-2

jaringan, peritonitis, obstruksi usus, dan luka bakar. Keadaan akut, kehilangan

cairan yang cepat akan menimbulkan tanda gangguan pada susunan saraf pusat

dan jantung. Pada kehilangan cairan yang lambat lebih dapat ditoleransi sampai

defisi volume cairan ekstraselular yang berat terjadi.

Dehidrasi

Dehidrasi ialah kekurangan air dalam tubuh yang dapat dikategorikan menjadi

dehidrasi ringan (kurang dari 5%), dehidrasi sedang (5 sampai 10%), dan dehidrasi

berat (lebih dari 10%). Sifat dehidrasi dapat berupa isotonik (kadar Na dan

osmolaritas serum normal), hipotonik atau hiponatremik (kadar Na kurang dari

130mmol/L atau osmolaritas serum kurang dari 275 mOsm/L), atau dapat juga

hipertonik atau hipernatremik (kadar Na lebih dari 150 mmol/L atau osmolaritas

serum lebih dari 295 mOsm/L).

- Dehidrasi isotonis (isonatremik): terjadi ketika kehilangan cairan hampir sama

dengan konsentrasi natrium terhadap darah. Kehilangan cairan dan natrium

besarnya relatif sama dalam kompartemen intravaskular maupun kompartemen

ekstravaskular.

- Dehidrasi hipotonis (hiponatremik): terjadi ketika kehilangan cairan dengan

kandungan natrium lebih banyak dari darah (kehilangan cairan hipertonis).

Secara garis besar terjadi kehilangan natrium yang lebih banyak dibandingkan

air yang hilang. Karena kadar natrium serum rendah, air di kompartemen

intravaskular berpindah ke kompartemen ekstravaskular, sehingga

menyebabkan penurunan volume intravaskular.

- Dehidrasi hipertonis (hipernatremik): terjadi ketika kehilangan cairan dengan

kandungan natrium lebih sedikit dari darah (kehilangan cairan hipotonis).

Secara garis besar terjadi kehilangan air yang lebih banyak dibandingkan

natrium yang hilang. Karena kadar natrium tinggi, air di kompartemen

ekstraskular berpindah ke kompartemen intravaskular, sehingga meminimalkan

penurunan volume intravaskular.

Tabel 2. Pedoman WHO untuk Menilai Dehidrasi

KLINIS DEHIDRASI DEHIDRASI DEHIDRASI

9

Page 10: Referat Terapi Cairan (Repaired)-2

RINGAN (5%) SEDANG (5-

10%)

BERAT (>10%)

KEADAAN

UMUM

Baik, kompos

mentis

Gelisah, rewel,

lesu

Letargik, tak sadar

MATA

CEKUNG,

KERING

Normal Cekung Sangat cekung

AIR MATA Ada Kering Kering sekali

MULUT/LIDAH

KERING

Lembab Kering Sangat kering,

pecah-pecah

HAUS Minum normal Haus Tak bias minum

TURGOR Baik Jelek Sangat jelek

NADI Normal Cepat Cepat sekali

TEKANAN

DARAH

Normal Turun Turun sekali

AIR KEMIH Normal Kurang, oliguri Kurang sekali

b. Kelebihan volume

Kelebihan volume cairan ekstraselular merupakan suatu kondisi akibat

iatrogenic (pemberian cairan intravena seperti NaCl yang menyebabkan kelebihan

air dan NaCl ataupun pemberian cairan intravena glukosayang menyebabkan

kelebihan air) ataupun dapat sekunder akibat insufisiensi renal (gangguan pada

GFR), sirosis, ataupun gagal jantung kongestif. Kelebihan cairan intaseluler dapat

terjadi jika terjadi kelebihan cairan tetapi jumlah NaCl tetap atau berkurang.

2. Perubahan konsentrasi

a. Hiponatremia

Kadar natrium normal 135-145 mEq/L, bila kurang dari 135 mEq/ L,

sudah dapat dibilang hiponatremia. Jika < 120 mg/L maka akan timbul gejala

disorientasi, gangguan mental, letargi, iritabilitas, lemah dan henti pernafasan,

sedangkan jika kadar < 110 mg/L maka akan timbul gejala kejang, koma.

10

Page 11: Referat Terapi Cairan (Repaired)-2

Hiponatremia ini dapat disebabkan oleh euvolemia (SIADH, polidipsi

psikogenik), hipovolemia (disfungsi tubuli ginjal, diare, muntah, third space

losses, diuretika), hipervolemia (sirosis, nefrosis). Keadaan ini dapat diterapi

dengan restriksi cairan (Na+ ≥ 125 mg/L) atau NaCl 3% ssebanyak (140-

X)xBBx0,6 mg dan untuk pediatrik 1,5-2,5 mg/kg.

Koreksi hiponatremia yang sudah berlangsung lama dilakukan scara

perlahanlahan, sedangkan untuk hiponatremia akut lebih agresif. Untuk

menghitung Na serum yang dibutuhkan dapat menggunakan rumus :

Na= Na1 – Na0 x TBW

Keterangan :

Na = Jumlah Na yang diperlukan untuk koreksi (mEq)

Na1 = 125 mEq/L atau Na serum yang diinginkan

Na0 = Na serum yang aktual

TBW = total body water = 0,6 x BB (kg)

b. Hipernatremia

Bila kadar natrium lebih dari 145 mEq/L disebut dengan hiperkalemia.

Jika kadar natrium > 160 mg/L maka akan timbul gejala berupa perubahan

mental, letargi, kejang, koma, lemah. Hipernatremi dapat disebabkan oleh

kehilangan cairan (diare, muntah, diuresis, diabetes insipidus, keringat

berlebihan), asupan air kurang, asupan natrium berlebihan. Terapi keadaan ini

adalah penggantian cairan dengan 5% dekstrose dalam air sebanyak {(X-140)

x BB x 0,6}: 140.12

c. Hipokalemia

Jika kadar kalium < 3 mEq/L. Dapat terjadi akibat dari redistribusi

akut kalium dari cairan ekstraselular ke intraselular atau dari pengurangan

kronis kadar total kalium tubuh. Tanda dan gejala hipokalemia dapat berupa

disritmik jantung, perubahan EKG (QRS segmen melebar, ST segmen

depresi, hipotensi postural, kelemahan otot skeletal, poliuria, intoleransi

11

Page 12: Referat Terapi Cairan (Repaired)-2

glukosa. Terapi hipokalemia dapat berupa koreksi faktor presipitasi (alkalosis,

hipomagnesemia, obat-obatan), infuse potasium klorida sampai 10 mEq/jam

(untuk mild hipokalemia ;>2 mEq/L) atau infus potasium klorida sampai 40

mEq/jam dengan monitoring oleh EKG (untuk hipokalemia berat;<2mEq/L

disertai perubahan EKG, kelemahan otot yang hebat). Rumus untuk

menghitung defisit kalium :

K = K1 – K0 x 0,25 x BB

Keterangan :

K = kalium yang dibutuhkan

K1 = serum kalium yang diinginkan

K0 = serum kalium yang terukur

BB = berat badan (kg)

d. Hiperkalemia

Terjadi jika kadar kalium > 5 mEq/L, sering terjadi karena insufisiensi

renal atau obat yang membatasi ekskresi kalium (NSAIDs, ACE-inhibitor,

siklosporin, diuretik). Tanda dan gejalanya terutama melibatkan susunan saraf

pusat (parestesia, kelemahan otot) dan sistem kardiovaskular (disritmik,

perubahan EKG). Terapi untuk hiperkalemia dapat berupa intravena kalsium

klorida 10% dalam 10 menit, sodium bikarbonat 50-100 mEq dalam 5-10

menit, atau diuretik, hemodialisis.

3. Perubahan komposisi

a. Asidosis respiratorik (pH< 3,75 dan PaCO2> 45 mmHg)

Kondisi ini berhubungan dengan retensi CO2 secara sekunder untuk

menurunkan ventilasi alveolar pada pasien bedah. Kejadian akut

merupakan akibat dari ventilasi yang tidak adekuat termasuk obstruksi

jalan nafas, atelektasis, pneumonia, efusi pleura, nyeri dari insisi abdomen

atas, distensi abdomen dan penggunaan narkose yang berlebihan.

Manajemennya melibatkan koreksi yang adekuat dari defek pulmonal,

12

Page 13: Referat Terapi Cairan (Repaired)-2

intubasi endotrakeal, dan ventilasi mekanis bila perlu. Perhatian yang ketat

terhadap higiene trakeobronkial saat post operatif adalah sangat penting.

b. Alkalosis respiratorik (pH> 7,45 dan PaCO2 < 35 mmHg)

Kondisi ini disebabkan ketakutan, nyeri, hipoksia, cedera SSP, dan

ventilasi yang dibantu. Pada fase akut, konsentrasi bikarbonat serum

normal, dan alkalosis terjadi sebagai hasil dari penurunan PaCO2 yang

cepat. Terapi ditujukan untuk mengkoreksi masalah yang mendasari

termasuk sedasi yang sesuai, analgesia, penggunaan yang tepat dari

ventilator mekanik, dan koreksi defisit potasium yang terjadi.

c. Asidosis metabolik (pH<7,35 dan bikarbonat <21 mEq/L)

Kondisi ini disebabkan oleh retensi atau penambahan asam atau

kehilangan bikarbonat. Penyebab yang paling umum termasuk gagal ginjal,

diare, fistula usus kecil, diabetik ketoasidosis, dan asidosis laktat.

Kompensasi awal yang terjadi adalah peningkatan ventilasi dan depresi

PaCO2. Penyebab paling umum adalah syok, diabetik ketoasidosis,

kelaparan, aspirin yang berlebihan dan keracunan metanol. Terapi

sebaiknya ditujukan terhadap koreksi kelainan yang mendasari. Terapi

bikarbonat hanya diperuntukkan bagi penanganan asidosis berat dan hanya

setelah kompensasi alkalosis respirasi digunakan.

d. Alkalosis metabolik (pH>7,45 dan bikarbonat >27 mEq/L)

Kelainan ini merupakan akibat dari kehilangan asam atau penambahan

bikarbonat dan diperburuk oleh hipokalemia. Masalah yang umum terjadi

pada pasien bedah adalah hipokloremik, hipokalemik akibat defisit volume

ekstraselular. Terapi yang digunakan adalah sodium klorida isotonik dan

penggantian kekurangan potasium. Koreksi alkalosis harus gradual selama

perode 24 jam dengan pengukuran pH, PaCO2 dan serum elektrolit yang

sering.

E. Terapi Cairan

13

Page 14: Referat Terapi Cairan (Repaired)-2

Terapi cairan ialah tindakan untuk memelihara, mengganti cairan tubuh dalam

batas-batas fisiologis dengan cairan infus kristaloid (elektrolit) atau koloid

(plasma ekspander) secara intravena.

Terapi cairan berfungsi untuk mengganti defisit cairan saat puasa sebelum dan

sesudah pembedahan, mengganti kebutuhan rutin saat pembedahan, mengganti

perdarahan yang terjadi, dan mengganti cairan yang pindah ke rongga ketiga.

1. Terapi Cairan Resusitasi

Terapi cairan resusitasi dapat dilakukan dengan pemberian infus Normal

Saline (NS), Ringer Asetat (RA), atau Ringer laktat (RL) sebanyak 20 ml/kg

selama 30-60 menit. Pada syok hemoragik bisa diberikan 2-3 l dalam 10 menit.

Larutan plasma ekspander dapat diberikan pada luka bakar, peningkatan

sirkulasi kapiler seperti MCI, syok kardiogenik, hemoragik atau syok septik.

Koloid dapat berupa gelatin (hemaksel, gelafunin, gelafusin), polimer dextrose

(dextran 40, dextran 70), atau turunan kanji (haes, ekspafusin)

Jika syok terjadi :

o Berikan segera oksigen

o Berikan cairan infus isotonic RA/RL atau NS

o Jika respon tidak membaik, dosis dapat diulangi

2. Terapi Cairan Rumatan

Terapi rumatan bertujuan memelihara keseimbangan cairan tubuh dan nutrisi.

Diberikan dengan kecepatan 80 ml/jam. Untuk anak gunakan rumus 4:2:1, yaitu :

- 4 ml/kg/jam untuk 10 kg pertama

- 2 ml/kg/jam untuk 10 kg kedua

- 1 ml/kg/jam tambahan untuk sisa berat badan

Terapi rumatan dapat diberikan infus cairan elektrolit dengan kandungan

karbohidrat atau infus yang hanya mengandung karbohidrat saja. Larutan

elektrolit yang juga mengendung karbohidrat adalah larutan KA-EN, dextran +

14

Page 15: Referat Terapi Cairan (Repaired)-2

saline, DGAA, Ringer's dextrose, dll. Sedangkan larutan rumatan yang

mengandung hanya karbohidrat adalah dextrose 5%. Tetapi cairan tanpa

elektrolit cepat keluar dari sirkulasi dan mengisi ruang antar sel sehingga

dextrose tidak berperan dalam hipovolemik.

Pada pembedahan akan menyebabkan cairan pindah ke ruang ketiga, ke ruang

peritoneum, ke luar tubuh. Untuk menggantinya tergantung besar kecilnya

pembedahan, yaitu :

- 6-8 ml/kg untuk bedah besar misalnya laparotomi

- 4-6 ml/kg untuk bedah sedang

- 2-4 ml/kg untuk bedah kecil misalnya debridement,FAM

3. Terapi Cairan Intraoperatif

Jumlah penggantian cairan selama pembedahan dihitung berdasarkan

kebutuhan dasar ditambah dengan kehilangan cairan akibat pembedahan. Untuk

menggantinya tergantung besar kecilnya pembedahan, yaitu:

- 6-8 ml/kg untuk bedah besar

- 4-6 ml/kg untuk bedah sedang

- 2-4 ml/kg untuk bedah kecil

Pada prinsipnya kecepatan pemberian cairan selama pembedahan adalah dapat

menjamin tekanan darah stabil tanpa menggunakan obat vasokonstriktor, dengan

produksi urin mencapai 0,5-1 ml/kgBB/jam.

a. Pemberian cairan saat operasi berlangsung:

(kebutuhan basal + kebutuhan intraoperasi + 50% X kebutuhan cairan puasa)

b. Pemberian cairan pada jam kedua operasi :

(kebutuhan basal + kebutuhan intraoperasi + 25% X kebutuhan cairan puasa)

c. Pemberian cairan pada jam ketiga operasi :

15

Page 16: Referat Terapi Cairan (Repaired)-2

(kebutuhan basal + kebutuhan intraoperasi + 25% X kebutuhan cairan puasa)

d. Pemberian cairan pada jam keempat operasi :

(kebutuhan basal + kebutuhan intraoperasi)

Gambar 1. Tujuan Terapi Cairan

Terapi Cairan

Resusitasi Rumatan

Penggantian Koloid Kebutuhan normal

defisit harian kristaloid

kristaloid

Mengganti kehilangan Memasok

akut (dehidrasi, syok kebutuhan cairan

hipovolemik)

F. Dasar-Dasar Terapi Cairan Elektrolit Perioperatif

Ada beberapa faktor yang harus diperhatikan dan menjadi pegangan

pemberian cairan perioperatif, yaitu :

1. Kebutuhan Normal Cairan Dan Elektrolit Harian

Orang dewasa rata-rata membutuhkan cairan 30-35 ml/kgBB/hari dan

elektrolit utama Na+ = 1-2 mmol/kgBB/hari dan K+ = 1mmol/kgBB/hari.

Kebutuhan tersebut merupakan pengganti cairan yang hilang akibat pembentukan

urine, sekresi gastrointestinal, keringat (lewat kulit) dan pengeluaran lewat paru

atau dikenal dengan insensible water losses. Cairan yang hilang ini pada

umumnya bersifat hipotonus (air lebih banyak dibandingkan elektrolit).

2. Defisit Cairan Dan Elektrolit Pra Bedah

Hal ini dapat timbul akibat dipuasakannya penderita terutama pada penderita

bedah elektif (sektar 6-12 jam), kehilangan cairan abnormal yang seringkali

menyertai penyakit bedahnya (perdarahan, muntah, diare, diuresis berlebihan,

translokasi cairan pada penderita dengan trauma), kemungkinan meningkatnya

16

Page 17: Referat Terapi Cairan (Repaired)-2

insensible water loss akibat hiperventilasi, demam dan berkeringat banyak.

Sebaiknya kehilangan cairan pra bedah ini harus segera diganti sebelum

dilakukan pembedahan.

3. Kehilangan Cairan Saat Pembedahan

a. Perdarahan

Secara teoritis perdarahan dapat diukur dari :

- Botol penampung darah yang disambung dengan pipa penghisap darah

(suction pump).

- Dengan cara menimbang kasa yang digunakan sebelum dan setelah

pembedahan. Kasa yang penuh darah (ukuran 4x4 cm) mengandung 10 ml

darah, sedangkan tampon besar (laparatomy pads) dapat menyerap darah

100-10 ml.

Dalam praktek jumlah perdarahan selama pembedahan hanya bisa ditentukan

berdasarkan kepada taksiran (perlu pengalaman banyak) dan keadaan klinis

penderita yang kadang-kadang dibantu dengan pemeriksaan kadar hemoglobin

dan hematokrit berulang- ulang (serial). Pemeriksaan kadar hemoglobin dan

hematokrit lebih menunjukkan rasio plasma terhadap eritrosit daripada jumlah

perdarahan. Kesulitan penaksiran akan bertambah bila pada luka operasi

digunakan cairan pembilas (irigasi) dan banyaknya darah yang mengenai kain

penutup, meja operasi dan lantai kamar bedah.

b. Kehilangan Cairan Lainnya

Pada setiap pembedahan selalu terjadi kehilangan cairan yang lebih menonjol

dibandingkan perdarahan sebagai akibat adanya evaporasi dan translokasi cairan

internal. Kehilangan cairan akibat penguapan (evaporasi) akan lebih banyak pada

pembedahan dengan luka pembedahan yang luas dan lama. Sedangkan

perpindahan cairan atau lebih dikenal istilah perpindahan ke ruang ketiga atau

sequestrasi secara masif dapat berakibat terjadi defisit cairan intravaskuler.

Jaringan yang mengalami trauma, inflamasi atau infeksi dapat mengakibatkan

sequestrasi sejumlah cairan interstitial dan perpindahan cairan ke ruangan serosa

(ascites) atau ke lumen usus. Akibatnya jumlah cairan ion fungsional dalam

17

Page 18: Referat Terapi Cairan (Repaired)-2

ruang ekstraseluler meningkat. Pergeseran cairan yang terjadi tidak dapat dicegah

dengan cara membatasi cairan dan dapat merugikan secara fungsional cairan

dalam kompartemen ekstraseluler dan juga dapat merugikan fungsional cairan

dalam ruang ekstraseluler.

4. Gangguan Fungsi Ginjal

Trauma, pembedahan dan anestesia dapat mengakibatkan:

- Laju Filtrasi Glomerular (GFR = Glomerular Filtration Rate) menurun.

- Reabsorbsi Na+ di tubulus meningkat yang sebagian disebabkan oleh

meningkatnya kadar aldosteron.

- Meningkatnya kadar hormon anti diuretik (ADH) menyebabkan terjadinya

retensi air dan reabsorpsi Na+ di duktus koligentes (collecting tubules)

meningkat.

- Ginjal tidak mampu mengekskresikan ‘free water´ atau untuk menghasilkan

urin Hipotonis.

Penatalaksanaan Terapi

1. Cairan Pra Bedah

Status cairan harus dinilai dan dikoreksi sebelum dilakukannya induksi

anestesi untuk mengurangi perubahan kardiovaskuler dekompensasi akut.

Penilaian status cairan ini didapat dari :

- Anamnesa : Apakah ada perdarahan, muntah, diare, rasa haus. Kencing

terakhir, jumlah dan warnya.

- Pemeriksaan fisik. Dari pemeriksaan fisik ini didapat tanda-tanda obyektif

dari status cairan, seperti tekanan darah, nadi, berat badan, kulit, abdomen,

mata dan mukosa.

- Laboratorium meliputi pemeriksaan elektrolit, BUN, hematokrit, hemoglobin

dan protein.

Defisit cairan dapat diperkirakan dari berat-ringannya dehidrasi yang terjadi,

dimana :

18

Page 19: Referat Terapi Cairan (Repaired)-2

- Pada fase awal pasien yang sadar akan mengeluh haus, nadi biasanya

meningkat sedikit, belum ada gangguan cairan dan komposisinya secara

serius. Dehidrasi pada fase ini terjadi jika kehilangan kira-kira 2% BB (1500

ml air).

- Fase moderat, ditandai rasa haus. Mukosa kering otot lemah, nadi cepat dan

lemah. Terjadi pada kehilangan cairan 6% BB.

- Fase lanjut/dehidrasi berat, ditandai adanya tanda shock cardiosirkulasi,

terjadi pada kehilangan cairan 7-15 % BB. Kegagalan penggantian cairan dan

elektrolit biasanya menyebabkan kematian jika kehilangan cairan 15 % BB

atau lebih.

Cairan preoperatif diberikan dalam bentuk cairan pemeliharaan, pada dewasa

2 ml/kgBB/jam. Atau 60 ml ditambah 1 ml/kgBB untuk berat badan lebih dari 20

kg. Pada anak-anak 4 ml/kg pada 10 kg BB I, ditambah 2 ml/kg untuk 10 kgBB

II, dan ditambah 1 ml/kg untuk berat badan sisanya. Kecuali penilaian terhadap

keadaan umum dan kardiovaskuler, tanda rehidrasi tercapai ialah dengan adanya

produksi urine 0,5-1 ml/kgBB.

2. Cairan Selama Pembedahan

Terapi cairan selama operasi meliputi kebutuhan dasar cairan dan penggantian

sisa defisit pra operasi ditambah cairan yang hilang selama operasi. Berdasarkan

beratnya trauma pembedahan dikenal pemberian cairan pada trauma ringan,

sedang dan berat. Pada pembedahan dengan trauma ringan diberikan cairan 2

ml/kg BB/jam untuk kebutuhan dasar ditambah 4 ml/kg BB/jam sebagai

pengganti akibat trauma pembedahan. Cairan pengganti akibat trauma

pembedahan sedang 6 ml/kg BB/jam dan pada trauma pembedahan berat 8 ml/kg

BB/jam.

Cairan pengganti akibat trauma pembedahan pada anak, untuk trauma

pembedahan ringan 2 ml/kg BB/jam, sedang 4 ml/kgBB/jam dan berat 6

ml/kgBB/jam.

Pemilihan jenis cairan intravena tergantung pada prosedur pembedahan dan

perkiraan jumlah perdarahan. Perkiraan jumlah perdarahan yang terjadi selama

19

Page 20: Referat Terapi Cairan (Repaired)-2

pembedahan sering mengalami kesulitan., dikarenakan adanya perdarahan yang

sulit diukur/tersembunyi yang terdapat di dalam luka operasi, kain kasa, kain

operasi dan lain-lain. Dalam hal ini cara yang biasa digunakan untuk

memperkirakan jumlah perdarahan dengan mengukur jumlah darah di dalam botol

suction ditambah perkiraan jumlah darah di kain kasa dan kain operasi. Satu

lembar duk dapat menampung 100 – 150 ml darah, sedangkan untuk kain kasa

sebaiknya ditimbang sebelum dan setelah dipakai, dimana selisih 1 gram

dianggap sama dengan 1 ml darah. Perkiraan jumlah perdarahan dapat juga diukur

dengan pemeriksaan hematokrit dan hemoglobin secara serial.

Pada perdarahan untuk mempertahankan volume intravena dapat diberikan

kristaloid atau koloid sampai tahap timbulnya bahaya karena anemia. Pada

keadaan ini perdarahan selanjutnya diganti dengan transfusi sel darah merah

untuk mempertahankan konsentrasi hemoglobin ataupun hematokrit pada level

aman, yaitu Hb 7 – 10 g/dl atau Hct 21 – 30%. 20 – 25% pada individu sehat atau

anemia kronis.

Kebutuhan transfusi dapat ditetapkan pada saat prabedah berdasarkan nilai

hematokrit dan EBV. EBV pada neonatus prematur 95 ml/kgBB, fullterm 85

ml/kgBB, bayi 80 ml/kgBB dan pada dewasa laki-laki 75 ml/kgBB, perempuan

85 ml/kgBB.

Untuk menentukan jumlah perdarahan yang diperlukan agar Hct menjadi 30%

dapat dihitung sebagai berikut :

- Estimated Blood Volume

- Estimasi volume sel darah merah pada Hct prabedah (RBCV preop)

- Estimasi volume sel darah merah pada Hct 30% prabedah (RBCV%)

- Volume sel darah merah yang hilang, RBCV lost = RBCV preop – RBVC

30%)

- Jumlah darah yang boleh hilang = RBCV lost x 3

Transfusi dilakukan jika perdarahan melebihi nilai RBCV lost x 3.

Selain cara tersebut di atas, beberapa pendapat mengenai penggantian cairan

akibat perdarahan adalah sebagai berikut :

20

Page 21: Referat Terapi Cairan (Repaired)-2

Berdasar berat-ringannya perdarahan :

- Perdarahan ringan, perdarahan sampai 10% EBV, 10 – 15%, cukup diganti

dengan cairan elektrolit.

- Perdarahan sedang, perdarahan 10 – 20% EBV, 15 – 30%, dapat diganti

dengan cairan kristaloid dan koloid.

- Perdarahan berat, perdarahan 20 – 50% EBV, > 30%, harus diganti dengan

transfusi darah.

-

Tabel 3. Kebutuhan Cairan Basal

BERAT BADAN RATE

10 KG PERTAMA 4 mL/kgBB/jam

10–20 KG BERIKUTNYA tambahkan 2 mL/kgBB/jam

SETIAP KG DI ATAS 20 KG tambahkan 1 mL/kgBB/jam

Tabel 4. Klasifikasi Shok Akibat Perdarahan :

Intravenous fluid replacement in haemorrhagic shock

Class I

(haemorrhage 750 ml (15%))

 

Class II

(haemorrhage 800-1500 ml (15-

30%))

 

Class III

(haemorrhage 1500-2000 ml (30-

40%))

 

 

Class IV

2.5 l Ringer-lactate solution or 1.0 L

polygelatin

 

1.0 l polygelatin plus 1.5 L Ringer-

lactate solution

 

1.0. l Ringer-lactate solution plus 0.5

l whole blood or 0.1-1.5 l equal

volumes of concentrated red cells and

polygelatin

 

1.0 l Ringer-lactate solution plus 1.0 l

21

Page 22: Referat Terapi Cairan (Repaired)-2

(haemorrhage 2000 ml (48%)) polygelatin plus 2.0 l whole  blood or

2.0 l equal volumes of concentrated

red cells and polygelatin or

hestastarch

3. Cairan Paska Bedah

Terapi cairan paska bedah ditujukan untuk :

- Memenuhi kebutuhan air, elektrolit dan nutrisi.

- Mengganti kehilangan cairan pada masa paska bedah (cairan lambung, febris).

- Melanjutkan penggantian defisit prabedah dan selama pembedahan.

- Koreksi gangguan keseimbangan karena terapi cairan.

Nutrisi parenteral bertujuan menyediakan nutrisi lengkap, yaitu kalori,

protein dan lemak termasuk unsur penunjang nutrisi elektrolit, vitamin dan

trace element. Pemberian kalori sampai 40 – 50 Kcal/kg dengan protein 0,2 –

0,24 N/kg. Nutrisi parenteral ini penting, karena pada penderita paska bedah

yang tidak mendapat nutrisi sama sekali akan kehilangan protein 75 – 125

gr/hari. Hipoalbuminemia menyebabkan edema jaringan, infeksi dan dehisensi

luka operasi, terjadi penurunan enzym pencernaan yang menyulitkan proses

realimentasi.

Macam-macam Cairan yang Dapat Digunakan dalam Terapi Cairan

1. Cairan Kristaloid

Cairan ini mempunyai komposisi mirip cairan ekstraseluler (CES = CEF).

Keuntungan dari cairan ini antara lain harga murah, tersedia dengan mudah di

setiap pusat kesehatan, tidak perlu dilakukan cross match, tidak menimbulkan

alergi atau syok anafilaktik, penyimpanan sederhana dan dapat disimpan lama.

Cairan kristaloid bila diberikan dalam jumlah cukup (3-4 kali cairan koloid)

ternyata sama efektifnya seperti pemberian cairan koloid untuk mengatasi defisit

volume intravaskuler. Waktu paruh cairan kristaloid di ruang intravaskuler sekitar

20-30 menit. Beberapa penelitian mengemukakan bahwa walaupun dalam jumlah

sedikit larutan kristaloid akan masuk ruang interstitiel sehingga timbul edema

22

Page 23: Referat Terapi Cairan (Repaired)-2

perifer dan paru serta berakibat terganggunya oksigenasi jaringan dan edema

jaringan luka, apabila seseorang mendapat infus 1 liter NaCl 0,9%. Penelitian lain

menunjukkan pemberian sejumlah cairan kristaloid dapat mengakibatkan

timbulnya edema paru berat. Selain itu, pemberian cairan kristaloid berlebihan

juga dapat menyebabkan edema otak dan meningkatnya tekanan intra kranial.

Karena perbedaan sifat antara koloid dan kristaloid dimana kristaloid akan

lebih banyak menyebar ke ruang interstitiel dibandingkan dengan koloid maka

kristaloid sebaiknya dipilih untuk resusitasi defisit cairan di ruang interstitiel.

Larutan Ringer Laktat merupakan cairan kristaloid yang paling banyak digunakan

untuk resusitasi cairan walau agak hipotonis dengan susunan yang hampir

menyerupai cairan intravaskuler. Laktat yang terkandung dalam cairan tersebut

akan mengalami metabolisme di hati menjadi bikarbonat. Cairan kristaloid lainnya

yang sering digunakan adalah NaCl 0,9%, tetapi bila diberikan berlebih dapat

mengakibatkan asidosis hiperkloremik (delutional hyperchloremic acidosis) dan

menurunnya kadar bikarbonat plasma akibat peningkatan klorida.

Tabel 5. Macam – macam Cairan yang Dapat Digunakan Dalam Terapi

Cairan

a. Ringer laktat

23

Page 24: Referat Terapi Cairan (Repaired)-2

Cairan paling fisiologis jika sejumlah volume besar diperlukan. Banyak

digunakan sebagai replacement therapy, antara lain untuk syok hipovolemik,

diare, trauma, luka bakar. Laktat yang terdapat di dalam RL akan dimetabolisme

oleh hati menjadi bikarbonat untuk memperbaiki keadaan seperti metabolik

asidosis.

Kalium yang terdapat di dalam RL pula tidak cukup untuk maintenance

sehari-hari, apalagi untuk kasus defisit kalium. RL juga tidak mengandung glukosa

sehingga bila akan dipakai sebagai cairan maintenance harus ditambah glukosa

untuk mencegah terjadinya ketosis.

b. Ringer

Komposisinya mendekati fisiologis tetapi bila dibandingkan dengan RL ada

beberapa kekurangan, seperti:

- Kadar Cl- terlalu tinggi, sehingga bila dalam jumlah besar dapat

menyebabkan asidosis dilusional dan asidosis hiperkloremia.

- Tidak mengandung laktat yang dapat dikonversi menjadi bikarbonat untuk

memperingan asidosis.

- Dapat digunakan pada keadaan dehidrasi dengan hiperkloremia, muntah-

muntah dan lain-lain.

c. NaCl 0,9% (normal saline)

Dipakai sebagai cairan resusitasi (replacement therapy) terutama pada kasus:

- Kadar Na+ yang rendah, keadaan di mana RL tidak cocok untuk

digunakan seperti pada alkalosis, retensi kalium

- Cairan pilihan untuk kasus trauma kepala

- Dipakai untuk mengencerkan sel darah merah sebelum transfusi

Tetapi ia memiliki beberapa kekurangan yaitu:

- Tidak mengandung HCO3-

- Tidak mengandung K+

24

Page 25: Referat Terapi Cairan (Repaired)-2

- Kadar Na+ dan Cl- relatif lebih tinggi sehingga dapat terjadi asidosis

hiperkloremia, asidosis delusional dan hipernatremia.

d. Dextrose 5% dan 10%

Digunakan sebagai cairan maintenance pada pasien dengan pembatasan intake

natrium atau cairan pengganti pada pure water deficit. Penggunaan perioperatif

untuk:

- Berlangsungnya metabolisme

- Menyediakan kebutuhan air

- Mencegah hipoglikemia

- Mempertahankan protein yang ada, dibutuhkan minimal 100g karbohidrat

untuk mencegah dipecahnya kandungan protein tubuh

- Menurunkan level asam lemak bebas dan keton

- Mencegah ketosis, dibutuhkan minimal 200g karbohidrat

2. Cairan Koloid

Disebut juga sebagai cairan pengganti plasma atau biasa disebut plasma

substitute atau plasma expander. Di dalam cairan koloid terdapat zat/bahan yang

mempunyai berat molekul tinggi dengan aktivitas osmotik yang menyebabkan cairan

ini cenderung bertahan agak lama (waktu paruh 3-6 jam) dalam ruang intravaskuler.

Oleh karena itu koloid sering digunakan untuk resusitasi cairan secara cepat terutama

pada syok hipovolemik/hermorhagik atau pada penderita dengan hipoalbuminemia

berat dan kehilangan protein yang banyak (misal luka bakar). Kerugian dari plasma

expander yaitu mahal dan dapat menimbulkan reaksi anafilaktik (walau jarang) dan

dapat menyebabkan gangguan pada cross match.

Berdasarkan pembuatannya, terdapat 2 jenis larutan koloid:

a) Koloid Alami yaitu fraksi protein plasma 5% dan albumin manusia ( 5 dan

2,5%). Dibuat dengan cara memanaskan plasma atau plasenta 60°C selama 10

jam untuk membunuh virus hepatitis dan virus lainnya. Fraksi protein plasma

selain mengandung albumin (83%) juga mengandung alfa globulin dan beta

globulin.Prekallikrein activators (Hageman’s factor fragments) seringkali

terdapat dalam fraksi protein plasma dibandingkan dalam albumin. Oleh sebab

25

Page 26: Referat Terapi Cairan (Repaired)-2

itu pemberian infuse dengan fraksi protein plasma seringkali menimbulkan

hipotensi dan kolaps kardiovaskuler.

b) Koloid Sintesis yaitu:

Dextran

Dextran 40 (Rheomacrodex) dengan berat molekul 40.000 dan Dextran 70

(Macrodex) dengan berat molekul 60.000 - 70.000 diproduksi oleh bakteri

Leuconostocmesenteroides B yang tumbuh dalam media sukrosa. Walaupun

Dextran 70 merupakan volume expander yang lebih baik dibandingkan dengan

Dextran 40, tetapi Dextran 40 mampu memperbaiki aliran darah lewat sirkulasi

mikro karena dapat menurunkan kekentalan (viskositas) darah. Selain itu Dextran

mempunyai efek anti trombotik yang dapat mengurangiplatelet adhesiveness,

menekan aktivitas faktor VIII, meningkatkan fibrinolisis dan melancarkan aliran

darah. Pemberian Dextran melebihi 20 ml/kgBB/hari dapat mengganggucro

match, waktu perdarahan memanjang (Dextran 40) dan gagal ginjal. Dextran

dapat menimbulkan reaksi anafilaktik yang dapat dicegah yaitu dengan

memberikan Dextran 1 (Promit) terlebih dahulu.

Hydroxylethyl Starch (Heta starch)

Tersedia dalam larutan 6% dengan berat molekul 10.000 ± 1.000.000, rata-

rata 71.000, osmolaritas 310 mOsm/L dan tekanan onkotik 30 30 mmHg.

Pemberian 500 ml larutan ini pada orang normal akan dikeluarkan 46% lewat

urin dalam waktu 2 hari dan sisanya 64% dalam waktu 8 hari. Larutan koloid ini

juga dapat menimbulkan reaksi anafilaktik dan dapat meningkatkan kadar serum

amilase ( walau jarang).Low molecullar weight Hydroxylethyl starch (Penta-

Starch) mirip Heta starch, mampu mengembangkan volume plasma hingga 1,5

kali volume yang diberikan dan berlangsung selama 12 jam. Karena potensinya

sebagai plasma volume expander yang besar dengan toksisitas yang rendah dan

tidak mengganggu koagulasi maka Penta starch dipilih sebagai koloid untuk

resusitasi cairan pada penderita gawat.

26

Page 27: Referat Terapi Cairan (Repaired)-2

Gelatin

Larutan koloid 3,5-4% dalam balanced electrolyte dengan berat molekul rata-rata

35.000 dibuat dari hidrolisa kolagen binatang. Ada 3 macam gelatin, yaitu:

- Modified fluid gelatin (Plasmion dan Hemacell)

- Urea linked gelatin

- Oxypoly gelatin ,merupakan plasma expanders dan banyak digunakan pada

penderita gawat. Walaupun dapat menimbulkan reaksi anafilaktik (jarang)

terutama dari golonganurea linked gelatin

Tabel 6. Keuntungan dan Kerugian Cairan Kristaloid dan Koloid

Kristaloid Koloid

Keuntungan - Tidak mahal

- Aliran urin lancar

(meningkatkan volume

intravaskular)

- Pilihan cairan pertama u/

resusitasi perdarahan & trauma

- Mengembalikan kehilangan

pada ruang cairan ke-3

- Mempertahankan cairan

intravaskular lebih baik (1/3 cairan

bertahan selama 24 jam)

- Meningkatkan tekanan onkotik

plasma

- Membutuhkan volume yang lebih

sedikit

- Mengurangi kejadian edema

perifer

- Dapat menurunkan tekanan

intrakranial

Kerugian - Mengencerkan tekanan

osmotik koloid

- Menginduksi edema perifer

- Insidensi terjadinya edema

pulmonal lebih tinggi

- Membutuhkan volume yg

lebih besar

- Mahal

- Menginduksi koagulopati

(dextran & helastarch)

- Jika tdpt kerusakan kapiler, dpt

berpotensi tjd perpindhn cairan

ke interstitial

- Mengencerkan faktor

27

Page 28: Referat Terapi Cairan (Repaired)-2

- Efeknya sementara pembekuan dan trombosit

- Berpotensi menghambat tubulus

renalis dan sel retikuloendotelial

di hepar

- Kemungkinan adanya reaksi

anafilaksis (dextran)

3. Cairan Preoperatif

Defisit cairan karena persiapan pembedahan dan anestesi (puasa, lavement)

harus diperhitungkan dan sedapat mungkin segera diganti pada masa pra-bedah

sebelum induksi. Setelah dari sisa defisit yang masih ada diberikan pada jam

pertama pembedahan, sedangkan sisanya diberikan pada jam kedua berikutnya.

Kehilangan cairan di ruang ECF ini cukup diganti dengan ciran hipotonis seperti

garam fisiologis, Ringer Laktat dan Dextrose. Pada penderita yang karena

penyakitnya tidak mendapat nutrisi yang cukup maka sebaiknya diberikan nutrisi

enteral atau parenteral lebih dini lagi. Penderita dewasa yang dipuasakan karena

akan mengalami pembedahan (elektif) harus mendapatkan penggantian cairan

sebanyak 2 ml/kgBB/jam lama puasa. Defisit karena perdarahan atau kehilangan

cairan (hipovolemik, dehidrasi) yang seringkali menyertai penyulit bedahnya

harus segera diganti dengan melakukan resusitasi cairan atau rehidrasi sebelum

induksi anestesi.

4. Terapi Cairan Intraoperatif

Terapi cairan intraoperatif meliputi kebutuhan cairan dasar dan penggantian

deficit cairan preoperative seperti halnya kehilangan cairan intraoperative ( darah,

redistribusi dari cairan, dan penguapan). Pemilihan jenis cairan intravena

tergantung dari prosedur pembedahan dan perkiraan kehilangan darah. Pada kasus

kehilangan darah minimal dan adanya pergeseran cairan, maka maintenance

solution dapat digunakan. Untuk semua prosedur yang lain Ringer Lactate biasa

digunakan untuk pemeliharaan cairan. Idealnya, kehilangan darah harus digantikan

dengan cairan kristaloid atau koloid untuk memelihara volume cairan intravascular

28

Page 29: Referat Terapi Cairan (Repaired)-2

( normovolemia) sampai bahaya anemia berberat lebih (dibanding) resiko

transfusi. Pada kehilangan darah dapat diganti dengan transfuse sel darah merah.

Transfusi dapat diberikan pada Hb 7-8 g/dL (hematocrit 21 - 24%).

Hb < 7 g/dL cardiac output meningkat untuk menjaga agar transport Oksigen

tetap normal. Hb 10 g/dL biasanya pada pasien orang tua dan penyakit yang

berhubungan dengan jantung dan paru-paru. Batas lebih tinggi mungkin digunakan

jika diperkirakan ada kehilangan darah yang terus menerus. Dalam prakteknya,

banyak dokter memberi Ringer Laktat kira-kira 3-4 kali dari banyaknya darah

yang hilang, dan cairan koloid dengan perbandingan 1:1 sampai dicapai Hb yang

diharapkan.

Tabel 7. Perkiraan Volume Darah Rata-Rata (Average Blood Volumes) 

Umur                                          Volume Darah

NEONATES

PREMATURE                            95 ML/KG

FULL-TERM                             85 ML/KG

INFANTS                                       80 ML/KG

ADULTS

MEN                                            75ML/KG

WOMAN                                     65 ML/KG

Pada keadaan ini   kehilangan darah dapat diganti dengan Packed red blood

cell. Banyaknya transfusi dapat ditentukan dari hematocrit preoperatif dan dengan

perkiraan volume darah. Pasien dengan hematocrit normal biasanya ditransfusi hanya

setelah kehilangan darah >10-20% dari volume darah mereka. Sebenarnya tergantung

daripada kondisi pasien dan prosedur dari pembedahan. Perlu diketahui jumlah darah

yang hilang untuk penurunan hematocrit sampai 30%, dapat dihitung sebagai

berikut: 

- Estimasi volume darah

- Estimasi volume sel darah merah (RBCV) hematocrit preoperative (RBCV preop).

29

Page 30: Referat Terapi Cairan (Repaired)-2

- Estimasi RBCV pada hematocrit 30% ( RBCV30%), untuk menjaga volume darah

normal.

- Memperkirakan volume sel darah merah yang hilang ketika hematocrit 30%

adalah RBCV lost = RBCV preop - RBCV 30%.

- Perkiraan jumlah darah yang hilang = RBCV lost X 3

Tabel 8. Redistribusi dan evaporasi kehilangn cairan saat pembedahan

DERAJAT DARI TRAUMA JARINGAN               PENAMBAHAN CAIRAN

MINIMAL (contoh hernioraphy)                                        0 – 2 ml/Kg

SEDANG  ( contoh cholecystectomy)                               2 – 4 ml/Kg

BERAT (contohreseksi usus)                                              4 – 8 ml/Kg

Petunjuk lain yang biasa digunakan sebagai berikut:

1. Satu unit sel darah merah sel akan meningkatkan hemoglobin 1 g/dL dan

hematocrit 2-3% (pada orang dewasa); dan 

2. 10mL/kg transfusi sel darah merah akan meningkatkan hemoglobin 3g/dL dan

hematocrit 10%.

5. Terapi Cairan Postoperatif

Terapi cairan pasca bedah ditujukan terutama pada hal-hal di bawah ini:

a. Pemenuhan kebutuhan dasar/harian air, elektrolit dan kalori/nutrisi. Kebutuhan

air untuk penderita di daerah tropis dalam keadaan basal sekitar ± 50

ml/kgBB/24 jam. Pada hari pertama pasca bedah tidak dianjurkan pemberian

kalium karena adanya pelepasan kalium dari sel/jaringan yang rusak, proses

katabolisme dan transfusi darah. Akibat stress pembedahan, akan dilepaskan

aldosteron dan ADH yang cenderung menimbulkan retensi air dan natrium.

Oleh sebab itu, pada 2-3 hari pasca bedah tidak perlu pemberian natrium.

Penderita dengan keadaan umum baik dan trauma pembedahan minimum,

pemberian karbohidrat 100-150 mg/hari cukup memadai untuk memenuhi

kebutuhan kalori dan dapat menekan pemecahan protein sampai 50% kadar

30

Page 31: Referat Terapi Cairan (Repaired)-2

albumin harus dipertahankan melebihi 3,5 gr%. Penggantian cairan pasca bedah

cukup dengan cairan hipotonis dan bila perlu larutan garamisotonis. Terapi

cairan ini berlangsung sampai penderita dapat minum dan makan.

b. Mengganti kehilangan cairan pada masa pasca bedah

- Akibat demam, kebutuhan cairan meningkat sekitar 15% setiap kenaikan 1°C

suhu tubuh.

- Adanya pengeluaran cairan lambung melalui sonde lambung atau muntah.

- Penderita dengan hiperventilasi atau pernapasan melalui trakeostomi dan

humidifikasi.

c. Melanjutkan penggantian defisit cairan pembedahan dan selama pembedahan

yang belum selesai. Bila kadar hemoglobin kurang dari 10 gr%, sebaiknya

diberikan transfusi darah untuk memperbaiki daya angkut oksigen.

d. Koreksi terhadap gangguan keseimbangan yang disebabkan terapi cairan

tersebut. Monitoring organ-organ vital dilanjutkan secara seksama meliputi

tekanan darah, frekuensi nadi, diuresis, tingkat kesadaran, diameter pupil, jalan

nafas, frekuensi nafas, suhu tubuh dan warna kulit.

BAB III

KESIMPULAN

Tubuh mengandung 60 % air yang disebut juga cairan tubuh. Cairan tubuh

didalamnya terkandung nutrisi-nutrisi yang amat penting peranannya dalam

metabolisme sel, sehingga amat penting dalam menunjang kehidupan.

Dalam pembedahan, tubuh kekurangan cairan karena perdarahan selama

pembedahan ditambah lagi puasa sebelum dan sesudah operasi. Gangguan dalam

keseimbangan cairan dan elektrolit merupakan hal yang umum terjadi pada pasien

bedah karena kombinasi dari faktor-faktor preoperatif, perioperatif dan postoperatif.

Terapi cairan parenteral digunakan untuk mempertahankan atau

mengembalikan volume dan komposisi normal cairan tubuh. Dalam terapi cairan

harus diperhatikan kebutuhannya sesuai usia dan keadaan pasien, serta cairan infus

31

Page 32: Referat Terapi Cairan (Repaired)-2

itu sendiri. Jenis cairan yang bisa diberikan untuk terapi cairan adalah cairan

kristaloid dan cairan koloid.

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. Adelmen, R.D, Solhaug, M.J., 2000. Patofisiologi Cairan Tubuh dan Terapi

Cairan. In: Behrman, R.E., Kliegman, R.M., Arvin, Ann.M., Ilmu Kesehatan

Anak Nelson ed 15, jilid 2. Jakarta: EGC; 258-266

2. Kaswiyan U. Terapi cairan perioperatif. Bagian Anestesiologi dan Reanimasi.

Fakultas Kedokteran Unpad/ RS. Hasan Sadikin. 2000.

3. Hasan F. Terapi Cairan. 2008. Di unduh dari

http://drfhasan.blogspot.com/2008/01/referat-terapi-cairan.html .

4. Hartanto, W.W., 2007. Terapi Cairan dan Elektrolit Perioperatif. Bagian

Farmakologi Klinik dan Terapeutik Fakultas Kedokteran Universitas

Padjadjaran

32

Page 33: Referat Terapi Cairan (Repaired)-2

5. Leksana E. Terapi cairan dan elektrolit. Smf/bagian anestesi dan terapi

intensif FK Undip: Semarang; 2004: 1-60.

6. Latief AS, dkk. Petunjuk praktis anestesiologi: terapi cairan pada

pembedahan. Ed.Kedua. Bagian anestesiologi dan terapi intensif, FKUI. 2002

7. Guyton AC, Hall JE.Textbook of medical physiology. 9th ed. Pennsylvania:

W.B.saunders company; 1997: 375-393

8. Latief AS, dkk. Petunjuk praktis anestesiologi: terapi cairan pada

pembedahan. Ed.Kedua. Bagian anestesiologi dan terapi intensif, FKUI. 2002

33