13
Spinal Cord Tumor Kevin Pratama TUMOR MEDULLA SPINALIS I. DEFINISI Tumor medulla spinalis (spinal cord tumor) adalah suatu proses neoplasma yang terjadi di medulla spinalis (intradural intramedular). Tumor ini bisa bersifat jinak maupun ganas. Jika tumornya bersifat primer, maka biasanya bersifat jinak. Sedangkan yang ganas biasanya merupakan metastasis dari organ-organ lain. Yang tersering adalah payudara, prostat, paru-paru, saluran pencernaan, dan ginekologik (serviks, uterus, dll). II. EPIDEMIOLOGI Insiden dari semua tumor primer medula spinalis sekitar 10% sampai 19% dari semua tumor primer susunan saraf pusat. (SSP), dan seperti semua tumor pada aksis saraf, insidennya meningkat seiring dengan umur. Prevalensi pada jenis kelamin tertentu hampir semuanya sama, kecuali pada meningioma yang pada umumnya terdapat pada wanita, serta ependymoma yang lebih sering pada laki-laki. Sekitar 70% Kepaniteraan Klinik Radiologi RS Husada Fakultas Kedokteran Universitas Tarumanagara Pembimbing : dr. Patricia Widjaja, Sp.Rad. Periode 6 Desember 2010 – 8 Januari 2011 1

Referat Spinal Cord Tumor

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Referat Spinal Cord Tumor

Spinal Cord Tumor Kevin Pratama

TUMOR MEDULLA SPINALIS

I. DEFINISI

Tumor medulla spinalis (spinal cord tumor) adalah suatu proses neoplasma yang

terjadi di medulla spinalis (intradural intramedular). Tumor ini bisa bersifat jinak

maupun ganas. Jika tumornya bersifat primer, maka biasanya bersifat jinak.

Sedangkan yang ganas biasanya merupakan metastasis dari organ-organ lain. Yang

tersering adalah payudara, prostat, paru-paru, saluran pencernaan, dan ginekologik

(serviks, uterus, dll).

II. EPIDEMIOLOGI

Insiden dari semua tumor primer medula spinalis sekitar 10% sampai 19% dari semua

tumor primer susunan saraf pusat. (SSP), dan seperti semua tumor pada aksis saraf,

insidennya meningkat seiring dengan umur. Prevalensi pada jenis kelamin tertentu

hampir semuanya sama, kecuali pada meningioma yang pada umumnya terdapat pada

wanita, serta ependymoma yang lebih sering pada laki-laki. Sekitar 70% dari tumor

intradural merupakan ekstramedular dan 30% merupakan intramedular.

Tumor intradural intramedular yang tersering adalah ependymoma, astrositoma dan

hemangioblastoma. Ependymoma merupakan tumor intramedular yang paling sering

pada orang dewasa. Tumor ini lebih sering didapatkan pada orang dewasa pada usia

pertengahan (30-39 tahun) dan lebih jarang terjadi pada usia anak-anak. insidensi

ependidoma kira-kira sama dengan astrositoma. Dua per tiga dari ependydoma

muncul pada daerah lumbosakral.

Diperkirakan 3% dari frekuensi astrositoma pada susunan saraf pusat tumbuh pada

medula spinalis. Tumor ini dapat muncul pada semua umur, tetapi yang tersering pada

tiga dekade pertama. Astrositoma juga merupakan tumor spinal intramedular yang

tersering pada usia anak-anak, tercatat sekitar 90% dari tumor intramedular pada

anak-anak dibawah umur 10 tahun, dan sekitar 60% pada remaja. Diperkirakan 60%

Kepaniteraan Klinik Radiologi RS HusadaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPembimbing : dr. Patricia Widjaja, Sp.Rad.Periode 6 Desember 2010 – 8 Januari 2011

1

Page 2: Referat Spinal Cord Tumor

Spinal Cord Tumor Kevin Pratama

dari astrositoma spinalis berlokasi di segmen servikal dan servikotorakal. Tumor ini

jarang ditemukan pada segmen torakal, lumbosakral atau pada conus medialis.

III. ETIOLOGI DAN FAKTOR RESIKO

Pada beberapa individu, bentuk primernya dapat disebabkan karena faktor genetik

(tuberous sclerosis, neurofibromatosis), karena terkena paparan radiasi, atau bisa juga

karena bahan-bahan kimiawi yang bersifat karsinogenik. Tetapi sampai saat ini,

penyebab pasti dari tumor primernya masih dalam tahap penelitian lebih lanjut.

Sedangkan faktor resiko dari tumor medulla spinalis adalah pada pekerja-pekerja yang

bekerja di instalasi radiologi, perokok, dan pada buruh pabrik yang banyak

menggunakan bahan-bahan kimia.

IV. GEJALA KLINIK

Gejala pada tumor medulla spinalis disebabkan karena :

1. Kompresi spinal oleh massa tumor

2. Kelemahan struktur vertebra

Gejala-gejala bila terdapat lesi di medulla spinalis dapat dibagi menjadi beberapa

bentuk :

1. Brown – Sequard Syndrome

Sindroma ini terjadi karena lesi medulla spinalis yang bersifat unilateral. Sehingga

gejala-gejala kelemahannya pun hanya pada satu sisi dari tubuh dan letaknya

ipsilateral dari letak lesi.

2. Central Cord Syndrome

Sindroma ini terjadi karena lesi yang letaknya di dalam medulla spinalis (biasanya

merupakan lesi intrameduler). Dan manifestasinya baru timbul jika terdapat

hambatan di komisura anterior, di mana di dalamnya terdapat serabut saraf yang

merupakan jalur spinotalamikus.

Biasanya gejala-gejalanya berupa :

1. Nyeri punggung

Kepaniteraan Klinik Radiologi RS HusadaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPembimbing : dr. Patricia Widjaja, Sp.Rad.Periode 6 Desember 2010 – 8 Januari 2011

2

Page 3: Referat Spinal Cord Tumor

Spinal Cord Tumor Kevin Pratama

2. Sensasi dingin pada ekstremitas

3. Menurunnya sensitivitas di saddle area

4. Kelemahan otot dan susah berjalan

5. Spasme otot

6. Inkontinensia

V. DIAGNOSTIK

Untuk mendiagnosa serta mengetahui letak dari tumor pada medulla spinalis, maka

kita perlu mengadakan beberapa pemeriksaan, diantaranya :

1. Anamnesa (riwayat penyakit, riwayat keluarga, pekerjaan, dll)

2. Pemeriksaan fisik dan neurologis (rangsang nyeri, refleks)

3. Radiologis (Rontgen foto, CT Scan, MRI, PET Scan)

4. Laboratorium (CBC, urinalisis, EEG, biopsi)

VI. DIAGNOSTIK IMAGING

1. Rontgen Foto

Pada beberapa wilayah tertentu, Rontgen foto masih dipakai untuk melihat keadaan

tulang belakang. Tetapi saat ini, foto Rontgen hanya digunakan sebagai pelengkap

diagnosa saja, dan fungsinya pun hampir tergantikan oleh CT Scan dan MRI dalam

hal menilai keadaan tulang belakang. Posisi foto yang umum dipakai untuk melihat

keadaan tulang belakang adalah posisi antero-posterior, lateral, serta oblique untuk

melihat keadaan foramina intervertebralis di daerah servikal dan pars interartikularis

di daerah lumbal.

Untuk melihat adanya suatu massa/tumor di medula spinalis, biasanya foto Rontgen

ini digabungkan dengan myelografi, yaitu suatu pemeriksaan di mana disuntikkan

suatu medium kontras ke dalam medula spinalis secara intratekal, kemudian barulah

dilakukan pengambilan Rontgen foto. Kontraindikasi dari myelografi ini adalah jika

pasien mempunyai riwayat alergi, sehingga anamnesa dan informed consent dari

pasien mutlak diperlukan sebelum dilakukan pemeriksaan.

Kepaniteraan Klinik Radiologi RS HusadaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPembimbing : dr. Patricia Widjaja, Sp.Rad.Periode 6 Desember 2010 – 8 Januari 2011

3

Page 4: Referat Spinal Cord Tumor

Spinal Cord Tumor Kevin Pratama

Pada Rontgen foto dengan myelografi, kita dapat melihat suatu massa tumor di dalam

medula spinalis yang berupa filling defect. Foto di atas ini adalah contoh dari

astrocytoma.

2. CT Scan

Pemeriksaan ini juga biasanya digabungkan dengan myelografi sehingga mempunyai

nilai diagnostik yang lebih tinggi. Dalam hal menilai tumor di medulla spinalis, CT

Scan dapat menampilkan gambaran struktur tulang di sekitar medula spinalis, apakah

terdapat massa yang berasal dari tulang, di mana massa tersebut menekan serabut

saraf dari medula spinalis, serta dapat juga menilai ukuran serta letak dari tumor.

Kepaniteraan Klinik Radiologi RS HusadaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPembimbing : dr. Patricia Widjaja, Sp.Rad.Periode 6 Desember 2010 – 8 Januari 2011

4

Page 5: Referat Spinal Cord Tumor

Spinal Cord Tumor Kevin Pratama

3. MRI

Pemeriksaan ini adalah pemeriksaan radiologis yang paling baik untuk menilai adanya

tumor di medula spinalis. Alat ini dapat menilai gambaran ruang dan kontras pada

struktur medula spinalis dimana gambaran ini tidak dapat dilihat dengan pemeriksaan

yang lain. Dibandingkan dengan CT Scan, MRI lebih dapat menggambarkan keadaan

jaringan lunak (soft tissue) di sekitar tulang belakang, termasuk di antaranya jaringan

lemak. Dan MRI juga lebih akurat dalam membedakan jaringan yang sehat dengan

yang sakit jika dibandingkan dengan CT Scan, terutama dalam hal melihat tumor. Dan

pemeriksaan menggunakan MRI tidak menggunakan radiasi sinar X-Ray, sehingga

tidak perlu khawatir akan bahaya radiasi. Tetapi jika terdapat pasien yang merupakan

kontraindikasi dari MRI (pengguna pacemaker, kehamilan, IUD, dll), maka

penggunaan CT Scan dengan myelografi tetap diperlukan.

Berikut adalah gambaran astrocytoma dengan pemeriksaan MRI. Terlihat terdapat

massa yang hiperintense di dalam medula spinalis. Biasanya tumor ini kurang dari 4

segmen tulang vertebrae. Tumor ini berasal dari sel astrosit. Tumor ini digolongkan

ke dalam tumor intradural intrameduler.

4. PET Scan

PET (Positron Emission Termography) Scan adalah pemeriksaan radiologi nuklir

yang menggunakan substansi radioaktif untuk melihat serta menilai struktur dari

organ tubuh. Caranya adalah dengan menyuntikkan semacam bahan radioaktif melalui

siku, kemudian dilihat bagian tubuh mana yang aktif menyerap bahan radioaktif

Kepaniteraan Klinik Radiologi RS HusadaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPembimbing : dr. Patricia Widjaja, Sp.Rad.Periode 6 Desember 2010 – 8 Januari 2011

5

Page 6: Referat Spinal Cord Tumor

Spinal Cord Tumor Kevin Pratama

tersebut. Dalam hal menilai tumor, tumor ini akan menyerap bahan radioaktif ini

secara aktif, sehingga dapat dideteksi. Jika dibandingkan dengan CT Scan atau MRI,

PET Scan ini hanya dapat mendeteksi bagian yang menyerap bahan radioaktif

tersebut. PET Scan tidak dapat menggambarkan keadaan anatomis dari organ-organ

tubuh seperti halnya CT Scan atau MRI, sehingga biasanya pemeriksaan ini

digabungkan dengan CT Scan untuk melihat lokasi penyerapan bahan radioaktif

tersebut secara akurat.

Gambar di atas menunjukkan adanya tumor metastasis dengan PET Scan.

VII. DIFFERENSIAL DIAGNOSIS

Agak sulit untuk membedakan tipe tumor pada medulla spinalis secara radiologis

seperti halnya astrocytoma, ependymoma, hemangioblastoma. Tetapi selain itu, tumor

medula spinalis perlu juga dibedakan dengan:

1. Tumor ekstramedular (schwannoma, meningioma)

2. Syringomyelia

3. Arterio Venous Malformation (dalam hal ini, medula spinalis biasanya dalam

batas normal atau mengecil)

4. Inflammatory myelitis (viral) - dapat dibedakan dengan CSF viral titres

Kepaniteraan Klinik Radiologi RS HusadaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPembimbing : dr. Patricia Widjaja, Sp.Rad.Periode 6 Desember 2010 – 8 Januari 2011

6

Page 7: Referat Spinal Cord Tumor

Spinal Cord Tumor Kevin Pratama

5. HNP (gejalanya karena kompresi dari medula spinalis)

6. Spondilosis (gejalanya karena kompresi dari medula spinalis)

7. Anomali dasar tengkorak (daerah servikal)

VIII. TERAPI

Terapi untuk tumor medula spinalis bergantung pada keadaan umum pasien,

pemeriksaan radiologis, serta hasil biopsi pasien. Kadang satu pasien membutuhkan

kombinasi terapi bedah (surgical treatment) dan terapi non-bedah (non-surgical

treatment)

1. Terapi non-bedah (non-surgical)

Di antaranya adalah :

A. Kemoterapi

B. Perawatan paliatif (menghilangkan gejala, meningkatkan kualitas hidup pasien)

C. Radioterapi

2. Terapi bedah (surgical)

Tujuan terapi bedah adalah untuk menstabilkan tulang belakang, untuk mengurangi

nyeri, serta mengembalikan fungsi neurologis ke arah normal. Tetapi untuk

beberapa tumor, perlu juga perawatan post-operasi seperti kemoterapi atau

radioterapi. Dan perlu diperhatikan juga hal-hal seperti :

A. Lokasi tumor : tidak semua tumor di medula spinalis adalah operable karena

letaknya yang sulit untuk dicapai.

B. Efek samping terapi : kemoterapi atau radioterapi dapat mempengaruhi kadar

leukosit pasien. Leukosit yang terlalu rendah akan meningkatkan resiko

terjadinya infeksi post-operasi dan sulitnya penyembuhan luka post-operasi

C. Keadaan pasien post operasi : biasanya akan terjadi penurunan berat badan

yang signifikan dan deteriorasi kesehatan tubuh.

IX. PROGNOSIS

Kepaniteraan Klinik Radiologi RS HusadaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPembimbing : dr. Patricia Widjaja, Sp.Rad.Periode 6 Desember 2010 – 8 Januari 2011

7

Page 8: Referat Spinal Cord Tumor

Spinal Cord Tumor Kevin Pratama

Tumor dengan gambaran histopatologi dan klinik yang agresif mempunyai prognosis

yang buruk terhadap terapi. Pembedahan radikal mungkin dilakukan pada kasus-

kasus ini. Pengangkatan total dapat menyembuhkan atau setidaknya pasien dapat

terkontrol dalam waktu yang lama. Fungsi neurologis setelah pembedahan sangat

bergantung pada status pre operatif pasien. Prognosis semakin buruk seiring

meningkatnya umur (>60 tahun).

Kepaniteraan Klinik Radiologi RS HusadaFakultas Kedokteran Universitas TarumanagaraPembimbing : dr. Patricia Widjaja, Sp.Rad.Periode 6 Desember 2010 – 8 Januari 2011

8