44
REFERAT KOMPLIKASI KRONIK DIABETES MELLITUS SMF ILMU PENYAKIT DALAM RSU HAJI SURABAYA Pembimbing: dr. Djoko Tamtomo, sp.PD Penyusun: Michael Raktion, S.Ked. 2008.04.0.0048 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HANG TUAH 1

REFERAT INTERNA Komp Kronis DM Michael Raktion

Embed Size (px)

DESCRIPTION

dsfsdgfsdgsdfgfsd

Citation preview

REFERATKOMPLIKASI KRONIK DIABETES MELLITUSSMF ILMU PENYAKIT DALAM RSU HAJI SURABAYA

Pembimbing:dr. Djoko Tamtomo, sp.PDPenyusun:Michael Raktion, S.Ked.2008.04.0.0048

FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS HANG TUAHSURABAYA2014

BAB IPENDAHULUANDi Negara berkembang, Diabetes mellitus sampai saat ini masih merupakan faktor yang terkait sebagai penyebab kematian sebanyak 4-5 kali lebih besar.Menurut estimasi data WHO maupun IDF, prevalensi Diabetes di Indonesia pada tahun 2000 adalah sebesar 5,6 juta penduduk, tetapi pada kenyataannya ternyata didapatkan sebesar 8,2 juta. Tentu saja hal ini sangat mencengangkan para praktisi, sehingga perlu dilakukan upaya pencegahan secara komprehensif di setiap sektor terkait. Diabetes sendiri merupakan penyakit kronis yang akan diderita seumur hidup sehingga progresifitas penyakit akan terus berjalan, pada suatu saat dapat menimbulkan komplikasi. Diabetes Mellitus (DM) biasanya berjalan lambat dengan gejala - gejala yang ringan sampai berat, bahkan dapat menyebabkan kematian akibat baik komplikasi akut maupun kronis. Dengan demikian Diabetes bukan lah suatu penyakit yang ringan. Menurut beberapa review, Retinopati diabetika, sebagai penyebab kebutaan pada usia dewasa muda, kematian akibat penyakit kardiovaskuler dan stroke sebesar 2-4 kali lebih besar , Nefropati diabetic, sebagai penyebab utama gagal ginjal terminal, delapan dari 10 penderita diabetes meninggal akibat kejadian kardiovaskuler dan neuropati diabetik, penyebab utama amputasi non traumatic pada usia dewasa muda.

Insidensi komplikasiMenurut laporan UKPDS (United Kingdom Prospective Diabetes Study), Komplikasi kronis paling utama adalah Penyakit kardiovaskuler dan stroke (CVA), Diabetic foot, Retinopati, serta nefropati diabetika, dengan demikian sebetulnya kematian pada Diabetes terjadi tidak secara Iangsung akibat hiperglikemianya, tetapi berhubungan dengan komplikasi yang terjadi.Apabila dibandingkan dengan orang normal, maka penderita DM 5 x Iebih besar untuk timbul gangren, 17x Iebih besar untuk menderitakelainan ginjal dan 25 x Iebih besar untuk terjadinya kebutaan.Selain komplikasi - komplikasi yang disebutkan di atas, penderita DM juga memiliki risiko penyakit kardio - serebrovaskular seperti stroke, hipertensi dan serangan jantung yang jauh Iebih tinggi daripada populasi normal. OIeh sebab itu penderita diabetes perlu diobati agar dapat terhindar dan berbagai komplikasi yang menyebabkan angka harapan hidup menurun.Kadar gula darah yang tinggi dan terus menerus dapat menyebabkan suatu keadaan gangguan pada berbagai organ tubuh. Akibat keracunan yang menetap ini, timbul perubahan - perubahan pada organ - organ tubuh sehingga timbul berbagai komplikasi. Jadi komplikasi umumnya timbul pada semua penderita baik dalam derajat ringan atau berat setelah penyakit berjalan 10 - 15 tahun.

Komplikasi Kronis dan Penyakit Penyerta pada DMAngka kesakitan dan kematian pada DM meningkat diberbagai negara, hal ini selain dikaitkan dengan insidensi yang sangat cepat meningkat dan progresivitas penyakitnya juga disebabkan faktor ketidaktahuan baik penderita maupun dokter sendiri, atau penderita pada umumnya datang sudah disertai dengan komplikasi yang lanjut dan berat.Kalau ditinjau lebih dalam lagi, ternyata hiperglikemia ini merupakan awal bencana bagi penderita Diabetes, hal ini terbukti dan terjadi juga pada penderita dengan gangguan toleransi glukosa yang sudah terjadi kelainan komplikasi vaskuler, walaupun belum diabetes. Hiperglikemia ini dihubungkan dengan kelainan pada disfungsi endothel, sebagai cikal bakalnya terjadi mikro maupun makroangiopati. Dengan demikian, apabila hiperglikemia terkendali dan terkontrol dengan baik, yang ditandai dengan HbA1c yang normal dapat menurunkan angka kejadian komplikasi pada Diabetes Mellitus.

BAB IITINJAUAN PUSTAKA2.1. Komplikasi Kronik Diabetes MellitusSeperti telah diungkapkan, hiperglikemia merupakan peran sentral terjadinya komplikasi pada Diabetes Mellitus. Pada keadaan hiperglikemia, akan terjadi peningkatan jalur polyol (polyol pathway), peningkatan pembentukan Protein Glikosilasi non enzimatik serta peningkatan proses glikosilasi itu sendiri, yang menyebabkan peningkatan stress oksidatif dan pada akhirnya menyebabkan komplikasi baik vaskulopati, retinopati, neuropati ataupun nefropati diabetika.

Gambar 1. Skema terjadinya komplikasi makro dan mikroangiopathy pada Diabetes Mellitus

Gambar 2. Peranan stress oksidatif menyebabkan komplikasi terjadinya mikro dan makroangiopathy pada Diabetes Mellitus

Gambar 3. Metabolisme Karbohidrat

Gangguan metabolik pada Diabetes Mellitus, yaitu defisiensi insulin dan hiperglikemi. Peningkatan gula darah sampai ketinggian tertentu, mengakibatkan keracunan sel-sel tubuh, terutama darah dan dinding pembuluh darah, yang disebut glikotoksisitas. Peristiwa ini merupakan penggabungan ireversibel dari molekul glukose dengan protein badan, yang disebut glikosilase dari protein yang menghasilkan suatu AGE (Advanced Glycosilated End Product) dan Reaksi Oksidatif Stress yang berperan dalam patogenesis berbagai macam komplikasi penyakit DM pada seluruh tubuh mulai dari Mata, Mulut, Jantung, Traktus Urogenital, Saraf, dan Kulit, baik pada pembuluh darah besar (Makroangiopathy) atau pembuluh darah kecil (Mikroangiopathy).Komplikasi kronis pada Diabetes Mellitus secara garis besar dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Mikroangiopathy Retinopathy Diabetik Nefropathy Diabetik Neuropathy Diabetik Makroangiopathy Penyakit Jantung Koroner Stroke Penyakit Kaki Diabetik2.2. Retinopati DiabetikRetinopati diabetik adalah proses degenerasi akibat hipoksia di retina karena penyakit diabetes mellitus. Diagnosis retinopati diabetika ditegakkan secara klinis jika dengan pemeriksaan angiografi flurosensi fundus sudah didapatkan mikroaneurisma atau perdarahan pada retina di satu mata, baik dengan atau tanpa eksudat lunak ataupun keras, abnormalitas mikrovaskular intra retina atau hal-hal lain yang telah diketahui sebagai penyebab perubahan-perubahan tersebut.Menurut perjalanannya, retinopati diabetika dibagi menjadi retinopati diabetika non proliferatif dan retinopati diabetika proliferatif. Retinopati Diabetika Non ProliferatifRetinopati diabetika non proliferatif merupakan stadium awal dari keterlibatan retina akibat diabetes mellitus yang ditandai dengan adanya microaneurisma, hemoragi dan eksudat dalam retina. Dalam stadium ini terjadi kebocoran protein, lipid atau sel-sel darah merah dari pembuluh-pembuluh kapiler retina ke retina. Bila proses ini sampai terjadi di makula yaitu bagian yang memiliki konsentrasi tinggi sel-sel penglihatan maka akan menimbulkan gangguan pada ketajaman penglihatan. Retinopati Diabetika ProliferatifIskemia retina yang progresif merangsang pembentukan pembuluh darah baru yang rapuh sehingga dapat mengakibatkan kebocoran serum dan protein dalam jumlah yang banyak. Biasanya terdapat di permukaan papil optik di tepi posterior daerah non perfusi. Pada iris juga bisa terjadi neovascularisasi disebut rubeosis. Pembuluh darah baru berproliferasi di permukaan posterior badan kaca (corpus vitreum) dan terangkat bila badan kaca bergoyang sehingga terlepas dan mengakibatkan hilangnya daya penglihatan mendadak.Gejala klinik :- Makula udema- Eksudat- Viterus hemorhage (perdarahan vitreus)- Neovascularisasi- Ablasi retina- Jaringan ikat vitreo retinal- Perdarahan di subhyaloid

Gambar 4. Mekanisme terjadinya Retinopati Diabetik

Gambar 5. Mekanisme terjadinya Retinopati Diabetik

Gambar 6. Mekanisme terjadinya katarak pada Diabetes Mellitus2.3. Nefropati DiabetikNefropati diabetic adalah kelainan ginjal yang dapat muncul sebagai akibat dari komplikasi diabetes mellitus (DM) baik tipe 1 maupun 2, ditandai dengan adanya albuminuria (mikro/makroalbuminuria).Nefropati diabetic dapat menyebabkan gagal ginjal hingga tahap akhir (GGT = Gagal Ginjal Terminal). Oleh karenanya penanganan kasus ini harus dilakukan secara optimal agar dapat mencegah perusakan ginjal ke tahap yang lebih buruk. Progresifitas kelainan ginjal pada diabetes militus dapat dibedakan dalam 5 tahap: 1. Stadium I (Hyperfiltration-Hypertropy Stage)Secara klinik pada tahap ini akan dijumpai: Hiperfiltrasi: meningkatnya laju filtrasi glomerulus mencapai 20-50% diatas nilai normal (GFR > 90). Hipertrofi ginjal, yang dapat dilihat melaui foto sinar x. Glukosuria disertai poliuria. Mikroalbuminuria > 20 dan < 200 ug/min. Serum Kreatinin Normal, Protein < 30 mg, Proteinuria seangin (+0.5) Terapi : Diet B2, OAD, Insulin2. Stadium II (Silent Stage)Ditandai dengan: Mikroalbuminuria normal atau mendekati normal ( 300 mg/dL GFR : 60 89 Serum Kreatinin < 2,5 Terapi : Diet B2, OAD, Insulin.3. Stadium III (Incipient Nephropathy Stage)Ditandai dengan : Microalbuminuria 20 - 200 g/mnt GFR : 30 59 Serum Kreatinin : 2,5 4 Terapi : Diet B2, OAD, Insulin4. Stadium IV (Overt Nephropathy Stage)Ditandai dengan : Proteinuria menetap (> 0.5 gram/24jam) Hipertensi Penurunan dari laju filtrasi glomerulus : Stadium IV A :GFR : 15 29Serum Kreatinin : 4 8Terapi : Diet B3, Insulin, Pre HD Stadium IV B :GFR : 15 29Serum Kreatinin : 8 10Terapi : Diet Be, Insulin, HD

5. Stadium V (End Stage Renal Failure) Ditandai dengan : GFR : < 15 Serum Kreatinin > 10 Terapi : Diet Be, Insulin, HD, Transplantasi Ginjal.Diagnosis Nefropati Diabetik dapat dibuat apabila dipenuhi persyaratan seperti di bawah ini : Riwayat Diabetes Mellitus Kronis Retinopati Diabetika Proteinuria yang persisten selama pemeriksaan interval 2 minggu tanpa penyebab proteinuria yang lain, atau proteinuria 1x pemeriksaan plus kadar kreatinin serum 2.5 mg/dL.

Gambar 7. Mekanisme terjadinya kelainan karena peningkatan glukosa darah

Gambar 8. Mekanisme terjadinya nefropati diabetik2.3. Neuropati DiabetikNeuropati diabetikum melibatkan baik saraf perifer maupun sistem saraf pusat. Dahulu perubahan neurologis ini dianggap sebagai efek sekunder karena perubahan vasa nervosum. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa neuropati perifer pada pasien DM disebabkan karena abnormalitas metabolisme intrinsik sel Schwan yang melibatkan lebih dari satu enzim. Nilai ambang proteksi kaki ditentukan oleh normal tidaknya fungsi saraf sensoris kaki. Pada keadaan normal, rangsang nyeri yang diterima kaki cepat mendapat respon dengan cara merubah posisi kaki untuk mencegah terjadinya kerusakan yang lebih besar. Neuropaty terjadi hampir pada 50% pasien diabetes, berdampak pada defisit fungsi sensori. Destruksi serabut saraf kecil memulai terhadap nyeri diabetes neuropati dan hampir sering disertai dengan disturbansi sensorik dan memacu progresi kearah ulkus kaki. Proses ini akan menyebabkan Charcot kaki dan beberapa komplikasi lain. Pada penderita DM, adanya neuropati diabetikum akan menyebabkan seorang penderita DM kurang atau tidak merasakan adanya trauma, baik mekanik, kemis, maupun termis, keadaan ini memudahkan terjadinya lesi atau ulserasi yang kemudian masuknya mikroorganisme menyebabkan infeksi terjadilah selulitis atau gangren. Perubahan yang terjadi yang mudah ditunjukkan pada pemeriksaan rutin adalah penurunan sensasi (rasa raba, panas, dingin, nyeri), nyeri radikuler, hilangnya refleks tendon, hilangnya rasa vibrasi dan posisi, anhidrosis, pembentukan kalus pada daerah tekanan, perubahan bentuk kaki karena atrofi otot, perubahan tulang dan sendi.Patogenesis neuropati diabetikum belum diketahui jelas. Ada beberapa teori yang beredar seperti teori metabolik, radikal bebas, autoimun, dan neurotrophic growth factor. Pada teori metabolik, hiperglikemia menjadi biang keladi utama. Hiperglikemia mengakibatkan peningkatan glukosa intraselular dalam saraf sehingga memicu saturasi pada jalur glikolitik normal. Glukosa yang berlebih akan masuk ke dalam jalur polyol dan diubah menjadi sorbitol dan fruktosa oleh enzim aldose reduktase dan sorbitol dehidrogenase. Akumulasi sorbitol dan fruktosa menyebabkan berkurangnya saraf myoinositol melalui mekanisme yang belum jelas. Meskipun terjadi penurunan aktivitas membran Na+/K+ ATPase, kerusakan transport aksonal, dan kerusakan struktur saraf. Akhir dari semua itu adalah terganggunya perambatan potensial aksi saraf.Reactive oxygen species (ROS) merupakan radikal bebas dimana pada DM terbentuk dari mekanisme glikolisasi (advanced glycosylation end product), jalur polyol, aktivasi protein kinase C, aktivasi MAPK, dan dalam mitokondria. ROS merusak mikrovaskular melalui beberapa cara yaitu penebalan membran basalis, trombosis pada arteriol intraneural, peningkatan agregasi trombosit dan berkurangnya deformabilitas eritrosit, berkurangnya aliran darah saraf dan peningkatan resistensi vaskular, stasis aksonal, pembengkakan dan demielinisasi pada saraf akibat iskemia akut. Iskemia merupakan penyebab berkembangnya gangren pada pasien DM yang meliputi makroangiopati dan mikroangiopati. Peningkatan stress oksidatif menyebabkan kerusakan endotel vaskular dan mengurangi bioavaibilitas nitrit oksida. Nitrit oksida yang berlebihan akan memicu terbentuknya peroxynitrit dan merusak endotelium dan saraf. Proses itu dikenal dengan stress nitro oksidative. Dugaan autoimun berperan dalam neuropati diabetik karena dalam sebuah populasi pasien DM ditemukan antineural antibodies yang beredar dan secara langsung dapat merusak saraf motorik dan sensorik yang dapat dideteksi dengan imunofluoresens indirek. Berkurangnya neurotrophic growth factors, defisiensi asam lemak esensial, dan terbentuknya hasil akhir glikosilasi yang menumpuk di pembuluh darah endoneurial juga mengurangi aliran darah endoneurial dan hipoksia saraf.

Gambar 8. Mekanisme terjadinya neuropati diabetik

Gejala klinis neuropati diabetik bergantung pada tipe neuropati dan saraf yang terlibat. Pada beberapa orang bisa tidak dijumpai gejala. Kesemutan, tingling atau nyeri pada kaki sering merupakan gejala yang pertama, bisa juga nyeri dan kesemutan. Gejala bisa melibatkan sistem saraf sensoris atau motorik ataupun sistem saraf otonom. Saraf perifer Parestesi Anastesi Gloves neuropathy Stocking neuropathy Cramp Nocturnal pain Saraf Otonom Neuropati esofagus Gastroparese diabeticum (mual, perut sering merasa penuh, malaise) Diare diabeticum Impotensi Distribusi keringat tidak merata, ada yang kering ada yang basah

Tabel 1. Gejala klinis dari neuropati diabetik perifer

2.4. Komplikasi Diabetes pada KulitDiabetes Mellitus yang berlangsung kronis juga seringkali menimbulkan komplikasi pada beberapa organ organ antara lain yaitu kulit. Pada umumnya orang yang terkena diabetes mellitus akan rentan terkena infeksi dan susah sembuh oleh karena terdapat gangguan pada proses fagosit dari sistem pertahanan tubuh. Manifestasi nya pada kulit antara lain adalah : Furunkel, karbunkel, gatal, shinspot (dermopati diabetik: bercak hitam di kulit daerah tulang kering), necrobiosis lipoidica diabeticorum (luka oval, kronik, tepi keputihan), selulitis ganggrenGambar 9. Shinspot pada penderita Diabetes Mellitus

Gambar 10. Necrobiosis Lipoidica Diabeticorum

2.5. Komplikasi Diabetes pada MulutKadar gula darah yang tidak terkontrol menyebabkan penderita diabetes beresiko lebih tinggi untuk mengalami masalah kesehatan mulut. Diabetes yang tidak terkontrol mengganggu sel darah putih dan sel-sel imun seperti neutrofil, monosit dan makrofag yang berfungsi untuk pertahanan tubuh. Hal ini menyebabkan kemampuan tubuh untuk melawan bakteri menjadi menurun, dan penderita menjadi lebih rentan terhadap infeksi. Di tambah lagi dengan adanya peningkatan kadar sel radang dalam cairan saku gusi,menyebabkan jaringan periodontal lebih mudah terinfeksi dan menyebabkan kerusakan tulang. Penderita Diabetes Mellitus rentan terhadap masalah-masalah dalam rongga mulut seperti: Mulut kering (xerostomia).Diabetes yang tidak terkontrol menyebabkan penurunan aliran saliva (air liur), sehingga mulut terasa kering. Saliva memiliki efek self-cleansing, di mana alirannya dapat berfungsi sebagai pembilas sisa-sisa makanan dan kotoran dari dalam mulut. Jadi bila aliran saliva menurun maka akan menyebabkan timbulnya rasa tak nyaman, lebih rentan untuk terjadinya ulserasi (luka), infeksi, dan lubang gigi. Radang gusi (gingivitis) dan radang jaringan periodontal (periodontitis).Selain ,merusak sel darah putih, komplikasi lain dari diabetes adalah menebalnya pembuluh darah sehingga memperlambat aliran nutrisi dan produk sisa dari tubuh. Lambatnya aliran darah ini menurunkan kemampuan tubuh untuk memerangi infeksi, sedangkan periodontitis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Jadi infeksi bakteri pada penderita diabetes lebih berat. Ada banyak faktor yang menjadi pencetus atau yang memperberat periodontitis, di antaranya akumulasi plak, kalkulus (karang gigi), dan faktor sistemik atau kondisi tubuh secara umum. Rusaknya jaringan periodontal membuat gusi tidak lagi melekat ke gigi, tulang menjadi rusak, dan lama kelamaan gigi menjadi goyang. Angka kasus penyakit periodontal di masyarakat cukup tinggi meski banyak yang tidak menyadarinya, dan penyakit ini merupakan penyebab utama hilangnya gigi pada orang dewasa. Luka sukar sembuh.Diabetes yang tidak terkontrol membuat penyembuhan luka pada penderita diabetes lebih lama dan lebih sulit daripada orang normal, karena adanya gangguan aliran darah ke tempat terjadinya luka. Oral thrush.Penderita diabetes yang sering mengkonsumsi antibiotik untuk memerangi infeksi sangat rentan mengalami infeksi jamur pada mulut dan lidah. Apalagi penderita diabetes yang merokok, resiko terjadinya infeksi jamur jauh lebih besar.

2.5. Komplikasi Makroangiopathy Diabetes MellitusKomplikasi makrovaskuler atau makroangiopathy adalah komplikasi yang mengenai pembuluh darah arteri yang lebih besar, sehingga menyebabkan atherosklerosis. Akibat atherosklerosis antara lain timbul penyakit jantung koroner, hipertensi, stroke, dan gangren pada kaki.Perubahan aterosklerotik dalam pembuluh darah besar sering terjadi pada diabetes. Perubahan aterosklerotik ini serupa degan pasien-pasien non diabetik, kecuali dalam hal bahwa perubahan tersebut cenderung terjadi pada usia yang lebih muda dengan frekuensi yang lebih besar pada pasien-pasien diabetes. Berbagai tipe penyakit makrovaskuler dapat terjadi tergantung pada lokasi lesi ateerosklerotik.3 jenis komplikasi makrovaskular yang umum berkembang pada penderita diabetes adalah penyakit jantung koroner (coronary heart disease = CAD),penyakit pembuluh darah otak, dan penyakit pembuluh darah perifer(peripheral vascular disease = PVD). Walaupun komplikasi makrovaskulardapat juga terjadi pada DM tipe 1, namun yang lebih sering merasakan komplikasi makrovaskular ini adalah penderita DM tipe 2 yang umumnya menderita hipertensi, dislipidemia dan atau kegemukan. Kombinasi daripenyakit-penyakit komplikasi makrovaskular dikenal dengan berbagai nama antara lain Syndrome X, Cardiac Dysmetabolic Syndrome, Hyperinsulinemic Syndrome, atauInsulin Resistance Syndrome.2.6. Penyakit Jantung KoronerBerdasarkan studi epidemiologis, maka diabetes merupakan suatu faktor risiko penyakit jantung koroner. Aterosklerosis koroner ditemukan pada 50-70% penderita Diabetes. Akibat gangguan pada koroner timbul insufisiensi koroner atau angina pektoris (nyeri dada paroksismal seperti tertindih benda berat dirasakan didaerah rahang bawah, bahu, lengan hingga pergelangan tangan) yang timbul saat beraktifitas atau emosi dan akan mereda setelah beristirahat atau mendapat nitrat sublingual.

Akibat yang paling serius adalah infark miokardium, di mana nyeri menetap dan lebih hebat dan tidak mereda dengan pembenian nitrat. Namun gejala-gejala ini dapat tidak timbul pada penderita diabetes sehingga perlu perhatian yang lebih teliti.Tidak semua aterosklerosis pada Diabetes Mellitus menunjukkan gejala. Pada penelitian yang dilakukan, hampir tiga perempat penderita DM tidak menunjukkan gejala klinis penyakit arteri koroner dan 50 % individu yang asimptomatik memiliki penyakit dan juga prevalensi pada penderita yang asimptomatik cukup tinggi yaitu sekitar 20 50% pasien. Guideline dari American College of Cardiology / American Heart Association (ACC/AHA) merekomendasikan graded exercise testing pada penderita diabetes yang akan mendapatkan program latihan intensitas sedang atau tinggi, serta dengan pasien yang memiliki faktor resiko sebagai berikut : Usia > 35 tahun Usia > 25 tahun dengan DM tipe 2 selama > 10 tahun atau DM tipe 1 selama > 15 tahun Adanya kelainan mikrovaskular seperti retinopati atau nefropati Neuropati autonomik Penyakit vaskular perifer.Dislipidemia pada penderita Diabetes Mellitus juga lebih meningkatkan resiko terjadinya penyakit kardiovaskular. Oleh karena itu, pemeriksaan profil lipid dilakukan setahun sekali atau jika diperlukan. Setidaknya pada pasien dewasa, pemeriksaan profil lipid ini dilakukan setahun sekali atau lebih jika diperlukan. Jika profil lipid baik, LDL50mg/dl (wanita), HDL>40mg/dl (pria), atau TGA