26
BAB I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Gangguan tidur ataupun kesulitan dalam tidur dewasa ini cukup banyak diderita oleh banyak orang. Gangguan ini paling tidak pernah diderita oleh seseorang paling tidak sekali dalam hidupnya ataupun ada yang menderita hampir sepanjang hidupnya dan hal yang inilah yang dapat mempengaruhi kwalitas hidup seseorang. Seseorang yang terganggu dalam tidurnya akan dapat terjadi bermacam-macam gangguan seperti hilang semangat, kesulitan dalam berkonsentrasi, selalu merasa mengantuk dan gelisah, mudah marah atau temperamental menjadi tinggi, tekanan darah menjadi tinggi dari biasanya/normal sampai berujung pada terjadinya penyakit-penyakit tertentu yang bersifat kronis. 1, 2 Insomnia atau kesulitan tidur atau gangguan dalam tidur sebenarnya bukan suatu penyakit, tetapi merupakan suatu gejala yang memiliki berbagai penyebab, seperti kelainan emosional,kelainan fisik dan pemakaian obat- obatan. Sulit tidur sering terjadi, baik pada usia muda maupun usia lanjut; dan seringkali timbul bersamaan dengan 1

Referat Insomnia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Referat Insomnia

Citation preview

Page 1: Referat Insomnia

BAB I

Pendahuluan

1.1 Latar Belakang

Gangguan tidur ataupun kesulitan dalam tidur dewasa ini cukup banyak diderita

oleh banyak orang. Gangguan ini paling tidak pernah diderita oleh seseorang paling

tidak sekali dalam hidupnya ataupun ada yang menderita hampir sepanjang hidupnya

dan hal yang inilah yang dapat mempengaruhi kwalitas hidup seseorang. Seseorang

yang terganggu dalam tidurnya akan dapat terjadi bermacam-macam gangguan seperti

hilang semangat, kesulitan dalam berkonsentrasi, selalu merasa mengantuk dan gelisah,

mudah marah atau temperamental menjadi tinggi, tekanan darah menjadi tinggi dari

biasanya/normal sampai berujung pada terjadinya penyakit-penyakit tertentu yang

bersifat kronis.1, 2

Insomnia atau kesulitan tidur atau gangguan dalam tidur sebenarnya bukan suatu

penyakit, tetapi merupakan suatu gejala yang memiliki berbagai penyebab, seperti

kelainan emosional,kelainan fisik dan pemakaian obat-obatan. Sulit tidur sering terjadi,

baik pada usia muda maupun usia lanjut; dan seringkali timbul bersamaan dengan

gangguan emosional, seperti kecemasan, kegelisahan, depresi atau ketakutan. Kadang

seseorang sulit tidur hanya karena badan dan otaknya tidak lelah. Dengan bertambahnya

usia, waktu tidur cenderung berkurang. Stadium tidur juga berubah, dimana stadium 4

menjadi lebih pendek dan pada akhirnya menghilang, dan pada semua stadium lebih

banyak terjaga. Perubahan ini, walaupun normal, sering membuat orang tua berfikir

bahwa mereka tidak cukup tidur.1

Insomnia atau gangguan tidur terjadi pada hampir 30-50% dari seluruh populasi

didunia. Dari kesemuanya itu sekitar 10% mengalami insomnia kronis, yaitu gangguan

tidur yang terjadi sudah lama pada seseorang selama kurang lebih 3 minggu lebih

namun tidak terlalu mempengaruhi keadaan seseorang tersebut. Insomnia kebanyakkan

1

Page 2: Referat Insomnia

terjadi pada usia dewasa dan semakin meningkat frekuensinya seiring bertambahnya

usia dan terjadi kebanyakkan pada wanita dibanding pria. Anak-anakpun dapat terjadi

insomnia namun kebanyakkan insomnia yang terjadi pada anak-anak banyak

disebabkan oleh factor organic ketimbang orang dewasa yang lebih banyak disebabkan

oleh factor anorganik.1, 2

1.2 Tujuan

Tujuan penulisan referat ini adalah untuk mengetahui apa sebenarnya insomnia

itu, patofisiologinya dan terapi yang tepat untuk insomnia tersebut.

2

Page 3: Referat Insomnia

BAB II

Tinjauan Pustaka

2.1 Definisi

Insomnia adalah gejala kelainan dalam tidur berupa kesulitan berulang untuk

tidur atau mempertahankan tidur walaupun ada kesempatan untuk itu. Gejala tersebut

biasanya diikuti gangguan fungsional saat bangun. Insomnia sering disebabkan oleh

adanya suatu penyakit atau akibat adanya permasalahan psikologis.3 Dalam hal ini,

bantuan medis atau psikologis akan diperlukan. Dalam beberapa literature lain insomnia

adalah gejala-gejala yang meliputi:

1. Mempunyai masalah dalam tidur

2. Sering bangun pada malam hari dan kesulitan untuk tidur kembali.

3. Bangun terlalu pagi hari.

4. Merasakan seperti tidak puas dalam tidur.1, 3

Insomnia bisa menjadi suatu masalah yang berat bila dapat menimbulkan

gangguan dalam kehidupan seseorang. Kurang tidur menyebabkan seseorang selalu

menjadi mengantuk pada siang harinya, kurang tenaga untuk melakukan pekerjaan

sehari-hari dan terkadang seseorang menjadi mudah emosional. Akut insomnia adalah

salah satu yang dapat menimbulkan gangguan dalam kwalitas hidup seseorang. Akut

insomnia dapat terjadi biasanya bila seseorang mengalami stress berat atau setelah

mengalami trauma tertentu baik itu trauma yang bersifat fisik maupun trauma batin dan

biasanya berlangsung beberapa hari sampai beberapa minggu. Akut insomnia ini dapat

terjadi sewaktu-waktu dan dapat hilang sendiri. Sedangkan kronik insomnia adalah bila

3

Page 4: Referat Insomnia

gangguan tidur terjadi selama kurang lebih 3 malam berturut-turut selama seminggu

dalam kurun waktu 1 bulan. Kronik insomnia biasanya diawali dari akut insomnia dan

biasanya sulit disembuhkan.2, 3

2.2 Epidemiologi

Jajak Pendapat Tidur di Amerika yang dilakukan oleh National Sleep

Foundation’s pada tahun 2002, menunjukkan 58% dari orang dewasa di AS mengalami

gejala insomnia pada beberapa malam dalam seminggu atau lebih. Meskipun insomnia

merupakan masalah tidur yang paling umum di antara sekitar setengah orang dewasa

yang lebih tua (48%), mereka cenderung sering mengalami gejala insomnia dari pada

rekan-rekan muda mereka (45% vs 62%) dan gejalanya lebih cenderung berhubungan

dengan kondisi medis.3

Antara wanita dan pria ternyata insomnia banyak terjadi pada wanita daripada

pria. Satu alasan yang mempengaruhi hal ini adalah adanya perubahan hormone pada

siklus haid yang mempengaruhi siklus tidur. Selama perimenopause seorang wanita

dapat mengalami gangguan dalam tidur dan kesulitan dalam tidur. Seorang wanita

tersebut dapat mengalami rasa panas pada wajah dan dapat mengalami keringat malam

yang dapat mengganggu tidur seorang wanita. Selama kehamilan seorang wanita dapat

mengalami perubahan hormone, fisik dan emosional yang dapat mengganggu tidur

seorang wanita. Wanita hamil terutama pada trimester ketiga dapat menyebabkan rasa

tidak enak, keram pada kaki dan sering pergi ke kamar mandi yang semuanya itu dapat

menyebabkan gangguan tidur.3, 4

4

Page 5: Referat Insomnia

2.3 Fisiologi Tidur.

Fisiologi tidur dapat diterangkan melalui gambaran aktivitas sel-sel otak selama

tidur. Aktivitas tersebut dapat direkam dalam alat EEG. Untuk merekam tidur, cara

yang dipakai adalah dengan EEG Polygraphy. Dengan cara ini kita tidak saja merekam

gambaran aktivitas sel otak (EEG), tetapi juga merekam gerak bola mata (EOG) dan

tonus otot (EMG).5 Untuk EEG, elektroda hanya ditempatkan pada dua daerah saja,

yakni daerah frontosentral dan oksipital. Gelombang Alfa paling jelas terlihat di daerah

frontal. dapatkan 4 jenis gelombang, yaitu:

Gelombang Alfa, dengan frekuensi 8 - 12 Hz, dan amplitude gelombang antara 10 - 15

mV. Gambaran gelombang alfa yang terjelas didapat pada daerah oksipital atau parietal.

Pada keadaan mata tertutup dan relaks, gelombang Alfa akan muncul, dan akan

menghilang sesaat kita membuka mata. Pada keadaan mengantuk (drowsy) didapatkan

gambaran yang jelas yaitu kumparan tidur yang berupa gambaran waxing dan

gelombang Alfa.

Gelombang Beta, dengan frekuensi 14 Hz atau lebih, dan amplitude gelombang kecil,

rata-rata 25 mV. Gambaran gelombang Beta yang terjelas didapat pada daerah frontal.

Gelombang ini merupakan gelombang dominan pada keadaan jaga terutama bila mata

terbuka. Pada keadaan tidur REM juga muncul gelombang Beta.

Gelombang Teta, dengan frekuensi antara 4 - 7 Hz, dengan amplitudo gelombang

bervariasi dan lokalisasi juga bervariasi. Gelombang Teta dengan amplitudo rendah

tampak pada keadaan jaga pada anak-anak sampai usia 25 tahun dan usia lanjut diatas

60 tahun. Pada keadaan normal orang dewasa, gelombang teta muncul pada keadaan

tidur (stadium 1, 2, 3, 4).

Gelombang Delta, dengan frekuensi antara 0 - 3 Hz, dengan amplitudo serta lokalisasi

bervariasi. Pada keadaan normal, gelombang Delta muncul pada keadaan tidur (stadium

2, 3, 4). Dengan demikian stadium-stadium tidur ditentukan oleh persentase dan

5

Page 6: Referat Insomnia

keempat gelombang ini dalam proporsi tertentu. Selain itu juga ditunjang oleh gambaran

dari EOG dan EMG nya.5

STADIUM TIDUR

1. Stadium Jaga (Stadium W = wake)

EEG : Pada keadaan relaks, mata tertutup, gambaran didominasi oleh gelombang Alfa.

Tidak ditemukan adanya Kumparan Tidur dan Kompleks K.

EOG : Biasanya gerakan mata berkurang. Kadang-kadang

terdapat artefak yang disebabkan oleh gerakan kelopak mata.

EMG: Kadang-kadang tonus otot meninggi.

2. Stadium 1

EEG: Biasanya terdiri dari gelombang campuran Alfa, Beta dan kadang-kadang Teta.

Tidak terlihat adanya Kumparan Tidur, Kompleks K atau gelombang Delta.

EOG : Tak terlihat aktifitas bola mata yang cepat.

Cermin Dunia Kedokteran No. 53, 1988 7

EMG Tonus otot menurun dibandingkan dengan pada Stadium W.

3. Stadium 2

EEG: Biasanya terdiri dan gelombang campuran Alfa, Teta dan Delta. Terlihat adanya

Kumparan Tidur dan Kompleks K (Kompleks

K : gelombang negatif yang diikuti oleh gelombang positif, berlangsung kira-kira 0,5

detik, biasanya diikuti oleh gelombang cepat 12 - 14 Hz). Persentase gelombang Delta

dengan amplitudo di atas 75 mV kurang dari 20%.

EOG : Tak terdapat aktivitas bola mata yang cepat.

EMG : Kadang-kadang terlihat peningkatan tonus otot secara tiba-tiba, menunjukkan

bahwa otot-otot tonik belum seluruhnya dalam keadaan relaks.

6

Page 7: Referat Insomnia

4. Stadium 3

EEG : Persentase gelombang Delta berada antara 20 - 50%.Tampak Kumparan Tidur.

EOO : Tak tampak aktivitas bola mata yang cepat.

EMG : Gambaran tonus otot yang lebih jelas dari stadium 2.

5. Stadium 4

EEG : Persentase gelombang Delta mencapai lebih dari 50%. Tampak Kumparan Tidur.

EOG : Tak tampak aktivitas bola mata yang cepat

EMG : Tonus otot menurun dari pada stadium sebelumnya.

6. Stadium REM

EEG : Terlihat gelombang campuran Alfa, Beta dan Teta. Tak tampak gelombang

Delta., Kumparan Tidur maupun Kompleks K.

EOG : Terlihat gambaran REM (Rapid Eye Movement) yang khas.

EMG : Tonus otot sangat rendah.1, 5

Tabel 1. Hipnogram orang normal.

7

Page 8: Referat Insomnia

Keterangan:

Dari gambaran EEG, EOG dan EMG sepanjang malam seorang dewasa normal, dapat

dibuat sebuah hipnogram yang melukiskan kualitas dan kuantitas tidur orang tersebut.

Pada kondisi normal, seorang dewasa memasuki stadium 1 dan 2 dengan cepat dan

mempunyai stadium tidur dalam (stadium 3 dan 4) yang berkisar antara 70 - 100 menit.

Setelah itu timbullah stadium REM yang gambaran EEG nya mirip dengan stadium

tidur yang dangkal. Kejadian atau siklus ini berulang dengan interval waktu 90 menit.

Semakin mendekat ke pagi hari, tidur yang dalam semakin berkurang dan tidur REM

semakin bertambah. Dalam kondsi normal, terjadi 4 – 6 kali periode tidur REM. Secara

keseluruhan periode tidur REM meliputi 25% dari keseluruhan tidur. Pola hipnogram

ini dipengaruhi oleh usia. Pada anak-anak, stadium 3 dan 4 meliputi jumlah yang lebih

besar dari pada dewasa normal, dan makin berkurang lagi pada usia lanjut.

2.4 SIRKULASI DARAH DAN METABOLISME O2 Dl OTAK WAKTU

TIDUR

Peningkatan sirkulasi darah dan oksigen otak berkorelasi dengan gambaran

gelombang EEG yang cepat dan tak teratur, dan sebaliknya. Tetapi hal ini tak

sepenuhnya dapat diterima. Pada anak-anak normal, di mana terdapat dominasi

gelombang lambat pada EEG-nya, sirkulasi darah dan oksigen di otak lebih tinggi dan

dewasa normal. Yang jelas, pada umumnya dalam keadaan tidur, di mana timbul

gelombang-gelombang yang lebih lambat daripada dalam keadaan jaga, dijumpai

adanya penurunan sirkulasi darah dan O2 di otak.4, 5

2.5 PERNAFASAN DAN SIRKULASI SISTEMIK PADA WAKTU TIDUR

Bulow (1963), seorang peneliti, mendapatkan bahwa tidur yang dalam akan

diikuti oleh penurunan sensitivitas dan pusat pernafasan terhadap CO2 di otak.

Penurunan ini berjalan linier dengan keadaan dan tidur. Pada tidur REM, sensitivitas ini

8

Page 9: Referat Insomnia

bertambah dan menetap sampai ambang seperti keadaan jaga. Hal ini sesuai dengan

penelitian secara klinis yang memperlihatkan adanya pernafasan tak teratur selama

periode REM. Peristiwa ini dapat mengakibatkan timbulnya vasokonstriksi pembuluh

darah. Dan Seterusnya terjadi peninggian dan tekanan darah sistemik dan frekuensi

nadi. Sebagai kompensasi, sirkulasi darah dan oksigen ke otak meningkat, dan aktivitas

neuron otakpun meningkat. Sebaliknya pada tidur non-REM, tekanan darah sistemik

mengalami penurunan, terutama pada awal tidur. Hal ini mula-mula tidak

mempengaruhi sirkulasi darah di otak karena adanya sistem auto-regulasi, yang akan

mengadakan reaksi adaptasi terhadap keadaan itu. Tetapi semakin. lama, terutama

setelah terjadi penurunan sirkulasi oksigen, terjadi dekompensasi, dan akibatnya timbul

gangguan perfusi jaringan secara perlahanlahan. Karena itu pada usia lanjut, sering

timbul gejala-gejala eksaserbasi infark multipel demensia pada malam hari yang disertai

adanya gejala-gejala kebingungan (confusion). Hasil-hasil penelitian di atas masih

berada dalam taraf awal, karena masih diikuti oleh penemuan-penemuan lain yang

kontroversial. tetapi dengan adanya kemampuan dan teknik pemantauan otak, antara

lain Positron Emission Tomography, diharapkan pendalaman dan hal ini akan lebih

memberikan hasil yang positif terhadap gambaran faali tidur di otak.5, 6

2.6 Penyebab Insomnia

Orang yang sering terjaga dari tidurnya ternyata dapat disebabkan oleh banyak

faktor, walaupun mungkin satu faktor lebih dominan mempengauhi. Faktor tersebut

antara lain:

1. Gangguan Emosional, Tekanan Batin maupun Depresi

Orang yang dalam kesehariannya banyk diliputi oleh tekanan dan ancaman akan

sangat berpotensi untuk insomnia. Hal ini dikarenakan peraaan batinnya yang tidak

tenteram. Orang tersebut akan selalu memikirkan berbagai kejadian yang telah

menimpa dirinya. Seolah tidak menerima kenyatan tentang mengapa semua tekanan

datang padanya dan bagimanapun akan keluar dari permasalahan akan tetapi tetap

tidak bisa. Sehingga tidur pun jadi terganggu karena pikiran terganggu.

9

Page 10: Referat Insomnia

2. Penggunaan Obat

Penggunaan obat dalam jumlah yang banyak atau dalam jangka waktu panjang juga

akan mengganggu kegiatan tidur kita. Ada orang yang sangat gemar mengkomsumsi

obat. Sedikit saja badan terasa tidak enak, langsung minum obat, walaupun tubuh

belum benar-benar sakit. Bahkan untukmenjaga tubuh agar tetap bugar saja juga

harus minum obat. Kebiasaan ini dalam jangka panjang dapat menyebabkan

gangguan insomnia, walaupun efek samping obat adalah mengantuk. Mungkin

seketika minum obat akan terasa kantuk, tetapi ketika malam hari insomnia akan

tetap datang.

3. Ketidakmampun Untuk Beristirahat dengan Santai

Tidur membutuhkan suasana yang santai selain daripada rasa kantuk. Banyak orang

tetap tidak dapat berpikir santai karena pekerjaan yang menumpuk. Saat pekerjan

menumpuk biasanya kita selalu teringat untuk segera menyelesaikannya. Kondisi

seperti ini biasanya dialami oleh para mahasiswa, khususnya ketika waktu-waktu

menjelang ujian. Hampir tidak ada waktu untuk beristirahat karena menumpuknya

tugas. Sehingga ketika tidur tidak segera tidur, pikiran masih gelisah terbayang

bagaimana jika tugas tidak selesai, sementara waktu sudah sempit dan tubuh kita

juga butuh istirahat guna aktivitas esok hari.

4. Kebiasaan Merokok

Bagi siapapun juga yang memiliki kebiasaan merokok sebaiknya mulai dikurangi.

Merokok selain memberikan efek yang buruk bagi tubuh, juga dapat menahan

keinginan untuk tidur (vrisaba, 2002).

10

Page 11: Referat Insomnia

5. Suasana Ribut

Siapapun juga silahkan kenyamanan tidur anda ketika suatu saat lingkungan rumah

anda sedang dipakai pertemuan arisan, dengan pada saat malam hening disertai

hujan gerimis. Kemudian rasakanlah bedanya.

Pekerja pabrik yang selalu bekerja pada suasana bising, ternyata juga mengalami

insomnia ketika di rumah.

6. Kamar Tidur yang Berantakan

Ketika beranjak tidur sebaiknya segala kruwetan mengenai tempat tidur, baik

ranjang, pakaian dan lain sebagainya yang berkaitan dengan tidur harus dirapikan.

Itu akan sangat berpengaruh dengan kenyamanan tidur kita. Semakin rapi dan bersih

akan semakin menambah kenyamanan. Namun demikian, ada saja orang yang justru

tidur nyenyak ketika kasurnya berantakan dan banyak pakaian berserakan di situ.

Selain hal-hal yang telah diuraikan di atas, masih banyak lagi penyebab insomnia

lainnya. Yang jelas insomnia tidak secara langsung berhubungan dengan menurunnya

suatu hormon dalam tubuh.5

2.7 Patofisiologi Gangguan Tidur

Irama tidur - jaga yang merupakan pola tingkah laku agaknya berhubungan

dengan interaksi di dalam sistim aktivasi reticular. Contoh adalah bila dilakukan

perangsangan daerah formasio retikularis akan menyebabkan kondisi jaga/waspada pada

hewan di laboratorium. Sedangkan perusakan pada daerah itu menyebabkan hewan

mengalami kondisi koma menetap. Dengan ini kita mengetahui bahwa sistim aktivitas

retikular bekerjanya diatur oleh kontrol dan nukleus raphe dan locus coeruleus. Di mana

sel-sel dan nucleus raphe mensekresi serotonin dan locus coeruleus mensekresi

11

Page 12: Referat Insomnia

epinephrine. Jika nukleus raphe dirusak atau sekresinya dihambat, dapat menimbulkan

kondisi tidak tidur/berkurangnya jam tidur pada hewan percobaan yang mirip dengan

kejadian insomnia. Sedangkan bila locus coeruleus yang dirusak, akan terjadi

penurunan atau hilangnya tidur REM, sedangkan tidur non REM tak berubah. Sistim

limbik, yang kita kenal sebagai pusat emosi, agaknya juga berhubungan dengan

kewaspadaan/jaga. Mungkin hal inilah yang menyebabkan mengapa kondisi ansietas

dan gangguan emosi lainnnya dapat mengganggu tidur, dan menyebabkan insomnia.4, 5, 6

Penelitian tidur di laboratorium dengan alat EEG menunjukkan adanya

perbedaan antara sukarelawan yang normal dengan penderita depresi dan ansietas. Pada

penderita depresi, ditemukan adanya Sleep Latency yang bertambah atau dapat juga

normal. Sedangkan REM Latency jelas menjadi lebih pendek. Tidur Delta yang pada

orang normal ditemukan sejumlah 20 - 30%, pada penderita depresi menjadi jauh

berkurang. Hal ini yang menyebabkan penderita depresi mengeluh tidurnya kurang

pulas. Penelitian dari Zung menunjukkan bahwa pada sukarelawan normal yang diberi

rangsang suara-suara pada stadium Delta, tidak terbangun oleh hal itu. Tetapi pada

penderita depresi sangat mudah terbangun. Karena itu penderita depresi mudah sekali

terbangun oleh adanya perubahan suhu di dini hari, perubahan sinar dan suara-suara

hewan di pagi hari. Pada fase awal penyakit, penderita. depresi akan mengalami

penurunan dari Tidur REM nya sebanyak 10%. REM menunjukkan bahwa orang itu

sedang bermimpi. Di laboratorium tidur, 85% dan mereka yang dibangunkan pada

waktu tidur REM, mengaku sedang bermimpi. Penderita depresi biasanya mengalami

mimpi-mimpi yang tidak menyenangkan sehingga mereka terbangun karenanya.

Dengan demikian tidur REM pun berkurang karena seringnya terbangun di malam hari.

Di samping itu, telah diterangkan bahwa pada mereka yang menderita depresi, tidur

REM lebih cepat datangnya. Secara fisiologik kekurangan tidur REM itu harus dibayar

kembali. Dengan begitu, selang beberapa waktu, penderita depresi akan mengalami

tidur REM yang berlebihan, dan penderita akan lebih sering terbangun dan bermimpi

buruk. Jadi jelaslah mengapa di laboratorium tidur, ditemukan gambaran hipnogram

yang “acak-acakan” atau iregular dari perpindahan satu stadium ke stadium yang lain

pada penderita depresi; dan sering terbangun di malam hari. Pada penderita ansietas,

12

Page 13: Referat Insomnia

dan hipnogram ditemukan Sleep Latency yang memanjang. Sedangkan REM Latency

dapat normal atau lebih panjang dari pada sukarelawan normal. Berbeda dengan

penderita depresi, pada penderita ansietas, tidur delta biasanya normal (20-30%),

sedangkan tidur REM menjadi bertambah, terutama pada fase akhir dari tidur (di dini

hari). Pada hipnogram juga ditemukan adanya gambaran yang ireguler dari perpindahan

satu stadium tidur ke stadium tidur yang lain. Di bawah ini, digambarkan suatu skema

perbedaan dari insomnia karena kondisi depresi dan ansietas, dilihat dari keluhan

subyektif dan gambaran obyektif menurut hipnogramnya.5, 6, 9

13

Page 14: Referat Insomnia

2.8 Pengobatan Insomnia

Berbagai cara dilakukan agar dapat segera tertidur. Mulai dari mendengarkan

musik, melamun, hingga merubah posisi tidur. Tetapi itu semua tidak ada hasilnya,

padahal esok hari harus sudah bekerja. Satu hal yang perlu diingat adalah jangan pernah

lari kepada obat. Karena pada dasarnya obat adalah bahan kimia. Dalam jangka panjang

memberikan efek buruk bagi tubuh.4, 7 Pada harian Prkiran Rakyat dipaparkan 10 upaya

untuk mengatsi insomnia, antara lain yaitu:

1. Hindari kebiasaan tidur siang, terutama jika berlebihan, sebab akan mengurangi

waktu tidur di malam hari.

2. Malam hari bukan waktu yang tepat untuk ngopi maupun minum minuman

berkafein, apalagi disertai merokok. Kafein dapat menggenjot denyut jantung,

membuat sigap, memaksa mata untuk terjaga. Sedangkan nikotin bersifat

neurostimulan yang "menodong" otak untuk tidak istirahat. Agar gampang tidur,

peminum kopi sebaiknya menghabiskan minum terakhirnya sebelum pukul 3

petang. Bagi para perokok, usahakan batang rokok terakhir maksimal tiga jam

sebelum tidur.

3. Jauhi alkohol. Meski dalam dosis ringan alkohol dapat membuat rileks, mengantar

tidur pulas, tapi bahan ini bisa membuat orang kecanduan. Begitu tidak

menggunakannya lagi akan timbul efek kebalikannya yaitu tetap terjaga. Di sisi lain,

alkohol juga menguras vitamin B yang mendukung sistem saraf.

4. Pilih waktu berolah raga pada petang hari, hindari melakukan kegiatan ini saat

malam hari. Olah raga akan menyebabkan adrenalin terpompa, mengakibatkan

orang jadi terjaga.

5. Biasakan melakukan relaksasi, salah satunya dengan membaca bacaan ringan

sebelum tidur.

14

Page 15: Referat Insomnia

6. Minum susu hangat. Susu kaya akan asam amino triptofan. Meningkatnya kadar

triptofan di dalam otak akan berdampak pada peningkatan produksi serotonin, yang

membuat pikiran menjadi santai, dan memancing timbulnya kantuk.

7. Berhubungan seks - ini merupakan berkah bagi yang sudah nikah. Kata Ted

Mcllvenna, Presiden "The Institute for Advanced Study of Human Sexuality

(IASHS)" di San Francisco, seks bisa jadi merupakan langkah yang baik untuk

menjaga kesehatan. Dari hasil studinya diperlihatkan, selain dapat meningkatkan

sistem imunitas tubuh, hubungan seks yang baik juga mampu mengelakkan problem

psikologi, seperti stres yang sering membuat orang jadi susah tidur, mengendurkan

tensi, membebaskan dari rasa sakit, di samping juga mengundang kantuk. Perkara

efeknya yang terakhir, disebut-sebut lebih hebat ketimbang segelas susu hangat.

8. Jus Selada. Selada bermanfaat dalam pengobatan insomnia sebab kandungan zat

penyebab kantuk yang disebut lectucarium. Disebutkan dalam "Foods That Heal:

The Natural Way To Good Health", unsur ini memiliki kesamaan efek, sebagai

sedatif, sama dengan opium namun tanpa menimbulkan rangsangan yang

berlebihan. Cara penggunannya, menurut Culpepper, herbalis Inggris zaman

baheula, dengan mencampur jus selada dan minyak bunga ros, lalu diurutkan pada

dahi serta pelipis. Cara lain yaitu dengan meminum air rebusan bijinya.

9. Tetesan Lavender. Dr. Bud Rickhi, Associate Professor of Medicine di University of

Calgary serta direktur "The Research Centre for Alternative Medicine", berdasar

hasil risetnya, menyarankan lavender untuk mengatasi insomnia. Lavender

merupakan tanaman yang bisa memengaruhi nervous system, meningkatkan

aktivitas gelombang alpha di otak dan membuat tubuh lebih santai. Cara

penggunaan yang disarankan guna mendapatkan hasil optimal, pun terbilang

sederhana, cukup dengan meneteskan beberapa tetes minyak lavender pada bantal

sebelum pergi tidur, kemudian nikmati semerbak wanginya.

15

Page 16: Referat Insomnia

10. "Penggelontoran" melatonin. Melatonin merupakan hormon saraf yang bekerja

antara lain melalui sistem sumbu hipotalamus - hipofisa - adrenal. Fungsi adrenal

mengubah cadangan glikogen hati menjadi glukosa, menyempitkan pembuluh darah

tepi, dan meningkatkan tekanan irama denyut jantung. Apabila adrenalin meningkat,

kadar gula darah akan bertambah, dan sistem peredaran lebih terpacu, sehingga

orang akan lebih aktif. Di lain pihak, melalui sumbu ini melatonin menekan kelenjar

anak ginjal (suprarenalis) sehingga menghasilkan hormon lebih sedikit. Rendahnya

kadar hormon adrenal menyebabkan orang merasa lebih tenang, santai, dan

mengantuk. Dalam berbagai penelitian lain disebutkan, melatonin mampu mencegah

kanker, penyakit jantung, menurunnya fungsi otak, dan menambah kekebalan tubuh.

Meski begitu, para wanita yang sedang menjalani terapi sulih hormon estrogen tidak

dianjurkan untuk mengonsumsinya tanpa pengawasan dokter. Demikian juga wanita

hamil. Para wanita yang merencanakan kehamilan pun dilarang mengonsumsinya.

Dalam penelitian pada hewan, melatonin dapat menegangkan pembuluh darah,

sehingga meningkatkan tekanan darah. Karena itu, mereka yang hipertensi dan

mengalami gangguan kardiovaskular diharap konsultasi ke dokter sebelum

mengonsumsinya. Melatonin juga tidak dianjurkan bagi pasien limfoma dan

leukimia, juga anak-anak. Kalau hendak mengonsumsi suplemen melatonin,

sebaiknya mulai dari dosis kecil, sekitar 100-300 mkg (0,1-0,3 mg) atau kurang.

Karena daya kerjanya cepat, Anda bisa mengonsumsinya 30 menit sebelum tidur.4, 7

16

Page 17: Referat Insomnia

BAB III

Kesimpulan

Insomnia merupakan gangguan kesulitan tidur pada seseorang. Gangguan

tersebut dapat terjadi ketika awal, pertengahan tidur maupun ketika bangun tidur.

Insomnia ditandai dengan sulitnya tidur di malam hari, mengantuk dan lelah di siang

hari. Penyebab gangguan ini adalah didominasi oleh kondisi psikologis penderita yang

lemah. Meskipun banyak faktor lain yang juga berpengaruh. Untuk mengatasi masalah

ini secara umum penderita harus mampu menciptakan suasana kenyamanan dalam diri

sendiri.

17

Page 18: Referat Insomnia

Daftar Pustaka

1. Marjdono M, Sidharta P. Neurologi Klinis Dasar. Edisi ke-11. Dian

Rakyat:Jakarta ; 1988 ; P. 183-92

2. http//www.wikipedia.org./wiki/insomnia. Epidemiologi of Insomnia. Diakses

tanggal 6.08-2010 jam 12.43

3. www.insomnia.medicineNet.com. Definition of insomnia. diakses tanggal 6-08-

2010 jam 12.34

4. Schenck,Carlos H. Mahowald,Mark.Sack,Robert.2003.Assesment and

Management of Insomnia. JAMA Vol 289.

5. Iskandar Y. Insomnia dan Depresi Dalam: Psikiatri Biologik Vol. II, ed.

Yul Iskandar dan R. Kusumanto Setyonegoro, Yayasan Dharma Graha, Jakarta,

1985.

6. Iskandar Y. Tehnik Penelitian Tidur dengan EEG. Makalah pada: Simposium

Psikiatri Biologik N, Jakarta, 1983.

7. Moynihan SH, Marks J. Insomnia, Management in Good Medical Practice,

Editiones, Roche, Basle, 1988.

8. Priest RG, Pletscher A, Ward J. (Eds.): Sleep Research. MTLP Press Limited,

Basle, 1988.

18

Page 19: Referat Insomnia

9. Suroto. Cara Mengendalikan Stres. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.

2001.

19