Referat Heart Failure

Embed Size (px)

Citation preview

  • 8/10/2019 Referat Heart Failure

    1/54

    1

    REFERAT

    GAGAL JANTUNG

    DISUSUN OLEH :

    Otty Mitha Octriza

    030.10.217

    DOKTER PEMBIMBING :

    Dr. Santoso Supardan, Sp. JP

    ILMU PENYAKIT DALAMRSAL MINTOHARDJO

    FAKULTAS KEDOKTERAN

    UNIVERSITAS TRISAKTI

    JAKARTA

    SEPTEMBER 2014

  • 8/10/2019 Referat Heart Failure

    2/54

    2

    Lembar persetujuan Referat

    Referat dibawah ini :

    Judul : GAGAL JANTUNG

    Penyusun : Otty Mitha Octriza

    Telah diterima dan disetujui pada tanggal .....September 2014 oleh dokter

    pembimbing sebagai salah satu syarat menyelesaikan kepanitraan klinik Ilmu Penyakit Dalam

    periode 18 Agustus25 Oktober 2014 di Rumah Sakit Angkatan Laut Dr.Mintohardjo

    Jakarta, ......Septermber 2014

    Dr. Santoso Sapardan Sp.JP

  • 8/10/2019 Referat Heart Failure

    3/54

    3

    KATA PENGANTAR

    Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan

    petunjuknya penyusun dapat menyelesaikan referat Gagal Jantungini tepat pada waktunya.

    Laporan kasus ini ini dibuat dalam rangka memenuhi tugas kepaniteraan klinik di

    bagian ilmu penyakit dalam RSAL Dr.Mintoharjo. Pada kesempatan ini penyusun

    mengucapkan terimakqsih kepada Dr. Santoso Sapardan , SpJP selaku dokter pembimbing

    dalam kepaniteraan klinik ini dan rekan-rekan koass yang ikut memberikan bantuan dan

    semangat secara moril.

    Penyusun menyadari bahwa laporan kasus ini masih terdapat kekurangan dan

    kesalahan, oleh karena itu penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran dari semua pihak.

    Semoga laporan kasus ini dapat bermanfaat dan menambah pengetahuan dalam bidang ilmu

    penyakit dalam khususnya dan bidang kedokteran pada umumnya.

    Jakarta, September 2014

    Penyusun

    Otty Mitha Octriza

  • 8/10/2019 Referat Heart Failure

    4/54

    4

    DAFTAR ISI

    LEMBAR PERSETUJUAN REFERAT.......................................................................... 2KATA PENGANTAR ..... 3

    DAFTAR ISI ........ 4

    BAB I PENDAHULUAN ... 5

    BAB II TINJAUAN PUSTAKA

    ANATOMI DAN FISIOLOGI JANTUNG.......................................................................... 7DEFINISI GAGALJANTUNG.......................................................................................................................... 14EPIDEMIOLOGI................................................................................................................... 14

    KLASIFIKASI...................................................................................................................... 15 Lokasi........................................................................................................................ 15 Fungsi......................................................................................................................... 15

    Volume darah yang dipompa (low outputdan high output)...................................... 15 Congestive heart failure............................................................................................ 16 Etiologi...................................................................................................................... 16

    ETIOLOGI............................................................................................................................ 34PATOFISIOLOGI ................................................................................................................ 35MANIFESTASI KLINIS ..................................................................................................... 39PEMERIKSAAN.................................................................................................................. 40

    KRITERIA DIAGNOSIS..................................................................................................... 42PENATALAKSANAAN ..................................................................................................... 45

    Medikamentosa.......................................................................................................... 45

    Nonmedikamentosa................................................................................................... 46PROGNOSIS........................................................................................................................ 52

    BAB III KESIMPULAN .................................................................................................... 53

    DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................... 54

  • 8/10/2019 Referat Heart Failure

    5/54

    5

    BAB I

    PENDAHULUAN

    Gagal jantung merupakan tahap akhir dari seluruh penyakit jantung dan merupakan

    penyebab peningkatan morbiditas dan mortalitas pasien jantung.1Diperkirakan hampir lima

    persen dari pasien yang dirawat di rumah sakit, 4,7% wanita dan 5,1% laki-laki. Insiden gagal

    jantung dalam setahun diperkirakan 2,3 3,7 perseribu penderita pertahun.2Kejadian gagal

    jantung akan semakin meningkat di masa depan karena semakin bertambahnya usia harapan

    hidup dan berkembangnya terapi penanganan infark miokard mengakibatkan perbaikan

    harapan hidup penderita dengan penurunan fungsi jantung.3 Gagal jantung susah dikenali

    secara klinis, karena beragamnya keadaan klinis serta tidak spesifik serta hanya sedikit tanda

    tanda klinis pada tahap awal penyakit. Perkembangan terkini memungkinkan untuk

    mengenali gagal jantung secara dini serta perkembangan pengobatan yang memeperbaiki

    gejala klinis, kualitas hidup, penurunan angka perawatan, memperlambat progresifitas

    penyakit dan meningkatkan kelangsungan hidup.3

    Congestive Heart Failure(CHF) atau gagal jantung kongestif adalah suatu keadaan

    ketika terjadi bendungan sirkulasi akibat gagal jantung dan mekanisme kompensatoriknya.

    Gagal jantung adalah komplikasi tersering dari segala jenis penyakit jantung kongenital

    maupun didapat. Penyebab dari gagal jantung adalah disfungsi miokard, endokard,

    perikardium, pembuluh darah besar, aritmia, kelainan katup, dan gangguan irama. Di Eropa

    dan Amerika, disfungsi miokard yang paling sering terjadi akibat penyakit jantung koroner,

    biasanya akibat infark miokard yang merupakan penyebab paling sering pada usia kurang

    dari 75 tahun, disusul hipertensi dan diabetes. 1, 2

    Di Eropa kejadian gagal jantung berkisar 0,4% - 2% dan meningkat pada usia yang

    lebih lanjut, dengan rata-rata umur 74 tahun. Prevalensi gagal jantung di Amerika Serikat

    mencapai 4,8 juta orang dengan 500 ribu kasus baru per tahunnya. Di Indonesia belum ada

  • 8/10/2019 Referat Heart Failure

    6/54

    6

    angka pasti tentang prevalensi penyakit gagal jantung, di RS Jantung Harapan Kita, setiap

    hari ada sekitar 400-500 pasien berobat jalan dan sekitar 65% adalah pasien gagal jantung. 3

    Meskipun terapi gagal jantung mengalami perkembangan yang pesat, angka kematian dalam

    5-10 tahun tetap tinggi, sekitar 30-40% dari pasien penyakit gagal jantung lanjut dan 5-10%

    dari pasien dengan gejala gagal jantung yang ringan. 2, 3

    Prognosa dari gagal jantung tidak begitu baik bila penyebabnya tidak dapat

    diperbaiki. Setengah dari populasi pasien gagal jantung akan meninggal dalam 4 tahun sejak

    diagnosis ditegakkan, dan pada keadaan gagal jantung berat lebih dari 50% akan meninggal

    dalam tahun pertama. 2

  • 8/10/2019 Referat Heart Failure

    7/54

    7

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    I. ANATOMI DAN FISIOLOGI JANTUNG

    Bentuk dan ukuran jantung

    Jantung merupakan organ utama dalam sistem kardiovaskuler. Jantung dibentuk oleh organ-

    organ muskular, apex, basis cordis, atrium kanan dan kiri, serta ventrikel kanan dan kiri.

    Posisi jantung terletak di antara kedua paru dan berada di tengah tengah dada, bertumpu pada

    diafragma thoracis dan berada kira-kira 5 cm diatas processus xyphoideus.

    Selaput yang membungkus jantung disebut perikardium dimana terdiri antara lapisan fibrosa

    dan serosa. Dalam cavum pericardium ini berisi 50 cc cairan yang berfungsi sebagai pelumas

    agar tidak ada gesekan antara perikardium dan epikardium. Epikardium adalah lapisan paling

    luar dari jantung, lapisan berikutnya adalah lapisan miokardium dimana lapisan ini adalah

    lapisan yang paling tebal. Lapisan terakhir adalah lapisan endokardium.

    Ruang dalam jantung

    Ada 4 ruangan dalam jantung yaitu 2 atrium dan 2 ventrikel. Kedua atrium merupakan ruang

    dengan dinding otot yang tipis karena rendahnya tekanan yang ditimbulkan oleh atrium.

    Sebaliknya ventrikel mempunyai dinding otot yang tebal terutama ventrikel kiri yang

    mempunyai lapisan tiga kali lebih tebal dari ventrikel kanan. Kedua atrium dipisahkan oleh

    sekat antar atrium (septum interatriorum), sementara kedua ventrikel dipisahkan oleh sekat

    antar ventrikel (septum interventrikulorum). Atrium dan ventrikel pada masing-masing sisi

    jantung berhubungan satu sama lain melalui suatu penghubung yang disebut orifisium

    atrioventrikuler. Orifisium ini dapat terbuka atau tertutup oleh suatu katup atrioventrikuler

    (katup AV). Katup AV sebelah kiri disebut katup bikuspid (katup mitral) sedangkan katup

    AV sebelah kanan disebut katup trikuspid.

    Katup-katup jantung

  • 8/10/2019 Referat Heart Failure

    8/54

    8

    Katup tricuspid

    Katup trikuspid berada diantara atrium kanan dan ventrikel kanan. Bila katup ini terbuka,

    maka darah akan mengalir dari atrium kanan menuju ventrikel kanan. Katup trikuspid

    berfungsi mencegah kembalinya aliran darah menuju atrium kanan dengan cara menutup

    pada saat kontraksi ventrikel. Sesuai dengan namanya, katup trikuspid terdiri dari tiga daun

    katup.

    Katup pulmonal

    Setelah katup trikuspid tertutup, darah akan mengalir dari dalam ventrikel kanan melalui

    trunkus pulmonalis. Trunkus pulmonalis bercabang menjadi arteri pulmonalis kanan dan kiri

    yang akan berhubungan dengan jaringan paru kanan dan kiri. Pada pangkal trunkus

    pulmonalis terdapat katup pulmonalis yang terdiri dari 3 daun katup yang terbuka bila

    ventrikel kanan berkontraksi dan menutup bila ventrikel kanan relaksasi, sehingga

    memungkinkan darah mengalir dari ventrikel kanan menuju arteri pulmonalis.

    Katup bicuspid

  • 8/10/2019 Referat Heart Failure

    9/54

    9

    Katup bikuspid atau katup mitral mengatur aliran darah dari atrium kiri menuju ventrikel kiri.

    Seperti katup trikuspid, katup bikuspid menutup pada saat kontraksi ventrikel. Katup

    bikuspid terdiri dari dua daun katup.

    Katup aorta

    Katup aorta terdiri dari tiga daun katup yang terdapat pada pangkal aorta. Katup ini akan

    membuka pada saat ventrikel kiri berkontraksi sehingga darah akan mengalir ke seluruh

    tubuh. Sebaliknya katup akan menutup pada saat ventrikel kiri relaksasi, sehingga mencegah

    darah masuk kembali kedalam ventrikel kiri.

    Komponen sistem induksi jantung

    1. Sinoatrial

    2. Atrioventrikular

    3. RA, LA, RV, LV

    4. Pace maker (pusat picu jantung)

    Fungsi utama jantung adalah memompa darah ke seluruh tubuh dimana pada saat memompa

    jantung otot-otot jantung (miokardium) yang bergerak. Untuk fungsi tersebut, otot jantung

    mempunyai kemampuan untuk menimbulkan rangsangan listrik. Aktifitas kontraksi jantung

    untuk memompa darah keseluruh tubuh selalu didahului oleh aktifitas listrik.

    Aktifitas listrik ini dimulai pada nodus sinoatrial (nodus SA) yang terletak pada celah antara

    vena cava superior dan atrium kanan. Pada nodus SA mengawali gelombang depolarisasi

    secara spontan sehingga menyebabkan timbulnya potensial aksi yang disebarkan melalui sel-

  • 8/10/2019 Referat Heart Failure

    10/54

    10

    sel otot atrium, nodus atrioventrikuler (nodus AV), berkas His, serabut Purkinje, dan akhirnya

    ke seluruh otot ventrikel.

    B.Fisiologi jantung

    Sistem pengaturan jantung

    1. Nodus sinoatrial (nodus SA) adalah suatu masa jaringanotot jantung khusus yang terletak

    di dinding posterior atrium kanantepat di bawah pembukaan vena cava superior. Nodus SA

    mengatur frekuensi kontraksi irama, sehingga disebut pemacu jantung.

    2. Nodus atrioventrikular (nodus AV) berfungsi untuk menunda impuls seperatusan detik,

    sampai ejeksi darah atrium selesai sebelum terjadi kontraksi ventricular. Berkas AV berfungsi

    membawa impuls di sepanjang septum interventrikular menuju ventrikel.

    3. Serabut purkinje adalah serabut otot jantung khusus yang mampu menghantar impuls

    dengan kecepatan lima kali lipat kecepatan hantaran serabut otot jantung.

    Siklus jantung

    Siklus jantung mencakup periode dari akhir kontraksi (sistole) dan relaksasi (diastole)

    jantung sampai akhir sistole dan diastole berikutnya. Kontraksi jantung mengakibatkan

  • 8/10/2019 Referat Heart Failure

    11/54

    11

    perubahan tekanan dan volume darah dalam jantung dan pembuluh utama yang mengatur

    pembukaan dan penutupan katup jantung serta aliran darah yang melalui ruang-ruang dan

    masuk ke arteri.

    Peristiwa mekanik dalam siklus jantung :

    1) Selama masa diastole (relaksasi)

    Tekanan dalam atrium dan ventrikel sama-sama rendah, tetapi tekanan atrium lebih besar dari

    tekanan ventrikel. Atrium secara pasif terusmenerus menerima darah dari vena (vena cava

    superior dan inferior, vena pulmonar). Darah mengalir dari atrium menuju ventrikel melalui

    katup A-V yang terbuka. Tekanan ventrikular mulai meningkat saat ventrikel mengembang

    untuk menerima darah yang masuk. Katup semilunar aorta dan pulmonar menutup karena

    tekanan dalam pembuluh-pembuluh lebih besar daripada tekanan dalam ventrikel. Sekitar

    70% pengisian ventrikular berlangsung sebelum sistole atrial.

    2) Akhir diastole ventricular

    Nodus SA melepas impuls, atrium berkontraksi dan peningkatan tekanan dalam atrium

    mendorong tambahan darah sebanyak 30% ke dalam ventrikel.

    3) Sistole ventrikular

    Aktivitas listrik menjalar ke ventrikel yang mulai berkontraksi. Tekanan dalam ventrikel

    meningkat dengan cepat dan mendorong katup A-V untuk segera menutup.

    4) Ejeksi darah ventrikular ke dalam arteri

    Tidak semua darah ventrikular dikeluarkan saat kontraksi. Volume sistolik akhir darah yang

    tersisa pada akhir sistole adalah sekitar 50 ml. Isi sekuncup (70 ml) adalah perbedaan volume

    diastole akhir (120 ml) dan volume sistole akhir (50 ml).

    5) Diastole ventrikular

    Ventrikel berepolarisasi dan berhenti berkontraksi. Tekanan dalam ventrikel menurun tiba-

    tiba sampai di bawah tekanan aorta dan trunkus pulmonarius, sehingga katup semilunar

  • 8/10/2019 Referat Heart Failure

    12/54

    12

    menutup (bunyi jantung kedua). Adanya peningkatan tekanan aorta singkat akibat penutupan

    katup semilunar aorta. Ventrikel kembali menjadi rongga tertutup dalam periode relaksasi

    isovolumetrik karena katup masuk dan katup keluar menutup. Jika tekanan dalam ventrikel

    menurun tajam dari 100 mmHg sampai mendekati nol, jauh di bawah tekanan atrium, katup

    A-V membuka, dan siklus jantung dimulai kembali.

    Bunyi jantung

    Bunyi jantung secara tradisional digambarkan sebagai lup-dup dan dapat didengar melalui

    stetoskop. Lup mengacu pada saat katup A-V menutup dan dup mengacu pada saat katup

    semilunar menutup. Bunyi ketiga atau keempat disebabkan vibrasi yang terjadi pada dinding

    jantung saat darah mengalir dengan cepat ke dalam ventrikel, dan dapat didengar jika bunyi

    jantung diperkuat melalui mikrofon. Murmur adalah kelainan bunyi jantung atau bunyi

    jantung tidak wajar yang berkaitan dengan turbulensi aliran darah. Bunyi ini muncul karena

    defek pada katup seperti penyempitan (stenosis) yang menghambat aliran darah ke depan,

    atau katup yang tidak sesuai yang memungkinkan aliran balik darah.

    Frekuensi jantung

    Frekuensi jantung normal berkisar antara 60 sampai 100 denyut per menit, dengan rata-rata

    denyutan 75 kali per menit. Dengan kecepatan seperti itu, siklus jantung berlangsung selama

    0,8 detik: sistole 0,5 detik, dan diastole 0,3 detik. Takikardia adalah peningkatan frekuensi

    jantung sampai melebihi 100 denyut per menit. Bradikardia ditujukan untuk frekuensi jantung

    yang kurang dari 60 denyut per menit.

    Pengaturan frekuensi jantung

    1) Impuls eferen (motorik) menjalar ke jantung melalui saraf simpatis dan parasimpatis

    susunan saraf otonom. Frekuensi jantung dalam kurun waktu tertentu ditentukan melalui

    keseimbangan impuls akselerator dan inhibitor dari saraf simpatis dan parasimpatis.

  • 8/10/2019 Referat Heart Failure

    13/54

    13

    Pusat refleks kardioakselerator adalah sekelompok neuron dalam medulla oblongata.Efek

    impuls neuron ini adalah untuk meningkatkan frekuensi jantung. Impuls ini menjalar melalui

    serabut simpatis dalam saraf jantung menuju jantung. Ujung serabut saraf mensekresi

    norepineprin, yang meningkatkan frekuensi pengeluaran impuls dari nodus SA, mengurangi

    waktu hantaran melalui nodus A-V dan sistem Purkinje, dan meningkatkan eksitabilitas

    keseluruhan jantung.

    Pusat refleks kardioinhibitor juga terdapat dalam medulla oblongata. Efek impuls dari

    neuron ini adalah untuk mengurangi frekuensi jantung. Impuls ini menjalar melalui serabut

    parasimpatis dalam saraf vagus. Ujung serabut saraf mensekresi asetilkolin, yang mengurangi

    frekuensi pengeluaran impuls dari nodus SA dan memperpanjang waktu hantaran melalui

    nodus V-A.

    2) Impuls aferen (sensorik) yang menuju pusat kendali jantung berasal dari reseptor, yang

    terletak di berbagai bagian dalam sistem kardiovaskular.

    Prereseptor dalam arteri karotis dan aorta sensitif terhadap perubahan tekanan darah.

    (a) peningkatan tekanan darah akan mengakibatkan suatu refleks yang memperlambat

    frekuensi jantung.

    (b) penurunan tekanan darah akan mengakibatkan suatu refleks yang menstimulasi frekuensi

    jantung yang menjalar melalui pusat medular.

    Proreseptor dalam vena cava sensitif terhadap penurunan tekanan darah. Jika tekanan darah

    menurun, akan terjadi suatu refleks peningkatan frekuensi jantung untuk mempertahankan

    tekanan darah.

    3) Pengaruh lain pada frekuensi jantung

    Frekuensi jantung dipengaruhi oleh stimulasi pada hampir semua saraf pada kulit, seperti

    reseptor untuk nyeri, panas, dingin, dan sentuhan, atau oleh input emosional dari sistem

    saraf pusat.

  • 8/10/2019 Referat Heart Failure

    14/54

    14

    Fungsi jantung normal bergantung pada keseimbangan elektrolit seperti kalsium, kalium,

    dan natrium yang mempengaruhi frekuensi jantung jika kadarnya meningkat atau berkurang.

    Curah Jantung

    Curah jantung adalah volume darah yang dikeluarkan oleh kedua ventrikel per menit. Curah

    jantung terkadang disebut volume jantung per menit. Volumenya kurang lebih 5 L per menit

    pada laki-laki berukuran rata-rata dan kurang 20 % pada perempuan. Perhitungan curah

    jantung yaitu curah jantung = frekuensi jantung x isi sekuncup.

    II. DEFINISI GAGAL JANTUNG

    Gagal jantung adalah suatu sindrom klinis yang merupakan hasil akhir dari setiap

    gangguan struktural dan fungsional ventricular filling or ejection of blood. Manifestasi klinis

    dari gagal jantung adalah dyspnea , kelelahan dan edema. Gagal jantung dapat disebabkan

    dari gangguan perikardium, miokardium, endokardium, katup jantung, atau pembuluh darah

    besar atau dari kelainan metabolik tertentu, tetapi kebanyakan pasien dengan gagal jantung

    memiliki gejala karena fungsi miokard di ventrikel kiri (LV) terganggu.

    III. EPIDEMIOLOGI

    Di Amerika Insidens Gagal Jantung tetap stabil selama beberapa dekade ini , dengan

    >650.000 kasus gagal jantung baru didiagnosa setiap tahunnya. Insidens Gagal jantung

    mengingkat dengan usia , peningkatan dari 20 kasus per 1,000 individu usia 65-69 tahun

    hingga > 80 per 1.000 individual diantara usia >85 tahun kehidupan.8

    Pada tahun 2009 dari 400-500 pasien Rawat jalan di RS Jantung Harapan Kita setiap harinya

    . Sekitar 65% adalah pasien gagal jantung. 9

    IV.KLASIFIKASI

    4.1 Lokasi : Gagal Jantung kiri dan kanan

  • 8/10/2019 Referat Heart Failure

    15/54

    15

    Gagal jantung kiri akibat kelemahan ventrikel, meningkatkan tekanan vena pulmonalis dan

    paru menyebabkan pasien sesak napas dan orthopnea. Gagal jantung kanan terjadi kalau

    kelainannya melemahkan ventrikel kanan seperti pada hipertensi pulmonal primer/sekunder,

    tromboemboli paru kronik sehingga terjadi kongesti vena sistemik yang menyebabkan edema

    perifer, hepatomegali, dan distensi vena jugularis. Tetapi karena perubahan biokimia gagal

    jantung terjadi pada miokard ke-2 ventrikel, maka retensi cairan pada gagal jantung yang

    sudah berlangsung bulanan atau tahun tidak lagi berbeda.

    4.2 Fungsi : Gagal Jantung Sistolik dan Diastolik

    Kedua jenis ini terjadi secara tumpang tindih dan sulit dibedakan dari pemeriksaan fisis, foto

    thoraks, atau EKG dan hanya dapat dibedakan dengan echocardiography.

    Gagal jantung sistolik adalah ketidakmampuan kontraksi jantung memompa sehingga curah

    jantung menurun dan menyebabkan kelemahan, kemampuan aktivitas fisik menurun dan

    gejala hipoperfusi lainnya.

    Gagal jantung diastolik adalah gangguan relaksasi dan gangguan pengisian ventrikel. Gagal

    jantung diastolik didefinisikan sebagai gagal jantung dengan fraksi ejeksi lebih dari 50%.

    Ada 3 macam gangguan fungsi diastolik ; Gangguan relaksasi, pseudo-normal, tipe restriktif.

    4.3 Volume darah yang dipompa : Low output dan high output

    Low output heart failuredisebabkan oleh hipertensi, kardiomiopati dilatasi, kelainan katup

    dan perikard. High output heart failure ditemukan pada penurunan resistensi vaskular

    sistemik seperti hipertiroidisme, anemia, kehamilan, fistula A V, beri-beri, dan Penyakit

    Paget. Secara praktis, kedua kelainan ini tidak dapat dibedakan.

    4.4 Congestive heart failure

    Curah jantung yang kurang memadai, juga disebut forward failure, hampir selalu disertai

    peningkatan kongesti/ bendungan di sirkulasi vena (backward failure),karena ventrikel yang

  • 8/10/2019 Referat Heart Failure

    16/54

    16

    lemah tidak mampu memompa darah dalam jumlah normal, hal ini menyebabkan

    peningkatan volume darah di ventrikel pada waktu diastol, peningkatan tekanan diastolik

    akhir di dalam jantung dan akhirnya peningkatan tekanan vena . Gagal jantung kongestif

    mungkin mengenai sisi kiri dan kanan jantung atau seluruh rongga jantung. 5

    4.5 Etiologi

    CAD

    Manifestasi klinis :

    Angina (secara tipikal adanya tekanan di retrosternal menyebar ke leher, mandibula, bahu

    atau lengan ) x > 30 menit

    Gejala yang berhubungan : dispnu, diaforesis, nausea, muntah, palpitasi, kepala pusing

    PF:

    Tanda iskemik : disfungsi muskulus papilarismurmur

    Tanda gagal jantung : JVP , ronkhi +, S3 +

    Penunjang :

    Petanda Serum : CK-MB dan troponin jantung

    EKG : ST elevasi , ST depresi , T inverted , Q patologis

    Tatalaksana :

  • 8/10/2019 Referat Heart Failure

    17/54

    17

    Statins

    Anticoagulation

    STENOSIS AORTA

    Etiologi

    Penyakit jantung kongetinal (seperti: kelainan katup aorta biskuspid) : merupakan penyebab

    pada 50% pasien usia 70 tahun

    Penyakit jantung rematik (PJR) (AS biasanya disertai dengan AI)

    Menyerupai = kardiomiopati hipertonik

    Patofisiologi

    Tekanan yang berlebihan LVHKonsentrik

    Manifestasi klinis (biasanya menunjukan daerah katup aorta

  • 8/10/2019 Referat Heart Failure

    18/54

    18

    Angina : kebutuhan O2 (hipertrofi)+ suplai O2 (kompresi subendokardium) PJK

    Sinkop (saat beraktivitas): vasodilatasi perifer (seperti: pada suplai vaskular terhadap otot)

    pada keadaan CO tetapinsufisiensi perfusi serebral

    Gagal jantung : dipsnu atau edema paru jika berat

    Pemeriksaan fisik

    Murmur sistolik kresendo-dekresendo nada tinggi pada batas atas kanan strenum (RUSB)

    penyebab ke insisura jugularis stemi, karotis, dan apeks (akan terdapat bunyi holosistolik =

    efek Gallavardin) bila tungkai dinaikkan secara pasif (40%) dan dengan berdiri (70%)

    dan Valsalva (100%), tetapi tidak spesifik

    Kebalikannya, dinamika obstruksi aliran keluar dengan menaikan tungkai secara pasif dan

    bila berdiri dan Valsalva

    Klik ejeksi terdengar pada katup aorta bikuspid

    Tanda beratnya penyakit : murmur dengan pemuncakan dibagian akhir, split paradoksikal

    S2

    atau A2 yang tidak tedengar, denyut karotis terlambat dan kecil (pulsus parvus et tardus),

    heavepada ventrikel kiri, S4 (kadang-kadang terdapat palpasi)

    Pemeriksaan diagnosis

    EKG : LVH, LAE, LBBB

    Foto rontgen toraks : dikatasi aorta, kalsifikasi katup aorta, kongesti paru

    Ekokardiogram : morfologi katup, perkiraan gardien tekanan, perhitungan daerah katup

    Kateterisasi jantung : gardien dari LV yang simultan dan tekanan aorta, perhitungan daerah

    katup, sekaligus melihat PJK yang mungkin ada secara bersamaan

    Klasifikasi Stenosis Aorta

    Stadium Gradien rata-rata (mmHg) AVA (cm ) LVEF

    Normal 0 3,0-4,0 nl

  • 8/10/2019 Referat Heart Failure

    19/54

    19

    Ringan 40

  • 8/10/2019 Referat Heart Failure

    20/54

    20

    penyakit katup mitral)

    Katup aorta bikuspidalis:perjalanan penyakit: 1/3 normal, 1/3AS, 1/6 Al, 1/6

    endokarditis Al

    Miokarditis infektif

    Penyakit utama: RA, SLE, sindrom Marfan, sifilis, hipertensi, diseksi aorta

    Manifestasi klinis

    Edema paru akut hipotensi

    Kronik : secara klinis tenang LV berdilatasi dekompensasi LV gagal jantung

    kongestif

    Pemeriksaan fisik

    Murmur dekresendo diastolik pada batas kiri atas sternum (LUSB) (paling baik di dengar

    pada RUSB jika disebabkan oleh penyakit yang bersumber di oarta)

    pada dosis duduk condong ke depan, ekspirasi, tangan mencengkram

    Beratnya Al sebanding dengan durasi murmur (kecuali pada Al yang akut dan kasus lanjut

    yang berat)

    MurmurAustin Flint: rumble diastolik diapeks (pancaran regurgitasi aorta yang

    mengganggu aliran yang masuk ke katup mitral)

    Apeks lain dari pemeriksaan jantung: tekanan nadi yang melebar (menyempit pada Al

    kasus lanjut dengan kasus LV yang ) dengan dilatasi LV dan dekompensasi iktus kordis

    difus dan pergeseran ke lateral, S3

    Tanda Klasik eponima pada Al

    Tanda Deskripsi

    Denyut Corrigan Denyut water hammer (seperti: cepat naik dan turun)

    Tanda Hill (tekanan darah sistolik poplitea-tekanan darah sistolik

    brakhialis)>60

  • 8/10/2019 Referat Heart Failure

    21/54

    21

    Tanda Duroziez Tekanan gradual diatas arteri femoralis briut sistolik dan diastolic

    Bunyi Traube Bunyi ganda yang terdengar pada arteri femoralis apabila distalnya

    ditekan

    Tanda de Musset Awal yang memendek pada tiap denyutan (sensitivitas rendah)

    Tanda Muller Pulsasi sistolik uvula

    Denyut Quincke Pulsasi kapiler subungal

    Pemeriksaan diagnostik

    EKG; LVH, LAD

    Foto rontgen toraks; kariomegali dilatasi aorta

    Ekokardiogram: menentukan beratnya Al (berdasarkan pada ukuran pancaran regurgitasi

    dan

    adannya aliran balik pada aorta descendens), dan menilai ukuran dan fungsi LV

    Penatalaksanaan

    Terapi medis: reduksi afterload (nifedipin, ACEI, hidralazin) diuretik dan digoksin

    untuk

    gagal jantung kongestif

    Dekompensasi akut (pertimbangkan iskemia dan endokarditis sebagai faktor pencetus yang

    mungkin) reduksi afterload IV (nitroprusid) dan penyokong inotropik (dobutamin),

    penyokong konnotropik (HR diastolik waktu untuk regurgitasi), vasikonstriktor dan

    IABP adalah kontraindikasi

    Pembedahan aortic valve replacement (AVR)

    Al simtomatik atau akut

    Al asimtomatik dengan dekompensasi LV dengan EF < 55% ataau LV > 55mm

    Profilaksis endokarditis

    Perjalanan penyakit

  • 8/10/2019 Referat Heart Failure

    22/54

    22

    Perjalanan penyakit yang berubah-ubah (berbeda dengan AS, dapat menjadi cepat atau

    lambat)

    Gagal jantung kongestif daya tahan hidup rata-rata 2 tahun

    STRENOSIS MITRAL

    Etiologi

    Penyakit jantung rematik (PJR):penyatuan komisura katup mulut ikan

    Kongenital, miksoma, trombus

    Valvulitis (sepewrti: SLE, amiloid, karsinoid) atau infiltrasi (seperti: mukopolisakarida)

    MS sekunder fungsional hingga klasifikasi mitral anular (MAC) berat gangguan pada

    kuspid (daun katup)

    Manifestasi klinis

    Dispnu dan edema paru (apabila karena PJR, gejala biasanya mulai selama dekade ke 3-4)

    pencetusnya: takikardi, kelebihan cairan, fibrilasi atrium

    Fibrilasi atrium

    Kejadian emboli (terutama pada fibrilasi atrium atau endokarditis)

    Gejala paru : hemoptisis, bronkitis frekuens (karena kongestif), hipertensi pulmonal

    Pemeriksaan fisik

    Rumble diastolk dengan nada rendah pada apeks dengan aksentuasi pre-sistolik (apabila

    tidak

    dalam AF)

    Terbaik dinilai saat pasien dengan posisi lateral kiri dekubitus, dengan olahraga

    Beratnya MS sebanding dengan durasi murmur

    Opening Snap (suara jantung pada awal diastolik yang ber nada tinggi paling baik didengar

    pada batas kiri sternum dan apeks)

    Daerah MV sebanding dengan interval S2-OS (seperti: katup yang lebih kental

  • 8/10/2019 Referat Heart Failure

    23/54

    23

    intervalnya labih pendek)

    S1 keras (kecuali MV mengalami klasifikasi)

    Wajah mitral : pipi yang berwarna kemerahan

    Pemeriksaan diagnostik

    EKG: LAE (P mitral), fibrilasi atrium , RVH

    Foto rontgen toraks: dilatasi atrium kiri (batas kiri jantung menjadi lurus, densitas ganda

    pada sebelah kanan, cabang utama kiri bronkus mengalami elevasi)

    Ekokardiogram : perkiraan gradien tekanan, planimetri langsung dan penghitungan daerah

    katup aorta, skor echo katup (berdasarkan mobilitas dan pelebaran daun katup (kuspid),

    penebalan subvalvular, klasifikasi)

    Kateterisasi jantung : gradien PCWP simultan dan tekanan LV, penghitungan area katup

    aorta

    Klasifikasi Stenosis Mitral

    Stadium Gradien rata-rata (mmHg) Area MV(cm )

    Normal 0 4,0-6,0

    Ringan 1-6 1,5-2,0

    Sedang 6-12 1,0-1,5

    Berat >12

  • 8/10/2019 Referat Heart Failure

    24/54

    24

    REGURGITASI MITRAL

    Etiologi

    Degenerasi mikromatosa

    Abnormalitas anulus dan katup : endokarditis, PJR, valvulitis (penyakit

    vaskularkalogen),

    kingenital

    Dilatasi anulus : apapun yang menyebabka dilatasi LV

    Ruptur korda tendinea : spontan, endokarditis, penyakit vaskular-kalogen

    Disfungsi muskulus palpitasi : iskemia/infark (biasanya muskulus palpitasiposterior

    karena hanya diperdarahi oleh arteri koronaria posterior pars desendens (PDA) sementara

    muskulus palpitasi anterolateral deperdarahi oleh diagonal dan obstuse marginal arteri

    koronarius, perubahan posisi akibat kardiomiopati, infiltrasi

    Manifestasi klinis

    Akut : edema paru, hipotensi

    Kronik : dispnu yang progresif saat beraktivitas, fatigue, fibrilasi atrium, hipertensi paru

    Pemeriksaan fisik

    Murmur holosistolik nada tinggi seperti suara tipuan, pada apeks, yang menyebar ke aksila

    pada saat tangan mencengkram (sensitif 68%, spesifik 92%); dengan Valsalva (sensitif

    93%0

    Iktus kordis hiperdinamik yang bergeser ke lateral, S1 tidak jelas, thirll , S3

    Pemeriksaan diagnostik

    EKG : LAE, LVH, fibrialasi atrium

    Foto rontgen toraks : LA berdilatasi, LV berdilaaatasi, kongesti paru

    Ekokardiogram : derajat MR (bergantung pada ukuran pancaraan regurgitasi) dan fungsi

    LV (EF yangsupernormalpada keadaan kompensasi, sehingga EF < 60% dengan MR berat

  • 8/10/2019 Referat Heart Failure

    25/54

    25

    gangguan LV)

    Kateterisasi jantung : gelombang v PCWP prominen, ventrikulografi sinistra untuk derajat

    MR atau EF LV

    Penatalaksanaan

    Medis

    alferoad : ACEI , hidralazin/nitrat (manfaatnya belum terbukti)

    preload (mengobati kongesti paru dan junlah MR dengan lubang MV); diuretik, nitrat

    inotropik : digoksin

    Profilaksis endokarditis

    Pembedahan (perbaikan lebih disukai dari pada penggantian)

    MR akut atau sistomatik

    MR asimtomatik dengan dekompensasi LV (EF < 55-60% atau sistolik akhir LVSD > 45

    mm)

    IABP : stabilitas, jembatan pada pembedahan

    Prognosis

    Asimtomatik : daya tahan hidup 5 tahun dengan terapi medis = 80%

    Simtomatik : daya tahan hidup 5 tahun dengan terapi medis = 45%

    KARDIOMIOPATI DILATASI

    Definisi dan Epidemiologi

    Dilatasi ventrikel, ketebalan dinding normal hingga menurun, dan kontraktilitas

    Insiden : 5-8 kasus/100.000 populasi tiap tahun; prevalensi : 36 kasus/100.000 populasi

    Etiologi

    Iskemia, penyakit kelainan katup (MR atau Al kronis), hipertensi (stadium terminal tak

    diobati):

    Secara teknis bukan merupakan kardiomiopati karena tidak secara primer mengenai otot

  • 8/10/2019 Referat Heart Failure

    26/54

    26

    jantung, tetapi merupakam penyebab umum EF dan dilatasi VL.

    Toksik : alkohol, adriamisin

    Infeksius (campuran DCM + RCM): hemokromatosis, sarkoidosis, amiloidosis,(biasanya

    RCM)

    Idiopatik (Infeksi subklinis) dan familial

    Terinduksi takikardi ( frekuensi denyut jantung > 140-160 selama berminggu-minggu)

    Terinduksi katekolamin : kokain, feokromositoma

    Peripartum (usia kehamilan bulan terakhir 3-4 bulan pasca melahirkan)

    Endokrin/metabolik : hipotiroidisme, akromegali, defisiensi tiamin/selenium

    Penyakit kalogen-vaskular (jarang) : skleroderma, SLE

    Manifestasi klinis

    Gagal jantung : baik gejala kongestif atau fatigue

    Kejadian emboli (~10%)

    Aritmia

    Nyeri dada pada saat beraktivitas, terdapat sampai pada sepertiga kasus (bahkan tanpa PJK)

    Pemeriksaan fisik

    Tanda gagal jantung kongestif kiri (ronki paru) dan kanan(-JVP, edema perifer) (lihat

    gagal

    jantung) dan fatingue tergantung pada derajat kardiomiopati

    Jantung : difusi, iktus kordis bergeser ke lateral, S4 ; S3 , MR dan RT (pergeseran

    muskulus papilaris)

    Pemeriksaan diagnostik

    Rontgen foto toraks : kardiomegali, edema paru, efusi pleura

    EKG : dapat menunjukan PRWP, gelombang Q atau bundle branvh, voltase rendah, fibrilasi

    atrium

  • 8/10/2019 Referat Heart Failure

    27/54

    27

    Ekokardiogram : dilatasi ventrikel kiri, EF, LVKH regional atau global, disfungsi ventrikel

    kanan , trombus mural

    Langkah untuk diagnostik dan penatalaksanaan

    Anamnesis : faktor resiko terhada PJK, hipertensi, pajanan obat atau toksin, virus yang

    tersembunyi, tanda atau gejala penyakit autoimun

    Uji stres : Uji negatif lengkap berguna untuk menentukan etiolagi iskemik (jumlah positif

    palsu tinggi)

    Kateterisasi jantung untuk mengetahui PJK apabila terdapat faktor resiko angina,

    gelombang

    Q pada gambaran EKG

    Evaluasi laboratorium : uji fungsi hati, pemeriksaan Fe, HIV, uji lain sesuai indikasi dan

    kecurigaan klinis

    Biopsi endomiokardium :

    hasil 10% (dari 10% ini, 75% menunjukan miokarditis, 25% menunjukan penyakit sistemik)

    Penatalaksanaan

    Terapi gagal jantung standar : ACEI, diuretik, digoksin, penyekat-b (jika tidak dalam

    keadaan gagal jantung kongestif dekompensata)

    Antikoagulan (pertimbangkan apabila EF 30%); antiaritmia/CD

    Jika perlu; terapi hemodinamik yang disesuaikan, bantuan sirkulasi mekanik, transplantasi

    jantung

    Imunosupresan untuk miokarditis ; belum terbukti bermanfaat; pertimbangkan pada

    miokarditis fulminan atau progresif

    KARDIOMIOPATI HIPERTENSI (HCM)

    Definisi dan epidemiolagi

    Hipertrofi ventrikel kanan dan/ ventrikel kiri yang tidak seharusnya

  • 8/10/2019 Referat Heart Failure

    28/54

    28

    Prevalensi : 1 kasus/500 sporadis, 50% familial

    Patologi

    Mutasi yang diketahui pada gen yang mengkodekan protein sarkomer jantung

    Bisanya berupa hipertrofi septum asimetris dan gangguan pada susunan serat

    miokardium

    Patofisiolagi

    Obstruksi aliran keluar subaorta :penyempitan aliran sekunder karena hipertrofi septum

    +, gerakan anterior sistolik (SAM) daun anterior pada katup mitral, skunder akibat gaya-gaya

    Venturi (mungkin tetap, berubah-ubah atau tidak ada) dan pergeseran muskulus palpitasi;

    sejalan dengan kontraksi (digoksin, agonis-b), preolad atau afterload

    Regurgitasi mitral

    SAM (mid-to-late, aliran regurgitasi yang langsung keposterior), daun katup mitral dan

    mukulus palpilaris yang abnormal (pansistolik, pancaran regurgitasi yang langsung ke

    anterio

    Disfungsi diastolik : kekakuan rongga + gangguan relaksasi

    Iskemia :penyakit pembuluh darah kecil, kompresi arteri perforans, penurunan perfusi

    koroner

    Sinkop :beban bergantung curah jantung, aritmia

    Manifestasi klinis

    Dipsnu : karena LVEDP, MR, dan disfungsi diastolik

    Angina

    Sinkop atau pra-sinkop atau palpitasi

    Pemeriksaan fisik

    Jantung : iktus kardis tetap, spilt paradoksikal S2; S4 , murmur kresendo-dekresendo

    sistolik ( dengan Valsava dan berdiri, saat jongkok), murmur holosistolik atau mid-tolate

  • 8/10/2019 Referat Heart Failure

    29/54

    29

    akibat MR

    Denyut karotis : bisferis

    Pemeriksaan diagnostik

    Foto rontgen toraks : kardiomegali (ventrikel dan atrium kiri)

    EKG : LVH, gelombang pseudo-Q di anterorateral dan inferior; gelombang T besar diapeks

    (varian apeks)

    Ekokardiogram : septum dinding/posterior > 1,3; septum > 15mm, obstruksi aliran keluar

    dinamik, SAM, MR

    Kateterisasi jantung : tekanan subaorta ,

    Penatalaksanaan

    Gagal jantung

    Terapi obat = penyekat beta, CCB (perapamil atau diltiazem), disopiramid hindari digoksin,

    diuretik, vasodilator

    Jika sulit disembuhkan dengan terapi obat dan ada patofisiologinya obstruktif

    Ablasi septal alkohol

    Pembedahan (seperti : miotomi-miektomi;

    Pacu jantung, namun perbaikan simtomatik mungkin efek dari plasebo (

    Jika sulit disembuhkan dengan terapi obat dan patologinnya tanpa obstrruksi transplantasi

    Fibrilasi atrium : kendalikan laju nadi dengan penyekat-b, pertahankan SR dengan

    disopiramid, amiodaron atau satolol

    Kematian akibat henti jantung mendadak : amiodaron vs MCI. Faktor resiko : mutasi

    spesifik, riwayat VT/VF atau sinkop, riwayat keluarga yang mati mendadak, Holter ,

    LVH berat, usia yang lebih muda

    KARDIO RESTRRUKTIF

    Definisi

  • 8/10/2019 Referat Heart Failure

    30/54

    30

    Gangguan pengisian ventrikel karena komplians

    Etiologi

    Penyakit infiltratif : amiloidosis, hemokromatosis, sarkoidosis

    Fibrosis endomiokardial, sindrrom hipereosinofilik

    Penyakit metastatik, terapi radiasi

    Idiopattik

    Skleroderma

    Patologi

    Ketebalan dinding normal atau infiltrasi atau deposisi yang abnormal

    Patofisiologi

    Komplians miokardium volume akhir diastolik (EDV) normal namun tekanan akhir

    (EDP) tekanan vena pulmonaris dan sistemik

    Ukuran kapasitas ventrikel isi sekuncup dan curah jantung

    Manifestasi klinis

    Gagal jantung kanan > kiri dengan edema perifer > dipsnu

    Diuretik refraktorius

    Terjadinya tromboembolik

    Takiaritmia yang toleransinya buruk

    Pemeriksaan fisik

    JVP, tanda kusmual (secara klasik terlihat padaPerikarditis konstruktif)

    Jantung : S3 dan S4 murmur MR dan TR

    Hepatomegali kongestif, asiter dan ikterus , edema perifer

    Pemeriksaan diagnostik

    Foto rontgen toraks : ukuran ruang ventrikular normal, pembesaran atrium, kongesti paru

    EKG : voltase rendah, atritmia

  • 8/10/2019 Referat Heart Failure

    31/54

  • 8/10/2019 Referat Heart Failure

    32/54

    32

    lemah. Pada pemeriksaan jantung pasien dengan gagal jantung kanan didapatkan

    kardiomegali ventrikel kanan yang menyebabkan batas jantung kanan bawah bergeser ke

    bawah kanan. Pada auskultasi didapatkan suara gallop S3 disertai meningkatnya intensitas

    bunyi P2. Insufisiensi katup trikuspid ditandai dengan adanya pansistolik murmur yang

    terdengar di parasternal kiri bawah dan mengeras dengan inspirasi. Selain itu, dapat pula

    terdengar ejeksi sistolik pulmonal

    Pemeriksaan diagnostik

    a.Foto thorax

    Pada pasien dengan cor pulmonale hasil foto toraks didapatkan pelebaran arteri pulmonal

    sentral. Hipertensi pulmonal dicurigai jika ditemukan diameter arteri pulmonal desenden

    kanan lebih lebar dari 16 mm dan arteri pulmonal kiri lebih lebar dari 18 mm. Pelebaran

    jantung kanan menyebabkan diameter transversal meningkat dengan cardiothorax ratio

    (CTR) 50% dan bayangan jantung melebar ke kanan pada foto toraks posisi anteroposterior.

    Pada pasien dengan PPOK didapatkan gambaran sela iga melebar, diafragma mendatar

    dan gambaran pinggang jantung pendulum Pada foto lateral didapatkan pengisian ruang

    retrosternal dan meningkatnya diameter toraks anterroposterior

    2. Ekokardiogram (Dilatasi atrium dan ventrikel kanan)

    3. Pemeriksaan EKG

    Gambaran abnormal cor pulmonalepada pemeriksaan EKG dapat berupa:

    a. Deviasi sumbu ke kanan. Sumbu gelombang p + 900 atau lebih.

    b. Terdapat pola S1S2S3

    c. Rasio amplitude R/S di V1 lebih besar dari sadapan 1

    d. Rasio amplitude R/S di V6 lebih kecil dari sadapan 1

    e. Terdapat polap pulmonal di sadapan 2,3, dan aVF

    f. Terdapat pola S1 Q3 T3 dan right bundle branch block komplet atau inkomplet.

  • 8/10/2019 Referat Heart Failure

    33/54

    33

    g. Terdapat gelombang T terbalik, mendatar, atau bifasik pada sadapan prekordial.

    h. Gelombang QRS dengan voltase lebih rendah terutama pada PPOK karena adanya

    hiperinflasi.

    i. Hipertropi ventrikel kanan yang sudah lanjut dapat memberikan gambaran

    gelombang Q di sadapan prekordial yang dapat membingungkan

    dengan infark miokard.

    j. Kadang dijumpai kelainan irama jantung mulai dari depolarisasi prematur atrium

    terisolasi hingga supraventrikuler takikardi, termasuk takikardi atrial

    paroksismal, takikardi atrial multifokal, fibrilasi atrium, dan atrial

    flutter. Disritmia ini dapat dicetuskan karena keadaan penyakit yang

    mendasari (kecemasan, hipoksemia, gangguan keseimbangan asambasa,

    gangguan elektrolit, serta penggunaan bronkodilator berlebihan).

    Penatalaksanaan

    Penanganan cor pulmonale secara umum adalah mencegah berlanjutnya proses patogenesis

    yang masih bisa ditangani secara langsung dan secara bersamaan menangani komplikasi yang

    terjadi seperti hipoksemia, hiperkapnia, dan asidosis.

    Pemberian terapi pada cor pulmonale ditujukan untuk mengurangi hipoksemia, meningkatkan

    toleransi aktivitas pasien dan jika memungkinkan menghilangkan faktor yang mendasari.

    Untuk mengatasi faktor-faktor tersebut diatas perlu diambil tindakan berikut :

    a) Mengusahakan supaya jalan nafas tetap terbuka dengan jalan memberikan obatobatan

    (bronkodilator, mukolitik), drainase postural, pengisapan lendir

    dari jalan nafas dan lain-lain.

    b) Pemberian 02

  • 8/10/2019 Referat Heart Failure

    34/54

    34

    Terapi 02 pada penderita cor pulmonale yang disebabkan oleh PPOK harus berhati-hati oleh

    karena dapat mengakibatkan retensi CO2.. Oleh karena itu pemeriksaan analisa gas darah

    yang berulang-ulang sangat penting. Biasanya 02 diberikan dengan konsentrasi rendah.

    Pemberian terapi oksigen jangka panjang pada pasien PPOK terbukti memperbaiki

    prognosis dan dapat mencegah terjadinya hipertropi ventrikel kanan.

    c) Memberantas infeksi saluran nafas. Dengan pemberian antibiotik yang sesuai dan

    adekuat.

    d) Pemberian glikosida jantung (digoxin) pada pasien dengan gagal jantung kanan. Digoxin

    bersifat inotropik positif sehingga dapat meningkatkan cardiac output pada pasien dengan

    gagal jantung kanan.

    e) Vasodilator arteri pulmonal seperti diazoxide, nitroprussid, hydralazin,ACE

    V. ETIOLOGI

    Keadaan-keadaan yang meningkatkan beban awal meliputi : regurgitasi aorta dan

    defek septum ventrikel. Dan beban akhir meningkat pada keadaan dimana terjadi stenosis

    aorta dan hipertensi sistemik. Kontraktilitas miokardium dapat menurun pada infark

    miokardium dan kardiomiopati. Faktor-faktor yang dapat memicu perkembangan gagal

    jantung melalui penekanan sirkulasi yang mendadak dapat berupa : aritmia, infeksi sistemik,

    infeksi paru-paru dan emboli paru. 1

    Penyebab tersering gagal jantung kiri adalah hipertensi sistemik, penyakit katup

    mitral atau aorta, penyakit jantung iskemik, dan penyakit miokardium primer. Penyebab

    tersering gagal jantung kanan adalah gagal ventrikel kiri, yang menyebabkan kongesti paru

    dan peningkatan tekanan arteria pulmonalis. Gagal jantung kanan juga dapat terjadi tanpa

    disertai gagal jantung kiri pada pasien dengan penyakit parenkim paru dan atau pembuluh

  • 8/10/2019 Referat Heart Failure

    35/54

  • 8/10/2019 Referat Heart Failure

    36/54

    36

    menurunnya curah jantung biasanya tampak saat beraktivitas. Dengan berlanjutnya gagal

    jantung, kompensasi menjadi semakin kurang efektif. 1,5,6,7

    Peningkatan aktivitas adrenergik simpatis :

    Salah satu respons neurohumoral terhadap penurunan curah jantung adalah

    peningkatan aktivitas sistem adrenergik simpatis. Meningkatnya aktivitas adrenergik simpatis

    merangsang pengeluaran katekolamin dari saraf-saraf adrenergik jantung dan medulla

    adrenal. Katekolamin ini akan menyebabkan kontraksi lebih kuat otot jantung (efek inotropik

    positif) dan peningkatan kecepatan jantung. Selain itu juga terjadi vasokontriksi arteri perifer

    untuk menstabilkan tekanan arteri dan redistribusi volume darah dengan mengurangi aliran

    darah ke organ-organ yang metabolismenya rendah misal kulit dan ginjal untuk

    mempertahankan perfusi ke jantung dan otak. Vasokonstriksi akan meningkatkan aliran balik

    vena ke sisi kanan jantung, untuk selanjutnya menambah kekuatan kontraksi sesuai dengan

    hukum Starling. Kadar katekolamin dalam darah akan meningkat pada gagal jantung,

    terutama selama latihan. Jantung akan semakin bergantung pada katekolamin yang beredar

    dalam darah untuk mempertahankan kerja ventrikel.namun pada akhirnya respons

    miokardium terhadap rangsangan simpatis akan menurun; katekolamin akan berkurang

    pengaruhnya terhadap kerja ventrikel. 1, 4, 6

  • 8/10/2019 Referat Heart Failure

    37/54

    37

    Gambar 1. Mekanisme aktivasi sistem syaraf simpatik dan

    parasimpatik pada gagal jantung. 8

    1. Peningkatan beban awal melalui aktivasi sistem Renin-Angiotensin-Aldosteron :

    Aktivasi sistem renin-angiotensin-aldosteron menyebabkan retensi natrium dan air

    oleh ginjal, meningkatkan volume ventrikel. Mekanisme yang mengakibatkan aktivasi

    sistem renin angiotensin aldosteron pada gagal jantung masih belum jelas. Namun

    apapun mekanisme pastinya, penurunan curah jantung akan memulai serangkaian

    peristiwa berikut:

    - Penurunan aliran darah ginjal dan penurunan laju filtrasi glomerulus

    - Pelepasan renin dari apparatus jukstaglomerulus

    - Interaksi renin dan angiotensinogen dalam darah untuk menghasilkan

    angiotensinI

    - Konversi angotensin I menjadi angiotensin II

    - Rangsangan sekresi aldosteron dari kelenjar adrenal.

  • 8/10/2019 Referat Heart Failure

    38/54

    38

    - Retensi natrium dan air pada tubulus distal dan duktus kolektifus. Angiotensin

    II juga menghasilkan efek vasokonstriksi yang meningkatkan tekanan darah. 1,

    5, 6, 7

    Gambar 2. Sistem Renin - Angiotemsin- Aldosteron 8

    2. Hipertrofi ventrikel :

    Respon kompensatorik terakhir adalah hipertrofi miokardium atau bertambah tebalnya

    dinding. Hipertrofi miokardium akan mengakibatkan peningkatan kekuatan kontraksi

    ventrikel.

    Awalnya, respon kompensatorik sirkulasi memiliki efek yang menguntungkan; namun

    akhirnya mekanisme kompensatorik dapat menimbulkan gejala, meningkatkan kerja jantung,

    dan memperburuk derajat gagal jantung. Retensi cairan yang bertujuan untuk meningkatkan

    kekuatan kontraktilitas menyebabkan terbentuknya edema dan kongesti vena paru dan

    sistemik. Vasokontriksi arteri juga meningkatkan beban akhir dengan memperbesar resistensi

    terhadap ejeksi ventrikel; beban akhir juga meningkat karena dilatasi ruang jantung.

    Akibatnya, kerja jantung dan kebutuhan oksigen miokardium juga meningkat. Hipertrofi

    miokardium dan rangsangan simpatis lebih lanjut akan meningkatkan kebutuhan oksigen

  • 8/10/2019 Referat Heart Failure

    39/54

    39

    miokardium. Jika peningkatan kebutuhan oksigen tidak dapat dipenuhi akan terjadi iskemia

    miokardium dan gangguan miokardium lainnya. Hasil akhir dari peristiwa yang saling

    berkaitan ini adalah meningkatnya beban miokardium dan terus berlangsungnya gagal

    jantung. 1, 4,6,7

    Gambar 3. Pola remodelling jantung yang terjadi karena respon terhadap

    hemodinamik berlebih. 8

    VII.MANIFESTASI KLINIS

    Gambaran klinis gagal jantung secara umum (2):

    Dispnea, atau perasaan sulit bernafas adalah manifestasi yang paling umum dari gagal

    jantung. Dispnea disebabkan oleh peningkatan kerja pernafasan akibat kongesti

    vaskular paru-paru yang mengurangi kelenturan paru-paru. Meningkatnya tahanan

  • 8/10/2019 Referat Heart Failure

    40/54

    40

    aliran udara juga menimbulkan dispnea. Dispnea saat beraktivitas menunjukkan gejala

    awal dari gagal jantung kiri.

    Ortopnea, atau dispnea pada posisi berbaring, terutama disebabkan oleh redistribusi

    aliran darah dari bagian-bagian tubuh yang di bawah ke arah sirkulasi sentral.

    Reabsorpsi dari cairan interstitial dari ekstremitas bawah juga akan menyebabkan

    kongesti vaskular paru-paru lebih lanjut.

    Dispnea nokturnal paroksismal (PND) atau mendadak terbangun karena dispnea,

    dipicu oleh perkembangan edema paru-paru interstitial. PND merupakan manifestasi

    yang lebih spesifik dari gagal jantung kiri daripada dispnea atau ortopnea.

    Asma kardial adalah mengi akibat bronkospasme dan terjadi pada waktu malam atau

    karena aktivitas fisik.

    Batuk non produktif juga dapat terjadi sekunder dari kongesti paru-paru, terutama

    pada posisi berbaring. Terjadinya ronki akibat transudasi cairan paru-paru adalah ciri

    khas dari gagal jantung, ronki pada awalnya terdengar di bagian bawah paru-paru

    sesuai pengaruh gaya gravitasi.

    Hemoptisis dapat disebabkan oleh perdarahan vena bronkial sekunder dari distensi

    vena.

    VIII. PEMERIKSAAN

    Secara klinis pada penderita gagal jantung dapat ditemukan gejala dan tanda seperti

    sesak nafas saat aktivitas, edema paru, peningkatan JVP, hepatomegali, edema tungkai. 8-10

    Pemeriksaan penunjang yang dapat dikerjakan untuk mendiagnosis adanya gagal jantung

    antara lain foto thorax, EKG 12 lead, ekokardiografi, pemeriksaan darah, pemeriksaan

    radionuklide, angiografi dan tes fungsi paru.2,11,12

    Pada pemeriksaan foto dada dapat ditemukan adanya pembesaran siluet jantung

    (cardio thoraxic ratio > 50%), gambaran kongesti vena pulmonalis terutama di zona atas

  • 8/10/2019 Referat Heart Failure

    41/54

    41

    pada tahap awal, bila tekanan vena pulmonal lebih dari 20 mmHg dapat timbul gambaran

    cairan pada fisura horizontal dan garis Kerley B pada sudut kostofrenikus. Bila tekanan lebih

    dari 25 mmHg didapatkan gambaran batwingpada lapangan paru yang menunjukkan adanya

    udema paru bermakna. Dapat pula tampak gambaran efusi pleura bilateral, tetapi bila

    unilateral, yang lebih banyak terkena adalah bagian kanan.8,10

    Pada elektrokardiografi 12 lead didapatkan gambaran abnormal pada hampir seluruh

    penderita dengan gagal jantung, meskipun gambaran normal dapat dijumpai pada 10% kasus.

    Gambaran yang sering didapatkan antara lain gelombang Q, abnormalitas ST T, hipertrofi

    ventrikel kiri, bundle branch block dan fibrilasi atrium. Bila gambaran EKG dan foto dada

    keduanya menunjukkan gambaran yang normal, kemungkinan gagal jantung sebagai

    penyebab dispneu pada pasien sangat kecil kemungkinannya.8

    Ekokardiografi merupakan pemeriksaan non-invasif yang sangat berguna pada gagal

    jantung. Ekokardiografi dapat menunjukkan gambaran obyektif mengenai struktur dan fungsi

    jantung. Penderita yang perlu dilakukan ekokardiografi adalah : semua pasien dengan tanda

    gagal jantung, susah bernafas yang berhubungan dengan murmur, sesak yang berhubungan

    dengan fibrilasi atrium, serta penderita dengan risiko disfungsi ventrikel kiri (infark miokard

    anterior, hipertensi tak terkontrol, atau aritmia). Ekokardiografi dapat mengidentifikasi

    gangguan fungsi sistolik, fungsi diastolik, mengetahui adanya gangguan katup, serta

    mengetahui risiko emboli.8

    Pemeriksaan darah perlu dikerjakan untuk menyingkirkan anemia sebagai penyebab

    susah bernafas, dan untuk mengetahui adanya penyakit dasar serta komplikasi. Pada gagal

    jantung yang berat akibat berkurangnya kemampuan mengeluarkan air sehingga dapat timbul

    hiponatremia dilusional, karena itu adanya hiponatremia menunjukkan adanya gagal jantung

    yang berat. Pemeriksaan serum kreatinin perlu dikerjakan selain untuk mengetahui adanya

  • 8/10/2019 Referat Heart Failure

    42/54

    42

    gangguan ginjal, juga mengetahui adanya stenosis arteri renalis apabila terjadi peningkatan

    serum kreatinin setelah pemberian angiotensin converting enzyme inhibitor dan diuretik dosis

    tinggi. Pada gagal jantung berat dapat terjadi proteinuria. Hipokalemia dapat terjadi pada

    pemberian diuretik tanpa suplementasi kalium dan obat potassiumsparring. Hiperkalemia

    timbul pada gagal jantung berat dengan penurunan fungsi ginjal, penggunaan ACE-inhibitor

    serta obat potassium sparring. Pada gagal jantung kongestif tes fungsi hati (bilirubin, AST

    dan LDH) gambarannya abnormal karena kongesti hati. Pemeriksaan profil lipid, albumin

    serum fungsi tiroid dianjurkan sesuai kebutuhan.

    IX. KRITERIA DIAGNOSIS

    Beberapa sistem klasifikasi telah dibuat untuk mempermudah dalam pengenalan dan

    penanganan gagal jantung. Sistem klasifikasi tersebut antara lain pembagian berdasarkan

    Killip yang digunakan pada Infark Miokard Akut, klasifikasi berdasarkan tampilan klinis

    yaitu

    Klasifikasi Forrester

    Stevenson

    NYHA.2

    Klasifikasi berdasarkan Killip digunakan pada penderita infark miokard akut, dengan

    pembagian:

    Derajat I : tanpa gagal jantung

    Derajat II : Gagal jantung dengan ronki basah halus di basal paru, S3 galop dan

    peningkatan tekanan vena pulmonalis

    Derajat III : Gagal jantung berat dengan edema paru seluruh lapangan paru.

    Derajat IV : Syok kardiogenik dengan hipotensi (tekanan darah sistolik _ 90 mmHg)

    dan vasokonstriksi perifer (oliguria, sianosis dan diaforesis) kongesti paru, dan

    perbaikan oksigenasi jaringan.2

  • 8/10/2019 Referat Heart Failure

    43/54

    43

    Klasifikasi Stevenson menggunakan tampilan klinis dengan melihat tanda kongesti dan

    kecukupan perfusi. Kongesti didasarkan adanya ortopnea, distensi vena juguler, ronki

    basah, refluks hepato jugular, edema perifer, suara jantung pulmonal yang berdeviasi ke

    kiri, atau square wave blood pressurepada manuver valsava. Status perfusi ditetapkan

    berdasarkan adanya tekanan nadi yang sempit, pulsus alternans, hipotensi simtomatik,

    ekstremitas dingin dan penurunan kesadaran. Pasien yang mengalami kongesti disebut

    basah (wet) yang tidak disebut kering (dry). Pasien dengan gangguan perfusi disebut

    dingin (cold) dan yang tidak disebut panas (warm).

    Berdasarkan hal tersebut penderta dibagi menjadi empat kelas, yaitu:

    - Kelas I (A) : kering dan hangat (drywarm)

    - Kelas II (B) : basah dan hangat (wetwarm)

    - Kelas III (L) : kering dan dingin (drycold)

    - Kelas IV (C) : basah dan dingin (wetcold)

    Menurut New York Heart Association( NYHA ), gagal jantung di klasifikasikan

    berdasarkan pengaruhnya terhadap aktivitas sehari-hari.

    Kelas I : sesak nafas ketika aktivitas berat

    Kelas II : sesak nafas ketika aktivitas sedang

    Kelas III : sesak nafas ketika aktivitas ringan

    Kelas IV : sesak nafas ketika istirahat

    ACC/AHA Heart Failure Practice Guidelines 2013

  • 8/10/2019 Referat Heart Failure

    44/54

    44

    Kriteria Framingham adalah kriteria epidemiologi yang telah digunakan secara luas.

    Diagnosis gagal jantung kongestif mensyaratkan minimal 2 kriteria mayor atau satu kriteria

    mayor disertai 2 kriteria minor. Kriteria minor tersebut dapat diterima jika kriteria minor

    tersebut tidak berhubungan dengan penyakit seperti hipertensi pulmonal, ppok, sirosis hati

    atau sindroma nefrotik.

    Tabel 1. Kriteria Framingham

    Kriteria mayor Kriteria minor

    Paroxysmal nocturnal dyspnea Edema malleolus bilateral

    Distensi vena leher Dyspnea pada exersi biasa

    Krepitasi Takikardia(.120/min)

    S3 gallop Batuk nocturnal

    Kardiomegali (rasio kardiotorak

    .50% pada rontgen torak)

    Hepatomegaly

    Edema pulmonal akut Efusi pleura

    Reflux hepatojugular Penurunan dalam kapasitas vital

    dalam 1/3 dari maksimal

  • 8/10/2019 Referat Heart Failure

    45/54

    45

    Peningkatan tekanan vena sentral

    (.16cmH2O pada atrium kanan)

    Penurunan berat badan .4,5kg

    dalam 5 hari sebagai respon

    terhadap pengobatan

    X. PENATALAKSANAAN

    Tindakan dan pengobatan pada gagal jantung secara umum ditujukan pada lima aspek yaitu

    mengurangi beban kerja, memperkuat kontraktilitas miokard, mengurangi kelebihan cairan

    dan garam, melakukan tindakan terhadap penyebab, faktor pencetus dan penyakit yang

    mendasari.Dasar pengobatan gagal jantung dapat dibagi menjadi :

    Non medikamentosa

    Penatalaksanaan penderita dengan gagal jantung meliputi penalaksanaan secara non

    farmakologis dan secara farmakologis. Penatalaksanaan gagal jantung baik akut maupun

    kronik ditujukan untuk mengurangi gejala dan memperbaiki prognosis, meskipun

    penatalaksanaan secara individual tergantung dari etiologi serta beratnya kondisi. 13

    Terapi : 14

    a. Non Farmakalogi :

    - Anjuran umum :

    Edukasi : terangkan hubungan keluhan, gejala dengan pengobatan.

    Aktivitas sosial dan pekerjaan diusahakan agar dapat dilakukan seperti

    biasa. Sesuaikan kemampuan fisik dengan profesi yang masih bisa

    dilakukan.

    - Tindakan Umum :

  • 8/10/2019 Referat Heart Failure

    46/54

    46

    Diet (hindarkan obesitas, rendah garam 2 g pada gagal jantung ringan dan

    1 g pada gagal jantung berat, jumlah cairan 1 liter pada gagal jantung

    berat dan 1,5 liter pada gagal jantung ringan.

    Hentikan rokok

    Aktivitas fisik (latihan jasmani : jalan 3-5 kali/minggu selama 20-30

    menit atau sepeda statis 5 kali/minggu selama 20 menit dengan beban 70-

    80% denyut jantung maksimal pada gagal jantung ringan dan sedang).

    Istirahat baring pada gagal jantung akut, berat dan eksaserbasi akut.

    Gagal jantung pada eksaserbasi akut pada kondisi emergensi dimana memerlukan

    penatalaksanaan yang tepat termasuk mengetahui penyebab seperti :

    perbaikan hemodinamik

    menghilangan kongesti paru,

    perbaikan oksigenasi jaringan2

    Menempatkan penderita dengan posisi duduk dengan pemberian oksigen konsentrasitinggi dengan masker sebagai tindakan pertama yang dapat dilakukan. Monitoring gejala

    serta produksi kencing yang akurat dengan kateterisasi urin serta oksigenasi jaringan

    dilakukan di ruangan khusus. Base excess menunjukkan perfusi jaringan, semakin rendah

    menunjukkan adanya asidosis laktat akibat metabolisme anerob dan merupakan prognosa

    yang buruk. Koreksi hipoperfusi dan pemberian natrium bikarbonat utnuk memperbaiki

    asidosis.16

  • 8/10/2019 Referat Heart Failure

    47/54

    47

    Algoritma Penanganan Pasien NYHA fungsional kelas II-IV

  • 8/10/2019 Referat Heart Failure

    48/54

    48

    Obat-obatan pada penanganan gagal jantung kronis:

    1.Diuretik

    Bilamana digunakan sebagai monoterapi, tingkat keefektifan mencapai kira- kira 30-

    40% dari pasien- pasien dan paling membantu untuk menurunkan tekanan darah sistolik.

    Harga murah dan berdasarkan hasil meta- analisa menunjukkan terapi diuretic mampu

    menurunkan kadar mortalitas kardiak dan juga stroke. Juga merupakan terapi antihipertensi

    efektif pada golongan tua.

    Tabel 2. Dosis diuretik yang umum digunakan pada gagal jantung

  • 8/10/2019 Referat Heart Failure

    49/54

    49

    2. Angiotensin- converting enzyme inhibitor

    ACE-I bertindak sebagai agen pemblokir konversi angiotensin I inaktif menjadi

    angiotensin II. Agen ini mempunyai kadar sukses 50% sebagaimonoterapi dan bila digunakan

    sebagai terapi kombinasi dengan diuretic dosis rendah, beta bloker atau calcium channel

    blocker. ACE-I amatlah berkesan dalam mengontrol tekanan darah pada hamper 80% pasien.

    3. Beta- bloker

    Penggunaan monoterapi beta- bloker efektif terhadap 50-60% pasien, terutama di

    kalangan yang dengan system renin- angiotensin yang teraktivasi. Obat ini menurunkan

    tekanan darah dengan menurunkan denyut jantung serta menurunkan kontraktilitas jantung

    serta curah jantung.

    4. Mineralokortokoid/ aldosterone receptor antagonist

    Spironolactone dan eplerenone menblok reseptor yang berikatan dengan aldosterone

    dan kortikosteroid yang lain.

    5. Angiotensin receptor blocker

  • 8/10/2019 Referat Heart Failure

    50/54

    50

    Agen ini secara selektif memblokir reseptor angiotensin II, memberikan efek

    vasodilatasi yang mirip dengan ACE-I. agen ini sering digunakan jika pasien tidak toleran

    terhadap ACE-I.

    7. Digoxin dan glikosida digitalis lainnya

    Pada pasien dengan simptomatik gagal jantung dan fibrilasi atrial, digoxin dapat

    membantu menurunkan kecepatan ventrikel. Digoxin juga dapat digunakan pada pasien

    dengan gagal jantung dan ejeksi fraksi jantung kiri

  • 8/10/2019 Referat Heart Failure

    51/54

    51

    XI. PROGNOSIS

    Prognosis gagal jantung yang tidak mendapat terapi tidak diketahui. Sedangkan prognosis

    pada penderita gagal jantung yang mendapat terapi yaitu:21

    Kelas NYHA I : mortalitas 5 tahun 10-20%

    Kelas NYHA II : mortalitas 5 tahun 10-20%

    Kelas NYHA III : mortalitas 5 tahun 50-70%

    Kelas NYHA IV : mortalitas 5 tahun 70-90%

  • 8/10/2019 Referat Heart Failure

    52/54

    52

    BAB III

    KESIMPULAN

    Gagal jantung adalah suatu sindrom klinis yang merupakan hasil akhir dari setiap

    gangguan struktural dan fungsional ventricular filling or ejection of blood. Manifestasi klinis

    dari gagal jantung adalah dyspnea , kelelahan dan edema. Gagal jantung dapat disebabkan

    dari gangguan perikardium, miokardium, endokardium, katup jantung, atau pembuluh darah

    besar atau dari kelainan metabolik tertentu, tetapi kebanyakan pasien dengan gagal jantung

    memiliki gejala karena fungsi miokard di ventrikel kiri (LV) terganggu.

    Terdapat beberapa istilah gagal jantung berdasarkan lokasi , fungsi dan banyaknya

    volume darah yang dipompa . Manifestasi klinis tersering adalah dyspneu , edema dan

    kelelahan . Diperlukan berbagai pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis gagal jantung

    dimulai dari pemeriksaan fisik , ekg , foto thorax , laboratorium serta echocardiografi

    .Penatalaksanaan gagal jantung terbagi menjadi nonmedika mentosa dan medika mentosa .

    prognosis mengenai gagal jantung belum diketahui secara pasti namun prognosis dapat

    berubah apabila gagal jantung dapat dikendalikan.

  • 8/10/2019 Referat Heart Failure

    53/54

    53

    DAFTAR PUSTAKA

    1. Maggioni AP. Review of the new ESC guidelines for the pharmacological

    management of chronic heart failure. European Heart Journal Supplements 2005;7

    (Supplement J):J15-J20.

    2. Santoso A, Erwinanto, Munawar M, Suryawan R, Rifqi S, Soerianata S. Diagnosis

    dan tatalaksana praktis gagal jantung akut. 2007

    3. Davis RC, Hobbs FDR, Lip GYH. ABC of heart failure: History and epidemiology.

    BMJ 2000;320:39-42.

    4. Lip GYH, Gibbs CR, Beevers DG. ABC of heart failure: aetiology. BMJ

    2000;320:104-7.

    5.

    Rodeheffer R. Cardiomyopathies in the adult (dilated, hypertrophic, and restrictive).In: Dec GW, editor. Heart failure a comprehensive guide to diagnosis and treatment.

    New York: Marcel Dekker; 2005.p.137-56.

    6. Jackson G, Gibbs CR, Davies MK, Lip GYH. ABC of heart failure: pathophysiology.

    BMJ 2000;320:167-70.

    7. McNamara DM. Neurohormonal and cytokine activation in heart failure. In: Dec GW,

    editors. Heart failure a comprehensive guide to diagnosis and treatment. New York:

    Marcel Dekker; 2005.p.117-36.8. Clyde W,et al . 2013 ACCF/AHA Guideline for the Management of Heart

    Failure.2013

    9. Davies MK, Gibbs CR, Lip GYH. ABC of heart failure: investigation. BMJ

    2000;320:297-300

    10.Hobbs FDR, Davis RC, Lip GYH. ABC of heart failure: heart failure in general

    practice. BMJ 2000;320:626-9.

    11.Nieminen MS. Guideline on the diagnosis and treatment of acute heart failure full

    text the task force on acute heart failure of the european society of cardiology. Eur

    Heart J 2005

    12.Senni M, Tribouilloy CM, Rodeheffer RJ, Jacobsen SJ, Evans JM, Bailey KR,

    Redfield NM. Congestive heart failure in the community trends in incidence and

    survival in 10-year period. Arch Intern Med 1999;159:29- 34.

    13.Watson RDS, Gibbs CR, Lip GY H. ABC of heart failure: clinical features and

    complications. BMJ 2000;320:236-9.

  • 8/10/2019 Referat Heart Failure

    54/54

    14.Gillespie ND. The diagnosis and management of chronic heart failure in the older

    patient. British Medical Bulletin 2005;75 and 76: 49- 62.

    15.Abraham WT, Scarpinato L. Higher expectations for management of heart failure:

    current recommendations. J Am Board Fam Pract 2002;15:39-49.

    16.Lee TH. Practice guidelines for heart failure management. In: Dec GW, editors. Heart

    failure a comprehensive guide to diagnosis and treatment. New York: Marcel Dekker;

    2005.p.449-65.

    17.Gibbs CR, Jackson G, Lip GYH. ABC of heart failure: non-drug management. BMJ

    2000;320:366-9.

    18.Millane T, Jackson G, Gibbs CR, Lip GYH. ABC of heart failure: acute and chronic

    management strategies. BMJ 2000;320:559-62.

    19.Davies MK, Gibbs CR, Lip GYH. ABC of heart failure: management: diuretics, ACE

    inhibitors, and nitrates. BMJ 2000;320:428-31.

    20.Gibbs CR, Davies MK, Lip GYH. ABC of heart failure Management: digoxin and

    other inotropes, _ blockers, and antiarrhythmic and antithrombotic treatment. BMJ

    2000;320:495-8. sesak nafas saat aktifitas. Penatalaksaan ditujukan

    21. John JV MC Murry dkk. Diakses pada tanggal 5 september 2014

    http://www.escardio.org/guidelines-s u r v e y s / e s c g u i d e l i n e s / G u i d e l i n

    esDocuments/Guidelines-Acute%20and%20Chronic-HF-FT.pdf

    22.Hauser K, Longo B, Jameson F. Harrisons principle of internal medicine ed XVI.

    2005

    http://www.escardio.org/guidelines-s%20u%20r%20v%20e%20y%20s%20/%20e%20s%20c%20g%20u%20i%20d%20e%20l%20i%20n%20e%20s%20/%20G%20u%20i%20d%20e%20l%20i%20n%20esDocuments/Guidelines-Acute%20and%20Chronic-HF-FT.pdfhttp://www.escardio.org/guidelines-s%20u%20r%20v%20e%20y%20s%20/%20e%20s%20c%20g%20u%20i%20d%20e%20l%20i%20n%20e%20s%20/%20G%20u%20i%20d%20e%20l%20i%20n%20esDocuments/Guidelines-Acute%20and%20Chronic-HF-FT.pdfhttp://www.escardio.org/guidelines-s%20u%20r%20v%20e%20y%20s%20/%20e%20s%20c%20g%20u%20i%20d%20e%20l%20i%20n%20e%20s%20/%20G%20u%20i%20d%20e%20l%20i%20n%20esDocuments/Guidelines-Acute%20and%20Chronic-HF-FT.pdfhttp://www.escardio.org/guidelines-s%20u%20r%20v%20e%20y%20s%20/%20e%20s%20c%20g%20u%20i%20d%20e%20l%20i%20n%20e%20s%20/%20G%20u%20i%20d%20e%20l%20i%20n%20esDocuments/Guidelines-Acute%20and%20Chronic-HF-FT.pdfhttp://www.escardio.org/guidelines-s%20u%20r%20v%20e%20y%20s%20/%20e%20s%20c%20g%20u%20i%20d%20e%20l%20i%20n%20e%20s%20/%20G%20u%20i%20d%20e%20l%20i%20n%20esDocuments/Guidelines-Acute%20and%20Chronic-HF-FT.pdf