26
Referat Esotropia Pembimbing : dr. Herman Nur, Sp. M Disusun oleh: Karen Afian FK UPH 071200110092

Referat Esotropia

  • Upload
    adi-tri

  • View
    89

  • Download
    17

Embed Size (px)

DESCRIPTION

esotropia

Citation preview

Referat Esotropia

Referat EsotropiaPembimbing :dr. Herman Nur, Sp. MDisusun oleh:Karen AfianFK UPH 071200110092

PendahuluanJuling (strabismus) adalah suatu nama yang diberikan untuk ketidaksejajaran mata yang biasanya persisten atau regular.Esotropia merupakan juling ke dalam atau strabismus konvergen manifes dimana sumbu penglihatan mengarah ke arah nasal.Usia 2-5 tahunEsotropia diterapi dengan non bedah dan bedah. Pengobatan non bedah hanya untuk memperbaiki kelainan refraksi dan mengatasi ambliopia. Pembedahan dilakukan apabila dengan pengobatan non bedah ambliopia masih tersisa deviasi yang cukup besar.

Tinjauan PustakaDefinisiStrabismus atau juling merupakan keadaan tidak sejajarnya kedudukan kedua bola mata karena tidak normal penglihatan binokuler atau anomali kontrol neuromuskuler gerakan okuler. Esotropia adalah suatu penyimpangan sumbu penglihatan, dimana salah satu sumbu penglihatan menuju titik fiksasi sedangkan sumbu penglihatan lainnya menyimpang pada bidang horizontal ke arah medial.

EpidemiologiPrevalensi perkiraan dari Strabismus adalah sekitar 3-5 persen dari populasi.Esotropia>EksotropiaEsotropia biasanya muncul pada usia rata-rata 2-5 tahun dan sering dihubungkan dengan penyakit penyebabnya.Penelitian, 11,52% pasien dengan strabismus ada kelainan di segmen posterior matanya.AnatomiOtot luar bola mataFungsi masing-masing otot :Otot rektus medius, aduksi, mata ke arah nasal, saraf ke III (saraf okulomotor).Otot rektus lateral, abduksi, mata ke arah temporal, saraf ke VI (saraf abdusen).Otot rektus superior, elevasi, aduksi dan intorsi bola mata, saraf ke III (saraf okulomotor).

Otot rektus inferior, depresi pada abduksi, ekstorsi dan pada abduksi, dan aduksi 23 derajat pada depresi, saraf ke III.Otot oblik superior, depresi intorsi bila berabduksi 39 derajat, depresi saat abduksi 51 derajat, dan bila sedang depresi akan berabduksi, saraf ke IV (saraf troklear).Oblik inferior, ekstorsi dalam abduksi, elevasi dalan aduksi dan abduksi dalam elevasi, saraf ke III.

FisiologiApabila bayangan benda yang dilihat kedua mata dapat diterima dengan ketajaman yang sama dan kemudian secara serentak dikirim ke susunan saraf pusat untuk diolah menjadi sensasi penglihatan tunggal. Pasien dengan juling akan mengeluh mata lelah atau astenopia, penglihatan kurang pada satu mata, lihat ganda atau diplopia, dan sering menututp sebelah mata.

EtiologiFaktor refleks dekat, akomodatif esotropiaHipertoni rektus medius konginetalHipotoni rektus lateralis akuisitaPenurunan fungsi penglihatan satu mata pada bayi dan anakGejala klinisGejala Subjektif : mata juling ke dalam, bisa satu mata, bisa dua mata bergantian(6)Gejala Objektif : posisi bola mata menyimpang ke arah nasal

KlasifikasiNon AkomodatifEsotropia infantilis (kongenital)Dari lahir, bayi 2-4 bulanHampir separuh dari semua kasus esotropia termasuk dalam kelompok ini.Autosom dominanBisa menyebabkan ambliopiaTerapi bedah setelah terapi medis dan terapi ambliopiaPelemahan otot rektus medialisReseksi otot rektus medialis dan reseksi otot lateralis mata yang sama

Esotropia nonakomodatif yang didapatAnak, biasanya setelah usia 2 tahun. Hanya sedikit atau tidak terdapat faktor akomodatif. Sudut strabismus sering lebih kecil daripada yang terdapat pada esotropia infantilis tetapi dapat meningkat seiring dengan waktu. Terapi bedah

AkomodatifEsotropia Akomodasi ParsialDapat terjadi suatu mekanisme campuran , sebagian ketidakseimbangan otot dan sebagian ketidakseimbangan akomodasi/konvergensi. Walaupun terapi akomodasi menurunkan sudut deviasi, namu esotropianya sendiri tidak menghilang.Terapi pembedahanEsotropia paretik (Incomitant) Kelumpuhan AbducensSatu atau lebih otot ekstraokular yang paretik. Pada kasus esotropia incomitant, paresis biasanya mengenai satu atau kedua otot rectus lateralis, biasanya akibat kelumpuhan saraf abducens.Apabila otot rektus lateralis mengalami paralisis total, mata tidak dapat berabduksi melewati garis tengah.Terapi 6-8 minggu suntikan botulinum toksinTerapi pembedahanDIAGNOSISAnamnesisRiwayat keluargaUmur pada saat timbulnya strabismus: makin awal, makin jelek prognosisnya.Timbulnya strabismus: mendadak, bertahap, atau berhubungan dengan penyakit sistemik.Jenis deviasi : Bagaimana pasien menyadari strabismusnya? Bagaimana penglihatan dekatnya? Kapan matanya terasa lelah? Apakah pasien menutup matanya jika terkena sinar matahari? Apakah matanya selalu dalam keadaan lurus setiap saat? Apakah derajat deviasinya tetap setiap saat?Fiksasi: apakah selalu berdeviasi satu mata atau bergantian?

InspeksiStrabismusnya konstan atau hilang timbul (intermitten), berganti-ganti (alternan) atau menetap (nonalternan),dan berubah-ubah (variable) atau tetap (konstan)?Ptosis terkait dan posisi kepala yang abnormal?Derajat fiksasi masing-masing secara terpisah atau bersama-sama?Nistagmus?Pemeriksaan tajam penglihatanMembandingkan dua mataAnak anak: mengikuti sasaran, fiksasi2.5-3 tahun: kartu allen, dot testPemeriksaan kelainan refraksiMemeriksa kelainan refraksi dengan retinoskop memakai sikloplegik (atropine)Jarang dipakai karena efek atropine

Menentukan besar sudut deviasiUji prisma dan penutupanCover testUncover test

Uji objektifHirschbreg test Pasien disuruh melihat sumber cahaya pada jarak 33 cm kemudian lihat pantulan cahaya pada kedua kornea mata.1) Bila letaknya ditengah berarti tidak ada deviasi2) Bila letaknya dipinggir pupil maka deviasinya 15 3) Bila letaknya dipertengahan antara pupil dan limbus maka deviasinya 30 4) Bila letaknya dilimbus maka deviasinya 45

Krimsky testPenderita memfiksasi pada cahaya dengan jarak sembarangan. Duksi (rotasi monokular)Satu mata ditutup dan mata yang lain mengikuti cahaya yang digerakkan kesegala arah pandangan, sehingga adanya kelemahan rotasi dapat diketahui. Kelemahan seperti ini bisa karena paralisis otot atau karena kelainan mekanik anatomik.Versi (gerakan Konjugasi Okular)Uji untuk Versi dikerjakan dengan mata mengikuti gerakan cahaya pada jarak 33 cm dalam 9 posisi diagnosis primer lurus kedepan; sekunder kekanan, kekiri keatas dan kebawah; dan tersier keatas dan kekanan, kebawah dan kekanan, keatas dan kekiri, dan kebawah dan kekiri. Rotasi satu mata yang nyata dan relative terhadap mata yang lainnya dinyatakan sebagai kerja-lebih (overreaction) dan kerja kurang (underreaction). Pemeriksaan sensorikUji stereopsisUji supresiUji kelainan korespondensi retinaUji kaca beralur bagolini

Penatalaksanaan Non bedahTerapi oklusi : mata yang sehat ditutup dan diharuskan melihat dengan mata yang ambliopKacamata : mekanisme fusi bekerja sampai maksimal. Jika ada hipermetropia tinggi dan esotropia, maka esotropianya mungkin karena hipermetropia tersebut (esotropia akomodatif refraktif).Obat farmakologik1. Sikloplegik Sikloplegik melumpuhkan otot siliar dengan cara menghalangi kerja asetilkolin ditempat hubungan neuromuskular dan dengan demikian mencegah akomodasi. (atropin)2. Miotik Miotik digunakan untuk mengurangi konvergensi yang berlebihan pada esotropia dekat, yang dikenal sebagai rasio konvergensi akomodatif dan akomodasi (rasio KA/A) yang tinggi.(ekotiofat iodine(Phospholine iodide) atau isoflurat (Floropryl))3. Toksin Botulinum Suntikan toksin Botulinum A ke dalam otot ekstraokular menyebabkan paralisis otot tersebut yang kedalaman dan lamanya tergantung dosisnya.BedahMemilih otot yang perlu dikoreksi : tergantung pengukuran deviasi pada berbagai arah pandangan.Reseksi dan resesi Cara yang paling sederhana adalah memperkuat dan memperlemah. Memperkuat otot dilakukan dengan cara yang disebut reseksi. Otot dilepaskan dari mata, ditarik sepanjang ukuran tertentu dan kelebihan panjang otot dipotong dan ujungnya dijahit kembali pada bola mata, biasanya pada insersi asal. Resesi adalah cara melemahkan otot yang baku. Otot dilepaskan dari bola mata, dibebaskan dari perlekatan-perlekatan fasial, dan dibiarkan menjadi retraksi. Kemudian dijahit kembali pada bola mata dibelakang insersi asal pada jarak yang telah ditentukan.

Kesimpulan Esotropia adalah suatu penyimpangan sumbu penglihatan yang nyata dimana salah satu sumbu penglihatan menuju titik fiksasi sedangkan sumbu penglihatan lainnya menyimpang pada bidang horizontal ke arah medial.Penyebab: faktor refleks dekat, akomodatif esotropia, hipertoni rektus medius kongenetal, hipotoni rektus lateralis akuisita, penurunan fungsi penglihatan satu mata pada bayi dan anak. Gejala klinis esotropia adalah posisi bola mata menyimpang ke arah nasal.Diagnosis dapat ditegakan dengan anamnesa, inspeksi, pemeriksaan ketajaman penglihatan, pemeriksaan kelainan refraksi, mengukur sudut deviasi. Penata laksanaan esotropia yaitu pengobatan non bedah dan bedah.

Terima Kasih