26
RATIONALE: 2. THE CORRELATION BETWEEN LOCUS OF CONTROL AND READING COMPREHENSION ..... the importance of LC in reading ..... ..... the role of LC in reading ..... ..... the contribution of LC in reading ..... So it is assumed that there is correlation between LC and RC.

Rationale: 2. The Correlation between Locus of Control and reading comprehension

  • Upload
    kaveri

  • View
    28

  • Download
    2

Embed Size (px)

DESCRIPTION

Rationale: 2. The Correlation between Locus of Control and reading comprehension. ..... the importance of LC in reading ..... ..... the role of LC in reading ..... ..... the contribution of LC in reading ..... So it is assumed that there is correlation between LC and RC. - PowerPoint PPT Presentation

Citation preview

RATIONALE:

2. THE CORRELATION BETWEEN LOCUS OF CONTROL AND

READING COMPREHENSION

..... the importance of LC in reading .......... the role of LC in reading .......... the contribution of LC in reading .....So it is assumed that there is correlation between LC and RC.

2. THE CORRELATION BETWEEN LOCUS OF CONTROL AND READING

COMPREHENSION

Lokus kontrol mencakup aspek kemauan, komitmen, dan rasa kemandirian seseorang dalam memenuhi kebutuhannya. Ketiga aspek ini memiliki peran atau kontribusi yang penting terhadap keberhasilan sese-orang dalam usaha untuk melakukan suatu pekerjaan. Seseorang yg memiliki kemauan yang kuat dalam membaca, ia akan melaku-

kan banyak usaha sewaktu membaca dengan maksud agar dapat memperoleh pemahaman yang baik terhadap isi bacaan yang sedang dibaca. Ia tidak mudah menyerah bila mengalami kesulitan dalam membaca dan hal tersebut dianggapnya sebagai tantangan yang harus bisa ia selesaikan. Ia merasa bahwa membaca merupakan suatu kebutuhan dan dengan membaca ia akan memperoleh segala informasi yang bermanfaat bagi dirinya serta dapat memperbaiki diri dalam membaca.

Orang yang demikian tergolong sebagai orang yang memiliki lokus kontrol internal, yakni orang yang memiliki komitmen yang tinggi terhadap pekerjaan yang dihadapinya. Ia akan merasa bangga dan sangat puas bila dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan baik, namun ia akan merasa sangat kecewa bila mengalami kegagalan, termasuk dalam memahami suatu bacaan.

Sebaliknya seseorang yang memiliki kemauan yang rendah dalam membaca, ia seringkali enggan atau ogah-ogahan dalam menghadapi bahan bacaan karena ia merasa bahwa dirinya tidak akan mampu membaca dengan baik. Ia tidak suka menghadapi permasalahan dalam membaca dan ia merasa bahwa untuk memperoleh informasi tidak harus dg membaca, namun dapat dengan bertanya kepada orang lain atau melihat televisi.

Orang yg demikian adalah orang yg memiliki lokus kontrol eksternal, yakni orang yg tidak memiliki komitmen yg tinggi terhadap pekerjaan yg dihadapi-nya, mudah menyerah atau putus asa, kurang percaya diri, tidak mau bekerja keras, dan ia merasa bahwa keberhasilan atau kegagalan dalam melakukan pekerjaan, termasuk dalam memahami suatu bacaan, merupakan hal yang biasa karena banyak faktor eksternal lain yang mempengaruhinya.

Berdasarkan uraian di atas, dapatlah diduga bahwa lokus kontrol mempunyai hubungan positif dengan kemampuan pemahaman bacaan.

RESEACH METHOD

The purpose of correlational research is to discover relationships between two or more variables.

Relationship means that an indi-vidual status on one variable tends to reflect its status on the other.

CORRELATIONAL RESEARCH

Helps us understand related events, conditions, and behaviors.• Is there a relationship between

educational levels of parents and their children’s school achievement?

To make predictions of how one variable might predict another

To examine the possible existence of causation.

CAUTION

In correlational research you CAN NOT absolutely say one variable causes something to happen. This can only be done through experimental research. You can say one variable might cause something else to happen.

RESEARCH DESIGN

There are three variables: one depen-dent variable (RC) and two indepen-dent variables (CDM and LC).

Independent (predictor) variable is a variable that is presumed to give influence or contribution to the dependent (criterion) variable.

What is the constellation of the variables of the previously stated title?

VARIABLE CONSTELLATION

X1

X2

Y

CORRELATIONAL RESEARCH PROCESS

Variables to be the study are identified Questions and hypotheses are stated A sample is selected (a minimum of 30

is needed) Data are collected Correlations are calculated Results are reported

POPULATION, SAMPLE, SAMPLING

PopulasiKountour (2003) mengatakan bahwa popu-lasi adalah suatu kumpulan menyeluruh dari suatu objek yang menjadi perhatian peneliti. Objek penelitian dapat berupa makhluk hidup, benda-benda, sistem dan prosedur, suatu fenomena, dan lain-lain. ‘Populasi target’ (target population) misalnya semua murid SMA kelas 1 di wilayah Karesidenan Surakarta.

Biasanya populasi target ini tidak terjang-kau karena kendala waktu, tenaga dan dana; maka peneliti dapat mengambil ‘populasi terjangkau’ (accessible popu-lation) yakni mengambil sebagian dari populasi target tersebut yang terjangkau atau sesuai dengan kecukupan waktu, tenaga dan dana. Populasi terjangkau ini misalnya semua murid kelas 1 SMAN 1 Surakarta.

SAMPEL

Dlm hal ini Kountour (2003) mengatakan bahwa sampel adalah sebagian dari populasi. Sampel harus merepresentasikan seluruh populasi, yakni merefleksikan karakteristik populasi. Sampel diambil bukan dari populasi target, tetapi dari populasi terjangkau. Tentang pengambilan sample ini, Arikunto (1998) mengatakan untuk sebagai ancar-ancar apabila jumlah populasi kurang dari 100,

maka lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi; dan jika jumlah populasinya besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25% atau lebih.Hasil penelitian dapat digeneralisasikan terhadap populasi terjangkau. Sedang-kan untuk menggeneralisasikan hasil penelitian terhadap populasi target adalah suatu tindakan yang riskan.

SAMPLING

Hal penting yg perlu mendapat perhatian adalah bagaimana cara mengambil sampel (sampling) sehingga mendapatkan sample yang representative. Ada beberapa cara dalam pengambilan sample, yakni cara acak sederhana (simple random sampling), strata (stratified sampling), klaster (cluster sampling), dan sistematik (systematic sampling).

RANDOM SAMPLING

Cara ini adalah prosedur pengambilan sampel yg semua anggota populasi memiliki kesem-patan yg sama untuk terpilih sebagai sampel penelitian melalui undian. Langkah-langkah yg umum digunakan: (a) menentukan populasi, (b) membuat daftar untuk semua anggota populasi, (c) memberi kode untuk masing-masing anggota dan ditulis dalam secarik kertas kemudian digulung dan diaduk, (d) mengambil secara acak sesuai dengan jumlah sample yang dibutuhkan.

Prosedur lain yang sistematis yang dpt digunakan untuk mengambil sampel secara acak adalah menggunakan ‘tabel nomor acak’ (a table of random numbers). Tabel ini secara mekanis telah dikembangkan dengan computer sehingga tabel tersebut benar-benar memiliki susunan yang acak.

STRATIFIED SAMPLING

Cara ini digunakan bila populasi memi-liki sub-sub kelompok atau strata shg masing-masing kelompok dpt terwakili dlm sampel yg diambil. Dengan cara ini pertama-tama peneliti mengidentifikasi strata yang ditemukan dlm populasi yg diperkirakan dapat mempengaruhi data penelitian, misalnya strata dalam penghasilan, usia, tingkat pendidikan, tempat tinggal ( desa - kota), jarak tempat tinggal (jauh - dekat), dsb.

Kemudian peneliti mengambil sejumlah sampel dari masing-masing strata untuk memperoleh jumlah sampel yg dibutuh-kan. Dlm pengambilan sampel dari masing-masing strata, peneliti dpt mengambil jumlah yg sama atau jumlah yg diambil disesuaikan dengan besar-kecilnya jumlah individu yang ada di masing-masing strata. Cara pengambilan sampel yg terakhir disebut pengambilan sampel secara strata yg ‘proporsional’ (proportional stratified sampling).

CLUSTER SAMPLING

Subjek penelitian seringkali hanya dpt dijangkau lewat kelompok atau untuk mempelajari subjek tersebut akan lebih baik bilamana mereka tetap dalam suatu kelompok. Dlm hal ini unit penelitian bukan berupa individu namun berupa kelompok individu. Sebagai contoh, peneliti mengambil satu sekolah secara acak dari daftar sekolah yang ada, kemu-dian semua siswa dari sekolah yg terpilih tersebut dijadikan sampel penelitian

dan siswa ini telah membentuk kelompok atau klaster yang memiliki kesamaan karakteristik. Pengambilan sampel ini disebut ‘cara klaster’ (cluster sampling). Hal penting yg perlu diingat adalah kelompok yang dijadikan sampel harus diambil secara acak dari populasi klaster yang ada, dan bilamana suatu klaster telah terpilih sebagai sampel, maka semua individu atau anggota yang ada di dalamnya harus diikutsertakan dalam sampel.

SYSTEMATIC SAMPLING

‘Sampling sistematis’, yakni penarikan sampel dg mengambil setiap individu yg terdapat pada interval tertentu (k) dari daftar populasi. Sampling interval (k) dpt diperoleh dg membagi jumlah total populasi (N) dg jumlah sampel penelitian (n), shg kalau jumlah total populasi 500 dan jumlah sampelnya adalah 50, maka sampling interval yg diperoleh adalah 10.

Dengan demikian setiap individu yang berada pada nomor 10, 20, 30 dst dalam daftar populasi akan terpilih sebagai sampel penelitian. Kelemahan dari cara pengambilan sampel ini ialah individu yg terpilih sebagai sampel tidak benar-benar independent, karena bilamana individu pertama telah ditentukan maka secara otomatis individu yang berada pada kelipatan interval akan terpilih sebagai sampel penelitian.