10
bios-logos | Rangkuman Hasil Penelitian IPB tentang Analisis Ekowisata TN Meru Betiri d Copyright Muttaqin [email protected] http://mafrikhul.bio.staff.ipb.ac.id/2013/12/20/rangkuman-hasil-penelitian-institut-pertanian-bogor-t entang-analisis-ekowisata-taman-nasional-meru-betiri-dan-taman-nasional-alas-purwo-di-kabupaten -banyuwangi/ Rangkuman Hasil Penelitian IPB tentang Analisis Ekowisata TN Meru Betiri dan TN Alas Purwo di Kabupaten Banyuwangi Ekowisata didefinisikan sebagai salah satu bentuk kegiatan pariwisata berwawasan lingkungan yang mengutamakan aspek konservasi alam, aspek pemberdayaan sosial budaya ekonomi masyarakat lokal, serta aspek pembelajaran dan pendidikan.Taman Nasional (TN) Meru betiri dan TN Alas Purwomerupakan dua buah kawasan ekowisata yang terdapat di kabupaten Banyuwangi. Masing-masing kawasan tersebut memiliki karakter yang unik yang berbeda dari kawasan wisata yang lain di Indonesia. Kedua kawasan tersebut memiliki kesamaan dalam hal keberadaannya sebagai salah satu kawasan ekowisata yang menjadi bahan kajian yang menarik di Institut Pertanian Bogor (IPB). Taman nasional merupakan kawasan konservasi baik daratan maupun perairan yang memiliki ciri khas tertentu, dan mempunyai berbagai macam fungsi. Fungsi tersebut antara lain perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan dan pemanfaatan secara lestari jenis tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.Taman nasional ini dikelola dengan sistem zona dan dapat dimanfaatkan untuk kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya, kebudayaan dan pariwisata/rekreasi alam. Sistem zona merupakan penataan kawasan taman nasional berdasarkan fungsi dan peruntukannya sesuai kondisi, potensi dan perkembangan yang ada. Secara umum pembagian zona pada setiap taman nasional mencakup zona inti, zona rimba/bahari, zona pemanfaatan dan atau zona-zona lain yang ditetapkan berdasarkan kebutuhan pelestarian keanekaragaman hayati. Zona inti merupakan kawasan utama sebuah taman nasional yang tidak diperkenankan adanya perubahan apapun dari kegiatan manusia kecuali untuk kegiatan penelitian, pemantauan, perlindungan, dan pemanfaatan. Zona rimba (daratan) atau zona bahari (perairan laut) merupakan kawasan yang berfungsi sebagai penyangga zona inti dengan kegiatan yang boleh dilakukan adalah kegiatan yang sama dengan zona inti dengan penambahan kegiatan rekreasi terbatas. Zona selanjutnya adalah zona pemanfaatan untuk kawasan penampungan pengunjung dan pengelolaan.Di sini dapat dibangun sarana akomodasi pengunjung dan sarana pengelolaan taman nasional. page 1 / 10

Rangkuman Hasil Penelitian IPB tentang Analisis Ekowisata ...anitanet.staff.ipb.ac.id/wp-content/plugins/as-pdf/bios-logos-Rangkuman Hasil...berada di kabupaten Banyuwangi. Secara

  • Upload
    others

  • View
    7

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

  • bios-logos | Rangkuman Hasil Penelitian IPB tentang Analisis Ekowisata TN Meru Betiri dan TN Alas Purwo di Kabupaten BanyuwangiCopyright Muttaqin [email protected]://mafrikhul.bio.staff.ipb.ac.id/2013/12/20/rangkuman-hasil-penelitian-institut-pertanian-bogor-tentang-analisis-ekowisata-taman-nasional-meru-betiri-dan-taman-nasional-alas-purwo-di-kabupaten-banyuwangi/Rangkuman Hasil Penelitian IPB tentang AnalisisEkowisata TN Meru Betiri dan TN Alas Purwo diKabupaten Banyuwangi

    Ekowisata didefinisikan sebagai salah satu bentuk kegiatan pariwisata berwawasanlingkungan yang mengutamakan aspek konservasi alam, aspek pemberdayaansosial budaya ekonomi masyarakat lokal, serta aspek pembelajaran danpendidikan.Taman Nasional (TN) Meru betiri dan TN Alas Purwomerupakan duabuah kawasan ekowisata yang terdapat di kabupaten Banyuwangi. Masing-masingkawasan tersebut memiliki karakter yang unik yang berbeda dari kawasan wisatayang lain di Indonesia. Kedua kawasan tersebut memiliki kesamaan dalam halkeberadaannya sebagai salah satu kawasan ekowisata yang menjadi bahan kajianyang menarik di Institut Pertanian Bogor (IPB).

    Taman nasional merupakan kawasan konservasi baik daratan maupun perairanyang memiliki ciri khas tertentu, dan mempunyai berbagai macam fungsi. Fungsitersebut antara lain perlindungan sistem penyangga kehidupan, pengawetan danpemanfaatan secara lestari jenis tumbuhan dan satwa serta ekosistemnya.Tamannasional ini dikelola dengan sistem zona dan dapat dimanfaatkan untukkepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan, menunjang budidaya,kebudayaan dan pariwisata/rekreasi alam.

    Sistem zona merupakan penataan kawasan taman nasional berdasarkan fungsi danperuntukannya sesuai kondisi, potensi dan perkembangan yang ada. Secara umumpembagian zona pada setiap taman nasional mencakup zona inti, zonarimba/bahari, zona pemanfaatan dan atau zona-zona lain yang ditetapkanberdasarkan kebutuhan pelestarian keanekaragaman hayati. Zona inti merupakankawasan utama sebuah taman nasional yang tidak diperkenankan adanyaperubahan apapun dari kegiatan manusia kecuali untuk kegiatan penelitian,pemantauan, perlindungan, dan pemanfaatan. Zona rimba (daratan) atau zonabahari (perairan laut) merupakan kawasan yang berfungsi sebagai penyangga zonainti dengan kegiatan yang boleh dilakukan adalah kegiatan yang sama dengan zonainti dengan penambahan kegiatan rekreasi terbatas. Zona selanjutnya adalah zonapemanfaatan untuk kawasan penampungan pengunjung dan pengelolaan.Di sinidapat dibangun sarana akomodasi pengunjung dan sarana pengelolaan tamannasional.

    page 1 / 10

  • bios-logos | Rangkuman Hasil Penelitian IPB tentang Analisis Ekowisata TN Meru Betiri dan TN Alas Purwo di Kabupaten BanyuwangiCopyright Muttaqin [email protected]://mafrikhul.bio.staff.ipb.ac.id/2013/12/20/rangkuman-hasil-penelitian-institut-pertanian-bogor-tentang-analisis-ekowisata-taman-nasional-meru-betiri-dan-taman-nasional-alas-purwo-di-kabupaten-banyuwangi/TN Meru Betiri (TNMB) dan Alas Purwo (TNAP) adalah dua jenis taman nasional yangberada di kabupaten Banyuwangi. Secara geografis, TNMB yang ditetapkan menjaditaman nasional pada tahun 1997 ini memiliki cakupan wilayah di kabupaten Jemberdan Banyuwangi.Sedangkan TNAP terletak seluruhnya di kabupaten Banyuwangi,yaitu, di Kecamatan Tegaldlimo dan Purwoharjo.

    Pada beberapa dasawarsa lalu, kawasan TNMBdikenal sebagai habitat terakhirsalah satu satwa liat yang paling dilindungi yaitu harimau loreng Jawa (Pantheratigris sondaica). Kawasan ini mempunyai lima tipe vegetasi dari sebelas tipevegetasi yang ada di pulau Jawa.Ditinjau dari aspek wisata, TNMBmemiliki beberapakawasan wisata yang tersebar di kabupaten Jember dan Banyuwangi.Di kabupatenBanyuwangi terdapat beberapa kawasan wisata yaitu, Rajegwesi, Teluk Damai danTeluk Hijau,pantai Sukamade, dan lain sebagainya.

    Salah satu kawasan ekowisata di TNMB adalah blok Rajegwesi yang merupakanpintu gerbang kawasan TNMB di kabupaten Banyuwangi. Blok ini berpotensisebagai kawasan wisata pada keindahan bentang alam pantai dan budaya darimasyarakat Rajegwesi. Budaya tersebut antara lain kehidupan dan aktivitasnelayan Rajegwesi serta perayaan Petik Laut tiap awal tahun hijriah. Berbagaikegiatan yang dapat dilakukan dipantainyaadalah memancing, berenang,berperahu, menyaksikan nelayan tradisional mancari ikan dan menjualnya padatengkulak di Tempat Pelelangan ikan.Sementara itu, fasilitas yang ada di pantaiRajegwesi adalah Pos tiket masuk kawasan dan pusat informasi.

    Masyarakat blok Rajegwesi diketahui telah mendukung adanya pengembanganwisata di Rajegwesi. Menurut Qomariah (2009), hal ini dilatarbelakangi olehmotivasi masyarakat untuk dapat meningkatkan taraf hidupnya. Masyarakat inginterlibat pula dalam setiap proses pelaksanaan kegiatan ekowisata danmenginginkan adanya pembagian keuntungan mengingat adanya keterbatasanketerampilan dan pengetahuan masyarakat.

    Masih menurut Qomariah, di blok Rajegwesi, sebagian besar pengunjung tertarikakan fauna penyu yang terdapat di Sukamade. Hal ini menunjukkan bahwa wisatayang dapat dikembangkan lagi di Rajegwesi adalah wisata edukatif.

    Pengembangan ekowisata di Rajegwesi memungkinkan terjadinya permasalahan

    page 2 / 10

  • bios-logos | Rangkuman Hasil Penelitian IPB tentang Analisis Ekowisata TN Meru Betiri dan TN Alas Purwo di Kabupaten BanyuwangiCopyright Muttaqin [email protected]://mafrikhul.bio.staff.ipb.ac.id/2013/12/20/rangkuman-hasil-penelitian-institut-pertanian-bogor-tentang-analisis-ekowisata-taman-nasional-meru-betiri-dan-taman-nasional-alas-purwo-di-kabupaten-banyuwangi/baru bagi TNMB yaitu pembengkakan daerah pemukiman akibatpara pendatangbaru yang ingin meningkatkan taraf hidup dari adanya pengembangan ekowisatatersebut.Hal ini dapat diatasi dengan melakukan kajian lebih lanjut mengenaipotensi masalah ini dari sisi kelembagaan pemerintah dan masyarakat sertapengembangan ekowisata berbasis masyarakat.Sementara itu, promosi kawasan,peningkatan kemampuan dan pengetahuan masyarakat, perbaikan saranaprasarana tempat wisata dan transportasi, dan penumbuhan iklim investasimerupakan hal-hal perlu dilakukan untuk pengembangan kawasan ekowisataRajegwesi.

    Di sisi lain, Qadim (2012) menyoroti bagaimana pengelolaan zonasi TNMB secaraumum. Telah muncul preseden buruk masyarakat yang mengakibatkan terjadinyapenjarahan dan okupasi lahan akibat dari pemberian hak guna lahan pada pihaktertentu di masa lalu.Tindakan itu terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangandan kelangkaan hak milik dan sempitnya ruang hidup masyarakat.

    Saat ini sejumlah kegiatan program rehabilitas berbasis pengembangan danpemberdayaan masyarakat (PPM) simbolis yang telah dilakukan oleh Balai TNMBdan mendapatkan respon positif dari masyarakat.Namun kegiatan PPM belummenunjukkan hasil yang nyata dilihat dari aspek ekologi, aspek sosial budaya,maupun aspek sosial  ekonomi masyarakat sekitarnya.

    Dari hasil penelitiaannya, Qadim (2006) menawarkan beberapa saran kebijakanantara lain balai TN perlu segera menyelesaikan masalah isu teknis pengambilalihan lahan dan perluasan lahan okupasi oleh masyarakat. Hal ini dapat dilakukandengan caramelakukan dialog yang transparan dan renegosiasi dengankelompok-kelompok masyarakat okupator dan tokoh masyarakat lokal dalam halpenentuan zona. Dialog ini menyangkut rezonasi zona-zona yang bersinggunganlangsung dengan hajat hidup masyarakat desa penyangga, dan pilihan  jenistanaman rehabilitasi yang dibolehkan ditanam dalam lahan rehabilitasi. Selain itu,konsolidasi  dan sosialisasi  rehabilitasi zona berbasis pemberdayaan masyarakatyang  melibatkan beragam pihak dan keahlian  perlu  lebih diintensifkanlagi.Menurutnya, hal ini terkait dengan sikap dan perilaku masyarakat di sekitarkawasan yang bersifat dinamis.

    Di sisi lain kabupaten Banyuwangi, terdapat kawasan TNAP. TNAP merupakan salahsatu perwakilan tipe ekosistem hutan hujan dataran rendah di Pulau Jawa yangmemiliki ekosistem hutan bambu, hutan pantai, hutan mangrove, hutan tanaman,

    page 3 / 10

  • bios-logos | Rangkuman Hasil Penelitian IPB tentang Analisis Ekowisata TN Meru Betiri dan TN Alas Purwo di Kabupaten BanyuwangiCopyright Muttaqin [email protected]://mafrikhul.bio.staff.ipb.ac.id/2013/12/20/rangkuman-hasil-penelitian-institut-pertanian-bogor-tentang-analisis-ekowisata-taman-nasional-meru-betiri-dan-taman-nasional-alas-purwo-di-kabupaten-banyuwangi/dan padang rumput. Kawasan ini dikenal oleh peselancar dunia karena adanyapantai Plengkung yang merupakan lokasi selancar yang menantang.Selain pantaiPlengkung, kawasan TNAP ini memiliki beberapa tujuan wisata, antara lain, telukPangpang, padang rumput Sadengan, pantai Trianggulasi, segoro Anak, bumiperkemahan Pancur, berbagai goa, dan lain sebagainya.

    Teluk Pangpang merupakan suatu kawasan wisata di TNAP yang mengandalkanpotensi keindahan pantai dan ekosistem mangrovenya.Selain itu, teluk Pangpangdikenal memiliki candi Alas Purwo yang sering didatangi oleh umat Hindu.Dengandemikian, secara singkat teluk Pangpang memiliki potensi sebagai kawasan wisatabahari dan wisata reliji.

    Teluk Pangpang ini memiliki ekosistem mangrove yang umum diketahui mempunyaiperanan cukup besar bagi biota perairan, lingkungan, dan masyarakat setempat.Menurut Nazili (2004), sebelum tahun 2000, telah terjadi kerusakan ekosistemmangrove di teluk Pangpang. Hal ini disebabkan oleh kegiatan masyarakatmenebang hutan mangrove untuk pembukaan lahan tambak, kayu bakar,bahanbangunan, pembuatan jangkar perahu, dan lain sebagainya.Namun, saat inikondisi ekosistem mangrove sudah membaik setelah munculnya kesadaranmasyarakat berpartisipasi dalam kegiatan rehabilitasi hutan mangrove bersamalembaga swadaya masyarakat (LSM) dan pemerintah.

    Pengelolaan ekosistem mangrove ini kemudian menjadi penting selain untukmemelihara keberlangsungan biota pantai, juga untuk menunjang potensi wisata dikawasan tersebut. Pengelolaan ekosistem mangrove tersebut dapat dilakukandengan membuat program rehabilitasi mangrove yangmelibatkan seluruh lapisanmasyarakat pada setiap tahapan serta meningkatkanpengetahuan masyarakatmelalui pembinaan dan penyuluhan akan arti penting eksosistem mangrove.Penetapan jalur hijau di sempadanpantai diketahui akan meningkatkan kesintasanekosistem mangrove. Selain itu, pembinaan dan bantuan terhadapusaha/matapencaharian masyarakat setempat merupakan salah satucarapengembanganekonomi masyarakat yang dapat menunjang pengelolaanekosistem mangrove. Dengan cara demikian, diharapkan terjadi peningkatankualitas ekosistem mangrove yang tidak hanya akan mendukung perekonomianmasyarakat, tetapi juga meningkatkan daya tarik wisata.

    Berkaitan dengan kelembagaan yang mengelola ekosistem mangrove di telukPangpang, Gustiar (2005) menyebutkan mengenai kelembagaan-kelembagaan

    page 4 / 10

  • bios-logos | Rangkuman Hasil Penelitian IPB tentang Analisis Ekowisata TN Meru Betiri dan TN Alas Purwo di Kabupaten BanyuwangiCopyright Muttaqin [email protected]://mafrikhul.bio.staff.ipb.ac.id/2013/12/20/rangkuman-hasil-penelitian-institut-pertanian-bogor-tentang-analisis-ekowisata-taman-nasional-meru-betiri-dan-taman-nasional-alas-purwo-di-kabupaten-banyuwangi/yang berada di teluk Pangpang. Kelembagaan-kelembagaan tersebutadalah:Pemerintah (Bappeda, Bapedalda, DKP, Deperindag, syahbandar,Polairud,Pariwisata, dan Taman Nasional), dunia usaha (industri perikanan danPerhutani)dan masyarakat (kelompok nelayan, himpunan nelayan, LSM).

    Masing-masing lembaga tersebut memiliki peran yang berbeda.Bappeda berperandalam perencanaan dan pengendalian tata ruang, sedangkanDKP berperan pentingdalam pemanfaatan ruang.Dalam perencanaan tata ruang,kelompok nelayandisebutkan memiliki peranan yang cukup besar sehingga peranannya harusdimaksimalkan.Hal ini mengingat masyarakatlah yang setiap hari berada dikawasan teluk Pangpang, hidup dan memanfaatkankawasan.Kelembagaan-kelembagaan ini secara umum berfungsi untukmengkordinasikan kebijakan anggaran dan kebijakan pengelolaan teluk Pangpang.

    Sementara itu, Gustiar (2005) juga menyebutkan mengenai pentingnya penelitiantentang wilayah di daerah aliran sungai Wagut dan Setailkarenaakanmempengaruhikondisi teluk Pangpang terutama dalam hal Erosi danSedimentasi. Selain itu, ia juga menyarankan mengenai penyusunanundang-undang yang mengatur pengelolaan wilayah pesisir sebagaidasar hukumyang kuat, serta adanya kooordinasi yang baik secara vertikal maupun horizontal.

    Pada tahun 2001, di kecamatan Tegaldlimo, tepatnya di desa Kendalrejo kawasanTNAP telah dilakukan penelitian mengenai interaksi masyarakat dengan TNAP olehPramusanti. Menurut hasil penelitiannya, masyarakat di sanadiketahui telahmemanfaatkan sumber daya alam, seperti hasil laut, hutan mangrove, danbuah-buahan hutan dengan cara memungutnya di kawasan TNAP. Pemungutansumber daya alam ini terkadang dilakukan tanpa memperhatikan daya dukunglingkungan.Hal ini mendorong pihak pengelola TNAP untuk mengadakan sosialisasidan pembinaan masyarakat mengenai pengelolaan kawasan TNAP serta pelibatanmasyarakat dalam program padat karya.Sejak tiadanya evaluasi mengenaiberbagai kegiatan ini, tingkat keberhasilan kegiatan ini belum jelas diketahui.

    Selain itu, berdasarkan pengamatannya, masyarakat di sanajuga terlibat dalamkegiatan wisata alam. Dari sisi ini, terlihat belum ada kontribusi psotif dari aspekwisata yang jelas dan adil bagi pengelola TNAP dan masyarakat yangterlibat.Sementara itu, persepsi masyarakat tentang TNAP pada umumnya masihmengakui keberadaan TN dan pengelola TN tersebut sepanjang taman nasionalmemberikan manfaat yang bisa dinikmati olehmasyarakat sekitarnya. Hal ini

    page 5 / 10

  • bios-logos | Rangkuman Hasil Penelitian IPB tentang Analisis Ekowisata TN Meru Betiri dan TN Alas Purwo di Kabupaten BanyuwangiCopyright Muttaqin [email protected]://mafrikhul.bio.staff.ipb.ac.id/2013/12/20/rangkuman-hasil-penelitian-institut-pertanian-bogor-tentang-analisis-ekowisata-taman-nasional-meru-betiri-dan-taman-nasional-alas-purwo-di-kabupaten-banyuwangi/menjadi suatu masalah yang mengakibatkan pengelolaan TN bersama masyarakattidak berjalan dengan baik.

    Lebih lanjut, Pramusanti menyarankan agar pihak pengelola TNAP melakukanrefleksi dan evaluasi terhadap tindakan pengelolaan yang selama ini dilakukan.Halini dimaksudkan agar tercipta keseimbangan pengelolaan kawasan baik olehmasyarakat maupun pengelola.Selain itu, perencanaan yang jelas mengenaipengembangan wisata yang sesuai dengan sumber daya dan masyarakat dikawasan perlu dilakukan.

    Jika Pramusanti melakukan penelitian pada interaksi masyarakat Kendalrejo denganpengelola TNAP, maka Sukistyanawati pada tahun 2002 telah melakukan penelitianmengenai cara pengelolaan kawasan mangrove berdasarkan metode penginderaanjauh dan sistem informasi geografis (SIG) di Segoro Anakan TNAP. Dalampenginderaan jauh, sebaran, luasan dan kerapatan mangrove dapatdianalisis.Sedangkan Sistem Informasi Geografis menggabungkan hasil analisispenginderaan jauhdengan parameter-parameter yang digunakan dalam analisiskesesuaian lahan untukkawasan lindung dan wisata mangrove.

    Hasil penelitiannya menunjukkan bahwaberdasar analisis kesesuaian lahan,kawasan mangrove yangsesuai untuk dimanfaatkan untuk kawasan lindungmangrove meliputi stasiun pengamatan1-19 dan stasiun pengamatan 23-25.Kawasan ini meliputi daerah Cungur, Bei, Kere,Sambi, Kedung Miri, Gudang Seng,Palu Agung, Patukan, Buyukan, Bulak Urang,Bantengan dan Cawangan. Mangrovedi kawasan ini merupakan kantong-kantongkeanekaragaman hayati baik dari jenisvegetasi mangrove maupun berbagai satwa langkayang dilindungi.Sedangkankawasan mangrove yang sesuai untuk kawasan wisata adalah stasiun pengamatan10-11 dan stasiunpengamatan 16-20.Kawasan ini meliputi Bei, Kere, Sambi, KedungMiri dan Palu Agung.

    Masih berkaitan dengan kawasan mangrove, penelitian mengenai resort Bedul diTNAP dilakukan oleh Febriyanti pada tahun 2007. Resort Bedul dikenal sebagaikawasan hutan mangrove dalam kondisi yang baik. Hal ini terlihat dari beberapajenis satwa yang terdapat di kawasan tersebut seperti babi hutan (Sus scrofa),monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) dan kucing hutan (Felis bengalensis).Selain itu, terdapat beberapa jenis burung seperti pecuk ular (Anhingamelanogaster), raja udang (Alcedo Caerulescens), bangau tong-tong (Leptoptilusjavanicus) dan kuntul (Egretta spp).

    page 6 / 10

  • bios-logos | Rangkuman Hasil Penelitian IPB tentang Analisis Ekowisata TN Meru Betiri dan TN Alas Purwo di Kabupaten BanyuwangiCopyright Muttaqin [email protected]://mafrikhul.bio.staff.ipb.ac.id/2013/12/20/rangkuman-hasil-penelitian-institut-pertanian-bogor-tentang-analisis-ekowisata-taman-nasional-meru-betiri-dan-taman-nasional-alas-purwo-di-kabupaten-banyuwangi/Hutan mangrove resort Bedul jika dinilai dengan rupiah adalah Rp 2.132.711.130,48/th. Penyumbang tersebsar dari angka ini adalah dari segimanfaat tidak langsung hutan mangrove.Manfaat tidak langsung tersebut adalahnilai ekologi mangrove bagi kehidupan manusia yaitu mencegah intrusi dan abrasiair pantai serta menghasilkan oksigen bagi manusia.Sementara itu, pemanfaatanlangsung hutan mangrove terdiri dari pemanfaatan nilai hasil hutan yaitu ikan,udang, kepiting, kerang, tiram, benur dan remis.Di sisi lain, angka tersebut berasaldari pemanfaatan jasa hutan mangrove, yaitu, jasa transportasi, tempat tinggal danwisata.

    Lebih lanjut, dalam upaya pengelolaan resort Bedul, Febriyanti menyarankandiadakannya kegiatan penyuluhan terhadap masyarakat yang meliputi teknikpenanaman dan pemeliharaan bibit mangrove serta manfaat hutan mangrobesecara umum.Menurutnya, kegiatan ini sebaiknya dilakukan pada sore atau malamhari mengingat berkaitan dengan waktu masyarakat berada di rumahmereka.Penyuluhan ini diberikan dengan mengumpulkan masyarakat pada satutempat.

    Berkaitan dengan aspek wisata, Febriyanti menyarankan agar dilakukanpengembangan paket-paket wisata mangrove yang di resort Bedul yang ramahlingkungan seperti paket pengenalan mangrove dan Ekosistem.Secara lebih rinci, iamenyarankan agar paket wisata ini menggunakan perahu di sepanjang jalur sungaiyang membentang, sehingga pengunjung dapat menikmati pemandangankanan-kiri sungai berupa hutan mangrove dan satwa yang berasosiasi. Paket lainyang dapat dikembangkan adalah jembatan ditengah kawasan untuk pengamatanekosistem mangrove. Sementara itu, pihak pengelola sebaiknya menyiapkansumberdaya manusiasebagai pemandu wisata, dan persiapan fisik sepertipembangunan kamar mandi, loket serta perbaikan jalan.

    Masih berkaitan dengan aspek wisata resort Badul, Satyasari (2010) menambahkanmengenai beberapa fasilitas yang perlu diperbaiki di kawasan ini. Fasilitas tersebutantara lainperahu, darmaga, jalur menuju kawasan, papan  larangan, serta papan petunjuk  arah.  Sementara itu, fasilitas yang perlu segera diadakan adalahjembatan  dari  kayu  dan  papan  interpretasi. Menurutnya, pengunjung  akan lebihmudah menikmati objek hutan mangrove dan ekosistemnya jika ada jembatan.Selain itu, adanya jembatanakan meminimalisir gangguan terhadap mangrove.Papan interpretasi berfungsi sebagai sumber informasi sekaligus pembelajaran.

    page 7 / 10

  • bios-logos | Rangkuman Hasil Penelitian IPB tentang Analisis Ekowisata TN Meru Betiri dan TN Alas Purwo di Kabupaten BanyuwangiCopyright Muttaqin [email protected]://mafrikhul.bio.staff.ipb.ac.id/2013/12/20/rangkuman-hasil-penelitian-institut-pertanian-bogor-tentang-analisis-ekowisata-taman-nasional-meru-betiri-dan-taman-nasional-alas-purwo-di-kabupaten-banyuwangi/Satyasari juga menyebutkan tentang tantangan yang akan dihadapi seiringmeningkatnya jumlah kunjungan di resort Bedul. Semakin banyak pengunjung akanmemberikan dampak positif bagi pendapatan masyarakat lokal. Tetapi, hal ini jugameningkatkan potensi akan penurunan kualitas ekologi.Hal ini diperburuk dengankawasan yang digunakan untuk wisata adalah zona rimba.Menurutnya, solusi yangdapat ditawarkan adalah pembatasan kunjungan dengan tetap memberikankeuntungan yang baik pada masyarakat.Hal ini dapat dicapai dengan perencanaankonsep wisata yang baik dengan tujuanmampu menarik wisatawan yang tidakhanya sekedar berkunjung tetapi juga mendapatkan makna dari kegiatan ekowisataserta mau membayar lebih tinggi untuk mendorong kelestarian alam sekaligusmensejahterakan masyarakat setempat.

    Sementara itu, dari penilaian sistem zonasi yang digunakan sebagai kawasanwisata di resort Bedul, Satyasari menyarankan agar pantai Marengan yang memilikikonsentrasi pengunjung tinggi sebaiknya tidak digunakansebagai kawasanwisatakonvensional. Hal ini mengingat status pantai ini sebagai zona rimba.Zona rimbasendiri diartikan sebagai kawasan di TN yang berfungsi untuk penyangga zona intidan di dalamnya hanya dapat dilakukan kegiatan sebagaimana pada zona inti, sertadapat dikunjungi oleh pengunjung untuk kegiatan rekreasi terbatas.Kegiatan wisatapantai konvensional ini sebaiknya di[indahkan ke kawasan pantai lain yangmemang diperuntukkan sebagai zona pemanfaatan.

    Dua kawasan taman nasional tersebut memiliki karakteristik ekowisata danpengelolaan yang berbeda. Namun, secara umum, kegiatan ekowisata ini akanmenggerakkan sektor perekonomian di kabupaten Banyuwangi. Menurut Restiviana(2008), pada periode 2003-2006 diketahui bahwa sektor perekonomian KabupatenBanyuwangi yang memiliki pertumbuhan terbesar adalah sektor perdagangan, hoteldan restoran, sektor pengangkutan dan komunikasi, sektor  bangunan  serta sektor listrik,  gas  dan  air  bersih. Pada periode ini sektor perdagangan, hotel danrestoran memiliki pertumbuhan yang bersifat progresif.

    Berdasarkan sektor-sektor strategis di atas, terdapat beberapa sektor yang memilikikaitan dengan dunia pariwisata.Sektor-sektor tersebut adalah sektor perdagangan,hotel dan restoran, serta sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan.Sektortersebut dapat dikembangkan lagi seiring dengan peningkatan kualitas ekowisata dikabupaten Banyuwangi, khususnya di dua kawasan TN tersebut.Peningkatanfasilitas umum, perbaikan infrastruktur, dan promosi adalah hal-hal yang dapatdilakukan pemerintah kabupaten Banyuwangi untuk mendukung sektor-sektortersebut.

    page 8 / 10

  • bios-logos | Rangkuman Hasil Penelitian IPB tentang Analisis Ekowisata TN Meru Betiri dan TN Alas Purwo di Kabupaten BanyuwangiCopyright Muttaqin [email protected]://mafrikhul.bio.staff.ipb.ac.id/2013/12/20/rangkuman-hasil-penelitian-institut-pertanian-bogor-tentang-analisis-ekowisata-taman-nasional-meru-betiri-dan-taman-nasional-alas-purwo-di-kabupaten-banyuwangi/Hasil penelitian dari IPB tersebut dapat digunakan sebagai bahan masukan ataupertimbangan bagi pihak terkait dalam upaya pengelolaan ekowisata TNMB danTNAP berbasis masyarakat.Selain hasil penelitian dari IPB, berbagai hasil penelitiandari berbagai pihak dapat juga digunakan sebagai bahan masukan danpertimbangan pihak terkait. Dengan kata lain, kombinasi antara kegiatan nyata dilapang, hasil penelitian, beserta evaluasi yang berkelanjutan adalah kunci bagipengelolaan taman nasional yang baik. Tentunya, hal ini didukung dengankomitmen yang berkelanjutan dari pihak kelembagaan terkait.

    Pustaka

    [DPHKA]Dirjen Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam.2005. 50 Taman Nasional.Bogor.

    Febriyanti DY. 2007.Studi Nilai Manfaat Hutan Mangrove Resort Bedul BagiMasyarakat Sekitar Kawasan Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi.KonservasiSumberdaya Hutan dan Ekowisata Institut Pertanian Bogor.

    Gustiar C. 2005. Analisis Kelembagaan dan Peranannya dalam Penataan Ruang diTeluk Pangpang Kabupaten Banyuwangi.Sekolah PascasarjanaInstitut PertanianBogor.

    Nazili M. 2004. Strategi Pengelolaan Ekosistem Mangrove Berbasis PartisipasiMasyarakat Di Kawasan Teluk Pangpang, Banyuwangi. Sekolah PascasarjanaInstitutPertanian Bogor.

    Pramusanti E. 2001. Interaksi Masyarakat dengan Taman Nasional Alas Punvo (StudiKasus di Desa Kendalrejo Kecamatan Tegaldino Kabupaten Banyuwangi PropinsiJawa Timur).Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan Institut Pertanian Bogor.

    Qadim A. 2012. Ekologi Politik Pengelolaan  Taman  Nasional Meru Betiri (TNMB)Kabupaten Jember dan Kabupaten Banyuwangi Era Reformasi Politik Nasional.

    page 9 / 10

  • bios-logos | Rangkuman Hasil Penelitian IPB tentang Analisis Ekowisata TN Meru Betiri dan TN Alas Purwo di Kabupaten BanyuwangiCopyright Muttaqin [email protected]://mafrikhul.bio.staff.ipb.ac.id/2013/12/20/rangkuman-hasil-penelitian-institut-pertanian-bogor-tentang-analisis-ekowisata-taman-nasional-meru-betiri-dan-taman-nasional-alas-purwo-di-kabupaten-banyuwangi/Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

    Qomariah L. 2009. Pengembangan Ekowisata Berbasis Masyarakat di TamanNasional Meru Betiri (Studi Kasus Blok Rajegwesi SPTN I Sarongan).KonservasiSumberdaya Hutan dan Ekowisata Institut Pertanian Bogor.

    Restiviana PR. 2008.Analisis  Perekonomian  Wilayah  Kabupaten Banyuwangi2003-2006.Ilmu Ekonomi Institut Pertanian Bogor.

    Satyasari I.2010. Evaluasi  Pengembangan  Ekowisata  Mangrove:  Studi Kasus diBedul, Resort Grajagan, Taman Nasional Alas Purwo, Banyuwangi, Jawa  Timur.Konservasi Sumberdaya Hutan dan EkowisataInstitut Pertanian Bogor.

    Sukistyanawati A. 2002. Analisis Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi GeografisDalam Evaluasi Potensi Lindung dan Wisata Kawasan Estuari Segoro Anak, TamanNasional Alas Purwo, Kabupaten Banyuwangi.Ilmu dan Teknologi Kelautan InstitutPertanian Bogor.

    page 10 / 10