Upload
trinhhanh
View
222
Download
1
Embed Size (px)
Citation preview
Rancangan Sistem Komunikasi Terpadu Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan pada Sektor Kehutanan di Provinsi Sumatera Selatan Laut Tarigan & Yoga Travolindra
2
Rancangan Sistem Komunikasi Terpadu
Pencegahan Kebakaran Hutan & Lahan Pada
Sektor Kehutanan di Provinsi Sumatera Selatan
Oleh: Laut Tarigan & Yoga Travolindra
Kontributor :
Dinas Kehutanan SUMSEL, Balai PPIKHL SUMSEL, BKSDA
SUMSEL, UPTD KPH,TN Berbak Sembilang, GIZ Bioclime
Palembang, April 2017
3
Kata Pengantar
Kebakaran Hutan dan Lahan merupakan salah satu masalah kerusakan ekologis yang
sering terulang di beberapa wilayah di Indonesia. Kondisi ini diperburuk oleh anomali
iklim dan cuaca yang dikenal dengan nama El-Nino, periode musim kemarau menjadi
lebih lama dari musim kemarau yang normal. Pada Provinsi Sumatera Selatan musim
kemarau terjadi mulai bulan Juni – Juli dan berakhir di bulan Oktober sampai dengan
November, apabila bertepatan dengan anomali El-Nino maka musim kemarau akan
mulai lebih awal yaitu sekitar bulan April – Mei dan berakhir pada bulan November –
Desember. Seperti diketahui Provinsi Sumatera Selatan telah mengalami musim
kemarau panjang dan El-Nino beberapa kali dan berakibat tingginya tingkat
kebakaran, kabut asap yang terjadi selama beberapa bulan selama musim kemarau
sangat mengganggu banyak aspek dalam kehidupan sehari – hari. Kualitas udara
yang buruk, jarak pandang yang hanya beberapa meter dan masih banyak lagi
dampak negatif yang timbul dari kebakaran hutan dan lahan.
Provinsi Sumatera Selatan mengalami kebakaran hutan dan lahan yang cukup parah
di tahun 2015,menurut data statistik kebakaran hutan dan lahan dari Dinas Kehutanan
Provinsi Sumatera Selatan sepanjang tahun 2015 luasan kebakaran hutan yang
terjadi di Provinsi Sumatera Selatan seluas ± 736.552 hektar dan sebanyak 27.043
hotspot yang terpantau di seluruh wilayah Provinsi Sumatera Selatan yang terdiri dari
berbagai jenis tutupan lahan dan status lahan yang terbakar. Pada level nasional telah
terbit peraturan dari Kementerian LHK terkait masalah DALKARHUTLAH yang harus
di implementasikan oleh pihak pemerintah daerah. Provinsi Sumatera Selatan sendiri
semenjak tahun 2011 telah melaksanakan kegiatan pencegahan dan
penanggulangan dengan salah satu cara membentuk satuan tugas khusus yang
terdiri dari beragam elemen yang berhubungan dengan penanggulangan kebakaran
hutan dan lahan dengan nama Satuan Tugas Pengendalian Kebakaran Hutan &
Lahan Provinsi Sumatera Selatan yang diaktifkan sebelum musim kemarau sampai
dengan berakhirnya musim kemarau setiap tahunnya.
Dengan tersedianya semua faktor pendukung untuk kegiatan pencegahan kebakaran
hutan dan lahan baik dari kesiapan kelembagaan, program – program pemerintah
maka diharapkan semua dapat berjalan degan sinergi dan mengarah kepada proses
kerja yang sistematis. Dalam dokumen ini akan disampaikan sebuah sistem
komunikasi terpadu pencegahan kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Sumatera
Selatan yang sasaran utamanya adalah mesinergikan langkah & strategi lembaga
sektor kehutanan dalam melakukan kegiatan pencegahan kebakaran hutan dan lahan
mulai dari tingkat provinsi sampai dengan tingkat tapak dengan melibatkan secara
aktif masyarakat dan elemen lainnya di level desa serta menguatkan peran UPTD
KPH yang akan menjadi salah satu bagian utama dalam sistem ini.
Palembang, April 2017
4
Daftar Isi
Kata Pengantar .......................................................................................................... 3
I. Pendahuluan. ......................................................................................................... 6
1.1. Sejarah kejadian kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Sumatera Selatan.
...................................................................................................................... 7
1.2. Latar belakang perancangan Sistem Komunikasi Terpadu Pencegahan
Kebakaran – Integrated Fires Prevention Communication System (IFPCS). 9
1.3. Dasar hukum dan kebijakan pemerintah. .................................................... 12
1.3.1. Peran elemen pemerintah dalam kegiatan DALKARHUT. ................... 12
1.3.2. Peran elemen pemerintah dalam memfasilitasi kelompok masyarakat
desa peduli api. .................................................................................... 13
II. Tujuan Perancangan Sistem Komunikasi Terpadu Pencegahan KARHUTLAH. .. 14
2.1. Rencana capaian rancangan sistem komunikasi terpadu pencegahan
KARHUTLAH Provinsi Sumatera Selatan. .................................................. 15
2.2. Pihak terkait dalam kegiatan penanggulangan kebakaran di Provinsi
Sumatera Selatan ....................................................................................... 16
2.3. Identifikasi kondisi sistem pencegahan kebakaran yang ada di Provinsi Sumatera Selatan. ....................................................................................... 17
2.4. Aktor / Pelaku dalam proses pelaksanaan kegiatan dalam Sistem
Komunikasi Terpadu Pencegahan Kebakaran Hutan & Lahan. .................. 18
III. Perancangan Sistem Komunikasi Terpadu Pencegahan Kebakaran Hutan dan
Lahan……………………………………………………………………………………..20
3.1. Pembatasan perancangan sistem komunikasi terpadu. .............................. 22
3.2. Konsep Dasar sistem komunikasi terpadu pencegahan kebakaran hutan
dan lahan Provinsi Sumatera Selatan ......................................................... 23
3.3. Komponen & tahapan kegiatan pencegahan Sistem Komunikasi Terpadu
Pencegahan Kebakaran Hutan & Lahan. .................................................... 24
3.3.1. Pembentukan organisasi Pos Kordinasi Provinsi, Pos UPTD
KPH.......................................................................................................24
3.3.2. Penggunaan Satu Peta Kerja Terpadu ................................................ 25
3.4. Komponen peringatan dini pencegahan kebakaran hutan dan lahan. ........ 27
3.4.1.Pengelolaan data peringatan dini bahaya kebakaran hutan ................. 27
dan lahan ....................................................................................................... 27
3.4.2. Pendistribusian data peringatan dini bahaya kebakaran hutan dan
lahan .................................................................................................... 29
3.4.3. Sosialisasi & Pertemuan Desa Terkait Daerah Rawan Kebakaran. ..... 32
3.5. Komponen monitoring & kesiapsiagaan KARHUTLAH. .............................. 35
3.5.3. Kegiatan pengelolaan dan distribusi data sebaran hotspot. ................. 35
5
3.5.5. Verifikasi Hotspot & Kejadian Kebakaran terpantau. ............................ 41
3.5.6. Kegiatan Pemadaman Dini Kebakaran ................................................ 44
3.5.7. Pemadaman dini kebakaran dan pemadaman lanjutan. ...................... 47
3.8 Format Baku Pelaporan Hasil Kegiatan Lapangan. ..................................... 51
3.9. Ketersediaan Sistem Jaringan Komunikasi................................................. 55
3.10. Kebutuhan saran dan prasarana penerapan Sistem komunikasi terpadu
Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan Provinsi Sumatera Selatan ...... 56
3.10.1. Identifikasi kebutuhan sarana pendukung pelaksanaan Sistem
Komunikasi Terpadu Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan Provinsi
Sumatera Selatan. ...................................................................................... 58
IV.Kesimpulan & Saran ..................................................................................... 59
4.1. Kesimpulan. ................................................................................................ 59
4.2. Saran. ......................................................................................................... 59
Daftar Istilah ..................................................................................................... 60
6
I. Pendahuluan. Keanekaragaman hayati merupakan salah satu faktor yang menjadi tolak ukur dari
kondisi alam dan lingkungan yang terkini, dari kondisi ini dapat dilihat sejauh mana
upaya yang telah di tempuh untuk menjaga, memperbaiki, dan mengawasi
kesinambungan tatanan keanekaragaman hayati pada suatu wilayah. Program
pembangunan yang gencar dilakukan pada semua sektor saat ini menjadi penyebab
utama yang terkait dengan kondisi sumber daya alam dan keanekaragaman hayati
secara langsung. Berbagai kendala timbul dari dampak proses kemajuan industri
yang berbasiskan lahan, mulai dari kebakaran hutan dan lahan, perambahan, ilegal
loging dan masih banyak lagi mengakibatkan rusaknya ekosistem yang ada sampai
dengan terancamnya spesies flora dan faunan tertentu yang dimana ini merupakan
bentuk degradasi ekosistem yang dapat menjadi pemicu permasalahan –
permasalahan baru yang bersifat bencana maupun berpengaruh ke sektor – sektor
lain seperti menurunya hasil produksi industri itu sendiri maupun berkurangnya
pendapatan masyarakat yang bergantung sumber daya alam sekitar
Provinsi Sumatera Selatan merupakan salah satu provinsi yang sedang berkembang
pesat, salah satu pengusahaan yang sedang berkembang adalah industri yang
bergerak pada bidang kehutanan dan komoditas perkebunan dan beberapa industri
berkembang lainnya yang berbasiskan lahan sebagai objek utamanya, hal ini selain
membawa hal positif juga membawa dampak negatif apabila tidak memperhatikan
unsur keanekaragaman hayati dan kelestarian lingkungan yang berkesinambungan.
Pada tahun 2015 Provinsi Sumatera selatan merupakan salah satu provinsi yang
mengalami kejadian kebakaran hutan dan lahan yang cukup luas, Berdasarkan
informasi dari Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan estimasi luasan
kebakaran ±736.552 hektar yang terdiri dari beragam jenis tutupan lahan dan fungsi
penggunaan lahan.Penyebab utama dari kejadian ini adalah pengaruh musim
kemarau dan anomali iklim El-Nino yang memperburuk kondisi cuaca menjadi
ekstrim.
Provinsi Sumatera Selatan telah mengalami beberapa kali musim kemarau ekstrim
yang berdampak terjadi bencana kabut asap yang disebabkan oleh kebakaran hutan
dan lahan di hampir semua lokasi yang berhubungan dengan pengelolaan lahan.
Kondisi ini di perburuk dengan areal yang menjadi lokasi utama yang sering terbakar
adalah wilayah dengna tipe lahan gambut, baik yang sudah dikelola oleh pihak
swasta melalui izin usaha pemanfaatan lahan untuk sektor usaha industri kehutanan
maupun oleh pihak perusahaan kelapa sawit serta pengelolaan lahan dengan cara
membakar yang masih dilakukan oleh kelompok masyarakat dalam penyiapan lahan
pertanian.
7
1.1. Sejarah kejadian kebakaran hutan dan lahan di Provinsi Sumatera Selatan.
Provinsi Sumatera Selatan mempunyai wilayah dengan jenis tipologi hutan & lahan yang berbeda yaitu dataran tinggi di wilayah bagian barat didominasi oleh hutan sekunder dan pertanian masyarakat yang berbatasaan dengan 3 provinsi di Sumatera, dan wilayah dengan dataran rendah yang didominasi oleh wilayah yang mempunyai tipe lahan gambut dengan beragam pemanfaatan wilayahnya.
Pada grafik ini dapat dilihat dari tahun 2006 s/d 2016 kejadian kebakaran hutan dan
lahan selalu terjadi pada bulan September – Oktober yang bersamaan degan periode
musim kemarau di wilayah Indonesia. Kondisi ini akan semakin lebih buruk ketika
musim kemarau pada tahun – tahun tertentu bersamaan dengan anomali cuaca yaitu
El-Nino yang hampi dapat dipastikan apabila terjadi bersama akan berdampak buruk
dengan begitu banyak terjadinya kebakaran hutan dan lahan.
Dampak yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan dan lahan dalam hal ini adalah kabut
asap sangat berpengaruh kepada banyak sektor mulai dari menurunnya kualitas
udara sehingga berdampak ngeatif bagi keseahatan masyarakat luas, terganggunya
sistem transportasi terutama udara dan transportasi laut dan banyak sektor lainnya
yang terimbas dari kejadian ini. Dampak yang menjadi sorotan publik baik pada level
nasional maupun internasional adalah polusi yang dihasilkan dari dampak kebakaran
yaitu kabut asap dinilai sebagai salah satu penyumbang terbesar fenomena gas
rumah kaca dari kandungan karbon yang kemudian terlepas ke udara sehingga
dapat menambah efek dari pemanasan global. Kabut asap juga mendapat kecaman
dari negara – negara tetangga yang juga terdampak secara langsung oleh kabut asap
dari kejadian kebakaran di sebagian besar wilayah gambut di Provinsi Sumatera
Selatan.
Seperti yang telah kita ketahui bersama bahwa kebakaran tahun 2015 adalah salah
satu bencana kebakaran terbesar melebihi kejadian kebakaran pada tahun 2006
yang terjadi di Provinsi Sumatera Selatan dan kedua sesudah kejadian kebakaran
206 355 590 584 1.122 3.330 9.362
84.130
210.123
171.847
61.437
833 0
50000
100000
150000
200000
250000
Jan Peb Maret April Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nop Des
Jumlah Hotspot
Bulan
8
hutan tahun 1997 yang berdampak sangat luas terhadap berkurangnya luasan
daerah berhutan dan kerusakan ekosistem lainnya karena terbakar.
Pada peta ini dapat dilihat bahwa sebagian besar dari wilayah dataran rendah di
Provinsi Sumatera Selatan di kategorikan sebagai daerah rawan kebakaran hutan
dan lahan.
39424
9595
57014560
832
8661
3367
8120
1826
16763
35412180
6201
787
68428077
1656
7234
27043
959
1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016
Tahun
9
1.2. Latar belakang perancangan Sistem Komunikasi Terpadu Pencegahan
Kebakaran – Integrated Fires Prevention Communication System (IFPCS).
Provinsi Sumatera Selatan merupakan provinsi yang menempati urutan ke 1 dari
luasan areal yang terbakar pada tahun 2015 dan Provinsi Kalimantan Tengah pada
posis ke 2, hal ini menunjukan bahwa tingkat kebakaran hutan di Provinsi Sumatera
Selatan masih tinggi dan belum tertanggulangi secara maksimal. Setiap tahun
Provinsi Sumatera Selatan membentuk Satgas Penanggulangan Kebakaran Hutan
dan Lahan dengan dasar penunjukan dari SK Gubernur Provinsi Sumatera Selatan
dalam komitmen untuk menekan jumlah maupun kejadian kebakaran hutan dan
lahan. Kegiatan ini dikoordinir oleh pihak Badan Penanggulangan Bencana Daerah
(BPBD) dengan membentuk Pos Komando dan Kordinasi di kantor BPBD
Palembang, kegiatan pada Posko ini adalah mengorganisir setiap elemen yang
berkepentingan dalam hal pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan
lahan di Provinsi Sumatera Selatan. Kegiatan pada posko ini juga melibatkan semua
unsur baik TNI, POLRI serta SKPD yang menangani dan bergerak pada sektor
landbase. Posko ini menjadi Posko induk level provinsi dimana semua kordinasi dan
keputusan terkait kegiatan di laksanakan di posko ini.
Kegiatan pencegahan kebakaran hutan di Provinsi Sumatera Selatan juga
mempunyai dasar hukum yang jelas dimana Provinsi Sumatera Selatan juga telah
memiliki Peraturan Daerah No 8 Tahun 2016 tentang pengendalian kebakaran hutan
dan / lahan. Hal ini juga kembali menunjukan komitmen pemerintah daerah dalam
upaya untuk mencegah terjadinya kembali bencana kabut asap akibat kebakaran
seperti yang terjadi pada tahun 2015.
Pada level Satuan Kerja Pemerintahan Daerah Provinsi mempunyai Dinas
Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan yang memiliki unit kerja khusus untuk
pengendalian kebakaran hutan yaitu Unit Pelaksana Teknis Dinas Pengendalian
Kebakaran Hutan dan Lahan (UPTD PKHL). Unit kerja ini menjadi perpanjangan
tangan Dinas Kehutanan dalam semua bentuk kegiatan mulai dari koordinasi,
pelatihan regu desa, kesiapsiagaan perusahaan sektor kehutanan, pelatihan –
pelatihan teknis dan berbagai bentuk upaya dalam pencegahan kebakaran pada level
provinsi. Pada level provinsi juga terdapat beberapa lembaga kerja Kementerian
Lingkungan Hidup dan Kehutanan yang salah satu tugas pokok dan fungsi nya
adalah pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan di wilayah
Provinsi Sumatera Selatan. Lembaga tersebut adalah Balai Konservasi Sumber Daya
Alam (BKSDA) Sumatera Selatan yang memiliki wewenang pada kawasan
konservasi di wilayah kerjanya
Elemen pemerintah sebagai faktor utama dalam kegiatan pencegahan dan
penanggulangan kebakaran juga dapat didukung dengan melibatkan secara aktif
kelompok – kelompok masyarakat sekitar kawasan yang sering terbakar atau
mempunyai tingkat kerentanan kebakaran yang tinggi. Sebagai elemen yang paling
dekat dengan lokasi kejadian peran masyarakat harus di tingkatkan melalui wadah
yang sudah diorganisir melalui tahapan pelatihan dan pendidikan mengenai
pencegahan kebakaran. Peran masyarakat sebagai salah satu pihak yang dapat
memberi kontribusi yang penting bagi pihak – pihak yang berwenang untuk
10
melakukan berbagai bentuk upaya pencegahan kebakaran. Peran masyarakat tidak
dapat dipisahkan dari rencana pencegahan dan pengendalian kebakaran hutan dan
lahan. Beberapa bagian dari perundang-undangan menyebutkan dengan jelas
bahwa masyarakat harus dilibatkan dan berperan aktif bersama lembaga pemerintah
lainnya dalam mencegah terjadinya kebakaran hutan dan lahan di wilayahnya.
Pada tataran provinsi, tahun 2016 melalui Peraturan Menteri P.13 Tahun 2016
dibentuk lembaga baru berupa Balai Pengendalian Perubahan Iklim dan Kebakaran
Hutan Dan Lahan pada beberapa wilayah di Indonesia dan yang terutama
mempunyai sejarah kebakaran hutan setiap tahunnya.
Salah satu rencana strategis Pemerintah Republik Indonesia melaui dokumen
“Grand Design Pencegahan Kebakaran Hutan,Kebun dan Lahan Tahun 2017 –
2019” yang disusun oleh 3 lembaga kementerian yaitu Kementerian Kordinator
Bidang Perekonimian, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional,
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan maka dalam upaya penanggulangan
kebakaran hutan dan lahan pemerintah akan lebih menguatkan pada proses
pencegahan.
Strategi penguatan diperlukan pada setiap tahap pencegahaan karena berdasarkan
pengalaman pada tahun – tahun sebelumnya kejadian kebakaran hutan dan lahan
sangat sulit diatasi apabila sudah sempat terjadi. Banyak daya & upaya dilakukan
pada proses penanggulangan namun dampak dari usaha yang dilakukan cenderung
masih tidak optimal akibat kondisi kebakaran dan faktor cuaca yang tidak mendukung
dan ditambah lagi dengan faktor faktor lainnya.
Pencegahan Pengendalian/
Penanggulangan
Pemulihan dan Penanganan
Dampak
Kementerian/Lembaga, Pemda, TNI dan Polri
(INPRES No.11/2015)
Dikoordinasikan oleh
Menko Perekonomian
Dikoordinasikan oleh Menko Polhukam
Dikoordinasikan oleh Menko PMK
FOKUS UTAMA
Kementerian PPN/Bappenas dan Kementerian Keuangan
11
Kesimpulan awal dari langkah dan upaya pencegahan kebakaran hutan dan lahan
adalah mensinergiskan semua pihak yang berwenang dari berbagai level untuk dapat
bekerja sama dengan efektif dan efisien dalam mendukung penanggulangan
kebakaran. Sinergitas atar elemen di berbagai tingkatan juga dapat meminimalisir
kemungkinan tumpang tindihnya kegiatan dan progran pencegahan &
penanggulangan juga dapat mengarahkan bentuk – bentuk kegiatan ke lokasi yang
tepat sasaran.
Untuk mewujudkan ini maka Bioclime GIZ Project bekerja sama dengan pihak terkait
mencoba untuk merancang sebuah sistem komunikasi terpadu pencegahan antar
sektor kehutanan di wilayah Provinsi Sumatera Selatan
Sistem ini dirancang untuk menentukan konsep alur komunikasi yang ringkas dan
cepat dalam penyampaian informasi dan laporan kegiatan dari tingkat provinsi,
kabupaten dan desa. Rancangan sistem ini juga disusun untuk mengidentifikasi
kebutuhan sarana dan prasarana yang diperlukan untuk mendukung kegiatan
pencegahan kebakaran hutan lahan secara terpadu.
12
1.3. Dasar hukum dan kebijakan pemerintah.
Kegiatan pencegahan & penanggulangan kebakaran hutan dan lahan yang dilaksanakan pada semua level mempunyai beberapa dasar hukum yang menjadi landasan kegiatan sehingga dapat dipertanggunjawabkan dan tidak menyalahi aturan yang berlaku. Dengan adanya landasan hukum yang jelas juga membantu setiap pihak dalam berkegiatan sesuai wewenang dan tugas pokok fungsi yang berdasarkan peraturan yang ada. Salah satu perundang-undangan yang menjadi dasar dalam kegiatan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan adalah INPRES No 11 Tahun 2015 Tentang Peningkatan Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan. Pada Dokumen INPRES ini diinstruksikan agar setiap elemen melakukan peningkatan upaya pengendalian kebakaran hutan dan lahan, selain itu juga dalam dokumen ini disebutkan kerjasama antar semua pihak dan peningkatan peran serta aktif masyarakat dan pemangku kepentingan dalam penanggulangan kebakaran hutan.
1.3.1. Peran elemen pemerintah dalam kegiatan DALKARHUT. Untuk lebih spesifik mengenai perundang-undangan yang mengatur tentang
pencegahan kebakaran hutan dan lahan adalah Peraturan Menteri Lingkungan Hidup
dan Kehutanan yang merupakan salah satu turunan dari INPRES No 11 Tahun 2015
adalah PERMEN LHK No.32 Tahun 2016 Tentang Pengendalian Kebakaran Hutan
& Lahan,dalam dokumen peraturan ini lebih kepada penjabaran lebih luas tentang
penguatan peran UPTD KPH dengan BRIGDALKARHUTLAH dan pelibatan
kelompok masyarakat dan kolaborasi antar pihak pemegang izin dan pemangku
wilayah. Pada peraturan ini juga di mengatur tentang keberadaan organisasi
DALKARHUTLAH yang harus di bentuk pada level provinsi kabupaten, kecamatan
sampai dengan tingkat desa. Dalam PERMEN No 32 Tahun 2016 juga mengatur
tentang kewajiban pemenuhan kebutuhan SAPRAS oleh masing elemen yang terkait
dengan bidang kehutanan.
Sarpras Pengendalian
Pencegahan
Standar Sarpras
Sarpras Posko Krisis
Ruangan
Komputer
Sarana Komunikasi
Kendaraan
SOP Posko
Internet
Pemadaman Lainnya
penyadartahuan/ kampanye
Keteknikan pencegahan
Pengelolaan kanal Posko krisis Peringatan dini Deteksi dini
Perlengkapan pribadi
Perlengkapan regu
Peralatan regu Kendaraan
khususdalkar Sarpas
pengolahan data dan komunikasi
Transportasi
Alat Berat Helikopter
13
1.3.2. Peran elemen pemerintah dalam memfasilitasi kelompok
masyarakat desa peduli api.
Amanat PERMEN LHK No.32 tentang organisasi penanggulanagan kebakaran hutan
dan lahan menyebutkan bahwa kelompok DALKARHUT masyarakat difasilitasi oleh
elemen DALKARHUT pemerintah, baik dalam pembentukan keorganisasian ataupun
fasilitasi kegiatan berkaitan penanggulangan kebakaran. Hal ini dapat di lihat lebih
jelas pada dokumen PERMENLHK No 32 Tahun 2016 pada bagian Bab 4 Pasal 46
sampai dengan Pasal 64.
PERMEN No.32 juga menjelaskan struktur dan penjelasan posisi
BRIGDALKARHUTLAH pada level Kabupaten dan Kecamatan yang nantinya akan
peran utamanya adalah UPTD KPH selaku pemangku pengelolaan kawasan hutan
pada wilayah kerjanya masing – masing. Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
melimpahkan sebagian besar peran pengendalian kebakaran hutan dan lahan pada
setiap UPTD KPH, pada struktur dinas sendiri bidang yang mengurusi masalah
DALKARHUTLAH akan di laksanakan oleh Bidang Perlindungan Hutan melalui Seksi
DALKARHUTLAH yang akan dikepalai oleh seorang Kepala Seksi.
Masyarakat
Peduli Api
Wajib Fasilitasi
14
II. Tujuan Perancangan Sistem Komunikasi Terpadu Pencegahan KARHUTLAH.
Kegiatan penanggulangan kebakaran hutan di Provinsi Sumatera Selatan menjadi
agenda penting bagi pemerintah daerah maupun pusat, Provinsi Sumatera Selatan
secara geografis berada di antara Provinsi Riau, Kalimantan Tengah dan Barat.
Provinsi Sumatera Selatan juga mempunyai sejarah panjang kejadian kebakaran
hutan dan lahan situasi akan lebih buruk ketika musim kemarau yang disertai dengan
fenomena alam El-Nino. Pasca kejadian kebakaran tahun 2015 semua pihak
berbenah dan berupaya untuk melakukan berbagai kegiatan pencegahan dan
penanggulangan kebakaran.Pemerintah pusat melalui Kementerian Lingkungan
Hidup dan Kehutanan telah menyusun rancangan program pencegahan dan
penanggulangan yang akan diteruskan kepada pelaksana di level provinsi. Beberapa
kementerian dan lembaga kementerian koordinator juga telah menyusun tahapan
pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan.
Provinsi Sumatera Selatan sendiri telah menyiapkan serangkaian strategi
pencegahan yang dipersiapkan menghadapi kejadian kebakaran hutan dan lahan
pada saat musim kemarau setiap tahunnya. Seperti yang sudah di bahas pada bagian
indentifikasi para pihak yang berkepentingan dalam kegiatan penanggulangan di
Provinsi Sumatera Selatan bahwa pada level provinsi telah banyak elemen baik dari
pemerintahan, swasta dan kelompok masyarakat yang melakukan upaya pencegahan
KARHUTLAH. Beberapa poin dari perundang-undangan juga mengarahkan untuk
setiap pihak yang mempunyai kewenangan dan TUPOKSI (Tugas Pokok & Fungsi)
dalam DALKARHUT dapat berinteraksi dan bersinergi bersama untuk mewujudkan
wilayahnya bebas dari KARHUTLAH setiap tahunnya. Salah satu penyebab utama
Provinsi Sumatera Selatan harus berupaya semaksimal mungkin dalam kegiatan
DALKARHULAH adalah akan diadakannya event internasional di Kota Palembang
yaitu Asean Games ke 18 yang akan diadakan pada tahun 2018, untuk ini Provinsi
Sumatera Selatan harus memastikan even ini tidak terkendala oleh permasalah kabut
asap akibat kebakaran.
Secara khusus tujuan dari perancangan sistem ini adalah memberikan sebuah
rancangan komunikasi terpadu yang ringkas dan mempunyai struktur komando yang
jelas terhadap kegiatan pencegahan kebakaran hutan. Mengapa hanya pada tahap
pencegahan?, karena tahapan pencegahan merupakan tahapan yang sangat penting
dalam penanggulangan kebakaran hutan dan lahan. Bagaimana semua elemen yang
akan terlibat dalam sistem ini dapat saling berinteraksi dengan cepat dan
terpadu,bagaimana semua informasi dan instruksi pencegahan dari level provinsi
dapat di distribusikan dan diterima serta di laksanakan dengan tepat oleh pihak
kecamatan dan desa.
Perancangan ini akan memfokuskan pada instansi sektor kehutanan di Provinsi
Sumatera Selatan yaitu Dinas Kehutanan & Balai PPI & KARHUTLAH, BKSDA
dimana 2 lembaga ini yang mempunyai kewenangan dan TUPOKSI dalam
pencegahan kebakaran hutan dan lahan pada wilayah kawasan hutan.
15
2.1. Rencana capaian rancangan sistem komunikasi terpadu pencegahan KARHUTLAH Provinsi Sumatera Selatan.
Proses perancangan ini memiliki target capaian untuk menghasilkan sebuah dokumen
awal yang dapat diakomodir dan dilaksanakan dalam kegiatan pencegahan
kebakaran. Rancangan ini akan memfokuskan kepada institusi yang mempunyai
tugas pokok dan fungsi dalam kegiatan penanggulangan kebakaran yaitu Dinas
Kehutanan Provinsi, Balai PPI & KARHUTLAH, BKSDA, UPTD KPH dan Kelompok
Masyarakat Peduli Api tingkat desa. Pada rancangan ini akan difokuskan bagaimana
2 lembaga sektor kehutanan dapat bersinergi karena 2 lembaga ini mempunyai
komponen kelembagaan yang berfungsi sebagai ekemen BRIGDALKARHUT pada
level kabupaten sampai dengan desa.
Dinas Kehutanan sebagai lembaga SKPD yang telah mempunyai banyak pengalaman
dalam kegiatan pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan. Selain
itu Dinas Kehutanan juga merupakan lembaga pemerintah yang berwenang terhadap
semua bentuk pengelolaan dalam kawasan hutan terutama hutan produksi yang
hampir semua wilayahnya sudah berizin dan memilki penanggung jawab usaha yaitu
pihak swasta. Pada level provinsi, Dinas Kehutanan merupakan bagian dari Satuan
Tugas Pengendalian Kebakaran Hutan dan Lahan yang difasilitasi oleh Badan
Nasional Bencana Daerah dimana setiap tahun pada musim kemarau kegiatan Posko
DALKARHUTLAH akan diaktifkan dimana pada Posko ini terdiri dari semua elemen
baik pemerintah atau swasta akan bekerja sama dalam kegiatan penanggulangan
kebakaran hutan dan lahan diwilayah Provinsi Sumatera Selatan.Tugas utama dari
Dinas Kehutanan dalam Posko Satgas DALKARHUTLAH Provinsi Sumatera Selatan
adalah menyuplai informasi terkait sebaran hotspot yang dipantau setiap hari,
mendukung analisa dan penyediaan informasi terkait daerah rawan kebakaran hutan
dan lahan, mendukung data informasi dan jalur terbang operasi udara dan kordinasi
terhadap pemegang izin usaha kehutanan ketika wilayahnya terpantau kebakaran
atau titik hotspot dari satelit. Setiap elemen yang terlibat didalam Posko Satgas
DALKARHUTLAH memiliki kontribusi yang berbeda sesuai dengan kapasitasnya
masing - masing.
Pada tahun – tahun sebelumnya Dinas Kehutanan Provinsi akan berkordinasi aktif
dengan pihak Dinas Kehutanan Kabupaten terkait kegiatan DALKARHUTLAH. Dinas
Kabupaten akan mengkordinasikan semua kegiatan DALKARHUT terutama saat
musim kemarau maupun saat terpantau kebakaran diwilayahnya. Dinas Kehutanan
Kabupaten mempunyai wewenang untuk melaksanakan operasi pemadaman, patroli
dan penyuluhan kepada masyarakat di wilyah yang dikategorikan rawan terjadi
kebakaran. Awal bulan Januari 2017 terjadi perubahan peraturan dimana Dinas
Kehutanan Kabupaten melebur ke Dinas Kehutanan Provinsi dan peran Dinas
Kehutanan Kabupaten akan digantikan oleh UPTD KPH/L yang merupakan secara
langsung dapat diterjemahkan sebagai perwakilan Dinas Kehutanan Provinsi pada
level kabupaten yang sekaligus menggantikan peran dari Dinas Kehutanan
Kabupaten yang telah melebur ke Dinas Kehutanan Provinsi. Berdasarkan kondisi ini
dengan penyusunan rancangan sistem komunikasi terpadu pencegahan
KARHUTLAH diharapkan dapat menjadi acuan dalam membagun sistem informasi
16
kebakaran hutan dan lahan secara menyeluruh mulai dari provinsi, kabupaten sampai
ke desa
2.2. Pihak terkait dalam kegiatan penanggulangan kebakaran di Provinsi Sumatera Selatan
Pada setiap upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran di masing – masing daerah akan mempunyai pihak – pihak yang berkepentingan mulai dari level provinsi, kabupaten dan kecamatan. Setiap lembaga pemerintah yang mempunyai kewenangan dalam pengelolaan kawasan diharapkan akan berperan aktif dalam kegiatan penanggulangan kebakaran. Pada wilayah Provinsi Sumatera Selatan terdapat beberapa elemen yang mempunyai tugas pokok dan fungsi dalam upaya penanggulangan kebakaran hutan dan lahan. Semua pihak tersebut akan berkordinasi bersama yang akan difasilitasi oleh pihak BPBD provinsi.
Beberapa pihak yang berkepentingan dalam upaya pencegahan kebakaran hutan dan
lahan di wilayah Provinsi Sumatera Selatan diantara adalah :
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Provinsi Sumatera Selatan
Komando Resort Militer Garuda Dempo
TNI Angkatan Udara Republik Indonesia
Badan Meteorologi dan Geofisika Palembang
Kepolisian Daerah Sumatera Selatan
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Selatan
Dinas Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Selatan
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumatera Selatan
Balai Konservasi Sumber Daya Alam Sumatera Selatan
Balai PPI dan KARHUTLAH Wilayah Sumatera
Balai Pengelolaan Hutan Produksi
Gabungan Pengusaha Sawit Indonesia (GAPKI)
Asosiasi Pengusaha Hutan Indonesia
Kelompok Masyarakat Peduli Api (KMPA)
Pada level provinsi SKPD yang mempunyai kewenangan adalah Dinas Kehutanan
dimana Dinas Kehutanan mempunyai bidang kerja pada level kabupaten yang
berwenang dalam pengelolaan sampai tingkat desa yaitu UPTD KPH. Secara
struktural dan kewenangan UPTD KPH berada dibawah Dinas Kehutanan dan
pembiayaan kegiatan dan program juga didukung oleh balai Kementerian
Lingkungnan Hidup dan Kehutanan di provinsi yaitu Balai Pengelolaan Hutan
Produksi (BPHP).
Balai Konservasi
Sumber Daya
Alam Provinsi
Sumatera Selatan
Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera
Selatan
Pos Kordinasi
Provinsi
Balai PPI &
KARHUTLAH Wil
Sumatera latan
UPTD KPHP/L
17
2.3. Identifikasi kondisi sistem pencegahan kebakaran yang ada di Provinsi
Sumatera Selatan.
Semua pihak yang yang mempunyai tupoksi terkait penanggulanagan kebakaran
memiliki pasti sebuah sistem penanggulangan yang digunakan dalam pelaksanaan
kegiatan. Masing – masing pihak tentunya memiliki kewenagan tersendiri sesuai
dengan kapasitas lembaga nya.
Ketersediaan banyak pihak yang menangani sebuah masalah akan menimbulan
keuntungan dan juga ketidakmaksimalan dalam pelaksanaan. Apabila di kordinasikan
dengan baik maka berkemungkinan pelaksanaan kegiatan akan berjalan dengan
efisien dan tepat sasaran, namun sebaliknya apabila masing – masing sektor tidak
mempunyai sebuah konsep kordinasi dan komunikasi yang jelas maka akan timbul
banyak tumpang tindih dan perulangan kegiatan di tempat yang sama sedangkan
tempat / lokasi lain memerlukan tindakan segera. Kondisi seperti ini yang harapannya
akan di minimalisir sehingga semua sumber daya pemadaman yang ada dapat di
lakukan dengan tepat dan terkordinir dengan baik.
Dinas
Kehutanan
Provinsi
BALAI
Kementerian di
Provinsi SUMSEL
Lembaga /
Instansi terkait
DALKARHUT
Kebakaran Hutan & Lahan
Sistem
Penanggulanan
KARHUTLAH
Sistem
Penanggulanan
KARHUTLAH
Sistem
Penanggulanan
KARHUTLAH
Penanggulangan KARHUTLAH
Dinas Kehutanan Provinsi SUMSEL
Balai PPI & KARHUTLAH
Lembaga/ Instansi
Terkait
Kebakaran pada
Kawasan Hutan
Kebakaran pada
wilayah APL
Kebakaran pada
wilayah Perkebunan
Kebakaran yang
tidak termonitor
BKSDA
18
2.4. Aktor / Pelaku dalam proses pelaksanaan kegiatan dalam Sistem Komunikasi Terpadu Pencegahan Kebakaran Hutan & Lahan.
Proses alur komunikasi dalam sistem komunikasi terpadu kebakaran memerlukan
beberapa peran kunci yang akan menjadi pelaku dan penanggungjawab setiap
tahapan kegiatan, setiap posisi dari pemeran ini merupakan personil yang akan
bertugas melaksanakan dan memastikan proses komunikasi yang terjadi dapat
berjalan sesuai tahapan yang sudah ditentukan. Sebagai pemeran utama, aktor dalam
sistem ini dapat menunjuk personil yang akan betugas untuk melaksanakan kegiatan
yang bersifat teknis dan pemeran utama ini dapat menjalankan peran manajerial pada
levelnya masing – masing. Berikut para aktor / pemeran utama yang akan terlibat
dalam pelaksanaan sistem komunikasi terpadu ini.
Level Provinsi.
1. Kepala SATKORLAK DALKARHUTLAH Provinsi Sumatera Selatan.
- Sebagai koordinator utama pada Pos Komando Penanggulangan
Kebakaran Hutan & Lahan di Level Provinsi Sumatera Selatan
2. Kepala Dinas Kehutanan.
- Mempunyai peran sebagai koordinator utama dalam semua kegiatan
dan pengambil keputusan dari hasil yang telah di laksanakan oleh
semua pihak yang terlibat dalam sistem komunikasi terpadu.
3. Kepala Balak Konservasi Sumber Daya Alam
- Gugus tugas Kementerian yang mempunyai tupoksi penanggulangan
kebakaran hutan & lahan pada wilayah/kawasan konservasi
4. Kepala Balai PPI & KARHUTLAH.
- Sebagai koordinator pada bidang yang menjadi perwakilan dari pihak
Kementrian LHK yang bekerjasama dan berkomunikasi langsung
dengan Kepala Dinas Kehutanan Provinsi.
5. Koordinator Utama Pos Koordinasi Provinsi.
- Bertugas sebagai perwakilan yang ditunjuk dan disepakati oleh
beberapa instansi Sektor Kehutanan pada sistem ini (Balai PPI
KARHUTLAH, BKSDA, TN Sembilang & Dinas Kehutanan Provinsi)
untuk mengkoordinir operasional kegiatan di Pos Provinsi
- Peran dari koordinator juga sebagai aktor manajerial dalam
mendistribusikan informasi dan menyusun laporan utama yang akan
disampaikan kepada Instansi yang tergabung dalam Pos Koordinasi
Provinsi dan mengkoordinir pengelolaan semua bentuk informasi yang
keluar masuk dari Pos Provinsi ke Desa dan atau sebaliknya
19
Level Kabupaten/Kecamatan. 6. Kepala UPTD KPH
- Bertindak sebagai perpanjangan tangan dari Kepala Dinas Provinsi
dalam mengkoordinir semua bentuk proses pendistribusian informasi,
operasional kegiatan dan pelaporan hasil kegiatan
- KAUPTD KPH juga bertindak sebagai Komandan
BRIGDALKARHUTLAH pada level kabupaten/wilayah kerja UPTD KPH
- Posisi ini juga akan berkordinasi dengan elemen – elemen terkait
kegiatan pencegahan kebakran hutan & lahan pada level kabupaten dan
kecamatan
7. Koordinator Pos Kordinasi Kabupaten
- Koordinator ini bertugas untuk mengatur bentuk - bentuk komunikasi
yang terjadi dari level Provinsi – Desa
- Posisi ini dapat di isi oleh Kepala UPTD KPH
8. Koordinator Pos Kecamatan
- Tugas utama posisi ini adalah menjadi koordinator dari beberapa
komponen pencegahan pada mulai dari level kecamatan sampai
dengan desa
- Memastikan distribusi informasi dari provinsi tersampaikan kepada regu
pelaksana lapangan, dan menerima serta mendistribusikan laporan
pelaksanaan kegiatan kembali ke koordinator provinsi.
Level Desa
9. Kepala Desa
- Sebagai perangkat pemerintahan tingkat tapak Kepala Desa akan
mengkoordinir Regu Desa untuk setiap instruksi kegiatan yang diterima
dari provinsi.
- Kepala Desa juga memastikan setiap instruksi dilaksanakan dan
menerima laporan tentang kegiatan yang dilaksanakan dan melaporkan
kembali ke Koordinator Kecamatan.
- Kepala Desa membawahi beberapa Kepala Regu Pencegahan
KARHUTLAH Desa.
10. Kepala Regu Pemadam Desa
- Menerima instruksi dari Kepala Desa sebagai koordinator pada tingkat
desa yang berkaitan dengan kegiatan pencegahan kebakaran.
- Kepala regu juga bertugas untuk menghimpun laporan ringkas terkait
kegiatan yang diinstruksikan oleh Kepala Desa.
20
III. Perancangan Sistem Komunikasi Terpadu Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan.
Sistem Informasi DALKARHUTLAH sangat dibutuhkan untuk mendukung kegiatan
dalam pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan, tanpa didukung
oleh sebuah sistem yang baik maka dalam pelaksanaan proses kegiatan yang
dilaksanakan akan sulit mencapai hasil yang maksimal. Sistem komunikasi terpadu
ini diharapkan dapat memperjelas alur / tahapan komunikasi sesuai dengan jenis
informasi, arah komunikasi dan umpan balik dari penerima dari informasi yang
disampaikan.
Perancangan Sistem komunikasi terpadu Pencegahan KARHUTLAH ini akan fokus
pada proses pengkomunikasian antar tahapan pada pengelolaan KARHUTLAH yaitu
bagian pencegahan. Pemilihan bagian pencegahan karena pada tahap ini dapat
diukur apakah kebakaran masih akan terjadi tanpa dapat di tanggulangi dengan cepat
dan tepat atau kejadian kebakaran akan dapat dicegah sehingga kejadian kebakaran
yang ada dapat segera ditanggulangi
Pencegahan KARHUTLAH
Penanggulangan KARHUTLAH
Penanganan Paskah KARHUTLAH
Sistem Peringatan
Dini
Sistem Monitoring & Kesiapsiagaan
Pemetaan Daerah Rawan
Sosialisasi Desa
Pemantauan Kebakaran
Pemetaan Daerah Bekas Terbakar
Patroli & Groundcheck Daerah
Rawan
Verifikasi Daerah Bekas Terbakar
Kordinasi Pemadaman
Kegiatan Pemadaman
Kordinasi Penanganan Dampak Kejadian KARHUTLAH
Evaluasi
Kordinasi Pencegahan antar Pihak
Pemantauan
Hotspot/Kebakaran
Patroli /Groundcheck
Hotspot Daerah
Rawan
Patroli & Pemadaman
Dini KARHULAH
Pengerahan Tenaga
Pemadaman
21
PERMEN LHK No.32 Tahun 2016 pada Bab 5 Pasal 65 sampai dengan Pasal 90
membahas mengenai perlunya kordinasi kerja antar pihak dalam hal kegiatan
penanggulangan kebakaran, pada pasal – pasal tersebut juga membahas tata
hubungan kerja dan kordinasi antar instansi pengelola mulai dari tataran provinsi
sampai dengan daerah. Berdasarkan ini semua elemen yang menangani masalah
kebakaran hutan di Provinsi Sumatera Selatan dapat lebih bersinergi dalam
kegiatannya, terutama elemen yang terkait dengan kegiatan penanggulangan
kebakaran pada sektor kehutanan yang leading sector nya adalah Dinas Kehutanan
Provinsi Sumatera Selatan dan Balai PPI & KARHUTLAH dan BKSDA untuk
penanganan kebakaran hutan pada wilayah kawasan konservasi.
.
Sistem Terpadu
Pencegahan
KARHUTLAH
Balai Kementerian
di Provinsi
SUMSEL
Dinas Kehutanan
Provinsi SUMSEL Lembaga /
Instansi terkait
DALKARHUT
Kegiatan Pencegahan
Strategi
Pencegahan
Pos Kordinasi
Provinsi
UPTD KPH
Kelompok
Masyarakat
22
3.1. Pembatasan perancangan sistem komunikasi terpadu. Tahapan yang akan menjadi fokus dalam perancangan sistem ini adalah tahapan pencegahan kebakaran hutan dan lahan. Tahapan ini akan menentukan dalam penanggulangan, pada tahapan ini akan dimaksimalkan upaya – upaya agar kebakaran jangan sampai terjadi, ataupun ketika terjadi kebakaran yang ada dapat segera tertanggulangi sehingga tidak meluas dan menjadi tidak terkendali. Perancangan ini juga bertujuan untuk memaksimalkan sumber daya yang tersedia di masing – masing level mulai dari provinsi, kabupaten dan desa. Sistem komunikasi terpadu ini akan bersifat top down dan juga bottom up artinya arus informasi dan instruksi pelaksanaan kegiatan dapat bersumber dari level provinsi – kabupaten – desa ataupun sebaliknya. Penerapan sistem komunikasi terpadu ini akan dirancang sesingkat mungkin untuk menghindari panjangnya tahapan komunikasi yang biasanya berujung pada lambatnya penangan suatu kejadian kebakaran. Sistem komunikasi terpadu yang akan dirancang diharapkan akan lebih ringkas dan
jelas alur dan tahapan dari kegiatannya. Pada sistem ini nantinya akan jelas siapa
yang akan melakukan apa kemudian kemana dan kepada siapa yang bertanggung
jawab dalam setiap tahapan proses akan di jelaskan pada sistem komunikasi terpadu
penanggulangan kebakaran hutan dan lahan
Secara umum berdasarkan ilustrasi diatas, sistem komunikasi terpadu akan
digunakan untuk memaksimalkan arus komunikasi, instruksi dan laporan berdasarkan
kejadian kebakaran yang terpantau di lapangan. Pada sistem komunikasi terpadu ini
juga akan di tentukan sumber awal informasi dan arah pelaporan yang kemudian akan
dilanjutkan dengan tindakan yang harus segera diambil dan siapa yang akan
berwenang dalam hal pelaksanaannya. Informasi awal dapat bersumber pantauan
provinsi kemudian diteruskan ke level kabupaten dan ditindaklanjuti oleh tingkat desa,
ataupun informasi awal juga dapat bersumber dari level desa, yang kemdian
diteruskan untuk ditindaklanjuti oleh pihak kabupaten dan bila diperlukan tindakan dari
tingkat provinsi.
Kelompok
Masyarakt
Peduli Api
POS Kordinasi
Provinsi
UPTD KPH
POS Kordinasi
Provinsi
UPTD KPH
Kelompok
Masyarakt
Peduli Api
Info
Awal
Info
Awal
23
3.2. Konsep Dasar sistem komunikasi terpadu pencegahan kebakaran hutan
dan lahan Provinsi Sumatera Selatan
Untuk mendukung proses komunikasi antara pihak dibutuhkan sebuah skema alur komunikasi yang jelas dan dapat dipahami oleh setiap pihak yang terlibat, mulai dari wewenang, bentuk komunikasi dan arah komunikasi. Pada tabel ini ditampilkan sebuah struktur komunikasi antara Dinas Kehutanan dan Balai PPI DALKARHUTLAH pada level provinsi yang bersama di dalam semua wadah koordinasi level provinsi yang akan merumuskan bentuk – bentuk instruksi dan informasi yang akan di teruskan ke level kabupaten sampai dengan ke desa
Pos Koordinasi Provinsi
Pos UPTD KPH Pos Koordinasi
Kecamatan
Level
Kabupaten /
Kecamatan
BRIGDALKARHUTLAH
Alur Pelaporan
Alur Instruksi
Alur Koordinasi
Kegiatan Pencegahan
Regu IUP Regu Desa
SATGAS DALKARHUTLAH Provinsi Sumatera
Selatan
Level Provinsi
Level Desa
Dinas Kehutanan Balai PPI
KARHUTLAH
Regu MPA
BKSDA
24
3.3. Komponen & tahapan kegiatan pencegahan Sistem Komunikasi Terpadu Pencegahan Kebakaran Hutan & Lahan.
3.3.1. Pembentukan organisasi Pos Kordinasi Provinsi, Pos UPTD KPH.
Pos Kordinasi Provinsi Nama Kegiatan : Penguatan kelembagaan level provinsi
Bentuk kegiatan : Pembentukan Pos Kordinasi Terpadu Pencegahan
KARHUTLAH Provinsi SUMSEL.
Tujuan : Untuk meningkatkan kordinasi dan sinergi kegiatan pencegahan
kebakaran hutan dan lahan antar lembaga terutama Dinas
Kehutanan Provinsi, Balai PPI KARHUTLAH dan BKSDA selaku
Lembaga Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan di
Provinsi Sumatera Selatan
Periode : Mei s/d November
Kelembagaan - SK Pembentukan Satgas
- Struktur Organisasi
- Dokumen Tugas dan Fungsi
- SAPRAS Operasional
- SAPRAS Komunikasi
Tugas Utama - Media Kordinasi antara Dinas Kehutanan,Balai PPI dan BKSDA
serta pihak lain yang terkait dalam penerapan Sistem
komunikasi terpadu
Pencegahan KARHUTLAH Provinsi Sumatera Selatan.
- Pusat Pengelolaan data & kegiatan pencegahan kebakaran
hutan sektor kehutanan Provinsi Sumatera Selatan
Pos UPTD KPH/L
Nama Kegiatan : Penguatan kelembagaan level kabupaten.
Bentuk kegiatan : Pembentukan Satgas Kordinasi Terpadu Pencegahan
KARHUTLAH tingkat wilayah kerja UPTD KPH.
Tujuan : Kordinator dan fasilator proses komunikasi dan tahapan
kegiatan pencegahan kebakaran antar pihak di level kabupaten
& kecamatan maupun Pos Kordinasi Provinsi sampai dengan
pelaksanaan kegiatan di level desa
Periode : Mei s/d November
Kelembagaan - SK Pembentukan Satgas
- Struktur Kelembagaan POSKO
- Dokumen Tugas dan Fungsi
- SAPRAS Operasional
- SAPRAS Komunikasi
Tugas Utama - Media Kordinasi antara Dinas Kehutanan & Balai PPI dan pihak
lain yang terkait dalam kegiatan DALKARHUT
- Kontrol proses Sistem komunikasi terpadu yang ketika sedang
berlangsung
- Pemegang wewenang dari operasional BRIGDALKARHUTLAH
25
3.3.2. Penggunaan Satu Peta Kerja Terpadu Pada kegiatan pencegahan diperlukan suatu bentuk sistem kordinasi dan komunikasi yang efektif dan jelas, dimana dalam berkegiatan dibutuhkan sebuah media yang dapat di terima dan dipahami oleh setiap pihak yang terlibat di dalamnya. Penggunaan informasi yang seragam dalam kegiatan pencegahan akan berpengaruh dalam proses perencanaan kegiatan dan pelaksanaan dimana dari dua hal tersebut akan mempengaruhi dari hasil kegiatan dan tujuan utama kegiatan pencegahan. Kegiatan pencegahan membutuhkan sebuah rangkaian kegiatan yang merupakan sebuah alur proses yang saling berhubungan, sebagian besar kegiatan pencegahan adalah kegiatan yang berbasiskan keruangan atau membutuhkan informasi yang berbasiskan spasial dalam menunjang kegiatan pencegahan yang akan dilakukan. Berkaitan dengan penggunaan informasi atau data yang seragam maka untuk kegiatan pencegahan ini diperlukan sebuah Peta Kerja Terpadu. Peta Kerja Terpadu adalah sebuah bentuk peta kerja dengan format tertentu yang
dalam penggunaannya akan memudahkan setiap level atau tingkatan otoritas pihak –
pihak terkait dalam menyamakan persepsi dan memperjelas arahan kegiatan di
lapangan. Penggunaan Peta Kerja Terpadu akan menghasilkan sebuah proses
komunikasi yang lancar dalam proses penginstruksian sebuah arahan kegiatan
terhadap berbagai bentuk kegiatan pencegahan.
Sebagai contoh sederhana adalah ketika pihak Pos Kordinasi Provinsi
menginstruksikan kepada pihak Pos UPTD KPH untuk menuju ke lokasi tertentu dan
karena Posko Kordinasi Provinsi serta UPTD KPH menggunakan peta degan format
yang sama maka, pihak Pos UPTD KPH akan langsung memahami dan mempunyai
gambaran ke lokasi mana yang dimaksudkan oleh / arahan dari Pos Kordinasi
Provinsi. Penerapan peta kerja terpadu dapat berupa hardcopy pada masing – masing
lokasi kantor dari Pihak yang berkompeten misalnya di Pos Kordinasi Provinsi, Pos
UPTD KPH, Pos DALKAR Kabupaten/Kecamatan, Kantor Kepala Desa maupun
softcopy berupa file yang dapat digunakan pada aplikasi pada smartphone yang dapat
digunakan dalam kegiatan teknis.Penyiapan dari Peta Informasi Terpadu ini difasilitasi
oleh Pos Kordinasi Provinsi yang juga akan menjadi penyelenggara dan kordinator
dalam pengelolaan data spasial pada implementasi Sistem komunikasi terpadu yang
nantinya akan di terapkan.
26
Contoh Layout Peta Kerja Terpadu
Penerapan Peta Kerja Terpadu di harapkan dapat mempermudah kordinasi dan
penentuan lokasi kegiatan dan dapat mengurangi kesalahpahaman dalam proses
kordinasi dalam berkegiatan. Peta Kerja Terpadu yang digunakan adalah Peta yang
berisikan tematik dasar diantaranya :
- Jaringan jalan
- Jaringan sungai
- Batas administrasi
- Batas Kawasan Hutan terbaru
- Batas wilayah izin usaha
- Titik fasilitas umum
- Titik sumber air
Selain informasi dasar yang ditampilkan, peta ini menggunakan format grid
horizontal adalah huruf dan grid vertikal angka. Pengunaan informasi grid
Geografis dan Proyeksi Mercator juga dapat ditambahkan pada Peta Kerja
Terpadu untuk mempermudah penentuan lokasi yang lebih akurat. Untuk ukuran
skala peta ini menggunakan skala 50000 agar peta kerja yang digunakan dapat
menampilkan informasi yang baik dan relevan
27
3.4. Komponen peringatan dini pencegahan kebakaran hutan dan lahan.
3.4.1.Pengelolaan data peringatan dini bahaya kebakaran hutan
dan lahan Komponen ini merupakan bagian dari peringatan dini, pada bagian ini disusun tahapan dari kegiatan pengelolaan data cuaca sebagai informasi dasar yang digunakan dalam memperkirakan kemungkinan terjadinya kebakaran berdasarkan kondisi iklim dan cuaca. Data dasar yang di kumpulkan di dapat dari berbagai sumber informasi yang tersedia baik dari pihak khusus yang menyediakan maupun didapat dari pihak dari sektor kehutanan yang memiliki perangkat pemantauan cuaca dan iklim. Deskripsi Kegiatan Bentuk Kegiatan : Pengolahan Data FWI Parameter : Kondisi Iklim dan Cuaca Lokal/Regional Sumber Data : AWS Lokal, Prediksi BMKG, WLRT SESAME II Periode Pelaksanaan : Januari s/d Desember Kordinator Kegiatan : Pos Koordinasi Provinsi Petugas Pelaksana : Staf Pos Kordinasi Provinsi Kebutuhan Sarana - SAPRAS Internet
- SAPRAS Perangkat Komputer - Dokumen Formulasi Fire Weater Index - Dokumen Prosedur Tetap - Dokumen Petunjuk Pelaksanaan
a. JUKLAK Pengelolaan & Pendistribusian Informasi FWI b. JUKLAK Penyimpanan Dokumen ke Database
Bahan Informasi : Data parameter cuaca dari stasiun pengamatan cuaca Produk Informasi : Nilai parameter kondisi cuaca terbaru
28
Data FWI BMKG
Sumber Lainnya
Analisis Sistem Peringkat Bahaya
Kebakaran
Data FWI LAPAN
Nilai Tingkat Bahaya Kebakaran Provinsi Sumatera Selatan
Skema Pengelolaan Data Pendukung Peringatan Dini Bahaya Kebakaran Hutan dan
Lahan
No Tahapan Kegiatan Estimasi Alokasi Waktu
Asumsi Proses & Perangkat
yang digunakan
1
Pengumpulan sumber – sumber data terkait parameter cuaca yang akan diolah menjadi nilai peringkat bahaya kebakaran
2 Hari
Perangkat Komputer
Jaringan Internet
Jaringan GSM
2
Dari hasil pengolahan data dari sumber – sumber yang relevan dihasilkan nilai peringkat bahaya kebakaran 1 Hari
Perangkat Komputer
Jaringan Internet
Jaringan GSM
3
Informasi nilai peringkat bahaya kebakaran di distribusikan
2 Jam
Perangkat Komputer
Jaringan Internet
Jaringan GSM
4
Informasi nilai yang dihasilkan disimpan ke dalam basis data Pos Kordinasi Provinsi
2 Jam
Perangkat Komputer
Jaringan Internet
Pos Kordinasi
Provinsi
Basis data
posko
provinsi
1
2
4
Proses Distribusi
Informasi
3
Kabupaten/
kecamatan
29
3.4.2. Pendistribusian data peringatan dini bahaya kebakaran hutan dan
lahan
Tahapan ini adalah tahapan dari proses sebelumnya yaitu pengelolaan data
pendukung peringatan dini bahaya kebakaran, setelah data diolah kemudian segera
di distribusikan kepada pihak yang memerlukan informasi tersebut. Informasi
peringatan dini ini dapat menjadi acuan status kondisi lahan terkait kemudahan
terjadinya kebakaran.
Informasi peringatan dini kebakaran hutan dan lahan ini juga dapat di jadikan dasar
dari beberapa kegiatan lanjutan berupa patroli ke daerah yang masuk ke dalam status
resiko tinggi terjadinya kebakaran. Informasi ini sangat berkaitan dengan kejadian
kebakaran karena data peringatan dini terdiri dari beberapa parameter yang
berhubungan langsung dengan kondisi lahan yang termonitor dari perangkat
pengumpulan informasi iklim dan cuaca yang ada.
Deskripsi Kegiatan
Bentuk Kegiatan : Pendistribusian Status Tingkat Bahaya Kebakaran Parameter : Kondisi Iklim dan Cuaca Lokal/Regi onal Sumber Data : Hasil pengolahan data kondisi cuaca Periode Pelaksanaan : Januari s/d Desember Penanggung Jawab : Kordinator Posko Kordinasi Kehutanan Provinsi Kordinator Kegiatan : Staf Pos Kordinasi Provinsi Petugas Pelaksana : Staf Pos Kordinasi Provinsi Kebutuhan Sarana - SAPRAS Internet
- SAPRAS Perangkat Komputer - Dokumen Formulasi Fire Weater Index - Dokumen Prosedur Tetap - Dokumen Petunjuk Pelaksanaan
a. JUKLAK Pendistribusian Informasi FWI b. JUKLAK Penyimpanan Dokumen ke Database c. Dokumen Pentunjuk Teknis
Bahan Informasi : Nilai parameter cuaca Produk Informasi : Status FWI terkini
30
Skema Alur Pendistribusian Informasi Status Tingkat Bahaya Kebakaran
berdasarkan parameter cuaca / Fire Weather Index (FWI) dari Pos Provinsi ke Regu
Desa
Pos Kordinasi
Provinsi
UPTD KPH
Kepala Desa
Posko
Kecamatan
Update Status Bahaya
Kebakaran di Desa
Update Status Bahaya
Kebakaran Pada Pos
Kecamatan
Proses instruksi
untuk meneruskan
informasi yang
diterima
Bentuk proses
pelaporan terkait
instruksi yang
telah dilaksanakan
Proses koordinasi
terkait informasi yang
diterima
Basis data Pos Kordinasi Provinsi
4
1
5
6
8
10
2
3
9
7
31
No Tahapan Kegiatan Estimasi Alokasi Waktu
Asumsi Proses & perangkat yang
digunakan
1 Kordinator Posko Provinsi menyampaikan status FWI kepada UPTD KPH
15 Menit Perangkat
telekomunikasi
Jaringan GSM
2 Informasi di teruskan ke pada Posko Kecamatan
15 Menit Perangkat
telekomunikasi
Jaringan GSM
3 Posko Kecamatan memerintahkan mengupdate status FDRS pada masing – masing Pos Lapangan
30 Menit Perangkat
telekomunikasi
Jaringan GSM
4 Informasi FDR di teruskan kepada Kepala Desa
15 Menit Perangkat
telekomunikasi
Jaringan GSM
5 Informasi FDR di teruskan kepada Kepala Regu
15 Menit Perangkat
telekomunikasi
Jaringan GSM
6 Kepala Regu mengupdate status FWI pada Papan FWI di Desa
30 Menit Papan Penunjuk
tingkat rawan api
7
Kepala Regu menginformasikan kembali Kepada Kepala Desa bahwa Papan FWI sudah di upate sesuai dengan Instruksi
15 Menit Perangkat
telekomunikasi
Jaringan GSM
8
Kepala Regu menginformasikan kembali Kepada Kepala Desa bahwa Papan FWI sudah di upate sesuai dengan Instruksi
15 Menit Perangkat
telekomunikasi
Jaringan GSM
9
UPTD KPH mengkonfirmasi kembali ke Posko Provinsi Bahwa Papan FWI sudah di update sesuai Instruksi awal
15 Menit Perangkat
telekomunikasi
Jaringan GSM
10
Pihak Posko Provinsi menyimpan proses ini ke dalam bentuk laporan dan kemudian disimpan di Database Posko Provinsi
1 Jam Perangkat
telekomunikasi
Jaringan GSM
32
3.4.3. Sosialisasi & Pertemuan Desa Terkait Daerah Rawan Kebakaran.
Kegiatan sosialisasi dan pertemuan desa dilakukan untuk meningkatkan kesadaran
sekaligus juga menggali informasi dari masyarakat langsung di lapangan. Dari
kegiatan ini akan terkumpul informasi yang dapat dijadikan salah satu dasar pemilihan
dan penyusunan strategi pencegahan. Dengan dilakukannya sosialisasi dan kordinasi
dengan pihak masyarakat ataupun pihak lain yang berada pada level tapak akan
memudahkan pihak – pihak pengambil keputusan untuk merencanakan berbagai
kegiatan pencegahan yang tepat sasaran. Strategi yang disusun pada level provinsi
terkadang perlu penyesuaian dengan kondisi dilapangan, hal – hal seperti ini yang
akan didapat ketika melakukan sosialisasi dan kordinasi dengan pihak pelaku
pencegahan di tingkat desa.
Deskripsi Kegiatan
Bentuk Kegiatan : Sosialisasi & kordinasi pada tingkat Desa
Parameter : Identifikasi penyebab terjadinya kebakaran Sumber Data : Informasi lapangan tentang potensi rawan kebakaran
wilayah Periode Pelaksanaan : Januari s/d Desember Kordinator Kegiatan : Pos Koordinasi Provinsi Petugas Pelaksana : Kelompok DALKARHUT Masyarakat &
BRIGDALKARHUT KPHP Kebutuhan Sarana - SAPRAS Komunikasi - SAPRAS Komputer - SAPRAS Pertemuan Desa - Dokumen Prosedur Tetap Sosialisasi & Pertemuan - Dokumen Petunjuk Pelaksanaan
a. JUKLAK Identifikasi Potensi Daerah Rawan KARHUTLAH
b. JUKLAK Pengumpulan Informasi Lapangan & Pelaporan
Bahan Informasi : Peta & Dokumen arahan identifikasi daerah - daerah rawan Produk Informasi : Laporan hasil pertemuan identifikasi rawan
33
No Tahapan Kegiatan Sosialisasi &
Kordinasi Daerah Rawan Kebakaran
Estimasi Alokasi Waktu
Asumsi Proses & Perangkat yang digunakan
1
UPTD KPH melakukan pengumpulan data & informasi terkait resiko dan lokasi – lokasi yang sering terjadi kebakaran serta potensi pendukung terjadinya kebakaran
1 Hari
Perangkat Komunikasi
Perangkat Komputer
Jarigan GSM
2 Pihak UPTD KPH melaporkan data dan informasi kepada pihak Pos Kordinasi Provinsi
30 Menit
Perangkat telekomunikasi
Perangkat Komputer
Jaringan GSM
3
Pihak Pos Kordinasi Provinsi melakukan identifikasi dan analisis terhadap data dan informasi yang diterima dari pihak UPTD KPH untuk menghasilkan identifikasi dan informasi mengenai kerentanan dan tingkat bahaya kebakaran
1 Hari
Perangkat telekomunikasi
Perangkat Komputer
Jaringan GSM
Peta Kerja Terpadu
4 Informasi hasil analisis di simpan ke dalam basis data Pos Kordinasi Provinsi
1 Jam Perangkat
telekomunikasi
Jaringan GSM
5 Penyampaian materi kepada multipihak yang berkepentingan
1 Jam Perangkat
Komunikasi
Jaringan Internert
6
Pada proses kordinasi dan sosialisasi akan mendapatkan input dan masukan yang lebih luas sehingga informasi identifikasi daerah rawan akan lebih objektif dan lengkap
3 Jam
Perangkat Komunikasi
Perangkat Komputer
7
Berdasarkan hasil proses kordinasi dan sosialiasi didapatkan rumusan dan identifikasi terhadap lokasi daerah rawan kebakaran
1 Jam
Perangkat Komunikasi
Perangkat Komputer
8 Hasil akhir dari identifikasi di simpan ke dalam basis data Pos Kordinasi Provinsi
10 Menit Perangkat
Komunikasi
9
Hasil akhir identifikasi juga di distribusikan kepada semua pihak yang terkait proses sosialiasi dan kordinasi untuk dapat dijadikan bahan dasar dan acuan dalam rencana pencegahan kebakaran hutan pada wilayah yang menjadi tanggung jawab masing – masing pemangku wilayah
1 Jam
Perangkat Komputer
34
Alur Kegiatan Identifikasi Daerah Rawan Kebakaran Hutan dan Lahan
Data Lokasi Sering
Terbakar
Identifikasi Kegiatan
Pendukung
Terjadinya
Kebakaran
Data Lokasi Potensi
Terbakar
UPTD KPH
Pos Kordinasi
Provinsi
Basis data
Pos Kordinasi
Provinsi
Kegiatan
Sosisaliasi &
Koordinasi UPTD KPH
Komponen
KMPA & Desa
IUP
Pos Kabupaten
& Kecamatan
Pos Kordinasi
Provinsi
Rumusan
Identifikasi Lokasi
Potensi Terjadi
Kebakaran
1
2
3
4
5
7
6
9
8
Analisis Awal Lokasi Rawan
Kebakaran & Strategi
Pencegahan
35
3.5. Komponen monitoring & kesiapsiagaan KARHUTLAH.
3.5.3. Kegiatan pengelolaan dan distribusi data sebaran hotspot.
Pada proses ini dilaksanakan tahapan pengolahan dan pendistribusian informasi
terkait sebaran hotspot yang dipantau oleh pihak Pos Kordinasi Provinsi. Pemantauan
hotspot dilakukan untuk memantau indikasi lokasi yang berkemungkinan terjadi
kebakaran namun secara umum hotspot masih harus di groundcheck / dilakukakn
verifikasi langsung ke lapangan terhadap informasi yang didapat dari pemantauan
satelit.
Pada saat musim kemarau atau tingkat resiko kebakaran berdasarkan info
peringaktan dini kebakaran menunjukan nilai tinggi maka informasi hotspot yang
terpantau harus segera di verifikasi karena berkemungkinan besar di lokasi hotspot
terpantau memang titik api kebakaran.
Deskripsi Kegiatan :
Bentuk Kegiatan : Pembuatan Peta dan Pendistribusian Sebaran Hotspot Parameter : Kondisi sebaran hotspot Sumber Data : Informasi hotspot dari Satelit Terra Aqua MODIS & SNPP
VIIRS Periode Pelaksanaan : Januari s/d Desember Kordinator Kegiatan : Pos Kordinasi Provinsi Petugas Pelaksana : Staf Pos Kordinasi Provinsi Kebutuhan Sarana - SAPRAS Internet
- SAPRAS Perangkat Komputer - Dokumen Prosedur Tetap - Dokumen Petunjuk Pelaksanaan
a. JUKLAK Pengumpulan & Pengelolaan Data Hotspot b. JUKLAK Pendistribusian Informasi Hotspot c. JUKLAK Penyimpanan Informasi ke Database
Bahan Informasi : Data pantauan hotspot harian Produk Informasi : Data sebaran hotspot
36
Data Hotspot Harian dari VIIRS
Pengumpulan Data Hotspot Harian
Pengolahan Data Hotspot Harian
Peta & Informasi Sebaran Hotpsot
Harian
Skema Alur Pendistribusian Informasi kondisi sebaran hotspot terbaru, dari Pos Provinsi ke Regu Desa.
Pos Kordinasi
Provinsi
Basis data
Pos Kordinasi
Provinsi
UPTD
KPH/GALAAG
Kepala Desa
Posko Kecamatan
Regu Desa Menerima
Informasi & Peta
Sebaran Hotspot
Harian
Peta & Informasi
Sebaran Hotspot
Harian di Terima Oleh
Posko Kecamatan
Kepala Regu
1
2
4
5
6 7
8
9
3
10
37
No Tahapan Kegiatan Pengelolaan dan Distribusi Informasi Hotspot
Estimasi Alokasi Waktu
Asumsi Proses & Perangkat yang digunakan
1
Proses pengelolaan data hotspot harian via internet oleh pihak Pos Kordinasi Provinsi dan data hasil pengolahan disimpan ke dalam database Posko Kordinasi Provinsi
1 Jam
Perangkat komputer
Jaringan internet
Jaringan GSM
2 Informasi di teruskan ke pada UPTD KPH 15 Menit Perangkat
telekomunikasi
Jaringan GSM
3 UPTD KPH menyampaikan dan berkordinasi kepada Posko Kabupaten terkait Peta & Informasi Hotpot Harian
15 Menit
Perangkat telekomunikasi
Jaringan GSM
Peta Kerja Terpadu
4 Peta & Informasi Hotspot di teruskan kepada Kepala Desa oleh UPTD PKH
1 Jam
Perangkat telekomunikasi
Jaringan GSM
Peta Kerja Terpadu
5 Peta & Informasi Hotspot di teruskan kepada Kepala Regu oleh Kepala Desa
15 Menit
Perangkat telekomunikasi
Jaringan GSM
Peta Kerja Terpadu
6 Kepala Regu menyampaikan Peta & Informasi Hotspot kepada Regu kemudian berkordinasi lebih lanjut
15 menit Perangkat
telekomunikasi
Jaringan GSM
7
Kepala Regu mengkonfirmasi kepada Kepala Desa bahwa Regu Desa sudah menerima Peta & Informasi Hotspot Harian.
15 Menit
Perangkat telekomunikasi
Jaringan GSM
8
Kepala Desa mengkonfirmasi kepada UPTD KPH bahwa Peta & informasi Hotspot Harian sudah disampaikan kepada Kepala Regu
15 Menit
Perangkat telekomunikasi
Jaringan GSM
9
UPTD KPH mengkonfirmasi kembali ke Posko Provinsi bahwa Peta & Informasi Hotspot Harian telah disampaikan dan diterima oleh Kepala Regu dan Regu Desa
15 Menit
Perangkat telekomunikasi
Jaringan GSM
10 Proses kordinasi di simpan ke database posko provinsi
1 Jam
Perangkat komputer
Jaringan internet
Jaringan GSM
38
3.5.4. Patroli Pencegahan Kebakaran.
Kegiatann patroli dilaksanakan bila beberapa kriteria yang mengindikasikan bahwa kebakaran sudah mulai dengan mudah dapat terjadi akibat kondisi iklim dan cuaca yang mendukung dan jumlah hotspot yang terpantau juga meningkat. Kegiatan patroli yang berdasarkan kondisi iklim dan cuaca akan diarahkan ke lokasi yang masuk ke kategori lokasi yang lahannya mudah terbakar dan sulit dikendalikan bila api sudah menyala. Kegiatan patroli yang berdasarkan informasi sebaran hotspot. Kegiatan ini dapat dilakukan oleh tim terpadu dari UPTD KPH dan Regu Kelompok Masyarakat atau pihak yang terkait pada level kecamatan dalam hal ini Posko Kecamatan. Deskripsi Kegiatan : Parameter : Kondisi sebaran hotspot & status peringatan dini Sumber Data - Informasi hotspot dari Satelit Terra Aqua MODIS & VIIRS
- Informasi kondisi iklim & cuaca Periode Pelaksanaan : Januari s/d Desember Kordinator Kegiatan : KPHP Petugas Pelaksana - BRIDALKARHUT KPHP - Regu Desa Kebutuhan Sarana - SAPRAS Transportasi - SAPRAS Komunikasi - SAPRAS Perangkat Navigasi - Dokumen Prosedur Tetap - Dokumen Petunjuk Pelaksanaan
a. JUKLAK Patroli b. JUKLAK Persiapan Pelaksanaan Kegiatan Patroli c. JUKLAK Pengumpulan Informasi Lapangan & Pelaporan
Bahan Informasi : Data indikasi lokasi resiko kebakaran Produk Informasi : Laporan hasil patroli
39
No Tahapan Kegiatan Patroli Pecegahan Estimasi Alokasi Waktu
Asumsi Proses & Perangkat yang digunakan
1
Proses Pengelolaan Data Daerah Rawan Terbakar oleh pihak Pos Kordinasi Provinsi dan data hasil pengolahan disimpan ke dalam database Posko Kordinasi Provinsi
1 Jam
Perangkat komputer
Jaringan internet
Jaringan GSM
2
Instruksi & Informasi Lokasi Patroli Daerah Rawan Kebakaran Berdasarkan Peta Kerja Terpadu di teruskan ke pada Pihak UPTD KPH
15 Menit
Perangkat telekomunikasi
Jaringan GSM
3
Pihak UPTD KPH menyampaikan dan berkordinasi kepada Posko Kabupaten terkait Peta & Informasi Daerah Rawan Terbakar
15 Menit
Perangkat telekomunikasi
Jaringan GSM
Peta Kerja Terpadu
4 Peta & Informasi Daerah Rawan Terbakar di teruskan kepada Kepala Desa oleh Pihak UPTD PKH
1 Jam
Perangkat telekomunikasi
Jaringan GSM
Peta Kerja Terpadu
5 Peta & Informasi Daerah Rawan Terbakar di teruskan kepada Kepala Regu oleh Kepala Desa
15 Menit
Perangkat Navigasi
Perangkat Komunikasi
Peta Kerja Terpadu
6
Kepala Regu menginstruksikan Regu Desa patroli ke lokasi berdasarkan Peta & Informasi Daerah Rawan Terbakar yang diterima
30 Menit
Perangkat Navigasi
Perangkat Komunikasi
Peta Kerja Terpadu
7 Regu melakukan kegiatan patroli ke lokasi dan menghimpun informasi kondisi lokasi dan sekitarnnya
3 Jam
Perangkat Navigasi
Perangkat Komunikasi
Peta Kerja Terpadu
8 Regu Desa menyampaikan informasi hasil patroli kepada Kepala Regu
30 Menit Perangkat
Komunikasi
9 Kepala Regu menyampaikan laporan mengenai hasil patroli
15 Menit Perangkat
Komunikasi
10 Kepala Desa meneruskan Laporan kepada Pihak UPTD KPH
15 Menit Perangkat
Komunikasi
11 Pihak UPTD KPH meneruskan Laporan kepada Pos Kordinasi Provinsi
15 Menit Perangkat
Komunikasi
12 Pos Kordinasi Provinsi menyimpan semua laporan ke dalam database
30 Menit Perangkat Komputer
Perangkat Komunikasi
40
Data lokasi rawan
kebakaran
Proses Analisis Daerah Rawan
Kebakaran
Informasi Daerah Rawan Kebakaran
Hutan & Lahan
Alur Kegiatan Patroli Pencegahan berdasarkan parameter berdasarkan Daerah
Rawan Kebakaran Hutan & Lahan dari Pos Provinsi ke Regu Desa
Basis data
Pos Kordinasi
Povinsi 1
Pos Kordinasi
Provinsi
UPTD KPH
Kepala Desa
Regu Desa
Posko
Kecamatan
2
4
Peta & Informasi
Sebaran Hotspot
Harian di Terima
Oleh Posko
Kecamatan
Patroli Ke Lokasi
Yang Telah
Ditentukan
Kepala Regu
5
6 8
9
10
3
7
11
12
Peta Kerja Terpadu
41
3.5.5. Verifikasi Hotspot & Kejadian Kebakaran terpantau.
Kegiatan ini merupakan tahapan dari informasi hotspot yang diterima oleh UPTD KPH
yang kemudian diteruskan ke kelompok masyarakat desa. Kegiatan ini dilaksanakan
untuk memastikan apakah hotspot yang terpantau di Pos Kordinasi Provinsi adalah
benar kebakaran di lokasi. Informasi yang dikumpulkan oleh Pos Kordinasi Provinsi
adalah informasi dari satelit yang pada dasarnya masih indikasi dan perlu di pastikan
bahwa hotspot tersebut memang kebakaran atau bukan.
Verifikasi sangat penting terutama informasi hotspot yang diterima berada di wilayah
yang memang masuk kategori daerah yang rawan terbakar. Kriteria lain dari hotspot
yang terpantau adalah hotspot terpantau tersebut berada di wilayah gambut dalam
dan kondisi parameter cuaca berada di status tinggi atau sangat tinggi.
Deskripsi Kegiatan. Bentuk Kegiatan : Survei Lapangan Parameter : Kondisi sebaran hotspot Sumber Data - Info hotspot dari Satelit Terra Aqua MODIS & VIIRS - Informasi kondisi cuaca dan iklim Periode Pelaksanaan : Januari s/d Desember Kordinator Kegiatan : Pos Kordinasi Provinsi Petugas Pelaksana - BRIGDALKARHUT KPHP
- Regu Desa
Kebutuhan Sarana - SAPRAS Transportasi - SAPRAS Komunikasi - SAPRAS Perangkat Navigasi - Dokumen Prosedur Tetap - Dokumen Petunjuk Pelaksanaan
a. JUKLAK Patroli b. JUKLAK Persiapan Pelaksanaan Kegiatan Patroli c. JUKLAK Pengumpulan Informasi Lapangan &
Pelaporan
- Bahan Informasi : Data indikasi titik api, sebaran hotspot terpantau Produk Informasi : Laporan hasil verifikasi
42
No Tahapan Kegiatan Verifikasi Kejadian Kebakaran & Hotspot Terpantau
Estimasi Alokasi Waktu
Asumsi Proses & Perangkat yang digunakan
1
Proses Pengelolaan Data Hotspot oleh pihak Pos Kordinasi Provinsi dan data hasil pengolahan disimpan ke dalam database Posko Kordinasi Provinsi
1 Jam
Perangkat Komunikasi
Jaringan Internet
Jarigan GSM
2
Data Hasil Pengolahan selanjutnya di teruskan kepada UPTD KPH untuk di tindak lanjut
15 Menit
Perangkat telekomunikasi
Jaringan GSM
3 Pihak UPTD KPH berkordinasi dengan pihak Pos Kecamatan terkait informasi yang diterima dari Pos Provinsi
15 Menit
Perangkat telekomunikasi
Jaringan GSM
Peta Kerja Terpadu
4
UPTD mengerahkan Tim BRIGDALKARHUT untuk langsung melakukan verifikasi Informasi Hotspot bersama dengan perangkat Desa & Komponen Regu Desa
2 Jam
Perangkat telekomunikasi
Jaringan GSM
Perangkat Navigasi
Peta Kerja Terpadu
5
Tim BRIGDALKARHUT bersama Komponen Desa menuju lokasi yang sesuai dengan Instruksi dari Pos Kordinator Provinsi
Perangkat Navigasi
Perangkat Komunikasi
Peta Kerja Terpadu 6
Hasil verifikasi dilaporankan kepada Kepala Desa oleh Kordinator Tim BRIGDALKAR
30 Menit
7
Kordinator BRIGDALKARHUT langsung melaporkan status Data yang diverifikasi kepada Pos Kordinasi Provinsi dan juga berkordinasi dengan Pihak UPTD KPH
3 Jam
Perangkat Navigasi
Perangkat Komunikasi
Peta Kerja Terpadu
8 Pihak Pos Kordinasi Provinsi merangkum laporan verifikasi dan menyimpan ke basis data provinsi
30 Menit Perangkat
Komunikasi
43
Alur Kegiatan Patroli Pencegahan & Verifikasi Hotspot dari Pos Provinsi ke Regu Desa.
Posko Kecamatan
1
2
4 7
8
3
Basis data
posko
provinsi
Menuju Ke
Lokasi Yang
Telah Ditentukan
5
6
BRIGDALKARHUT - UPTD KPH
- Regu Desa
UPTD KPH
Kepala Desa
Pos Kordinasi
Provinsi
Pos Kecamatan
akan berkordinasi
dengan pihak UPTD
KPH terkait
Verifikasi Hotspot
yang telah dilakukan
v
Data Hotspot Harian dari VIIRS
Pengumpulan Data Hotspot Harian
Pengolahan Data Hotspot Harian
Peta & Informasi Sebaran Hotpsot
Harian
44
3.5.6. Kegiatan Pemadaman Dini Kebakaran
Tahapan kegiatan ini merupakan bagian dari kegiatan patroli dan pemadaman.
Kegiatan ini dapat dilaksanakan tergantung dari jenis informasi awal yaitu dari Posko
Kordinasi Provinsi maupun dari informasi di lapangan. Pemadaman dini merupakan
salah faktor utama dalam pencegahan kebakaran karena kegiatan pemadaman dini
menjadi penentu apakah kebakaran yang terjadi dapat segera ditanggulangi dan tidak
meluas menjadi tak terkendali atau dapat segera dipadamkan.
Kegiatan ini memerlukan sistem komunikasi yang baik karena berkemungkinan akan
menemukan kondisi dimana harus dilakukannya kegiatan pemadaman dini sekaligus
/ dibutuhkan kegiatan pemadaman dini pada waktu yang bersamaan di lokasi yang
berbeda.Peran UPTD KPH sangat diperlukan kondisi ini, sebagai Koordinator
BRIGDALKARHUTLAH UPTD KPH harus dapat mengkordinir semua elemen
pencegahan kebakaran di wilayahnya dengan sistematis.
Deskripsi Kegiatan. Bentuk Kegiatan : Kegiatan pemadaman langsung ketika kegiatan patroli Parameter : Kondisi sebaran hotspot Sumber Data - Informasi hotspot dari Satelit Terra Aqua MODIS & VIIRS - Informasi Patroli
- Laporan masyarakat Periode Pelaksanaan : Januari s/d Desember Kordinator Kegiatan : Pos Koordinasi Provinsi Petugas Pelaksana - BRIDALKARHUT UPTD KPHP
- Regu Desa Kebutuhan Sarana - SAPRAS Pemadaman Dini
- SAPRAS Transportasi - SAPRAS Komunikasi - SAPRAS Perangkat Navigasi - Dokumen Prosedur Tetap - Dokumen Petunjuk Pelaksanaan
a. JUKLAK Patroli & Pemadaman Dini b. JUKLAK Pengumpulan Informasi Lapangan &
Pelaporan
Bahan Informasi : Data indikasi titik api, sebaran hotspot terpantau Produk Informasi : Laporan hasil pemadaman dini
45
No Tahapan Kegiatan Pemadaman Dini
Kebakaran Hutan
Estimasi Alokasi Waktu
Asumsi Proses & Perangkat yang digunakan
1
Proses Pengolahan Data Hotspot dilakukan oleh Pos Kordinasi Provinsi dan data hasil pengolahan disimpan di basis data provinsi
1 Jam
Perangkat Komunikasi
Jaringan Internet
Jarigan GSM
2 Informasi Hotspot dan indikasi kebakaran diteruskan kepada UPTD KPH
15 Menit
Perangkat telekomunikasi
Jaringan GSM
3
Pihak UPTD KPH berkordinasi dengan pihak Posko Kecamatan mengenai informasi yang diterima dari Pos Kordinasi Provinsi
15 Menit
Perangkat telekomunikasi
Jaringan GSM
Peta Kerja Terpadu
4 Pihak UPTD KPH berkordinasi dengan Kepala Desa
15 Menit
Perangkat telekomunikasi
Jaringan GSM
Perangkat Navigasi
Peta Kerja Terpadu
5
Tim UPTD KPH dan Komponen Desa serta Regu Desa menuju lokasi indikasi kebakaran
1 Jam
Perangkat Komunikasi
Peta Kerja Terpadu
Kendaraan Lapangan
Perangkat Pemadaman
6 BRIGDALKARHUT mengkonfirmas Ke UPTD KPH tentang status kondisi di lokasi
15 menit Perangkat
Komunikasi
7
Apabila Kebakaran tidak dapat / belum dapat di padamkan oleh Tim maka kordinator Tim BRIGDALKARHUT melaporkan langsung ke UPTD KPH dan selanjutnya Pos Kordinasi Provinsi
15 Menit
Perangkat Navigasi
Perangkat Komunikasi
Peta Kerja Terpadu
8 Pihak UPTD KPH mengirim Tim Pemadam Gabungan level Kecamatan
1 Jam
Perangkat Komunikasi
9
Apabila Pemadaman telah berhasil dilakukan Tim BRIGDALKARHUT akan mengkonfirmasikan kepada Pos Terpadu Provinsi dan UPTD KPH
15 Menit
Perangkat Komunikasi
10
Pos Kordinasi Provinsi akan terus memantau kondisi dan status kejadian kebakaran dan proses pemadaman dengan pihak UPTD KPH dan berkordinasi dengan pihak Posko DALKARHUT Provinsi apabila dibutuhkan bantuan pemadaman yang lebih lanjut
2 Jam
Perangkat Komunikasi
Peta Kerja Terpadu
11 Semua laporan dan proses pemadaman dan status kebakaran disimpan di basis data provinsi
30 Menit Perangkat
Komunikasi
Perangkat Komputer
46
Alur Kegiatan Pencegahan dan Pemadaman Kebakaran Dini Berdasarkan informasi
pemantauan Satelit
Posko
Kecamatan
1
2
4
11
3
Menuju Ke
Lokasi Yang
Telah Ditentukan
5 6
Basis data
posko
provinsi
Api
Pada
mm
BRIGDALKARHUT - UPTD KPH - Regu Desa
9 Ya
Tidak
7
Kepala Desa
UPTD KPH
8
Posko DALKARHUT
Provinsi 10
Pos Kordinasi
Provinsi
Tim Pemadam BRIDALKARHUT
Data Hotspot Harian dari VIIRS
Pengumpulan Data Hotspot Harian
Pengolahan Data Hotspot Harian
Peta & Informasi Sebaran Hotpsot
Harian
47
3.5.7. Pemadaman dini kebakaran dan pemadaman lanjutan.
Kegiatan pemadaman ini adalah tahapan kegiatan dimana kegiatan pemadaman dini
yang sudah dilakukan tidak berhasil dan kondisi kebakaran semakin meluas dan
berkemungkinan tidak terkendali. Tahapan kegiatan ini diasumsikan berawal dari
laporan dari anggota kelompok masyarakat peduli api dan pihak lain di lokasi yang
kemudiand dilaporkan ke pihak UPTD KPH dan dalam proses penceghananya
diperlukan bantuan pemadaman udara ataupun upaya pemadaman yang lebih besar
dan dengan segera karena upaya pemadamanan dini dinilai tidak lagi efektif dan
membutuhkan upaya pemadaman lanjutan
Deskripsi Kegiatan. Bentuk Kegiatan : Kegiatan pemadaman lanjutan dan dukungan POSKO
SATGAS DALKARHUTLAH Provinsi Parameter : Kondisi sebaran hotspot Sumber Data - Informasi Patroli
- Laporan masyarakat Periode Pelaksanaan : Juli s/d November Pelaksana Kegiatan : UPTD KPH Petugas Pelaksana - BRIDALKARHUT KPHP
- Regu Desa
Kebutuhan Sarana - SAPRAS Pemadaman Dini Regu Desa - SAPRAS Transportasi Regu Desa - SAPRAS Komunikasi Regu Desa - SAPRAS Perangkat Navigasi - Dokumen Prosedur Tetap - Dokumen Petunjuk Pelaksanaan
a. JUKLAK Patroli & Pemadaman Dini dan Pemadaman Lanjutan
Bahan Informasi ` : Informasi kondisi kebakaran Produk Informasi : Laporan hasil pemadaman dini dan pemadaman lanjutan
48
No Tahapan Kegiatan Pemadaman Dini
dan Pemadaman Lanjutan Kebakaran Hutan
Estimasi Alokasi Waktu
Asumsi Proses & Perangkat yang digunakan
1 Terpantau lokasi yang sedang terbakar Perangkat
Komunikasi
Jarigan GSM
2 Kejadian Kebakaran langsung di laporkan kepada Kepala Desa dan UPTD KPH
10 Menit Perangkat
telekomunikasi
Jaringan GSM
3
Kepala Desa menginstruksikan kepada Kepala Regu dan Regu Desa untuk segera menuju lokasi dan melakukan pemadaman segera dan Kepala Desa melakukan laporan kepada Pihak UPTD KPH terkait terpantaunya kebakaran.
10 Menit
Perangkat telekomunikasi
Jaringan GSM
Peta Kerja Terpadu
Perangkat Pemadam
4 Kepala Regu dan Regu Desa menuju lokasi dan melakukan kegiatan pemadaman
2 Jam
Perangkat telekomunikasi
Jaringan GSM
Peta Kerja Terpadu
Perangkat Pemadamam Regu
5 Kepala Regu melaporkan status kegiatan pemadaman
10 Menit Perangkat
Komunikasi
6 Jika kebakaran tidak dapat dipadamkan oleh Regu Desa maka Kepala Desa melaporkan kepada UPTD KPH
10 menit Perangkat
Komunikasi
Jaringan GSM
7
UPTD KPH berkordinasi dengan pihak Pos Kecamatan dan menuju lokasi bersama Tim BRIGDALKARHUTLAH, UPTD KPH juga melaporkan kejadian kebakaran kepaa Pos Kordinasi Provinsi
10 Menit
Perangkat Navigasi
Perangkat Komunikasi
Peta Kerja Terpadu
Perangkat Pemadaman Regu
Kendaraan Lapangan
8
UPTD KPH melaporkan status kegiatan pemadaman dan kondisi terakhir
10 Menit
Perangkat Komunikasi
9 Jika Api padam, Pos Kordinasi Provinsi mendokumentasikan laporan
1 Jam
Perangkat Komputer
10
Jika Kebakaran masih belum dapat dikendalikan Pos Kordinasi Provinsi meminta bantuan pemadaman segera kepada POSKO SATGAS DALKAR Provinsi
2 Jam
Perangkat Komunikasi
Jaringan GSM
Peta Kerja Terpadu
11 POSKO SATGAS DALKAR Provinsi akan mengirim bantuan taktis pemadaman udara
30 Menit
Perangkat Komunikasi
Perangkat Komputer
49
12
Setelah kebakaran dipastikan padam, Pos Kordinasi Provinsi akan membuat laporan dan berkordinasi dengan POSKO DALKAR Provinsi dan semua proses kegiatan akan di dokumentasikan dan disimpan ke basis data provinsi
Perangkat Komunikasi
Perangkat Komputer
50
Alur Kegiatan Pencegahan dan Pemadaman dini dan pemadaman kebakaran
Lanjutan Berdasarkan informasi Regu Desa / Patroli Swadaya,
Kebakaran Terpantau
Kepala
Regu
Regu
Pemadam
Api
Pada
m
Ya Tidak
Kepala Desa
UPTD KPH Pos Kecamatan
Pos Kordinasi
Provinsi
Bantuan Pemadaman BRIGDALKARHUT
Posko SATGAS
DALKAR Provinsi
Status
Kebakar
ann
Api Padam
Basis data
posko
provinsi
Bantuan Water
Bombing/
Pengerahan
Bantuan
tingkat
1
2
3 4
5
6
7
8 9
10 11
12
13
Tidak tertanggulangi
51
3.8 Format Baku Pelaporan Hasil Kegiatan Lapangan.
Kegiatan dalam usaha pencegahan kebakaran hutan dan lahan selain membutuhkan
sebuah alur proses yang jelas dan ringkas juga di perlukan format baku pelaporan
untuk setiap kegiatan yang diistruksikan oleh pihak Pos Kordinasi Provinsi. Format
baku pelaporan ini bertujuan setiap informasi yang dilaporkan dapat diterima dan
dimengerti oleh pihak yang menerima dan dapat di gunakan untuk dasar dari kegiatan
lanjutan. Selain untuk menghimpun informasi dalam proses pencegahan, laporan
yang terkumpul juga dapat dijadikan bahan dasar dan analisis lanjutan terkait kegiatan
pencegahan di masa mendatang.
1. Format Laporan Hasil Patroli
Nama Kegiatan : Patroli Pencegahan Kebakaran
Tanggal dan Waktu : 21 September 2017 – 10:00 – 17:00
Lokasi Peta Kerja : J9,J10,J11
Nama Lokasi : S.Kepahyang
Peserta : Regu MPA Desa Kepahyang & Tim UPTD KPH
Kendaraan : Perahu
Temuan Lapangan : Kondisi sepanjang lokasi patroli tidak terpantau
asap kebakaran, namun ditemui beberapa kanal
yang baru di buat dan tinggi air permukaan air
sungai surut
Informasi Tambahan : Perlu tambahan perangkat komunikasi untuk
mempermudah pengiriman laporan dan kordinasi
2. Format Laporan Verifikasi Hotspot
Form berisi laporan tidak ditemukan kebakaran
Nama Kegiatan : Verifikasi Hotspot
Tanggal & Waktu : 17 Maret 2017 – 10:00 s/d 16:00
Lokasi Peta Kerja : C5
Kordinat : X 9790070 Y 394353 / Lat -1.898853 Long
104.050109
Nama Lokasi : Ulu Medak
Peserta : Tim UPTD KPH & Regu MPA Desa Kepahyang
Kendaraan : Perahu, Motor
Status Terbakar : Tidak terbakar
Lahan Terbakar : Semak belukar rawa
Tipe Tanah : Gambut
Pemilik Lahan : -
Temuan Lapangan : Tidak ditemui kejadian kebakaran, namun ditemui
beberapa beberapa warga yang melakukan
aktivitas mencari ikan
Informasi tambahan : Perlu rekomendasikan agar tim dilengkapi
perangkat Pemadam portable yang dapat
digunakan langsung ketika ditemukan kebakaran
52
Form berisi laporan ditemukan kebakaran pada lokasi
Nama Kegiatan : Verifikasi Hotspot
Tanggal & Waktu : 17 Maret 2017 – 10:00 s/d 16:00
Lokasi Peta Kerja : D3
Kordinat : X 9796491Y 385732 / Lat -1.794516Long 103.918718
Nama Lokasi : Petaling
Peserta : Tim UPTD KPH & Regu MPA Desa Kepahyang
Kendaraan : Perahu, Motor
Status Terbakar : Terbakar dan telah padam
Lahan Terbakar : Semak belukar rawa
Tipe Tanah : Gambut
Pemilik Lahan : -
Temuan Lapangan : Pada lokasi ditemukan bekas kebakaran,perkiraan
luasan terbakar ± 2 hektar.
Informasi tambahan : lokasi terbakar berkemungkinan persiapan lahan
pertanian.
3. Format Laporan pemadaman dini
Nama Kegiatan : Patroli & Pemadaman Dini
Tanggal & Waktu : 15 Juli 2017 – 10:00 s/d 16:00
Lokasi Peta Kerja : M6
Kordinat : X 9793491 Y 383732 / Lat -1.784576 Long 103.985718
Nama Lokasi : Ulu Kepahyang
Peserta : Tim UPTD KPH & Regu MPA Desa Kepahyang
Kendaraan : Perahu, Motor
Status Terbakar : Terbakar dan telah padam
Lahan Terbakar : Semak belukar rawa
Tipe Tanah : Gambut
Pemilik Lahan : -
Temuan Lapangan : Kebakaran terjadi dan terpantau pada saat pelaksaan
patroli oleh tim Regu MPA Desa Kepahyang
Informasi Tambahan : Kondisi aliran Sungai Kepahyang sudah mulai surut
dan tidak terjadi hujan dalam 1 minggu terakhir, perlu
diintensifkan patroli dan penyuluhan kepada warga
sekitar wilayah yang sering terjadi kebakaran hutan dan
lahan
53
4. Format Pelaporan Pemadaman Kebakaran
Form Laporan kejadian sedang terjadi kebakaran
Nama Kegiatan : Pemadaman kebakaran
Tanggal & Waktu : 20 Oktober 2017 – 10:00 s/d 21:00
Lokasi Peta Kerja : B1
Kordinat : X 9735691 Y 386772 / Lat -1.677516 Long 103.67718
Nama Lokasi : Muara Medak
Peserta : Tim UPTD KPH & Regu MPA Desa Kepahyang
Kendaraan : Perahu, Motor
Status Terbakar : Terbakar dalam proses pemadaman
Lahan Terbakar : Belukar
Tipe Tanah : Gambut
Pemilik Lahan : -
Temuan Lapangan : Terjadi kebakaran dan dalam proses pemadaman oleh
pihak UPTD KPH, Regu MPA Kepahyang dan pihak
perusahaan PT.X
Informasi tambahan : Lokasi berbatasan dengan PT.X
Form laporan kejadian kebakaran dan diperlukan bantuan waterbombing
Nama Kegiatan : Pemadaman kebakaran
Tanggal & Waktu : 20 Oktober 2017 – 10:00 s/d 21:00
Lokasi Peta Kerja : B1
Kordinat : X 9735691 Y 386772 / Lat -1.677516 Long 103.67718
Nama Lokasi : Muara Medak
Tipe Lahan : Gambut
Temuan Lapangan : Kejadian kebakaran pada lokasi yang sulit ditempuh dan
sumber air untuk pemadaman jauh dari lokasi
kebakaran dan dikawatirkan segera menyebar luas
Informasi tambahan : Perlu bantuan pemadaman udara segera
54
Form Laporan kejadian kebakaran telah padam
Nama Kegiatan : Pemadaman kebakaran
Tanggal & Waktu : 20 Oktober 2017 – 10:00 s/d 21:00
Lokasi Peta Kerja : B1
Kordinat : X 9735691 Y 386772 / Lat -1.677516 Long 103.67718
Nama Lokasi : Muara Medak
Peserta : Tim UPTD KPH & Regu MPA Desa Kepahyang
Kendaraan : Perahu, Motor
Status Terbakar : Kebakaran telah Padam
Lahan Terbakar : Belukar
Tipe Tanah : Gambut
Pemilik Lahan : -
Temuan Lapangan : Kegiatan pemadaman oleh pihak UPTD KPH, Regu
MPA dan pihak PT.X
Informasi tambahan : Kisaran luasan terbakar ± 5 hektar dan lokasi masih
dalam Proses investigasi oleh pihak yang berwajib.
Format laporan ini dapat di cetak di kertas yang kemudia diisi dengan laporan sesuai
dengan kegiatan, hasil pelaporan berupa kertas cetak yang telah diisi informasi
kegiatan selanjutnya di dokumentasikan menggunakan smartphone dan dikirim
kepada pihak UPTD KPH dan pihak Pos Kordinasi Provinsi melalui media internet
dan jaringan GSM. Pelaporan ini sangat berguna untuk kemudian dapat diolah
menjadi laporan hasil kegiatan serta dapat digunakan juga menjadi bahan untuk
menganalisis pola kebakaran yang terjadi dan untuk kajian lainnya yang berkaitan
dengan pencegahan kebakaran.
Tahapan pelaporan merupakan tahapan yang penting untuk memonitor proses
pencegahan yang sudah diinstruksikan dari pihah Pos Kordinasi Provinsi. Proses
pelaporan ini juga dapat menjadi ukuran apakah proses dan tahapan komunikasi yang
diterapkan dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan ataupun memiliki kendala
sehingga harus di evaluasi untuk memastikan proses komunikasi dapat berjalan
dengan baik pada masa mendatang.
55
3.9. Ketersediaan Sistem Jaringan Komunikasi
Pada proses pelaksanaan kegiatan pencegahan kebakaran hutan dan lahan salah satu fungsi utama yang harus dipenuhi adalah ketersediaan media komunikasi yang memadai sehingga setiap bentuk penyampaian informasi dapat dilakukan tepat waktu dan diterima dengan baik sehingga akan menentukan bagaimana hasil akhir dari sebuah rangkaian proses sistem. Dalam hal pencegahan kebabakaran hutan dan lahan sangat dibutuhkan sebuah media dan jaringan komunikasi yang baik untuk dapat mendukung semua bentuk kegiatan pencegahan. Pada Kegiatan pencegahan akan melibatkan beberapa pemeran utama yang akan
terlibat aktif dalam setiap tahapan proes pencegahan kebakaran, pihak – pihak yang
terlibat juga akan berinteraksi menggunakan media komunikasi dan berada pada
posisi dan jarak yang berbeda. Media & jaringan komunikasi yang ada harus dapat
menghubungkan pihak Pos Kordinasi yang berada di provinsi ke pihak UPTD KPH
yang mempunyai otoritas pencegahan kebakan hutan di level kabupaten, media &
jaringan komunikasi yang tersedia juga harus dapat berkomunikasi dengan elemen
paling bawah yaitu warga desa maupun Regu Desa yang akan menjadi ujung tombak
penyedia informasi mengenai kondisi aktual di lapangan.
Gambaran ketersediaan media dan jaringan komunikasi,
1: mengindikasikan ketersediaan jaringan komunikasi
0: mengindikasi tidak tersedianya jaringan komunikasi
Bentuk Komunikasi Pos Kordinasi Provinisi
Pos UPTD KPH
Regu Desa
Email 1 0 0
Sms 1 1 0
Telepon 1 1 1
Radio 0 1 1
Telepon satelit 1 1 1
Kendala lokasi yang jauh dan tidak dapat diakses melalui jalur kendaraan darat
merupakan salah satu persoalan utama dalam kegiatan pencegahan kebakaran.
Bagaimana informasi dari lokasi kejadian dapat langsung ditindaklanjuti dengan cepat
akan terkendala ketika saran komunikasi tidak mendukung, informasi penting dari Pos
Kordinasi Provinsi yang harus diterima oleh kelompok masyarakat akan terkendala
dalam proses penyampaiannya ketika di lokasi tidak tersedia jaringan komunikasi
yang memadai.
Ketersediaan jaringan komunikasi di lokasi atau di desa terkadang dapat di temui
hanya di posisi / lokasi tertentu dan terkadang dengan kualitas tidak baik dan penuh
keterbatasan. Kondisi ini harus menjadi perhatian utama untuk dapat menerapkan
Sistem komunikasi terpadu yang nanti diharapkan dapat mensinergi kan banyak pihak
dala kegiatan pencegahan.
56
3.10. Kebutuhan saran dan prasarana penerapan Sistem komunikasi terpadu
Pencegahan Kebakaran Hutan dan Lahan Provinsi Sumatera Selatan
Untuk dapat berjalan dengan baik dan maksimal sistem yang akan diterapkan
membutuhkan sumber daya yang memadai dan sesuai dengan peruntukan dan
kebutuhan dari penerapan sistem yang berjalan. Demikian juga dalam sistem yang
akan di terapkan pada kegiatan pencegahan KARHUTLAH ini, terdapat beberapa
kebutuhan agar bagian dari setiap proses dari sistem dapat dilaksanakan dan tidak
mengganggu proses dari bagian lain dari sistem tersebut. Beberapa faktor sarana
penunjang kegiatan yang diperlukan dapat dipisahkan berdasarkan kebutuhan
diantaranya adalah :
Jaringan Internet
- Sarana yang utama dalam penerapan sistem
- Digunakan untuk pengumpulan informasi dan monitoring hotspot
Perangkat Komputer
- Diperlukan dalam pengolahan data yang akan di distribusikan
- Dapat digunakan juga sebagai perangkat komunikasi
Perangkat Pemadaman Regu
- Perangkat pemadam yang dapat dibawa ketika patroli
- Perangkat pemadam untuk regu patroli dan dapat digunakan dalam
kegiatan pemadaman dini.
- Perangkat yang portable dan dapat di gunakan pada lokasi yang jauh
dari aksesibilitas.
Perangkat Komunikasi Lapangan
- Handy Talkie untuk wilayah yang sama sekali tidak tersedia jaringan
GSM
- Smartphone untuk wilayah yang masih tersedia jaringan komunikasi
- Handphone satelit yang dapat digunakan setiap saat dan di lokasi
manapun
Sarana Transportasi Lapangan
- Kendaraan darat berupa mobil 4x4 untuk mengakses lokasi yang dapat
ditempuh dengan kendaraan roda 4
- Kedaraan bermotor untuk transportasi ke lokasi yang tidak tersedia akses
kendaraan roda 4, kendaraan bermotor juga dapat digunakan sebagai
pilihan apabila dibutuhkan mobiliasi regu segera ke lokasi yang cukup
sulit dijangkau dengan kendaraan roda 4
- Kendaraan perahu bermotor diperlukan untuk wilayah perairan.
Perahu bermotor juga digunakan untuk mobilisasi regu dan perangkat
pemadaman
- Beberapa lokasi yang hanya dapat ditempuh menggunakan perahun
bermotor pada saat patroli
Anggaran/ pendanaan operasional kegiatan Kelompok Masyarakat Peduli
api
57
Kebutuhan sarana untuk menunjang proses sistem komunikasi terpadu
Kebutuhan Perangkat &
Penggunaan
Pos Kordinasi Provinsi
Pos UPTD KPHP
KADES Kepala Regu MPA
Perangkat Komputer 1 1 0 0
Jaringan Internet 1 1 1 1
Perangkat Pemadam Portable 0 1 0 1
Perangkat Komunikasi lapangan 1 1 1 1
Kendaraan Darat 1 1 1 1
Kendaraan Air 0 1 0 1
1: Kebutuhan Prioritas 0: Kebutuhan Non Prioritas
Pada setiap level ketersediaan perangkat penunjang kegiatan komunikasi harus ada
yang siap setiap saat digunakan, pihak yang akan berkomunikasi pun harus dapat
terhubung dengan baik karena dengan kesiapan semua sarana yang dibutuhkan
komunikasi akan dapat terlaksana dan semua kegiatan dapat dilaksanakan dan
terkordinasi sesuai dengan kapasitas pihak yang terkait
Distribusi informasi Penyampaian laporan Instruksi kegiatan
Desa
Kecamatan
Provinsi
Pos Kordinasi
Provinsi Pos UPTD KPH
Proses
Komunikasi
Kebutuhan Sarana - Perangkat Komunikasi - Jaringan Komunikasi
- Perangkat Komputer
Kecamatan
Kepala
Desa/Regu Proses
Komunikasi
Pos UPTD KPH
Distribusi informasi
Penyampaian laporan
Instruksi kegiatan - Perangkat Komunikasi
- Jaringan Komunikasi
-
- Perangkat Komunikasi
- Jaringan Komunikasi
Kebutuhan Sarana - Perangkat Komunikasi - Jaringan Komunikasi
- Perangkat Komputer
Proses
Komunikasi
Distribusi informasi Penyampaian laporan Instruksi kegiatan
58
3.10.1. Identifikasi kebutuhan sarana pendukung pelaksanaan Sistem Komunikasi Terpadu Pencegahan Kebakaran
Hutan dan Lahan Provinsi Sumatera Selatan.
Dasar Kegiatan Operasional Sekertariat Kebutuhan Perangkat Operasional
Lapangan
Pos Kordinasi Provinsi
SK Pembentukan Pos Kordinasi Provinsi & dan Susunan Personil
Anggaran Kegiatan
Ruangan Kegiatan
Sarana Komunikasi
Perangkat Komputer
Jarigan Internet
Peta Kerja Terpadu
Kendaraan Lapangan
Peralatan Komunikasi
Pos UPTD KPH
SK Pembentukan Posko & Personil
Anggaran Kegiatan
Ruangan Kegiatan
Sarana Komunikasi
Jaringan Internet
Radio Rig
Kendaraan Operasional Sekertariat
Papan Status Bahaya Kebakaran
Peta Kerja Terpadu
Peralatan Regu Pemadaman - Set Pompa mesin - Set Pompa Portabel
Kendaraan Operasional Lapangan (Mobil & Motor)
Peralatan Komunikasi - Handphone - Handy Talkie
Perangkat Navigasi - GPS Handheld
Kelompok Masyarakat Desa
SK Pembentukan Kelompok Desa & Personil
Anggaran Operasional
Sekertariat Kelompok Masyarakat
Sarana Komunikasi - Handphone - Handy Talkie
Perangkat Navigasi
Papan Status Bahaya Kebakaran
Peta Kerja Terpadu
Sarana Komunikasi - Handy Talkie - Handphone
Peralatan Regu Pemadaman - Set Pompa mesin - Set Pompa Portabel
Perangkat Navigasi - GPS Handheld
Kendaraan Operasional - Perahu Motor - Kendaraan roda 2
Seragam Lapangan Regu
59
IV.Kesimpulan & Saran
Untuk dapat memaksimalkan penanggulangan kebakaran hutan dan lahan diperlukan
sebuah rangkaian sistem yang berjalan degan terkordinir dan terarah dengan baik.
Tahapan pencegahan adalah tahapan awal dimana pada tahapan ini apabila
dilaksanakan dengan tepat akan mempengaruhi proses selanjutnya yaitu
peanggulangan. Kegiatan penanggulangan akan membutuhkan banyak upaya dan
terkadang juga tidak dapat lagi mencegah kebakaran yang sudah terlanjur meluas
dan tak terkendali. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah penguatan pada
tahapan pencegahan dengan menerapkan sistem yang dapat berjalan sistematis
sehingga kebakaran dapat di cegah sedini mungkin dan kebakaran seperti di tahun
2015 tidak lagi terulang.
4.1. Kesimpulan.
Provinsi Sumatera Selatan mempunyai banyak sumber daya yang terlibat kepada
upaya pencegahan dan penanggulangan kebakaran. Untuk dapat berfungsi
dengan maksimal dibutuhkan sebuah keterpaduan kegiatan dan sebuah sistem
yang dapat memaksimalkan semua upaya dan strategi yang akan dijalankan
dalam setiap bentuk kegiatan guna mencegah kebakaran hutan dan lahan di
Provinsi Sumatera Selatan
4.2. Saran.
Seperti diketahui bahwa kebakaran yang meluas terjadi akibat tidak segeranya
penanganan yang cepat dan terpadu. Salah satu kendala dari lambatnya
penanganan dikarenakan lokasi kebakaran yang berada jauh dari jaringan
aksesibilitas umum. Penyebab utama lambatnya penanganan adalah tidak
tersedianya sistem komunikasi dan struktur komunikasi yang jelas antar pihak
pihak yang terkait kegiatan pencegahan kebakaran. Untuk itu agar
penanggulangan kebakaran dapat berjalan dengan baik terdapat beberapa poin
yang harus menjadi perhatian dan segera di tindaklanjuti yang diantaranya adalah:
Tersedianya struktur komunikasi & pelaporan kejadian kebakaran yang
jelas dari lokasi tempat kejadian kepada pihak yang berkompeten untuk
melakukan tidakan pencegahan dan pemadaman.
Pemilihan bentuk jaringan komunikasi yang sesuai dengan kondisi
lapangan yang dapat digunakan untuk menghubungkan setiap
elemen/pihak terutama pada lokasi yang dikategorikan rawan kebakaran
Pelibatan kelompok – kelompok masyarakat secara aktif dan terorganisir
dengan baik karena masyarakat adalah sumber informasi yang paling dekat
dengan kondisi sebenarnya dilapangan. Konsep pembentukan dan
pembinaan kelompok masyarakat peduli api harus berkelanjutan dan tidak
hanya digunakan ketika saat musim kemarau dan kejadian kebakaran
hutan dan lahan.
Penyiapan sarana dan prasaranan pencegahan kebakaran yang tepat guna
dan sesuai dengan kebutuhan kondisi di lapangan.
60
Daftar Istilah
BRIGDALKARHUTLAH : Brigade Pencegahan Kebakaran Hutan & Lahan
DISHUT : Dinas Kehutanan
BKSDA : Balai Konservasi Sumber Daya Alam
DALKARHUTLAH : Pencegahan Kebakaran Hutan & Lahan
KARHUTLAH : Kebakaran Hutan & Lahan
INPRES : Instruksi Presiden
MPA : Masyarakat Peduli Api
Balai PPI & KARHUTLAH : Pencegahan Perubahan Iklim
PERMEN : Peraturan Menteri
POSKO : Pos Komando
UPTD KPH : Unit Pelaksana Teknis Dinas Kesatuan
Pengelolaan Hutan
SKPD : Satuan Kerja Perangkat Daerah
SATGAS : Satuan Tugas
TUPOKSI : Tugas Pokok & Fungsi