5
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5 1 AbstrakTsunami merupakan salah satu fenomena alam di lautan yang berbentuk ombak panjang karena adanya sebuah gempa bumi di lautan, gunung berapi di laut yang meletus, atau hantaman benda luar angkasa di laut. Dalam penelitian ini dilakukan beberapa simulasi pemodelan kemungkinan terjadinya tsunami yang berpotensi menerjang kawasan pesisir pantai Puger, Jember. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tinggi gelombang tsunami dengan mensimulasikan beberapa titik gempa yang pernah terjadi di perairan Selatan Pulau Jawa. Data yang didapat berupa data batimetri, data patahan, dan data survey lapangan. Pemodelan ini dilakukan dengan memvariasikan lokasi kedalaman pusat gempa, lebar patahan, dislokasi, dan geometri patahan. Dari beberapa permodelan simulasi tsunami tersebut didapatkan tinggi gelombang maksimal akibat tsunami yang terjadi, yaitu sebesar 4.345 meter pada menit ke 75 dengan titik pusat gempa di koordinat 49 L 710430.06 m E 8954723.57 m S UTM. Setelah mencapai bibir pantai, run-up tinggi gelombang tsunami di darat dapat dihitung dan didapat hasil sebaran gelombang tsunami di darat sebesar 628.719 m. Sehingga dapat diketahui daerah yang terancam ataupun daerah yang aman dari ancaman aliran gelombang tsunami yang selanjutnya akan dibuat jalur evakuasi. Rute jalur evakuasi ini diperlukan agar dapat menuntun obyek evakuasi agar dapat melalui jalur secara optimal dan tidak terjadi penumpukan masa yang akan mengakibatkan kemacetan. Kata kunci : tsunami, tinggi gelombang maksimum, run-up, rute jalur evakuasi I. PENDAHULUAN Tsunami merupakan salah satu fenomena alam di lautan yang berbentuk ombak panjang yang ditimbul karena adanya sebuah gempa bumi lautan, gunung berapi di laut yang meletus, atau hantaman benda luar angkasa di laut. Tsunami juga bisa dikatakan sebagai gelombang laut seismik, yaitu gelombang yang mempunyai periode sangat panjang dan sulit untuk terpecah. Gelombang jenis ini dapat menyebabkan timbulnya ombak ombak besar dan perputaran air di daerah pantai atau pelabuhan yang biasanya tidak terjadi pada jenis gelombang laut biasa.[1] Hal yang paling mungkin dapat menimbulkan tsunami adalah pergeseran lempeng atau biasa dikenal dengan gempa yang terjadi di dasar laut atau letusan gunung berapi di dasar laut yang menyebabkan naiknya permukaan air laut dalam area yang luas. Penyebab yang terjadi karena penjalaran gelombang dengan periode yang sangat panjang, bahkan gelombang jenis ini mungkin mempunyai periode gelombang yang lebih dari satu jam. Tsunami memiliki karakteristik yang berbeda dengan gelombang pasang (tidal wave) atau gelombang permukaan (surface wave) yang biasa dijumpai di pantai. Tsunami bersifat transient dan implusif, artinya semakin melemah dengan bertambahnya waktu dan mempunyai umur sesaat. Sedangkan gelombang permukaan bersifat kontinyu dan berlangsung dalam waktu yang lama dengan periode gelombang hanya beberapa detik. Gelombang tsunami yang timbul juga tidak ada kaitannya dengan peristiwa pasang surut air laut seperti ombak biasa yang mencapai pantai secara alami oleh tiupan angin, namun gelombang tsunami ini amat berlawanan dengan gelombang biasa tersebut dikarenakan mempunyai periode kurang dari satu menit. Gelombang yang dibangkitkan oleh angin hanya menggerakan partikel air laut di permukaan air laut bagian atas, namun pada gelombang tsunami menggerakan seluruh kolom air dari permukaan sampai mencapai dasar laut.[2] Indonesia merupakan negara kepulauan yang area pantainya berpotensi terkena tsunami. Data Tsunami di Indonesia sejak tahun 1660 sampai 2006 menunjukkan bahwa telah terjadi setidaknya 21 bencana tsunami yang diantaranya memakan korban yang tidak sedikit. Walaupun kejadian di Jember belum ada laporan, namun kejadian akan terkena tsunami di Jember patut diperhitungkan kemunginannya, mengingat Jember merupakan area pemukiman penduduk yang terletak di pinggir pantai. Bencana ini tidak dapat dicegah atau dihilangkan, tetapi masih dapat dilakukan studi untuk menghindari dan mengurangi dampak dari bahaya bencana ini sehingga dapat mengurangi timbulnya dampak kerusakan dan korban jiwa.[3] Studi ini mencakup pemodelan numerik tsunami yang timbul akibat gempa, waktu tiba di pantai dan perhitungan run-up gelombang tsunami serta pemetaan sebaran Dari studi ini diharapkan dapat diketahui tinggi gelombang dan arah rambatan di darat yang terjadi akibat tsunami, dan dapat diketahui jalur mana yang aman dan optimal untuk evakuasi, sehingga tidak terjadi kepanikan yang parah dan mengakibatkan penumpukan masa. Rancangan Peta Rute Evakuasi Bancana Tsunami Pantai Puger Jember Mughni Cokrobasworo, Kriyo Sambodho dan Haryo Dwito Armono Jurusan Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: [email protected]

Rancangan Peta Rute Evakuasi Bancana Tsunami Pantai Puger ...digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-32919-4308100075-Paper.pdf · di darat dapat dihitung dan didapat hasil sebaran gelombang

  • Upload
    others

  • View
    5

  • Download
    0

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Rancangan Peta Rute Evakuasi Bancana Tsunami Pantai Puger ...digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-32919-4308100075-Paper.pdf · di darat dapat dihitung dan didapat hasil sebaran gelombang

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5

1

Abstrak— Tsunami merupakan salah satu fenomena

alam di lautan yang berbentuk ombak panjang karena

adanya sebuah gempa bumi di lautan, gunung berapi di

laut yang meletus, atau hantaman benda luar angkasa di

laut. Dalam penelitian ini dilakukan beberapa simulasi

pemodelan kemungkinan terjadinya tsunami yang

berpotensi menerjang kawasan pesisir pantai Puger,

Jember. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

tinggi gelombang tsunami dengan mensimulasikan

beberapa titik gempa yang pernah terjadi di perairan

Selatan Pulau Jawa. Data yang didapat berupa data

batimetri, data patahan, dan data survey lapangan.

Pemodelan ini dilakukan dengan memvariasikan lokasi

kedalaman pusat gempa, lebar patahan, dislokasi, dan

geometri patahan. Dari beberapa permodelan simulasi

tsunami tersebut didapatkan tinggi gelombang maksimal

akibat tsunami yang terjadi, yaitu sebesar 4.345 meter

pada menit ke 75 dengan titik pusat gempa di koordinat

49 L 710430.06 m E 8954723.57 m S UTM. Setelah

mencapai bibir pantai, run-up tinggi gelombang tsunami

di darat dapat dihitung dan didapat hasil sebaran

gelombang tsunami di darat sebesar 628.719 m. Sehingga

dapat diketahui daerah yang terancam ataupun daerah

yang aman dari ancaman aliran gelombang tsunami yang

selanjutnya akan dibuat jalur evakuasi. Rute jalur

evakuasi ini diperlukan agar dapat menuntun obyek

evakuasi agar dapat melalui jalur secara optimal dan

tidak terjadi penumpukan masa yang akan

mengakibatkan kemacetan.

Kata kunci : tsunami, tinggi gelombang maksimum,

run-up, rute jalur evakuasi

I. PENDAHULUAN

Tsunami merupakan salah satu fenomena alam di lautan

yang berbentuk ombak panjang yang ditimbul karena adanya

sebuah gempa bumi lautan, gunung berapi di laut yang

meletus, atau hantaman benda luar angkasa di laut. Tsunami

juga bisa dikatakan sebagai gelombang laut seismik, yaitu

gelombang yang mempunyai periode sangat panjang dan

sulit untuk terpecah. Gelombang jenis ini dapat

menyebabkan timbulnya ombak – ombak besar dan

perputaran air di daerah pantai atau pelabuhan yang biasanya

tidak terjadi pada jenis gelombang laut biasa.[1]

Hal yang paling mungkin dapat menimbulkan tsunami

adalah pergeseran lempeng atau biasa dikenal dengan gempa

yang terjadi di dasar laut atau letusan gunung berapi di dasar

laut yang menyebabkan naiknya permukaan air laut dalam

area yang luas. Penyebab yang terjadi karena penjalaran

gelombang dengan periode yang sangat panjang, bahkan

gelombang jenis ini mungkin mempunyai periode gelombang

yang lebih dari satu jam. Tsunami memiliki karakteristik

yang berbeda dengan gelombang pasang (tidal wave) atau

gelombang permukaan (surface wave) yang biasa dijumpai

di pantai. Tsunami bersifat transient dan implusif, artinya

semakin melemah dengan bertambahnya waktu dan

mempunyai umur sesaat. Sedangkan gelombang permukaan

bersifat kontinyu dan berlangsung dalam waktu yang lama

dengan periode gelombang hanya beberapa detik.

Gelombang tsunami yang timbul juga tidak ada

kaitannya dengan peristiwa pasang surut air laut seperti

ombak biasa yang mencapai pantai secara alami oleh tiupan

angin, namun gelombang tsunami ini amat berlawanan

dengan gelombang biasa tersebut dikarenakan mempunyai

periode kurang dari satu menit. Gelombang yang

dibangkitkan oleh angin hanya menggerakan partikel air laut

di permukaan air laut bagian atas, namun pada gelombang

tsunami menggerakan seluruh kolom air dari permukaan

sampai mencapai dasar laut.[2]

Indonesia merupakan negara kepulauan yang area

pantainya berpotensi terkena tsunami. Data Tsunami di

Indonesia sejak tahun 1660 sampai 2006 menunjukkan

bahwa telah terjadi setidaknya 21 bencana tsunami yang

diantaranya memakan korban yang tidak sedikit. Walaupun

kejadian di Jember belum ada laporan, namun kejadian akan

terkena tsunami di Jember patut diperhitungkan

kemunginannya, mengingat Jember merupakan area

pemukiman penduduk yang terletak di pinggir pantai.

Bencana ini tidak dapat dicegah atau dihilangkan, tetapi

masih dapat dilakukan studi untuk menghindari dan

mengurangi dampak dari bahaya bencana ini sehingga dapat

mengurangi timbulnya dampak kerusakan dan korban

jiwa.[3] Studi ini mencakup pemodelan numerik tsunami

yang timbul akibat gempa, waktu tiba di pantai dan

perhitungan run-up gelombang tsunami serta pemetaan

sebaran Dari studi ini diharapkan dapat diketahui tinggi

gelombang dan arah rambatan di darat yang terjadi akibat

tsunami, dan dapat diketahui jalur mana yang aman dan

optimal untuk evakuasi, sehingga tidak terjadi kepanikan

yang parah dan mengakibatkan penumpukan masa.

Rancangan Peta Rute Evakuasi Bancana Tsunami Pantai Puger

Jember

Mughni Cokrobasworo, Kriyo Sambodho dan Haryo Dwito Armono

Jurusan Teknik Kelautan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)

Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111

E-mail: [email protected]

Page 2: Rancangan Peta Rute Evakuasi Bancana Tsunami Pantai Puger ...digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-32919-4308100075-Paper.pdf · di darat dapat dihitung dan didapat hasil sebaran gelombang

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5

2

II. URAIAN PENELITIAN

A. Studi Literatur

Dalam tugas akhir ini, literatur-literatur yang dipelajari

adalah tugas akhir yang pernah dilakukan sebelumnya dan

jurnal yang berkaitan langsung dengan penelitian ini serta

buku-buku sebagai tambahan referensi dalam penyelesaian

masalah.

B. Pengumpulan Data

Penelitian ini dilakukan dengan mengumpulkan data –

data terlebih dahulu. Data sejarah tsunami di Jawa Timur,

khususnya Banyuwangi. Data yang dipakai adalah data

bathimetri, data patahan berdasarkan sejarah kejadian

tsunami, data topografi serta data sejarah tsunami yang

pernah terjadi di Indonesia. Berikut adalah data-data yang

digunakan untuk penelitian, mencakuo data batimetri dan

sejarah tsunami di Indonesia.

Gambar 2.1 Peta Batimetri Jawa Timur

Tabel 2.1 Sejarah Tsunami Indonesia

Setelah mengumpulkan data sejarah tsunami yang pernah

terjadi, dilakukan simulasi untuk menguji keakuratan source

code TUNAMI dalam memodelkan tsunami.

C. Validasi Data

Dengan menggunakan data parameter dan hasil survey

dari tinggi gelombang tsunami yang pernah terjadi di Pantai

Rejekwesi, Grajagan, Lampon, Geten, Bambangan di

Banyuwangi pada tahun 1994, maka dilakukan tunning untuk

memvariasi parameter patahan yang akan dimasukkan dalam

simualsi.[4]

Gambar 2.2 Peta Pemodelan Awal

Tabel 2.2 Perbandingan Tinggi Gelombang di Daerah

Tujuan

NO Daerah X Y Hmax (hasil

permodelan) Hmax (Data)

1 Bambangan 166 364 4.662 4.6

2 Geten 199 353 3.128 3.1

3 Rajekwesi 237 340 13.6 13.9

4 Lampon 264 328 1.1038 1.3

5 Grajagan

west 1 291 330 4.34 4.1

6 Grajagan

west 2 292 331 2.296 2.3

D. Pemodelan Tinggi Gelombang

Setelah malakukan penyesuaian nilai – nilai parameter

maka didapatkan data kondisi awal (initial condition)

pemodelan yang nantinya digunakan untuk memvalidasi

pemodelan rambatan tsunami di daerah yang lain. Untuk

melakukan simulasi pada daerah pantai puger diguanakan

data parameter – parameter yang telah tervalidasi

sebelumnnya dengan perbedaan yang terletak pada titik

koordinat pusat gempa. Dengan memnsimulasikan melalui

source code TUNAMI, hasil yang keluar kemudian

dimodelkan dan di plot menggunakan software SURFER.[5]

Page 3: Rancangan Peta Rute Evakuasi Bancana Tsunami Pantai Puger ...digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-32919-4308100075-Paper.pdf · di darat dapat dihitung dan didapat hasil sebaran gelombang

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5

3

Sehingga didapatkan model tinggi gelombang mulai dari titik

pusat gempa sampai di titik pantai dalam waktu tertentu.

Gambar 2.3 Model 3D Wireframe Pembangkitan Gelombang

Tsunami

Dari data tinggi gelombang di bibir pantai yang didapat

maka dilakukan perhitungan run-up tsunami di daratan,

sehingga nantinya dapat diketahui daerah yang aman atau

daerah rawan yang terkena dampak hempasan tsunami.

Setelah itu dapat membuat peta rute jalur evakuasi yang

optimal dan efektif untuk daerah sekitar Pantai Puger.

III. HASIL DAN DISKUSI

Untuk memodelkan tinggi gelombang di Pantai Puger,

digunakan data parameter patahan yang telah tervalidasi.

Kemudian dimodelkan di beberapa titik pusat gempa untuk

memprediksi tinggi gelombang yang terjadi dan mengatahui

tinggi gelombang yang paling besar. Sesuai pada koordinat

49 L 771804.00 m E 9072609.00 m S (UTM).

Dengan mengetahui database dari titik – titik kejadian

sejarah gempa yang pernah terjadi di perairan Selatan Jawa

(terutama Jawa Timur) di aplikasi WinITDB, digunakan titik

– titik tersebut untuk memodelkan pusat gempa bersarkan

sejarah catatan gempa yang terjadi dengan skala sekitar 5

sampai 10 ricther. Berikut merupakan database kejadian

gempa yang pernah terjadi diperarian Selatan Jawa.

Gambar 3.1 Peta Sejarah Gempa Bumi di Selatan Jawa

Timur

Sehingga didapat tinggi gelombang di Pantai Puger dengan

beberapa titik pusat gempa sesuai dengan titik sejarah

gempa.

Tabel 3.1 Tinggi Gelombang yang didapat untuk Titik

Bebrapa Titik Pusat Gempa

No.

Koordinat pusat

gempa Tinggi Gelombang

Maksimum X Y

1 103 250 4.1

2 125 243 4.3

3 158 250 1.1

4 190 264 1.6

5 294 270 1.3

Dari tabel 3.1 didapat tinggi gelombang yang mencapai

Pantai Puger pada simulasi ke-2 dengan tinggi gelombang di

bibir pantai mencapai 4.3 meter, sedangkan titik gempa yang

menghasilkan tinggi gelombang tersebut di koordinat 49 L

710430.06 m E 8954723.57 m S.

Tabel 3.2 Tinggi Gelombang dalam kurun waktu tertentu

waktu H

5 -0.004

10 -0.004

15 -0.005

20 -0.004

25 0.001

30 0.257

35 -2.468

40 2.901

45 -0.342

50 0.603

55 -4.127

60 0.503

65 0.603

70 1.42

75 4.345

80 -0.035

85 -1.976

90 0.631

95 0.63

100 -3.157

105 3.182

110 -2.347

115 -2.976

120 -0.704

Page 4: Rancangan Peta Rute Evakuasi Bancana Tsunami Pantai Puger ...digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-32919-4308100075-Paper.pdf · di darat dapat dihitung dan didapat hasil sebaran gelombang

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5

4

x

y

Grafik 2.2 Perubahan tinggi gelombang terhadap waktu pada

Pantai Puger

Dari grafik tersebut, dapat dilihat bahwa pada menit 40

gelombang telah menyentuh pantai dengan ketinggian 2.9

meter dan mencapai puncaknya pada menit 75 dengan

ketinggian mencapai 4.3 meter.

Setelah melakukan simulasi untuk daerah Pantai Puger

dan telah diketahui tinggi maksimum yang mungkin terjadi

akibat gempa yang menimbulkan tsunami sebesar 4.3 meter.

Setelah tinggi gelombang tsunami di pantai diketahui,, maka

perhitungan untuk mencari sebarapa jauh penjalaran tsunami

run-up di daratan dapat dilakukan. Dengan menggunakan

persamaan segitiga sederhana maka didapat:

Gambar 3.2 Pengambilan jarak X

x = 264.56 m (garis kuning)

y = 4 m

maka, tan θ =

tan θ = 0.0151

θ = 0.01510

Selanjutnya dilakukan iterasi perhitungan panjang

gelombang tsunami dengan memperhitungkan gravitasi,

periode gelombang dan tinggi gelombang tsunami yang

disimulasikan.

Dengan menerapkan persamaan diatas maka didapat

iterasi beberapa nilai L (panjang gelombang). Nilai L yang

dipakai untuk perhitungan selanjutnya adalah nilai

perhitungan L yang hampir sama atau sama dengan nilai L

pada persamaannya.

Tabel 3.3 Iterasi Nilai Panjang Gelombang (L)

L asumsi g T d L

7830.455 9.8 1200 4.345 7830.502

7830.458 9.8 1200 4.345 7830.499

7830.461 9.8 1200 4.345 7830.496

7830.464 9.8 1200 4.345 7830.493

7830.467 9.8 1200 4.345 7830.490

7830.470 9.8 1200 4.345 7830.487

7830.473 9.8 1200 4.345 7830.484

7830.476 9.8 1200 4.345 7830.481

7830.479 9.8 1200 4.345 7830.478

7830.482 9.8 1200 4.345 7830.475

7830.485 9.8 1200 4.345 7830.472

7830.488 9.8 1200 4.345 7830.469

7830.491 9.8 1200 4.345 7830.466

7830.494 9.8 1200 4.345 7830.463

7830.497 9.8 1200 4.345 7830.460

7830.500 9.8 1200 4.345 7830.457

7830.503 9.8 1200 4.345 7830.454

Setelah sudut kemiringan pantai diketahhui dan nilai panjang

gelombang diketahui, maka ¬run-up dapat dicari dengan

menggunakan persamaan dengan kemiringan pantai 1/60: [6]

R/H=0.206 (H/L)^(-0.315)

Dari hasil perhitungan maka didapat hasil run-up tsunami

di daratan sejauh 628.719 meter.

Dalam penangangan bencana gempa dan tsunami perlu

sebuah efektifitas baik yang sifatnya preventif maupun

korektif. Salah satu antisipasi terjadinya gempa dan tsunami

disepanjang pantai haruslah mengarah kepada antisipatif

dampak bencana, upaya yang dilaksanakan tersebut tidak

θ

Page 5: Rancangan Peta Rute Evakuasi Bancana Tsunami Pantai Puger ...digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-32919-4308100075-Paper.pdf · di darat dapat dihitung dan didapat hasil sebaran gelombang

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 1, No. 1, (2013) 1-5

5

cukup hanya dengan mengandalkan pembangunan berupa

infrastruktur.[7] Tapi perlu juga adanya persiapan mengenai

status bangunan pasca gempa, kondisi lapangan secara real,

serta lokasi – lokasi yang memungkinkan untuk menjadi

jalur evakuasi pada saat terjadinya tsunami. Dalam kasus ini

peta jalur evakuasi ditinjau berdasarkan kapasitas jalan di

sekitar tempat yang akan dituju. Hal ini akan berpengaruh

terhadap mobilitas dari objek evakuasi yang pada umumnya

dalam keadaan panik akan mencari tempat yang dirasa aman

dari tsunami dan ini akan mengakibatkan penumpukan masa

pada tempat – tempat tertentu yang akhirnya malah

mengakibatkan kemacetan.[8]

Gambar 3.3 Peta Rute Jalur Evakuasi

Pembuatan jalur evakuasi untuk pesisir pantai Puger

dilakukan setelah melihat hasil perhitungan run up tsunami

di darat dan mendapatkan lokasi yang relatif aman terhindar

dari terjangan tsunami. Pembuatan jalur evakuasi di pesisir

pantai Puger didasarkan pada ketinggian di daerah tersebut.

Pembuatan jalur yang sedimikan rupa ini juga didasarkan

agar proses evakuasi dilakukan lebih mudah dan tidak

terpaku pada satu jalur saja yang dikhawatirkan nantinya

akan terjadi penumpukan masa dan kemacetan, karena

berdasarkan hasil survey lapangan bahwa jalan akses

menuju pantai tersebut hanya satu jalur saja, sehingga

dibuatlah jalur alternatif lain agar tidak terjadi kepanikan

yang timbul serta membuat rambu – rambu penunjuk jalur

evakuasi yang jelas dan dapat mudah di mengerti masyarakat

sekitar.

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Kriyo

Sambodho dan Bapak Haryo Dwito Armono selaku dosen

Pembimbing yang telah banyak membimbing dan membantu

dalam pengerjaan riset ini. Serta tidak terlepas dari bantuan

serta dorongan moral maupun material dari banyak pihak

baik secara langsung maupun tidak langsung.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Taufik. 1999. Perlindungan pantai akibat gelombang

tsunami di Banyuwangi. Tugas Akhir. Ocean

Engineering, Sepuluh Nopember Institut Of Technology.

Surabaya

[2] Sambodho K.. 1997. Penggunaan Metode Numerik

Untuk Memprediksi Penjalaran dan Tinggi Gelombang

Tsunami. Tugas Akhir. Ocean Engineering., Sepuluh

Nopember Institut Of Technology. Surabaya

[3] Marchuk, G. I. and B. A. Kagan. 1989. Dynamics of

Ocean Tides. Kluwer Academic Publishers.

Netherlands.

[4] Imamura, F. 1995. Tsunami Numerical Simulation

(Numerical Code of Tsunami – N1 and N2). School Of

Civil Engineering, Asian Institute Of Technology And

Disaster Control Research Center, Tohoku University.

Japan

[5] Kajiura , K., 1963, The Leading Wave of a Tsunami,

Bull. Earthquake Res. Inst. 41, 535–571

[6] Triatmadja, R. 2010. Tsunami Kejadian, Penjalaran,

Daya Rusak, dan Mitigasinya. Gajah Mada University

Press. Yogyakarta

[7] Pradana, Yusuf A. 2012. Studi Ketahanan Masyarakat

Pesisir Pacitan Terhadap Bencana Tsunami. Ocean

Engineering, Sepuluh Nopember Institut Of Technology.

Surabaya

[8] Tsuji, Yoshinabu, et.al. 1994. Field Survey of The East

Java Earthquake and Tsunami of June 3 1994. PP

Geopg, Vol 144