Upload
others
View
3
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
RANCANG BANGUN DAN SISTEM ELEKTRONIK MESIN POTONG PELAT
OTOMATIS SERTA PENERAPAN PADA KAPAL PELAT DATAR
Elfraldo Tamba 0906637752 Selly Danastri 0906637872
Yohanes Ardianto Nugroho 0906516820
Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik Universitas Indonesia [email protected]
Abstrak
Indonesia sebagai negara maritim yang memiliki memiliki potensi perikanan yang besar. Menurut data statistik perikanan dan kelautan 2011, Indonesia berada pada posisi ketiga dunia dengan nilai tangkap 5.382.953 ton di tahun 2010, dengan laju pertumbuhan 2,91%. Sektor ini masih sangat berpotensi untuk ditingkatkan lagi, terlebih belum maksimalnya pengelolaan sumber daya ikan tangkap lokal. Upaya peningkatan produksi perikanan Indonesia terkendala permasalahan armada tangkap kapal nelayan. Kapal kayu yang sekarang menjadi pilihan utama kedepannya akan sulit menghadapi masalah ketersediaan kayu. Oleh karena itu harus ada bahan baku pengganti kayu yaitu dengan plat baja. Terobosan baru kapal pelat datar dengan material baja seharusnya dapat menjadi pemecahan masalah peningkatan armada tangkap nasional. Namun pengembangan dan penggunaan kapal berbahan dasar plat baja harus didukung dengan adanya galangan-galangan yang mampu melakukan proses produksi. Untuk melakukan fungsi produksi dan reparasi galangan kapal harus didukung fasilitas galangan yang memadai. Salah satu fasilitas galangan yang penting adalah bengkel potong pelat. Proses pemotongan plat dengan sistem manual akan membutuhkan waktu yang lama oleh karena itu diperlukan suatu otomasi pada proses pemotongan. Tujuan perancangan ini adalah untuk menghasilkan desain mesin potong pelat otomatis yang dapat diproduksi dan diterapkan pada galangan kapal kecil sehingga galangan kapal mampu untuk memproduksi kapal pelat baja. Dari hasil perancangan diperoleh rancangan mesin potong otomatis dengan kemampuan melakukan pemotongan pelat baja 1200x2400mm dengan ketebalan 10mm. rancangan mesin menggunakan 2 sistem penggerak utama (sumbu X-Y). pada sistem sumbu X digunakan motor stepper Autonics A2K-S544 sebagai actuator utama, sedang pada sumbu-Y digunakan motor stepper Autonics A8K-S566. Untuk struktur pendukung (meja kerja) digunakan cast iron berbentuk kotak hollow 60x40mm, 60x40mm, dan 40x40mm dengan ketebalan masing-masing 3mm. serta bilah penopang plat dari steel mild. Keywords : Mesin, otomatis, produksi, matitim . 1. Pendahuluan
Indonesia adalah negara maritim
yang memiliki wilayah perairan yang luas.
Luas wilayah laut Indonesia mencapai 3,1
juta kilometer persegi dan garis pantai
sepanjang 95.181 kilometer 1 . Kondisi
geografis ini merupakan potensi besar bagi
sektor perikanan di Indonesia terutama di
subsektor perikanan tangkap. Menurut data
statistik perikanan dan kelautan 2011,
Indonesia berada pada posisi ketiga dunia 1 http://www.kkp.go.id/
dengan nilai tangkap 5.382.953 ton di tahun
2010, dengan laju pertumbuhan 2,91%.
Sektor ini masih sangat berpotensi untuk
ditingkatkan lagi, terlebih belum
maksimalnya pengelolaan sumber daya ikan
tangkap lokal.
Salah satu upaya yang dapat
ditempuh guna meningkatkan perikanan
tangkap nasional adalah dengan melakukan
peremajaan dan peningkatan kehandalan
armada tangkap. Peremajaan armada
tangkap bertujuan untuk mengganti
Rancang bangun..., Elfrado Tamba, FT-UI, 20138/25
2
kapal-kapal nelayan yang sudah tidak laik
laut. Sedangkan peningkatan kehandalan
armada tangkap dapat dilakukan dengan
pembangunan kapal dengan kapasitas
tangkap yang lebih besar dan memiliki
ketahanan terhadap cuaca yang lebih bagus.
Namun dengan semakin langka dan
mahalnya harga kayu sebagai bahan baku
utama kapal kayu hal ini akan menjadi
kendala yang krusial. Selain itu kendala lain
yang dihadapi adalah proses produksi kapal
konvensional yang memakan waktu lama.
Tabel 0.1 Waktu pambangunan kapal kayu di UD.Semangat untung
Kab. Bulukumba
Sumber : Kusumanti, Ima (2009)
Terobosan baru kapal pelat datar
dengan material baja seharusnya dapat
menjadi pemecahan masalah peningkatan
armada tangkap nasional. Kapal pelat datar
adalah kapal alternatif selain kapal
berbentuk lengkung (streamline). Dalam
proses produksi, pelat kapal tidak
mengalami proses bending, sehingga kapal
dibagun dengan menggunakan pelat kulit
yang berupa potongan-potongan pelat datar.
Desain kapal pelat datar yang sederhana
dengan menghindari bentuk lekukan
(streamline) dapat memangkas waktu
fabrikasi, sehingga produksi kapal dapat
dilakukan lebih cepat. Material yang
digunakan berupa lembaran pelat baja juga
dinilai lebih ramah lingkungan karena dapat
menggantikan fungsi utama kayu sebagai
bahan baku.
Namun semua itu harus didukung
dengan adanya galangan-galangan yang
mampu melakukan proses produksi. Proses
produksi itu sendiri meliputi pemotongan
pelat baja, perakitan, hingga peluncuran.
Pemotongan pelat merupakan proses
manufaktur dasar pada proses produksi
kapal sebelum dilakukan proses perakitan.
Proses inilah yang menjadi kendala selama
proses produksi. Selama ini pemotongan
pelat dilakukan secara manual, sehingga
membutuhkan waktu dan biaya yang lebih
banyak. Pemotongan dapat dilakukan
dengan mesin potong otomatis, akan tetapi
mesin potong pelat yang tersedia dipasaran
memiliki kapasitas yang terlalu besar dengan
harga mesin yang kurang terjangkau
masyarakat nelayan. Hal ini akan
mengakibatkan ketidak efektifan alat, serta
biaya investasi yang sangat besar. Dampak
yang timbul adalah kurang berkembangnya
galangan-galangan kecil di wilayah pesisir
Indonesia dikarenakan besarnya biaya
investasi.
Untuk itulah kami dalam satu tim
pelaksana skripsi merancang suatu alat
potong otomatis plasma dengan spesifikasi
dan kemampuan memotong otomatis yang
maksimal namun dengan rentang harga
yang lebih terjangkau oleh pembuat
kapal-kapal nelayan di galangan kecil
sepanjang pantai Indonesia. Harapan kami
dengan terlaksananya tugas akhir yang kami
lakukan ini dapat menjawab kebutuhan bagi
banyak galangan kecil di Indonesia
Rancang bangun..., Elfrado Tamba, FT-UI, 20138/25
3
kedepannya, sehingga produksi kapal-kapal
nelayan di Indonesia bahkan kapal-kapal
besar dapat semakin ditingkatkan karena
kemampuan pemotongan pelat yang
meningkat dan jauh lebih efisien karena
dibantu oleh alat potong otomatis plasma
tersebut, sehingga diharapkan setiap
tahunnya produksi kapal nelayan dengan
pelat baja di Indonesia semakin maju dan
kembali bergairah.
2. Landasan Teori
Proses pemotongan logam
merupakan suatu proses yang bertujuan
untuk mengubah bentuk suatu produk dari
logam (komponen mesin) dengan
menggunakan bantuan mesin potong.
Proses pemotongan logam merupakan
kegiatan terbesar yang dilakukan pada
industri manufaktur, proses ini mampu
menghasilkan komponen yang memiliki
bentuk yang komplek dengan tingkat
kepresisian yang tinggi. Ada beberapa jenis
mesin potong yang digunakan dalam proses
pemotongan, salah satunya adalah
menggunakan plasma. Plasma cutting
dikembangkan pada tahun 1950an untuk
memotong logam yang tidak dapat dilakukan
dengan flame cutting, seperti misalnya
stainless steel, aluminium dan tembaga.
Plasma cutting menggunakan sebuah mesin
plasma cutting terdiri dari power suply, arc
starting circuit, dan torch. Mesin plasma
cutting ini beroperasi dibawah sebuah
sistem yang bernama sistem kendali.
Sistem kendali adalah proses
pengaturan suatu atau beberapa besaran
sehingga berada pada suatu harga atau
rangkuman harga tertentu (Pakpahan,
1994).
Sistem kendali dapat dikelompokan
dalam beberapa macam diantaranya sistem
kendali manual dan sistem kendali otomatis.
Sistem kendali manual adalah pengendalian
dimana proses pengendaliannya masih
dilakukan oleh manusia yang bertindak
sebagai operator, sedangkan sistem kendali
otomatis adalah pengendalian yang
dilakukan oleh mesin-mesin/peralatan yang
bekerja secara otomatis dan operasinya
dibawah pengawasan manusia.
Selain itu dikenal juga sistem kendali
tertutup dan sistem kendali terbuka. Sistem
kendali tertutup yaitu sistem pengendalian
dimana besaran keluaran memberikan efek
terhadap besaran masukan sehingga
besaran yang dikendalikan dapat
dibandingkan terhadap harga yang
diinginkan melalui alat pencatat (output
mempengaruhi input).Sementara sistem
kendali trbuka adalah sistem pengendalian
dimana keluaran tidak memberikan efek
terhadap besaran masukan sehingga
variable yang dikendalikan tidak dapat
dibandingkan terhadap harga yang
diinginkan.
Pada rancangan mesin pemotong pelat
otomatis,selain konstruksi bangun
kerja,pemilihan perangkat elektronik untuk
sistem kendali adalah bagian penting
Rancang bangun..., Elfrado Tamba, FT-UI, 20138/25
4
didalamnya. Karena pada perangkat
elektronik inilah proses dari sistem kendali
ini memasukkan perintah hingga eksekusi
pemotongan pelat diterima dan dilakukan
oleh alat pemotong pelat otomatis tersebut.
Perancangan perangkat elektronik untuk
sistem kendali mesin pemotong pelat
otomatis ini terdiri dari pemilihan Hardware
(perangkat keras) dan Software (perangkat
lunak).
2.1 Port Interface DB25
Komponen pengkonversi sinyal
analog ke sinyal digital yang digunakan
dalam perancangan ini adalah DB25. Port
parallel jenis DB25 ini adalah salah satu
jenis socket pada personal computer (PC)
yang menghubungkan perangkat tersebut
dengan dunia luar seperti pada printer lama.
DB25 juga sering disebut sebagai printer
port. Perusahaan Centronic adalah yang
mempopulerkan port jenis ini,oleh karena itu
port ini sering juga disebut dengan centronic
port.pada mesin pemotong pelat otomatis
ini,port DB25 dipakai untuk menghubungkan
antara Personal Computer dengan Motor
Driver
2.2 G-Code Format pemrograman CNC yang
banyak digunakan dalam industri saat ini
adalah G-Code. Format pemrograman ini
adalah yang pertama kali terkenal dan
banyak digunakan karena memang
dikhususkan untuk penggunaan CNC.
Setelah G-Code ini memang banyak sekali
pengembangan yang dilakukan sehingga
muncul format pemrograman baru yang
barnama Step-NC, namun masih jarang
digunakan.
G-Code pada awalnya digunakan
pada awal tahun 1960 oleh Electronical
Industries Alliance secara terus menerus
sehingga akhirnya dikeluarkan revisi
terakhir disetujui pada bulan februari tahun
1980 yang disebut RZSZ274D. G code
berorientasi pada mesin yaitu terfokus pada
jejak titik pusat potong pada sumbu mesin
untuk pemrogramannya.
Pada controller CNC,masukan yang
diberikan lewat keypad inilah yang akan
dikirimkan menjadi G-Code hingga akhirnya
dikirimkan dan diterjemahkan menjadi
sebuah gerak operasi pada motor stepper.
Namun pada perkembangannya, untuk
mempermudah penggunaan mesin CNC,
pihak pembuat perangkat lunak membuat
sebuah interface dalam bentuk program di
perangkat komputer yang sudah siap
digunakan, sehingga untuk dapat
mengoperasikan mesin CNC,tidak lagi
diperlukan pemrograman untuk
menyesuaikan fungsi keypad untuk memberi
perintah kepada motor stepper untuk
bergerak sesuai dengan yang diinginkan
operator.
2.1 Pengujian Pada Sistem Kendali Pada sebuah rangkaian mesin CNC,
terutama pada mesin yang berbasis PC
sangat diperlukan beberapa pengujian untuk
memastikan apakah sistem kendali dan
Rancang bangun..., Elfrado Tamba, FT-UI, 20138/25
5
interface sudah tersinkronisasi dengan baik
sehingga antara perintah masukan dan
keluaran pada bidang kerja selaras dan
presisi, terlebih untuk mesin dengan tujuan
machining yang dibutuhkan kepresisian
sangat tinggi sehingga tidak diperbolehkan
toleransi/penyimpangan pada keluaran
mesin
Perpendicular Test
Pengujian ini bertujuan untuk melihat
apakah posisi axis X dan axis Y sudah saling
tegak lurus satu dengan yang lainnya. Hal ini
penting karena hasil
pemotongan/pengerjaan dari mesin CNC
akan melenceng jauh dari rancangan karena
posisi axis X dan Y yang tidak saling tegak
lurus. Sebagai contoh bila kita memasukkan
program Gcode untuk membuat lingkaran,
maka akan terjadi kemungkinan yang
terbentuk pada bidang kerja adalah oval
atau lingkaran yang tidak sempurna karena
faktor yang disebutkan diatas tadi. Prosedur
pelaksanaannya adalah dengan mengukur
langsung menggunakan dua penggaris
sudut siku siku lalu dilihat secara visual.
Linearity Test
Linearity test adalah pengujian yang
dapat kita lakukan untuk mengetahui apakah
ketika motor stepper diberi program untuk
bergerak sejauh x cm, motor begerak sesuai
dengan program tersebut. Pengujian ini
dapat dilakukan dengan mengatur motor
axis X dan Y pada posisi X0 dan Y0 lalu
memasukkan program Gcode sederhana
untuk bergerak sejauh jarak yang ditentukan
dan diukur menggunakan alat ukur.
Repeatibilty Test
Pengujian repeatabilitas dilakukan
dengan memasukkan program gerakan lurus
sepanjang jarak yang ditentukan dan
berulang ulang dengan jumlah data minimal
sebanyak 50 data. Pengujian ini dilakukan
untuk memastikan apakah motor dapat
secara konsisten bekerja dengan kualitas
yang sama. Pengujian ini dilakukan dengan
alat yang dinamakan dial indicator yang
diletakkan di ujung motor tiap axis, sehingga
dari pembacaan angka di dial indicator
tersebut kita dapat melihat apakah motor
dapat bekerja dengan kontinyu dan
konsisten.
3. Metoda Penelitian • Menentukan topik dan tujuan
perancangan.
• Studi literatur untuk memperoleh
referensi dan dasar teori yang
dapat digunakan pada
perancangan sistem kendali
mesin potong plat otomatis.
• Perancangan kebutuhan
komponen-komponen utama
pada sistem kendali
• Melakukan pengujian pada sistem
kendali yang sudah dibuat
• Melakukan analisis pada desain
alat.
• Pembuatan kesimpulan dari hasil
rancangan yang telah dilakukan.
Rancang bangun..., Elfrado Tamba, FT-UI, 20138/25
6
3. Hasil dan Pembahasan
Secara umum,mekanisme kerja dari
mesin potong plat otomatis adalah sebagai
berikut :
Penggunan PC digunakan dalam rancangan
ini untuk menggantikan fungsi dari CNC
Controller yang digunakan pada umumnya,
berfungsi untuk memberikan masukan
perintah kepada Breakout Board. Breakout
board ini adalah perangkat khusus yang
menjembatani antara komputer dan
microcontroller untuk saling bertukar
masukan dan keluaran seperti yang
seharusnya dilakukan oleh Port LPT/DB25
pada komputer lawas.
Pada rancangan mesin potong pelat
otomatis ini,penulis memilih menggunakan
PC/personal computer sebagai pengganti
keypad yang biasa terdapat pada mesin
CNC. Hal ini dikarenakan pertimbangan
penulis mengenai kondisi galangan kecil
kedepannya dimana mesin potong pelat
otomatis ini akan digunakan, yaitu :
• Penggunaan PC yang lebih mudah dan
familiar
• Perawatan dan penanganan terhadap
error yang lebih mudah dilakukan oleh
pihak galangan nantinya bila terjadi
kesalahan fungsi pada perangkat PC
• Pengaturan yang lebih mudah
dibandingkan dengan keypad karena
tidak membutuhkan pemrograman
(koding) untuk menjalankan fungsi nya.
Pemilihan motor stepper dilakukan
berdasarkan pertimbangan beberapa
hal,yaitu :
• Perhitungan beban torsi yang akan
ditanggung oleh motor
• Besarnya daya yang tersedia dari
sumber daya
• Momen inersia pada motor
Berdasarkan perhitungan yang sudah
dilakukan dengan hasil sebagai berikut :
Torsi pada sumbu x = 0.03 N.m
Torsi pada sumbu Y= 0.31 N.m
maka motor stepper yang dipilih untuk
axis x adalah autonics A2K-S544(W) . Motor
stepper ini berukuran 42 mm x 42 mm.
sedangkan untuk axis Y adalah autonics
A16K-M569W yang berukuran 60 mm x 60
mm. kode dari perangkat motor stepper ini
memiliki arti,yaitu :
• A : kode produk ( Autonics
motor)
• 2-16K : torsi maksimal yang dapat
ditanggung (Kgf.m)
Rancang bangun..., Elfrado Tamba, FT-UI, 20138/25
7
• S : arus rata rata ( S=0.75
A/Phase dan M=1.4 A/Phase)
• 5 : fase motor (5 fase)
• 4dan 6 : ukuran frame motor
• 4 dan 9 : panjang motor
• W : motor menggunakan dual
shaft
Berikut ini adalah spesifikasi lengkap dari
kedua motor tersebut yang didapatkan dari
katalog resmi produsen Autonics : Tabel 0.1 spesifikasi motor stepper autonics
42 ° Model A2K-S544(W) Max Holding Torque 1.8 kgf.cm Moment of rotor inertia 54 g.cm2 Rated Current 0.75 A/phase Basic Step angle 0.72° (full) Unit Weight 0.3 kg
60° Model A8K-S566(W) Max Holding Torque 8.3 kgf.cm Moment of rotor inertia 280 g.cm2 Rated Current 0.75 A/phase Basic Step angle 0.72° (full) Unit Weight 0.8 kg
Karena pada rancangan mesin
potong pelat otomatis ini tidak
menggunakan keypad dan kodingan
untuk mengatur fungsi keypad,maka
penggunaan software/perangkat lunak
dapat membantu bahkan mempermudah
dalam pengaturan cara kerja mesin
potong pelat otomatis ini. Software yang
digunakan adalah Mach3 . Mach3 adalah
perangkat lunak yang dapat digunakan
untuk mengatur dan mengoperasikan
mesin potong pelat otomatis ini langsung
dari perangkat komputer. Mach3 dapat
diunduh secara legal melalui situs
www.artofcnc.ca karena aplikasi ini
memang sifatnya bebas (freeware).
Gambar 0.1 Tampilan awal Mach3
Sebelum Mach3 dapat digunakan untuk
mengoperasikan, ada beberapa konfigurasi
penting yang harus dilakukan agar setiap
perintah masukan yang kita berikan melalui
tombol di program mach3 ini dapat diterima
dengan baik oleh microcontroller menjadi
operasi keluaran yang sesuai dengan yang
kita inginkan. Konfigurasi ini antara lain
adalah menentukan alamat port yang akan
digunakan serta mengatur sinyal masukan
dan keluaran yang akan digunakan,
Pengaturan yang dilakukan setelahnya
adalah pengaturan pada motor. Sebelum
melakukan pengaturan ini kita harus
menghitung dan memperkirakan performa
dari motor dan stepper sehingga nantinya
dapat bekerja dengan optimal dan
pemotongan dapat selesai dengan alokasi
waktu yang lebih efisien.
Rancang bangun..., Elfrado Tamba, FT-UI, 20138/25
8
Diketahui :
• spesifikasi motor : basic step
angle : 0.72 °/step
• pitch ball screw : 5 mm/Rev
• f maks pulsa pada driver : 1 Mhz
dari informasi tersebut didapatkan :
• banyaknya step per putaran = 500
step/rev
• banyaknya step/mm =100 step/mm
• dengan kecepatan 1200 mm/menit, pulsa
yang dikeluarkan adalah 120.000 pulse.
Masih dibawah batas f maks pulsa pada
driver
Hal penting lain yang harus dicek pada
bagian ini adalah voltase di parallel port
pins,karena masukan masukan pada drives
biasanya secara optikal diisolasi dan
didesain untuk menerima masukan
tegangan sebesar 5V.
PENGUJIAN SISTEM KENDALI Setelah konfigurasi sudah dilakukan
pada interface, yang pada rancangan ini
adalah mach3, maka selanjutnya yang dapat
dilakukan adalah melakukan pengujian pada
rangkaian sistem kendali mesin potong pelat
otomatis ini. Pengujian ini dilakukan di
Workshop Citralab yang berlokasi di
kawasan perwira Bekasi. Pengujian yang
dilakukan adalah Linearity Test dan
Repeatibility Test.
3.5.1 Linearity Test Pada pengujian Linearity Test ini,
penulis menguji tiap motor pada axis X dan
Y untuk bergerak sejauh jarak 10,20,30,40
hingga 100 cm secara bertahap dengan
memasukkan Gcode pada kolom input di
program Mach3 seperti contoh berikut pada
X10 (motor axis X bergerak sejauh 10
cm/100 mm) :
Gambar 0.2 Jendela masukan perintah untuk
Linearity Test Setelah itu penulis menjalankan
masukan perintah tersebut sambil mengukur
apakah motor bergerak sejauh jarak yang
sama dengan masukan perintah yang
diberikan pada program Mach3
menggunakan mistar ukur.
Repeatibility Test Mesin potong pelat otomatis yang
dirancang ini juga dilakukan Repeatibility
Test, karena alat ini kedepannya akan
digunakan untuk pemotongan pelat kapal
dalam jumlah yang besar, sehingga
konsistensi pengerjaan yang dilakukan oleh
mesin ini haruslah dalam kondisi yang baik,
baik secara kualitas maupun kuantitas. Oleh
karena itu lah pengujian ini juga disarankan
wajib untuk dilakukan. Pengujian ini
dilakukan dengan menggunakan alat yang
bernama Dial Indicator. Alat ini adalah alat
bantu yang digunakan untuk melihat apakah
motor bergerak dan kembali secara konstan
Rancang bangun..., Elfrado Tamba, FT-UI, 20138/25
9
saat ujung dari batang axis X dan Y kembali
pada titik 0 setelah bergerak sejauh jarak
yang diperintahkan pada program GCode.
Gambar 0.3 Dial Indicator
Program yang dibuat untuk melakukan
Repeatability Test ini adalah sebagai
berikut :
(Repeatability test)
(Mach2/3 Component)
G00 G21 G17 G90 G40 G49 G80
G1 X5 F200
G0 X200
G4 P1
G0 X5
G1 X0 F100
G4 P2
M47
Sedangkan untuk motor Axis Y adalah
sebagai berikut :
(Repeatability test)
(Mach2/3 Component)
G00 G21 G17 G90 G40 G49 G80
G1 X5 F200
G0 X200
G4 P1
G0 X5
G1 X0 F100
G4 P2
M47
Hasil Pengujian Setelah dilakukan pengujian pada kedua
Motor Axis, maka didapatkanlah hasil seperti
berikut : Tabel 3.2 Hasil pengujian linear pada motor Axis
X
perintah masukan (cm)
gerak aktual (cm)
10 10 20 20 30 30 40 40 50 50 60 60 70 70 80 80 90 90 100 100
Rancang bangun..., Elfrado Tamba, FT-UI, 20138/25
10
Tabel 3.3 Hasil pengujian linear pada motor Axis
Y
perintah masukan (cm)
gerak aktual (cm)
10 10 20 20 30 30 40 40 50 50 60 60 70 70 80 80 90 90 100 100
Gambar 3.3 Grafik hasil pengujian pada sumbu X
Gambar 3.4 Grafik hasil pengujian pada sumbu Y
Pengujian Linearity ini dilakukan
secara berulang hingga tiga kali untuk
memastikan bahwa data yang penulis
dapatkan mengenai kinerja dari motor
stepper masin masing axis sudah baik. Dari
tiga kali percobaan, penulis mendapatkan
hasil data yang sama, seperti yang dapat
dilihat pada tabel serta grafik dimana
gerakan actual yang dilakukan oleh motor
stepper akurat dan sesuai dengan perintah
yang penulis masukkan pada interface
Mach3. Pengukuran yang penulis gunakan
dalam percobaan kali ini adalah mistar ukur
yang mempunyai ketelitian hanya mencapai
1 mm. Dari hasil pengamatan dan
pengukuran yang penulis lakukan, hasil yang
didapat memang demikian, namun penulis
tidak mengukur gerak actual dari motor
stepper dengan alat ukur yang mempunyai
tingkat ketelitian lebih dari 1 mm, karena dari
pihak pabrikan motor stepper keluaran
Autonics sendiri mengklaim bahwa tingkat
ketelitian terbaik yang dapat dioperasikan
oleh motor stepper keluaran Autonics hanya
mencapai 1 mm saja, oleh karena itu
penyimpangan kecil hingga tiga angka di
belakang angka utama penulis abaikan
karena penyimpangan tersebut sangat kecil
dan dapat diabaikan dalam pengolahan
data.
Dari grafik dapat dilihat bahwa
persamaan grafik adalah y=x , dan ini adalah
kondisi ideal yang seharusnya didapatkan
pada sebuah mesin CNC yang melakukan
pemotongan serta membutuhkan akurasi
serta ketepatan bentuk. Begitu juga bila
ditinjau dari koefisien regresi linear yang
bernilai 1, nilai ini adalah nilai yang ideal
untuk sebuah fungsi dari sebuah pengolahan
data. Dari hasil yang didapatkan ini, maka
dapat dinyatakan bahwa tidak ada missing
pulse yang terjadi selama pengiriman
informasi dari perangkat komputer hingga
diterima oleh motor stepper untuk diubah
Rancang bangun..., Elfrado Tamba, FT-UI, 20138/25
11
menjadi gerakan, karena perintah masukan
yang diberikan pada masing masing
percobaan diaktualisasi menjadi gerakan
dengan jarak yang sama dan akurat sesuai
dengan perintah masukan (tingkat ketelitian
hingga 1 mm).
Setelah kita mendapatkan hasil
bahwa tidak ada penyimpangan keluaran
yang diaktualisasi oleh motor stepper, maka
selanjutnya kita dapat melakukan pengujian
Repeatability. Pengujian ini penulis lakukan
setelah pengujian linear sudah selesai
dilakukan dan sistem kendali diberikan
waktu untuk di non aktifkan selama kurang
lebih 1 jam, dikarenakan juga penulis
memindahkan data hasil pengujian
sebelumnya ke dalam tabel dan
mempersiapkan alat ukur serta program
untuk melakukan pengujian Repeatability ini.
Percobaan Repeatability ini penulis
lakukan kurang lebih sebanyak 2 kali untuk
masing masing motor stepper di setiap Axis,
dan untuk masing masing axis diberikan
program untuk bergerak sejauh 200 mm
sebanyak 50 kali. Penulis melakukan
sebanyak 2 kali untuk setiap Axis untuk
melihat apakah setelah motor diberikan
beban untuk bergerak sebesar jarak 200 mm
dan dilakukan secara kontinyu dapat
beroperasi dengan baik dan tetap akurat
sesuai dengan program masukan.
Berikut ini adalah hasil pengujian yang
penulis dapatkan :
Tabel 3.4 Hasil pengujian linear pada motor Axis X
percobaan ke-‐ nilai terukur (cm) 1 20 2 20 3 20 4 20 5 20 6 20 7 20 8 20 9 20
10 20 11 20 12 20 13 20 14 20 15 20 16 20 17 20 18 20 19 20 20 20 21 20 22 20 23 20 24 20 25 20 26 20 27 20 28 20 29 20 30 20 31 20 32 20 33 20 34 20 35 20 36 20 37 20 38 20 39 20 40 20 41 20 42 20 43 20 44 20 45 20
Rancang bangun..., Elfrado Tamba, FT-UI, 20138/25
12
46 20 47 20 48 20 49 20 50 20
rata rata 20 Standar deviasi 0
Tabel 3.5 Hasil pengujian linear pada motor Axis Y
percobaan ke-‐ nilai terukur (cm) 1 20 2 20 3 20 4 20 5 20 6 20 7 20 8 20 9 20
10 20 11 20 12 20 13 20 14 20 15 20 16 20 17 20 18 20 19 20 20 20 21 20 22 20 23 20 24 20 25 20 26 20 27 20 28 20 29 20 30 20 31 20 32 20 33 20 34 20 35 20
36 20 37 20 38 20 39 20 40 20 41 20 42 20 43 20 44 20 45 20 46 20 47 20 48 20 49 20 50 20
rata rata 20 standar deviasi 0
Gambar 3.5 Grafik hasil pengujian Repeatability pada
sumbu X
Rancang bangun..., Elfrado Tamba, FT-UI, 20138/25
13
Gambar 0.5 Grafik hasil pengujian Repeatability pada
sumbu Y
Dari hasil pengujian Repeatability ini
dapat dilihat bahwa dalam 50 sampel data
yang diambil penulis tidak melihat adanya
penyimpangan aktualisasi yang diperlihatkan
oleh masing masing motor stepper tiap Axis.
Dial indicator yang dipakai penulis berguna
untuk mengecek dan memastikan bahwa
motor stepper kembali ke titik 0 dengan
benar, hal ini dilihat ketika ujung dari lengan
axis yang diuji menyentuh tombol dial
indicator jarum pada dial indicator selalu
menunjuk ke angka 0. Tingkat ketelitian
yang dimiliki oleh Dial indicator ini hingga
1:100 cm, dimana ketika ada perubahan
dibawah 0.01 maka jarum tidak akan
menunjukkan perubahan yang terlihat
secara kasat mata. Karena nilai yang sangat
kecil ini dapat diabaikan, maka penulis
mendapatkan data yang konstan dari
pengambilan data pertama hingga data ke
50. Maka secara statistic, data yang dimiliki
penulis selama pengujian ini memiliki
standar deviasi sebesar 0, secara teknis ini
berarti motor stepper yang diuji oleh penulis
memiliki ketahanan untuk bergerak dan
bekerja secara kontinyu dalam jangka waktu
yang lama. Ini sesuai dengan penerapan
mesin potong pelat otomatis sendiri dimana
nantinya mesin potong pelat otomatis ini
akan digunakan untuk memotong pelat baja
dalam jumlah yang besar dan dilakukan
secara kontinyu untuk meningkatkan tingkat
produksi kapal pada galangan kapal. Selama
masa pengujian Repeatability ini, penulis
juga tidak mendapatkan motor stepper
berada dalam kondisi overheat, terlebih
motor stepper dioperasikan dalam
konfigurasi kecepatan maksimum,
sementara pada praktisnya nanti motor
stepper hanya bergerak sekitar 80% dari
kecepatan maksimum karena motor harus
menanggung beban tambahan yaitu alat
Plasma Cutter itu sendiri, sehingga menurut
penulis beban yang diberikan oleh plasma
cutter itu sendiri akan mengurangi performa
motor stepper ke kondisi operasional yaitu
80%.
Selain pengujian linear dan Repeatability,
ada beberapa jenis pengujian lagi yang
dilakukan untuk melihat seberapa baik dan
efektif kah sistem kendali pada mesin potong
pelat otomatis ini,seperti interpolasi linear
dan interpolasi sirkular, namun melihat dan
menimbang bahwa mesin potong ini dibuat
hanya untuk memotong pelat yang desain
dan bentuk garisnya tidak rumit dan tidak
membutuhkan pola interpolasi yang rumit
antara kedua Axis, maka dua pengujian
yang dilakukan penulis sudah dapat
mewakili dan menggambarkan bagaimana
performa sistem kendali mesin potong pelat
otomatis ini saat digunakan nantinya.
4. Kesimpulan
Berdasarkan pada analisa dan
pembahasan di bab sebelumnya, maka
dapat disimpulkan spesifikasi sistem
elektronik mesin potong plat otomatis
sebagai berikut :
Rancang bangun..., Elfrado Tamba, FT-UI, 20138/25
14
§ Motor Stepper Autonic
A2K-S544W untuk axis
sumbu X
§ Motor stepper Autonic
A8K-S566W untuk axis
sumbu Y
§ Motor Stepper Driver Autonic
MD5-HF14
§ Perangkat komputer
dengan spesifikasi :
§ Prosesor Intel i3 2.3
Ghz
§ Ram 1 GB
§ Media penyimpanan
250 GB
§ Port LPT dan Wire
§ Buffer/Relay Charge Pump
§ Software Mach3 dan Vcarve
Pro
Dan dengan dua pengujian yang
dilakukan, sistem kendali dapat berjalan
dengan baik sesuai dengan perintah
masukan yang diberikan oleh operator
dalam bentuk G-code
Dengan spesifikasi diatas, maka
sebuah sistem elektronik pada mesin alat
potong dapat dirakit dan digunakan dengan
optimal untuk membantu pengerjaan
produksi fabrikasi pada galangan kapal kecil
dan menengah kedepannya dengan kisaran
harga yang terjangkau dan perangkat yang
mudah didapatkan di pasaran.
SARAN Karena perancangan ini masih
jauh dari sempurna, diharapkan untuk
kedepannya dilakukan penelitian dan
perhitungan lebih lanjut sehingga
perancangan ini menjadi lebih baik
kedepannya. Selain itu, saran untuk
kedepannya adalah agar rancangan ini
dapat diaplikasikan secara nyata di dalam
suatu rangkaian utuh mesin potong pelat
otomatis agar dapat digunakan serta
bermanfaat bagi dunia maritim di
Indonesia. .
5. Referensi
- “interface Port Paralel”.Yufen.3 Jul
2010.
<http://blog.ub.ac.id/yufen/2010/03/07
/interface-port-paralel/>
- Marthoni, Sopha Chandra (2008).
Format Pemrograman CNC
- Ndaru (2013, june 4). Personal
interview.
- Bowo, “Hobi Membuat Mesin CNC
Sendiri” Online Posting,14 april 2011.
Kaskus Forum, 14 april 2011
- http://www.kaskus.co.id/thread/00000
0000000000007953230/hobi-membu
at-mesin-cnc-sendiri-diy-cnc/
- Subagio,Dalmasius Ganjar (2008).
Teknik Pemrograman CNC.Jakarta:
LIPI Press
- Sumardi (2013). Mikrokontroler;
Rancang bangun..., Elfrado Tamba, FT-UI, 20138/25
15
Belajar AVR mulai dari Nol.Jakarta:
Graha Ilmu
- Toni (2013,june 12). Personal
Interview
Rancang bangun..., Elfrado Tamba, FT-UI, 20138/25