Click here to load reader
Upload
rahayu
View
220
Download
0
Embed Size (px)
DESCRIPTION
pws kia cilik rahayu annisa
Citation preview
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI PWS KIA
PWS KIA (Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak) adalah alat
manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA di suatu wilayah kerja secara terus
menerus agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat. Program KIA yang
dimaksud meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan komplikasi
kebidanan , KB, BBL, BBL dengan komplikasi, bayi dan balita. Kegiatan PWS KIA terdiri
dari pengumpulan, pengolahan, analisis dan interpretasi data serta penyebaran informasi ke
penyelenggara program dan pihak / instansi terkait untuk tindak lanjut.
PWS KIA diharapkan cakupa pelayanannya dapat ditingkatkan dengan menjangkau
seluruh sasaran di suatu wilayah kerja. Pelaksanaan PWS KIA akan lebih bermakna bila
ditindak lanjuti dengan upaya perbaikan dalam pelaksanaan pelayanan KIA, intensifikasi
manejemen program, penyelenggaraan sasaran dan sumber daya yang diperlukan dalam
rangka meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan KIA.
B. PENGUMPULAN DATA DALAM PWS KIA
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data dan pengelolaan data merupakan kegiatan pokok dari PWS KIA.
Data yang dicatat per desa/ kelurahan dan kemudian dikumpulkan di tingkat
puskesmas akan dilaporkan sesuai jenjang administrasi. Data yang diperlukan dalam
PWS KIA adalah data sasaran dan data pelayanan. Proses pengumpulan data sasaran
sebagai berikut:
a. Jenis data
Data yang diperlukan untuk mendukung pelaksanaan PWS KIA adalah Data Sasaran:
o Jumlah seluruh ibu hamil
o Jumlah seluruh ibu bersalin
o Jumlah ibu nifas
o Jumlah seluruh bayi
o Jumlah seluruh anak balita
o Jumlah seluruh PUS
b. Data pelayanan
o Jumlah K1
o Jumlah K4
o Jumlah persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan
o Jumlah ibu nifas yang dilayani 3 kali (KF3) oleh tenaga kesehatan
o Jumlah neonatus yang mendapatkan pelayanan kesehatan pada umur 6-48jam
o Jumlah neonatus yang mendapatkan pelayanan kesehatan lengkap (KN lengkap)
o Jumlah ibu hamil, bersalin dan nifas dengan faktor resiko / komplikasi yang
dideteksi oleh masyarakat
o Jumlah kasus komplikasi obstetric yang ditangani
o Jumlah neonatus dengan komplikasi yang ditangani
o Jumlah bayi 29 hari-12 bulan yang mendapatkan pelayanan kesehatan sedikitnya
4 kali
o Jumlah anak balita ( 1,2-59 bulan) yang mendapatkan yankes sedikitnya 8 kali
o Jumlah anak balita sakit yang mendapatkan yankes sesuai standar
o Jumlah peserta KB aktif
2. Sumber data
Data sasaran berasal dari perkiraan jumlah sasaran (proyeksi) yang dihitung
berdasarkan rumus, Data pelayanan pada umumnya berasal dari:
o Registrasi kohort bayi
o Registrasi kohort ibu
o Registrasi kohort abak balita
o Registrasi kohort KB
3. Pencatatan Data
a) Data sasaran
Data sasaran dipeoleh sejak saat bidan memulai pekerjaan di desa atau
kelurahan. Seorang bidan di desa atau kelurahan dibantu para kader dan dukun
bersalin/bayi membuat peta wilayah kerjanya ang mencakup denah jalan,
rumah serta setiap waktu memperbaiki peta tersebut dengan data baru tentang
adanya ibu hamil, neonatus dan anak balita. Data sasaran diperoleh bidan di
desa/kelurahan dari para kader dan dukun bayi yang melakukan pendataan ibu
hamil, bersalin, nifas, BBL, bayi dan anak balita dimana sasaran tersebut
diberikan buku KIA dan bagi ibu hamil dipasang stiker P4K didepan
rumahnya. Selain itu data sasaran juga dapat diperoleh dengan mengumpulkan
data sasaran yang berasal dari lintas program dan fasilitas pelayanan kerja lain
yang ada di wilayah kerjanya.
b) Data Pelayanan
Bidan di desa / kelurahan mencatat semua detail pelayanan KIA di dalam
kartu ibu, kohort ibu, kartu bayi, kohort bayi, kohort anak balita, kohort KB
dan buku KIA. Pencatatan harus dilakukan segera setelah bidan melakukan
pelayanan. Pencatatan tersebut diperlukan untuk memantau secara intensif dan
terus menerus kondisi permasalahan yang ditemukan pada para ibu, bayi dan
anak di desa/kelurahan tersebut, antara lain nama dan alamat ibu yang tidak
datang memeriksakan dirinya pada jadwal yang seharusnya, imunisasi yang
belum diterima para ibu, penimbangan anak dan lain-lain. Selain hal tersebut
bidan di desa juga mengumpulkan data pelayanan yang berasal dari intas
program dan fasilitas pelayana lain yang ada di wilayah kerjanya.
C. PRINSIP PENGELOLAAN PWS KIA
Pengelolaan program KIA pada prinsipnya bertujuan memantapkan dan meningkatkan jangkauan
serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien, pemantapan pelayanan KIA diutamakan pada
kegiatan pokok sebagai berikut.
1. Peningkatan pelayanan antenatal di semua fasilitas pelayanan dengan mutu yang baik serta
jangkauan setinggi-tingginya.
2. Peningkatan pertolongan persalinan yang lebih ditujukan kepada peningkatan pertolongan oleh
tenaga profesional secara bertahap.
3. Peningkatan deteksi dini resiko tinggi ibu hamil, oleh tenaga kesehatan maupun di masyarakat
oleh kader dan dukun bayi, serta penanganan dan pengamatan secara terus-menerus.
4. Peningkatan pelayanan neonatal (bayi kurang 1 bulan)dengan mutu yang baik dan jangkauan
setinggi-tingginya.
D. PELAYANAN ANTENATAL
Pelayanan antenatal adalah pelayanan yang diberikan kepada ibu semasa kehamilannya sesuai
dengan standar pelayanan antenatal seperti yang ditetapkan dalam buku pedoman pelayanan antenatal
bagi petugas pusesmas.
Frekuensi pelayanan antenatal selama kehamilan minimal empat kali, dengan ketentuan sebagai
berikut.
1. Minimal 1 kali pada trimester pertama
2. Minimal 1 kali pada trimester kedua
3. Minimal 2 kali pada trimester ketiga
Pertoongan Persalinan
Dalam program KIA tenaga yang diberikan pertolongan persalinan kepada masyarakat
digolongkan menjadi :
1. Tenaga profesioanal, meliputi dokter spesialis kebidanan, dokter umum, bidan, pembantu bidan,
dan perawat.
2. Dukun bayi terlatih, meliputi dukun bayi yang telah mendapatkan pelatihan dari tenaga kesehatan
yang dinyatakan lulus.
3. Dukun bayi tidak terlatih, meliputi dukun bayi yang belum pernah dilatih oleh tenaga kesehatan
atau dukun bayi yang sedang dilatih dan belum dinyatakan lulus.
Deteksi Dini Ibu Hamil denga Resiko Tinggi
Untuk menurunkan angka kematian ibu secara bermakna, kegiatan deteksi dini ibu hamil berisiko
perlu digalakkan kembali baik difasilitas pelayanan KIA maupun di masyarakat. Deteksi dini ibu
hamil berisiko perlu difokuskan pada keadaan yang menyebabkan ibu bersalin di rumah dengan yang
ditolong oleh dukun bayi terutama dukun bayi yang tidak terlatih
Faktor risiko yang sering dijumpai pada ibu hamil di antaranya adalah primigravida kurang dari
20 tahun atau lebih dari 35 tahun, jumlah anak lebih dari 4 orang, jarak ana terakhir dengan
kehamilan kurang dari 2 tahun, tinggi badan kurang dari 145 cm, berat badan kurang dari 38 kg atau
lingar lengan atas (LILA) kurang dari 23,5 cm, riwayat keluarga dengan kencing manis (DM),
hipertensi, riwayat cacat kongenital dan kelainan bentuk tubuh.
Pelayanan Kesehatan Neonatal
Mengingat angka kematian bayiterjadi pada masa neonates, upaya yang dilakukan untuk
mencegah kematian neonatal diutamakan pada pemeliharaan kehamilan sebaik mungkin, pertolongan
persalinan 3 bersih (bersih tangan penolong, bersih alat pemotong tali pusat, dan bersih alas tempat
tidur ibu) dan perawatan tali pusat yang memperhatikan prinsip sterilitas.
Risiko tinggi neonatal, diantaranya adalah BBLR, bayi dengan tetanus neonatorum, asfiksia,
ikterus neonatorum, sepsis, bayi lahir dengan berat kurang dari 400 gram, bayi preterm, bayi lahir
dengan cacat bawaan sedang, dan bayi lahir dengan persalinan tindakan (seperti forceps, vakum, dan
SC).
E. BATASAN PWS-KIA
Pelayanan Antenatal
Penjaringan deteksi dini kehamilan risiko tinggi bertujuan untuk menemukan ibu hamil berisiko.
Penjaringan ini dapat dilakukan oleh kader, dukun bayi, dan tenaga kesehatan.
a. Kunjungan ibu hamil, yaitu kontak ibu hamil dengan tenaga professional untuk mendapatkan
pelayan antenatal sesuai dengan standar yang ditetapkan.
Kunjungan baru ibu hamil (K1)
Kunjungan ibu hamil dengan tenaga kesehatan sejak pertama kali dan seterusnya, untuk
mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar selama 1 periode kehamilan
berlangsung.
Kunjungan ke-4 (K4)
Adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang ke-4 atau lebih untuk
mendapatkan pelayanan antenatal sesuai standar yang ditetapkan, dengan syarat minimal
1 kali untuk trimester I dan II, serta minimal 2 kali untuk trimester III.
b. Kunjungan neonatal (KN), yaitu kontak neonatal dengan tenaga kesehatan minimal dua kali
untuk mendapatkan pelayanan dan pemeriksaan kesehatan neonatal baik di dalam maupun di luar
gedung puskesmas.
Indikator PWS-KIA merupakan gambaran keadaan kegiatan pokok dalam program KIA, yang
ditetapkan menjadi enam indicator.
1. Akses pelayanan antenatal (indiator cakupan K1)
Cara menghitung cakupan K1 adalah jumlah kunjungan baru (K1) dibagi dengan jumlah
sasaran ibu hamil dalam satu tahun dikalikan 100%. Jumlah sasaran ibu hamil didapat dari angka
kelahiran kasar (Crude Birth Rate-CBR) provinsi x 1,1 x jumlah penduduk setempat. Apabila
provinsi tidak mempunyaio data CBR, dapat menggunakan anga nasional, dengan perhitungan
3% x jumlah penduduk setempat.
2. Indikator cakupan (coverage) ibu hamil (K4)
Cara menghitung cakupan K4 adalah jumlah kunjungan ibu hamil K4 dibagi jumlah
sasaran ibu hamil dalam satu tahun dikalikan 100%.
3. Masalah (manajemen program)
Drop out (DO) adalah presentase dari K1 dikurangi K4 dibagi dengan jumlah K1.
DO = (K1-K4) x 100%
4. Cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan
Cakupan dihitung dengan cara jumlah persalinan oleh tenaga kesehatan dibagi dengan
jumlah seluruh sasaran persalinan dalam 1 tahun dikalikan 100%, seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya.
Jumlah seluruh sasaran dalam satu tahun diperkirakan melalui perhitungan CBR provinsi
x 1,1 x jumlah penduduk setempat. Apabila provinsi tidak mempunyai data CBR dapat
menggunakan angka nasional (2,8%) dikalikan jumlah penduduk setempat.
5. Penjaringan (deteksi) ibu hamil berisiko oleh masyarakat
Deteksi ibu hamil berisiko dihitung berdasarkan jumlah ibu hamil berisiko yang dirujuk oleh
dukun bayi atau kader ke tenaga kesehatan, dibagi dengan jumlah seluruh sasaran persalinan
dalam satu tahun dikalikan 100%.
6. Cakupan pelayanan neonatal (KN) oleh tenaga kesehatan
Dihitung berdasarkan jumlah kunjungan neonatal yang mendapatkan pelayanan
kesehatan minimal dua kali oleh tenaga kesehatan (tidak termasuk pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan) dibagi dengan jumlah seluruh sasaran bayi dalam satu tahun dikalikan 100%.
7. Indikator keluarga berencana
Cara menghitungnya didasarkan pada penggerakan masyarakat, keberlangsungan
program, dan manajemen program.
Penggerakan masyarakat
Keberlangsungan program
Masalah (manajemen program)
8. Indikator Program Gizi
Indikator program gizi adalah keberhasilan program gizi pada balita yang dihitung
berdasarkan jangkauan program, keberlangsungan program, dan manajemen program.
Cara Membuat Grafik PWS-KIA
Laporan PWS-KIA dibuat setiap bulan. Cara penyajian laporan salah satunya dengan menggunakan
grafik yang dibuat setiap bulan. Grafik tersebut dibuat berdasarkan indiator yang harus dicapai dalam
PWS-KIA yaitu sebagai berikut.
a. Grafik cakupan K1.
b. Grafik cakupan K4.
c. Grafik cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan.
d. Grafik penjaringan ibu hamil berisiko oleh masyarakat.
e. Grafik penjaringan ibu hamil berisiko oleh tenaga masyarakat.
f. Grafik cakupan neonatal oleh tenaga kesehatan.
Langkah Pokok Pembuatan Grafik PWS-KIA
a. Pengumpulan data
Data diperoleh dari catatatan ibu hamil per desa, register kegiatan harian, register kohort ibu dan
bayi, register pemantauan ibu hamil per desa, catatan posyandu, laporan dari bidan/dokter praktik
swasta, rumah bersalin, dan sebagainya.
b. Pengolahan data
Untuk mengolah data diperlukan data cakupan kumulatif per desa, cakupan bulan yang akan
diolah, dan cakupan bulan sebelumnya
c. Penggambaran grafik
Tentukan target rata-rata per bulan untuk menggambarkan skala pada garis vertical
(sumbu Y).
Masukkan hasil perhitungan pencapaian kumulatif cakupan K1 sampai dengan bulan ini
(juni 2008) ke dalam lajur presentasi kumulatif secara berurutan sesuai peringkat. Untuk
pencapaian tertinggi, letakkan di sebelah kiri dan terendah di sebelah kanan. Pencapaian
puskesmas dimasukkan dalam kolom terakhir.
Tuliskan nama desa pada lajur desa sesuai dengan cakupan kumulatif masing-masing
desa.
Masukkan hasil perhitungan pencapaian bulan ini (Juni 2008) dan bulan lalu (Mei 2008)
ke dalam lajur masing-masing desa.
Gambar anak panah dipergunakan untuk mengisi lajur tren. Apabila pencapaian cakupan
bulan ini lebih besar dari pencapaian cakupan bulan lalu, maka digambar anak panah
yang menunjuk ke atas. Sebaliknya apabila cakupan bulan ini lebih rendah dari cakupan
bulan lalu, digambarkan anak panah yang menunjuk ke bawah. Sedangkan untuk cakupan
yang tetap atau sama gambarkan dengan tanda minus (-).
d. Analisis grafik dab tindak lanjut PWS-KIA
Langkah berikutnya setelah menggambar grafik adalah melakukan analisis grafik. Pencapaian
target atau cakupan dikategorikan dalam empat status, yaitu sebagai berikut.
Status baik :apabilah desa dengan cakkupan di atas target yang ditetapan dan mempunyai
ecenderungan caupan bulanan yang meningkat atau tetap apabila dibandingkan dengan
cakupan bulan lalu. Desa demikian dikategorian ke dalam desa A dan B.Apabila eadaan
tersebut berlanjut , maa desa akan mencapai atau melebihi target tahunan yang ditentuan.
Status kurang: apabila cakkupan desa di atas target, namun mempunyai kecenderungan
menurun pada cakupan bulalanan dibandingan dengan cakupan bulan lalu. Desa dalam
ategori ini adalah desa C, yang perlu mendapatkan perhatian. Apabila cakkupan desa C
terus menurun ,maa desa tersebut tidak akan mencapai target tahunan yang ditentukan.
Status cukup : apabila desa dengan cakupan di bawah target dan mempunyai
kecenderungan cakupan bulanan yang meningkat jika dibandingkan dengan cakupan
bulan lalu. Desa demikian dikategorikan ke dalam desa D, yang perlu didorong agar
cakupan bulan selanjutnya tidak lebih kecil daripada cakupan bulanan minimal. Apabila
keadaan tersebut dapat terlaksana, maka desa tersebut dapat mencapai target tahunan
yang ditentukan.
Status buruk : Aoabila desa dengan cakupan di bawah target bulan dan mempunyai
kecenderungan cakupan bulanan menurun dibandingkan dengan cakupan bulan yang lalu.
Desa ini dikategorikan dalam desa E, yang perlu mendapatkan prioritas untuk pembinaan
agar cakupan bulanan selanjutnya dapat ditingkatkan di atas cakupan bulanan minimal
dan dapat mengejar target pencapaian target tahunan.
e. Rencana tindak lanjut
Rencana operasional yang harus ditindak lanjuti adalah sebagai berikut.
Desa yang berstatus baik atau cukup, pola penyelenggaraan KIA perlu dilanjutkan,
dengan beberapa penyesuaian tertentu sesuai kebutuhan.
Desa berstatus kurang atau buruk perlu dilakukan analisis lebih mendalam serta dicari
penyebab rendahnya atau menurunnya cakupan bulanan, sehingga dapat diupayakan cara
penanganan masalah secara lebih spesifik.
F. PELEMBAGAAN PWS-KIA
Pelembagaan PWS-KIA adalah pemanfaatan PWS-KIA secara teratur dan terus-menerus pada semua
siklus pengambilan keputusan untuk memantau penyelenggaraan program KIA.
Langkah-langkah pelembagaan PWS-KIA adalah sebagai berikut.
a. Penunjukkan petugas pengolahan data di setiap tingkatan.
b. Pemanfaatan pertemuan lintas program.
c. Penyajian PWS-KIA pada pertemuan teknis bulanan di tingkat puskesmas dan Dati II.
d. Pemantauan PWS-KIA untuk meyakinkan lintas sektoral.
e. Pemantauan Wilayah Setempat (PWS) disajikan serta didiskusikan pada pertemuan lintas sektoral
di tingkat kecamatan dan Dati II.
f. Pembinaan melalui supervise yang terarah dan berkelanjutan.
G. SISTEM PENCATATAN DAN PELAPORAN
Dalam melakukan pencatatan dan pelaporan, PWS-KIA memerlukan data sasaran, data pelayanan,
dan sumber data. Sumber data, sebaiknya data berasal dari hasil pencacahan jiwa setempat. Sumber
data dapat diambil dari register kohort ibu dan bayi, laporan persalinan yang ditolong oleh tenaga
kesehatan dan dukun bayi, laporan dari dokter atau bidan praktek swasta, dan laporan dari fasilitas
pelayanan kesehatan selain puskesmas yang berada diwilayah puskesmas.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Yuswanto, dkk.2009.Asuhan Kebidanan Komunitas.Jakarta:Salemba Medika
Pudiastuti, Ratna Dewi.2011.Buku Ajar Kebidanan Komunitas.Yogyakarta:Nuha Medika
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Puskesmas merupakan ujung tombak pelayanan kesehatan dasar yang berfungsi
membina peran serta masyarakat sebagai pusat pembangunan kesehatan masyarakat.
Manajemen yang baik merupakan faktor yang sangat menentukan dalam mewujudkan
fungsi puskesmas. Fungsi manajemen tersebut, terutama dalam hal monitoring
(pemantauan) dan evaluasi (penilaian) keberhasilan program puskesmas. Salah satu
upaya monitoring dan evaluasi adalah dengan menggunakan Pemantauan Wilayah
Setempat (PWS) (Asuhan Kebidanan Komunitas, Salemba Medika, 2011).
Pemantauan wilayah setempat dimulai dengan program imunisasi yang dalam
perjalanannya, berkembang menjadi PWS-PWS lain seperti PWS Kesehatan Ibu dan
Anak (PWS KIA) dan PWS Gizi. Berdasarkan kesepakatan global (Millenium
Development Goals/MDGs, 2000) pada tahun 2015 diharapkan Angka Kematian Ibu
menurun sebesar tiga-perempat dalam kurun waktu 1990-2015 dan Angka Kematian Bayi
dan Angka Kematian Balita menurun sebesar dua-pertiga dalam kurun waktu 1990-2015.
Berdasarkan hal itu Indonesia mempunyai komitmen untuk menurunkan angka kematian
ibu menjadi 102/100.000 KH, Angka Kematian Bayi dari 68 menjadi 23/1.000 KH, dan
Angka Kematian Balita 97 menjadi 32/1.000 KH pada tahun 2015.
Upaya untuk mempercepat penurunan AKI telah dimulai sejak akhir tahun 1980-
an melalui program Safe Motherhood Inititative yang mendapat perhatian besar dan
dukungan dari berbagai pihak baik dalam maupun luar negeri. Sejak tahun 1985
pemerintah merancang Child Survival (CS) untuk penurunan AKB. Kedua strategi
tersebut diatas telah sejalan dengan Grand Strategi DEPKES tahun 2004.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan komunikasi bidan dengan Pemantauan Wilayah
Setempat KIA (PWS KIA) dalam berbagai upaya-upaya yang dilakukan.
Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui tingkat pemantauan Angka Kematian Ibu (AKI), Angka Kematian
Neonatus (AKN), Angka Kematian Bayi (AKB) dan Angka Kematian Balita
(AKABA).
2. Untuk menilai kesenjangan antara target dengan pencapaian PWS KIA
3. Untuk mempelajari memantau cakupan KIA yang dipilih sebagai indikator secara
teratur (bulanan) dan terus-menerus
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pemantauan Wilayah Setempat Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah alat
manajemen untuk melakukan pemantauan program KIA disuatu wilayah kerja secara
terus-menerus, agar dapat dilakukan tindak lanjut yang cepat dan tepat. Program KIA
yang dimaksud meliputi pelayanan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu dengan
komplikasi kebidanan, keluarga berencana, bayi baru lahir, bayi baru lahir dengan
komplikasi, bayi dan balita.
Tujuan PWS-KIA adalah meningkatkan jangkauan dan mutu pelayanan KIA di
wilayah kerja puskesmas, melalui pemantauan cakupan pelayanan KIA di tiap desa
secara terus-menerus.
B. Saran
Dengan membaca makalah ini diharapkan kepada petugas pelayanan kesehatan
agar dapat memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat di komunitas sesuai
dengan kebutuhan masyarakat agar dapat terpenuhi dengan baik.