2
Aku gundah, Resah, Tidurku tak lagi senyaman dulu Sesaat aku belum mengenalmu, hidupku bahagia Setelah kehadiranmu aku tambah bahagia Seperti pelangi, warna yang kau lukis disetiap ujung hari Renyai tawa yang kau cipta, melambungku menggapai cakrawala Walau selalu saja hatimu tak bisa kubaca Dengan gamblang kau ceritakan padaku Lewat perhatian itu, Sabarmu menemani gelisahku Rayumu yang memadamkan kesedihanku Waktuku seolah menjadi mimpisaat kau tiba-tiba pergi Seolah tak ada lagi sunset yang indahnya dulu selalu kau ceritakan Kini, tiba tiba pagi Entah menghilang kemana malam panjang yang dulu selalu kau bawa Atau ucapan selamat tidur yang kau tuliskan pada wajah semesta, Aku selalu berprasangka saat kau tak ada, Bagaimana jika kau terluka, Atau adakah hal buruk menimpamu disana Kini tak bisa lagi kubagi tentang merahnya langit solo dimalam hari Atau bintang yang mengintip senyumku lewat jendela

Puisi 3

Embed Size (px)

Citation preview

Page 1: Puisi 3

Aku gundah,

Resah,

Tidurku tak lagi senyaman dulu

Sesaat aku belum mengenalmu, hidupku bahagia

Setelah kehadiranmu aku tambah bahagia

Seperti pelangi, warna yang kau lukis disetiap ujung hari

Renyai tawa yang kau cipta, melambungku menggapai cakrawala

Walau selalu saja hatimu tak bisa kubaca

Dengan gamblang kau ceritakan padaku

Lewat perhatian itu,

Sabarmu menemani gelisahku

Rayumu yang memadamkan kesedihanku

Waktuku seolah menjadi mimpisaat kau tiba-tiba pergi

Seolah tak ada lagi sunset yang indahnya dulu selalu kau ceritakan

Kini, tiba tiba pagi

Entah menghilang kemana malam panjang yang dulu selalu kau bawa

Atau ucapan selamat tidur yang kau tuliskan pada wajah semesta,

Aku selalu berprasangka saat kau tak ada,

Bagaimana jika kau terluka,

Atau adakah hal buruk menimpamu disana

Kini tak bisa lagi kubagi tentang merahnya langit solo dimalam hari

Atau bintang yang mengintip senyumku lewat jendela

Atau bulan yang selalu muncul kepagian

Pergimu seolah ikut membawa pergi separuh sadarku

Pergimu meninggalkan sejuta ketidakpastian tentang jawaban pertanyaan pertanyaan itu,,

Atau mungkinkah hanya aku yang selama ini salah mengartikan?

Wahai kau? Seperti apakah aku dihatimu?

Mengapa sulit sekali mengeahui

Mengapa selalu saja kau tutupi

Dan kau biarkan aku mencari sendiri sesuatu yang bahkan belum pernah ku ketahui

Page 2: Puisi 3

Mengapa tak kau balas pesanku

Yang kutitipkan pada langit biru

Sampaikah?

Atau memang tak ada lagi inginmu untuk mengetahui kabarku?

Aku terlalu berspekulasi

Tak kuperhitungkan kalau akhirnya akan jadi begini

Dalam hal ini, memang akulah pemeran utama,

Tapi, bukankah kau yang mengarang cerita?

Mengapa harus kau buat aku terluka

Sedang kebanyakan cerita selalu berakhir bahagia

Salahkah aku menerka

Cinta ataukah hanya sopan santun semata!

Aku tak mengerti,,