Upload
emma-setya-handoko
View
523
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
1
PERBEDAAN – PERBEDAAN DALAM BAKAT
Urgensi untuk menggarap masalah bakat masih tetap ada sampai
sekarang, terlebih-lebih dalam hubungan usaha pendidikan dan pemilihan
lapangan kerja. Suatu hal yang dipandang Self-Evident ialah bahwa
seseorang akan lebih berhasil kalau dia belajar dalam lapangan yang sesuai
dengan bakatnya.
Dipandang, dari segi pendidikan adalah mendesak sekali untuk
mengenal bakat-bakat para anak didik seawal mungkin, akan tetapi tugas ini
adalah tugas yang mudah untuk dikatakan, namun tidak mudah untuk
dilaksanakan, telah banyak usaha dilakukan, tetapi belum diketemukan alat
atau cara yang benar-benar memadai.
A. Apakah Bakat Itu ?
Sebagai ilustrasi diberikan beberapa definisi, sebagai hasil dari usaha
menjawab pertanyaan tersebut. William B. Michael memberikan definisi
mengenai bakat sebagai berikut :
An aptitude may be defined as a person’s capacity, or hypothetical
Potencial, For acquition of a certain more or less well defined. Pattern of
behavior involed in the derformance of a task respect to which the
individual has had little or no previous training ( Michael, 1960, P. 59 )
Jadi Michael meninjau bakat itu terutama dari segi kemampuan individual
untuk melakukan suatu tugas.
2
Bingham memberikan definisi sebagai berikut :
Apitude…..as a condition or set of chareteristics regarde as symptomatic
of an individual’s ability to acquire wit training some(usually specified) set
of responses such as the ability to speak a language, to produce
music,….etc ( Bingham, 1937, D 16 )
Dalam definisi ini Bingham menitikberatkan pada segi apa yang dapat
dilakukan oleh individu.
Woodworth dan marquis memberikan definisi demikian :
“ aptitude is predictable archivement an can be measured by specially
devised test “ (woodworth dan marquis, 1957, P. 58 ).
Bakat (aptitude), oleh woodworth dan morquis dimasukkan dalam
kemampuan (ability) menurut dia ability mempunyai tiga arti, yaitu :
1. Achievement yang merupakan actual ability, yang dapat diukur
langsung dengan alat atau test tertentu.
2. Capacity yang merupakan potencial ability, yang dapat diukur secara
tidak langsung. Dengan melalui pengukuran terhadap kecakapan
individu yang terpadu antara training yang intensif dan pengalaman
3. Aptitude yaitu kualitas yang hanya dapat diungkap/diukur dengan test
khusus yang sengaja dibuat untuk itu.
Dalam pembahasan Guilfora mengemukakan bahwa aptitude mencakup 3
dimensi. Psikologi yaitu :
1. dimensi perceptual,
2. dimensi psikomotor
3. dimensi intelektual
3
tiap dimensi mengadung factor psikologi yang lebih khusus, misalnya
factor memory, reasoning dan sebagainya.
Dari analisis tentang tingkah laku kita ketemukan gejala sebagai berikut :
a. bahwa individu melakukan sesuatu
b. bahwa yang dilakukan itu merupakan sebab dari sesuatu tertentu
c. bahwa dia melakukan sesuatu itu dengan cara tertentu.
Analisis tingkah laku memberikan kesimpulan 3 aspek, yaitu :
a. aspek tindakan ( performance atau act )
b. aspek sebab ( a person causes a result )
c. aspek ekspresif
Faktor-faktor yang telah dirumuskan oleh gunford secara garis besar
akan dikemukakan aspek agak lebih jauh yaitu :
1. Dimensi Perseptual
Meliputi kemampuan dalam mengadakan persepsi dan meliputi factor-
faktor antara lain :
a. kepekaan indera
b. perhatian
c. orientasi ruang
d. orientasi waktu
e. luasnya daerah persepsi
f. kecepatan persepsi
4
2. Dimensi Psikomotor
Mencakup enam factor, yaitu :
a. factor kekuatan
b. factor influs
c. factor kecepatan gerak
d. factor ketelitian/ketepatan terdiri atas dua macam :
- factor ketepatan statis yang menitik beratkan pada posisi
- factor ketepatan dinamis yang menitik beratkan pada gerak
e. factor koordinasi
f. factor keluwesan (flexibility)
3. Dimensi Intelektual
Dimensi ini mempunyai lima factor yaitu :
a. factor ingatan yang mencakup :
& factor ingatan yang mengenal subtansi
& factor ingatan mengenai relasi
& factor ingatan mengenai system
b. factor pengenalan
& Pengenalan terhadap keseluruhan informasi
& Pengenalan terhadap keseluruhan informasi
& Pengenalan terhadap golongan
& Pengenalan terhadap hubungan
& Pengenalan terhadap struktur
& Pengenalan terhadap kesimpulan
5
c. factor evaluatif yang meliputi :
& evaluasi mengenai identitas
& evaluasi relasi
& evaluasi terhadap system
& evaluasi terhadap penting tidaknya problem
d. factor berfikir divergent
& factor untuk menghasilkan nama
& factor untuk menghasilkan hubungan
& factor untuk menghasilkan sistem
& factor untuk menghasilkan transformasi
& factor untuk menghasilkan implikasi unik
e. factor berfikir divergent
& factor untuk mengahsilkan unit seperti : word fluency, identional
fluency
& factor untuk pengalihan kelas secara spontan
& factor kelancaran dalam menghasilkan hubungan
& factor untuk menghasilkan system seperti : expressional fluency
& factor untuk menyusun garis besar
pendapat Guilford dikemukakan dengan lengkap karena pendapat
yang benar, variasi bakat timbul karena variasi dalam kombinasi
korelasi dan intensitas factor-faktor tersebut.
6
B. Bagamana cara mengenal bakat seseorang ?
Biasanya yang dilakukan dalam diagnosa tentang bakat adalah membuat
urutan (rangking), prosedur yang biasa ditempuh adalah :
a. melakukan analisa jabatan, atau analisis lapangan studi
b. dari hasil analisis dibuat pencandraan jabatan
c. dari hasil itu diketahui persyaratan apa yang harus dipenuhi
d. dari persyaratan itu disusun alat pengungkapnya.
Dengan jalan pkiran seperti yang digambarkan, pada umumnya test
bakat itu disusun sampai sekarang boleh dikata belum ada test bakat
yang cukup luas daerah pemakaiannya.
7
KRITIK DAN SARAN
1. Kritik
Dari pendapat diatas tentang bakat ternyata bahwa tidak ada
keseragaman pendapat diantara para ahli, mengenai soal “apakah bakat
itu ? namun perbedaan-perbedaan pendapat mereka sebenarnya tidak
sebesar rumusan tersebut. Sebenarnya mereka menyoroti masalah bakat
dari sudut yang berbeda-beda, sehingga setiap orang beranggapan
bahwa bakat itu sesuatu yang timbul dari diri seseorang yang masih perlu
dibenahi.
Jadi disamping ada perbedaan antara pendapat itu, tetapi itu juga saling
melengkapi.
2. Saran
Orientasi yang lebih luas mengenai bakat yang dikemukakan para ahli
psikologi janganlah terpokus pada analisis tingkah laku saja, tetapi carilah
dari aspek-aspek yang lain sekiranya dapat menunjang tentang definisi
bakat.
Khususnya di Indonesia, test bakat itu diciptakan secara mendesak, baik
untuk keperluan pemilihan jabatan atau lapangan kerja sehingga didapat
orang yang belum mampu hidup dibidang itu, pada hal inilah yang tidak
diharapkan penulis.
Sehingga untuk test kemampuan atau bakat di Indonesia khususnya
masih terikat kepada konteks kebudayaan dimana test itu disusun.