Upload
anindya-maratus-s
View
22
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
Harapannya semua orang berada dalam kondisi sehat. Sehat (Arab "Al-shihah"), dalam Islam bukan
hanya merupakan sesuatu yang berhubungan dengan masalah fisik (jasmani), melainkan juga secara
psikis (jiwa). Karena itulah Islam memperkenalkan konseps al-Shihhah wa al-afiyat (lazim diucapkan
sehat wal'afiat). Maksud dari konsep itu yakni suatu kondisi sehat di mana seseorang mengalami
kesehatan yang paripurna, jasmani, dan rohani atau fisik dan psikis.
Jika ada individu yang sehat, tentu ada pula individu yang sakit. Di hadapan Allah, orang sakit bukanlah
orang yang hina. Mereka justru memiliki kedudukan yang sangat mulia.
"Tidaklah seorang muslim tertimpa derita dari penyakit atau perkara lain kecuali Allah hapuskan
dengannya (dari sakit tersebut) kejelekan-kejelekannya (dosa-dosanya) sebagaimana pohon
menggugurkan daunnya."
(Diriwayatkan oleh Imam Muslim).
Psikologi kesehatan juga mencoba memahami keterkaitan antara kondisi sehat dan sakit, tidak hanya
secara fisik tapi juga secara psikis. Dengan menjaga kesehatan dan kesucian jiwa kita, Insya Allah dapat
membantu meningkatkan kesehatan dan kekuatan fisik kita.
What makes a healthy person stay healthy?
What happens when a healthy person is then diagnosed with chronic illness?
What emotional setbacks occur to people with chronic illness?
Ketiga perilaku diatas dipelajari dalam psikologi kesehatan.
Psikologi kesehatan bertujuan untuk memahami dinamika psikologis individu yang tetap menjaga
kesehatannya, dinamika psikologis individu yang sehat namun kemudian mendapat diagnosa penyakit
kronis serta dinamika psikologis individu saat merespon keadaan sakit kronis yang sedang dialami.
Kita pasti pernah bertemu dengan orang yang tampak selalu sehat dan jarang sakit. Terbersit dalam benak
kita, apa yang dilakukan orang tersebut sehingga kesehatannya terjaga? How does he or she maintain his
or her health? Dinamika psikologis apa yang tercermin pada individu yang berhasil menjaga
kesehatannya?
Kita pernah pula berjumpa dengan orang yang sehat, namun setelah orang tersebut mendapat diagnosa
penyakit tertentu, muncul banyak perubahan pada dirinya. Perubahan fisik dan juga perubahan emosional.
Orang tersebut menjadi lebih sensitif perasaannya-lebih emosional, menjadi kurang semangat dalam
berkarya-malas, bahkan mungkin memperlihatkan perubahan perilaku yang sangat berbeda dalam
kesehariannya. Dinamika psikologis apa yang terlihat pada individu yang demikian?
Kita mungkin juga pernah bertemu dengan orang yang tengah berjuang dalam menghadapi penyakit
kronis yang dideritanya. Kita seolah dapat membaca cerminan jiwanya, antara yakin dan tidak yakin
bahwa dirinya bisa terbebas dari penyakit yang dideritanya. Terkadang kita melihat orang itu tampak
bersemangat dan akan melakukan apapun demi kesembuhannya, namun di saat lain kita meyaksikan
orang tersebut berada pada puncak keputusasaannya. Sehingga apapun yang kita katakan atau kita
lakukan seolah tidak terlalu bermakna bagi dirinya. Dinamika psikologis apa yang ada pada individu yang
demikian?
Dinamika psikologis individu yang sehat ?
Individu ini menyadari bahwa kesehatan adalah sesuatu yang teramat penting. Bentuk kesadaran ini
tercermin dalam perilaku sehat (health behaviour). Perilaku sehat adalah perilaku seseorang dalam
mempertahankan status kesehatannya. Olah raga teratur dan mengkonsumsi makanan sehat dan bergizi
adalah contoh perilaku sehat.
Individu selalu belajar (learn) dari kisah kesehatan orang lain. Proses ini adalah bagian dari dinamika
psikologis orang yang sehat. Karena ia mendapatkan pemahaman (insight) bagaimana menjaga
kesehatannya dan bagaimana terhindar dari penyakit yang dialami oleh orang lain. Sehingga jika ada
keinginan untuk melakukan perilaku yang tidak sehat (poor health behavior) - misal merokok - akan
selalu ada yang inform otaknya untuk tidak meneruskan keinginan berperilaku tidak sehat.
Dinamika psikologis individu yang sehat kemudian sakit ?
Individu yang sehat dapat melakukan banyak aktivitas secara mandiri. Ketika kemudian ia terdiagnosa
dengan penyakit kronis tertentu akan muncul ketakutan dan kecemasan atas eksistensi dan
performansinya. Kecemasan ini merupakan masalah tersendiri, bukan karena mendatangkan stres bagi
individu namun mempengaruhi kemampuan individu dalam menjalankan fungsi kehidupan sehari-hari.
Ketika suatu penyakit terjadi pada seseorang, seluruh aspek kehidupannya akan terpengaruh. Dinamika
psikologis dan emosional yang muncul seringkali berupa pertanyaan seperti "siapa yang akan merawat
mereka ketika mereka telah sembuh? Jika pada akhirnya mereka tidak dapat bekerja lagi, bagaimana
mereka dapat membayar/menangani masalah keuangan? Jika selama ini individu tersebut merasa mampu
melakukan semua hal sendiri secara mandiri, dapatkah mereka kemudian menerima keadaan baru mereka
(jadi tergantung pada orang lain). Bagaimana jika individu ini tidak dapat lagi melakukan hobi lama?
Dinamika psikologis individu yang sedang menderita penyakit kronis?
Ada beberapa respon emosional yang muncul pada pasien atas penyakit kronis yang dideritanya.
1. Penolakan (Denial)
Merupakan reaksi yang umum terjadi pada penderita penyakit kronis seperti jantung, stroke dan kanker.
Atas penyakit yang dideritanya ini, pasien akan memperlihatkan sikap seolah-olah penyakit yang diderita
tidak terlalu berat (menolak untuk mengakui bahwa penyakit yang diderita sebenarnya berat) dan
menyakini bahwa penyakit kronis ini akan segera sembuh dan hanya akan memberi efek jangka pendek
(menolak untuk mengakui bahwa penyakit kronis ini belum tentu dapat disembuhkan secara total dan
menolak untuk mengakui bahwa ada efek jangka panjang atas penyakit ini, misalnya perubahan body
image).
2. Cemas
Setelah muncul diagnosa penyakit kronis, reaksi kecemasan merupakan sesuatu yang umum terjadi.
Beberapa pasien merasa terkejut atas reaksi dan perubahan yang terjadi pada dirinya bahkan
membayangkan kematian yang akan terjadi padanya. Bagi individu yang telah menjalani operasi jantung,
rasa nyeri yang muncul di daerah dada, akan memberikan reaksi emosional tersendiri. Perubahan fisik
yang terjadi dengan cepat akan memicu reaksi cemas pada individu dengan penyakit kanker.
3. Depresi
Depresi juga merupakan reaksi yang umum terjadi pada penderita penyakit kronis. Kurang lebih sepertiga
dari individu penderita stroke, kanker dan penyakit jantung mengalami depresi.
Untuk dapat memahami respon yang terjadi atas perubahan yang ada pada penderita penyakit kronis,
perlu pemahaman yang mendalam tentang diri individu (self) itu sendiri. Self merupakan salah satu
konsep utama dalam ilmu psikologi. Para psikolog mengacu pada self concept sebagai keyakinan atas
kualitas dan penilaian yang dimiliki seseorang.
Penyakit kronis dapat menghasilkan perubahan yang drastis pada self concept dan self esteem. Beberapa
perubahan yang ada bisa bersifat sementara, walaupun ada juga yang bersifat permanen. Self concept itu
sendiri merupakan bagian dari self evaluation termasuk didalamnya beberapa aspek seperti body image,
prestasi, fungsi sosial dan the private self.
1. The Physical Self
Body image merupakan penilaian dan evaluasi atas fungsi dan penampilan fisik seseorang. Body image
yang rendah berhubungan dengan harga diri yang rendah diikuti dengan terjadinya peningkatan depresi
serta kecemasan.
2. The Achieving Self
Jika keadaan penyakit kronis menjauhkan individu dari aktivitas ini, konsep diri individu yang
bersangkutan bisa terkoyak dan rusak. Namun jika pekerjaan dan hobi sama sekali tidak terpengaruh oleh
keadaan sakit dan sebagainya, individu dapat memperoleh kepuasan tersendiri dan meningkatkan harga
dirinya.
3. The Social Self
Sebagaimana yang telah diketahui bersama, menciptakan kembali kehidupan sosial pasien penderita
penyakit kronis merupakan aspek yang penting. Bentuk sumber daya sosial yang dapat membantu
individu yang menderita penyakit kronis misalnya dengan pemberian informasi, bantuan dan dukungan
emosional. Partisipasi keluarga dalam proses rehabilitasi merupakan sesuatu yang sangat dianjurkan.
Memberikan informasi pada anggota keluarga lain (bahkan anak-anak) yang akurat dan cukup mengenai
keadaan individu yangs akit (misalnya gangguan/penyakit yang dialaminya, proses/treatment yang akan
dijalaninya bahka perubahan emosional yang terlihat) merupakan sesuatu yang penting untuk
dilaksanakan agar terhindar dari kebingungan dan kesalahpahaman dalam berkomunikasi antara individu
yang sakit dengan pihak keluarga.
Dengan demikian, setiap individu memiliki dinamika psikologisnya tersendiri bilamana dikaitkan dengan
status kesehatannya. Antara individu yang sehat, individu yang sehat kemudian sakit dan individu yang
telah terkena penyakit kronis memiliki dinamika psikologis dan emosional yang harus dipahami.
Psikologi kesehatan mencoba memahami aspek kejiwaan (psikologis dan emosional) individu yang
berada pada salah satu situasi diatas (terlebih pada individu yang sakit).
Psikologi kesehatan ternyata dapat ditinjau dari sudut pandang religi.
Di dalam banyak ayat dalam Alquran, Allah mengisyaratkan betapa pentingnya kita memelihara
kebersihan hati dan jiwa itu.
"Dan barang siapa yang beriman kepada Allah, niscaya Dia akan memberi petunjuk hatinya" (Q.S Al-
Tagabun 64:11).
Dari lubuk hati yang bersih serta akal yang sehat, seseorang akan memperoleh kesehatan yang sempurna.
Bukankah banyak orang yang mengalami gangguan kesehatan disebabkan oleh faktor tidak sehatnya
kedua hal tersebut?
Selain itu individu seringkali mudah terkena penyakit karena ketidakmampuannya memelihara
keteraturan hidup. Tidak memiliki disiplin diri terhadap makan, tidur, istirahat, bekerja dan berolahraga.
Serta kecenderungan untuk memeriksakan kesehatannya pada waktu sakit.
Padahal Islam menerapkan suatu perinsip al-wiqayat khayr mi al-ilaj (pencegahan lebih baik dari
mengobati). Kiranya dapat kita pahami bahwa secara umum Allah SWT telah menyatakan bahwa semua
penyakit ada obatnya.
Seperti tersurat melalui pernyataan Nabi Ibrahim as. bahwa,
"Apabila aku (Ibrahim as) sakit, Dialah yang menyembuhkan aku"
(Alquran surah As-Syu'ara ayat 80).
Orang yang selalu tawakal, berpikiran positif, dan selalu menjaga kesucian hatinya, Insya Allah
pikirannya akan tenang, aliran darahnya lancar, dan jantungnya berdetak dengan normal. Jadi jelas bahwa
kesehatan jiwalah yang bisa berpengaruh terhadap kesehatan fisik. Dengan menjaga kesehatan dan
kesucian jiwa kita, Insya Allah dapat membantu meningkatkan kesehatan dan kekuatan fisik kita.
Metta Rahmadiana, MSi., Psi
Fak. Psikologi
Universitas YARSI