Upload
andriyanto-wibowo
View
44
Download
6
Embed Size (px)
Citation preview
Prospek Energi Panas Bumi di IndonesiaDalam rangka memasuki era industrialisasi maka kebutuhan energi terus meningkat dan
untuk mengatasi hal ini perlu dipikirkan penambahan energi melalui pemilihan energi
alternatif yang ramah terhadap lingkungan. Salah satu energi altematif tersebut adalah
pemanfaatan energi panas bumi yang cukup tersedia di Indonesia. Tulisan ini akan
menguraikan secara garis besar tentang kebutuhan energi dan peranan energi panas bumi
dalam rangka memenuhi kebutuhan energi serta prospeknya di Indonesia.
Energi panas bumi adalah termasuk energi primer yaitu energi yang diberikan oleh alam
seperti minyak bumi, gas bumi, batubara dan tenaga air. Energi primer ini di Indonesia
tersedia dalam jumlah sedikit (terbatas) dibandingkan dengan cadangan energi primer dunia.
Sebagai gambaran sedikitnya atau terbatasnya energi tersebut adalah berdasarkan data pada
Tabel I.
Tabel 1 Cadangan energi primer dunia.
cadangan Minyak Bumi Indonesia 1,1 % Timur Tengah 70 %
Cadangan Gas Bumi Indonesia 1-2 % Rusia 25 %
Cadangan Batubara Indonesia 3,1 % Amaerika Utara 25 %
Energi panas bumi yang ada di Indonesia pada saat ini dapat dikelompokkan menjadi:
1. Energi panas bumi "uap basah"
Pemanfaatan energi panas bumi yang ideal adalah bila panas bumi yang keluar dari perut
bumi berupa uap kering, sehingga dapat digunakan langsung untuk menggerakkan turbin
generator listrik. Namun uap kering yang demikian ini jarang ditemukan termasuk di
Indonesia dan pada umumnya uap yang keluar berupa uap basah yang mengandung
sejumlah air yang harus dipisahkan terlebih dulu sebelum digunakan untuk
menggerakkan turbin.
1. Pembangkitan tenaga listrik dari energi panas bumi "uap basah".
Uap basah yang keluar dari perut bumi pada mulanya berupa air panas bertekanan tinggi
yang pada saat menjelang permukaan bumi terpisah menjadi kira-kira 20 % uap dan 80 %
air. Atas dasar ini maka untuk dapat memanfaatkan jenis uap basah ini diperlukan
separator untuk memisahkan antara uap dan air. Uap yang telah dipisahkan dari air
diteruskan ke turbin untuk menggerakkan generator listrik, sedangkan airnya disuntikkan
kembali ke dalam bumi untuk menjaga keseimbangan air dalam tanah.
2. Energi panas bumi "air panas"
Air panas yang keluar dari perut bumi pada umumnya berupa air asin panas yang disebut
"brine" dan mengandung banyak mineral. Karena banyaknya kandungan mineral ini,
maka air panas tidak dapat digunakan langsung sebab dapat menimbulkan penyumbatan
pada pipa-pipa sistim pembangkit tenaga listrik. Untuk dapat memanfaatkan energi panas
bumi jenis ini, digunakan sistem biner (dua buah sistem utama) yaitu wadah air panas
sebagai sistem primemya dan sistem sekundernya berupa alat penukar panas (heat
exchanger) yang akan menghasilkan uap untuk menggerakkan turbin.
3. Energi panas bumi "batuan panas"
Energi panas bumi jenis ini berupa batuan panas yang ada dalam perut bumi akibat
berkontak dengan sumber panas bumi (magma). Energi panas bumi ini harus diambil
sendiri dengan cara menyuntikkan air ke dalam batuan panas dan dibiarkan menjadi uap
panas, kemudian diusahakan untuk dapat diambil kembali sebagai uap panas untuk
menggerakkan turbin. Sumber batuan panas pada umumnya terletak jauh di dalam perut
bumi, sehingga untuk memanfaatkannya perlu teknik pengeboran khusus yang
memerlukan biaya cukup tinggi.
Kebutuhan Energi di Indonesia
Sudah dikemukakan bahwa keberhasilan pembangunan terlebih lagi dalam rangka
menggerakkan perindustrian di Indonesia, maka kebutuhan energi akan terus meningkat
dengan pesat. Masalah kebutuhan energi dan usaha untuk mencukupinya merupakan masalah
serius yang harus dipikirkan, agar energi primer khususnya energi fosil yang ada tidak
terkuras habis hanya "sekedar dibakar "untuk menghasilkan tenaga listrik. Padahal sumber
daya alam energi fosil merupakan sumber kekayaan yang sangat berharga bila digunakan
sebagai bahan dasar industri petrokimia. Dalam bidang industri petrokimia ini Indonesia
sudah cukup berpengalaman mulai dari mendesain, membangunnya sampai dengan
mengoperasikannya, sehingga pemanfaatan bahan bakar fosil melalui industri petrokimia
jelas akan mendatangkan devisa yang sangat besar.. Atas dasar pemikiran ini maka sebaiknya
sumber daya alam energi fosil difokuskan untuk industri petrokimia, sedangkan kebutuhan
energi dipikirkan dari sumber energi primer lainnya misalnya energi panas bumi.
Sebagai gambaran kebutuhan atau konsumsi energi di Indonesia berdasarkan sektor
kebutuhan untuk industri, transportasi dan rumah tangga pada Pelita Vl adalah seperti yang
tampak pada grafik 1.
Penyediaan Energi di Indonesia
Mengingat akan banyaknya kebutuhan energi yang diperlukan untuk menggerakkan
pembangunan khususnya dalam bidang industri seperti telah ditampilkan pada Grafik l di
atas, maka persoalan berikutnya adalah bagaimana mengenai penyediaan energi untuk
memenuhi kebutuhan energi tersebut. Mengenai penyediaan energi tersebut usaha
diversifikasi telah dilakukan agar kebutuhan energi tidak semata-mata tergantung pada
minyak bumi saja. Untuk itu dapat dilihat penyediaan energi primer berdasarkan jenis energi
yang ada di Indonesia seperti tampak pada grafik 2.
Selain dari pada itu, bila dikaji lebih cermat ternyata pemakaian energi panas bumi yang
selama ini sering terabaikan, temyata sudah mulai diperhatikan sebagai usaha mencukupi
kebutuhan energi di Indonesia.
Prospek Energi Panas Bumi di Indonesia
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai prospek energi panas bumi di Indonesia, ada
baiknya kalau melihat pemanfaatan energi panas bumi di negara lain sebagai upaya
pemenuhan kebutuhan energinya. Berdasarkan beberapa acuan dapat dilihat pemanfaatan
energi panas bumi di beberapa negara seperti tampak pada Tabel 2.
Tabel 2 Pemanfaatan dan perkembangan energi panas bumi di berbagai negara
Negara 1976 (MW) 1980 (MW) 1985 (MW) 2000 (MW)
Amerika Serikat
Italia
Filipina
Jepang
Selandai Baru
Meksiko
Islandia
Rusia
Turki
China
522
421
-
68
192
78,5
2,5
3
0,5
1
908
455
443
218
203
218
64
5,7
0,5
3
3.500
800
1.726
6.900
282
1.000
150
-
400
50
30.000
-
4.000
48.000
352
10.000
500
-
1.000
200
Indonesia
Argentina
Kanada
Spanyol
-
-
-
-
2,3
-
-
-
32,3
20
10
25
3.500
-
-
200
Jumlah 1.288,5 2.520,5 14.895,3 97.752
Apabila dilihat dari Tabel 2 tersebut di atas, tampak bahwa pemenuhan kebutuhan energi
listrik pada beberapa negara melalui pemanfaatan energi panas bumi terus meningkat.
Angka-angka untuk berbagai negara pada tahun 2000 masih merupakan perkiraan yang masih
terus dikaji ulang.
Indonesia sebagai negeri vulkanik memiliki 217 tempat yang diperkirakan potensial sebagai
sumber energi panas bumi. Berdasarkan perkiraan data tahun 1997 potensi energi panas bumi
di Indonesia adalah sebagai yang tertera pada Tabel 3.
Tabel 3 Potensi energi panas bumi di Indonesia
Daerah sumber energi panas bumi Potensi energi panas bumi (MW)
Sumatera
Jawa
Sulawesi
Nusa Tenggara
Maluku
Irian Jaya
9.562
5.331
1.300
200
100
165
Jumlah Kesuluruhannya 16.658
Apabila dilihat dari Tabel 2 tampak bahwa pemanfaatan energi panas bumi di Indonesia pada
tahun 1985 baru 32,3 MW, sedangkan menurut data terakhir sampai dengan tahun 1997
energi panas bumi yang sudah dimanfaatkan mencapai 305 MW. Dalam waktu sekitar 10
tahun telah terjadi kenaikan kurang lebih 10 kali, suatu kenaikan yang cukup optimis dalam
hal pemanfaatan energi panas bumi. Padahal pemanfaatan yang mencapai 305 MW pada
tahun 1997 tersebut baru 1,83 % dari potensi energi panas bumi yang ada.
Pangsa pemanfaatan energi panas bumi 1,83 % dari total potensi yang tersedia sudah barang
tentu masih sangat kecil. Oleh karena itu kemungkinan untuk menaikkan pangsa pemanfaatan
energi panas bumi masih sangat terbuka lebar, dengan kata lain bahwa prospek pemanfaatan
energi panas bumi di Indonesia masih sangat menguntungkan bagi para penanam modal yang
akan bergerak dalam bidang energi panas bumi. Hal ini terbukti dengan akan dibangunnya
lagi 4 unit berkekuatan 55 MW di Gunung Salak Jawa Barat, suatu proyek patungan antara
Pertamina dan PT Unocoal Geotherrnal Indonesia. Proyek-proyek berikutnya sudah barang
akan segera disusul oleh penanam modal lainnya, mengingat bahwa kebutuhan energi di
Indonesia yang terus meningkat.
Kesimpulan
bahwa prospek pemanfaatan energi panas bumi di Indonesia cukup menjanjikan. Apalagi
kalau diingat bahwa pemanfaatan energi panas bumi sebagai sumber penyedia tenaga listrik
adalah termasuk teknologi yang tidak menimbulkan pencemaran terhadap lingkungan, suatu
hal yang dewasa ini sangat diperhatikan dalam setiap pembangunan dan pemanfaatan
teknologi, agar alam masih dapat memberikan daya dukungnya bagi kehidupan umat
manusia. Bila pemanfaatan energi panas bumi dapat berkembang dengan baik, maka kota-
kota di sekitar daerah sumber energi panas bumi yang pada umumnya terletak di daerah
pegunungan, kebutuhan tenaga listriknya dapat dipenuhi dari pusat listrik tenaga panas bumi.
Apabila masih terdapat sisa daya tenaga listrik dari pemanfaatan energi panas bumi, dapat
disalurkan ke daerah lain sehingga ikut mengurangi beban yang harus dibangkitkan oleh
pusat listrik tenaga uap, baik yang dibangkitkan oleh batubara maupun oleh tenaga diesel
yang keduanya menimbulkan pencemaran udara.
DEFINISI, RUANG LINGKUP, KONSEP DASAR, DAN
PERISTILAHAN DALAM GEOMORFOLOGI
Pendahuluan
Sebagai awal dari kegiatan perkuliahan Geomorfologi memberikan materi yang,
berkenaan dengan pengertian, ruang lingkup dan kaitannya dengan ilmu-ilmu lain,
konsep dasar yang perlu diketahui dalam mempelajari geomorfologi, dan istilah
dalam geomorfologi. Oleh karena itu, pada bagian Bab I akan membicarakan
mengenai hal yang berkaitan dengan materi tersebut, dengan tujuan agar mahasiswa
sebelum
mempelajari lebih lanjut terlebih dahulu memahami dan mengerti tentang definisi
Geomorfologi, ruang lingkup, hubungannya dengan ilmu-ilmu lain, konsep dasar,
serta peristilahan dalam Geomorfologi. Melalui pemahaman terhadap meteri yang
telah diberikan, mahasiswa diharapkan dapat:
a. menjelaskan kembali dengan benar mengenai definisi dan ruang lingkup
Geomorfologi;
b. menjelaskan kembali secara benar tentang hubungannya dengan ilmu-ilmun lain;
c. menyebutkan dan menjelaskan 10 konsep dasar Geomorfologi;
d. menggunakan peristilahan dalam Geomorfologi baik istilah empiris (empirical
terms) maupun istilah deskriptif (descriptive terms) dengan memberikan contoh-
contohnya.Agar dapat memahami materi dengan baik, mahasiswa disarankan untuk
membacatentang materi yang disajikan. Kemudian untuk mengukur kemampuan
dalam memahamimateri, pada bagian akhir dari bab ini diberikan soal-soal untuk
dijawab. Jika sudah paham, maka akan membatu dalam memahami materi-materi
berikutnya.
Definisi Geomorfologi
Kata Geomorfologi (Geomorphology) berasal bahasa Yunani, yang terdiri dari tiga
kata yaitu: Geos (erath/bumi), morphos (shape/bentuk), logos (knowledge atau ilmu
pengetahuan). Berdasarkan dari kata-kata tersebut, maka pengertian gomorfologi
merupakan pengetahuan tentang bentuk-bentuk permukaan bumi. Namun,
Geomorfologi bukan hanya mempelajari bentuk-bentuk muka bumi, tetapi lebih dari
itu mempelajari material dan proses, seperti yang dikemukakan oleh Hooke (1988)
dalam
Sukmantalya (1995: 1), bahwa: Geomorphologist are concerned with the form and 2
processes of the earth’s surface so any activity which modifies the shape of the land,
induces movement of material or alters the quantity or quality of water and drainage,
is interest to them.
Berdasarkan pada pengertian Geomorfologi yang telah disitir, secara singkat
dapatdijelaskan bahwa Geomorfologi membicarakan tentang bentuklahan dan proses
yang terjadi di permukaan bumi termasuk pergerakan materilal, air dan drainase serta
faktor lain yang memicu terjadinya proses geomorfik. Secara singkat berikut ini
disajikan mengenai beberapa definisi geomorfologi yang dikemukakan oleh para ahli
yaitu:
1) Lobeck (1939: 3) menyatakan bahwa Geomorfologi adalah studi tentang
bentuklahan.
2) Cooke dan Doornkamp dalam Sutikno (1987: 3) dinyatakan bahwa geomorfologi
adalah studi mengenai bentuklahan dan terutama tentang sifat alami, asal mula,
proses perkembangan, dan komposisi material penyusunnya.
3) Thornbury dalam Sutikno (1990: 2) disebutkan bahwa geomorfologi adalah ilmu
pengetahuan tentang bentuklahan.
4) Zuidam dan Concelado (1979: 3) juga menyatakan bahwa Geomorfologi adalah
studi yang menguraikan bentuklahan dan proses yang mempengaruhi
pembentukannya serta mengkaji hubungan timbal balik antara bentuklahan dengan
proses dalam tatanan keruangannya.
5) Verstappen (1983: 3) bentuklahan adalah menjadi sasaran Geomorfologi bukan
hanya daratan tetapi juga yang terdapat di dasar laut (lautan).
Dengan demikian obyek kajian dari Geomorfologi berdasarkan definisi-definis
tersebut adalah bentuklahan, bukan hanya sekedar mempelajari bentuk-bentuk yang
tampak saja, tetapi juga mentafsirkan bagaimana bentuk-bentuk tersebut bisa terjadi,
proses apa yang mengakibatkan pembentukan dan perubahan muka bumi. Misalnya,
dalam mempelajari pegunungan, lembah-lembah atau bentukan-bentukan lain yang
ada di
permukaan bumi, bukan hanya mempelajari dalam arti mengamati serta mengukur
bentukan-bentukan tersebut, tetapi juga mnedeskripsikan dan menganalisa bagaimana
bentukan itu terjadi. Dalam hal ini kita harus berhati-hati, karena pada bentukan yang
tampak sama, ada kemungkinan latar belakang pembentukan dan kejadiannya tidak
sama, bahkan sangat berbeda sekali. Umpamanya suatu deretan pegunungan,
mungkin terjadi karena pelipatan kulit bumi, patahan, mungkin juga karena hasil
pengerjaan erosi yang demikian hebat, sehingga menimbulkan relief permukaan bumi
yang bervariasi, dan penyebab lainnya.
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka dapat dijelaskan bahwa
Geomorfologi adalah mempelajari bentuklahan (landform), proses-proses yang
menyebabkan pembentukan dan perubahan yang dialami oleh setiap bentuklahan
yang dijumpai di permukaan bumi termasuk yang terdapat di dasar laut/samudera
serta mencari hubungan antara bentuklahan dengan proses-proses dalam tatanan
keruangan dan kaitannya dengan lingkungan. Di samping itu, juga menelaah dan
mengkaji bentuklahan secara deskriptif, mempelajari cara pembentukannya, proses
alamiah dan ulah manusia yang berlangsung, pengkelasan dari bentuklahan serta cara
pemanfaatannya secara tepat sesuai dengan kondisi lingkungannya.
Ruang Lingkup dan Hubungannya dengan Ilmu-Ilmu Lain
Atas dasar definisi dan pengertian Geomorfologi seperti yang dikemukakan pada
bagian terdahulu, maka beriktut ini disajikan tentang ruang lingkup geomorfologi
serta hubungannya dengan ilmu-ilmu lain seperti dalam Gambar 1-1 pada halaman 4.
Gambar 1. Geomorfologi hubungannya dengan ilmu-ilmu lain (Lobeck, 1939 : 2).
Fisiografi
Bidang Fisiografi
A. Daratan Geomorfologi
B. Atmosfir Meteorologi, Klimatologi
C. Laut/Lautan Oseanografi
Geologi
Geomorfologi
Geomorfologi meliputi Fisiografi dan Geologi
Keterangan:
1. Klimatologi
2.Oseanografi
3. Paleontologi Stratigrafi
Dari Gambar 1, nampak jelas bahwa fisiografi merupakan studi tentang daratan,
lautan, dan atmosfir. Lautan dipelajari dalam Oseanografi, atmosfir menjadi studi
Meteorologi, sedangkan daratan merupakan obyek kajian Geomorfologi. Dengan
demikian jelaslahstudi Geomorfologi merupakan salah satu cabang dari Fisiografi
yaitu tentang daratan yang menitik beratkan pada bentuklahan penyusun konfigurasi
permukaan bumi.
Berbicara mengenai hubungan antara Geomorfologi dengan Geologi W.M. Davis
dalam Sudardja (1977: 4) menggunakan istilah geomorphogeny dan
geomorphography, karena adanya perbedaan penekanan dalam mempelajarinya.
Dimana, geomorphogeny tekanan dalam mempelajarinya mengutamakan bentuk-
bentuk muka bumi masa lampau, yang erat hubungannya dengan geologi, sedangkan
geomorphography lebih menekankan mempelajari bentuk-bentuk muka bumi yada
ada pada masa sekarang, sehingga hubunganya dengan geografi sangat erat. Obyek
kajian Geomorfologi seperti yang tersurat dalam definisi-definisi yang dikemukakan
pada bagian terdahulu adalah bentuklahan. Zakrezewska dalam Sutikno (1990: 2),
mengatakan bahwa Geomorfologi itu mencakaup aspek lingkungan dan aspek
spasial/keruangan termasuk ke dalam aliran geomorfologi-geografis. Aliran
Geomorfologi yang lain adalah geomorfologi-geologis.
Geomorfologi-geografis cakupannya terletak pada penterapan konsep trilogi proses,
meterial, dan morfologi, sedangkan dalam aliran geomorfologi-geologis
menggunakancakupannya terletak pada penterapan konsep bahwa aspek dari semua
bentuklahanditentukan oleh struktur, proses, dan stadium (Sutikno, 1990: 4). Dengan
demikian aspekdari bentuklahan yang mendapat sorotan meliputi morfografi,
morfometri, proses-proses geomorfologi, morfogenesis, morfokronologi serta
mempelajari ekologi bentang lahannya yang tersusun atas batuan, bentuklahan, tanah,
vegetasi, penggunaan lahan, dan lainlain.
Dengan demikian bahwa dalam mempelajari Geomorfologi terkait pada geologi,
fisiografi, dan proses geomorfologi yang menjadi faktor yang tidak dapat diabaikan
dalam perubahan bentuklahan.
Atas dasar keterangan yang telah diuraikan di atas, maka berikut ini disajikan
mengenai hubungan antara geologi, fisiografi, dan proses geomorfologi. Adapun
hubunga tersebut dapat dilihat pada Gambar 2 pada halaman berikut.
Konsep Dasar Geomorfologi
Dalam mempelajari geomorfologi secara baik diperlukan secara baik dasar
pengetahuan yang baik dalam bidang klimatologi, geografi, geologi serta sebagian
ilmu fisika dan kimia yang mana berkaitan erat dengan proses dan pembentukan
muka bumi. Secara garis besar proses pembentukan muka bumi menganut azas
berkelanjutan dalam bentuk daur geomorfik (geomorphic cycles), yang meliputi
pembentukan daratan oleh tenaga dari dalam bumi (endogen), proses
penghancuran/pelapukan karena pengaruh luar atau tenaga eksogen, proses
pengendapan dari hasil pengahncuran muka bumi (agradasi), dan kembali terangkat
karena tenaga endogen, demikian seterusnya merupakan siklus geomorfologi yang
ada dalam sekala waktu sangat lama.
Gambar 2. Hubungan antara geologi, fisiografi, dan proses geomorfologi (Suparpto,
1997: 3)
Sehubungan dengan gambar/diagram di atas, maka dalam mempelajari proses
geomorfologi yang terjadi di permukaan bumi perlu memperhatikan beberapa
konsepdasar. Secara garis besar dikenal beberapa konsep dasar dalam studi
geomorfologi yang dikemukakan oleh Thornbury (1958) dalam Suprapto (1997: 17)
dan Suwijanto (tanpa tahun : 2) adalah sebagai berikut:
GEOLOGI FISIOGRAFI
1. MINERALOGI/PETROGRAFI
2. TRATIGRAFI/PALEONTOLOGI
3. GEOMORFOLOGI
1. METEOROLOGI/KLIMATOLOGI
2. HIDROLOGI/OSEANOGRAFI
3. GEOMORFOLOGI
G E O M O R F O L O G I
UNIT GEOMORFOLOGI
1. VOLKAN
2. DATARAN
3. PLATEAU
4. KUBAH/DOME
5. LIPATAN
6. PATAHAN/BLOK
7. KOMPLEKS
TENAGA GEOMORFOLOGI
1. AIR MENGALIR
2. AIR TANAH
3. GELOMBANG, ARUS,
TSUNAMI
4. GLETSER
5. ANGIN
PROSES GEOMORFOLOGI
PELAPUKAN
FISIS, KIMIA, dan
BIOLOGI
GERAK MASSA BATUAN
RAYAPAN, ALIRAN, LONGSORAN
LAHAN, TERBAN/AMBLESAN
EROSI
FLUVIAL,ABRASI
ABLASI, GLASIASI
PEMBENTUKAN TANAH DENUDASI
1. Proses-proses dan hukum fisik yang sama bekerja sekarang, bekerja pula pada
waktu geologi yang, walaupun intensitasnya tidak sama seperti sekarang.
2. Struktur geologi merupakan faktor pengontrol yang dominan dalam evolusi
bentuklahan dan struktur geologi dicerminkan oleh bentuklahannya.
3. Perbedaan muka bumi yang berbeda antara satu dengan yang lain disebabkan
karena derajat pembentukannya berbeda pula.
4. Proses-proses geomorfologi meninggalkan bekas-bekas yang nayata pada
bentuklahan dan setiap proses geomorfologi akan membangun suatu karakteristik
tertentu pada bentuklahannya (meninggalkan jejak yang spesifik dan dapat dibedakan
dengan proses lain secara jelas).
5. Akibat perbedaan tenaga erosi yang bekerja pada permukaan bumi, maka
dihasilkan suatu urutan bentuklahan yang mempunyai karakteristik tertentu pada
masingmasing tahap perkembangannya.
6. Evolusi geomorfik yang kompleks lebih umum terjadi dibandingkan dengan
evolusi geomorfik yang sederhana (perkembangan bentuk muka bumi umumnya
sangat kompleks/rumit, jarang yang disebabkan oleh proses yang sederhana).
7. Hanya sedikit saja dari topografi permukaan bumi adalah lebih tua dari zaman
Tersier, dan kebanyakan daripadanya tidak lebih dari zaman Pleistosen.
8. Interpretasi secara tepat terhadap bentanglahan sekarang tidak mungkin dilakukan
tanpa memperhatikan perubahan-perubahan iklim dan geologi selama masa
Pleistosen (Pengenalan bentanglahan saat sekarang harus memperhatikan proses yang
berlangsung pada zaman Pleistosen)
9. Apresiasi iklim-iklim dunia amat perlu untuk mengetahui secara benar dari
berbagai kepentingan di dalam proses-proses geomorfologi yang berbeda (dalam
mempelajari bentanglahan secara global/skala dunia, pengetahuan tentang iklim
global perlu diperhatikan)
10. Walaupun geomorfologi menekankan terutama pada bentanglahan sekarang,
namun untuk mempelajarinya secara maksimal perlu mempelajari sejarah
perkembangannya
Di samping konsep dasar tersebut di atas, dalam mempelajari geomorfologi cara dan
metode pengamatan perlu pula diperhatikan. Apabila pengamatan dilakukan dari
pengamatan lapangan saja, maka informasi yang diperoleh hanya mencakup
pengamatan yang sempit (hanya sebatas kemampuan mata memandang), sehingga
tidak akan diperoleh gambaran yang luas terhadap bentanglahan yang diamati. Untuk
mengatasi hal tersebut perlu dikakukan beberapa hal:
a. Pengamatan bentanglahan dilakukan dari tempat yang tinggi sehingga diperoleh
pandangan yang lebih luas. Namun demikian, cara ini belum banyak membantu
dalam mengamati bentanglahan, karena walaupun kita berada pada ketinggian
tertentu, kadangkala pandangan tertutup oleh hutan lebat sehingga pandangan
terhalang. Kecuali, tempat kita berdiri pada saat pengamatan bentang alam
merupakan tempat tertinggi dan tidak ada benda satupun yang menghalangi. Itupun
hanya terbatas kepada kemampuan mata memandang.
b. Pengamatan dilakukan secara tidak langsung di lapangan dengan menggunakan
citra pengideraan jauh baik citra foto maupun citra non foto, cara ini dapat melakukan
pengamatan yang luas dan cepat.
Istilah Empirik dan Deskriptif Dalam Geomorfologi
Pengetahuan Geomorfologi merupakan ilmu yang relatif muda, karena baru berdiri
sendiri pada akhir abad ke 19. Di Indonesia dilihat perkembangannya masih sangat
lamban, sehingga tidak lepas dari berbagai kesulitan; salah satu di antaranya adalah
mengenai “penggunaan istilah” dalam bahasa Indonesia masih sangat minim lebih
banyak istilah-istilah dalam bahasa asing. Harus diakui bahwa hampir semua buku-
buku
yang digunakan mempelajari Geomorfologi tertulis dalam bahasa asing seperti
Belanda, Inggris, Jerman, dan sebagainya.
Istilah-istilah asing yang banyak dipergunakan adalah terutama dalam menguraikan
bentuklahan yang tidak terdapat di Indonesia misalnya bentuklahan hasil pengerjaan
gletser, bentuklahan di daerah arid dan sebagainya. Dilihat dari segi arti yang
terkandung dalam istilah-istilah yang dipergunakan dalam Geomorfologi, dapat
digolongkan ke dalam dua jenis Sudarja dan Akub (1977: 11), yaitu:
a) Istilah empiris (empirical terms)
b) Istilah deskriptif (descriptive terms)
Istilah-istilah secara empiris dalam menyebutkan dan menjelaskan sesuatu bentukan
yang terdapat di alam tanpa memasukkan penjelasan mengenai sifat, ukuran, proses
terjadinya dan sebagainya. Sebagai contoh perkataan “dataran”, biasanya digunakan
untuk menyebutkan bentuklahan yang relatif lebih datar dari daerah sekitarnya,
namun perkataan dataran belum menunjukkan sifat-sifat dataran, bagaimana
terbentuknya, tersusun atas material apa dan sebagainya. Istilah dataran secara
empiris belum memberikan pengertian yang tuntas kepada yang mendengarnya,
karena masih mungkin untuk menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan dataran
tersebut. Contoh lain, seperti perkataan “bukit” digunakan untuk menyebutkan
bentuklahan yang lebih tinggi dengan daerah yang lain dan tidak terlalu tinggi, namun
belum memberikan konsep yang
jelas, sehingga perlu pertanyaan lebih lanjut. Lain halnya dengan istilah deskriptif
seperti “plateau” yang juga merupakan dataran, tetapi bagi orang yang
mempelajarinya sudah mengenal bahwa yang dimaksud di sini adalah dataran tinggi.
Demikian juga istilah “sand dune”, “barchan”, sama-sama mempunyai pengertian
bukit, tatapi istilah yang diberikan telah lebih lengkap dibanding dengan bukit. Istilah
sand dune, barchan merupakan timbunan pasir (bukit pasir/sand dune, dan bukit pasir
berbentuk sabit/barchan).
Berdasarkan apa yang telah dikemuka bahwa dalam mempelajari geomorfologi lebih
banyak menggunakan istilah-istilah yang tergolong ke dalam istilah deskriptif yang
sering digunakan, namun demikian istilah empiris masih dipergunakan.
Arti Penting Geomorfologi
Pada dasawarsa terkahir ini sudah dimulai tampak arti penting geomorfologi sebagai
pendukung ilmu kebumian lainnya dan ilmu yang terkait dalam arti praktisnya.
Geomorfologi sebagai ilmu mempunyai arti yang penting, seperti peranannya
dalamgeografi fisik dan terapannya dalam penelitian. Geomorfologi sudah mulai
dimasukkan dalam ke dalam kurikulum pada fakkultas-fakultas seperti Fakultas
Pertanian, Teknik, Arkeologi, dan sebagainya serta banyak penelitian-penelitian yang
menggunakan pendekatan geomorfologi. Sebagai contohnya adalah penggunaan
pendekatan geomorfologi untuk studi bencana alam, kerekayasaan, lingkungan,
pemetaan tanah, pemetaan air tanah dan sebagainnya. Namun demikian,
geomorfologi dalam pengajaran serta penelitian-penelitian yang bertema fisik yang
non geomorfologik, uraian geomorfologi hanya sekedar ilustrasi yang tradisional dan
belum dimanfaatkan untuk dasar pengambilan sampel daerah ataupun analisisnya.
Hal ini disebabkan oleh berbagai hal di antaranya adalah kurangnya atau langkanya
buku-buku geomorfologi.
Kajian geomorfologikal akan menghasilkan data/informasi yang utama dan pertama
dari bentanglahan fisikal yang bermanfaat bagi pengembangan ilmu maupun terapan
praktisnya. Dalam penerapan geomorfologi pada dasarnya banyak diwarnai oleh
Verstappen dalam bukunya yang berjudul “Applied Geomorphology
(Geomorphological Surveys for Environmental Development)” tahun 1983. Dalam
buku tersebut memuat
berbagai terapan geomorfologi. Adapun terapan geomorfologi yang dikemukakan
oleh Verstappen tersebut adalah meliputi. Peran dan terapan geomorfologi dalam
survei dan pemetaan, survei geologi, hidrologi, vegetasi, penggunaan lahan pedesaan,
keteknikan, ekplorasi mineral, pengembangan dan perencanaan, analisis medan,
banjir, serta bahaya alam disebabkan oleh gaya endogen.
Dari apa yang telah dikemukakan di atas, maka geomorfologi mempunyai peran dan
arti yang cukup penting. Karena dalam suatu perencanaan pengemabang wilayah,
memerlukan informasi dasar yang menyeluruh baik aspek fisik maupun aspek sosial.
Pada aspek fisik geomorfologi dapat memberikan informasi melalui kajian dengan
pendekatan geomorfologi. Pendekatan geomorfologi digunakan dalam melakakukan
analisis dan klasifikasi medan (terrain analysis and classification) dengan beberapa
parameter seperti yang dikemukakan oleh Zuidam, et al (1978 : 9 – 22), dimana pada
intinya dalam analisis dan klasifikasi medan dapat dikemukakan sebagai berikut:
a. Relief/morfologi meliputi bagian lereng, ketinggian, kemiringan lereng, panjang
lereng, bentuk lereng, bentuk lembah, dan aspek relief yang lain.
b. Proses geomorfologi meliputi erosi dan tipe erosi, kecepatan dan daerah yang
terpengaruh; banjir yang meliputi tipe, frekuensi, durasi, kedalaman, dan daerah yang
terpengaruh; gerakan massa yang meliputi tipe, kecepatan, daerah yang
terpengaruh.
c. Tipe material batuan meliputi batuan induk, material permukaan, kedalaman
pelapukan.
d. Vegetasi dan penggunaan lahan meliputi tipe vegetasi, kepadatan, tipe penggunaan
lahan, periode, durasi, dan konservasi.
e. Air tanah mencakup kelembaban permukaan, kedalaman air tanah, fluktuasi air
tanah, dan kualitas air tanah.
f. Tanah mencakup kedalaman, kandungan humus, tekstur, drainase, dan daerah
berbatu.
Berdasarkan apa yang telah dikemukakan di atas, maka geomorfologi memegang
peranan yang cukup penting, sebab hasil analisis dan klasifikasinya medan ataupun
lahan dapat dimanfatkan untuk berbagai kepentingan. Seperti dalam bidang
keteknikan, ekonomi, hidrologi dan lain sebagainya. Berbagai bentuklahan yang ada
di permukaan bumi, merupakan bagian kajian dari geomorfologi terutama dan
terutama tentang sifat alami, asal mula, proses perkembangan, dan komposisi material
penyusunnya.
Kaitannya dengan hal tersebut Thornbury (1954) dalam Sutikno (1987: 12)
menyatakan bahwa ada lima kelompok terapan geomorfologi, yaitu:
1. Terapan geomorfologi dalam hidrologi, yang membahas hidrologi di daerah karst
dan air tanah daerah glasial. Masalah hidrologi di daerah karst dapat diketahui dengan
baik apabila geomorfologinya diketahui secara mendalam. Air tanah di daerah glasial
tergatung pada tipe endapannya, dan tipe endapan ini dapat lebih mudah didekati
dengan geomorfologi.
2. Terapan geomorfologi dalam geologi ekonomi, yaitu membahas pendekatan
geomorfologi untuk menentukan tubuh bijih, jebakan residu, mineral epigenetik, dan
endapan bijih.
3. Terapan geomorfologi dalam keteknikan, aspek keteknikan yang dibahas meliputi
jalan raya, penentuan pasir, dan kerakal, pemilihan situs bendungan dan geologi
militer. Terapan geomorfologi dalam keteknikan ini semua aspek geomorfologi
dipertimbangkan
4. Terapan geomorfologi dalam ekplorasi minyak, banyak unsur-unsur minyak di AS
yang ditentukan dengan pendekatan geomorfologi terutama bentuklahan termasuk
topografi, untuk mengenal struktur geologi dalam penentuan terdapatnya kandungan
minyak.
5. Terapan geomorfologi dalam bidang lain, yaitu menyangkut pemetaan tanah,
kajian pantai, dan erosi.