Upload
others
View
11
Download
0
Embed Size (px)
Citation preview
PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVER
ORANG DENGAN SKIZOFRENIA
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun oleh :
Kartika Perwara Sari
119114060
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
HALAMAN MOTTO
If you fall a thousand times, stand up millions of times
Because you don’t know how close you are to succes
Karya sederhana ini saya persembahkan untuk :
Allah SWT yang Maha Segalanya
Bapak, Ibu, dan Adikku tercinta, Nada yang selalu memberi dukungan
di setiap proses kehidupanku, baik suka maupun duka
Keluarga dan Sahabat-sahabat yang terkasih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
HALAMAN PERSEMBAHAN
Terimakasihku kepada Allah SWT sang pemilik kehidupan, yang telah
memberikan kekuatan di tengah kesulitan dan keputusasaanku.
Karya sederhana ini saya persembahkan untuk :
Allah SWT yang Maha Segalanya
Bapak, Ibu, dan Adikku tercinta, Nada yang selalu memberi dukungan
di setiap proses kehidupanku, baik suka maupun duka
Keluarga dan Sahabat-sahabat yang terkasih
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
PROSES PENCAPAIAN RESILIENSI DIRI PADA CAREGIVER ORANG
DENGAN SKIZOFRENIA
Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma
Kartika Perwara Sari
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui proses resiliensi yang dialami oleh informal
caregiver atau keluarga orang dengan skizofrenia. Fokus penelitian ini adalah melihat
bagaimana informal caregiver menyesuaikan diri dengan keadaan yang tidak nyaman
hingga bangkit dan memiliki kenyamanan hidup seperti sekarang. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif naratif. Partisipan dalam penelitian ini adalah tiga orang
informal caregiver yang memiliki pengalaman merawat orang dengan skizofrenia (ODS)
minimal tiga tahun. Pengambilan data dilakukan dengan wawancara semi-terstruktur dengan
validitas hasil penelitian yang menggunakan metode member checking. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa caregiver yang telah mengembangkan aspek positif di dalam dirinya,
memiliki pengetahuan yang cukup tentang gangguan jiwa dan menganggap positif perannya
sebagai caregiver akan memberikan daya dukung pada pencapaian resiliensi diri.
Kata kunci: Resiliensi, caregiver, skizofrenia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
THE PROCESS OF RESILIENCE AMONG SCHIZOPHRENICS
CAREGIVERS
Sanata Dharma Uviversity
Kartika Perwara Sari
ABSTRACT
This study aims to find out the process of resilience experienced by informal caregiver, known as
family members who take care of schizophrenics. The focus of this study is so figure out how
informal caregivers adjust themselves with inconvenient situations until they can finally settle
things down and live peacefully as what they do now. This study uses a qualitative-narrative
research method. There were three informal caregivers as the participants of this study. Who
participants were considered to have fulfilled the characteristics of resilience by the comunnity of
skizophrenic counterparts. The data gathering was carried out by conducting a semi-structured
interview, in which the result validity of the study used a member-checking method. The study
result shows that the caregiver who has developed positive aspect internally has adequate
knowledge about mental disorder and consider his/her role as the caregiver will positively give
support for the accomplishment of self-resilience.
Keywords: Resilience, caregivers, schizophrenia
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur dan terima kasih penulis panjatkan kepada Allah SWT,
Tuhanku yang telah memberikan kemampuan dan kekuatan sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Proses Pencapaian Resiliensi Diri pada
Caregiver Orang dengan Skizofrenia” ini dengan baik. Skripsi ini merupakan
salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Psikologi, di Fakultas Psikologi,
Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Dalam pengerjaan skripsi dari awal hingga selesai, penulis telah
mendapatkan banyak doa, dukungan, semangat, bimbingan, saran dan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini perkenankan penulis
dengan segala kerendahan hati menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada:
1. Bapak Agus Sumanto dan Ibu Kristiani selaku orang tua penulis yang
selalu memberikan doa, dukungan, motivasi dan memberikan fasilitas
dengan sangat baik kepada penulis sehingga skripsi ini dapat selesai
dengan baik.
2. Ibu Dr. Titik Kristiyani., M.Psi, selaku Dekan Fakultas Psikologi
Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi, M.Si., selaku Kepala Program Studi
Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
4. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi, M.Si., selaku Dosen Pembimbing
Akademik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
5. Bapak C. Wijoyo Adinugroho, M.Psi selaku dosen pembimbing skripsi
satu yang telah membimbing penulis dari awal pengerjaan penelitian ini.
Terimakasih atas dukungan, pengarahan dan kesabarannya yang sangat
membantu penulis.
6. Bapak C. Siswa Widyatmoko, M.Psi selaku dosen pembimbing skripsi
dua. Terima kasih atas dukungan, bimbingan dan pendampingannya yang
juga sangat membantu penulis dalam menyelesaikan penelitian.
7. Segenap dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma atas ilmu
dan bimbingan selama penulis mengikuti proses perkuliahan.
8. Seluruh staff yang bekerja di Fakultas Psikologi, yang telah memberikan
pelayanan dengan baik.
9. Adikku tercinta Refa Nada Violina, terimakasih atas segala dukungannya.
10. Dimas Anggy Prasetyanto, terimakasih sudah setia menunggu dengan
sabar pada proses yang panjang ini.
11. Kakung, Uti, dan Embahku tersayang, terimakasih atas perhatian,
dukungan dan doa untuk penulis.
12. Mbak Aril Halida, M.Psi, terimakasih segala afirmasi positif, dukungan
dan motivasinya.
13. Seluruh keluarga dan saudara yang sudah mendukung dan mendoakan
penulis.
14. Teman-teman kelompok bimbingan ‘Menuju S.Psi’ yang berada di bawah
bimbingan Bapak Adi, Manda, Pudar, Ilis, Olive, Dika dan yang tidak bisa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
saya sebutkan satu per satu. Terimakasih atas dukungan, semangat dan
bantuannya.
15. Butet, Eka, Pakde, Floren, Cik Clo, Dedew, Keke, Mira dan teman-teman
bimbingan skripsi di bawah bimbingan Bapak Siswa yang tidak bisa saya
sebutkan satu per satu, terimakasih atas bantuan dan supportnya, see you
on top!
16. Teman-teman “The last warriors”, terimakasih telah saling menguatkan
pada detik-detik terakhir ini.
17. Ketiga Partisipan yang telah bersedia meluangkan waktu dan berbagi
pengalaman, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya.
18. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penelitian ini, matur
nuwun sanget.
Penulis merasa skripsi ini jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis
meminta maaf kesalahan atau kelalaian yang telah diperbuat. Penulis
mengharapkan kritik dan saran yang membangun sehingga skripsi ini dapat
menjadi lebih baik. Semoga skripsi ini berguna bagi pembaca.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING ................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ............................................... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................... v
ABSTRAK ........................................................................................................... vi
ABSTRACT ......................................................................................................... vii
HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ................................... viii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ....................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv
DAFTAR SKEMA ............................................................................................ xvi
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xvii
BAB I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Belakang Masalah ..................................................................................... 1
B. Pertanyaan Penelitian ........................................................................................ 7
C. Tujuan Penelitian ................................................................................................ 8
D. Manfaat Penelitian .............................................................................................. 8
1. Manfaat Teoretis ............................................................................................. 8
2. Manfaat Praktis ............................................................................................... 8
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA................................................................................. 9
A. Proses .................................................................................................................... 9
1. Definisi Proses .............................................................................................. 9
B. Resiliensi .............................................................................................................. 9
1. Definisi Resiliensi ......................................................................................... 9
2. Ciri-ciri Individu yang Resilien ................................................................ 11
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
3. Aspek-aspek Resiliensi .............................................................................. 12
4. Faktor yang Mempengaruhi Resiliensi .................................................... 15
C. Caregiver ............................................................................................................ 17
1. Jenis-Jenis Caregiver ................................................................................. 18
2. Tugas-Tugas Informal Caregiver ............................................................. 19
3. Dampak dari Caregiving ............................................................................ 20
D. Skizofrenia ......................................................................................................... 17
1. Definisi Skizofrenia ...................................................................................... 23
2. Gejala Klinis Skizofrenia ............................................................................. 24
3. Ekspresi Emosi pada Keluarga Orang dengan Skizofrenia ..................... 27
4. Dinamika Resiliensi pada Caregiver Orang dengan Skizofrenia ........... 29
BAB III. METODOLOGI PENELITIAN .............................................................. 34
A. Jenis Penelitian ........................................................................................... 34
B. Fokus Penelitian ................................................................................................ 35
C. Partisipan Penelitian.......................................................................................... 36
1. Teknik Pemilihan Partisipan ..................................................................... 36
2. Karakteristik Partisipan .............................................................................. 36
D. Prosedur Penelitian ........................................................................................... 37
E. Metode Pengumpulan Data .............................................................................. 38
F. Metode Analisis Data ....................................................................................... 40
G. Keabsahan Data ................................................................................................. 44
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ..................................... 45
A. Proses Pengambilan data .................................................................................. 45
1. Proses Penelitian ........................................................................................ 45
2. Proses Pengambilan Data ......................................................................... 46
3. Identitas Partisipan .................................................................................... 48
B. Hasil Analisis Data Penelitian ......................................................................... 51
1. Partisipan 1 ................................................................................................. 51
2. Partisipan 2 ................................................................................................. 64
3. Partisipan 3 ................................................................................................. 76
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
4. Proses Member Checking pada Partisipan .............................................. 87
5. Analisis Naratif Ketiga Partisipan ........................................................... 88
6. Kesimpulan Hasil Proses Resiliensi pada Caregiver ODS .................. 94
7. Pembahasan ................................................................................................ 95
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................. 106
A. KESIMPULAN .............................................................................................. 106
B. SARAN ............................................................................................................. 107
1. Saran Bagi Keluarga ................................................................................ 107
2. Saran Bagi Peneliti Selanjutnya ............................................................. 107
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 108
LAMPIRAN................................................................................................................. 111
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Pedoman Wawancara ..................................................................................... 40
Tabel 2. Keterangan Koding ......................................................................................... 42
Tabel 3. Jadwal Pengambilan Data .............................................................................. 47
Tabel 4. Identitas Partisipan .......................................................................................... 48
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvi
DAFTAR SKEMA
Skema 1. Kerangka Pikir ........................................................................................ 33
Skema 2. Proses Resiliensi Partisipan 1 ............................................................... 63
Skema 3. Proses Resiliensi Partisipan 2 ............................................................... 75
Skema 4. Proses Resiliensi Partisipan 3 ............................................................... 86
Skema 5. Proses Resiliensi pada Ketiga Partisipan ............................................. 93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Verbatim Partisipan 1 Wawancara 1 .................................................... 112
Lampiran 2 Verbatim Partisipan 1 Wawancara 2 .................................................... 131
Lampiran 3 Verbatim Partisipan 2 Wawancara 1 .................................................... 145
Lampiran 4 Verbatim Partisipan 2 Wawancara 2 .................................................... 163
Lampiran 5 Verbatim Partisipan 3 Wawancara 1 .................................................... 169
Lampiran 6 Verbatim Partisipan 3 Wawancara 2 .................................................... 175
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Setiap tahun jumlah penderita gangguan jiwa mengalami peningkatan,
baik gangguan jiwa berat maupun gangguan jiwa yang ringan. Gangguan jiwa
itu sendiri, hingga saat ini masih menjadi permasalahan kesehatan yang
signifikan di dunia termasuk di Indonesia. WHO atau Badan Kesehatan
Dunia (2013), menyatakan bahwa diperkirakan jumlah penderita gangguan
jiwa meningkat hingga mencapai 450 juta jiwa di seluruh dunia. Hasil dari
Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas pada tahun 2013, menunjukkan sekitar
15-30 persen penduduk Indonesia mengalami gangguan jiwa berat. Lebih
lanjut menurut data Riskesdas (2013), prevalensi gangguan jiwa di Daerah
Istimewa Yogyakarta memiliki angka skizofrenia atau gangguan jiwa berat
tertinggi, yaitu sekitar 3 dari 1000 orang.
Gangguan jiwa diartikan sebagai gangguan pola perilaku dan
psikologis manusia yang berkaitan dengan gejala penderitaan seperti disstress
dan disability (ketidakberdayaan) dalam fungsi penting pada manusia dari
segi perilaku, psikologis, biologis dan hubungan sosial, sehingga gangguan
jiwa merupakan gangguan fungsi jiwa yang menyebabkan pendertita
kehilangan kemampuan menjalankan peran sosialnya (Sulistyorini, 2013).
Salah satu yang termasuk dalam gangguan jiwa adalah skizofrenia.
Skizofrenia merupakan gangguan jiwa berat yang ditandai dengan gejala
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
utama berupa gangguan pikiran, gangguan emosi dan perilaku dimana
pikiran-pikiran yang dihasilkan tidak saling berhubungan secara logis,
memiliki anggapan dan perhatian yang keliru, memiliki afek datar dan tidak
sesuai, serta berbagai gangguan aktivitas motorik yang tidak wajar sehingga
penderita tidak dapat berfungsi secara normal (Davidson, Neale, Kring,
2006).
Merawat dan mendampingi anggota keluarga dengan skizofrenia tentu
saja tidak mudah. Keluarga harus menghadapi berbagai masalah yang
ditimbulkan oleh orang dengan skizofrenia (ODS), melewati proses
penanganan dan pemulihan yang sangat panjang, serta memberikan dukungan
baik secara fisik, materi, maupun emosional. Penelitian Fitrikasari (2012)
mengatakan bahwa merawat anggota keluarga dengan skizofrenia
menimbulkan beban tersendiri, antara lain timbulnya perasaan tidak nyaman,
beratnya masalah akibat gangguan yang dihadapi dan berdampak pada
hubungan sosial serta menurunnya kualitas hubungan pernikahan. Senada
dengan hasil penelitian Ambarsari dan Sari (2012), yang mengatakan bahwa
memiliki anggota keluarga dengan skizofrenia menimbulkan beban personal,
seperti beban fisik, mengingat ODS membutuhkan pendampingan, perawatan
dan pengawasan dari orang terdekat atau keluarga. Selain itu merawat ODS
juga menimbulkan beban materi karena biaya pengobatan yang tidak sedikit
dan tidak sesuai dengan keadaan ekonomi keluarga. Beban lain yang
dirasakan adalah beban mental serta perasaan malu yang disebabkan oleh
pandangan negatif masyarakat terhadap anggota keluarganya sebagai ODS.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Dalam penelitian Gitasari dan Shavira (2015), mengatakan bahwa
merawat ODS menimbulkan perasaan tidak nyaman pada keluarga, hal ini
disebabkan karena perilaku dan emosi ODS yang tidak dapat dikondisikan,
sehingga memberikan dampak tersendiri bagi orang-orang di sekitarnya.
Selain itu, merawat ODS juga merubah ritme aktivitas di dalam keluarga itu
sendiri. Beban lain yang dirasakan yaitu beban finansial akibat pengobatan
ODS yang dilakukan secara terus-menerus dengan biaya yang tidak sedikit,
serta mendapatkan perlakuan yang kurang menyenangkan dari lingkungan
sekitar.
Dari hasil penelitian terdahulu, dapat disimpulkan bahwa skizofrenia
tidak hanya memberikan efek yang luar biasa bagi orang dengan skizofrenia,
namun juga pada keluarga pendamping atau caregiver. Caregiver diartikan
sebagai seseorang yang membantu menyediakan kebutuhan dasar, perhatian,
perlindungan serta pengawasan pada orang lain yang membutuhkan bantuan
karena tidak mampu atau sedang sakit (widyanti, 2009 dalam Gitasari dan
Savira, 2015). Caregiver dibedakan menjadi dua macam, yaitu informal
caregiver yang diartikan sebagai seseorang yang dengan sukarela
memberikan bantuan dan perawatan pada kerabat atau keluarga yang
membutuhkan. Sedangkan formal caregiver yaitu seseorang yang menerima
bayaran dan bekerja pada suatu instansi kesehatan untuk merawat orang sakit.
(Barrow, 1996 dalam Astuti 2010).
Dalam penelitian ini, peneliti berfokus pada informal caregiver atau
keluarga pendamping. Menurut Goode, 2007 dalam Nainggolan dan Hidajat,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
(2013), keluarga adalah suatu sistem yang terbuka, apabila salah satu anggota
keluarga mengalami perubahan, maka hal tersebut akan mengubah seluruh
sistem di dalam keluarga tersebut. Hal ini berarti bahwa satu sama lain
anggota keluarga saling mempengaruhi, sehingga jika terdapat salah satu
anggota keluarga yang mengalami skizofrenia, maka seluruh anggota
keluarga akan merasakan dampaknya.
Hasil penelitian Nainggolan dan Hidajat (2013), mengungkapkan
gambaran beban yang ditimbulkan akibat perubahan sikap anggota keluarga
karena mengalami skizofrenia. Peran istri sebagai caregiver skizofrenia
menyebabkan bebannya bertambah berat, karena selain harus mengurus anak,
istri juga harus merawat suaminya yang mengalami skizofrenia, selain itu
pengobatan ODS dan kebutuhan rumah tangga yang bertambah banyak
menimbulkan beban ekonomi yang semakin berat. Selain itu, sikap negatif
masyarakat yang memberikan label “orang gila” pada ODS, membuat istri
selaku caregiver merasa malu dan marah.
Berbeda dengan peran anak sebagai caregiver untuk orang tua yang
mengalami skizofrenia, hal ini menyebabkan anak kehilangan sosok orang tua
atau role model untuk menjadi pribadi yang matang, selain itu muncul
perasaan malu yang disebabkan memiliki orang tua dengan gangguan jiwa
berat yang harus di rawat di rumah sakit jiwa. Sementara peran saudara
kandung sebagai caregiver ODS akan meningkatkan tugas dan tanggung
jawabnya sehingga hal tersebut menyebabkan kelelahan fisik dan
meningkatkan beban emosional pada caregiver, seperti kehilangan waktu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
untuk diri sendiri dan berkumpul bersama pasangan atau keluarga. Selain itu,
stigma negatf dari masyarakat juga menambah beban caregiver dan
mempengaruhi hubungan sosialnya dengan masyarakat sekitar. Peran orang
tua sebagai caregiver ODS, menimbulkan perasaan sedih dan khawatir pada
kelangsungan hidup masa depan anaknya jika orang tua telah meninggal
dunia. Di samping itu, orang tua juga bertanggung jawab memberikan biaya
kehidupan anaknya walaupun usia anaknya sebagai ODS sudah pantas untuk
hidup mandiri.
Sebagai pendamping utama orang dengan skizofrenia, kemampuan
untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang tidak nyaman tentu saja
bukanlah hal yang mudah bagi caregiver mengingat beban yang dirasakan
keluarga pendamping dengan keluarga lain yang tidak merawat dan
mendampingi penderita skizofrenia. Kondisi stres yang dimunculkan oleh
keluarga terkadang dicerminkan dengan expressed emotion (EE) yaitu dengan
marah atau kekerasan fisik maupun verbal yang memberikan peluang pada
ODS untuk kambuh kembali. Hal ini diperkuat dengan penelitian Pardede
(2016), dikatakan bahwa sebagian dari keluarga pendamping merasakan
jengkel dan kesal terhadap perilaku ODS sehingga tak jarang keluarga
menanggapinya dengan marah, tidak peduli, dan mengkritik sehingga
memperburuk keadaan ODS.
Hasil penelitian Widiastutik, Winarni, dan Lestari (2016), mengatakan
bahwa, keluarga memiliki pengetahuan tentang skizofrenia sebagai sakit
pikir, stres, atau gila. Namun pengetahuan tersebut tidak sesuai dengan upaya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
penyembuhan yang dilakukan oleh keluarga, yaitu dengan membawa ODS
pada pengobatan alternatif atau kepada dukun karena keluarga memiliki
keyakinan adanya gangguan gaib yang tidak dapat dijelaskan dengan akal
sehat. Upaya pengobatan yang tidak sesuai tersebut membuat keluarga
mengalami kegagalan dalam usaha penyembuhan yang mengakibatkan
keluarga kehilangan harapan, memiliki beban psikologis yang berat serta
mengalami krisis ekonomi karena biaya pengobatan yang tidak sedikit.
Berdasarkan penjelasan yang sudah dijabarkan peneliti, maka
penyesuaian diri dalam keadaan yang tidak nyaman pada caregiver ODS
merupakan hal yang penting dilakukan untuk menjaga kesehatan mentalnya.
Oleh karena itu, caregiver membutuhkan kemampuan untuk bertahan dan
bangkit dari kondisi yang tidak nyaman, kemampuan tersebut disebut dengan
resiliensi.
Resiliensi diartikan sebagai kemampuan untuk bangkit dari proses
kehidupan yang dirasa tidak mudah, menanggapi kesulitan dengan cara yang
sehat, mengijinkan perasaan marah, sedih, kecewa berada pada dirinya namun
tidak mengijinkan perasaan tersebut bertahan lama di dalam diri (Siebert,
2005). Hasil penelitian Widiyastutik (2016) mengatakan bahwa spiritual
merupakan hal terpenting dalam dinamika resiliensi keluarga. Keyakinan
yang salah menyebabkan keluarga membawa berobat kepada dukun sehingga
biaya yang harus dikeluarkan semakin banyak serta harus mengorbankan aset
keluarga. Hal ini membuat keadaan keluarga menjadi lebih terpuruk sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
pada akhirnya keluarga melakukan adaptasi dan dapat menerima keadaan
anggota keluarga dengan skizofrenia apa adanya.
Penelitian lain mengatakan bahwa resiliensi tidak dapat dipengaruhi
kemampuan pribadi seseorang saja, melainkan terdapat faktor eksternal yang
mempengaruhi, antara lain I have yang bersumber pada diri sendiri, keluarga
dan lingkungan. I am meliputi harga diri, kapasitas untuk memonitor diri
sendiri, dan spiritualitas. I can yaitu kemampuan sosial untuk berkomunikasi
dan mengatasi permasalahan. Resiliensi keluarga tidak hanya dipengaruhi
kemampuan diri sendiri namun juga dukungan sosial yang memberi kekuatan
pada keluarga dalam menghadapi cobaan. (Shoviana, 2011).
Pencapaian resiliensi merupakan hal yang tidak mudah karena adanya
sejumlah beban berat yang harus dihadapi. Oleh karena itu, peneliti ingin
mengetahui proses keluarga sebagai caregiver dalam menghadapi keadaan
yang tidak nyaman hingga mampu bertahan dan memiliki perasaan nyaman
dengan keadaan tersebut hingga sekarang. Selain itu, peneliti ingin melihat
pencapaian resiliensi menggunakan tujuh faktor dari Reivich dan Shatte
(2002), yaitu regulasi emosi, pengendalian impuls, optimisme, analisis
kausal, empati, efikasi diri, dan pencapaian.
B. Pertanyaan Penelitian
Bagaimana proses pencapaian resiliensi diri pada caregiver orang
dengan skizofrenia?
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses pencapaian resiliensi
diri pada caregiver ODS berkaitan dengan perawatan keluarga yang
menderita skizofrenia.
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini memiliki manfaat baik secara teoretis maupun praktis.
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat teoretis dalam
membagikan informasi dan perluasan teori di bidang psikologi klinis, yaitu
mengenai proses pencapaian resiliensi diri pada caregiver ODS berkaitan
dengan perawatan keluarga yang menderita skizofrenia. Selain itu,
penelitian ini diharapkan dapat memperkaya sumber kepustakaan
penelitian mengenai psikologi klinis sehingga hasil penelitian nantinya
diharapkan dapat menjadi penunjang untuk bahan penelitian selanjutnya.
2. Manfaat Praktis
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan menjadi
pedoman yang bermanfaat untuk membangun kesehatan mental caregiver
sehingga kondisi mental dan psikologisnya dapat selalu terjaga walaupun
di tengah keadaan yang tidak nyaman.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Proses
1. Definisi Proses
Di dalam kamus besar bahasa indonesia, proses diartikan
sebagai serangkaian perubahan dalam perkembangan suatu hal yang
berjalan secara terus-menerus. Menurut Handayaningrat (2007), proses
merupakan sesuatu yang menuntut perubahan dari satu peristiwa
perkembangan yang dilakukan secara terus-menerus.
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa proses
merupakan runtutan perubahan di dalam perkembangan sesuatu yang
dilakukan secara continue
. B. Resiliensi
1. Definisi Resiliensi
Setiap individu pernah mengalami kesulitan dan keadaan yang
tidak menyenangkan di dalam hidupnya. Dalam keadaan terseb ut,
individu membutuhkan kemampuan untuk bangkit, bertahan dan
berjuang untuk menghadapinya. Kemampuan yang dimaksud oleh
peneliti adalah resilliensi.
Resiliensi diartikan sebagai kemampuan untuk bangkit dari proses
perubahan kehidupan yang dirasa tidak mudah. Individu yang resilien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
dapat mengatasi perasaan yang membuat tidak nyaman dengan cara yang
sehat, seperti mampu mengijinkan diri mereka untuk merasakan marah,
kesedihan, kehilangan, dan kebimbangan, namun tidak mengijinkan
perasaan tersebut bertahan terlalu lama di dalam dirinya (Siebert, 2005).
Lebih lanjut menurut Siebert (2005), resiliensi adalah kapasitas
seseorang untuk mengatasi kesulitan di dalam hidupnya dengan baik,
tetap mampu menjaga kesehatan fisik maupun mental saat berada di
bawah tekanan kemudian bangkit kembali dengan mudah dari
keterpurukan yang dialaminya, serta menghadapi persoalan dengan
tenang dan tanpa emosi negatif.
Definisi yang lain mengatakan bahwa resiliensi adalah kemampuan
individu untuk tetap tenang dalam menghadapi permasalahan dan mampu
menemukan cara untuk menyelesaikannya dengan kreatif dan produktif
(Panksepp, 1998 ; Panksepp & Biven, 2012 dalam Kent, Davis dan
Reich, 2014).
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa resiliensi
merupakan kemampuan individu untuk bertahan dan tidak menyerah
dalam situasi yang tidak menyenangkan dan membuat tidak nyaman,
berusaha untuk bertahan, serta mampu menyesuaikan diri dengan
keadaan tersebut kemudian bangkit sehingga menjadi pribadi yang lebih
baik dalam menghadapi permasalahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
2. Ciri-ciri Individu yang Resilien
Sarafino, (1994) menyatakan bahwa ciri-ciri individu yang resilien
ialah tidak tempramental sehingga mampu memiliki hubungan yang baik
dengan keluarga dan lingkungan serta tidak mudah menyerah dalam
menghadapi permasalahan sehingga mampu bangkit untuk
menyelesaikannya. Lebih lanjut menurut Grotberg (1995), individu yang
resilien adalah inidividu yang memiliki kendali atas perasaan dan
dorongan dari dalam dirinya, mampu mengatasi permasalahannya dengan
baik, serta memiliki inisiatif dalam mengambil keputusan dan peduli
terhadap sesama. Reivich (2002), mengatakan bahwa individu resilien
ialah individu yang optimis dalam menyelesaikan masalah sehingga tidak
menimbulkan stres, dan mampu mengekspresikan sikap dan pikirannya
tanpa beban. (Dalam Dewi, Djoenaina, dan Melisa, 2004).
Berdasarkan ciri-ciri yang telah disebutkan, dapat disimpulkan
bahwa individu yang resilien adalah individu yang memiliki kemampuan
untuk menyelesaikan permasalahannya dengan tenang, memiliki
pengendalian diri yang baik, serta realistik dan optimis dalam
memandang masalah. Dengan demikian, hubungan dengan individu lain
dapat terjalin baik dan tidak menimbulkan stres.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
3. Aspek – Aspek Resiliensi
Menurut Reivich & Shatte, 2002 (dalam Ifdil & Taufik, 2012)
terdapat tujuh aspek resiliensi. Adapun tujuh aspek tersebut adalah
sebagai berikut:
3.1 Regulasi Emosi
Regulasi emosi adalah keterampilan individu untuk menghadapi
situasi yang tidak mudah dengan mampu mengendalikan emosi, atensi
dan perilakunya serta dapat meng ekspresikan emosi secara tepat.
Terdapat dua jenis keterampilan yang membantu individu dalam
pencapaian regulasi emosi, yakni tenang (calming) dan fokus
(focusing). Kedua kemampuan tersebut akan membantu individu agar
tetap fokus dalam berpikir walaupun banyak hal yang mengganggu
serta mampu mengurangi stres.
3.2 Pengandalian Impuls
Pengendalian impuls merupakan keterampilan individu dalam
mengontrol dorongan, kesukaan dan tekanan dari dalam dirinya.
Individu dengan pengendalian impuls yang baik mampu menahan diri
dari perasaan negatif, seperti sabar dalam menghadapi masalah, tidak
mudah marah, dan memberikan respon yang tepat pada permasalahan
yang sedang dihadapi.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
3.3 Optimisme
Optimis adalah kemampuan individu dalam memandang masa depan
yang cemerlang, memiliki harapan baik pada masa depannya serta
percaya pada dirinya sendiri untuk memegang kendali atas kehidupan
yang di masa sekarang dan masa depan. Optimisme yang dimaksud
oleh penulis ialah optimisme yang realistis, yaitu keyakinan pada
masa depan lebih baik yang diimbangi dengan usaha dan doa untuk
mewujudkannya.
3.4 Analisis Kausal
Analisis kausal adalah kemampuan individu untuk mengenali
penyebab masalah secara akurat kemudian digunakan untuk mencari
makna dalam suatu kejadian supaya tidak mengulangi kesalahan yang
serupa. Individu resilien adalah individu yang mampu
mengidentifikasi penyebab masalah kemudian mencari solusi untuk
mengatasi masalah yang sedang dihadapi sehingga mampu bangkit
dan meraih kesuksesan.
3.5 Empati
Empati adalah keterampilan individu untuk memahami kondisi
emosional dan psikologis orang lain serta memiliki keterampilan yang
cukup baik dalam menangkap bahasa-bahasa non-verbal yang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
ditunjukkan oleh orang lain, seperti ekspresi wajah, intonasi suara,
bahasa tubuh dan memahami sesuatu yang dirasakan orang lain.
3.6 Efikasi Diri
Efikasi diri ialah keyakinan seseorang bahwa dirinya mampu
menyelesaikan masalah yang dialami dan percaya bahwa dirinya
mampu mencapai keberhasilan. Individu dengan efikasi diri yang
tinggi akan mengusahakan berbagai cara untuk memecahkan masalah
serta tidak mudah menyerah ketika menghadapi kesulitan.
3.7 Reaching Out (Pencapaian)
Reaching Out (Pencapaian) adalah kemampuan individu untuk
menumbuhkan dimensi positif dalam diri. Hal ini bekaitan dengan
keberanian individu tersebut untuk mencoba menyelesaikan masalah
ataupun mengerjakan hal-hal yang berada di luar batas kemampuan.
Individu yang resilien memandang masalah sebagai tantangan yang
harus diselesaikan, bukan ancaman yang menghambat dirinya.
Berdasarkan uraian di atas, penulis menyimpulkan bahwa
individu resilien ialah individu yang mampu menahan dorongan dan
emosi negatif dari dalam dirinya ketika dihadapkan pada sebuah
kesulitan serta dapat mengenali penyebab masalah secara akurat
sehingga mampu menemukan cara untuk memecahkannya. Selain itu,
individu resilien juga tidak mudah menyerah dalam menghadapi suatu
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
masalah, mampu bangkit dari keterpurukan sehingga dapat mencapai
kesuksesan.
4. Faktor-faktor yang mempengaruhi resiliensi
Dalam membangun resiliensi, terdapat beberapa faktor yang saling
mempengaruhi satu sama lain. Faktor-faktor tersebut antara lain:
4.1 Karakteristik Individu
Individu yang memiliki kemampuan untuk membangun resiliensi
ialah individu yang paham akan kemampuan dirinya, mampu
menginterpretasikan dorongan, keinginan, serta memiliki rencana
hidup yang terorganisasi untuk mencapai masa depan yang lebih
baik. Selain itu, untuk dapat meningkatkan resiliensi, individu harus
mempunyai relasi yang baik dengan sesama, rasa humor, mandiri,
mampu mengendalikan diri, optimis, memiliki rasa ingin tahu yang
tinggi, percaya diri, serta kreatif. (Schoon, 2006 dalam Patilima,
2015).
4.2 Pengaruh Keluarga
Salah satu faktor yang mempengaruhi terbangunnya resiliensi adalah
pola asuh orang tua. Kualitas hubungan antara orang tua dan anak
sangat berpengaruh pada perkembangan kemampuan individu seperti
memberi rasa tenang dan rangsangan emosi, memberi rasa aman
untuk mendalami lingkungannya. Selain itu, hubungan yang baik
antara orang tua dan anak dapat membantu individu dalam
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
menciptakan rasa peduli, saling memperhatikan, mampu beradaptasi
dengan baik, memiliki sikap hangat dan mendorong individu untuk
berhasil secara akademis dan prestasi. (Schoon, 2006 dalam
Patilima, 2015).
4.3 Lingkungan Sekitar
Lingkungan dapat dianggap sebagai tempat munculnya resiko yang
membentuk kehidupan individu, keluarga dan masyarakat. Dampak
dari lingkungan sangat berpengaruh terutama yang berkaitan dengan
kemiskinan, kejahatan dan kekerasan. Menurut Schoon, 2006
resiliensi ialah hubungan timbal balik antara individu dengan
konteks seperti budaya, lingkungan, dan keluarga yang mempunyai
pengaruh bervariasi dalam kedekatan individu.
4.4 Kelembagaan
Kelembagaan memberikan pengaruh yang besar pada perkembangan
individu. Sekolah adalah salah satu sistem sosial yang memiliki
potensi untuk mendukung perkembangan individu, seperti untuk
menghindari diferensiasi, stigmatisasi dan pelebelan. Adaptasi
positif adalah salah satu penenti terbentuknya resiliensi. Adaptasi
positif tidak hanya menyepadankan kesulitan atau trauma yang
dialami, tetapi juga untuk mengetahui bagaimana individu mampu
kreatif dan mengembangkan ilmu dan fungsi optimalnya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Berdasarkan uaraian di atas, dapat disimpulkan bahwa terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi resiliensi, antara lain karakteristik
individu, yaitu sifat bawaan yang mampu mempengaruhi kualitas
resiliensi seseorang. Selain itu, gaya pengasuhan keluarga juga
memberikan andil pada individu dalam mengembangkan resiliensi. Hal
yang lain adalah lingkungan sekitar dan kelembagaan juga memiliki
pengaruh besar pada perkembangan resiliensi individu.
C. Caregiver
1. Definisi Caregiver
Caregiver merupakan seseorang yang memberikan perawatan pada
orang lain yang membutuhkan atau mengalami penyakit kronis,
membantu tugas sehari-harinya tanpa menerima bayaran atau upah.
(Savage dan Bailey, 2004 dalam Goodhed dan McDonald, 2007).
Pengertian lain mengatakan bahwa caregiver merupakan seseorang
yang memiliki kedekatan atau hubungan keluarga dengan individu yang
mengalami suatu penyakit atau gangguan mental dan memiliki tanggung
jawab untuk merawat serta mendampingi (Erwina, Gusty, Monalisa,
2016). Elsevier (2009), mengartikan bahwa caregiver ialah individu yang
bersedia memberikan bantuan baik secara medis, ekonomi, sosial, dan
sumber daya lingkungan kepada seseorang yang mengalami gangguan
kesehatan (dalam Trisnasari, 2017).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa
caregiver merupakan seseorang baik memiliki hubungan kekerabatan
atau tidak yang bertanggung jawab dan bersedia memberikan bantuan
kepada orang yang mengalami gangguan kesehatan, baik fisik maupun
mental.
2. Jenis-Jenis Caregiver
Menurut Barrow, 1996 (dalam Astuti, 2010), caregiver dapat
dibedakan menjadi dua jenis, yaitu formal caregiver dan informal
caregiver. Formal caregiver merupakan individu yang merawat secara
profesional serta menerima bayaran dan biasanya bekerja di suatu
instansi, seperti psikiater, paramedis dan tenaga profesional lainnya.
Sedangkan informal caregiver ialah seseorang yang memberikan
perawatan secara suka rela tanpa menerima bayaran.
Perawatan secara informal tersebut biasanya dilakukan oleh
individu yang memiliki hubungan dekat dengan penderita, seperti
keluarga yang meliputi suami, istri, anak, adik, kakak atau orang tua,
dan kerabat yang meliputi tetangga atau sanak saudara. Pada penelitian
ini, peneliti ingin berfokus pada keluarga yang merawat anggota
keluarga dengan skizofrenia atau disebut informal caregiver.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
3. Tugas-Tugas Informal Caregiver
Sebagai pendamping, caregiver tentu saja memiliki tugas untuk
menjaga dan merawat pasien. Secara umum, caregiver bertugas untuk
memberikan bantuan dan perawatan secara personal, meliputi
membantu mengenakan pakaian, mandi dan urusan toilet, membantu
mobilitas pasien seperti berjalan dan membaringkan di tempat tidur,
memberikan pengawasan tentang minum obat, memberikan dukungan
emosional pada pasien, membantu pekerjaan rumah, seperti belanja,
memasak dan lain sebagainya, membantu masalah finansial dan segala
yang berhubungan dengan administratif. Arksey, 2005 (Dalam
Goodhed & McDonald, 2007).
Lebih spesifik, informal cargiver diartikan sebagai seseorang yang
memiliki tugas menjaga dan memberikan perawatan kepada anggota
keluarga atau kerabat dekat yang memiliki masalah dengan kesehatan
fisik maupun mental. Perawatan yang diberikan meliputi, memastikan
keselamatan anggota keluarga (recipient), mampu menerima perilaku
agresif anggota keluarga (recipient) serta berdamai dengan penolakan
lingkungan, memastikan bahwa anggota keluarga mengkonsumsi obat
tepat waktu, membantu menyediakan dan mengatur finansial,
memberikan dukungan penuh kepada anggota keluarga yang sakit,
menjadi perantara antara tenaga profesional kesehatan dan lainnya,
serta memberikan edukasi kepada keluarga dan lingkungan tentang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
kondisi recipient supaya lingkungan juga dapat memberikan andil
dalam upaya pemulihan. (Arksey, 2005 ; Colling & Seminuik, 1998
dalam Goodhead & McDonald, 2007).
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa informal
caregiver memiliki tugas yang lebih kompleks dan berlangsung terus-
menerus, meliputi perawatan kesehatan bagi anggota keluarga yang
membutuhkan, bertanggung jawab atas pengobatan, menjadi
penghubungan antara tenaga medis profesional dan lainnya, serta
mengedukasi keluarga dan masyarakat agar mampu memberikan
keadaan yang kondusif dalam upaya pemuliahan anggota keluarganya
(recipient).
4. Dampak dari Caregiving
Memiliki anggota keluarga dengan gangguan jiwa tentu saja tidak
mudah, mengingat perawatan orang dengan gangguan jiwa terutama
skizofrenia membutuhkan waktu yang lama. Kenyataan tersebut dapat
menimbulkan reaksi yang berbeda-beda pada setiap keluarga saat
mengetahui terdapat salah satu anggotaa keluarganya yang mengalami
gangguan jiwa berat atau skizofrenia. Ada keluarga yang menganggap
hal tersebut merupakan ujian dari Tuhan, sehingga keluarga dapat
menerima dan berusaha memberikan perawatan yang terbaik untuk
kesembuhan penderita, namun tak jarang pula keluarga yang menolak,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
memasung, mengusir, serta membiarkan penderita tinggal di Rumah
Sakit Jiwa seumur hidupnya.
Keluarga sebagai pendamping utama ODS atau disebut juga
dengan caregiver, mengalami tekanan yang berat selama tinggal dan
merawat ODS. Sebagian besar waktu yang caregiver miliki digunakan
untuk merawat dan mendampingi ODS, selain itu caregiver juga
bertanggung jawab untuk memberikan dukungan sosial agar tidak
memperburuk kondisi ODS. Beban lain yang caregiver rasakan ialah
stigma negatif dari masyarakat sekitar yang menimbulkan perasaan
malu dan berusaha menarik diri dari lingkungan sekitar. Selain itu,
besarnya biaya pengobatan dan perubahan peran serta tanggung jawab
antar keluarga, menimbulkan perubahan ritme di dalam keluarga yang
akan berpengaruh pada kesehatan fisik maupun mental, seperti merasa
cemas, depresi, sehingga menjadikan ketidakberdayaan pada caregiver
(Gitasari & Savira, 2015).
Menurut Basheer, Niazi, Mihas, dan Najam, 1998 (dalam Isnaeni,
2015), beban yang dialami caregiver terdiri dari dua jenis, yaitu beban
objektif dan beban subjektif. Beban objektif ialah beban yang
ditimbulkan dari merawat ODS, seperti, masalah ekonomi, sosial, dan
lain sebagainya (Ambarsari & Sari, 2012). Sedangkan beban subjektif
lebih mengacu pada gangguan emosi pada caregiver, seperti mengalami
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
kecemasan, depresi, ketidakpuasan di dalam hidup dan merasa
terbebani (Goodhead & McDonald, 2007).
Memberikan perawatan dan pendampingan pada ODS
diasosiasikan dengan munculnya beban bagi caregiver. Beban tersebut
tentu saja diartikan sebagai dampak negatif dari cergiving pada
informal caregiver. Pemberian perawatan atau caregiving dapat
meningkatkan stress pada status perikahan atau ketidakpuasan, selain
itu caregiving memiliki kecenderungan memunculkan perasaan
bersalah, marah, serta hancur, mengubah ritme dalam keluarga dan
menurunkan kemampuan untuk membangun relasi, mengurangi
hubungan sosial, mengakibatkan gangguan tidur dan kurangnya waktu
untuk beristirahat serta menimbulkan beban finansial, Horsburg &
Trenhholme, 2002 dalam (Goodhead & McDonald, 2007)
Tidak semua tindakan caregiving atau memberikan perawatan pada
orang dengan skizofrenia memiliki dampak yang negatif bagi caregiver.
Menurut Goodhead & McDonald (2007), tidak sedikit caregiver yang
merawat dengan sukarela dan dari peran sebagai caregiver, dirinya
merasa lebih positif. Penerimaan peran pada caregiver dipengaruhi oleh
kualitas hubungan antara caregiver dan recipient.
Berdasarkan uraian tersebut, dapat disimpulkan bahwa merawat
ODS memberikan beban tersendiri untuk para pendampingnya atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
caregiver, hal ini dapat berdampak pada kelangsungan hidup caregiver,
baik secara finansial, peran sosial, dan ritme aktivitas di dalam
keluarga. Namun, memberikan perawatan tidak selalu memiliki dampak
negatif untuk caregiver, tapi juga memiliki dampak positif tergantung
pada kualitas hubungan antara caregiver dan recipient.
D. Skizofrenia
1. Definisi Skizofrenia
Skizofrenia erat kaitannya dengan label orang gila atau sakit
mental. Eugen Bleuler mengartikan skizofrenia sebagai kepribadian
yang terpecah. Bleuler memandang masalah utama pada skizofrenia
terdapat pada gangguan pikiran yang memiliki dasar biologis. Lebih
lanjut, Bleuler memperluas dasar penyakit ini pada gangguan
‘kompleks psikis’, seperti ambivalensi (hidup di dua dunia), autistik,
gangguan afek, dan perhatian (Junaidi, 2012).
Menurut Nevid, Rathus dan Greene (2003), skizofrenia diartikan
sebagai gangguan psikologis yang ditandai dengan putusnya hubungan
antara pikiran dan perasaan serta adanya gangguan persepsi, memiliki
gagasan yang keliru, dan konsep pemikiran yang tidak berhubungan
secara logis. Pendapat lain menyebutkan bahwa skizofrenia merupakan
gangguan psikotik yang ditandai dengan gangguan dalam pikiran,
emosi, dan perilaku-perilaku yang terganggu. Penderita skizofrenia
mengalami pemikiran yang tidak saling berhubungan secara logis,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
persepsi dan perhatian yang salah, afek yang datar atau tidak sesuai
serta berbagai gangguan aktivitas motorik yang aneh. Orang dengan
skizofrenia umumnya menarik diri dari kenyataan dan ditandai dengan
adanya halusinasi serta waham (Davidson, Neale, & Kring 2006).
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa
skizofrenia merupakan gangguan psikologis dimana terjadi pemisahan
antara pikiran, perasaan, persepsi, emosi dan perilaku yang ditandai
dengan halusinasi dan delusi sehingga penderita tidak dapat berfungsi
secara normal.
2. Gejala Klinis Skizofrenia
Skizofrenia memiliki gejala-gejala yang menandainya, diantaranya
adalah gejala positif, gejala negatif dan gejala lainnya. Adapun
penjelasan lebih lanjut dari gejala-gejala tersebut ialah sebagai berikut:
Gejala positif adalah gejala yang ditandai dengan gangguan
perilaku yang sifatnya berlebihan dimana pada orang kebanyakan tidak
muncul, tapi pada penderita skizofrenia justru muncul. (Davidson, dkk
2006).
2.1 Berikut adalah karakteristik pada gejala positif:
2.1.1 Halusinasi, yaitu pengalaman kejadian sensorik tanpa
adanya pengaruh rangsangan dari lingkungan sekitar.
Penderita yang mengalami halusinasi akan merasakan
stimulus yang sebetulnya tidak ada, seperti suara,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
penglihatan, pengecapan, perabaan atau penciuman (Yusuf,
Fitryasari, & Nihayat, 2015).
2.1.2 Delusi (waham) sebagai keyakinan yang keliru namun tetap
diyakini dan dipertahankan walaupun sudah ditunjukkan
cukup bukti tentang kekeliruannya. Waham termasuk pada
gangguan isi pikiran dimana penderita meyakini bahwa
dirinya seperti apa yang dipikirkannya (Yusuf, dkk, 2015).
2.2 Gejala negatif, yaitu gejala yang ditandai dengan gangguan
perilaku yang seharusnya dimiliki orang normal, namun tidak
muncul pada penderita skizofrenia (Davidson, dkk, 2006; Durand
& Barlow, 2006). Berikut adalah karakteristik yang termasuk
pada gejala negatif:
2.2.1 Avolition, merupakan kondisi berkurangnya minat dan
ketidakmampuan mempertahankan berbagai macam
kegiatan sehari-hari secara rutin.
2.2.2 Alogia, yaitu berkurangnya kuantitas percakapan, jumlah
percakapan tidak memadai dan informasi yang diberikan
sangat singkat dan membingungkan serta cenderung
diulang-ulang.
2.2.3 Anhedonia, adalah tidak adanya perasaan senang yang
dialami oleh sebagian penderita skizofrenia. Hal ini
tercermin dalam berkurangnya minat di berbagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
aktivitas, gagal dalam mengembangkan hubungan dekat
dengan orang lain, dan ketiadaan minat untuk
berhubungan seks.
2.2.4 Afek datar, yaitu ketiadaan stimulus yang memunculkan
respons emosional, dengan kata lain penderita
skizofrenia tidak memperlihatkan emosi yang seharusnya
mereka perlihatkan.
2.2.5 Asosialitas, adalah ketidakmampuan dalam menjalin
hubungan sosial dengan orang lain. Penderita skizofrenia
biasanya kehilangan minat untuk berkumpul bersama
orang lain dan tidak memiliki keterampilan sosial.
2.2.6 Innapropriate, yaitu ketidaksesuaian antara ekspresi
dengan suasana hati.
2.3 Gejala disorganisasi, merupakan perilaku yang aneh yang
ditampilkan oleh penderita skizofrenia. Hal ini mempengaruhi
pembicaraan, perilaku motorik, dan reaksi emosional (Davidson,
dkk, 2006; Durand, & Barlow, 2006). Berikut merupakan
karakteristik gejala disorganisasi, yaitu:
2.3.1 Perilaku bizzare (aneh), yaitu perilaku yang tidak lazim dan
tidak mempunyai tujuan yang jelas.
2.3.2 Disorganisasi pembicaraan, merupakan gangguan berfikir
formal. Hal ini merujuk pada cara mengelola pemikiran serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
dalam berbicara sehingga pendengar tidak dapat memahami
informasi yang disampaikan.
3. Ekspresi Emosi pada Keluarga Orang dengan Skizofrenia
Di dalam keluarga, tentu saja dibutuhkan komunikasi yang baik
antara anggota keluarga yang satu dengan lainnya. Komunikasi yang
baik di dalam keluarga bertujuan untuk menginformasikan sesuatu
kepada keluarga agar dapat diterima dengan baik pula. Namun, salah
satu yang memperburuk kondisi skizofrenia di dalam keluarga
diantaranya adalah penyimpangan dalam komunikasi. Wahlberg, 2001
(dalam Nevid, dkk 2003) menjelaskan bahwa penyimpangan
komunikasi diartikan sebagai bentuk komunikasi yang tidak jelas,
samar, dan terganggu yang dilakukan keluarga kepada anggota keluarga
skizofrenia, hal tersebut ditandai dengan adanya pembicaraan yang
intinya sulit dipahami, menyampaikan sesuatu dengan kekerasan verbal
kepada anggota keluarga, dan cenderung memberikan komentar negatif.
Penyimpangan dalam komunikasi tersebut adalah salah satu faktor yang
berhubungan dengan stres dan meningkatkan resiko terjadinya
skizofrenia pada keluarga yang memiliki kerentanan genetik (Goldstein,
1987 dalam Nevid, dkk, 2003).
Pengukuran dari penyimpangan dalam komunikasi atau
komunikasi yang terganggu di dalam keluarga tersebut disebut dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
ekspresi emosi. Ekspresi emosi (EE) pada keluarga dibagi menjadi dua
kelompok, yaitu keluarga yang memiliki kecenderungan kasar,
mengkritik, dan tidak memberikan dukungan pada anggota keluarga
ODS serta mengekspresikan emosi yang berlebihan, disebut keluarga
dengan EE tinggi dan keluarga yang menunjukkan ekspresi emosi lebih
sedikit, disebut keluarga dengan EE rendah. Memburuknya kondisi
ODS, terjadinya kekambuhan setelah ODS keluar dari rumah sakit dan
penyesuaian diri yang buruk disebabkan oleh anggota keluarga yang
memiliki ekspresi emosi tinggi, yang ditandai dengan minimnya empati,
toleransi dan keluwesan (Hooley dan Hiller, 2000 dalam Nevid, dkk,
2003). Hal tersebut dapat meningkatkan resiko kekambuhan, depresi
dan gangguan makan pada ODS (Butzlaff dan Hooley, 1998 dalam
Nevid, dkk, 2003).
Menurut Bellack dan Mueser (1993) keluarga dengan EE rendah
cenderung bersikap untuk melindungi anggota keluarga ODS dari
stimulus yang menyebabkan stres dan pengaruh buruk dari lingkungan
yang beresiko meningkatkan kekambuhan. (Dalam Nevid, dkk, 2003).
Penelitian lintas negara dan budaya yang telah dilakukan menyebutkan
bahwa orang dengan skizofrenia yang telah keluar dari rumah sakit dan
tinggal dengan keluarga dengan EE tinggi akan beresiko mengalami
kekambuhan dibandingkan dengan keluarga dengan EE rendah.
Keluarga dengan EE tinggi, cenderung memiliki anggapan bahwa ODS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
dapat berperilaku sesuai dengan kendali orang yang bersangkutan,
sehingga kritik, amarah dan emosi yang berlebihan akan muncul ketika
perilaku ODS tidak sesuai dengan apa yang keluarga inginkan
(Weisman, 1998 dalam Nevid, dkk, 2003).
Dari penjelasan sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan keluarga
pendamping atau caregiver yang memiliki ekpresi emosi (EE) tinggi
yang ditunjukkan dengan amarah, emosi yang berlebihan serta kritik
yang tidak membangun, akan memperburuk kondisi dan meningkatkan
resiko kekambuhan pada orang dengan skizofrenia (ODS) dibandingkan
dengan keluarga dengan ekspresi emosi (EE) rendah, yang cenderung
menjaga dan melindungi ODS agar tidak terjadi episode yang berulang.
4. Dinamika Resiliensi pada Caregiver Orang dengan Skizofrenia
Sebagaimana manusia pada umumnya, individu pasti berkeinginan
memiliki keluarga yang sehat dan bahagia. Namun demikian, harapan
akan kebahagiaan yang dimiliki individu harus dipertaruhkan ketika
kenyataannya terdapat anggota keluarga mereka yang menderita
gangguan jiwa yaitu skizofrenia. Dengan adanya anggota keluarga yang
menderita skizofrenia tersebut, tentu saja memberikan beban tersendiri
pada keluarga selaku caregiver. Timbulnya perasaan malu, jenuh, lelah,
bingung harus berbuat apa, dan ketidak pastian kapan hal tersebut akan
berakhir tentunya akan mempengaruhi kondisi psikologis keluarga
selaku pendamping yang umumnya berupa distress. Hal tersebut juga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
dapat memacu emosi negatif dari anggota keluarga yang ditunjukkan
dengan ekspresi emosi tinggi, seperti marah, mengkritik dan
menunjukkan emosi negatif secara berlebihan sehingga memperburuk
kondisi ODS.
Dalam menghadapi persoalan tersebut, tak jarang keluarga
mengasingkan dan menyembunyikan keberadaan mereka demi
menghindari pandangan negatif yang ditujukan masyarakat terhadap
orang dengan skizofrenia atau ODS. Pandangan negatif berupa stigma
atau label “orang gila” yang ditunjukkan masyarakat terhadap orang
dengan skizofrenia tentu saja menimbulkan beban tersendiri bagi para
pendamping ODS, sehingga mempengaruhi mereka dalam merawat dan
mendampingi ODS tersebut.
Selama proses mendampingi ODS, keluarga diharapkan mampu
meningkatkan aspek-aspek positif di dalam dirinya sehingga keluarga
selaku pendamping mampu meningkatkan kemampuan diri untuk
bangkit dan menghadapi keadaan yang membuat mereka tidak nyaman.
Ketrampilan hidup yang dimaksud adalah resiliensi, yang dapat
didefinisikan sebagai sebuah kemampuan individu untuk menyesuaikan
diri dengan suatu keadaan yang tidak menyenangkan kemudian bangkit
dari keadaan tersebut sehingga menjadi pribadi yang lebih tangguh
dalam menghadapi permasalahan di dalam hidup. Resiliensi ini
dibutuhkan untuk meningkatkan kualitas diri keluarga sebagai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
pendamping ODS sehingga dapat merawat anggota keluarga ODS
secara optimal.
Dalam proses mengembangkan kemampuan resiliensi, keluarga
selaku pendamping atau caregiver dapat melakukannya dengan melihat
kualitas diri pribadi yang positif. Kualitas diri yang adekuat dapat
diperoleh cargiver dari kemampuan dirinya untuk tetap tenang dalam
keadaan yang penuh tekanan. Keluarga sebagai unit terdekat, kiranya
dapat menerapkan serangkaian ketrampilan untuk mengontrol emosi,
atensi dan perilakunya selama proses mendampingi ODS. Selain itu
caregiver pun diharapkan mampu mengendalikan keinginan dan
dorongan yang muncul dari dalam dirinya serta menumbuhkan perasaan
optimis atau pandangan bahwa dirinya memiliki masa depan yang
cemerlang.
Hal yang tak kalah penting adalah mampu menunjukkan sikap
empati sebagai bentuk memahami kondisi emosional ODS. Kemudian,
kecakapan lain yang sebaiknya dimiliki adalah mampu mengidentifikasi
masalah secara akurat serta keyakinan untuk dapat menyelesaikan
setiap tantangan selama proses mendampingi. Dengan melatih diri dan
mengembangkan beberapa aspek positif tersebut, diharapkan keluarga
sebagai pendamping ODS mampu mencapai kesuksesan dalam
keberaniannya untuk mengatasi masalah ataupun melakukan ha-hal
yang ada di luar batas dirinya. Selain itu, dibutuhkan juga ekspresi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
emosi (EE) keluarga yang lebih rendah, yang ditunjukkan dengan sikap
tenang dan mampu berfikir jernih ketika menghadapi perilaku ODS,
sehingga dapat memberikan suasana yang kondusif dan mencegah
kekambuhan pada ODS.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif naratif
untuk mengetahui proses pencapaian resiliensi diri pada caregiver
orang dengan skizofrenia. Proses sendiri memiliki arti runtutan
perubahan suatu peristiwa dalam perkembangan suatu kejadian yang
terjadi secara terus-menerus dan naratif didefinisikan sebagai
interpretasi terarah tentang suatu kejadian. Menurut Riceour, 1984
(dalam Smith, 2013), Fungsi naratif dalam sebuah proses ialah
memberikan keteraturan atau disebut sebagai pengaluran (emplotment)
pada suatu kejadian. Selain itu naratif merupakan upaya untuk
menyusun rangkaian peristiwa ke dalam alur (plot) tertentu yang
bergerak dari awal hingga akhir.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
Skema 1. Kerangka berpikir proses pencapaian resiliensi pada caregiver
orang dengan skizofrenia
Keluarga pendamping
(Family Caregiver)
Orang Dengan
Skizofrenia
Mengatasinya dengan
kualitas pribadi yang
resilien, yaitu:
1. Regulasi emosi
2. Pengendalian
Impuls
3. Optimisme
4. Analisis Kausal
5. Empati
6. Efikasi Diri
7. Pencapaian
INDIVIDU RESILIEN
Menyebabkan masalah dari
beberapa aspek, seperti masalah
fisik, psikologis, sosial dan
ekonomi yang diakibatkan dari
merawat anggota keluarga
ODS.
Memiliki beban yang lebih berat
dari keluarga lain karena harus
merawat orang dengan skizofrenia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif.
Penelitian kualitatif merupakan tata cara untuk mendalami dan
memahami makna yang berasal dari masalah kemanusiaan atau sosial
oleh sekelompok individu. Proses penelitian kualitatif tersebut
menyertakan cara-cara penting, seperti mengemukakan pertanyaan-
pertanyaan dan langkah-langkah, mengumpulkan data yang jelas dari
para partisipan, menganalisis data dengan cara induktif yang dimulai dari
pokok pikiran umum ke pokok pikiran khusus, serta menginterpretasikan
makna data. Laporan akhir untuk penelitian ini memiliki pola yang lebih
luwes (Creswell, 2010).
Moleong (2007), mengatakan bahwa penelitian kualitatif
merupakan penelitian yang menggunakan wawancara terbuka dengan
tujuan untuk menganalisis dan mendalami sikap, pandangan, perasaan,
dan perilaku pada individu atau sekelompok orang.
Definisi lain menegaskan bahwa penelitian kualitatif sebagai jenis
penelitian yang hasilnya tidak diperoleh dari metode statistik ataupun tata
cara hitungan lainnya. Dengan kata lain, penelitian ini diwujudkan dalam
bentuk pengumpulan data berupa laporan-laporan verbal secara natural
dan apa adanya, laporan-laporan tersebut berupa hasil wawancara atau
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
percakapan tertulis, analisis terhadap datanya pun dilaksanakan secara
tekstual. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tujuan dari
penelitian tersebut ialah interpretasi dari kandungan sebuah teks dan
bukan menghasilkan sebuah hitungan atau angka (Smith, 2013; Strauss &
Corbin, 2003).
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian naratif. Penelitian
naratif merupakan interpretasi terorganisir tentang serangkaian peristiwa
yang berhubungan dengan pengalaman hidup individu. Penelitian naratif
sendiri memiliki tiga komponen utama, yaitu awal, berupa latar belakang
pengalaman individu, kemudian tengah, yang berisi tentang perjuangan
individu dalam menghadapi konflik, serta akhir, yaitu pencapaian dari
hasil perjuangan individu tersebut. Interpretasi ini mendalami tentang
hubungan sebab-akibat pada berbagai kejadian. Prosedur yang digunakan
biasanya berupa penceritaan kembali pengalaman yang dimulai dari
kejadian penting yang dialami oleh individu. Pengumpulan data
dilakukan dengan cara wawancara dan observasi, sedangkan analisisnya
menitik beratkan pada titik balik dari pengalaman individu (Smith, 2013;
Creswell, 2014).
B. Fokus Penelitian
Penelitan ini berfokus pada gambaran proses resiliensi pada
caregiver orang dengan skizofrenia. Untuk mengetahui hal tersebut,
peneliti menjabarkan permasalahan yang dihadapi oleh caregiver orang
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
dengan skizofrenia beserta prosesnya untuk bangkit dari pengalaman
perubahan proses kehidupan yang dialami oleh individu.
C. Partisipan Penelitian
1. Teknik Pemilihan Partisipan
Dalam penelitian ini, teknik pemilihan partisipan menggunakan
Purposive Sampling Technic. Purposive Sampling Technic. Purposive
diartikan sebagai usaha untuk memperoleh sampel data dengan
pertimbangan tertentu. Pertimbangan tersebut misalnya, memilih
orang yang dianggap paling paham tentang hal yang sesuai harapan
peneliti, atau orang yang memiliki andil besar sehingga dapat
memudahkan peneliti menelusuri hal yang ingin diteliti (Sugiyono,
2013). Peneliti melakukan dengan cara mencari informasi pada ketua
komunitas caregiver ODS untuk mendapatkan partisipan yang sesuai
dengan kriteria yang telah ditentukan sebelumnya agar mendapatkan
data yang diperlukan dalam memahami proses resiliensi pada
caregiver orang dengan skizofrenia.
2. Karakteristik Partisipan
Dalam penelitian ini, individu yang menjadi partisipan ialah
keluarga memiliki dan merawat anggota keluarga penderita
skizofrenia. Caregiver yang menjadi partisipan adalah seseorang (laki-
laki maupun perempuan) yang telah merawat anggota keluarga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
penderita skizofrenia dalam kurun waktu minimal tiga tahun, memiliki
kesediaan untuk menjadi partisipan dalam penelitian ini.
D. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian merupakan langkah-langkah yang dilakukan
oleh peneliti dalam melaksanan penelitian ini. Langkah-langkah
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mencari dan mengumpulkan literatur yang berkaitan dan
mendukung tentang resiliensi, caregiver dan skizofrenia. Literatur
tersebut didapatkan dari jurnal, buku, artikel serta informasi yang
didapatkan dari internet.
2. Peneliti menentukan karakteristik partisipan yang akan diteliti.
3. Setelah itu, peneliti bertemu dan membangun rapport kepada
partisipan serta menanyakan kesediaannya untuk menjadi
partisipan tanpa adanya paksaan.
4. Peneliti menyusun pertanyaan berdasarkan aspek-aspek resiliensi
yang digunakan menjadi pedoman wawancara agar memperoleh
data yang sesuai.
5. Sebelum mengajukan serangkaian pertanyaan, partisipan diminta
kesediaannya untuk membaca dan mengisi inform consent yang
berisi tentang pengambilan data, kesediaan partisipan untuk
menjadi subjek penelitian, dan hak-hak yang akan diperoleh selama
melakukan proses wawancara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
6. Peneliti menghubungi partisipan untuk menentukan hari, waktu dan
tempat guna melakukan proses wawancara.
7. Hasil wawancara yang telah dilakukan direkam menggunakan
smart phone peneliti kemudian hasil wawancara tersebut diubah
dalam bentuk verbatim.
8. Melakukan analisis dengan karakteristik dan metode yang telah
ditentukan di bawah pengawasan dosen pembimbing supaya tujuan
penelitian dapat tercapai dengan baik.
9. Hasil data yang telah dianalisis kemudian ditarik kesimpulannya
sehingga diperoleh saran untuk caregiver atau keluarga
pendamping ODS dan peneliti selanjutnya.
E. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang digunakan
adalah wawancara. Wawancara merupakan komunikasi dua arah yang
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pihak yang mengajukan pertanyaan dan
pihak yang memberikan jawaban, hal ini dilakukan untuk mencapai
tujuan tertentu (Moleong, 2007).
Jenis wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah
wawancara semi terstruktur. Menurut Smith (2013), wawancara semi
terstruktur adalah proses tanya jawab antara peneliti dan partisipan
dimana pertanyaan-pertanyaan yang diajukan bersifat lebih luwes dan
dapat digali kembali ketika peneliti menemukan jawaban yang
menarik dari partisipan. Dalam melakukan wawancara tersebut,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
peneliti menggunakan pedoman wawancara yang telah disusun dalam
suatu daftar wawancara, sehingga memudahkan peneliti dan
memfokuskan pertanyaan yang akan diajukan, bukan untuk mendikte
partisipan. Peneliti juga menggunakan alat bantu rekam guna
mempermudah mengolah data. Tujuan dari wawancara semi
terstruktur ialah untuk menemukan suatu permasalahan secara lebih
terbuka, dimana partisipan dapat menuturkan pandangan atau ide-
idenya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
Tabel 1
Pedoman wawancara
Topik-topik area yang diungkap dalam pertanyaan
1. Pengalaman awal ketika merawat anggota keluarga ODS
a. Perasaan awal yang muncul
b. Reaksi terhadap perasaan
c. Cara pengelolaan perasaan
2. Pengalaman setelah merawat keluarga ODS
a. Perasaan ketika mendampingi
b. Emosi yang dirasakan
c. Reaksi terhadap emosi
d. Cara pengelolaan emosi
e. Upaya yang dilakukan untuk kesembuhan
3. Pengalaman kini merawat anggota keluarga ODS
a. Perasaan kini saat merawat OD
b. Upaya yang dilakukan untuk bangkit dan bertahan dalam
kondisi yang tidak nyaman.
F. Metode Analisis Data
Analisis data merupakan proses mengumpulkan data,
mengurutkan, mengelompokkan, menemukan struktur serta hal
penting yang akan dipelajari, dan memberikan kode yang bertujuan
agar kategori data memiliki makna sehingga memperoleh temuan
yang sesuai dengan pertanyaan penelitian yang ingin dijawab dan agar
lebih mudah untuk dipahami (Seiddel, 1998 dalam Moleong, 2007).
Menurut Creswell (2010), terdapat beberapa langkah yang
dilakukan dalam menganalisis data, adapun langkah-langkah tersebut
adalah sebagai berikut:
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
1. Mengolah dan menyiapkan data
Data yang akan dianalisis berupa transkrip wawancara serta
membuat data lapangan. Data tersebut kemudian dikelompokkan ke
dalam jenis-jenis yang berbeda sesuai dengan sumber
informasinya.
2. Membaca keseluruhan data
Pada tahap ini yang harus dilakukan adalah melihat makna secara
umum yang terkandung di dalam data. Peneliti juga menuliskan
catatan khusus dan gagasan umum tentang data yang didapatkan.
3. Menganalisis lebih detail dengan meng-coding data
Coding merupakan teknik mengolah data menjadi tulisan sebelum
diberi makna. Data yang telah diperoleh kemudian dikumpulkan
dan dikelompokkan dengan istilah khusus yang biasanya berasal
dari bahasa pastisipan (Rossman & Rillis, 1998).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Tabel 2
Keterangan Koding
Kode Keterangan
A
A1
A2
A3
Regulasi Emosi
Tetap tenang dalam kondisi yang penuh
tekanan
Mengontrol emosi, atensi dan perilaku
Mengekspresikan emosi secara tepat
B
B1
B2
Pengendalian impuls
Mengendalikan keinginan, dorongan,
kesukaan dan tekanan yang muncul dari dalam
diri.
Memiliki regulasi emosi yang tinggi
C
C1
C2
C3
Optimisme
Percaya akan masa depan yang cemerlang
Mempunyai harapan terhadap masa depan
Percaya bahwa mereka pemegang kendali
akan kehidupan yang dijalani
D
D1
D2
D3
Analisis Kausal
Mengidentifikasi secara akurat penyebab dari
permasalahan
Mencari tahu penyebab dari masalah
Tidak mengulangi kesalahan yang sama
E
E1
E2
Empati
Membaca tanda-tanda emosional dan
psikologis orang lain
Menangkap sesuatu yang dirasakan orang lain
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
F
F1
F2
Efikasi diri
Keyakinan diri bahwa individu mampu
memecahkan masalah
Keyakinan diri untuk mencapai kesuksesan
G
G1
G2
G3
Reaching Out (Pencapaian)
Meningkatkan aspek positif dalam diri
Melakukan hal di luar batas kemampuannya
Menganggap masalah sebagai tantangan,
bukan ancaman
1= Pengalaman awal
2= Pengalaman tengah
3= Pengalaman akhir
4. Terapkan proses coding untuk mendeskripsikan data yang akan
dianalisis.
Pada tahap deskripsi, perlu disampaikan informasi secara detail
mengenai orang, lokasi, atau peristiwa dalam setting tertetu. Dalam
proses ini, kode dapat dibuat untuk mendeskripsikan informasi tersebut
agar dapat dianalisis untuk kepentingan penelitian dan lain sebagainya.
Setelah itu, membuat beberapa tema atau kategori melalui proses
coding yang kemudian hasilnya digunakan untuk membuat judul dalam
bagian hasil penelitian.
5. Menyajikan kembali deskripsi dan tema-tema dalam laporan kualitatif
Analisis pada pendekat naratif biasanya membahas tentang kronologi
kejadian, tema tertentu dan keterkaitan antar tema. Pembahasan ini
disajikan dengan penggambaran secara spesifik atau dengan tabel.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
6. Menginterpretasi dan memaknai data
Peneliti dapat memaknai data yang diperoleh dengan berpedoman pada
kebudayaan, sejarah atau pengalaman pribadinya. Interpretasi data juga
digunakan sebagai pembanding antara hasil penelitian dengan informasi
yang didapat dari beberapa referensi teori dengan tujuan untuk melihat
apakah hasil penelitian membenarkan atau justru menyangkal teori
tersebut, bahkan dapat memunculkan pertanyaan baru dari hasil
analisis.
G. Keabsahan Data
Dalam penelitian ini, keabsahan data yang digunakan adalah
member checking method atau mengecek kembali pada partisipan
(Supratiknya, 2015). Metode ini dilakukan untuk melihat sejauh mana
kesesuaian antara hasil analisis data dengan hal yang dimaksud oleh
partisipan. Data yang diberikan kepada partisipan tentu saja bukanlah
data mentah, melainkan data yang sudah dianalisis. Dalam proses ini,
dapat juga dilakukan wawancara lebih lanjut guna memberikan
kesempatan pada partisipan untuk menanggapi hasil penelitian, setelah
hasilnya sudah tepat menurut partisipan, barulah peneliti boleh
menuliskan pada laporan akhir (Creswell, 2010; Supratiknya, 2015).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Proses Pengambilan Data
1. Proses Penelitian
Dalam penelitian ini, partisipan yang terlibat adalah tiga orang
caregiver yang merawat anggota keluarga dengan skizofrenia. Sebelum
melakukan proses pengambilan data, peneliti menjelaskan maksud dan
tujuan dari penelitian ini. Peneliti juga menanyakan mengenai
kesediaan untuk menjadi partisipan dengan memberikan lembar
persetujuan tertulis (inform consent) yang disetujui oleh partisipan.
Setelah partisipan menyatakan kesediaannya untuk menjadi narasumber
dalam penelitian ini, maka selanjutnya peneliti membuat janji dengan
partisipan untuk melakukan wawancara. Hasil wawancara direkam
dengan menggunakan voice recorder melalui smart phone peneliti
yang sebelumnya telah mendapatkan persetujuan dari partisipan.
Hasil wawancara yang sudah terekam pada smart phone
didengar kembali oleh peneliti dan kemudian ditulis dalam bentuk
verbatim. Tujuannya adalah agar data yang diperoleh tidak berubah dan
dapat di cross-check agar sesuai dengan maksud partisipan.
Selanjutnya peneliti akan mencari makna dari tabel hasil
verbatim yang telah dibuat sesuai dengan ciri-ciri resilien partisipan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Makna tersebut kemudian dibahas dan disimpulkan oleh peneliti
sehingga memperoleh hasil dari masing-masing partisipan.
2. Proses Pengambilan Data
Proses pengambilan data dilakukan secara individual dengan
waktu dan tempat yang berbeda sesuai kesepakatan yang telah dibuat
antara peneliti dan partisipan. Sebelum melakukan wawancara, peneliti
menjelaskan kembali maksud dan tujuan peneliti dan menanyakan
kesediaan parisipan dalam melakukan proses wawancara dan
menggunakan alat perekam selama proses berlangsung. Setelah
partisipan menyetujui, proses wawancara akhirnya dimulai.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
Tabel 3
Jadwal Pengambilan Data
No. Partisipan Hari, tanggal, jam Tempat
1.
HN
Minggu, 22 Mei 2016
18.30 – 19.10 WIB
Senin, 30 Mei 2016.
18.30-19.15 WIB
Sushi Garasi,
Jogokaryan.
2.
SS
Minggu, 5 Juni 2016.
15.30-16.15 WIB
Sabtu, 23 Juli 2016.
17.00-17.25 WIB
Rumah
partisipan,
Bantul.
3.
EW
Senin, 22 Agustus 2016
12.00-12.30 WIB
Sabtu, 24 September
2016
16.15-17.05 WIB
Rumah
partisipan,
Godean.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
3. Identitas Partisipan
3.1 Data Demografis Partisipan
Tabel 4
Identitas Partisipan
Partisipan 1 Partisipan 2 Partisipan 3
Nama HN SS EW
Tanggal lahir Yogyakarta, 14
April 1968
Bantul, 27
Agustus 1968
Sleman, 16
September
1982
Usia 49 tahun 49 tahun 35 tahun
Pendidikan
terakhir
S1 SMP S1
Pekerjaan Wirausaha Wirausaha Wirausaha
3.2 Latar Belakang Partisipan
Partisipan 1 merupakan caregiver skizofrenia yang berusia
49 tahun. Partisipan menyatakan bahwa dirinya merawat anaknya
yang menderita skizofrenia selama empat tahun. Pada awalnya,
partisipan tidak paham tentang skizofrenia dan menganggap
perilaku tidak wajar anaknya sebagai dampak dari kesurupan.
Partisipan menyadari ketika semakin lama perilaku dan kata-kata
yang diucapkan anaknya semakin tidak terkontrol sehingga
partisipan berinisiatif untuk membawanya ke Rumah Sakit Jiwa.
Setelah partisipan mengetahui bahwa anaknya mengalami
skizofrenia, partisipan memutuskan untuk merawat serta
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
memberikan dukungan penuh terhadap anaknya. Atas kepedulian
partisipan terhadap orang dengan gangguan jiwa terutama
skizofrenia, partisipan bergabung pada komunitas caregiver orang
dengan skizofrenia dengan harapan agar mental para caregiver
dapat lebih sehat supaya dapat mendampingi anggota keluarganya
dengan lebih optimal.
Partisipan 2 adalah seorang caregiver skizofrenia yang telah
merawat istrinya selama 19 tahun. Partisipan mulai menyadari
istrinya mengalami gangguan jiwa yaitu skizofrenia pada saat
istrinya mulai menarik diri dari lingkungan sosial dan mulai
mengalami halusinasi. Pada awalnya, partisipan merasa terpuruk
karena beban yang dipikul semakin banyak, selain mencari
nafkah, merawat ketiga anaknya, juga merawat istrinya yang
menderita skizofrenia. Partisipan juga mendapatkan perlakuan
yang tidak menyenangkan dari mertua partisipan karena dianggap
sebagai penyebab istrinya menderita gngguan jiwa. Namun
karena kesabarannya merawat, kini partisipan mampu bangkit dan
bersedia membagi pengalamannya apabila dibutuhkan menjadi
pembicara pada suatu acara.
Partisipan ketiga adalah caregiver skizofrenia yang merawat
kakak kandungnya sejak tahun 2001. Pada awalnya partisipan
merasa malu karena kakaknya berperilaku tidak wajar dan mulai
menarik diri dari lingkungan sekitar. Namun setelah beberapa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
50
waktu berlalu, akhirnya partisipan berinisiatif membawa
kakaknya ke RSJ guna mengetahui penyebab penyakit yang
diderita kakaknya. Setelah didiagnosa skizofrenia akhirnya
parisipan memutuskan untuk merawat dan memperhatikan
pengobatannya hingga usahanya untuk memberikan keterampilan
agar kakaknya dapat berkembang dan mandiri walaupun
mengidap skizofrenia.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
51
B. Hasil Analisis Data Penelitian
1. Partisipan 1
1.1 Kategorisasi Data
Keterangan : W1 (Wawancara 1)
W2 (Wawancara 2)
1.1.1 Awal ketika anggota keluarga mulai menujukkan perilaku aneh
(gejala skizofrenia)
No. Baris Kata Kunci
(W1)
3-5
6-9
25-28
Tidak mengetahui bahwa anaknya menderita skizofrenia
Menganggap anaknya mengalami kerasukan.
Menganggap perilaku aneh anaknya akibat dari
kerasukan.
Ketidakpahaman partisipan tentang skizofrenia membuat dirinya
beranggapan bahwa anaknya kerasukan.
1.1.2. Perasaan saat anggota keluarga ODS menunjukkan perilaku yang
aneh
No. Baris Kata Kunci
(W1)
20-24
69-71
82-88
91-95
Senang anaknya dapat berbicara normal kembali (dianggap
membaik).
Takut ketika perilaku anaknya tidak seperti biasanya.
Terkejut ketika anaknya berani bersikap kasar terhadap
partisipan.
Sakit hati atas perlakuan anaknya terhadap partisipan.
Perasaan negatif saat ODS menunjukkan perilaku tidak wajar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
52
1.1.3. Reaksi atas perasaan saat anggota keluarga menunjukkan perilaku
yang aneh
No. Baris Kata Kunci
(W1)
81-82
95-102
Marah ketika perilaku anaknya dianggap tidak wajar.
Melaporkan pada polisi.
Marah dan melaporkan anaknya pada polisi karena perilakunya
dianggap tidak wajar.
1.1.4. Cara mengidentifikasi penyebab masalah
No. Baris Kata Kunci
(W1)
108-113
122-126
(W2)
8-10
Membawa ke RSJ karena perilakunya dianggap sudah
tidak dapat ditoleransi.
Hasil pemeriksaan menyimpulkan harus dirawat di RSJ.
Diagnosa awal adalah disfungsi emosi atau depresi.
Membawa ke RSJ dan hasil diagnosa awal adalah disfungsi emosi atau
depresi sehingga harus dirawat di RSJ.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
53
1.1.5. Perasaan setelah anggota keluarga mendapat perawatan secara
medis
No.Baris Kata Kunci
(W1)
129-134
142-146
157-158
158-159
163-165
Khawatir jika anaknya mendapat perlakuan kasar di RSJ.
Sedih ketika melihat anaknya dimasukkan ke dalam sel
(RSJ).
Seolah merasakan yang dirasakan oleh anaknya (empati).
Sangat khawatir dan tidak dapat mengendalikan pikiran
ketika ananknya dirawat di RSJ.
Perasaan khawatir yang sukar dikendalikan.
Perasaan sedih, khawatir dan tidak nyaman dirasakan patisipan ketika
anaknya mulai dirawat di RSJ.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
54
1.1.6. Perasaan saat mendampingi anggota keluarga ODS
No. Baris Kata Kunci
(W1)
202-208
215-221
242-244
(W2)
24-31
34-36
Merasa berat menerima bahwa perilaku anaknya sudah
berbeda dari sebelum sakit.
Sedih menghadapi pandangan negatif dari tetangga
sekitar terhadap keluarganya.
Marah karena anaknya kembali menggunakan napza.
Merasa tidak berguna ketika ODS tidak memberi atensi
pada nasehat partisipan.
Sedih dan bingung harus berbuat apa agar ODS memberi
atensi pada partisipan.
Muncul dorongan negatif kembali ketika menghadapi permasalahan
baru yang timbul setelah anaknya keluar dari RSJ.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
55
1.1.7. Reaksi atas perasaan yang muncul saat mendampingi anggota
keluarga ODS
No. Baris Kata Kunci
(W1)
211-213
244-248
289-297
(W2)
39-42
Pindah rumah untuk menghindari pandangan negatif
tetangga.
Muncul kekerasan fisik dan kekerasan verbal sebagai
reaksi kemarahan dan kekecewaan.
Muncul emosi negatif karena perilaku ODS dianggap tidak
wajar yang memperburuk keadaan ODS.
Pasrah pada keadaan yang dialami.
Pindah rumah untuk menghindari pandangan negatif tetangga, selain
itu kemarahan dan kekecewaan partisian menimbulkan kekerasan
verbal dan fisik yang memperburuk kondisi ODS.
1.1.8. Upaya menentukan pengobatan selanjutnya
No. Baris Kata Kunci
(W1)
310
311-322
330-331
Membawa anaknya ke psikolog untuk mengidentifikasi
masalah yang dialami anaknya.
Hasil psikotes dan wawancara menunjukkan anaknya
menderita skizofrenia.
Membawa kembali ke RSJ untuk mendapat pengobatan.
Membawa ke psikolog untuk diperiksa, setelah didiagnosa skizofrenia
partisipan membawanya kembali ke RSJ.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
56
1.1.9. Perasaan saat anggota keluarga didiagnosa skizofrenia
No. Baris Kata Kunci
(W1)
299-304
379-380
396-399
Menyesal karena tidak dapat mengendalikan emosi
negatifnya dalam menghadapi perilaku ODS.
Dapat memahami emosi yang dialami orang lain.
Mulai menerima keadaan anaknya sebagai ODS.
Ada perasaan menyesal pada diri partisipan ketika dirinya tidak
mampu mengendalikan emosi dan kini partisipan mulai menerima
keadaan anaknya sebagai ODS.
1.1.10. Upaya meningkatkan kemampuan diri untuk menyelesaikan
masalah
No. Baris Kata Kunci
(W1)
435-438
438-453
456-459
459-466
(W2)
174-178
Kesadaran untuk merawat ODS dengan baik dan berharap
dapat mendedikasikan diri pada masalah gangguan jiwa.
Harapan bersambut baik dengan dibentuknya komunitas
caregiver ODS.
Aktif dalam kegiatan komunitas caregiver ODS.
Berharap bisa memberikan yang terbaik untuk ODS
lainnya.
Melakukan kegiatan positif untuk membantu penyembuhan
ODGJ lainnya.
Setelah anaknya keluar dari RSJ, partisipan berusaha mengembangkan
sikap positif dalam dirinya dan mendedikasikan diri untuk masalah
kejiwaan lewat komunitas caregiver ODS.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
57
1.1.11. Hambatan yang muncul saat mendampingi anggota
keluarga ODS
No. Baris Kata Kunci
(W1)
491-497
509-513
534-535
Anak keduanya yang belum dapat menerima ODS apa
adanya dan menimbulkan reaksi negatif.
Stuck ketika ODS tidak memberi atensi pada nasehat
partisipan.
Menginginkan perilaku ODS seperti yang partisipan
inginkan.
Muncul kendala saat mendampingi ODS baik eksternal maupun
internal.
1.1.12. Cara menghadapi hambatan yang mucul
No. Baris Kata Kunci
(W1)
497-499
503-506
548-552
Berkonsultasi dengan psikolog.
Memberi pengertian pada anak keduanya agar dapat
menerima ODS apa adanya.
Tidak memberi target apapun terhadap perilaku ODS.
Meningkatkan sikap positif dan menerima ODS apa adanya agar
keadaan ODS membaik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
58
1.1.13. Perasaan mendampingi anggota keluarga ODS saat ini
No. Baris Kata Kunci
(W1)
477-479
554-558
562-563
563-568
Senang ODS memiliki kesadaran akan minum obat.
Senang ketika ODS menunjukkan progress dalam hal
pendidikan.
Bersyukur karena keadaan anaknya lebih baik dibanding
ODGJ yang tidak dirawat.
Lebih memiliki rasa empati pada ODS lainnya.
Partisipan merasa senang dan bersyukur dengan keadaan ODS senang
yang semakin membaik, selain itu partisipan lebih berempati pada
ODS lainnya.
1.1.14. Hal yang membangkitkan semangat untuk bertahan
mendampingi ODS
No. Baris Kata Kunci
(W1)
536-538
561-562
Partisipan mendapat inspirasi karena seringnya pertemuan
sesama caregiver ODS.
Pertemuan dengan sesama caregiver ODS membangkitkan
semangat partisipan.
Adanya komunitas caregiver ODS membuat partisipan mendapat
inspirasi dan semangat mendampingi ODS.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
59
1.1.15. Proses pencapaian kenyamanan diri
No. Baris Kata Kunci
(W2)
174-180
197-205
274-280
289-295
323-326
329-334
345-347
357-364
366-371
391-392
406-409
Melakukan hal yang bermanfaat untuk ODS lainnya.
Memotivasi keluarga agar menerima ODS apa adanya.
Menerima keadaan diri apa adanya.
Memandang masalah sebagai tantangan bukan hambatan.
Mencapai keberhasilan menyelesaikan masalah.
Keyakinan untuk bangkit dari keadaan yang tidak nyaman.
Memberi motivasi untuk menumbuhkan kesadaran orang
lain akan gangguan jiwa.
Tidak malu membagi pengalaman mendampingi ODS.
Menerima diri apa adanya dan meningkatkan hal positif
dalam diri.
Bermanfaat untuk orang lain.
Nyaman dengan keadaannya kini.
Dengan dukungan dari sesama anggota komunitas dan usahanya untuk
meningkatkan hal positif dalam dirinya, partisipan kini mampu
menerima ODS apa adanya dan mencapai kenyamanan diri dalam
mendampingi ODS.
1.2 Analisis Naratif
1.2.1 Awal (Latar Belakang)
Pada awalnya, partisipan menyadari perubahan sikap
anaknya, namun tidak memiliki pengetahuan tentang skizofrenia,
yang partisipan ketahui, perubahan sikap anaknya diakibatkan
karena pengaruh kerasukan yang dialami. Perubahan sikap anaknya
yang tidak disertai dengan pengetahuan mengakibatkan partisipan
menanggapi dengan emosi negatif, yaitu dengan cara marah,
memukul, hingga melaporkan anaknya ke kantor polisi karena sikap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
60
anaknya telah dianggap sebagai tindak kriminal. Menyadari sikapnya
tidak memberikan pengaruh yang baik kepada anaknya, partisipan
akhirnya berinisiatif untuk membawa anaknya ke rumah sakit jiwa.
Setelah melewati serangkaian pemeriksaan, anak partisipan
didiagnosa mengalami disfungsi emosi dan depresi sehingga harus
menjalani rawat inap di rumah sakit jiwa. Mengatahui hal tersebut,
partisipan merasa terpukul, sedih, khawatir jika anaknya
mendapatkan perlakuan yang tidak baik, serta perasaan yang tidak
nyaman.
1.2.2 Tengah (Perjuangan Konflik)
Setelah menjalani perawatan di rumah sakit jiwa, partisipan
merasa berat menerima keadaan anaknya, karena dianggap berbeda
dari sebelum anaknya mengalami sakit. Dampak lainnya ialah
pandangan negatif masyarakat sekitar terhadap keluarga partisipan,
hal ini membuat partisipan merasa sedih dan terbebani hingga
partisipan memutuskan untuk pindah ke lingkungan rumah yang
baru untuk menghindari reaksi negatif masyarakat. Perilaku anaknya
yang belum stabil membuat partisipan kembali salah bertindak,
emosi negatif yang diekpresikan dengan kekerasan fisik dan verbal
kemudian memperburuk kondisi anaknya. Partisipan kemudian
mengambil tindakan untuk membawa anaknya kepada psikolog.
Setelah melalui psikotes dan wawancara, hasilnya menunjukkan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
61
bahwa anaknya mengalami gangguan jiwa berat yaitu skizofrenia
dan harus di bawa kembali ke rumah sakit jiwa. Setelah menjalani
rawat inap di rumah sakit jiwa, keadaan anaknya sebagai ODS
mengalami peningkatan dan membaik. Namun, di saat yang
bersamaan perasaan partisipan merasa sedih dan khawatir akan masa
depan anaknya. Selain itu, anak kedua partisipan atau adik dari ODS
tersebut belum mampu menerima keadaan kakaknya yang sudah
berbeda dari sebelum sakit, hal itu menyebabkan hubungan kedua
anaknya semakin tidak baik. Partisipan kemudian mengambil jalan
tengah untuk membawa anak keduanya kepada psikolog dan
diberikan pengetahuan tentang keadaan kakaknya sehingga lambat
laun dirinya mampu menerima.
1.2.3 Akhir (Pencapaian Hasil)
Pengalaman yang sudah terlewati oleh partisipan membuat
partisipan menyadari bahwa ODS harus diperlakukan dengan tepat
dan baik agar kondisinya stabil. Dari kejadian itu, partisipan
memutuskan untuk mendampingi anaknya sebagai ODS dengan
optimal, memberikan edukasi pada anaknya akan pentingnya
minum obat, dan memberikan motivasi kepada anaknya agar
dirinya mampu melanjutkan pendidikan di bangku kuliah namun
partisipan tidak memberikan target pada anaknya. Selain itu,
partisipan berusaha meningkatkan aspek positif di dalam dirinya
dengan cara bergabung dengan komunitas caregiver di bawah
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
62
naungan rumah sakit jiwa tempat anaknya dirawat sehingga
partisipan mampu mengembangkan pikiran untuk selalu bersikap
positif terhadap masalah gangguan jiwa. Dari hal tersebut,
partisipan kemudian berhasil mencapai kenyamanan dirinya yang
diwujudkan dengan cara mendedikasikan diri pada masalah
gangguan kejiwaan dan membantu memberi jalan keluarga yang
memiliki masalah serupa dengan dirinya dan tidak mampu secara
finansial untuk memberikan pengobatan pada anggota keluarganya
atau tidak memiliki pengetahuan yang cukup tentang gangguan
jiwa. Saat ini, partisipan telah mencapai keberhasilannya sebagai
caregiver ODS serta tidak memiliki rasa malu lagi untuk
membagikan pengalamannya ketika diminta untuk mengisi sebuah
acara yang berhubungan dengan gangguan jiwa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
63
Skema 2. Proses pencapaian resiliensi pada partisipan 1
Menyadari perubahan
sikap anggota keluarga
namun tidak memiliki
pemahaman tentang
skizofrenia
hhhhh Menyadari perubahan
perilaku anggota keluarga
enyad
Muncul perasaan negatif
dan ditanggapi dengan
ekspresi emosi tinggi
(marah, memukul,
melaporkan pada polisi)
Membawa ke RSJ untuk
mencari tahu penyebab
perubahan perilaku mn
Diagnosa sementara
adalah disfungsi emosi /
depresi dan harus
menjalani perawatan di
rumah sakit jiwa
n
Muncul perasaan
negatif (sedih,
khawatir, tidak
nyaman)
Merasa berat menerima
keadaan anaknya dan
mendapat pandangan
negatif dari tetangga
Menghindari
pandangan negatif
(pindah rumah)
Menanggapi emosi
negatif yang
diekspresikan
dengan kekerasan
fisik dan verbal
Memperburuk
keadaan ODS
(relapse)
Membawa anaknya
kepada psikolog
Hasil psikotes dan
wawancara
menunjukkan indikasi
skizofrenia
Membawa ke RSJ
kembali
Muncul hambatan
baik internal
maupun eksternal
Meningkatkan
aspek positif di
dalam diri
1. Mendampingi ODS dengan lebih optimal.
2. Bergabung dengan komunitas caregiver
ODS
3.Mendedikasikan diri untuk masalah
gangguanjiwa
Mencapai kenyamanan diri dan
berhasil mencapai kesuksesan
dalam mendampingi ODS
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
64
2. Partisipan 2
2.1 Kategorisasi Data
Keterangan : W1 (Wawancara 1)
W2 (Wawancara 2)
2.1.1. Awal ketika anggota keluarga mulai menujukkan perilaku aneh
(gejala skizofrenia)
No. Baris Kata Kunci
(W1)
15-19
(W2)
3-5
Bingung tentang penyakit apa yang menimpa istrinya
hingga berperilaku tidak wajar.
Bingung, susah, sedih saat perilaku istrinya mulai
berubah.
Ketidakpahaman partisipan pada skizofrenia membuat partisipan
bingung dan sedih karena istrinya mulai berperilaku tidak wajar.
2.1.2. Perasaan saat anggota keluarga menunjukkan perilaku yang aneh
No. Baris Kata Kunci
(W1)
12-14
16-19
28-33
Sedih karena istrinya berperilaku tidak wajar.
Sedih dan tidak menyangka karena harapan akan
pernikahannya tidak sesuai dengan kenyataannya.
Tidak dapat menerima keadaan karena masih awam tentang
skizofrenia.
Tidak dapat menerima keadaan istrinya yang dianggap tidak wajar serta
mengalami ketidakpuasan dalam pernikahan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
65
2.1.3. Reaksi atas perasaan saat anggota keluarga menunjukkan perilaku
yang aneh
No. Baris
Kata Kunci
(W1)
34
34-37
37-39
40-45
45-46
(W2)
45-50
Pasrah dengan keadaan.
Mengusahakan penyembuhan.
Tabah dan menjalankan tanggung jawab dengan baik.
Berusaha tenang dan berfikir positif dalam keadaan yang
tidak mudah.
Bersikap peduli terhadap istri.
Berpedoman pada agama dan bertanggung jawab sebagai
suami.
Partisipan berusaha mengembangkan sikap positif dalam dirinya
walaupun dalam keadaan yang tidak mudah.
2.1.4. Cara mengidentifikasi penyebab masalah
No. Baris
Kata Kunci
(W1)
10-12
120-135
Membawa ke Rumah Sakit Umum.
Mengusahakan berbagai pengobatan dengan harapan cepat
sembuh
Mencari segala macam pengobatan dengan harapan cepat sembuh,
akhirnya dibawa ke RS Umum untuk diperiksa secara medis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
66
2.1.5. Perasaan setelah anggota keluarga mendapat perawatan secara
medis
No.Baris Kata Kunci
(W1)
48-50
54-58
Shock karena ekonomi menjadi tidak stabil.
Tidak kuat karena beban ekonomi semakin banyak.
Partisipan tidak kuat karena beban ekonomi yang semakin banyak dan
menyebabkan perekonomiannya tidak stabil.
2.1.6. Perasaan saat mendampingi anggota keluarga ODS
No. Baris Kata Kunci
(W1)
229-235
458-463
(W2)
16-17
27-29
120-121
Dilema pada masa depan partisipan yang membutuhkan
seorang pendamping.
Perasaan down ketika istrinya (ODS) kambuh.
Merasa ikhlas merawat istrinya.
Lelah dengan rutinitas merawat istri sebagai ODS.
Muncul perasaan jenuh merawat istri sebagai ODS.
Perasaan partisipan didominasi oleh perasaan negatif saat awal
mendampingi istrinya sebagai ODS.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
67
2.1.7. Reaksi atas perasaan yang muncul saat mendampingi anggota
keluarga ODS
No.
Baris
Kata Kunci
(W1)
32-35
206-209
(W2)
123-125
Berusaha menenangkan diri ketika lelah merawat ODS.
Berusaha mengembangkan sikap empati dan peduli.
Menyadari bahwa partisipan memiliki tanggung jawab
pada keluarga terutama istrinya.
Partisipan mengembangkan cara positif untuk meregulasi emosi yang
muncul di dalam dirinya.
2.1.8. Upaya menentukan pengobatan
No.
Baris
Kata Kunci
(W1)
146-150
Membawa ke RSJ karena istri melakukan percobaan bunuh
diri.
Perilaku istri yang mulai membahayakan dirinya membuat partisipan
memutuskan untuk membawa ke Rumah Sakit Jiwa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
68
2.1.9. Perasaan saat anggota keluarga didiagnosa skizofrenia
No.
Baris
Kata Kunci
(W1)
71-73
Tidak menyangka dan kaget ketika istrinya didiagnosa
skizofrenia.
Partisipan merasa terkejut dan tidak menyangka ketika istrinya
didiagnosa skizofrenia
2.1.10. Upaya meningkatkan kemampuan diri untuk menyelesaikan
masalah.
No.
Baris
Kata Kunci
(W1)
181-185
(W2)
90-97
99-103
106-108
108-113
Kesadaran bahwa istrinya (ODS) harus dipedulikan.
Belajar memahami tanda-tanda emosional dan psikologis
istri (ODS)
Berusaha memberi perhatian dalam kondisi terburuk
istrinya (ODS).
Memberikan kegiatan bermanfaat untuk istrinya (ODS).
Berusaha memberikan kondisi yang kondusif agar kondisi
istri membaik.
Partisipan mentingkatkan kesadaran dan sikap yang positif untuk
menerima dan mendampingi ODS dengan optimal.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
69
2.1.11. Hambatan yang muncul saat mendampingi anggota
keluarga ODS
No.
Baris
Kata Kunci
(W1)
280-287
287-295
(W2)
19-24
Respon mertua partisipan yang belum dapat menerima
keadaan istri partisipan sebagi ODS.
Mertua yang terkesan menyalahkan partisipan atas
kejadian yang menimpa istrinya.
Respon keluarga istri (ODS) yang kurang baik pada
partisipan.
Partisipan mengalami hambatan eksternal dalam mendampingi ODS.
2.1.12. Cara menghadapi hambatan yang mucul saat mendampingi
anggota keluarga ODS
No.
Baris
Kata Kunci
(W1)
32-35
(W2)
123-125
139-145
Berusaha menenangkan diri ketika lelah merawat ODS.
Selalu menyadari bahwa dirinya memiliki tanggung jawab.
Melakukan kegiatan yang bermanfaat agar tidak terfokus
pada bebannya sebagai caregiver.
Partisipan meningkatkan sikap positif dalam dirinya untuk menghadapi
hambatan yang dialaminya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
70
2.1.13. Perasaan mendampingi anggota keluarga ODS saat ini
No.
Baris
Kata Kunci
(W1)
16-17
238-240
395-404
565-568
Merasa ikhlas merawat ODS.
Khawatir jika di hari tuanya tidak memiliki pendamping.
Tenang karena masyarakat tidak memberikan pandangan
negatif terhadap diri dan keluarga partisipan.
Senang karena dapat bermanfaat untuk orang lain.
Saat ini partisipan merasa ikhas merawat istrinya, namun ada
kekhawatiran pada dirinya jika suatu hari tidak memiliki pendamping.
2.1.14. Hal yang membangkitkan semangat untuk bertahan
mendampingi ODS
No.
Baris
Kata Kunci
(W1)
380-392
(W2)
78-87
Harapan yang besar terhadap masa depan anak-anaknya.
Termotivasi dari nasehat orang tua dahulu sehingga
partisipan yakin akan masa depan yang lebih baik.
Partisipan memiliki harapan dan keyakinan pada masa depan yang
lebih baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
71
2.1.15. Proses pencapaian kenyamanan diri
No.
Baris
Kata Kunci
(W1)
519-525
529-535
554-558
(W2)
147-148
151-156
Meningkatkan aspek positif dalam dirinya.
Memotivasi keluarganya agar dapat memahami ODS.
Membagikan pengalamannya kepada orang lain agar
menjadi manfaat.
Memandang masalah sebagai cobaan.
Menganggap masalah bukan sebagai beban, namun
tantangan yang harus diselesaikan.
Partisipan memandang masalah sebagai tantangan yang harus
diselesaikan sehingga dirinya meningkatkan aspek positif dalam
dirinya.
2.2 Analisis Naratif
2.2.1 Awal (Latar Belakang)
Pada awalnya, partisipan menyadari perubahan sikap
istrinya namun tidak mengetahui bahwa hal tersebut adalah
skizofrenia. Hal tersebut menimbulkan perasaan sedih dan hancur
karena harapan pada pernikahannya tidak sesuai dengan kenyataan
yang diterima. Dibalik perasaan sedih tersebut, partisipan
mengusahakan kesembuhan untuk istrinya, dari usaha secara
alternatif hingga medis, yaitu dengan membawa istrinya berobat di
rumah sakit umum. Biaya yang tidak sedikit untuk usaha
penyembuhan istrinya menyebabkan partisipan merasa sedih karena
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
72
beban ekonomi yang semakin berat. Namun, partisipan tidak patah
semangat dan terus berusaha agar kebutuhan anak-anak dan biaya
pengobatan istrinya dapat terpenuhi. Kondisi istrinya yang belum
menunjukkan peningkatan membuat partisipan berinisiatif membawa
istrinya ke rumah sakit jiwa.
2.2.2 Tengah (Perjuangan Konflik)
Tanggung jawab yang semakin berat, membuat partisipan
merasakan lelah dan jenuh. Namun, pada saat partisipan merasakan
emosi negatif dirinya berusaha menenangkan diri serta menyadari
akan tanggung jawabnya sebagai seorang suami dan ayah. Perilaku
istrinya yang tidak stabil, mendorong partisipan untuk membawanya
ke rumah sakit jiwa, setelah dilakukan serangkaian pemeriksaan, istri
partisipan didiagnosa mengidap gangguan jiwa berat, yaitu
skizofrenia. Pada saat itu partisipan merasa kaget dan tidak
menyangka perihal keadaan istrinya, namun kembali partisipan
menyadari bahwa hal tersebut merupakan tanggung jawab yang
harus dijalani. Mengetahui hal yang sebenarnya terjadi pada istrinya,
partisipan berusaha memberikan perhatian dan lingkungan yang
kondusif agar tidak memperburuk kondisi istrinya, selain itu
partisipan berusaha memandirikan istrinya dengan memberikan
kegiatan yang bermanfaat serta tidak memberikan target pada apa
yang dilakukan isrinya. Namun, usaha partisipan dalam
mendampingi tidak selalu berjalan mulus, reaksi keluarga dari istri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
73
yang terkesan menyalahkan partisipan atas apa yang menimpa
istrinya, membuat keluarga menyalahkan partisipan. Hal tersebut
membuat partisipan merasa sedih, namun tidak mengahalangi
partisipan untuk bertanggung jawab pada kesembuhan istrinya. Alih-
alih merespon dengan emosi negatif, partisipan lebih memilih
menenangkan diri dan melakukan kegiatan yang lebih positif untuk
mengalihkan emosi negatifnya.
2.2.3 Akhir (Pencapaian Hasil)
Hingga saat ini, partisipan telah mendampingi istrinya
sebagai ODS kurang lebih 20 tahun. Dalam kurun waktu tersebut,
partisipan merasa ikhlas merawat istrinya sebagai ODS, respon dan
dukungan masyarakat di lingkungan tempat partisipan tinggal
membuat partisipan merasa tidak sendiri. Dengan keadaan partisipan
kini, partisipan tidak merasa segan untuk membagikan
pengalamannya kepada orang lain, bahkan jika diminta menjadi
pembicara di dalam sebuah acara yang bersangkutan dengan
pengalamannya, partisipan akan melakukannya dengan senang hati.
Di samping itu, harapan yang besar pada masa depan anak-anaknya
serta dukungan penuh dari keluarga mampu membangkitkan
semangat partisipan dalam mendampingi istrinya sebagai ODS.
Dalam proses mencapai kenyamanan dirinya, partisipan berusaha
untuk meningkatkan empatinya pada ODS, mengelola emosi
negatifnya dengan lebih baik lagi, mampu mengendalikan dorongan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
74
dari dalam dirinya, serta oprimis pada masa depan yang lebih baik.
Dengan sikap yang ditampilkan oleh partisipan tersebut, dirinya
mampu memberikan motivasi kepada keluarga dan orang lain agar
dapat menghargai ODS. Di samping itu, partisipan memandang
masalah sebagai beban, namum tantangan yang harus dicari
solusinya agar dapat terlewati dengan baik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
75
Skema 3. Proses Resiliensi pada Partisipan 2
Tidak memiliki
pemahaman tentang
skizofrenia
Menimbulkan
perasaan negatif
Mengusahakan segala
macam pengobatan
Muncul perasaan sedih
disebabkan karena beban
ekonomi yang bertambah
berat
Muncul perasaan
negatif selama
mendampingi ODS
Menanggapi dengan
perasaan yang lebih
positif untuk
meregulasi emosinya
Mengupayakan
pengobatan dengan
membawa ke RSJ
Muncul perasaan sedih
ketika istri didiagnosa
skizofrenia
Mengatasinya dengan cara
meningkatkan kesadaran dan
sikap positif untuk merawat ODS
dengan lebih optimal ODS
dengan optimal
Mengalami hambatan
ektsternal dalam proses
mendampingi
Meningkatkan sikap
positif dalam dirinya
1. Memandang masalah
sebagai tantangan yang harus
diselesaikan, bukan beban
yang harus dihindari.
2. Memotivasi keluarga agar
dapat menerima ODS apa
adanya.
3. Membagikan pengalaman
kepada masyarakat.
Mencapai kenyamanan
diri dan menjadi
individu yang resilien
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
76
3. Partisipan 3
3.1 Kategorisasi Data
Keterangan : W1 (Wawancara 1)
W2 (Wawancara 2)
3.1.1 Awal ketika anggota keluarga mulai menujukkan perilaku aneh
(gejala skizofrenia)
No. Baris Kata Kunci
(W2)
3-6
Tidak memiliki pemahaman tentang skizofrenia
Awalnya partisipan tidak memiliki pemahaman tentang skizofrenia.
3.1.2. Perasaan saat anggota keluarga menunjukkan perilaku yang aneh
No. Baris Kata Kunci
(W1)
37-38
(W2)
6-7
Muncul perasaan malu dan tidak menentu.
Bingung pada hal yang dialami kakaknya hingga
menyebabkan perasaan malu.
Partisipan bingung tentang hal yang dialami kakaknya sehingga
menyebabkan dirinya merasa malu.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
77
3.1.3. Reaksi atas perasaan saat anggota keluarga menunjukkan perilaku
yang aneh
No. Baris
Kata Kunci
(W1)
40-42
Muncul inisiatif untuk membawa ke Rumah Sakit.
Partisipan memiliki inisiatif untuk memberikan pengobatan pada
kakaknya.
3.1.4. Cara mengidentifikasi penyebab masalah
No. Baris
Kata Kunci
(W1)
8-11
23-24
Membawa ke Rumah Sakit Umum.
Membawa ke pengobatan alternatif.
Partisipan mengusahakan pengobatan untuk kakanya, dari alternatif
hingga membawa ke RSU.
3.1.5. Perasaan setelah anggota keluarga mendapat perawatan medis
No.Baris Kata Kunci
(W1)
27-31
Perasaan cukup tenang karena sikap kakaknya tenang dalam
pengaruh obat.
Partisipan cukup tenang karena obat yang diberikan dari RSU membuat
keadaan kakaknya tenang untuk sementara.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
78
3.1.6. Perasaan saat mendampingi anggota keluarga ODS
No. Baris Kata Kunci
(W1)
14-20
(W2)
129-133
Muncul perasaan marah ketika ODS kambuh dan suasana
hati partisipan sedang tidak baik.
Perasaan jengkel ketika kondisi ODS terlalu berat dan
suasana hati partisipan sedang tidak baik.
Muncul perasaan negatif ketika suasana hati partisipan sedang tidak baik
dan kondisi ODS sedang kambuh.
3.1.7. Reaksi yang muncul saat mendampingi anggota keluarga ODS
No.
Baris
Kata Kunci
(W2)
138
140-145
Menanggapi dengan emosi.
Menyadari bahwa ODS sedang tidak baik sehingga dirinya
kemudian mengendalikan perilaku dan perasaan.
partisipan menanggapi dengan emosi, namun kemudian menyadari
kondisi ODS dan mulai mengendalikan perilaku dan perasaannya.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
79
3.1.8. Upaya menentukan pengobatan
No.
Baris
Kata Kunci
(W2)
18-20
46-52
Membawa ke Rumah sakit jiwa dan divonis skizofrenia
paranoid.
Membawa ke RSJ karena muncul gejala skizofrenia yang
tidak dapat dikendalikan.
Partisipan membawa kakaknya ke Rumah sakit jiwa guna
mengidentifikasi penyebab penyakit kakaknya lebih lanjut.
3.1.9. Perasaan saat anggota keluarga didiagnosa skizofrenia
No.
Baris
Kata Kunci
(W2)
56-60
72
76-78
80-82
Menerima kenyataan bahwa kakaknya mengidap
skizofrenia.
Perasaan khawatir ketika kakaknya dirawat di RSJ
Khawatir kakaknya diberi perlakuan tidak baik dari pihak
RSJ.
Menerima penjelasan dari pihak RSJ.
Muncul emosi negatif pada saat kakaknya harus dirawat di RSJ.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
80
3.1.10. Upaya meningkatkan kemampuan diri untuk menyelesaikan
masalah
No.
Baris
Kata Kunci
(W1)
84-85
86-90
94-96
100-106
137-142
Berusaha mengerti keadaan kakaknya.
Meluangkan waktu untuk memperhatikan pengobatan.
Bertanggung jawab pada pengobatan kakaknya (ODS).
Berusaha memberikan keterampilan pada kakaknya (ODS).
Berusaha ikhlas dan bertanggung jawan sebagai keluarga
serta menerima dengan apa adanya.
Mengembangkan sikap positif untuk menerima ODS apa adanya.
3.1.11. Hambatan yang muncul saat mendampingi anggota
keluarga ODS
No.
Baris
Kata Kunci
(W2)
84-90
110-111
Tidak memandang sebagai suatu hambatan, namun ODS
memerlukan perhatian dan kesabaran yang penuh.
Keinginan membuat ODS menjadi mandiri belum
terlaksana.
Tidak ada hambatan yang berarti bagi partisipan selama merawat,
hanya saja keinginan untuk membuat ODS menjadi mandiri belum
terlaksana.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
81
3.1.12. Cara menghadapi hambatan yang mucul
No.
Baris
Kata Kunci
(W1)
140-145
(W2)
112-114
Kembali menyadari bahwa perilaku ODS sedang
memburuk.
Mengusulkan kepada direktur RSJ untuk memfasilitasi
kegiatan positif untuk ODS.
Partisipan memiliki kesadaran penuh terhadap perilaku ODS, sehingga
dapat meregulasi emosi dengan baik serta berusaha memandirikan
ODS.
3.1.13. Perasaan mendampingi anggota keluarga ODS saat ini
No.
Baris
Kata Kunci
(W1)
109-110
128-129
Senang karena keadaan ODS mulai stabil.
Merasa sudah optimal dalam mendampingi ODS.
Partisipan merasa senang dan optimal dalam mendampini ODS hingga
keadaan ODS stabil.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
82
3.1.14. Hal yang membangkitkan semangat untuk bertahan
mendampingi ODS
No.
Baris
Kata Kunci
(W1)
151-157
Pertemuan dengan sesama caregiver membuat partisipan
mendapat manfaat yang positif.
Partisipan merasakan manfaat yang positif dari pendidikan keluarga
3.1.15. Proses pencapaian kenyamanan diri
No.
Baris
Kata Kunci
(W1)
144-146
149-157
Memandang masalah sebagai cerita hidup yang harus
dijalani.
Mengerahkan usaha-usaha untuk kesehatan ODS dan
kesehatan mental caregiver.
Partisipan memandang masalah sebagai cerita hidup yang harus
dijalani sehingga dirinya berusaha meningkatkan kemampuan positif
dalam dirinya.
3.2 Analisis Naratif
3.2.1. Awal (Latar Belakang)
Pada awalnya, partisipan tidak memiliki pemahaman
tentang skizofrenia sehingga partisipan merasa bingung dengan
perubahan sikap kakaknya yang dirasa tidak wajar. Sikap
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
83
kakaknya yang kerap kali terlihat melamun dan tertawa seorang
diri menimbulkan perasaan malu dan tidak menentu dalam diri
partisipan. Keadaan kakaknya yang dirasa tidak wajar tersebut
menimbulkan inisiatif dalam diri partisipan untuk dibawa ke
Rumah Sakit guna mencari tahu penyebabnya. Partisipan
mengusahakan berbagai pengobatan alternatif hingga pada
akhirnya partisipan membawa kakaknya ke Rumah Sakit Umum.
Dalam proses pengobatan di Rumah Sakit Umum, partisipan
cukup merasa tenang karena obat yang diberikan membuat
kakaknya merasa tenang untuk sementara waktu karena
memberikan efek tidur. Pengobatan di Rumah Sakit Umum
tersebut sudah berjalan selama 15 tahun. Selama mendampingi
kakaknya, terkadang partisipan merasa kesal ketika kakaknya
menunjukkan perilaku yang tidak wajar disaat suasana hati
partisipan sedang tidak baik, hal ini menyebabkan partisipan
menanggapinya dengan emosi negatif. Namun, partisipan
memiliki kesadaran penuh tentang keadaan kakaknya sehingga
dirinya pun dapat mengendalikan perilaku dan perasaannya.
3.2.2. Tengah (Perjuangan Konflik)
Keadaan kakaknya yang sudah tidak dapat ditolerir
membuat partisipan kemudian membawanya ke Rumah Sakit
Jiwa. Setelah melewati pemeriksaan, kakak partisipan didiagnosa
skizofrenia paranoid dan harus dirawat di Rumah Sakit Jiwa.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
84
Mengetahui hal tersebut, partisipan merasa khawatir jika
kakaknya diberi perlakuan tidak baik dari pihak rumah sakit (red:
diikat, dll). Namun penjelasan yang diberikan oleh dokter
membuat partisipan mampu menerima kenyataan tentang
penyakit yang diderita kakaknya. Rasa empati dan tanggung
jawab sebagai saudara kandung membuat partisipan merasa ikhlas
mendampingi dan merawat kakaknya. Partisipan berusaha untuk
meningkatkan hal positif dalam dirinya dan berusaha memahami
keadaan kakaknya sebagai ODS serta meluangkan banyak
waktunya untuk memperhatikan pengobatan dan merawat ODS.
Partisipan juga berusaha untuk memberikan keterampilan yang
positif dengan harapan ODS bisa mandiri dan produktif. Namun
hal tersebut ternyata tidak mudah, keinginan untuk memfasilitasi
ODS untuk mandiri ternyata belum dapat terlaksana karena
keterbatasan partisipan, oleh karena itu dirinya berusaha
mengusulkan kepada direktur RSJ untuk memberi wadah pada
para ODS dan ODGJ agar mampu produktif dan mandiri. Namun
harapannya belum dapat terealisasi hingga saat ini.
3.2.3. Akhir (Pencapaian Hasil)
Saat ini, partisipan sudah mendampingi kakaknya sebagai
ODS selama kurang lebih 17 tahun. Dalam waktu yang tidak
sebentar itu, partisipan merasa ikhlas merawat karena menyadari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
85
bahwa kakaknya membutuhkan pendampingan, di samping itu
juga karena tanggung jawabnya sebagai saudara kandung.
Partisipan juga menerima keadaan kakaknya sebagai ODS dengan
apa adanya. Saat ini, partisipan merasa tenang karena keadaan
kakaknya sebagai ODS mulai membaik dan dirinya pun merasa
sudah memberikan pendampingan dan perawatan secara optimal.
Pertemuan dengan sesama caregiver di rumah sakit jiwa membuat
partisipan merasa tidak sendiri, selain itu partisipan juga
merasakan hal positif ketika bertukar pikiran dengan sesama
caregiver. Masalah yang menimpa parisipan dan keluarganya
tersebut, dipandang partisipan sebagai cerita hidup yang harus
dijalani, bukan sebagai beban yang harus dihindari. Saat ini,
partisipan lebih fokus untuk mengerahkan usaha agar
pendampingannya pada ODS lebih optimal dan kesehatan
mentalnya tetap terjaga.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
86
Skema 4. Proses Resiliensi pada Partisipan 3
Menyadari perubahan
sikap kakaknya namun
tidak memahami tentang
skizofrenia
Menimbulkan perasaan
bingung dan malu dan
malu
Berinisiatif untuk
memberikan
pengobatan
Mengusahakan berbagai
pengobatan sebelum pada
akhirnya membawa ke RS
Umum
Menimbulkan perasaan
negatif (sedih, bingung).
Membawa ke RSJ dan
didiagnosa skizofrenia
paranoid.
Menerima kenyataan
bahwa kakaknya
sizofrenia
Mengembangkan sikap
positif dalam dirinya
Memiliki kendala dalam
mendampingi ODS
Mengatasinya dengan
sikap yang lebih
positifdan optimis
1. Memandang masalah
sebagai cobaan hidup
yang harus diterima dan
dihadapi.
2. Bergabung pada
komunitas caregiver
ODS
3. Merasa nyaman
terhadap diri.
4. Menerima ODS
sepenuhnya
Mencapai resiliensi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
87
4. Proses member checking pada partisipan
Berdasarkan data dan hasil analisis yang telah dibuat oleh
peneliti, peneliti kembali menemui para partisipan untuk
memastikan bahwa data yang diperoleh sudah sesuai dengan yang
dimaksud oleh partisipan.
Partisipan 1 mengoreksi kesimpulan datanya. Partisipan 1
mengatakan bahwa hasil analisis yang ditulis oleh penulis sudah
sesuai dengan yang dimaksud oleh partisipan 1. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa tidak ada data yang diubah pada kesimpulan
partisipan 1. Berbeda dengan partisipan 2, dirinya mengoreksi
tentang penekanan data. Penulis menulis mengenai respon mertua
partisipan 2 yang tidak dapat menerima keadaan anaknya sebagai
ODS, namun partisipan 2 menganggap hal itu sebagai sikap
menyalahkan partisipan atas yang terjadi pada istrinya. Sama
halnya dengan partisipan 3, dirinya mengoreksi tentang data yang
telah dituliskan oleh penulis. Awalnya penulis menuliskan tentang
emosi negatif yang dirasakan partisipan 3 saat mendampingi
kakaknya sebagai ODS. Namun partisipan 3 menekankan bahwa
emosi negatif dan sikap marah yang ditunjukkan partisipan 3 hanya
pada saat suasana hatinya sedang tidak baik dan berbenturan
dengan keadaan ODS yang kambuh, sehingga menyebabkan emosi
negatif. Selebihnya, partisipan 3 memiliki kesadaran penuh bahwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
88
keadaan kakaknya sebagai ODS memang butuh dipahami secara
ekstra.
5. Analisis Naratif Ketiga Partisipan
5.1 Cerita awal (Latar Belakang)
Pada awalnya, ketiga partisipan tidak memahami bahwa
anggota keluarganya menderita skizofrenia. (P1.B3-5, P2.B15-
19, P3.B3-6). Ketidak pahaman ketiga partisipan tersebut
menimbulkan perasaan negatif saat menghadapi perubahan
perilaku anggota keluarga yang dianggap tidak wajar (P1.B69-
71, P2.12-14, P3.B37-38). Perasaan negatif yang dirasakan
oleh ketiga partisipan menimbulkan dua reaksi yang berbeda,
partisipan 1 cenderung menanggapi perubahan sikap anggota
keluarganya dengan menampakkan emosi negatifnya yaitu
marah (P1.B81-82), sedangkan partisipan 2 dan 3
menanggapinya dengan reaksi yang lebih tenang yaitu dengan
mengusahakan penyembuhan untuk anggota keluarganya
(P2.B34-37, P3.B40-42). Dalam mengidentifikasi penyebab
masalah yang dialami oleh anggota keluarganya, ketiga
partisipan tersebut memiliki dua respon yang berbeda,
partisipan 1 langsung membawa anggota keluarganya ke
Rumah Sakit Jiwa guna mengetahui penyebab penyakitnya
lebih lanjut (P1.B 108-113), sedangkan partisipan 2 dan 3
mengusahakan berbagai alternatif kesembuhan sebelum
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
89
akhirnya membawa anggota keluarganya ke Rumah Sakit
Umum (P2.B10-12, P3.B8-11). Setelah mengusahakan
pengobatan secara medis, partisipan 1 dan 2 cenderung
memiliki perasaan negatif, seperti khawatir, sedih dan
merasakan beban yang semakin berat (P1.B158-159, P2.B48-
50), berbeda dengan partisipan 3, dirinya memiliki perasaan
yang lebih tenang karena melihat perilaku anggota keluarga
yang cukup tenang dalam pengaruh obat (P3.B27-31). Dalam
proses pendampingan pada anggota keluarganya, ketiga
partisipan memiliki emosi yang cenderung negatif, seperti
marah, jenuh, lelah fisik, dan lelah psikis (P1.B24-31,
P2.B120-121, P3.B129-133). Perasaan negatif yang dialami
oleh ketiga partisipan pun direspon secara berbeda, yaitu
dengan reaksi positif dan negatif. Partisipan 1 merespon
perasaan negatifnya dengan emosi negatif yang berujung pada
kekerasan fisik dan verbal pada anggota keluarga dengan
skizofrenia (P1.B244-248), berbeda dengan partisipan 2 dan 3,
kedua partisipan ini merespon emosi negatif dengan lebih
tenang dengan berusaha menenangkan diri dan meningkatkan
kesadaran akan tanggung jawab mereka sebagai pendamping
ODS (P2.32-35, P3.B140-145). Dalam menentukan
pengobatan selanjutnya, ketiga partisipan memiliki usaha yang
sama, yaitu membawa keluarga mereka ke Rumah Sakit Jiwa
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
90
guna mendapatkan kesembuhan (P1.B330-331, P2.B146-150,
P3.B18-20).
5.2 Perjuangan dalam Menyelesaikan Konflik
Pada saat anggota keluarga didiagnosa skizofrenia,
partisipan 1 dan 3 cenderung mulai menerima keadaan anggota
keluarganya sebagai ODS (P1.B396-399, P3.B56-60), namun
pada partisipan 3 muncul perasaan cemas ketika anggota
keluarganya mulai dirawat di Rumah Sakit Jiwa (P3.B72),
berbeda dengan partisipan 2, dirinya tidak menyangka jika
salah satu anggota keluarganya menderita skiofrenia (P2.B71-
73). Dalam upaya menyelesaikan masalah tersebut, ketiga
partisipan berusaha untuk mengembangkan aspek positif dalam
diri mereka melalui berbagai cara. Partisipan 1
mengembangkan sikap positifnya lewat keaktifannya dalam
kegiatan komunitas caregiver ODS, partisipan 2 dan 3
berusaha memberikan kegiatan positif untuk anggota keluarga
mereka sebagai ODS (P1.B456-459, P2.B106-108, P3.B100-
106). Dalam proses pendampingan anggota keluarga ODS,
ketiga partisipan menghadapi hambatan baik internal maupun
eksternal (P1.B491-497, P2.B280-287, P3.B110-111). Namun,
ketiga partisipan meningkatkan sikap positif dalam dirinya
untuk menghadapi hambatan-hambatan tersebut sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
91
dapat mendampingi anggota keluarga ODS dengan optimal
(P1.B503-506, P2.B123-125, P3.B140-145).
5.3 Pencapaian Hasil
Saat ini ketiga partisipan merasa senang karena kondisi
anggota keluarga mereka sebagai ODS mulai membaik
(P1.B554-558, P2.B238-240, P3.109-110), namun di tengah
perasaan senangnya, tersirat keinginan atau kebutuhan pada
partisipan 2 yang membutuhkan pendamping di hari tuanya
kelak (P2.B16-17). Dalam proses pendampingan pada anggota
keluarga ODS, ketiga pasrtisipan memiliki motivasi untuk
dirinya sendiri agar tetap semangat menajalankan perannya
sebagai caregiver. Partisipan 1 dan 3 termotivasi dan lebih
bersemangat ketika berkumpul dengan sesama caregiver ODS
karena mendapatkan inspirasi dari sharing yang dilakukan
sesama anggota komunitas, serta mendapat manfaat yang
positif untuk kesehatan mentalnya sebagai pendamping ODS
(P1.B561-562, P3.B151-157), berbeda dengan partisipan 2,
dirinya merasa bersemangat untuk mendampingi anggota
keluarga ODS karena termotivasi dari nasehat orang tuanya
sehingga partisipan yakin akan masa depan yang lebih baik
(P2.B78-87). Dalam proses untuk mencapai kenyamanan diri,
ketiga partisipan memandang masalah sebagai tantangan yang
harus dihadapi, bukan sebagai hambatan yang harus dihindari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
92
(P1.B278-280, P2.151-156, P3.B144-146). Partisipan 1 dan 2
mampu memotivasi keluarganya agar dapat menerima keadaan
ODS dengan apa adanya, selain itu mereka juga tidak segan
lagi untuk membagikan pengalamannya sebagai pendamping
ODS (P1.345-347, P2.B554-558), sedangkan partisipan 3
cenderung meningkatkan kemampuan dirinya untuk
mengusahakan pengobatan pada anggota keluarga ODS
dengan harapan anggota keluarganya mampu sehat secara
mental dan mandiri (P3.B149-157).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
93
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
94
6. Kesimpulan Hasil Proses Pencapaian Resiliensi pada Caregiver
ODS
Ketiga partisipan menyadari perubahan sikap pada anggota
keluarganya, namun ketiganya tidak menyadari bahwa hal tersebut
adalah skizofrenia. Perubahan sikap anggota keluarganya tersebut
menimbulkan beban, meliputi beban psikologis, fisik, sosial dan
ekonomi. Beban tersebut menimbulkan dua reaksi berbeda pada
partisipan, yaitu ekspresi emosi tinggi yang ditunjukkan dengan
marah, kekerasan fisik dan verbal yang berakibat pada
meningkatnya gejala positif maupun negatif pada ODS, sedangkan
ekspresi emosi rendah yang ditunjukkan dengan menenangkan diri
ketika dihadapkan pada suatu masalah.
Ketika partisipan menyadari bahwa anggota keluarganya
menderita skizofrenia, ketiga partisipan berusaha meningkatkan
kualitas dirinya sebagai keluarga pendamping, yaitu dengan
memberikan pengobatan yang tepat, memberikan lingkungan dan
kondisi yang kondusif, berusaha memberikan kegiatan yang positif
untuk ODS dengan harapan agar ODS bisa mandiri dan produktif,
berusaha menurunkan ekspresi emosi saat keadaan ODS menurun.
Dengan demikian, partisipan menyadari bahwa menanggapi ODS
dengan ekspresi emosi yang rendah serta meningkatkan sikap
positif dalam diri caregiver, dapat membantu pemulihan ODS dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
95
memberikan kondisi yang lebih baik lagi serta lebih memiliki daya
dukung pada proses pencapaian resiliensi diri pada caregiver.
7. Pembahasan
Ketiga partisipan menyadari perubahan sikap anggota
keluarganya, namun ketiganya tidak mengetahui bahwa hal tersebut
merupakan gangguan jiwa yaitu skizofrenia. Ketidaktahuan
tersebut menimbulkan perasaan negatif pada ketiga partisipan,
seperti marah, malu, sedih, bingung harus berbuat apa, dan tidak
dapat menerima keadaan. Hal ini menunjukkan bahwa ketiga
partisipan tidak dapat menahan diri dari perasaan negatif yang
muncul, menanggapi dengan marah, serta tidak dapat memberikan
respon yang tepat pada permasalahan yang sedang dihadapi.
(Reivich dan Shatte, 2002 dalam Ifdil dan Taufik, 2012).
Perasaan negatif yang dirasakan oleh ketiga partisipan
tersebut menimbulkan inisiatif yang sama, yaitu membawa anggota
keluarga ke Rumah Sakit untuk mencari tahu penyebab perubahan
perilaku keluarganya. Hal ini memiliki kesesuaian dengan salah
satu aspek resiliensi yaitu analisis kausal yang berarti berusaha
mencari tahu penyebab masalah sehingga dapat mencari cara untuk
mengatasinya (Reveich dan Shatte, 2002 dalam Ifdil dan Taufik,
2012). Kenyataan bahwa anggota keluarganya harus mendapatkan
perawatan secara medis, menimbulkan beban tersendiri bagi para
partisipan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
96
Partisipan 1 tidak dapat menerima kenyataan bahwa anaknya
harus dirawat di rumah sakit jiwa. Hal ini kemudian menimbulkan
perasaan sedih, khawatir, dan tidak nyaman. Reaksi ini
menunjukkan bahwa partisipan 1 tidak memilikin pengendalian
impuls yang baik, sehingga dirinya tidak mampu mengontrol
perasaan negatif yang muncul pada dirinya saat mengalami tekanan
atau keadaan yang tidak nyaman (Reivich dan Shatte, 2002 dalam
Ifdil dan Taufik, 2012). Selain itu, perilaku anaknya yang dirasa
tidak wajar kemudian memancing emosi negatif partisipan 1 yang
diekspresikan dengan kekerasan fisik dan verbal, hal ini
mengakibatkan kondisi anaknya memburuk. Perilaku yang
ditunjukkan partisipan 1 merupakan ciri dari penyimpangan
komunikasi dalam keluarga atau ekspresi emosi tinggi, yang
datandai dengan amarah, kritikan, serta mengekspresikan emosi
secara berlebihan. Hal ini menyebabkan kondisi ODS semakin
buruk (Hooley dan Hiller, 2000 dalam Nevid, Ratus, & Greene,
2003).
Efek lain dari mendampingi ODS adalah pandangan negatif
yang diberikan masyarakat kepada keluarga partisipan 1 yang
membuat tekanan pada dirinya semakin berat, hal ini membuat
partisipan merasa terbebani dan memutuskan untuk pindah rumah
ke lingkungan yang baru. Kejadian yang dialami oleh partisipan 1
erat kaitannya dengan perasaan negatif yang ditimbulkan dari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
97
stigma masyarakat yang ditujukan pada ODS dan keluarganya,
sehingga tak jarang keluarga ODS kemudian menarik diri dari
lingkungan tersebut (Gitasari & Savira, 2015).
Berbeda dengan partisipan 2, pengobatan yang berlangsung
secara terus-menerus dan membutuhkan biaya yang besar,
menyebabkan perekonomian keluarganya tidak stabil, sehingga
menjadikan beban finansial bagi partisipan 2. Hal ini memiliki
kesesuaian dengan beban objektif yang dialami caregiver selama
proses pendampingan dan perawatan pada anggota keluarga yang
membutuhkan pertolongan, seperti beban ekonomi, sosial dan lain
sebagainya (Ambarsari dan Sari, 2012). Sedangkan partisipan 3
menanggapi dengan perasaan negatif saat kakaknya sebagai ODS
menunjukkan perilaku yang tidak wajar di saat suasana hati
partisipan 3 sedang tidak baik. Sesuai dengan pendapat Reivich dan
Shatte, 2002 (dalam Ifdil dan Taufik, 2012), bahwa partisipan 3
tidak memiliki regulasi emosi yang baik sehingga tidak mampu
mengontrol emosi dan perilakunya, serta tidak dapat
mengekspresikan emosi secara tepat saat dihadapkan pada suasana
yang tidak nyaman.
Ketiga partisipan memiliki perbedaan dalam merespon emosi
negatifnya. Hal ini disebabkan karena perbedaan karakteristik
antara partisipan satu dengan lainnya. Partisipan 1 dan 3 merespon
emosi negatifnya dengan ekspresi emosi yang tinggi, misalnya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
98
marah atau dengan kekerasan fisik yang dapat memperburuk
kondisi ODS. Menurut Schoon, 2006 dalam Patilima, 2015, yang
dialami partisipan 1 dan 3 disebabkan karena dirinya belum mampu
mampu menginterpretasikan dorongan, keinginan, belum dapat
mengendalikan dirinya, serta memiliki rencana hidup yang
terorganisasi untuk mencapai masa depan yang lebih baik.
Sebaliknya, partisipan 2 menghadapi emosi negatifnya dengan
ekspresi emosi yang lebih rendah, hal ini disebabkan karena
partisipan 2 memahami kemampuan dirinya, mampu menahan
dorongan negatif yang muncul, mandiri dan optimis.
Keadaan anggota keluarga ketiga partisipan yang semakin
tidak wajar dan tidak dapat ditolerir, membuat ketiganya
melakukan pengobatan lanjutan dengan membawanya ke Rumah
Sakit Jiwa untuk pemeriksaan lebih lanjut. Hal ini memiliki
kesesuaian pada salah satu aspek yang membentuk resiliensi yaitu
analisis kausal, yang diartikan sebagai upaya untuk mengetahui
penyebab masalah dan mencari cara untuk mengatasi masalah
tersebut agar tidak mengulangi kesalahan yang sama sehingga
partisipan mampu bangkit dari kondisi yang tidak nyaman (Reivich
dan Shatte, 2002).
Serangkaian pemeriksaan yang telah dilakukan,
menunjukkan bahwa anggota keluarga dari ketiga partisipan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
99
mengalami gangguan jiwa berat, yaitu skizofrenia. Skizofrenia
diartikan sebagai terpecahnya pikiran sehingga pendertita tidak
mampu membedakan antara halusinasi dan realita, sehingga
menyebabkan pikiran penderita tidak berhubungan secara logis,
mengalami gangguan afek, serta gangguan aktivitas motorik
(Nevid, Ratus, & Greene, 2003 ; Davidson, Neale, & Kring, 2006).
Diagnosa skizofrenia pada anggota keluarga membuat ketiga
partisipan merasa sedih, tidak menyangka dan timbul perasaan
negatif lainnya seperti khawatir. Respon tersebut menunjukkan
bahwa ketiga caregiver belum dapat menahan diri dari perasaan
negatif yang muncul saat mendampingi anggota keluarga ODS.
(Reivich dan Shatte, 2002 dalam Ifdil dan Taufik, 2012).
Menyadari akan kondisi ODS, ketiga partisipan berusaha
meningkatkan aspek positif di dalam dirinya. Seperti yang telah
dilakukan oleh partisipan 1, setelah anaknya menjalani perawatan
dan menunjukkan kondisi yang semakin membaik, partisipan 1
berusaha bersikap tenang serta meningkatkan kesadaran untuk
merawat dan mendampingi ODS. Hal ini memiliki kesesuaian
dengan keteranpilan bersikap tenang dan fokus dalam menghadapi
situasi yang tidak mudah. (Reivich dan Shatte, 2002 dalam Ifdil
dan Taufik, 2012). Sedangkan partisipan 2 dan partisipan 3, lebih
meningkatkan sikap empatinya yang ditunjukkan dengan
memahami kondisi ODS dengan memberikan perhatian,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
100
lingkungan yang nyaman serta kondusif agar tidak memperburuk
kondisi ODS. Sikap yang demikian menunjukkan bahwa partisipan
2 dan partisipan 3 memiliki sikap empati pada anggota keluarga
ODS, yaitu dengan memahami kondisi ODS dengan baik dan
berusaha memahami sesuatu yang ODS rasakan. Reivich dan
Shatte, 2002 dalam Ifdil dan Taufik, 2012).
Usaha peningkatan aspek positif di dalam diri ketiga
partisipan tidak serta merta berjalan mulus. Ketiga partisipan
mendapatkan hambatan yang berbeda. Usaha partisipan 1
terhambat karena terdapat anggota keluarga partisipan yang belum
dapat menerima keadaan anaknya sebagai ODS, sehingga hal
tersebut menjadi tugasnya untuk memberikan pengertian pada
anggota keluarganya. Selain itu, yang muncul perasaan sedih
ketika anaknya sebagai ODS tidak memberikan atensi pada nasehat
yang diberikan pasrtisipan 1.
Berbeda dengan partisipan 2, dirinya merasa niat baik untuk
memberikan pengobatan pada istrinya tidak mendapatkan respon
yang baik dari kedua orang tua istrinya, bahkan mertuanya tersebut
terkesan menyalahkan partisipan 2 atas apa yang terjadi pada
istrinya tersebut. Hal ini lah yang memicu munculnya perasaan
negatif dari partisipan 2 seperti sedih dan sakit hati. Hambatan lain
yang dirasakan oleh partisipan 3 ialah niatnya untuk memberikan
fasilitas pada kakaknya sebagai ODS agar mampu produktif dan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
101
mandiri belum dapat terlaksana karena keterbatasan partisipan.
Hambatan tersebut termasuk pada beban objektif dan subjektif
yang dialami caregiver selama mendampingi ODS, meliputi
masalah ekonomi, sosial, serta emosi negatif yang muncul pada
caregiver seperti cemas, tidak puas dalam hidup dan merasa
terbebani. (Goodhead dan McDonald, 2007).
Hambatan yang menimbulkan beban pada ketiga partisipan,
tidak lagi direspon dengan emosi negatif. Ketiga partisipan
berusaha untuk mengatasi permasalahannya dengan sikap yang
lebih positif, seperti mengedukasi keluarga dan orang di sekitarnya
agar dapat menerima ODS dengan baik, mengalihkan perasaan
negatifnya dengan kegiatan yang lebih positif dan bermanfaat, serta
begrusaha untuk memfasilitasi ODS agar dapat produktif dan
mandiri. Hal ini sesuai dengan yang dikatakan Grotbeg, 1995
(dalam Dewi, Djoeanina, & Melisa, 2004) bahwa individu yang
resilien ialah individu yang mampu mengendallikan perasaan dan
dorongan yang muncul di dalam dirinya serta mampu
menyelesaikan masalah dengan bijak. Selain itu, individu resilien
juga memiliki rasa peduli pada sesama dan berani mengambil
keputusan sendiri.
Dalam menghadapi hambatan, partisipan 1 memilih untuk
mengandalikan semua keinginan di dalam dirinya, serta berusaha
memahami bahwa kondisi anaknya sebagai ODS tidak sama seperti
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
102
sebelum sakit, sehingga partisipan 1 berusaha tidak memberikan
target pada segala yang dilakukan oleh ODS. Hal ini membuktikan
bahwa partisipan 1 memiliki pengendalian impuls yang baik,
dimana dirinya dapat mengendalikan perasaan, kesukaan dan
sesuatu yang membuatnya tidak nyaman sehingga dirinya mampu
memberikan respon yang tepat agar tidak memperburuk kondisi
ODS (Reivich dan Shatte, 2002 dalam Ifdil dan Taufik, 2012).
Berbeda dengan partisipan 2, walaupun dirinya merasa sedih
dan sakit hati atas perlakuan mertuanya yang terkesan
menyalahkan, namun partisipan 2 menanggapinya dengan sabar
dan tenang. Di saat perasaan negatif itu muncul, partisipan 2
memilih untuk menenangkan diri dan melakukan kegiatan yanng
positif untuk mengalihkan perasaan negatifnya tersebut. Menurut
Reivich dan Shatte, 2002 dalam Ifdil dan Taufik, 2012, sikap
partisipan 2 tersebut mencerminkan bahwa dirinya memiliki
regulasi emosi yang baik, sehingga dirinya mampu menggunakan
serangkaian keterampilannya untuk membantu mengontrol emosi,
atensi dan perilakunya di saat muncul perasaan negatif dalam
dirinya. Bahkan, partisipan 2 memiliki keyakinan pada
kesembuhan istrinya. Hal ini menandakan bahwa partisipan 2
memiliki harapan pada masa depan yang cemerlang dan percaya
bahwa segalanya dapat berubah menjadi lebih baik. (Reivich dan
Shatte, 2002 dalam Ifdil dan Taufik, 2012).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
103
Hambatan yang dialami oleh partisipan 3 membuat dirinya
berusaha mencari cara agar keinginannya untuk membuat ODS
mandiri dan produktif segera terwujud. Mengusulkan kepada
direktur rumah sakit jiwa agar diberi wadah dan keterampilan
untuk para ODS adalah salah satu usahanya untuk mewujudkan
keinginannya. Sikap ini menunjukka bahwa partisipan 3 memiliki
efikasi diri yang ditunjukkan dengan usaha untuk memecahkan
masalah dengan caranya sendiri secara efektif serta tidak mudah
menyerah saat dihadapkan pada kesulitan. (Reivich dan Shatte,
2002 dalam Ifdil dan Taufik, 2012).
Saat ini, ketiga partisipan merasa senang atas usaha yang
telah dilakukan dan membuahkan hasil yang baik. Hal ini
menandakan bahwa ketiga partisipan telah mencapai kesuksesan
dalam mendampingi dan berhasil menumbuhkan dimensi positif di
dalam diri masing-masing. (Reivich dan Shatte, 2002 dalam Ifdil
dan Taufik, 2012). Menurut Sarafino, 1994 (dalam Dewi,
Djoeanina, & Melisa, 2004), ciri individu yang telah resilien adalah
memiliki relasi sosial yang baik serta mampu bangkit dan
mengatasi permasalahan. Dukungan sosial dan dukungan antar
sesama caregiver inilah yang membuat partisipan 1 dan partisipan
2 merasa tidak sendiri serta lebih bersemangat dalam menghadapi
segala permasalahan. Sedangkan, partisipan 3 telah menerima
perannya sebagai caregiver untuk kakak kandungnya dengan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
104
ikhlas, serta menerima keadaan kakaknya tersebut dengan apa
adanya. Hal ini memiliki kesesuaian dengan teori Goodhead dan
McDonald (2007), yang mengatakan bahwa tidak selamanya
memberikan perawatan pada anggota keluarga ODS berdampak
negatif. Namun, penerimaan peran sebagai caregiver ODS dapat
memberikan dampak yang positif pada kelangsungan hubungan
antara caregiver dan recipient.
Menurut Reivich dan Shatte, 2002 (Dalam Ifdil dan Taufik,
2012), individu yang telah sampai pada tahap pencapaian,
memandang permasalahan yang sedang dihadapinya sebagai
tantangan yang harus dicari jalan keluarnya, bukan sebagai
ancaman yang harus dihindari. Hal inilah yang membuat para
partisipan dikatakan telah mencapai resiliensi diri. Dengan
pencapaiannya tersebut, partisipan 1 dan partisipan 2 memiliki
kesadaran akan tugasnya sebagai pendamping yang diwujudkan
dengan membagikan pengalaman mendampingi ODS pada
masyarakat, memberikan edukasi dan motivasi pada keluarga agar
dapat menerima ODS sepenuhnya. Hal ini merupakan kesadaran
caregiver akan tugas yang harus dilakukannya, salah satunya
adalah mengedukasi keluarga dan lingkungan agar dapat membantu
berkontribusi pada usaha pemulihan ODS. (Arksey, 2005 ; Colling
dan Seminuik, 1998 dalam Goodhead dan McDonald, 2007). Hal
ini pula yang membuat ketiga merasa nyaman pada dirinya sendiri
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
105
dan merasa telah mencapai kesuksesan. (Reivich dan Shatte, 2002
Dalam Ifdil dan Taufik, 2012)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
106
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis pada penelitian, dapat disimpulkan
bahwa tidak adanya pengetahuan yang cukup tentang gangguan jiwa
terutama skizofrenia memunculkan ekspresi emosi tinggi dan
membuat ketiga partisipan salah bereaksi. Vonis gangguan jiwa berat
atau skizofrenia yang diterima ketiga partisipan tanpa disertai dengan
pengetahuan yang cukup, memunculkan perasaan negatif pada
ketiganya dan membuat ketiganya shock. Ketidakmampuan untuk
menerima anggota keluarganya sebagai ODS ditambah dengan stigma
negatif dari masyarakat, menimbulkan potensi untuk resisten dan
penolakan pada realita.
Namun, ketiga partisipan kemudian mengembangkan aspek positif
dalam dirinya, yaitu dengan cara menerima realita bahwa anggota
keluarganya menderia skizofrenia, menganggap positif perannya
sebagai caregiver atau keluarga pendamping, menurunkan ekspresi
emosi serta mampu bertindak secara tepat. Aspek positif yang
dikembangkan dan dilakukan secara tepat mampu membuat ODS
menjadi individu mandiri dan menumbuhkan harapan hidup untuk
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
107
ODS itu sendiri. Selain itu juga memiliki daya dukung pada
pencapaian resiliensi diri untuk ketiga caregiver ODS.
B. Saran
1. Bagi keluarga (caregiver ODS)
Berdasarkan hasil penelitian, peneliti menyarankan pada keluarga
pendamping ODS atau caregiver agar tetap berpegang pada ilmu
dan pengalaman yang telah diperoleh serta tidak kehilangan
keyakinan pada kondisi ODS yang akan menjadi lebih baik lagi.
Selain itu, caregiver harus menyadari bahwa perasaan negatif yang
mucul ketika merawat ODS adalah hal yang wajar, dengan
demikian caregiver harus tetap mampu mengekspresikan emosi
dan perilakunya secara tepat.
2. Saran bagi peneliti selanjutnya
Diharapkan pada peneliti selanjutnya agar lebih mendalami metode
naratif dan mampu memberikan penjelasan tentang karakteristik
resilien pada partisipan yang akan diteliti.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
108
DAFTAR PUSTAKA
Afriyeni, N., & Sartana. (2016). Gambaran tekanan dan beban yang dialami oleh
keluarga sebagai caregiver penderita psikotik di RSJ Prof. H.B. Sa’anin
Padang. Jurnal Ecopsy, 3, 115-120.
Ambarsari, R.D,. & Sari, E.P. (2012). Penyesuaian diri caregiver orang dengan
skizofrenia (ODS). Psikologika, 17, 77-85.
Astuti, R. (2010). Hubungan jenis stroke dengan kecemasan pada caregiver
pasien stroke di RSUD dr. Moewardi Surakarta (Skripsi). Universitas
Sebelas Maret, Surakarta, Jawa Tengah. Diunduh dari https://
eprints.uns.ac.id/9723/
Creswell, J.W. (2014). Qualitative Inquiry & Research Design: Choosing Among
Five Approaches, Third Edition. Dalam S.Z. Qudsy (Ed.), Penelitian
Kualitatif & Desain Riset: Memilih di antara Lima Pendekatan.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Creswell. J.W. (2010). Research Design Qualitative, Quantitative, and Mixed
Methods Approaches, Third Edition. Dalam A. Fawaid (Ed.), Research
Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar.
Davidson, G,. Neale, J,. & Kring, A. (2006). Abnormal Psikologi (ed. Ke-9).
Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Dewi, F.I., Djoeanina, V., & Melisa. (2004). Hubungan antara resiliensi dengan
depresi pada perempuan pasca pengangkatan payudara (masektomi).
Jurnal Psikologi, (2)2, 101-120.
Erwina, I., Gusty, R.P., & Monalisa. (2016). Faktor-faktor yang berhubungan
disstres emosional pada caregiver perempuan dengan anggota keluarga
yang mengalami gangguan jiwa. Ners Jurnal Keperawatan, 12(1), 28-
37.
Fitrikasari, A., Kadarman, A., Woroasih, S., & Sarjana, W. (2012). Gambaran
beban caregiver penderita skizofrenia di poliklinik rawat jalan RSJ
amino gondohutomo Semarang. Medica Hospitalia, (1)2, 118-122.
Gitasari, N., & Savira, S. (2015). Pengalaman family caregiver orang dengan
skizofrenia. Character. (3)2, 1-7.
Goodhead, A., & McDonald, J. (2007). Informal Cargivers Literature Review: a
Report Prepared for The National Health Comittee. Health Services
Research Center: Victoria University of Welington.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
109
Halgin, R.P., & Withbourne, S.K. (2011). Psikologi Abnormal Perspektif Klinis
pada Gangguan Psikologis. Jakarta: Salemba Humanika
Ifdil., & Taufik. (2012). Urgensi peningkatan dan pengembangan resiliensi siswa
di sumatera barat. Jurnal Ilmiah Ilmu Pendidikan, 12, 115-121.
Imaji. (2017, 5 April). Fakta prevalensi gangguan jiwa di Indonesia: Paling tinggi
di Yogyakarta. Imaji.or.id. Diunduh dari https://imaji.or.id/fakta-
prevalensi-gangguan-jiwa-di-indonesia-di yogyakarta-paling-tinggi/
Isnaeni, T. (2015). Kebahagiaan pada informal caregiver penderita skizofrenia.
(Skripsi). Universitas Negeri Malang, Malang, Jawa Timur. Diunduh
dari http://lib.unnes.ac.id/22570/1/1511410043
Junaidi, I. (2012). Anomali Jiwa: Cara Mudah Mengetahui Penyimpangan Jiwa
dan Perilaku Tidak Normal Lainnya. Yogyakarta: Andi Offset
Kartono, K. (2014). Patologi Sosial 3 Gangguan-Gangguan Kejiwaan. Jakarta:
Grafindo Persada.
Moleong, L. J. (2007). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Nainggolan, N.J., & Hidajat, L.L. (2013). Profil kepribadian dan psychological
well-being caregiver skizofrenia. Jurnal Soul, (6)1, 21-42.
Nevid, J. S., Rathus, S. A., & Greene, B. (2002). Abnormal Psychology in a
Changing World. Dalam R. Medya & W. C Kristiaji (Eds.), Psikologi
Abnormal. Jakarta: Erlangga
Panksepp, J. (2011). Seeking and Loss in the Ancestral Genesis of Resilience,
Depression, and Addiction. Dalam M. Kent, M.C Davis & J.W Reich
(Eds.), The Resilience Handbook: Approaches to Stress and Trauma.
New York: Routledge
Pardede, J. A., Sirait, D., Riandi, R., Emanuel, P., & Laia, R. (2016). Ekspresi
emosi keluarga dengan frekuaensi kekambuhan pasien skizofrenia. Idea
Nursing Journal, (7)3, 53-61.
Patilima, H. (2015). Resiliensi Anak Usia Dini. Bandung: Alfabeta
Siebert, A. (2005). The Resiliency Advantage: Master Change, Thrive Under
Pressure, and Bounce Back from Setbacks. California: Berret-Koehler
Publisher, Inc.
Smith, J. A. (2013). Qualitative Psychology: Practical Guide to Research
Methods. Dalam M. Khozim (Ed.), Dasar-Dasar Psikologi Kualitatif
Pedoman Praktis Metode Penelitian. Bandung: Nusa Media
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
110
Strauss, A., & Corbin, J. (2003). Dasar-Dasar Penelitian Kualitatif. Yogyakarta:
Pustaka Pelajar
Sugiyono. (2013). Metode p enelitian kuantitatif, kualitatif dan R & D. Bandung:
Alfabeta
Sukmasari, R. (2016, 28 Juli). Persoalan gangguan jiwa di Indonesia seperti
fenomena gunung es. Detik.com. Diunduh dari
https://health.detik.com/read/2016/07/28/201337/3263914/763/kemenk
es-persoalan-gangguan-jiwa-di-indonesia-seperti-fenomena-gunung-es
Sulistyorini, N. (2013). Hubungan pengetahuan tentang gangguan jiwa terhadap
sikap masyarakat kepada penderita gangguan jiwa di wilayah kerja
puskemas Colomadu I (Skripsi). Univertsitas Muhammadiyah
Surakarta, Surakarta, Jawa Tengah. Diunduh dari https://
eprints.ums.ac.id
Supratiknya, A. (1995). Menganal Perilaku Abnormal. Yogyakarta: Kanisius
Supratiknya, A. (2015). Metodologi Penelitian Kuantitatif & Kualitatif dalam
Psikologi. Yogyakarta: Universitas Sanata Dharma
Trisnasari, M. E. (2017). Gambaran tingkat caregiver burden orang dengan
masalah kejiwaan pada anggota self-help group online. (Skripsi). UIN
Syarif Hidayatullah, Jakarta, DKI Jakarta. Diunduh dari
http://uinjkt.ac.id/dspace/handle/123456789/35968
Widiastutik, W., Winarni, I., & Lestari, R. (2016). Dinamika resilience keluarga
penderita skizofrenia dengan kekambuhan. The Indonesian Journal of
Health Science, (6)2, 132-149.
Widiastutik, W., Winarni, I., & Lestari, R. (2016). Studi fenomenologi: Resilience
keluarga penderita skizofrenia di puskesmas bantur. Jurnal Ilmiah
Kesehatan Keperawatan, (12)3, 117-131.
Wiramihardja, A. (2005). Pengantar Psikologi Abnormal. Bandung: Refika
Aditama
Wulansih, S., & Widodo, A. (2008). Hubungan antara pengetahuan dan sikap
keluarga dengan kekambuhan pasien skizofrenia di RSJD Surakarta. Berita Ilmu Keperawatan, ISSN 1979-2697, (1)4, 181-186.
Yusuf, A. H., Fitryasari, R., & Nihayati, H. E. (2015). Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
111
LAMPIRAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Analisis Partisipan 1 112
No Verbatim Keterangan Koding
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
Bisa ceritakan kepada saya, bagaimana awal
mulanya anak bapak didiagnosis skizofrenia?
Jadi awalnya saya betul-betul tidak tahu bahwa anak
saya ni akan eem.. divonis sebagai orang yang
mengalami gangguan jiwa berat yaitu skizofrenia.
Awalnya ee.. yang kami tahu, saya dan istri saya
tahu dan saya dengar anak saya kesurupan, ya.. dan
dia teriak-teriak dan bergulung-gulung di lantai,
itupun kami tidak melihatnya secara langsung. Ee..
waktu itu tahun 2012 akhir ya, sekitar bulan-bulan
September, kami di telpon oleh tetangga kami di
Bantul di Ganjuran, ditelpon bahwa anak bapak
kesurupan, jam tiga pagi langsung kami ke Ganjuran
Bantul. Nah di sana, anak saya sudah tidak
kesurupan lagi, yang ada di sana ada tetangga kami
dan satu orang, ee.. satu orang yang ee.. mengatakan
kepada saya bahwa ini adalah penyebab anak bapak
kesurupan, dia menunjukkan sebuah batu, terus
batunya dibuang dah aman anak bapak aman,
sementara apa, sementara itu anak saya sedang di
kamar mandi, mandi dan sudah satu jam nggak
keluar-keluar lalu saya ketok pintu, kenapa mas?
Aku lagi mandi, lagi bersih-bersih Pa. Saya merasa
senang karena dia sudah berbicara secara normal,
tapi ketika keluar dari kamar mandi, lewat sorot
matanya, lewat caranya berjalan dan bersikap, saya
mendapati ada keanehan yang saya tidak tahu,
mungkin ini ee.. efek dari anak saya kesurupan tadi.
Lalu ketika mau saya ajak pulang dia nggak mau,
dia mau tinggal di Ganjuran, waktu itu dia ee.. dia
Ketidaktahuan tentang skizofrenia,
mengira bahwa anaknya kesurupan.
Senang karena keadaan anaknya dirasa
sudah membaik
Merasakan hal aneh pada perilaku
anaknya dan partisipan mengira hal ini
adalah efek dari kesurupan.
1A1
1A1
1A2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Analisis Partisipan 1 113
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
sudah mengelola bisnis di sana, ya sambil kuliah,
he’em.. sampai akhirnya sore dia mau saya ajak
pulang ke rumah kami di sini, di Jogokaryan sini,
dan sepanjang perjalanan dia wajar-wajar saja, baik-
baik saja, menyanyi-nyanyi ya, ketika sampai rumah
ee.. di pintu gerbang dia menunjukkan pada saya,
Pa..Pa itu ada binatang-binatang beterbangan
warnanya ijo ada kuningnya, saya nggak lihat apa-
apa. Mana mas nggak ada apa-apa? Ada, papa aja
nggak lihat. Ya Papa nggak lihat e. Yaudah deh itu
lupakan, pintu saya buka lalu masuk ke rumah dan
di rumah ee.. dia makan kemudian saya dan istri
saya ada di teras depan, ya mengamati gerak-gerik
dia, lalu adik saya ee.. adik istri saya kan tinggal di
rumah sebelah, datang kepada saya, kok N aneh
sikapnya. Dia lihat N tu menyembah-nyembah
sambil melihat ke arah atas, sambil ketawa sendiri.
Lalu saya dan istri saya menceritakan kejadian ee..
dari tadi jam tiga dia kesurupan dan seterusnya. Nah
hari besoknya ee.. dia bangun pagi dan normal
berangkat ke kuliah ee.. sampai seperti itu
seterusnya, ya sepertinya normal saja, ee.. walaupun
kadang-kadang kalau saya berbicara dengan anak
saya jawabannya sering tidak gathuk, tidak
nyambung gitu. Itu berlangsung dari September
sampai Desember dan ternyata kami mengetahui
bahwa anak saya tu tidak pernah masuk kuliah, jadi
selama sekian bulan dia pergi dari rumah pamitnya
kuliah, tapi kan adiknya di sana juga, dia tidak
melihat kakaknya di kampus. Kemudian itu sekitar
pertengahan Desember, saya tanya kenapa Mas
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Analisis Partisipan 1 114
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
74.
75.
76.
77.
78.
79.
80.
81.
82.
83.
84.
85.
86.
87.
88.
89.
90.
91.
92.
nggak kuliah? Dia cuman diem aja terus matanya
melihat saya melotot tajam seperti itu, kenapa Mas
melotot? Aku mau flashback Pah, itu yang saya
ingat. Ya oke flashback apa silahkan papa siap
mendengar. Dia terus diam sambil matanya melotot
lihat saya, dalam sekali.. melihatnya tu gini
(menirukan) jadi mata itemnya tu di atas. Saya kan
takut sekali, kenapa Mas begitu? Terus dia
(menirukan tertawa) lha kan mengerikan, aku
merinding ini. Yaudah Mas, kalau Mas nggak siap
bicara yasudah sekarang Mas tidur. Ee.. ternyata
besoknya juga dia nggak, nggak kuliah lagi.
Berangkat jam delapan pagi dari Jogokaryan ke
universitas X tapi jam sepuluh pagi sudah sampai
rumah lagi, saya waktu itu kerjanya masuk sore jadi
tahu, lho kok nggak kuliah Mas? Nggak. Kenapa?
Diem aja, dia terus rebahan di lantai, saya deketi,
kenapa nggak mau jawab pertanyaan papa, kenapa
nggak kuliah? Diem aja, terus dia matanya lihat
saya, saya dah emosi tak pegang kepalanya, kenapa
nggak jawab pertanyaan papa, di luar dugaan dia
balik memukul saya, daaak. Saya keget setengah
mati, nggak menyangka dia akan me.. bereaksi
seperti itu. Saya ini seorang ayah, nggak pernah
diperlakukan saya kedua anak saya selama ini
seperti itu, dipukul, membentak pun mereka nggak
pernah. Misalnya berdialog misal ada masalah
dibicarakan enak dengan baik-baik. Nah, ee.. waktu
itu saya memutuskan untuk tidak masuk kerja,
karena sorenya saya telpon istri saya, gimana ya Ma,
Papa dipukul, tak laporkan polisi ya. Istri saya nggak
Ada perasaan takut ketika anaknya
berperilaku tidak seperti biasanya
(aneh).
Muncul emosi negatif sebagai ekspresi
kekesalan pada perilaku anaknya.
Terkejut karena anaknya melakukan
kekerasan fisik terhadap dirinya.
Merasa sakit hati atas perlakuan
anaknya dan berencana melaporkan
(-1A2)
(-1A2)
(-1A1)
(-1A2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Analisis Partisipan 1 115
93.
94.
95.
96.
97.
98.
99.
100.
101.
102.
103.
104.
105.
106.
107.
108.
109.
110.
111.
112.
113.
114.
115.
116.
117.
118.
119.
120.
121.
122.
123.
kasih jawaban, tapi adeknya bertanya Papa sakit hati
ya, Ya dek sakit hati dek, tapi Papa mau apa, mas N
kayaknya lagi nggak normal. Saya dateng ke polisi
betul di polsek Gading, di sana saya mau diproses
mau dicatat, tapi satu Babinsa yang mengatakan, Pak
coba pak diselesaian kekeluargaan dulu, kalau nanti
kami proses, anak bapak kami ambil, kami
masukkan ke penjara, di penjara belum tentu dia
akan diperlakukan dengan lebih baik dan dia akan
lebih parah. Lalu saya pulang, nggak lama kemudian
Babin sa itu datang ke rumah kami, dan anak saya
dipanggil oleh pak polisi ini, ditanya Mas kuliah
dimana? Bapak pangkatnya apa, jawabannya begitu,
jadi setiap kali ditanya dia tidak pernah menjawab
pertanyaan, tapi ee.. bertanya balik, dan nggak
nggak nyambung, ya tu akhir Desember sampai mau
tahun baru itu, kejadian yang nenyimpulkan saya
membawa dia ke Grhasia adalah ketika dia berantem
sama adeknya, berantem fisik pukul-pukulan, teriak-
teriak, tetangga pada dengar pada lihat, kan malu
sekali. Istri saya nggak bisa buat apa-apa dia Cuma
nangis, ya gitu. Dah Mas, mas nenangin diri tak
boncengin yuk, diperjalanan ya oke, nunjukkin ini
rumah temenku Pa, temen yang mana aku nggak
tahu juga, karena saya perjalanannya lewat Palagan
teruus, sampai di kampung itu belok kanan sampai
Grhasia. Di Grhasia dia tanya, ini apa Pa? Ini Rumah
Sakit, Mas N berobat di sini. Aku sehat kok, tapi
waktu itu dah di depan UGD, dan suster sudah ee..
sudah melihat kami lalu kamu masuk lalu diproses
oleh perawat di UGD dan N juga diproses, diperiksa,
anaknya ke polisi.
Berusaha mencari tahu penyebab
kejadian dengan membawa ke RS
Jiwa.
Proses pemeriksaan dan hasilnya
1D1
1D1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Analisis Partisipan 1 116
124.
125.
126.
127
128.
129.
130.
131.
132.
133.
134.
135.
136.
137.
138.
139.
140.
141.
142.
143.
144.
145.
146.
147.
148.
149.
150.
151.
152.
153.
154.
kemudian saya dipanggil lagi oleh perawatnya ini..
dia menyimpulkan bahwa anak bapak harus dirawat
di sini. Ya saya menyetujui dan menandatangani ee
.. surat pernyataan bahwa kemungkinan nanti anak
saya akan di setrum dan sebagainya, diiket dan
sebagainya kalau dia berontak, ee.. saya berusaha
untuk menawar, mbok kalau bisa jangan di setrum
jangan diiket, anak saya bukan kriminil. Ya, se
nggak sopan-sopannya anakku sudah merupakan
aku, tapi bagaimanapun juga nggak akan rela kalau
mendengar anak saya di setrum atau diapakan.
Enggak pak, ini sebagai alternatif akhir, akhirnya dia
masuk didampingi oleh salah satu, dua perawat ke
ruang asimilasi ya? Kayaknya ruang asimilasi, itu
ada banyak sel-sel, ada banyak pasien-pasien dengan
seragam itu terus anak saya dibawa ke satu ruangan
dulu untuk di data, diidentifikasi dan diminta
pakaiannya dilepas, hp dan sebagainya, anak saya
juga mau, nurut. Di situ saya dah mulai, aduh nggak
enak, sedih banget. Lalu dia dibimbing oleh petugas
disitu dibawa keruangan yang lebih besar itu. Disitu
saya melihat anak saya masuk ke sel, saya nggak
kuat, saya nangis ya, kemudian saya minta sama
penjaganya disitu, Pak.. tolong jangan anak saya
dikasarin walaupun saya sudah tanda tangan tapi
tolong Pak, dan itu dia sudah meyakinkan saya
bahwa itu jalan yang paling keras yang kami
lakukan kalau dia berontak ya harus dilakukan itu.
Dia harus diisolasi, lalu saya lihat lagi sebelum saya
pamit pulang anak saya disana, dia cukup fleksibel,
supel, dia berbicara dengan pasien-pasien disana
menyimpulkan bahwa anaknya harus
dirawat di RSJ.
Perasaan khawatir jika anaknya
diperlakukan tidak baik di RSJ.
Muncul perasaan tidak nyaman, sedih
dan khawatir ketika melihat anaknya
masuk di sel (RSJ).
(-1B1)
(-1B1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Analisis Partisipan 1 117
155.
156.
157.
158.
159.
160.
161.
162.
163.
164.
165.
166.
167.
168.
169.
170.
171.
172.
173.
174.
175.
176.
177.
178.
179.
180.
181.
182.
183.
184.
185.
yang lagi diisolasi itu, kemudian dia ke arah saya,
Pa, boleh minta rokok? Boleh, dua nih satu buat
temen saya. Lhah ya syukur lah. Tapi aku lihat dia
wajahnya sangat takut, dan di ruangan itu dia seolah-
oleh menyalahkan saya, aku kok dimasukin disini
Pah. Saya deketin, Mas papa pulang ya, ee.. Mas N
harus disini, untuk kebaikan Mas N sendiri. Saya
pulang bawa baju-bajunya dia, bawa hp bawa
dompet dia. Sampai di rumah tu jam sembilan
malem, saya masih terpikir terus, jam sepuluh saya
berangkat lagi ke utara naik motor ke Grhasia,
bawain dia makan, bawain dia pakaian, tapi sama
perawatnya nggak boleh, Pak soal makan sudah
dijamin oleh Grhasia pakaian nggak diperlukan,
nggak nggak perlu. Akhirnya saya saya bawa lagi
makanan dan pakaiannya. Ee pendeknya dia dirawat
di Grhasia waktu 2013 ya, itu selama 2 minggu, hari
dia.. anak saya diisolasi hanya satu hari, akhirnya dia
dipindah ke bangsal, ya bangsal apa saya lupa. Lalu
2 minggu dirawat disana dan yang menengok hanya
saya, istri saya nggak siap, adeknya nggak siap,
Ayah saya malahan nengok, dan ketika nengok ya
dia baik, dia bisa nerima saya dan bisa bicara
normal, bisa nyambung lagi omongannya, lalu kami
ajak pulang, dijemput sama istri saya, bertiga naik
motor, saya ajak ke Klaten dulu nemuin ayah angkat
saya, kebetulan ayah angkat saya deket dengan
anak-anak saya, kemudian dia tanya, anakmu piye
anakmu piye, ni N dah sehat, ya disana diajak
sharing juga oleh Ayah angkat saya, bah..bahkan dia
memberi alternatif-alternatif, nek cah ngono kuwi
Ada perasaan lega ketika anaknya
bersikap fleksibel dan supel pada
pasien-pasien lain, namun partisipan
seolah merasakan ketakutan pada diri
anaknya.
Tidak dapat mengendalikan perasaan
khawatir saat anaknya dirawat di RSJ.
1A2, 1E2
(-1A2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Analisis Partisipan 1 118
186.
187.
188.
189.
190
200.
201.
202.
203.
204.
205.
206.
207.
208.
209.
210.
211.
212.
213.
214.
215.
216.
217.
218.
219.
220.
221.
222.
223.
224
225
wes ra mungkin iso kuliah, wes rasah kuliah wae
nyambut gawe melu aku, ya tapi saya bilang, enggak
Pak saya akan tawarkan anak saya dulu, saya tidak
akan langsung memutuskan anak saya berhenti
kuliah, terus kami pulang dan di rumah dia
bersalaman dengan orang-orang rumah dengan
neneknya, kami masih tinggal dengan mertua saya,
dengan adeknya jabat tangan, ya normal dah bagus,
normalnya tuh normal sudah berbeda ya, berbeda
ketika dia sebelum mengalami ee.. kesurupan, beda
dan itu satu hal yang berat bagi saya, kok anakku
sudah beda, aku ingin anakku kembali seperti dulu,
ya tapi aku ya sadar kalau anakku ngga mungkin
kembali 100%, 90% okelah. Nah 2013, dia kuliah,
oh dia sempat cuti satu semester dan semester
berikutnya dia kuliah, IP nya bagus dan rajin sekali,
kemudian 2014 tu kami pindah ke Wedomartani, ke
utara, karena disini ya saya mengalami sahabat istri
saya pun menjauh.
Jadi stigma masyarakatnya ya Pak?
Iya, menjauh. Saya sedih juga tapi saya berusaha
membesarkan istri saya, saa.. aku nggak denger apa
yang dibicarakan oleh tetangga-tetangga, tapi dari
sikap dari.. ya saya tahu lah mereka pasti ngga bisa
nerima anakku, dia curiga anakku memakai narkoba,
walaupun iya karena dia pencetusnya adalah
penggunaan obat-obatan, ya. Kemudian 2013 kan
mulus, 2014 mulus, smapai akhirnya pertengahan
2014 dia ijin kepada saya keluar tiap malem minggu,
aku butuh refreshing, aku Cuma mau keluar dengan
temen-temen sesama pecinta motor ceper. Dari situ
Partisipan masih memiliki harapan
pada masa depan anaknya.
Merasa berat menghadapi kenyataan
bahwa perilaku anaknya sudah
berbeda dari sebelum ‘kerasukan’.
Pindah rumah karena kerabat pun
mulai menjauh.
Perasaan sedih karena menghadapi
pandangan negatif dari tetangga-
tetangga terhadap anaknya sebagai
pengguna napza
1C2
(-1B1)
(-1A1)
(-1A2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Analisis Partisipan 1 119
226.
227.
228.
229.
230.
231.
232.
233.
234
235.
236.
237.
238.
239.
240.
241.
242.
243.
244.
235.
246.
247.
248.
249.
250.
251.
252.
253.
254.
255.
256.
saya bilang, Mas, Mas N dulu jatuh gara-gara
pergaulan yang salah, sekarang kok mau diulang
lagi? Ya aku kalau Cuma dirumah terus, kuliah terus
bosen, kan IP ku juga naik Pah. Lalu kenapa nggak
main di rumah aja biar terkontrol? Temen-temen
diajak ke rumah. Aku nggak mau. Kenapa nggak
mau? Kenapa nggak main dengan pemuda-pemuda
di desa ini? Nggak cocok dia bilang, ya kan. Nah
mungkin yang diomongkan beda ya? Ee.. lalu saya
berunding dengan istri saya, okelah kasih. Pertama
sih malem minggu pulang jam 10, malem minggu
berikutnya pulang jam 1, malem minggu berikutnya
pulang jam 3 dan kami tanya oke oke aja anaknya,
tapi ya itulah ee..kesalahan saya adalah ketika dia
keluar dari Grhasia, kan obatnya habis, itu saya
nggak tau kalau harus kontrol lagi. Saya pikir obat
habis ya sudah, sampai akhirnya dia mengaku pada
saya bahwa dia sudah menggunakan obat-obatan
lagi. Saya merah bukan kepalang, saya pukul dia,
kamu mengecewakan Papa, Papa kasih kepercayaan
tapi kamu.. aduh. Dan saya betul-betul jatuhkan
dirinya, saya pukul saya maki-maki, saya kesel
sekali, saya nggak bisa ngontrol emosi. Akhirnya dia
sudah ngga bisa nerima lagi, kata-kata saya yang
kasar, pukulan fisik saya, ee.. sampai akhirnya dia
ada gejala relapse, gitu. Terus dia lari nggak kuliah
lagi, karena saya dan istri saya bilang, Mas kalau
kamu nggak belajar dengan baik, kamu bakal di DO.
Lalu dia belajar dan hasilnya terntara baik, tapi
ternyata yang masuk di memorinya adalah aku tetap
saja di DO. Padahal.. padahal setelah nilai semester
Minimnya informasi tentang
pengobatan ODS, membuat partisipan
tidak paham tentang pengobatannya.
Perasaan marah, terjadi kekerasan
fisik, tidak dapat mengontrol emosi
negatif, sebagai ekspresi kekecewaan
karena ODS kembali menggunakan
napza.
(-1A2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Analisis Partisipan 1 120
257.
258.
259.
260.
261.
262.
263.
264.
265.
266.
267.
268.
269.
270.
271.
272.
273.
274.
275.
276.
277.
278.
279.
280.
281.
282.
283.
284.
285.
286.
287.
diterimakan, kami juga menghadap ke dosen, dosen
pembimbingnya kan, dosen pembimbingnya juga
memberikan keyakinan bahwa kamu nggak di DO,
tapi dia nggak mau. Kemudian dia pergi dari rumah
selama satu minggu, ee.. dan nggak mau kuliah lagi,
lalu dia juga sudah menunjukkan perilaku aneh,
sering ketawa sendiri, sering jalan-jalan kayak orang
gila itu, orang gila benerna yang kayak di jalan-jalan
itu, nggak mau bertegur sapa dan untungnya saya
tinggal di dusun yang orang tu tidak, apa ya tidak
gampang untuk menghardik, tidak gampang untuk
memberi justificacy, mereka tetep support ya tetep
support kepada kami. Ee.. sampai akhirnya, itu
berulang terus kan, kejadian itu berjalan-jalan,
tengah malem naik sepeda, saya ikuti dia pergi
kemana, perginya cuma ke internet, main game, saya
ajak pulang naik sepeda lagi, terus dia berhenti, Pa..
aku aku capek naik sepeda lalu sepedanya diangkat
diboncengin motor begitu, oke. Untuk hal
komunikasi yang berurusan dengan kebutuhan dia
makan, minum, uang, rokok itu normal, tapi untuk
yang kuliah dia tidak mau menjawab lagi dan dia
tidak mau diatur lagi dan dia maunya keluar
sewaktu-waktu, keluar rumah kapanpun dia mau, ya
gitu.. lalu sampai ini satu bulan, ya 2014 akhir lah
kejadian relapse nya itu selalu akhir tahun, dia itu
diminta tolong oleh mamanya, Mas tolong ambilin
setrika, setrikanya kan ada di kamarnya dan
kamarnya tu selalu dikunci padahal setrikanya hanya
satu, sampai diulang 3 kali, Mas tolong setrikanya,
Mama mau setrika baju, karena mau ke gereja hari
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Analisis Partisipan 1 121
288.
289.
290.
291.
292.
293.
294.
295.
296.
297.
298.
299.
300.
301.
302.
303.
304.
305.
306.
307.
308.
309.
310.
311.
312.
313.
314.
315.
316.
317.
318.
Minggu, akhirnya pintu dibuka, setrika dilempar
terus istri saya spontan mau jewer, tapi lalu anak
saya balik kanan memukul mamanya, ditangkis oleh
mamanya, melihat kejadian itu aku kalap, tak hajar
habis-habisan. Tak banting, kakinya.. ee kepalanya
tak injak pakai kaki saya, dan dia ngamuk meronta
sampai akhirnya saya, istri saya sama adik saya
sama anak saya yang kedua berusaha untuk
memegangi dia, ee.. dan saya teriak-teriak minta
tolong tetangga datang ada dua, lalu kunci saya ke
kepala dia tak lepas pelan-pelan kemudian yaudah
kami duduk, saya lihat matanya merah, aduh..aku
sudah, apa yang aku lakukan pada anakku sampai
matanya merah, ya. Karena waktu itu saya udah
kalap, nggak nggak nggak terima dia memukul, mau
mukul mamanya. Saya bilang kamu mukul Papa
nggak papa, tapi mukul mama itu dosa kamu, ya.
Terus dihadapan tetangga saya dia bilang, nih
mumpung ada tetangganya mau pukul aku lagi,
pukula aja. Jadi udah bukan kayak anak bapak lagi,
dah kaya musuh yang betul-betul. Ee.. itu klimaks
nya ya, tapi sebelum klimaks itu ada prolognya,
kami dah menemui Pak Adi, kan sama Pak Adi di
wawancara, di tes, dan pada akhirnya.. itu
kejadiannya sebelum Desember kira-kira satu bulan,
berarti Oktober ya, saya bertemu Pak Adi dan bilang
ke saya, dari hasil tes ni pak, dia.. Pak Adi berat
menyatakan sama saya, saya pikir itu masalah emosi
biasa Pak, tapi berat pak saya mengatakannya pak,
dia bilang begitu. Nggak papa Pak Adi, katakan saja,
anak bapak ni ini kena skizofrenia, dia udah nggak
Terjadi kekerasan fisik dan emosi
negatif kembali sebagai ekspresi
kekesalan karena perilaku ODS yang
dianggap tidak wajar.
Ada perasaan menyesal setelah
bertindak kasar pada anaknya (ODS).
Menemui psikolog untuk
mengidentifikasi masalah yang
dialami anaknya, hasil psikotes
menunjukkan bahwa anaknya
menderita skizofrenia.
(-1A2)
(-1A1)
1D1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Analisis Partisipan 1 122
319.
320.
321.
322.
323.
324.
325.
326.
327.
328.
329.
330.
331.
332.
333.
334.
335.
336.
337.
338.
339.
340.
341.
342.
343.
344.
345.
346.
347.
348.
349.
bisa melihat koneksi dengan dunia luar, dari
gambarnya dia menggambar manusia tapi kepalanya
ayam, ya badannya manusia tapi kakinya ceker
ayam.Yah, merinding kan, aku.. aduh. Lalu kami
harus bagaimana pak? Sementara dia. Yaudah N
dicutikan dulu, atas rekomendasi dari Psikolog
kampus, setelah periksa, dia hanya butuh obat jalan
dan perawatan manusiawi dari keluarga, dengan
cinta dengan kasih sayang. Saya coba sebulan nggak
bisa karena dia mukul, saya datang ke Pak Adi lagi,
ini gini pak kasusnya, kalau begitu udah bawa ke
Rumah Sakit aja, akhirnya kami bawa ke Rumah
Sakit ditolong tetangga saya pakai mobil, nah untuk
ke Rumah Sakit pun harus saya giring, dia mohon
mau mandi dulu, nah di kamar mandi pun ada pintu
langsung keluar, jadi di sebelah kamar mandi tu
kami tutup, kami tutup, kamudian segala macam
benda-benda tajam itu kami sembunyikan, ya.
Akhirnya sudah selesai mandi dia mau masuk ke
rumah udah nggak bisa, Mas harus ke pintu sana,
keluar rumah. Kenapa? Aku mau ambil sesuatu.
Enggak, nggak usah ambil sesuatu, nggak usah bawa
hp nggak usah bawa dompet, Mas harus ke Rumah
Sakit. Aku nggak mau ke Rumah Sakit, aku sehat.
Dia memohon-mohon dengan iba. Aku nggak mau
ke Rumah Sakit lagi, aku sehat. Mas nggak sehat
Mas, Mas udah mukul mama tu dah nggak sehat.
Habis mama udah bikin aku marah. Iya, semarah-
marah kamu kalau sampai mukul itu nggak sehat,
dan kamu diajak bicara udah nggak nyambung. Ini
nyambung. Ya sekarang nyambung karena kamu
Membawa ke RSJ kembali untuk
mendapat pengobatan.
1D1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Analisis Partisipan 1 123
350.
351.
352.
353.
354.
355.
356.
357.
358.
359.
360.
361.
362.
363.
364.
365.
366.
367.
368.
369.
370.
371.
372.
373.
374.
375.
376.
377.
378.
379.
380.
Papa paksa masuk rumah sakit. Jadi up and down
gitu ya, emosinya naik turun, naik turun kadang
nyambung kadang enggak kadang semaunya. Lalu di
mobil, kebetulan tetangga saya kan polisi, ee..
terkadangt ini Pak bagyo, ini anak bapak ni jangan-
jangan di racun sama temennya Pak. Wah saya
nggak tahu pak ya, kalau saya tanya sih katanya
enggak sih, tapi kadang-kadang dia ngomong sih
kadang-kadang minum, kadang-kadang minum obat,
lalu mungkin bukan itu aja tapi pakai kecubung.
Terus anak saya nyaut, jadi saya di kiri, anak saya di
tengah, di sebelah kanan nih adeknya, ya. Ya
kecubung gue tahu Pak, nyambung gitu dia. Lhoh,
kecubung tu apa Mas? Ah, nggak usah tahu Lo.
Nggak usah tahu Lo. Sama saya Lo. (tertawa). Terus
saya bilang, itu aja dia pokoknya nggak mau ngasih
tahu kecubung itu apa, itu juga racun kan, kayak
ganja itu juga. sampai di rumah sakit, dia berlagak
seperti sehat, seperti normal supaya tidak didiagnosa
dia sakit, lalu dengan tetangga saya juga ngajak
ngobrol, ngrokok bareng, tapi saya dengar ya nggak
nyambung omongannya. Terus saya dipanggil
seperti biasa, anak saya yang kedua juga dipanggil,
bagaimana. Dia harus dirawat, itupun nggak mau
lagi, dan saya kasih pilihan. Mas kalau nggak mau,
mas harus masuk dengan cara paksa, pilih mana?
Mas dipaksa masuk di rantai, atau mas masuk jalan
bareng-bareng ke sana, dia milih yang kedua. Jalan
bareng-bareng, ada saya dibelakangnya ada adeknya,
eem.. yang saya lihat adeknya cukup depres juga ya,
tapi dia pinter bisa nutupin emosinya, lalu ya itu
Memahami tanda-tanda psikologis
orang lain.
2E1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Analisis Partisipan 1 124
381.
382.
383.
384.
385.
386.
387.
388.
389.
390.
391.
392.
393.
394.
395.
396.
397.
398.
399.
400.
401.
402.
403.
404.
405.
406.
407.
408.
409.
410.
411.
masuk ke kerangkeng lagi seperti yang satu tahun
sebelumnya, ee.. telah terjadi. Dan kali ini masuk
kerangkengnya sudah tidak ada penolakan, pasrah
aja. Tapi ketika mau pulang, dia matanya ada
dendam ke saya. Aku dimasukin kesini lagi ya, kira-
kira seperti itu yang ingin dia katakan. Em.. ya
seperti biasa dia dirawat, saya yang selalu
menengok, untuk hariannya dan waktu relapse yang
kedua, dia satu bulan. Pada istriku, dia hanya datang
di saat ulang tahun saja, ulang tahunnya kami
rayakan di sana bersama dengan pasien-pasien lain.
Nah, malam pertama dia di ruang isolasi hanya satu
hari saja, kemudian udah di bangsal arimbi, ya
bangsal arimbi. Terus saya tengok malem-malem,
kebetulan saya mendapatkan previllage di sana
untuk menengok kapanpun, dan seminggu sekali
saya boleh mengajak anak saya keluar, anak saya
juga mau, seneng, keluar ke pantai, ke kebun, dia
seneng. Saya ajak pulang juga, ketika pulang ketemu
adeknya, Hallo dek apakabar? Baik. Terus mau
pulang lagi ke Rumah sakit, dek, mas pulang dulu
ya. Pulang ke Rumah sakit. Ya.. itu. Lalu em.. iya
kejadiannya waktu dia nonton, ya tahun lalu, tahun
lalu dia nggak mau, tahun ini baru mau, yah dia
menyiapkan mental, tengok anakmu. Dia nangis
juga waktu mau ke rumah sakit ya, liat anaknya
disitu pakai seragam, nengok anak saya N, gimana
mas? Udah baik, aku lihat wajahnya udah teduh,
yah.. udah baik lah. Terus, lha kenapa pa? Papa mau
dirawat disini kayak aku? Enggak lah, papa kan
cuma bilang disini tenang rasanya (tertawa)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Analisis Partisipan 1 125
412.
413.
414.
415.
416.
417.
418.
419.
420.
421.
422.
423.
424.
425.
426.
427.
428.
429.
430.
431.
432.
433.
434.
435.
436.
437.
438.
439.
450.
451.
452.
emangnya papa mau dirawat kayak aku? Lho yang
dirasakan mas apa? Ya sakit pa, sering halusinasi.
Dia menyadari berarti pak?
Menyadari, padahal yang dirwat kedua dia udah
menyadari, dia udah tahu masalah, apa itu
skizofrenia, halusinasi, waham. Lha mas sering
berhalusinasi apa? Aku tu anaknya orang Bali,
bahwa di rumahku tu ada satu musuh, musuhnya
perempuan, adeknya. Dia berbahaya sekali. Dia bisa
me-recall lagi apa yang dialami pada bulan-bulan
sebelum ee.. dia masuk di rumah sakit. Yah.. satu
bulan di sana boleh keluar, saya ketemu dengan
psikolognya waktu itu, siapa itu.
Yang di Grhasia? Bu Aril?
Nah iya Bu Aril, saya terakhir ketemu dia, ee.. Bu
Aril juga memanggil anak saya yang ke dua, untuk
memberikan pengertian, ee.. tampaknya anak saya
yang kedua bisa mengerti, berbeda ketika anakku
dikasih tahu sama Pak Adi, bahwa kakakmu tu gini
gini, anak saya belum bisa nerima sebelumnya,
masih benci, ya setelah melihat kakaknya dirawat di
rumah sakit A pada saat ulang tahun dirayakan
disana, anak saya udah mulai bisa menerima, lalu
saya punya nadzar ini kalau anakku sehat, ee.. kalau
anakku dah kaluar dari sini, aku akan rawat betul
dan aku akan ee.. memberikan diri saya untuk
masalah-masalah kesehatan jiwa, ya.. dan ternyata
bersambut ya, dipertemukan oleh universe jadi
Desember 2014, N keluar dari rumah sakit A, sekitar
bulan Januari itu aku dipanggil Grhasia untuk ikut,
training bagi keluarga ODGJ, nah disitulah awal
Keyakinan untuk merawat anaknya
dengan baik setelah keluar dari RSJ,
dan mendedikasikan diri untuk
masalah kejiwaan.
Harapan untuk mendedikasikan diri
pada masalah kejiwaan bersambut
baik dengan terbentuknya komunitas
caregiver.
2G1
2C1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Analisis Partisipan 1 126
453.
454.
455.
456.
457.
458.
459.
460.
461.
462.
463.
464.
465.
466.
467.
468.
469.
470.
471.
472.
473.
474.
475.
476.
477.
478.
479.
480.
481.
482.
483.
terbentuknya.. trainingnya tu bulan Februari, Maret,
April. Januari, februari, Maret, April, nah pada
April, itu selesai training kan, nah pada Mei, Juni,
nah Juni kami dipertemukan lagi di Paguyuban
Laras Jiwo, dan saya ditunjuk sebagain ketuanya
juga.Sejak itu saya mulai aktif, walaupun belum
merasa memberikan semuanya ya, saya ingin salah
satu mimpi saya itu adalah orang-orang gila yang di
jalan itu harus bersih, dan harus disehatkan. Tetapi
ternyata saya belum bisa apa-apa, karena saya harus
bekerja, mencari nafkah untuk biaya kuliah kedua
anak saya, dan saya.. semoga lah suatu saat saya
harus punya segudang uang sehingga saya bisa full
memberikan diri saya secara tulus. Ee.. saya kadang
juga melihat panti-panti lain tapi saya dengar mereka
nggak tulus, kedok untuk mencari uang aja, nah itu
nggak, nggak bisnis nggak sehat itu.
Kemudian, untuk hambatan sendiri apa sih pak?
Hambatan bapak merawat anak bapak?
Anak? Ee..untuk kontrol itu kan ditanggung oleh
BPJS, jadi secara financial nggak ada masalah, ya
dan anak saya juga dah sadar, setiap kali obatnya
habis dia langsung ke Puskesmas mencari rujuk, dan
besoknya langsung ke Grhasia, sendiri. Sejak
kontrol yang pertama, 2015 kan dia habis obatnya
kan, kontrol yang pertama bulan Februari 2015 dia
udah sendiri, nggak diantar.
Berarti memang kesadarannya penuh ya Pak?
Penuh, bahkan ketika keluar dari Grhasia, misalnya
keluar hari Minggu, Seninnya dia udah ke kampus,
nengok-nengok kampus, main basket, ber-Hai-hai
Mulai aktif dalam kegiatan dan
memiliki harapan untuk menyehatkan
semua ODGJ.
2C2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Analisis Partisipan 1 127
484.
485.
486.
487.
488.
489.
490.
491.
492.
493.
494.
495.
496.
497.
498.
499.
500.
501.
502.
503.
504.
505.
506.
507.
508.
509.
510.
511.
512.
513.
514.
dengan siapa saja. Ditanya satpam, kamu kemana aja
Ko? Aku dirawat di Grhasia.
Berarti dia udah show off ya Pak dengan dirinya
sendiri?
Iya. Tapi saya kemudian, waduuhh.. ini harus di
tahan ini (tertawa). Kemudian semester pertama
ketika sudah diijinkan kuliah lagi, kadang-kadang
dia sekelas sama adeknya, adeknya malu karena
kadang-kadang dia show off, kadang tertawa di
ruang kuliah, kadang dosennya sampai marah, kamu
kalau nggak mau kuliah keluar. Dan itu dilihat
adeknya, adeknya sampai nangis, di rumah itu ngadu
ke saya sama mama nya, ya.. (tertawa), ya ini
masalah lagi, saya bawa ke Pak Adi lagi, anak saya
kedua, akhirnya diberi pengertian, dan sekarang
lebih bagus lah dan kebetulan N ni sayangnya ke
adeknya juga tulus, dalam banyak hal N membela
adeknya, misalnya adeknya lagi tidur tak suruh beli
pulsa listrik, yaudah aku aja Pah yang beli pulsa
listrik, padahal lagi hujan-hujan. Dalam banyak hal,
adeknya sering tak tunjukkan, ini lho kakakmu tu
sayang banget sama kamu, kamu kenapa kadang
benci gitu.
Terus untuk ini Pak, Hal apa sih untuk sekarang
ya, kadang membuat bapak tu down?
Ya saya merasa down, ketika dah apa ya stuck ya,
memberi tahu anak saya jangan merokok, rokoknya
kenceng sekali. Lihatlah papa aja nggak ngrokok,
sayang lho, cari uang susah-susah Cuma dibakar.
Yaaa. Jawabnya gitu aja, Mas masih minum obat?
Masih lah pa, aku kan nggak mau kumat lagi. Aku
Timbul masalah baru ketika anak
keduanya merasa malu (lagi) terhadap
perilaku kakaknya (ODGJ).
Membawa anak keduanya ke psikolog
guna mendapat pengertian dan
bimbingan secara psikologis.
Memberi pengertian pada anak
keduanya agar dapat menerima ODS
apa adanya.
Stuck ketika nasehatnya tidak
didengar oleh anaknya (ODS).
2E1
2B2
2G1
(-2A1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Analisis Partisipan 1 128
515.
516.
517.
518.
519.
520.
521.
522.
523.
524.
525.
526.
527.
528.
529.
530.
531.
532.
533.
534.
535.
536.
537.
538.
539.
540.
541.
542.
543.
544.
545.
nggak mau sakit lagi. Gitu.. hal yang membuat susah
ketika dia merokok, dan kebersihannya kadang-
kadang harus diingatkan lagi. Pamit kuliah, Pa aku
kuliah. Kuliah kok pakai celana robek sih? Ya dia
naik lagi ke kamarnya, ganti, ya. Tapi menurutku ya
harus didampingi terus menerus sih ya, kebersihan,
jenggot kalau udah banyak dikerok, tu bau kamu
bau, makanya dia pakai baju, ganti baju kemudian
disemprot, gitu. Itu dia cenderung penampilannya
nggak dijaga, ya. Harus sering diingatkan. Karena
ee.. yang membedakan orang yang pernah ODGJ
dan tidak kan penampilan kan? Betul nggak? Kalau
sudah penampilannya lusuh, langsung ketauan.
Karena perawatan dirinya juga berkurang ya
Pak ODGJ?
Iya berkurang, jadi harus sering diingatkan, teknis
nya mandi pun harus saya ajari, supaya bagian-
bagian tubuh tertentukamu gosok supaya tidak
menimbulkan bau. Gosok gigi, istri saya yang selalu
mengingatkan saya, Pa, disyukuri, udah bagus
perkembangannya. Saya kan maunya yang perfect
lah, tapi ya pertemuan dengan temen-temen di
paguyuban Laras Jiwa, saya juga terinspirasi dan
mendapat pengalaman, ada temen saya di Laras Jiwa
itu yang kena gangguan adalah istrinya, istrinya tu
dan sampai, sampai apa.. membongkar kolam ikan
yang udah mau dipanen lagi, ikannya pada lari, duit
sekian juta kan jadi ilang, sertifikat tanah dibakar,
lalu beliau bilang, Pak Slamet namanya, yah yang
bisa saya lakukan ya.. saya tidak bisa menargetkan
apapun, harus didampingi, kalau dia dah melakukan
Berusaha meningkatkan aspek positif
dalam diri untuk merawat keluarga
ODS
Menginginkan anaknya berperilaku
seperti yang dirinya inginkan.
Pertemuan dengan sesama caregiver
membuat partisipan terinspirasi dan
mendapat pengalaman.
3B1
(-2B1)
2G1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Analisis Partisipan 1 129
546.
547.
548.
549.
550.
551.
552.
553.
554.
555.
556.
557.
558.
559.
560.
561.
562.
563.
564.
565.
566.
567.
568.
569.
570.
571.
572.
573.
574.
575.
576.
itu ya udah ngga bisa, yaudah sertifikat terbakar ya
terbakar aja,ikan lepas yaudah lepas aja, saya nggak
bisa marah. Berarti aku harus ngerem diriku sendiri
untuk menargetkan tertentu pada anak saya N. Ya..
untuk kuliah bagi saya, saya nggak menargetkan dia
IP berapa, nggak saya targetkan dia selesai dalam
waktu berapa, saya lihat N terpacu sekali belajarnya,
mungkin karena adeknya lebih cepet selesai ya,
adeknya dah mau KKN, anak saya yang pertama
kemaren dari IP 0,09 yang terakhir saya dengar,
2,59, itu dah, bagi saya itu dah luar biasa untuk
orang yang pernah mengalami gangguan jiwa berat
ya?
Kemudian yang membuat bapak semangat lagi
itu apa?
Pertemuan dengan temen-temen di Laras Jiwa,
kemudian ee.. kalau saya melihat orang gila di jalan,
aduh.. saya lebih bersyukur, dan kadang kalau saya
bertemu saya berhenti, mau saya kasih uang tapi ini
nggak mendidik, ya saya hanya bisa ngelus dada aja,
sebisa mungkin saya akan membantu mereka dengan
chanel yang ada di Grhasia, di puskemas- puskemas
juga. itu yang membuat saya semangat, ya.
Kalau untuk sekarang, apakah bapak sudah deal
menerima keadaan seperti ini?
Sudah, saya mau diwawancarai ini bukti bahwa saya
sudah deal, saya tampil sebagai pembicara saya
udah deal, saya bisa bercerita dengan temen-temen
deket saya, seperti itu, dengan senyum, nah itu saya
udah bisa nerima apa adanya kondisi anakku.
Kemudian apa sih yang bapak tanamkan pada
Menyadari bahwa perilaku ODS tidak
bisa seperti dulu dan tidak
mentargetkan apapun pada ODS.
Merasa senang ketika ODS
menunjukkan progres dalam hal
pendidikan.
Pertemuan sesama anggota komunitas
membangkitkan semangat partisipan.
Bersyukur ketika melihat ODGJ yang
di jalan, karena anaknya masih lebih
baik.
Keinginan untuk membantu ODGJ
agar mendapat pengobatan layak.
Mampu menerima kondisi ODS apa
adanya, berdamai dengan keadaan.
2B1
2A3
2A3
2G1
2G2
3F3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Analisis Partisipan 1 130
577.
578.
579.
580.
581.
582.
583.
584.
585.
586.
587.
588.
589.
590.
591.
592.
593.
594.
595.
596.
597.
598.
599.
600.
601.
602.
603.
604.
605.
606.
keluarga bapak untuk, ee.. untuk menerima juga
keadaan yang seperti ini?
Saya mengatakan pada keluarga saya bahwa semua
sakit jiwa itu bisa disembuhkan, ya. Dan itu butuh
proses, dukungan dari keluarga, keluarga harus
memberikan cinta, kasih sayang sepenuhnya pada
Mas N, adek harus berhenti untuk membenci Mas N,
karena Mas N yang dulu bukan Mas N yang
sekarang. Dia udah mengalami progress yang sangat
bagus, ya. Dan mungkin udah diatur ya oleh
semesta, oleh universe, bahwa ada saatnya bahwa
dia benci, ada satu kejadian misalnya, motor bannya
kempes, akhirnya Mas N yang harus nuntun motor
adeknya, semacam itu saya tunjukkan, nih lihat dek.
Betapa kakak kamu tu mencintai kamu juga.
Berarti sekarang adeknya juga sudah mulai
menerima ya pak?
Sudah mulai bisa nerima, walaupun ya sudah
berbeda, berbeda waktu mereka masih kecil, masih
remaja, ya berbeda sekali, berbeda sekali, tapi
yasudah saya nggak bisa apa-apa, saya inginnya sih
kembali seperti dulu ya, dimana mereka bisa gojek,
uyel-uyelan, sekarang enggak, ada, masih ada jarak.
Tapi ya sudah, ini mungkin cerita hidup yang harus
saya hadapi, ya.
Oke, kemudian harapan bapak pada N itu
sebenernya apa Pak?
Saya berharap dia akan menemukan dirinya sendiri, dia
akan happy dengan dirinya sendiri dan menjadi anak
yang mandiri, itu aja.
Memberi motivasi dan dukungan pada
keluarga agar menerima ODS apa
adanya.
3G1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Analisis Partisipan 1 131
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Analisis Partisipan 1 131
No Verbatim Keterangan Koding
1.
2.
3.
4.
5.
6 .
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
Jadi kan kemarin bapak cerita soal reaksi bapak
ketika melihat N dengan ekspresi emosi yang tinggi
begitu ya, itu kan awalnya karena ketidak tahuan
bapak tentang skizofrenia. Bagaimana bapak
menyadari bahwa bapak berada pada tahap
ketidak tahuan pada skizofrenia yang dialami oleh
anak bapak?
Sejak N dikirim ke Grhasia bilang itu kan karena
masalah narkoba dan dia mengalami disfungsi emosi
atau depres itu, tapi belum ada kata siko.. skizofrenia
waktu itu. Itu berlangsung dari tahun 2013 sampai
dengan saya ketemu Pak Adi ya. Jadi waktu itu saya
pikir karena dia sudah di rehab dan di detox segala
macem, obat-obatan juga sudah tidak ada, emm ya
saya berfikir maka prosesnya sudah selesai begitu, itu
berlangsung dari 2013 sampai 2014 ya, ketemu Pak
Adi itu satu tahun, ya satu tahun.
Kemudian, kemarin kan bapak bilang kalau N itu
berpakaiannya lusuh atau kadang seperti itu
kemudian hal yang membuat bapak benci itu
adalah ketika N merokok seperti itu ya Pak?
Kemudian perasaan bapak ketika N seperti itu
bagaimana?
Ya saya merasa useless ya sebagai ayah, karena sudah
berusaha mengingatkan berkali-kali, jangan merokok,
itu membuang-buang uang, percuma dan itu tidak baik
untuk kesehatan kamu. Terus cara berpakaian kamu
juga tolong diperhatikan, tapi dia ya Cuma bilang
“ya”, Cuma gitu saja, reaksinya tu datar sekali dan dia
tidak bisa merasakan, tidak bisa berempati pada kedua
Ketidaktahuan pada skizofrenia membuat
partisipan mengira bahwa penyakit yang
dialami anaknya adalah efek dari napza.
Muncul perasaan sedih dan tidak berguna
karena nasehatnya diabaikan dan anaknya
bersikao tidak sesuai
Muncul perasaan sedih dan tidak berguna
ketika anaknya menunjukkan sikap yang
(-1A1)
(-3B1)
(-3A1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Analisis Partisipan 1 132
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
orang tuanya yang, yang bekerja keras ya, cari uang
untuk membiayai dia kuliah, dia sepertinya ee..
emosinya tu datar sekali. Jadi saya merasa sedih saat
itu, merasa tidak berguna, ya. Merasa buntu juga itu
gimana harus memberi tahu anak saya supaya berhenti
merokok dan berpakaian yang benar.
Kemudian bagaimana bapak mengatasi perasaan
yang tidak nyaman itu ?
Saya, saya pasrah dan saya sabarnya ya beda dengan
istri saya, ibunya N. Ibunya N pun juga dalam keadaan
yang tidak berdaya, ya sudah, yaudah Pa kita terima
saja, kita jalani saja ee.. ya sudah anak kita seperti itu.
Jadi lebih ke pasrah gitu ya Pak?
Lebih ke pasrah, ya. Pada saat dia seperti itu.
Kemudian kan kemarin bapak juga bilang bahwa
adiknya awalnya tidak menerima, terus apa yang
bapak lakukan ketika adiknya tidak menerima
untuk memberi pengertian pada adiknya supaya
menerima keadaan kakaknya?
Pada awalnya susah sekali, bahkan adiknya tu sampai
menangis histeris di rumah dia bercerita bagaimana
kakaknya tuh bertingkah di kampus, ya. Sering kalau
sedang kuliah satu kelas, dia ketawanya keras-keras
dan sering ngrecok suasana kuliah sampai dia pernah
diusir sama dosennya. N kalau kamu nggak mau di sini
silahkan keluar, karena temen-temenmu yang ada di
sini mau belajar, itu ada adiknya di dalem kelas itu.
Dia, dia merasa tertekan sekali di kampus pun dia
tidak mau bertegur sapa, gitu. Dan susah ya sampai
sekarang pun belum bisa klik mereka berdua tu, jadi
mereka berdua tu udah, udah punya issue ee.. pada saat
tidak sesuai dengan keinginannya.
Merasa bingung harus berbuat apa agar
perilaku anaknya bisa sesuai dengan
keinginannnya
Reaksi dari ketidakberdayaan namun
berusaha tetap tenang dalam keadaan yang
tidak nyaman
Memahami keadaan, memahami kondisi
(-3A1)
3A1
2E2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Analisis Partisipan 1 133
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
74.
75.
76.
77.
78.
79.
80.
81.
82.
83.
84.
85.
86.
87.
88.
89.
90.
91.
92.
itu ya, ya nggak banyak yang bisa kami perbuat bahwa
ee.. kami tidak bisa memaksa R untuk menerima apa
adanya kakaknya, karena dia juga punya satu limith
yang bisa memahami kakaknya yang mengalami
kemunduran mental, kemunduran dari sisi kejiwaan,
ya yang kami lakukan memberikan kondisi, kondisi-
kondisi yang ee.. membuat anak kami nyaman dengan
dirinya masing-masing dan tidak memaksakan bahwa
kalian berdua harus rukun, kalian berdua harus bekerja
sama, kalau mereka berdua tidak bisa bekerja sama
mengerjakan pekerjaan rumah tertentu ya, ya sudah.
Biarkan proses yang berjalan dan toh dengan
berjalannya waktu ada moment-moment tertentu yang
membuat adiknya sedikit demi sedikit mulai cair,
misalnya adiknya pernah suatu saat ee.. naik motor
kecelakaan tapi tidak parah, cuman cuman motornya
rusak dan harus diganti beberapa sparepart nya, pada
saat itu yang ada di rumah hanya kakaknya saja, ee..
karena adiknya takut ngomong sama saya, adiknya
berkeluh kesah sama kakaknya, ya. Di situ saya dengar
N juga memberikan nasehat-nasehat sebagai seorang
kakak yang melindungi, yang lebih dewasa. Dia
bilang, ya udah dik, nanti kan Papa juga ngerti
situasinya dik. Saya tahu ini dari istri saya karena R
menceritakan apa yang dia bicarakan sama kakaknya,
ya. Tapi kayak up and down gitu ya, ada satu peristiwa
dimana R yang nerima, tapi ada satu peristiwa yang
ee.. trigger nya yang membuat R memori nya tu
teringat lagi untuk harus merasa tidak rukun dengan
kakaknya. Dan itu berulang-ulang terus sampai
sekarang, sampai sekarang. Ya untuk kembali seperti
psikologis orang lain dan berusaha
menciptakan kondisi sekondusif mungkin
Tidak memaksakan kehendak dan
keinginan diri pada orang lain, serta
berusaha menerima keadaan dengan apa
adanya
Membiarkan proses berjalan apa adanya
dan percaya bahwa ada penyelesaian
masalah
Tidak memberikan target apapun kepada
2B1
2F1
2B1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Analisis Partisipan 1 134
93.
94.
95.
96.
97.
98.
99.
100.
101.
102.
103,
104.
105.
106.
107.
108.
109.
110.
111.
112.
113.
114.
115.
116.
117.
118.
119.
120.
121.
122.
123.
dulu ya saya tidak berharap sekali bahwa mereka
berdua bisa rukun, bisa guling-gulingan, mungkin
karena apa ya, perjalanan hidupnya sudah berbeda-
beda.
Kemudian bapak kan pernah pindah rumah ya,
dikarenakan karena ada stigma masyarakat.
Seperti apa bentuk dari stigma nya itu sendiri
kepada keluarga bapak?
Iya, orang Jawa kalau ingin menyampaikan sesuatu
yang sensitif kan tidak berbicara langsung, ya kan?
Tidak ngomong langsung to the point. Lalu saya pun
juga berasumsi bahwa tetangga-tetangga kayaknya,
apa ya.. dalam tanda petik menolak kehadiran N, gitu.
Misalnya tetangga saya di sini, yang tadinya ramah
yang tadinya ngajak ngobrol lalu setiap kali ada saya
disitu, dia menyingkir. Lalu ada sahabatnya istri saya,
anaknya juga sama N bersahabat, itu juga, itu jauh.
Dan istriku ya bilang, oo mamanya itu menjauh, yo
wes rapopo. Dan akhirnya ya kami pindah, kami
memutuskan untuk pindah. Selain itu alasannya juga
lebih pada supaya kami bisa lebih memberikan suasana
yang nyaman buat anak-anak ya. Karena anak-anak
kan kuliahnya di X, kami juga di “utara”, ya. Maksud
kamu kalau R ada kuliah antara itu kan bisa pulang,
daripada harus nyeberang dari X ke “selatan” kan jauh
sekali, dan juga faktor resikonya kan tinggi, ya.
Terus kan kemarin bapak menceritakan tentang N
ya, bapak bilang kalau bapak tidak menargetkan
apapun pada N. Nah, bagaimana bapak menyadari
bahwa bapak tidak menargetkan sesuatu pada N?
Emm, iya. Sebagai ayah yang punya anak pertama
anak-anaknya dan berusaha menerima apa
adanya
Merasakan perubahan sikap dari
masyarakat yang disebabkan dari
pandangan negatif terhadap keluarganya
Berusaha menenagkan diri sendiri dan
keluarga; pindah rumah untuk menghidari
pandangan negatif
Menyadari bahwa dirinya tidak dapat
2E1
2A3
3B1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Analisis Partisipan 1 135
124.
125.
126.
127.
128.
129.
130.
131.
132.
133.
134.
135.
136.
137.
138.
139.
140.
141.
142.
143.
144.
145.
146.
147.
148.
149.
150.
151.
152.
153.
154.
laki-laki, saya kan punya harapan, bahwa dia nanti
harus menjadi anak yang kuat, anak yang bisa
melindungi adiknya, bisa mandiri, ee.. lalu kadang
dalam, dalam cara saya mendidik, saya push dia terlalu
keras, untuk menjadi anak yang kuat ya, ee.. sekarang
saya tidak lagi mentargetkan apapun ya karena proses
pergaulan saya dengan temen-temen di Paguyuban
Laras Jiwa. Kami sering bertemu dua bulan sekali, dan
kami saling bercerita tentang keadaan keluarga
masing-masing. Ada istrinya yang terkena skizofrenia,
kami saling berbagi. Oo.. caramu begini efektif. Ada
anggota kami di paguyuban Laras Jiwa yang punya
istri skizofrenia, itu sampai membakar sertifikat
rumah, sampai ee.. membuang ikan yang mau dipanen
besoknya, di buka tutupnya, ikannya pada lari ke
sungai, padahal itu dah mau dibeli oleh pedagang ikan,
itu dah rugi puluhan juta itu. Rumah mau dibakar juga
pernah, tapi hebatnya si bapak itu sampai sekarang
masih setia merawat istrinya, dengan kasih sayang
yang penuh sekali. Lalu saya merasa disitu saya belum
ada apa-apanya. Ee.. penderitaan saya itu kecil sekali.
Dan dia bilang Pak, namanya Pak S. Saya tidak
mentargetkan apapun pada istri saya, saya tidak
mentargetkan istri saya harus bisa membuatkan saya
teh dan sarapan, kalau nggak ada ya udah, saya bikin
teh sendiri saya bikin sarapan sendiri. Gitu juga
dengan N, kalau saya ingin mentargetkan kamu ngga
boleh ngerokok, lalu disitu terjadi perdebatan kan? Ya
udah, kalau kamu mau ngerokok ya ngerokok aja, ya
gitu. Untuk masa depan pun ya, saya tidak
mentargetkan apapun juga. biarlah anak saya sendiri
memaksakan keadaan dan harapan yang ia
bangun mengingat keadaan anaknya kini
memiliki keterbatasan
Mengendalikan kesenangan yang muncul
dari dalam diri
Bertukar pengalaman dengan sesama
anggota komunitas dan merasa mendapat
manfaat dari kegiatan tsb.
Menganggap masalahnya belum ada apa
apanya dibandingkan dengan orang lain
Berusaha mengendalikan keinginan dengan
tidak mentargetkan apapun pada anaknya
Mampu mengendalikan keinginan dan
kesukaan dari dalam diri
2B1
3G1
3G3
3B1
2B1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Analisis Partisipan 1 136
155.
156.
157.
158.
159.
160.
161.
162.
163.
164.
165.
166.
167.
168.
169.
170.
171.
172.
173.
174.
175.
176.
177.
178.
179.
180.
181.
182.
183.
184.
185.
yang menjalaninya dan berusaha, saya lihat saat ini
sangat bersemangat untuk mengejar ketertinggalannya
dan saya selalu tanya, Mas ada masalah nggak di
kampus? Enggak. Kamu canggung nggak nyoper di
bawah dengan adik-adik kelasmu? Enggak biasa aja.
Ya syukurlah, lalu saya denger dari tantenya, ya. Dia
lebih terbuka sama tantenya dan adik-adiknya, dia
bilang “aku nggak mau mengulang hidupku yang dulu
lagi, nggak mau coba-coba itu lagi, hidupku udah,
udah hancur”. Dia udah mulai sadar itu.
Kemudian, ibu nya N sendiri bagaimana ya Pak,
dalam merawat N sepert itu. Kalau kemarin saya
dengar kan bapak yang berperan, ibu nya tidak
siap, untuk sekarang bagaimana?
Sekarang istri saya lebih, lebih bisa menangguling..
menanggulangi dirinya sendiri. Penolakan-penolakan
itu sudah bisa dia tanggulangi dan dia juga sudah bisa
menerima N itu apa adanya. Dan dia banyak belajar
juga dari saya, saya kasihin cerita seperti temen-temen
di Laras Jiwa, saya informasikan, saya ee.. mengirim
seorang penderita ODGJ ke puskesmas lewat temen-
temen paguyuban, saat ini saya sedang proyek untuk,
sedang punya proyek untuk, untuk membawa
seseorang yang sakit jiwa ke Rumah Sakit. Jadi, ee..
istri saya melihat bahwa sakit jiwa itu bisa
disembuhkan, skizofrenia juga bisa disembuhkan. Dan
ya.. dia menyesuaikan diri, mendekat ke N, namun
juga tidak lalu ee.. memanjakannya lagi. Karena dulu
ibunya sangat deket dengan, dengan anak saya yang
pertama, dalam arti melayani memanjakan, tapi
sekarang dia nggak lagi.
Memotivasi keluarga supaya dapat
menerima ODS dengan apa adanya
Melakukan sesuatu untuk ODGJ lain
sebagai wujud empati
Keyakinan bahwa skizofrenia dapat
disembuhkan
3G1
3G3
3F1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Analisis Partisipan 1 137
186.
187.
188.
189.
190.
191.
192.
193.
194.
195.
196.
197.
198.
199.
200.
201.
202.
203.
204.
205.
206.
207.
208.
209.
210.
211.
212.
213.
214.
215.
216.
Berarti artiya sudah menyesuaikan diri untuk
menerima ya pak?
Iya, sekarang dia sudah bisa menyesuaikan, karena
dulu dengan proses di Grhasia yang pertama dan kedua
nggak pernah mau nengok ke Grhasia, belum siap.
Ketika bertemu dengan anak saya yang pakai seragam
Grhasia, nangis dia.
Kemudian bagaimana bapak memberi pengertian
pada keluarga bapak tentang keadaan N?
Pada keluarga besar saya?
Pada keluarga inti bapak.
Pada keluarga inti, istri dan anak saya? Saya, intinya
adalah bahwa ini kakakmu, anakmu ini sedang dalam
proses penyembuhan dan yang paling menentukan
adalah keluarga inti, kita harus bisa menerima, ee.. N
itu apa adanya. N yang sekarang berbeda dengan N
yang dulu, sekarang N tu butuh waktu untuk
memahami satu hal, kamu nggak boleh memprotes, ya.
Nggak boleh memaksa, biarkan kita berikan satu apa
ya? Pancingan, satu stimulus, nanti biarkan N sendiri
yang berproses untuk memberikan respon, ya. Anak
saya pernah tanya, Pa, mas N bisa nggak bantu papa
ngasih kelas vegan shusi kayak kemarin? Aku bilang
sama anakku, Dek, mas N belum bisa.
Kelas apa Pak?
Saya kemarin diminta untuk memberikan kelas tentang
vegan shusi, mengajar cara membuat vegan shusi,itu
yang selalu menjadi asisten kan anak saya yang kedua,
si R, karena R sudah bisa membaca pikiran saya, yang
saya butuhkan dia udah tahu, N belum bisa klik
dengan saya, R sudah bisa me.. meng apa..
Meningkatkan hal positif dalam diri untuk
memotivasi keluarganya dan menerima
anaknya dengan apa adanya
3G1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Analisis Partisipan 1 138
217.
218.
219.
220.
221.
222.
223.
224.
225.
226.
227.
228.
229.
230.
231.
232.
234.
235.
236.
237.
238.
239.
240.
241.
242.
243.
244.
245.
246.
247.
248.
mengimbangi kecepatan kerja saya, N belum bisa. Dan
R selalu tanya, N udah bisa belum Pa? Belum, ya kasih
waktu lah dek, tapi kan N sudah pernah coba juga jadi
asisten papa waktu papa jualan sushi dan sebagainya.
Dia udah berusaha keras, dia menghitung uang juga
udah cepet juga nulis, bisa nulis order, lalu bisa
memberikan order pada customer yang mana ya itu dia
udah tahu, misalnya customer yang udah bayar dan
belum bayar N udah tahu, dan dia asik juga kalau lagi
bantu saya jualan sushi. Tapi memang dua anak saya
beda, R lebih cepat lebih cekatan, N belum bisa.
Terus tadi bapak bilang N sekarang buka N yang
dulu tu maksudnya seperti apa Pak? Bisa
dijelaskan?
N yang dulu tu cerdas, anaknya cerdas, anaknya pintar,
sejak kecil saya bisa lihat dia tak kasih biola, bisa main
he’em.. waktu itu masih kecil masih di bawah 5 tahun,
dia kan ikut kursus biola terus dia di bawah 5 tahun
juga udah bisa main gitar, ya. Udah bisa baca note
balok di bawah 5 tahun ya, aku aja nggak bisa, gitu.
Dan dari note balok itu dia main biolanya. Kalau saya
lihat foto-fotonya, aduuh.. aku sedih banget e,
seandainya waktu bisa tak putar ya. Di situ saya
kadang ngerasa, kok nggak adil ya? Mestinya N tu
nggak seperti sekarang ini. R dulu pada waktu kecil,
itu lebih lambat daripada N, lambat sekali. R kalau
bangun tud selalu siang, N jam 5 tu matanya dah seger,
dah aktif dan sehat dah jalan-jalan pagi-pagi itu, ya.
Dan N yang dulu ketika balita udah peduli sama
adiknya, sayang sama adiknya, dia diajak ada acara
piknik di TK nya kan, pulang dari piknik tu dia beliin
Tidak dapat mengendalikan dorongan yang
muncul dari dalam diri
(-2B1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Analisis Partisipan 1 139
249.
250.
251.
252.
253.
254.
255.
256.
257.
258.
259.
260.
261.
262.
263.
264.
265.
266.
267.
268.
269.
270.
271.
272.
273.
274.
275.
276.
277.
278.
279.
oleh-oleh buat adiknya di rumah, seperti itu. Dia
sangat care, ee.. hangat, dia generous juga, dia peduli
sama keluarga. Pernah waktu kami mau pulang ke
Jogja, mudik kan, naik bus, ada.. waktu mau turun bus
itu salah satu barang saya terjatuh di jalan, N yang
kecil itu langsung lari menerobos jalan di bundaran HI
itu demi mengambilkan barang yang jatuh tadi itu. Dan
itu luar biasa bagi saya, itu luaarr biasa. Dan dia udah
mandiri seusia dia di bawah 5 tahun, dia juga
melindungi adiknya dari temen-temen yang nakal, lalu
kami pulang ke Jogja, hal yang sama masih dilakukan
juga ketika SD di K itu, ee selatan P itu, kan dia anak
baru pindahan dari Tangerang, kan sering dinakali, N
yang membela adiknya “kowe ojo nakal lho” dan
adiknya juga merasakan itu kasih sayang dari kakanya,
dan itu berlangsung sampai kelas 2 SMA, kelas 3
SMA N udah mulai berubah, dan setelah itu sudah
mulai jauh, sampai sekarang. Saya, saya nggak bisa
apa-apa untuk mendekatkan mereka, ya.. saya hanya
dengan cara apa bisa mendekatkan mereka, dengan
cara ya sudah berperilaku wajar saja, ya. Dan saya
menyediakan kondisi untuk tidak berpihak pada dua
anak, ya. Kalau N ngeluh soal adiknya ya udah itu
kecil le, kerjakan. Kalau misal N, adik harus maem
lho, sekarang N itu kan perkembangannya udah bagus
lho, bener nggak? Iya sih Pa, gitu. Ya dia lagi
berproses, dan saya tidak akan meng.. apa ya, merasa
gagal kalau ada temen saya yang menceritakan oo
anak-anakku rukun, ya syukurlah itu hidup mereka,
aku punya hidupku sendiri, dan aku nggak boleh ngiri
nggak boleh ee.. menyalahkan orang lain, ya sudah
Berusaha memberikan kondisi yang
kondusif bagi anak-anaknya
Menerima permasalahan yang ada di
hidupnya dan tidak membandingkannya
dengan orang lain
2A3
3G1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Analisis Partisipan 1 140
280.
281.
282.
283.
284.
285.
286.
287.
288.
289.
290.
291.
292.
293.
294.
295.
296.
297.
298.
299.
300.
301.
302.
303.
304.
305.
306.
307.
308.
309.
310.
semua orang punya masalah sendiri-sendiri. Kadang-
kandang bebannya itu kan menjadi berat karena beban
sosial, apa lagi di Jawa, di Indonesia kalau di Amerika
bebas, orang-orang sana tu nggak usil ya, karena
masing-masing tu punya kehidupan sendiri, punya
privacy sendiri, orang nggak usil gitu lho, beda sangat
beda.
Kemudian, bagaimana proses bapak untuk bangkit
dari suatu hal yang menurut bapak tidak nyaman?
Iya, saya melakukan refleksi, melihat lagi ni kenapa
sih kok seperti ini, saya merasa ya karena ada salah
saya juga saya tidak memperhatikan anak, ee.. saya
waku itu terlalu sibuk mencari uang, ya. Kemudian ya
saya harus, harus maju terus menjalani kehidupan ini,
ee.. kadang-kadang kalau diundang temen-temen untuk
ketemuan itu saya nggak bisa hadir, nggak mau hadir.
Temen apa itu Pak? Ya temen SD, temen SMP,
temen kuliah, temen organisasi seusia saya kan lagi
getol-getolnya reuni, itu. Saya selalu menghindar,
karena saya merasa ee.. gagal sebagai temennya gagal,
tapi ya ada temen-temen saya, ada beberapa temen
yang melihat masalah saya, ayolah nggak papa, kamu
gabung dan apa yang kamu pikirkan itu belum tentu
benar kok, ya itu dari situ saya mulai bergaul, dan ya
temen-temen masih sportif untuk mendukung saya
secara spiritual ya, mental, mereka nggak me..
mempermaslahkan itu, lalu ada temen saya juga yang
punya masalah yang lebih berat dengan saya, jadi saya
berhenti untuk berasumsi, ya. Kenapa resistensi terjadi
karena saya berasumsi, “wah ngko gek-gek tekan kono
ditakoni, digrenengi”gitu. Yaa.. itu aja bagaimana
Merasa beban lebih berat karena tekanan
sosial
Mencoba mengingat dan merefleksikan
penyebab terjadinya masalah
Ada perasaan malu ketika akan berinteraksi
dengan orang lain karena memiliki anak
ODS
Ada perasaan malu karena merasa gagal
dalam mendidik anak
(-3B1)
3D1
3C3
(-2B2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Analisis Partisipan 1 141
311.
312.
313.
314.
315.
316.
317.
318.
319.
320.
321.
322.
323.
324.
325.
326.
327.
328.
329.
330.
331.
332.
333.
334.
335.
336.
337.
338.
339.
340.
341.
saya membangun diri, saya refleksi, kemudian saya
mencari informasi-informasi tentang ee.. penyakit
gangguan jiwa, ya. Saya lebih aktif di Paguyuban
Laras Jiwa, diundang untuk menjadi pembicara,
menjadi saksi ya.. lalu disitu saya merasa saya menjadi
duta gitu ya. Dan sekarang saya lebih sensitif ketika
melihat orang ee.. yang mengalami gangguan jiwa,
saya harus berbuat sesuatu untuk mereka. Disitu saya
merasa lebih punya, punya arti ya, gitu. Saya
menemukan ini mungkin ee.. orang bilang kan
something happen for some reason kan? Mungkin
alam, mungkin Tuhan, memilih saya untuk bergelut,
berjuang di area ini, gitu. Meskipun yang saya lakukan
itu baru kecil tapi ya mempunyai arti, dan teman-
teman mendukung, temen-temen di Paguyuban Laras
Jiwa mendukung.
Berarti dengan dukungan sosial itu bapak menjadi
“saya harus bangkit dari keadaan ini”?
Iya, saya merasa itu salah satu ee.. dukungan salah satu
kayak strenght ... untuk bangkit, di samping saya
sendiri juga harus, saya sendiri ya harus bangkit, kalau
enggak ya gimana, saya punya keluarga, saya punya
istri, saya punya dua anak, kalau seorang kepala
keluarga lemah ya anak-anaknya nggak akan bangkit,
nggak akan PD, dan saya lihat anak-anak saya PD,
mereka kan sering datang ke acara-acara saya ketika
ada event pasar organik, mereka datang, mereka PD
aja ya. Nggak peduli misalnya kami ya.. nggak kaya
lah, motornya jelek, mereka nggak peduli itu, itu yang
aku bangga yang aku suka. Dan mereka mulai bisa
menerima satu sama lain itu apa adanya.
Merefleksikan penyebab dari
permasalahan
Meningkatkan sesuatu yang positif dari
dalam diri
Mampu membaca tanda emosional dan
psikologis orang lain
Keyakinan bahwa dirinya mampu
melakukan hal di luar batas
kemampuannya
Memiliki keyakinan bahw dirinya mampu
bangkit dari masalah
3D1
3G1
3E1
3G2
3F1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Analisis Partisipan 1 142
342.
343.
344.
345.
346.
347.
348.
349.
350.
351.
352.
353.
354.
355.
356.
357.
358.
359.
360.
361.
362.
363.
364.
365.
366.
367
368.
369.
370.
371.
372.
Kemudian hal apa yang memotivasi bapak untuk
membagi ini di group, sehingga bapak mampu
tampil sebagai pembicara?
Motivasi saya untuk menguatkan orang lain,
menguatkan banyak orang bahwa sakit jiwa itu bisa
disembuhkan, karena ada itu lho, saya kayak kayak..
saya dengan beberapa orang yang punya masalah sama
itu seperti punya connected, dihubungkan oleh
semesta. Ada misalnya contoh baru kenal dengan
seorang bapak dia punya kasus anaknya sakit jiwa, dia
melarikan diri. Anaknya? ayahnya, dia tinggal di
Solo, ayahnya punya bisnis di Jogja dia tu sampai
nggak mau pulang ke Solo karena malu dengan
kondisi anaknya yang sakit jiwa. Itu kan nggak bagus,
makanya saya ingin berbagi pada setiap orang, pada
banyak orang bahkan di group-group WA, di
perkumpulan-perkumpulan alumni dari SD sampai
SMA saya nggak malu-malu lagi untuk cerita, tentang
pentingnya kesehatan jiwa kesehatan mental. Jika
diminta, jika ditanya saya akan jawab, kalau pas ada
moment tertentu ya saya akan cerita, ya. Dan saya
nggak akan malu lagi, nggak pakai tedeng aling-aling
lagi. Dulu kan saya merasa kok gimana ya, gengsi lah.
Ya saya merasa gengsi kalau saya punya anak sakit
jiwa, berarti kamu orang tua yang gagal. Aku sekarang
nggak akan begitu, aku dicap sebagai orang tua yang
gagal ya monggo, tapi aku punya motivasi untuk ya
untuk bercerita, untuk menyadarkan orang lain bahwa
sakit jiwa bisa disembuhkan, menggiring banyak orang
untuk memiliki kesadaran baru, karena kasus yang
saya tangani di X itu, orang tua itu nggak pernah
Berusaha meningkatkan hal yang positif
dalam diri untuk membantu sesama.
Merasa masalah sebagai tantangan yang
harus dihadapi, bukan ancaman yang harus
dihindari
Merasa telah mencapai kesuksesan dalam
menyelesaikan masalah
Mampu meningkatkan sesuatu yang positif
dalam diri untuk dibagikan pada orang lain
3G3
3G3
3F2, 3F3
3G1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Analisis Partisipan 1 143
373.
374.
375.
376.
377.
378.
379.
380.
381.
382.
383.
384.
385.
386.
387.
388.
389.
390.
391.
392.
393.
394.
395.
396.
397.
398.
399.
400.
401.
402.
403.
mengobati, membawa dia ke rumah sakit,
diobatkannya malah ke orang pintar, ke dukun gitu.
Dan ya, anaknya sih normal ya, tapi kadang-kadang
ketawa sendiri, kadang-kadang menangis sendiri, kalau
ada yang ganggu dia lempar, nglempari mobil yang
lewat. Ya parah menurut saya kalau itu tidak segera di
tangani, ya ini anaknya (menunjukkan foto). Ini
anaknya sama saya manja sekali. Masih usia, kelahiran
80, yang dipakai itu gelang saya, kalau saya kesana tu,
dia pegang-pegang tangan saya. Tapi dia bisa
berbicara normal? Bisa, bisa berbicara normal, tapi
ketika dia main ke X, kadang-kadang dia itu, ketawa-
ketawa, lalu oleh temen-temen saya di Y diketawain,
jangan gitu dong. Kadang-kadang saya marah, tapi
dalam hati. Ketika saya marah mau maki-maki yang
ngetawain, ya saya salah juga karena mereka belum
memiliki kesadaran, belum memiliki pemahaman lah.
Jangan bicara kesadaran dulu. Macam ini ya, saya
bermanfaat untuk orang lain, bukan sesuatu yang
material, tapi suatu immaterial yang menguatkan saya.
Ini mau ke Rumah sakit dia, tapi maunya sama saya.
Maunya sama saya, nah orang tuanya sedang tak minta
untuk ngurus administrasinya, ngurus rujukan ke
puskesmas, jamkesus juga, ya.
Terus perasaan bapak ketika bapak merasa sudah
bangkit dari keadaan ini, itu perasaannya
bagaimana?
Eemm.. perasaannya sih ya biasa aja sih saya, he’em
saya merasa biasa aja. Karena saya juga tidak merasa
istimewa, nggak merasa ingin terkenal. Ingin biasa-
biasa aja, ingin menjalani hidup ini dengan biasa saja.
Memiliki rasa empati dan peduli pada
orang yang memiliki gangguan jiwa
3E2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Analisis Partisipan 1 144
404.
405.
406.
407.
408.
409.
410.
411.
412.
413.
414.
415.
416.
Tapi bapak sudah merasa nyaman dengan yang
seperti ini?
He’em, saya sudah merasa nyaman dan sekarang saya
harus bangkit lagi supaya bisa lebih optimal lagi, dan
saya merasakan bahwa yang penting, yang paling
penting adalah ee.. kami sekeluarga udah connected
ya, kemarin kan istri saya masih belum bisa nerima,
sekarang dia bisa nerima. Adiknya yang walaupun
saya belum puas karena masih teringat memori ketika
mereka kecil sampai dengan masa SMA itu kan sangat
dekat sangat rukun, saya kembali tidak mentargetkan
apapun pada mereka, paling nggak kami bisa pergi
bersama, bisa duduk bersama, itu udah bagus, gitu.
Merasa bahwa diri sudah mencapai
keberhasilan dan telah mampu
menyelesaikan masalah
Berusaha meningkatkan aspek positif
dalam diri
3F2
3G1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Analisis Partisipan 2 145
No Verbatim Keterangan Koding
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
30.
Sejak kapan bapak menjadi caregiver ODS ?
Sejak tahun 97
Bisa ceritakan nggak Pak, bagaimana awalnya?
Awalnya tu ketakutan dari untuk berkeluarga, karena
mental yang kecil untuk berkeluarga, bagaimana nanti
punya anak, ee..untuk ee.. tanggungjawab kepada suami,
nah itu dia takut. Akhirnya dia ee.. turunlah drastis ya,
jatuh. Akhirnya dia itu masuk ke dalam posisi
menyendiri, ee.. dia sering murung, akhirnya jatuh tidak
ingat, gitu. Setelah itu saya bawa ke rumah sakit, rumah
sakit X di daerah Klaten, di sana diobati, lima.. diantara
lima hari kan itu, itu baru pulang. Tapi detik itu saya
hancur mbak, saya sebagai suami kan hancur, nah waktu
itu ada, kenapa kok bisa begini gitu, hancur hatinya.
Nah penyakitnya penyakit apa, kok bisa begini kan
nggak terbayangkan, yang dibayangkan sebagai orang
yang mem.. membuat keluarga atau menyusun keluarga
kan bahagia, tapi di tengah jalan pas ada anak kecil, kan
anak saya masih bayi mbak.
Anak yang pertama ya, Pak?
Anak yang kedua, yang kuliah ini. Itu masih bayi, baru
umur 8 bulan mbak, masih merah seakan-akan.
Akhirnya dari detik itu otomatis momong anak, sama
ee.. yang satu ya masih kecil, yang satu masih bayi, ee..
montang-manting ke Rumah Sakit, ya kita jalani. Ya
dengan Bissmillah. Setelah itu, pulang dari Rumah
Sakit, nah kita masih tetap anu.. mencari celah untuk
sebetulnya sakit apa, secara mental, secara hati nurani
kan nggak menerima, pertamanya nggak menerima, tapi
ini sebenarnya sakit apa, kan waktu itu kan masih awam
Dibawa ke RS Umun pda saat muncul
gejala awal skizofrenia
Ketidaktahuan tentang skizofrenia
yang menimbulkan perasaan sedih
karena harapan tidak sesuai kenyataan Merasa beban semakin berat karena tugas yang diemban semakin banyak Berusaha mencari tahu tentang penyakit istrinya Ketidaktahuan tentang skizofrenia membuat dirinya belum bisa menerima
1D1
(-1A1)
1A1
1D1
(-1B1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Analisis Partisipan 2 146
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
60.
61.
mbak, belum kenal tentang, oo ini ODGJ, oo ini ODS,
ya namanya despresi, depresi ya mbak ya, itu nggak
kenal, bener-bener awam. Dari perjalanan itu kan kita ya
seorang muslim, kita ee.. kita pasrah ya. Yang penting
sebagai orang muslim, saya sebagai seorang suami ya
kita tanggung jawab, saya antarkan istri ee.. dengan
usaha penyembuhan, kan gitu, yang kedua tabah, yang
ketiga mungkin saya diamanahi anak ya kita
menjalankan amanah itu. Itu yang pokok utama, sebagai
pendamping harus kuat dasar utamanya. Dasar yang
kedua mungkin gini mbak, untuk perjalanan hidup, kan
ada acuan ke depannya, harus tenang, harus berfikir
kedepannya, gimana nanti seumpama anak itu nggak
ada ibunya, gimana anak itu kalau jadi orang yang gila
di tengah jalan, itu kan kita pikirkan jauh. Makanya kita
harus intinya peduli, akhirnya dalam keadaan su.. susah
anggep aja susah, senangnya mungkin nggak ada waktu
itu, adanya cuma susah. Susah ya, shock, ekonomi
otomatis carut marut to mbak, nah otomatis berjalan
seadanya. Tapi yang penting pendidikan anak saya
jangan sampai putus, walaupun dulu belum ada sama
sekali itu di lain desa, saya kan beli tanah di lain desa,
itu nggak ada jamkesmas mbak. Jadi biaya sendiri
semuanya. Saya tu dapet jamkesmas baru tahun 2011,
kalo nggak sebelas dua belas mbak, dari tahun 97 mbak.
Nah itu, akhirnya sampai nggak kuat to mbak, naah
punya progress lagi, ini anak sekolah, ini istri yang
harus dibiayai setiap hari harus makan obat, pakai uang.
Hari tempo harus masuk di rumah sakit minimal tujuh
ratus lima puluh ribu, itu minimal, sampai empat
setengah juta, dalam posisi satu minggu mbak. Otomatis
keadaan istrinya Berusaha memberikan pengobatan dan bertanggung jawab atas tugasnya sebagai suami dan ayah Menanamkan sikap positif dalam diri dan berusaha mempersiapkan solusi untuk menghadapi kemungkinan masalah yang akan terjadi. Bersikap positif walaupun dalam keadaan yang tidak mudah Berharap pada masa depan yang lebih baik untuk keluarganya Merasa bertanggung jawab pada keluarga di tengah keadaan yang sulit karena bebannya bertambah
1A1
1B2
1A1
1C1
(-1A1)
1C3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Analisis Partisipan 2 147
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
74.
75.
76.
77.
78.
79.
80.
81.
82.
83.
84.
85.
86.
87.
88.
89.
90.
91.
92.
ya kita harus bergerak dalam usaha, usaha yang saya
jalankan menggunakan keseimbangan pikir,
keseimbangan badan, saya mborong sama di proyek,
sama meubel, ya itu mbak. Yang baku bisa terpenuhi
untuk itu, tapi tetep min mbak, walaupun penghasilan
saya tu lebih dari orang-orang yang umum, tapi tetep
min, kan gitu. Saking besarnya biaya di Rumah Sakit.
Terus bagaimana perasaan bapak ketika istri bapak
didioagnosa skizofrenia?
Waktu dulu gini mbak, pasrah. Yang dibilang pasrah tu
gini, ya kaget dan pasrah, dalam arti kaget itu, kok bisa
ya? Dalam posisi sakit kan saya kembali anu.. kembali
kepada amanah, saya seorang suami kan harus amanah,
saya kembali kepada amanah ini harus saya hantarkan,
walaupun hanya berfungsi untuk memandikan anak,
atau memasakkan makanan untuk anak. Sampai saya tu
gini mbak, hanya satu fungsi, prinsip saya gitu. Kalau
dia bisa ee.. nganter anak mandi, nanti masakin anak, itu
bagi saya udah cukup, gitu mbak, udah cukup. Untuk
anu mbak, untuk maanfaat keluarga lho itu mbak. Ya itu
yang saya, yang saya tekankan. Tapi saya tidak meng..
anu mengharapkan terlalu banyak untuk istri tentang hal
yang lainnya. Makanya itu saya bebaskan itu mbak yang
lainnya. Untuk semua kebutuhan atau apapun, saya
pikul sendiri mbak, gitu.
Terus pertama kali mengetahui itu, bapak sempet
nggak paham tentang penyakit istri bapak.
Kemudian bagaimana bapak sampai pada titik
“saya harus mengantarkan dia ke Rumah Sakit?”
Bagaimana menentukan pengobatannya?
Tentang menentukkan pengobatan ya mbak? Setiap
Besarnya biaya RS membuat dirinya harus berusaha lebih kuat untuk memenuhi kebutuhan keluarga Tidak menyangka istrinya menderita skizofrenia Bertanggungjawab dan berusaha membantu istri agar dapat mandiri Tidak memberikan target tertentu pada istri
(-2A1)
2C2
2B1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Analisis Partisipan 2 148
93.
94.
95.
96.
97.
98.
99.
100.
101.
102.
103.
104.
105.
106.
107.
108.
109.
110.
111.
112.
113.
114.
115.
116.
117.
118.
119.
120.
121.
122.
123.
penyakit kita kan punya dasar dari al-quran kan ada
obatnya, nah dari dasar al-quran itu saya tanamkan ke
hati, dan tidak lepas dari usaha walaupun itu lewat
dhohir ataupun batin. Dari dhohir kita lewat mungkin
kita wujudnya dari kesehatan Rumah Sakit, dari orang
Jawa mungkin saya masuk ke tanaman-tanaman alami,
nah gitu mbak. Dari doa mungkin saya minta tolong
sama orang, atau mungkin pribadi saya secara ukhrowi
saya mungkin melakukan anu mbak, seakan-akan orang
tirakat, mungkin sholat malam mbak. Nah dari segi
macem-macem itu supaya dia sembuh itu langkahnya
banyak sekali mbak, dari pengajian saya minta bantuan
sama temen-temen doa, tiap ada kumpulan yasinan saya
minta airnya mbak. Beberapa segi itu kan semakin lama
semakin mengerucut, dari pengkajian ya, dari ini dari ini
akhirnya mengerucut. Akhirnya ternyata yang
mendominan sembuh itu disamping doa, kita usaha
ternyata kalau minum obat ini harus gini, nah akhirnya
mengerucut itu mbak. Akhirnya ketahuan.
Tapi sempat dirawat di Rumah Sakit?
Iya mbak. Itu sering kali.
Di Grhasia atau...?
Di Grhasia tu malah belum pernah, dulu pernah saya
bawa kesana tapi mungkin salah set, salah set untuk di
depannya. Ini ee.. mungkin orang, saya nggak punya
jamkesmas dari detik itu juga nggak punya, nggak
punya apa ya, nggak punya kesempatan untuk bawa
uang waktu dulu itu, nggak punya kesempatan untuk
bawa uang, akhirnya saya lari yang penting ini selamat,
karena mau bunuh diri. Istri saya itu mau bunuh diri
mbak, mau potong nadi, itu kan mengerikan mbak. Itu
Melakukan berbagai alternatif pengobatan sebelum akhirnya diberi pengobatan secara medis (dibawa ke RSU) Membawa ke RSJ karena keadaan istri
2C3
2E2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Analisis Partisipan 2 149
124.
125.
126.
127
128.
129.
130.
131.
132.
133.
134.
135.
136.
137.
138.
139.
140.
141.
142.
143.
144.
145.
146.
147.
148.
149.
150.
151.
152.
153.
154.
akhirnya saya bawa ke sana, ternyata di sana harus ada
persyaratan ini ini, ya udah saya bawa balik lagi.
Akhirnya saya lempar ke X. Kalau RS X kan langsung
masuk mbak, siapa yang tanggungjawab siapa? Anu.. is,
suaminya, yaudah masuk. Itu di anu.. mungkin di sini
udah ada perkembangan yang bagus.
Tadi bapak bilang mau bunuh diri, bagaimana
reaksi bapak saat ibu seperti itu?
Gini mbak, waktu itu kita selalu waspada. Setiap saat
kita selalu waspada dalam posisi siang, malam, kan
gejala sudah kelihatan mbak kalau sudah hafal, lebih
dari tiga tahun saya mempelajari itu udah hafal mbak.
Oo ini udah mondar mandir, oo ini sering ngomel, nah
itu udah tu kelihatan, dan itu harus ada tindakan yang
secepatnya. Seumpama ya mbak nanti pagi sudah
ngomel, tu siang atau sore harus sampai di rumah sakit,
itu harus. Kalau ngga nyampe di rumah sakit nanti
malem nggak bisa tidur mbak satu keluarga.
Gejalanya halusinasi seperti itu atau bagaimana
Pak?
Marah, datang marah. Kalau yang pertama kali kan
halusinasi, kalau melihat oo ini warna air kok anu, jadi
darah mau wudhu mau sholat, ini jadi darah, mau masak
kok jadi darah. Tapi akhir-akhir ini sebagian yang
paling condong tu marah. Kurang, kurang apa ya?
Kurang puas apa yang dilakukan keluarga, kurang
menerima intinya seperti itu. Jadinya inginnya marah,
anak pun dimarahi, anak dimarahi apalagi suami mbak,
sampai terlalu over mbak memarahi, sampai memukul
kepala, sampai pakai air panas dilempar, gitu mbak.
Maka kalau orang lain yang bukan saya dan anak saya,
tidak bisa dikendalikan Menangkap tanda-tanda psikologis istri untuk menentukan tindakan yang tepat
2E1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Analisis Partisipan 2 150
155.
156.
157.
158.
159.
160.
161.
162.
163.
164.
165.
166.
167.
168.
169.
170.
171.
172.
173.
174.
175.
176.
177.
178.
179.
180.
181.
182.
183.
184.
185.
udah takut mbak, betul udah takut.
Iya, memang harus dari keluarga ya Pak?
Dari keluarga, pendampingan keluarga, pedulinya
keluarga, pengamatan keluarga dalam setiap saat dia tu
berubah sikapnya, itu penting sekali dan tindakan yang
bener-bener supaya dia tu bisa diatasi dalam waktu
secepatnya, itu paling penting sekali.
Bisa ceritakan Pak, bagaimana bapak bisa sampai
pada titik yang kemudian bapak berpikir “oh saya
harus bangkit nih dari sini” gitu. Bapak sempat
mengalami drop atau down seperti itu?
Iya mbak.
Bagaimana bapak mencapai, mungkin dari keadaan
yang tidak nyaman kemudian bapak harus bertahan
dalam keadaan itu?
Mungkin anu mbak, dari awal saya sebagai pemuda
mbak, saya dari pemuda tu dari remaja udah dididik di
organisasi mbak, dari organisasi saya menginjak remaja
dewasa, saya sering memimpin. Jadi dari sifat ataupun
jiwa untuk ke sosialan mungkin sudah ditanamkan di
setiap organisasi, akhirnya untuk berfikir memikirkan
orang lain, nah itu mungkin ada empatinya mbak. Itu
jadi nya kan harus tenang, harus cekatan, dan harus
diperhatikan dalam posisi ke depannya harus kita
perimbangkan untuk kita, saya sebagai suami ya itu saya
dibutuhkan tidak hanya istri saya, saya dibutuhkan anak
saya dan saya dibutuhkan masyarakat saya dan saya
dibutuhkan agama saya, kan gitu. Jadi saya harus bisa
membagi, dimana tanggungjawab saya sebagai orang
yang harus bisa membagi itu, itu cambuk saya yang
pertama mbak. Saya harus bisa menghantarkan istri saya
Kesadaran dan kepedulian terhadap sitrinya membuat dirinya dapat memahami kondisi istrinya Terlatih menjadi seorang pemimpin, sehingga memiliki rasa peduli dan empati pada orang lain Memiliki perasaan tenang dan cekatan serta peduli terhadap keluarganya
2A3, 2E1
2E1
2C3
2C2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Analisis Partisipan 2 151
186.
187.
188.
189.
190
200.
201.
202.
203.
204.
205.
206.
207.
208.
209.
210.
211.
212.
213.
214.
215.
216.
217.
218.
219.
220.
221.
222.
223.
224
225
sampai sebaik-baiknya dia mampu, saya bisa
menghantarkan anak-anak saya sebaik-baiknya dia bisa
berusaha, bisa mandiri dan saya mungkin hari tuanya
mungkin saya harus lepas tapi saya harus
memperhatikan itu ibunya anak harus saya bantu sampai
kapanpun, walaupun dalam keadaan saya masih jadi
suaminya ataupun nanti tidak jadi suaminya. Tapi disitu
saya tetep harus membantu posisinya istri saya atapun
mantan saya. Itu yang paling penting dalam sisi pribadi
saya, soalnya kan kita harus anu to mbak, harus
menengok ke depan. Saya tidak bisa mengharapkan istri
saya secara tidak langsung, istri saya tu ladang untuk
agama, ladang untuk pahala. Tapi hidup saya kan ke
depan harus punya hidup saya tu yang tua saya tu
gimana, mungkin saya ya maaf ya mbak, membutuhkan
istri lagi bisa jadi, tapi saya tidak lepas dari istri saya
walaupun nanti ini jadi mantan saya, kan gitu. Ini
tanggung jawab saya walaupun ini dah lepas tapi ini
sebagai orang yang wajib saya perhatika. Tapi untuk
pribadi saya mungkin saya harus nyusun. Besok saya
tua saya membutuhkan orang yang di samping saya, nah
itu saya pikirkan terus mbak. Tapi tugas saya sebagai
seorang ayah, saya menghantarkan anak saya dulu.
Kemudian bagaimana reaksi anak-anak ketika
melihat keadaan ibunya seperti ini? Bagaimana
sebenarnya reaksi dan perasaan mereka?
waktu pertama dia kan masih bayi to mbak, waktu
berjalan dari hari-hari, mungkin dari kepekaan
keseharian itu, oo ibunya sering marah, dia ya baik-baik,
dipanggil ya langsung lari, kan gitu mbak. Kepekaan
harian, akhirnya kan dia memilah dan memilih to mbak.
Memiliki harapan yang lebih baik pada keluarganya kelak Ada perasaan dilema pada partisipan yang membutuhkan seorang pendamping (secara normal) dengan bertanggung jawan untuk memberi pengobatan pada istrinya (ODS) Perasaan khawatir tentang masadepan yang membutuhkan seorang pendamping
(-2B1)
(-2C2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Analisis Partisipan 2 152
226.
227.
228.
229.
230.
231.
232.
233.
234
235.
236.
237.
238.
239.
240.
241.
242.
243.
244.
235.
246.
247.
248.
249.
250.
251.
252.
253.
254.
255.
256.
Oo mamak saya oo ibu saya tu karakternya gini, oo
bapak saya seperti ini, nah kadang kala, saya kan
sebagai orang tua sebagai ayah kan memberi tahu, sabar
di depannya ibu mu kan gitu mbak. Dia baru mengalami
gini, harus dimaklumi, di mong, kan gitu mbak. Jadi
saya yang ngarahkan, saya yang nyupport untuk
batinnya dia supaya dia tu menerima, jadi istilahnya tu
menerima dan ternyata anak saya semuanya menerima.
Makanya tidak ada, ya maaf ya mbak, tidak ada orang
lain yang bisa mendukung saya, dalam arti yang tepat
waktu dan secepat itu ee.. terkecuali anak saya. Setiap
saat, setiap detik, disitu dia siap dan disitu dia siap untuk
menerima. Setlah itu baru mungkin rumah sakit mbak.
Tapi maksudnya dukungan keluarga sendiri pun
penuh gitu ya Pak?
Penuh mbak, full. Dari sisi kegiatan istri saya atau ibu
dari anak-anak saya, mungkin menyiapkan dari, tempat
saya kan pemotongan ayam mbak yang di sana itu,
menyiapkan bulu-bulu ayam tu disisihkan nanti
dikumpulkan, ini untuk kegiatan ibu saya (istri), saya
suruh gitu dah biarkan annati dikerjakan nanti untuk
kegiatan, dijual menjadi uang itu dia udah produktif
walaupun dia untuk mementingkan dirinya sendiri, dia
sebagai ibu tidak memikirkan anak tapi dia memikirkan
dirinya sendiri saja sudah cukup bagi saya. Tapi kan
anak sudah saya kasih sendiri, oo ini ada mungkin udah
punya hasil sendiri jadi untuk memotivasi anak-anak
mbak.
Kemudian hambatan apa sih yang selama ini bapak
alami dalam merawat istri?
Dalam merawat mbak? Yang pertama, penerimaan
Memberi pengertian dan memberi dukungan pada anak-anaknya agar mereka semua dapat memahami keadaan yang sedang dihadapi Berusaha memberikan kegiatan positif pada istrinya namun tidak menargetkan apapun untuk istrinya
2A3
2G1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Analisis Partisipan 2 153
257.
258.
259.
260.
261.
262.
263.
264.
265.
266.
267.
268.
269.
270.
271.
272.
273.
274.
275.
276.
277.
278.
279.
280.
281.
282.
283.
284.
285.
286.
287.
orang tua dari mertua, mertua saya. Dia mungkin dari
sisi, sisi apa ya? Mungkin dia nggak mau dijatuhkan
otomatis kan mbak, dikondisi seperti itu kan dia tidak
menerima. Dia tidak mau dibilang oo saya itu keluarga
yang menurunkan anak jadi orang yang ODGJ kan gitu
nggak mau, dan dia nggak menerima. Akhirnya masalah
itu kan dilempar ke saya. Sekarang rasanya gimana
mbak umpamanya dia yang punya anak, akhirnya dia
sakit seperti itu, otomatis secara mental kan pendidikan
dari keluarga pertama kali, akhirnya menjadi orang yang
bermental seperti itu, tapi dia tidak mau menerima.
Tidak menerima, akhirnya kata tidak menerima itu
nggak anu nggak diwujudkan kepada anaknya ataupun
tidak dicari jalan keluarnya, nyalahkan saya. Itu yang
bagi saya sebuah kendala. Seharusnya saya tu beribadah
tu ikhlas lah ya, lilahita’ala dan istri saya harus saya
hantarkan sampai sembuh, tapi dia (mertua) malah
memberi beban bagi saya, ya kan gitu. Men-jugdement
saya tu orang yang membuat ini kurang adil, kurang
kasih sayang kan gitu mbak. Akhirnya yaudah, itu
membatasi saya gerak-gerik saya. Saya tu ingin
memfokuskan dia, dia (mertua) malah menambahi
beban saya, ya akhirnya saya harus mencoba dia. Dia
sebagai orang tua mampu nggak mengatasi masalah
seperti ini? Jangan anu, jangan seenaknya seumpamanya
gitu, jangan seenaknya bilang kamu nggak mampu,
kamu orang gini gini, jangan. Akhirnya ya ini, tapi dari
walaupun seperti itu, saya tetep tidak, tidak gimana ya
tidak termasuk nggak tanggungjawab enggak. Support
dari pengobatan, support dari surat menyurat, Support
dari uang, mungkin dari kegiatan harian tetep dari sini
Beban bertambah karena mertuanya tidak mendukung dan seolah menyalahkan dirinya atas apa yang terjadi pada anaknya Hambatan tidak menghalangi partisipan mengusahakan kesembuhan pada istri
(-2A2)
2G3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Analisis Partisipan 2 154
288.
289.
290.
291.
292.
293.
294.
295.
296.
297.
298.
299.
300.
301.
302.
303.
304.
305.
306.
307.
308.
309.
310.
311.
312.
313.
314.
315.
316.
317.
318.
mbak, kan saya hantar ke K. Tapi kan untuk kehidupan
sehari-harian kan disana, tapi untuk support semuanya
dari sini, gitu. Tapi belum lama itu mbak.
Kemudian bagaimana bapak mengatasi hambatan
itu?
Ya biasanya lewat anak mbak, umpamanya kayak gini,
anak kan nggak ada putusnya ya, namanya juga anak.
Tapi kalau saya sampai jatuh, saya sampai roboh nanti
yang rugi anak, umpama saya, saya datang kesana saya
dimarahi umpama ya, dimarahi, dijelek-jelekkan, nanti
mental saya pas dalam posisi down, otomatis saya
ambruk, jatuh, kalau saya jatuh siapa yang rugi? Masa
depan anak, makanya saya ya ambil tindakan, saya
nggak usah kesana, tapi perhatian saya yang sampai
kesana. Lewat perhatian mungkin saya membelikan
pakaian, ataupun uang, mungkin dari sisi itu
kegiatannya, ataupun surat menyurat saya masuk di
Laras Jiwa itu kan termasuk memperlancar lah ya mbak,
otomatis tetep sampai mbak pesan saya yang lewat
tingkah laku tu sampai.
Kemudian suka dukanya apa sih Pak dalam
merawat?
Suka dukanya, waktu anu.. pas menghadapi itu ya mbak
ya?
Iya Pak, selama merawat.
ee.. anu mbak gini, di sisi pihak waktu anak mau
sekolah kuliah, yang satu yang pertama ingin saya
dirikan usaha, itu membutuhkan uang, otomatis mbak.
Yang kedua itu ingin kuliah masuk di kesehatan
otomatis uangnya juga banyak to mbak? Yang ketiga
masih SMP itu saya anggap nggak saya pikir gitu aja,
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Analisis Partisipan 2 155
319.
320.
321.
322.
323.
324.
325.
326.
327.
328.
329.
330.
331.
332.
333.
334.
335.
336.
337.
338.
339.
340.
341.
342.
343.
344.
345.
346.
347.
348.
349.
itu sambil lari aja bisa gitu mbak. Tapi kan yang paling
berat tu kan harian istri. Yang paling utama untuk susah
tu otomatis ekonomi mbak, makanya sampai saya jual
tanah sama rumah saya itu. Itu waktu saya merantau kan
beli tanah sama istri sudah saya lantai dua juta, saya jual
mbak. Nah supaya dia tu, untuk sembuh tu dari asal
muasalnya apa saya kasih terus, walaupun saya harus
mengorbankan tanah sama rumah lho. Akhirya, kalau
dia nggak memikirkan harta, kan dia agak ringan, dia
kembali ke asal muasalnya, ke flashback kan mungkin
hari-hari mengingat masa lalu mbak, itu jadinya pulang,
saya pulangkan ke K itu ngga saya tegang untuk
menyakiti, ataupun membuang tidak, tapi biar dia tu
belajar dari masalalu, untuk pelajaran, bagi saya gitu
dan tidak anu, mempunyai angan-angan yang terlalu
tinggi. Akhirnya dia tidak mampu, jatuh lagi, jangan
seperti itu dipulangkan ke masalalu. Tu sebagai cara
untuk pengobatan dia lewat anu mbak, lewat mental.
Tapi saya punya jangkauan InshaaAllah sembuh ya
kalau anak sudah punya usaha sendiri, bisa mengasih
orang tua khususnya ibunya, InshaaAllah saya yakin
sembuh itu, saya punya keyakinan gitu mbak.
Kemudian ada situasi nggak Pak yang membuat
bapak terkadang merasa down atau terkadang
merasa semangat lagi?
Selama ini ya kadang-kadang hanya itu, kalau dibilang
kata nggak tanggungjawab itu. Itu bener-bener
menyakitkan lho mbak, sekarang ya anggap aja siapa
orang yang kuat yang setiap hari digempur sama uang,
sama mental yang harus punya angan-angan tinggi
untuk mendampingi keluarga, menghantarkan keluarga,
Partisipan kehilangan harta benda demi kesembuhan istrinya Sedih karena dianggap sebagai orang yang tidak bertanggung jawab ditengah usaha kerasnya untuk kesembuhan istri
3B1
(-3A2)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Analisis Partisipan 2 156
350.
351.
352.
353.
354.
355.
356.
357.
358.
359.
360.
361.
362.
363.
364.
365.
366.
367.
368.
369.
370.
371.
372.
373.
374.
375.
376.
377.
378.
379.
380.
anak, ya siapa hatinya siapa yang sebaik, dibilang orang
nggak tanggungjawab itu kan sakit sekali mbak. Itu lah
yang terkadang menyakitkan mbak.
Kemudian hal yang membuat semangat lagi tu apa
pak?
Yang penting tu anak mbak, jangan sampai, jangan
sampai yang pertama, mental seperti orang tuanya
khusunya ibunya, yang kedua jangan sampai, ee.. kita
buktikan mbak, kita buktikan saya hidup sendiri dengan
anak-anak tiga dalam posisi ini saya berpisah sama istri
ee.. walaupun istri masih tanggungan saya dan saya
kirimi uang ataupun pakaian untuk tanggung jawab
yang dhohiriyah ya mbak ya itu saya harus menjadikan
anak yang posisinya tu kalau bisa tu nggak umum sama
orang, itu prinsip saya mbak. Karena dia haru sekolah
seti.. ee.. semaksimal mungkin dalam menuntut ilmu
kan gitu mbak. Gitu yang membuat cambuk saya seperti
itu mbak.
Kemudian kalau dari masyarakat sendiri , ada
nggak stigma yang diberikan pada keluarga bapak?
Kalau disini kan orang-orang agama nya udah maju gitu
kan mbak, untuk penerimaan agama ya mbak. Dan
untuk penerimaan orang bermasyarakat disini tu
termasuk kismi-kismi mbak, monggo kerso. Jadi nggak
perlu ikut campur urusan orang lain, kamu usaha
silahkan, saya juga usaha jangan diganggu, jadi nggak
ada label itu mbak. Tapi kalau di anu.. di tempat yang
saya dulu yang sebelum saya jual itu ada, itu orang gila
hati-hati jangan mendekat itu ada. Tapi kalau disini
enggak.
Jadi istilahnya kalau disini kondusif ya Pak
Memiliki harapan besar untuk masa depan anak-anaknya agar dapat menjadi orang yang berilmu Perasaan tenang karena masyarakat juga memberikan kondisi yang positif sehingga tidak memberi beban pada partisipan
3C2
3E1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Analisis Partisipan 2 157
381.
382.
383.
384.
385.
386.
387.
388.
389.
390.
391.
392.
393.
394.
395.
396.
397.
398.
399.
400.
401.
402.
403.
404.
405.
406.
407.
408.
409.
410.
411.
masyarakatnya sendiri?
Iya. Dan yang penting, yang terpenting supaya tidak ada
suara seperti itu, label ataupun stigma itu ya kepandaian
kita mbak. Sebagai pendamping atau caregiver nah kita
harus bisa mengimbangi nilai dari orang yang dulu
punya stigma kan, umpama oo dia sakit gila atau ada
gejala ODGJ mungkin dia kan takut mbak. Kalau kita
bisa menarik orang ke dalam ruumah nanti kan dia akan
jadi jawaban di masyarakat mbak. Contohnya mbak,
saya waktu di sana walaupun dalam keadaan jatuh
seperti itu kegiatan saya untuk anak-anak nggak
berhenti. Untuk kegiatan TPA saya mendirikan, untuk
kegiatan yasinan saya mimpin, untuk kegiatan ee..
tabungan islam saya mendirikan juga, jadi hari-hari tu di
tempat saya ramai mbak. Itu yang membuat label
terkikis, jadi orang kan sering datang kalau datang ke
tempatnya Pak Slamet gimana? Istrinya ngamuk nggak?
Enggak, biasa nemoni kan gitu mbak. Makanya yang
ngikis tu pendamping-pendamping itu. Tapi kalau
misalnya saya tu tidak bisa bermasyarakat, bisa jadi
label mbak idatau stigma. Makanya pentingnya untuk
keseimbangan itu.
Kemudian tadi bapak mengatakan bahwa saya tidak
menargetkan apapun pada istri saya, bagaimana
bapak menyadari bahwa bapak tidak menargetkan
apapun?
Karena gini mbak, dalam perjalanan saya mendampingi
waktu sakit itu kan secara tidak langsung kan dia saya
tahu mbak perkembangannya, nah dari perkembangan
itu kan otomatis kan sering menurunnya daripada
menaiknya, secara apa ya, secara grafik, jadi doa atau
Merasa dirinya dapat meningkatkan hal positif sehingga dirinya percaya dapat mengendalikan keadaan agar stigma menjadi berkurang Memahami kondisi istrinya sehingga membuat dirinya tidak menargetkan apapun pada istrinya dan tidak memaksakan kehendak orang lain
3G1, 3C3
3D1, 3E1, 3B1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Analisis Partisipan 2 158
412.
413.
414.
415.
416.
417.
418.
419.
420.
421.
422.
423.
424.
425.
426.
427.
428.
429.
430.
431.
432.
433.
434.
435.
436.
437.
438.
439.
450.
451.
452.
kita lihat dari perasaan atau kacamata kita secara
langsung grafik kan menurun, otomatis titik-titik itu kita
minta pada yang kuasa pada Allah kan gitu mbak. Yang
saya targetkan hanya dia tu jadi orang yang bisa
mengurusi dirinya sendiri gitu aja, syukur-syukur dia
bisa memperhatikan anak, itu saja. Tapi kalau dia sudah
memikirkan dirinya sendiri udah mampu otomatis dia
bisa, akan bisa memikirkan orang lain.
Kemudian, kalau untuk anak sendiri Pak, pernah
nggak ada sesuatu yang membuat dia down gitu pak
ketika melihat ibunya seperti itu?
Kalau down itu ada mbak, dalam posisi ngamuk, nanti
saya anggep ya kan kalau ngamuk kan sukar ditangani,
nah nanti kan harus dipegang erat, waah nanti kalau
ngamuk nah dia marah nah itu di detik itu nangis, detik
itu nangis. Mungkin nangisnya kenapa ibu saya seperti
ini? Nah itu lho mbak, itu titik-titik yang down lagi.
Kemudian bagaimana bapak memberikan motivasi,
memberikan pengertian kepada anak-anak?
Ya, yang penting kalau sudah dimasukkan di Rumah
Sakit, kan satu hal pengobatan langsung berjalan, anak
kan tahu sendiri suntik langsung jedet langsung disuntik
tidur, tidur nanti di ruang khusus dia kita dekati sebagai
arahan.
Jadi komunikasi ya Pak dengan anak?
Iya betul.
Kemudian untuk pengobatan sendiri, kenapa bapak
memilih pengobatan medis?
Medis itu secara hitungan saya petik dari hasil selama
ini mbak, selama anggep aja puluhan tahun ya mbak, itu
memang anu mbak, memang mengena. Kita bisa tahu
Partisipan sering merasa down pada saat istrinya mengalami kekambuhan Merasa pengobatan medis lebih memberikan efek yang baik bagi istrinya
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Analisis Partisipan 2 159
453.
454.
455.
456.
457.
458.
459.
460.
461.
462.
463.
464.
465.
466.
467.
468.
469.
470.
471.
472.
473.
474.
475.
476.
477.
478.
479.
480.
481.
482.
483.
mbak, umpamanya ini dari Rumah sakit baru keluar
misalnya dah dibolehkan pulang, kita bisa lihat dia
ngantuk, minum ini ngantuk, minum ini dia agak bisa
berkreatfitas kan gitu, kita tahu mbak, oo jadi otomatis
dia aktif dalam berobat itu bisa kita lihat dan kita anu ya
untk tingkah lakunya bisa menambah baik mbak. Kalau
yang lain nggak ada.
Kalau sekarang apakah keadaannya cukup stabil
untuk berkomunikasi?
Iya mbak sudah, tapi mungkin masih masuk ke
kenangan masa lalu mungkin, jadi sama orang masih
sering menutup diri seakan-akan, tapi kalau anak datang
tu anu wah anakku, sudah biasa mbak. Nanti kalau
anak-anak didekati sama orang umpama sekiranya tu
dulu pernah jahat sama dia tu teringat, memorinya tu
ada memori yang nggak lurus to mbak seakan-akan. Yo,
jadinya anakku jangan dekati, gitu. Nah anggep aja
kalau orang musli suudzon kan mbak. Nanti dia ndak
dipengaruhi kan gitu.
Kalau untuk sekarang gimana Pak, bapak masih ada
perasaan yang mungkin tidak nyaman dalam
merawat?
Kalau merawat saya stel dari sisi strategi tempurnya
mbak, misalnya gini untuk perawatan anak yang penting
satu rujukan, jamkesmas. Yang kedua tu otomatis kan
saya harus nanam orang disana, nah walaupun lewat
anak untuk berembug kan anak lepas dari keluarga kan
mbak? Siapa yang disana yang perlu dihormati, dan
nanti dititipkan gitu, itu cuman arahan saya. Nah disana
nitip makne gedhe gitu kan, pakdhe nya. Nah titip
pakdhe kan gitu, nanti setiap saat nanti yang ngasih obat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Analisis Partisipan 2 160
484.
485.
486.
487.
488.
489.
490.
491.
492.
493.
494.
495.
496.
497.
498.
499.
500.
501.
502.
503.
504.
505.
506.
507.
508.
509.
510.
511.
512.
513.
514.
pakdhe nya, tapi kalau obat mau habis, nanti ngebel.
Ngebel le ngetano ke Klaten ambilkan obat kan gitu.
Nanti dah disana ambilkan obat sama ibunya ke RS,
udah kontrol nanti saya suruh kalau pulang jajan kan
gitu, biar refreshing. Jadi langkahnya tu kita susun terus
mbak. Lalu setiap perjalanan, setiap satu langkah
gampangannya kita pikirkan. Walaupun dari jauhan.
Kalau sekarang bisa dibilang bapak sudah dalam
posisi resilien, kemudian ada nggak kejadian yang
bikin bapak merasa tidak nyaman lagi?
Saya sih positif aja mbak, apa lagi hidup kan memang
dibutuhkan sama masyarakat to mbak? Kalau saya tu
memikirkan satu orang yang nggak senang pada saya,
kan kurang manfaat saya. Kembali pada anak nanti saya
eman-eman kalau saya tu jatuh kan eman-eman mbak.
Lebih baik saya berkarya daripada saya ngurusi orang
itu.
Kemudian apa yang bapak tanamkan sama diri
bapak, pada keluarga bapak supaya mampu
bertahan dalam keadaan seperti ini?
Yang saya tanamkan, yang penting orang tu ilmu mbak,
siapa saja, dimana tempatnya, kalau ada ilmu dia akan
jalan, prinsipnya, walaupun itu ilmu untuk ngurusi
orang ODGJ. Kalau dia nggak tahu, nggak berilmu
ataupun nggak mati rasa lah seakan-akan, dan nggak
punya empati aataupun peduli, dia nggak akan jalan
mbak. Makanya setiap saat harus ada ilmu dan harus
peka pada lingkungan atau pada keluarga, itu saya
tanamkan mbak. Sampai-sampai saya memberi nasehat
gini, sampai kapanpun kamu anak tiga jangan sampai
pecah, dalam posisi apapun. Siapa yang tidak mampu,
Meningkatkan aspek positif dalam dirinya agar dapat berkarya lebih optimal dan mencoba menghadapi tantangan
3G1, 3G3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Analisis Partisipan 2 161
515.
516.
517.
518.
519.
520.
521.
522.
523.
524.
525.
526.
527.
528.
529.
530.
531.
532.
533.
534.
535.
536.
537.
538.
539.
540.
541.
542.
543.
544.
545.
harus itu yang didekati dan dibantu. Siapa yang mampu
harus nengok yang tidak mampu. Itu kunci saya gitu
mbak. Makanya anak selalu mengarah mbak.
Kalau sekarang bapak kan kadang menjadi
pembicara untuk membagikan ini, apa motivasi
bapak sehingga bisa show off dengan keadaan ini?
Kan pengalaman saya yang tidak anggap aja tidak
sebentar lah, mungkin yang ngalami seperti saya sampai
15 tahun sampai 19 tahun kan mungkin jarang orang-
orang tu, dan yang paling penting tu gini mbak, yang
masuk ke dalam ranah orang yang mendampingi betul-
betul mendampingi mbak. Sekarang mungkin mbak bisa
lihat, jarang orang yang keluaganya bener-bener sampai
fokus mendampingi, bener-bener mendampingi itu
jarang sekali. Kalau saya mengalami dan saya
mendampingi itu selalu mbak, itu. Akhirnya saya tu itu
kasihan, akhirnya ya kalau bisa dibantu bisa pengalaman
saya yang saya menghadapi seperti ini bisa bermanfaat,
apa salahnya saya membagikan kepada orang lain? Kan
gitu mbak.
Kemudian bagaimana perasaan bapak ketika bapak
sudah bisa show off dan sudah bisa resilien?
Ya syukur aja mbak, ya kita kan gimana ya mbak, ee..
kunci saya kan orang muslim setiap syukur makhluknya
dari Allah, itu kan mesti ada nikmat yang didapat kan
mbak? Makanya ya syukur aja mbak, dan setiap langkah
satu perkataann manfaat untuk orang banyak, tapi saya
ya alhamdulillah aja mbak, itu saya kalau jadi
dimanfaatkan kan saya dapat pahala mbak. Saya kan
ikhlas kan dapat pahala, kita khusnudzon mbak.
Makanya kalau mbak Tika tanya gini saya malah
Mampu membagikan pengalaman agar bermanfaat untuk orang lain Merasa pengalamannya memiliki manfaat untuk orang lain
3F3
3F2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
Analisis Partisipan 2 162
546.
547.
548.
senang, senang bisa berbagi ilmu, pengalaman. Saya
yang mengalami, mbak Tika yang membukukan kan
gitu. Tapi kan semua nya dapat pahala mbak.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
163 Analisis Partisipan 2
No Verbatim Keterangan Koding
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
Bagaimana perasaan bapak ketika mendampingi
istri?
Yang pertama kali kan waktu kejadian dia kaya gitu kan
bingung, bingung, susah, sedih dan bisa dikatakan
pedih. Tapi mengalir waktu akhirnya menerima mbak,
menerima ya setelah menerima tetep, ya namanya
tanggung jawab tetep berusaha semaksimal mungkin.
Usaha yang pertama ya mungkin karena dulu belum
kenal sama itu apa? Namannya Rumah Sakit Jiwa ya
kita usaha, dari pengobatan alternatif lah. Nah tapi
setelah kita tahu bahwa ternyata ODGJ ada kelainan
dalam jiwa tu memang ada, dari unsur zat kimia-kimia,
akhirnya masuk ke ranah rumah sakit jiwa.
Kemudian ada perasaan atau emosi saat mendapingi
istri? Ada emosi apa yang bapak rasakan?
Untuk ibu saya ikhlas lillahita’ala mbak. Kan dia itu
orang membutuhkan, kita harus gini.. malah kasihan.
Nah malah kasihan, tapi yang membuat gimana ya, yang
membuat bingung tu malah bukan ibu, tapi malah orang
tuanya. Nah orang lain tu kan nggak tahu, orang nggak
tahu tu kan akhirnya menyalahkan kan gitu. Eehm,
mungkin judgement dia, woo ini sakit karena kurang
momongnya, tapi dia tidak tahu tentang ilmu orang yang
sakit itu seperti apa.
Tapi ada ngga emosi yang lain misalnya capek atau
lelah seperti itu Pak?
Kalau capek pasti mbak, karena nunggui orang yang
kelainan seperti itu, otomatis kan satu hari udah kerja
malem dia tidak tidur mbak, pasti capek sekali mbak.
Sedih dan bingung saat melihat
istrinya mulai berperilaku aneh.
Mulai menerima karena merasa
memiliki tanggung jawab sebagai
suami.
Melakukan upaya untuk pengobatan
istrinya walaupun masih awam tentang
skizofrenia.
Setelah memahami skizofrenia,
akhirnya dirujuk ke RSJ.
Merasa ikhlas ketika merawat istrinya.
Bingung karena keluarga istri
merespon kurang baik pada partisipan.
Lelah dengan rutinitas merawat istri
sebagai ODS.
(-1A1)
1A1
1D1
1A3
3A1
(-1A1)
3A1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
164 Analisis Partisipan 2
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
Kemudian bagaimana bapak mengelola emosi
tersebut?
Kita menyendiri, dalam arti menyendiri tu kita
menenangkan diri mbak, atau tidak menarik diri tapi
kita menenangkan diri, memutuskan dalam posisi
tenang mbak.
Kemudian ada nggak dorongan-dorongan yang
muncul ketika bapak capek atau seperti apa gitu,
dorongan negatif yang muncul apa yang ingin bapak
lakukan itu pernah muncul nggak?
Karena saya tu niat nya niat untuk menunjukkan jalan
terang, selama itu belum pernah. Niatnya hanya baik
terus, niat nya hanya baik gitu aja.
Kemudian bagaimana bapak mengontrol perasaan
yang muncul?
Kita dijalan mbak, jalan di relnya agama. Karena itu
harus saya pikul, tanggungjawab sebagai suami ya harus
saya pikul gitu aja mbak pakai pedoman agama mbak.
Sama anak pun juga gitu, anak-anak harus saya pikul ya
harus semaksimal mungkin, semampu saya ya kita
jalani.
Kemudian apa yang bapak harapkan, keyakinan apa
yang bapak miliki dalam keadaan seperti ini?
Kalau sekarang mungkin gini mbak pandangannya,
karena istri tu kemampuannya hanya seperti itu ya kita
merdekakanlah katakanlah begitu, kita merdekakan biar
dia kreatif dengan dirinya sendiri tapi kita perhatikan,
kita empati dengan dia. Untuk dia berpikiran yang jauh,
memikirkan anak-anak saya kira tidak mampu lagi. Nah
pemikiran yang saya tanamkan ya kita harus manfaat
Berusaha menenangkan diri ketika
merasa lelah karena merawat ODS.
Niat baik untuk merawat membuat
partisipan tidak memiliki dorogan
negatif pada saat lelah karena merawat
ODS.
Berpedoman pada agama dan merasa
bertanggung jawab sebagai suami.
Berusaha memahami dan berempati
pada kondisi istrinya sebagai ODS.
Selalu berusaha agar kehidupannya
2A2
2A3
2A2
2E2
2G1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
165 Analisis Partisipan 2
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
74.
75.
76.
77.
78.
79.
80.
81.
82.
83.
84.
85.
86.
87.
88.
89.
semuanya, dalam posisi kehidupan saya jangan sampai
terpuruk dalam kehidupan anak saya jangan sampai
terpuruk tapi anak saya giring. Tapi saya walaupun
umpama itu masih saya mampu untuk mendekengi ya
tetep saya dekengi semampu saya mbak. Tapi
umpamanya nanti saya pisah ya, tetep itu saya
perhatikan mbak.
Jadi masih ada tanggungjawab ya Pak?
Iya, umpama nanti saya cerai mungkin saya memikirkan
kehidupan saya untuk hari tua. Bukan saya tu anggaplah
orang yang tidak tanggungjawab tu bukan. Tetap saya
memikikan hari tua saya, besok ya penting kalau dah tua
kalau nggak punya pendamping kan ngeri mbak.
Kemudian dalam keadaan yang down itu bagaimana
cara bapak mengidentifikasi masalah? Bapak
pernah kan merasakan down begitu?
Kita anu ya mbak, cita-cita kan bisa hidup ya namanya
keluarga pengennya sakinah, mawadah, warahmah kan
mbak? Untuk kehidupan harian kita nengok pada
kegiatan harian mbak, kita nengok pada orang tua mbak,
orang tua dulu cari uang susah sekali ya mbak, sekarang
kita nyari uang lebih enak daripada orang tua, sebagai
cambuk ya seperti itu. Apa kita lebih terpuruk dari orang
tua kita? Ataukah kita tu lebih meningkat dari orang tua
kita padahal sama orang kita sudah didoakan, sudah di
modali untuk keyakinan nah kita harus lebih dari orang
tua kita, gitu mbak. Itu sebagai cambuk mbak, motivasi
untuk maju ke depan.
Bagaimana bapak memahami kondisi ibu sebagai
ODS ya Pak?
bisa bermanfaat dan stabil walaupun di
dalam keadaan yang tidak mudah.
Nasehat orang tua membuat partisipan
memiliki keyakinan pada masa depan
yang lebih baik
2C3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
166 Analisis Partisipan 2
90.
91.
92.
93.
94.
95.
96.
97.
98.
99.
100.
101.
102.
103.
104.
105.
106.
107.
108.
109.
110.
111.
112.
113.
114.
115.
116.
117.
118.
119.
Ada kelainan yang biasanya kalau dia itu hari-hari yang
mungkin sudah tentram itu pasti nanti dia ada nilai plus
nya, tapi kalau dia tu ada nilai min dari harian itu
biasanya dia tu inginnya menyendiri dan inginnya
anggap aja ya nggak 100% berfikir dengan normal kan
begitu. Jadinya ya dari gelagat harian mbak. Ada
perubahan harian, mungkin dia mondar-mandir, ya
begitu.
Kemudian ibu seperti itu apa yang bapak lakukan?
Perhatikan mbak. Semaksimal mungkin perhatikan
mbak, dari kita bersapa ya, berbicara kita hati-hati,
untuk dia mau apa kita jangan terlalu memancing
masalah, kita lihat perjalanannya dia, semaksimal dia tu
kayak gimana.
Kemampuan diri apa yang bapak tingkatkan untuk
menyelesaikan permasalahan ini Pak?
Sebetulnya ya kita merdekakan mbak, kita merdekakan,
kita empati dan kita carikan untuk kreativitas harian
untuk dia, itu ada harapan untuk hidup yang lebih
umpamanya anak saya sekolahkan setinggi-tingginya
mbak, supaya jadi orang otomatis dia akan seneng
mbak, senang itu otomatis obat dari dia untuk sakitnya.
Apalagi kalau anak sudah bekerja, punya gaji ngasih
sama orang tua, itu obat mbak.
Pernah nggak bapak merasa up atau down
menghadapi ibu?
Selama ini saya berpikir positif, enggak.
Tapi nggak ada down nya pak dalam hal ini?
Kalau umpama secara perjalanan enggak mbak, tapi
mungkin membuat kita kalau dikatakan itu down saya
Memahami tanda-tanda emosional dan
psikologis istrinya sebagai ODS
Berusaha memberi perhatian
semaksimal mungkin saat kondisi
istrinya tidak baik.
Memberikan kegiatan yang positif
untuk istrinya dan yakin bahwa
dengan usaha-usaha yang dilakukan
keadaan istrinya akan membaik.
Terkadang mengalami perasaan jenuh
2E1
2B2
2C1
(-2A1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
167 Analisis Partisipan 2
120.
121.
122.
123.
124.
125.
126.
127
128.
129.
130.
131.
132.
133.
134.
135.
136.
137.
138.
139.
140.
141.
142.
143.
144.
145.
146.
147.
148.
149.
kira enggak, tapi kalau kita mengalami katakanlah jenuh
pasti ada. Titik-titik jenuh pasti ada mbak.
Bagaimana bapak menyikapi perasaan tersebut?
Menyikapi tu kita kembali ke tanggung jawab kita, siapa
lagi kalau bukan kita kan mbak? Itu yang saya selalu
kembali ke pokok persoalan.
Apa bapak memiliki keyakinan untuk mendampingi
ibu sebagai penderita ODS itu dengan optimal?
Ya kita tetep mbak, harus mbak. Makanya tadi saya
matur to, walaupun saya tu dalam status apa, status saya
sebagai suami ya harus mbak, walaupun nanti status kita
sudah cerai, itu tetep saya harus empati sama dia.
Makanya saya harus maksimal mbak.
Apakah itu bentuk dari keoptimalan bapak dalam
merawat?
Iya.
Kemudian kemampuan apa yang bapak kerahkan
dalam menghadapi situasi yang istilahnya tidak
mudah untuk bapak?
Kita anu mbak, kita banyak peralihan untuk berpikir, itu
tidak terfokus sekali, misalnya hari ini kita berpikir
untuk istri, yaudah ada batas-batasnya. Nanti kita
alihkan kepada organisasi mbak, nah organisasi kita
alihkan pada usaha mbak. Anaggap saja kita terpontho-
pontho kalau orang Jawa bilang kan begitu. Kalau
terfokus sama satu nanti pusing mbak.
Bagaimana bapak memandang permasalahan ini?
Ya anggap aja ini cobaan gitu ya mbak. Cobaan yang
harus saya hadapi dan saya terima.
Bagaimana proses bapak untuk menyelesaikan
saat merawat istrinya sebagai ODS.
Selalu menyadari bahwa dirinya
memiliki tanggung jawab.
Mencari kesibukan yang lain supaya
tidak terfokus pada bebannya sebagai
caregiver.
Memandang keadaan sebagai cobaan
yang harus dihadapi.
2G1
2A2
2G3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
168 Analisis Partisipan 2
150.
151.
152.
153.
154.
155.
156.
.
permasalahan ini.
Ya kita jalani mbak, dalam posisi kita sebagai apa, kita
jalani kita terima kita jalani dan kita cari ranah-ranahnya
untuk, ya kalau kita pahami ternyata ini ilmu gitu kan
mbak. Nah kita cari titik manfaatnya gitu kan mbak.
Bukan itu semuanya dianggap beban enggak, bisa jadi
dibalik kesusahan ada kemudahan.
Menganggap masalah bukan sebagai
beban, namun ada kemudahan dibalik
itu.
2G3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
169 Analisis Partisipan 3
No Verbatim Keterangan Koding
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
Bisa ceritakan nggak mas awalnya mulanya sebelum
mas tahu bahwa kakak mas menderita skizofrenia?
Kakak saya tu awalnya ya itu, ketawa sendiri, sering
cuma duduk gitu ngalamun, ketawa ya saya ingetnya itu
sih. Itu tahun 2000. Terus saya waktu itu sibuk sendiri
cuma pas itu merhatiin, lhoh kok kayak gini sih. Itu
waktu itu kan di Jepara terus akhirnya dia pulang kesini
tu tahun 2001 apa ya? 2001 itu udah kayak tambah,
istilahnya tu ketawanya tu makin intens, terus saya
memutuskan untuk tak periksakan ke PKU
Muhammadiyah. Di situ terus ya cuma dikasih obat sih,
obat jalan sampai tahun 2008 kalau nggak salah, dia
nggak mau, akhirnya dia bosen nggak mau minum lagi
sampai berhenti berapa tahun, dan akhirnya mau lagi
pada tahun.. saya lupa sih. Berhenti lagi, terus mau lagi
akhirnya tapi berhenti lagi. Akhirnya ya sejak itu terus
selang berapa tahun gejalanya kok semakin nggak bisa
teratasi lah. Puncaknya kemarin ini tahun 2016, bulan
Maret ya kalau nggak salah, tak masukin RSJ dan
divonis skizofrenia paranoid. Wahamnya waham berat
Jadi dari tahun 2001 sampai tahun 2016 itu berobat
di RS Umum?
Rumah sakit umum, terus apa namanya? Ke alternatif
juga.
Terus selama 2001 sampai 2016 itu belum tahu kalau
itu skizofrenia?
Saya nggak tahu, soalnya gejalanya cuma gitu dan
teratasi dengan obat, terus biasa lagi. Terus saya juga
belum mengetahui tentang kejiwaan to, ODGJ. Saya
Ketidaktahuan partisipan pada
penyebab perubahan perilaku anggota
keluarganya membuat partisipan
berinisiatif membawa ke RSU.
Perilaku yang tidak dapat diatasi
membuat pasrtisipan memutuskan
membawa ke RSJ.
1D2
2D2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
170 Analisis Partisipan 3
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
jadinya ya cuman dia diobatin, sembuh, dia lama nggak
minum jadi muncul lagi.
Tapi pada saat di RS Umum itu mereka
mendiagnosa apa mas?
Saya dulu nggak begitu perhatian lah, cuman nganter
dan di dalem cuma dia sendiri, dikasih obat udah.
Waktu muncul gejala itu, gimana perasaan mas?
Yang pertama ya malu sih, campur aduk lah, antara
malu, kok kayak gini menimpa keluarga sendiri. Ya itu.
Ada reaksi apa mas dengan perasaan itu?
Eem, apa ya? Reaksi saya ya lama kelamaan ya ini
harus diobati. Ya itu terus tak anter ke PKU itu pertama
kali. Ke Dokter siapa sih? Dokter Pratiti kalau nggak
salah.
Berarti yang membuat mas membawa ke RSJ itu
karena mas merasa ini sudah tidak bisa ditolerir?
Iya, 2016 itu perilakunya udah.. saya nggak bisa ngatasi.
Anaknya nggak boleh sekolah, dia pokoknya paranoid
lah, kunci pintu itu semuanya dikunci. Eehm, lebih
emosional. Itu intinya, anaknya nggak boleh kemana-
kemana lah. Anaknya, ibu saya, keluar rumah itu nggak
boleh. Ada tamu dateng, disuruh pulang. Walaupun itu
saudara sendiri.
Terus pas waktu udah didiagnosa skizofrenia itu
gimana perasaan mas sebagai pendamping?
Ya, apa namanya? Ya itu kan terus ada penjelasan dari
dokter, harus nginep, harus ini. Yaudah ya terima aja.
Walaupun ya dengan kondisi ya namanya juga Rumah
Sakit, terus masuk di ruangan pertama tu kan kayak
gitu, dicampur yaudah tetep diterima aja, terima terus
Tidak memberi atensi penuh pada
penyakit kakaknya.
Muncul perasaan malu karena
memiliki anggota keluarga ODS.
Memutuskan membawa ke RSU untuk
mendapatkan pengobatan untuk
pertama kalinya.
Memutuskan membawa ke RSJ karena
perilaku yang sudah tidak mampu
ditoleransi.
Mencoba menerima ketika
kenyataannya kakaknya harus dirawat
di RSJ.
1A2
-1A1
1D1
2D1
2A2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
171 Analisis Partisipan 3
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
74.
75.
76.
77.
78.
79.
80.
81.
82.
83.
84.
85.
86.
87.
88.
89.
dirawat, ada perkembangan yaudah.
Nggak ada perasaan negatif yang muncul dalam diri
mas?
Ehm, ya dulu-dulu namanya Rumah Sakit Jiwa itu saya
anti lah, maksudnya saya stigmanya jelek. Di sana
diapain nggak tahu saya, pas lihat itu juga dokter jelasin
ini langsung nginep satu dua hari di ruangan yang nggak
istilahnya dicampurlah, nggak nyaman. Di .. bukan
isolasi, eh yo isolasi. Terus ditunjukin juga sih, ya maaf
ruangannya kayak gini dulu selama satu dua hari,
setelah itu ya di ruangan sendiri.
Ada perasaan apa waktu itu mas?
Ya khawatir. Kalau pas yang disini.
Khawatirnya kenapa?
Dia kan pertama udah mau ya, mungkin kan perkiraan
dia kan, dia itu mungkin maunya yang udah kamar
sendiri, nyaman gitu lah kayak kamar gitu lah. Nggak
tahunya disitu kan nggak mau, nolak, terus dia ditarik,
diiket.
Kemudian hal itu menimbulkan rasa khawatir?
Ya ada lah. Tapi kan sebelumnya udah dikasih tahu. Ya
nanti kalau tidak terkondisikan ya harus di gini-gini
mas. Yaudah..
Terus ada hambatan apa mas selama merawat itu?
Ehm, ya saya nggak bilang hambatan ya, cuman kalau
itu kan butuh ekstra dimengerti, ekstra perhatian. Terus
meluangkan waktu yang banyak, kita juga kalau mau
ngapa-ngapa juga maksude kan harus mantau dia
obatnya, sore misal saya pergi besuk juga, oo obat
belum.. soale kan ini obat juga tak pegang. Pagi sore
Muncul perasaan tidak nyaman ketika
kakaknya harus masuk RSJ.
Muncul perasaan khawatir ketika
melihat kakaknya diberi perlakuan
karena menolak untuk diperiksa.
Berusaha menerima penjelasan-
penjelasan dari pihak RSJ.
Berusaha memperhatikan ODS dengan
ekstra dan meluangkan banyak waktu
untuk merawat dan mendampingi.
-2A1
-2A1
2A1
2B2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
172 Analisis Partisipan 3
90.
91.
92.
93.
94.
95.
96.
97.
98.
99.
100.
101.
102.
103.
104.
105.
106.
107.
108.
109.
110.
111.
112.
113.
114.
115.
116.
117.
118.
119.
yang ngasihkan saya. Belum tak mandiriin aja..
Berarti yang bener-bener aktif merawat itu mas
sendiri ya?
Iya misale, apa namanya enggak ya saya
ninggalin..misalnya saya mau pergi berapa hari, saya
tinggalin pagi sore saya titipin ibu. Ini untuk pagi, ini
untuk sore.
Kalau untuk sekarang bagaimana ?
Udah mulai nganu, ya biasa. Tapi belum aktif, maksude
sholat kadang-kadang ya, bahkan bisa dibilang enggak
lah. Kegiatan sosialisasi belum, terus saya berusaha
mencarikan keterampilan, kan sama dokter disuruh aktif
lah. Saya undang itu sepupu saya, saya suruh ngajarin
bikin bros. Kemarin dipamerin juga di apa namanya? Di
RSJ, terus di balai kota, terus di Ramai Mall kemarin,
tapi nggak tahu laku apa nggak. Pokoke diajari, ya
terserahlah.
Kalau sekarang perasaannya gimana mas merawat ,
untuk sekarang ini?
Ya karena keadaan dia juga udah mulai nganu ya, saya
ya biasa sih, seneng-seneng aja. Ya saya kan mauya dia
mandiri, punya kegiatan sendiri. Itu aja sih kendala
saya. Saya kemarn juga usul, ehm.. itu direkturnya RSJ,
kan ada pertemuan to? Ya itu baru ditanggepin kemarin,
itu harus lntas sektor, lintas dinas, tenaga kerja, sosial.
Emang usulannya apa mas?
Ya itu, pekerjaan untuk ODGJ. Kalau misalnya enggak
ya apalah, dibikin ya untuk kegiatan dia lah.
Terus prosesnya mas dalam keadaan yang kalo bisa
dibilang ya keadaan yang tidak nyaman ya mas
Bertanggung jawab pada pengobatan
kakaknya sebagai ODS.
Berusaha memberikan kegiatan positif
agar ODS produktif.
Senang karena ODS mulai stabil.
Berharap ODS dapat mandiri dengan
kegiatan positif.
Mengusulkan pada direktur RSJ untuk
memberi fasilitas pada kegiatan positif
ODS.
Mengusulkan kegiatan positif untuk
ODS.
2A2
3G1
3F2
3C2
3G3
3G1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
173 Analisis Partisipan 3
120.
121.
122.
123.
124.
125.
126.
127
128.
129.
130.
131.
132.
133.
134.
135.
136.
137.
138.
139.
140.
141.
142.
143.
144.
145.
146.
147.
148.
149.
sampai mas tu bisa menerima dan masih mau
mendampingi sampai sekarang tu gimana?
Ya mungkin karena saudara sendiri ya, dia juga
suaminya, istilahnya ya bukan lepas sih. Tapi mungkin
belum tahu itu tu sakit yang kayak gini, belum ada yang
jelasin dan belum ada yang ngerawat, ya itu saya merasa
saudara sendiri lah, peduli, tanggung jawab.
Ada nggak emosi negatif yang kadang mas rasain
pas pada saat mendampingi?
Oo iya, maksud e, ehm jengkel itu ada. Itu pun kalau
saya kondisinya berbenturan. Misale pas saya keadaan e
ada konflik sendiri, terus dia lagi kondisi yang terlalu
berat sih, kalau Cuma kondisi biasanya saya nggak
masalah sih. Kadang juga waktu itu sempet mau
nyeburin motor ke kolam. Saya jadi, woh.. pas kondisi
saya juga lagi anu, saya jadi sempat emosi dikit sih.
Tapi nggak terlalu anu..
Terus bagaimana reaksi mas saat iu?
Ya cuman emosi aja.
Kemudian bagaimana cara mengatsinya?
Kemarin itu kayak ada anu sih, ya kalau saya ya sadar
sendiri wong dia orang nya kayak gitu. Jadi ya udah.
Dia nampar saya yaudah tak biarin aja. Saya nggak ikut-
ikutan, dia nonjok saya ya terserah. Terus itu pun kalau
keadaan dia sangat anu ya mbak, kalau enggak ya saya
biasa aja.
Sampai sekarang masih ada kekambuhan gitu mas?
Oo soalnya dia teratur sih, udah biasa sekarang. Titik
beratnya ya Cuma waktu dia belum dibawa ke RSJ itu.
Kalau dulu sih obatnya Cuma bikin tidur aja sih, ya
Rasa tanggung jawab pada saudara
kandungan (empati).
Ada emosi negatif yang dirasa jika
suasana hati sedang tidak nyaman dan
kondisi yang tidak baik.
Menanggapi dengan emosi negatif.
Menyadari bahwa perilaku ODS
sedang memburuk, sehingga dirinya
mengendalikan perilaku dan perasaan.
3G1
-2A2
(-2B1)
2B1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
174 Analisis Partisipan 3
150.
151.
152.
153.
obat-obat nggak tau saya, sebelum dibawa ke RSJ.
Istilah saya ya obat generik.
Ada nggak harpan mas edy buat kakaknya?
Ya dia bisa mandiri, bisa produktif, itu aja.
Berharap pada masa depan ODS agar
lebih baik.
3C2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
175 Analisis Partisipan 3
No Verbatim Keterangan Koding
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.
13.
14.
15.
16.
17.
18.
19.
20.
21.
22.
23.
24.
25.
26.
27.
28.
29.
Sejak kapan mas merawat kakak?
Dari tahun 2001, eh tapi kalau nganter ke dokter mulai
tahun 2003 apa 2004 saya lupa, ya sekitar itu.
Bagaimana perasaan mas ketika mendampingi
kakak?
Kalau awal-awal saya apa ya, ya malu itu kan ya. Terus
lho kok kakak saya sakit kayak gini, itu mesti. Terus apa
lagi ya, ya itu.
Bagaimana mas mengelola perasaan tersebut?
Karena dia kakak kandung saya sendiri, saya peduli
terus ya ikhlas aja sih dalam merawat kakak saya.
Kemudian ada emosi yang dirasakan selama
merawat?
Ada, misale kalau apa namanya dianya pas kondisi apa
ya, ya nggak kena pengaruh obat kan timbul gejalanya
paranoid atau apa kan dia sering yang aneh-aneh, ngunci
pintu, anaknya ngga boleh sekolah, atau nggak boleh
keluar itu ya terus mau nyeburin motor ke kolam, saya
ya kadang pas kondisi saya lagi nggak baik itu juga
kadang saya juga marah sih, ya gitu aja. Itu ya saya
salah juga nyikapi seperti itu, tapi kadang kondisi saya
lagi ada masalah apa ketemu gitu lho, dia lagi posisi gitu
ya uwis.
Kemudian bagaimana mas mengelola emosi ?
Kadang ada juga yang nengahi, kadang saya berpikir
aduh percuma juga sih kayak gini, gitu aja.
Kemudian kalau misalnya kakaknya sedang seperti
itu, ada nggak dorongan negatif dari diri mas dalam
menyikapi?
Timbul perasaan negatif dan bingung
harus berbuat apa
Ikhlas dalam merawat
Muncul emosi negatif di saat kondisi
perasaan partisipan sedang tidak baik.
Berusaha mengontrol emosi
(-1A2)
1A1
(-1A2)
1A2
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
176 Analisis Partisipan 3
30.
31.
32.
33.
34.
35.
36.
37.
38.
39.
40.
41.
42.
43.
44.
45.
46.
47.
48.
49.
50.
51.
52.
53.
54.
55.
56.
57.
58.
59.
Misalnya menarik diri gitu?
Dorongan yang negatif ya, misalnya nggak peduli
dan sebagainya?
Nggak ada. Ya kadang juga mau dibiarin, terus saya
kalau kayak gitu terdorongnya malah mau bawa ke
rumah sakit.
Ada nggak harapan dan keyakinan mas pada
kakak?
Harapan itu timbul apa ya ketika saya, ini kan ke Rumah
sakit kan baru ini sejak puluhan tahun. Ya dari temen
ada yang lebih apa namanya lebih parah dari kakak
saya, terus dari keluarga ya sebetulnya dari keluarga sih
bukan harapan sembuh ya, sembuh tu kayaknya
dipengetahuan saya full sembuh itu nggak bisa. Saya
Cuma kondisi yang dia stabil, terus nggak neko-neko
dah lah, terus saya masih punya harapan buat kesibukan
dia, ini masih belum bisa.
Kemudian apa usaha mas untuk memberikan
kesibukan?
Belum ada sih, ini kan juga ada warung di sini, kecil-
kecilan sih, ini juga maksudnya nggak se-ramai, Cuma
kelas kampung.
Tapi belum sampai dipekerjakan seperti itu?
Belum. Belum ada fasilitator.
Ada nggak mas harapan pada kakaknya?
Ada. Maksudnya kan dia kalau dikasih obat terus
keyakinan saya kalau dia punya kesibukan dia bisa
stabil. Wong kemarin nulis surat ke saya, ya intinya dia
minta dibikinin usaha, bisnis, dia bisa punya uang
sendiri gitu. Saya juga dulu juga nge-share ke group
Memilik dorongan positif untuk
kesembuhan kakaknya
Memiliki harapan yang baik pada
masa depan ODS
Berusaha memandirikan ODS dengan
kegiatan positif
Keyakinan akan masa depan yang
baik pada ODS
1A3
2C2
2C1
2C1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
177 Analisis Partisipan 3
60.
61.
62.
63.
64.
65.
66.
67.
68.
69.
70.
71.
72.
73.
74.
75.
76.
77.
78.
79.
80.
81.
82.
83.
84.
85.
86.
87.
88.
89.
yang paguyuban itu pak Hari yang anu, dia punya itu
yang di Maguwo itu. Dia kan punya stand itu terus
yaudah coba di bawa ke sini, saya antar ke sana, tapi
kakak saya nggak suka saya bawa ke situ.
Oke, flashback ya mas, waktu awal ketika kakaknya
mengalami gejala skizofrenia, dari keluarga sendiri
bagaimana menganalisis penyebab hingga sampai
pada titik membawa ke RSJ.
Kalau itu, saya ke umum dulu, ke dokter siapa itu, spkj,
itu ya.. ya semakin anu lah melihat tingkahnya dia tu
dah ah nggak kayak biasanya, ketawa sendirian, wah iki
wes.. saya terus memutuskan untuk itu, bawanya aja
juga ke RSU. Kemudian saya menyimpulkan sendiri
karena perilakunya, itu di sana juga udah kayak gitu
terus pulng kesini semakin anu ya, nggak tahu saya disana
diapakan, ya saya memutuskan sendiri untuk membawa
kesana, karena dia ya ketawa sendiri.
Kalau dari masyarakat sendiri ada nggak mas
stigma yang diberikan ?
Nggak tahu ya, kalau langsung ke saya atau keluarga,
nggak ada. Jadi ya fine-fine aja, wong dia juga misalnya
anu ya pada maklum lah.
Pernah nggak mas ada perasaan down saat
merawat?
Iya apa ya, ya pas kondisi saya misalnya juga lagi
bermasalah, dan di keluarga ada kayak gitu ya terus
terang bagi waktunya harus ekstra, saya mau ninggalin
apa juga mikir.
Apa yang mas lakukan ketika ada perasaan seperti
itu?
Membawa ke RSU sebelum akhirnya
dibawa ke RSJ .
Tidak ada stigma negatif dari
lingkungan yang membuat partisipan
merasa nyaman.
Berusaha membagi waktu untuk
masalah pribadi dan kewajiban
merawat ODS
1D1
2A3
2B1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
178 Analisis Partisipan 3
90.
91.
92.
93.
94.
95.
96.
97.
98.
99.
100.
101.
102.
103.
104.
105.
106.
107.
108.
109.
110.
111.
112.
113.
114.
115.
116.
117.
118.
119.
Saya tu gimana ya, orangnya tu biasanya kalau kayak
gitu terus misalnya jenuh atau apa gitu ya pergi.
Kemudian bagaimana mas memahami kakaknya?
Ya dia itu apa namanya, dia kan paranoid ya, tapi
setelah di obati dia kan gejala-gejala yang anu tu kan
udah turun, hilang belum sih. Terus saya sih
sepemahaman saya, dia itu harus butuh kesibukan, terus
dia mau berkegiatan sendiri, punya uang sendiri, saya
yakin sih dia akan bisa lebih baikan lagi.
Untuk sekarang keinginannya kan belum terealisasi,
apa yang mas usahakan untuk menekan
keinginannya?
Sementara belum, cuma dia minta itu ya saya bilang ya
’sesuk’, ya dia memahami.
Kemampuan apa yang anda tingkatkan, untuk
menyelesaikan masalah?
Saya apa ya, sebenarnya usaha saya kan baru nyari-
nyariin kan, maksudnya pekerjaan yang dia
suka,kemarin juga di paguyuban saya usul tentang
ODGJ kan kesibukannya beda-beda, ini mau diapain dia
kan juga butuh kegiatan. Terus kemarin ada wacana di
RSJ mau bikin semacam minimarket dari produk orang-
orang ini. Ya saya ya baru itu pandangan-pandangan ini.
Pernah nggak ada perasaan up and down gitu mas
dalam menghadapi ODS?
Iya, ya itu ketika dia gejalanya muncul itu lho down
nya.
Kemudian suka dukanya?
Ya ketika saya melihat kondisi dia sudah membaik ya
saya suka, dukanya ya kalau lagi kayak gitu.
Memiliki cara tersendiri untuk
menyelesaikan masalah
Memiliki keyakinan pada masa depan
yang cemerlang
Merasa down ketika gejala skizofrenia
pada ODS muncul kembali
2A2
2C1
(-3A1)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
179 Analisis Partisipan 3
120.
121.
122.
123.
124.
125.
126.
127
128.
129.
130.
131.
132.
133.
134.
135.
136.
137.
138.
139.
140.
141.
142.
143.
144.
145.
146.
147.
148.
149.
Apa yang anda lakukan untuk menghadapi ODS?
Kalau dulu-dulu sebelum saya bawa ke RSJ kan
gejalanya tau-tau pergi naik motor, ya cuma saya diemin
aja, saya pantau tapi saya nggak ngeh kalau dia itu
paranoid sama anaknya, dateng ke sekolah anaknya,
disuruh pulang.
Anda memiliki keyakinan nggak mas untuk
mendapingi ODS secara optimal?
ya selama ini saya sudah berusaha optimal sih,
semampu saya.
Kemampuan apa yang anda kerahkan dalam
mendampingi?
Waktu, ya pikiran tenaga. Dalam hal pengobatan saya
sudah, cuma dalam hal yang selain pengobatan belum.
Bagaimana proses anda bertahan dalam keadaan
yang mungkin tidak nyaman hingga sudah bisa
menerima?
Sudah. Dari lama juga udah, proses menerima juga
udah. Ya selama ini jalan saya merawat dia kan otomatis
dah menerima, menerima keadaan kakak saya seperti
itu, saya tiap bulan nganter, tiap hari ngasih obat,itu ya
salah satu penerimaan saya, keikhlasan saya, dalam arti
dia kan mbak saya.
Bagaimana anda memandang permasalahan ini?
Ya permasalahan ini ya suatu, salah satu dalam hidup,
salah satu apa ya, cerita, ya salah satu suka dukanya
hidup, kita berinteraksi sama manusia, ya itu aja sih.
Bagaimana proses mas menyelesaikan
permasalahan?
Ya prosesnya pertama kan ya diobatin, setelah diobatin
Mengerahkan segala usaha untuk
kesembuhan ODS
Mampu menerima keadaan ODS sejak
awal merawat.
Memandang masalah bukan sebagai
hambatan, namun tantangan yang
harus diselesaikan.
3G1
3C3
3G3
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
180 Analisis Partisipan 3
150.
151.
152.
153.
154.
155.
156.
157.
158.
159.
160.
161.
162.
163.
kan perawatan juga nggak sebentar, terus terang setelah
pengobatan ini saya mau mencarikan kesibukan, terus
saya ikut-ikut itu lah apa, terus memasukan kaka saya ke
RSJ juga ada positifnya bagi saya, dia juga ada subunit
keswamas, mau ngadakan pendidikan keluarga, saya
juga jadi tahu posisi posisi dia mengatasi saudaranya,
anaknya atau ibunya gimana, menambah ilmu, nambah
keluarga.
Kalau dari kegiatan itu, memberi kontribusi nggak
sama mas?
Saya terus terang ketemu baru ketemu itu, kalau di
group wa itu ya setelah pertemuan pertama setelah
diundang, setelah kakak saya keluar. Jadi bulan Mei,
sekitar itu lah.
Mendapat manfaat yang positif dari
merawat anggota keluarga ODS
3G1
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI