18

Click here to load reader

PROSES PEMBUATAN BOTTOM SECTION FLAT TOP BARGE

Embed Size (px)

DESCRIPTION

tugas mata kuliah Manajemen dan Teknologi Produksi Kapal

Citation preview

Page 1: PROSES PEMBUATAN BOTTOM SECTION FLAT TOP BARGE

Man

agem

ent d

an T

ekno

logi

Pro

duks

i Kap

al

MN

091

261

5

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan

nafas, pikiran dan segala anugerah yang di berikan-Nya kepada kami, sehingga tugas I

Mata Kuliah Manajemen dan Teknologi Produksi Kapal dapat terselesaikan tepat waktu.

Terima kasih kami ucapkan kepada orang tua kami yang selalu mendukung secara

lahir dan batin. Tak lupa kepada dosen– dosen Jurusan Teknik Perkapalan khususnya

dosen mata kuliah Manajemen dan Teknologi Produksi Kapal yang dengan sabar dan

penuh dedikasi tinggi membimbing kami. Dan terima kasih pada teman – teman yang

selalu mendukung yang tidak bisa kami sebutkan satu persatu.

Mudah – mudahan hasil tugas ini bermanfaat dan memberi pelajaran kepada kita

semua, terutama bagi perancang sendiri. Kami mengharapkan kritik dan saran, agar

perbaikan, perbaharuan yang baru akan hadir untuk manfaat umat manusia dengan

adanya teknologi.

Surabaya, Desember 2012Penyusun

Page 2: PROSES PEMBUATAN BOTTOM SECTION FLAT TOP BARGE

Man

agem

ent d

an T

ekno

logi

Pro

duks

i Kap

al

MN

091

261

6

BAB IPENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pembangunan kapal merupakan kegiatan yang dilakukan mulai dari perencanaan

kapal sampai dengan penyerahan produk kapal kepada pemilik kapal (delivery).

Pembangunan kapal ini dilakukan melalui suatu tahapan proses yang tergantung dari

metode yang digunakan dalam pembangunan tersebut.

Kualitas hasil produksi pembangunan kapal dipengaruhi oleh beberapa faktor dan

juga didasarkan pada standard kualitas yang telah disepakati bersama. Untuk memenuhi

standard kualitas hasil produksi pembangunan kapal dan waktu penyelesaian yang telah

disepakati bersama, pengawasan terhadap proses pembangunan kapal perlu

dilaksanakan.

Untuk dapat memfokuskan permasalahan teknis dalam menganalisa biaya, waktu

serta kualitas haruslah terlebih dahulu dimengerti urutan proses pembuatan kapal atau

urutan aliran materialnya sejak dari tempat penyimpanannya, sampai ke tempat

pembangunannya di building berth. Dengan demikian, akan dapat mengidentifikasi

jumlah biaya, lamanya waktu penyelesaian, serta kualitas hasil produksi.

1.2 TUTUAN LAPORAN

Adapun tujuan dari penyusunan laporan pembahasan “Pembangunan tongkang:

Flat Top Barge” ini adalah untuk :

a) Memenuhi pengerjaan tugas mata kuliah Manajemen dan Teknologi Produksi Kapal.

b) Mengetahui serta mengaplikasikan teori – teori dan metode Proses Pembuatan

Bottom section flat top barge.

c) Mengetahui prosedur pemeriksaan pada pembangunan kapal.

Page 3: PROSES PEMBUATAN BOTTOM SECTION FLAT TOP BARGE

Man

agem

ent d

an T

ekno

logi

Pro

duks

i Kap

al

MN

091

261

5

BAB II

PROSES PEMBUATAN BOTTOM SECTION FLAT TOP BARGE

2.1. FABRIKASI

Tahap fabrikasi adalah tahap pembuatan elemen badan kapal atau sub komplemen

dari sebuah kapal (misal, face plate, web plate, foor, dsb), pada tahap ini belum ada

pengelasan. Kegiatannya meliputi :

2.1.1. Identifikasi Material

Material yang digunakan plat baja dengan dimensi 1500x6000 dengan

ketebalan 10 mm. Selain itu juga dilakukan pembersihan dan pelurusan pelat.

Pelat yang akan dilakukan pengecatan dasar, memerlukan pembersihan dari

segala kotoran, karat dan lain-lain yang dapat dilakukan secara mekanik atau dengan

sand blasting.

Pelurusan pelat (Straightening) meliputi kegiatan meluruskan kembali pelat-

pelat yang mengalami deformasi karena penimbunan atau pengangkutan dengan

menggunakan mesin roll atau press untuk menghilangkan konsentrasi tegangan pada

material.

2.1.2. Penandaan (Marking)

Yaitu pemberian nama, nomor serta gambar detail dari sebuah konstruksi

yang dicetak di atas pelat sebelum dilakukan pemotongan sesuai dengan model yang

dikerjakan.

Pada setiap bagian dari material yang telah ditandai harus diberi nama yang

jelas agar tidak bertukar atau keliru pada saat perakitan. Nama tersebut disediakan

dengan kode yang tercantum pada material list atau marking list. Sebelum dilakukan

pekerjaan selanjutnya, dilakukan pemeriksaan marking serta ukurannya quality

control (QC) agar ketepatan lebih terjamin sehingga menghindari kesalahan dalam

pemotongan.

Prosedur pekerjaan marking , meliputi:

Page 4: PROSES PEMBUATAN BOTTOM SECTION FLAT TOP BARGE

Man

agem

ent d

an T

ekno

logi

Pro

duks

i Kap

al

MN

091

261

6

a) Peletakan material di atas lantai kerja

Sebelum memulai pekerjaan, material harus dicek sesuai dengan daftar

material. Memeriksa ukuran material kemudian mengecek semua material

harus terdaftar pada daftar material.

b) Rencana pemotongan (Cutting plan)

Material yang akan ditandai (marking) direncanakan sesuai dengan

gambar kerja (cutting plan) dan diusahakan pembuangan material sisa

sekecil mungkin.

Pelaksanaan pemotongan harus sesuai dengan tanda-tanda yang tertera

pada pelat.

c) Persiapan alat-alat kerja

d) Pelaksanaan marking, meliputi:

Garis standart.

Dipakai sebagai pedoman gambar maupun memeriksa kelurusan

material akibat deformasi yang timbul setelah pemotongan.

Pedoman Arah

Kiri (Portside)

Kanan (Starboard)

Tanda serongan pelat dan sudut serongan (cadangan/ clearance)

Adalah kelebihan pelat yang diberikan pada sambungan blok atau

sambungan lain yang dianggap perlu.

Tanda untuk bending.

Pembuatan garis lurus dengan titik pertolongan setiap jarak 3 meter

untuk menghindari kesalahan sekecil mungkin

Tanda garis potong

Penamaan material

2.1.3. Pemotongan (Cutting)

Pemotongan dapat dilakukan dengan cara mechanical cutting (yaitu dengan

mesin potong misalnya : guillotine shears, press shears, dan disk shears), maupun gas

cutting dengan menggunakan panas pembakaran misalnya burn cutting, melt cutting

(plasma dan laser cutting).

Page 5: PROSES PEMBUATAN BOTTOM SECTION FLAT TOP BARGE

Man

agem

ent d

an T

ekno

logi

Pro

duks

i Kap

al

MN

091

261

5

Pemotongan benda kerja sesuai penandaan, setelah pemotongan harus

diadakan pengecekan, misalnya cacat pemotongan serta dimensi setelah di potong

sesuai atau tidak.

2.1.4. Pembetukan (Forming)

Pelat yang sudah dipotong sebagian ada yang memerlukan proses

pembentukan, dimana pelaksanaannya dapat dilakukan dengan :

Proses dingin (menggunakan mesin bending)

Proses panas (pemanasan dengan brender kemudian disiram air secara

tiba-tiba)

2.2.. SUB-ASSEMBLY

Sebelum dilakukan proses sub asaembly, hasilnya dari pekerjaan fabrikasi

diperlukan pengecekan baik bentuk maupun ukuran serta tandanya yang berguna untuk

mengurangi lahan dalam pekerjaan sub assembly.

Pembentukan sub seksi/sub blok (yang paling sering adalah pengelasan

antara face plate dan web plate).

Pekerjaan yang dilakukan pada tahap ini meliputi:

Penyambungan pelat

Pemasangan stiffeners

Merakit floors

Pemasangan face plates

Merakit web frames

Pada tahap ini, komponen-komponen pelat yang sudah diselesaikan di fabrikasi

dikait sesuai dengan letak dan urutannya, dari seksi menjadi bagian-bagian misalnya :

Bottom terdiri dari port side, center,dan starboard

Transfers bulkhead terdiri dari portside dan starboard

Side shell terdiri dari portside dan starboard

Deck terdiri dari portside, center dan starboard

Page 6: PROSES PEMBUATAN BOTTOM SECTION FLAT TOP BARGE

Man

agem

ent d

an T

ekno

logi

Pro

duks

i Kap

al

MN

091

261

6

Dalam pengerjaan menggunakan metode panel dengan urutan sebagai berikut :

Penyambungan butt join antara pelat dengan pelat.

Pemasangan pembujur pada pelat dengan pengelasan tertutup.

Pemasangan pelintang dengan pengelasan menerus.

Pengelasan potongan pelat pada scallop dan pembujur.

Selanjutnya panel – panel ini dikerjakan dan disambung satu sama lain menjadi

bagian lebih besar yang disebut seksi blok.

2.3. ASSEMBLY

Proses selanjutnya dalam pembuatan blok adalah perakitan dan masing – masing

seksi menjadi blok yang lengkap. Lengkap di sini dalam arti termasuk pemasangan

outfittingnya, yaitu :

Pemasangan pondasi untuk peralatan.

Pemasangan pipa – pipa bilga dan ballast.

Pemasangan pipa air laut. Pipa sanitari, pipa udara, pipa – pipa di kamar

mesin.

Proses pembentukan seksi-seksi / blok-blok badan kapal, pembentukan blok ada 3

cara/metode yaitu

2.3.1. Panel dan part Assembly Blok

Urutan proses:

a. Plate joining

b. Marking & Cutting

c. Penempatan pembujur dan pelintang pada plat

d. Pengelasan pembujur dan pelintang pada plat

2.3.2. Preffiting Longitudinal

Page 7: PROSES PEMBUATAN BOTTOM SECTION FLAT TOP BARGE

Man

agem

ent d

an T

ekno

logi

Pro

duks

i Kap

al

MN

091

261

5

Urutan proses:

a. Plate joining

b. Marking & Cutting

c. Penempatan dan pengelasan pembujur pada plat

d. Penempatan dan pengelasan pelintang pada plat

2.3.3. Egg Box

Urutan proses:

a. Plate joining

b. Marking & Cutting

c. Pemasangan dan pengelasan antara pembujur dan pelintang (di luar plat)

d. Pemasangan dan pengelasan gabungan pembujur dan pelintang pada plat

Pada pembuatan bottom section flat top barge ini kelompok kami menggunakan

metode yang pertama yaitu Panel & part Assembly Blok.

BAB III

Page 8: PROSES PEMBUATAN BOTTOM SECTION FLAT TOP BARGE

Man

agem

ent d

an T

ekno

logi

Pro

duks

i Kap

al

MN

091

261

6

PROSEDUR PEMERIKSAAN

Dalam pengawasan pembangunan kapal baru pengawasan dan pemeriksaan hasil

pekerjaan dilakukan pada setiap tahap pembangunan. Pengawasan dan pemeriksaan mutu hasil

kerja dilakukan oleh unit pemeriksaan dan pengendali mutu yang ada.

Rsebut meliputi:

1. Kepala seksi/kepala pada tingkatan bengkel

2. Inspektur damlut pada divisi

3. Surveyor control/Assurance pada tingkat galangan

4. Surveyor badan kualifikasi dan surveyor owner

Agar dalam pelaksanaanya pemeriksaan dalam pembangunan kapal baru dapat berjalan dengan

lancer, maka diperlukan suatu petunjuk dan prosedur, pemeriksaan itu meliputi,

1. Pemeriksaan intern galangan

2. Pemeriksaan extern galangan

3.1. Pemeriksaan Intern Galangan

3.1.1. Pemeriksaan pertamam dilakukan oleh kepala seksi.

Pada pemeriksaan tingkat bengkel, jika dalam pemeriksaan tersebut

ditemukan kesalahan-kesalahanmaka dilakuakan perbaikan oleh kepala ergu atau

pekerja.

3.1.2. Pemeriksaan kedua dilakukan oleh inspektur Dalut Divisi.

Memeriksa bagian-bagian yang telah dikerjakan apakah telah sesuai

dengan prosedur dan ketentuan yang ada.

Kesalahan-kesalahan yang didapatkan dicatat dan selanjutnya

catatan/record tersebut diberikan ke departemen PPC. Selanjutnya PPC

merencanakan jumlah jam orang yang diperlukan untuk perbaikanyang

dillaksanakan oleh pekerja atau kepala regu. Jika kesalahan menyangkut ke bagian

Engeenering Flowchard maka dilakuka pemeriksaan tingkat ke dua.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat gambar briikut

Page 9: PROSES PEMBUATAN BOTTOM SECTION FLAT TOP BARGE

Man

agem

ent d

an T

ekno

logi

Pro

duks

i Kap

al

MN

091

261

5

3.1.3. Surveyor control/Assurance pada tingkat galangan

Memeriksa bagian-bagian atau blok / seksi yang telah dikerjakan dan

diperiksa oleh Dalmut Diisi. Pada pemeriksaan tersebut, surveyor QC /A menandai

dengan kapur berwarna hijau berikut tanggal dan bulan ditemukan kesalahan-

kesalahan. Jika dalam pemerikasaan ditemukan kesalahan-kesalahan, maka surveyot

QC / A membuat rekomendasi tentang kesalahan yang diberikan Dalmut Divisi.

Selanutnya Dalmut Divisi membuta laporan / catatan kesalahan baru berdasarkan

rekomendasi dari QC / A untuk didistribusikan ke bagian-bagian yang terkait. PPC

selanjutnya merencanakan jam orang yang diperlukan untuk perbaikan tersebut

kemudian pekerja atau kepala regu memperbaiki kesalahan tersebut. Bilamana

kesalahan mencangkup desain, maka catatan kesalahan diberikan juga pada bagian

engeenering.

Page 10: PROSES PEMBUATAN BOTTOM SECTION FLAT TOP BARGE

Man

agem

ent d

an T

ekno

logi

Pro

duks

i Kap

al

MN

091

261

6

3.1.4. Surveyor badan kualifikasi dan surveyor owner

Pemeriksaan oleh surveyor owner biasanya dilakukan secara bersama-sama

dengan bada klasifikasi, tetapi juga tidak jatang dilakan tidak bersamaan. Surveyor

Owner (RPO) selanjutnya dari hasil pemerikasaan yang dilakukan membuat sebuah

laporan Hasil Pemeriksaan Owner (HPO)yang akan diteliti dan dipelajari. Bilamana

terdapat kesalahan maka QC / A membuat rekomendasi untuk perbaikan ke Dalmut

yang selanjutnya dilakukan perbaikan oleh pekerja, seperti yang dijelaskan pada

gambar berikut.

Page 11: PROSES PEMBUATAN BOTTOM SECTION FLAT TOP BARGE

Man

agem

ent d

an T

ekno

logi

Pro

duks

i Kap

al

MN

091

261

5

3.2. Pemeriksaan Ekstern Galangan.

Pemeriksaan ekstern ini dilakukan oleh pihak di luar galangan, dalam hal ini adalah Biro

Klasifikasi.

Pemeriksaan oleh badan Klasifikasi dilakuakan setelah pemeriksaan berdasarkan

Rencana Pemeriksaan Klasifikasi (RPK). Selanjutnya dari hasil pelaksanaan pemeriksaan tersebut

Badan Klasifikasi membuat sebuah laporan Hasil Pemeriksaan (HPK)

Kemudian Quality Control / Assurances meneliti dan menelaah laporan dari Badan

Klasifikasi tersebut dan jika da kesalahan maka prosedurnya seperti pada pemeriksaan oleh

surveyor. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut.

Page 12: PROSES PEMBUATAN BOTTOM SECTION FLAT TOP BARGE

Man

agem

ent d

an T

ekno

logi

Pro

duks

i Kap

al

MN

091

261

6

Page 13: PROSES PEMBUATAN BOTTOM SECTION FLAT TOP BARGE

Man

agem

ent d

an T

ekno

logi

Pro

duks

i Kap

al

MN

091

261

5

BAB IV

KONTROL KUALITAS UNTUK TIAP TAHAPAN PRODUKSI

Launching

Page 14: PROSES PEMBUATAN BOTTOM SECTION FLAT TOP BARGE

Man

agem

ent d

an T

ekno

logi

Pro

duks

i Kap

al

MN

091

261

6

BAB V

PENUTUP

Pembangunan kapal pada awalnya harus ditentukan terlebih dahulu dasar-

dasarnya, yaitu meliputi cara pembentukan dan arah pembentukannya. Penyusunan yang

meliputi jumlah dan peletakan komponen – komponennya, seperti side girder, center

girder, dsb berdasarkan peraturan dalam klas, dalam laporan ini peraturan yang

digunakan berdasarkan Biro Klasifikasi Indonesia 2006, Volume II.