26

Click here to load reader

PROSES Kesehatan Ibu Dan Anak Di Indonesia

Embed Size (px)

DESCRIPTION

KIA FK UNDIP

Citation preview

BAB IPENDAHULUAN1.1. Latar BelakangKesehatan ibu dan anak (KIA) di tanah air selalu menjadi masalah pelik yang keadaannya tak kunjung membaik.1 Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2007 angka kematian ibu di Indonesia masih berada pada angka 228 per 100.000 kelahiran hidup.1 Pada tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia mencapai 359 per 100.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Bayi (AKB) mencapai 32 per 1000 kelahiran hidup. Melengkapi hal tersebut, data laporan dari daerah yang diterima Kementerian Kesehatan RI menunjukkan bahwa jumlah ibu yang meninggal karena kehamilan dan persalinan tahun 2013 adalah sebanyak 5019 orang. Sedangkan jumlah bayi yang meninggal di Indonesia berdasarkan estimasi SDKI 2012 mencapai 160.681 anak.2 Kejadian kematian ibu dan bayi yang terbanyak terjadi pada saat persalinan, pasca persalinan, dan hari-hari pertama kehidupan bayi. Untuk menurunkan AKI dan Bayi Baru Lahir (BBL) diperlukan upaya dan inovasi baru, tidak bisa dengan cara-cara biasa. Upaya tersebut antara lain melalui penempatan bidan di desa, pemberdayaan keluarga dan masyarakat dengan menggunakan Buku Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA) dan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), serta penyediaan fasilitas kesehatan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar (PONED) di Puskesmas perawatan dan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Komprehensif (PONEK) di rumah sakit. Dari sekian upaya yang ditawarkan, upaya terobosan yang paling mutakhir pada tahun 2014 adalah program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN).3 Jaminan Kesehatan Nasional yang selanjutnya disingkat JKN adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah.4 Jaminan yang diberikan kepada peserta dalam bentuk pelayanan kesehatan yang bersifat menyeluruh (komprehensif) berdasarkan kebutuhan medis yang diperlukan. Manfaat JKN antara lain manfaat medis dan non medis. Manfaat medis berupa pelayanan kesehatan yang komprehensif (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) sesuai dengan indikasi medis yang tidak terikat dengan besaran iuran yang dibayarkan.4 Prinsip ini akan memberlakukan pelayanan kesehatan akan difokuskan di Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP)/Faskes Primer seperti di puskesmas, klinikatau dokter prakter perseorangan yang akan menjadi gerbang utama peserta BPJS Kesehatan dalam mengakses pelayanan kesehatan. Untuk itu kualitas fasilitas kesehatan primer ini harus kita jaga, mengingat efek dari implementasi JKN ke depan, akan mengakibatkan naiknya permintaan (demand) masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan karena kepastian jaminan sudah didapatkan.5Penurunan kematian ibu dan bayi tidak mungkin dilakukan dalam pendekatan skala nasional. Penurunan kematian ibu dan bayi harus dilakukan dengan penguatan fasilitas kesehatan primer sesuai dengan asas desentralisasi di bidang kesehatan. Salah satu upaya terhadap penguatan fasilitas kesehatan primer ini, diharapkan tenaga-tenaga medis yang berada di jenjang FKTP/Faskes Primer ini, harus memiliki kemampuan danharusmenguasaihal-halterbaru mengenai prediksi, tanda, gejala, penegakan diagnosis dan penatalaksanaan komprehensif mengenai berbagai penyakit. Lebih jauh dan yang terpenting adalah kemampuan dalam hal pencegahan penyakit yang kini menjadi produk lokal harus dipahami oleh setiap dokter yang bekerja di tengah masyarakat agar pasien ke depan memperoleh pelayanan. Inilah yang disebut dengan penguatan FKTP/Faskes Primer melalui fungsi promotif dan preventif.6 Dalam Undang Undang No.36 tahun 2009 tentang kesehatan telah diamanatkan bahwa untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan perseorangan dan upaya kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh, dan berkesinambungan.Promosi kesehatan dalam upaya pelayanan promotif dan preventif dapat dilakukan dalam berbagai metode. Ada berbagai metode yang dapat digunakan antara lain kegiatan komunikasi, pendidikan, modifikasi perilaku, perubahan lingkungan, advokasi komunitas, dan inovasi teknologi .7 Blended learning merupakan inovasi pembelajaran yang menggunakan campuran berbagai kegiatan pemebelajaran konvensional termasuk penyuluhan tatap muka, dengan kegiatan pembelajaran serba mandiri seperti online learning atau e-learning dengan berbagai variasinya.8 Inovasi blended learning yang didefinsikan seperti ini, memiliki potensi untuk meningkatkan kualitas promosi kesehatan, salah satunya karena mampu mencakup satu keluarga secara bersamaan, menyediakan fleksibilitas dalam waktu, tempat, juga komunikasi antara dokter keluarga dengan pasien lebih mudah.8Saat ini, BPJS masih terus melakukan pembenahan dalam mengupayakan promotif dan preventif di fasilitas kesehatan primer. Mengingat Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) yang masih belum optimal dijalankan dalam era JKN saat ini. Sehingga masukan terkait hal ini masih terus dibutuhkan.Berdasarkan berbagai pertimbangan diatas, maka penulis ingin meninjau secara lebih lanjut apakah .. (lupa rumusan masalahnya) merupakan upaya pertama dalam menurunkan AKI dan AKA. Oleh karena itu, dokter umum sebagai dokter pelayanan primer harus mendukung dan membantu pemerintah untuk melakukan upaya tersebut. Banyak metode yang sudah digunakan dalam menunaikan upaya promotif dan preventif khususnya dalam menurunkan AKI dan AKA di Indonesia. Metode penyuluhan langsung dan tidak langsung adalah salah satu metode yang sudah digunakan. 1.2. Rumusan Masalah1.3. Tujuan1.4. Manfaat

1.Pusat Kesehatan Reproduksi Fakultas Kedokteran Universitas Gajah Mada. Implementasi surveilans kesehatan ibu dan anak di Kabupaten Purworejo. 2013.2.Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jadilah kartini indonesia yang tidak mati muda (pencanangan kampanye peduli kesehatan ibu 2014). 2014.3.Djaja S, Afifah T. Pencapaian dan Tantangan Status Kesehatan Maternal di Indonesia. Jurnal Ekologi Kesehatan. 2011;10(1 Mar).4.Arifin M. PERAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN DALAM PENINGKATAN KESEHATAN MASYARAKAT DI KABUPATEN JEPARA. Jurnal Dinamika Ekonomi & Bisnis. 2013;10(1).5.BPJS Kesehatan. Penguatan Faskes Primer Sebagai Ujung Tombak pelayanan Kesehatan Peserta BPJS kesehatan. 2014.6.Kompasiana. Pelayanan Kesehatan Peserta BPJS Kesehatan. 2014.7.Hou S-I. Health Education Theoretical Concepts, Effective Strategies and Core Competencies. Health promotion practice. 2014;15(5):619-621.8.Umoh JB, Akpan ET. Challenges of Blended E-Learning Tools in Mathematics: Students Perspectives University of Uyo. Journal of Education and Learning. 2014;3(4):p60.

BAB II

2.2 Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)1Jaminan Kesehatan Nasional yang selanjutnya disingkat JKN adalah jaminan berupa perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan yang diberikan kepada setiap orang yang telah membayar iuran atau iurannya dibayar oleh pemerintah. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan program pemerintah yang bertanggung jawab atas pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat di Indonesia demi mewujudkan komitmen global sebagai amanat resolusi WHA ke 58 tahun 2008 di Geneva yang mengiginkan setiap negara mengembangkan Universal Health Coverage (UHC). Program JKN yang dikembangkan di Indonesia merupakan bagian dari System Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggrakan melalui mekanisme asuransi sosial yang bertujuan agar seluruh penduduk Indonesia terlindungi dalam system asuransi sehingga mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. Jaminan yang diberikan kepada peserta dalam bentuk pelayanan kesehatan yang bersifat menyeluruh (komprehensif) berdasarkan kebutuhan medis yang diperlukan. Pelayanan kesehatan diberikan di fasilitas kesehatan yang telah melakukan perjanjian kerjasama dengan BPJS Kesehatan atau pada keadaan tertentu (kegawat daruratan medik atau darurat medik) dapat dilakukan oleh fasilitas kesehatan yang tidak bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Pelayanan kesehatan dalam program JKN diberikan secara berjenjang, efektif dan efisien dengan menerapkan prinsip kendali mutu dan kendali biaya. Pelayanan kesehatan dilaksanakan secara berjenjang dimulai dari pelayanan kesehatan tingkat pertama,kedua dan ketiga. Pelayanan kesehatan tingkat kedua hanya dapat diberikan atas rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat pertama. Pelayanan kesehatan tingkat ketiga hanya dapat diberikan atas rujukan dari pelayanan kesehatan tingkat kedua atau tingkat pertama, kecuali pada keadaan gawat darurat, kekhususan permasalahan kesehatan pasien, pertimbangan geografis, dan pertimbangan ketersediaan fasilitas.

2.2.1 Peserta JKNPeserta JKN adalah setiap orang, termasuk orang asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah membayar iuran atau yang iurannya dibayar pemerintah. Peserta program JKN terdiri atas 2 kelompok yaitu: 1. Peserta Penerima Bantuan Iuran (PBI) jaminan kesehatan yaitu fakir miskin dan orang tidak mampu.2. Peserta bukan Penerima Bantuan Iuran (PBI) jaminan kesehatan yaitu pekerja Penerima Upah dan anggota keluarganya, Pekerja Bukan Penerima Upah dan anggota keluarganya, serta bukan Pekerja dan anggota keluarganya.2.2.3 Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)BPJS Kesehatan adalah badan hukum publik yang bersifat nirlaba dan bertanggung jawab kepada Presiden. BPJS Kesehatan berkedudukan dan berkantor pusat di ibu kota Negara Republik Indonesia, dan mempunyai kantor perwakilan di provinsi dan kantor cabang di kabupaten/kota. Fungsi dari BPJS itu sendiri menyelenggarakan program jaminan kesehatan. Dalam melaksanakan fungsinya BPJS Kesehatan bertugas melakukan dan/atau menerima pendaftaran peserta, memungut dan mengumpulkan iuran dari peserta dan pemberi kerja, menerima bantuan iuran dari pemerintah, mengelola dana Jaminan Sosial untuk kepentingan Peserta, mengumpulkan dan mengelola data peserta program Jaminan social, membayarkan manfaat dan/atau membiayai pelayanan kesehatan sesuai dengan ketentuan program Jaminan Sosial dan memberikan informasi mengenai penyelenggaraan program Jaminan Sosial kepada peserta dan masyarakat. 2.2.3.1 Prinsip Prinsip Penyelenggaraan Dalam pelaksanaan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) mengacu pada prinsip-prinsip sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), yaitu: 1. Kegotongroyongan Prinsip gotong royong berarti peserta yang mampu membantu peserta yang kurang mampu, peserta yang sehat membantu yang sakit. Hal ini terwujud karena kepesertaannya bersifat wajib untuk seluruh penduduk. 2. Nirlaba Dana Nirlaba dana yang dikelola oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) adalah dana amanah yang dikumpulkan dari masyarakat secara nirlaba bukan untuk mencari laba (for profit oriented). Tujuan utamanya adalah untuk memenuhi sebesar-besarnya kepentingan peserta. 3. Keterbukaan, kehati-hatian, akuntabilitas, efisiensi, dan efektivitasPrinsip manajemen ini mendasari seluruh kegiatan pengelolaan dana yang berasal dari iuran peserta dan hasil pengembangannya. 4. Portabilitas Prinsip portabilitas untuk memberikan jaminan yang berkelanjutan kepada peserta sekalipun mereka berpindah pekerjaan atau tempat tinggal dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia. 5. Kepesertaan bersifat wajib, kepesertaan wajib dimaksudkan agar seluruh rakyat menjadi peserta sehingga dapat terlindungi. Meskipun kepesertaan bersifat wajib bagi seluruh rakyat, penerapannya tetap disesuaikan dengan kemampuan ekonomi rakyat dan pemerintah, serta kelayakan penyelenggaraan program.

6. Dana Amanah Dana yang terkumpul dari iuran peserta merupakan dana titipan kepada badan penyelenggara untuk dikelola sebaik-baiknya dalam rangka mengoptimalkan dana tersebut untuk kesejahteraan peserta. Hasil pengelolaan dana Jaminan Sosial Dipergunakan seluruhnya untuk pengembangan program dan untuk sebesar-besar kepentingan peserta.

2.2.4 D ana Kapitasi2Dana Kapitasi adalah besaran pembayaran per-bulan yang dibayar dimuka kepada FKTP berdasarkan jumlah peserta yang terdaftar tanpa memperhitungkan jenis dan jumlah pelayanan kesehatan yang diberikan.Pengaturan penggunaan dana kapitasi JKN untuk jasa pelayanan kesehatan dan dukungan biaya operasional ditujukan bagi FKTP milik pemerintah daerah yang belum menerapkan pola pengelolaan keuangan badan layanan umum daerah. Dana kapitasi yang diterima oleh FKTP dari Badan Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan dimanfaatkan seluruhnya untuk pembayaran jasa pelayanan kesehatan tiap FKTP ditetapkan sekurang-kurangnya 60% dari penerimaan dana kapitasi dan dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan. Alokasi Dana Kapitasi untuk dukungan biaya operasional pelayanan kesehatan dimanfaatkan untuk: obat, alat kesehatan, dan bahan medis habis pakai serta kegiatan operasional pelayanan kesehatan lainnya. Dukungan kegiatan operasional pelayanan kesehatan lainnya meliputi: a. upaya kesehatan perorangan berupa kegiatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif lainnya; b. kunjungan rumah dalam rangka upaya kesehatan perorangan; c. operasional untuk puskesmas keliling; d. bahan cetak atau alat tulis kantor; dan/atau e. administrasi keuangan dan sistem informasi.2.2.5 Fasilitas Kesehatan JKN1Fasilitas kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan untuk peserta JKN terdiri atas fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP) dan fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan (FKRTL). FKTP dimaksud adalah: Puskesmas atau yang setara, Praktik Dokter, Praktik dokter gigi,Klinik Pratama atau yang setara,Rumah Sakit Kelas D Pratama atau yang setara. Dalam hal di suatu kecamatan tidak terdapat dokter berdasarkan penetapan Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota setempat, BPJS Kesehatan dapat bekerja sama dengan praktik bidan dan/atau praktik perawat untuk memberikan Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama sesuai dengan kewenangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan. Fasilitas kesehatan rujukan tingkat lanjutan (FKRTL) berupa: 1. Klinik utama atau yang setara, 2. Rumah Sakit Umum, 3. Rumah Sakit Khusus. 2.2.6 Manfaat Jaminan Kesehatan1Manfaat JKN terdiri atas 2 (dua) jenis, yaitu manfaat medis dan manfaat non-medis. Manfaat medis berupa pelayanan kesehatan yang komprehensif (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif) sesuai dengan indikasi medis yang tidak terikat dengan besaran iuran yang dibayarkan. Manfaat non-medis meliputi akomodasi dan ambulan.2.2.6.1 Manfaat Pelayanan Kebidanan dan Neonatal dalam JKN 11. Pemeriksaan ANC berupa pemeriksaan fisik, pengukuran tinggi badan dan berat badan, pemeriksaan tekanan darah, pengukuran lingkar lengan atas, pemeriksaan tinggi fundus uteri, pemeriksaan denyut jantung janin, pemeriksaan posisi janin, pemeriksaan Hb, pemeriksaan golongan darah, tes celup glukoprotein urin, imunisasi, pemberian suplemen besi dan asam folat, dan konseling, serta mengonsultasikan ke dokter pada trimester pertama atau sedini mungkin. 2. Pemeriksaan ANC sesuai standar diberikan dalam bentuk paket minimal 4 (empat) kali pemeriksaan. 3. Pemeriksaan PNC/neonatus sesuai standar diberikan dalam bentuk paket minimal 3 (tiga) kali kunjungan ibu dan 3 (tiga) kali kunjungan bayi. 4. Pelayanan kebidanan dan neonatal yang dilakukan oleh bidan atau dokter, sesuai kompetensi dan kewenangannya.

Pelayanan kesehatan pada fasilitas kesehatan tingkat pertama yang merupakan ujung tombak dalam system rujukan berjenjang era JKN berfokus pada upaya promotif dan preventif.Pelayanan promotif dan preventif dalam JKN :1. Penyuluhan kesehatan perorangan, meliputi paling sedikit penyuluhan mengenai pengelolaan faktor risiko penyakit dan perilaku hidup bersih dan sehat. 2. Imunisasi dasar, meliputi Baccile Calmett Guerin (BCG), Difteri Pertusis Tetanus dan Hepatitis-B (DPT-HB), Polio, dan Campak. 3. Keluarga berencana, meliputi konseling, kontrasepsi dasar, vasektomi, tubektomi, termasuk komplikasi KB bekerja sama dengan lembaga yang membidangi keluarga berencana. 4. Vaksin untuk imunisasi dasar dan alat kontrasepsi dasar disediakan oleh Pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah. 5. Pelayanan skrining kesehatan tertentu diberikan secara selektif untuk mendeteksi risiko penyakit dan mencegah dampak lanjutan, yaitu: a) Diabetes mellitus tipe II; b) Hipertensi; c) Kanker leher rahim; d) Kanker payudara; dan e) Penyakit lain yang ditetapkan Menteri.

2.4 Promosi KesehatanPromosi kesehatan adalah upaya mempengaruhi masyarakat agar menghentikan perilaku beresiko tinggi dan menggantikannya dengan perilaku yang aman atau pelaing tidak beresiko rendah. Program-program kesehatan, terutama yang terkait dengan PHBS perlu selalu disosialisasikan secara terus menerus, hal ini dikarena perubahan tingkah laku kadang-kadang hanya dapat terjadi dalam kurun waktu yang relative lama. Metode dan media promosi kesehatan sangatlah penting demi terwujudnya kesadaran akan pentingnya kesehatan.2.4.1 Metode Promosi Kesehatan3,4,5Metode Promosi Kesehatan dapat digolongkan berdasarkan Teknik Komunikasi, Sasaran yang dicapai dan Indera penerima dari sasaran promosi. 1. Berdasarkan Teknik Komunikasi , dibedakan menjadi :a. Metode penyuluhan langsung. Dalam hal ini para penyuluh langsung berhadapan atau bertatap muka dengan sasaran. Termasuk di sini antara lain : kunjungan rumah, pertemuan diskusi (FGD), pertemuan di balai desa, pertemuan di Posyandu, dll. Kelebihan metode ini adalah : - Mendapat keterangan langsung perihal masalah-masalah kesehatan - Membina persahabatan - Tumbuhnya kepercayaan pada penyuluh bila anjuran-anjurannya diterima - Menemukan tokoh-tokoh masyarakat yang lebih baik - Rintangan-rintangan antara penyuluh dengan keluarga sasaran menjadi kurang - Mencapai juga petani yang terpencil, yang terlewat oleh metode lainnya - Tingkat pengadopsian terhadap perilaku kesehatan yang baru lebih tinggi Keterbatasannya adalah : - Jumlah kunjungan yang mungkin dilakukan adalah terbatas - Kunjungan-kunjungan yang cocok bagi keluarga sasaran dan penyuluh adalah terbatas sekali - Kunjungan yang terlalu sering pada satu keluarga sasaran akan menimbulkan prasangka pada keluarga lainnya

b. Metode yang tidak langsung. Dalam hal ini para penyuluh tidak langsung berhadapan secara tatap muka dengan sasaran, tetapi ia menyampaikan pesannya dengan perantara (media). Seperti publikasi dalam bentuk media cetak, melalui pertunjukan film, dsb

2. Berdasarkan jumlah sasaran yang dicapai a. Pendekatan perorangan Dalam hal ini para penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan sasaran secara perorangan, antara lain : kunjungan rumah, hubungan telepon, dan lain-lain

b. Pendekatan kelompok dalam pendekatan ini petugas promosi berhubungan dengan sekolompok sasaran. Beberapa metode penyuluhan yang masuk dalam ketegori ini antara lain : Pertemuan, Demostrasi, Diskusi kelompok, Pertemuan FGD, dan lain-lain. Keberhasilan pertemuan FGD banyak tergantung dari petugas penyuluh. Demonstrasi memiliki Kelebihan / keuntungan: Cara mengajar ketramilan yang efekif, merangsasang kegiatan ,menumbuhkan kepercayaan pada diri sendiri . Kekurangan / keterbatasannya: Memerlukan banyak persiapan, peralatan dan ketrampilan , merugikan bila demonstrasi dilaksanakan dengan kualitas yang buruk.

c. Pendekatan masal, petugas promosi kesehatan menyampaikan pesannya secara sekaligus kepada sasaran yang jumlahnya banyak. Beberapa metode yang masuk dalam golongan ini adalah : Pertemuan umum, pertunjukan kesenian, Penyebaran tulisan/poster/media cetak lainnya, Pemutaran film, dll Kelebihan metode ini adalah : - Banyak orang yang dicapai - Menjadi tahap persiapan untuk metode lainnya - Perkenalan pribadi dapat ditingkatkan - Segala macam topik/judul dapat diajukan - Adopsi suatu anjuran secara murah/sedikit biaya Kekurangan / keterbatasannya : - Tempat dan sarana pertemuan tidak selalu cukup - Waktu untuk diskusi biasanya terbatas sekali - Pembahasan topik sedikit lebih sulit karena peserta yang hadir adalah campuran - Kejadian-kejadian di luar kekuasaan seperti cuaca buruk, dsb dapat mengurangi jumlah kehadiran

2.4.3 Media Promosi KesehatanMedia atau alat peraga dalam promosi kesehatan dapat diartikan sebagai alat bantu untuk promosi kesehatan yang dapat dilihat, didengar, diraba, dirasa atau dicium, untuk memperlancar komunikasi dan penyebar-luasan informasi Jenis / Macam Media Alat-alat peraga dapat dibagi dalam 4 kelompok besar : 1. Benda asli, yaitu benda yang sesungguhnya baik hidup maupun mati. Merupakan alat peraga yang paling baik karena mudah serta cepat dikenal, mempunyai bentuk serta ukuran yang tepat. Tetapi alat peraga ini kelemahannya tidak selalu mudah dibawa ke mana-mana sebagai alat bantu mengajar. Termasuk dalam macam alat peraga ini antara lain : Benda sesungguhnya, misalnya tinja di kebun, lalat di atas tinja, dsb Spesimen, yaitu benda sesungguhnya yang telah diawetkan seperti cacing dalam botol pengawet, dll Sample yaitu contoh benda sesungguhnya untuk diperdagangkan seperti oralit, dll 2. Benda tiruan, yang ukurannya lain dari benda sesungguhnya. Benda tiruan bisa digunakan sebagai media atau alat peraga dalam promosi kesehatan. Hal ini dikarena menggunakan benda asli tidak memungkinkan, misal ukuran benda asli yang terlalu besar, terlalu berat, dll. Benda tiruan dapat dibuat dari bermacam-macam bahan seperti tanah, kayu, semen, plastik dan lain-lain. 3. Gambar/Media grafis, seperti poster, leaflet, gambar karikatur, lukisan, dll. Poster Adalah sehelai kertas atau papan yang berisikan gambar-gambar dengan sedikit kata-kata. Kata-kata dalam poster harus jelas artinya, tepat pesannya dan dapat dengan mudah dibaca pada jarak kurang lebih 6 meter. Poster biasanya ditempelkan pada suatu tempat yang mudah dilihat dan banyak dilalui orang misalnya di dinding balai desa, pinggir jalan, papan pengumuman, dan lain-lain. Gambar dalam poster dapat berupa lukisan, ilustrasi, kartun, gambar atau photo. Poster terutama dibuat untuk mempengaruhi orang banyak, memberikan pesan singkat. Karena itu cara pembuatannya harus menarik, sederhana dan hanya berisikan satu ide atau satu kenyataan saja. Poster yang baik adalah poster yang mempunyai daya tinggal lama dalam ingatan orang yang melihatnya serta dapat mendorong untuk bertindak. Leaflet Leaflet adalah selembaran kertas yang berisi tulisan dengan kalimat-kalimat yang singkat, padat, mudah dimengerti dan gambar-gambar yang sederhana. Ada beberapa yang disajikan secara berlipat. Leaflet digunakan untuk memberikan keterangan singkat tentan suatu masalah, misalnya deskripsi pengolahan air di tingkat rumah tangga, deskripsi tentang diare dan penecegahannya, dan lain-lain. Leaflet dapat diberikan atau disebarkan pada saat pertemuan- pertemuan dilakukan seperti pertemuan FGD, pertemuan Posyandu, kunjungan rumah, dan lain-lain. Leaflet dapat dibuat sendiri dengan perbanyakan sederhana seperti di photo copy. 4. Gambar alat optik. seperti photo, slide, film, dll Photo Sebagai bahan untuk alat peraga, photo digunakan dalam bentuk : a. Album, yaitu merupakan foto-foto yang isinya berurutan, menggambarkan suatu cerita, kegiatan dan lain-lain. Dikumpulkan dalam sebuah album. Album ini bisa dibawa dan ditunjukan kepada masyarakat sesuai dengan topik yang sedang di diskusikan. Misalnya album photo yang berisi kegiatan-kegiatan suatu desa untuk merubah kebiasaan BABnya menjadi di jamban dengan CLTS sampai mendapat pengakuan resmi dari Bupati. b. Dokumentasi lepasan. Yaitu photo-photo yang berdiri sendiri dan tidak disimpan dalam bentuk album. Menggambarkan satu pokok persoalan atau titik perhatian. Photo ini digunakan biasanya untuk bahan brosur, leaflet, dll Slide Slide pada umumnya digunakan dengan sasaran kelompok atau grup. Slide ini sangat effektif untuk membahas suatu topic tertentu, dan peserta dapat mencermati setiap materi dengan cara seksama, karena slide sifatnya dapat diulang-ulang .Film Film lebih kearah sasaran secara masal, sifatnya menghibur namun bernuansa edikatif.

DAFTAR PUSTAKA

1. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 28 tahun 2014 Tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehtan Nasional. 20142. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia no 19 tahun 2014 tentang penggunan dana kapitasi jamnian kesehtan nasional untuk jasa pelayanan kesehtan dan dukungan biaya operasional pada fasilitas kesehatan tingkat pertama milik pemerintah daerah. 20143. Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Pedoman Pengelolaan Promosi Kesehatan, Dalam Pencapaian PHBS, Jakarta 2008 4. Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Panduan Pelatihan Komunikasi Perubahan Perilaku, Untuk KIBBLA, Jakarta 2008 5. Departemen Kesehatan RI, Pusat Promosi Kesehatan, Pengembangan Media Promosi Kesehatan, Jakarta 2004